Anda di halaman 1dari 5

Abnormalitas dalam perfeksionisme (Kasus petarung MMA wanita Ronda

Rousey)

Ronda Jean Rousey, lahir 1 Februari 1987 adalah pegulat profesional Amerika,
aktris, penulis, dan mantan seniman bela diri campuran profesional dan judoka.
Setelah menjadi wanita Amerika pertama yang mendapatkan medali Olimpiade
di bidang judo dengan memenangkan perunggu di Olimpiade Musim Panas 2008,
Rousey mulai mengejar karir di seni bela diri campuran (MMA). Dia
memenangkan debut MMA-nya untuk King of the Cage sebelum pergi ke
Strikeforce. Dia adalah juara wanita perdana UFC ketika dia dinobatkan sebagai
Juara Kelas Bantam Wanita UFC. Rousey ambil bagian dalam pertarungan wanita
pertama dalam sejarah UFC ketika dia berhasil mempertahankan gelarnya
melawan Liz Carmouche di UFC 157. Setelah mencetak rekor pertahanan gelar
terbanyak UFC oleh seorang wanita yaitu sebanyak enam kali berturut-turut,
Rousey sendiri terkenal akan sifat perfeksionisme nya dikalangan sesama
petarung wanita lainnya, bagaimana tidak, di masa kejayaannya rekor dalam
pertandingan MMA nya sendiri yaitu 12 kali kemenangan dan tidak pernah
terkalahkan, semua kemenangannya dia lakukan dengan benar-benar
menghentikan lawannya, baik oleh KO, atau Submission dimana hal tersebut
sangatlah langka, apalagi dilakukan oleh seorang wanita. Karena performanya,
Rousey menjadi wanita yang amat sangat percaya diri, seringkali mengatakan
lawannya tidak pantas untuk bertanding dengannya karena levelnya jauh diatas
lawannya, dimana memang benar apa yang dikatakannya dengan rekor sempurna
yang dimilikinya. Namun pada suatu waktu dalam karirnya, Rousey mengalami
kekalahan profesional pertamanya di MMA ketika dia kehilangan gelarnya kepada
Holly Holm walaupun menjadi favorit dalam pertandingan tersebut.
Kekalahan Ronda Rousey di tangan dan kaki Holly Holm mengejutkan karena
sejumlah alasan, tetapi salah satu aspek yang paling tidak bisa dijelaskan adalah
bagaimana sang juara tidak terlihat seperti dirinya sendiri selama pertarungan.
Hilang sudah Rousey yang sangat kuat yang banyak dibandingkan dengan Mike
Tyson muda. Sebagai gantinya adalah seorang petarung yang dipukul sampai
habis dan bahkan gagal melakukan lemparan pinggul Judo sederhana - gerakan
tingkat Olimpiade khas Rousey.
Dalam wawancara pasca-pertarungan pertamanya, Rousey mungkin telah
mengungkapkan mengapa dia bukan dirinya sendiri. Dia mungkin mengalami
gegar otak di awal ronde pertama di tangan Holm, mantan petinju juara.
“Saya mendapat pukulan di babak pertama itu. … Saya memotong bibir saya
dan merontokkan beberapa gigi saya, "kata Rousey kepada Ramona Shelburne
dari ESPN The Magazine. “Saya sudah berdiri sejak awal.
“Saya tidak berpikir jernih,” Rousey melanjutkan, “Saya memiliki luka besar di
mulut saya dan saya hanya memuntahkan [darah] di kaki saya. Kemudian mereka
membawa ember itu dan saya berkata, 'Mengapa saya tidak meludahinya di dalam
ember?' Saya tidak pernah meludah ke tanah.
“Itu seperti versi mimpi bodoh dari diri Anda yang membuat keputusan. …
Saya hanya mencoba untuk melepaskan diri dari itu. Saya terus berkata pada diri
sendiri, 'Kamu baik-baik saja, terus berjuang. Kamu baik-baik saja, terus
berjuang. '”
Mantan juara UFC Ronda Rousey mengatakan dia berpikir untuk bunuh diri
segera setelah kekalahan KOnya dari Holly Holm pada November.
Rousey, 29, muncul di The Ellen DeGeneres Show pada hari Selasa dan
berbicara secara terbuka tentang kekalahannya di UFC 193 di Melbourne,
Australia. Pertarungan kejuaraan berakhir ketika Rousey terjatuh dalam KO
highlight-reel setelah tendangan ke kepala dari Holm. Rousey dibawa ke rumah
sakit setempat sesudahnya.
"Sejujurnya, pikiranku di ruang medis, aku sedang duduk di sudut dan berkata,
'Apa aku lagi jika aku tidak seperti ini?'" Kata Rousey. "Secara harfiah duduk di
sana berpikir untuk bunuh diri. Tepat pada detik itu, aku seperti, 'Aku bukan
siapa-siapa. Apa yang harus aku lakukan lagi? Tidak ada yang peduli padaku lagi
tanpa ini.'"

Analisa Teori
Perilaku abnormal adalah sebuah gangguan yang berkaitan dengan pikiran,
perasaan, dan perilaku yang terjadi paling sedikit 2 minggu sampai satu bulan
secara terus-menerus. Perilaku yang abnormal harus menciptakan beberapa
maslaah sosial interpersenoal maupun intrapersonal bagi individu tersebut.
Seseorang bisa dikatakan mengalami perilaku abnormal dengan ciri-ciri yaitu,
personal distress, disabilitas, perilaku yang menyimpang dan gangguan.

Pembahasan.
Mengenai sifat perfeksionisme, apa itu perfeksionisme ? perfeksionisme dapat
diartikan sebagai keinginan seseorang untuk menjadi nomor satu, terbaik,
sempurna, dan tanpa kekurangan, noda ataupun kesalahan (Lombardi, 1991).
Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia akan mencoba untuk menjadi sebaik
dan sesempurna mungkin dalam hidupnya. Namun pada kenyataannya, setiap
manusia memiliki berbagai macam kekurangan pada aspek-aspek tertentu dalam
hidupnya. Banyak individu-individu yang memiliki masalah dalam hidupnya
dikarenakan pengejaran akan perfeksionisme termasuk Ronda Rousey sendiri,
banyak sekali hal yang dapat membuat mereka terjatuh dikarenakan pengejaran
tersebut, berikut beberapa bahaya yang bisa mengancam mereka menurut
Lombardi (1991) :

1. Mencoba menjadi unggul dengan apapun taruhannya. Individu dapat bertekad


melakukan suatu upaya untuk menjadi yang paling unggul tanpa memikirkan
taruhannya, baik taruhannya diri sendiri maupun orang lain. Beberapa individu
akan melakukan dorongan besar dan melakukan apapun untuk mencapai
tujuannya. Disaat semua hal berjalan sesuai dengan keinginannya, individu
tersebut akan merasa senang, bila hal yang terjadi sebaliknya, individu tersebut
akan merasa tidak senang dan marah. Terbukti pada saat kekalahan
pertamanya, Ronda merasa marah, frustasi, dan juga sedih. Di dalam Ring saat
kekalahannya, Rousey terlihat terduduk sambil menangis dan mengatakan
kepada pelatihnya yang sedang menenangkannya bahwa dia tidak berguna.
Beberapa bulan setelah kekalahannya tersebut Rousey muncul dalam acara TV
The Ellen show. Dimana dia bercerita tentang kekalahannya yang membuat dia
sangat amat depresi dan bahkan sampai berencana untuk bunuh diri karena hal
tersebut.

2. Disaat gagal akan berhenti melakukan hal tersebut. Daripada melakukan usaha
yang besar untuk menjadi yang terbaik, individu yang perfeksionis bisa patah
semangat, memiliki pemikiran akan gagal, menjadi apatis dan tidak melakukan
apa-apa sama sekali. Sebagai contohnya bila seseorang anak ingin bermain
bola dengan teman sebayanya, namun dia takut diejek karena tidak terlalu
panda dalam menendang bola, dia lebih memilih diam dan melihat teman
sebaya nya bermain. Atau siswa yang takut untuk mendapat nilai kurang dari A
akan memilih untuk tidak bersekolah sama sekali. Banyak individu yang hanya
berdiam diri saja dalam beberapa hal di hidupnya dikarenakan takut akan
kegagalan dan tidak menjadi sempurna. Setelah kekalahan pertamanya
tersebut, Rousey vakum dari MMA, dia tidak bertanding selama lebih dari satu
tahun sebelum kembali, dimana sebelumnya dia sangat aktif dalam bertanding,
hal tersebut membuat komunitas MMA merasa kehilangan sosoknya untuk
melihatnya kembali dalam pertandingan.

3. menutupi sebaik mungkin. Bila kegagalan dan kesalahan terjadi, individu yang
perfeksionis akan mencoba untuk menutupi kegagalan dan kesalahannya sebaik
mungkin. Mereka membuat alasan, alibi, berbohong, dan menyalahkan orang
lain. Menurut Adler (1964,1972), individu yang neurotik memiliki kesulitan
untuk menyesuaikan diri dengan realita karena mereka selalu melihat pada
ideal yang mustahil dilakukan. Alasan untuk kegagalan ditawarkan dan harga
diri individu tersebut pun terjaga. Untuk kekalahannya tersebut, Rousey
memiliki alasan bahwa kekalahannya tersebut diakibatkan karena pikirannya
sedang tidak bersama dia pada saat pertandingan tersebut berlangsung, dia
beranggapan bahwa individu yang muncul disaat itu bukanlah dia, dia merasa
gugup dan merasa bahwa pergerakan kakinya tidak seperti biasanya, karena
itulah dia mengalami kekalahan tersebut.

4. Kegugupan. Kegelisahan dan khawatir akan ada disaat seorang individu


menginginkan performa nya untuk sesempurna mungkin. Bukan hanya Rousey
saja, tentunya semua petarung MMA ingin menjadi dirinya yang sesempurna
mungkin dalam bertanding, tetapi hal tersebut malah dapat membuat rasa
gelisah dan khawatir yang bisa menyebabkan kekalahan diri sendiri.

Daftar Pustaka

https://www.espn.com/mma/story/_/id/14785901/ronda-rousey-says-considered-
suicide-loss-holly-holm

https://www.ufc.com/news/ronda-rousey-appears-ellen-show

https://nypost.com/2015/12/08/did-ronda-rousey-lose-to-holly-holm-because-she-
had-concussion/

Donald N, Lombardi. 1991. Perfectionism and abnormal behaviour. The journal


of individual psychology vol, 54, No. 1. Austin, TX.

Anda mungkin juga menyukai