Tepatnya hari Jumat tanggal 23 Oktober 2014 sekitar jam 22.00 WIB. Tessy
ditangkap oleh jajaran Direktorat Tindak Pidana Narkotika IV Bareskrim Polri di
kawasan Bekasi. Tessy atau pemilik nama asli Kabul Basuki tersandung kasus
narkotika jenis sabu. Tessy pelawak yang berusia 66 tahun ini ditangkap bersama 3
orang lainnya karena terbukti telah membawa narkoba. Berdasarkan pengakuannya
kepada polisi, Tessy sudah lima kali berpesta narkoba bersama kedua rekannya
Pudji Sapto dan Ahmad Jamhari. Barang bukti berupa dua bungkus sabu seberat
1,6 gram telah ditemukan polisi di jok belakang mobilnya, tepatnya di dalam kotak
kacamata. Selain itu juga telah diamankan barang bukti lain berupa alat penghisap
sabu (mong), satu mobil milik Tessy, handphone ketiga tersangka, buku tabungan
milik Tessy dan print out rekening tiga bulan terakhir milik Pudji Sapto. Karena
perbuatannya itu Tessy dijerat pasal berlapis dan terancam hukuman paling lama 20
tahun penjara atau seumur hidup sebab memiliki dan mengkonsumsi barang haram
tersebut. Berdasarkan alat bukti yang ditemukan, Tessy melanggar pasl 114 ayat (1)
juncto Pasal 132 ayat (1) subsider pasal 112 ayat (1) juncto pasal 132 ayat (1) lebih
subsider pasal 127 Undang-Undang RI No 35 tahun 2009 dengan hukuman minimal
4 tahun. Sementara untuk kedua tersangka lainnya yaitu, Pudjo dan Jamhari dijerat
pasal 114 ayat (1) juncto pasal 132 ayat (1), subsider pasal 112 ayat (1) juncto pasal
132 ayat (1) lebih subsider pasal 131 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.
Apa sebab sehingga Tessy nekat mengonsumsi narkoba juga tak mereka ketahui.
Banyak rumor yang mengatakan bahwa faktor sepi pekerjaan menjadi salah
satunya. Akan tetapi hal tersebut disanggah oleh Nunung. Ketika diwawancarai,
Nunung mengatakan untuk off air masih ramai, Cuma memang tidak muncul di TV
saja.
Gogon, sahabat seperjuangan Tessy mengungkapkan bahwa alasan Tessy
mengonsumsi Sabu kemungkinan besar karena sepi tawaran pekerjaan. Mungkin
juga mantan tentara (TNI Angkatan Laut untuk pembebasan Irian Barat pada tahun
1961-1963) itu masih merasa terbebani karena kasus dengan KPI beberapa tahun
lalu. Yakni kasus mengenai teguran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terhadap
Tessy (akhir tahun 2008) karena perannya yang meniru perilaku setengah laki-laki
dan setengah perempuan itu. Sempat dia mengatakan, sejak di singgung KPI,
sangat jarang tawaran pekerjaan datang. Hal ini tidak membuat dia kesal. Hanya
saja dia menilai kebijakan KPI ini sebagai pembunuhan karakter sekaligus
mematikan rezekinya. Tessy sangat menyayangkan keputusan itu. Dia merasa tidak
mendapatkan keadilan. Kenapa KPI menegurnya sementara tokoh-tokoh lain di luar
Srimulat yang kadang jauh lebih kelewetan malah di diamkan.
Di Indonesia sekarang sangat banyak sekali artis-artis yang tersangkut dengan
kasus NAPZA (Narkoba Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) dengan berbagai
macam latar belakang. Mulai dari hanya sekedar mencoba-coba hingga akhirnya
kecanduan, terpengaruh dengan lingkungan yang hedonis dan pergaulan yang
akrab dengan obat-obatan atau karena anggapan bahwa narkoba dapat
menghilangkan rasa lelah dan stres yang mereka alami. Seorang artis yang sering
menjadi sorotan publik seharusnya bisa memberikan contoh yang baik kepada
masyarakat. Tessy bukan satu-satunya artis yang tersangkut kasus
narkoba. Sementara untuk upaya pencegahan, telah
dilakukan upaya peningkatan ekstensifikasi dan intensifikasi komunikasi, informasi
dan edukasi mulai dari kalangan usia dini sampai dewasa di seluruh pelosok
Indonesia. Pencegahan itu dilakukan dengan memanfaatkan sarana media cetak,
online, elektronik maupun tatap muka secara langsung kepada masyarakat.
Dikatakan awalnya Gung Tra memesan satu gram sabu pada terdakwa
Wahyudi melalui pesan singkat whatsapp pada Jumat (6/7) lalu. Wahyudi
kemudian mengabarkan pada bosnya yang disebut bernama Kris, seorang
napi di LP Kerobokan. Melalui ponsel, Kris dan terdakwa Wahyudi
berkomunikasi terkait adanya pemesanan sabu. Oleh Kris dikatakan tidak
ada stok sabu sebanyak satu gram, yang ada hanya 0,3 dan 0,2 gram.
Apa yang didapat itu disampaikan pada Gung Tra (berkas terpisah).
Wahyudi kemudian meminta pacarnya, Siswati, untuk menelepon Kris
kembali jika pemesan sabu bersedia dengan jumlah sesuai yang tersedia.
Oleh Kris, Wahyudi diminta ambil tempelan sabu itu di sebuah tanah
kosong dekat traffic light dekat Lapas Kerobokan.