Oleh:
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Posisi Peletakan Magnet Permanen di Rotor Terhadap
Kinerja Generator Sinkron Magnet Permanen” adalah hasil karya sendiri dan
tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di
suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
iii
PRAKATA
Segala Puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam, Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan rahmat dan karunia-Nya penulis masih
diberikan kesehatan dan umur yang panjang serta diberi kemudahan hingga masih
bisa melanjutkan kuliah sampai tahap akhir ini. serta dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Tidak lupa pula shalawat dan salam penulis tak lupa senantiasa
hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan bagi seluruh umat
manusia.
Skripsi dengan Judul “Analisis Pengaruh Posisi Peletakan Magnet
Permanen di Rotor Terhadap Kinerja Generator Sinkron Magnet Permanen”.
ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan
kuliah di Program Studi Teknik Elektro S1, Fakultas Teknik, Universitas Riau, serta
persyaratan meraih gelar Sarjana Teknik. Serta diharapkan bisa dijadikan salah satu
sumber referensi dalam bidang teknik elektro mengenai cara meletakkan magnet
permanen di rotor pada PMSG fluks radial dan pengaruhnya terhadap tegangan
keluaran.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi, baik itu waktu pencarian data, proses pembuatan proposal
skripsi yang penulis jalani sampai dengan penulisan skripsi. Namun ini tidak
terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Keluarga penulis tercinta kuhususnya Ayah (marahalim) dan Mama
(Nurhalena) yang telah memberikan do’a, motivasi dan dukungan, serta
membiaya kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
2. Bapak Dr. Iswadi HR, ST., MT selaku dosen pembimbing utama yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis menyusun skripsi ini. Penulis tidak
dapat memberikan apa-apa semoga Bapak senantiasa diberikan kesehatan.
iv
3. Bapak Amir Hamzah, ST., MT selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah memberikan ilmu baru serta mengarahkan penulis menyusun skripsi
ini menjadi lebih baik lagi. Semoga bapak senantiasa diberi kesehatan.
4. Kepada Dosen Penguji Bapak Dr. Antonius Rajagukguk, MT dan Bapak
Suwitno, ST.,MT atas saran perbaikan dan masukannya sehingga skripsi
saya menjadi lebih baik lagi.
5. Dekan Fakultas Teknik Universitas Riau Bapak Dr. Ari Sandhyavitri.
6. Kepala Jurusan Teknik Elektro, Bapak Nurhalim, ST.,MT
7. Teman-teman seperjuangan Prodi S1 Teknik Elektro UR Angkatan 2016.
Terus berjuang, tetap semangat, dan lakukan yang terbaik. Masa Depan
Cerah menanti kita, semangat mengejar ST.
8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
bantuannya dan dukungannya.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik untuk kemajuan sangat penulis harapkan. Atas
perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas academia Universitas Riau, Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Elco Maghfira Arfi Harahap
NPM : 1607122314
Program Studi : Teknik Elektro
Departemen : Teknik Elektro
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Skripsi
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk
memberikan Hak Bebas Royalty Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free
Right) atas karya tulis saya yang berjudul :
“Analisis Pengaruh Posisi Peletakan Magnet Permanen di Rotor Terhadap
Kinerja Generator Sinkron Magnet Permanen” beserta perangkat lunak yang
ada (jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Royalty Noneksklusif ini Universitas Riau berhak menyimpan,
mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
vi
Analisis Pengaruh Posisi Peletakan Magnet Permanen di Rotor Terhadap
Kinerja Generator Sinkron Magnet Permanen
ABSTRAK
vii
Analysis of the Effect of Positioning of Permanent Magnets on the Rotors on
the Performance of Permanent Magnet Synchronous Generator
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii
PRAKATA ............................................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR RUMUS ........................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.5 Sistematika Skripsi ........................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PENELITIAN .................................................................... 4
2.1 Tinjauan Penelitian ........................................................................................ 4
2.2 Landasan Teori .............................................................................................. 6
2.3 Definisi Generator ......................................................................................... 7
2.4 Generator Sinkron Konvensional .................................................................. 7
2.4.1 Kontruksi Generator Sinkron Konvensional ....................................... 8
2.4.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron Konvensional ................................ 10
2.5 Generator Sinkron Magnet Permanen ......................................................... 11
2.5.1 Konstruksi Generator Sinkron Magnet Permanen ............................ 11
2.5.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron Magnet permanen ......................... 16
2.6 Jenis-Jenis Generator Sinkron Magnet Permanen ....................................... 19
2.6.1 Generator Magnet Permanen Fluks Radial ....................................... 20
ix
2.6.2 Generator Magnet Permanen Fluks Aksial ....................................... 21
2.7 Desain kumparan stator PMSG ................................................................... 22
2.8 Desain Rangkaian Magnet ........................................................................... 24
2.9 Ukuran Stator dan Rotor .............................................................................. 26
2.10 Teori Medan Magnet Derhadap Posisi Peletakan Magnet .......................... 28
2.10.1 Hubungan medan terhadap hukum maxwell 3 ................................ 28
2.10.2 Hukum Ampere Maxwell ................................................................ 29
2.10.3 Hukum ohm ..................................................................................... 31
2.11 Nilai Keluaran Desain Generator................................................................. 33
2.12 Konsep Penerapan Medan Magnet Pada Magnet Posisi Skew .................... 33
2.13 Konsep Medan Magnet Yang Memotong Air Gap Boundary ..................... 37
2.14 Perumusan daya yang dibangkitkan PMSG ................................................ 40
2.15 Efisiensi ....................................................................................................... 40
2.16 Nilai Back Electromotive Force (EMF) ...................................................... 41
2.17 Electrical Steels ........................................................................................... 42
2.18 Keuntungan Generator Sinkron Magnet Permanen ..................................... 42
2.19 Aplikasi Generator Magnet Permanen......................................................... 43
2.20 Software Magnet Infolytica ......................................................................... 43
2.21 Hubungan Slot Dan Pole Pemodelan PMSG ............................................... 44
2.12. Torsi cogging ............................................................................................... 45
BAB III PEMBUATAN MODEL PMSG MENGGUNAKAN SOFTWARE
MAGNET INFOLYTICA .................................................................. 47
3.1 Aspek Pemodelan PMSG pada software Magnet Infolytica ....................... 48
3.2 Parameter Desain Generator Magnet Permanen .......................................... 48
3.3 Perhitungan Matematis Dimensi PMSG...................................................... 49
3.4 Membuat Model Stator Pada Software Magnet Infolytica .......................... 51
3.4.1 Membuat Material Stator Sehingga Stator Membentuk 3D .............. 53
3.4.2 Membuat Konvigurasi belitan pada stator ........................................ 57
3.4.3 Mengatur Ukuran Mesh Stator Pada Software Magnet ..................... 61
3.5 Magnet Permanen Posisi Sejajar Pada PMSG ............................................. 62
3.5.1 Pemodelan Magnet Sejajar Menggunakan Software Magnet ........... 62
x
3.5.2 Perhitungan Matematis Pemodelan Magnet Sejajar ......................... 65
3.6 Magnet Permanen Posisi Skew Pada PMSG ................................................ 68
3.6.1 Pemodelan Magnet Skew Menggunakan Software Magnet .............. 68
3.6.2 Perhitungan Matematis Pemodelan Magnet Skew ............................ 71
3.7 Membuat motion dan mengatur kecepatan putar rotor ................................ 76
3.7.1 Pengaturan Parameter Variasi Kecepatan Diinput Ke Software ....... 79
3.8 Simulasi cogging ......................................................................................... 81
3.9 Solving PMSG 24 slot 8 pole ....................................................................... 83
3.10 Validasi Pengujian Menggunakan Persamaan Matematis ........................... 83
3.11 Skenario Pengujian ...................................................................................... 86
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 87
4.1 Hasil Desain Pemodelan PMSG .................................................................. 87
4.2 Hasil Keluaran PMSG Posisi Magnet Sejajar Dari Software ...................... 88
4.3 Hasil Keluaran PMSG Posisi Magnet Skew Dari Software ......................... 90
4.4. Hasil Dan Pembahasan Fluks Magnet Pemodelan PMSG .......................... 93
4.4.1 Hasil Fluks Magnet Dari Pemodelan Pmsg Magnet Sejajar ............. 93
4.4.2 Hasil Fluks Magnet Dari Pemodelan Pmsg Magnet Sejajar ............. 94
4.5 Hasil Simulasi Cogging ............................................................................... 96
4.8 Pembahasan Hasil Peletakan Manet Skew Terhadap Keluaran PMSG....... 98
4.7 Hasil Keluaran PMSG Terhadap Variasi Kecepatan Putar Rotor ............. 100
4.7.1 Hasil Simulasi Kecepatan 850 Rpm ................................................ 100
4.7.2 Hasil Simulasi Kecepatan 950 Rpm ................................................ 103
4.7.4 Hasil simulasi kecepatan 1050 Rpm ............................................... 105
4.7.5 Hasil simulasi kecepatan 1150 Rpm ............................................... 107
4.7.6 Hasil simulasi kecepatan 1250 Rpm ............................................... 109
4.8 Hasil Variasi Kecepatan Terhadap Nilai Keluaran PMSG ........................ 112
4.9 Validasi Hasil Pengujian Dan Analisa ....................................................... 117
4.9.1 Validasi Hasil Pengujian PMSG Magnet sejajar ............................ 117
4.9.2 Validasi Hasil Pengujian Dan Analisa PMSG Magnet Skew .......... 121
4.9.3 Perbandingan Hasil Nilai-Nilai Keluaran PMSG ........................... 126
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 130
xi
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 130
5.2 Saran .......................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 131
LAMPIRAN
Lampiran A
Lampiran B
Lampiran C
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Konstruksi generator sinkron (Azka, 2013).................................... 8
Gambar 2.2 Generator sinkron empat kutub. ................................................... 10
Gambar 2.3 Gambar melintang PMSG............................................................. 12
Gambar 2.4 Stator permanent magnet generator (Strous, 2010) ...................... 13
Gambar 2.5 Internal stator magnet permanen. ................................................. 13
Gambar 2.6 Eksternal stator magnet permanen. ............................................... 14
Gambar 2.7 Cara meletekananmagnet permanen di rotor. ............................... 15
Gambar 2.8 Kurva histerisis magnetik (Kenjo and Nagamori, 1985). ............. 15
Gambar 2.9 Medan magnet mengalir dalam empat kutub (Hanselman, 2006). 16
Gambar 2.10 Hukum tangan kanan flemming (Kenjo and Nagamori, 1985). ... 17
Gambar 2.11 Arah fluks pada PMSG 24 slot 16 pole. ....................................... 18
Gambar 2.12 Desain generator magnet permanen fluks radial. ......................... 20
Gambar 2.13 Desain generator magnet permanen fluks aksial. ......................... 21
Gambar 2.14 Konstruksi generator magnet permanen tipe aksial. ..................... 22
Gambar 2.15 Bentuk rancangan stator. .............................................................. 23
Gambar 2.16 Konsep medan magnet pada magnet posisi skew ......................... 34
Gambar 2.17 Konsep perhitungan magnet skew ................................................ 36
Gambar 2.18 Batasan antara kesempurnaan permeabilitas µ1 dan µ2. .............. 37
Gambar 2.19 Arah medan yang memotong boundary ....................................... 39
Gambar 2.20 Tampilan menu utama software magnet infolytica. ..................... 44
Gambar 2.21 Hubungan slot dan pole perancangan PMSG. .............................. 45
Gambar 2.22 Fluks magent yang mengalir pada PMSG magnet skew. .............. 46
Gambar 3.1 Langkah-langkah pemodelan PMSG. ........................................... 47
Gambar 3.2 Desain stator dalam bentuk 2 dimensi. ......................................... 52
Gambar 3.3 Kurva BH material Carpenter Silicon Steel. ................................ 54
Gambar 3.4 Tampilan pengaturan satuan. ........................................................ 55
Gambar 3.5 Inisialisasi stator. .......................................................................... 56
Gambar 3.6 Pemodelan laminasi stator PMSG 24 Slot. ................................... 56
xiii
Gambar 3.7 Proses pembuatan belitan pada bagian stator PMSG. .................. 57
Gambar 3.8 Proses pembuatan belitan pada bagian stator PMSG. .................. 58
Gambar 3.9 Rangkaian circuit coil yang dihubung Y connected pada PMSG. 59
Gambar 3.10 Konvigurasi belitan pada stator pemodelan PMSG. ..................... 59
Gambar 3.11 Bentuk akhir rancangan stator PMSG 24 slot............................... 61
Gambar 3.12 Desain pemodelan rangkaian rotor magnet sejajar 2D. ................ 62
Gambar 3.13 Inisialisasi rotot PMSG magnet sejajar. ....................................... 64
Gambar 3.14 Pemodelan rotor PMSG 8 Pole Magnet sejajar. ........................... 65
Gambar 3.15 Mendan magnet dari magnet sejajar ............................................. 67
Gambar 3.16 Desain pemodelan rangkaian rotor magnet skew 2D. ................... 68
Gambar 3.17 Perspektif geometri rotor magnet skew......................................... 69
Gambar 3.18 Pemodelan rotor PMSG magnet skew 8 pole. .............................. 70
Gambar 3.19 Variabel magnet skew ketika dimiringkan 11,30......................... 71
Gambar 3.20 Ilustrasi pemodelan Skew angel pada pemodelan magnet skew ... 72
Gambar 3.21 Mendan magnet dari magnet sejajar ............................................. 75
Gambar 3.22 Pengaturan kecepatan rotor........................................................... 76
Gambar 3.23 Pengaturan parameter kecepatan rotor.......................................... 77
Gambar 3.24 Pengaturan transient option. ......................................................... 78
Gambar 3.25 Pengaturan simulasi torsi cogging. ............................................... 81
Gambar 3.26 Siklus cogging PMSG 24 slot 8 pole. ........................................... 82
Gambar 3.27 Proses solving pemodelan PMSG. ................................................ 83
Gambar 4.1 Hasil desain pemodelan PMSG 24 slot 8 pole. ............................ 87
Gambar 4.2 Teganan keluaran PMSG magnet sejajar ...................................... 88
Gambar 4.3 Arus keluaran pemodelan PMSG Magnet sejajar. ........................ 88
Gambar 4.4 Torsi keluaran pemodelan PMSG Magnet sejajar. ....................... 89
Gambar 4.5 Teganan keluaran PMSG magnet skew. ....................................... 91
Gambar 4.6 Arus keluaran pemodelan PMSG skew......................................... 91
Gambar 4.7 Torsi keluaran pemodelan PMSG Magnet skew. .......................... 92
Gambar 4.8 Hasi fluks magnet pemodelan PMSG magnet sejajar................... 94
Gambar 4.9 Lintasan garis-garis medan magnet pada PMSG magnet skew. ... 95
Gambar 4.10 Hasil simulasi cogging pemodelan PMSG Magnet sejajar. ......... 96
xiv
Gambar 4.11 Hasil simulasi cogging pemodelan PMSG Magnet skew. ............ 97
Gambar 4.12 Kurva karaktersitik cogging pemoden PMSG. ............................. 98
Gambar 4.13 Kurva karasteristik tegangan PMSG. ......................................... 100
Gambar 4.14 Grafik tegangan keluaran PMSG terhadap variasi kecepatan. ... 112
Gambar 4.15 Grafik arus keluaran PMSG terhadap variasi kecepatan. ........... 113
Gambar 4.16 Grafik nilai torsi terhadap variasi kecepatan. ............................. 114
Gambar 4.17 Grafik daya input terhadap variasi kecepatan. ............................ 115
Gambar 4.18 Grafik daya output terhadap variasi kecepatan. .......................... 116
Gambar 4.19 Hasil tegangan keluaran pemodelan PMSG magnet sejajar ....... 120
Gambar 4.20 Hasil daya output pemodelan PMSG magnet sejajar ................. 120
Gambar 4.21 Efisiensi pemodelan PMSG magnet sejajar ................................ 121
Gambar 4.22 Hasil tegangan keluaran pemodelan PMSG magnet skew. ......... 124
Gambar 4.23 Daya output pemodelan PMSG magnet skew ............................. 125
Gambar 4.24 Efisiensi pemodelan PMSG magnet skew. ................................. 126
Gambar 4.25 Tegangan keluaran PMSG magnet sejajar dan skew. ................. 127
Gambar 4.26 Daya output PMSG magnet sejajar dan skew. ............................ 128
Gambar 4.27 Efisiensi PMSG magnet sejajar dan skew. .................................. 128
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Parameter dan simbol persamaan matematis desain PMSG. ............ 23
Tabel 3.1 Spesifikasi PMSG 24 Slot 8 Pole. ..................................................... 49
Tabel 3.2 Parameter desain rangkaian stator. .................................................... 52
Tabel 3.3 Spesifikasi bahan material PMSG ..................................................... 54
Tabel 3.4 Konvigurasi belitan PMSG 24 slot 8 pole. ........................................ 60
Tabel 3.5 Parameter desain rangkaian rotor magnet sejajar. ............................. 63
Tabel 3.6 Spesifikasi bahan material rotor PMSG. ........................................... 63
Tabel 3.7 Parameter desain rangkaian rotor magnet skew. ............................... 69
Tabel 3.8 Pengaturan kecepatan pada software magnet infolytica.................... 81
Tabel 4.1 Nilai keluaran PMSG magnet sejajar dari software magnet. ............ 89
Tabel 4.2 Nilai-nilai keluaran PMSG magnet skew. ......................................... 92
Tabel 4.3 Hasil cogging pemodelan PMSG. ..................................................... 97
Tabel 4.4 Hasil simulasi cogging pemodelan PMSG. ....................................... 98
Tabel 4.5 Hasil tegangan keluaran PMSG magnet sejajar dan skew. ............... 99
Tabel 4.6 Hasil simulasi kecepatan 850 Rpm PMSG Magnet sejajar. ............ 101
Tabel 4.7 Hasil simulasi kecepatan 850 Rpm PMSG Magnet skew. .............. 102
Tabel 4.8 Hasil simulasi kecepatan 950 Rpm PMSG Magnet sejajar. ............ 103
Tabel 4.9 Hasil simulasi kecepatan 950 Rpm PMSG Magnet skew. .............. 104
Tabel 4.10 Hasil simulasi kecepatan 1050 Rpm PMSG Magnet sejajar. .......... 105
Tabel 4.11 Hasil simulasi kecepatan 1050 Rpm PMSG Magnet skew. ............ 106
Tabel 4.12 Hasil simulasi kecepatan 1150 Rpm PMSG Magnet sejajar. .......... 107
Tabel 4.13 Hasil simulasi kecepatan 1150 Rpm PMSG Magnet skew. ............ 108
Tabel 4.14 Hasil simulasi kecepatan 1250 Rpm PMSG Magnet sejajar. .......... 110
Tabel 4.15 Hasil simulasi kecepatan 1250 Rpm PMSG Magnet skew. ............ 111
Tabel 4.16 Nilai keluaran PMSG terhadap kecepatan....................................... 112
Tabel 4.17 Nilai arus terhadap variasi kecepatan. ............................................. 113
Tabel 4.18 Nilai torsi terhadap kecepatan. ........................................................ 114
Tabel 4.19 Nilai daya input terhadap variasi kecepatan. ................................... 115
xvi
Tabel 4.20 Nilai daya output terhadap variasi kecepatan. ................................. 116
Tabel 4.21 Hasil tegangan 1 coil yang disihitung dangan rumus. ..................... 117
Tabel 4.22 Hasil tegangan keluaran PMSG dengan persamaan matematis. .... 118
Tabel 4.23 Hasil pemodelan PMSG magnet sejajar. ......................................... 119
Tabel 4.24 Hasil tegangan 1 coil yang disihitung dangan rumus. ..................... 122
Tabel 4.25 Hasil tegangan keluaran PMSG dengan persamaan matematis. ..... 123
Tabel 4.26 Hasil pemodelan PMSG skew. ........................................................ 124
Tabel 4.27 Tabel Hasil nilai keluaran PMSG .................................................... 126
xvii
DAFTAR RUMUS
Halaman
Rumus 2.1 Tegangan keluaran PMSG .............................................................. 17
Rumus 2.2 Gaya tarik magnet ........................................................................... 18
Rumus 2.3 Gaya tarik magnet ........................................................................... 19
Rumus 2.4 Luas lubang slot .............................................................................. 24
Rumus 2.5 Luas area slot .................................................................................. 24
Rumus 2.6 Persamaan jari-jari kawat penghantar ............................................. 24
Rumus 2.7 Jumlah lilitan .................................................................................. 24
Rumus 2.8 Jumlah belitan tiap fasa ................................................................... 24
Rumus 2.9 Frekuensi ......................................................................................... 24
Rumus 2.10 Luas area per kutub ......................................................................... 25
Rumus 2.11 Luas equivalent gap ........................................................................ 25
Rumus 2.12 koefisien permeance........................................................................ 25
Rumus 2.13 Kemiringan kurva demagnetisasi .................................................... 25
Rumus 2.14 Kerapatan fluks dititik pengoprasian PMSG .................................. 26
Rumus 2.15 Fkuls rata-rata dalam celah udara ................................................... 26
Rumus 2.16 Fluks medan magnet ....................................................................... 26
Rumus 2.17 Derajat slot ...................................................................................... 26
Rumus 2.18 Derajat pole .................................................................................... 26
Rumus 2.19 slot pitch .......................................................................................... 26
Rumus 2.20 Coil pitch......................................................................................... 26
Rumus 2.21 Lebar gigi stator .............................................................................. 27
Rumus 2.22 Area kutub rotor .............................................................................. 27
Rumus 2.23 Rotor pole pitch .............................................................................. 27
Rumus 2.24 Stator pole pitch .............................................................................. 27
Rumus 2.25 Effective core length ....................................................................... 27
Rumus 2.26 Diameter rotor ................................................................................. 27
Rumus 2.27 Stator yoke ...................................................................................... 27
Rumus 2.28 Persamaan gaya gerak listrik .......................................................... 28
Rumus 2.29 GGL ditinjau berdasarkan satu belitan ........................................... 28
xviii
Rumus 2.30 Fluks ditinjau berdasarkan luasan permukaan ................................ 28
Rumus 2.31 Fluks ditinjau berdasarkan panjang lintasan muatan ...................... 28
Rumus 2.32 Persamaan hukum maxwell 3 ......................................................... 29
Rumus 2.33 Persamaan kawat penghantar dengan permukaan tidak homogen .. 30
Rumus 2.34 Persamaan kawat penghantar dengan permukaan tidak homogen .. 30
Rumus 2.35 Teorma stokes persamaan hukum ampere ...................................... 30
Rumus 2.36 Persamaan hukum ampere .............................................................. 30
Rumus 2.37 Persamaan hukum ampere maxwell................................................ 31
Rumus 2.38 Gaya magnetostatik......................................................................... 31
Rumus 2.39 Gaya dalam konteks muatan yang bergerak ................................... 31
Rumus 2.40 Gaya dalam konteks muatan yang bergerak ................................... 31
Rumus 2.41 Gaya elektrostatik ........................................................................... 32
Rumus 2.42 Gaya elektrostatik dikaitkan dengan medan listrik ......................... 32
Rumus 2.43 Gaya per satuan muatan .................................................................. 32
Rumus 2.44 Persamaan hukum ohm ................................................................... 32
Rumus 2.45 Persamaan rapat arus ditinjau kecepatan yang sangat kecil............ 32
Rumus 2.46 Arus dan tahanan ............................................................................ 33
Rumus 2.47 Tegangan induksi antar fasa ........................................................... 33
Rumus 2.48 Frekuensi PMSG ............................................................................. 33
Rumus 2.49 Kecepatan sudut .............................................................................. 33
Rumus 2.50 Nilai Ke ........................................................................................... 33
Rumus 2.51 Torsi ................................................................................................ 33
Rumus 2.52 Daya input ....................................................................................... 33
Rumus 2.53 Daya output ..................................................................................... 33
Rumus 2.54 Persamaan medan magnet skew wilayah 1 ..................................... 35
Rumus 2.55 Persamaan medan magnet skew wilayah 2 ..................................... 35
Rumus 2.56 Persamaan medan magnet skew wilayah 3 ..................................... 35
Rumus 2.57 Rumus menghitung skew angel ...................................................... 36
Rumus 2.58 Rumus skew angel satu sisi ............................................................. 36
Rumus 2.59 Rumus menghitung panjang magnet skew ...................................... 37
Rumus 2.60 Rumus menghitung panjang magnet skew dengan Pythagoras ...... 37
xix
Rumus 2.61 Rumus menghitung sudut kemiringan ............................................ 37
Rumus 2.62 Persamaan batas permeabilitas ....................................................... 38
Rumus 2.63 Persamaan tangensial ...................................................................... 38
Rumus 2.64 Hukum gauss pada kotak pill .......................................................... 38
Rumus 2.65 Persamaan tangensial ...................................................................... 38
Rumus 2.66 Persamaan tangensial pada komponen normal ............................... 38
Rumus 2.67 komponen normal tangensial .......................................................... 38
Rumus 2.68 Rasio komponen tangensial ............................................................ 39
Rumus 2.69 Rasio komponen tangensial ............................................................ 39
Rumus 2.70 Tangensial yang menembus boundary airgap ................................ 39
Rumus 2.71 Medan magnegt yang menembus boundary airgap ....................... 39
Rumus 2.72 Persamaan gaya pada generator magnet permanen ........................ 40
Rumus 2.73 Persamaan gaya jika arus tidak diketahui ....................................... 40
Rumus 2.74 Persamaan daya input PMSG ......................................................... 40
Rumus 2.75 Persamaan kecepatan ...................................................................... 40
Rumus 2.76 Efisiensi .......................................................................................... 41
Rumus 2.77 Back electromotive force (EMF) ..................................................... 41
Rumus 2.78 Nilai Ke ........................................................................................... 41
xx
BAB I
PENDAHLUAN
1
menganalisa hasil rancangan generator yang telah dibuat untuk mengetahui apakah
rancangan generator tersebut sudah sesuai dengan yang diinginkan
2
3. Mendapatkan pengaruh torsi cogging terhadap variasi cara meletakkan
magnet permanen dirotor.
4. Mengetahui perbandingan nilai keluaran PMSG dengan peletakan magnet
sejajar dan skew terhadap kecepatan putar rotor
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
trapezoidal, bentuk annular dan bentuk campuran. Dari hasil analisanya dia
menyimpulkan bahwa Pola perubahan tegangan keluaran antar bentuk magnet
cenderung tetap untuk semua variasi kecepatan putar dan lebar celah udara.
Kemudian untuk tegangan keluaran terbesar yaitu pada pemodelan magnet
trapezoidal dikarenakan dimensinya lebih luas dibandingkan dengan pemodelan
yang lain sehingga medan magnet yang dibangkitkan juga lebih besar dan
berpengaruh terhadap tegangan keluaran sedangan tegangan keluaran terkecil
terdapat pada bentuk rectangular.
2. Jang-Young Chou dkk, 2010
Dalam jurnalnya telah melakukan analisa dan pendesainan PMSG
menggunakan metode Finite Elemnt Analist (FEA). dimana tujuan perancangan
digunakan untuk mengoptimalkan bentuk dan kerapatan fluks magnet untuk
Permanent Magnet Sincronous Generator (PMSG). Hasil dari pemodelan yang
dilakukan ditampilkan dengan Prototipe PMG 400W/450 rpm. Rotor dari PMSG
dikopel ke turbin angin, sehingga putaran rotor tergantung dengan kecepatan angin
yang memutar turbin angin. Selanjutnya tujuan digabungkan nya turbin ke rotor
langsung adalah untuk menghemat biaya karena tidak perlu menambahkan gear box
untuk turbin angin.
3. Meggi Octa suhadal, 2017
Dalam skripsinya dia merancang pemodelan generator sinkron magnet
permanen fluks radial dengan menggunakan kombinasi 18 Slot 16 Pole dengan
menggunakan software Magnet Infolytica. Pemodelan PMSG yang dirancang
mempunyai kapasitas 100 watt dengan kecepatan putar rotor 450 rpm. Dari
penelitiannya dia menyimpulkan bahwa Pemilihan ukuran besaran mesh pada saat
melakukan simulasi mempengaruhi akurasi hasil gelombang keluaran, baik
tegangan, arus maupun torsi serta memiliki tingkat ke akurasian yang tinggi pada
saat melakukan simulasi. Pada saat memodelkan PMSG menggunakan software
SolidWorks cukup memodelkan untuk 1 bagian slot dan pole dikarenakan nantinya
hasil pemodelan akan di import ke software MagNet Infolytica. Dan didalam
software tersebut terdapat tools untuk merotate, sehingga lebih hemat waktu.
5
4. Mukhdil Azka, (2013)
Pada penelitian ini membahas mengenai perancangan dan pemodelan
sebuah PMSG dengan menambahkan lubang pada rotor PMSG. Dari penelitiannya
disimpulkan bahwa penambahan lubang udara pada rotor berfungsi sebagai
pendingin atau cooling System dan juga mempengaruhi tegangan induksi.
Sbelumnya dengan kecepatan 300 rpm mendapatkam tegangan 220 Volt tetapi
dengan adanya penambahan lubang untuk mendapatkan tegangan tersebut cukup
memutar rotor dengan kecepatan 250 rpm. Hasil simulasi FEMM fluks yang
dihasilkan terdistribusi dengan merata sehingga tidak terjadi konsentrasi fluks di
bagian area tertentu yang bisa mengakibatkan panas. Serta dengan penambahan
lubang pada rotor dapat mengurangi bobot dari rotor sehingga putarannya menjadi
lebih ringan akan tetapi daya tahannya berkurang.
5. M. Choirul Anam, dkk (2016)
Telah melakukan perancangan PMSG 100 watt menggunakan software
Magnet Infolytica. Peneliti tersebut menggunakan kombinasi 12 slot 8 pole dengan
diameter 13 cm dan ketebalan 5 cm. Rotor diputar dengan kecepatan 100 rpm
dengan 12 lilitan di stator. Dari perancangan tersebut menghasilkan tegangan 21,65
volt dan arus 0 ampere ketika tidak ada beban, sedangkan untuk rancangan
berbeban menghasilkan tegangan output 23,89 volt dan arus sebesar 5 ampere.
Kemudian peneliti juga menyimpulkan tegangan keluaran dari PMSG sangat
dipengaruhi oleh diameter rotor, jenis bahan material yang digunakan, jumlah
belitan pada stator, serta kecepatan putar rotor.
Setelah melihat dan mempelajari beberapa jurnal penelitian terkait untuk
generator magnet permanen fluks radial, maka berikut akan dijelaskan beberapa
teori yang digunakan untuk menunjang agar penelitian ini dapat tercapai.
6
Pada umumnya sebuah generator terdiri dari komponen penyusun utama
yaitu stator dan rotor. Stator pada generator merupakan bagian atau wadah untuk
melilit coil atau kumparan dan di stator juga tempat dimana tegangan dibangkitkan..
Sedangkan rotor pada generator merupakan bagian yang berputar yang terkopel
dengan motor atau turbin sebagai penghasil medan, baik itu medan magnet ataupun
dan medan dari arus searah pada kumparan di rotor tersebut (Azka, 2013).
7
2.4.1 Kontruksi Generator Sinkron Konvensional
Komponen penyusun generator sikron konvensional adalah stator dan rotor.
Stator merupakan wadah untuk tempat belitan kawat yang terdiri dari beberapa slot
dimana kumparan nantinya akan dililit pada gigi stator. Sedangkan rotor pada
generator sinkron konvensional merupakan bagian dari generator yang berputar dan
tempat untuk kumparan rotor sebagai sumber medan magnetik dengan komponen
penyusunnya adalah slip ring dan poros. Adapun kontruksi generator lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.
8
• Inti stator
Inti stator adalah tempat mengalirnya fluks magnet dari rotor yang masuk
melalui gigi stator dan sebagai tempat melilit coil. Inti stator biasanya berbentuk
lempengan-lempengan yang di gabung menjadi satu dengan tujuan mengurangi
arus eddy dan rugi histerisis. Inti stator dibuat dengan bahan baja silicon yang
memiliki sifat kemagnetan yang baik.
• Slot
Slot merupakan bagian dari stator yang terdiri dari dua gigi stator sebagai
tempat untuk menopang kumparan kawat. Slot juga dibentuk dengan sisitem
berbuku-buku. Biasanya didalam slot dilapisi dengan bahan isolator agar kawat dan
gigi stator tidak besentuhan secara langsung.
• Kumparan stator
Kumparan stator berfungsi sebagai tempat menghasilkan tegangan induksi
akibat adanya fluks magnetik yang mengalir di gigi stator secara berulang (back
emf) dari kutub-kutub pada rotor. Konfigurasi pada belitan stator berupa belitan
terkonsentrasi maupun belitan terdistribusi. Keuntungan dari belitan terkonsentrasi
memiliki amplitudo tegangan induksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kumparan terdistribusi.
2. Rotor / Kumparan Medan
Rotor merupakan bagian yang berputar pada generator yang terkopel dengan
poros. Rotor pada generator sinkron konvensional berfungsi sebagai tempat
meletakkan belitan kutub sebagai sumber medan magnet setelah kawat di tambah
dengan arus eksitasi. Biasanya rotor di letakkan pada bagian tengan stator, akan
tetapi ada juga sebagian generator memiliki rotor yang terletak dibagian luar
mengelilingi stator. Terdapat tiga bagian utama pada rotor yaitu:
• Collector ring atau slip ring
Slip ring terbuat dari bahan bahan yang sangat kuat dan melingkari. Slip ring
juga tempat diletakkkan terminal kumparan rotor sebagai tempat dimasukkannya
arus eksitasi melalui sikat (brush) yang diletakkan di cincin geser. sikat (brush)
merupakan sebuah blok yang terbuat dari bahan baja slikon yang mampu
mengonduksikan listrik secara bebas tetapi minim pergeseran.
9
• Kumparan rotor
Kumparan rotor merupakan kawat yang dililit pada kutub di rotor.
Kumparan rotor berfungsi sebagai medan eksitasi sebagai sumber pembangkit
medan magnet setelah di beri arus eksitasi. Dari kumparan inilah nantinya
menyebabkan fluks yang berubah-ubah pada gigi stator sehingga pada belitan stator
akan timbul tegangan.
• Poros
Poros merupakan baja slikon yang berfungsi menahan rotor dan juga
sekaligus sumber putaran dari rotor tersebut karena sudah saling terkopel yang
prime mover. Pada ujung poros biasanya diletakkan gear, bot ass atau juga blade.
10
akan timbul GGL/Medan (Bf) nantinya medan inilah yang menyebabkan
timbulnya tegangan induksi pada kumparan stator.
2. Poros yang yang sudah terkopel dengan rotor diputar pada kecepatan
sinkron sehingga kumpuran rotor ikut berputar yang menyebabkan medan
magnet ikut berputar. fluks magnet masuk ke gigi stator dengan suatu
kecepatan sudut (omega) terjadi back electromotive force.
3. Medan magnet yang dihasilkan kumparan rotor yang diputar menghasilkan
tegangan induksi pada coil yang melilit stator dan menyebabkan fluks
magnetik (Φ) dimana besarannya brubah-ubah terhadap waktu.
11
lebih pendek dan lebih besar. PMSG sering dipakai pada pembangkit kecepatan
rendah seperti kincir air dan kincir angin.
Penyusun komponen generator sinkron magnet permanen tidak serumit
generator konvensional yang sring dijumpai. PMSG Terdiri dari inti stator, shaft,
rotor dan magnet permanen. Untuk biaya perawatannya juga lebih minim.
Konstruksi pada rotor nya juga tidak serumit denga generator sinkron konvensional
hanya dengan magnet permaen. Magnet permanen pada rotor harus dibuat dengan
magnet yang kuat untuk menghasikan generator yang lebih efisien. konstruksi
PMSG seperti terlihat pada gambar 2.3 dibawah:
Stator
Shaf
t
Rotor
Permanent Magnet
12
rotor yang masuk ke airgap melalui teeth. Berikut adalah contoh gambar stator
magnet permanen seperti terlihat pada gambar 2.4.
Permanent Magnet
Rotor Stator
13
untuk memutar rotor karena belitan jangkar berada di staor yag dalam keadaan
diam. Bentuk Eksternal stator magnet permanen dapat dilihat pada gambar 2.6
Stator
Permanent Magnet
Rotor
14
luar rotor (Surface Mounted Permanent Magnet) dan magnet permanent yang di
letakkan pada bagian dalam stator (Interior Permanent Magnet). Untuk lebih jelas
terlihat pada gambar 2.7 berikut.
15
2.5.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron Magnet permanen
Generator sinkron magnet permanen dibangkitkan melalui magnet
permanen sebagai penghasil medan magnet pada rotor dan fluks magnet diperoleh
dari magnet permanen kemudian fluks magnet masuk melewati celah udara menuju
gigi stator yang sehingga timbul garris-garis magnet tersebut keluar dari kutub-
kutub secara axial maupun radial (Strous, 2010). Generator sinkron magnet
permanen mempunyai struktur penyusun yang sama dengan generator sinkron
konvensional pada umumnya yang memiliki kumparan dan sebagai tempat
terjadinya induksi elektromagnetik, rotor PMSG didesain lebih sederhana tempat
meletakkan magnet permanen sebagai sumber medan magnet tanpa belitan dan
tambahan arus eksitasi, fluks yang dihasilkan magnet permanen masuk ke gigi
stator melalui celah udara. Berikut adalah gambar lintasn fluks magnet dalam empat
kutub seperti terlihat pada gambar 2.9.
.
Gambar 2.9 Medan magnet mengalir dalam empat kutub (Hanselman, 2006).
Prinsip kerja generator sinkron magnet permanen yaitu poros yang terkopel
dengan rotor di putar dengan sebuah alat penggerak (prime mover) dengan
kecepatan sinkron bisa saja berupa turbin air, turbin angin, turbin gas maupun turbin
uap. kemudian magnet permanen di rotor akan berputar mengikuti putaran rotor
sebagai penghasil medan magnet. seiring dengan putaran rotor dan putaran kutub
magnet yang berbeda-beda terjadilah back EMF. Fluks magnet masuk ke gigi stator
melalui celah udara secara terus menenerus seiring dengan perputaran rotor. yang
kemudian menyebar ke inti stator. Di karenakan pada gigi stator timbul fluks yang
berubah-ubah maka pada kumparan yang melilit gigi stator tersebut akan timbul
tegangan.
16
Generator magnet permanen berfungsi mengubah energi gerak/mekanik
menjadi sebuah tenaga listrik melalui induksi magnet dari magnet permanen yang
kemudian menghasilkan tegangan induksi. Perpuataran rotor menyebabkan magnet
permanen juga ikut berputar menghasilkan gaya magnet yang berubah-ubah
sehingga fluks magnet yang terserap gigi stator juga ikut berubah-ubah. Menurut
aturan tangan kanan Flemming maka akan timbul tegangan yang dibangkitkan dari
proses tersebut. Hukum tangan kanan flemming seperti terlihat pada gambar 2.10.
Gambar 2.10 Hukum tangan kanan flemming (Kenjo and Nagamori, 1985).
Pada gambar diatas menjelaskan bahwa jari telunjuk menunjukkan arah
Flux Density (𝐵). jari tengah menunjukkan tegangan induksi induksi yang
dibangkitkan (𝑒) sedangkan ibu jari menunjukkan arah kecepatan putar (𝑣).
Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat drumuskan dalam persamaan
sebagai berikut..
𝑒 =𝐵.𝐿.𝑣 (2.1)
Keterangan :
e : Tegangan yang dibangkitkan ( Volt )
B : Magnetic Flux Density ( Tesla)
v : Kecepatan ( m/s )
L : Panjang kabel (J D Edwards, 2004)
Dari persamaan tersebut panjang lilitan (L) dan kecepatan (𝑣) dapat diubah
sesuai kehendak namun untuk kuat medan magnet (𝐵) harus mengetahui terlebih
dahulu konsep dasar dari persamaan medan magnet. Arah lintasan medan magnet
17
disebut magnetic flux densinty. Garis-garis ini timbul setelah menerima medan
magnet dari magnet permanen di rotor. Garis-garis magnet tersebut dinamakan
dengan garis fluks, yang mana nantinya garis fluks ini akan menunjukkan besar
magnitude atau gaya magnet dan arah dari B. Jarak antara garis satu dengan garis
yang lainnya menunjukkan besar magnitude sehingga semakin rapat garis-garis
magnet maka akan semakin besar magnitudenya dan begitu pula sebaliknya. Untuk
melihat bentuk lintasan garis-garis magnet dapat dilihat pada gambar 2.11 berikut.
Keterangan :
F: gaya (force)
q: eletric charge dengan kecepatan 𝑣
B: Magnetic flux density
18
Atau dapat dinyatakan dengan persamaan lain yaitu : (Chapman, Stephen J, 1999).
𝑓 = 𝐵.𝑙.𝑖 (2.3)
Keterangan :
f : gaya ( force)
B: Magnetic Flux Density
l: panjang konduktor (m)
i: kuat arus listri (A)
19
mendapatkan medann magnet sedangkan rotor pada generator magnet
permanen/PMSG menggunakan sebuah magnet permanent sebagai penghasil
medan. Generator magnet permanen biasanya dipakai pada pembangkit dengan
kecepatan putar yang rendah.
Berdasarkan arah aliran fluks yang dihasilkan oleh magnet permanen yang
terletak pada rotor PMSG maka PMSG dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
PMSG dengan medan radial dan PMSG dengan medan aksial. Pada PMSG fluks
radial arah fluks yang dihasilkan magnet permanen pada rotor vertikal dan memiliki
bentuk yang sama pada generator sinkron pada umumnya. Sedangkan PMSG fluks
aksial memiliki arah fluks paralel dengan poros rotor. Pada aplikasi secara umum
generator sinkron jenis radial lebih banyak digunakan dibandingkan dengan
generator sinkron jenis aksia (Azka, 2013).
20
menjadi tenaga listrik dari sebuah magnet permanen di rotornya sehingga PMSG
tidak membutuhkan penambahan arus DC untuk menghasilkan medan induksi.
Generator radial flux memiliki fluks yang menyebar kesegala arah. Fluks yang
dihasilkan magnet permanen menginduksi gigi stator sehingga muncul garis-garis
magnet yang akan bergerak seiring dengan perputaran magnet pada rotor sehingga
pada kumparan akan muncul tegangan.
PMSG dengan arah fluks radial memiliki beberapa keunggulan yang sangat
signifikan dimana generator ini sangat mudah dalam meletakan magnet di rotornya.
Kontruksi generator ini juga mirip dengan generator konvensonal ataupun motor
yang berbentuk tabung panjang. PMSG radial flux paling banyak ditemukan atau
dipasang pada turbin angin karena bisa beroperasi pada putaran rendah dan tinggi.
(Pramono, Muliawati and Kuniawan, 2017).
21
permanen fluks radial kerapatan daya keluaran tetap. Prinsip kerjanya
menggunakan magnet sebagai medan eksitasi. fluks magnet masuk melalui celah
udara ke disk yang dililit oleh coil. Sehingga pada baja disk timbul garis-garis
magnet. fluks ini bergerak seiring denga oeroutaran magnet pada rotor sehingga
pada belitan timbul tegangan. Peletakan magnet permanen dirotor pada generator
fluks aksial seperti terlihat pada gambar 2.14 berikut.
22
Tabel 2.1 Parameter dan simbol persamaan matematis desain PMSG.
Simbol Jenis Besaran Simbol Jenis Besaran
𝐷𝑖 Diameter luar rotor f Frekuensi
𝐷𝑎 Diameter dalam magnet 𝐸𝑝ℎ Tegangan fasa
𝐷𝑒 Diameter luar stator 𝑛𝑐 Jumlah lilitan per coil
𝐷𝑐 Diameter dalam stator 𝑘𝑤 Faktor lilitan
𝐷𝑏 Diameter dalam lubang slot 𝜙 Fluks magnet
𝐿𝑚 Tebal magnet 𝑁𝑠 Jumlah slot
𝐿ℎ Panjang magnet 𝑁𝑐 Jumlah lilitan fasa
𝐿𝑎 Tebal inti stator/rotor n Putaran rotor
𝐿𝑡𝑔 Lebar celah gigi stator Efisiensi
𝐿𝑡 Tinggi teeth 𝑃𝑖𝑛 Daya input
𝐿𝑤 Lebar teeth 𝑃𝑜𝑢𝑡 Daya output
𝑔 Celah udara ω Kecepatan sudut
P Jumlah kutub 𝐾𝑒 Kontanta EMF
Q𝑆 Jumlah slot 𝐾𝑡 Konstanta torsi
𝑊𝑑 Lebar magnet/kutub T Torsi
23
1. Menghitung luas lubang slot, 𝐴𝑠 . (Suhada, 2018).
𝐷𝑒 2 − 𝐷𝑐 2 1 𝜋.𝐷𝑐 − 𝐿𝑡𝑔 .𝑁𝑠 𝐷 − 𝐷 −2.𝐿𝑡
𝐴𝑠 = 𝜋
4
‧ 𝑁𝑠
𝐿𝑡𝑔 ‧𝐿𝑡 −
𝑁𝑠
‧𝐿𝑡 − 𝑊𝑡𝑠 𝑒 2𝑐 (2.4)
𝐴0 .𝑆𝑓
𝜏𝑐𝑢 = √ (2.6)
2.𝑁𝑐 .𝜋
24
rotor sebagai tempat diletakkan kutub perlu perhitungan matematis untuk
menentukan luas area perkutub sesuai dengan bentuk magnet yang dimodelkan
maka dapat dihitung dengan persamaan:
𝐷𝑖 + 𝐷𝑐 1
𝑆𝑔 = 𝜋 ‧ ‧𝐿𝑎 (2.11)
2 𝑁𝑠
𝐿𝑚 . 𝑆𝑔 𝐾𝑓
𝑃𝑐 = ‧ (2.12)
𝑔 . 𝑆𝑚 𝐾𝑟
25
permeance, Dimana (𝐵𝑑 ) merupakan nilai kerapatan fluks di titik pengoperasian
generator dengan persamaannya adalah
1. Derajat slot,𝜃𝑠
2𝜋
𝜃𝑠 = (2.17)
𝑁𝑠
2. Derajat pole, 𝜃𝑝
2𝜋
𝜃𝑝 = (2.18)
𝑝
Dimana 𝜃𝑠 = Derajat slot, 𝜃𝑝 = Derajat pole, Ns = Jumlah slot dan
p = Jumlah pole (Strous, 2010).
3. Slot pitch, τ𝑠
τ𝑠 = r𝑠𝑖 . 𝜃𝑝 (2.19)
4. Coil pitch, τ𝑐
26
5. Lebar gigi stator 𝑊𝑡𝑠
𝑝 . 𝐵𝑔 . 𝐴𝑝𝑟
𝑊𝑡𝑠 = (2.21)
𝑁𝑠 . 𝐿𝑖 . 𝐵𝑡𝑠
𝐴𝑝𝑟 = τ𝑟 . 𝐿𝑖 (2.22)
τ𝑟 = τ𝑝 . 0,75 (2.23)
𝜋. 𝐷
τ𝑝 = (2.24)
𝑃
9. Effective core lenght, 𝐿𝑖
𝐿𝑖 = L . 𝐾𝑠𝑡𝑎𝑐𝑘 (2.25)
𝐾𝑠𝑡𝑎𝑐𝑘 adalah faktor penumpukkan stator laminasi = 0,9 - 0,95 untuk 0,35 –
0,55 mm ketebalan laminasi. (Suhada, 2018). Pada penelitian ini, tebal laminasi
yang digunakan 0,5 mm sesuai dengan material yang digunakan pada tools software
magnet infolytica yaitu material berbahan carpenter silicon steel. Sehingga faktor
penumpukan di ambil 0,95. Dengan ketebalan 0,5 mm memberikan losis inti 2,38
W/kg pada frekuensi 50 Hz.
Dimana 𝐵𝑡𝑠 = Nilai kerapatan fluks pada gigi stator (1,5 T - 1,7 T) Nilai
yang lebih tinggi bisa menyebabkan kejenuhan (Suhada, 2018).
27
2.10 Teori Medan Magnet Derhadap Posisi Peletakan Magnet
2.10.1 Hubungan medan terhadap hukum maxwell 3
Persamaan yang digunakan pada pemodelan PMSG dengan posisi magnet
sejajar dan posisi magnet skew menggunakan hukum maxwell 3 yang mamakai
prinsip hukum faraday yang menjelaskan bahwa jika ada fluks yang berubah-ubah
yang memotong coil maka pada coil tersebut akan menghasilkan gaya gerak listrik.
Dapat ditulis dengan persamaan :
∂Ф
Ɛ=-N (2.28)
∂t
Ф = -∫ 𝐵 ‧ 𝑑𝐴 (2.30)
Sedangkan berdasarkan ggl kita meninjau muatan. Muatan yang bergerak ini tentu
bergerak sepanjang lintasannya sehingga yang di tinjau adalah panjang maka dalam
bentuk integral dapat ditulis dengan persamaan
Ɛ = ∫ 𝐸 ‧ 𝑑𝐿 (2.31)
28
Dari kedua persamaan di atas di subtitusikan sehingga memjadi persamaan sebagai
berikut.
∂Ф
Ɛ=-
∂t
∂𝐵
Ɛ = -∫ ‧ 𝑑𝐴
∂t
∂𝐵
∫ 𝐸 ‧ 𝑑𝐿 = -∫ ‧ 𝑑𝐴
∂t
29
penghantar akan menghasilkan medan magnet di sekitar kawat tersebut. Kemudian
jika ada kawat penghantar yang di alirin arus listrik yang dilingkupi oleh permukaan
yang tidak homogen dan jika ingin meninjau elemen tertentu maka persamaan
menjadi
∑ 𝐵 ‧ ΔL = µ0 . I (2.33)
∫ 𝐵 ‧ 𝑑𝐿 = µ0 . I (2.34)
Berdasarkan teorema stokes
∫ 𝐵 ‧ 𝑑𝐿 = ∫ 𝛻 𝑥 𝐵 𝑑𝐴 (2.35)
Jika persamaan tersebut di subtitusikan maka akan menjadi :
𝐼
j=
∫ 𝛻 𝑥 𝐵 𝑑𝐴 = µ0 . I 𝐴
I = ∫ 𝑗 ‧ 𝑑𝐴
∫ 𝛻 𝑥 𝐵 𝑑𝐴 = µ0 . ∫ 𝑗 ‧ 𝑑𝐴
Sehingga I akan disubtitusikan kedalam
∇ x B ∫ 𝑑𝐴 = µ0 . j ∫ 𝑑𝐴
persamaaan.
∇ x B ‧A = µ0 . j ‧A
∇ x B = µ0 . j (2.36)
Persamaan inilah yang menjadi dasar hukum ampere. Tetapi ini hanya
berlaku untuk arus yang stady artinya rapat arusnya konstan tiap ruang penghantar.
Tetapi untuk arus yang nonstady dalam artian rapat arusnya berbeda-beda tiap
ruang penghantar itu maka persamaan hukum ampere tidak berlaku sehingga
maxwell menambahkan atau mengoreksi sedikit melalui persamaan kontinuitas.
Persamaan kontinuitas
∂𝜌 Hukum maxwell 1
∇ ‧j =-
∂t 𝜌
∂
∇ ‧E =
µ0
∇ ‧j =- (µ0 ‧∇ ‧ E )
∂t
𝜌 = µ0 ‧∇ ‧ E
∂
j+ ‧ µ0 ‧ E = 0 Sehingga 𝜌 akan disubtitusikan kedalam
∂t
∂𝐸 persamaaan.
j + µ0 ‧ =0
∂t
Sehingga
∂𝐸
∇ x B = µ0 . ( j + µ0 ‧ )
∂t
30
Sehingga persamaan hukum ampere maxwell adalah :
∂𝐸
∇ x B = µ0 j + µ0 ‧ (2.37)
∂t
F = B . I . L sin ϴ (2.38)
Jika ingin meninjau lebih dalam lagi dalam konteks muatan yang bergerak maka :
𝑞
F=B. . x . sin ϴ (2.39)
𝑡
Fg = B . q . v . sin ϴ (2.40)
Jika ada beberapa muatan yang bergerak disepanjang kawat penghantar
maka gaya akan muncul dari interkasi antara muatan yang bergerak tersebut. Gaya
yang dihasilkan dari interkasi antar medan magnet dari muatan yang bergerak
dengan medan magnet dari kutub magnet dan gaya yang dihasilkan dari muatan itu
31
sendiri atau biasa disebut gaya elektrostatik yang dapat ditulis dengan persamaan :
𝑞1 .𝑞2
F= (2.41)
𝑟
Jika dikaitkan dengan medan listrik maka :
𝑞
E=K. 2 maka Fe = E . q (2.42)
𝑟
Gaya total adalah :
Ftot = Fg + Fe
Ftot = ( B . q . v . sin ϴ ) + ( E . q )
Ftot = q ( B . v . sin ϴ + E )
Ftot = q ( E + B x v )
Sehingga gaya per satuan muatan adalah :
𝐹𝑡𝑜𝑡
=E+Bxv maka F=E+Bxv (2.43)
𝑞
Persamaan hukum ohm yang sebenarnya yaitu rapat muatan sama dengan
konduktivitas dikali medan listrik atau bisa ditulis dengan persamaan.
j=σ.F (2.44)
Jika F disubtitusikan dari gaya persatuan muatan menjadi :
j=σ.(E+Bxv)
Jika meninjau pergerakan yang kecepatannya sangat kecil sekali maka ( B x v )
bisa diabaikan sehingga dapat ditulis dengan persamaan.
j=σ.E (2.45)
Dimana rapat arus sama dengan banyaknya arus yang mengalir dibagi luas
penampang sehingga dapat ditulis.
V
I 1. Bedan potensial V = E . L maka E =
=σ.E L
A
2. Konduktivitas berbanding terbalik dengan
1 𝑉
I= ‧ ‧A 1
𝜌 𝐿 Resitivitas Sehingga σ =
𝜌
A
I=V. L A 1
𝜌. 𝐿 3. karna R = ρ ‧ maka =
A 𝜌. 𝐿 𝑅
32
1 V
I=V. Sehingga R = (2.46)
𝑅 I
2. Frekuensi PMSG, f
𝑛 .𝑝
f= (2.48)
120
3. Torsi generator, T
Besarnya nilai torsi dan daya keluaran dapat dihitung dengan persamaan:
(Kenjo and Nagamori, 1985).
2.𝜋
` ω=v‧ (2.49)
60
𝑣
𝐾𝑒 = dimana 𝐾𝑡 = 𝐾𝑒 (2.50)
ω
𝑇 = 𝐾𝑒 .𝐼𝑎 (2.51)
4. Daya generarator, P
Besarnya daya (P) pada generator dapat dihitung dengan persamaan :
(Hanselman, 2006).
𝑃𝑖𝑛 = T. ω (2.52)
𝑃𝑜𝑢𝑡 = V .I (2.53)
33
yang menembus gigi stator tidak dihitung secara simultan. Nah untuk mencari
medan magnet dari magnet skew maka harus terlebih dahulu mengetahui konsep
magnet skew. Untuk lebih jelas dapat terlihat pada gambar 2.16 berikut.
34
pada puncaknya. Sehingga jarak atau batas integrasi terhitung saat fluks mulai
bergerak naik sampai titik jenuhnya (tahap skew angel,σ) seperti terlihat pada
gambar 2.16 dimulai dari -σ𝑠 /2 sampai dengan σ𝑠 /2. Adapun sudut kemiringan ϴ
merupakan perbedaan sudut awal ϴ dengan besar sudut akhir 𝛳1 dimana sudut akhir
ini adalah jarak sudut dari arah tegak lurus sampai dengan besar sudut kemiringan
magnet. kontribusi dari satu magnet lembaran sangat tipis terhadap distribusi fluks
total adalah dB = 𝐵𝑚 ⁄σ d𝛳1 , maka medan magnet yang ditinjau pada wilayah 1
adalah
𝜎 ⁄2 σ⁄2 𝐵𝑚 1
𝐵1 = ∫−𝜎 ⁄2 𝑑𝐵 = ∫−σ⁄2 x 𝑒 (𝛳−𝛳1 )/𝑎 d𝛳1
σ 2
𝐵𝑚 𝑎
= [𝑒 (𝛳+σ/2)/𝑎 - 𝑒 (𝛳−σ/2)/𝑎 ] (2.54)
4 σ𝑠 /2
Sekarang mari meninjau kembali gambar 2.16 pada wilyah dua (𝐵2)
dimana kondisi ini merupakan puncak flux density dengan batas integrasi mulai dari
σ𝑠 /2 (1) sampai dengan σ𝑠 /2 (2) dimana pada tahap ini gigi stator berada di
pertengahan bidang magnet, luasan magnet yang berada pada satu garis lurus
dengan gigi stator lebih besar sehingga pada tahap memiliki kerapatan fluks
terbesar maka,
1 𝑎
𝐵2 = 𝐵𝑚 { 1 - [𝑒 −(𝛳−σ/2)/𝑎 - 𝑒 −(𝛳+σ/2)/𝑎 ] } (2.55)
4 σ/2
Terakhir adalah kerapatan fluks pada wilyah ketiga (𝐵3), dimana pada
kondisi ini gigi stator berada pada satu garis lurus dengan Skew angel (σ), pada
gambar 2.16 dimana terlihat batas kerapatan fluks terhitung dari σ𝑠 /2 (2) sampai
σ⁄2+𝛳 1 𝑎
𝐵3 = 𝐵𝑚 { - [𝑒 (𝛳−σ/2)/𝑎 - 𝑒 −(𝛳+σ/2)/𝑎 ] } (2.56)
σ 4 σ/2
Skew angel (𝛔) merupakan jarak kemiringan magnet, (ϴ) adalah sudut
kemiringan magnet dan (𝑳𝒂 ) merupakan tebal rotor atau bisa dikatakan panjang
magnet pada posisi normal. Jadi ketika rotor itu berputar, fluks magnet yang
melewati atau menembus gigi stator itu terjadi secara bertahap dikarenakan posisi
35
magnet nya miring. Pada gambar 2.16 kerapatan fluks terbesar adalah ketika gigi
stator berada ditengah-tengah luasan penampang magnet. Karena pada tahap ini
bagian magnet yang mengenai gigi stator lebih banyak. Dalam kasus penelitian ini,
untuk menentukan Skew angel (𝛔), sudut kemiringan dan panjang magnet dapat di
ilustrasikan pada gambar 2.17 berikut.
σ = σ1 + σ2 = 2 x σ1 (2.57)
dimana,
𝐿𝑎
σ1 = σ2 = 2 x a = a tan (ϴ) = tan (ϴ) (2.58)
2
𝐿𝑎 merupakan panjang rotor. Dalam kasus ini untuk mempermudah dalam
perhitungan maka dibagi menjadi dua wilayah sehingga panjang rotor dibagi
menjadi dua. untuk menentukan panjang magnet (𝐿ℎ ) maka cukup mencari sisi
miring wilayah satu saja dikarenakan sisi miring wilayah 2 merupakan cerminan
dirinya sendiri. Sehingga panjang magnet adalah sisimiring wilayah satu dikali dua
seperti terlihat pada gambar 2.17 diatas. Adapun untuk mencari panjang magnet
(𝐿ℎ ) dapat dihitung dengan persamaan.
36
𝐿𝑎 /2
𝐿ℎ = 2 x (𝐿ℎ /2) = 2 x (2.59)
cos (𝛳)
Dalam menghitung panjang magnet skew juga bisa diselesaikan dengan
teorema pythagoras dimana,
2
𝐿 𝐿 2
𝐿ℎ = 2 x (𝐿ℎ /2) = 2 x √( 2𝑎 tan (𝛳) ) + ( 2𝑎) (2.60)
Jika kemiringan sudut magnet belum diketahui dapat dihitung dengan persamaan.
𝑎 σ⁄2
ϴ = 𝑡𝑎𝑛−1 = 𝑡𝑎𝑛−1 (2.61)
𝑏 𝐿𝑎 ⁄2
Setelah mendapatkan nilai Skew angel (σ), Sudut kemiringan magnet (ϴ)
maka untuk mendapatkan luas area perkutub (a) dapat diselesaikan dengan
persamaan 2.10. Setelah mendapatkan variabel-variabel yang dibutuhkan
selanjutnya menentukan medan magnet yang dihasilkan. Dalam kasus magnet skew
menghitung medan magnet dibagi menjadi tiga tahap
37
A). kontinuitas 𝐷𝑛 ditunjukkan oleh permukaan gaussian di sebelah kanan.
B). kontinuitas 𝐸tan 1 dan 𝐸tan 2 oleh garis integral tentang lintasan tertutup di
sebelah kiri.
mengelilingi jalan kecil tertutup di sebelah kiri, memperoleh:
𝐸tan 1 ∆𝑤 - 𝐸tan 2 ∆𝑤 = 0
𝐸tan 1 = 𝐸tan 2 (2.62)
Untuk kasus ini, maka kita mungkin menganggap ρs adalah nol pada
antarmuka. mempertimbangkan muatan terikat di ruang bebas sangat kecil
kemungkinannya ada muatan dimana magnet memiliki dua kutub sehingga tidak
ada muatan. Maka,
𝐷𝑁1 = 𝐷𝑁2 (2.65)
dan B normal terputus dikaena memotong batas. kondisi dapat digabungkan untuk
menunjukkan muatan dalam vektor D dan B di permukaan. biarkan D1 (dan B1)
membuat sudut dengan normal ke permukaan gambar 2.19. karena komponen
normal D berlanjut.
𝐷𝑁1 = 𝐷1 cos 𝛳1 = 𝐷2 cos 𝛳2 = 𝐷𝑁2 (2.67)
38
Gambar 2.19 Arah medan yang memotong boundary
Rasio komponen tangensial diberikan dengan dengan persamaan 2.63. maka,
𝐷tan 1 𝐷1 sin 𝛳1 µ1
= =
𝐷tan 2 𝐷2 sin 𝛳2 µ2
Atau
µ2 𝐷1 sin 𝛳1 = µ1 𝐷2 sin 𝛳2 (2.68)
dan pembagian persamaan ini dengan persamaan 2.67 menghasilkan,
tan 𝛳1 µ1
= (2.69)
tan 𝛳2 µ2
pada gambar 2.19 kita mengasumsikan bahwa µ1 > µ2 , dan karena itu 𝛳1 > 𝛳2
Permeabilitas µ2 merupakan permeabilitas pada area rotor µ𝑟 sebelum
melewati batas airgap dimana B = µ𝑟 .H, sedangkan Permeabilitas µ1 merupakan
permeabilitas stator yang melewati batas airgap dengan mengalikan faktor µ0 =
4π.10−7dimana µ𝑠 = B/µ0 𝐻. Besaran D di daerah 2 dapat diketahui dari persamaan
2.67 dan persamaan 2.68 maka,
µ
𝐷1 = 𝐷2 √𝑐𝑜𝑠 2 𝛳1 + (µ 2 )2 𝑠𝑖𝑛2 𝛳1 (2.70)
1
39
2.14 Perumusan daya yang dibangkitkan PMSG
Sebelum menentukan besarnya daya yang dibangkitkan maka harus terlebih
dahulu mengetahui gaya (F) yang dihasilkan. Untuk menghitung gaya pada
generator magnet permanen maka dapat dituliskan dengan persamaan
F = B.I.L (2.72)
P = F.r.ω = T. ω (2.74)
2.15 Efisiensi
Generator sinkron magnet permanen tidak akan mungkin bisa
mongkonversikan seluruh energi yang ia terima mnjadi energi yang sesuai dengan
apa yang diharapkan. Sebagian energi keluaran dari PMSG pasti ada yang tidak
sesauai dengan apa yang diharapkan. Hal ini adalah sifat alami sehingga terjadilah
yang dinamakan konsep efisiensi.
Daya yang diterima dari sebuah PMSG disebut dengan daya input
sedangkan daya yang diubah kedalam bentuk yang diinginkan merupakan daya
output atau daya keluaran PMSG. Efisiensi adalah hasil pembagian antara daya
ouput dengan daya input dikali seratus persen. Nilai efesiensi dapat diselesaikan
dengan persamaan berikut:
40
Pout
= x 100% (2.76)
Pin
Keterangan :
Pout : Daya keluar
Pin : Daya masuk (Hamdi. Essam S, 1994)
41
2.17 Electrical Steels
Bahan material yang digunakan pada generator sinkron magnet permanen
disebut dengan electrical steels. Electrical steels merupakan baja yang memiliki
nilai permeabilitas bahan tinggi sehingga sangat bagus untuk diterapkan dalam
pembuatan lempengan stator dan rotor pada PMSG. Bahan dengan nilai
permeabilitas bahan yang tinggi memiliki kemampuan untuk menghantarkan fluks
magnet dengan baik. Semakin tinggi nilai permeabilitas bahannya maka bahan
tersebut dapat menghantarkan fluks magnet dengan baik.
Pada umumnya bahan electrical steels terbagi menjadi dua jenis yaitu non-
oriented dan grainoriented steels. jenis non-oriented merupakan bahan material
pembuatan stator dan rotor yang paling sering dipakai pada generator sinkron
magnet permanen karena memiliki karakteristik isotropik. Sedangkan untuk jenis
grain-oriented hanya memiliki kemampuan untuk menghantarkan medan magnet
ke suatu arah tertentu, biasanya jenis material grain-oriented digunakan sebagai
bahan inti besi pada trafo.
42
• Bahan magnet permanennya relatif mahal
• Korosi magnet dan kemungkinan demagnetisasi dari magnetnya
• Rentang kecepatan pada daya tinggi yang konstannya rendah
43
Gambar 2.20 Tampilan menu utama software magnet infolytica.
Software MagNet Infolytica sendiri dapat dihubungkan ke berbagai
perangkat lunak lain agar lebih mudah saat melakukan pendesaianan. Software
magnet infolytica juga dapat menampilkan bentuk gelombang tegangan serta
bentuk gelombang flux lingkage. Medan magnet ditampilkan dalam berbagai
bentuk warna dimana gradiasi warna merah merupakan kuat medan magnet
tertinggi sampai warna putih yang memiliki medan magnet ternedah.
44
Adapun hunungan slot dan pole pada penelitian ini adalah 24/8 sama dengan
3/1 dimana 3 slot untuk satu buah kutub magnet. Adapun hubungan stator dan slot
seperti terlihat pada gambar 2.21.
𝑒 =𝐵.𝐿.𝑣
Dengan banyaknya jumlah slot gigi stator akan semakin banyak sehingga
akan mempengaruhi torsi cogging dari PMSG. Akan tetapi semakin banyaknya slot
stator makan ukuran gigi stator akan menjadi lebih kecil sehingga mempengaruhi
torsi PMSG. Sebaliknya jika slot dibuat menjadi lebih sedikit maka gigi stator akan
menjadi legih sedikit pula sehingga luas dimensi gigi stator menjadi lebih besar
sehingga mempengaruhi torsi cogging.
45
merasakan lendutan torsi. Kemampuan material untuk mengalirkan fluks, daya tarik
yang kuat itu artinya pada waktu itu fluks mengalir dengan bagus di gigi stator
seiring dengan pergerakan kemampuan fluks yang mengalir di stator semakin
berkurang sehingga menjadi lemah sampai nati kembali lagi kebagian yang kuat
artinya cogging memiliki siklus. Kemampuan magnet mengalirkan fluks di tiap
posisi berbeda. Terlihat seperti gambar 2.22.
Gambar 2.22 Fluks magent yang mengalir pada PMSG magnet skew.
Ketika rotor digerakkan sedikit demi sedikit maka posisi magnet akan
berubah sehingga fluks magnet pada gigi stator juga akan berubah. Pada gambar
terlihat bahwa pada lubang slot tidak ada fluks yang mengalir dikarenakan udara
memiliki nilai permeabilitas yang kecil sehingga fluks susah mengalir. Syarat
cogging yaitu ketika tidak dibebankan, sebelum diperasikan dan tidak ada arus yang
mengalir. Sehinggga saat mensimulaiskan cogging maka kumparan pada stator
diabaikan. Cogging hanya berpengaruh terhadapa magnet permanen dan gigi stator.
46
BAB III
PEMBUATAN MODEL PMSG MENGGUNAKAN SOFTWARE MAGNET
INFOLYTICA
47
adalah rotor dengan magnet sejajar dan magnet skew sehingga tidak perlu modelkan
stator untuk kedua kalinya. Setalah memodelkan stator dilanjutkan dengan
membuat model rotor degan magnet sejajar dan membuat model rotor dengan
magnet skew. Kemudian mengatur kecepatan putar rotor pada software magnet.
untuk mendapatkan kecepatan yang di inginkan maka perlu melakukan beberapa
perhitungan. Setelah bahan-bahan yang dibutuhkan sudah selesai dimodelkan baik
itu stator, rotor magnet sejajar, dan magnet skew yang telah di atur kecepatannya
sesuai dengan yang di inginkan maka langkah terakhir adalah melakukan pengujian
untuk mengetahui nilai-nilai keluaran PMSG yang dimodelkan.
48
Tabel 3.1 Spesifikasi PMSG 24 Slot 8 Pole.
Jumlah fasa, m 3
Jumlah kutub, p 8
Jumlah slot, 𝑸𝒔 24
Frekuensi, f 50 Hz
Kecepatan, n 750 rpm
Faktor belitan, 𝑲𝒘 0,945
Koneksi Lilitan Y Connection
Faktor daya, cos ϴ 0,85
faktor belitan pada kombinasi ini sama dengan 0,945. Kombinasi ini
merupakan kombinasi yang paling sering di modelkan pada generator-generator
sinkron magnet permanen pada umumnya. Frekuensi yang dipakai mengikuti
frekuensi di indonesia yaitu 50 Hz, sedangkan kecepatan putar rotor mengacu pada
kombinasi Slot dan Pole dengan frekuensi yang di tentukan.
120 .𝑓 120 . 50
N= = = 750 Rpm
𝑃 8
49
Sebelum menentukan diameter dalam stator (D) dan panjang inti core (L)
dibutuhkan nilai pembanding atau disebut nilai koefisien ratio (𝐾𝐿 ). Nilai ini berada
pada rentang 0,14-0,5. Dalam perancangan PMSG pada penelitian ini nilai 𝐾𝐿 yang
dipilih adalah 0,33. Pemilihan nilai 𝐾𝐿 ini berfungsi untuk mendapatkan dimensi
pemodelan PMSG yang terbaik untuk mendapatkan keluaran seperti yang
diharapkan. Dengan nilai 𝐾𝐿 maka akan di dapat nilai diameter dalam stator,
panjang inti core.
𝐿 0,150
𝐾𝐿 = = = 0,33
𝐷 0,450
Sehingga panjang inti core, L = 0,150 m = 150 mm, sedangkan diameter dalam
stator, D = 0,450 m = 450 mm.
Pada perancangan PMSG dimensi ukuran stator dan rotor pada PMSG
saling terkait sehingga perhitungannya harus dilakukan secara simultan. Dimensi
ukuran stator PMSG dapat dihitung dengan persamaan berikut:
1. Menghitung derajat slot,𝜃𝑠 persamaan (2.17)
2𝜋 2 . 180
𝜃𝑠 = = = 15𝑜
𝑁𝑠 24
2. Menghitung derajat pole, 𝜃𝑝 persamaan (2.18)
2𝜋 2 . 180
𝜃𝑝 = = = 45𝑜
𝑝 8
Dimana Ns = Jumlah slot dan p = Jumlah pole.
3. Slot pitch, τ𝑠 persamaan (2.19)
50
𝐾𝑠𝑡𝑎𝑐𝑘 adalah faktor penumpukkan stator laminasi = 0,9 - 0,95 untuk 0,35 –
0,55 mm ketebalan laminasi. (Suhada, 2018). Pada penelitian ini, tebal laminasi
yang digunakan 0,5 mm sesuai dengan material yang digunakan pada tools
software magnet infolytica yaitu material berbahan carpenter silicon steel.
Sehingga faktor penumpukan di ambil 0,95. Dengan ketebalan 0,5 mm
memberikan losis inti 2,38 W/kg pada frekuensi 50 Hz.
6. Stator pole pitch, τ𝑝 persaaan (2.24)
𝜋. 𝐷 𝜋 . 0,450
τ𝑝 = = = 0,176625 m
𝑃 8
Dimana D = diameter dalam stator = 450 mm = 0,450 m
Dimana 𝐵𝑡𝑠 = Nilai kerapatan fluks pada gigi stator (1,5 T - 1,7 T) Nilai
yang lebih tinggi bisa menyebabkan kejenuhan (Suhada, 2018).
51
Tabel 3.2 Parameter desain rangkaian stator.
52
1. Menghitung luas lubang slot, 𝐴𝑠 . persamaan (2.4)
𝐷𝑒 2 − 𝐷𝑐 2 1 𝜋.𝐷 − 𝐿 .𝑁 𝐷 − 𝐷 −2.𝐿
𝐴𝑠 = ( 𝜋
4
‧ 𝑁 𝐿𝑡𝑔 ‧𝐿𝑡 − 𝑐 𝑁 𝑡𝑔 𝑠 ‧𝐿𝑡 − 𝑊𝑡𝑠 𝑒 2𝑐 𝑡 )
𝑠 𝑠
2
0,45 − 0,32 1 𝜋. 0,3 − 0,01 . 24
=(𝜋
4
‧ 24 ‧ 0,01 ‧ 0,05 − 𝑁𝑠
‧ 0,05 − 0,018
0,45 − 0,3 −2 .0,05
2
)
𝐴𝑠 = 191.10−3 𝑚2
2. Menghitung luas area slot, 𝐴0 . persamaan (2.5)
𝑆𝑓 45
𝐴0 = 𝐴𝑠 ‧ = 191.10−6 ‧ = 86.10−3 𝑚2
100 100
3. Jumlah lilitan (Z) yang dapat diisi dalam slot. persamaan (2.7)
𝐴0 86. 10−3
Z= 𝜋.(𝑑.10−3 )2
= 𝜋.(1 .10−3 )2
= 68,43 turn
4 4
Jumlah lilitan yang dapat di isi dalam sebuah slot yaitu 68,43 lilitan dan
karena metode yang digunakan adalah double layers maka dalam satu slot terdiri
dari dua belitan fasa sehingga jumlah maksimal lilitan yang dapat diisi dalam slot
dibagi 2. Sehingga jumlah maksimal setiap fasa yang dapat dililit dalam sebuah slot
adalah 34,2 lilitan. Kemudian untuk menentukan jumlah lilitan dari spesifikasi
pemodelan PMSG dapat dihitung dengan persamaan.
4. Jumlah belitan tiap fasa, 𝑛𝑐 . persamaan (2.8)
𝐸𝑝ℎ 380
𝑛𝑐 = = = 31,172 turn
4,44.𝑓.𝐾𝑤 .𝜙 4,44 .50 .0,945 .0,005712
𝑛. 𝑝 375 . 16
f= = = 50 Hz
120 120
53
tiga dimensi. Adapun speifikasi material yang digunakan dalam pemodelan stator
PMSG dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Spesifikasi bahan material PMSG
1,5
0,5
0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000
Magnetic intensity H (A/m)
54
Gambar 3.4 Tampilan pengaturan satuan.
55
Gambar 3.5 Inisialisasi stator.
Pada pemodelan stator PMSG, material yang digunakan pada kumparan
menggunakan Copper: 5.77e7 Siemens/meter dengan luas penampang kawat
0.785 m2 . Material ini merupakan tembaga yang bagus untuk digunakan sebagai
kumparan stator. Ukuran tembaga yang dipakai pada pemodelan PMSG ini
memiliki diameter 1 mm. Setelah memberikan nama material kumparan selanjutnya
melilit kumparan tersebut pada bagian gigi stator. Pada rancangan PMSG
menggunakan kombinasi 24 Slot 3 fasa. Sehingga untuk setiap fasa diperlukan 8
gigi stator untuk melilit kumparan. Berikut adalah hasil pemodelan inti stator.
56
3.4.2 Membuat Konvigurasi belitan pada stator
Pada pemodelan PMSG 24 slot 8 pole, konvigurasi belitan menggunakan
metode double layer lap winding. Dalam satu buah slot terdapat dua fasa yang
berbeda atau dua belitan fasa. Setiap fasa terdiri dari 8 kumparan yang dhubung seri
dengan faktor belitan 0,945 (Miller, T.J.E, 1989). Fasa U yang akan dililit pada gigi
stator akan dijadikan contoh.
Pertama yang harus dilakukan yaitu memilih coil di slot 1 kemudian
memilih coil pada slot disamping teeth (slot yang akan dililit harus terletak pada
gigi stator yang sama) kemudian klik make simple coil sehingga coil yang barada
di samping kanan dan kiri akan menyatu dan membentuk sebuah kumparan. Tanda
silang dalam lingkaran ataur cros melambangkan bahwa kumparan masuk
kearah luar stator sedangan lambang dot memiliki arti bahwa kumparan masuk
kearah dalam stator sehinga kumparan seolah-olah melilit gigi stator. Berikut
adalah gambar pembuatan belitan terlihat pada gambar 3.7.
57
sesama fasa U, begitu juga dengan fasa V dan fasa W. Adapun pemodelan stator
PMSG pada penelitian ini menggunakan 24 Slot sehingga untuk setiap slot
dilangkau per 2 slot. Pada menu new windows circuit semua kumparan yang melilit
gigi stator dihubung bintang.
Penggabungan coil membentuk hubung bintang tujuannya untuk
mendapatkan nilai tegangan keluaran antar fasa. Akan tetapi pada penelitian ini alat
ukur digunakan untuk mendapatkan nilai flux linkage. Nilai flux linkage ini
nantinya akan digunakan untuk mendapatkan nilai tegangan kumparan, tegangan
satu fasa dan tegangan atar fasa. Untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut harus
menggunakan MS.Excel. Fluks Lingkage dari software magnet kemudian di-copy
untuk dilakukan kalkulasi dengan menggunakan MS.Excel.
Setiap fasa terdiri dari 8 buah lilitan pada teeth hal ini dikarenakan
kombinasi slot pada stator berjumlah 24 slot. Untuk pemodelan PMSG
menggunakan tiga fasa, jumlah slot dibagi tiga sehingga terdapat 8 kumparan teeth
untuk setiap fasa. Pada penelitian ini pemodelan dilakukan dengan 32 lilitan.
Adapun proses pembuatan lilitan yang modelkan pada software Magnet Infolytica
tampak seperti pada gambar 3.8.
58
Rangkaian kumparan pada penelitian ini menggunakan Y connected atau
hubung bintang. Dalam pemodelannya setiap fasa melangkau dua gigi stator untuk
mendapatkan belitan fasa sejenisnya sebagai contoh jika fasa U dililit pada teeth 1
makan untuk penggabungan coil selanjutnya di ambil pada teeth 3 dan hal sama
juga di terapkan pada fasa v dan fasa w. pada ujung-ujung fasa nantinya akan di
pasang alat ukur untuk mengetahui tegangan keluaran antar fasa. Adapun rangkaian
belitan dapat dilihat pada gambar 3.9.
Gambar 3.9 Rangkaian circuit coil yang dihubung Y connected pada PMSG.
Pada ujung-ujung setiap fasa di hubungkan sehingga membentuk bintang.
Untuk metode melilit stator, konvigurasi belitan yang dimodelkan pada
perancangan PMSG dapat dilihat pada gambar 3.10.
59
Pada gambar tersebut circuit dirangkai membentuk hubung bintang. Dalam
rangkaian circuit terdiri dari tiga fasa yaitu fasa U, fasa V dan fasa W. Setiap fasa
mempunyai 8 kumparan, begitu juga dengan fasa V dan fasa W yang merupakan
hasih bagi tiga dari 24 slot. Untuk setiap slot berisi dua fasa yang di timpa.
Penambahan alat ukur dengan lambang I1, I2, dan I3 diletakkan untuk menghitung
tegangan antar fasa. Adapun konvigurasi belitan yang digunakan dalam melilit
stator dapa dilihat berdasarkan tabel 3.4.
Tabel 3.4 Konvigurasi belitan PMSG 24 slot 8 pole.
Kabel keluaran dari PMSG ada tiga yaitu fasa U, fasa V, Fasa W dan fasa
netral dimana fasa ini merupakan gabungan dari ketiga fasa yang dihubug bintang.
Untuk mengetahui nilai keluaran dari perancangan PMSG maka pada ujung setiap
fasa di beri alat ukur.
60
3.4.3 Mengatur Ukuran Mesh Stator Pada Software Magnet
Pemilihan ukuran mesh sangat mempengaruhi hasil dari perancangan
PMSG. Semakin kecil mesh yang digunakan maka akan semakin teliti proses
kalkulasi pada software magnet infolytica sehingga hasil keluaran dari pemodelan
PMSG akan sangat akurat. Akan tetapi jika ukuran mesh yang di modelkan kecil
akan memberatkan kinerja dari RAM sehingga laptop akan panas dan jika
spesifikasi leptop kurang memadai maka kemungkinan besar laptop akan rusak.
pada penlitian ini mesh yang di gunakan pada pemodelan stator PMSG tidak
terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar. Untuk ukuran mesh stator adalah 3mm,
kumparan 1mm, airbox 2mm, dan airgap stator 1mm. Ukuran mesh mempengaruhi
lamanya solving pada software. setelah menentukan ukuran mesh maka desai stator
siap dilakukan uji coba. Adapun bentuk akhir dari pemodelan stator dapat dilihat
pada gambar 3.11.
61
3.5 Magnet Permanen Posisi Sejajar Pada PMSG
3.5.1 Pemodelan Magnet Sejajar Menggunakan Software Magnet
Dalam pemodelan ini penulis memodelkan rotor dengan meletakkan atau
menyusun magnet secara sejajar dan secara skew. Tujuannya agar mengetahui
pengaruh tegangan keluaran dari PMSG dengan cara meletakkan magnet sejajar
dan cara meletakkan magnet secara skew. Pemodelan ini menggunakan stator
PMSG yang telah dirancang sebelumnya hanya saja cara meletakkan magnetnya
saja yang berbeda.
Pada perancangan pembuatan rotor setiap komponen akan dijelaskan
bagian-bagiannya sehingga pada saat melakukan pemberian material dapat
mempermudah dalam mengerjakannya. Adapaun dimensi rotor yang di desain
dapat dilihat pada gambar 3.12 dibawah.
62
rotor dengan peletakan magnet sejajar yang di modelkan dapat dilihat pada tabel
3.5 berikut.
Tabel 3.5 Parameter desain rangkaian rotor magnet sejajar.
63
permeability dapat dilihat pada gambar 3.3. Pada penilitan ini rotor akan di rancang
kedalam 2 jenis. Pemodelan rotor dengan magnet sejajar dan pemodelan rotor
dengan magnet skew. Tujuan dibuat demikian untuk dianlisa pengaruh keluaran dari
kedua pemodelan tersebut terhadap nilai tegangan keluaran.
Desain rotor yang telah dimodelkan pada pembahasan sebelumnya dalam
bentuk 2D selanjutnya di beri meterial. Dari pemodelan pada gambar 3.12.
pemberian nama desain geometri terdiri dari komponen material rotor, magnet
permanen, airbox rotor, airgap rotor dan material shaft rotor. inisialisasi rotor dapat
dilihat pada gambar 3.13
64
material laminasi sotor kemudian diletakkan magnet permanen pada lubang yang
belum terisi. Dalam pemodelan yang di rancang ini magnet disusun sejajar. Cara
pemberian material magnet langkah-langkahnya juga sama dengan pemberian
material pada rotor. Adapun material magnet permanen yang di modelkan
menggunakan bahan PM12: Br 1.2 mur 1.0. Adapun bentuk pemodelan PMSG
magnet dapat dilihat pada gambar 3.14.
𝐷𝑖 + 𝐷𝑎 1 0,296 + 0,250 1
𝑆𝑚 = 𝜋 ‧ ‧𝐿ℎ = 𝜋 ‧ ‧ 0,150 = 0,0161 𝑚2
2 𝑝 2 8
65
2. Menghitung Luas ekuivalen gap, 𝑆𝑔 . Persamaan (2.11)
𝐷𝑖 + 𝐷𝑐 1 0,296 + 0,3 1
𝑆𝑔 = 𝜋 ‧ ‧𝐿𝑎 = 𝜋 ‧ ‧ 0,150 = 0,0175 𝑚2
2 𝑁𝑠 2 8
koefisien kebocoran fluks (𝑘𝑓 ) yang merupakan rasio dari total fluks magnet
yang dihasilkan magnet pada rangkaian tertentu dengan fluks linkage yang terdapat
pada celah udara yang memiliki rentang nilai 1,05-2. Sedangkan koefisien
kebocoran electromotive force (𝑘𝑟 ) merupakan rasio dari total gaya magnetomotif
yang yang berada pada airgap dengan gaya magnetomotif yang memiliki rentang
nilai 1-1.2. (Suhada, 2018).
𝑃𝑐 . 𝐵𝑟 8,9 . 1,12
𝐵𝑑 = = = 1,02 T
𝑃𝑐 +𝑟 8,9 + 0,84
𝐵𝑟 1.603940423
𝑠 = = = 8,2 Wb/Am
𝐻𝑐 1.947814557
66
7. Kerapatan fluks rata-rata dalam celah udara, 𝐵𝑟 . Persamaan (2.15)
𝐵𝑑 . 𝑆𝑚 1,02 . 0,0161
𝐵𝑟 = = = 0,965 T
𝐾𝑓 . 𝑆𝑔 1,2 . 0,0175
0,82 2
= 0,965 √𝑠𝑖𝑛2 (6,2) + ( ) 𝑐𝑜𝑠 2 (6,2)
0,84
1 1
= 0,965 √( (1 − 𝑐𝑜𝑠(12,4)) + (0,976)2 ( (1 + 𝑐𝑜𝑠(12,4)))
2 2
67
3.6 Magnet Permanen Posisi Skew Pada PMSG
3.6.1 Pemodelan Magnet Skew Menggunakan Software Magnet
Pemodelan ini menggunakan PMSG yang sama dengan pemodelan magnet
sejajar dengan dimensi yang sama hanya saja cara meletakkan magnetnya saja yang
berbeda. Stator yang dipakai juga memiliki dimensi yang sama dengan stator yang
dipakai pada pemodelan magnet sejajar. Dalam pemodelan ini penulis memodelkan
rotor dengan meletakkan atau menyusun magnet secara skew. Tujuannya agar
mengetahui pengaruh tegangan keluaran dari PMSG dengan cara meletakkan
magnet sejajar dan cara meletakkan magnet secara skew.
Pemodelan ini menggunakan PMSG yang sama dengan pemodelan magnet
sejajar dengan dimensi yang sama hanya saja cara meletakkan magnetnya saja yang
berbeda. Adapun dimensi rotor skew sama dengan magnet sejajar dapat dilihat pada
gambar 3.16
Pembuatan material pada rotor magnet skew sama dengan cara pembuatan
material pada rotor magnet sejajar. Desain rotor yang telah dimodelkan pada
pembahasan sebelumnya dalam bentuk 2D selanjutnya di beri meterial. Adapun
parameter-parameter dari pemodelan PMSG magnet skew berdasarkan gambar
diatas dapat dilihat pada tabel 3.7
68
Tabel 3.7 Parameter desain rangkaian rotor magnet skew.
Pada pemodelan rotor PMSG dengan posisi magnet skew. Magnet permanen
di modelkan dengan tingkat kemiringan 11.30. Pada pemodelan Generator sinkron
magnet permanen dengan cara meletakkan magnet secara skew dengan
meletakkanya secara interior magnet permanen (IPM). Tujuan diletakan magnet
dengan metode IPM adalah agar magnet yang di letakkan pada rotor kokoh dan
69
mengurangi pergeserann saat rotor diputar. Akan tetapi peletakan magnet skew
dengan metode IPM memiliki kekurangan yaitu medan magnet yang di bangkitkan
dari magnet permanen yang menginduksi gigi-gigi stator tidak sempurna karena
terhalang oleh rotor yoke.
Setelah melakukan pemodelan rotor dengan magnet skew selanjutnya
mengatur ukuran mesh dari setiap material yang di rancang. Pada sebuah penelitian
dalam memecahkan masalah biasanya menggunakan metode secara torikal dan
dengan pengukuran langsung. Tetapi pada perancangan PMSG dengan rotor
magnet skew ini menggunakan penyelesaian secara teorikal yaitu dengan
merancang PMSG menggunakan software Magnet infolytica dan software ini
sangan sensitif terhadap ukuran mesh. Adapun bentuk akhir dari pemodelan rotor
dengan peletakan magnet secara skew dapat dilihat pada gambar 3.18.
70
Dari perancangan yang sudah di dibuat dengan cara peletakan magnet
dengan posisi sejajar dan posisi skew maka dengan ini bahan penelitian ini sudah
lengkap yaitu satu buah stator 24 slot, satu buah rotor dengan posisi magnet sejajar,
dan satu buah rotor dengan posisi maget skew. Selanjutnya melakukan
penggabungan stator dan rotor yang sudah di modelkan untuk di lakukan analisa
dengan memutar rotor dengan kecepatan sinkron 750 Rpm.
71
panjang magnet skew dan Skew angel (σ). Untuk menghitung panjang magnet (𝐿ℎ )
dapat diselesaikan dengan dua metode. Metode pertama (Persamaan 2.59)
𝐿𝑎 /2 150/2 75
𝐿ℎ = 2 x (𝐿ℎ /2) = 2 x =2x =2x = 153 mm = 0,153 m
cos (𝛳) cos 11,3 0,98
Adapun cara lain untuk mencari nilai panjang magnet dengan posisi miring
(𝐿ℎ ) juga dapat diselesaikan menggunakan teorema pythagoras (Persamaan 2.60).
2
𝐿 𝐿 2
𝐿ℎ = 2 x (𝐿ℎ /2) = 2 x √( 2𝑎 tan (𝛳) ) + ( 2𝑎)
2
150 150 2
= 2 x ( 2 tan 11,3 ) + ( 2 )
√ ( )
= 2 x √(75 . 0,1998) 2 + (75)2
Gambar 3.20 Ilustrasi pemodelan Skew angel pada pemodelan magnet skew
72
Gambar di atas merupakan ilustrasi pemodel maget skew. Yang hanya di
ketahui adalah panjang rotor/magnet saat posisi sejajar 𝐿𝑎 = 150 mm. untuk
menentukan Skew angel (σ) dapat diselesaikan (persamaan 2.58).
𝐿𝑎
σ1 = σ2 = a = a tan (ϴ) = tan (ϴ)
2
150
= tan (11,3) = 75 x 0,1998 = 14,986
2
= 15 mm
Sehingga Skew angel, σ. Persamaan 2.57
σ = σ1 + σ2 = 2 x σ1
= 2 x 15 = 30 mm
Adapun cara lain untuk mendaptkan nilai Skew angel (σ) yaitu dengan
memisalkan titik tengah magnet di pindah kan ke salah satu ujung magnet. karena
ketika titik tersebut dipindahkan magan sudut kemiringan (ϴ) tidak akan berubah
sehingga dapat langsung dilakukan perhitungan saat magnet dimiringkan sejauh
11,30 . Namun cara ini kurang di rekomendasikan karena mempersingkat
perhitungan sehingga kurangnya pemahaman terhadap pembaca. Dimana,
σ = 𝐿𝑎 tan (ϴ) = 150 tan 11,3
= 150 . 0,1998
= 29,97 = 30 mm
73
sudah dijelasakan pada sub bab 3.4 yang dilakukan dengan 3 tahap, yang pertama
menghitung medan magnet posisi skew awal, persamaan 2.54.
σ ⁄2 σ⁄2 𝐵𝑚 1
𝐵1 = ∫−σ⁄2 𝑑𝐵 = ∫−σ⁄2 x 𝑒 (𝛳−𝛳1)/𝑎 dϴ
σ 2
𝐵𝑚 𝑎
= [𝑒 (𝛳+σ/2)/𝑎 - 𝑒 (𝛳−σ/2)/𝑎 ]
4 σ/2
1,12 17,89
= [𝑒 (11,3+30/2)/17,89 - 𝑒 (11,3−15/2)/17,89 ]
4 30/2
1,12 17,89
= [𝑒 (11,3+30/2)/17,89 - 𝑒 (11,3−15/2)/17,89 ]
4 30/2
= 0,28 . 1,193 [𝑒 1,47 - 𝑒 −0,2 ] = 0,334 ( 4,349 – 0,8187)
𝐵1 = 1,2 T
Kemudian menentukan kerapatan fluks pada saat posisi gigi stator satu garis
lurus dengan titik tengah magnet skew (𝐵2 ) persamaan 2.55.
1 𝑎
𝐵2 = 𝐵𝑚 { 1 - [𝑒 −(𝛳−σ/2)/𝑎 - 𝑒 −(𝛳+σ/2)/𝑎 ] }
4 σ/2
1 17,89 −(11,3−30/2)/17,89
= 1,12 { 1- [𝑒 - 𝑒 −(11,3+30/2)/17,89 ] }
4 30/2
= 1,12 { 1 – 0,25 . 1,1926 [𝑒 0,2 - 𝑒 −1,47 ] }
dan kerapatan fluks pada saat gigi stator satu garis lurus dengan Skew angel (𝐵3 )
persamaan 2.56
σ⁄2+𝛳 1 𝑎
𝐵3 = 𝐵𝑚 { - [𝑒 (𝛳−σ/2)/𝑎 - 𝑒 −(𝛳+σ/2)/𝑎 ] }
σ 4 σ/2
30⁄2+11,3 1 17,89
= 1,12 { - [𝑒 (11,3−30/2)/17,89 - 𝑒 −(11,3+30/2)/17,89 ] }
30 4 30/2
= 1,12 { 0,876 – 0,25 . 1,1926 [𝑒 −0,2 - 𝑒 −1,47 ] }
74
5. Kemiringan kurva demagnetisasi, 𝑠 . Persamaan (2.13)
𝐵𝑟 107 1.12 107
𝑠 = ‧ = ‧ = 0.84 Wb/Am
𝐻𝑐 4.𝜋 1060650 4.𝜋
Dimana 𝐵𝑟 = Kerapatan fluks remanen magnet PM12: Br 1.2 mur 1.0 = 1,12 T
𝐻𝑐 = Nilai dari coercive force (A/m) = 1060650 (Miller, T.J.E, 1989)
0,79 2
= 0,7868 √𝑠𝑖𝑛2 (35,8) + (0,84 ) 𝑐𝑜𝑠 2 (35,8)
1 1
= 0,7868 √( (1 − 𝑐𝑜𝑠(71,6) + (0,94)2 ( (1 + 𝑐𝑜𝑠(71,6)))
2 2
75
7. Luas area per kutub, 𝑆𝑚 . Persamaan (2.10)
𝐷𝑖 + 𝐷𝑎 1 0,296 + 0,250 1
𝑆𝑚 = 𝜋 ‧ ‧𝐿ℎ = 𝜋 ‧ ‧ 0,150 = 0,0161 𝑚2
2 𝑝 2 8
76
Pada penelitian ini kecepatan putar rotor yang akan diuji yaitu 750 Rpm.
Nilai tersebut berdasarkan perbandingan dari kombinasi Slot dan Pole dengan
frekuensi 50 Hz untuk mendapatkan satu gelombang menjadi 20 ms. Jumlah slot
pada pemodelan adalah 24 slot dan jumlah kutub adalah 8.
Artinya waktu yang dibutuhkan rotor berputar satu putaran penuh dari 0
derajat sampai 360 derajat dengan kecepatan 750 Rpm adalah 0,08 s. atau dengan
kata lain setiap waktu 0,08 s, rotor berputar satu putaran penuh. Pengaturan
parameter motion dapat dilihat pada gambar 3.23.
77
Adapun nilai yang dimasukkan kedalam kolom yaitu 4500 deg/s sesuai
dengan perhitungan diatas. Selanjutnya mengatur transient option yaitu waktu yang
dibutuhkan atau lamanya rotor berputar untuk di analisa gelombang keluaran
tegangannya. Waktu tersebut terhitung dari pada saat rotor mulai berputar sampai
rotor berhenti berputar. Pada penelitian ini rotor akan diputar per 3 deg. Adapun
untuk mencari waktu yang dibutuhkan rotor berputar setiap 3 deg dapat dihitung
dengan dengan persamaan.
0
𝑇 (3600 ) 0,08
T (3 ) = = = 0.000667 s
𝑆𝑡𝑒𝑝 360/3
Artinya waktu yang dibutuhkan sebuah rotor berputar sebanyak 3 deg yaitu
0.000667 s. Pada penelitian ini rotor akan digerakkan 1/4 putaran atau sama dengan
90 deg sehingga untuk mencari nilai tersebut dapat dihitung dengan persamaan.
900 900
T (900 ) = = = 0,02 s
𝑀𝑜𝑡𝑖𝑜𝑛 4500
Sehingga waktu yang dibutuhkan rotor berputar sampai 90 deg yaitu 0,02 s.
Setelah mendapatkan nilai-nilai yang diperlukan untuk memutar rotor makan
selanjutnya nilai-nilai tersebut di input ke transient option. Adapun parameter
pengaturan transient option dapat dilihat pada gambar 3.24.
78
Dari rotor mulai bergerak di 0 deg sampe titik akhir putaran rotor di 90 deg
tetap 4500 deg/s. artinya kecepatan rotor yang dimodelkan konstan. Pada
pengaturan transient option, waktu start rotor pada waktu 0 s sampai 0,02 s dimana
rotor bergerak 90 deg atau ¼ putaran.
Pada metode transient with motion umumnya di awal-awal ada gejala
transien atau gejala akibat kecepatan dikarenakan rotor itu tidak langsung
kecepatannya dari 0 Rpm sampai 750 Rpm rotor berputar dengan kecepatan yang
sama. Sehingga dibutuhkan waktu perputaran rotor per setiap derajat supaya rotor
bergerak dengan kecepatan kontan 750 Rpm. Jika ingin memutar rotor satu putaran
penuh maka waktu yang dibutuhkan yaitu 0,08 seperti yang sudah di kalkulasikan
pada perhitungan di atas.
79
1875 𝑥 3600
1150 Rpm = = 6900 deg/s
60
2250 𝑥 3600
1250 Rpm = = 7500 deg/s
60
0
900
Waktu pergerakan rotor 90 pada kecepatan 1150 Rpm = = 0.01304 s
69000 /𝑠
900
Waktu pergerakan rotor 900 pada kecepatan 1250 Rpm = = 0.012 s
75000 /𝑠
Dalam simulasi ini rotor akan digerakkan per setiap 3 deg. Maka yang harus
diperhitungkan adalah waktu yang dibutuhkan sebuah rotor untuk bergerak sejauh
3 deg. Pada perhitungan sebelumnya telah diketahui waktu yang dibutuhkan rotor
bergerak sejauh 90 deg maka untuk mendapatkan nilai step nilai dari perhitungan
di atas dibagi 30. Adapun waktu pergerakan rotor per 3 deg untuk semua variasi
kecepatan putar rotor.
0,01764 𝑠
Waktu rotor bergerak 30 pada kecepatan 850 Rpm = = 0.000588 s
30
0,01578 𝑠
Waktu rotor bergerak 30 pada kecepatan 950 Rpm = = 0.000526 s
30
0,01428 𝑠
Waktu rotor bergerak 30 pada kecepatan 1050 Rpm = = 0.000476 s
30
0,01304 𝑠
Waktu rotor bergerak 30 pada kecepatan 1150 Rpm = = 0.0004348 s
30
0,012 𝑠
Waktu rotor bergerak 30 pada kecepatan 1250 Rpm = = 0.0004 s
30
80
Semua nilai yang didapatkan dari perhitungan merupakan parameter yang
akan dimasukkan kedalam software magnet infolytica untuk mengatur motion
komponen rotor dan pengaturan transient 2D with motion. Seperti yang sudah
dijelaskan pada bab 3. Adapun data-data berdasarkan perhitungan diatas terlihat
pada tabel 3.8.
81
Sebelum mensimulasikan cogging harus mengetahui terlebih dahulu siklus
cogging. Siklus cogging adalah kelipatan persekutuan terkecil atau KPK dari
jumlah slot dan pole pada PMSG yang akan disimulasikan. Pada penelitian ini
PMSG yang dirancang menggunakan kombinasi 24 slot 8 pole. KPK dari 24 dan 8
adalah 24 sehingga saat memutar rotor satu putaran 360 deg maka akan terjadi 24
lendutan cogging. Sehingga untuk satu siklus cogging untuk PMSG 24 slot 16 pole
adalah.
360𝑜
1 siklus cog = = 150
24
Dimana 24 merupakan kelipatan persekutuan terkecil dari 24 dan 8. Satu
siklus cogging diperlukan putaran rotor 15 deg sehingga pada penelitian ini rotor
akan digerakkan per n deg. Berikut merupakan gambar untuk satu siklus cogging.
82
3.9 Solving PMSG 24 slot 8 pole
Untuk mendapatkan nilai keluaran tegangan rancangan PMSG yang sudah
di bahas pada sebelum -sebelumnya selanjutnya yaitu memecahkan masalah dari
rancangan PMSG ataupun proses perhitungan yang dilakukan oleh software magnet
untuk mendaptakan nilai nilai keluaran dari pemodelan PMSG baik itu torsi, fluks
magnet, tegangan, daya keluaran dan lain-lain. Langkah pertama yaitu dengan
meng klik solve pada menu bar. Selanjutnya mengatur parameter di menu solver
option, pada kolom Max. Newton iteration nilai yang dimasukkan yaitu 100 kali.
Setelah itu barulah dilakukan solving seperti terlihat pada gambar 3.27.
83
menghitung daya keluaran PMSG dengan posisi magnet sejajar dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut.
1. Kecepatan sudut, ω. Persamaan (2.49)
2𝜋 2𝜋
ω=𝑣. = 750 . = 78,5 rad/s
60 60
2. Mengitung nilai Ke berdasakan kecepatan sudut. 𝐾𝑒 . Persamaan (2.50)
𝑉𝑑𝑐 433,45
𝐾𝑒 = = = 5,52 Volt/rad/s
ω 78,5
3. Menghitung gaya, F. Persamaan (2.72)
4. Menghitung Torsi, T
84
tegangan adalah 514,7 volt. Dan waktu yang dibutuhkan untuk satu gelombang
sinusida adalah 20 ms. Bentuk gelombang tegangan keluaran PMSG magnet skew
tidak seperti gelombang keluaran tegangan PMSG magnet sejajar, terdapat
beberapa lekukan yang disebabkan oleh pengaruh posisi peletakan magnet.
Selanjutnya untuk menghitung daya keluaran PMSG dengan posisi magnet sejajar
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
4. Menghitung Torsi, T
𝑃𝑖𝑛 = F.r.ω = T. ω
= 389,19 . 0.148 . 78.5
𝑃𝑖𝑛 = 4521,6 Watt
85
perhitungan juga tidak terlalu beda dengan daya yang didapatkan meggunakan
software.
86
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas data atau nilai-nilai keluaran dari PMSG yang
telah dirancang pada bab sebelumnya serta analisa dari pengaruh posisi peletakan
magnet pada rotor. Dimana pada penelitian ini magnet di modelkan dengan posisi
sejajar dan posisi skew. Pada bab ini juga akan membahas pengaruh torsi cogging
dari pemodelan PMSG dengan magnet sejajar dan pemodelan PMSG dengan
magnet skew.
Adapun data-data yang digunakan pada bab ini merupakan hasil dari
keluaran PMSG yang didapat dari software Magnet Infolytica nantinya data-data
tersebut akan dioleh ke dalam MS.Excel untuk di kalkulasikan. Untuk data keluaran
dari software magnet tidak langsung di masukkan pada bab ini. Akan tetapi data
tersebut diolah terlebih dahulu dengan perhitungan menggunakan rumus setelah itu
akan dibandingkan data keluaran dari software dengan perhitungan menggunakan
rumus.
4.1 Hasil Desain Pemodelan PMSG
Pada bab 3 telah dijelaskan tahapan pembuatan model PMSG dengan posisi
peletakan magnet sejajar dan posisi magnet skew menggunakan software magnet
infolytica. Adapun hasil dari pemodelan PMSG seperti terlihat pada gambar 4.1.
87
4.2 Hasil Keluaran PMSG Posisi Magnet Sejajar Dari Software
Setelah melakukan proses solving menggunakan software magnet dari
pemodelan PMSG posisi magnet sejajar yang diputar dengan kecepatan 750 Rpm,
maka di dapatkan tegangan keluaran seperti terlihat pada gambar 4.2
88
Berdasarkan gambar 4.3 Arus keluaran dari generator sinkon magnet
permanen dengan magnet sejajar yang telah disimulasikan menggunakan software
magnet infolytica adalah 5,28 Ampere. Adapun Kurva torsi keluaran dari
pemodelan PMSG magnet sejajar dapat dilihat pada gambar 4.4.
Tabel 4.1 Nilai keluaran PMSG magnet sejajar dari software magnet.
Output Input Daya
Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0.0000 0 0 0 0 0 0
0.0007 346.75 5.00 30.02 2357.8 1734.7 0.736
0.0013 475.58 4.91 147.31 11570.1 2333.3 0.202
0.0020 552.11 5.23 23.33 1832.7 2889.0 1.576
0.0027 464.03 5.40 100.33 7880.0 2506.6 0.318
0.0033 350.56 5.58 77.41 6080.0 1957.1 0.322
89
0.0040 369.84 5.64 31.47 2472.0 2085.2 0.844
0.0047 439.90 5.44 121.45 9538.8 2391.4 0.251
0.0053 553.24 5.34 16.55 1300.2 2955.1 2.273
0.0060 454.50 5.12 100.59 7900.7 2324.9 0.294
0.0067 356.91 5.03 74.09 5819.4 1796.2 0.309
0.0073 346.75 5.11 28.89 2269.2 1770.6 0.780
0.0080 475.57 5.03 147.59 11591.6 2394.5 0.207
0.0087 552.11 5.32 28.15 2210.5 2938.4 1.329
0.0093 464.04 5.42 102.12 8020.3 2517.2 0.314
0.0100 350.54 5.55 74.74 5870.0 1945.3 0.331
0.0107 369.83 5.57 29.82 2342.4 2059.9 0.879
0.0113 439.89 5.38 122.05 9586.1 2365.7 0.247
0.0120 553.25 5.32 15.16 1190.3 2942.9 2.472
0.0127 454.52 5.13 98.89 7766.8 2331.9 0.300
0.0133 356.92 5.06 76.94 6042.5 1806.5 0.299
0.0140 346.76 5.13 32.05 2517.5 1779.2 0.707
0.0147 475.58 5.04 146.60 11514.3 2398.4 0.208
0.0153 552.10 5.31 24.37 1914.3 2933.8 1.533
0.0160 464.02 5.41 102.51 8050.8 2510.4 0.312
0.0167 350.55 5.54 74.66 5863.9 1941.5 0.331
0.0173 369.83 5.56 28.39 2229.6 2057.5 0.923
0.0180 439.88 5.37 122.56 9625.9 2364.0 0.246
0.0187 553.25 5.32 20.18 1584.8 2943.0 1.857
0.0193 454.53 5.13 100.08 7860.1 2333.1 0.297
0.0200 356.90 5.06 74.02 5813.1 1807.1 0.311
Average 436.34 5.28 72.41 5687.20 2303.81 0.41
90
Gambar 4.5 Teganan keluaran PMSG magnet skew.
Tegangan keluaran dari generator sinkon magnet permanen dengan magnet
skew adalah 397.19 volt dan waktu yang dibutuhkan untuk satu gelombang sinusida
adalah 20 ms. Bentuk gelombang tegangan keluaran PMSG magnet skew tidak
seperti gelombang keluaran tegangan PMSG magnet sejajar, terdapat beberapa
lekukan yang disebabkan oleh pengaruh posisi peletakan magnet. Adapun arus yang
dihasilkan pada pemodelan PMSG dengan magnet skew terlihat pada gambar 4.6.
91
Gambar 4.7 Torsi keluaran pemodelan PMSG Magnet skew.
Nilai torsi pemodelan PMSG magnet skew dari hasil simulasi tampak
terlihat pada gambar. Terlihat bahwa kurva karakteristik torsi peletakan magnet
skew menjadi berkurang atau lebih rendah hal ini disebabkan cara peletakan magnet
yang disusun di rotor. Untuk mengambil data torsi PMSG yaitu dengan menyalin
data-data torsi dan memindahkan pada Ms. Excel. Nilai rata-rata torsi per setiap
derajat akan menjadi variabel daya input pada sebeuah generator. Adapun nilai
keluaran dari PMSG magnet skew dari hasil simulasi seperti terlihat pada tabel 4.2.
92
0.0087 455.53 5.17 26.88 2110.8 2353.2 1.115
0.0093 514.69 5.47 74.48 5849.9 2813.6 0.481
0.0100 417.66 5.13 42.92 3370.8 2141.8 0.635
0.0107 273.45 5.24 48.40 3801.4 1433.2 0.377
0.0113 326.37 4.89 76.28 5991.3 1597.2 0.267
0.0120 452.72 4.74 44.22 3472.9 2146.5 0.618
0.0127 518.45 4.96 80.75 6342.1 2570.7 0.405
0.0133 415.02 4.78 59.28 4656.1 1984.5 0.426
0.0140 273.55 5.06 48.61 3817.6 1384.6 0.363
0.0147 324.47 5.12 74.56 5855.8 1660.0 0.283
0.0153 455.55 5.21 26.80 2104.9 2375.1 1.128
0.0160 514.69 5.47 74.53 5853.9 2812.9 0.481
0.0167 417.60 5.07 43.04 3380.7 2117.6 0.626
0.0173 273.44 5.19 48.47 3806.6 1419.0 0.373
0.0180 326.37 4.87 76.29 5991.5 1590.7 0.265
0.0187 452.72 4.75 44.18 3470.0 2149.8 0.620
0.0193 518.47 5.01 80.68 6336.2 2595.2 0.410
0.0200 415.07 4.86 59.16 4646.4 2015.3 0.434
Average 397.19 5.05 57.64 4526.94 2009.09 0.443
93
Gambar 4.8 Hasi fluks magnet pemodelan PMSG magnet sejajar.
Dari gambar diatas terlihat bahwa sebaran fluks dimulai dari magnet
permanen pada rotor sebagai pusat kerapatan fluks tertinggi di karenakan magnet
adalah sumber dari fluks terebut. Kemudian fluks mengalir melalui teeth dan masuk
ke inti stator dikarenakan pada bagian teeth tersebut di lilit oleh coil sehingga fluks
masuk melaui teeth kemudian menyebar ke stator dan ini berlangsung secara terus
menerus seiring dengan perputran magnet pada rotor.
Gradasi warna menunjukkan besar medan magnet dititik tersebut. Medan
magnet terbesar ditandai dengan titik merah sampai medan magnet terkecil ditandai
dengan warna putih. Sedangkan garis-garis menunjukkan lintasan fluks magnet.
94
Gambar 4.9 Lintasan garis-garis medan magnet pada PMSG magnet skew.
Terlihat bahwa sebaran fluks magnet lebih random atau tidak sebagus
PMSG magnet sejajar. Hal ini dikarenakan posisi peletakan magnet yang dibuat
miring. Pada saat magnet skew berada pada satu garis lulus dengan gigi stator
anggap aja kutub tersebut magnet utara maka garis-garis magnet akan masuk ke
gigi stator melalui celah udara. Akan tetapi dengan seiring berputarnya rotor, pada
saat kutub utara itu akan meninggalkan gigi stator, kutub yang lain (magnet
seleatan) sudah masuk pada gigi stator yang sama. Sehingga dalam satu gigi stator
terdapat dua kutub yang berbeda, akibatnya fluks magnet yang melewati gigi stator
tidak merata seperti terlihat pada gambar.
Gradasi warna menunjukkan besar medan magnet dititik tersebut. Medan
magnet terbesar ditandai dengan titik merah sampai medan magnet terkecil ditandai
dengan warna putih. Sedangkan garis-garis menunjukkan lintasan fluks magnet.
fluks mengalir melalui teeth dan masuk ke inti stator secara continue seiring
pergerakan magnet menyebabkan back EMF, dikarenakan pada bagian gigi stator
terjadi fluks yang berubah-ubah dan gigi stator tersebut di lilit oleh kumparan maka
kumparan tersebut akan timbul tegangan intuksi.
95
4.5 Hasil Simulasi Cogging
Pada simulasi cogging kecepatan putar rotor di abaikan sehingga tidak pelu
lagi menghitung kecapatan sudut. Yang dibutuhkan adalah step yang diperlukan
untuk menghitung satu gelombang cogging. Seperti terlihat pada gambar bahwa
satu gelombang cogging sama dengan 15 deg. Untuk mendapatkan 30 step maka
rotor akan digerakan per 0,5 deg. Adapaun hasil cogging dari pemodelan PMSG
dengan magnet sejajar berdasarkan pemodelan PMSG yang telah disimulasikan
dapat dilihat pada gambar 4.10.
96
Gambar 4.11 Hasil simulasi cogging pemodelan PMSG Magnet skew.
Dari hasil simulasi didapatkan Hasil keluaran dari cogging pemodelan
PMSG magnet sejajar sebesar 53,85 Nm. Dimana peak positive 23,02 Nm dan Peak
Negatif -30,85 Nm. Adapun data cogging pemodelan PMSG terlihat pada tabel 4.3
97
Adapun kurva karakteristik pemodelan PMSG dengan magnet sejajar dan
pemodelan PMSG dengan magnet skew berdasarkan data-data diatas seperti terlihat
pada gambar 4.12.
98
keluaran dari PMSG. Berdasarkan data-data yang sudah ada ternyata magnet
dengan posisi skew memiliki tegangan yg lebih dibandingkan dengan posisi magnet
secara sejajar, hal ini disebabkan besarnya medan magnet dari magnet skew yang
melewati gigi stator tidak sebesar dengan magnet sejajar.
Berdasarkan gambar 4.9 terlihat bahwa garis-garis medan magnet saling
bertabarakan akibat dari dua kutub yang berbeda pada satu gigi stator yang sama
sehingga lintasa fluks magnet tidak beraturan. Akibatnya medan magnet yang
dihasilkan dari magnet skew tidak maksimal. Pada persamaan 2.1 dijelaskan bahwa
tegangan keluaran dipengaruhi oleh kuat medan magnet, kecepatan putar serta
panjang lintasa coil. Adapun perbandingan tegangan keluaran antara PMSG magnet
sejajar dan magnet skew seperti terlihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Hasil tegangan keluaran PMSG magnet sejajar dan skew.
Tegangan Keluaran (Volt) Tegangan Keluaran (Volt)
Time PMSG PMSG Time PMSG PMSG
Magnet Magnet Magnet Magnet
Rotation Rotation
Sejajar Skew Sejajar Skew
0.00133 69.33 205.08 0.0213 44.22 205.08
0.00267 203.56 233.65 0.0227 227.89 233.65
0.004 371.02 270.60 0.024 349.76 270.60
0.00533 430.04 485.59 0.0253 446.18 485.59
0.00667 430.08 344.28 0.0267 446.27 344.28
0.008 370.98 184.94 0.028 349.70 184.94
0.00933 203.57 232.54 0.0293 227.88 232.54
0.01067 69.16 -46.93 0.0307 44.03 -46.93
0.012 -155.81 -259.63 0.032 -136.60 -259.63
0.01333 -276.58 -209.82 0.0333 -301.16 -209.82
0.01467 -425.25 -389.99 0.0347 -412.52 -389.99
0.016 -434.01 -466.14 0.036 -434.00 -466.14
0.01733 -412.53 -223.67 0.0373 -425.27 -223.67
0.01867 -301.15 -225.98 0.0387 -276.56 -225.98
0.02 -136.52 -134.52 0.04 -155.72 -134.52
99
Gambar 4.13 Kurva karasteristik tegangan PMSG.
Berdasarkan hasil simulasi, pemodelan PMSG magnet skew didapatkan
tegangan 397,19 Volt sedangkan pemodelan PMSG magnet sejajar mempunyai
tegangan keluaran 433,45 Volt.terjadi pengurangan tegangan 36,26 volt. Hal ini
disebabkan fluks magnet yang masuk ke gigi stator tidak sempurna, dikarenakan
posisi magnet skew sehingga terjadi tabarakan fluks dari dua kutub yang berbeda
dalam satu gigi stator dalam waktu yang sama saat rotor diputar sehingga medan
magnet yang dihasilkan tidak sebesar medan magnet dengan posisi magnet sejajar.
100
Tabel 4.6 Hasil simulasi kecepatan 850 Rpm PMSG Magnet sejajar.
Pada kecepatan 850 Rpm tegangan yang dihasilkan PMSG magnet sejajar
sebesar 494,52 volt, arus 6,6 ampere dan daya output sebesar 3269,7 watt. Adapun
nilai keluaran pemodelan PMSG magnet skew dapat dilihat pada tabel 4.7
101
Tabel 4.7 Hasil simulasi kecepatan 850 Rpm PMSG Magnet skew.
Dari hasil simulasi berdasarkan data dari tabel 4.7 pada pemodelan PMSG
dengan peletakan magnet skew dengan kecepatan 850 Rpm didapatkan daya output
102
sebesar 2747,06 watt dengan arus 6,18 Ampere dan tegangan keluaran sebesar
444,85 volt.
Tabel 4.8 Hasil simulasi kecepatan 950 Rpm PMSG Magnet sejajar.
103
0.0145 557.19 7.79 141.80 14106.4 4340.2 0.308
0.0151 700.78 7.82 37.03 3684.2 5480.0 1.487
0.0156 575.73 7.79 115.19 11460.0 4482.7 0.391
0.0161 452.07 7.82 92.01 9153.2 3536.8 0.386
Dari hasil simulasi berdasarkan data dari tabel 4.8 pada pemodelan PMSG
dengan peletakan magnet sejajar dengan kecepatan 950 Rpm didapatkan daya
output sebesar 4419,36 watt dengan arus 7,99 Ampere dan tegangan keluaran
sebesar 552,67 volt. Adapaun nilai keluaran pemodelan PMSG magnet skew pada
kecepatan 950 Rpm dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil simulasi kecepatan 950 Rpm PMSG Magnet skew.
104
0.0129 517.83 7.62 102.44 10191.1 3945.3 0.387
0.0134 339.07 7.59 68.76 6840.2 2571.8 0.376
0.0140 404.70 7.61 62.42 6209.7 3079.0 0.496
0.0145 561.38 7.40 93.60 9311.7 4153.3 0.446
0.0151 642.90 7.08 58.77 5846.2 4553.2 0.779
0.0156 514.69 7.11 95.96 9546.1 3660.6 0.383
0.0161 339.18 6.94 87.62 8716.5 2352.3 0.270
Berdasarkan hasil simulasi dari tabel 4.9 pada pemodelan PMSG dengan
peletakan magnet skew dengan kecepatan 950 Rpm didapatkan daya output sebesar
3574,9 watt dengan arus 7,2 Ampere dan tegangan keluaran sebesar 492,5 volt.
Tabel 4.10 Hasil simulasi kecepatan 1050 Rpm PMSG Magnet sejajar.
105
0.0086 774.55 9.04 46.13 5072.6 7001.3 1.380
0.0090 636.32 9.00 124.11 13646.9 5726.3 0.420
0.0095 499.69 8.94 101.94 11208.7 4466.0 0.398
0.0100 485.46 9.12 58.02 6379.3 4426.5 0.694
0.0105 665.82 9.13 176.91 19452.2 6078.6 0.312
0.0110 772.94 9.30 65.01 7148.6 7188.3 1.006
0.0114 649.63 9.40 144.30 15867.0 6105.5 0.385
0.0119 490.76 9.25 117.68 12939.9 4541.6 0.351
0.0124 517.76 9.30 67.34 7404.1 4814.2 0.650
0.0129 615.84 9.08 155.77 17128.1 5593.6 0.327
0.0133 774.55 9.06 50.27 5527.9 7017.5 1.269
0.0138 636.34 9.01 125.33 13780.5 5733.6 0.416
0.0143 499.66 8.94 100.38 11037.1 4465.0 0.405
Dari hasil simulasi berdasarkan data dari tabel 4.10 pada pemodelan PMSG
dengan peletakan magnet sejajar dengan kecepatan 1050 Rpm didapatkan daya
output sebesar 5600 watt dengan arus 9,1 Ampere dan tegangan keluaran sebesar
610,8 volt. Adapaun nilai keluaran pemodelan PMSG magnet skew pada kecepatan
1050 Rpm dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil simulasi kecepatan 1050 Rpm PMSG Magnet skew.
106
0.0071 371.89 8.56 80.74 8877.7 3184.2 0.359
0.0076 443.87 8.64 73.87 8122.9 3836.1 0.472
0.0081 615.70 8.59 104.46 11486.5 5291.5 0.461
0.0086 705.09 8.35 67.28 7397.4 5886.2 0.796
0.0090 564.42 8.33 100.02 10997.8 4700.3 0.427
0.0095 372.03 8.10 96.03 10559.4 3011.7 0.285
0.0100 441.28 8.06 84.00 9236.8 3554.7 0.385
0.0105 619.55 8.14 122.35 13453.2 5041.9 0.375
0.0110 699.97 8.14 76.49 8410.7 5694.8 0.677
0.0114 567.94 8.51 110.15 12111.9 4835.6 0.399
0.0119 371.88 8.56 82.01 9018.0 3183.7 0.353
0.0124 443.86 8.62 74.50 8191.3 3828.2 0.467
0.0129 615.70 8.57 104.57 11498.6 5273.6 0.459
0.0133 705.12 8.31 66.80 7344.9 5862.1 0.798
0.0138 564.50 8.32 99.27 10914.9 4694.5 0.430
0.0143 372.00 8.12 95.09 10455.7 3020.8 0.289
Berdasarkan hasil simulasi dari tabel 4.11 pada pemodelan PMSG dengan
peletakan magnet skew dengan kecepatan 1050 Rpm didapatkan daya output
sebesar 4501,7 watt dengan arus 8,3 Ampere dan tegangan keluaran sebesar 540,17
volt.
Tabel 4.12 Hasil simulasi kecepatan 1150 Rpm PMSG Magnet sejajar.
107
0.0030 674.51 10.30 165.79 19532.0 6948.8 0.356
0.0035 848.30 10.37 59.75 7039.4 8796.0 1.250
0.0039 696.91 10.43 137.45 16193.3 7269.1 0.449
0.0043 547.25 10.36 111.31 13112.9 5671.5 0.433
0.0048 531.68 10.54 64.41 7588.2 5603.0 0.738
0.0052 729.20 10.53 185.40 21841.9 7675.8 0.351
0.0057 846.56 10.58 76.41 9001.3 8957.7 0.995
0.0061 711.53 10.65 152.31 17944.2 7574.6 0.422
0.0065 537.50 10.43 130.56 15381.5 5605.6 0.364
0.0070 567.08 10.48 82.64 9735.5 5940.4 0.610
0.0074 674.50 10.33 168.35 19833.5 6966.8 0.351
0.0078 848.32 10.38 58.28 6865.4 8804.3 1.282
0.0083 696.93 10.41 134.37 15829.8 7254.4 0.458
0.0087 547.28 10.30 112.00 13194.4 5638.1 0.427
0.0091 531.70 10.45 66.31 7812.0 5557.2 0.711
0.0096 729.23 10.44 184.44 21729.0 7614.6 0.350
0.0100 846.55 10.54 73.53 8662.1 8919.2 1.030
0.0104 711.50 10.64 153.57 18091.9 7569.8 0.418
0.0109 537.50 10.45 130.60 15386.0 5616.9 0.365
0.0113 567.07 10.52 80.24 9453.5 5967.8 0.631
0.0117 674.49 10.39 167.36 19716.4 7009.1 0.355
0.0122 848.32 10.45 62.53 7367.2 8861.0 1.203
0.0126 696.94 10.47 135.62 15977.9 7298.8 0.457
0.0130 547.25 10.36 110.54 13022.6 5667.4 0.435
Dari pemodelan PMSG magnet sejajar dengan kecepatan 1150 Rpm
didapatkan daya output sebesar 6989,5 watt dengan arus 10,4 Ampere dan tegangan
keluaran sebesar 669 volt. Adapaun nilai keluaran pemodelan PMSG magnet skew
pada kecepatan 1150 Rpm dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hasil simulasi kecepatan 1150 Rpm PMSG Magnet skew.
108
0.0022 404.72 9.56 94.93 11183.6 3868.7 0.346
0.0026 483.06 9.59 90.63 10676.5 4634.2 0.434
0.0030 670.07 9.61 121.92 14363.7 6436.7 0.448
0.0035 767.33 9.46 87.65 10326.1 7256.4 0.703
0.0039 614.23 9.44 112.86 13296.5 5799.0 0.436
0.0043 404.82 9.25 111.83 13175.0 3745.2 0.284
0.0048 480.18 9.16 94.36 11116.1 4398.6 0.396
0.0052 674.18 9.20 131.20 15456.5 6199.7 0.401
0.0057 761.74 9.16 82.76 9750.4 6975.0 0.715
0.0061 618.13 9.46 111.51 13137.2 5849.5 0.445
0.0065 404.70 9.57 92.93 10947.9 3871.9 0.354
0.0070 483.03 9.64 90.09 10613.2 4655.6 0.439
0.0074 670.03 9.66 122.43 14423.5 6473.0 0.449
0.0078 767.31 9.50 84.32 9933.7 7291.8 0.734
0.0083 614.22 9.46 108.79 12816.3 5813.4 0.454
0.0087 404.85 9.24 108.75 12812.0 3742.7 0.292
0.0091 480.22 9.14 94.29 11108.4 4390.9 0.395
0.0096 674.22 9.19 132.82 15647.8 6195.4 0.396
0.0100 761.74 9.17 85.03 10017.7 6983.3 0.697
0.0104 618.05 9.47 113.47 13368.0 5854.5 0.438
0.0109 404.69 9.56 95.55 11256.5 3868.4 0.344
0.0113 483.03 9.62 91.86 10822.3 4646.5 0.429
0.0117 670.03 9.64 123.45 14543.9 6456.3 0.444
0.0122 767.33 9.47 85.26 10044.3 7270.0 0.724
0.0126 614.31 9.46 109.06 12848.6 5808.4 0.452
0.0130 404.82 9.27 108.15 12741.1 3753.1 0.295
Berdasarkan hasil simulasi dari tabel 4.13 pada pemodelan PMSG dengan
peletakan magnet skew dengan kecepatan 1150 Rpm didapatkan daya output
sebesar 5530,12 watt dengan arus 9,4 Ampere dan tegangan keluaran sebesar 587,8
volt.
109
Tabel 4.14 Hasil simulasi kecepatan 1250 Rpm PMSG Magnet sejajar.
110
keluaran sebesar 727,2 volt. Adapaun nilai keluaran pemodelan PMSG magnet
skew pada kecepatan 1250 Rpm dapat dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15 Hasil simulasi kecepatan 1250 Rpm PMSG Magnet skew.
111
Berdassarkan hasil simulasi dari tabel 4.15 pada pemodelan PMSG dengan
peletakan magnet skew dengan kecepatan 1250 Rpm didapatkan daya output
sebesar 7737,48 watt dengan arus 10,44 Ampere dan tegangan keluaran sebesar
635,5 volt.
112
Semakin cepat cepat rotor berputar maka tegangan keluaran dari PMSG
juga akan meningkat seiring dengan meingkatnya kecepatan. Karena tegangan
keluaran PMSG dipengaruhi panjang lintasan coil, kecepatan putar rotor dan besar
medan magnet. sesuai dengan persamaan 2.1 pada landasan teori. Adapun pengaruh
kecepatan terhadap seperti terlihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17 Nilai arus terhadap variasi kecepatan.
Arus (Ampere)
kecepatan PMSG Magnet sejajar PMSG magnet skew
750 Rpm 5,282 A 5,054 A
850 Rpm 6,609 A 6,180 A
950 Rpm 7,995 A 7,264 A
1050 Rpm 9,165 A 8,338 A
1150 Rpm 10,44 A 9,410 A
1250 Rpm 11,83 A 10,44 A
Berdasarkan hasil simulasi yang terlihat pada tabel 4.17 terlihat bahwa arus
juga berpengaruh terhadap kecepatan. Semakin cepat rotor berputar maka arus juga
ikut meningkat seiring dengan perputaran rotor. Berdasarkan grafik terlihat bahwa
PMSG pemodelan magnet skew memiliki arus keluaran yang lebih rendah
113
dibandingkan dengan pomodelan PMSG magnet sejajar. Adapun untuk pengaruh
torsi terhadap nilai keluaran PMSG dapat dilihat pada tabel 4.18.
Tabel 4.18 Nilai torsi terhadap kecepatan.
Torsi (Nm)
kecepatan PMSG Magnet sejajar PMSG magnet skew
750 Rpm 72.41 57.64
850 Rpm 83.98 69.36
950 Rpm 95.12 82.00
1050 Rpm 105.91 91.48
1150 Rpm 116.39 103.20
1250 Rpm 126.89 116.16
114
Adapun pengaruh daya intput terhadap variasi kecepatan pada pemodelan PMSG
magnet sejajar dan skew dapat dilihat pada tabel 4.19.
Tabel 4.19 Nilai daya input terhadap variasi kecepatan.
115
Tabel 4.20 Nilai daya output terhadap variasi kecepatan.
Daya Output (Watt)
kecepatan PMSG Magnet sejajar PMSG magnet skew
750 Rpm 2303.8 Watt 2009.1 Watt
850 Rpm 3269.7 Watt 2747.1 Watt
950 Rpm 4419.4 Watt 3574.9 Watt
1050 Rpm 5600.8 Watt 4501.7 Watt
1150 Rpm 6989.6 Watt 5530.1 Watt
1250 Rpm 8604.2 Watt 6637.5 Watt
116
4.9 Validasi Hasil Pengujian Dan Analisa
4.9.1 Validasi Hasil Pengujian PMSG Magnet sejajar
Perhitungan matematis pada keluaran PMSG dengan magnet sejajar
digunakan sebagai pembanding atau membuktikan keluaran dari software magnet
infolytica. Jika perhitungan dengan menggunakan rumus sama hasilnya atau
mendekati dengan keluaran dari software magnet maka bisa disimpulkan bahwa
desain atau pemodelan PMSG yang telah disimulasikan sudah benar.
Untuk menghitung nilai keluaran tegangan parameter yang dibutuhkan yaitu
perubahan flux lingkage per setiap derajat putaran rotor (dλ) dan perubahan waktu
per setiap derajat putara rotor (dt) yang telah dihitung pada bab sebelumnya.
Adapun perhitungan untuk mendapatkan nilai keluaran dari PMSG meggunakan
MS.Excel. berdasarkan persamaan 2.55 dapat dilihat pada tabel 4.21.
Dt dλ dλ /dt
Time Fluks Lingkage Tegangan Fasa 1 coil
Rotation Fasa U Fasa V Fasa W Fasa U Fasa V Fasa W
0.000667 -0.0907 0.0910 -0.0003 -31.32 -40.59 2.75
0.001333 -0.1116 0.0639 0.0016 -22.15 -48.79 10.66
0.002 -0.1264 0.0314 0.0087 -0.33 -33.72 35.29
0.002667 -0.1266 0.0089 0.0322 23.04 -11.21 46.79
0.003333 -0.1113 0.0014 0.0634 30.57 -2.38 41.44
0.004 -0.0909 -0.0001 0.0910 43.32 -2.91 29.25
0.004667 -0.0620 -0.0021 0.1105 44.69 -10.30 24.14
0.005333 -0.0322 -0.0089 0.1266 35.42 -33.74 -0.41
0.006 -0.0086 -0.0314 0.1263 9.77 -47.04 -22.98
0.006667 -0.0021 -0.0628 0.1110 2.70 -41.92 -30.03
0.007333 -0.0003 -0.0907 0.0910 2.75 -31.32 -40.59
0.008 0.0016 -0.1116 0.0639 10.66 -22.15 -48.79
0.008667 0.0087 -0.1264 0.0314 35.29 -0.33 -33.72
0.009333 0.0322 -0.1266 0.0089 46.79 23.03 -11.21
0.01 0.0634 -0.1113 0.0014 41.44 30.57 -2.38
0.010667 0.0910 -0.0909 -0.0001 29.25 43.32 -2.91
0.011333 0.1105 -0.0620 -0.0021 24.15 44.69 -10.30
0.012 0.1266 -0.0322 -0.0089 -0.41 35.42 -33.74
0.012667 0.1263 -0.0086 -0.0314 -22.98 9.77 -47.04
0.013333 0.1110 -0.0021 -0.0628 -30.03 2.70 -41.92
0.014 0.0910 -0.0003 -0.0907 -40.59 2.75 -31.31
117
0.014667 0.0639 0.0016 -0.1116 -48.79 10.66 -22.15
0.015333 0.0314 0.0087 -0.1264 -33.72 35.29 -0.33
0.016 0.0089 0.0322 -0.1266 -11.21 46.79 23.03
0.016667 0.0014 0.0634 -0.1112 -2.38 41.44 30.57
0.017333 -0.0001 0.0910 -0.0909 -2.91 29.26 43.32
0.018 -0.0021 0.1105 -0.0620 -10.30 24.15 44.69
0.018667 -0.0089 0.1266 -0.0322 -33.74 -0.42 35.42
0.019333 -0.0314 0.1263 -0.0086 -47.04 -22.98 9.77
0.02 -0.0628 0.1110 -0.0021 -41.92 -30.03 2.70
Konviguerasi belitan terdapat 24 coil yang teridiri dari 3 fasa. Untuk satu
fasa melingkupi 8 coil. Pada tabel 4.2 di atas sudah didapatkan tegangan 1 coil
sehingga untuk menghitung tegangan satu fasa, tegangan 1 coil dikali 8. Untuk
menghitung tegangan antar fasa adalah selisih tegangan antar fasa. Adapun hasil
keluaran tegangan yang dihitung menggunakan rumus dapat dilihat pada tabel 4.22.
118
0.014 -324.8 22.0 -250.5 -346.7 272.5 74.2 346.7
0.014667 -390.3 85.3 -177.2 -475.6 262.4 213.2 475.6
0.015333 -269.8 282.3 -2.6 -552.1 285.0 267.1 552.1
0.016 -89.7 374.3 184.2 -464.0 190.1 273.9 464.0
0.016667 -19.1 331.5 244.6 -350.6 86.9 263.6 350.6
0.017333 -23.3 234.1 346.6 -257.3 -112.5 369.8 369.8
0.018 -82.4 193.2 357.5 -275.6 -164.3 439.9 439.9
0.018667 -269.9 -3.3 283.4 -266.6 -286.7 553.2 553.2
0.019333 -376.3 -183.9 78.2 -192.5 -262.0 454.5 454.5
0.02 -335.3 -240.2 21.6 -95.1 -261.8 356.9 356.9
Dari tabel 4.23 didaptakan tegangan keluaran PMSG Magnet sejajar 433,45
volt, ternyata nilai yang didapatkan menggunakan persamaan matematika hampir
sama dengan yang didaptkan menggunakan software. Adapun bentuk kurva
tegangan yang didapatkan dari hasil simulasi dengan perhitungan dapat dilihat pada
gambar 4.19.
119
Gambar 4.19 Hasil tegangan keluaran pemodelan PMSG magnet sejajar
Dari gambar 4.5 kurva karakteristik tegangan pemodelan PMSG magnet
sejajar dari hasil pengujian hasil pengujian tegangan keluaran PMSG magnet skew
436,34 volt. Sedangkan dari hasil perhitungan didapatkan tegangan 433,45 volt.
Hanya selisih 2,89 volt atau terjadi kesalahan pengujian sebesar 0,67%. Hal ini
dikarenakan pada software melakukan perhitungan nilai keluaran tegangan
sekaligus hal ini menyababkan terjadinya sedikit galat. namun dengan perhitungan
menggunakan rumus harus dihitung satu-persatu dari flux lingkage, waktu putaran
rotor, tegangan coil, tegangan satu fasa samapai tegangan antar fasa. Adapun
perbandingan daya output dari hasil pengujian dengan perhitungan matematis dapat
dilihat pada gambar 4.20.
120
Dari pemodelan PMSG magnet sejajar berdasarkan hasil pengujian sebesar
2303,81 watt sedangkan dari hasil perhitungan matematis daya yang didapatkan
sebesar 2288,62 watt. perbedaan hanya 15 watt atau terjadi kesalahan pengujian
hanya 0,65% hal ini disebabkan karena tegangan keluaran hasil simulasi mengalami
error yang akibat software melakukan perhitungan langsung selecara menyeluruh
berdasarkan alat ukur yang dipasang pada winsows circuit . Adapun perbandingan
efisiensi dapat dilihat pada gambar 4.21.
121
hasilnya atau mendekati dengan keluaran dari software magnet maka bisa
disimpulkan bahwa desain atau pemodelan PMSG yang telah disimulasikan sudah
benar.
Untuk menghitung nilai keluaran tegangan parameter yang dibutuhkan yaitu
perubahan flux lingkage per setiap derajat putaran rotor (dλ) dan perubahan waktu
per setiap derajat putara rotor (dt) yang telah dihitung pada bab sebelumnya.
Adapun perhitungan untuk mendapatkan nilai keluaran dari PMSG magnet skew
meggunakan MS.Excel. berdasarkan persamaan 2.55 dapat dilihat pada tabel 4.24.
dt dλ dλ/dt
Time Fluks Lingkage Tegangan Fasa 1 coil
Rotation Fasa U Fasa V Fasa W Fasa U Fasa V Fasa W
0.000667 -0.0386 0.1045 -0.0050 -29.41 -3.48 22.47
0.001333 -0.0582 0.1022 0.0100 -27.28 -19.58 6.91
0.002 -0.0764 0.0891 0.0146 -20.20 -38.75 1.81
0.002667 -0.0899 0.0633 0.0158 -13.48 -46.20 10.74
0.003333 -0.0989 0.0325 0.0230 -8.50 -41.03 23.31
0.004 -0.1045 0.0051 0.0385 3.23 -22.66 29.55
0.004667 -0.1024 -0.0100 0.0582 19.94 -6.91 27.27
0.005333 -0.0891 -0.0146 0.0764 39.13 -1.66 20.07
0.006 -0.0630 -0.0157 0.0898 45.63 -10.96 14.06
0.006667 -0.0326 -0.0230 0.0991 41.38 -23.43 8.04
0.007333 -0.0050 -0.0386 0.1045 22.47 -29.41 -3.48
0.008 0.0100 -0.0582 0.1022 6.91 -27.29 -19.58
0.008667 0.0146 -0.0764 0.0891 1.81 -20.21 -38.75
0.009333 0.0158 -0.0899 0.0633 10.74 -13.48 -46.20
0.01 0.0230 -0.0989 0.0325 23.31 -8.50 -41.03
0.010667 0.0385 -0.1045 0.0051 29.55 3.22 -22.65
0.011333 0.0582 -0.1024 -0.0100 27.27 19.94 -6.91
0.012 0.0764 -0.0891 -0.0146 20.07 39.13 -1.66
0.012667 0.0898 -0.0630 -0.0157 14.07 45.63 -10.96
0.013333 0.0991 -0.0326 -0.0230 8.04 41.38 -23.43
0.014 0.1045 -0.0050 -0.0386 -3.49 22.48 -29.41
0.014667 0.1022 0.0100 -0.0582 -19.58 6.91 -27.28
0.015333 0.0891 0.0146 -0.0764 -38.75 1.80 -20.20
0.016 0.0633 0.0158 -0.0899 -46.20 10.74 -13.48
0.016667 0.0325 0.0230 -0.0988 -41.03 23.31 -8.50
122
0.017333 0.0051 0.0385 -0.1045 -22.65 29.55 3.22
0.018 -0.0100 0.0582 -0.1024 -6.91 27.28 19.94
0.018667 -0.0146 0.0764 -0.0891 -1.67 20.07 39.13
0.019333 -0.0157 0.0898 -0.0630 -10.96 14.07 45.63
0.02 -0.0230 0.0991 -0.0326 -23.43 8.04 41.38
123
0.016 -369.6 85.9 -107.8 -455.5 193.7 261.8 455.5
0.016667 -328.2 186.4 -68.0 -514.7 254.5 260.2 514.7
0.017333 -181.2 236.4 25.8 -417.6 210.6 207.0 417.6
0.018 -55.3 218.2 159.5 -273.5 58.7 214.8 273.5
0.018667 -13.3 160.6 313.1 -173.9 -152.5 326.4 326.4
0.019333 -87.7 112.5 365.0 -200.2 -252.5 452.7 452.7
0.02 -187.5 64.3 331.0 -251.7 -266.7 518.5 518.5
Dari tabel 4.25 didaptakan tegangan keluaran PMSG Magnet sejajar 397,76
volt, ternyata nilai yang didapatkan menggunakan persamaan matematika hampir
sama dengan yang didapatkan menggunakan software yaitu 397,19. Berikut adalah
data-data nilai keluaran dari dari pemodelan PMSG magnet sejajar pada tabel 4.26.
Tabel 4.26 Hasil pemodelan PMSG skew.
Nilai Keluaran PMSG Hasil Perhitungan Hasil Pengujian
Tegangan 397,78 Volt 397,19 Volt
Daya input 4521,6 Watt 4526,9 Watt
Daya output 2008,79 Watt 2009.09 Watt
Torsi 57,6 Nm 57,6 Nm
Efisiensi 44,5 % 44,3 %
Arus 5,05 Amp 5,05 Amp
Kecepatan 750 Rpm 750 Rpm
Frekuensi 50 Hz 50 Hz
Dari tabel 4.26 didaptakan tegangan keluaran PMSG Magnet sejajar 397,76
Adapun perbandingan untuk hasil gelombang keluaran tegangan dari pemodelan
PMSG magnet sejajar yang didapat dengan perhitungan dan pengujian dapat dilihat
pada gambar 4.22.
124
Dari kurva tegangan yang didapatkan menggunakan perhitungan matematis
yaitu 397,76 volt sedangkan tegangan keluaran dari hasil pengujian sebesar 397,19
terdapat perbedaan tegangan 0,57 volt. kesalahan dari pengujian hanya sebesar
0,14% hal ini disebabkan software melakukan perhitungan secara meluruh pada
proses solving berdasarkan dari alat ukur yang dipasang sehingga terjadi galat
sedangkan pada perhitungan variabel dihitung secara satu-persatu sehingga tidak
ada data yang tertinggal. Bentuk gelombang tegangan keluaran PMSG magnet skew
tidak seperti gelombang keluaran tegangan PMSG magnet sejajar, terdapat
beberapa lekukan yang disebabkan oleh pengaruh posisi peletakan magnet. Adapun
daya output dari PMSG magnet skew terlihat pada gambar 4.23.
125
Gambar 4.24 Efisiensi pemodelan PMSG magnet skew.
Dikarenakan perbedaan tegangan keluaran dan daya yang dihasilkan dari
pengujian dan perhitungan menggunakan rumus tidak terlalu jauh atau bisa dibilang
sama maka efisiensi juga tidak terlalu berbeda. Efisiensi yang dihasilkan melalui
perhitungan matematis sebesar 40,5% sedangkan efisiensi hasil pengujian sebesar
40,3% terdapaatn perbedaan 0,2% dan ini sudah termasuk toleransi dan bisa
disimpulkan bahwa pengujian yang dilakukan sudah valid.
126
sinkron magnet permanen dengan posisi magnet sejajar. Untuk perbandingan
tegangan keluaran PMSG dapat dilihat pada kurva blok diagram pada gambar 4.25
127
Gambar 4.26 Daya output PMSG magnet sejajar dan skew.
Berdasarkan blok diagram pada gambar 4.26 di atas terlihat daya yang
dihasilkan dari PMSG dengan magnet skew itu lebih kecil daripada daya yang
dihasilkam PMSG dengan magnet sejajar. Dari hasil pengujian PMSG magnet
sejajar memiliki daya 2303,81 watt sedangkan hasil pengujian PMSG magnet skew
memiliki keluaran tegangan 2009,09 watt, terjadi perbedaan daya 294,72 watt.
Sedangkan untuk hasil perhitungan matematis PMSG magnet sejajar menghasilkan
daya 2288,62 watt sedangkan hasil perhitungan matematis PMSG dengan magnet
skew menghasilkan 2008,79 watt. Adapun efisiensi yang dihasilkan dari generator
magnet sejajar dan magnet skew dapat dilihat pada diagram blok pada gambar 2.27.
128
Berdasarkan gambar diagram blok pada gambar di atas terlihat bahwa
efisiensi dari PMSG dengan magnet sejajar dari hasil pengujian sebesar 40,5%
sedangkan efisiensi dari PMSG dengan magnet skew dari hasil pengujian sebesar
44,3% memiliki perbedaan sebesar 3,8%. Sedangkan untuk efisiensi dari hasil
perhitungan matematis PMSG magnet sejajar menghasilkan 40,2% sedangkan
efisiensi dari hasil perhitungan matematis PMSG dengan magnet skew adalah
44,5%, memiliki perbedaan efisiensi sebesar 4,3%.
129
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan simulasi pengaruh posisi peletakan
magnet permanen dirotor secara sejajar dan skew terhadap kinerja generator sinkron
magnet permanen dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tegangan keluaran dan daya yang dihasilkan dari PMSG dengan peletakan
magnet skew lebih kecil.
2. Posisi peletakan magnet mempengaruhi torsi cogging. Pada pemodelan
PMSG dengan cara peletakan magnet secara skew memiliki torsi cogging
yang lebih kecil dibanding pemodelan PMSG magnet sejajar
3. Perubahan tegangan keluaran PMSG magnet skew terhadap kecepatan putar
rotor lebih kecil dari pada posisi magnet sejajar.
5.2 Saran
Dalam penyempurnaan dan pengembangan berdasarkan penelitian ini,
langkah selanjutnya yang sebaiknya dilakukan adalah :
1. Dalam pembuatan prototype, jika ingin mengurangi torsi cogging dapat
memodelkan posisi magnet secara skew
2. Melakukan analisa lebih lanjut terkait nilai keluaran PMSG jika peletakan
magnet permanen dirotor menggunakan metode surface mounted.
130
DAFTAR PUSTAKA
131
LAMPIRAN
Lampiran A
1. Flux lingkage pemodelan PMSG magnet sejajar dari software Magnet
2. Flux lingkage pemodelan PMSG magnet skew dari software magnet
Lampiran B