Anda di halaman 1dari 163

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH POSISI PELETAKAN MAGNET


PERMANEN DI ROTOR TERHADAP KINERJA
GENERATOR SINKRON MAGNET PERMANEN

Diajukan untuk Memenuhi


Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Teknik
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau

Oleh:

Elco Maghfira Arfi Harahap


NIM : 1607122314

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Posisi Peletakan Magnet Permanen di Rotor Terhadap
Kinerja Generator Sinkron Magnet Permanen” adalah hasil karya sendiri dan
tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di
suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pekanbaru, 17 November 2020

Elco Maghfira Arfi Harahap

iii
PRAKATA

Segala Puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam, Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan rahmat dan karunia-Nya penulis masih
diberikan kesehatan dan umur yang panjang serta diberi kemudahan hingga masih
bisa melanjutkan kuliah sampai tahap akhir ini. serta dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Tidak lupa pula shalawat dan salam penulis tak lupa senantiasa
hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan bagi seluruh umat
manusia.
Skripsi dengan Judul “Analisis Pengaruh Posisi Peletakan Magnet
Permanen di Rotor Terhadap Kinerja Generator Sinkron Magnet Permanen”.
ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan
kuliah di Program Studi Teknik Elektro S1, Fakultas Teknik, Universitas Riau, serta
persyaratan meraih gelar Sarjana Teknik. Serta diharapkan bisa dijadikan salah satu
sumber referensi dalam bidang teknik elektro mengenai cara meletakkan magnet
permanen di rotor pada PMSG fluks radial dan pengaruhnya terhadap tegangan
keluaran.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi, baik itu waktu pencarian data, proses pembuatan proposal
skripsi yang penulis jalani sampai dengan penulisan skripsi. Namun ini tidak
terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Keluarga penulis tercinta kuhususnya Ayah (marahalim) dan Mama
(Nurhalena) yang telah memberikan do’a, motivasi dan dukungan, serta
membiaya kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
2. Bapak Dr. Iswadi HR, ST., MT selaku dosen pembimbing utama yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis menyusun skripsi ini. Penulis tidak
dapat memberikan apa-apa semoga Bapak senantiasa diberikan kesehatan.

iv
3. Bapak Amir Hamzah, ST., MT selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah memberikan ilmu baru serta mengarahkan penulis menyusun skripsi
ini menjadi lebih baik lagi. Semoga bapak senantiasa diberi kesehatan.
4. Kepada Dosen Penguji Bapak Dr. Antonius Rajagukguk, MT dan Bapak
Suwitno, ST.,MT atas saran perbaikan dan masukannya sehingga skripsi
saya menjadi lebih baik lagi.
5. Dekan Fakultas Teknik Universitas Riau Bapak Dr. Ari Sandhyavitri.
6. Kepala Jurusan Teknik Elektro, Bapak Nurhalim, ST.,MT
7. Teman-teman seperjuangan Prodi S1 Teknik Elektro UR Angkatan 2016.
Terus berjuang, tetap semangat, dan lakukan yang terbaik. Masa Depan
Cerah menanti kita, semangat mengejar ST.
8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
bantuannya dan dukungannya.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik untuk kemajuan sangat penulis harapkan. Atas
perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Pekanbaru, 17 November 2020

Elco Maghfira Arfi Harahap

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas academia Universitas Riau, Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Elco Maghfira Arfi Harahap
NPM : 1607122314
Program Studi : Teknik Elektro
Departemen : Teknik Elektro
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Skripsi
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk
memberikan Hak Bebas Royalty Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free
Right) atas karya tulis saya yang berjudul :
“Analisis Pengaruh Posisi Peletakan Magnet Permanen di Rotor Terhadap
Kinerja Generator Sinkron Magnet Permanen” beserta perangkat lunak yang
ada (jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Royalty Noneksklusif ini Universitas Riau berhak menyimpan,
mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,


Dibuat di : Pekanbaru
Pada Tanggal : 22 Oktober 2020

Yang memberikan pernyataan

(Elco Maghfira Arfi Harahap)

vi
Analisis Pengaruh Posisi Peletakan Magnet Permanen di Rotor Terhadap
Kinerja Generator Sinkron Magnet Permanen

Elco Maghfira Arfi Harahap


Teknik Elektro Universitas Riau
Kampus Binawidya Km.12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau
Email : elco.maghfira2314@student.unri.ac.id

ABSTRAK

Generator sinkron magnet permanen / Permanent Magnet Synchronous Generator


(PMSG) memiliki kontruksi yang sama dengan generator sinkron kenvensional yang itu
memiliki stator yang diam dan rotor yang bergerak. Perbedaan antara PMSG dengan
generator sinkron konvensional yaitu terletak pada rotornya. Rotor pada generator sinkron
memerlukan pencatuan arus DC untuk menghasilkan GGL sedangkan rotor pada PMSG
tidak perlu pencatuan arus DC. Prinsip kerja PMSG hampir sama dengan generator sinkron.
Penggunaan magnet permanen dirotor menghasilkan medan magnet yang menginduksi
sehingga menimbulkan gerak gaya listrik. Skripsi ini membahas tentang pengaruh posisi
peletakan magnet permenen di rotor pada generator singkron magnet permanen terhadap
keluaran tegangan back emf dan nilai Ke serta torsi cogging dari pemodelan PMSG magnet
sejajar dan PMSG magnet Skew. software yang digunakan adalah software Magnet
Infolytica. Rancangan PMSG yang dibuat mengacu pada spesifikasi dimensi luar 450 mm
dan ketebalan 150 mm dengan rotor tipe Interior Magnet Permanen (IPM) menggunakan
kombinasi 24 Slot 8 Pole dengan rotor yang diputar dengan kecepatan 750 rpm. Untuk
semua spesifikasi dimensi pemodelan PMSG adalah sama hanya saja yang membedakan
adalah cara meletakkan magnet pada rotor yaitu magnet yang disusun sejajar dan magnet
yang disusun skew. Hasil simulasi kemudian di analisa dengan skenario berikut yaitu
pengaruh posisi peletakan magnet secara sejajar dan skew dan pengaruh keluaran PMSG
terhadap variasi kecepatan. Berdasarkan perhitungan dan hasil simulasi yang telah
dilakukan didapatkan data-data bahwa magnet permanen yang disusun secara skew
menghasikan torsi cogging yang lebih kecil serta nilai keluaran yang lebih kecil
dibandingkan dengan magnet permanen yang disusun secara sejajar. Hal ini disebabkan
sebaran fluks magnet yang masuk ke gigi stator tidak sempurna dikarenakan posisi magnet
yang miring, sehingga terjadi tabarakan fluks dari dua kutub yang berbeda dalam satu gigi
stator pada waktu yang bersamaan, akibatnya medan magnet yang dihasikan menjadi
berkurang. Simulasi pembebanan digunakan untuk mencari nilai arus, torsi, daya input,
daya output dan efesiensi. Nilai keluaran PMSG akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kecepatan putar rotor.
Kata kunci : Back EMF ( Electromotive Force), Ke ( Konstanta Efisiensi), flux lingkage,
cogging

vii
Analysis of the Effect of Positioning of Permanent Magnets on the Rotors on
the Performance of Permanent Magnet Synchronous Generator

Elco Maghfira Arfi Harahap


Electrical Engineering, Riau University
Campus Binawidya Km.12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
Departement of Electrical Engineering, Riau University
Email : elco.maghfira2314@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG) has the same construction


with conventional synchronous generator that has a silent stator and a moving rotor. The
difference between PMSG and conventional synchronous generator lies in the rotor. The
rotor in a synchronous generator requires a DC current to generate GGL while the rotor
in the PMSG does not need a DC current supply. The working principle of PMSG is almost
the same as synchronous generator. The use of a permanent magnet on the rotor produces
a magnetic field in the anchor coil on the stator. This thesis discusses the influence of the
position of the candy magnet in the rotor on a permanent magnet synchronous generator
on the back emf voltage output and the value of Ke and cogging torque from the modeling
of parallel magnetic PMSG and Skew magnetic PMSG. the software used is Magnet
Infolytica software. The PMSG design made refers to the specifications of the outer
dimensions of 450 mm and thickness of 150 mm with the Permanent Magnet Interior (IPM)
type rotor using a combination of 24 8 Pole Slots with rotors rotating at 750 rpm. For all
specifications the PMSG modeling dimensions are the same, but the only thing that
determines is how to set the magnet on the rotor, that is, a magnet arranged in parallel and
a magnet arranged in tilt. The simulation results are then analyzed with the following
scenarios: the influence of the position of parallel and skewed magnets and the effect of
PMSG output on speed variations. Based on calculations and results that have been
obtained, the permanent magnet data compiled can avoid smaller cogging torque and
smaller replacement values compared to permanent magnets made in parallel. This causes
the distribution of magnetic flux into the stator teeth is not perfect depending on the oblique
magnetic position, resulting in collision of fluxes from two different poles in one stator
tooth at the same time, consequently the resulting magnetic field becomes changed. Load
simulation is used to find the current value, torque, power input, power output and
efficiency. The PMSG output value will increase with the rotational speed of the rotor.

Keywords : Back EMF (Electromotive Force), Ke (Constant Efficiency), flux lingkage,


cogging

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii
PRAKATA ............................................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR RUMUS ........................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.5 Sistematika Skripsi ........................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PENELITIAN .................................................................... 4
2.1 Tinjauan Penelitian ........................................................................................ 4
2.2 Landasan Teori .............................................................................................. 6
2.3 Definisi Generator ......................................................................................... 7
2.4 Generator Sinkron Konvensional .................................................................. 7
2.4.1 Kontruksi Generator Sinkron Konvensional ....................................... 8
2.4.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron Konvensional ................................ 10
2.5 Generator Sinkron Magnet Permanen ......................................................... 11
2.5.1 Konstruksi Generator Sinkron Magnet Permanen ............................ 11
2.5.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron Magnet permanen ......................... 16
2.6 Jenis-Jenis Generator Sinkron Magnet Permanen ....................................... 19
2.6.1 Generator Magnet Permanen Fluks Radial ....................................... 20

ix
2.6.2 Generator Magnet Permanen Fluks Aksial ....................................... 21
2.7 Desain kumparan stator PMSG ................................................................... 22
2.8 Desain Rangkaian Magnet ........................................................................... 24
2.9 Ukuran Stator dan Rotor .............................................................................. 26
2.10 Teori Medan Magnet Derhadap Posisi Peletakan Magnet .......................... 28
2.10.1 Hubungan medan terhadap hukum maxwell 3 ................................ 28
2.10.2 Hukum Ampere Maxwell ................................................................ 29
2.10.3 Hukum ohm ..................................................................................... 31
2.11 Nilai Keluaran Desain Generator................................................................. 33
2.12 Konsep Penerapan Medan Magnet Pada Magnet Posisi Skew .................... 33
2.13 Konsep Medan Magnet Yang Memotong Air Gap Boundary ..................... 37
2.14 Perumusan daya yang dibangkitkan PMSG ................................................ 40
2.15 Efisiensi ....................................................................................................... 40
2.16 Nilai Back Electromotive Force (EMF) ...................................................... 41
2.17 Electrical Steels ........................................................................................... 42
2.18 Keuntungan Generator Sinkron Magnet Permanen ..................................... 42
2.19 Aplikasi Generator Magnet Permanen......................................................... 43
2.20 Software Magnet Infolytica ......................................................................... 43
2.21 Hubungan Slot Dan Pole Pemodelan PMSG ............................................... 44
2.12. Torsi cogging ............................................................................................... 45
BAB III PEMBUATAN MODEL PMSG MENGGUNAKAN SOFTWARE
MAGNET INFOLYTICA .................................................................. 47
3.1 Aspek Pemodelan PMSG pada software Magnet Infolytica ....................... 48
3.2 Parameter Desain Generator Magnet Permanen .......................................... 48
3.3 Perhitungan Matematis Dimensi PMSG...................................................... 49
3.4 Membuat Model Stator Pada Software Magnet Infolytica .......................... 51
3.4.1 Membuat Material Stator Sehingga Stator Membentuk 3D .............. 53
3.4.2 Membuat Konvigurasi belitan pada stator ........................................ 57
3.4.3 Mengatur Ukuran Mesh Stator Pada Software Magnet ..................... 61
3.5 Magnet Permanen Posisi Sejajar Pada PMSG ............................................. 62
3.5.1 Pemodelan Magnet Sejajar Menggunakan Software Magnet ........... 62

x
3.5.2 Perhitungan Matematis Pemodelan Magnet Sejajar ......................... 65
3.6 Magnet Permanen Posisi Skew Pada PMSG ................................................ 68
3.6.1 Pemodelan Magnet Skew Menggunakan Software Magnet .............. 68
3.6.2 Perhitungan Matematis Pemodelan Magnet Skew ............................ 71
3.7 Membuat motion dan mengatur kecepatan putar rotor ................................ 76
3.7.1 Pengaturan Parameter Variasi Kecepatan Diinput Ke Software ....... 79
3.8 Simulasi cogging ......................................................................................... 81
3.9 Solving PMSG 24 slot 8 pole ....................................................................... 83
3.10 Validasi Pengujian Menggunakan Persamaan Matematis ........................... 83
3.11 Skenario Pengujian ...................................................................................... 86
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 87
4.1 Hasil Desain Pemodelan PMSG .................................................................. 87
4.2 Hasil Keluaran PMSG Posisi Magnet Sejajar Dari Software ...................... 88
4.3 Hasil Keluaran PMSG Posisi Magnet Skew Dari Software ......................... 90
4.4. Hasil Dan Pembahasan Fluks Magnet Pemodelan PMSG .......................... 93
4.4.1 Hasil Fluks Magnet Dari Pemodelan Pmsg Magnet Sejajar ............. 93
4.4.2 Hasil Fluks Magnet Dari Pemodelan Pmsg Magnet Sejajar ............. 94
4.5 Hasil Simulasi Cogging ............................................................................... 96
4.8 Pembahasan Hasil Peletakan Manet Skew Terhadap Keluaran PMSG....... 98
4.7 Hasil Keluaran PMSG Terhadap Variasi Kecepatan Putar Rotor ............. 100
4.7.1 Hasil Simulasi Kecepatan 850 Rpm ................................................ 100
4.7.2 Hasil Simulasi Kecepatan 950 Rpm ................................................ 103
4.7.4 Hasil simulasi kecepatan 1050 Rpm ............................................... 105
4.7.5 Hasil simulasi kecepatan 1150 Rpm ............................................... 107
4.7.6 Hasil simulasi kecepatan 1250 Rpm ............................................... 109
4.8 Hasil Variasi Kecepatan Terhadap Nilai Keluaran PMSG ........................ 112
4.9 Validasi Hasil Pengujian Dan Analisa ....................................................... 117
4.9.1 Validasi Hasil Pengujian PMSG Magnet sejajar ............................ 117
4.9.2 Validasi Hasil Pengujian Dan Analisa PMSG Magnet Skew .......... 121
4.9.3 Perbandingan Hasil Nilai-Nilai Keluaran PMSG ........................... 126
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 130

xi
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 130
5.2 Saran .......................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 131
LAMPIRAN
Lampiran A
Lampiran B
Lampiran C

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Konstruksi generator sinkron (Azka, 2013).................................... 8
Gambar 2.2 Generator sinkron empat kutub. ................................................... 10
Gambar 2.3 Gambar melintang PMSG............................................................. 12
Gambar 2.4 Stator permanent magnet generator (Strous, 2010) ...................... 13
Gambar 2.5 Internal stator magnet permanen. ................................................. 13
Gambar 2.6 Eksternal stator magnet permanen. ............................................... 14
Gambar 2.7 Cara meletekananmagnet permanen di rotor. ............................... 15
Gambar 2.8 Kurva histerisis magnetik (Kenjo and Nagamori, 1985). ............. 15
Gambar 2.9 Medan magnet mengalir dalam empat kutub (Hanselman, 2006). 16
Gambar 2.10 Hukum tangan kanan flemming (Kenjo and Nagamori, 1985). ... 17
Gambar 2.11 Arah fluks pada PMSG 24 slot 16 pole. ....................................... 18
Gambar 2.12 Desain generator magnet permanen fluks radial. ......................... 20
Gambar 2.13 Desain generator magnet permanen fluks aksial. ......................... 21
Gambar 2.14 Konstruksi generator magnet permanen tipe aksial. ..................... 22
Gambar 2.15 Bentuk rancangan stator. .............................................................. 23
Gambar 2.16 Konsep medan magnet pada magnet posisi skew ......................... 34
Gambar 2.17 Konsep perhitungan magnet skew ................................................ 36
Gambar 2.18 Batasan antara kesempurnaan permeabilitas µ1 dan µ2. .............. 37
Gambar 2.19 Arah medan yang memotong boundary ....................................... 39
Gambar 2.20 Tampilan menu utama software magnet infolytica. ..................... 44
Gambar 2.21 Hubungan slot dan pole perancangan PMSG. .............................. 45
Gambar 2.22 Fluks magent yang mengalir pada PMSG magnet skew. .............. 46
Gambar 3.1 Langkah-langkah pemodelan PMSG. ........................................... 47
Gambar 3.2 Desain stator dalam bentuk 2 dimensi. ......................................... 52
Gambar 3.3 Kurva BH material Carpenter Silicon Steel. ................................ 54
Gambar 3.4 Tampilan pengaturan satuan. ........................................................ 55
Gambar 3.5 Inisialisasi stator. .......................................................................... 56
Gambar 3.6 Pemodelan laminasi stator PMSG 24 Slot. ................................... 56

xiii
Gambar 3.7 Proses pembuatan belitan pada bagian stator PMSG. .................. 57
Gambar 3.8 Proses pembuatan belitan pada bagian stator PMSG. .................. 58
Gambar 3.9 Rangkaian circuit coil yang dihubung Y connected pada PMSG. 59
Gambar 3.10 Konvigurasi belitan pada stator pemodelan PMSG. ..................... 59
Gambar 3.11 Bentuk akhir rancangan stator PMSG 24 slot............................... 61
Gambar 3.12 Desain pemodelan rangkaian rotor magnet sejajar 2D. ................ 62
Gambar 3.13 Inisialisasi rotot PMSG magnet sejajar. ....................................... 64
Gambar 3.14 Pemodelan rotor PMSG 8 Pole Magnet sejajar. ........................... 65
Gambar 3.15 Mendan magnet dari magnet sejajar ............................................. 67
Gambar 3.16 Desain pemodelan rangkaian rotor magnet skew 2D. ................... 68
Gambar 3.17 Perspektif geometri rotor magnet skew......................................... 69
Gambar 3.18 Pemodelan rotor PMSG magnet skew 8 pole. .............................. 70
Gambar 3.19 Variabel magnet skew ketika dimiringkan 11,30......................... 71
Gambar 3.20 Ilustrasi pemodelan Skew angel pada pemodelan magnet skew ... 72
Gambar 3.21 Mendan magnet dari magnet sejajar ............................................. 75
Gambar 3.22 Pengaturan kecepatan rotor........................................................... 76
Gambar 3.23 Pengaturan parameter kecepatan rotor.......................................... 77
Gambar 3.24 Pengaturan transient option. ......................................................... 78
Gambar 3.25 Pengaturan simulasi torsi cogging. ............................................... 81
Gambar 3.26 Siklus cogging PMSG 24 slot 8 pole. ........................................... 82
Gambar 3.27 Proses solving pemodelan PMSG. ................................................ 83
Gambar 4.1 Hasil desain pemodelan PMSG 24 slot 8 pole. ............................ 87
Gambar 4.2 Teganan keluaran PMSG magnet sejajar ...................................... 88
Gambar 4.3 Arus keluaran pemodelan PMSG Magnet sejajar. ........................ 88
Gambar 4.4 Torsi keluaran pemodelan PMSG Magnet sejajar. ....................... 89
Gambar 4.5 Teganan keluaran PMSG magnet skew. ....................................... 91
Gambar 4.6 Arus keluaran pemodelan PMSG skew......................................... 91
Gambar 4.7 Torsi keluaran pemodelan PMSG Magnet skew. .......................... 92
Gambar 4.8 Hasi fluks magnet pemodelan PMSG magnet sejajar................... 94
Gambar 4.9 Lintasan garis-garis medan magnet pada PMSG magnet skew. ... 95
Gambar 4.10 Hasil simulasi cogging pemodelan PMSG Magnet sejajar. ......... 96

xiv
Gambar 4.11 Hasil simulasi cogging pemodelan PMSG Magnet skew. ............ 97
Gambar 4.12 Kurva karaktersitik cogging pemoden PMSG. ............................. 98
Gambar 4.13 Kurva karasteristik tegangan PMSG. ......................................... 100
Gambar 4.14 Grafik tegangan keluaran PMSG terhadap variasi kecepatan. ... 112
Gambar 4.15 Grafik arus keluaran PMSG terhadap variasi kecepatan. ........... 113
Gambar 4.16 Grafik nilai torsi terhadap variasi kecepatan. ............................. 114
Gambar 4.17 Grafik daya input terhadap variasi kecepatan. ............................ 115
Gambar 4.18 Grafik daya output terhadap variasi kecepatan. .......................... 116
Gambar 4.19 Hasil tegangan keluaran pemodelan PMSG magnet sejajar ....... 120
Gambar 4.20 Hasil daya output pemodelan PMSG magnet sejajar ................. 120
Gambar 4.21 Efisiensi pemodelan PMSG magnet sejajar ................................ 121
Gambar 4.22 Hasil tegangan keluaran pemodelan PMSG magnet skew. ......... 124
Gambar 4.23 Daya output pemodelan PMSG magnet skew ............................. 125
Gambar 4.24 Efisiensi pemodelan PMSG magnet skew. ................................. 126
Gambar 4.25 Tegangan keluaran PMSG magnet sejajar dan skew. ................. 127
Gambar 4.26 Daya output PMSG magnet sejajar dan skew. ............................ 128
Gambar 4.27 Efisiensi PMSG magnet sejajar dan skew. .................................. 128

xv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Parameter dan simbol persamaan matematis desain PMSG. ............ 23
Tabel 3.1 Spesifikasi PMSG 24 Slot 8 Pole. ..................................................... 49
Tabel 3.2 Parameter desain rangkaian stator. .................................................... 52
Tabel 3.3 Spesifikasi bahan material PMSG ..................................................... 54
Tabel 3.4 Konvigurasi belitan PMSG 24 slot 8 pole. ........................................ 60
Tabel 3.5 Parameter desain rangkaian rotor magnet sejajar. ............................. 63
Tabel 3.6 Spesifikasi bahan material rotor PMSG. ........................................... 63
Tabel 3.7 Parameter desain rangkaian rotor magnet skew. ............................... 69
Tabel 3.8 Pengaturan kecepatan pada software magnet infolytica.................... 81
Tabel 4.1 Nilai keluaran PMSG magnet sejajar dari software magnet. ............ 89
Tabel 4.2 Nilai-nilai keluaran PMSG magnet skew. ......................................... 92
Tabel 4.3 Hasil cogging pemodelan PMSG. ..................................................... 97
Tabel 4.4 Hasil simulasi cogging pemodelan PMSG. ....................................... 98
Tabel 4.5 Hasil tegangan keluaran PMSG magnet sejajar dan skew. ............... 99
Tabel 4.6 Hasil simulasi kecepatan 850 Rpm PMSG Magnet sejajar. ............ 101
Tabel 4.7 Hasil simulasi kecepatan 850 Rpm PMSG Magnet skew. .............. 102
Tabel 4.8 Hasil simulasi kecepatan 950 Rpm PMSG Magnet sejajar. ............ 103
Tabel 4.9 Hasil simulasi kecepatan 950 Rpm PMSG Magnet skew. .............. 104
Tabel 4.10 Hasil simulasi kecepatan 1050 Rpm PMSG Magnet sejajar. .......... 105
Tabel 4.11 Hasil simulasi kecepatan 1050 Rpm PMSG Magnet skew. ............ 106
Tabel 4.12 Hasil simulasi kecepatan 1150 Rpm PMSG Magnet sejajar. .......... 107
Tabel 4.13 Hasil simulasi kecepatan 1150 Rpm PMSG Magnet skew. ............ 108
Tabel 4.14 Hasil simulasi kecepatan 1250 Rpm PMSG Magnet sejajar. .......... 110
Tabel 4.15 Hasil simulasi kecepatan 1250 Rpm PMSG Magnet skew. ............ 111
Tabel 4.16 Nilai keluaran PMSG terhadap kecepatan....................................... 112
Tabel 4.17 Nilai arus terhadap variasi kecepatan. ............................................. 113
Tabel 4.18 Nilai torsi terhadap kecepatan. ........................................................ 114
Tabel 4.19 Nilai daya input terhadap variasi kecepatan. ................................... 115

xvi
Tabel 4.20 Nilai daya output terhadap variasi kecepatan. ................................. 116
Tabel 4.21 Hasil tegangan 1 coil yang disihitung dangan rumus. ..................... 117
Tabel 4.22 Hasil tegangan keluaran PMSG dengan persamaan matematis. .... 118
Tabel 4.23 Hasil pemodelan PMSG magnet sejajar. ......................................... 119
Tabel 4.24 Hasil tegangan 1 coil yang disihitung dangan rumus. ..................... 122
Tabel 4.25 Hasil tegangan keluaran PMSG dengan persamaan matematis. ..... 123
Tabel 4.26 Hasil pemodelan PMSG skew. ........................................................ 124
Tabel 4.27 Tabel Hasil nilai keluaran PMSG .................................................... 126

xvii
DAFTAR RUMUS
Halaman
Rumus 2.1 Tegangan keluaran PMSG .............................................................. 17
Rumus 2.2 Gaya tarik magnet ........................................................................... 18
Rumus 2.3 Gaya tarik magnet ........................................................................... 19
Rumus 2.4 Luas lubang slot .............................................................................. 24
Rumus 2.5 Luas area slot .................................................................................. 24
Rumus 2.6 Persamaan jari-jari kawat penghantar ............................................. 24
Rumus 2.7 Jumlah lilitan .................................................................................. 24
Rumus 2.8 Jumlah belitan tiap fasa ................................................................... 24
Rumus 2.9 Frekuensi ......................................................................................... 24
Rumus 2.10 Luas area per kutub ......................................................................... 25
Rumus 2.11 Luas equivalent gap ........................................................................ 25
Rumus 2.12 koefisien permeance........................................................................ 25
Rumus 2.13 Kemiringan kurva demagnetisasi .................................................... 25
Rumus 2.14 Kerapatan fluks dititik pengoprasian PMSG .................................. 26
Rumus 2.15 Fkuls rata-rata dalam celah udara ................................................... 26
Rumus 2.16 Fluks medan magnet ....................................................................... 26
Rumus 2.17 Derajat slot ...................................................................................... 26
Rumus 2.18 Derajat pole .................................................................................... 26
Rumus 2.19 slot pitch .......................................................................................... 26
Rumus 2.20 Coil pitch......................................................................................... 26
Rumus 2.21 Lebar gigi stator .............................................................................. 27
Rumus 2.22 Area kutub rotor .............................................................................. 27
Rumus 2.23 Rotor pole pitch .............................................................................. 27
Rumus 2.24 Stator pole pitch .............................................................................. 27
Rumus 2.25 Effective core length ....................................................................... 27
Rumus 2.26 Diameter rotor ................................................................................. 27
Rumus 2.27 Stator yoke ...................................................................................... 27
Rumus 2.28 Persamaan gaya gerak listrik .......................................................... 28
Rumus 2.29 GGL ditinjau berdasarkan satu belitan ........................................... 28

xviii
Rumus 2.30 Fluks ditinjau berdasarkan luasan permukaan ................................ 28
Rumus 2.31 Fluks ditinjau berdasarkan panjang lintasan muatan ...................... 28
Rumus 2.32 Persamaan hukum maxwell 3 ......................................................... 29
Rumus 2.33 Persamaan kawat penghantar dengan permukaan tidak homogen .. 30
Rumus 2.34 Persamaan kawat penghantar dengan permukaan tidak homogen .. 30
Rumus 2.35 Teorma stokes persamaan hukum ampere ...................................... 30
Rumus 2.36 Persamaan hukum ampere .............................................................. 30
Rumus 2.37 Persamaan hukum ampere maxwell................................................ 31
Rumus 2.38 Gaya magnetostatik......................................................................... 31
Rumus 2.39 Gaya dalam konteks muatan yang bergerak ................................... 31
Rumus 2.40 Gaya dalam konteks muatan yang bergerak ................................... 31
Rumus 2.41 Gaya elektrostatik ........................................................................... 32
Rumus 2.42 Gaya elektrostatik dikaitkan dengan medan listrik ......................... 32
Rumus 2.43 Gaya per satuan muatan .................................................................. 32
Rumus 2.44 Persamaan hukum ohm ................................................................... 32
Rumus 2.45 Persamaan rapat arus ditinjau kecepatan yang sangat kecil............ 32
Rumus 2.46 Arus dan tahanan ............................................................................ 33
Rumus 2.47 Tegangan induksi antar fasa ........................................................... 33
Rumus 2.48 Frekuensi PMSG ............................................................................. 33
Rumus 2.49 Kecepatan sudut .............................................................................. 33
Rumus 2.50 Nilai Ke ........................................................................................... 33
Rumus 2.51 Torsi ................................................................................................ 33
Rumus 2.52 Daya input ....................................................................................... 33
Rumus 2.53 Daya output ..................................................................................... 33
Rumus 2.54 Persamaan medan magnet skew wilayah 1 ..................................... 35
Rumus 2.55 Persamaan medan magnet skew wilayah 2 ..................................... 35
Rumus 2.56 Persamaan medan magnet skew wilayah 3 ..................................... 35
Rumus 2.57 Rumus menghitung skew angel ...................................................... 36
Rumus 2.58 Rumus skew angel satu sisi ............................................................. 36
Rumus 2.59 Rumus menghitung panjang magnet skew ...................................... 37
Rumus 2.60 Rumus menghitung panjang magnet skew dengan Pythagoras ...... 37

xix
Rumus 2.61 Rumus menghitung sudut kemiringan ............................................ 37
Rumus 2.62 Persamaan batas permeabilitas ....................................................... 38
Rumus 2.63 Persamaan tangensial ...................................................................... 38
Rumus 2.64 Hukum gauss pada kotak pill .......................................................... 38
Rumus 2.65 Persamaan tangensial ...................................................................... 38
Rumus 2.66 Persamaan tangensial pada komponen normal ............................... 38
Rumus 2.67 komponen normal tangensial .......................................................... 38
Rumus 2.68 Rasio komponen tangensial ............................................................ 39
Rumus 2.69 Rasio komponen tangensial ............................................................ 39
Rumus 2.70 Tangensial yang menembus boundary airgap ................................ 39
Rumus 2.71 Medan magnegt yang menembus boundary airgap ....................... 39
Rumus 2.72 Persamaan gaya pada generator magnet permanen ........................ 40
Rumus 2.73 Persamaan gaya jika arus tidak diketahui ....................................... 40
Rumus 2.74 Persamaan daya input PMSG ......................................................... 40
Rumus 2.75 Persamaan kecepatan ...................................................................... 40
Rumus 2.76 Efisiensi .......................................................................................... 41
Rumus 2.77 Back electromotive force (EMF) ..................................................... 41
Rumus 2.78 Nilai Ke ........................................................................................... 41

xx
BAB I
PENDAHLUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya generator yang sering di temukan atau sering dipakai pada
industri atau yang sering ditemukan dipasaran berupa generator konvensional
kecepatan tinggi. Generator konvensional membutuhkan putaran tinggi dengan
penambahan arus eksitasi pada kumparan jangkar dirotornya. Sedangkan untuk
turbin angin dan turbin air dibutuhkan sebuah generator yang memiliki putaran
yang rendah dan tidak ada penambahan arus, dikarena turbin angin dan turbin air
biasanya diletakkan di daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki aliran listrik.
Pada generator sinkron magnet permanen, penggunaan magnet permanen
menyebabkan efek cogging atau gaya tarik dari magnet permanen terhadap gigi
stator yang menyebabkan magnet berusaha untuk menyejajarkan dengan gigi stator
sehingga diperlukan gaya untuk memutar rotor PMSG. Dengan adanya efek
cogging tersebut menyebabkan turbin membutuhkan gaya yang lebih besar untuk
memutar rotor, oleh sebab itu timbulah gagasan penulis untuk mengurangi efek
cogging pada PMSG. penulis ingin menganalisa cara peletakan magnet permanen
dirotor agar cogging dari PMSG menjadi berkurang akan tetapi tidak
mempengaruhi kinerja dari PMSG tersebut. Kemudian penulis ingin
membandingkan pengaruh posisi peletakan magnet terhadap tegangan keluaran.
Pada penelitian ini, Penulis akan merancang, menguji dan mensimulasikan
PMSG fluks radial dengan variasi cara meletakkan magnet pada rotor. untuk
mengetahui hasil perbandingan pengaruh cara meletakkan magnet permanen
permanen terhadap nilai tegangan keluaran back EMF dan nilai Ke.
Salah satu perangkat lunak yang dipakai pada analisa ini adalah perangkat
lunak MagNet Infoytica. Perangkat lunak ini digunakan untuk membuat rancangan
generator beserta material-material yang ingin digunakan pada generator. Selain itu
Magnet Infolytica bisa mendapatkan hasil keluaran tegangan dan mampu

1
menganalisa hasil rancangan generator yang telah dibuat untuk mengetahui apakah
rancangan generator tersebut sudah sesuai dengan yang diinginkan

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara merancang rotor magnet permanen untuk mengetahui hasil
perbandingan tegangan keluaran?
2. Bagaimana nilai keluaran generator magnet permanen fluks radial jika
magnet pada rotor di susun sejajar atau disusun secara skew?
3. Bagaimana pengaruh torsi cogging jika magnet permanen diletakan secara
skew?
4. Bagaimana perbandingan nilai keluaran PMSG dengan peletakan magnet
sejajar dan skew terhadap kecepatan putar rotor?

1.3 Batasan Masalah


Agar permasalahan dalam penelitian yang dilakukan lebih fokus, maka
diberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Pembahasan mengenai bentuk rotor generator sinkron fluks radial yang
menggunakan kominasi 24 Slot 8 Pole.
2. Pendesainan model generator PMSG menggunakan perangkat lunak yaitu
Magnet Infolytica.
3. Ukuran dimensi PMSG yang di analisa adalah sama hanya saja cara
meletakkan magnet permanen yang berbeda.
4. Tidak menganalisa kurfa karakteristik keluaran PMSG

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan hasil rancangan PMSG dengan posisi magnet sejajar dan
posisi magnet skew.
2. Memperoleh hasil perbandingan nilai keluaran dari pemodelan PMSG
magnet sejajar dan PMSG magnet skew.

2
3. Mendapatkan pengaruh torsi cogging terhadap variasi cara meletakkan
magnet permanen dirotor.
4. Mengetahui perbandingan nilai keluaran PMSG dengan peletakan magnet
sejajar dan skew terhadap kecepatan putar rotor

1.5 Sistematika Skripsi


Penulisan skripsi ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
1. BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan
masalah, kontribusi penulisan, dan sistematika penelitian.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka mengacu pada teori-teori dasar terkait penelitian yang
bersumber pada buku dan jurnal nasional maupun internasional.
3. BAB III METODE PEMODELAN PMSG DAN VARIASI CARA
PELETAKKAN MAGNET PERMANEN
Perancangan memuat ringkasan dan pokok pembahasan pada laporan studi
kelayakan yang ada dan pengamatan penulis dilapangan yang dimaksudkan
sebagai garis besar dan alur pembahasan agar pembahasan yang dilakukan
tidak keluar dari subtansi dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Menganalisa rancangan yang telah dibuat dengan berpatokan dengan aspek-
aspek yang telah ditentukan dengan perangkat lunak MagNet Infolytica dan
perhitungan pada MS. Excel.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan sebuah kesimpulan dan saran mengenai hasil “Analisis Pengaruh
Posisi Peletakan Magnet Permanen Di Rotor Terhadap Kinerja Generator
Sinkron Magnet Permanen”.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian


Sebuah peralatan listrik yang bisa mengubah energi gerak/mekanik menjadi
sebuah energi listrik disebut generator sinkron. Sebaliknya peralatan listrik yang
bisa mengkonversikan energi listrik bolak balik menjadi energi gerak/mekanik
disebut motor sinkron. Dikatakan mesin itu sinkron dikarenakan putaran frekuensi
elektrik yang dihasilkan sama (sinkron) dengan putaran mekanik rotor.
Sebuah generator memerlukan medan magnet untuk bisa membangkitkan
energi listrik dari energi gerak/mekanik. Generator yang medan magnet nya
dihasilkan dari magnet permanen yang terletak dirotor dan bukan dari kumparan
maka generator itu disebut permanent magnet synchronous generator (PMSG).
tidak ada kekuatan yang hilang untuk eksitasi medan magnet di rotor melalui
kumparan maupun dari magnet permanen. PMSG yang menggunakan magnet
permanen di rotor akan mengurangi bobot rotor, karena konstruksi rotor dari PMSG
lebih sederhana dari pada konstruksi Generator konvensional dengan menggunakan
belitan jangkar tempat dimasukkan arus eksitasi sehingga bobotnya sedikit lebih
berat dari PMSG. (Pujowidodo et al., 2009).
Agar dapat mengerjakan skripsi ini, ada beberapa penelitian terkait yang
penulis gunakan sebagai rujukan baik itu berupa rumus-rumus, maupun teori-teori
yang berhubungan dengan analisa pengaruh posisi peletakan magnet di rotor
terhadap kinerja generator sinkron magnet permanen.
Berikut dijelaskan penelitian-penelitian terkait untuk dapat menyelesaikan
penelitian saya terhadap pengaruh posisi peletakan magnet permanen di rotor
terhadap kinerja generator sinkron magnet permanen:
1. Edi Sofian, 2011
Dalam penelitiannya dia telah melakukan perancangan generator sinkron
magnet permanen fuks aksial dengan memodelkan magnet permanen di rotornya
kedalam beberapa model di antaranya magnet dengan bentuk rectangular,

4
trapezoidal, bentuk annular dan bentuk campuran. Dari hasil analisanya dia
menyimpulkan bahwa Pola perubahan tegangan keluaran antar bentuk magnet
cenderung tetap untuk semua variasi kecepatan putar dan lebar celah udara.
Kemudian untuk tegangan keluaran terbesar yaitu pada pemodelan magnet
trapezoidal dikarenakan dimensinya lebih luas dibandingkan dengan pemodelan
yang lain sehingga medan magnet yang dibangkitkan juga lebih besar dan
berpengaruh terhadap tegangan keluaran sedangan tegangan keluaran terkecil
terdapat pada bentuk rectangular.
2. Jang-Young Chou dkk, 2010
Dalam jurnalnya telah melakukan analisa dan pendesainan PMSG
menggunakan metode Finite Elemnt Analist (FEA). dimana tujuan perancangan
digunakan untuk mengoptimalkan bentuk dan kerapatan fluks magnet untuk
Permanent Magnet Sincronous Generator (PMSG). Hasil dari pemodelan yang
dilakukan ditampilkan dengan Prototipe PMG 400W/450 rpm. Rotor dari PMSG
dikopel ke turbin angin, sehingga putaran rotor tergantung dengan kecepatan angin
yang memutar turbin angin. Selanjutnya tujuan digabungkan nya turbin ke rotor
langsung adalah untuk menghemat biaya karena tidak perlu menambahkan gear box
untuk turbin angin.
3. Meggi Octa suhadal, 2017
Dalam skripsinya dia merancang pemodelan generator sinkron magnet
permanen fluks radial dengan menggunakan kombinasi 18 Slot 16 Pole dengan
menggunakan software Magnet Infolytica. Pemodelan PMSG yang dirancang
mempunyai kapasitas 100 watt dengan kecepatan putar rotor 450 rpm. Dari
penelitiannya dia menyimpulkan bahwa Pemilihan ukuran besaran mesh pada saat
melakukan simulasi mempengaruhi akurasi hasil gelombang keluaran, baik
tegangan, arus maupun torsi serta memiliki tingkat ke akurasian yang tinggi pada
saat melakukan simulasi. Pada saat memodelkan PMSG menggunakan software
SolidWorks cukup memodelkan untuk 1 bagian slot dan pole dikarenakan nantinya
hasil pemodelan akan di import ke software MagNet Infolytica. Dan didalam
software tersebut terdapat tools untuk merotate, sehingga lebih hemat waktu.

5
4. Mukhdil Azka, (2013)
Pada penelitian ini membahas mengenai perancangan dan pemodelan
sebuah PMSG dengan menambahkan lubang pada rotor PMSG. Dari penelitiannya
disimpulkan bahwa penambahan lubang udara pada rotor berfungsi sebagai
pendingin atau cooling System dan juga mempengaruhi tegangan induksi.
Sbelumnya dengan kecepatan 300 rpm mendapatkam tegangan 220 Volt tetapi
dengan adanya penambahan lubang untuk mendapatkan tegangan tersebut cukup
memutar rotor dengan kecepatan 250 rpm. Hasil simulasi FEMM fluks yang
dihasilkan terdistribusi dengan merata sehingga tidak terjadi konsentrasi fluks di
bagian area tertentu yang bisa mengakibatkan panas. Serta dengan penambahan
lubang pada rotor dapat mengurangi bobot dari rotor sehingga putarannya menjadi
lebih ringan akan tetapi daya tahannya berkurang.
5. M. Choirul Anam, dkk (2016)
Telah melakukan perancangan PMSG 100 watt menggunakan software
Magnet Infolytica. Peneliti tersebut menggunakan kombinasi 12 slot 8 pole dengan
diameter 13 cm dan ketebalan 5 cm. Rotor diputar dengan kecepatan 100 rpm
dengan 12 lilitan di stator. Dari perancangan tersebut menghasilkan tegangan 21,65
volt dan arus 0 ampere ketika tidak ada beban, sedangkan untuk rancangan
berbeban menghasilkan tegangan output 23,89 volt dan arus sebesar 5 ampere.
Kemudian peneliti juga menyimpulkan tegangan keluaran dari PMSG sangat
dipengaruhi oleh diameter rotor, jenis bahan material yang digunakan, jumlah
belitan pada stator, serta kecepatan putar rotor.
Setelah melihat dan mempelajari beberapa jurnal penelitian terkait untuk
generator magnet permanen fluks radial, maka berikut akan dijelaskan beberapa
teori yang digunakan untuk menunjang agar penelitian ini dapat tercapai.

2.2 Landasan Teori


Sebuah peralatan listrik yang bisa mengubah energi gerak/mekanik menjadi
sebuah energi listrik disebut generator sinkron. Sebaliknya peralatan listrik yang
bisa mengkonversikan energi listrik bolak balik menjadi energi gerak/mekanik
disebut motor sinkron. Dikatakan mesin itu sinkron dikarenakan putaran frekuensi
elektrik yang dihasilkan sama (sinkron) dengan putaran mekanik rotor .

6
Pada umumnya sebuah generator terdiri dari komponen penyusun utama
yaitu stator dan rotor. Stator pada generator merupakan bagian atau wadah untuk
melilit coil atau kumparan dan di stator juga tempat dimana tegangan dibangkitkan..
Sedangkan rotor pada generator merupakan bagian yang berputar yang terkopel
dengan motor atau turbin sebagai penghasil medan, baik itu medan magnet ataupun
dan medan dari arus searah pada kumparan di rotor tersebut (Azka, 2013).

2.3 Definisi Generator


Generator merupakan sebuah alat yang dapat mengonversikan energi
gerak/mekanik menjadi energi listrik. Penggabungan antara energi kinetik dan
energi potensial disebut dengan energi gerak atau energi mekanik. Energi potensial
biasanya bisa didapatkan dari sumber seperti udara, air, angin, uap, panas matahari,
gelomabang air laut yang akan mendorong turbin yang sudah terkopel dengan rotor
pada generator sehingga rotor dapat berputar. Putaran rotor dengan medan magnet
baik itu dari pencatuan arus maupun magnet menimbulkan energi listrik melalui
kumparan stator (Putra, 2014).
Generator membangkitkan tegangan listrik dari tenaga gerak dari sebuah
rotor yang terinduksi elektromagnetik. Bisa menggunakan rotor belitan maupun
magnet permanen. Dengan perputaran rotor terjadilah fluks yang masuk melai air
gap ke gigi stator yang sudah dililit oleh kawat dimana fluks yang berubah-ubah
pada pada gig stator menyebabkan timbulnya tegangan. Proses inilah yang sering
disebut pembangkit listrik

2.4 Generator Sinkron Konvensional


Hukum Faraday menjelaskan bahwa jika ada fluks magnet yang berubah-
ubah dan memotong kumparan statror maka pada coil stator akan timbul GGL
induksi. Hukum Lenz juga menjelaskan arah medan magnet yang dihasilkan arus
induksi berbanding terbalik dengan arah medan magnet dari arus yang
dibangkitkan. dengan kata lain arus yang dibangkitan menghasilkan medan magnet
yang melawan perubahan fluks magnet. Prinsip hukum faraday dan hukum Lenz
inilah yang dipakai pada sebuah generator sinkron. Generator sinkron konvensional
menggunakan arus untuk mrnghasilkan medan induksi.

7
2.4.1 Kontruksi Generator Sinkron Konvensional
Komponen penyusun generator sikron konvensional adalah stator dan rotor.
Stator merupakan wadah untuk tempat belitan kawat yang terdiri dari beberapa slot
dimana kumparan nantinya akan dililit pada gigi stator. Sedangkan rotor pada
generator sinkron konvensional merupakan bagian dari generator yang berputar dan
tempat untuk kumparan rotor sebagai sumber medan magnetik dengan komponen
penyusunnya adalah slip ring dan poros. Adapun kontruksi generator lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1 Konstruksi generator sinkron (Azka, 2013).


Keterangan Gambar diatas adalah sebagai berikut.
1. Stator
Stator (Armatur) adalah komponen penyusun utama dari generator yang
merupakan wadah untuk tempat belitan kawat yang terdiri dari beberapa slot
dimana kawat nantinya akan dililit pada gigi stator. Biasa stator terbuat dari besi
atau baja yang berbentuk silinder yang terdiri dari beberapa slot. Stator juga tempat
mengalirnya fluks dari rotor yang berputar yang masuk melewati airgap melalui
gigi stator. Pada stator terdapat komponen utama yaitu:
• Rangka stator
Rangka stator terbuat dari bahan yang sangat kuat dikarenakan berfungsi
sebagai penopang komponen stator dan memiliki kaki-kaki yang dipasang pada
bagian pondasi yang kuat. Bahan material rangka stator biasanya terbuat dari baja
yang kuat untuk mengatasi pergerakan stator jika terjadi hubung singkat tiga fasa
dan menahan getaran dari pergerakan rotor agar tidak lengser.

8
• Inti stator
Inti stator adalah tempat mengalirnya fluks magnet dari rotor yang masuk
melalui gigi stator dan sebagai tempat melilit coil. Inti stator biasanya berbentuk
lempengan-lempengan yang di gabung menjadi satu dengan tujuan mengurangi
arus eddy dan rugi histerisis. Inti stator dibuat dengan bahan baja silicon yang
memiliki sifat kemagnetan yang baik.
• Slot
Slot merupakan bagian dari stator yang terdiri dari dua gigi stator sebagai
tempat untuk menopang kumparan kawat. Slot juga dibentuk dengan sisitem
berbuku-buku. Biasanya didalam slot dilapisi dengan bahan isolator agar kawat dan
gigi stator tidak besentuhan secara langsung.
• Kumparan stator
Kumparan stator berfungsi sebagai tempat menghasilkan tegangan induksi
akibat adanya fluks magnetik yang mengalir di gigi stator secara berulang (back
emf) dari kutub-kutub pada rotor. Konfigurasi pada belitan stator berupa belitan
terkonsentrasi maupun belitan terdistribusi. Keuntungan dari belitan terkonsentrasi
memiliki amplitudo tegangan induksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kumparan terdistribusi.
2. Rotor / Kumparan Medan
Rotor merupakan bagian yang berputar pada generator yang terkopel dengan
poros. Rotor pada generator sinkron konvensional berfungsi sebagai tempat
meletakkan belitan kutub sebagai sumber medan magnet setelah kawat di tambah
dengan arus eksitasi. Biasanya rotor di letakkan pada bagian tengan stator, akan
tetapi ada juga sebagian generator memiliki rotor yang terletak dibagian luar
mengelilingi stator. Terdapat tiga bagian utama pada rotor yaitu:
• Collector ring atau slip ring
Slip ring terbuat dari bahan bahan yang sangat kuat dan melingkari. Slip ring
juga tempat diletakkkan terminal kumparan rotor sebagai tempat dimasukkannya
arus eksitasi melalui sikat (brush) yang diletakkan di cincin geser. sikat (brush)
merupakan sebuah blok yang terbuat dari bahan baja slikon yang mampu
mengonduksikan listrik secara bebas tetapi minim pergeseran.

9
• Kumparan rotor
Kumparan rotor merupakan kawat yang dililit pada kutub di rotor.
Kumparan rotor berfungsi sebagai medan eksitasi sebagai sumber pembangkit
medan magnet setelah di beri arus eksitasi. Dari kumparan inilah nantinya
menyebabkan fluks yang berubah-ubah pada gigi stator sehingga pada belitan stator
akan timbul tegangan.
• Poros
Poros merupakan baja slikon yang berfungsi menahan rotor dan juga
sekaligus sumber putaran dari rotor tersebut karena sudah saling terkopel yang
prime mover. Pada ujung poros biasanya diletakkan gear, bot ass atau juga blade.

2.4.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron Konvensional


Cara kerja dari sebuah generator konvensinal menerapkan hukum Faraday
dan hukum Lenz. Hukum Farday menerangkan jika ada fluks yang berubah-ubah
yang memotong sebuah coil maka pada coil di stator akan timbul GGL. Ketika
kumparan rotor yang sudah diberikan arus eksitasi diputar maka pada inti stator
akan mengalir fluks magnet, seiring dengan perputaran rotor maka fluks yang
mengalir pada inti stator akan berubah-ubah sehingga menimbulkan tegangan
induksi pada kumparan stator. Adapun prinsip kerja generator konvensional seperti
terlihat pada gambar 2.2 dibawah ini.

Gambar 2.2 Generator sinkron empat kutub.


Prinsip kerja generator sinkron dari gambar diatas yaitu:
1. Coil yang terletak di rotor diberi arus induksi atau searah. Dengan adanya
arus DC tersebut yang mengalir pada kumparan rotor maka pada celah udara

10
akan timbul GGL/Medan (Bf) nantinya medan inilah yang menyebabkan
timbulnya tegangan induksi pada kumparan stator.
2. Poros yang yang sudah terkopel dengan rotor diputar pada kecepatan
sinkron sehingga kumpuran rotor ikut berputar yang menyebabkan medan
magnet ikut berputar. fluks magnet masuk ke gigi stator dengan suatu
kecepatan sudut (omega) terjadi back electromotive force.
3. Medan magnet yang dihasilkan kumparan rotor yang diputar menghasilkan
tegangan induksi pada coil yang melilit stator dan menyebabkan fluks
magnetik (Φ) dimana besarannya brubah-ubah terhadap waktu.

2.5 Generator Sinkron Magnet Permanen


Generator sinkron magnet permanen memiliki kontruksi yang hampir sama
dengan generator kenvensional yang sring dijumpai yaitu memiliki sebuah stator
dan rotor yang berputar. Hanya saja yang membedakan antara PMSG dengan
generator sinkron konvensional adalah terletak pada rotornnya. medan eksitasi
pada PMSG dihaslikan oleh magnet permanen bukan coil rotor yang diberi arus
sehingga fluks magnet yang dihasilkan itu berasal dari magnet permanen. Generator
ini memiliki keunggulan yang signifikan, menarik minat para peneliti dan biasanya
digunakan dalam aplikasi wind turbine (Suhada, 2018).
Generator sinkron magnet permanen termasuk dalam kategori generator
kecepatan rendah karena biasanya diguanakan pada turbin angin ataupun kincir air.
Untuk meningkatkan kecepatan biasanya PMSG dipasang dengan jumlah kutub
yang lebih banyak untuk mendapatkan putaran yang sama. Karena semakin banyak
jumlah kutub yang diletakkan pada generator maka kecepatan rotor seolah-olah
bertambah.

2.5.1 Konstruksi Generator Sinkron Magnet Permanen


Generator sinkron magnet permanen merupakan mesin listrik 3 fasa seperti
generator induksi pada umumnya. Akan tetapi PMSG menggunakan magnet
permanen untuk menghasilkan medan magnet bukan dari kumparan seperti
generator sinkron konvensional. Magnet permanen diletakkan di rotor dan ukuran
dari fisik PMSG berbeda dibandingkan dengan generator pada umumnya. PMSG

11
lebih pendek dan lebih besar. PMSG sering dipakai pada pembangkit kecepatan
rendah seperti kincir air dan kincir angin.
Penyusun komponen generator sinkron magnet permanen tidak serumit
generator konvensional yang sring dijumpai. PMSG Terdiri dari inti stator, shaft,
rotor dan magnet permanen. Untuk biaya perawatannya juga lebih minim.
Konstruksi pada rotor nya juga tidak serumit denga generator sinkron konvensional
hanya dengan magnet permaen. Magnet permanen pada rotor harus dibuat dengan
magnet yang kuat untuk menghasikan generator yang lebih efisien. konstruksi
PMSG seperti terlihat pada gambar 2.3 dibawah:

Stator

Stator Winding (In Slots)

Shaf
t
Rotor
Permanent Magnet

Gambar 2.3 Gambar melintang PMSG.


Keterangan dari gambar sebagai berikut.
1. Stator Generator Sinkron Magnet Permanen
Stator PMSG merupakan salah satu komponen utama penyusun utama
generator yang merupakan wadah untuk tempat belitan kawat yang akan menerima
fluks magnet yang terdapat pada rotor. stator terdiri dari beberapa slot dimana kawat
nantinya akan dililit pada gigi stator. Stator pada PMSG ini juga sebagai penghasil
arus listrik yang menuju ke beban. Biasanya stator terbuat dari besi atau baja yang
berbentuk silinder yang terdiri dari beberapa slot yang dibuat bersegmen-segmen
guna mengurangi arus eddy. Stator juga tempat mengalirnya fluks dari magnet di

12
rotor yang masuk ke airgap melalui teeth. Berikut adalah contoh gambar stator
magnet permanen seperti terlihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Stator permanent magnet generator (Strous, 2010)


Teerdapat 2 jenis bentuk stator magnet permanent
1. Internal stator magnet permanen
Pada stator jenis ini rotor pada generator magnet permanen terletak di bagian
luar mengelilimgi stator dan belitan jangkar berada didalam rotor tersebut, rotor
yang terletak disisi luar stator dalam keadaan diam sedangkan stator merpakan
bagian yang berputar pada kecepatan nominalnya menghasilkan medan magnet.
Bentuk internal stator magnet permanen dapat dilihat pada gambar 2.5.

Permanent Magnet

Rotor Stator

Gambar 2.5 Internal stator magnet permanen.


2. Eksternal Stator magnet permanen
Stator jenis ini merupakan stator yang sering di pakai pada generator magnet
permanen pada umumnya. Rotor PMSG terletak dibagian dalam stator yang
berputar pada kecepatan nominal menghasilkan medan magnet. Stator ini
merupakan jenis yang paling efisien karena tidak perlu memerlukan torsi yang besar

13
untuk memutar rotor karena belitan jangkar berada di staor yag dalam keadaan
diam. Bentuk Eksternal stator magnet permanen dapat dilihat pada gambar 2.6

Stator

Permanent Magnet
Rotor

Gambar 2.6 Eksternal stator magnet permanen.


2. Rotor Generator Sinkron Magnet Permanen
Rotor di generattor sonkron magnet permanent merupakan benda yang ikut
berputar sekaligus tempat diletakkannya magnet permanen sebagai kutub. Magnet
permanen pada PMSG merupakan penghasil medan magnet pengganti belitan yang
menuju ke gigi stator. pada PMSG rotor langsung terkopel dengan poros dan
biasanya untuk PMSG yang berukuran kecil poros langsung dihubungkan ke turbin.
Biasanya rotor di letakkan pada bagian tengan stator, akan tetapi ada juga sebagian
generator memiliki rotor yang terletak dibagian luar mengelilingi stator.
Pada umumnya rotor pada PMSG dibuat lubang sebagai tempat masuknya
udara sebagai cooling system dan juga bertujuan agar putaran rotor lebih ringan.
Rotor pada PMSG juga disusun secara bersegmen-segmen sama seperti Stator dan
Trafo dimana setiap segmen merupakan lembaran baja slikon yang dapat
menghantarkan fluks magnet dengan baik. Tujuan rotor pada PMSG dibuat secara
bersegmen-segmen yaitu mengurangi arus eddy. Poros rotor PMSG juga terbuat
dari besi baja sehingga tahan untuk menopang rotor sekaligus turbin yang langsung
terhubung dengan poros.
Magnet prmanen yang terletak di rotor pada PMSG merupakan bagian yang
sangat penting karena magnet permanen berfungsi menghasilkan fluks magnet yang
mengarah ke stator sebagai medan magnet. Ada dua cara dalam meletakkan magnet
permanen di rotor PMSG, yaitu magnet permanen yang di tempatkan di area sisi

14
luar rotor (Surface Mounted Permanent Magnet) dan magnet permanent yang di
letakkan pada bagian dalam stator (Interior Permanent Magnet). Untuk lebih jelas
terlihat pada gambar 2.7 berikut.

(a). Surface Mounted PM (b). Interior Permanent Magnet

Gambar 2.7 Cara meletekananmagnet permanen di rotor.


3. Magnet Permanen
Magnet permanen adalah komponen penghasil medan magnet pada generator
sinkron magnet permanen yang terletak dibagian rotor. Semakin kuat jenis magnet
permanen yang di pakai atau semakin tebal magnet permanen yang digunakan maka
semakin kuat medan magnet yang dibangkitkan dan mempengaruhi nilai tegangan
keluaran dari generator. Magnet permanen dapat digambarkan oleh kurva histerisis.
Berdasarkn bentuk kurva histerisis terlihat perbedaan antara soft magnetic dan hard
magnetic. Berikut adalah bentuk kurfa histeris magnet pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Kurva histerisis magnetik (Kenjo and Nagamori, 1985).

15
2.5.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron Magnet permanen
Generator sinkron magnet permanen dibangkitkan melalui magnet
permanen sebagai penghasil medan magnet pada rotor dan fluks magnet diperoleh
dari magnet permanen kemudian fluks magnet masuk melewati celah udara menuju
gigi stator yang sehingga timbul garris-garis magnet tersebut keluar dari kutub-
kutub secara axial maupun radial (Strous, 2010). Generator sinkron magnet
permanen mempunyai struktur penyusun yang sama dengan generator sinkron
konvensional pada umumnya yang memiliki kumparan dan sebagai tempat
terjadinya induksi elektromagnetik, rotor PMSG didesain lebih sederhana tempat
meletakkan magnet permanen sebagai sumber medan magnet tanpa belitan dan
tambahan arus eksitasi, fluks yang dihasilkan magnet permanen masuk ke gigi
stator melalui celah udara. Berikut adalah gambar lintasn fluks magnet dalam empat
kutub seperti terlihat pada gambar 2.9.

.
Gambar 2.9 Medan magnet mengalir dalam empat kutub (Hanselman, 2006).
Prinsip kerja generator sinkron magnet permanen yaitu poros yang terkopel
dengan rotor di putar dengan sebuah alat penggerak (prime mover) dengan
kecepatan sinkron bisa saja berupa turbin air, turbin angin, turbin gas maupun turbin
uap. kemudian magnet permanen di rotor akan berputar mengikuti putaran rotor
sebagai penghasil medan magnet. seiring dengan putaran rotor dan putaran kutub
magnet yang berbeda-beda terjadilah back EMF. Fluks magnet masuk ke gigi stator
melalui celah udara secara terus menenerus seiring dengan perputaran rotor. yang
kemudian menyebar ke inti stator. Di karenakan pada gigi stator timbul fluks yang
berubah-ubah maka pada kumparan yang melilit gigi stator tersebut akan timbul
tegangan.

16
Generator magnet permanen berfungsi mengubah energi gerak/mekanik
menjadi sebuah tenaga listrik melalui induksi magnet dari magnet permanen yang
kemudian menghasilkan tegangan induksi. Perpuataran rotor menyebabkan magnet
permanen juga ikut berputar menghasilkan gaya magnet yang berubah-ubah
sehingga fluks magnet yang terserap gigi stator juga ikut berubah-ubah. Menurut
aturan tangan kanan Flemming maka akan timbul tegangan yang dibangkitkan dari
proses tersebut. Hukum tangan kanan flemming seperti terlihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 Hukum tangan kanan flemming (Kenjo and Nagamori, 1985).
Pada gambar diatas menjelaskan bahwa jari telunjuk menunjukkan arah
Flux Density (𝐵). jari tengah menunjukkan tegangan induksi induksi yang
dibangkitkan (𝑒) sedangkan ibu jari menunjukkan arah kecepatan putar (𝑣).
Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat drumuskan dalam persamaan
sebagai berikut..

𝑒 =𝐵.𝐿.𝑣 (2.1)

Keterangan :
e : Tegangan yang dibangkitkan ( Volt )
B : Magnetic Flux Density ( Tesla)
v : Kecepatan ( m/s )
L : Panjang kabel (J D Edwards, 2004)

Dari persamaan tersebut panjang lilitan (L) dan kecepatan (𝑣) dapat diubah
sesuai kehendak namun untuk kuat medan magnet (𝐵) harus mengetahui terlebih
dahulu konsep dasar dari persamaan medan magnet. Arah lintasan medan magnet

17
disebut magnetic flux densinty. Garis-garis ini timbul setelah menerima medan
magnet dari magnet permanen di rotor. Garis-garis magnet tersebut dinamakan
dengan garis fluks, yang mana nantinya garis fluks ini akan menunjukkan besar
magnitude atau gaya magnet dan arah dari B. Jarak antara garis satu dengan garis
yang lainnya menunjukkan besar magnitude sehingga semakin rapat garis-garis
magnet maka akan semakin besar magnitudenya dan begitu pula sebaliknya. Untuk
melihat bentuk lintasan garis-garis magnet dapat dilihat pada gambar 2.11 berikut.

Gambar 2.11 Arah fluks pada PMSG 24 slot 16 pole.


Dari gambar 2.11 terlihat lintasan garis-garis magnet yang dihasilkan magnet
permanen pada gigi stator yang menyebar ke inti stator, lintasan ini akan bergerak
saat magnet permanen di putar seiring dengan putaran rotor, lintasan garis-garis
magnet cenderung mencari kutub yang berlawanan. Perubahan garis-garis magnet
pada gigi stator menyebabkan timbulnya tegangan induksi pada kumparan yang
melilit gigi stator tersebut. Untuk menghitung gaya tarik magnet dapat dihitung
dengan persamaan Lorens berikut : (Chapman, Stephen J, 1999).
𝑓 = q.𝐵 (2.2)

Keterangan :
F: gaya (force)
q: eletric charge dengan kecepatan 𝑣
B: Magnetic flux density

18
Atau dapat dinyatakan dengan persamaan lain yaitu : (Chapman, Stephen J, 1999).
𝑓 = 𝐵.𝑙.𝑖 (2.3)

Keterangan :
f : gaya ( force)
B: Magnetic Flux Density
l: panjang konduktor (m)
i: kuat arus listri (A)

Jika sebuah magnet permanen digerakkan dengan kecepatan 𝑣 maka akan


menyebabkan perpindahan flux charge pada stator yang mana akan mengarahkan
ke persamaan 𝑒=𝐵.𝐿.𝑣 untuk tegangan induktansi. Pada umumnya variabel yang
biasa dipakai dalam perhitungan adalah fluks magnet (ϕ) flux linkage (λ). Flux
magnet didefinisikan dengan ϕ = B.A. dimana B merupakan kuat medan magnet
dan A merupakan luas permukaan area. Sehingga didapat magnetic flux density
dalam total area A. Medan magnet tegak lurus dan konstan terhadap area
permukaan. Namun apabila medan magnet (B) tidak konstan dan tegak lurus
terhadap areanya maka fluks magnet (ϕ) di dapat dengan integral namun prinsip
yang digunakan masih sama. (fakrur razi, 2019)
Flux linkage adalah jumlah ϕ ( flux magnet ) terhadap seluruh lilitan coil,
dapat dinyatakan dalam λ=Nϕ. N adalah jumlah lilitan coil yang terhubung setiap
coilnya kepada flux ( ϕ ). Konsep bagaimana flux memperoleh nilainya dapat
dinyatakan melalui hukum induksi elektromagnetic Faraday. Ia menyatakan bahwa
tegangan induksi dapat dihitung dengan persamaan e = dλ / dt . Apabila Flux
linkage yang muncul akibat adanya arus yang mengalir baik itu di coil yang sama
atau berbeda maka dinyatakan dalam λ/Amp. (fakrur razi, 2019)

2.6 Jenis-Jenis Generator Sinkron Magnet Permanen


Generator sinrkon magnet permanen memiliki kontruksi yang mirip dengan
generator kenvensional yaitu memiliki stator yang diam dengan rotor yang
bergerak. Perbedaan antara generator magnet permanen dengan generator sinkron
konvensional yaitu terletak pada rotornnya. Rotor pada generator sinkron
konvensional memiliki kumparan dan memerlukan penambahan arus DC untuk

19
mendapatkan medann magnet sedangkan rotor pada generator magnet
permanen/PMSG menggunakan sebuah magnet permanent sebagai penghasil
medan. Generator magnet permanen biasanya dipakai pada pembangkit dengan
kecepatan putar yang rendah.
Berdasarkan arah aliran fluks yang dihasilkan oleh magnet permanen yang
terletak pada rotor PMSG maka PMSG dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
PMSG dengan medan radial dan PMSG dengan medan aksial. Pada PMSG fluks
radial arah fluks yang dihasilkan magnet permanen pada rotor vertikal dan memiliki
bentuk yang sama pada generator sinkron pada umumnya. Sedangkan PMSG fluks
aksial memiliki arah fluks paralel dengan poros rotor. Pada aplikasi secara umum
generator sinkron jenis radial lebih banyak digunakan dibandingkan dengan
generator sinkron jenis aksia (Azka, 2013).

2.6.1 Generator Magnet Permanen Fluks Radial


Generator sinkron magnet permanen radial flux merupakan generator yang
mempunyai arah fluks tegak lurus sehingga arah fluks searah dengan arah putaran
rotor yang mirip seperti tabung. Bentuk kontruksi Generator sinkron magnet
permanen radial flux sama seperti generator konvensional yang sering dijumpai.
Magnet permanen di letakkan pada rotor yang melingkar mengelilingi stator dan
mempunyai gigi-gigi stator sebagai tempat untuk melilit coil. Berikut adalah
gambar dari generator magnet fluks radial.

Gambar 2.12 Desain generator magnet permanen fluks radial.


Generator sinkron magnet permanen radial flux adalah memiliki prinsip
yang sama dengan generator sinkron yaitu mengubah energi gerak/mekanik

20
menjadi tenaga listrik dari sebuah magnet permanen di rotornya sehingga PMSG
tidak membutuhkan penambahan arus DC untuk menghasilkan medan induksi.
Generator radial flux memiliki fluks yang menyebar kesegala arah. Fluks yang
dihasilkan magnet permanen menginduksi gigi stator sehingga muncul garis-garis
magnet yang akan bergerak seiring dengan perputaran magnet pada rotor sehingga
pada kumparan akan muncul tegangan.
PMSG dengan arah fluks radial memiliki beberapa keunggulan yang sangat
signifikan dimana generator ini sangat mudah dalam meletakan magnet di rotornya.
Kontruksi generator ini juga mirip dengan generator konvensonal ataupun motor
yang berbentuk tabung panjang. PMSG radial flux paling banyak ditemukan atau
dipasang pada turbin angin karena bisa beroperasi pada putaran rendah dan tinggi.
(Pramono, Muliawati and Kuniawan, 2017).

2.6.2 Generator Magnet Permanen Fluks Aksial


Generator axial flux memiliki prinsip yang sama dengan generator sinkron
pada umumnya yaitu untuk mengubah energi gerak/mekanik menjadi sebuah
temaga listrik. Akan tetapi kontruksi generator fluks aksial berbeda dengan
generator sinkron konvensional pada umumnya. Generator axial flux arah fluks
magnet yang digunakan untuk memotong kumparan stator secara aksial dan
biasanya magnet permanen di susun secara surface mounted. Berikut adalah bentuk
generator sinkron magnet permanen fluks aksial seperti terlihat pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Desain generator magnet permanen fluks aksial.


Generator magnet axial flux, membuat konstruksi rotor menjadi lebih tipis
dapat meningkatkan kerapatan daya keluaran sedangkan Generator magnet

21
permanen fluks radial kerapatan daya keluaran tetap. Prinsip kerjanya
menggunakan magnet sebagai medan eksitasi. fluks magnet masuk melalui celah
udara ke disk yang dililit oleh coil. Sehingga pada baja disk timbul garis-garis
magnet. fluks ini bergerak seiring denga oeroutaran magnet pada rotor sehingga
pada belitan timbul tegangan. Peletakan magnet permanen dirotor pada generator
fluks aksial seperti terlihat pada gambar 2.14 berikut.

Gambar 2.14 Konstruksi generator magnet permanen tipe aksial.


PMSG fluks aksial memiliki kontruksi dimensi yang lebih kecil dan lebih
ringan dibandingan dengan generator magnet permanen fluks radial sehingga
sangan efektif diletakkan di beberapa sektor pembangkit. Generator magnet
permanen fluks axial memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
generator magnet radial flux dimana generator ini dibuat untuk memiliki daya
keluaran yang tinggi, generator ini juga memiliki tingkat kebisingan yang rendah
serta torsi cogging yang labih rendah pula. Biasanya generator axial flux diterapkan
pada pembangkit listrik tenaga angin dan air dimana turbin tercopel pada rotornya.

2.7 Desain kumparan stator PMSG


Stator merupakan komponen PMSG sebagai tempat melilit coil yang
terdidiri dari beberapa slot. Jika ingin mengetahui banyaknya jumlah lilitan yang
bisa diisi dalam sebuah slot perlu dilakukan perhitungan untuk mencari luas slot
tersebut. Rumus matematis perancangan generator sinkron magnet permanen
merupakan rumus yang digunakan secara universal yang digunakan untuk
mendapatkan nilai parameter PMSG yang akan dimodelkan. Adapun berikut pada
tabel 2.1 merupakan data-data yang dibutuhkan untuk melakukan pendesainan.

22
Tabel 2.1 Parameter dan simbol persamaan matematis desain PMSG.
Simbol Jenis Besaran Simbol Jenis Besaran
𝐷𝑖 Diameter luar rotor f Frekuensi
𝐷𝑎 Diameter dalam magnet 𝐸𝑝ℎ Tegangan fasa
𝐷𝑒 Diameter luar stator 𝑛𝑐 Jumlah lilitan per coil
𝐷𝑐 Diameter dalam stator 𝑘𝑤 Faktor lilitan
𝐷𝑏 Diameter dalam lubang slot 𝜙 Fluks magnet
𝐿𝑚 Tebal magnet 𝑁𝑠 Jumlah slot
𝐿ℎ Panjang magnet 𝑁𝑐 Jumlah lilitan fasa
𝐿𝑎 Tebal inti stator/rotor n Putaran rotor
𝐿𝑡𝑔 Lebar celah gigi stator  Efisiensi
𝐿𝑡 Tinggi teeth 𝑃𝑖𝑛 Daya input
𝐿𝑤 Lebar teeth 𝑃𝑜𝑢𝑡 Daya output
𝑔 Celah udara ω Kecepatan sudut
P Jumlah kutub 𝐾𝑒 Kontanta EMF
Q𝑆 Jumlah slot 𝐾𝑡 Konstanta torsi
𝑊𝑑 Lebar magnet/kutub T Torsi

Dalam pemodelan generator sinkron magnet permanen perlu diperhatikan


spesifikasi dari dimensi stator. Sehingga dapat dilakukan perhitungan. Adapun
gambar dari rancangan stator dapat dilihat pada gambar 2.15.

Gambar 2.15 Bentuk rancangan stator.

23
1. Menghitung luas lubang slot, 𝐴𝑠 . (Suhada, 2018).
𝐷𝑒 2 − 𝐷𝑐 2 1 𝜋.𝐷𝑐 − 𝐿𝑡𝑔 .𝑁𝑠 𝐷 − 𝐷 −2.𝐿𝑡
𝐴𝑠 = 𝜋
4
‧ 𝑁𝑠
𝐿𝑡𝑔 ‧𝐿𝑡 −
𝑁𝑠
‧𝐿𝑡 − 𝑊𝑡𝑠 𝑒 2𝑐 (2.4)

2. Menghitung luas area slot, 𝐴0


𝑆𝑓
𝐴0 = 𝐴𝑠 ‧ (2.5)
100
Dalam perancangan sebuah generator tidak terlepas dengan melilit coil pada
gigi stator. Sebelum melilit perlu diperhatikan ukuran slot sehingga perlu
mengetahui berapa kapasitas lilitan yang mampu ditampung dengan ukuran slot
yang dipakai. Ada dua cara melili coil yaitu double layer winding dan single layer
winding. Cara melilit sebuah coil mempengaruhi nilai coil fill factor (𝑆𝑓 ). Pada
metode double layer winding maka nilai fill factor (𝑆𝑓 ) berkisar antara 30%-50%.
Sedangkan pada metode single layer winding maka nilai dari fill factor (𝑆𝑓 ) berkisar
antara 65%-70%. (Suhada, 2018).
3. Menghitung jari-jari kawat penghantar, 𝜏𝑐𝑢

𝐴0 .𝑆𝑓
𝜏𝑐𝑢 = √ (2.6)
2.𝑁𝑐 .𝜋

4. Jumlah lilitan (Z) yang dapat diisi dalam slot :


𝐴0
Z= 𝜋.(𝑑.10−3 )2
(2.7)
4

5. Jumlah belitan tiap fasa, 𝑛𝑐 (Suhada, 2018).


𝐸𝑝ℎ
𝑛𝑐 = (2.8)
4,44.𝑓.𝑘𝑤.𝜙
6. Frekuensi PMSG (f )
𝑛. 𝑝
f= (2.9)
120
2.8 Desain Rangkaian Magnet
Generator sinkron magnet permanen terdiri dari rotor sebagai tempat
diletakan magnet permanen. Magnet permanen mempunyai kutub yang memiliki
polaritas yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Dalam merancang sebuah

24
rotor sebagai tempat diletakkan kutub perlu perhitungan matematis untuk
menentukan luas area perkutub sesuai dengan bentuk magnet yang dimodelkan
maka dapat dihitung dengan persamaan:

1. Luas area per kutub, 𝑆𝑚 (J D Edwards, 2004)


𝐷𝑖 + 𝐷𝑎 1
𝑆𝑚 = 𝜋 ‧ ‧𝐿ℎ (2.10)
2 𝑝

2. Menghitung Luas ekuivalen gap, 𝑆𝑔

𝐷𝑖 + 𝐷𝑐 1
𝑆𝑔 = 𝜋 ‧ ‧𝐿𝑎 (2.11)
2 𝑁𝑠

3. Menghitung koefisien permeance, 𝑃𝑐

𝐿𝑚 . 𝑆𝑔 𝐾𝑓
𝑃𝑐 = ‧ (2.12)
𝑔 . 𝑆𝑚 𝐾𝑟

Magnet permanen merupakan penghasil medan magnet pada PMSG. Fluks


magnet yang di hasilkan masuk ke gigi stator melalui celah udara. Fluks yanng dari
magnet permanen mempunyai koefisien kebocoran fluks (𝑘𝑓 ) yang merupakan
rasio dari total fluks magnet yang dihasilkan magnet pada rangkaian tertentu dengan
fluks linkage yang terdapat pada celah udara yang memiliki rentang nilai 1,05-2.
Sedangkan koefisien kebocoran electromotive force merupakan rasio dari total gaya
magnetomotif yang yang berada pada airgap dengan gaya magnetomotif yang
memiliki rentang nilai 1-1.2. (Suhada, 2018).
Menghitung kemiringan kurva demagnetisasi (𝑟 ) di kuadran II untuk
material magnet baik magnet NdFeB dan juga Magnet Ferite

4. Kemiringan kurva demagnetisasi, 𝑟


𝐵𝑟 107
𝑟 = ‧ (2.13)
𝐻𝑐 4.𝜋

Dimana 𝐵𝑟 = Nilai kerapatan fluks remanen (T)


𝐻𝑐 = Nilai dari coercive force (A/m).

Titik pengoperasian generator harus selalu ada diatas garis demagnetisasi


magnet. Oleh karena itu, titik pengoperasian (𝐵𝑑 ) diberikan pada titik pertemuan

25
permeance, Dimana (𝐵𝑑 ) merupakan nilai kerapatan fluks di titik pengoperasian
generator dengan persamaannya adalah

5. Kerapatan fluks di titik pengoperasian generator, 𝐵𝑑 (Suhada, 2018).


𝑃𝑐 . 𝐵𝑟
𝐵𝑑 = (2.14)
𝑃𝑐 +𝑟

6. Kerapatan fluks rata-rata dalam celah udara, 𝐵𝑔


𝐵𝑑 . 𝑆𝑚
𝐵𝑔 = (2.15)
𝐾𝑓 . 𝑆𝑔

7. Nilai fluks medan magnet, 𝜙 (J D Edwards, 2004)


𝜙 = 𝐵𝑔 .𝑆𝑚 (2.16)

2.9 Ukuran Stator dan Rotor


Pada umumnya dimensi ukuran stator dan rotor pada PMSG saling terkait
sehingga perhitungannya harus dilakukan secara simultan. Dimensi ukuran stator
dan rotor PMSG dapat dihitung dengan persamaan berikut:

1. Derajat slot,𝜃𝑠
2𝜋
𝜃𝑠 = (2.17)
𝑁𝑠

2. Derajat pole, 𝜃𝑝
2𝜋
𝜃𝑝 = (2.18)
𝑝
Dimana 𝜃𝑠 = Derajat slot, 𝜃𝑝 = Derajat pole, Ns = Jumlah slot dan
p = Jumlah pole (Strous, 2010).

3. Slot pitch, τ𝑠

τ𝑠 = r𝑠𝑖 . 𝜃𝑝 (2.19)

Dimana r𝑠𝑖 = jari-jari dalam stator

4. Coil pitch, τ𝑐

τ𝑐 = Coil Span . τ𝑠 (2.20)


𝑁𝑆⁄
Dimana Coil Span = ( 𝑃), dengan 𝑁𝑆 = Jumlah Slot.

26
5. Lebar gigi stator 𝑊𝑡𝑠
𝑝 . 𝐵𝑔 . 𝐴𝑝𝑟
𝑊𝑡𝑠 = (2.21)
𝑁𝑠 . 𝐿𝑖 . 𝐵𝑡𝑠

Nilai 𝐵𝑡𝑠 = 1,12 (Magnet NdFeB) (Miller, T.J.E, 1989)


𝐴𝑝𝑟 = Area kutub rotor
6. Menghitung area kutub rotor, 𝐴𝑝𝑟

𝐴𝑝𝑟 = τ𝑟 . 𝐿𝑖 (2.22)

7. Rotor pole pitch, τ𝑟

τ𝑟 = τ𝑝 . 0,75 (2.23)

8. Stator pole pitch, τ𝑝

𝜋. 𝐷
τ𝑝 = (2.24)
𝑃
9. Effective core lenght, 𝐿𝑖
𝐿𝑖 = L . 𝐾𝑠𝑡𝑎𝑐𝑘 (2.25)

𝐾𝑠𝑡𝑎𝑐𝑘 adalah faktor penumpukkan stator laminasi = 0,9 - 0,95 untuk 0,35 –
0,55 mm ketebalan laminasi. (Suhada, 2018). Pada penelitian ini, tebal laminasi
yang digunakan 0,5 mm sesuai dengan material yang digunakan pada tools software
magnet infolytica yaitu material berbahan carpenter silicon steel. Sehingga faktor
penumpukan di ambil 0,95. Dengan ketebalan 0,5 mm memberikan losis inti 2,38
W/kg pada frekuensi 50 Hz.

10. Diameter rotor, 𝐷𝑟


𝐷𝑟 = D – 2.𝑙𝑔 (2.26)

Dimana 𝑙𝑔 = lebar celah udara

11. Stator yoke, 𝑌𝑠


𝜙
𝑌𝑠 = (2.27)
2 . 𝐿𝑖 . 𝐵𝑡𝑠

Dimana 𝐵𝑡𝑠 = Nilai kerapatan fluks pada gigi stator (1,5 T - 1,7 T) Nilai
yang lebih tinggi bisa menyebabkan kejenuhan (Suhada, 2018).

27
2.10 Teori Medan Magnet Derhadap Posisi Peletakan Magnet
2.10.1 Hubungan medan terhadap hukum maxwell 3
Persamaan yang digunakan pada pemodelan PMSG dengan posisi magnet
sejajar dan posisi magnet skew menggunakan hukum maxwell 3 yang mamakai
prinsip hukum faraday yang menjelaskan bahwa jika ada fluks yang berubah-ubah
yang memotong coil maka pada coil tersebut akan menghasilkan gaya gerak listrik.
Dapat ditulis dengan persamaan :
∂Ф
Ɛ=-N (2.28)
∂t

Dimana N = Banyak lilitan, ∂Ф perubahan fluks magnet dan ∂t perubahan


waktu. Tanda minus berasal dari Hukum Lenz juga menjelaskan arah medan
magnet yang dihasilkan arus induksi berbanding terbalik dengan arah medan
magnet dari arus yang dibangkitkan. dengan kata lain arus yang dibangkitan
menghasilkan medan magnet yang melawan perubahan fluks magnet. Pada
persamaan rumus di atas N merupakan nanyaknya lilitan sehingga jiga ditinjau
hanya satu lilitan saja maka persamaannya akan menjadi.
∂Ф
Ɛ=- (2.29)
∂t
Semakin besar perubahan fluks magnetik maka akan semakin besar GGL
induksi yang dibangkitkan, begitu juga dengan ∂t semakin cepat perubahan fluks
magnetik maka ggl induksi yang dibangkitkan juga akan semakin besar pula. Jika
ditinjau dari fluks medan listrik dimana arah garis medan yang menembus suatu
luasan permukaan. sehingga yang di tinjau adalah luasan maka dalam bentuk
integral dapat ditulis dengan persamaan. (J D Edwards, 2004)

Ф = -∫ 𝐵 ‧ 𝑑𝐴 (2.30)

Sedangkan berdasarkan ggl kita meninjau muatan. Muatan yang bergerak ini tentu
bergerak sepanjang lintasannya sehingga yang di tinjau adalah panjang maka dalam
bentuk integral dapat ditulis dengan persamaan

Ɛ = ∫ 𝐸 ‧ 𝑑𝐿 (2.31)

28
Dari kedua persamaan di atas di subtitusikan sehingga memjadi persamaan sebagai
berikut.
∂Ф
Ɛ=-
∂t
∂𝐵
Ɛ = -∫ ‧ 𝑑𝐴
∂t
∂𝐵
∫ 𝐸 ‧ 𝑑𝐿 = -∫ ‧ 𝑑𝐴
∂t

Berdasarkan teorema stokes


∫ 𝐸 ‧ 𝑑𝐿 = ∫ 𝛻 𝑥 𝐸 𝑑𝐴
Sehingga
∂𝐵
∫ 𝛻 𝑥 𝐸 𝑑𝐴 = -∫ ‧ 𝑑𝐴
∂t
∂𝐵
∇ x E ∫ 𝑑𝐴 = - ∫ 𝑑𝐴
∂t
∂𝐵
∇ x E ‧A = - ‧A
∂t
∂𝐵
∇ xE =- (2.32)
∂t

∂𝐵 merupakan fluks yang dihasil PMSG. Pada penelitian ini rotor di


gerakkan per 3 deg sehingga ∂𝐵 merupakan selisih flux lingkage yang dihasilkan
PMSG per setiap 3 deg sedangkan ∂𝑡 merupakan waktu yang dibutuhkan rotor
berputar sejauh 3 deg. Untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut dibutuhkan semulasi
untuk mendapatkan besaran medan magnet yang dibangkitkan dikarenakan kita
tidak tahu seberepa kuat medan magnet yang bangkitkan dikarenaka setiap jenis
material magnet permanen mempunyai kuat medan magnet yang berubah-ubah dan
juga dimensi magnet juga mempengaruhi banyaknya fluks yang masuk ke gigi
stator sehingga diperlukan simulasi untuk pemodelan PMSG Magnet sejajar dan
skew. Adapun nilai dari ∂𝐵 dan ∂𝑡 akan dibahas pada bab 4.

2.10.2 Hukum Ampere Maxwell


Hukum ampere maxwell merupakan perpaduan hukum ampere dengan
faktor koreksi dari maxwell dengan mengubah sedikit persamaannya. Sebagaimana
yang dijelaskan oleh oersted bahwa jika arus listrik mengalir pada suatu kawat

29
penghantar akan menghasilkan medan magnet di sekitar kawat tersebut. Kemudian
jika ada kawat penghantar yang di alirin arus listrik yang dilingkupi oleh permukaan
yang tidak homogen dan jika ingin meninjau elemen tertentu maka persamaan
menjadi
∑ 𝐵 ‧ ΔL = µ0 . I (2.33)
∫ 𝐵 ‧ 𝑑𝐿 = µ0 . I (2.34)
Berdasarkan teorema stokes

∫ 𝐵 ‧ 𝑑𝐿 = ∫ 𝛻 𝑥 𝐵 𝑑𝐴 (2.35)
Jika persamaan tersebut di subtitusikan maka akan menjadi :
𝐼
j=
∫ 𝛻 𝑥 𝐵 𝑑𝐴 = µ0 . I 𝐴
I = ∫ 𝑗 ‧ 𝑑𝐴
∫ 𝛻 𝑥 𝐵 𝑑𝐴 = µ0 . ∫ 𝑗 ‧ 𝑑𝐴
Sehingga I akan disubtitusikan kedalam
∇ x B ∫ 𝑑𝐴 = µ0 . j ∫ 𝑑𝐴
persamaaan.
∇ x B ‧A = µ0 . j ‧A
∇ x B = µ0 . j (2.36)

Persamaan inilah yang menjadi dasar hukum ampere. Tetapi ini hanya
berlaku untuk arus yang stady artinya rapat arusnya konstan tiap ruang penghantar.
Tetapi untuk arus yang nonstady dalam artian rapat arusnya berbeda-beda tiap
ruang penghantar itu maka persamaan hukum ampere tidak berlaku sehingga
maxwell menambahkan atau mengoreksi sedikit melalui persamaan kontinuitas.
Persamaan kontinuitas
∂𝜌 Hukum maxwell 1
∇ ‧j =-
∂t 𝜌

∇ ‧E =
µ0
∇ ‧j =- (µ0 ‧∇ ‧ E )
∂t
𝜌 = µ0 ‧∇ ‧ E

j+ ‧ µ0 ‧ E = 0 Sehingga 𝜌 akan disubtitusikan kedalam
∂t
∂𝐸 persamaaan.
j + µ0 ‧ =0
∂t
Sehingga
∂𝐸
∇ x B = µ0 . ( j + µ0 ‧ )
∂t

30
Sehingga persamaan hukum ampere maxwell adalah :

∂𝐸
∇ x B = µ0 j + µ0 ‧ (2.37)
∂t

Maksud dari hukum ampere maxwell atau persamaan maxwell yang ke


empat ini adalah bahwa yang menyebabkan bukan hanya arus listrik. Sebelumnya
oested telah menjelaskan bahwa arus listrik yang megalir pada sebuah kawat
penghantar akan menghasilkan medan magnet kemudian maxwel menambahkan
bahwa bukan hanya arus listrik yang menghasilkan medan magnet tetapi perubahan
medan atau fluks yang berubah-ubah juga akan menghasilkan medan magnet. Teori
ini yang dipakai pada perancangan PMSG pada penelitian ini.
Untuk mendapatkan nilai arus pada penelitian ini menggunakan simulasi
dengan menambahkan tahanan 75 ohm pada tegangan keluaran 380 volt.
Dikarenakan arus yang diinginkan sebesar 5A. nantinya pada bab 4 akan dihitung
nilai arus per setiap derajat dari putaran rotor.

2.10.3 Hukum ohm


Ketika arus mengalir pada kawat yang berada di sekitaran magnet maka
medan magnet yang keluar yang berada disekitar kawat akan berinterkasi dengan
medan magnet yang berasal dari kutub magnet. Fluks magnet cenderung mengarah
ke kutub yang berlawanan dengan kutub dia. Ketika berinterkasi kutub magnet
dengan kawat penghantar akan muncul gaya magnetostatik.

F = B . I . L sin ϴ (2.38)
Jika ingin meninjau lebih dalam lagi dalam konteks muatan yang bergerak maka :
𝑞
F=B. . x . sin ϴ (2.39)
𝑡
Fg = B . q . v . sin ϴ (2.40)
Jika ada beberapa muatan yang bergerak disepanjang kawat penghantar
maka gaya akan muncul dari interkasi antara muatan yang bergerak tersebut. Gaya
yang dihasilkan dari interkasi antar medan magnet dari muatan yang bergerak
dengan medan magnet dari kutub magnet dan gaya yang dihasilkan dari muatan itu

31
sendiri atau biasa disebut gaya elektrostatik yang dapat ditulis dengan persamaan :
𝑞1 .𝑞2
F= (2.41)
𝑟
Jika dikaitkan dengan medan listrik maka :
𝑞
E=K. 2 maka Fe = E . q (2.42)
𝑟
Gaya total adalah :
Ftot = Fg + Fe
Ftot = ( B . q . v . sin ϴ ) + ( E . q )
Ftot = q ( B . v . sin ϴ + E )
Ftot = q ( E + B x v )
Sehingga gaya per satuan muatan adalah :
𝐹𝑡𝑜𝑡
=E+Bxv maka F=E+Bxv (2.43)
𝑞
Persamaan hukum ohm yang sebenarnya yaitu rapat muatan sama dengan
konduktivitas dikali medan listrik atau bisa ditulis dengan persamaan.
j=σ.F (2.44)
Jika F disubtitusikan dari gaya persatuan muatan menjadi :
j=σ.(E+Bxv)
Jika meninjau pergerakan yang kecepatannya sangat kecil sekali maka ( B x v )
bisa diabaikan sehingga dapat ditulis dengan persamaan.
j=σ.E (2.45)
Dimana rapat arus sama dengan banyaknya arus yang mengalir dibagi luas
penampang sehingga dapat ditulis.
V
I 1. Bedan potensial V = E . L maka E =
=σ.E L
A
2. Konduktivitas berbanding terbalik dengan
1 𝑉
I= ‧ ‧A 1
𝜌 𝐿 Resitivitas Sehingga σ =
𝜌
A
I=V. L A 1
𝜌. 𝐿 3. karna R = ρ ‧ maka =
A 𝜌. 𝐿 𝑅

32
1 V
I=V. Sehingga R = (2.46)
𝑅 I

2.11 Nilai Keluaran Desain Generator


Besar kerapatan fluks pada airgap (𝐵𝑔 ) sangat mempengaruhi nilai
electromotive force secara langsung yang dihasilkan dari magnet permanen yang
masuk ke teeth. Sehingga untuk mencari tegangan induksi yang dibangkitkan
dengan dihitung dengan persamaan : (Suhada, 2018).

1. Tegangan induksi antar fasa, 𝐸𝑝ℎ


2𝜋
𝐸𝑝ℎ = ‧f ‧𝐾𝑤 ‧𝑛𝑐 ‧𝜙‧ 𝑁𝑁𝑠 (2.47)
√2 𝑝ℎ

2. Frekuensi PMSG, f
𝑛 .𝑝
f= (2.48)
120
3. Torsi generator, T
Besarnya nilai torsi dan daya keluaran dapat dihitung dengan persamaan:
(Kenjo and Nagamori, 1985).
2.𝜋
` ω=v‧ (2.49)
60
𝑣
𝐾𝑒 = dimana 𝐾𝑡 = 𝐾𝑒 (2.50)
ω
𝑇 = 𝐾𝑒 .𝐼𝑎 (2.51)
4. Daya generarator, P
Besarnya daya (P) pada generator dapat dihitung dengan persamaan :
(Hanselman, 2006).
𝑃𝑖𝑛 = T. ω (2.52)
𝑃𝑜𝑢𝑡 = V .I (2.53)

2.12 Konsep Penerapan Medan Magnet Pada Magnet Posisi Skew


Medan magnet yang dihasilkan dari Penggunaan magnet permanen dengan
posisi skew tentu akan berbeda dengan medan yang dihasilkan magnet sejajar. Hal
ini dikarenakan luas penampang dan area pekutub tidak sama dan fluks magnet

33
yang menembus gigi stator tidak dihitung secara simultan. Nah untuk mencari
medan magnet dari magnet skew maka harus terlebih dahulu mengetahui konsep
magnet skew. Untuk lebih jelas dapat terlihat pada gambar 2.16 berikut.

Gambar 2.16 Konsep medan magnet pada magnet posisi skew


Medan magnet yang masuk ke gigi stator dibagi kedalam tiga tahap.
Wilayah pertama (𝐵1) ketika gigi stator akan mengenai ujung bidang magnet,
Wilayah kedua (𝐵2) saat gigi stator berada di tengah-tengah magnet skew, dilihat
dari kurva fluks density pada gambar 2.16 diatas, pada tahap ini medan magnet
yang menembus gigi stator memiliki kerapatan fluks tertinggi dikarenakan luasan
magnet yang melingkupi gigi stator lebih besar sehingga fluks magnet akan menjadi
lebih besar pula. Pada wilayah ketiga (𝐵3) adalah ketika posisi gigi stator
melingkupi luasan sisi miring magnet (σ). Sehingga dalam perhitungannya dibagi
menjadi tiga tahap.
Pada kondisi wilayah pertama (𝐵1 ) medan magnet yang ditinjau adalah
ketika magnet skew itu melintasi gigi stator, dikarenakan magnet itu miring maka
flux density meningkat secara bertahap mulai dari titik bawah sampai flux density

34
pada puncaknya. Sehingga jarak atau batas integrasi terhitung saat fluks mulai
bergerak naik sampai titik jenuhnya (tahap skew angel,σ) seperti terlihat pada

gambar 2.16 dimulai dari -σ𝑠 /2 sampai dengan σ𝑠 /2. Adapun sudut kemiringan ϴ
merupakan perbedaan sudut awal ϴ dengan besar sudut akhir 𝛳1 dimana sudut akhir
ini adalah jarak sudut dari arah tegak lurus sampai dengan besar sudut kemiringan
magnet. kontribusi dari satu magnet lembaran sangat tipis terhadap distribusi fluks
total adalah dB = 𝐵𝑚 ⁄σ d𝛳1 , maka medan magnet yang ditinjau pada wilayah 1
adalah
𝜎 ⁄2 σ⁄2 𝐵𝑚 1
𝐵1 = ∫−𝜎 ⁄2 𝑑𝐵 = ∫−σ⁄2 x 𝑒 (𝛳−𝛳1 )/𝑎 d𝛳1
σ 2
𝐵𝑚 𝑎
= [𝑒 (𝛳+σ/2)/𝑎 - 𝑒 (𝛳−σ/2)/𝑎 ] (2.54)
4 σ𝑠 /2

Sekarang mari meninjau kembali gambar 2.16 pada wilyah dua (𝐵2)
dimana kondisi ini merupakan puncak flux density dengan batas integrasi mulai dari
σ𝑠 /2 (1) sampai dengan σ𝑠 /2 (2) dimana pada tahap ini gigi stator berada di
pertengahan bidang magnet, luasan magnet yang berada pada satu garis lurus
dengan gigi stator lebih besar sehingga pada tahap memiliki kerapatan fluks
terbesar maka,
1 𝑎
𝐵2 = 𝐵𝑚 { 1 - [𝑒 −(𝛳−σ/2)/𝑎 - 𝑒 −(𝛳+σ/2)/𝑎 ] } (2.55)
4 σ/2

Terakhir adalah kerapatan fluks pada wilyah ketiga (𝐵3), dimana pada
kondisi ini gigi stator berada pada satu garis lurus dengan Skew angel (σ), pada
gambar 2.16 dimana terlihat batas kerapatan fluks terhitung dari σ𝑠 /2 (2) sampai

dengan -σ𝑠 /2. Sehingga kerapatan fluks magnet adalah

σ⁄2+𝛳 1 𝑎
𝐵3 = 𝐵𝑚 { - [𝑒 (𝛳−σ/2)/𝑎 - 𝑒 −(𝛳+σ/2)/𝑎 ] } (2.56)
σ 4 σ/2

Skew angel (𝛔) merupakan jarak kemiringan magnet, (ϴ) adalah sudut
kemiringan magnet dan (𝑳𝒂 ) merupakan tebal rotor atau bisa dikatakan panjang
magnet pada posisi normal. Jadi ketika rotor itu berputar, fluks magnet yang
melewati atau menembus gigi stator itu terjadi secara bertahap dikarenakan posisi

35
magnet nya miring. Pada gambar 2.16 kerapatan fluks terbesar adalah ketika gigi
stator berada ditengah-tengah luasan penampang magnet. Karena pada tahap ini
bagian magnet yang mengenai gigi stator lebih banyak. Dalam kasus penelitian ini,
untuk menentukan Skew angel (𝛔), sudut kemiringan dan panjang magnet dapat di
ilustrasikan pada gambar 2.17 berikut.

Gambar 2.17 Konsep perhitungan magnet skew


Berdasarkan ilustrasi pada gambar diatas, kita dapat menghitung skew angel
(σ) dengan persamaan.

σ = σ1 + σ2 = 2 x σ1 (2.57)

dimana,
𝐿𝑎
σ1 = σ2 = 2 x a = a tan (ϴ) = tan (ϴ) (2.58)
2
𝐿𝑎 merupakan panjang rotor. Dalam kasus ini untuk mempermudah dalam
perhitungan maka dibagi menjadi dua wilayah sehingga panjang rotor dibagi
menjadi dua. untuk menentukan panjang magnet (𝐿ℎ ) maka cukup mencari sisi
miring wilayah satu saja dikarenakan sisi miring wilayah 2 merupakan cerminan
dirinya sendiri. Sehingga panjang magnet adalah sisimiring wilayah satu dikali dua
seperti terlihat pada gambar 2.17 diatas. Adapun untuk mencari panjang magnet
(𝐿ℎ ) dapat dihitung dengan persamaan.

36
𝐿𝑎 /2
𝐿ℎ = 2 x (𝐿ℎ /2) = 2 x (2.59)
cos (𝛳)
Dalam menghitung panjang magnet skew juga bisa diselesaikan dengan
teorema pythagoras dimana,
2
𝐿 𝐿 2
𝐿ℎ = 2 x (𝐿ℎ /2) = 2 x √( 2𝑎 tan (𝛳) ) + ( 2𝑎) (2.60)

Jika kemiringan sudut magnet belum diketahui dapat dihitung dengan persamaan.
𝑎 σ⁄2
ϴ = 𝑡𝑎𝑛−1 = 𝑡𝑎𝑛−1 (2.61)
𝑏 𝐿𝑎 ⁄2

Setelah mendapatkan nilai Skew angel (σ), Sudut kemiringan magnet (ϴ)
maka untuk mendapatkan luas area perkutub (a) dapat diselesaikan dengan
persamaan 2.10. Setelah mendapatkan variabel-variabel yang dibutuhkan
selanjutnya menentukan medan magnet yang dihasilkan. Dalam kasus magnet skew
menghitung medan magnet dibagi menjadi tiga tahap

2.13 Konsep Medan Magnet Yang Memotong Air Gap Boundary


Penyelesaian masalah di mana ada medan magnet yang memotong sebuah
kumparan seperti kondisi permukaan kumparan dimana medan magnet adalah nol
dan kerapatan fluks magnet normal sama dengan kerapatan pengisi permukaan pada
kumparan. sekarang kita mengambil langkah pertama dalam memecahkan masalah
tersebut. Pertama mari kita pertimbangkan antarmuka antara dua dielektrik yang
memiliki permeabilitas µ1 dan µ1 dan menempati wilayah 1 (arah medan setelah
memotong kumparan) dan wilayah 2 (sebelum memotong kumparan), seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.18.

Gambar 2.18 Batasan antara kesempurnaan permeabilitas µ𝟏 dan µ𝟐 .

37
A). kontinuitas 𝐷𝑛 ditunjukkan oleh permukaan gaussian di sebelah kanan.
B). kontinuitas 𝐸tan 1 dan 𝐸tan 2 oleh garis integral tentang lintasan tertutup di
sebelah kiri.
mengelilingi jalan kecil tertutup di sebelah kiri, memperoleh:
𝐸tan 1 ∆𝑤 - 𝐸tan 2 ∆𝑤 = 0
𝐸tan 1 = 𝐸tan 2 (2.62)

Penerapan hukum tegangan kirchhoff masih berlaku untuk kasus ini.


perbedaan potensial antara dua titik pada batas yang dipisahkan oleh jarak ∆𝑤
adalah sama pada bagian atas dan bawah. jika intensitas medan listrik tangensial
terus melintasi batas tersebut. maka tangensial D terputus sehingga.
𝐷tan 1 𝐷tan 2
= 𝐸tan 1 = 𝐸tan 2 =
µ1 µ2
𝐷tan 1 µ1
= (2.63)
𝐷tan 2 µ2

Kondisi batas pada komponen normal ditentukan dengan menerapkan


hukum gauss pada komponen kecil. "kotak pil" seperti terlihat pada gambar 2.18 di
atas pada bagian A.
𝐷𝑁1 ∆S - 𝐷𝑁2 ∆S = ∆Ǫ = ρs ∆S
𝐷𝑁1 - 𝐷𝑁2 = ρs (2.64)

Untuk kasus ini, maka kita mungkin menganggap ρs adalah nol pada
antarmuka. mempertimbangkan muatan terikat di ruang bebas sangat kecil
kemungkinannya ada muatan dimana magnet memiliki dua kutub sehingga tidak
ada muatan. Maka,
𝐷𝑁1 = 𝐷𝑁2 (2.65)

µ1 𝐵𝑁1 = µ2 𝐵𝑁2 (2.66)

dan B normal terputus dikaena memotong batas. kondisi dapat digabungkan untuk
menunjukkan muatan dalam vektor D dan B di permukaan. biarkan D1 (dan B1)
membuat sudut dengan normal ke permukaan gambar 2.19. karena komponen
normal D berlanjut.
𝐷𝑁1 = 𝐷1 cos 𝛳1 = 𝐷2 cos 𝛳2 = 𝐷𝑁2 (2.67)

38
Gambar 2.19 Arah medan yang memotong boundary
Rasio komponen tangensial diberikan dengan dengan persamaan 2.63. maka,
𝐷tan 1 𝐷1 sin 𝛳1 µ1
= =
𝐷tan 2 𝐷2 sin 𝛳2 µ2
Atau
µ2 𝐷1 sin 𝛳1 = µ1 𝐷2 sin 𝛳2 (2.68)
dan pembagian persamaan ini dengan persamaan 2.67 menghasilkan,
tan 𝛳1 µ1
= (2.69)
tan 𝛳2 µ2

pada gambar 2.19 kita mengasumsikan bahwa µ1 > µ2 , dan karena itu 𝛳1 > 𝛳2
Permeabilitas µ2 merupakan permeabilitas pada area rotor µ𝑟 sebelum
melewati batas airgap dimana B = µ𝑟 .H, sedangkan Permeabilitas µ1 merupakan
permeabilitas stator yang melewati batas airgap dengan mengalikan faktor µ0 =
4π.10−7dimana µ𝑠 = B/µ0 𝐻. Besaran D di daerah 2 dapat diketahui dari persamaan
2.67 dan persamaan 2.68 maka,
µ
𝐷1 = 𝐷2 √𝑐𝑜𝑠 2 𝛳1 + (µ 2 )2 𝑠𝑖𝑛2 𝛳1 (2.70)
1

dan besarnya 𝐵𝑠 adalah


µ
𝐵𝑟 = 𝐵𝑠 √𝑠𝑖𝑛2 𝛳1 + (µ 1 )2 𝑐𝑜𝑠 2 𝛳1 (2.71)
2

Pemeriksaan persamaan ini menunjukkan bahwa D lebih besar di wilayah


permabilitas yang lebih besar (kecuali 𝛳1 = 𝛳2 = 0𝑂 . dimana besarnya tidak lebih
besar). dan B lebih besar di wilayah dengan permeabilitas yang lebih kecil (kecuali
𝛳1 = 𝛳2 = 90𝑂 , dimana besarnya tidak berubah).

39
2.14 Perumusan daya yang dibangkitkan PMSG
Sebelum menentukan besarnya daya yang dibangkitkan maka harus terlebih
dahulu mengetahui gaya (F) yang dihasilkan. Untuk menghitung gaya pada
generator magnet permanen maka dapat dituliskan dengan persamaan
F = B.I.L (2.72)

Dimana B merupakan medan magnet, I adalah arus dan L merupakan


panjang lintasan coil, namun jika arus tidak diketahui maka untuk menghitung gaya
dapat juga diselesaikan dengan persamaan.
F = 𝐵𝑟 . 𝐵𝑠 .L (2.73)

𝐵𝑟 merupakan medan magnet di rotor yang dapat diselesaikan dengan


persamaan 2.15 sedangkan 𝐵𝑠 adalah medan magnet di stator setelah memotong
airgap yang dapat diselesaikan dengan persamaan 2.71. kemudian untuk
menghitung daya dapat diselesaikan dengan persamaan

P = F.r.ω = T. ω (2.74)

Dimana r merpakan jari-jari rotor sedangkan merupakan kecepatan putar


rotor dalam rad/s maka,
2.𝜋
ω=v‧ (2.75)
60

2.15 Efisiensi
Generator sinkron magnet permanen tidak akan mungkin bisa
mongkonversikan seluruh energi yang ia terima mnjadi energi yang sesuai dengan
apa yang diharapkan. Sebagian energi keluaran dari PMSG pasti ada yang tidak
sesauai dengan apa yang diharapkan. Hal ini adalah sifat alami sehingga terjadilah
yang dinamakan konsep efisiensi.
Daya yang diterima dari sebuah PMSG disebut dengan daya input
sedangkan daya yang diubah kedalam bentuk yang diinginkan merupakan daya
output atau daya keluaran PMSG. Efisiensi adalah hasil pembagian antara daya
ouput dengan daya input dikali seratus persen. Nilai efesiensi dapat diselesaikan
dengan persamaan berikut:

40
Pout
= x 100% (2.76)
Pin
Keterangan :
Pout : Daya keluar
Pin : Daya masuk (Hamdi. Essam S, 1994)

Efisiensi dalam sebuah generator merupakan suatu acuan dalam melihat


seberapa bagus kinerja dari generator tersebut. Nilai efisiensi merupakan hasil
pembagian nilai keluaran (Output) dengan nilai masukan (Input) pada generator
yang kemudian hasilnya dikali dengan 100% guna mengetahui persentase seberapa
besar generator mengkonversi suatu daya input

2.16 Nilai Back Electromotive Force (EMF)


Back EMF pada PMSG merupakan nilai tegangan yang terinduksi pada
suatu kumparann dimana saat kutub melewati gigi stator dan memotong medan
magnetik akan timbul GGL induksi atau electromotive force (EMF), seiring dengan
perputaran magnet permanen yang melewati teeth sehinggga terjadi GGL induksi
yang berulang hal inilah yang disebut dengan Back Electromotive (Back EMF).
Nilai Back EMF dapat diturunkan langsung dari flux linkage yang dinotasikan
sebagai 𝑑Ψ menggunakan hukum Faraday yang direpresentasikan pada persamaan
sebagai berikut.
dΨ dΨ(ξ)
E(ξ) = = ωm = (2.77)
dt dξ

(Hendershot JR, and Tje Miller, 1994)


Back EMF dilambangkan dengan E(ξ) sebagai fungsi dari posisi rotor ξ.
keluaran gelombang back EMF tidak akan berpengaruh dikarenakan ξ = ωm.t dan
ωm = dξ ⁄dt. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk konfigurasi winding
keseluruhan fasa. Konstanta back EMF atau KE menggambarkan konstruksi dari
PMSG. KE didefinisikan pada persamaan.
𝐸 𝐸
𝐾𝑒 = = 2𝜋 (2.78)
ω𝑚 𝜈 x 60

(Hendershot JR, and Tje Miller, 1994)

41
2.17 Electrical Steels
Bahan material yang digunakan pada generator sinkron magnet permanen
disebut dengan electrical steels. Electrical steels merupakan baja yang memiliki
nilai permeabilitas bahan tinggi sehingga sangat bagus untuk diterapkan dalam
pembuatan lempengan stator dan rotor pada PMSG. Bahan dengan nilai
permeabilitas bahan yang tinggi memiliki kemampuan untuk menghantarkan fluks
magnet dengan baik. Semakin tinggi nilai permeabilitas bahannya maka bahan
tersebut dapat menghantarkan fluks magnet dengan baik.
Pada umumnya bahan electrical steels terbagi menjadi dua jenis yaitu non-
oriented dan grainoriented steels. jenis non-oriented merupakan bahan material
pembuatan stator dan rotor yang paling sering dipakai pada generator sinkron
magnet permanen karena memiliki karakteristik isotropik. Sedangkan untuk jenis
grain-oriented hanya memiliki kemampuan untuk menghantarkan medan magnet
ke suatu arah tertentu, biasanya jenis material grain-oriented digunakan sebagai
bahan inti besi pada trafo.

2.18 Keuntungan Generator Sinkron Magnet Permanen


Generator Sinkron Magnet Permanen yang meiliki sumber eksitasi
berdasarkan magnet yang terdapat pada rotor memiliki kelebihan dibandingkan
dengan generator yang memerlukan pencatuan arud DC pada statornya, akan tetapi
generator magnet permanen juga memiki kekurangan. Berikut adalah kelebihan dan
kekurangan generator sinkron magnet permanen:
Keuntungan generator sinkron magnet permanen:
• memiki eisiensi yang tinggi
• Memiliki deain rotor yang sederhana
• Lebih dapat diandalkan
• Lebih stabil dan aman selama operasi normal
• Masa pemakaian lebih panjang
• Tidak membutuhkan arus dc tambahan untuk excitasi sirkuit
• Lebih mudah untuk maintain air-gap
Kerugian generator sinkron magnet permanen

42
• Bahan magnet permanennya relatif mahal
• Korosi magnet dan kemungkinan demagnetisasi dari magnetnya
• Rentang kecepatan pada daya tinggi yang konstannya rendah

2.19 Aplikasi Generator Magnet Permanen


Generator sinkron magnet permanen merupakan generator dengan putaran
rendah, sehingga cocok digunakan sebagai turbin air ataupun turbin angin yang
menggunakan mikorohidro-piko kecepatan rendah, saat ini generator magnet
permanen masih dalam tahap pengembangan agar dapat di aplikasikan menjadi
kinerja yang lebih baik lagi.

2.20 Software Magnet Infolytica


Salah satu perangkat lunak yang digunakan pada analisa ini adalah software
MagNet Infoytica. Perangkat lunak MagNet Infolytica digunakan membuat
rancangan generator beserta material-material yang ingin digunakan pada
generator. Perangkat lunak MagNet Inflolytica mampu menganalisa hasil
rancangan generator yang telah dibuat untuk mengetahui apakah rancangan
generator tersebut sudah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam perangkat lunak ini
juga dapat menampilkan fluks lingkage beserta tegangan keluaran. Selain itu juga
bisa menganalisa torsi cogging .
Sorftware Infolytica MagNet dibuat untuk memodelkan PMSG kedalam
bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Biasanya diperlukan Sorftware pihak ketiga
untuk mempermudah dalam mendesain. Sorftware juga dapat menganalisa
gelombang flux lingkage. Peralatan listrik yang bisa disimulasikan pada perangkat
lunak Infolytica MagNet bisa saja berupa motor ataupun generator. software ini
jugga dapat menentukan tegangan keluaran, daya ouput, arus, serta torsi cogging.
Hasil pengujian dari softwre ini sangat akurat. Bisa dilakukan pengujian berbeban
dan bisa melakukan penguian tanpa beban. Untuk bentuk peralatan listrik bisa
opsional dikarenakan pereangkat lunak ini memiliki fitur-fitur yang lengkap untuk
melakukan sebuah pemodelan mesin listrik. Berikut adalah tampilan menu utama
software magnet infolytica pada gambar 2.20.

43
Gambar 2.20 Tampilan menu utama software magnet infolytica.
Software MagNet Infolytica sendiri dapat dihubungkan ke berbagai
perangkat lunak lain agar lebih mudah saat melakukan pendesaianan. Software
magnet infolytica juga dapat menampilkan bentuk gelombang tegangan serta
bentuk gelombang flux lingkage. Medan magnet ditampilkan dalam berbagai
bentuk warna dimana gradiasi warna merah merupakan kuat medan magnet
tertinggi sampai warna putih yang memiliki medan magnet ternedah.

2.21 Hubungan Slot Dan Pole Pemodelan PMSG


PMSG yang dirancang pada penelitian ini menggunakan kombinasi 24 slot
8 pole. Ukuran perbandingan slot dan pole yaitu 3/1 dimana setiap 3 slot untuk satu
kutub magnet atau. Berdasarkan beberapa simulasi yang sudah pernah dilakukan
dari beberapa pemodelan PMSG pada saat magang di PT. Lentera Bumi Nusantara
semakin banyak kutub yang dimodelkan pada perancangan PMSG pada suatu
kecepatan, maka tegangan yang dibangkitkan di sisi stator akan semakin besar pada.
Hal ini disebabkan oleh kecepatan rotor yang seolah-olah makin bertambah padahal
masih dalam kecepatan yang sama. semakin banyak jumlah kutub yang dimodelkan
makan kecepatan akan naik sesuai dengan persamaan.
120 .𝑓
N=
𝑃

44
Adapun hunungan slot dan pole pada penelitian ini adalah 24/8 sama dengan
3/1 dimana 3 slot untuk satu buah kutub magnet. Adapun hubungan stator dan slot
seperti terlihat pada gambar 2.21.

Gambar 2.21 Hubungan slot dan pole perancangan PMSG.


Semakin banyak slot yang dimodelkan pada perancangan PMSG maka
tegangan yang dibangkitkan disisi sator juga akan semakin besar hal ini disebabkan
oleh semakin banyaknya jumlah slot maka panjang lintasan coil juga akan
bertambah. Karena tegangan keluaran PMSG dipengaruhi panjang lintasan coil,
kecepatan putar rotor dan besar medan magnet. sesuai dengan persamaan 2.1.

𝑒 =𝐵.𝐿.𝑣
Dengan banyaknya jumlah slot gigi stator akan semakin banyak sehingga
akan mempengaruhi torsi cogging dari PMSG. Akan tetapi semakin banyaknya slot
stator makan ukuran gigi stator akan menjadi lebih kecil sehingga mempengaruhi
torsi PMSG. Sebaliknya jika slot dibuat menjadi lebih sedikit maka gigi stator akan
menjadi legih sedikit pula sehingga luas dimensi gigi stator menjadi lebih besar
sehingga mempengaruhi torsi cogging.

2.12. Torsi cogging


Adanya gaya tarik antara magnet permanen dengan gigi stator menyebabkan
munculnya torsi cogging Akibatnya PMSG memiliki kecenderungan rotor untuk
mensejajarkan diri dengan stator pada beberapa posisi (terjadi efek tarik menarik),
meskipun dalam kondisi tidak bergerak. Sehingga bila rotor diputar maka akan

45
merasakan lendutan torsi. Kemampuan material untuk mengalirkan fluks, daya tarik
yang kuat itu artinya pada waktu itu fluks mengalir dengan bagus di gigi stator
seiring dengan pergerakan kemampuan fluks yang mengalir di stator semakin
berkurang sehingga menjadi lemah sampai nati kembali lagi kebagian yang kuat
artinya cogging memiliki siklus. Kemampuan magnet mengalirkan fluks di tiap
posisi berbeda. Terlihat seperti gambar 2.22.

Gambar 2.22 Fluks magent yang mengalir pada PMSG magnet skew.

Ketika rotor digerakkan sedikit demi sedikit maka posisi magnet akan
berubah sehingga fluks magnet pada gigi stator juga akan berubah. Pada gambar
terlihat bahwa pada lubang slot tidak ada fluks yang mengalir dikarenakan udara
memiliki nilai permeabilitas yang kecil sehingga fluks susah mengalir. Syarat
cogging yaitu ketika tidak dibebankan, sebelum diperasikan dan tidak ada arus yang
mengalir. Sehinggga saat mensimulaiskan cogging maka kumparan pada stator
diabaikan. Cogging hanya berpengaruh terhadapa magnet permanen dan gigi stator.

46
BAB III
PEMBUATAN MODEL PMSG MENGGUNAKAN SOFTWARE MAGNET
INFOLYTICA

Pada bab ini akan menjabarkan tahapan-tahapan rancangan pembuatan


desain generator sinkron magnet permanen untuk di analisa cara peletakan magnet
permanen dirotor. Salah satu komponen penting penyusun sebuah PMSG adalah
rotor yang merupakan bagian yang ikut berputar pada generator, karena terdapat
poros yang terhubung langsung dengan rotor. Pada generator sinkron magnet
permanen, kmponen rotor juga merupakan wadah untuk ditempatkannya magnet
permanen sebagai sumber fluks magnet yang dibangkitan.
Dalam penelitian ini akan di analisa cara peletakkan magnet permanen
dirotor sehingga terlebih dahulu harus melakukan tahapan-tahapan perancangan
pembuatan PMSG agar dapat dilakukan penelitian terhadap pengaruh tegangan
keluaran dari variasi cara peletakakkan magnet permanen yang telah dirancang.
Perancangan dan pemodelan PMSG dilakukan untuk mengetahui perbandingan
pengaruh keluaran tegangan back EMF, Ke dan torsi cogging. Pada bab ini akan
dijelaskan aspek urutan pemodelan PMSG pemodelan seperti terlihat pada gambar.

Gambar 3.1 Langkah-langkah pemodelan PMSG.


Berdasarkan gambar di atas tahap pertama dalam melakukan pemodelan
sebuah genertor magnet permanen adalah pengumpulan data yaitu menentukan
jumlah slot, jumlah kutub, jumlah fasa, kecepatan putar rotor, frekuensi, koneksi
belitan, faktor belitan dan faktor daya. Selanjutnya membuat stator terlebih dahulu
dikarenakan pada pengujian hanya memakai satu stator sedangkan yang di ganti

47
adalah rotor dengan magnet sejajar dan magnet skew sehingga tidak perlu modelkan
stator untuk kedua kalinya. Setalah memodelkan stator dilanjutkan dengan
membuat model rotor degan magnet sejajar dan membuat model rotor dengan
magnet skew. Kemudian mengatur kecepatan putar rotor pada software magnet.
untuk mendapatkan kecepatan yang di inginkan maka perlu melakukan beberapa
perhitungan. Setelah bahan-bahan yang dibutuhkan sudah selesai dimodelkan baik
itu stator, rotor magnet sejajar, dan magnet skew yang telah di atur kecepatannya
sesuai dengan yang di inginkan maka langkah terakhir adalah melakukan pengujian
untuk mengetahui nilai-nilai keluaran PMSG yang dimodelkan.

3.1 Aspek Pemodelan PMSG pada software Magnet Infolytica


Dalam memodelkan sebuah generator magnet permanen memakai software
magnet infolytica ada sebuah tahapan yang harus perhatikan agar terwujudnya
bentuk pemodelan PMSG sesuia dengan yang diinginkan. Adapun tahapan-tahapan
pemodelan PMSG adalah sebagai berikut.
1. Menentukan parameter desain PMSG yang akan di modelkan pada software.
2. Pengaturan awal software magnet infolytica.
3. Pembuatan desain stator dan rotor bentuk 2 dimensi.
4. Pemberian nama material sehingga pemodelan PMSG membentuk 3 dimensi.
5. Pengaturan ukuran mesh pada material PMSG yang digunakan.
6. Pembuatan motion komponen dan mengatur kecepatan putar rotor
7. Pembuatan rangkaian konvigurasi belitan pada stator
8. Melakukan pengujian dengan solving PMSG.

3.2 Parameter Desain Generator Magnet Permanen


Generator magnet permanen yang akan dirancang untuk di analisa cara
peletakan magnetnya merupakan generator tipe fluks radial yang memiliki
spesifikasi yang sama dengan generator magnet permanen ukuran asli. Pemodelan
PMSG dari keseluruhan dimensi baik material yang digunakan, jenis magnet dan
kecepatan putar dibuat dengan ukuran yang sama hanya saja nanti yang
membedakan adalah posisi peletakan magnet. Berikut adalah spesifikasi PMSG
yang akan dirancang terlebih dahulu seperti terlihat pada tabel 3.1.

48
Tabel 3.1 Spesifikasi PMSG 24 Slot 8 Pole.

Jumlah fasa, m 3
Jumlah kutub, p 8
Jumlah slot, 𝑸𝒔 24
Frekuensi, f 50 Hz
Kecepatan, n 750 rpm
Faktor belitan, 𝑲𝒘 0,945
Koneksi Lilitan Y Connection
Faktor daya, cos ϴ 0,85

faktor belitan pada kombinasi ini sama dengan 0,945. Kombinasi ini
merupakan kombinasi yang paling sering di modelkan pada generator-generator
sinkron magnet permanen pada umumnya. Frekuensi yang dipakai mengikuti
frekuensi di indonesia yaitu 50 Hz, sedangkan kecepatan putar rotor mengacu pada
kombinasi Slot dan Pole dengan frekuensi yang di tentukan.
120 .𝑓 120 . 50
N= = = 750 Rpm
𝑃 8

Rancangan PMSG harus di desain terlebih dahulu untuk di analisa cara


meletakan magnet permanen pada rotornya. Dengan semua spesifikasi pada
rancangan ini, maka hasil rancangan harus dibuat kedalam bentuk 2 dimensi
terlebih dahulu untuk mempermudah saat melakukan pembuatan material PMSG.
Pemodelan rancangan PMSG dilakukan dengan software MagNet Infolytica.

3.3 Perhitungan Matematis Dimensi PMSG


Dalam memodelkan sebuah PMSG menggunakan software hal yang harus
diperhatikan adalah ukuran dimensi dari PMSG yang akan dimodelkan.
Dikarenakan ukuran dimensi PMSG sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai
tegangan keluaran. Dalam penelitian ini dimensi PMSG yang ditinjau merupakan
PMSG yang di pasang pada PT Lentera Bumi Nusantara. Generator yang
dimodelkan merupakan PMSG ukuran kecil dengan daya keluaran 2000 watt.

49
Sebelum menentukan diameter dalam stator (D) dan panjang inti core (L)
dibutuhkan nilai pembanding atau disebut nilai koefisien ratio (𝐾𝐿 ). Nilai ini berada
pada rentang 0,14-0,5. Dalam perancangan PMSG pada penelitian ini nilai 𝐾𝐿 yang
dipilih adalah 0,33. Pemilihan nilai 𝐾𝐿 ini berfungsi untuk mendapatkan dimensi
pemodelan PMSG yang terbaik untuk mendapatkan keluaran seperti yang
diharapkan. Dengan nilai 𝐾𝐿 maka akan di dapat nilai diameter dalam stator,
panjang inti core.
𝐿 0,150
𝐾𝐿 = = = 0,33
𝐷 0,450
Sehingga panjang inti core, L = 0,150 m = 150 mm, sedangkan diameter dalam
stator, D = 0,450 m = 450 mm.
Pada perancangan PMSG dimensi ukuran stator dan rotor pada PMSG
saling terkait sehingga perhitungannya harus dilakukan secara simultan. Dimensi
ukuran stator PMSG dapat dihitung dengan persamaan berikut:
1. Menghitung derajat slot,𝜃𝑠 persamaan (2.17)
2𝜋 2 . 180
𝜃𝑠 = = = 15𝑜
𝑁𝑠 24
2. Menghitung derajat pole, 𝜃𝑝 persamaan (2.18)
2𝜋 2 . 180
𝜃𝑝 = = = 45𝑜
𝑝 8
Dimana Ns = Jumlah slot dan p = Jumlah pole.
3. Slot pitch, τ𝑠 persamaan (2.19)

τ𝑠 = r𝑠𝑖 . 𝜃𝑝 = 0,148 . 45 = 6,66 m.deg


Dimana r𝑠𝑖 = jari-jari dalam stator = 148 mm

4. Coil pitch, τ𝑐 persamaan (2.20)

τ𝑐 = Coil Span . τ𝑠 = 3 . 6,66 = 19,98 m.deg


Dimana Coil Span = int ( 𝑁𝑆⁄𝑃) = int ( 24⁄8 ) = 3

5. Effective core lenght, 𝐿𝑖 persamaan (2.25)

𝐿𝑖 = L . 𝐾𝑠𝑡𝑎𝑐𝑘 = 0,150 . 0,95 = 0,1425 m

50
𝐾𝑠𝑡𝑎𝑐𝑘 adalah faktor penumpukkan stator laminasi = 0,9 - 0,95 untuk 0,35 –
0,55 mm ketebalan laminasi. (Suhada, 2018). Pada penelitian ini, tebal laminasi
yang digunakan 0,5 mm sesuai dengan material yang digunakan pada tools
software magnet infolytica yaitu material berbahan carpenter silicon steel.
Sehingga faktor penumpukan di ambil 0,95. Dengan ketebalan 0,5 mm
memberikan losis inti 2,38 W/kg pada frekuensi 50 Hz.
6. Stator pole pitch, τ𝑝 persaaan (2.24)
𝜋. 𝐷 𝜋 . 0,450
τ𝑝 = = = 0,176625 m
𝑃 8
Dimana D = diameter dalam stator = 450 mm = 0,450 m

7. Rotor pole pitch, τ𝑟 persamaan (2.23)

τ𝑟 = τ𝑝 . 0,75 = 0,176625 . 0,75 = 0.132469 m


8. Menghitung area kutub rotor, 𝐴𝑝𝑟 persamaan (2.22)

𝐴𝑝𝑟 = τ𝑟 . 𝐿𝑖 = 0.132469 . 0,1425 = 0,018877 m

9. Diameter rotor, 𝐷𝑟 persamaan (2.26)

𝐷𝑟 = D – 2.𝑙𝑔 = 0,450 . 2 . 1,64.10−3 = 0.148 m

Dimana 𝑙𝑔 = lebar celah udara = 1,6 mm = 1,64.10−3 m

10. Stator yoke, 𝑌𝑠 persamaan (2.27)


𝜙 0,01104375
𝑌𝑠 = = = 0,025 m
2 . 𝐿𝑖 . 𝐵𝑡𝑠 2 . 0,1425 . 1,55

Dimana 𝐵𝑡𝑠 = Nilai kerapatan fluks pada gigi stator (1,5 T - 1,7 T) Nilai
yang lebih tinggi bisa menyebabkan kejenuhan (Suhada, 2018).

3.4 Membuat Model Stator Pada Software Magnet Infolytica


Untuk mendapatkan nilai keluaran dari PMSG hal yang harus dilakukan
terlebih dahulu membuat desain PMSG yang akan dimodelkan. Untuk itu pertama
penulis akan memodelkan bentuk stator PMSG menggunakan software magnet
infolytica. Beberikut adalah parameter-parameter desain stator PMSG yang di
modelkan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut

51
Tabel 3.2 Parameter desain rangkaian stator.

Diameter luar stator, 𝐷𝑒 450 mm


Diameter dalam stator, 𝐷𝑐 300 mm
Jumlah slot, 𝑁𝑠 24
Lebar celah gigi stator, 𝐿𝑡𝑔 10 mm
Tinggi teeth, 𝐿𝑡 50 mm
Jarak antar slot, 𝑊𝑡𝑠 18 mm
.Lebar teeth, 𝐿𝑤 18 mm
Jarak airgap coil, 𝐿𝑑 3 mm
Tebal stator yoke, 𝑌𝑠 25 mm

Data-data pada tebel 3.2 kemudian dimasukkan kedalam software magnet


infolytica untuk pengaturan dimensi stator yang akan dibuat. Adapun bentuk stator
pada yang akan dimodelkan pada penelitian ini berdasarkan tabel di atas dapat
dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Desain stator dalam bentuk 2 dimensi.


Dalam membuat stator menggunakan software magnet infolytica haruslah
memperhitungkan konvigurasi belitan. Sebelum menghitung konvigurasi belitan
hal yang harus diperhatikan adalah dimensi dari stator PMSG yang dirancang untuk
mengetahui jumlah belitan yang akan dimodelkan.

52
1. Menghitung luas lubang slot, 𝐴𝑠 . persamaan (2.4)
𝐷𝑒 2 − 𝐷𝑐 2 1 𝜋.𝐷 − 𝐿 .𝑁 𝐷 − 𝐷 −2.𝐿
𝐴𝑠 = ( 𝜋
4
‧ 𝑁 𝐿𝑡𝑔 ‧𝐿𝑡 − 𝑐 𝑁 𝑡𝑔 𝑠 ‧𝐿𝑡 − 𝑊𝑡𝑠 𝑒 2𝑐 𝑡 )
𝑠 𝑠
2
0,45 − 0,32 1 𝜋. 0,3 − 0,01 . 24
=(𝜋
4
‧ 24 ‧ 0,01 ‧ 0,05 − 𝑁𝑠
‧ 0,05 − 0,018
0,45 − 0,3 −2 .0,05
2
)
𝐴𝑠 = 191.10−3 𝑚2
2. Menghitung luas area slot, 𝐴0 . persamaan (2.5)
𝑆𝑓 45
𝐴0 = 𝐴𝑠 ‧ = 191.10−6 ‧ = 86.10−3 𝑚2
100 100

3. Jumlah lilitan (Z) yang dapat diisi dalam slot. persamaan (2.7)

𝐴0 86. 10−3
Z= 𝜋.(𝑑.10−3 )2
= 𝜋.(1 .10−3 )2
= 68,43 turn
4 4

Jumlah lilitan yang dapat di isi dalam sebuah slot yaitu 68,43 lilitan dan
karena metode yang digunakan adalah double layers maka dalam satu slot terdiri
dari dua belitan fasa sehingga jumlah maksimal lilitan yang dapat diisi dalam slot
dibagi 2. Sehingga jumlah maksimal setiap fasa yang dapat dililit dalam sebuah slot
adalah 34,2 lilitan. Kemudian untuk menentukan jumlah lilitan dari spesifikasi
pemodelan PMSG dapat dihitung dengan persamaan.
4. Jumlah belitan tiap fasa, 𝑛𝑐 . persamaan (2.8)
𝐸𝑝ℎ 380
𝑛𝑐 = = = 31,172 turn
4,44.𝑓.𝐾𝑤 .𝜙 4,44 .50 .0,945 .0,005712

5. Frekuensi PMSG (f ) persamaan (2.9)

𝑛. 𝑝 375 . 16
f= = = 50 Hz
120 120

3.4.1 Membuat Material Stator Sehingga Stator Membentuk 3D


Setelah memodelan PMSG kedalam bentuk dua dimensi kemudian memberi
material bahan kedalam perancangan pemodelan mulai dari stator, coil, air gap,
airbox, rotor serta magnet permanen sehingga pemodelan generator membentuk

53
tiga dimensi. Adapun speifikasi material yang digunakan dalam pemodelan stator
PMSG dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Spesifikasi bahan material PMSG

Stator Carpenter: Silicon Steel


Magnet permanen PM12: Br 1.2 mur 1.0
Kawat kumparan Copper: 5.77e7 Siemens/meter
Air gap Air

Bentuk rancangan stator yang telah di desain selanjutnya di beri material,


adapun material stator yang di gunakan pada perancangan ini adalah carpenter
silicon steel yang meniliki sifat penghantar fluks magnet yang baik. Apabila
material ini di dekatkan dengan gaya magnet yang berasal dari magnet permanen
maka ia akan menunjukkan karakteristiknya. Laminasi inti stator dengan bahan
carpenter slicon steel mempunyai mass density 7600 kg/m3 dan magnetic
permeability seperti terlihat pada gambar 3.3.

Kurva Magnetik Laminasi Stator


2
Fluks Density B (T)

1,5

0,5

0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000
Magnetic intensity H (A/m)

Gambar 3.3 Kurva BH material Carpenter Silicon Steel.


Pemberian material laminasi stator perlu diperhatikan pengaturan satuan
pada software MagNet Infolityca dikarenakan satuan dasar perancangan MagNet
mempunyai satuan meter. Sedangkan ukuran yang digunakan pada saat
memodelkan stator memakai skala milimeter sehingga hal pertama yang harus
dilakukan yaitu mengatur tools pada software kedalam bentuk milimeter agar
ukuran stator yang di modelkan sesuai dengan ukuran yang diharapkan. Adapun
bentuk tampilan dari pengaturan unit seperti tampak pada gambar 3.4.

54
Gambar 3.4 Tampilan pengaturan satuan.

Desain stator yang telah dimodelkan dalam bentuk 2D selanjutnya di beri


meterial. Dari pemodelan pada gambar 3.2 pemberian nama desain geometri terdiri
dari komponen material stator, kumparan, airbox stator, dan airgap stator. Untuk
mendapatkan rancangan stator dalam bentuk 3D maka hal pertama yang di harus
dilakukan klik simbol (Construction Slice Surfaces) ikon ini bertujuan untuk
memilih componen stator yang akan diberi material. kemudian klik pada ikon
(Component in a Line) kemudian beri nama material yang digunakan pada
pemodelan PMSG sesuai tabel 3.3.
Pemberian nama material juga dilakukan pada komponen-komponen lain
penyusun stator, yaitu kumparan, airbox stator, dan airgap stator. Langkah-langkah
pemberian material juga sama seperti yang sudah dijelaskan diatas. ketebalan stator
dan komponen-kompenen lain penyusun stator pada penelitian ini dimodelkan
dengan ketebalan ini yaitu 150 mm. kegunaak aibox yaitu untuk menutup lubang
pada sela-sela stator sehingga mesh akan tetap bersatu dan tidak terjadi eror saat
dilakukan inisialisasi mesh . Adapun proses pemberian material stator dapat dilihat
pada gambar 3.5.

55
Gambar 3.5 Inisialisasi stator.
Pada pemodelan stator PMSG, material yang digunakan pada kumparan
menggunakan Copper: 5.77e7 Siemens/meter dengan luas penampang kawat
0.785 m2 . Material ini merupakan tembaga yang bagus untuk digunakan sebagai
kumparan stator. Ukuran tembaga yang dipakai pada pemodelan PMSG ini
memiliki diameter 1 mm. Setelah memberikan nama material kumparan selanjutnya
melilit kumparan tersebut pada bagian gigi stator. Pada rancangan PMSG
menggunakan kombinasi 24 Slot 3 fasa. Sehingga untuk setiap fasa diperlukan 8
gigi stator untuk melilit kumparan. Berikut adalah hasil pemodelan inti stator.

Gambar 3.6 Pemodelan laminasi stator PMSG 24 Slot.

56
3.4.2 Membuat Konvigurasi belitan pada stator
Pada pemodelan PMSG 24 slot 8 pole, konvigurasi belitan menggunakan
metode double layer lap winding. Dalam satu buah slot terdapat dua fasa yang
berbeda atau dua belitan fasa. Setiap fasa terdiri dari 8 kumparan yang dhubung seri
dengan faktor belitan 0,945 (Miller, T.J.E, 1989). Fasa U yang akan dililit pada gigi
stator akan dijadikan contoh.
Pertama yang harus dilakukan yaitu memilih coil di slot 1 kemudian
memilih coil pada slot disamping teeth (slot yang akan dililit harus terletak pada
gigi stator yang sama) kemudian klik make simple coil sehingga coil yang barada
di samping kanan dan kiri akan menyatu dan membentuk sebuah kumparan. Tanda
silang dalam lingkaran ataur cros melambangkan bahwa kumparan masuk
kearah luar stator sedangan lambang dot memiliki arti bahwa kumparan masuk
kearah dalam stator sehinga kumparan seolah-olah melilit gigi stator. Berikut
adalah gambar pembuatan belitan terlihat pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Proses pembuatan belitan pada bagian stator PMSG.


Pada desain stator PMSG yang sudah dililit kumparan selanjutnya
kumparan tersebut di gabungkan sesama fasa sejenis. Fasa U dihubungkan dengan

57
sesama fasa U, begitu juga dengan fasa V dan fasa W. Adapun pemodelan stator
PMSG pada penelitian ini menggunakan 24 Slot sehingga untuk setiap slot
dilangkau per 2 slot. Pada menu new windows circuit semua kumparan yang melilit
gigi stator dihubung bintang.
Penggabungan coil membentuk hubung bintang tujuannya untuk
mendapatkan nilai tegangan keluaran antar fasa. Akan tetapi pada penelitian ini alat
ukur digunakan untuk mendapatkan nilai flux linkage. Nilai flux linkage ini
nantinya akan digunakan untuk mendapatkan nilai tegangan kumparan, tegangan
satu fasa dan tegangan atar fasa. Untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut harus
menggunakan MS.Excel. Fluks Lingkage dari software magnet kemudian di-copy
untuk dilakukan kalkulasi dengan menggunakan MS.Excel.
Setiap fasa terdiri dari 8 buah lilitan pada teeth hal ini dikarenakan
kombinasi slot pada stator berjumlah 24 slot. Untuk pemodelan PMSG
menggunakan tiga fasa, jumlah slot dibagi tiga sehingga terdapat 8 kumparan teeth
untuk setiap fasa. Pada penelitian ini pemodelan dilakukan dengan 32 lilitan.
Adapun proses pembuatan lilitan yang modelkan pada software Magnet Infolytica
tampak seperti pada gambar 3.8.

Gambar 3.8 Proses pembuatan belitan pada bagian stator PMSG.

58
Rangkaian kumparan pada penelitian ini menggunakan Y connected atau
hubung bintang. Dalam pemodelannya setiap fasa melangkau dua gigi stator untuk
mendapatkan belitan fasa sejenisnya sebagai contoh jika fasa U dililit pada teeth 1
makan untuk penggabungan coil selanjutnya di ambil pada teeth 3 dan hal sama
juga di terapkan pada fasa v dan fasa w. pada ujung-ujung fasa nantinya akan di
pasang alat ukur untuk mengetahui tegangan keluaran antar fasa. Adapun rangkaian
belitan dapat dilihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.9 Rangkaian circuit coil yang dihubung Y connected pada PMSG.
Pada ujung-ujung setiap fasa di hubungkan sehingga membentuk bintang.
Untuk metode melilit stator, konvigurasi belitan yang dimodelkan pada
perancangan PMSG dapat dilihat pada gambar 3.10.

Gambar 3.10 Konvigurasi belitan pada stator pemodelan PMSG.

59
Pada gambar tersebut circuit dirangkai membentuk hubung bintang. Dalam
rangkaian circuit terdiri dari tiga fasa yaitu fasa U, fasa V dan fasa W. Setiap fasa
mempunyai 8 kumparan, begitu juga dengan fasa V dan fasa W yang merupakan
hasih bagi tiga dari 24 slot. Untuk setiap slot berisi dua fasa yang di timpa.
Penambahan alat ukur dengan lambang I1, I2, dan I3 diletakkan untuk menghitung
tegangan antar fasa. Adapun konvigurasi belitan yang digunakan dalam melilit
stator dapa dilihat berdasarkan tabel 3.4.
Tabel 3.4 Konvigurasi belitan PMSG 24 slot 8 pole.

Fasa No. Slot Go Return Jumlah Belitan


1 1 2 32
4 4 5 32
7 7 8 32
10 10 11 32
Fasa U
13 13 14 32
16 16 17 32
19 19 20 32
22 22 23 32
2 2 3 32
5 5 6 32
8 8 9 32
11 11 12 32
Fasa V
14 14 15 32
17 17 18 32
20 20 21 32
23 23 24 32
3 3 4 32
6 6 7 32
9 9 10 32
12 12 13 32
Fasa W
15 15 16 32
18 18 19 32
21 21 22 32
24 24 1 32

Kabel keluaran dari PMSG ada tiga yaitu fasa U, fasa V, Fasa W dan fasa
netral dimana fasa ini merupakan gabungan dari ketiga fasa yang dihubug bintang.
Untuk mengetahui nilai keluaran dari perancangan PMSG maka pada ujung setiap
fasa di beri alat ukur.

60
3.4.3 Mengatur Ukuran Mesh Stator Pada Software Magnet
Pemilihan ukuran mesh sangat mempengaruhi hasil dari perancangan
PMSG. Semakin kecil mesh yang digunakan maka akan semakin teliti proses
kalkulasi pada software magnet infolytica sehingga hasil keluaran dari pemodelan
PMSG akan sangat akurat. Akan tetapi jika ukuran mesh yang di modelkan kecil
akan memberatkan kinerja dari RAM sehingga laptop akan panas dan jika
spesifikasi leptop kurang memadai maka kemungkinan besar laptop akan rusak.
pada penlitian ini mesh yang di gunakan pada pemodelan stator PMSG tidak
terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar. Untuk ukuran mesh stator adalah 3mm,
kumparan 1mm, airbox 2mm, dan airgap stator 1mm. Ukuran mesh mempengaruhi
lamanya solving pada software. setelah menentukan ukuran mesh maka desai stator
siap dilakukan uji coba. Adapun bentuk akhir dari pemodelan stator dapat dilihat
pada gambar 3.11.

Gambar 3.11 Bentuk akhir rancangan stator PMSG 24 slot.


Pemodelan stator terdiri dari 24 slot dimana setial slot terditi dari dua fasa
yang berbeda. Pada penelitian ini, stator yang digunakan merupakan stator dengan
ukuran dan dimensi yang sama hanya saja cara meletakkan magnet pada rotor yang
berbeda. Oleh sebab itu cukup memodelkan satu stator saja yang nanti rotornya
pada PMSG yang sudah dimodelkan cera peletakan magnet nya yang akan diganti-
ganti menggunakan stator yang sama.

61
3.5 Magnet Permanen Posisi Sejajar Pada PMSG
3.5.1 Pemodelan Magnet Sejajar Menggunakan Software Magnet
Dalam pemodelan ini penulis memodelkan rotor dengan meletakkan atau
menyusun magnet secara sejajar dan secara skew. Tujuannya agar mengetahui
pengaruh tegangan keluaran dari PMSG dengan cara meletakkan magnet sejajar
dan cara meletakkan magnet secara skew. Pemodelan ini menggunakan stator
PMSG yang telah dirancang sebelumnya hanya saja cara meletakkan magnetnya
saja yang berbeda.
Pada perancangan pembuatan rotor setiap komponen akan dijelaskan
bagian-bagiannya sehingga pada saat melakukan pemberian material dapat
mempermudah dalam mengerjakannya. Adapaun dimensi rotor yang di desain
dapat dilihat pada gambar 3.12 dibawah.

Gambar 3.12 Desain pemodelan rangkaian rotor magnet sejajar 2D.


Pada gambar peletakan magnet permanen di modelkan kedalam bentuk
interior magnet permanen (IPM). Tujuan pemodelan dengan metode IPM
dikarenakan adalah agar mesh tetap tersambung ke inti rotor dan tidak terjadi eror
saat memiring kan magnet pada posisi skew. Akan tetapi metode dengan IPM
memungkinkan medan magnet yang masuk kedalam teeth menjadi berkurang
karena terhambat oleh yoke rotor sehingga tegangan keluaran dari PMSG menjadi
berkurang. Berdasarkan gambar diatas berikut adalah parameter-parameter desain

62
rotor dengan peletakan magnet sejajar yang di modelkan dapat dilihat pada tabel
3.5 berikut.
Tabel 3.5 Parameter desain rangkaian rotor magnet sejajar.

Diameter luar rotor, 𝐷𝑖 296 mm


Diameter dalam rotor, 𝐷𝑎 250 mm
Diameter dalam stator, 𝐷𝑐 300 mm
Tebal rotor, 𝐿𝑎 150 mm
Tebal magnet, 𝐿𝑚 15 mm
Lebar magnet, 𝑊𝑑 60 mm
Celah udara, 𝑔 2 mm
Panjang magnet 𝐿ℎ 150 mm
Tebal rotor yoke, 𝑌𝑎 5 mm

Bentuk rancangan rotor yang telah dimodelkan dalam bentuk 2D


selanjutnya di beri material. Adapun material yang dipakai pada inti rotor
menggunakan bahan carpenter silicon steel. Bahan ini sangat bagus untuk material
inti rotor karena memiliki sifat penghantar fluks magnet yang sangat baik.
Sedangkan untuk jenis magnet permanen yang akan dimodelkan pada penelitian ini
ada magnet permanen jenis PM12: Br 1.2 mur 1.0 yang meniliki Nilai 𝐵𝑡𝑠 = 1,12
(Miller, T.J.E, 1989). Adapun spesifikasi bahan material yang digunakan pada
perancangan rotor dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Spesifikasi bahan material rotor PMSG.

Rotor carpenter silicon steel


Magnet permanen PM12: Br 1.2 mur 1.0
Shaft rotor Copper graphite 12.7
Air gap Air
Air box rotor Air

Inti rotor di buat bersegmen-segmen dengan ketebalan 0,5 mm. tujuan


dibuat seperti itu agar dapat dapat mengurangi arus eddy. Laminasi inti rotor dengan
bahan carpenter slicon steel mempunyai mass density 7600 kg/m3 dan magnetic

63
permeability dapat dilihat pada gambar 3.3. Pada penilitan ini rotor akan di rancang
kedalam 2 jenis. Pemodelan rotor dengan magnet sejajar dan pemodelan rotor
dengan magnet skew. Tujuan dibuat demikian untuk dianlisa pengaruh keluaran dari
kedua pemodelan tersebut terhadap nilai tegangan keluaran.
Desain rotor yang telah dimodelkan pada pembahasan sebelumnya dalam
bentuk 2D selanjutnya di beri meterial. Dari pemodelan pada gambar 3.12.
pemberian nama desain geometri terdiri dari komponen material rotor, magnet
permanen, airbox rotor, airgap rotor dan material shaft rotor. inisialisasi rotor dapat
dilihat pada gambar 3.13

Gambar 3.13 Inisialisasi rotot PMSG magnet sejajar.


Untuk mendapatkan rancangan rotor dalam bentuk 3D maka hal pertama
yang di harus dilakukan klik simbol (Construction Slice Surfaces) ikon ini
bertujuan untuk memilih componen rotor yang akan diberi material. kemudian klik
pada ikon (Component in a Line) kemudian beri nama material yang
digunakan pada pemodelan PMSG sesuai tabel 3.6. langkah yang sama juga
digunakaan saan akan memberi komponen material rotor, magnet permanen, airbox
rotor, airgap rotor dan material shaft rotor. Selanjutnya masukkan ketebalan stator
yaitu 150 mm.
Pada gambar diatas, pemodelan rotor pada PMSG dibuat lubang sebagai
tempat masuknya udara. Fungsi ditambahkan lubang pada rotor sebagai cooling
system dan juga bertujuan agar putaran rotor lebih ringan. Setelah membuat

64
material laminasi sotor kemudian diletakkan magnet permanen pada lubang yang
belum terisi. Dalam pemodelan yang di rancang ini magnet disusun sejajar. Cara
pemberian material magnet langkah-langkahnya juga sama dengan pemberian
material pada rotor. Adapun material magnet permanen yang di modelkan
menggunakan bahan PM12: Br 1.2 mur 1.0. Adapun bentuk pemodelan PMSG
magnet dapat dilihat pada gambar 3.14.

Gambar 3.14 Pemodelan rotor PMSG 8 Pole Magnet sejajar.


Generator sinkron magnet permanen terdiri dari rotor sebagai tempat
diletakan magnet permanen. Magnet permanen mempunyai kutub yang memiliki
polaritas yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

3.5.2 Perhitungan Matematis Pemodelan Magnet Sejajar


Pada pemodelan magnet sejajar hanya perlu dilakukan sekali perhitungan
karena medan magnet melewati teeth secara simultan. Maka untuk mendapatkan
fluks medan magnet pada magnet sejajar maka harus mencari terlebih dahulu
medan magnet dan luas penampang. Berikut adalah perhitungan matematis untuk
bentuk magnet sejajar yang dimodelkan pada penelitian ini.
1. Luas area per kutub, 𝑆𝑚 . Persamaan (2.10)

𝐷𝑖 + 𝐷𝑎 1 0,296 + 0,250 1
𝑆𝑚 = 𝜋 ‧ ‧𝐿ℎ = 𝜋 ‧ ‧ 0,150 = 0,0161 𝑚2
2 𝑝 2 8

65
2. Menghitung Luas ekuivalen gap, 𝑆𝑔 . Persamaan (2.11)

𝐷𝑖 + 𝐷𝑐 1 0,296 + 0,3 1
𝑆𝑔 = 𝜋 ‧ ‧𝐿𝑎 = 𝜋 ‧ ‧ 0,150 = 0,0175 𝑚2
2 𝑁𝑠 2 8

3. Menghitung koefisien permeance, 𝑃𝑐 . Persamaan (2.12)

𝐿𝑚 . 𝑆𝑔 𝐾𝑓 0,015 . 0,0175 1,2


𝑃𝑐 = ‧ = ‧ = 8,9
𝑔 . 𝑆𝑚 𝐾𝑟 0,002 . 0,0161 1,1

koefisien kebocoran fluks (𝑘𝑓 ) yang merupakan rasio dari total fluks magnet
yang dihasilkan magnet pada rangkaian tertentu dengan fluks linkage yang terdapat
pada celah udara yang memiliki rentang nilai 1,05-2. Sedangkan koefisien
kebocoran electromotive force (𝑘𝑟 ) merupakan rasio dari total gaya magnetomotif
yang yang berada pada airgap dengan gaya magnetomotif yang memiliki rentang
nilai 1-1.2. (Suhada, 2018).

4. Kemiringan kurva demagnetisasi, 2 . Persamaan (2.13)


𝐵𝑟 107 1.12 107
2 = ‧ = ‧ = 0.84 Wb/Am
𝐻𝑐 4.𝜋 1060650 4.𝜋

Dimana 𝐵𝑟 = Nilai kerapatan fluks remanen (T)


= 1,12 (magnet PM12: Br 1.2 mur 1.0)
𝐻𝑐 = Nilai dari coercive force (A/m) = 1060650 (Miller, T.J.E, 1989).

Titik pengoperasian generator harus selalu ada diatas garis demagnetisasi


magnet. Oleh karena itu untuk menghitung titik pengoperasian (𝐵𝑑 ) dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut.

5. Kerapatan fluks di titik pengoperasian generator, 𝐵𝑑 . Persamaan (2.14)

𝑃𝑐 . 𝐵𝑟 8,9 . 1,12
𝐵𝑑 = = = 1,02 T
𝑃𝑐 +𝑟 8,9 + 0,84

6. Menghitung permeabilitas ketika menembus boundary airgap

𝐵𝑟 1.603940423
𝑠 = = = 8,2 Wb/Am
𝐻𝑐 1.947814557

66
7. Kerapatan fluks rata-rata dalam celah udara, 𝐵𝑟 . Persamaan (2.15)

𝐵𝑑 . 𝑆𝑚 1,02 . 0,0161
𝐵𝑟 = = = 0,965 T
𝐾𝑓 . 𝑆𝑔 1,2 . 0,0175

Adapun medan magnet yang menembus boundary airgap yang dihasilkan


dari pemodelan magnet sejajar dapat dilihat pada gambar 3.15

Gambar 3.15 Mendan magnet dari magnet sejajar

Berdasarkan gambar diatas terjadi perpotongan magnet sejauh 6,20


(persamaan 2.61) sehingga untuk menghitung besar medan magnet di stator ketika
memotong batas (Persamaan 2.71).
µ1 2
𝐵𝑠 = 𝐵𝑟 √𝑠𝑖𝑛2 𝛳1 + ( ) 𝑐𝑜𝑠 2 𝛳1
µ2

0,82 2
= 0,965 √𝑠𝑖𝑛2 (6,2) + ( ) 𝑐𝑜𝑠 2 (6,2)
0,84

1 1
= 0,965 √( (1 − 𝑐𝑜𝑠(12,4)) + (0,976)2 ( (1 + 𝑐𝑜𝑠(12,4)))
2 2

= 0,965 √0,0117 + (0,9525 . 0,9883)

= 0,965 √0,953 = 0,965 . 0,9762


𝐵𝑠 = 0,942 T
8. Nilai fluks medan magnet, 𝜙. Persamaan (2.15)
𝜙 = 𝐵𝑔 .𝑆𝑚 = 0,78 . 0,0161 = 0,01256 Wb

67
3.6 Magnet Permanen Posisi Skew Pada PMSG
3.6.1 Pemodelan Magnet Skew Menggunakan Software Magnet
Pemodelan ini menggunakan PMSG yang sama dengan pemodelan magnet
sejajar dengan dimensi yang sama hanya saja cara meletakkan magnetnya saja yang
berbeda. Stator yang dipakai juga memiliki dimensi yang sama dengan stator yang
dipakai pada pemodelan magnet sejajar. Dalam pemodelan ini penulis memodelkan
rotor dengan meletakkan atau menyusun magnet secara skew. Tujuannya agar
mengetahui pengaruh tegangan keluaran dari PMSG dengan cara meletakkan
magnet sejajar dan cara meletakkan magnet secara skew.
Pemodelan ini menggunakan PMSG yang sama dengan pemodelan magnet
sejajar dengan dimensi yang sama hanya saja cara meletakkan magnetnya saja yang
berbeda. Adapun dimensi rotor skew sama dengan magnet sejajar dapat dilihat pada
gambar 3.16

Gambar 3.16 Desain pemodelan rangkaian rotor magnet skew 2D.

Pembuatan material pada rotor magnet skew sama dengan cara pembuatan
material pada rotor magnet sejajar. Desain rotor yang telah dimodelkan pada
pembahasan sebelumnya dalam bentuk 2D selanjutnya di beri meterial. Adapun
parameter-parameter dari pemodelan PMSG magnet skew berdasarkan gambar
diatas dapat dilihat pada tabel 3.7

68
Tabel 3.7 Parameter desain rangkaian rotor magnet skew.

Diameter luar rotor, 𝐷𝑖 296 mm


Diameter dalam rotor, 𝐷𝑎 250 mm
Diameter dalam stator, 𝐷𝑐 300 mm
Tebal rotor, 𝐿𝑎 150 mm
Tebal magnet, 𝐿𝑚 15 mm
Lebar magnet, 𝑊𝑑 60 mm
Celah udara, 𝑔 2 mm
Tebal rotor yoke, 𝑌𝑎 5 mm

Desain rotor yang telah dimodelkan pada pembahasan sebelumnya dalam


bentuk 2D selanjutnya di beri meterial. Dari pemodelan pada gambar 3.16.
pemberian nama desain geometri terdiri dari komponen material rotor, magnet
permanen, airbox rotor, airgap rotor dan material shaft rotor. inisialisasi rotor dapat
dilihat pada gambar 3.13. Adapun dimensi magnet skew pada penelitian ini dapat
dilihat pada gambar. 3.17.

Gambar 3.17 Perspektif geometri rotor magnet skew.

Pada pemodelan rotor PMSG dengan posisi magnet skew. Magnet permanen
di modelkan dengan tingkat kemiringan 11.30. Pada pemodelan Generator sinkron
magnet permanen dengan cara meletakkan magnet secara skew dengan
meletakkanya secara interior magnet permanen (IPM). Tujuan diletakan magnet
dengan metode IPM adalah agar magnet yang di letakkan pada rotor kokoh dan

69
mengurangi pergeserann saat rotor diputar. Akan tetapi peletakan magnet skew
dengan metode IPM memiliki kekurangan yaitu medan magnet yang di bangkitkan
dari magnet permanen yang menginduksi gigi-gigi stator tidak sempurna karena
terhalang oleh rotor yoke.
Setelah melakukan pemodelan rotor dengan magnet skew selanjutnya
mengatur ukuran mesh dari setiap material yang di rancang. Pada sebuah penelitian
dalam memecahkan masalah biasanya menggunakan metode secara torikal dan
dengan pengukuran langsung. Tetapi pada perancangan PMSG dengan rotor
magnet skew ini menggunakan penyelesaian secara teorikal yaitu dengan
merancang PMSG menggunakan software Magnet infolytica dan software ini
sangan sensitif terhadap ukuran mesh. Adapun bentuk akhir dari pemodelan rotor
dengan peletakan magnet secara skew dapat dilihat pada gambar 3.18.

Gambar 3.18 Pemodelan rotor PMSG magnet skew 8 pole.


Ukuran mesh mempengaruhi lamanya solving pada software. Pada
pemodelan Rotor dengan Magnet skew, mesh yang di gunakan pada pemodelan
stator PMSG tidak terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar. Untuk ukuran mesh
rotor adalah 2mm, Magnet permanen 3 mm, airbox rotor 1 mm, dan airgap rotor 1
mm. setelah menentukan ukuran mesh maka desai rotor magnet skew siap dilakukan
uji coba. Adapun bentuk akhir dari pemodelan rotor dengan peletakan magnet
secara skew dapat dilihat pada gambar 3.18 diatas.

70
Dari perancangan yang sudah di dibuat dengan cara peletakan magnet
dengan posisi sejajar dan posisi skew maka dengan ini bahan penelitian ini sudah
lengkap yaitu satu buah stator 24 slot, satu buah rotor dengan posisi magnet sejajar,
dan satu buah rotor dengan posisi maget skew. Selanjutnya melakukan
penggabungan stator dan rotor yang sudah di modelkan untuk di lakukan analisa
dengan memutar rotor dengan kecepatan sinkron 750 Rpm.

3.6.2 Perhitungan Matematis Pemodelan Magnet Skew


Setelah membuat pemodelan rotor PMSG Magnet skew menggunakan
software magnet infolytica kemudian mencari nilai-nilai kerapatan fluks yang
dihasilkan dari magnet yang disusun secara skew ini. Yang nantinya akan
dibandingkan nilai keluaran medan magnet dengan magnet sejajar yang akan
dijelaskan pada bab selanjutnya. Adapun nilai perhitungan dari rotor magnet skew
yang telah dimodelkan dapat dihitung dengan persamaan.
1. Menghitung Panjang magnet, 𝐿ℎ .
Untuk mengetahui panjang magnet setelah dimiringkan maka dapat di
ilustrasikan kedalam gambar 3.19 berikut.

Gambar 3.19 Variabel magnet skew ketika dimiringkan 𝟏𝟏, 𝟑𝟎


Pada gambar diatas kita hanya mengetahui variabel panjang magnet awal
atau tebal rotor 𝐿𝑎 , namun dengan menerapkan trigonometri maka akan didapatkan

71
panjang magnet skew dan Skew angel (σ). Untuk menghitung panjang magnet (𝐿ℎ )
dapat diselesaikan dengan dua metode. Metode pertama (Persamaan 2.59)
𝐿𝑎 /2 150/2 75
𝐿ℎ = 2 x (𝐿ℎ /2) = 2 x =2x =2x = 153 mm = 0,153 m
cos (𝛳) cos 11,3 0,98

Adapun cara lain untuk mencari nilai panjang magnet dengan posisi miring
(𝐿ℎ ) juga dapat diselesaikan menggunakan teorema pythagoras (Persamaan 2.60).
2
𝐿 𝐿 2
𝐿ℎ = 2 x (𝐿ℎ /2) = 2 x √( 2𝑎 tan (𝛳) ) + ( 2𝑎)
2
150 150 2
= 2 x ( 2 tan 11,3 ) + ( 2 )
√ ( )
= 2 x √(75 . 0,1998) 2 + (75)2

= 2 x √ 224,55 + 5625 = 2 x √5849,55 = 2 x 76,8


=152,93 = 153 mm = 0,153 m

2. Menghitung Skew angel (σ).


Skew angel (σ) atau jarak kemiringan dari magnet skew merupakan variabel
penting yang digunakan untuk mencari medan yang dihasilkan pada perhitungan
selanjutnya. Untuk mengetahui jarak kemiringan magnet terlihat pada gambar 3.20.

Gambar 3.20 Ilustrasi pemodelan Skew angel pada pemodelan magnet skew

72
Gambar di atas merupakan ilustrasi pemodel maget skew. Yang hanya di
ketahui adalah panjang rotor/magnet saat posisi sejajar 𝐿𝑎 = 150 mm. untuk
menentukan Skew angel (σ) dapat diselesaikan (persamaan 2.58).
𝐿𝑎
σ1 = σ2 = a = a tan (ϴ) = tan (ϴ)
2
150
= tan (11,3) = 75 x 0,1998 = 14,986
2
= 15 mm
Sehingga Skew angel, σ. Persamaan 2.57
σ = σ1 + σ2 = 2 x σ1
= 2 x 15 = 30 mm
Adapun cara lain untuk mendaptkan nilai Skew angel (σ) yaitu dengan
memisalkan titik tengah magnet di pindah kan ke salah satu ujung magnet. karena
ketika titik tersebut dipindahkan magan sudut kemiringan (ϴ) tidak akan berubah
sehingga dapat langsung dilakukan perhitungan saat magnet dimiringkan sejauh
11,30 . Namun cara ini kurang di rekomendasikan karena mempersingkat
perhitungan sehingga kurangnya pemahaman terhadap pembaca. Dimana,
σ = 𝐿𝑎 tan (ϴ) = 150 tan 11,3
= 150 . 0,1998
= 29,97 = 30 mm

3. Menghitung luas area kutub magnet, a. persamaan (2.11)


𝐷𝑖 + 𝐷𝑐 1 296 + 300 1
a =𝜋 ‧ ‧𝐿ℎ = 𝜋 ‧ ‧ 0,153 = 17,89
2 𝑁𝑠 2 8
4. Menghitung kerapatan fluks medan magnet pada pemodelan magnet skew.
Untuk menghitung kerapatan fluks magnet maka harus terlebih dahulu jenis
bahan material magnet yang digunakan, karena magnet memiliki berbagai jenis
sehingga kerapatan fluks remanen bahan material magnet juga akan berbeda-beda.
Dalam penelitian ini menggunakan magnet permanen dengan jenis magnet PM12:
Br 1.2 mur 1.0 yang mempunya nilai kerapatan fluks remanen (𝐵𝑚 ) sebesar 1.12 T
(Miller, T.J.E, 1989). Maka untuk mendapatkan kerapatan fluks pada magnet skew

73
sudah dijelasakan pada sub bab 3.4 yang dilakukan dengan 3 tahap, yang pertama
menghitung medan magnet posisi skew awal, persamaan 2.54.
σ ⁄2 σ⁄2 𝐵𝑚 1
𝐵1 = ∫−σ⁄2 𝑑𝐵 = ∫−σ⁄2 x 𝑒 (𝛳−𝛳1)/𝑎 dϴ
σ 2
𝐵𝑚 𝑎
= [𝑒 (𝛳+σ/2)/𝑎 - 𝑒 (𝛳−σ/2)/𝑎 ]
4 σ/2
1,12 17,89
= [𝑒 (11,3+30/2)/17,89 - 𝑒 (11,3−15/2)/17,89 ]
4 30/2
1,12 17,89
= [𝑒 (11,3+30/2)/17,89 - 𝑒 (11,3−15/2)/17,89 ]
4 30/2
= 0,28 . 1,193 [𝑒 1,47 - 𝑒 −0,2 ] = 0,334 ( 4,349 – 0,8187)
𝐵1 = 1,2 T
Kemudian menentukan kerapatan fluks pada saat posisi gigi stator satu garis
lurus dengan titik tengah magnet skew (𝐵2 ) persamaan 2.55.
1 𝑎
𝐵2 = 𝐵𝑚 { 1 - [𝑒 −(𝛳−σ/2)/𝑎 - 𝑒 −(𝛳+σ/2)/𝑎 ] }
4 σ/2
1 17,89 −(11,3−30/2)/17,89
= 1,12 { 1- [𝑒 - 𝑒 −(11,3+30/2)/17,89 ] }
4 30/2
= 1,12 { 1 – 0,25 . 1,1926 [𝑒 0,2 - 𝑒 −1,47 ] }

= 1,12 { 1 – 0,298 [ 1,2214 – 0,2299 ] } = 1,12 { 1 – 0,298 . 0,9915 }


𝐵2 = 1,12 . 0,7046 = 0,7891 T

dan kerapatan fluks pada saat gigi stator satu garis lurus dengan Skew angel (𝐵3 )
persamaan 2.56
σ⁄2+𝛳 1 𝑎
𝐵3 = 𝐵𝑚 { - [𝑒 (𝛳−σ/2)/𝑎 - 𝑒 −(𝛳+σ/2)/𝑎 ] }
σ 4 σ/2
30⁄2+11,3 1 17,89
= 1,12 { - [𝑒 (11,3−30/2)/17,89 - 𝑒 −(11,3+30/2)/17,89 ] }
30 4 30/2
= 1,12 { 0,876 – 0,25 . 1,1926 [𝑒 −0,2 - 𝑒 −1,47 ] }

= 1,12 { 0,876 – 0,298 [ 0,8187 – 0,2299 ] } = 1,12 { 0,876 – (0,298 . 0,588)}


𝐵3 = 1,12 . (0,876 – 0,1754) = 1.12 . 0,7006 = 0,7846 T

Maka kerapatan fluks perkutub adalah


𝐵2 + 𝐵3 0,7891 + 0,7846
𝐵𝑠𝑘𝑒𝑤 = = = 0,7868 T
2 2

74
5. Kemiringan kurva demagnetisasi, 𝑠 . Persamaan (2.13)
𝐵𝑟 107 1.12 107
𝑠 = ‧ = ‧ = 0.84 Wb/Am
𝐻𝑐 4.𝜋 1060650 4.𝜋

Dimana 𝐵𝑟 = Kerapatan fluks remanen magnet PM12: Br 1.2 mur 1.0 = 1,12 T
𝐻𝑐 = Nilai dari coercive force (A/m) = 1060650 (Miller, T.J.E, 1989)

6. Permeabilitas ketika menembus boundary airgap


𝐵𝑟 1.49209948
𝑟 = = = 0.78947654 Wb/Am
𝐻𝑐 0.78947654

Adapun medan magnet yang menembus boundary airgap yang dihasilkan


dari pemodelan magnet sejajar dapat dilihat pada gambar 3.21

Gambar 3.21 Mendan magnet dari magnet sejajar


Berdasarkan gambar diatas terjadi perpotongan magnet sejauh 35,80
(persamaan 2.61) sehingga untuk menghitung besar medan magnet di stator ketika
memotong batas (Persamaan 2.71).
µ1 2
𝐵𝑠 = 𝐵𝑟 √𝑠𝑖𝑛2 𝛳1 + ( ) 𝑐𝑜𝑠 2 𝛳1
µ2

0,79 2
= 0,7868 √𝑠𝑖𝑛2 (35,8) + (0,84 ) 𝑐𝑜𝑠 2 (35,8)
1 1
= 0,7868 √( (1 − 𝑐𝑜𝑠(71,6) + (0,94)2 ( (1 + 𝑐𝑜𝑠(71,6)))
2 2

= 0,7868 √0,3422 + (0, 8836 . 0,6578) = 0,7868 √0,9234 = 0,7868 . 0,9656


𝐵𝑠 = 0,759 T

75
7. Luas area per kutub, 𝑆𝑚 . Persamaan (2.10)

𝐷𝑖 + 𝐷𝑎 1 0,296 + 0,250 1
𝑆𝑚 = 𝜋 ‧ ‧𝐿ℎ = 𝜋 ‧ ‧ 0,150 = 0,0161 𝑚2
2 𝑝 2 8

8. Nilai fluks medan magnet, 𝜙. Persamaan (2.15)


𝜙 = 𝐵𝑔 .𝑆𝑚 = 0,759 . 0,0161 = 0,01221 Wb

3.7 Membuat motion dan mengatur kecepatan putar rotor


Ada dua metode yang bisa digunakan untuk memutar rotor, yang pertama
dengan memutar setiap komponen yang ada pada rotor mulai dari inti rotor, magnet
permanen, aibox rotor dan airgap rotor kemudian software akan membaca dan
melakukan kalkulasi setiap derajat dari perputaran komponen rotor. Metode ini
memiliki kekurangan yaitu tidak dapat memodelkan kecepetan rotor yang ingin di
atur dan lebih rumit saat mengatur rotasi setiap komponen rotor sehingga memakan
waktu yang lama untuk memodelkan.
Adapun metode kedua yang digunakan untuk memutar rotor yaitu dengan
metode solving 2D with motion. Metode ini merupakan yang paling baik dimana
setiap komponen yang ingin diputar yang berada pada rotor di gabung dan diatur
kecepatan putarnya sesuai dengan keinginan. Nantinya setiap derajat dari perputan
rotor akan di kalkulasi oleh software secara otomatis. Adapun pengaturan motion
pada software magnet infolytica dapat dilihat pada gambar 3.22.

Gambar 3.22 Pengaturan kecepatan rotor.

76
Pada penelitian ini kecepatan putar rotor yang akan diuji yaitu 750 Rpm.
Nilai tersebut berdasarkan perbandingan dari kombinasi Slot dan Pole dengan
frekuensi 50 Hz untuk mendapatkan satu gelombang menjadi 20 ms. Jumlah slot
pada pemodelan adalah 24 slot dan jumlah kutub adalah 8.

1. Menghitung kecepatan putar rotor


120 .𝑓 120 . 50
N= = = 750 Rpm
𝑃 8
2. Menghitung motion rotor
3600 3600
Motion (750 Rpm) = 𝑣 x = 750 x
= 4500 deg/s
60 𝑠 60 𝑠
3. Menghitung waktu rotor berputaran untuk satu putaran
3600 3600
T (3600 ) = = = 0,08 s
𝑀𝑜𝑡𝑖𝑜𝑛 4500

Artinya waktu yang dibutuhkan rotor berputar satu putaran penuh dari 0
derajat sampai 360 derajat dengan kecepatan 750 Rpm adalah 0,08 s. atau dengan
kata lain setiap waktu 0,08 s, rotor berputar satu putaran penuh. Pengaturan
parameter motion dapat dilihat pada gambar 3.23.

Gambar 3.23 Pengaturan parameter kecepatan rotor.

77
Adapun nilai yang dimasukkan kedalam kolom yaitu 4500 deg/s sesuai
dengan perhitungan diatas. Selanjutnya mengatur transient option yaitu waktu yang
dibutuhkan atau lamanya rotor berputar untuk di analisa gelombang keluaran
tegangannya. Waktu tersebut terhitung dari pada saat rotor mulai berputar sampai
rotor berhenti berputar. Pada penelitian ini rotor akan diputar per 3 deg. Adapun
untuk mencari waktu yang dibutuhkan rotor berputar setiap 3 deg dapat dihitung
dengan dengan persamaan.

0
𝑇 (3600 ) 0,08
T (3 ) = = = 0.000667 s
𝑆𝑡𝑒𝑝 360/3

Artinya waktu yang dibutuhkan sebuah rotor berputar sebanyak 3 deg yaitu
0.000667 s. Pada penelitian ini rotor akan digerakkan 1/4 putaran atau sama dengan
90 deg sehingga untuk mencari nilai tersebut dapat dihitung dengan persamaan.
900 900
T (900 ) = = = 0,02 s
𝑀𝑜𝑡𝑖𝑜𝑛 4500

Sehingga waktu yang dibutuhkan rotor berputar sampai 90 deg yaitu 0,02 s.
Setelah mendapatkan nilai-nilai yang diperlukan untuk memutar rotor makan
selanjutnya nilai-nilai tersebut di input ke transient option. Adapun parameter
pengaturan transient option dapat dilihat pada gambar 3.24.

Gambar 3.24 Pengaturan transient option.

78
Dari rotor mulai bergerak di 0 deg sampe titik akhir putaran rotor di 90 deg
tetap 4500 deg/s. artinya kecepatan rotor yang dimodelkan konstan. Pada
pengaturan transient option, waktu start rotor pada waktu 0 s sampai 0,02 s dimana
rotor bergerak 90 deg atau ¼ putaran.
Pada metode transient with motion umumnya di awal-awal ada gejala
transien atau gejala akibat kecepatan dikarenakan rotor itu tidak langsung
kecepatannya dari 0 Rpm sampai 750 Rpm rotor berputar dengan kecepatan yang
sama. Sehingga dibutuhkan waktu perputaran rotor per setiap derajat supaya rotor
bergerak dengan kecepatan kontan 750 Rpm. Jika ingin memutar rotor satu putaran
penuh maka waktu yang dibutuhkan yaitu 0,08 seperti yang sudah di kalkulasikan
pada perhitungan di atas.

3.7.1 Pengaturan Parameter Variasi Kecepatan Untuk Diinput Ke Software


Pada penelitian ini akan dianalisa pengaruh kecepatan putar dari pemodelan
PMSG magnet sejajar dan magnet skew terhadap nilai keluaran tegangan.
Parameter-parameter yang di atur pada simulasi ini berupa kecepatan putar rotor,
waktu yang dibutuhkan rotor berputar dengan kecapatan tertentu serta perhitungan
step atau pergerakan rotor persetiap deg. Adapun kecepatan putar yang akan
disimulasikan pada penelitian ini adalah 750 Rpm, 850 Rpm, 950 Rpm, 1050 Rpm,
1150 Rpm dan 1250 Rpm.
Pada simulasi ini rotor akan digerakkan 1 putaran penuh 3600 . Pertama kali
yang harus dilakukan yaitu mengubah kecepatan kedalam bentuk deg/s.
dikarenakan pada simulasi ini rotor akan digerakkan per 3 deg. Adapun untuk
mengubah satuan dari Rpm ke deg/s untuk semua variasi kecepatan putar rotor
dapat dihitung dengan persamaan.
750 𝑥 3600
850 Rpm = = 5100 deg/s
60
1125 𝑥 3600
950 Rpm = = 5700 deg/s
60
1500 𝑥 3600
1050 Rpm = = 6300 deg/s
60

79
1875 𝑥 3600
1150 Rpm = = 6900 deg/s
60
2250 𝑥 3600
1250 Rpm = = 7500 deg/s
60

Untuk mendapatkan nilai keluaran PMSG cukup menggerakan rotor 90 deg.


Sebelum melakukan simulasi, terlebih dahulu harus menghitung waktu yang
dibutuhkan rotor bergerak dari 0 deg sampai 90 deg. Berikut adalah perhitungan
waktu untuk rotor bergera 90 deg untuk setiap variasi kecepatan.
900
Waktu pergerakan rotor 900 pada kecepatan 850 Rpm = = 0.01764 s
51000 /𝑠
900
Waktu pergerakan rotor 900 pada kecepatan 950 Rpm = = 0.01578 s
57000 /𝑠
900
Waktu pergerakan rotor 900 pada kecepatan 1050 Rpm = = 0.01428 s
63000 /𝑠

0
900
Waktu pergerakan rotor 90 pada kecepatan 1150 Rpm = = 0.01304 s
69000 /𝑠
900
Waktu pergerakan rotor 900 pada kecepatan 1250 Rpm = = 0.012 s
75000 /𝑠

Dalam simulasi ini rotor akan digerakkan per setiap 3 deg. Maka yang harus
diperhitungkan adalah waktu yang dibutuhkan sebuah rotor untuk bergerak sejauh
3 deg. Pada perhitungan sebelumnya telah diketahui waktu yang dibutuhkan rotor
bergerak sejauh 90 deg maka untuk mendapatkan nilai step nilai dari perhitungan
di atas dibagi 30. Adapun waktu pergerakan rotor per 3 deg untuk semua variasi
kecepatan putar rotor.
0,01764 𝑠
Waktu rotor bergerak 30 pada kecepatan 850 Rpm = = 0.000588 s
30
0,01578 𝑠
Waktu rotor bergerak 30 pada kecepatan 950 Rpm = = 0.000526 s
30
0,01428 𝑠
Waktu rotor bergerak 30 pada kecepatan 1050 Rpm = = 0.000476 s
30
0,01304 𝑠
Waktu rotor bergerak 30 pada kecepatan 1150 Rpm = = 0.0004348 s
30
0,012 𝑠
Waktu rotor bergerak 30 pada kecepatan 1250 Rpm = = 0.0004 s
30

80
Semua nilai yang didapatkan dari perhitungan merupakan parameter yang
akan dimasukkan kedalam software magnet infolytica untuk mengatur motion
komponen rotor dan pengaturan transient 2D with motion. Seperti yang sudah
dijelaskan pada bab 3. Adapun data-data berdasarkan perhitungan diatas terlihat
pada tabel 3.8.

Tabel 3.8 Pengaturan kecepatan pada software magnet infolytica.

Speed Motion Stop Time Step


(Rpm) (Deg/s) (s) (s)
750 4500 0.02 0.000667
850 5100 0.01764 0.000588
950 5700 0.01578 0.000526
1050 6300 0.01428 0.000476
1150 6900 0.01304 0.000435
1250 7500 0.012 0.0004

3.8 Simulasi cogging


Langkah-langkah untuk mensimulasikan torsi cogging adalah sama seperti
yang dijelaskan sebelumnya bedanya pada simulasi cogging mengabaikan
kecepatan putar rotor. Hal yang pertama yang harus dilakukan yaitu memilih
komponen yang akan diputar selanjutnya pada menu model klik motion komponen.
Atur waktu pergerakan rotor dan seting transient 2d with motion. Adapun langkah-
langkah simulasi coging dapat dilihat pada gambar 3.25.

Gambar 3.25 Pengaturan simulasi torsi cogging.

81
Sebelum mensimulasikan cogging harus mengetahui terlebih dahulu siklus
cogging. Siklus cogging adalah kelipatan persekutuan terkecil atau KPK dari
jumlah slot dan pole pada PMSG yang akan disimulasikan. Pada penelitian ini
PMSG yang dirancang menggunakan kombinasi 24 slot 8 pole. KPK dari 24 dan 8
adalah 24 sehingga saat memutar rotor satu putaran 360 deg maka akan terjadi 24
lendutan cogging. Sehingga untuk satu siklus cogging untuk PMSG 24 slot 16 pole
adalah.
360𝑜
1 siklus cog = = 150
24
Dimana 24 merupakan kelipatan persekutuan terkecil dari 24 dan 8. Satu
siklus cogging diperlukan putaran rotor 15 deg sehingga pada penelitian ini rotor
akan digerakkan per n deg. Berikut merupakan gambar untuk satu siklus cogging.

Gambar 3.26 Siklus cogging PMSG 24 slot 8 pole.


Pada simulasi cogging kecepatan putar rotor di abaikan sehingga tidak pelu
lagi menghitung kecapatan sudut. Yang dibutuhkan adalah step yang diperlukan
untuk menghitung satu gelombang cogging. Seperti terlihat pada gambar bahwa
satu gelombang cogging sama dengan 15 deg. Untuk mendapatkan 30 step maka
rotor akan digerakan per 0,5 deg.

1 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 𝑐𝑜𝑔𝑔𝑖𝑛𝑔 15𝑜


Motion rotor 0,5 deg = = = 0,5 deg
30 30

82
3.9 Solving PMSG 24 slot 8 pole
Untuk mendapatkan nilai keluaran tegangan rancangan PMSG yang sudah
di bahas pada sebelum -sebelumnya selanjutnya yaitu memecahkan masalah dari
rancangan PMSG ataupun proses perhitungan yang dilakukan oleh software magnet
untuk mendaptakan nilai nilai keluaran dari pemodelan PMSG baik itu torsi, fluks
magnet, tegangan, daya keluaran dan lain-lain. Langkah pertama yaitu dengan
meng klik solve pada menu bar. Selanjutnya mengatur parameter di menu solver
option, pada kolom Max. Newton iteration nilai yang dimasukkan yaitu 100 kali.
Setelah itu barulah dilakukan solving seperti terlihat pada gambar 3.27.

Gambar 3.27 Proses solving pemodelan PMSG.


Setelah proses solving selesai maka akan di dapatkan nilai-nilai keluaran
PMSG yang nantinya akan di masukkan kedala MS.Excel untuk dilakukan
perhitungan. Pada penelitian ini hasil keluaran dari simulasi yang didapatkan dari
software magnet infolytica akan di bandingkan nilainya dengan perhitungan
menggunakan rumus. Setelah menyelesaikan langkah-langkah pendesaianan
PMSG maka langkah selanjutnya yaitu mengetahui hasil keluaran PMSG dengan
magnet sejajar dan magnet skew yang akan dibahas pada bab selanjutnya.

3.10 Validasi Pengujian Menggunakan Persamaan Matematis


Dari kurva tegangan yang didapatkan menggunakan perhitungan matematis
ternyata sama dengan kurva hasil keluaran dari software magnet infolytica. Untuk

83
menghitung daya keluaran PMSG dengan posisi magnet sejajar dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut.
1. Kecepatan sudut, ω. Persamaan (2.49)
2𝜋 2𝜋
ω=𝑣. = 750 . = 78,5 rad/s
60 60
2. Mengitung nilai Ke berdasakan kecepatan sudut. 𝐾𝑒 . Persamaan (2.50)
𝑉𝑑𝑐 433,45
𝐾𝑒 = = = 5,52 Volt/rad/s
ω 78,5
3. Menghitung gaya, F. Persamaan (2.72)

F = B . I .L = 0,965 . 5,28 . 96 = 489,25 N

4. Menghitung Torsi, T

T = F . r = 489,25 . 0,148 = 72,4 Nm

5. Menghitung daya input, Pin . Persamaan (2.74)


𝑃𝑖𝑛 = F.r.ω = T. ω
= 489,25 . 0.148 . 78.5
𝑃𝑖𝑛 = 5684,18 Watt

6. Menghitung daya output, Pout . Persamaan (2.52)

𝑃𝑜𝑢𝑡 = V . I = 433,45 . 5,28 = 2288.62 Watt

7. Menghitung efisiensi PMSG magnet sejajar,  Persamaan (2.54)


Pout 2288,62
= x 100% = x 100% = 40,2 %
Pin 5684,18

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan daya input


sebesar 5684,18 Watt dan daya output sebesar 2288,62 Watt. Daya yang didapatkan
dengan perhitungan juga tidak terlalu beda dengan daya yang didapatkan me
ggunakan software.
Pada pemodelan PMSG magnet skew, kurva tegangan yang didapatkan
menggunakan perhitungan matematis ternyata sama dengan kurva hasil keluaran
dari software magnet infolytica. Tegangan keluaran dari generator sinkon magnet
permanen dengan magnet skew adalah 397,76 volt. Titik puncak gelombang

84
tegangan adalah 514,7 volt. Dan waktu yang dibutuhkan untuk satu gelombang
sinusida adalah 20 ms. Bentuk gelombang tegangan keluaran PMSG magnet skew
tidak seperti gelombang keluaran tegangan PMSG magnet sejajar, terdapat
beberapa lekukan yang disebabkan oleh pengaruh posisi peletakan magnet.
Selanjutnya untuk menghitung daya keluaran PMSG dengan posisi magnet sejajar
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

1. Kecepatan sudut, ω. Persamaan (2.49)


2𝜋 2𝜋
ω=𝑣. = 750 . = 78,5 rad/s
60 60
2. Menhitung nilai Ke berdasakan kecepatan sudut. 𝐾𝑒 . Persamaan (2.50)
𝑉𝑑𝑐 397,76
𝐾𝑒 = = = 5,06 Volt/rad/s
ω 78,5
3. Menghitung gaya, F. Persamaan (2.72)

F = B . I .L = 0,78 . 5,05. 96 = 389,18 Nm

4. Menghitung Torsi, T

T = F . r = 389,19 . 0,148 = 57,6 Nm

5. Menghitung daya input, Pin . Persamaan (2.74)

𝑃𝑖𝑛 = F.r.ω = T. ω
= 389,19 . 0.148 . 78.5
𝑃𝑖𝑛 = 4521,6 Watt

6. Menghitung daya output, Pout . Persamaan (2.52)

𝑃𝑜𝑢𝑡 = V . I = 397,78 . 5,05 = 2008,79 Watt

7. Menghitung efisiensi PMSG magnet skew, . Persamaan (2.54)


Pout 2008,79
= x 100% = x 100% = 44,5 %
Pin 4521,6

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan daya input sebesar


4521,6 Watt dan daya output sebesar 2008,79 Watt. Daya yang didapatkan dengan

85
perhitungan juga tidak terlalu beda dengan daya yang didapatkan meggunakan
software.

3.11 Skenario Pengujian


a. Strategi pemilihan rasio mesh
Dengan mempertimbangkan waktu dan tingkat keakurasian perhitungan
memilih ukuran mesh penting untuk dilakukan. Semakin kecil ukuran mesh yang
dipilih untuk setiap komponen generator magnet permanen maka tingkat
keakurasiannya menjadi lebih tingga sehingga data yang didapat menjadi lebih
akurat. Namun membutuhkan simulasi yang sangat lama serta mempengaruhi
kinerja dari laptop yang digunakan.

b. Analisa hasil simulasi pemodelan pmsg


Disini akan dilakukan perbandingan antara analisa struktur rancangan hasil
simulasi mengggunakan software dengan perhitungan secara teoritis meliputi
tegangan antar fasa, torsi generator, daya input, daya output dana efisiensi.

c. Pengujian torsi cogging


Dari PMSG yang telah dimodelkan disini akan melakukan pengujian torsi
cogging dari pemodelan PMSG dengan posisi magnet yang disusun sejajar dengan
torsi cogging dengan posisi peletakan magnet yang disusun secara skew.

d. Pengujian kecepatan putar rotor


Disini akan dilakukan pengujian kecepatan putar rotor untuk mengetahui
kenaikan tegangan berdasarkan cara meletakkan magnet permanen dirotor. Adapun
variasi kecepatan yang akan di uji yaitu rotor diputar dengan kecepatan 750 Rpm,
850 Rpm, 950 Rpm, 1050 Rpm dan 1150 Rpm. Setelah itu menganalisa nilai
keluaran dari PMSG berdasarkan variasi kecepatan putar rotor.

86
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas data atau nilai-nilai keluaran dari PMSG yang
telah dirancang pada bab sebelumnya serta analisa dari pengaruh posisi peletakan
magnet pada rotor. Dimana pada penelitian ini magnet di modelkan dengan posisi
sejajar dan posisi skew. Pada bab ini juga akan membahas pengaruh torsi cogging
dari pemodelan PMSG dengan magnet sejajar dan pemodelan PMSG dengan
magnet skew.
Adapun data-data yang digunakan pada bab ini merupakan hasil dari
keluaran PMSG yang didapat dari software Magnet Infolytica nantinya data-data
tersebut akan dioleh ke dalam MS.Excel untuk di kalkulasikan. Untuk data keluaran
dari software magnet tidak langsung di masukkan pada bab ini. Akan tetapi data
tersebut diolah terlebih dahulu dengan perhitungan menggunakan rumus setelah itu
akan dibandingkan data keluaran dari software dengan perhitungan menggunakan
rumus.
4.1 Hasil Desain Pemodelan PMSG
Pada bab 3 telah dijelaskan tahapan pembuatan model PMSG dengan posisi
peletakan magnet sejajar dan posisi magnet skew menggunakan software magnet
infolytica. Adapun hasil dari pemodelan PMSG seperti terlihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Hasil desain pemodelan PMSG 24 slot 8 pole.

87
4.2 Hasil Keluaran PMSG Posisi Magnet Sejajar Dari Software
Setelah melakukan proses solving menggunakan software magnet dari
pemodelan PMSG posisi magnet sejajar yang diputar dengan kecepatan 750 Rpm,
maka di dapatkan tegangan keluaran seperti terlihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2 Teganan keluaran PMSG magnet sejajar


Tegangan keluaran dari generator sinkon magnet permanen dengan magnet
sejajar adalah 436,34 volt. Jika rotor diputar 1 putaran penuh terdapat empat
gelombang sinusoida dan waktu yang dibutuhkan untuk satu gelombang sinusida
adalah 20 ms. Bentuk gelombang tegangan keluaran PMSG sangat bagus. Adapun
arus yang dihasilkan PMSG magnet sejajar dapa dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Arus keluaran pemodelan PMSG Magnet sejajar.

88
Berdasarkan gambar 4.3 Arus keluaran dari generator sinkon magnet
permanen dengan magnet sejajar yang telah disimulasikan menggunakan software
magnet infolytica adalah 5,28 Ampere. Adapun Kurva torsi keluaran dari
pemodelan PMSG magnet sejajar dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Torsi keluaran pemodelan PMSG Magnet sejajar.


Torsi keluaran dari hasil simulasi yang telah dilakukan yaitu sebesar 72,41
Nm. Berdasarkan data-data dari keluaran PMSG dengan posisi peletakan magnet
sejajar yang telah disebutkan di atas kemudian data tersebut sisatukan dengan cara
data tersebut dicopy dan dipindahkan ke Ms.Word satu persatu untuk setiap
kecepatan per 3 deg sehingga untuk semua keluaran PMSG dengan posisi peletakan
magnet sejajar berdasarkan simulasi yang telah dilakukan melalui software magnet
infolytica dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Nilai keluaran PMSG magnet sejajar dari software magnet.
Output Input Daya
Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0.0000 0 0 0 0 0 0
0.0007 346.75 5.00 30.02 2357.8 1734.7 0.736
0.0013 475.58 4.91 147.31 11570.1 2333.3 0.202
0.0020 552.11 5.23 23.33 1832.7 2889.0 1.576
0.0027 464.03 5.40 100.33 7880.0 2506.6 0.318
0.0033 350.56 5.58 77.41 6080.0 1957.1 0.322

89
0.0040 369.84 5.64 31.47 2472.0 2085.2 0.844
0.0047 439.90 5.44 121.45 9538.8 2391.4 0.251
0.0053 553.24 5.34 16.55 1300.2 2955.1 2.273
0.0060 454.50 5.12 100.59 7900.7 2324.9 0.294
0.0067 356.91 5.03 74.09 5819.4 1796.2 0.309
0.0073 346.75 5.11 28.89 2269.2 1770.6 0.780
0.0080 475.57 5.03 147.59 11591.6 2394.5 0.207
0.0087 552.11 5.32 28.15 2210.5 2938.4 1.329
0.0093 464.04 5.42 102.12 8020.3 2517.2 0.314
0.0100 350.54 5.55 74.74 5870.0 1945.3 0.331
0.0107 369.83 5.57 29.82 2342.4 2059.9 0.879
0.0113 439.89 5.38 122.05 9586.1 2365.7 0.247
0.0120 553.25 5.32 15.16 1190.3 2942.9 2.472
0.0127 454.52 5.13 98.89 7766.8 2331.9 0.300
0.0133 356.92 5.06 76.94 6042.5 1806.5 0.299
0.0140 346.76 5.13 32.05 2517.5 1779.2 0.707
0.0147 475.58 5.04 146.60 11514.3 2398.4 0.208
0.0153 552.10 5.31 24.37 1914.3 2933.8 1.533
0.0160 464.02 5.41 102.51 8050.8 2510.4 0.312
0.0167 350.55 5.54 74.66 5863.9 1941.5 0.331
0.0173 369.83 5.56 28.39 2229.6 2057.5 0.923
0.0180 439.88 5.37 122.56 9625.9 2364.0 0.246
0.0187 553.25 5.32 20.18 1584.8 2943.0 1.857
0.0193 454.53 5.13 100.08 7860.1 2333.1 0.297
0.0200 356.90 5.06 74.02 5813.1 1807.1 0.311
Average 436.34 5.28 72.41 5687.20 2303.81 0.41

Dari pemodelan PMSG dengan cara peletakan magnet sejajar menggunakan


software menghasilkan tegangan output 436,34 volt. Arus 5,3 Amp, daya input
5687,2 watt atau 5,6 KW sedangkan daya output yang dihasilkan pada PMSG
magnet sejajar adalah 2303,81 Watt atau 2,3 KW.

4.3 Hasil Keluaran PMSG Posisi Magnet Skew Dari Software


Hasil tegangan keluaran PMSG dengan posisi peletakan magnet permanen
yang disusun secara skew dari software magnet infolytica yang di solving dengan
rotor yang diputar pada kecepatan 750 Rpm dapat dilihat pada gambar 4.5.

90
Gambar 4.5 Teganan keluaran PMSG magnet skew.
Tegangan keluaran dari generator sinkon magnet permanen dengan magnet
skew adalah 397.19 volt dan waktu yang dibutuhkan untuk satu gelombang sinusida
adalah 20 ms. Bentuk gelombang tegangan keluaran PMSG magnet skew tidak
seperti gelombang keluaran tegangan PMSG magnet sejajar, terdapat beberapa
lekukan yang disebabkan oleh pengaruh posisi peletakan magnet. Adapun arus yang
dihasilkan pada pemodelan PMSG dengan magnet skew terlihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6 Arus keluaran pemodelan PMSG skew.


Arus keluaran dari generator sinkon magnet permanen dengan magnet yang
disusun secara skew yang telah disimulasikan menggunakan software magnet
infolytica adalah 5,05 Ampere. Tampak arus mengalami penurunan dibandingkan
dengan pemodelan PMSG dengan magnet sejajar. Adapun Kurva torsi keluaran dari
pemodelan PMSG magnet sejajar dapat dilihat pada gambar 4.7.

91
Gambar 4.7 Torsi keluaran pemodelan PMSG Magnet skew.
Nilai torsi pemodelan PMSG magnet skew dari hasil simulasi tampak
terlihat pada gambar. Terlihat bahwa kurva karakteristik torsi peletakan magnet
skew menjadi berkurang atau lebih rendah hal ini disebabkan cara peletakan magnet
yang disusun di rotor. Untuk mengambil data torsi PMSG yaitu dengan menyalin
data-data torsi dan memindahkan pada Ms. Excel. Nilai rata-rata torsi per setiap
derajat akan menjadi variabel daya input pada sebeuah generator. Adapun nilai
keluaran dari PMSG magnet skew dari hasil simulasi seperti terlihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Nilai-nilai keluaran PMSG magnet skew.


Output Input Daya
Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0.0000 0 0 0 0 0 0
0.0007 273.53 5.10 48.63 3819.8 1394.6 0.365
0.0013 324.45 5.09 74.60 5858.7 1650.8 0.282
0.0020 455.52 5.16 26.80 2104.6 2351.3 1.117
0.0027 514.67 5.42 74.48 5849.7 2791.6 0.477
0.0033 417.60 5.06 43.00 3377.5 2111.4 0.625
0.0040 273.46 5.20 48.45 3805.1 1422.5 0.374
0.0047 326.39 4.92 76.24 5987.6 1606.9 0.268
0.0053 452.75 4.80 44.12 3465.5 2171.2 0.627
0.0060 518.47 5.00 80.74 6341.7 2593.3 0.409
0.0067 415.02 4.80 59.30 4657.2 1991.7 0.428
0.0073 273.53 5.05 48.63 3819.5 1381.8 0.362
0.0080 324.45 5.07 74.65 5862.7 1644.5 0.280

92
0.0087 455.53 5.17 26.88 2110.8 2353.2 1.115
0.0093 514.69 5.47 74.48 5849.9 2813.6 0.481
0.0100 417.66 5.13 42.92 3370.8 2141.8 0.635
0.0107 273.45 5.24 48.40 3801.4 1433.2 0.377
0.0113 326.37 4.89 76.28 5991.3 1597.2 0.267
0.0120 452.72 4.74 44.22 3472.9 2146.5 0.618
0.0127 518.45 4.96 80.75 6342.1 2570.7 0.405
0.0133 415.02 4.78 59.28 4656.1 1984.5 0.426
0.0140 273.55 5.06 48.61 3817.6 1384.6 0.363
0.0147 324.47 5.12 74.56 5855.8 1660.0 0.283
0.0153 455.55 5.21 26.80 2104.9 2375.1 1.128
0.0160 514.69 5.47 74.53 5853.9 2812.9 0.481
0.0167 417.60 5.07 43.04 3380.7 2117.6 0.626
0.0173 273.44 5.19 48.47 3806.6 1419.0 0.373
0.0180 326.37 4.87 76.29 5991.5 1590.7 0.265
0.0187 452.72 4.75 44.18 3470.0 2149.8 0.620
0.0193 518.47 5.01 80.68 6336.2 2595.2 0.410
0.0200 415.07 4.86 59.16 4646.4 2015.3 0.434
Average 397.19 5.05 57.64 4526.94 2009.09 0.443

Berdasarkan simulasi PMSG magnet skew didapatkan tegangan 397,19


Volt dari sebelumnya 433,45 Volt pada pemodelan PMSG dengan magnet sejajar
terjadi pengurangan tegangan 36,26 volt. Hal ini disebabkan fluks magnet yang
masuk ke gigi stator tidak sempurna dikarenakan posisi magnet yang miring
sehingga terjadi tabarakan fluks dari dua kutub yang berbeda dalam satu gigi stator
dalam waktu bersamaan sehingga medan magnet yang dihasikan menjadi
berkurang.

4.4. Hasil Dan Pembahasan Fluks Magnet Pemodelan PMSG


4.4.1 Hasil Fluks Magnet Dari Pemodelan Pmsg Magnet Sejajar
Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan dan mensolving pemodelan
PMSG magnet sejaja akan terlihat arah fluks magnet yang berada pada stator akibat
induksi dari magnet permanen yang ada pada rotor. Garis-garis medan akan
menyebar ke inti stator dari teeth. Garis-garis medan terus bergerak seiring dengan
perputaran magnet di rotor. Adapun bentuk garis-garis medan hasil dari pemodelan
PMSG magnet sejajar dari software Magnet seperti terlihat pada gambar 4.8.

93
Gambar 4.8 Hasi fluks magnet pemodelan PMSG magnet sejajar.

Dari gambar diatas terlihat bahwa sebaran fluks dimulai dari magnet
permanen pada rotor sebagai pusat kerapatan fluks tertinggi di karenakan magnet
adalah sumber dari fluks terebut. Kemudian fluks mengalir melalui teeth dan masuk
ke inti stator dikarenakan pada bagian teeth tersebut di lilit oleh coil sehingga fluks
masuk melaui teeth kemudian menyebar ke stator dan ini berlangsung secara terus
menerus seiring dengan perputran magnet pada rotor.
Gradasi warna menunjukkan besar medan magnet dititik tersebut. Medan
magnet terbesar ditandai dengan titik merah sampai medan magnet terkecil ditandai
dengan warna putih. Sedangkan garis-garis menunjukkan lintasan fluks magnet.

4.4.2 Hasil Fluks Magnet Dari Pemodelan Pmsg Magnet Sejajar


Setelah melakukan proses solving menggunakan software magnet maka
akan terlihat arah fluks magnet yang berada pada stator akibat induksi dari magnet
permanen yang ada pada rotor Adapun bentuk garis-garis medan pada rancangan
PMSG magnet skew seperti terlihat pada gambar 4.9.

94
Gambar 4.9 Lintasan garis-garis medan magnet pada PMSG magnet skew.
Terlihat bahwa sebaran fluks magnet lebih random atau tidak sebagus
PMSG magnet sejajar. Hal ini dikarenakan posisi peletakan magnet yang dibuat
miring. Pada saat magnet skew berada pada satu garis lulus dengan gigi stator
anggap aja kutub tersebut magnet utara maka garis-garis magnet akan masuk ke
gigi stator melalui celah udara. Akan tetapi dengan seiring berputarnya rotor, pada
saat kutub utara itu akan meninggalkan gigi stator, kutub yang lain (magnet
seleatan) sudah masuk pada gigi stator yang sama. Sehingga dalam satu gigi stator
terdapat dua kutub yang berbeda, akibatnya fluks magnet yang melewati gigi stator
tidak merata seperti terlihat pada gambar.
Gradasi warna menunjukkan besar medan magnet dititik tersebut. Medan
magnet terbesar ditandai dengan titik merah sampai medan magnet terkecil ditandai
dengan warna putih. Sedangkan garis-garis menunjukkan lintasan fluks magnet.
fluks mengalir melalui teeth dan masuk ke inti stator secara continue seiring
pergerakan magnet menyebabkan back EMF, dikarenakan pada bagian gigi stator
terjadi fluks yang berubah-ubah dan gigi stator tersebut di lilit oleh kumparan maka
kumparan tersebut akan timbul tegangan intuksi.

95
4.5 Hasil Simulasi Cogging
Pada simulasi cogging kecepatan putar rotor di abaikan sehingga tidak pelu
lagi menghitung kecapatan sudut. Yang dibutuhkan adalah step yang diperlukan
untuk menghitung satu gelombang cogging. Seperti terlihat pada gambar bahwa
satu gelombang cogging sama dengan 15 deg. Untuk mendapatkan 30 step maka
rotor akan digerakan per 0,5 deg. Adapaun hasil cogging dari pemodelan PMSG
dengan magnet sejajar berdasarkan pemodelan PMSG yang telah disimulasikan
dapat dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.10 Hasil simulasi cogging pemodelan PMSG Magnet sejajar.

Dari hasil simulasi didapatkan Hasil keluaran dari cogging pemodelan


PMSG magnet sejajar sebesar 93,712 Nm. Dimana peak positive 51,19 Nm dan
Peak Negatif -42,51 Nm. Adapun Hasil simulasi cogging pemodelan PMSG magnet
skew yang telah disimulasikan menggunakan software magnet dapat dilihat pada
gambar 4.11.

96
Gambar 4.11 Hasil simulasi cogging pemodelan PMSG Magnet skew.
Dari hasil simulasi didapatkan Hasil keluaran dari cogging pemodelan
PMSG magnet sejajar sebesar 53,85 Nm. Dimana peak positive 23,02 Nm dan Peak
Negatif -30,85 Nm. Adapun data cogging pemodelan PMSG terlihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil cogging pemodelan PMSG.


Cogging Cogging Cogging Cogging
Deg (Nm) (Nm) Deg (Nm) (Nm)
Mech Magnet Magnet Mech Magnet Magnet
Sejajar Skew Sejajar Skew
0 3.95 6.23 7.5 4.42 -24.94
0.5 -5.49 -0.99 8 16.60 -20.31
1 -13.99 -7.99 8.5 27.68 -14.78
1.5 -20.60 -13.41 9 37.12 -9.79
2 -24.94 -16.46 9.5 44.46 -5.05
2.5 -28.88 -18.95 10 49.34 0.97
3 -32.60 -22.57 10.5 51.20 7.32
3.5 -38.03 -26.40 11 50.77 15.14
4 -42.17 -29.33 11.5 47.82 21.02
4.5 -42.52 -30.83 12 43.02 22.90
5 -40.30 -30.24 12.5 38.32 23.02
5.5 -35.55 -28.92 13 33.91 21.46
6 -28.12 -28.94 13.5 28.55 19.06
6.5 -18.40 -28.80 14 21.57 16.21
7 -7.46 -27.51 14.5 13.10 12.04
7.5 4.42 -24.94 15 4.23 5.54

97
Adapun kurva karakteristik pemodelan PMSG dengan magnet sejajar dan
pemodelan PMSG dengan magnet skew berdasarkan data-data diatas seperti terlihat
pada gambar 4.12.

Gambar 4.12 Kurva karaktersitik cogging pemoden PMSG.


Dari hasil simulasi cogging yang telah dilakukan dan berdasarkan data-data
yang telah diperoleh ternyata PMSG dengan magnet skew memiliki torsi cogging
yang lebih kecil dibandingkan dengan PMSG magnet sejajar. Torsi cogging yang
dihasilkan magnet sejajar adalah 93,7 Nm sedang torsi cogging PMSG dengan
magnet skew adalah 53,85 Nm terjadi perbedaan 39 Nm. Adapun data-data hasil
simulasi cogging berdasarkan kurva karakteristik pada gambar 4.12 dapat dilihat
pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil simulasi cogging pemodelan PMSG.
PMSG Magnet Sejajar PMSG Magnet Skew
Peak Positive 51.197 (Nm) 23.019 (Nm)
Peak Negative -42.515 (Nm) -30.834 (Nm)
Cogging Torqe 93.712(Nm) 53.853 (Nm)

4.8 Pembahasan Hasil Peletakan Manet Skew Terhadap Keluaran PMSG


Setelah melakukan simulasi perancangan PMSG dengan cara peletakan
magnet secara sejajar dan pelatakan magnet secara skew dan telah melakukan
perhitungan dari kedua pemodelan tersebut, selanjutnya menganalisa hasil nilai

98
keluaran dari PMSG. Berdasarkan data-data yang sudah ada ternyata magnet
dengan posisi skew memiliki tegangan yg lebih dibandingkan dengan posisi magnet
secara sejajar, hal ini disebabkan besarnya medan magnet dari magnet skew yang
melewati gigi stator tidak sebesar dengan magnet sejajar.
Berdasarkan gambar 4.9 terlihat bahwa garis-garis medan magnet saling
bertabarakan akibat dari dua kutub yang berbeda pada satu gigi stator yang sama
sehingga lintasa fluks magnet tidak beraturan. Akibatnya medan magnet yang
dihasilkan dari magnet skew tidak maksimal. Pada persamaan 2.1 dijelaskan bahwa
tegangan keluaran dipengaruhi oleh kuat medan magnet, kecepatan putar serta
panjang lintasa coil. Adapun perbandingan tegangan keluaran antara PMSG magnet
sejajar dan magnet skew seperti terlihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil tegangan keluaran PMSG magnet sejajar dan skew.
Tegangan Keluaran (Volt) Tegangan Keluaran (Volt)
Time PMSG PMSG Time PMSG PMSG
Magnet Magnet Magnet Magnet
Rotation Rotation
Sejajar Skew Sejajar Skew
0.00133 69.33 205.08 0.0213 44.22 205.08
0.00267 203.56 233.65 0.0227 227.89 233.65
0.004 371.02 270.60 0.024 349.76 270.60
0.00533 430.04 485.59 0.0253 446.18 485.59
0.00667 430.08 344.28 0.0267 446.27 344.28
0.008 370.98 184.94 0.028 349.70 184.94
0.00933 203.57 232.54 0.0293 227.88 232.54
0.01067 69.16 -46.93 0.0307 44.03 -46.93
0.012 -155.81 -259.63 0.032 -136.60 -259.63
0.01333 -276.58 -209.82 0.0333 -301.16 -209.82
0.01467 -425.25 -389.99 0.0347 -412.52 -389.99
0.016 -434.01 -466.14 0.036 -434.00 -466.14
0.01733 -412.53 -223.67 0.0373 -425.27 -223.67
0.01867 -301.15 -225.98 0.0387 -276.56 -225.98
0.02 -136.52 -134.52 0.04 -155.72 -134.52

Adapun kurva karakteristik dari pemodelan PMSG dengan cara meletakan


magnet secara sejajar dan pemodelan PMSG dengan cara peletekan magnet secara
skew seperti terlihat pada gambar 4.13.

99
Gambar 4.13 Kurva karasteristik tegangan PMSG.
Berdasarkan hasil simulasi, pemodelan PMSG magnet skew didapatkan
tegangan 397,19 Volt sedangkan pemodelan PMSG magnet sejajar mempunyai
tegangan keluaran 433,45 Volt.terjadi pengurangan tegangan 36,26 volt. Hal ini
disebabkan fluks magnet yang masuk ke gigi stator tidak sempurna, dikarenakan
posisi magnet skew sehingga terjadi tabarakan fluks dari dua kutub yang berbeda
dalam satu gigi stator dalam waktu yang sama saat rotor diputar sehingga medan
magnet yang dihasilkan tidak sebesar medan magnet dengan posisi magnet sejajar.

4.7 Hasil Keluaran PMSG Terhadap Variasi Kecepatan Putar Rotor


4.7.1 Hasil Simulasi Kecepatan 850 Rpm
Berikut adalah nilai keluaran PMSG pemodelan magnet sejajar dan skew
Setelah memasukkan parameter perhitungan untuk semua variasi kecepetan putar
rotor berdasarkan tabel 3.8 pada bab 3 kedalam software magnet. Adapun nilai
keluaran pemodelan PMSG posisi magnet sejajar terhadap variasi kecepatan
berdasarkan simulasi yang telah dilakukan menggunakan software Magnet terlihat
pada tabel 4.6.

100
Tabel 4.6 Hasil simulasi kecepatan 850 Rpm PMSG Magnet sejajar.

Output Input Daya


Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0 0 0 0 0 0 0
0.0006 392.98 6.76 43.01 3828.2 2656.1 0.694
0.0012 538.99 6.74 160.46 14282.6 3635.3 0.255
0.0018 625.72 6.89 38.56 3432.6 4309.2 1.255
0.0024 525.91 6.82 114.38 10180.8 3585.9 0.352
0.0029 397.30 6.62 89.54 7970.2 2631.3 0.330
0.0035 419.15 6.54 41.36 3681.6 2743.0 0.745
0.0041 498.55 6.30 130.30 11597.8 3141.9 0.271
0.0047 627.01 6.41 25.63 2281.5 4016.5 1.760
0.0053 515.10 6.44 109.91 9783.7 3319.8 0.339
0.0059 404.49 6.55 85.12 7576.6 2649.6 0.350
0.0065 392.98 6.77 40.58 3611.8 2660.0 0.736
0.0071 538.98 6.75 160.11 14251.6 3640.0 0.255
0.0076 625.72 6.89 43.79 3897.7 4312.9 1.107
0.0082 525.91 6.82 117.23 10434.8 3586.7 0.344
0.0088 397.28 6.62 88.26 7856.1 2630.9 0.335
0.0094 419.14 6.54 40.59 3612.9 2741.9 0.759
0.0100 498.55 6.30 130.88 11649.4 3140.5 0.270
0.0106 627.02 6.40 23.29 2072.8 4015.5 1.937
0.0112 515.12 6.45 107.16 9538.6 3320.5 0.348
0.0118 404.51 6.55 87.45 7784.2 2651.1 0.341
0.0124 392.99 6.77 44.05 3920.9 2661.7 0.679
0.0129 539.00 6.76 159.96 14237.9 3641.4 0.256
0.0135 625.71 6.89 40.89 3639.9 4313.0 1.185
0.0141 525.89 6.82 117.85 10489.7 3585.6 0.342
0.0147 397.29 6.62 87.38 7778.1 2630.4 0.338
0.0153 419.14 6.54 37.92 3375.1 2741.6 0.812
0.0159 498.53 6.30 130.52 11618.1 3140.8 0.270
0.0165 627.02 6.41 28.22 2511.6 4016.4 1.599
0.0171 515.13 6.45 109.04 9705.8 3321.1 0.342
0.0176 404.49 6.55 85.91 7646.7 2650.7 0.347

Pada kecepatan 850 Rpm tegangan yang dihasilkan PMSG magnet sejajar
sebesar 494,52 volt, arus 6,6 ampere dan daya output sebesar 3269,7 watt. Adapun
nilai keluaran pemodelan PMSG magnet skew dapat dilihat pada tabel 4.7

101
Tabel 4.7 Hasil simulasi kecepatan 850 Rpm PMSG Magnet skew.

Output Input Daya


Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0 0 0 0 0 0 0
0.0006 363.39 6.12 65.19 5802.3 2224.3 0.383
0.0012 510.19 6.22 96.97 8631.4 3173.3 0.368
0.0018 576.43 6.27 47.04 4186.9 3613.8 0.863
0.0024 467.72 6.58 86.34 7685.0 3077.7 0.400
0.0029 306.28 6.36 51.83 4613.7 1947.0 0.422
0.0035 365.56 6.39 52.97 4715.0 2335.9 0.495
0.0041 507.08 6.13 83.44 7427.3 3106.2 0.418
0.0047 580.68 5.90 48.07 4278.4 3426.9 0.801
0.0053 464.82 6.03 86.40 7690.6 2802.3 0.364
0.0059 306.35 5.87 75.49 6719.9 1799.1 0.268
0.0065 363.38 6.05 65.28 5810.4 2199.8 0.379
0.0071 510.19 6.16 96.90 8625.6 3140.6 0.364
0.0076 576.45 6.23 46.92 4176.2 3593.0 0.860
0.0082 467.77 6.60 86.22 7674.4 3087.7 0.402
0.0088 306.26 6.44 51.67 4599.3 1970.9 0.429
0.0094 365.54 6.46 52.93 4711.3 2362.6 0.501
0.0100 507.05 6.14 83.51 7433.7 3113.3 0.419
0.0106 580.67 5.88 48.26 4295.9 3412.3 0.794
0.0112 464.82 5.98 86.50 7699.7 2780.1 0.361
0.0118 306.37 5.82 75.54 6724.3 1784.3 0.265
0.0124 363.41 6.03 65.24 5807.5 2192.1 0.377
0.0129 510.22 6.19 96.77 8613.7 3158.9 0.367
0.0135 576.45 6.29 46.80 4165.9 3623.9 0.870
0.0141 467.72 6.63 86.26 7678.1 3100.6 0.404
0.0147 306.25 6.41 51.78 4609.3 1963.4 0.426
0.0153 365.53 6.41 52.99 4716.6 2344.6 0.497
0.0159 507.05 6.09 83.54 7435.8 3087.8 0.415
0.0165 580.69 5.85 48.23 4292.7 3395.2 0.791
0.0171 464.88 6.00 86.41 7691.9 2789.0 0.363
0.0176 306.35 5.89 75.39 6710.7 1805.5 0.269

Dari hasil simulasi berdasarkan data dari tabel 4.7 pada pemodelan PMSG
dengan peletakan magnet skew dengan kecepatan 850 Rpm didapatkan daya output

102
sebesar 2747,06 watt dengan arus 6,18 Ampere dan tegangan keluaran sebesar
444,85 volt.

4.7.2 Hasil Simulasi Kecepatan 950 Rpm


Dari hasil simulasi variasi kecepatan putar 950 Rpm yang telah dilakukan
didapatkan nilai-nilai keluaran PMSG. Adapun nilai keluaran PMSG pemodelan
magnet sejajar dengan kecepatan 950 Rpm dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil simulasi kecepatan 950 Rpm PMSG Magnet sejajar.

Output Input Daya


Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0 0 0 0 0 0 0
0.0005 439.21 8.08 50.41 5014.7 3550.8 0.708
0.0011 602.40 8.05 171.40 17051.9 4847.0 0.284
0.0016 699.34 8.23 54.34 5405.7 5753.7 1.064
0.0022 587.78 8.25 130.31 12964.2 4848.5 0.374
0.0027 444.04 8.10 105.32 10477.2 3598.5 0.343
0.0032 468.47 8.08 55.11 5482.9 3783.4 0.690
0.0038 557.20 7.78 141.27 14054.2 4333.6 0.308
0.0043 700.77 7.81 34.55 3437.2 5473.8 1.593
0.0048 575.71 7.78 116.53 11592.5 4479.9 0.386
0.0054 452.08 7.82 91.67 9119.3 3536.0 0.388
0.0059 439.21 8.04 48.47 4821.5 3530.0 0.732
0.0065 602.39 8.02 170.38 16949.6 4829.5 0.285
0.0070 699.33 8.22 58.23 5793.2 5747.6 0.992
0.0075 587.79 8.26 132.27 13158.3 4853.7 0.369
0.0081 444.02 8.12 104.04 10350.2 3604.0 0.348
0.0086 468.45 8.09 54.93 5464.3 3789.7 0.694
0.0091 557.20 7.79 142.63 14189.0 4339.2 0.306
0.0097 700.79 7.82 32.62 3245.6 5477.7 1.688
0.0102 575.72 7.78 113.72 11313.6 4480.8 0.396
0.0108 452.10 7.82 93.45 9296.6 3536.0 0.380
0.0113 439.23 8.03 51.38 5111.5 3529.2 0.690
0.0118 602.41 8.01 170.01 16913.3 4827.9 0.285
0.0124 699.33 8.22 55.58 5529.1 5745.4 1.039
0.0129 587.76 8.25 133.31 13262.0 4851.9 0.366
0.0134 444.02 8.12 103.51 10297.6 3603.4 0.350
0.0140 468.45 8.09 52.16 5188.7 3789.9 0.730

103
0.0145 557.19 7.79 141.80 14106.4 4340.2 0.308
0.0151 700.78 7.82 37.03 3684.2 5480.0 1.487
0.0156 575.73 7.79 115.19 11460.0 4482.7 0.391
0.0161 452.07 7.82 92.01 9153.2 3536.8 0.386

Dari hasil simulasi berdasarkan data dari tabel 4.8 pada pemodelan PMSG
dengan peletakan magnet sejajar dengan kecepatan 950 Rpm didapatkan daya
output sebesar 4419,36 watt dengan arus 7,99 Ampere dan tegangan keluaran
sebesar 552,67 volt. Adapaun nilai keluaran pemodelan PMSG magnet skew pada
kecepatan 950 Rpm dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil simulasi kecepatan 950 Rpm PMSG Magnet skew.

Output Input Daya


Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0 0 0 0 0 0 0
0.0005 402.32 7.00 74.61 7422.8 2814.6 0.379
0.0011 564.85 7.13 110.34 10977.5 4025.4 0.367
0.0016 638.19 7.19 64.49 6415.3 4586.6 0.715
0.0022 517.83 7.59 101.96 10143.4 3931.2 0.388
0.0027 339.09 7.55 68.36 6800.3 2561.5 0.377
0.0032 404.73 7.59 62.33 6200.9 3071.3 0.495
0.0038 561.41 7.42 93.58 9310.0 4163.7 0.447
0.0043 642.90 7.12 58.82 5851.4 4576.6 0.782
0.0048 514.62 7.14 96.10 9560.4 3673.2 0.384
0.0054 339.17 6.93 87.90 8745.1 2349.9 0.269
0.0059 402.32 6.99 74.98 7459.8 2813.1 0.377
0.0065 564.85 7.11 111.13 11056.0 4016.3 0.363
0.0070 638.21 7.17 65.31 6497.5 4575.6 0.704
0.0075 517.89 7.59 102.34 10181.2 3932.8 0.386
0.0081 339.08 7.59 68.58 6822.2 2574.8 0.377
0.0086 404.70 7.64 62.33 6200.8 3091.5 0.499
0.0091 561.37 7.44 93.55 9306.8 4176.7 0.449
0.0097 642.88 7.12 58.73 5842.8 4574.6 0.783
0.0102 514.62 7.11 95.98 9548.6 3660.9 0.383
0.0108 339.20 6.89 87.75 8729.2 2338.0 0.268
0.0113 402.35 6.97 74.90 7451.7 2803.1 0.376
0.0118 564.89 7.12 111.02 11044.4 4023.8 0.364
0.0124 638.21 7.20 65.26 6492.5 4597.0 0.708

104
0.0129 517.83 7.62 102.44 10191.1 3945.3 0.387
0.0134 339.07 7.59 68.76 6840.2 2571.8 0.376
0.0140 404.70 7.61 62.42 6209.7 3079.0 0.496
0.0145 561.38 7.40 93.60 9311.7 4153.3 0.446
0.0151 642.90 7.08 58.77 5846.2 4553.2 0.779
0.0156 514.69 7.11 95.96 9546.1 3660.6 0.383
0.0161 339.18 6.94 87.62 8716.5 2352.3 0.270

Berdasarkan hasil simulasi dari tabel 4.9 pada pemodelan PMSG dengan
peletakan magnet skew dengan kecepatan 950 Rpm didapatkan daya output sebesar
3574,9 watt dengan arus 7,2 Ampere dan tegangan keluaran sebesar 492,5 volt.

4.7.4 Hasil simulasi kecepatan 1050 Rpm


Dari hasil simulasi variasi kecepatan putar 1050 Rpm yang telah dilakukan
didapatkan nilai-nilai keluaran PMSG. Adapun nilai keluaran PMSG pemodelan
magnet sejajar pada kecepatan 1050 Rpm dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil simulasi kecepatan 1050 Rpm PMSG Magnet sejajar.

Output Input Daya


Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0 0 0 0 0 0 0
0.0005 485.45 9.21 56.23 6182.6 4469.0 0.723
0.0010 665.82 9.24 176.97 19459.3 6154.2 0.316
0.0014 772.95 9.38 62.07 6824.6 7248.4 1.062
0.0019 649.65 9.44 139.96 15389.3 6129.6 0.398
0.0024 490.78 9.24 118.71 13052.3 4535.2 0.347
0.0029 517.78 9.24 70.25 7724.3 4785.5 0.620
0.0033 615.86 9.01 155.67 17116.8 5551.3 0.324
0.0038 774.54 9.02 48.51 5333.5 6988.1 1.310
0.0043 636.31 9.00 127.39 14006.9 5729.8 0.409
0.0048 499.67 8.96 100.66 11068.4 4479.1 0.405
0.0052 485.45 9.16 55.40 6091.2 4446.8 0.730
0.0057 665.79 9.17 177.32 19497.3 6107.4 0.313
0.0062 772.95 9.33 67.43 7414.1 7210.4 0.973
0.0067 649.66 9.41 142.88 15711.0 6112.9 0.389
0.0071 490.76 9.25 117.80 12953.2 4538.7 0.350
0.0076 517.77 9.28 69.96 7692.7 4803.3 0.624
0.0081 615.85 9.06 156.84 17245.9 5576.6 0.323

105
0.0086 774.55 9.04 46.13 5072.6 7001.3 1.380
0.0090 636.32 9.00 124.11 13646.9 5726.3 0.420
0.0095 499.69 8.94 101.94 11208.7 4466.0 0.398
0.0100 485.46 9.12 58.02 6379.3 4426.5 0.694
0.0105 665.82 9.13 176.91 19452.2 6078.6 0.312
0.0110 772.94 9.30 65.01 7148.6 7188.3 1.006
0.0114 649.63 9.40 144.30 15867.0 6105.5 0.385
0.0119 490.76 9.25 117.68 12939.9 4541.6 0.351
0.0124 517.76 9.30 67.34 7404.1 4814.2 0.650
0.0129 615.84 9.08 155.77 17128.1 5593.6 0.327
0.0133 774.55 9.06 50.27 5527.9 7017.5 1.269
0.0138 636.34 9.01 125.33 13780.5 5733.6 0.416
0.0143 499.66 8.94 100.38 11037.1 4465.0 0.405

Dari hasil simulasi berdasarkan data dari tabel 4.10 pada pemodelan PMSG
dengan peletakan magnet sejajar dengan kecepatan 1050 Rpm didapatkan daya
output sebesar 5600 watt dengan arus 9,1 Ampere dan tegangan keluaran sebesar
610,8 volt. Adapaun nilai keluaran pemodelan PMSG magnet skew pada kecepatan
1050 Rpm dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil simulasi kecepatan 1050 Rpm PMSG Magnet skew.

Output Input Daya


Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0 0 0 0 0 0 0
0.0005 441.25 8.16 86.26 9484.8 3598.6 0.379
0.0010 619.51 8.18 122.67 13488.6 5068.4 0.376
0.0014 699.95 8.14 74.30 8170.2 5694.6 0.697
0.0019 567.94 8.48 106.79 11742.5 4813.7 0.410
0.0024 371.91 8.50 78.87 8671.7 3160.5 0.364
0.0029 443.90 8.57 73.47 8078.4 3804.6 0.471
0.0033 615.74 8.55 104.97 11542.3 5265.4 0.456
0.0038 705.11 8.34 68.77 7561.4 5882.6 0.778
0.0043 564.42 8.35 101.65 11176.9 4712.3 0.422
0.0048 372.00 8.14 97.64 10736.0 3026.5 0.282
0.0052 441.25 8.09 84.52 9293.8 3570.6 0.384
0.0057 619.52 8.14 122.24 13441.5 5045.6 0.375
0.0062 699.98 8.12 75.66 8319.7 5683.2 0.683
0.0067 568.01 8.50 109.05 11991.1 4825.6 0.402

106
0.0071 371.89 8.56 80.74 8877.7 3184.2 0.359
0.0076 443.87 8.64 73.87 8122.9 3836.1 0.472
0.0081 615.70 8.59 104.46 11486.5 5291.5 0.461
0.0086 705.09 8.35 67.28 7397.4 5886.2 0.796
0.0090 564.42 8.33 100.02 10997.8 4700.3 0.427
0.0095 372.03 8.10 96.03 10559.4 3011.7 0.285
0.0100 441.28 8.06 84.00 9236.8 3554.7 0.385
0.0105 619.55 8.14 122.35 13453.2 5041.9 0.375
0.0110 699.97 8.14 76.49 8410.7 5694.8 0.677
0.0114 567.94 8.51 110.15 12111.9 4835.6 0.399
0.0119 371.88 8.56 82.01 9018.0 3183.7 0.353
0.0124 443.86 8.62 74.50 8191.3 3828.2 0.467
0.0129 615.70 8.57 104.57 11498.6 5273.6 0.459
0.0133 705.12 8.31 66.80 7344.9 5862.1 0.798
0.0138 564.50 8.32 99.27 10914.9 4694.5 0.430
0.0143 372.00 8.12 95.09 10455.7 3020.8 0.289

Berdasarkan hasil simulasi dari tabel 4.11 pada pemodelan PMSG dengan
peletakan magnet skew dengan kecepatan 1050 Rpm didapatkan daya output
sebesar 4501,7 watt dengan arus 8,3 Ampere dan tegangan keluaran sebesar 540,17
volt.

4.7.5 Hasil simulasi kecepatan 1150 Rpm


Dari hasil simulasi variasi kecepatan putar 1150 Rpm yang telah dilakukan
didapatkan nilai-nilai keluaran PMSG. Adapun nilai keluaran PMSG pemodelan
magnet sejajar pada kecepatan 1150 Rpm dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hasil simulasi kecepatan 1150 Rpm PMSG Magnet sejajar.

Output Input Daya


Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0 0 0 0 0 0 0
0.0004 531.68 10.48 69.21 8153.2 5573.0 0.684
0.0009 729.23 10.39 187.29 22065.0 7577.5 0.343
0.0013 846.57 10.43 71.71 8448.6 8830.0 1.045
0.0017 711.52 10.49 148.85 17536.2 7465.2 0.426
0.0022 537.53 10.32 129.72 15282.3 5547.3 0.363
0.0026 567.09 10.42 81.11 9555.8 5906.5 0.618

107
0.0030 674.51 10.30 165.79 19532.0 6948.8 0.356
0.0035 848.30 10.37 59.75 7039.4 8796.0 1.250
0.0039 696.91 10.43 137.45 16193.3 7269.1 0.449
0.0043 547.25 10.36 111.31 13112.9 5671.5 0.433
0.0048 531.68 10.54 64.41 7588.2 5603.0 0.738
0.0052 729.20 10.53 185.40 21841.9 7675.8 0.351
0.0057 846.56 10.58 76.41 9001.3 8957.7 0.995
0.0061 711.53 10.65 152.31 17944.2 7574.6 0.422
0.0065 537.50 10.43 130.56 15381.5 5605.6 0.364
0.0070 567.08 10.48 82.64 9735.5 5940.4 0.610
0.0074 674.50 10.33 168.35 19833.5 6966.8 0.351
0.0078 848.32 10.38 58.28 6865.4 8804.3 1.282
0.0083 696.93 10.41 134.37 15829.8 7254.4 0.458
0.0087 547.28 10.30 112.00 13194.4 5638.1 0.427
0.0091 531.70 10.45 66.31 7812.0 5557.2 0.711
0.0096 729.23 10.44 184.44 21729.0 7614.6 0.350
0.0100 846.55 10.54 73.53 8662.1 8919.2 1.030
0.0104 711.50 10.64 153.57 18091.9 7569.8 0.418
0.0109 537.50 10.45 130.60 15386.0 5616.9 0.365
0.0113 567.07 10.52 80.24 9453.5 5967.8 0.631
0.0117 674.49 10.39 167.36 19716.4 7009.1 0.355
0.0122 848.32 10.45 62.53 7367.2 8861.0 1.203
0.0126 696.94 10.47 135.62 15977.9 7298.8 0.457
0.0130 547.25 10.36 110.54 13022.6 5667.4 0.435
Dari pemodelan PMSG magnet sejajar dengan kecepatan 1150 Rpm
didapatkan daya output sebesar 6989,5 watt dengan arus 10,4 Ampere dan tegangan
keluaran sebesar 669 volt. Adapaun nilai keluaran pemodelan PMSG magnet skew
pada kecepatan 1150 Rpm dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13 Hasil simulasi kecepatan 1150 Rpm PMSG Magnet skew.

Output Input Daya


Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0 0 0 0 0 0 0
0.0004 480.19 9.24 88.28 10400.1 4437.3 0.427
0.0009 674.17 9.31 126.77 14935.2 6275.4 0.420
0.0013 761.71 9.27 81.29 9576.4 7062.2 0.737
0.0017 618.05 9.53 113.67 13391.1 5890.6 0.440

108
0.0022 404.72 9.56 94.93 11183.6 3868.7 0.346
0.0026 483.06 9.59 90.63 10676.5 4634.2 0.434
0.0030 670.07 9.61 121.92 14363.7 6436.7 0.448
0.0035 767.33 9.46 87.65 10326.1 7256.4 0.703
0.0039 614.23 9.44 112.86 13296.5 5799.0 0.436
0.0043 404.82 9.25 111.83 13175.0 3745.2 0.284
0.0048 480.18 9.16 94.36 11116.1 4398.6 0.396
0.0052 674.18 9.20 131.20 15456.5 6199.7 0.401
0.0057 761.74 9.16 82.76 9750.4 6975.0 0.715
0.0061 618.13 9.46 111.51 13137.2 5849.5 0.445
0.0065 404.70 9.57 92.93 10947.9 3871.9 0.354
0.0070 483.03 9.64 90.09 10613.2 4655.6 0.439
0.0074 670.03 9.66 122.43 14423.5 6473.0 0.449
0.0078 767.31 9.50 84.32 9933.7 7291.8 0.734
0.0083 614.22 9.46 108.79 12816.3 5813.4 0.454
0.0087 404.85 9.24 108.75 12812.0 3742.7 0.292
0.0091 480.22 9.14 94.29 11108.4 4390.9 0.395
0.0096 674.22 9.19 132.82 15647.8 6195.4 0.396
0.0100 761.74 9.17 85.03 10017.7 6983.3 0.697
0.0104 618.05 9.47 113.47 13368.0 5854.5 0.438
0.0109 404.69 9.56 95.55 11256.5 3868.4 0.344
0.0113 483.03 9.62 91.86 10822.3 4646.5 0.429
0.0117 670.03 9.64 123.45 14543.9 6456.3 0.444
0.0122 767.33 9.47 85.26 10044.3 7270.0 0.724
0.0126 614.31 9.46 109.06 12848.6 5808.4 0.452
0.0130 404.82 9.27 108.15 12741.1 3753.1 0.295

Berdasarkan hasil simulasi dari tabel 4.13 pada pemodelan PMSG dengan
peletakan magnet skew dengan kecepatan 1150 Rpm didapatkan daya output
sebesar 5530,12 watt dengan arus 9,4 Ampere dan tegangan keluaran sebesar 587,8
volt.

4.7.6 Hasil simulasi kecepatan 1250 Rpm


Dari hasil simulasi variasi kecepatan putar 1250 Rpm yang telah dilakukan
didapatkan nilai-nilai keluaran PMSG. Adapun nilai keluaran PMSG pemodelan
magnet sejajar pada kecepatan 1250 Rpm dapat dilihat pada tabel 4.14.

109
Tabel 4.14 Hasil simulasi kecepatan 1250 Rpm PMSG Magnet sejajar.

Output Input Daya


Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0 0 0 0 0 0 0
0.0004 577.91 11.91 78.23 10240.2 6882.1 0.672
0.0008 792.64 11.80 196.30 25695.6 9351.1 0.364
0.0012 920.18 11.77 82.48 10796.4 10831.0 1.003
0.0016 773.39 11.80 159.92 20934.0 9128.8 0.436
0.0020 584.27 11.57 143.84 18828.9 6762.9 0.359
0.0024 616.40 11.65 94.29 12342.2 7178.2 0.582
0.0028 733.16 11.55 177.04 23174.9 8465.4 0.365
0.0032 922.07 11.64 71.57 9369.0 10730.1 1.145
0.0036 757.51 11.77 147.78 19344.2 8914.5 0.461
0.0040 594.84 11.71 122.56 16043.3 6966.4 0.434
0.0044 577.91 11.93 73.21 9583.6 6892.7 0.719
0.0048 792.61 11.97 192.30 25172.3 9485.4 0.377
0.0052 920.18 12.04 83.76 10963.5 11081.9 1.011
0.0056 773.40 12.15 160.12 20959.2 9398.7 0.448
0.0060 584.24 11.91 141.62 18538.2 6959.9 0.375
0.0064 616.39 11.95 94.06 12312.1 7367.4 0.598
0.0068 733.16 11.81 179.51 23498.4 8656.0 0.368
0.0072 922.09 11.84 71.07 9303.5 10920.6 1.174
0.0076 757.53 11.89 145.86 19093.4 9004.6 0.472
0.0080 594.87 11.74 124.57 16306.6 6982.7 0.428
0.0084 577.93 11.86 76.16 9969.9 6853.8 0.687
0.0088 792.64 11.83 191.82 25108.6 9378.8 0.374
0.0092 920.16 11.89 80.99 10602.0 10943.4 1.032
0.0096 773.37 12.00 161.31 21115.0 9281.0 0.440
0.0100 584.24 11.78 141.45 18515.5 6882.9 0.372
0.0104 616.38 11.85 91.35 11958.2 7305.7 0.611
0.0108 733.14 11.74 178.11 23314.4 8607.9 0.369
0.0112 922.08 11.81 75.03 9821.6 10891.6 1.109
0.0116 757.55 11.90 147.11 19256.9 9013.0 0.468
0.0120 594.83 11.78 123.37 16149.2 7007.4 0.434

Dari pemodelan PMSG magnet sejajar dengan kecepatan 1250 Rpm


didapatkan daya output sebesar 8604,1 watt dengan arus 11,8 Ampere dan tegangan

110
keluaran sebesar 727,2 volt. Adapaun nilai keluaran pemodelan PMSG magnet
skew pada kecepatan 1250 Rpm dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15 Hasil simulasi kecepatan 1250 Rpm PMSG Magnet skew.

Output Input Daya


Time Voltage Current Torque P.in P.out Efficiency
Rotation (V) (A) (Nm) (W) (W)
0 0 0 0 0 0 0
0.0004 519.12 10.18 98.54 12899.4 5284.1 0.410
0.0008 728.84 10.25 136.76 17901.5 7473.6 0.417
0.0012 823.47 10.25 89.99 11779.6 8440.9 0.717
0.0016 668.17 10.49 117.57 15389.4 7007.3 0.455
0.0020 437.54 10.57 105.35 13789.7 4626.9 0.336
0.0024 522.23 10.61 103.22 13510.9 5541.5 0.410
0.0028 724.40 10.68 136.08 17812.2 7733.0 0.434
0.0032 829.55 10.59 104.67 13701.5 8782.5 0.641
0.0036 664.03 10.55 123.66 16187.5 7008.0 0.433
0.0040 437.64 10.39 130.46 17077.8 4549.2 0.266
0.0044 519.12 10.26 111.02 14531.9 5326.2 0.367
0.0048 728.84 10.27 149.28 19540.4 7483.1 0.383
0.0052 823.50 10.20 99.82 13066.1 8403.3 0.643
0.0056 668.25 10.43 120.30 15747.0 6969.9 0.443
0.0060 437.52 10.53 107.90 14124.6 4607.5 0.326
0.0064 522.20 10.58 104.65 13699.0 5526.7 0.403
0.0068 724.35 10.65 136.55 17874.9 7715.1 0.432
0.0072 829.52 10.57 99.36 13006.1 8765.9 0.674
0.0076 664.03 10.54 117.10 15328.6 6997.4 0.456
0.0080 437.68 10.38 122.25 16002.1 4543.3 0.284
0.0084 519.16 10.25 106.26 13909.7 5320.9 0.383
0.0088 728.88 10.28 145.71 19073.9 7490.1 0.393
0.0092 823.50 10.23 97.44 12754.7 8428.4 0.661
0.0096 668.16 10.46 120.06 15716.2 6986.8 0.445
0.0100 437.51 10.54 108.77 14237.5 4610.1 0.324
0.0104 522.19 10.58 105.96 13870.2 5522.7 0.398
0.0108 724.36 10.63 138.10 18077.4 7701.0 0.426
0.0112 829.55 10.54 102.77 13452.8 8741.5 0.650
0.0116 664.12 10.52 119.88 15691.8 6988.0 0.445
0.0120 437.65 10.40 125.43 16418.8 4549.8 0.277

111
Berdassarkan hasil simulasi dari tabel 4.15 pada pemodelan PMSG dengan
peletakan magnet skew dengan kecepatan 1250 Rpm didapatkan daya output
sebesar 7737,48 watt dengan arus 10,44 Ampere dan tegangan keluaran sebesar
635,5 volt.

4.8 Hasil Variasi Kecepatan Terhadap Nilai Keluaran PMSG


Variasi kecepatan putar rotor pada pemodelan PMSG dengan posisi magnet
sejajar dan skew bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai keluaran PMSG dari
kedua pemodelan terhadap nilai keluaran PMSG baik itu arus, tegangan, torsi, daya
input, daya output, dan efisiensi. Berdasarkan hasil simulasi, pengaruh kecepatan
dari PMSG dengan peletakan magnet sejajar dan skew terhadap nilai tegangan
keluaran dapat dilihat pada tabel 4.16.

Tabel 4.16 Nilai keluaran PMSG terhadap kecepatan.


Tegangan (Volt)
kecepatan PMSG Magnet sejajar PMSG magnet skew
750 Rpm 436.34 Volt 397.19 Volt
850 Rpm 494.52 Volt 444.85 Volt
950 Rpm 552.70 Volt 492.51 Volt
1050 Rpm 610.88 Volt 540.18 Volt
1150 Rpm 669.06 Volt 587.84 Volt
1250 Rpm 727.24 Volt 635.50 Volt

Semakin cepat putaran rotor akan berdampak pada tegangan keluaran


PMSG. Berdasarkan data-data pada tabel dapat dilihat pada grafik gambar 4.14.

Gambar 4.14 Grafik tegangan keluaran PMSG terhadap variasi kecepatan.

112
Semakin cepat cepat rotor berputar maka tegangan keluaran dari PMSG
juga akan meningkat seiring dengan meingkatnya kecepatan. Karena tegangan
keluaran PMSG dipengaruhi panjang lintasan coil, kecepatan putar rotor dan besar
medan magnet. sesuai dengan persamaan 2.1 pada landasan teori. Adapun pengaruh
kecepatan terhadap seperti terlihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17 Nilai arus terhadap variasi kecepatan.
Arus (Ampere)
kecepatan PMSG Magnet sejajar PMSG magnet skew
750 Rpm 5,282 A 5,054 A
850 Rpm 6,609 A 6,180 A
950 Rpm 7,995 A 7,264 A
1050 Rpm 9,165 A 8,338 A
1150 Rpm 10,44 A 9,410 A
1250 Rpm 11,83 A 10,44 A

Adapun grafik berdasarkan data arus keluaran PMSG terhadap variasi


kecepatan putar rotor pada pemodelan PMSG Magnet sejajar dan skew seperti
terlihat pada gambar 4.15.

Gambar 4.15 Grafik arus keluaran PMSG terhadap variasi kecepatan.

Berdasarkan hasil simulasi yang terlihat pada tabel 4.17 terlihat bahwa arus
juga berpengaruh terhadap kecepatan. Semakin cepat rotor berputar maka arus juga
ikut meningkat seiring dengan perputaran rotor. Berdasarkan grafik terlihat bahwa
PMSG pemodelan magnet skew memiliki arus keluaran yang lebih rendah

113
dibandingkan dengan pomodelan PMSG magnet sejajar. Adapun untuk pengaruh
torsi terhadap nilai keluaran PMSG dapat dilihat pada tabel 4.18.
Tabel 4.18 Nilai torsi terhadap kecepatan.
Torsi (Nm)
kecepatan PMSG Magnet sejajar PMSG magnet skew
750 Rpm 72.41 57.64
850 Rpm 83.98 69.36
950 Rpm 95.12 82.00
1050 Rpm 105.91 91.48
1150 Rpm 116.39 103.20
1250 Rpm 126.89 116.16

Adapun grafik berdasarkan data torsi keluaran PMSG terhadap variasi


kecepatan putar rotor pada pemodelan PMSG Magnet sejajar dan skew seperti
terlihat pada gambar 4.16.

Gambar 4.16 Grafik nilai torsi terhadap variasi kecepatan.

Torsi juga berpengaruh terhadap kecepatan. Torsi akan meningkat seiring


dengan meningkatnya kecepatan. Terlihat pada grafik torsi pada pemodelan PMSG
dengan cara peletakan magnet skew memiliki torsi yang lebih rendah dibandingkan
dengan pemodelan PMSG dengan magnet sejajar. Akan tetapi perbedaan torsi dari
kedua pemodelan terhadap variasi kecepatan jaraknya tidak terlalu beda jauh
seiring dengan meningkatnya kecepatan. Setelah mengetahui nilai torsi maka
selanjutnya mentehaui perbandingan daya input untuk setiap variasi kecepatan.

114
Adapun pengaruh daya intput terhadap variasi kecepatan pada pemodelan PMSG
magnet sejajar dan skew dapat dilihat pada tabel 4.19.
Tabel 4.19 Nilai daya input terhadap variasi kecepatan.

Daya Input (Watt)


kecepatan PMSG Magnet sejajar PMSG magnet skew
750 Rpm 5687.2 Watt 4526.9 Watt
850 Rpm 7475.0 Watt 6174.1 Watt
950 Rpm 9462.9 Watt 8157.4 Watt
1050 Rpm 11645.2 Watt 10059.2 Watt
1150 Rpm 13711.8 Watt 12157.7 Watt
1250 Rpm 16610.4 Watt 15205.8 Watt

Adapun grafik berdasarkan daya input keluaran PMSG terhadap variasi


kecepatan putar rotor pada pemodelan PMSG Magnet sejajar dan skew berdasarkan
data pada tabel seperti terlihat pada gambar 4.17.

Gambar 4.17 Grafik daya input terhadap variasi kecepatan.

Daya input berpengaruh terhadap variasi kecepatan. Seiring dengan


meningkatnya torsi terhadap kecepatan maka nilai daya input juga akan meningkat.
Hal ini dikarenakan daya output merupakan hasil kali torsi (τ) dan kecepatan sudut
(ω). Daya input meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan. Adapun
pengaruh nilai keluaran daya output terhadap variasi kecepatan pada pemodelan
PMSG magnet sejajar dan skew dapat dilihat pada tabel 4.20.

115
Tabel 4.20 Nilai daya output terhadap variasi kecepatan.
Daya Output (Watt)
kecepatan PMSG Magnet sejajar PMSG magnet skew
750 Rpm 2303.8 Watt 2009.1 Watt
850 Rpm 3269.7 Watt 2747.1 Watt
950 Rpm 4419.4 Watt 3574.9 Watt
1050 Rpm 5600.8 Watt 4501.7 Watt
1150 Rpm 6989.6 Watt 5530.1 Watt
1250 Rpm 8604.2 Watt 6637.5 Watt

Adapun grafik berdasarkan daya input keluaran PMSG terhadap variasi


kecepatan putar rotor pada pemodelan PMSG Magnet sejajar dan skew berdasarkan
data pada tabel seperti terlihat pada gambar 4.18.

Gambar 4.18 Grafik daya output terhadap variasi kecepatan.


Pada pembahasannya sebelumnya variasi kecepatan berpengaruh terhadap
arus dan tegangan keluaran dari PMSG. Arus dan tegangan meningkat seiring
dengan meningkatknya kecepatan sehingga daya output juga akan meningkat
seiring dengan meningkatnya kecepatan. Hal ini dikarenakan daya output
merupakan perkalian antara arus dan tegangan.

116
4.9 Validasi Hasil Pengujian Dan Analisa
4.9.1 Validasi Hasil Pengujian PMSG Magnet sejajar
Perhitungan matematis pada keluaran PMSG dengan magnet sejajar
digunakan sebagai pembanding atau membuktikan keluaran dari software magnet
infolytica. Jika perhitungan dengan menggunakan rumus sama hasilnya atau
mendekati dengan keluaran dari software magnet maka bisa disimpulkan bahwa
desain atau pemodelan PMSG yang telah disimulasikan sudah benar.
Untuk menghitung nilai keluaran tegangan parameter yang dibutuhkan yaitu
perubahan flux lingkage per setiap derajat putaran rotor (dλ) dan perubahan waktu
per setiap derajat putara rotor (dt) yang telah dihitung pada bab sebelumnya.
Adapun perhitungan untuk mendapatkan nilai keluaran dari PMSG meggunakan
MS.Excel. berdasarkan persamaan 2.55 dapat dilihat pada tabel 4.21.

Tabel 4.21 Hasil tegangan 1 coil yang disihitung dangan rumus.

Dt dλ dλ /dt
Time Fluks Lingkage Tegangan Fasa 1 coil
Rotation Fasa U Fasa V Fasa W Fasa U Fasa V Fasa W
0.000667 -0.0907 0.0910 -0.0003 -31.32 -40.59 2.75
0.001333 -0.1116 0.0639 0.0016 -22.15 -48.79 10.66
0.002 -0.1264 0.0314 0.0087 -0.33 -33.72 35.29
0.002667 -0.1266 0.0089 0.0322 23.04 -11.21 46.79
0.003333 -0.1113 0.0014 0.0634 30.57 -2.38 41.44
0.004 -0.0909 -0.0001 0.0910 43.32 -2.91 29.25
0.004667 -0.0620 -0.0021 0.1105 44.69 -10.30 24.14
0.005333 -0.0322 -0.0089 0.1266 35.42 -33.74 -0.41
0.006 -0.0086 -0.0314 0.1263 9.77 -47.04 -22.98
0.006667 -0.0021 -0.0628 0.1110 2.70 -41.92 -30.03
0.007333 -0.0003 -0.0907 0.0910 2.75 -31.32 -40.59
0.008 0.0016 -0.1116 0.0639 10.66 -22.15 -48.79
0.008667 0.0087 -0.1264 0.0314 35.29 -0.33 -33.72
0.009333 0.0322 -0.1266 0.0089 46.79 23.03 -11.21
0.01 0.0634 -0.1113 0.0014 41.44 30.57 -2.38
0.010667 0.0910 -0.0909 -0.0001 29.25 43.32 -2.91
0.011333 0.1105 -0.0620 -0.0021 24.15 44.69 -10.30
0.012 0.1266 -0.0322 -0.0089 -0.41 35.42 -33.74
0.012667 0.1263 -0.0086 -0.0314 -22.98 9.77 -47.04
0.013333 0.1110 -0.0021 -0.0628 -30.03 2.70 -41.92
0.014 0.0910 -0.0003 -0.0907 -40.59 2.75 -31.31

117
0.014667 0.0639 0.0016 -0.1116 -48.79 10.66 -22.15
0.015333 0.0314 0.0087 -0.1264 -33.72 35.29 -0.33
0.016 0.0089 0.0322 -0.1266 -11.21 46.79 23.03
0.016667 0.0014 0.0634 -0.1112 -2.38 41.44 30.57
0.017333 -0.0001 0.0910 -0.0909 -2.91 29.26 43.32
0.018 -0.0021 0.1105 -0.0620 -10.30 24.15 44.69
0.018667 -0.0089 0.1266 -0.0322 -33.74 -0.42 35.42
0.019333 -0.0314 0.1263 -0.0086 -47.04 -22.98 9.77
0.02 -0.0628 0.1110 -0.0021 -41.92 -30.03 2.70

Konviguerasi belitan terdapat 24 coil yang teridiri dari 3 fasa. Untuk satu
fasa melingkupi 8 coil. Pada tabel 4.2 di atas sudah didapatkan tegangan 1 coil
sehingga untuk menghitung tegangan satu fasa, tegangan 1 coil dikali 8. Untuk
menghitung tegangan antar fasa adalah selisih tegangan antar fasa. Adapun hasil
keluaran tegangan yang dihitung menggunakan rumus dapat dilihat pada tabel 4.22.

Tabel 4.22 Hasil tegangan keluaran PMSG dengan persamaan matematis.

Dt (dλ/dt)x8 Fasa n – fasa (n-1)


Time Tegangan 1 Fasa Tegangan Antar Fasa Average
Rotation U V W U-V V-W W-U
0.000667 -250.5 -324.8 22.0 74.2 -346.7 272.5 346.7
0.001333 -177.2 -390.3 85.2 213.1 -475.6 262.4 475.6
0.002 -2.6 -269.8 282.3 267.1 -552.1 285.0 552.1
0.002667 184.3 -89.7 374.3 274.0 -464.0 190.0 464.0
0.003333 244.6 -19.1 331.5 263.6 -350.5 86.9 350.5
0.004 346.6 -23.3 234.0 369.8 -257.3 -112.5 369.8
0.004667 357.5 -82.4 193.1 439.9 -275.5 -164.4 439.9
0.005333 283.4 -269.9 -3.3 553.3 -266.6 -286.7 553.3
0.006 78.2 -376.4 -183.8 454.5 -192.5 -262.0 454.5
0.006667 21.6 -335.3 -240.2 356.9 -95.1 -261.8 356.9
0.007333 22.0 -250.5 -324.8 272.6 74.2 -346.8 346.8
0.008 85.3 -177.2 -390.3 262.4 213.1 -475.6 475.6
0.008667 282.3 -2.6 -269.8 285.0 267.1 -552.1 552.1
0.009333 374.3 184.3 -89.7 190.1 274.0 -464.0 464.0
0.01 331.5 244.6 -19.1 86.9 263.6 -350.6 350.6
0.010667 234.0 346.6 -23.3 -112.5 369.8 -257.3 369.8
0.011333 193.2 357.5 -82.4 -164.3 439.9 -275.6 439.9
0.012 -3.3 283.4 -269.9 -286.7 553.2 -266.6 553.2
0.012667 -183.9 78.2 -376.3 -262.1 454.5 -192.5 454.5
0.013333 -240.2 21.6 -335.3 -261.8 356.9 -95.1 356.9

118
0.014 -324.8 22.0 -250.5 -346.7 272.5 74.2 346.7
0.014667 -390.3 85.3 -177.2 -475.6 262.4 213.2 475.6
0.015333 -269.8 282.3 -2.6 -552.1 285.0 267.1 552.1
0.016 -89.7 374.3 184.2 -464.0 190.1 273.9 464.0
0.016667 -19.1 331.5 244.6 -350.6 86.9 263.6 350.6
0.017333 -23.3 234.1 346.6 -257.3 -112.5 369.8 369.8
0.018 -82.4 193.2 357.5 -275.6 -164.3 439.9 439.9
0.018667 -269.9 -3.3 283.4 -266.6 -286.7 553.2 553.2
0.019333 -376.3 -183.9 78.2 -192.5 -262.0 454.5 454.5
0.02 -335.3 -240.2 21.6 -95.1 -261.8 356.9 356.9

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan daya input


sebesar 5684,18 Watt dan daya output sebesar 2288,62 Watt. Daya yang didaptkan
dengan perhitungan juga tidak terlalu beda dengan daya yang didapatkan me
ggunakan software. Berikut adalah data-data nilai keluaran dari dari pemodelan
PMSG magnet sejajar seperti terlihat pada tabel 4.23.

Tabel 4.23 Hasil pemodelan PMSG magnet sejajar.


Nilai Keluaran PMSG Hasil Perhitungan Hasil Pengujian
Tegangan 433,45 Volt 436,34 Volt
Daya input 5684,18 Watt 5687,2 Watt
Daya output 2288.62 Watt 2303,81 Watt
Efisiensi 40,2 % 40,5 %
Arus 5,28 Amp 5,28 Amp
Kecepatan 750 Rpm 750 Rpm
Frekuensi 50 Hz 50 Hz

Dari tabel 4.23 didaptakan tegangan keluaran PMSG Magnet sejajar 433,45
volt, ternyata nilai yang didapatkan menggunakan persamaan matematika hampir
sama dengan yang didaptkan menggunakan software. Adapun bentuk kurva
tegangan yang didapatkan dari hasil simulasi dengan perhitungan dapat dilihat pada
gambar 4.19.

119
Gambar 4.19 Hasil tegangan keluaran pemodelan PMSG magnet sejajar
Dari gambar 4.5 kurva karakteristik tegangan pemodelan PMSG magnet
sejajar dari hasil pengujian hasil pengujian tegangan keluaran PMSG magnet skew
436,34 volt. Sedangkan dari hasil perhitungan didapatkan tegangan 433,45 volt.
Hanya selisih 2,89 volt atau terjadi kesalahan pengujian sebesar 0,67%. Hal ini
dikarenakan pada software melakukan perhitungan nilai keluaran tegangan
sekaligus hal ini menyababkan terjadinya sedikit galat. namun dengan perhitungan
menggunakan rumus harus dihitung satu-persatu dari flux lingkage, waktu putaran
rotor, tegangan coil, tegangan satu fasa samapai tegangan antar fasa. Adapun
perbandingan daya output dari hasil pengujian dengan perhitungan matematis dapat
dilihat pada gambar 4.20.

Gambar 4.20 Hasil daya output pemodelan PMSG magnet sejajar

120
Dari pemodelan PMSG magnet sejajar berdasarkan hasil pengujian sebesar
2303,81 watt sedangkan dari hasil perhitungan matematis daya yang didapatkan
sebesar 2288,62 watt. perbedaan hanya 15 watt atau terjadi kesalahan pengujian
hanya 0,65% hal ini disebabkan karena tegangan keluaran hasil simulasi mengalami
error yang akibat software melakukan perhitungan langsung selecara menyeluruh
berdasarkan alat ukur yang dipasang pada winsows circuit . Adapun perbandingan
efisiensi dapat dilihat pada gambar 4.21.

Gambar 4.21 Efisiensi pemodelan PMSG magnet sejajar


Efisiensi hasil pengujian dengan hasil yang dihitung dengan menggunakan
persamaan matematis mempunyai hasil yang signifikan. Dari hasil pemodelan
PMSG berdasarkan hasil pengujian didapatkan efisiensi sebesar 40,5%. Adapun
efisiensi yang didaptkan menggunakan persamaan matematis adalah 40,2%. Hanya
terjadi kesalahan pengujian sebesar 0.3% dan itu sudah menjadi toleransi
dikarenakan perbedaan hasil pengujian dengan hasil perhitungan tidak memiliki
perbadaan yang sangat jauh atau eror masih dalam batas wajar.

4.9.2 Validasi Hasil Pengujian Dan Analisa PMSG Magnet Skew


Sama dengan pembahasan sebelumnya pada pemodelan PMSG dengan
peletakan magnet sejajar. Perhitungan matematis pada keluaran PMSG dengan
magnet skew juga digunakan sebagai pembanding atau membuktikan keluaran dari
software magnet infolytica. Jika perhitungan dengan menggunakan rumus sama

121
hasilnya atau mendekati dengan keluaran dari software magnet maka bisa
disimpulkan bahwa desain atau pemodelan PMSG yang telah disimulasikan sudah
benar.
Untuk menghitung nilai keluaran tegangan parameter yang dibutuhkan yaitu
perubahan flux lingkage per setiap derajat putaran rotor (dλ) dan perubahan waktu
per setiap derajat putara rotor (dt) yang telah dihitung pada bab sebelumnya.
Adapun perhitungan untuk mendapatkan nilai keluaran dari PMSG magnet skew
meggunakan MS.Excel. berdasarkan persamaan 2.55 dapat dilihat pada tabel 4.24.

Tabel 4.24 Hasil tegangan 1 coil yang disihitung dangan rumus.

dt dλ dλ/dt
Time Fluks Lingkage Tegangan Fasa 1 coil
Rotation Fasa U Fasa V Fasa W Fasa U Fasa V Fasa W
0.000667 -0.0386 0.1045 -0.0050 -29.41 -3.48 22.47
0.001333 -0.0582 0.1022 0.0100 -27.28 -19.58 6.91
0.002 -0.0764 0.0891 0.0146 -20.20 -38.75 1.81
0.002667 -0.0899 0.0633 0.0158 -13.48 -46.20 10.74
0.003333 -0.0989 0.0325 0.0230 -8.50 -41.03 23.31
0.004 -0.1045 0.0051 0.0385 3.23 -22.66 29.55
0.004667 -0.1024 -0.0100 0.0582 19.94 -6.91 27.27
0.005333 -0.0891 -0.0146 0.0764 39.13 -1.66 20.07
0.006 -0.0630 -0.0157 0.0898 45.63 -10.96 14.06
0.006667 -0.0326 -0.0230 0.0991 41.38 -23.43 8.04
0.007333 -0.0050 -0.0386 0.1045 22.47 -29.41 -3.48
0.008 0.0100 -0.0582 0.1022 6.91 -27.29 -19.58
0.008667 0.0146 -0.0764 0.0891 1.81 -20.21 -38.75
0.009333 0.0158 -0.0899 0.0633 10.74 -13.48 -46.20
0.01 0.0230 -0.0989 0.0325 23.31 -8.50 -41.03
0.010667 0.0385 -0.1045 0.0051 29.55 3.22 -22.65
0.011333 0.0582 -0.1024 -0.0100 27.27 19.94 -6.91
0.012 0.0764 -0.0891 -0.0146 20.07 39.13 -1.66
0.012667 0.0898 -0.0630 -0.0157 14.07 45.63 -10.96
0.013333 0.0991 -0.0326 -0.0230 8.04 41.38 -23.43
0.014 0.1045 -0.0050 -0.0386 -3.49 22.48 -29.41
0.014667 0.1022 0.0100 -0.0582 -19.58 6.91 -27.28
0.015333 0.0891 0.0146 -0.0764 -38.75 1.80 -20.20
0.016 0.0633 0.0158 -0.0899 -46.20 10.74 -13.48
0.016667 0.0325 0.0230 -0.0988 -41.03 23.31 -8.50

122
0.017333 0.0051 0.0385 -0.1045 -22.65 29.55 3.22
0.018 -0.0100 0.0582 -0.1024 -6.91 27.28 19.94
0.018667 -0.0146 0.0764 -0.0891 -1.67 20.07 39.13
0.019333 -0.0157 0.0898 -0.0630 -10.96 14.07 45.63
0.02 -0.0230 0.0991 -0.0326 -23.43 8.04 41.38

PMSG yang dirancang pada penelitian ini menggunakan 24 dan terdapat 24


coil yang teridiri dari 3 fasa. Sehingga untuk satu fasa melingkupi 8 coil. Pada tabel
4.5 di atas sudah didapatkan tegangan 1 coil sehingga untuk menghitung tegangan
satu fasa tegangan 1 coil dikali 8. Sedangkan untuk menghitung tegangan antar fasa
adalah selisih tegangan yang dihasil dari fasa ke fasa. Adapun hasil keluaran
tegangan PMSG yang dihitung menggunakan rumus dapat dilihat pada tabel 4.25.

Tabel 4.25 Hasil tegangan keluaran PMSG dengan persamaan matematis.

dt (dλ/dt) x 8 Fasa n - fasa (n-1)


Time Tegangan 1 Fasa Tegangan Antar Fasa Average
Rotation U V W U-V V-W W-U
0.000667 -235.2 -27.9 179.8 -207.4 -207.6 415.0 415.0
0.001333 -218.3 -156.6 55.3 -61.7 -211.9 273.5 273.5
0.002 -161.6 -310.0 14.4 148.4 -324.4 176.1 324.4
0.002667 -107.8 -369.6 85.9 261.8 -455.5 193.7 455.5
0.003333 -68.0 -328.2 186.5 260.2 -514.7 254.5 514.7
0.004 25.8 -181.3 236.4 207.1 -417.7 210.6 417.7
0.004667 159.6 -55.3 218.2 214.8 -273.4 58.6 273.4
0.005333 313.1 -13.3 160.5 326.4 -173.8 -152.5 326.4
0.006 365.0 -87.7 112.5 452.7 -200.2 -252.5 452.7
0.006667 331.0 -187.4 64.3 518.5 -251.7 -266.7 518.5
0.007333 179.8 -235.2 -27.9 415.0 -207.4 -207.6 415.0
0.008 55.3 -218.3 -156.6 273.5 -61.7 -211.9 273.5
0.008667 14.5 -161.7 -310.0 176.1 148.4 -324.5 324.5
0.009333 85.9 -107.8 -369.6 193.8 261.8 -455.6 455.6
0.01 186.5 -68.0 -328.2 254.5 260.2 -514.7 514.7
0.010667 236.4 25.8 -181.2 210.6 207.0 -417.6 417.6
0.011333 218.2 159.5 -55.3 58.7 214.8 -273.4 273.4
0.012 160.5 313.1 -13.3 -152.5 326.4 -173.8 326.4
0.012667 112.5 365.0 -87.7 -252.5 452.7 -200.2 452.7
0.013333 64.3 331.0 -187.4 -266.7 518.5 -251.7 518.5
0.014 -27.9 179.8 -235.2 -207.7 415.1 -207.3 415.1
0.014667 -156.7 55.3 -218.3 -211.9 273.5 -61.6 273.5
0.015333 -310.0 14.4 -161.6 -324.5 176.1 148.4 324.5

123
0.016 -369.6 85.9 -107.8 -455.5 193.7 261.8 455.5
0.016667 -328.2 186.4 -68.0 -514.7 254.5 260.2 514.7
0.017333 -181.2 236.4 25.8 -417.6 210.6 207.0 417.6
0.018 -55.3 218.2 159.5 -273.5 58.7 214.8 273.5
0.018667 -13.3 160.6 313.1 -173.9 -152.5 326.4 326.4
0.019333 -87.7 112.5 365.0 -200.2 -252.5 452.7 452.7
0.02 -187.5 64.3 331.0 -251.7 -266.7 518.5 518.5
Dari tabel 4.25 didaptakan tegangan keluaran PMSG Magnet sejajar 397,76
volt, ternyata nilai yang didapatkan menggunakan persamaan matematika hampir
sama dengan yang didapatkan menggunakan software yaitu 397,19. Berikut adalah
data-data nilai keluaran dari dari pemodelan PMSG magnet sejajar pada tabel 4.26.
Tabel 4.26 Hasil pemodelan PMSG skew.
Nilai Keluaran PMSG Hasil Perhitungan Hasil Pengujian
Tegangan 397,78 Volt 397,19 Volt
Daya input 4521,6 Watt 4526,9 Watt
Daya output 2008,79 Watt 2009.09 Watt
Torsi 57,6 Nm 57,6 Nm
Efisiensi 44,5 % 44,3 %
Arus 5,05 Amp 5,05 Amp
Kecepatan 750 Rpm 750 Rpm
Frekuensi 50 Hz 50 Hz

Dari tabel 4.26 didaptakan tegangan keluaran PMSG Magnet sejajar 397,76
Adapun perbandingan untuk hasil gelombang keluaran tegangan dari pemodelan
PMSG magnet sejajar yang didapat dengan perhitungan dan pengujian dapat dilihat
pada gambar 4.22.

Gambar 4.22 Hasil tegangan keluaran pemodelan PMSG magnet skew.

124
Dari kurva tegangan yang didapatkan menggunakan perhitungan matematis
yaitu 397,76 volt sedangkan tegangan keluaran dari hasil pengujian sebesar 397,19
terdapat perbedaan tegangan 0,57 volt. kesalahan dari pengujian hanya sebesar
0,14% hal ini disebabkan software melakukan perhitungan secara meluruh pada
proses solving berdasarkan dari alat ukur yang dipasang sehingga terjadi galat
sedangkan pada perhitungan variabel dihitung secara satu-persatu sehingga tidak
ada data yang tertinggal. Bentuk gelombang tegangan keluaran PMSG magnet skew
tidak seperti gelombang keluaran tegangan PMSG magnet sejajar, terdapat
beberapa lekukan yang disebabkan oleh pengaruh posisi peletakan magnet. Adapun
daya output dari PMSG magnet skew terlihat pada gambar 4.23.

Gambar 4.23 Daya output pemodelan PMSG magnet skew


Berdasarkan gambar di atas daya keluaran dari pemodelan PMSG magnet
skew berdasarkan hasil pengujian sebesar 2009,09 watt sedangkan dari hasil
perhitungan matematis daya yang didapatkan sebesar 2008,79 watt. perbedaan
hanya 0,3 watt terjadi kesalahan pengujian hanya 0,15%.
Hal ini dikarenakan tegangan yang dihasilkan dari software sedikit berbeda
dengan tegangan hasil perhitungan. Namun perbadaan tersebut tidak terlalu besar
hanya berbeda 0,57 volt atau eror 0.14% sehingga mempengaruhi daya output.
Akan tetapi dengan eror dibawah 1% dapat disimpulkan bahwa hasil simulasi sudah
valid. Adapun perbandingan efisiensi dapat dilihat pada gambar 4.24.

125
Gambar 4.24 Efisiensi pemodelan PMSG magnet skew.
Dikarenakan perbedaan tegangan keluaran dan daya yang dihasilkan dari
pengujian dan perhitungan menggunakan rumus tidak terlalu jauh atau bisa dibilang
sama maka efisiensi juga tidak terlalu berbeda. Efisiensi yang dihasilkan melalui
perhitungan matematis sebesar 40,5% sedangkan efisiensi hasil pengujian sebesar
40,3% terdapaatn perbedaan 0,2% dan ini sudah termasuk toleransi dan bisa
disimpulkan bahwa pengujian yang dilakukan sudah valid.

4.9.3 Perbandingan Hasil Nilai-Nilai Keluaran PMSG


Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada pembahasan
sebelumnya serta perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil nilai-nilai
keluaran PMSG dapat dilihat pada tabel 4.27 berikut.
Tabel 4.27 Tabel Hasil nilai keluaran PMSG
PMSG Magnet Sejajar PMSG Magnet Skew
Nilai Keluaran
PMSG Hasil Hasil Hasil Hasil
Pengujian Perhitungan Pengujian Perhitungan
Tegangan 436,34 Volt 433,45 Volt 397,19 Volt 397,78 Volt
Daya Output 2303,81 Watt 2288.62 Watt 2009,09 Watt 2008,79 Watt
Efisiensi 40,5 % 40,2 % 44,3% 44,5 %

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwasannya nilai-nilai keluaran baik itu


tegangan, daya dan efisiensi dari generator sinkron magnet permanen dengan posisi
magnet skew memiliki kaluaran yang lebih kecil di bandingan dengan generator

126
sinkron magnet permanen dengan posisi magnet sejajar. Untuk perbandingan
tegangan keluaran PMSG dapat dilihat pada kurva blok diagram pada gambar 4.25

Gambar 4.25 Tegangan keluaran PMSG magnet sejajar dan skew.


Berdasarkan blok diagram pada gambar 4.25 di atas terlihat bahwa tegangan
keluaran PMSG dengan magnet skew itu lebih kecil daripada PMSG dengan magnet
sejajar. Dari hasil pengujian PMSG magnet sejajar memiliki keluaran tegangan
436,34 volt sedangkan hasil pengujian PMSG magnet skew memiliki keluaran
tegangan 397,19 volt, terjadi selisih tegangan 39,15 volt. Sedangkan untuk hasil
perhitungan matematis PMSG magnet sejajar menghasilkan tegangan 433,45 volt
sedangkan hasil perhitungan matematis PMSG dengan magnet skew 397,78 volt.
Terjadi selisih tegangan 35,67 volt.
Hal tersebut terjadi karena medan magnet yang dihasilkan dari magnet skew
yang masuk ke gigi stator itu tidak sempurna dikarenakan posisi magnet miring
sehingga pada saat rotor itu diputar terjadi dua kutub yang berbeda pada satu gigi
stator yang sama akibatnya terjadi tabrakan fluks dari dua kutub yang berbeda
sehingga medan magnet menjadi lebih kecil akibatnya tegangan juga akan menjadi
lebih kecil. Adapun untuk daya yang dihasilkan dari pemodelan PMSG untuk
magnet sejajar dengan PMSG magnet skew dapat dilihat pada blok diagram pada
gmabar 4.26

127
Gambar 4.26 Daya output PMSG magnet sejajar dan skew.

Berdasarkan blok diagram pada gambar 4.26 di atas terlihat daya yang
dihasilkan dari PMSG dengan magnet skew itu lebih kecil daripada daya yang
dihasilkam PMSG dengan magnet sejajar. Dari hasil pengujian PMSG magnet
sejajar memiliki daya 2303,81 watt sedangkan hasil pengujian PMSG magnet skew
memiliki keluaran tegangan 2009,09 watt, terjadi perbedaan daya 294,72 watt.
Sedangkan untuk hasil perhitungan matematis PMSG magnet sejajar menghasilkan
daya 2288,62 watt sedangkan hasil perhitungan matematis PMSG dengan magnet
skew menghasilkan 2008,79 watt. Adapun efisiensi yang dihasilkan dari generator
magnet sejajar dan magnet skew dapat dilihat pada diagram blok pada gambar 2.27.

Gambar 4.27 Efisiensi PMSG magnet sejajar dan skew.

128
Berdasarkan gambar diagram blok pada gambar di atas terlihat bahwa
efisiensi dari PMSG dengan magnet sejajar dari hasil pengujian sebesar 40,5%
sedangkan efisiensi dari PMSG dengan magnet skew dari hasil pengujian sebesar
44,3% memiliki perbedaan sebesar 3,8%. Sedangkan untuk efisiensi dari hasil
perhitungan matematis PMSG magnet sejajar menghasilkan 40,2% sedangkan
efisiensi dari hasil perhitungan matematis PMSG dengan magnet skew adalah
44,5%, memiliki perbedaan efisiensi sebesar 4,3%.

129
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan simulasi pengaruh posisi peletakan
magnet permanen dirotor secara sejajar dan skew terhadap kinerja generator sinkron
magnet permanen dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tegangan keluaran dan daya yang dihasilkan dari PMSG dengan peletakan
magnet skew lebih kecil.
2. Posisi peletakan magnet mempengaruhi torsi cogging. Pada pemodelan
PMSG dengan cara peletakan magnet secara skew memiliki torsi cogging
yang lebih kecil dibanding pemodelan PMSG magnet sejajar
3. Perubahan tegangan keluaran PMSG magnet skew terhadap kecepatan putar
rotor lebih kecil dari pada posisi magnet sejajar.

5.2 Saran
Dalam penyempurnaan dan pengembangan berdasarkan penelitian ini,
langkah selanjutnya yang sebaiknya dilakukan adalah :
1. Dalam pembuatan prototype, jika ingin mengurangi torsi cogging dapat
memodelkan posisi magnet secara skew
2. Melakukan analisa lebih lanjut terkait nilai keluaran PMSG jika peletakan
magnet permanen dirotor menggunakan metode surface mounted.

130
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Stephen J (1999), "Electric Machinery Fundamental", Fifth Edition Mc


Graw Hill Companies, New York. .
Hamdi, Essam S. (1994). Design of Small Electrical Machines. Dean of
Engineering and Environmental Design, University of Wales, College of
Cardiff, UK.
Hanselman, D. (2006). Brushless Permanent Magnet Motor Design. Magna Physics
Publishing.
Hendershot JR, and Tje Miller. (1994). Design of Brushless Permanent-Magnet
Motor. Magna Physics Publishing.
Kenjo, T. and Nagamori, S. (1985). Permanent-Magnet and Brushless DC Motor.
Oxford Scine Publication.
Pramono, G. E., Muliawati, F. and Kuniawan, N. F. (2017). Desain Dan Uji Kinerja
Generator AC Fluks Radial Menggunakan 12 Buah Magnet Permanen Tipe
Neodymium (NdFeB) Sebagai Pembangkit Listrik, JUTEKS, 4, pp. 34–40.
Pujowidodo, H. et al. (2009). ‘Pengembangan Generator Mini Dengan
Menggunakan Magnet Permanen’, pp. 1–9.
Putra, A. E. (2014). Perancangan Dan Pembuatan Generator Fluks Radial Satu
Fasa Menggunakan Lilitan Kawat Sepeda Motor Dengan Variasi Diameter
Kawat. Universitas Bengkulu.
Razi, Muhammad Fakhrur (2019). Simulasi Permanent Magnet Synchronous
Generator 12 Slot 8 Pole Dengan Variasi Lebar Teeth Dan Jumlah Lilitan
Terhadap Tegangan Di Pt. Lentera Bumi Nusantara, Politeknik Negeri
Padang
Strous, I. T. D. (2010). Design of a permanent magnet radial flux concentrated coil
generator for a range extender application, Electrical Energy Conversion,
Delft University of Technology.
T.J.E Miller (1989). Bruhless permanent magnet and reluctance motor drive.
Oxford.

131
LAMPIRAN

Lampiran A
1. Flux lingkage pemodelan PMSG magnet sejajar dari software Magnet
2. Flux lingkage pemodelan PMSG magnet skew dari software magnet
Lampiran B

1. Keluaran tegangan PMSG magnet sejajar pada kecepatan 850 rpm.


Time Tegangan 1 Fasa Tegangan Antar Fasa Average
Rotation U V W U-V V-W W-U
0.0000 -283.9 -368.1 24.9 84.1 -393.0 308.9 393.0
0.0006 -200.8 -442.4 96.6 241.6 -539.0 297.4 539.0
0.0012 -3.0 -305.7 320.0 302.8 -625.7 323.0 625.7
0.0018 208.9 -101.7 424.2 310.5 -525.9 215.4 525.9
0.0024 277.2 -21.6 375.7 298.8 -397.3 98.5 397.3
0.0029 392.8 -26.4 265.2 419.1 -291.6 -127.5 419.1
0.0035 405.2 -93.4 218.9 498.5 -312.3 -186.3 498.5
0.0041 321.1 -305.9 -3.8 627.0 -302.1 -324.9 627.0
0.0047 88.6 -426.5 -208.4 515.1 -218.2 -296.9 515.1
0.0053 24.5 -380.0 -272.2 404.5 -107.8 -296.7 404.5
0.0059 24.9 -284.0 -368.1 308.9 84.1 -393.0 393.0
0.0065 96.6 -200.8 -442.4 297.4 241.6 -539.0 539.0
0.0071 320.0 -3.0 -305.7 322.9 302.8 -625.7 625.7
0.0076 424.2 208.8 -101.6 215.4 310.5 -525.9 525.9
0.0082 375.7 277.2 -21.6 98.5 298.8 -397.3 397.3
0.0088 265.2 392.8 -26.4 -127.5 419.1 -291.6 419.1
0.0094 218.9 405.2 -93.4 -186.2 498.5 -312.3 498.5
0.0100 -3.8 321.1 -305.9 -324.9 627.0 -302.1 627.0
0.0106 -208.4 88.6 -426.5 -297.0 515.1 -218.1 515.1
0.0112 -272.3 24.4 -380.0 -296.7 404.5 -107.8 404.5
0.0118 -368.1 24.9 -283.9 -393.0 308.8 84.1 393.0
0.0124 -442.4 96.6 -200.8 -539.0 297.4 241.6 539.0
0.0129 -305.7 320.0 -3.0 -625.7 323.0 302.8 625.7
0.0135 -101.6 424.3 208.8 -525.9 215.4 310.5 525.9
0.0141 -21.6 375.7 277.2 -397.3 98.5 298.8 397.3
0.0147 -26.4 265.3 392.8 -291.6 -127.5 419.2 419.2
0.0153 -93.4 218.9 405.2 -312.3 -186.2 498.6 498.6
0.0159 -305.9 -3.8 321.1 -302.1 -324.9 627.0 627.0
0.0165 -426.5 -208.4 88.6 -218.2 -297.0 515.1 515.1
0.0171 -380.0 -272.3 24.5 -107.8 -296.7 404.5 404.5
0.0176 -283.9 -368.1 24.9 84.1 -393.0 308.9 393.0
2. Keluaran tegangan PMSG magnet sejajar pada kecepatan 950 rpm.

Time Tegangan 1 Fasa Tegangan Antar Fasa Average


Rotation U V W U-V V-W W-U
0.0000 -317.3 -411.4 27.9 94.0 -439.2 345.2 439.2
0.0005 -224.4 -494.4 108.0 270.0 -602.4 332.4 602.4
0.0011 -3.3 -341.7 357.6 338.4 -699.3 360.9 699.3
0.0016 233.4 -113.6 474.2 347.1 -587.8 240.7 587.8
0.0021 309.8 -24.1 419.9 333.9 -444.0 110.1 444.0
0.0026 439.0 -29.5 296.4 468.5 -325.9 -142.6 468.5
0.0032 452.8 -104.4 244.6 557.2 -349.0 -208.2 557.2
0.0037 358.9 -341.9 -4.2 700.8 -337.7 -363.1 700.8
0.0042 99.0 -476.7 -232.9 575.7 -243.9 -331.9 575.7
0.0047 27.3 -424.8 -304.3 452.1 -120.5 -331.6 452.1
0.0053 27.9 -317.4 -411.4 345.2 94.0 -439.2 439.2
0.0058 108.0 -224.4 -494.4 332.4 270.0 -602.4 602.4
0.0063 357.6 -3.3 -341.7 360.9 338.4 -699.3 699.3
0.0068 474.2 233.4 -113.6 240.7 347.0 -587.8 587.8
0.0074 419.9 309.8 -24.1 110.1 333.9 -444.0 444.0
0.0079 296.4 439.0 -29.5 -142.5 468.4 -325.9 468.4
0.0084 244.7 452.8 -104.4 -208.1 557.2 -349.0 557.2
0.0089 -4.2 358.9 -341.9 -363.1 700.8 -337.7 700.8
0.0095 -232.9 99.0 -476.7 -331.9 575.7 -243.8 575.7
0.0100 -304.3 27.3 -424.8 -331.6 452.1 -120.5 452.1
0.0105 -411.4 27.9 -317.3 -439.2 345.2 94.0 439.2
0.0111 -494.4 108.0 -224.4 -602.4 332.4 270.0 602.4
0.0116 -341.7 357.6 -3.3 -699.3 361.0 338.4 699.3
0.0121 -113.6 474.2 233.4 -587.8 240.8 347.0 587.8
0.0126 -24.2 419.9 309.8 -444.0 110.1 333.9 444.0
0.0132 -29.5 296.5 439.0 -326.0 -142.5 468.5 468.5
0.0137 -104.4 244.7 452.8 -349.1 -208.1 557.2 557.2
0.0142 -341.9 -4.2 358.9 -337.7 -363.1 700.8 700.8
0.0147 -476.7 -232.9 99.0 -243.8 -331.9 575.7 575.7
0.0153 -424.8 -304.3 27.3 -120.5 -331.6 452.1 452.1
0.0158 -317.3 -411.4 27.9 94.0 -439.2 345.2 439.2
3. Keluaran tegangan PMSG magnet sejajar pada kecepatan 1050 rpm.

Time Tegangan 1 Fasa Tegangan Antar Fasa Average


Rotation U V W U-V V-W W-U
0.0000 -350.7 -454.7 30.8 103.9 -485.4 381.5 485.4
0.0005 -248.1 -546.4 119.3 298.4 -665.8 367.4 665.8
0.0010 -3.7 -377.7 395.3 374.0 -772.9 398.9 772.9
0.0014 258.0 -125.6 524.1 383.6 -649.7 266.1 649.7
0.0019 342.4 -26.7 464.1 369.1 -490.8 121.7 490.8
0.0024 485.2 -32.6 327.6 517.8 -360.2 -157.6 517.8
0.0029 500.5 -115.4 270.4 615.9 -385.7 -230.1 615.9
0.0033 396.7 -377.9 -4.6 774.6 -373.2 -401.3 774.6
0.0038 109.4 -526.9 -257.4 636.3 -269.5 -366.8 636.3
0.0043 30.2 -469.5 -336.3 499.7 -133.2 -366.5 499.7
0.0048 30.8 -350.8 -454.7 381.6 103.9 -485.5 485.5
0.0052 119.4 -248.1 -546.4 367.4 298.4 -665.8 665.8
0.0057 395.3 -3.7 -377.7 398.9 374.0 -772.9 772.9
0.0062 524.1 258.0 -125.6 266.1 383.5 -649.6 649.6
0.0067 464.1 342.4 -26.7 121.7 369.1 -490.8 490.8
0.0071 327.6 485.2 -32.6 -157.5 517.8 -360.2 517.8
0.0076 270.4 500.5 -115.4 -230.1 615.8 -385.8 615.8
0.0081 -4.6 396.7 -377.8 -401.4 774.5 -373.2 774.5
0.0086 -257.4 109.4 -526.9 -366.9 636.3 -269.5 636.3
0.0090 -336.3 30.2 -469.5 -366.5 499.7 -133.1 499.7
0.0095 -454.7 30.8 -350.7 -485.4 381.5 103.9 485.4
0.0100 -546.5 119.4 -248.0 -665.8 367.4 298.4 665.8
0.0105 -377.7 395.3 -3.7 -773.0 399.0 374.0 773.0
0.0110 -125.6 524.1 257.9 -649.6 266.1 383.5 649.6
0.0114 -26.7 464.1 342.4 -490.8 121.7 369.1 490.8
0.0119 -32.6 327.7 485.2 -360.3 -157.5 517.8 517.8
0.0124 -115.4 270.4 500.5 -385.8 -230.1 615.9 615.9
0.0129 -377.8 -4.7 396.7 -373.2 -401.3 774.5 774.5
0.0133 -526.9 -257.4 109.4 -269.5 -366.8 636.3 636.3
0.0138 -469.5 -336.3 30.2 -133.1 -366.5 499.7 499.7
0.0143 -350.7 -454.7 30.8 103.9 -485.4 381.5 485.4
4. Keluaran tegangan PMSG magnet sejajar pada kecepatan 1150 rpm.

Time Tegangan 1 Fasa Tegangan Antar Fasa Average


Rotation U V W U-V V-W W-U
0.0000 -384.1 -498.0 33.7 113.8 -531.7 417.9 531.7
0.0004 -271.7 -598.5 130.7 326.8 -729.2 402.4 729.2
0.0009 -4.0 -413.7 432.9 409.6 -846.6 436.9 846.6
0.0013 282.6 -137.6 574.0 420.1 -711.5 291.4 711.5
0.0017 375.0 -29.2 508.3 404.2 -537.5 133.3 537.5
0.0022 531.4 -35.7 358.8 567.1 -394.5 -172.6 567.1
0.0026 548.2 -126.3 296.1 674.5 -422.5 -252.0 674.5
0.0030 434.5 -413.8 -5.1 848.3 -408.8 -439.6 848.3
0.0035 119.8 -577.1 -281.9 696.9 -295.2 -401.7 696.9
0.0039 33.1 -514.2 -368.3 547.3 -145.8 -401.4 547.3
0.0043 33.7 -384.2 -498.0 417.9 113.8 -531.7 531.7
0.0048 130.7 -271.7 -598.5 402.4 326.8 -729.2 729.2
0.0052 432.9 -4.0 -413.6 436.9 409.6 -846.6 846.6
0.0057 574.0 282.5 -137.5 291.4 420.1 -711.5 711.5
0.0061 508.3 375.0 -29.2 133.3 404.2 -537.5 537.5
0.0065 358.8 531.4 -35.7 -172.5 567.1 -394.5 567.1
0.0070 296.2 548.2 -126.3 -252.0 674.5 -422.5 674.5
0.0074 -5.1 434.5 -413.8 -439.6 848.3 -408.7 848.3
0.0078 -281.9 119.9 -577.1 -401.8 696.9 -295.1 696.9
0.0083 -368.4 33.1 -514.2 -401.4 547.2 -145.8 547.2
0.0087 -498.0 33.7 -384.1 -531.7 417.9 113.8 531.7
0.0091 -598.5 130.7 -271.6 -729.2 402.4 326.9 729.2
0.0096 -413.7 432.9 -4.0 -846.6 436.9 409.6 846.6
0.0100 -137.5 574.0 282.5 -711.5 291.5 420.0 711.5
0.0104 -29.2 508.3 375.0 -537.5 133.3 404.2 537.5
0.0109 -35.7 358.9 531.4 -394.6 -172.5 567.1 567.1
0.0113 -126.4 296.2 548.2 -422.5 -252.0 674.5 674.5
0.0117 -413.8 -5.1 434.5 -408.7 -439.6 848.3 848.3
0.0122 -577.1 -281.9 119.8 -295.1 -401.8 696.9 696.9
0.0126 -514.2 -368.4 33.1 -145.8 -401.4 547.3 547.3
0.0130 -384.1 -498.0 33.7 113.8 -531.7 417.9 531.7
5. Keluaran tegangan PMSG magnet sejajar pada kecepatan 1250 rpm.

Time Tegangan 1 Fasa Tegangan Antar Fasa Average


Rotation U V W U-V V-W W-U
0.0000 -417.5 -541.3 36.7 123.7 -577.9 454.2 577.9
0.0004 -295.3 -650.5 142.1 355.2 -792.6 437.4 792.6
0.0008 -4.4 -449.6 470.5 445.2 -920.2 474.9 920.2
0.0012 307.1 -149.5 623.9 456.7 -773.4 316.7 773.4
0.0016 407.6 -31.8 552.5 439.4 -584.2 144.8 584.2
0.0020 577.6 -38.8 390.0 616.4 -428.8 -187.6 616.4
0.0024 595.8 -137.3 321.9 733.2 -459.2 -273.9 733.2
0.0028 472.3 -449.8 -5.5 922.1 -444.3 -477.8 922.1
0.0032 130.3 -627.3 -306.4 757.5 -320.9 -436.7 757.5
0.0036 36.0 -558.9 -400.4 594.9 -158.5 -436.3 594.9
0.0040 36.7 -417.6 -541.3 454.3 123.7 -577.9 577.9
0.0044 142.1 -295.3 -650.5 437.4 355.2 -792.6 792.6
0.0048 470.6 -4.4 -449.6 474.9 445.2 -920.2 920.2
0.0052 623.9 307.1 -149.5 316.8 456.6 -773.4 773.4
0.0056 552.5 407.6 -31.8 144.9 439.4 -584.2 584.2
0.0060 390.1 577.6 -38.8 -187.5 616.4 -428.8 616.4
0.0064 321.9 595.8 -137.3 -273.9 733.1 -459.3 733.1
0.0068 -5.5 472.3 -449.8 -477.8 922.1 -444.3 922.1
0.0072 -306.5 130.3 -627.2 -436.8 757.5 -320.8 757.5
0.0076 -400.4 35.9 -558.9 -436.3 594.8 -158.5 594.8
0.0080 -541.3 36.7 -417.5 -577.9 454.2 123.7 577.9
0.0084 -650.6 142.1 -295.3 -792.6 437.4 355.3 792.6
0.0088 -449.6 470.6 -4.4 -920.2 474.9 445.2 920.2
0.0092 -149.5 623.9 307.1 -773.4 316.8 456.6 773.4
0.0096 -31.8 552.5 407.6 -584.3 144.9 439.4 584.3
0.0100 -38.8 390.1 577.6 -428.9 -187.5 616.4 616.4
0.0104 -137.3 321.9 595.8 -459.3 -273.9 733.2 733.2
0.0108 -449.8 -5.5 472.3 -444.3 -477.8 922.1 922.1
0.0112 -627.2 -306.4 130.3 -320.8 -436.7 757.5 757.5
0.0116 -558.9 -400.4 36.0 -158.5 -436.3 594.8 594.8
0.0120 -417.5 -541.3 36.7 123.7 -577.9 454.2 577.9
Lampiran C

1. Keluaran tegangan PMSG magnet skew pada kecepatan 850 rpm.

Time Tegangan 1 Fasa Tegangan Antar Fasa Average


Rotation U V W U-V V-W W-U
0.0000 -263.5 -31.2 201.3 -232.3 -232.6 464.8 464.8
0.0006 -244.5 -175.4 61.9 -69.1 -237.3 306.3 306.3
0.0012 -181.0 -347.2 16.2 166.2 -363.4 197.2 363.4
0.0018 -120.7 -413.9 96.2 293.2 -510.2 217.0 510.2
0.0024 -76.2 -367.6 208.8 291.4 -576.5 285.0 576.5
0.0029 28.9 -203.0 264.8 231.9 -467.8 235.8 467.8
0.0035 178.7 -61.9 244.4 240.6 -306.3 65.7 306.3
0.0041 350.6 -14.9 179.8 365.5 -194.7 -170.8 365.5
0.0047 408.8 -98.2 126.0 507.0 -224.2 -282.8 507.0
0.0053 370.7 -209.9 72.0 580.7 -281.9 -298.7 580.7
0.0059 201.3 -263.5 -31.2 464.8 -232.3 -232.6 464.8
0.0065 61.9 -244.5 -175.4 306.4 -69.1 -237.3 306.4
0.0071 16.2 -181.0 -347.2 197.3 166.2 -363.4 363.4
0.0076 96.3 -120.7 -414.0 217.0 293.2 -510.2 510.2
0.0082 208.8 -76.2 -367.6 285.0 291.4 -576.4 576.4
0.0088 264.8 28.9 -203.0 235.9 231.8 -467.7 467.7
0.0094 244.4 178.7 -61.9 65.7 240.5 -306.3 306.3
0.0100 179.8 350.6 -14.9 -170.8 365.5 -194.7 365.5
0.0106 126.0 408.8 -98.2 -282.8 507.1 -224.2 507.1
0.0112 72.0 370.7 -209.9 -298.7 580.7 -281.9 580.7
0.0118 -31.2 201.4 -263.5 -232.7 464.9 -232.2 464.9
0.0124 -175.5 61.9 -244.5 -237.3 306.4 -69.0 306.4
0.0129 -347.2 16.2 -181.0 -363.4 197.2 166.2 363.4
0.0135 -413.9 96.2 -120.7 -510.2 217.0 293.2 510.2
0.0141 -367.6 208.8 -76.2 -576.4 285.0 291.4 576.4
0.0147 -203.0 264.8 28.9 -467.7 235.9 231.8 467.7
0.0153 -61.9 244.4 178.7 -306.3 65.7 240.6 306.3
0.0159 -14.9 179.8 350.6 -194.7 -170.8 365.6 365.6
0.0165 -98.2 126.0 408.9 -224.2 -282.8 507.1 507.1
0.0171 -209.9 72.0 370.7 -282.0 -298.7 580.7 580.7
0.0176 -263.5 -31.2 201.3 -232.3 -232.6 464.8 464.8
2. Keluaran tegangan PMSG magnet skew pada kecepatan 950 rpm.

Time Tegangan 1 Fasa Tegangan Antar Fasa Average


Rotation U V W U-V V-W W-U
0.0000 -291.7 -34.5 222.9 -257.2 -257.5 514.6 514.6
0.0005 -270.7 -194.2 68.5 -76.5 -262.7 339.2 339.2
0.0011 -200.4 -384.4 17.9 184.0 -402.3 218.3 402.3
0.0016 -133.7 -458.3 106.6 324.6 -564.9 240.2 564.9
0.0022 -84.3 -407.0 231.2 322.7 -638.2 315.5 638.2
0.0027 32.0 -224.8 293.1 256.8 -517.9 261.1 517.9
0.0032 197.9 -68.5 270.6 266.4 -339.1 72.7 339.1
0.0038 388.2 -16.5 199.1 404.7 -215.5 -189.2 404.7
0.0043 452.7 -108.7 139.5 561.4 -248.2 -313.1 561.4
0.0048 410.4 -232.4 79.7 642.9 -312.2 -330.7 642.9
0.0054 222.9 -291.7 -34.5 514.6 -257.2 -257.5 514.6
0.0059 68.5 -270.7 -194.2 339.2 -76.5 -262.7 339.2
0.0065 17.9 -200.4 -384.4 218.4 184.0 -402.3 402.3
0.0070 106.6 -133.7 -458.3 240.3 324.6 -564.9 564.9
0.0075 231.2 -84.3 -407.0 315.6 322.7 -638.2 638.2
0.0081 293.1 32.0 -224.7 261.2 256.7 -517.8 517.8
0.0086 270.6 197.8 -68.5 72.8 266.3 -339.1 339.1
0.0091 199.1 388.2 -16.5 -189.1 404.7 -215.6 404.7
0.0097 139.5 452.7 -108.7 -313.1 561.4 -248.3 561.4
0.0102 79.7 410.5 -232.4 -330.7 642.9 -312.2 642.9
0.0108 -34.6 223.0 -291.7 -257.6 514.7 -257.1 514.7
0.0113 -194.3 68.5 -270.7 -262.8 339.2 -76.4 339.2
0.0118 -384.4 17.9 -200.4 -402.3 218.3 184.0 402.3
0.0124 -458.3 106.5 -133.7 -564.8 240.2 324.6 564.8
0.0129 -407.0 231.2 -84.3 -638.2 315.5 322.6 638.2
0.0134 -224.7 293.1 32.0 -517.8 261.2 256.7 517.8
0.0140 -68.5 270.6 197.8 -339.1 72.8 266.3 339.1
0.0145 -16.5 199.1 388.2 -215.6 -189.1 404.7 404.7
0.0151 -108.7 139.5 452.7 -248.3 -313.1 561.4 561.4
0.0156 -232.4 79.7 410.5 -312.2 -330.7 642.9 642.9
0.0161 -291.7 -34.5 222.9 -257.2 -257.5 514.6 514.6
3. Keluaran tegangan PMSG magnet skew pada kecepatan 1050 rpm.

Time Tegangan 1 Fasa Tegangan Antar Fasa Average


Rotation U V W U-V V-W W-U
0.0000 -319.9 -37.9 244.5 -282.0 -282.4 564.4 564.4
0.0005 -296.9 -213.0 75.1 -83.9 -288.1 372.0 372.0
0.0010 -219.8 -421.6 19.6 201.8 -441.3 239.5 441.3
0.0014 -146.6 -502.7 116.9 356.0 -619.5 263.5 619.5
0.0019 -92.5 -446.4 253.6 353.9 -700.0 346.1 700.0
0.0024 35.1 -246.5 321.5 281.6 -568.0 286.4 568.0
0.0029 217.0 -75.2 296.7 292.2 -371.9 79.7 371.9
0.0033 425.8 -18.1 218.3 443.9 -236.4 -207.5 443.9
0.0038 496.5 -119.2 153.0 615.7 -272.3 -343.4 615.7
0.0043 450.2 -254.9 87.4 705.1 -342.4 -362.7 705.1
0.0048 244.5 -319.9 -37.9 564.4 -282.0 -282.4 564.4
0.0052 75.2 -296.9 -213.0 372.0 -83.9 -288.1 372.0
0.0057 19.7 -219.8 -421.6 239.5 201.8 -441.3 441.3
0.0062 116.9 -146.6 -502.7 263.5 356.0 -619.6 619.6
0.0067 253.6 -92.5 -446.4 346.1 353.9 -700.0 700.0
0.0071 321.5 35.1 -246.5 286.4 281.5 -567.9 567.9
0.0076 296.7 216.9 -75.1 79.8 292.1 -371.9 371.9
0.0081 218.3 425.8 -18.1 -207.4 443.9 -236.4 443.9
0.0086 153.0 496.5 -119.2 -343.4 615.7 -272.3 615.7
0.0090 87.4 450.2 -254.9 -362.8 705.1 -342.4 705.1
0.0095 -37.9 244.6 -319.9 -282.5 564.5 -282.0 564.5
0.0100 -213.1 75.1 -296.9 -288.2 372.0 -83.8 372.0
0.0105 -421.6 19.6 -219.8 -441.3 239.5 201.8 441.3
0.0110 -502.7 116.9 -146.6 -619.5 263.5 356.0 619.5
0.0114 -446.4 253.6 -92.5 -700.0 346.1 353.9 700.0
0.0119 -246.5 321.5 35.1 -567.9 286.4 281.5 567.9
0.0124 -75.2 296.8 216.9 -371.9 79.8 292.1 371.9
0.0129 -18.1 218.4 425.8 -236.5 -207.4 443.9 443.9
0.0133 -119.3 153.0 496.5 -272.3 -343.4 615.7 615.7
0.0138 -254.9 87.4 450.2 -342.4 -362.7 705.1 705.1
0.0143 -319.9 -37.9 244.5 -282.0 -282.4 564.4 564.4
4. Keluaran tegangan PMSG magnet skew pada kecepatan 1150 rpm

Time Tegangan 1 Fasa Tegangan Antar Fasa Average


Rotation U V W U-V V-W W-U
0.0000 -348.2 -41.2 266.1 -306.9 -307.3 614.2 614.2
0.0004 -323.0 -231.8 81.8 -91.3 -313.6 404.8 404.8
0.0009 -239.2 -458.8 21.4 219.6 -480.2 260.6 480.2
0.0013 -159.6 -547.0 127.2 387.4 -674.2 286.7 674.2
0.0017 -100.7 -485.8 275.9 385.1 -761.7 376.6 761.7
0.0022 38.2 -268.3 349.9 306.5 -618.1 311.6 618.1
0.0026 236.1 -81.8 322.9 317.9 -404.7 86.8 404.7
0.0030 463.4 -19.7 237.6 483.0 -257.3 -225.8 483.0
0.0035 540.3 -129.8 166.5 670.0 -296.3 -373.7 670.0
0.0039 489.9 -277.4 95.2 767.3 -372.6 -394.7 767.3
0.0043 266.1 -348.2 -41.2 614.2 -306.9 -307.3 614.2
0.0048 81.8 -323.1 -231.8 404.9 -91.3 -313.6 404.9
0.0052 21.4 -239.2 -458.8 260.7 219.6 -480.2 480.2
0.0057 127.2 -159.6 -547.0 286.8 387.5 -674.2 674.2
0.0061 276.0 -100.7 -485.8 376.6 385.1 -761.7 761.7
0.0065 349.9 38.2 -268.2 311.7 306.4 -618.1 618.1
0.0070 322.9 236.1 -81.8 86.8 317.9 -404.7 404.7
0.0074 237.6 463.3 -19.7 -225.7 483.0 -257.3 483.0
0.0078 166.5 540.3 -129.8 -373.7 670.0 -296.3 670.0
0.0083 95.1 489.9 -277.4 -394.8 767.3 -372.6 767.3
0.0087 -41.3 266.2 -348.2 -307.4 614.3 -306.9 614.3
0.0091 -231.9 81.8 -323.0 -313.6 404.8 -91.2 404.8
0.0096 -458.8 21.4 -239.2 -480.2 260.6 219.6 480.2
0.0100 -547.0 127.2 -159.6 -674.2 286.7 387.5 674.2
0.0104 -485.8 275.9 -100.7 -761.7 376.6 385.1 761.7
0.0109 -268.2 349.9 38.2 -618.1 311.7 306.4 618.1
0.0113 -81.8 322.9 236.1 -404.7 86.9 317.9 404.7
0.0117 -19.7 237.6 463.3 -257.3 -225.7 483.1 483.1
0.0122 -129.8 166.5 540.3 -296.3 -373.7 670.1 670.1
0.0126 -277.4 95.2 489.9 -372.6 -394.7 767.3 767.3
0.0130 -348.2 -41.2 266.1 -306.9 -307.3 614.2 614.2
5. Keluaran tegangan PMSG magnet skew pada kecepatan 1250 rpm

Time Tegangan 1 Fasa Tegangan Antar Fasa Average


Rotation U V W U-V V-W W-U
0.0000 -376.4 -44.6 287.6 -331.8 -332.2 664.0 664.0
0.0004 -349.2 -250.6 88.4 -98.7 -339.0 437.6 437.6
0.0008 -258.6 -496.0 23.1 237.4 -519.1 281.7 519.1
0.0012 -172.5 -591.4 137.5 418.9 -728.8 310.0 728.8
0.0016 -108.8 -525.2 298.3 416.3 -823.5 407.2 823.5
0.0020 41.3 -290.0 378.2 331.3 -668.2 336.9 668.2
0.0024 255.3 -88.4 349.1 343.7 -437.5 93.8 437.5
0.0028 500.9 -21.3 256.9 522.2 -278.1 -244.1 522.2
0.0032 584.1 -140.3 180.0 724.4 -320.3 -404.0 724.4
0.0036 529.6 -299.9 102.9 829.5 -402.8 -426.7 829.5
0.0040 287.6 -376.4 -44.6 664.0 -331.8 -332.2 664.0
0.0044 88.4 -349.3 -250.6 437.7 -98.7 -339.0 437.7
0.0048 23.1 -258.6 -496.0 281.8 237.4 -519.2 519.2
0.0052 137.5 -172.5 -591.4 310.0 418.9 -728.9 728.9
0.0056 298.3 -108.8 -525.2 407.2 416.3 -823.5 823.5
0.0060 378.2 41.2 -289.9 337.0 331.2 -668.2 668.2
0.0064 349.1 255.2 -88.4 93.9 343.6 -437.5 437.5
0.0068 256.9 500.9 -21.3 -244.0 522.2 -278.1 522.2
0.0072 180.0 584.1 -140.3 -404.0 724.4 -320.3 724.4
0.0076 102.9 529.6 -299.9 -426.8 829.6 -402.8 829.6
0.0080 -44.6 287.7 -376.4 -332.4 664.1 -331.8 664.1
0.0084 -250.7 88.4 -349.2 -339.1 437.6 -98.6 437.6
0.0088 -496.0 23.1 -258.6 -519.1 281.7 237.4 519.1
0.0092 -591.4 137.5 -172.5 -728.8 310.0 418.9 728.8
0.0096 -525.2 298.3 -108.8 -823.5 407.2 416.3 823.5
0.0100 -289.9 378.2 41.2 -668.2 337.0 331.2 668.2
0.0104 -88.4 349.1 255.2 -437.5 93.9 343.6 437.5
0.0108 -21.3 256.9 500.9 -278.2 -244.0 522.2 522.2
0.0112 -140.3 180.0 584.1 -320.4 -404.0 724.4 724.4
0.0116 -299.9 102.9 529.6 -402.8 -426.8 829.5 829.5
0.0120 -376.4 -44.6 287.6 -331.8 -332.2 664.0 664.0

Anda mungkin juga menyukai