Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTENSI HEART DISEASE


(HHD) DI RUANG JANTUNG RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 10 s/d 15 April 2017

OLEH:

YONGKI AGUSTIAN S. S. Kep


NIM. 1630913310043

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2017
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Yongki Agustian S. S.Kep

NIM : 1630913310043

JUDUL LP : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hipertensi Heart


Disease (HHD) di Ruang Jantung RSUD Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, 10 April 2017

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. Kep MB M. Sandi Suwardi, S.Kep., Ns., M.Kes
NIP : 19780317 200812 2 001 NIP. 19750214 199402 1 001
HIPERTENSI HEART DISEASE (HHD)
KARAKTERISTIK HHD
N Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
PENGERTIAN PENYEBAB
o
1. OptimalHeart Disease (HHD) <120
Hipertensi adalah istilah <80
Hipertensi essensial (hipertensi primer) = idiopatik
2. Normal 120 –
yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit129 80 – 84 resiko : keturunan, jenis kelamin, usia, ras,
(faktor
3. High secara
jantung Normal keseluruhan, 130 mulai– 139
dari left 85
dan– 89
kebiasaan hidup).
4. Hipertensi
ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, Hipertensi sekunder (karena penyakit lain :
Grade
penyakit 1 (ringan)
jantung 140 – 159jantung
koroner, dan penyakit 90 – 99
Gangguan ginjal, vaskular, kelainan endokrin,
Grade 2 (sedang) 160 –
kronis, yang disebabkan karena peningkatan179 100
saraf109
– dan konsumsi obat-obatan Kontrasepsi oral,
Grade
tekanan 3 (berat)
darah, 180 – 209maupun 100
baik secara langsung – 119
Kortikosteroid.
tidak Grade
langsung.
4 (sangat berat) >210 >120

PATHWAY HIPERTENSI HEART DISEASE (HHD)

Genetik Respon neurologi terhdp


stress

Kurang terpajang
Stress lingkungan informasi
TANDA DAN GEJALA
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG PENATALAKSANAAN

Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Pengaturan Diet


Pemeriksaan retina. Rendah garam
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui Diet kaya buah dan sayur
kerusakan organ seperti ginjal dan jantung. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah
EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri. terjadinya jantung koroner.
Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, Tidak mengkomsumsi Alkohol.
darah, glukosa. Olahraga Teratur
Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena Penurunan berat badan
arteriogram renal, pemeriksaan fungsi. Farmakoterapi
Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
Foto dada dan CT scan.

KOMPLIKASI
Komplikasi bisa berupa gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal,
gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi
komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke.
ASUHAN Insulin
KEPERAWATAN
meningkat

Kebiasaan hidup Obesitas Kurang


pengetahuan

Merokok, alkohol, Hipertensi primer


konsumsi garam
berlebihan ANSIETAS

Elastisitas dinding aorta Hipertrofi ventrikel kiri


menurun, katub jantung
menebal dan kaku,
kemampuan memompa Terbatasnya aliran darah
Usia lanjut
darah menurun, koroner
hilangnya elastisitas
pembuluh darah,
meningkatnya resistensi Iskemia miokard
pembuluh darah perifer.

PENURUNAN CURAH
Saraf stroke, Hipertensi JANTUNG
ensephalitis, SGB sekunder

Ginjal: glomurulonefritis, Kurangnya suplai oksigen


Peningkatan ke jaringan
piolenefritis, nekrosis
vaskuler serebral
tubular akut, tumor

Kelemahan umum
Vaskular: arteroklerosis, NYERI
hiperplasia, trombosis,
aneurisma, emboli
INTOLERANSI
kolesterol, vaskulitis Suplai darah ke
AKTIVITAS
otak menurun

Kelainan, DM,
hipertiroidisme, RESIKO KETIDAKEFEKTIFAN
hipotiroidisme PERFUSI JARINGAN OTAK

Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama (pada umumnya nyeri)
3. Riwayat Penyakit (Riwayat Penyakit sekarang, dahulu dan keluarga)
4. Pemeriksaan Fisik
5. Pemeriksaan diagnostik
Penurunan curah jantung b/d peningkatan Nyeri ( sakit kepala ) b/d peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, tekanan vaskuler serebral
hipertropi ventricular.
NOC :
NOC :  Comfort level.
 Cardiac pump effectiveness.  Pain control.
 Circulation status.  Pain level.
 Vital sign status.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x6 jam, masalah nyeri pasien teratasi dengan
selama 1x24 jam, masalah penurunan curah kriteria hasil :
jantung pasien teratasi dengan kriteria hasil : 1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
1) Tanda Vital dalam rentang normal nyeri, mampu menggunakan tehnik
(Tekanan darah, Nadi, respirasi). nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada mencari bantuan).
kelelahan. 2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang
3) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak dengan menggunakan manajemen nyeri.
ada asites. 3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
4) Tidak ada penurunan kesadaran. frekuensi dan tanda nyeri).
5) AGD dalam batas normal. 4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
6) Tidak ada distensi vena leher. berkurang.
7) Warna kulit normal. 5) Tanda vital dalam rentang normal.
6) Tidak mengalami gangguan tidur.
NIC :
 Cardiac Care NIC :
1) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,  Pain Management
lokasi, durasi). 1) Lakukan pengkajian nyeri secara
2) Catat adanya distrimia jantung. komprehensif termasuk lokasi,
3) Catat adanya tanda dan gejala penurunan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
cardiac output. dan faktor presipitasi.
4) Monitor status cardiovaskuler. 2) Observasi reaksi nonverbal dari
5) Monitor status pernafasan yang ketidaknyamanan.
menandakan gagal jantung. 3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
6) Monitor balance cairan. dan menemukan dukungan.
7) Monitor respon pasien terhadap efek 4) Kontrol lingkungan yang dapat
pengobatan antiaritmia. mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
8) Atur periode latihan dan istirahat. pencahayaan dan kebisingan.
5) Kurangi faktor presipitasi nyeri.
 Vital Sign Monitoring 6) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR. menentukan intervensi.
2) Monitor vital sign saat pasien berbaring, 7) Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
duduk atau berdiri. napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
3) Auskultasi TD pada kedua lengan dan hangat/ dingin.
bandingkan. 8) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
4) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama 9) Tingkatkan istirahat.
dan setelah aktivitas. 10) Berikan informasi tentang nyeri seperti
5) Monitor jumlah, bunyi dan irama penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
jantung. berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur.
11) Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali.
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum, Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang
ketidakseimbangan antara suplai dan penyakit.
kebutuhan oksigen.
NOC :
NOC :  Anxiety self-control.
 Energy conservation.  Anxiety level.
 Activity tolerance.  Coping.
 Self care.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Setelah diberikan tindakan keperawatan 1x30 menit, kecemasan pasien berkurang
selama 1x24 jam, masalah intoleransi bahkan hilang dengan kriteria hasil :
aktivitas pasien teratasi dengan kriteria hasil : 1) Klien mampu mengidentifikasi dan
1) Berpartisifasi dalam aktifitas fisik tanpa mengungkapkan gejala cemas.
disertai peningkatan tekanan darah, nadi 2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
dan RR. menunjukan teknik untuk mengontrol
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari cemas.
(ADLs) secara mandiri. 3) Vital sign dalam batas normal.
3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal. 4) Poster tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh
4) Level kelemahan. dan tingkat aktivitas menunjukan
5) Sirkulasi status baik. berkurangnya kecemasan.
6) Status respirasi : pertukaran gas dan
ventilasi adekuat. NIC :
 Anxiety Reduction
NIC : 1) Lakukan pengkajian tingkat kecemasan.
 Activity Therapy 2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang
1) Bantu klien untuk mengidentifikasi dirasakan selama prosedur.
aktivitas yang mampu dilakukan. 3) Dorong klien mengungkapkan perasaan,
2) Bantu klien untuk memilih posisi ketakutan, persepsi.
nyaman untuk istirahat atau tidur. 4) Dorong keluarga untuk selalu menemani
3) Bantu aktivitas perawatan diri yang klien.
diperlukan. 5) Dengarkan ungkapan klien dengan penuh
4) Dorong klien untuk melakukan aktivitas perhatian.
sesuai kemampuan. 6) Gunakan pendektan terapeutik.
5) Berikan lingkungan tenang dan batasi
pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dengan faktor resiko hipertensi.

NOC :
 Circulation status.
 Tissue Prefusion : cerebral.

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, tidak ada tanda-tanda munculnya
ketidakefektifan perfusi jaringan itak, dengan kriteria hasil :
1) Mendemostrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan tekanan systole dan diastole dalam
rentang yang diharapkan.
2) Tidak ada ortostatikhipertensi.
3) Komunikasi jelas.
4) Menunjukkan konsentrasi dan orientasi.
5) Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK.

NIC :
 Cerebral perfusion promotion
1) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul.
2) Monitor adanya paratese.
3) Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi.
4) Gunakan sarung tangan untuk proteksi.
5) Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.
6) Monitoring kemampuan BAB.
7) Kolaborasi pemberian analgetik.

DAFTAR PUSTAKA :
Corwin E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Price S. A., Wilson L. M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Reksoprodjo S. 2000. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara, Jakarta.
Smeltzer S. C., Bare G. B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume
1. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2015. NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions and Classification 2015-2017. Edisi kesepuluh. Jakarta : EGC
Bulechek G.M., Howard K.B., Joanne M.D. (Eds.). 2013. Nursing Intervention Classification
(NIC), Edisi keenam. Indonesia : Elsevier Inc. Mocomedia
Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L.M., et al. (Eds.). 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC), Edisi keenam. Indonesia : Elsevier Inc. Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai