1. Hipertensi Essensial
2. Hipertensi Emergensi
3. Hipertensi Sekunder
4. Iskemik tungkai akut
5. Tromboflebitis
6. Trauma Vascular
7. Peripheral artery disease
8. Aneurisma aorta
9. Hipertensi pada anak
STEP 7 : Sintesis
No LO Pembahasan
2 Epidemiologi,
Etiologi dan faktor
risiko Hipertensi
esensial Nayas
3 Patogenesis dan
patofisiologi
Hipertensi esensial
Rio
Pemeriksaan Fisik :
inspeksi : Penderita dapat terlihat sakit ringan hingga berat jika
terjadi komplikasi.
Tekanan darah meningkat. Pemeriksaan lain seperti status
neurologis dan pemeriksaan fisik jantung.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Mencari komplikasi Kardiovaskuler
- Kelainan jantung : foto toraks, EKG
- Kelainan ginjal : fungsi ginjal ( ureum,
kreatinin, urinalisis, protein serum)
5 Tatalaksana, 1.3.1.Non-Farmakologis
prognosis,
JNC 7 merekomendasikan : menurunkan BB berlebih
komplikasi, dan
rujukan Hipertensi atau kegemukan, pembatasan asupan garam </= 100 eq/L/hari
esensial Sandra
(2,4 g Na/ 6 g NaCl), meningkatkan konsumsi buah dan sayur,
menurunkan konsumsi alkohol tidak lebih dari 2x minum/hari,
meningkatkan aktivitas fisik paling tidak berjalan 30 menit/hari
selama 5 hari/minggu serta menghentikan merokok.
1.3.2.Farmakologis
1. Diuretika : Thiazide, Aldosterone Antagonist
2. Beta Blocker
3. Calcium Channel Blocker/ Calcium Antagonist
4. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
5. Angiotensin II Receptor Blocker
6. Direct Renin Inhibitor
B. Hipertensi Emergensi (3B)
No LO Pembahasan
1 Definisi dan
klasifikasi
Hipertensi
Emergensi Nayas
4 Diagnosis
(Manifestasi klinis,
pemfis,
pemeriksaan
penunjang)
Hipertensi
Emergensi Sandra
5 Tatalaksana,
prognosis, Kasus hipertensi emergensi harus diterapi dengan lebih agresif
komplikasi, dan daripada hipertensi urgensi menggunakan antihipertensi
rujukan Hipertensi parenteral dan dirawat di ruang rawat intensif. Target
Emergensi Agnes penurunan tekanan darah mencapai 20-25% dalam waktu 1 jam
kemudian dilanjutkan dengan target tekanan darah 160/100
atau 160/110 mmHg dalam 2-6 jam selanjutnya. Penurunan
tekanan darah hingga mencapai normal dilakukan bertahap
dalam 24-48 jam selanjutnya.
Prognosis :
Pasien dengan hipertensi emergensi memiliki prognosis yang
lebih buruk dengan angka mortalitas 4,6% dibandingkan
hipertensi urgensi dengan angka mortalitas 0.8%
Komplikasi :
- Eklamsia
No LO Pembahasan
Klasifikasi :
-Renal Hypertension : merupakan jenis hipertensi sekunder
yang paling banyak ditemukan dan merupakan penyebab dari
penyakit ginjal. Onset <30 hingga >55 tahun
-Endocrine
- vascular
- neurogenic
2 Epidemiologi,
Etiologi dan faktor
risiko Hipertensi
Sekunder Sandra
3 Patogenesis dan
patofisiologi
Hipertensi
Sekunder Nayas
4 Diagnosis
(Manifestasi klinis, Kecurigaan hipertensi sekunder dipikirkan bila :
pemfis,
- Hipertensi pada anak, derajat berapapun
pemeriksaan
penunjang) - Hipertensi grade 2/lebih pada usia < 40 tahun
Hipertensi
Sekunder Agnes - Hipertensi resisten
- Kecurigaan OSA
Komplikasi
Stoke
● Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di
dalam otak atau akibat embolus yang terlepas dari
pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah
sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang.
Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah
dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
2) Infark Miokardium
● Infark miokardium terjadi saat arteri koroner
mengalami arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup
oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus
yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh
tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi
ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak
dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark.
Gagaal ginjal
ensefalopati
D. Iskemik tungkai akut (3B)
No LO Pembahasan
1 Definisi dan
klasifikasi Iskemik
tungkai akut Sandra
2 Epidemiologi,
Etiologi dan faktor Acute limb ischemia (ALI) atau iskemik tungkai akut termasuk
risiko Iskemik salah satu kasus yang jarang ditemukan di Indonesia. ALI
tungkai akut Agnes merupakan suatu kondisi penurunan perfusi ekstremitas secara
mendadak yang dapat menyebabkan gangguan pada
kemampuan pergerakan, rasa nyeri atau tanda-tanda iskemia
berat dalam jangka waktu 2 minggu dan biasanya disebabkan
karena tromboemboli. Insidensi penyakit ini 1,5 kasus per
10.000 orang per tahun. Data tahun 1988-2007 National
Hospital Discharge Survey dianalisis, terdapat 1.76 kasus
tromboemboli arteri tungkai bawah. Insidennya menurun
signifikan dari 42,4 per 100.000 orang pada tahun 1988-1997
ke angka 23.3 per 100.000 orang pada tahun 1998-2007.
Insiden mortalitas pada survey ini menurun signifikan dari
8.28% pada tahun 1988-1997 ke 6.34% pada tahun 1998-2007.
- Penyebab aterosklerosis
Pemeriksaan Fisik
Menurunnya atau tidak terabanya nadi di distal dari
oklusi, terdengarnya bruit, dan otot tampak atrofi. Pada
kasus berat terdapat penebalan kuku, kulit tampak
halus dan mengkilap, menurunnya suhu kulit, bulu kaki
rontok, pucat atau sianosis. Ulkus atau gangren dapat juga
ditemui. Pemeriksaan refleks tungkai juga dapat menurun
karena neuropati iskemia
E. Tromboflebitis (3A)
No LO Pembahasan
1 Definisi dan
klasifikasi Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah balik
Tromboflebitis (vena) yang memicu terbentuknya gumpalan darah pada satu
Agnes vena atau lebih. Umumnya, tromboflebitis terjadi pada vena di
kaki, tetapi tidak menutup kemungkinan kondisi ini juga bisa
terjadi pada vena di lengan.
Klasifikasi tromboflebitis :
Indonesia
Tidak terdapat data yang secara luas menilai epidemiologi
tromboflebitis di Indonesia. Walau demikian, insidensi
tromboemboli vena diduga lebih rendah pada populasi Asia
daripada populasi barat. Namun, pernyataan ini dapat dinilai
berasal dari underdiagnosis dan kurangnya data di Asia. Oleh
sebab itu, terdapat juga sumber yang menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan bermakna pada insidensi tromboemboli
antar ras.[1,11]
Mortalitas
Jika sudah pernah mengalami tromboflebitis superfisial, maka
risiko untuk menderita thrombosis vena dalam akan meningkat
menjadi 4–6 kali. Mortalitas tromboemboli vena dalam adalah
9,4–32,3 per 100,000, sedangkan mortalitas untuk
tromboflebitis superfisial adalah di bawah 1%.
Hal ini diduga disebabkan oleh seseorang dengan deep vein
thrombosis biasanya juga memiliki penyakit komorbid yang
lebih parah, jika dibandingkan dengan tromboflebitis
superfisial
3 Patogenesis dan
patofisiologi
Tromboflebitis
Sandra
4 Diagnosis
(Manifestasi klinis,
pemfis,
pemeriksaan
penunjang)
Tromboflebitis Aii
5 Tatalaksana,
prognosis, Tromboflebitis yang terjadi di bawah permukaan kulit
komplikasi, dan (superficial) dapat diobati secara mandiri di rumah.
rujukan Caranya adalah dengan melakukan langkah-langkah
Tromboflebitis Dini sederhana berikut:
Komplikasi Tromboflebitis
No LO Pembahasan
3 Patogenesis dan
patofisiologi Trauma yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh
Trauma Vascular darah adalah trauma tumpul dan trauma tembus. Kerusakan
intimal dan hematoma subintimal dengan oklusi sekunder
Agnes disebabkan oleh trauma tumpul. Sementara kerusakan dinding
pembuluh darah, transeksi total dan fistula arteriovena
disebabkan oleh trauma tembus. Spasme pembuluh darah dapat
terjadi baik akibat trauma tumpul maupun trauma tembus.
Komplikasi
1. Trombosis
2. infeksi
3. stenosis
4. fistula arteri vena
5. aneurisma palsu
6. sindrom kompartemen
No LO Pembahasan
1 Definisi dan PAP adalah semua penyakit yang terjadi pada pembuluh darah
klasifikasi
setelah keluar dari jantung dan aorta. Penyakit arteri
Peripheral artery
disease Aii ekstremitas bawah yang paling sering ditemukan di
masyarakat.prevalensi tertinggi PAP didapatkan pada individu
dengan usia tua, ras kulit hitam non hispanik, dan wanita.
Penyebab utama dari penyumbatan arteri adalah aterosklerosis,
tromboemboli, dan vaskulitis. Tampilan klinis yang terjadi
merupakan hasil dari menurunnya perfusi ke ekstremitas
terkait.
Faktor Risiko
4 Diagnosis Anamnesis
(Manifestasi klinis,
pemfis, Pada anamnesis pasien peripheral artery disease (PAD) dapat
ditemukan tanda khas berupa klaudikasio intermiten.
pemeriksaan
Klaudikasio intermiten adalah keluhan pada otot betis berupa
penunjang) kelelahan, rasa tidak nyaman, kram atau nyeri yang diinduksi
Peripheral artery oleh aktivitas dan membaik dengan istirahat selama 10 menit.
disease Rio Namun demikian, gejala khas ini hanya ditemukan pada 10%
pasien dengan PAD dan 40% lainnya tidak mengeluhkan
adanya gejala. Sedangkan, 50% sisanya mengeluhkan gejala
yang tidak khas seperti nyeri yang tidak melibatkan betis, nyeri
yang tidak mengganggu atau nyeri yang tidak membaik setelah
beristirahat. Keluhan lain yang harus ditanyakan pada pasien
adalah adanya gejala lain yang berhubungan dengan aktivitas
namun tidak berlokasi di sendi seperti rasa lemas, adanya
gangguan saat berjalan atau adanya nyeri pada tungkai saat
pasien beristirahat. Pertanyaan yang dapat diajukan ke pasien :
● Apakah pasien mengalami nyeri saat ambulasi? Jika ya,
seberapa jauh pasien dapat berjalan sebelum nyeri
timbul? Apakah nyeri menyebabkan pasien berhenti
berjalan? Jika ya, setelah berapa lama pasien dapat
melanjutkan berjalan? Apakah rasa sakitnya kambuh
setelah berjalan kaki yang sama? Apakah kemampuan
pasien untuk berjalan berkurang seiring waktu atau
mengubah gaya hidup pasien dengan cara apa pun?
● Apakah pasien mengalami nyeri pada ekstremitas yang
membangunkannya dari tidur? Jika ya, dimana letak
nyerinya? Apakah nyeri berkurang setelah kaki
digantung di sisi tempat tidur? Apakah nyeri
menyebabkan pasien tidur sambil duduk di kursi?
● Apakah pasien memperhatikan adanya luka atau borok
yang tidak sembuh-sembuh di jari kaki? Jika ya, sudah
berapa lama luka atau bisul itu muncul? Jika luka
pernah terjadi di masa lalu, tindakan apa yang
digunakan untuk mempercepat penyembuhan?
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital dan kelainan pada pasien harus dicatat. Suhu dan
tekanan darah pasien di setiap ekstremitas atas harus
didokumentasikan dan yang lebih tinggi dicatat untuk
perhitungan indeks pergelangan kaki-brakialis atau ankle-
brachial index (ABI). Demam dapat menunjukkan adanya
ulkus yang terinfeksi, dan adanya takikardia dan takipnea dapat
mendukung diagnosis infeksi ruang dalam kaki yang mungkin
tidak mudah terlihat pada pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan Penunjang
5.3. Hiperlipidemia
Terapi menggunakan statin dapat memperbaiki outcome
kardiovaskular dan tungkai pada pasien dengan PAD, sehingga
penggunaan statin diindikasikan pada semua pasien dengan
PAD.
5.4. Hipertensi
Target tekanan darah pada pasien PAD adalah <140/90 mmHg
(<130/80 mmHg pada pasien DM atau gagal ginjal). Terapi
antihipertensi harus diberikan kepada pasien dengan hipertensi
dan PAD untuk menurunkan risiko infark miokard, stroke,
gagal jantung, dan kematian akibat kardiovaskular.
Penggunaan ACE-I atau ARB dapat digunakan untuk
menurunkan risiko kejadian iskemik kardiovaskular pada
pasien PAD.
5.6. Antiplatelet
Terapi antiplatelet dengan aspirin (75-325
mg per hari) atau clopidogrel (75 mg per hari)
direkomendasikan pada pasien PAD yang
simptomatik. Pada pasien PAD (ABI ≤0,90)
yang
tidak memiliki gejala, antiplatelet masih dapat diberikan untuk
menurunkan risiko MI, stroke / kematian akibat vaskular.
5.7. Antikoagulan
Manfaat penggunaan antikoagulan untuk mempertahankan
patensi setelah bypass, dan tidak direkomendasikan untuk
menurunkan risiko kejadian MI pada pasien dengan PAD.
5.8. Cilostazol
Cilostazol merupakan terapi yang efektif untuk memperbaiki
gejala dan meningkatkan jarak dalam berjalan pada pasien
dengan claudication.
5.9. Revaskularisasi
Revaskularisasi pada claudication direkomendasikan bagi
setiap pasien untuk mengoptimalkan outcome. Pasien yang
akan direncanakan untuk menjalani revaskularisasi harus
berdasarkan tingkat keparahan dari gejala yang mereka miliki
karena gejala tungkai iskemik yang bervariasi dan dampak
gejala-gejala ini terhadap status fungsional dan kualitas hidup.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan termasuk disabilitas yang
signifikan, respon yang adekuat terhadap terapi medis dan
program latihan, dan kondisi komorbid.
No LO Pembahasan
1 Definisi dan Aneurisma aorta merupakan penyakit degeneratif
klasifikasi vaskular berupa dilatasi arteri, baik terlokalisir maupun
Aneurisma aorta
Dini difusa, hingga mencapai diameter setidaknya 50% lebih
besar dari diameter normal. [1]
Mortalitas
Mortalitas
5 Tatalaksana,
prognosis,
komplikasi, dan
rujukan Aneurisma
aorta Nayas
No LO Pembahasan
1 Definisi dan
klasifikasi
Hipertensi pada
anak Rio
4 Diagnosis
(Manifestasi klinis,
pemfis,
pemeriksaan
penunjang)
Hipertensi pada
anak Nayas
5 Tatalaksana, tatalaksana
prognosis,
komplikasi, dan Penanganan anak dengan hipertensi ditujukan pada
rujukan Hipertensi penyebab naiknya tekanan darah dan mengurangi
pada anak Tata gejala.
Kerusakan organ target, kondisi patologi lain , serta faktor
risiko juga mempengaruhi keputusan terapi.
Terapi non farmakologis dan terapi farmakologis
direkomendasikan
berdasarkan usia anak, tingkatan hipertensi, dan
respons terhadap terapi.