Anda di halaman 1dari 7

STENOSIS MITRAL :

KONSEP DASAR MEDIK :

A. Definisi
Stenosis Mitral adalah penyempitan pada lubang katup mitral yang akan menyebabkan
meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Stenosis mitral merupakan
suatu keadaan di mana terjadi gangguan aliran darah dari atrium kiri melalui katup mitral oleh
karena obstruksi pada katup mitral. Kelainan struktur mitral ini menyebabkan gangguan
pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri pada saat diastol. Sebagian besar
kasus stenosis katup mitral disebabkan oleh demam reUmatik. (Huddak dan Gallow 2000)

B. Etiologi
Stenosis katup mitral hampir selalu disebabkan oleh demam reumatik oleh infeksi
streptokokus, diperkirakan 90% stenosis mitral didasarkan atas penyakit jantung reumatik.
Stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua pernah menderita demam reumatik
padda masa kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotic. Demam reumatik sering
terjadi dan menyebabkan stenosis katup mitral pada dewasa, remaja dan terkadang pada anak-
anak. Yang khas adalah jika penyebabnya demam reumatik, daun katub mitral sebagian
bergabung menjadi satu.
Disamping di atas dassar penyakit jantung reumatik, masih ada beberapa keadaan yanag
dapat memperlihatkan gejala seperti stenosis mitral, misalnya miksoma atrium kiri (tumor jinak
pada atrium kiri) bersamaan dengan defek septum atrium. Stenosis katup mitral juga dapat
merupakan suatu kelainan bawaan. Bayi yang lahir dengan kelainan ini jarang dapat bertahan
hidup dari 2 tahun, kecuali jika telah menjalani pembedahan.
Perubahaan anatomis pada stenosis mitral dapat terjadi pada komisura, menyebabkan
saling mendekat satu sama lain dan bentuknya akan berubah; cups, daun katup menjadi
menebal serta berubah ke arah jantung fibrosa; kordatendinae menebal, memendek serta dapat
saling melengket. Perubahan anatomis tersebut dapat berdidi sendiri namun juga dapat
kombinasi, sekitar 50% stenosis mitral merupakan kelainan struktur campuran, misalnya pada
komisura dan cups. Komisura saja 30% cups menebal 15% dan korda 10%.
C. Patofisiologi
Stenosis mitral menghalangi darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase diastolik
ventrikel, untuk mengisi ventrikel dengan adekuat dan mempertahankan curah jantung, atrium
kiri harus menghasilakan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melampaui katup
yang menyempit. Oleh sebab itu, selisih tekanan atau gradien tekanan antara dua ruang
tersebut meningkat.
Pada kasus stenosis berat terjadi penyempitan lumen hingga sebesar pensil. Ventrikel kiri
tidak dipengaruhi namun atrium kiri mengalami kesulitan dalam mengosongkan darah melalui
lumen yang sempit ke ventrikel kiri. Akibatnya atrium akan melebar dan mengalami hipertrofi.

Karena tidak ada katub yang melindungi vena pulmonal terhadap aliran balik atrium, maka
sirkulasi pulmonal mengalami kongesti. Akibatnya ventrikel kanan harus menanggung beban tekana
arteri pulmonal yang tinggi dan mengalami peregangan yang berlebihan, yang berakhir dengan gagal
jantung.

D. Manifestasi Klinik
1. Gangguan fungsi miokard :
▪Takikardia
▪ Perspirasi (yang tidak tepat)
▪Keletihan
▪Kelemahan
▪Gelisah
▪Anoreksia
▪Ekstrimitas pucat dan dingin
▪Penurunan tekanan darah
▪Denyut nadi perifer lemah

2. Kongesti paru

▪Takipnea

▪Dispnea

▪Retraksi (bayi)

▪Pernapasan cuping hidung

▪Sianosis

▪Suara seperti mendengkur (grunting)


3. Kongesti vena sistemik
▪Pertambahan berat badan
▪Hepatomegali
▪Edema perifer, periorbital
▪Distensi vena leher (pada anak-anak)

E. Penatalaksanaan

1. Terapi antibiotik untuk mencegah berulangnya infeksi

2. Obat-obatan seperti digoksin dan verapramil dapat memperlambat denyut jantung dan
membantu mengendalikan fibrilasi atrium. Jika terjadi gagal jantung, digoksin juga akan memperkuat
denyut jantung. Diuretik dapat mengurangi volume sirkulasi darah.

3. Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan, mungkin perlu dilakukan
perbaikan atau penggantian katup pada prosedur balon valvuloplasti, lubang katup diregangkan. Kateter
yang pada ujungnya terpasang balon, dimaksukkan melalui vena menuju ke jantung. Ketika berada di
dalam katup, balon digelembungkan dan akan memisahkan daun katup yang menyatu.

F. Komplikasi

▪Naiknya tekanan darah/hipertensi pulmonal.

▪Dekopensasi jantung

▪Emboli sistemik

▪Fibrilasi atrium

▪Gagal jantung kanan

▪Kongesti sistemik
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
2) Keluhan umum
Klien biasanya mengalami kelelahan akibat curah jantung menurun.
3) Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit saat ini
-Adanya riwayat penyakit demam reumatik
-Adanya riwayat penyakit jantung bawaan defek septum atrium
b. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji riwayat penyakit yang pernah diderita yang sama atau berhubungan dengan
penyakit yang sama atau penyakit yang berhubungan dengan penyakit yang sekarang
dirasakan oleh klien.
c. Riwayat keluarga
Mengkaji penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta bila ada anggota yang
meninggal, maka penyebab kematian juga di tanyakan.
4) Riwayat psikososial atau perkembangan.

a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan

b. Mekanisme koping anak atau keluarga

c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya

5) Pemeriksaan fisik

a. Pada awalnya biasanya klien mengalami kelelahan,batuk darah dan kesulitan bernapas
(dispnea).

b.Denyut nadi lemah dan sering tidak teratur, karena fibrilasi atrial akibat dilatasi dan
hipertrofi atrium.

c. Pada auskultasi terdengar bising diastolik dan bunyi jantung mengeras dan opening snap
akibat hilangnya kelenturan daun katup.
6) Pengetahuan anak dan keluarga

a. Pemahaman tentang diagnosa

b. Pengetahuan / penerimaan terhadap prognosis

c. Regimen pengobatan

d. Rencana perawatan selanjutnya

e. Kesiapan dan kemauan untuk belajar

7) Pemeriksaan fisik

a. B1 (Respirasi)

b. B2 (Kardiovaskuler)

c. B3 (Persarafan)

d. B4 (Genitourinaria)

e. B5 (Endokrin)

C. Diagnosa

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri sekunder akibat kelainan katup.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksingen

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah jantung ditandai dengan
oliguria, edema, peningkatan berat badan

6. Cemasberhubungan dengan krisis situasional, ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam
status kesehatan.
D. Intervensi

NIC :
Perawatan Jantung
a. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi, durasi, dan faktor pencetus nyeri).
b. Lakukan penilaian komprehensif terhadap sirkulasi perifer (mis., cek nadiperifer, edema,
pengisian perifer, dan suhu ekstrimitas).
c. Dokumentasi adanya distrimia jantung.
d. Catat tanda dan gejela penurunan curah jantung.
e. Observasi tanda-tanda vital.
f. Observasi status kardiovaskuler.
g. Observasi disritmia jantung termasuk gangguan irama dan konduksi .
h. Observasi status respirasi terhadap gejala gagal jantung.
i. Observasi abdomen untuk mengindikasikan adanya penurunan perfusi.
j. Observasi keseimbangan cairan (asupan-haluaran dan berat badan harian).
k. Observasi fungsi pacemaker sesuai kebutuhan.
l. Kenali adanya perubahan tekanan darah.
m. Kenali pengaruh psikologis yang mendasari kondisi klien.
n. Evaluasi respons klien terhadap distrimia.
o. Kolaborasi dalam pemberian terapi distrimia.
p. Observasi respons klien terhadap pemberian terapi antiaritmia.
q. Instruksikan klien dan keluarga tentang pembatasan aktivitas.
r. Tentukan periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan.
s. Observasi toleransi klien terhadap aktivitas.
t. Observasi adanya dispnea, kelelahan, takipnea, dan ortopnea.
u. Anjurkan klien untuk melaporkan adanya ketidaknyaman dada.
v. Ciptakan hubungan yang saling mendukung antara klien dan keluarga.
w. Anjurkan klien untuk melaporkan adanya ketidaknyamanan dada.
x. Tawarkan dukungan spiritual untuk klien dan keluarganya.

Manajemen Jalan Napas

a. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi.


b. Auskultasi bunyi napas, area penurunan ventilasi atau tidak adanya ventelasi dan adanya
bunyi napas tambahan.
c. Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction tambahan.
d. Anjurkan klien untuk bernapas pelan, napas dalam, dan batuk.
e. Kelola pemberian bronkodilator sesuai kebutuhan.
f. Anjurkamn klien cara menggunakan inhaler.
g. Atur posisi klien untuk mengurangi dispnea.
h. Observasi status respirasi dan oksigenasi sesuai kebutuhan.
i. Aturan asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan.

E. Tanda dan Gejala


1. Tekanan tinggi pada vena paru dapat menyebabkan vena atau kapiler pecah dan
terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru.
2. Pembesaran atrium kiri dapat mengakibatkan fibrilasi atrium, sehingga denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur.
3. Edema perifer, distensi vena jugularis, asites dan hepatomegali (kegagalan ventrikel
kiri).
4. Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan terkanan dimana
cairan tertimbun di dalam edema (edema pulmoner).
5. Jika seseorang wanita dengan stenosis katup mitral berat hamil, gagal jantung akan
berkembang dengan cepat.
6. Ronki atau crackle, fibrilasi atrium dan tanda emboli sistemik.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi
2. Rontgen dada (menunjukkan pembesaran atrium)
3. Ekokardiografi (teknik penggambaran jantung dengan menggunakan gelombang ultrasonik)
4. Kateterisasi jantung untuk menentukan luas dan jenis penyumbatan.

Anda mungkin juga menyukai