Anda di halaman 1dari 3

Foto: https://www.blinkist.

com/magazine/posts/love-language-speak-gifts

Love Bombing: Ekspresi Cinta Seorang Narsistik


Dalam suatu hubungan, tentunya menjadi suatu kebahagiaan bagi kita saat kita
disuguhi dengan perhatian yang bertubi-tubi, diberikan pujian, dan dihadiahi berbagai
bentuk penghargaan sebagai bentuk apresiasi dari orang tersebut. Tentu perasaan yang
muncul berupa rasa dihargai dan divalidasi karena diberikan afeksi khusus yang secara
spesifik ditujukan bagi kita. Mungkin kamu sudah pernah berada di posisi itu: ketika
seseorang yang belum lama dikenal mulai membelanjakanmu ini dan itu,
merencanakan liburan romantis bersama, bahkan menuliskan nama-nama calon anak,
jauh sebelum kamu merasa nyaman untuk berbicara tentang topik-topik tersebut.
Banyak orang yang merasa bangga karena dicintai secara berlebihan atau ‘lebay’ tetapi
lain halnya bila ternyata kita dijadikan sebagai target love bombing.
Ya, sesuai yang dilansir oleh situs Health, love bombing merupakan suatu
fenomena dimana kita dihujani cinta yang manis bukan main dan membuat kita dimabuk
asmara. Eits, jangan salah! Ternyata tidak semua hadiah dan perhatian yang diberikan
bisa berarti cinta, lho. Love bombing ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang
mengidap narsisme atau mencintai diri sendiri secara berlebihan. Beberapa ahli juga
mengasosiasikan fenomena love bombing sebagai wujud gejala awal penyakit jiwa yaitu
sosiopat.
Istilah ini sendiri dicetuskan pertama kali pada tahun 1970an oleh Sun Myung
Moon, pemimpin dari Unification Church of The United States, untuk mendeskripsikan
kebahagiaan dan cinta brutal yang ditunjukkan oleh para pengikutnya satu sama lain.
Berdasarkan Psychology Today, love bombing juga seringkali digunakan oleh mucikari
dan pemimpin geng untuk meraih simpati, loyalti, dan rasa patuh dari pengikut mereka.
Jika kamu merasa sedang dibombardir cinta yang sudah tak lagi realistis, maka
coba kenali tanda-tanda kamu sedang dijadikan objek love bombing.

Dimanja dengan berbagai hadiah


Love bombing biasanya ditandai dengan perilaku yang tidak biasanya dan nyeleneh,
misalnya mengirimkan hadiah yang tidak pantas (membelikan berbuket-buket bunga
daripada satu buket saja) atau membayar mahal untuk liburan, dan menolak jawaban
tidak dari pasangan. Hadiah-hadiah yang spontan dan lama kelamaan membuat kamu
merasa tidak nyaman menjadi salah satu tanda penting bahwa kamu sedang di-love
bombing.
Orang-orang yang narsistik seringkali mencoba untuk memanipulasi target mereka
dengan menghadiahi berbagai macam objek supaya muncul rasa berhutang dan
bersalah ketika kita tidak mengapresiasi bentuk hadiah dari mereka.
Bahkan, semakin dekat hubungan dan banyak informasi tentang preferensi yang kita
berikan pada si dia, membuat orang yang melakukan love bombing justru semakin tahu
celah yang akan memicu kita supaya lebih terpikat dengan orang tersebut. Misalnya,
saat dia tahu bahwa kita penggila mie instan, maka informasi itu akan terus digunakan
untuk membuat kita merasa dicintai, sekalipun dalam cara yang tidak sehat. Di sini, kita
perlu untuk mempertanyakan dan mencari tahu apakah orang tersebut tulus dalam
pemberiannya atau tidak.

Terus menerus memberikan pujian alias gombalan maut


Semua orang ingin dikagumi – siapa yang tidak? Tapi dipuji setiap hari tanpa habis-
habisnya padahal belum kenal lama.
- Aku suka semuanya tentang kamu.
- Ini pertama kalinya aku bertemu dengan orang sesempurna kamu.
- Cuma kamu orang yang aku mau bahagiakan.
Waduh, kalau sudah seperti itu omongannya, jangan langsung ditelan mentah-mentah,
ya! Hal ini bisa saja merupakan ekspresi yang autentik, tetapi jika kamu terlalu naif, sulit
untuk membedakan mana pujian yang love bombing dan mana yang benar-benar pujian.

Bombardir pesan dan panggilan telepon


Instagram, WhatsApp, LINE, Facebook, Twitter, telepon, semuanya! Para love bombers
selalu menuntut agar ada komunikasi 24 jam sehari yang konstan. Hal ini wajar saat pertama
kali pacaran, tetapi jika komunikasi semakin memberatkan satu pihak, maka ada tanda awas
untuk memperingatkan kita sedang dimanipulasi.

Menuntut perhatian yang berlebihan


Chat yang terlambat dibalas, jawaban yang terlalu singkat, sibuk dengan kehidupan pribadi,
dan seakan mengabaikan pasangan. Sikap-sikap ini sering menjadi titik perdebatan antara
pasangan, yang walaupun terlihat wajar, tetapi menjurus kepada sikap posesif yang
mengekang saat dilakukan untuk love bombing.
“Cinta tidak mau seluruh waktu dan energimu terfokus pada mereka saja,” ujar Tabitha
Westbrook, seorang konselor profesional dari LMFT. “Mereka menghargai komitmen,
ide, dan batasan lainnya.”

Tergesa-gesa menuntut komitmen


Seorang love bomber akan menekan pasangan mereka untuk cepat-cepat memutuskan dan
merencanakan sesuatu. Rencana seperti tinggal bersama atau menikah sering menjadi hal
yang terus disebut-sebut. Yang perlu diperhatikan adalah, menurut Westbrook, yaitu
hubungan yang nyata membutuhkan waktu untuk bisa berkembang. “Sangat tidak mungkin
untuk seseorang bisa mencintaimu lebih dari apapun hanya dalam dua minggu. Atau dua
hari. Atau dua jam. Atau dua bulan sekalipun,” jelasnya.

Love bombing merupakan suatu bentuk penyiksaan yang manipulatif, penegasan bahwa
sang pelaku menghujani cinta dan perhatian jika si korban berperilaku sebagaimana yang
diinginkan sang love bomber. Saat korban tidak lagi melakukan sesuai apa yang dituntut
sang love bomber, maka hubungan akan masuk pada tahap devaluasi dimana pelaku
meninggalkan korban dan memutuskan komunikasi.
Platform media sosial kerap kali menjadi sarana yang membuat efek dari love bombing
semakin besar, mengingat si pelaku jadi bisa semakin terhubung dalam kontak dan
komunikasi yang konstan dengan korbannya, lalu dapat memutuskan komunikasi juga
dengan instan.
Jika kamu merasa sedang melakukan love bombing, jangan segan-segan untuk mencari
tahu lebih lanjut jika kamu atau pasanganmu butuh untuk lebih terbuka tentang satu sama
lain, atau membutuhkan bantuan dari seorang profesional.

Anda mungkin juga menyukai