0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
173 tayangan5 halaman
Bagaimanapun juga hal-hal yang terkait dengan penyimpangan bukanlah hal yang harus di edukasi dengan cara “open your mind”, namun ditinjau memlalui berbagai aspek. Manusia adalah makhluk sosial, ketika eksistensinya sudah mengganggu mansuia lainnya, maka mereka berhak untuk bicara. Ini bukan persoalan sopan dan satun, bukan juga perkara baik dan tidak.
Bagaimanapun juga hal-hal yang terkait dengan penyimpangan bukanlah hal yang harus di edukasi dengan cara “open your mind”, namun ditinjau memlalui berbagai aspek. Manusia adalah makhluk sosial, ketika eksistensinya sudah mengganggu mansuia lainnya, maka mereka berhak untuk bicara. Ini bukan persoalan sopan dan satun, bukan juga perkara baik dan tidak.
Bagaimanapun juga hal-hal yang terkait dengan penyimpangan bukanlah hal yang harus di edukasi dengan cara “open your mind”, namun ditinjau memlalui berbagai aspek. Manusia adalah makhluk sosial, ketika eksistensinya sudah mengganggu mansuia lainnya, maka mereka berhak untuk bicara. Ini bukan persoalan sopan dan satun, bukan juga perkara baik dan tidak.
Telaah Kritis Fenomena Anak Muda dan Krisis Moralitasnya
Muhamad Adit Nurcita (2108303046) Aqidah dan Filsafat Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon nurcita67@gmail.com Pendahuluan Dalam satu tahun kebelakang agaknya fenomena satu ini menjadi sebuah kejadian yang mulai di lumrahkan oleh berbagai macam kalangan, atau bahkan di jadikan sebuah trend yang cukup membuat geleng-geleng kepala. Friends With Benefits (FWB), sebuah istilah yang mungkin tidak asing bagi beberapa orang, adalah sebuah hubungan diantara dua belah pihak, namun tidak adanya komitmen yang jelas atau tegas seperti layaknya sepasang kekasih ataupun suami istri, dan melibatkan hubungan seks layaknya seorang pasutri yang sah. Konsep pasangan tanpa komitmen ini sering disalah gunakan oleh kalangan tersebut untuk bergonta-ganti pasangan seks, sehingga menyebabkan resiko penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Resiko lainnya juga bisa didapatkan, ketidak jelasan hubungan akan membawa beberapa pengaruh psikologis dari para kaum FWB ini. Bagai sebuah pengikisan budaya, nilai-nilai norma mulai terkikis, dan pula di tambah dengan masuknya budaya barat yang cukup bebas. Banyak orang berkata bahwa open minded perlu di lakukan oleh anak-anak muda dan seluruh kalangan agar kita tidak tertinggal, namun nyatanya kata-kata itupun banyak di salah pahami, hingga sebuah penyimpangan di anggap sebagai hal yang lumrah untuk di lakukan. Kekhawatiran akan adanya degredasi moralitas yang terjadi dikalangan anak-anak muda membuat saya berpikir bahwa hal ini perlu di tinjau dan di angkat sebagai sebuah penelitian fenomena sosial, kekhawatiran lainnya adalah resiko-resiko besar yang mengarah pada hal-hal negatif yang juga perlu diketahui dan di pelajari oleh seluruh kalangan, dalam kategori ini saya menyoroti hal tersebut agar mungkin tulisan ini bisa juga di jadikan sebagai bahan bacaan dan juga pelajaran. Konsep mengenai friends with benefits, bukanlah sebuah jalur yang harus ditempuh hanya untuk memuaskan hasrat seksualitas, apalagi dalam ketegori tertentu hal ini bisa menyebabkan seseorang tidak lagi percaya untuk menjalin hubungan dengan lawan jenisnya, meskipun ini terdengar sebagai masalah sepele karena berurusan dengan ranah privat seseorang, namun nyatanya dampak-dampak dari hal tersebut bisa menyebabkan butterfly effect, yang dapat di rasakan oleh banyak orang dan menjadi sebuah masalah sosial dalam konteks negara. Nyatanya aspek moral akan memiliki nilai yang tinggi dalam kenyataan sosial, dan banyak mempengaruhi tindakan-tindakan yang akan di lakukan oleh seseorang. Pembahasan Kajian Literatur Sejauh pengamatan yang penulis miliki, penelitian yang mengkaji mengenai friends with benefits memang sudah ada dan bervariasi. Maka dengan demikian saya berikan beberapa kajian literatur yang sesuai dengan tema yang saya angkat, dan membedakannya dengan tema yang telah saya teliti, yakni adanya fenomena dimana friends with benefits menjadi sebuah trend yang mulai mengakar di kalangan anak muda. Tambahan lainnya akibat yang bisa degradasi moral adalah penurunan tingkah laku manusia akibat tidak mengikuti hati nurani karena kurangnya kesadaran diri terhadap kewajiban mutlak. Dengan demikian untuk menghindari kesamaan penelitian maka penulis akan mencoba memaparkan beberapa penelitian mengenai friends with benefits ataupun mengenai moralitas itu tersendiri. Pertama, adalah Thesis dengan judul “Dampak Melakukan Friend With Benefits Relationship Pada Dewasa Awal” yang di tulis oleh Maria Francisca Mahatmya Wijna Dwilaksmi dalam Program Magister Profesi Psikologi jenjang Magister, Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, 2009. Yang memiliki hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak melakukan friend with benefits relationships (FWB) pada dewasa awal. Sampel dalam penelitian ini berjumlah tiga orang laki-laki dan satu orang perempuan dengan rentang usia 25-29 tahun, suku bangsa Jawa yang tinggal di daerah Yogyakarta dan Semarang dan menjalani hubungan FWB. Dari hasil analisis data, diketahui adanya dampak positif dan negatif yang muncul selama menjalani hubungan FWB. Dampak positif yang muncul saat menjalani hubungan FWB adalah adanya relasi pertemanan dengan orang yang baru, meningkatkan kejujuran pada sebuah pertemanan, menumbuhkan kepercayaan diri, tidak memerlukan sebuah komitmen untuk melakukan hubungan seksual, mendapatkan afeksi dari teman lawan jenis, memiliki pasangan yang selalu menemani, melepaskan emosi yang ada di dalam diri, dan bisa menyegarkan suasana hati. Dampak negatif dari hubungan FWB adalah hubungan seksual tidak lagi sakral dan sebatas rutinitas saja, adanya perasaan bersalah yang muncul dalam diri sendiri, adanya perasaan tercabik, secara ekonomi menjadi lebih boros, menjadi dianggap tidak bisa serius ketika menjalin sebuah hubungan, dicap anak nakal oleh orang di sekitar, adanya ketergantungan terhadap hubungan FWB, ketergantungan untuk selalu memiliki pasangan dan munculnya perasaan bersalah terhadap orang-orang di sekitarnya. Kedua, yakni artikel penelitian denga judul “Studi Fenomenologi: Pengalaman Friends with Benefits pada Pengguna Tinder” yang di tulis oleh Winda Gladyshavira Fakultas Psikologi Universitas Airlangga dalam Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental Vol.1 No.1 Tahun 2021. Dalam penelitian ini hasil yang telah ditemukan adalah: a) proses pencarian pasangan FWB melalui Tinder melibatkan kesan khas yaitu kesan sensual meskipun diwujudkan dengan pengalaman unik masing-masing partisipan. b) pemaknaan hubungan FWB bermacam-macam, yaitu hubungan untuk having fun, teman tapi mesra, dan pemuas kebutuhan seksual. c) pemaknaan pasangan friends with benefits sebagai teman dan sex partner. Meskipun setiap partisipan memaknai hubungan FWB-nya secara berbeda, satu-satunya poin kesepakatannya adalah aktivitas seksual. Dari dua kajian literatur di atas maka, saya sendiri masih memiliki perbedaan yang signifikan seperti yang disebutkan pada paragraf awal. Maka dari itu saya rasa penelitian ini masih bisa saya lakukan dan memiliki hal-hal yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Kajian Teori Dalam penelitian kali ini saya menggunakan beberapa teori yang akan menjadi mata pisau analisis fenomena yang saya bahas ini, pertama saya akan berbicara mengenai konsep perubahan sosial dari Karl Marx yakni pandangannya yang dikenal dengan konsep materialisme historis. Dan juga sedikit meninjau melalui konsep etika dan juga moral. Matearilisme Historis Konsep yang digagas oleh Karl Marx ini memiliki pandangan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kedudukan materi, bukan pada ide karena ide adalah bagian dari materi (Salim, 2022). Implikasi pemikiran Marx ini adalah melihat struktur ekonomi sebagai awal kegiatan manusia. Struktur ekonomi adalah penggerak sistem sosial yang menyebabkan perubahan sosial, lingkungan ekonomi menjadi dasar segala perilaku manusia. Selanjutnya, Marx menyatakan bahwa kita harus mencari penyebab perubahan didalam cara-cara produksi masyarakat daripada ide-idenya. Etika dan Moral Etika adalah cabang dari filsafat yang membicarakan tentang nilai baikburuk. Etika disebut juga Filsafat Moral. Etika membicarakan tentang pertimbanganpertimbangan tentang tindakan-tindakan baik buruk, susila tidak susila dalam hubungan antar manusia. Etika dari bahasa Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan moral dari kata mores yang berarti cara hidup atau adat. Ada perbedaan antara etika dan moral. Moral lebih tertuju pada suatu tindakan atau perbuatan yang sedang dinilai, bisa juga berarti sistem ajaran tentang nilai baik buruk. Sedangkan etika adalah adalah pengkajian secara mendalam tentang sistem nilai yang ada, Jadi etika sebagai suatu ilmu adalah cabang dari filsafat yang membahas sistem nilai (moral) yang berlaku. Moral itu adalah ajaran system nilai baik-buruk yang diterima sebagaimana adanya, tetapi etika adalah kajian tentang moral yang bersifat kritis dan rasional. Esensi pembeda antara manusia dan makhluk lain adalah pada aspek moralnya. Pada morallah manusia menemukan esensi kemanusiaannya, sehingga etika dan moral seharusnya menjadi landasan tingkah laku manusia debgan segala kesadarannya. Ketika norma moral (moralitas) tidak ditakuti/dihargai maka masyarakat akan kacau. Moralitas mempunyai nilai yang universal, dimana seharusnya menjadi spirit landasan tindakan manusia. Norma moral muncul sebagai kekuatan yang amat besar dalam hidup manusia. Norma moral lebih besar pengaruhnya dari pada norma sopan santun (pendapat masyarakat pada umumnya), bahkan dengan norma hukum yang merupakan produk dari penguasa. Atas dasar norma morallah orang mengambil sikap dan menilai norma lain. Norma lain seharusnya mengalah terhadap norma moral. (Magnis Suseno: 21) Thomas Aquinas berpendapat bahwa suatu hukum yang bertentangan dengan hukum moral akan kehilangan kekuatannya. Analisis Pembahasan Seperti yang kita tahu bahwa saat ini perkembangan peradaban terus berlangsung dan mengalami kemajuan yang signifikan. Perkembangan tekhnologi ini nyatanya bukan hanya mendatangkan kemudahan-kemudahan yang berdampak positif bagi semua umat manusia. Kenyataan bahwasannya setiap hal selalu memiliki dua sisi seperti tak bisa luput dari hal tersebut. Dampak-dampak negatif yang terjadi dalam perkembangan zaman nyatanya harus terus di tinjau dan diupayakan penyelesaian solusinya. Secara garis besar kenyataan mengenai adanya perubahan-perubahan ini menurut saya memang terkonstruk sejalan denga pemikiran Karl Marx mengenai perubahan sosial yang menkonsep mengenai materialisme historis. Salah satu fenomena yang ingin saya bidik disini adalah mengenai adanya trend yang bernama Friends With Benefits. Sejalan dengan pengertian yang telah dipaparkan dalam pendahuluan maka saya ingin mempertegas kembali, jikalau Friends With Benefits ini merupakan sebuah fenomena yang banyak memiliki dampak negatif dibandingkan dengan dampak positifnya. Mungkin secara psikologis beberapa hal positif dapat di hasilkan namun ada dampak-dampak krusial yang justru seharusnya lebih disoroti kembali. Trend ini membebaskan pelakunya untuk melakukan seks bebas yang memang secara konsep keagamaan itu tidak diperbolehkan, lalu bagaiamana dengan konsep moral? Etika? Dan juga apa efeknya. Secara garis besar saya menyatakan bahwa melalui perilaku demikian degredasi moral telah mulai mengakar pada jiwa-jiwa muda anak penerus bangsa, adanya fenomena yang menyimpang tersebut lalu kemudian dijadikan sebuah trend akan membuat bebera efek yang cukup kacau. Seperti yang telah saya bahas di pendahuluan bahwasannya akan ada Butterfly effect dari kejadian tersebut. Ketika hal tersebut tidak di tinjau dan dibiarkan mulai membentuk sebuah komunitas baru di tatanan masyarakat. Pelegalan atas dasar mau sama mau, tidak dapat di jadikan sebuah alasan, karena balik lagi bahwasannya efek negatif itu akan timbul. Bisa saja dengan tanpa adanya komitmen bergonta ganti pasangan seks menjadi hal yang wajar untuk diikuti, dan tersebut sangatlah mengerikan ketika meraka bisa terjangkit penyakit infeksi kelamin atau juga HIV AIDS. Jika jumlah pasien tersebut mengalami kelonjakan yang signifikan maka pemerintah mau tidak mau harus turut andil meskipun ini berarah pada ranah privat. Karena bagaiamanapun juga ketika hal pribadi tersebut sudah mulai melibatkan dan bahkan merugikan banyak pihak, maka perlu adanya tinjauan kembali. Selanjutnya mengapa ini bisa menyebabkan degradasi moral, sudah dikatakan bahwa esensi pembeda antara manusia dan makhluk lain adalah pada aspek moralnya. Pada morallah manusia menemukan esensi kemanusiaannya, sehingga etika dan moral seharusnya menjadi landasan tingkah laku manusia debgan segala kesadarannya. Ini satu hal yang mengerikan ketika manusia itu sendiri tidak memahami esensinya atau bahkan menembus hal tersebut, lalu dengan begitu apa yang menjadi pembeda dengan makluk lain. Maka dari itu dengna ini bagi seluurh kalangan anak muda penerus bangsa, hati-hati dalam memilih karena bagaimana pun juga setip pilihan memiliki resokonya masing-masing. Penutup Kesimpulan Bagaimanapun juga hal-hal yang terkait dengan penyimpangan bukanlah hal yang harus di edukasi dengan cara “open your mind”, namun ditinjau memlalui berbagai aspek. Manusia adalah makhluk sosial, ketika eksistensinya sudah mengganggu mansuia lainnya, maka mereka berhak untuk bicara. Ini bukan persoalan sopan dan satun, bukan juga perkara baik dan tidak. Tapi disini saya hanya bisa menyampaikan sedikit catatan bahawa ketika meneliti ini masih banyak kekurangan yang saya lakukan maka dari itu penulis sangat terbuka bagi saran-saran dari pembca. Referensi Azzizah, Annisa Nur (2020). Friends With Benefit: Agensi Seksual Kaum Muda Dalam Kontestasi Nilai Dan Norma. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Program Studi Sosiologi. Universitas Indonesia. Depok Foucault, Michel (2000). Sex dan Kekuasaan: Sejarah Seksualitas. Gramedia: Jakarta Saraswati, Mila & Ida WIdaningsih (2008). Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial. Grafindo Media Pertama: Jakarta. Satu, Vincentius (2009). Seri Panduan Belajar dan Evaluasi Sosiologi. Grasindo: Jakarta. Wirawan. (2012a). Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma (Pertama). Kencana Prenada Media Group. Dwilaksmi, Maria Francisca Mahatmya Wijna. 2009 “Dampak Melakukan Friend With Benefits Relationship Pada Dewasa Awal” Thesis dalam Program Magister Profesi Psikologi jenjang Magister, Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Gladyshavira, Winda. 2021. “Studi Fenomenologi: Pengalaman Friends with Benefits pada Pengguna Tinder”. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga dalam Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental Vol.1 No.1.