Anda di halaman 1dari 5

REVIEW ARTIKEL JURNAL

MATA KULIAH PSIKOLOGI SOSIAL


TOPIK/BAB PERSEPSI SOSIAL

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Mochammad Sa’id, S.Psi., M.Si.

OLEH:
SOFA MARWATI
NIM: 220811601089

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI
TAHUN 2023
A. Pendahuluan

Perilaku male grooming merupakan suatu peristiwa yang saat ini sudah banyak sekali kita lihat,
baik itu di lingkungan sekitar maupun di media sosial. Peristiwa ini menunjukan dimana seorang
laki-laki yang menggunakan produk perawatan serta kosmetik dan berhias layaknya kebiasaan
para perempuan. Hal ini menjadi pemicu timbulnya persepsi sosial dari masyarakat terhadap laki-
laki yang berperilaku male grooming. Tentu dari persepsi ini banyak menimbulkan pro dan kontra
dari berbagai lapisan masyarakat terutama para laki-laki serta orang tua terdahulu yang sangat
menjunjung tinggi maskulin dan feminin antara laki-laki dan perempuan.
Peristiwa inilah yang menjadi alasan penulis untuk membahas persepsi sosial dengan perilaku
male grooming. Penulis sangat tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai perilaku dan
persepsi sosial yang akan mengacu pada salah satu artikel jurnal yang berjudul “Persepsi Sosial
Laki-laki Terhadap Perilaku Male Grooming”.
Adapun landasan penulis tertarik untuk membahas artikel jurnal ini adalah kesesuaian artikel
jurnal tersebut dengan topik yang akan dibahas oleh penulis. Pada artikel jurnal ini menyinggung
pembahasan mengenai persepsi sosial, dimana pada psikologi sosial juga turut membahas tentang
persepsi sosial. Persepsi sosial adalah sejenis aktivitas pengelolaan informasi yang
menghubungkan seseorang dengan lingkungannya. Di dalam persepsi sosial terdapat proses
pembentukan persepsi sosial meliputi komunikasi non-verbal, atribusi, dan pembentukan kesan.
Menurut penulis, materi ini sangat besar kaitannya dengan peristiwa male grooming dimana
dengan adanya peristiwa tersebut akan membuat berbagai kesan hingga terbentuknya persepsi
sosial. Pada artikel jurnal inipun terdapat beberapa pandangan dari partisipan mengenai perilaku
male grooming. Selain itu juga, penulis merasa bahwa artikel jurnal ini memiliki beberapa
kesamaan pemahaman yang selanjutnya akan penulis bahas pada bagian-bagian berikutnya.

B. Identitas Artikel Jurnal


Pradani. T,A., & Suhanti. Y.I. (2020). Persepsi sosial laki-laki terhadap perilaku male
grooming. Jurnal Psikologi, 3(2), 43-51. https://doi.org/10.31293/mv.v3i2.4909

C. Ringkasan Artikel Jurnal

a. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, perilaku male grooming atau berhias dan merawat diri pada
laki-laki merupakan suatu perilaku yang sudah sering kita jumpai. Berkaca dari berkembangnya
media sosial seperti tiktok, instagram, dan lain sebagainya merupakan tempat yang seringkali
memperlihatkan aktivitas laki-laki dengan perilaku male grooming, tak jarang orang disekitar kita
juga melakukan perilaku tersebut. Perilaku male grooming merupakan salah satu bentuk dari peran
gender maskulinitas yang kemudian ditandai dengan kemunculan produk kosmetik dan perawatan
pada laki-laki.
Pada dasarnya, laki-laki dengan perilaku male grooming ini bertujuan untuk merawat dirinya
sendiri. Karena bagi mereka perilaku seperti itu akan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Seperti halnya pada laki-laki dewasa awal yang melakukan male grooming bertujuan untuk
membantu merawat wajah dari jerawat agar terlihat lebih menarik. Tak hanya itu, lelaki yang sudah
menginjak dewasa pertengahan merasa rambutnya sudah mulai rontok, akhirnya menggunakan
shampo perawatan untuk menjaga pertumbuhan rambutnya agar tidak botak. Akan tetapi, perilaku
tersebut justru mendapatkan respon yang kurang sesuai dari lingkungan masyarakat sekitar
terutama dalam kelompok pertemanan.
Umumnya laki-laki cenderung memiliki hubungan interpersonal dalam sebuah kelompok
pertemanan, dimana hubungan itu muncul karena adanya persepsi sosial. Dalam konteks hubungan
pertemanan ini, persepsi sosial mereka mengenai perilaku male grooming tersebut merupakan
sesuatu yang sering dianggap berlebihan dan buang-buang waktu. Mereka cenderung akan
menjauhi, meninggalkan, bahkan memberikan kesan negatif apabila ada salah satu temannya yang
berperilaku male grooming.
Masyarakat menganggap perilaku male grooming ini sudah melanggar dan tidak mengikuti
norma orang terdahulu. Masyarakat memiliki pandangan bahwa produk kosmetik dan perawatan
lainnya akan memberikan kesan keindahan dan kecantikan untuk menonjolkan sisi feminin.
Sedangkan keberadaan produk seperti ini dianggap dapat menggoyahkan norma maskulin yang
seharusnya sudah melekat pada laki-laki. Persepsi sosial pada perilaku ini akan memberikan
pengaruh yang cukup besar baik itu berupa penerimaan atau penolakan. Padahal, kenyataannya
tidak ada aturan yang melarang bahwa laki-laki tidak boleh melakukan kegiatan male grooming
seperti halnya yang dilakukan oleh perempuan. Hanya saja persepsi sosial yang sudah turun
temurun dari budaya tradisional yang mengharuskan kita untuk menonjolkan sisi maskulin dan
feminin dari setiap laki-laki dan perempuan.

b. Teori Yang Digunakan


Pada artikel jurnal ini membahas mengenai teori persepsi sosial. Pada psikologi sosial kita
sudah membahas materi mengenai persepsi sosial. Persepsi sosial adalah suatu proses yang
digunakan untuk mencoba mengetahui dan memahami orang lain, dalam kerangka memperoleh
gambaran menyeluruh tentang intensi, kepribadian, dan motif-motif yang melingkupi orang lain.
Persepsi sosial sendiri berfokus pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain
itu, ada beberapa proses terbentuknya persepsi sosial yakni komunikasi non-verbal, atribusi, dan
kesan.
Berdasarkan perilaku male grooming ini, dapat kita kaji bahwa laki-laki tidak terlepas dalam
berinteraksi dengan orang lain. contoh kecil dari interaksi tersebut adalah dengan lingkup
pertemanannya. Interaksi sosial yang dilakukan laki-laki dalam pertemanan itulah yang dinamakan
hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal ini sedikit banyaknya dipengaruhi karena adanya
persepsi sosial. Individu dalam hubungan interpersonal itu akan mempersepsikan perilaku yang
dilakukan oleh individu lain termasuk perilaku male grooming ini. Individu yang melakukan male
grooming ini beranggapan bahwa ia akan diterima jika ia memiliki penampilan yang menarik,
namun kenyataannya bertolak belakang.
Pengaruh pada perilaku male grooming ini dibedakan dalam tiga dimensi yaitu intrapersonal,
interpersonal, dan pengaruh sosial. Secara intrapersonall laki-laki ingin melakukan male grooming
karena berharap akan diterima jika ia memiliki penampilan yang menarik. Akan tetapi ternyata
perilaku tersebut justru menimbulkan hubungan interpersonal yang kurang baik dengan
lingkungan pertemanannya. Dalam persepsi sosial, perilaku tersebut akan memberikan dampak
yang signifikan, bentuk penerimaan atau penolakan pun akan lebih mencolok nantinya.
Pada dasarnya persepsi sosial dalam memandang perilaku male grooming ini ke dalam 3
macam, yaitu negatif, positif, dan ambivalen. Tetapi pada konteks perilaku ini menurut mereka
lebih menunjukkan persepsi sosial yang negatif.

c. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian, Subjek Penelitian dan Jumlahnya, Metode Pemilihan
Subjek/Sampling
Penelitian pada artikel jurnal ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berusaha
mengungkapkan suatu makna secara subjektif partisipan tentang suatu objek penelitian. Model
dalam penelitian ini menggunakan fenomenologi yang berusaha mengungkap, mempelajari, serta
memahami suatu fenomena yang terjadi berdasarkan sudut pandang beberapa individu. Adapun
Subjek dari penelitian ini adalah individu yang mengetahui informasi mengenai fenomena yang
diangkat, selain itu juga subjek yang menjadi partisipan memiliki beberapa karakteristik seperti
berusia dewasa awal, tidak melakukan male grooming, dan memiliki teman yang berperilaku male
grooming. Jumlah subjek dalam penelitian artikel jurnal ini sebanyak 3 orang.

2. Metode Pengumpulan Data (Alat Ukur/Instrumen)


Metode pengumpulan data pada artikel jurnal kali ini menggunakan dua metode, yaitu berupa
wawancara semi terstruktur dan observasi. Dimana pada kedua metode ini nantinya akan dilakukan
perbandingan hasil serta penelaahan terhadap partisipan.

3. Metode Analisis Data


Metode atau teknik analisis data yang digunakan pada artikel jurnal ini adalah teknik analisis
tematik. Teknik analisis ini merupakan teknik yang menggunakan analisis makna berdasarkan
tema-tema yang dianggap menonjol pada kategori-kategori dalam penelitian yang dilakukan.

d. Hasil Temuan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dari penelitian, dapat kita cermati
bersama terhadap beberapa hasil temuan di lapangan. Seperti dalam pemenuhan kebutuhan, ketiga
partisipan memiliki pandangan yang berbeda bahwa laki-laki yang melakukan male grooming ini
sebagian besar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan serta tuntutan, baik itu tuntutan pekerjaan
dan untuk perawatan diri. Selain itu, faktor permasalahan kulit menjadi salah satu alasan laki-laki
melakukan male grooming. Akan tetapi, ketiga partisipan ini menganggap kegiatan male grooming
ini merupakan kegiatan yang tidak wajar dan berlebihan. Beberapa di antara mereka menganggap
bahwa kegiatan ini membuang waktu saja. Hal ini dapat kita jelaskan bersamaan dengan ketiga
aspek persepsi sosial seperti kognitif karena menjelaskan pemahaman laki-laki terhadap perilaku
male grooming.
Pada partisipan memiliki perbedaan pandangan dan perasaan yaitu diantaranya, mereka merasa
risih ketika melihat perilaku male grooming, kemudian merasa tidak suka ketika melihat perilaku
tersebut, hingga ada yang merasa lucu ketika melihat perilaku tersebut dari temannya. Melihat dari
respon partisipan itu dapat kita simpulkan bahwa itu merupakan afektif yang ditunjukkan dalam
aspek persepsi sosial atau penjelasaan mengenai perasaan ketika melihat perilaku male grooming.
Para partisipan beranggapan bahwa lelaki yang ideal dan menarik itu justru tidak memerlukan
kegiatan seperti male grooming. Menurut mereka lelaki hanya cukup untuk menjaga kebersihan
diri saja tidak perlu memakai kosmetik dan alat perawatan lainnya secara berlebihan. Akan tetapi,
dari berbagai pro dan kontra yang mereka ungkapkan mengenai perilaku ini mereka tetap
menerima temannya dengan perilaku male grooming. Dapat kita tarik kesimpulannya bahwa hal
ini cukup menjelaskan aspek terakhir dari persepsi sosial yaitu psikomotorik yaitu perlakuan atau
timbal balik yang diberikan.

e. Pelajaran yang Bisa Diambil (Refleksi Pribadi)


Menurut penulis sendiri, berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan bersamaan dengan
berlandaskan artikel jurnal ini dapat disimpulkan bahwa perilaku male grooming boleh-boleh saja
dilakukan selama perilaku itu tidak berlebihan dan masih dalam batas kewajaran. Sebab pada
dasarnya, perilaku male grooming ini bertujuan untuk menjaga penampilan serta merawat
tubuhnya demi tuntutan pekerjaan dan lingkungan sekitar. Selain itu juga, perilaku ini berguna
untuk meningkatkan rasa percaya diri pada seorang laki-laki yang memiliki berbagai permasalahan
pada kulit, rambut, dan sebagainya.
Akan tetapi, perlu diperhatikan apabila perilaku male grooming yang sudah melewati batas
wajar seperti memakai kosmetik atau merawat diri selayaknya perempuan itu harus memiliki
kesadaran untuk mempertahankan sisi maskulinnya. Serta bagi siapapun yang memiliki teman,
saudara, bahkan anggora di masyarakatnya yang berperilaku male grooming ini tidak perlu
dimusuhi atau diperlakukan tidak baik, tetap temani mereka dan berikan dukungan yang terbaik
agar tidak lebih terjerumus ke arah yang negatif.

Anda mungkin juga menyukai