Anda di halaman 1dari 16

Tiurlina Fikri Amelia 16102059

Rahma Nur Aini 16102105

Talitha Utami 16102111

Ravello Jonathan Hutasoit 16102128

Febriyanti Ayu Dwiastuti 16102176

KELOMPOK 1

AKUNTANSI MANAJEMEN

Chapter 11

Cost-Volume-Profit Analysis: A Managerial Planning Tool

Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis) merupakan suatu
alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena analisis biaya
volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua
informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis cvp dapat menjadi suatu alat
yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang di!adapi
suatu divisi dan membantu mencari pemeca!annya.

Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang harus dijual
untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap ter!adap titik impas, dan dampak
kenaikan harga terhadap laba. selain itu analisis CVP memungkinkan para manajer untuk
melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya
terhadap laba. Bahwa analisis CVP merupakan suatu bagian integral dari perencanaan keuangan
dan pengambilan keputusan. Setiap akuntan dan manajer harus mengenal seluruh konsep
konsepnya, bukan hanya mekanikanya.

 Break-Even Point in Units (Objective 1)

Adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama
dengan nol. Untuk membalas cara menentukan titik impas, kemudian melihat bagaimana
pendekatan kita dapat dikembangkan untuk menentukan jumlah unit yang harus djual guna
menghasilkan laba yang ditargetkan.

 Penggunaan Laba Operasi Dalam Analisis CVP

Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya–
biaya perusahaan dalam kategori tetap dan variable. Laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai
persamaan berikut.

 Laba Operasi = Pendapatan Penjualan – Beban Variabel – Beban Tetap

Perhatikan bahwa kita menggunakan istilah laba operasi untuk menunjukkan penghasilan
atau laba sebelum pajak penghasilan. Laba Operasi (operating income) hanya
mencakup pendapatan dan beban dari operasional normal perusahaan. Laba bersih (net income)
adalah laba operasi dikurangi pajak penghasilan. Setelah menghitung jumlah unit yang terjual, kita
dapat mengembangkan persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjualan dan
beban variabel dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Secara lebih spesifik, pendapatan
penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang terjual. Dengan demikian,
persamaan laba operasi menjadi :

Laba Operasi = (Harga x Jumlah Unit Terjual) – (Biaya Variabel per Unit x Jumlah Unit
Terjual ) – Total Biaya Tetap

 Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Impas

Kita dapat menghitung unit impas lebih cepat dengan berfokus pada margin kontribusi.
Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya
variable. Pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap. Jika kita mengganti margin
kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variabel per unit pada persamaan laba operasi dan
memperoleh jumlah unit, maka kita akan mendapatkan persamaan dasar impas berikut :

Jumlah unit = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit


 Penjualan Dalam Unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba

Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, sebagian besar perusahaan ingin
memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis CVP menyediakan suatu cara
menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk menghasilkan target laba tertentu.

 Titik Impas dalam Dollar Penjualan (Objective 2)

Pada beberapa kasus yang menggunakan analisis CVP, manajer mungkin lebih suka
menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan daripada unit yang terjual.
Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan penjualan
hanya dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual. Rasio biaya variabel
(variable cost ratio) sebesar 60% pada contoh ini merupakan bagian dari setiap dolar penjualan
yangharus digunakan untuk menutup biaya variable. Rasio biaya variable dapat dihitung dengan
menggunakan data total maupun data per unit. Tentu saja, persentase dari dolar penjualan yang
tersisa setelah biaya variabel tertutupi merupakan rasio margin kontribusi. Rasio margin
kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dolar penjualan yang tersedia
untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.

 Target Laba dan Pendapatan Penjualan

Secara umum dengan asumsi biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat
digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas perubahan pendapatan penjualan. Untuk
memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan, kalikan
rasio margin kontribusi dengan perubahan dalam penjualan.

Analisis biaya-volume-laba cukup sederhana dalam pengaturan produk tunggal. Namun,


kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa. Meskipun konsep
kompleksitas analisis CVP meningkat dengan beberapa produk, operasinya cukup mudah.

 Graphical Representation of CVP Relationships

Representasi grafis hubungan CVP digambarkan secara visual untuk membantu manajer untuk
melihat perbedaan antara variabel biaya dan pendapatan. Serta dapat membantu manajer dalam
memahami atau menemukan dampak pada titik impas jika terjadi kenaikan atau penurunan
penjualan.
 The Profit – Volume Graph

Grafik volume keuntungan menggambarkan hubungan antara keuntungan dan volume penjualan
secara visual. Grafik volume keuntungan ini merupakan grafik persamaan laba operasi yaitu Laba
Operasi = (Harga x Unit) – (Biaya Variabel per Unit x Unit) – Biaya Tetap . Laba operasi
merupakan variabel yang terikat dan unit merupakan variabel bebas, nilai variabel bebas dapat
diukur pada sumbu horizontal dan nilai variabel terikat pada sumbu vertikal.

 The Cost – Volume – Profit Graph

Grafik biaya volume laba menggambarkan hubungan antara biaya, volume dan keuntungan. Untuk
mendapatkan hubungan yang lebih detail maka diperlukan grafik yang terpisah yaitu garis
pendapatan total dan garis biaya total dengan masing – masing dua persamaan berikut :

Pendapatan = Harga x Unit

Total Biaya = (Biaya Variabel per Unit x Unit) + Biaya Tetap

 Asumsi – asumsi dari Analisis Biaya Volume Laba

Grafik volume laba dan biaya volume laba mengandalkan beberapa asumsi, sebagai berikut :

1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan linier dan fungsi biaya linier.


2. Analisis mengamsumsikan bahwa harga, total biaya tetap dan biaya variabel per unit dapat
diidentifikasi secara akurat dan tetap konstan selama rentang yang relevan.
3. Analisis mengasumsikan bahwa yang diproduksi yang akan dijual.
4. Untuk analisis produk ganda maka diasumsikan bauran penjualan telah diketahui.
5. Telah diasumsikan bahwa harga dan biaya jual diketahui secara pasti.
 Fungsi Linier, mendapatkan pertimbangan tambahan pada fungsi biaya dan fungsi biaya
linier. Identifikasi ekonomi pada panel A menggambarkan pendapatan yang melengkung
dan fungsi biaya, terlihat ketika kuantitas yang mengalami peningkatan penjualan maka
pendapatan akan ikut meningkat dan pada akhirnya dapat mengalami kenaikan hingga
penurunan dari sebelumnya. Terlihat dengan kebutuhan dapat menurunkan harga karena

semakin banyak unit yang terjual.


 Rentang Relevan, tidak perlu mempertimbangkan kemungkinan seluruh rentang pada
produksi dan penjualan karena pada analisis CVP yang merupakan alat pengambilan
keputusan jangka pendek sehingga hanya perlu menentukan rentang operasi saat periode
tersebut atau rentang yang relevan pada hubungan biaya dan pendapatan linier valid.
Asumsi berikutnya untuk rentang yang relevan saat kisaran relevan telah diidentifikasi
maka dapat mengasumsikan hubungan biaya, harga diketahui dan konstan. Pada panel B
menggambarkan kisaran relevan bahwa hubungan biaya dan pendapatan secara kasar linier
pada kisaran ini memungkinkan untuk menggunakan persamaan CVP, namun jika rentang
yang relevan berubah maka harus menggunakan perbedaan biaya tetap, variabel dan harga
tersebut.

 Produksi sama dengan Penjualan,


merupakan asumsi ketiga yaitu apa yang diproduksi akan terjual. Tidak ada perubahan pada
persediaan selama periode tersebut, inventaris tidak berpengaruh pada analisis titik impas.
Sebab analisis titik impas merupakan teknik keputusan jangka pendek untuk menutupi
seluruh biaya dalam periode tertentu dan persediaan mencakup biaya periode sebelumnya
dan tidak diperhitungkan.

 Bauran Penjualan Konstan, pada analisis produk tunggal terlihat jelas bauran penjualan
konstan pada satu produk menyumbang 100% dari penjualan. Untuk beberapa produk
membutuhkan bauran penjualan yang konstan tetapi hampir tidak mungkin untuk
memprediksi dengan pasti bagaimana bauran penjualannya. Antisipasi pada praktiknya
melalui analisis sensitivitas dengan menggunakan analisis spreadsheet sensitivitas variabel
ke berbagai bauran penjualan agar dapat mudah dinilai.

 Harga dan Biaya diketahui dengan Pasti, pada hal ini perusahaan mengalami kendala dalam
memastikan harga, biaya variabel dan biaya tetap dengan tepat atau pasti. Selain itu ada
cara formal secara eksplisit untuk membangun ketidakpastian pada CVP Model dan akan
dibahas pada bagian selanjutnya.

Karena perusahaan beroperasi di dunia yang dinamis, mereka harus menyadari


perubahan harga, biaya variabel, dan biaya tetap. Mereka juga harus memperhitungkan efek
risiko dan ketidakpastian. Pada bagian ini kita melihat pengaruh perubahan harga, kontribusi
unit margin, dan biaya tetap pada titik impas. Kami juga mencari cara yang bisa dilakukan
manajer menangani risiko dan ketidakpastian dalam kerangka CVP.

Misalkan Perusahaan Whittier baru-baru ini melakukan studi pasar terhadap mesin
pemotong rumput yang memunculkan tiga alternatif berbeda:

1. Alternatif 1: Jika pengeluaran iklan meningkat $ 8.000, penjualan akan meningkat dari
1.600 unit menjadi 1.725 unit.
2. Alternatif 2: Penurunan harga dari $ 400 menjadi $ 375 per mesin pemotong rumput akan
meningkat penjualan dari 1.600 unit menjadi 1.900 unit.
3. Alternatif 3: Menurunkan harga menjadi $ 375 dan meningkatkan pengeluaran iklan
sebesar $ 8.000 akan meningkatkan penjualan dari 1.600 unit menjadi 2.600 unit.
Haruskah Whittier mempertahankan harga dan kebijakan periklanannya saat ini, atau
haruskah demikian memilih salah satu dari tiga alternatif yang dijelaskan oleh studi
pemasaran?

Maka kita harus membedah ketiga alternatif tersebut terlebih dahulu, berikut table untuk alternatif
1:

Apa pengaruhnya terhadap keuntungan jika biaya iklan meningkat $ 8.000 dan penjualan
meningkat 125 unit? Pertanyaan ini bisa dijawab tanpa menggunakan persamaan tetapi dengan
menggunakan kontribusi margin per unit. Kita ketahuilah bahwa margin kontribusi unit adalah $
75. Sejak unit terjual meningkat 125, itu peningkatan tambahan dalam margin kontribusi total
adalah $ 9.375 ($ 75 x 125 unit). Namun, karena biaya tetap meningkat sebesar $ 8.000,
peningkatan laba hanya akan meningkat $ 1,375 ($ 9,375 - $ 8,000)

Lalu bagaimana dengan alternatif kedua? Berikut table untuk penjelasan alternatif kedua :
Alternatif kedua, biaya tetap tidak bertambah. Dengan demikian, dimungkinkan untuk
menjawab pertanyaan hanya dengan melihat pengaruhnya terhadap total margin kontribusi. Untuk
harga saat ini $ 400, margin kontribusi per unit adalah $ 75. Jika 1.600 unit terjual, total margin
kontribusi adalah $ 120.000 ($ 75 1.600). Jika harganya turun menjadi $ 375, maka margin
kontribusi turun menjadi $ 50 per unit ($ 375 $ 325). Jika 1.900 unit dijual dengan harga baru,
maka total margin kontribusi baru adalah $ 95.000 ($ 50 x 1.900). Penurunan harga menghasilkan
penurunan keuntungan sebesar $ 25.000 ($ 120.000 - $ 95.000).

Lalu bagaimana dengan alternatif ketiga? Berikut table untuk penjelasan alternatif ketiga :

Alternatif ketiga adalah penurunan harga jual unit dan kenaikan dalam biaya periklanan.
Seperti alternatif pertama, dampak keuntungan dapat dinilai melihat efek tambahan pada margin
kontribusi dan biaya tetap. Itu perubahan laba tambahan dapat ditemukan dengan (1) menghitung
perubahan tambahan dalam margin kontribusi total, (2) menghitung perubahan tambahan dalam
biaya tetap, dan (3) menambahkan dua hasil. Seperti yang ditunjukkan, total margin kontribusi
saat ini (untuk 1.600 unit yang terjual) adalah $ 120.000.Karena margin kontribusi unit baru adalah
$ 50, maka total margin kontribusi baru adalah $ 130.000 ($ 50 x 2.600 unit).

Bagaimana Whittier akan menggunakan hasil pada analisis ke 3 alternatif ? Whittier akan
mempertimbangkan pilihan ini kedalam hubungan pada Risiko dan Ketidakpastian. Untuk
Whittier, risiko itu pada kenyataannya harga dan biaya tidak dapat diprediksi dengan pasti. Risiko
itu ditanggung distribusi pada variabel dalam pertanyaan yang dikenal ( kita mengetahui
bagaimana penjualan akan merespon untuk mengubah harga atau biaya).Menurut ketidakpastian,
distribusi ini tidak dikenal. Apa yang akan Whittier pertimbangkan untuk mengukur risiko dan
ketidakpastian? Whittier akan mempertimbangkan margin pengaman(Adalah perbedaan antara
volume impas dan volume yang diharapkan), pengungkit operasi(Adalah penggunaan biaya tetap
untuk menciptakan perubahan persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan
berubah), dan analisis sensitivitas untuk(Adalah teknik “bagaimana-jika” yang menguji dampak
dari perubahan asumsi-asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban) CVP.

Dibawah ini 2 sistem, yang sama mengalami perubahan harga akan mempunyai perbedaan
dampak dari elemen pada biaya volume laba dan tanggapan pada risiko dan ketidakpastian. :
Analisis CVP konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya perusahaan dapat dibagi
menjadi dua kategori: biaya yang bervariasi dengan volume penjualan (variable cost) dan biaya
yang tetap (fixed cost). Biaya diasumsikan sebagai fungsi linier dari volume penjualan.

Namun, banyak perusahaan sekarang menyadari bahwa perbedaan tetap versus variabel ini
terlalu sederhana. Misalnya, maskapai penerbangan besar termasuk Delta, Continental, Northwest,
dan American Airlines memiliki bagian kelas satu. Penumpang yang terbang di bagian tersebut
menikmati kursi yang lebih lapang, makanan hangat, dan minuman gratis. Penumpang kelas
ekonomi tentu saja melakukan perjalanan dengan kursi yang lebih kecil yang dijejalkan di bagian
belakang pesawat. Mereka sering membayar untuk makanan dan minuman. Jadi meskipun biaya
rata-rata untuk maskapai penerbangan mungkin sekitar $ 0,105 per mil kursi, biaya tersebut harus
agak lebih tinggi untuk penumpang kelas satu, dan agak lebih rendah untuk penumpang kelas
ekonomi.

Dalam sistem Activity-Based Costing (ABC), biaya dibagi menjadi kategori berbasis unit
dan non unit. Activity-Based Costing mengakui bahwa beberapa biaya bervariasi dengan unit yang
diproduksi dan beberapa biaya tidak. Namun, penetapan biaya berbasis aktivitas mengakui bahwa
biaya berbasis non-unit tetap sehubungan dengan perubahan volume produksi, ia juga berpendapat
bahwa banyak biaya berbasis non-unit bervariasi sehubungan dengan aktivitas Drivers lainnya.

Penggunaan Activity-Based Costing tidak berarti bahwa analisis CVP kurang berguna.
Bahkan, ini menjadi lebih berguna karena memberikan wawasan yang lebih akurat tentang
perilaku biaya. Wawasan ini menghasilkan keputusan yang lebih baik.

Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa biaya perusahaan dapat dijelaskan oleh tiga variabel:
unit-level activity driver, units sold; batch-level activity driver, number of setups; dan product-
level activity driver, engineering hours. Persamaan biaya ABC kemudian dapat dinyatakan sebagai
berikut:

Operating Income adalah total revenue dikurangi total cost. Ini diungkapkan sebagai
berikut:
Mari kita gunakan pendekatan Contribution Margin untuk menghitung titik Break-Event
Point dalam unit. Saat Breakevent, pendapatan operasional adalah nol, dan jumlah unit yang harus
dijual untuk mencapai Breakevent adalah sebagai berikut:

Perbandingan ABC Break-Event Point dengan Conventional Break-Event Point


menunjukkan dua perbedaan yang signifikan. Pertama, Fixed Cost berbeda. Beberapa biaya yang
sebelumnya diidentifikasi sebagai tetap mungkin sebenarnya berbeda dengan driver biaya non-
unit (dalam hal ini, Setups dan Engineering Hours). Kedua, pembilang persamaan ABC Break-
Event memiliki dua istilah biaya non-unit-variabel: satu untuk Batch-Related Activities dan satu
untuk Product-Sustaining Activities.

Example Comparing Conventional and ABC Analysis

Untuk membuat diskusi ini lebih konkrit, mari melakukan perbandingan antara analisis
conventional cost-volume-profit dengan penetapan activity-based costing. Misalkan sebuah
perusahaan ingin menghitung unit yang harus dijual untuk memperoleh pendapatan sebelum pajak
sebesar $ 20.000. Analisis tersebut didasarkan pada data berikut:
Dengan menggunakan analisis CVP, unit yang harus dijual untuk memperoleh laba
sebelum pajak sebesar $ 20.000 dihitung sebagai berikut:

Dengan menggunakan persamaan ABC, unit yang harus dijual untuk memperoleh
pendapatan operasional $ 20.000 dihitung sebagai berikut:

Jumlah unit yang harus dijual identik di kedua pendekatan tersebut. Alasannya sederhana.
Total kumpulan biaya tetap di bawah penetapan biaya konvensional terdiri dari biaya variabel
berbasis non-unit ditambah biaya yang tetap terlepas dari activity driver. ABC memecah biaya
variabel berbasis non-unit. Biaya ini dikaitkan dengan tingkat tertentu dari setiap activity driver.
Untuk activity driver tingkat batch, levelnya adalah 20 setups. Untuk variabel tingkat produk,
levelnya adalah 1.000 engineering hours. Selama level aktivitas untuk cost driver berbasis non-
unit tetap sama, maka hasil untuk penghitungan konvensional dan ABC akan sama. Tetapi level
ini dapat berubah, dan karena itu, informasi yang diberikan oleh kedua pendekatan dapat berbeda
secara signifikan. Persamaan ABC untuk analisis CVP adalah representasi yang lebih kaya dari
perilaku biaya yang mendasari dan dapat memberikan wawasan strategis yang penting. Untuk
melihat ini, mari gunakan data yang sama dan lihat aplikasi yang berbeda.

Strategic Implications: Conventional CVP Analysis versus ABC Analysis


Misalkan setelah analisis CVP konvensional, pemasaran menunjukkan bahwa menjual
12.000 unit tidak mungkin dilakukan. Nyatanya, hanya 10.000 unit yang bisa terjual. Presiden
perusahaan kemudian mengarahkan para insinyur desain produk untuk menemukan cara untuk
mengurangi biaya pembuatan produk. Para insinyur juga telah diberitahu bahwa persamaan biaya
konvensional, dengan biaya tetap sebesar $ 100.000 dan biaya variabel unit sebesar $ 10, berlaku.
Biaya variabel $ 10 per unit terdiri dari: direct labor, $ 4; direct materials, $ 5; dan biaya variable
overhead, $ 1.

Untuk memenuhi permintaan pengurangan BEP, insinyur desain produk menghasilkan


desain baru yang membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja. Desain baru mengurangi biaya direct
labor sebesar $ 2 per unit. Desain tidak akan mempengaruhi material atau variable overhead. Jadi,
biaya variabel baru adalah $ 8 per unit, dan BEP adalah sebagai berikut:

Pendapatan yang diproyeksikan jika 10.000 unit terjual dihitung sebagai berikut:

Dengan bersemangat, presiden menyetujui desain baru tersebut. Setahun kemudian,


presiden menemukan bahwa peningkatan pendapatan yang diharapkan tidak terwujud. Nyatanya,
kerugian terealisasi. Mengapa? Jawabannya diberikan oleh pendekatan ABC untuk analisis CVP.
Hubungan biaya original ABC untuk contoh berikut:

Misalkan desain baru memerlukan setup yang lebih kompleks, meningkatkan biaya per
setup dari $ 1.000 menjadi $ 1.600. Juga anggaplah bahwa desain baru, karena peningkatan konten
teknis, memerlukan peningkatan dukungan engineering sebesar 40 persen (dari 1.000 jam menjadi
1.400 jam). Persamaan biaya baru, termasuk pengurangan unit-level biaya variabel, sebagai
berikut:

BEP menetapkan pendapatan operasi sama dengan nol dan menggunakan persamaan ABC,
dihitung sebagai berikut (asumsikan bahwa 20 setups masih dilakukan)

Dan, pendapatan operasional untuk 10.000 unit dihitung sebagai berikut (ingat bahwa
maksimal 10.000 unit dapat dijual):

Bagaimana para insinyur bisa begitu melenceng? Tidakkah mereka tahu bahwa desain baru
akan meningkatkan biaya setup dan dukungan engineering? Iya dan tidak. Mereka mungkin
menyadari peningkatan kedua variabel ini, tetapi persamaan biaya konvensional mengalihkan
perhatian dari mencari tahu seberapa besar dampak perubahan pada variabel tersebut. Informasi
yang disampaikan oleh persamaan konvensional kepada para insinyur memberi kesan bahwa setiap
pengurangan biaya tenaga kerja yang tidak mempengaruhi bahan atau overhead variabel akan
mengurangi biaya total, karena perubahan tingkat aktivitas tenaga kerja tidak akan mempengaruhi
biaya tetap.

Persamaan ABC, bagaimanapun, menunjukkan bahwa pengurangan input tenaga


kerja yang berdampak buruk pada aktivitas pengaturan atau dukungan teknik mungkin tidak
diinginkan. Dengan memberikan lebih banyak wawasan, keputusan desain yang lebih baik dapat
dibuat. Memberikan informasi biaya ABC kepada para insinyur desain mungkin akan membawa
mereka ke jalur yang berbeda yang akan lebih menguntungkan bagi perusahaan.

CVP Analysis and JIT

Jika perusahaan telah mengadopsi JIT (manufaktur just-in-time), biaya variabel per unit
yang dijual berkurang, dan biaya tetap meningkat. Tenaga kerja langsung, misalnya, sekarang
dipandang sebagai tetap, bukan variabel. Bahan langsung, di sisi lain, masih merupakan biaya
variabel berbasis unit. Faktanya, penekanan pada kualitas total dan pembelian jangka panjang
membuat asumsi bahwa biaya bahan baku langsung sangat proporsional dengan unit yang
diproduksi menjadi lebih benar (karena pengurangan limbah, skrap, dan kuantitas dihilangkan).
Biaya variabel berbasis unit lainnya, seperti komisi listrik dan penjualan, juga bertahan. Selain itu,
variabel tingkat batch hilang (di JIT, batch adalah satu unit). Dengan demikian persamaan biaya
untuk JIT dapat dinyatakan sebagai berikut:

 Karena penerapannya adalah kasus khusus dari persamaan ABC, tidak ada contoh yang
diberikan.

Anda mungkin juga menyukai