Anda di halaman 1dari 30

PUBLIKASI ILMIAH

(MAKALAH)

MARI MENGENAL KEBUDAYAAN


JEPANG

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Kenaikan Pangkat Fungsional Guru
Dari Golongan III/b – III/c

Disusun Oleh :

MAYA RAMAYANG DIANDIKA, S.Pd.


NIP. 19850613 200903 2 008

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI


DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 6 KOTA JAMBI
2019

1
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI
SMK NEGERI 6 KOTA JAMBI
Jalan Liposos II Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Paal Merah Kota Jambi
Email :smkn6jbi@gmail.com

SURAT KETERANGAN
Nomor : /PERPUS_SMKN6/XII-2019

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Kepala Perpustakaan SMK Negeri
6 Kota Jambi :
Nama : ABAS, H.S, M.Pd
NIP : 19740215 199903 1 004
Pangkat/ Golongan : Pembina/ Iva
Jabatan : Kepala Perpustakaan
Menyatakan bahwa makalah “ Mari mengenal kebudayaan Jepang”, yang
ditulis oleh:
Nama : MAYA RAMAYANG DIANDIKA, S.Pd.
NIP : 19850613 200903 2 008
Pangkat/ Golongan : Penata Muda Tk.I/ IIIb
Jabatan : Guru Mata Pelajaran

TELAH DISIMPAN DAN DIARSIPKAN DI PERPUSTAKAAN SMKN 6 KOTA


JAMBI.
Demikian surat keterangan ini untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Jambi, Desember 2019


Kepala Perpustakaan,

ABAS H.S, M.Pd


NIP. 19740215 199903 1 004

i
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI
SMK NEGERI 6 KOTA JAMBI
Jalan Liposos II Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Paal Merah Kota Jambi
Email :smkn6jbi@gmail.com

SURAT KETERANGAN
Nomor : /PERPUS_SMKN6/XII-2019

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Kepala SMK Negeri 6 Kota
Jambi :
Nama : Hj. ASMIATI, M.Pd
NIP : 19721005 200501 2 006
Pangkat/ Golongan : Penata Tk.I/ IIId
Jabatan : Kepala Sekolah
Menyatakan bahwa makalah “ Mari Mengenal Kebudayaan Jepang”, yang
ditulis oleh :
Nama : MAYA RAMAYANG DIANDIKA, S.Pd.
NIP : 19850613 200903 2 008
Pangkat/ Golongan : Penata Muda Tk.I/ IIIb
Jabatan : Guru Mata Pelajaran
Adalah asli berdasarkan literatur-literatur yang terdapat dalam daftar pustaka.

Demikian surat keterangan ini untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Jambi, Desember 2019


Kepala Sekolah,

Hj. ASMIATI, M.Pd


NIP. 19721005 200501 2 006

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga kita dapat mrmbrtikan yang terbaik untuk dunia pendidikan ini.
Alhamdulillah makalah yang berjudul “Mari Mengenal Kebudayaan Jepang”
ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk
menambah pengetahuan tentang kebudayaan negara Jepang sehingga proses
pembelajaran bahasa Jepang di Sekolah dapat sejalan dan seirama.
Dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik itu dalam hal tata
cara penulisan, ataupun isi. Untuk itu kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis agar
dapat menjadi lebih baik.
Demikian penulisan makalah ini dibuat, atas perhatiannya diucapkan terima
kasih.

Jambi, Desember 2019


Penulis,

Maya Ramayang Diandika, S.Pd


NIP. 19850613 200903 2 008

iii
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan…………………………………………………………….. i
Kata Pengantar………………………………………………………………….. ii
Daftar Isi.……………………………………………………………………….. iii
Abstrak…………...……………………………………………………………… iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………... 1
C. Tujuan ………………………………………………………………. 2
D. Manfaat ……………………………………………………………... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Pengertian Budaya …………………………………………………... 3
B. Negara Jepang ……………………………………………………….. 4
C. Kebudayaan Jepang ………………………………………………….. 5

BAB III PEMBAHASAN


A. Bahasa dan Budaya ……………………………………………………... 7
B. Pentingnya Mempelajari Budaya Asing ………………………………... 8
C. Ragam Budaya Jepang ………………………………………………….. 9
1. Kimono, Yukata dan Hakama …………………………………….… 10
2. Geisha ………………………………………………………..……... 11
3. Sado/ chado ……………………………………………...………….. 13
4. Ikebana ………………………………………………...……………. 14
5. Tako ……………………………………………………...………….. 14
6. Seni Beladiri Jepang ………………………………………………… 15
7. Matsuri …………………………………………………………....….. 18
8. Origami ………………………………………………………………. 22
9. Pemandian Umum …………………………………………….……… 23
10. Kebudayaan Modern …………………………………….…………… 24

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 25
B. Saran ………………………………………………………………….. 25

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 26

iv
ABSTRAK

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mempelajari sebuah bahasa tak dapat dilepaskan dari mempelajari bagaimana
bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagaimana bahasa tersebut
dipengaruhi dan juga ikut membentuk budaya para penutur aslinya. Hal ini
menyiratkan bahwa seseorang yang mempelajari bahasa tertentu tanpa memahami
budayanya berpotensi menjadi orang “fasih yang bodoh” (Bennet, Bennet & Allen,
2003).
Dalam pembelajaran bahasa dewasa ini kemampuan berbicara fasih
menyerupai penutur asli bukan lagi menjadi hal yang paling utama; pemahaman
terhadap budaya dari bahasa yang dipelajari terbukti berperan penting dalam
menentukan keberhasilan penyampaian pesan dan terjalinnya komunikasi yang lancar
antara si penutur dan lawan bicaranya. Upaya ini mulai sering digembargemborkan
sebagai hal ideal yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa, terutama bahasa
kedua atau bahasa asing.
Bahasa seringkali dianggap sebagai produk dari budaya. Di lain pihak,
terbentuknya budaya tak dapat dilepaskan dari peran dominan bahasa. Fishman
(dikutip dari Risager,2006) merumuskan tiga keterkaitan erat antara bahasa dan
budaya dengan menyatakan bahwa bahasa merupakan “bagian”, “index”, dan
“simbolik” budaya. Sebagai “bagian” dari budaya, bahasa berperan penting sebagai
jembatan dalam pemahaman budaya, terutama bagi mereka yang ingin belajar banyak
mengenai budaya tersebut. Sebagai “index” budaya, bahasa mengungkap cara
berpikir atau pengorganisasian pengalaman dalam budaya tertentu. Sebagai
“simbolik” budaya, pergerakan dan konflik bahasa mendayagunakan bahasa sebagai
simbol untuk memobilisasi populasi dalam mempertahankan (atau menyerang) dan
mendukung (atau menolak) budaya-budaya yang berkaitan dengannya.

vi
Dalam melihat keterkaitan antara bahasa dan budaya, Kramsch (1998, dikutip
dari Risager 2006) melihat bahasa dalam fungsinya untuk mengekspresikan,
menampilkan, dan menyimbolkan realitas budaya. Dengan menggunakan bahasa,
manusia tidak hanya mengartikulasikan pengalaman, fakta-fakta, ide dan kejadian
kepada satu sama lain, tetapi menyampaikan pula sikap, kepercayaan, dan sudut
pandang. Bahasa menampilkan juga realitas budaya dengan membantu manusia
menciptakan pengalaman. Pengalaman tersebut menjadi bermakna pada saat bahasa
menjadi medianya. Masih menurut Kramsch (1998, dikutip dari Risager 2006),
pengalaman budaya juga disimbolkan oleh bahasa.
Bahasa menjadi simbol budaya karena, sebagai sebuah sistem tanda, bahasa
mengandung nilai budaya. Manusia mampu mengenal dan membedakan satu sama
lain sedikit banyak melalaui proses pengamatan terhadap cara penggunaan
bahasanya. Memahami keterkaitan antara bahasa dan budaya menjadi penting dalam
pengajaran bahasa kedua dan bahasa asing. Seperti diungkapkan oleh Liddicoat,
Scarino & Kohler (2003) bahasa tidak semata-mata struktural, namun juga
komunikatif dan bersifat sosial. Belajar bahasa baru, oleh karenanya, menjadi lebih
rumit mengingat kompleksitas yang dibentuk oleh keterkaitan antara bentuk-bentuk
linguistik dan aspek-aspek sosiokulturalnya.
Begitupun ketika kita belajar bahasa Jepang, seiring bertambahnya
pengetahuan tentang bahasa baik itu berupa kosakata, huruf dan tata bahasa maka
sebaiknya kita perlu menambah pengetahuan tentang kebudayaan Jepang agar proses
pembelajarannya sejalan dan seirama.
Pada kesempatan ini, penulis akan memaparkan ragam budaya Jepang untuk
menambah pengetahuan bagi pembelajar bahasa Jepang. oleh karena itu, penulis
tertarik menulis Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Mari Mengenal Kebudayaan
Jepang”.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mengapa belajar bahasa Jepang harus mempelajari budaya Juga juga?

vii
2. Apa saja kebudayaan Jepang yang masih ada dan diselenggarakan sampai
saat ini?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
1. Untuk menambah pengetahuan di bidang professional sesuai dengan
bidang ilmu yang dimiliki guru.
2. Unruk meningkatkan kompetensi guru dalam penulisan karya ilmiah.
3. Untuk memenuhi syarat dalam pengembangan karir fungsional guru yaitu
kenaikan pangkat regular sebagaimana dopersyaratkan.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat Penulisan makalah ini antara lain :
1. Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca
2. Referensi sekolah dalam menambah pengetahuan siswa yang sedang
belajar bahasa Jepang.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Budaya
Kata budaya sendiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu budhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi dengan arti budi atau akal. Sedangkan dalam

viii
bahasa Inggris budaya dikenal dengan kata culture yang berasal dari bahasa latin
yaitu colore yang berarti mengolah atau mengerjakan. Istilah culture sendiri juga
digunakan dalam bahasa Indonesia dengan kata serapan "kultur". Budaya dikaitkan
dengan bagian dari budi dan akal manusia. Budaya merupakan pola atau cara hidup
yang terus berkembang oleh sekelompok orang dan diturunkan pada generasi
berikutnya.
Antopolog Indonesia Koentjaraningrat memberi pengertian budaya sebagai
sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh
manusia yang di dalam kehidupannya yang bermasyarakat. Selain itu
Koentjaraningrat juga mendefinisikan budaya lewat asal kata budaya dalam bahasa
Inggris yaitu "colere" yang kemudian menjadi "culture" dan didefinisikan sebagai
segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Sedangkan Ki Hajar Dewantara mendefinisikan kebudayaan sebagai buah
budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat,
yakni zaman dan alam. Hal itu merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan.
Seorang antropolog Inggris bernama E.B Taylor mendefinisikan budaya
sebagai sesuatu kompleks yang mencakup pengetahuan kepercyaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan lainnya yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Williams (1958, dikutip dari Jones, 2004) memberikan pandangan lain
terhadap budaya. Budaya dianggap sebagai sesuatu yang “biasa”, yang terkonstruksi
dari tiga hal penting yaitu: (1) makna yang dibentuk oleh manusia biasa, (2)
pengalaman-pengalaman yang dialami oleh para partisipannya , dan (3) teks yang
dibuat dan praktik yang dijalani selama mereka hidup. Memandang budaya melalui
kacamata Williams berarti melihat rutinitas manusia sebagai bagian penting dari
budaya. Rutinitas yang dijalani oleh masyarakat tertentu dapat berkata banyak tentang
budayanya. Budaya, dalam pandangan ini, termanifestasikan dalam banyak hal yang
sering kali dianggap enteng atau dianggap tidak penting.
Dapat disimpulkan bahwa budaya adalah sistem atau pola masyarakat dari
zaman dulu sampai sekarang yang dapat mempengaruhi kehidupan.

ix
2. Ragam Budaya Jepang

Budaya Jepang sudah sejak lama masuk ke Indonesia. Budaya Jepang yang
sangat popular di kalangan masyarakat Indonesia terutama di kalangan anak-anak
adalah film-film Anime-nya dan Manga (buku komik). Diantara Anime yang sangat
dikenal sampai sekarang yaitu: Doraemon, Dragon Balls, Shin-Chan dll. Disamping
film Anime-nya, lagu OST-nya pun banyak disukai sehingga memicu para penikmat
musik ini berupaya bisa menyanyikan lagu tersebut dengan mencari lirik lagunya.
Melalui lirik lagu ini masyarakat mulai sedikit mengetahui bahasa Jepang dan tidak
sedikit orang menjadi tertarik belajar bahasa Jepang karena kegemarannya pada film
Anime mapun Manga tersebut.
Selain itu masyarakat Indonesia juga mulai gemar memakan makanan khas
Jepang seperti Sushi, Sashimi, Tempura dll. Restoran Jepang kini sudah banyak di
Indonesia. Tidak hanya restoran, perusahaan-perusahaan milik Jepang dan produk –
produknya juga banyak kita temukan di Indonesia seperti Pocary Sweat, Toshiba,
Shinzui dll. Karena banyaknya perusahaan milik Jepang di Indonesia, otomatis para
pebisnis agar dapat berbisnis dengan lancar, otomatis mereka pun mempelajari bahasa
Jepang. Jepang (bahasa Jepang: 日 本 Nippon/Nihon, nama resmi:
Nipponkoku/Nihonkoku adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di
ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan
Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut
Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina
Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Jepang merupakan Negara yang di juluki Negara matahari dan Negara bunga
sakura, mengapa demikian? Karena di Negara jepang mayoritas beragama Shinto
yang menyembah matahari sehingga disebut Negara matahari, sedangkan julukan
Negara bunga sakura di berikan karena banyak bunga sakura yang tumbuh si tanah
jepang, bahkan untuk menyambut musim semi sakura orang jepang mempunyai suatu
tradisi, yaitu biasa disebut perayaan hanami (perayaan melihat mekarnya bunga)
sebagai symbol kebahagiaan karena datangnya musim semi, di mana di saat itu bunga
sakura mekar dengan cantiknya. Di setiap budayanya mempunyai arti tersendiri. Dari
zaman jomon sampai zaman hesei sekarang, orang jepan mampu melestarikan

x
kebudayaannya sendiri. Berikut ini gambaran tentang budaya yang ada di negara
Jepang.

1. Pakaian Tradisional

gambar Kimono

Jepang mempunyai baju Tradisional yang disebut Kimono, dahulu kimono


dikenakan untuk kegiatan sehari-hari, namun saat ini kimono hanya dikenakan
pada saat menghadiri untuk acara-acara khusus. Kimono bisa di pakai oleh pria
atau wanita, kimono pria lazimnya lebih sederhana baik dalam design, motif dan
juga warnanya yang lazimnya didominasi oleh berwarna gelap seperti hijau tua,
cokelat tua, biru tua atau hitam.
Selain istilah kimono, ada juga yang dinamakan Yukata, yukata sama dengan
kimono hanya saja bahannya yang tipis seperti kain katun dan aksesorisnya lebih
sederhana. Biasanya yukata digunakan di musim panas.
Kemudian ada yang dinamakan Hakama adalah pakaian luar tradisional
Jepang yang dipakai untuk menutupi pinggang sampai mata kaki. Dipakai sebagai
pakaian bagian bawah, hakama merupakan busana resmi pria untuk menghadiri
acara formal seperti upacara minum teh, pesta pernikahan, dan seijin shiki.

gambar hakama

xi
2. Geisha
Geisha merupakan aktivis seni-penghibur tradisional di Jepang. Geisha mulai
timbul dan menjadi betul-betul biasa pada abad ke-18 dan ke-19, dan masih
familiar sampai kini, meskipun jumlahnya sudah mulai menurun.
Istilah Geisha atau 芸 者 berasal dari dua kata yaitu Gei 芸 yang berarti
hiburan dan Sha 者 yang berarti orang. Jadi jika disatukan, Geisha memiliki arti
orang yang menghibur orang lain. Mereka menjual keahlian mereka sebagai
seorang entertainer atau penghibur dengan cara bernyanyi, menari, atau
memainkan musik tradisional Jepang.
Meski kedengarannya menjadi seorang Geisha adalah pekerjaan mudah tapi
ternyata tidak semua orang bisa melakukannya. Karena itulah sebelum menjadi
seorang Geisha, mereka terlebih dahulu dilatih selama bertahun-tahun. Nah para
peserta pelatihan atau calon Geisha ini disebut Maiko atau 舞 妓 . Para Maiko
belajar cara menggunakan kimono yang benar, menggulung rambut, menari,
bernyanyi, bermain alat musik, hingga caranya berdandan menjadi Geisha.
Salah satu ciri khas Geisha adalah mereka selalu menggunakan bedak
berwarna putih tebal yang menutupi wajah dan leher mereka. Bedak putih tebal
ini disebut oshiroi atau 白粉. Dulu di awal penggunaannya, oshiroi para Geisha
mengandung timbal yang berbahaya dan membuat kulit para Geisha berubah jadi
sangat pucat.
Selain bedak putih, mereka juga melengkapi diri dengan eyeliner hitam dan
lipstik berwarna sangat merah. Biasanya semakin tua seorang Geisha maka akan
semakin jarang juga mereka menggunakan bubuk putih ini.
Dahulu para Geisha memiliki gigi hitam. Bukan karena mereka Geisha tapi
karena saat itu gigi hitam merupakan sesuatu yang dianggap menarik oleh
perempuan Jepang. Kebiasaan menghitamkan gigi ini disebut ohaguro atau お 歯
黒 . Seiring dengan perubahan zaman, kebiasaan menghitamkan gigi sekarang
sudah tidak lagi digunakan termasuk oleh para Geisha. Hanya Maiko yang masih
menggunakan gigi hitam itu pun hanya saat mereka di tahap sakkou atau tahap di
mana mereka telah menyelesaikan masa pelatihan dan menjadi Geisha.

xii
Selama menjadi Geisha, mereka akan tinggal di sebuah rumah yang disebut
okiya 置 屋. Bisa dibilang okiya ini adalah asrama bukan hanya bagi para Geisha
tapi juga para Maiko. Di sinilah para Geisha dan Maiko mengasah kemampuan
mereka dalam bernyanyi, menari, serta memainkan musik tradisional Jepang.
Selain itu para Geisha dan Maiko tinggal dan bertanggungjawab dengan
Okiya yang mereka tempati. Karena itu selama menjadi Geisha mereka juga
belajar caranya mengurus rumah yang baik dan benar. Untuk bisa menghubungi
Geisha, para pelanggan harus menghubungi Okiya. Nanti pihak Okiya yang akan
memilih Geisha mana yang akan tampil.
Saat ini hanya perempuan yang menjadi Geisha. Tapi di jaman dulu tepatnya
saat periode Edo, di Kyoto dan Osaka terdapat banyak laki-laki yang juga
menjadi seorang Houkan atau Geisha laki-laki. Selain menghibur tamu, para
Houkan ini juga bertugas menjamu para tamu yang datang.
Menjadi Geisha bukanlah sesuatu murah. Selama menjadi Geisha mereka
perlu makan, minum, juga membeli berbagai kebutuhan lainnya. Untuk
membayar dan merawat para Geisha, dibutuhkan seorang Danna 旦 那. Danna
adalah seorang pria yang membayar, merawat, dan menjadi pelindung para
Geisha. Tidak semua orang bisa menjadi Danna. Hanya pria yang sangat kaya
dan punya status sosial tinggi sajalah yang bisa menjadi seorang Danna.
Geisha tidak sama dengan para pekerja seks komersial. Geisha menjual
keterampilan mereka dalam bermain seni pertunjukan. Secara sederhana, para
Geisha adalah artis atau seniman tradisional Jepang.

Gambar Geisha

3. Upacara minum teh

xiii
Upacara minum teh di Jepang disebut sadō atau chadō (茶道) dan dilakukan
untuk menyambut tamu. Dulunya, ritual ini disebut chato atau chanoyu. Tradisi
menyiapkan dan meminum teh hijau ini biasanya dilakukan dalam ruang teh
tradisional dengan lantai tatami. Jika dilakukan di luar ruangan, tradisi ini disebut
nodate.
Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum
teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang
disebut chashitsu. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan
situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding
(kakejiku), bunga (chabana), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim
dan status tamu yang diundang.
Teh tidak hanya dituang dengan air panas dan diminum, tetapi sebagai seni
dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan
tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama,
apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam
ruangan upacara minum teh (chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni secara
umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun
dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang
secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama,
kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang
dihidangkan.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang
dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan
matcha disebut matchadō, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha
disebut senchadō.
Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut
sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar mempraktikkan tata
krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam upacara minum teh.

xiv
gambar sadō atau chadō

4. Ikebana

Ikébana ( 生 花 ) adalah seni merangkai bunga yang memanfaatkan berbagai


jenis bunga, rumput-rumputan dan tanaman dengan tujuan untuk dinikmati
keindahannya. Dalam bahasa Jepang, Ikebana juga dikenal dengan istilah kadō
(華道, ka, bunga; do, jalan kehidupan) yang lebih menekankan pada aspek seni
untuk mencapai kesempurnaan dalam merangkai bunga.
Di dalam Ikebana terdapat berbagai macam aliran yang masing-masing
mempunyai cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis bunga. Aliran tertentu
mengharuskan orang melihat rangkaian bunga tepat dari bagian depan, sedangkan
aliran lain mengharuskan orang melihat rangkaian bunga yang berbentuk tiga
dimensi sebagai benda dua dimensi saja.
Biasanya bunga dirangkai dengan teknik merangkai dari Barat (flower
arrangement) terlihat sama indahnya dari berbagai sudut pandang secara tiga
dimensi dan tidak perlu harus dilihat dari bagian depan. Ikebana tidak
mementingkan keindahan bunga tetapi pada aspek pengaturannya menurut garis

xv
linier. Bentuk-bentuk dalam Ikebana didasarkan tiga titik yang mewakili langit,
bumi, dan manusia.

Gambar ikebana

5. Tako
Tako merupakan budaya menerbangkan layang-layang di lapangan yang
luas,yang berbeda dengan di Indonesia adalah jenis layang-layangnya yang besar
dan berbentuk unik. ada yang memiliki bentuk yang menyerupai hewan (naga,
ikan, burung), ada pula yang memiliki motif indah dan tradisional. Biasanya
laying-layang tako hanya ada pada saat festival budaya saja.

6. Seni Beladiri Jepang


a. Sumo
Sumo ( 相 撲 sumō) adalah olahraga saling dorong antara dua orang
pesumo yang berbadan gemuk sampai salah seorang didorong keluar dari
lingkaran atau terjatuh dengan bagian badan selain telapak kaki menyentuh
tanah di bagian dalam lingkaran. Pesumo (rikishi) perlu berbadan besar dan
gemuk karena semakin tambun seorang pegulat sumo semakin besar pula
kemungkinannya untuk menang. Olahraga ini sudah dipertandingkan sejak

xvi
berabad-abad yang lalu sebagai pertunjukan untuk menghibur para dewa
Shinto.
Tara cara bermain sumo sangat sederhana yaitu yang kalah adalah yang
anggota tubuhnya pertama kali menyentuh tanah kecuali telapak kaki atau
meninggalkan cincin (dohyo). Biasanya peratrungan sumo ini berlangsung
sekitar satu menit, bahkan ada yang hanya beberapa detik. Olahraga ini
dimulai dengan menaburkan garam di sekitar area sumo yang dianggap
sebagai ritual tolak bala.

gambar sumo

b. Judo

Judo (bahasa Jepang: 柔道 ) adalah seni bela diri, olahraga, dan filosofi
yang berakar dari Jepang. Judo dikembangkan dari seni bela diri kuno Jepang
yang disebut Jujutsu. Jujutsu yang merupakan seni bertahan dan menyerang
menggunakan tangan kosong maupun senjata pendek, dikembangkan menjadi
Judo oleh Kano Jigoro (嘉納治五郎) pada 1882. Olahraga ini menjadi model
dari seni bela diri Jepang, gendai budo, dikembangkan dari sekolah (koryu)
tua. Pemain judo disebut judoka atau pejudo. Judo sekarang merupakan
sebuah cabang bela diri yang populer, bahkan telah menjadi cabang olahraga
resmi Olimpiade.

xvii
gambar Judo

c. Karate
Karate (Jepang: 空 手 ) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang.
Seni bela diri ini sedikit dipengaruhi oleh Seni bela diri Cina kenpō. Karate
dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa dan mulai berkembang di Ryukyu
Islands. Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti
“Tinju China”. Ketika karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat
itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah
kanji Okinawa (Tote: Tinju China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’
(Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate
terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’   空 dan berarti
‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan'. Yang dua kanji bersama
artinya “tangan kosong” 空手 (pinyin: kongshou).

Gambar Karate

d. Kendo

xviii
Kendo ( 剣 道 kendō) adalah seni bela diri modern dari Jepang yang
menggunakan pedang. Kendo berasal dari kata "ken ( 剣 )" yang artinya
"pedang", dan "dō ( 道 )" yang artinya "jalan". Jadi arti kendo secara
keseluruhan adalah suatu jalan/ proses disiplin diri yang membentuk suatu
pribadi samurai yang pemberani dan loyal. Kendo menggabungkan unsur-
unsur bela diri, seni dan olahraga.
Dalam latihan, Kendo menggunakan peralatan seperti:
 Seragam : kendo gi dan hakama
 Pedang bamboo : shinai
 Pelindung Tubuh : Bogu terdiri dari : Men (pelindung kepala), Do
(pelindung badan), Kote (pelindung tangan), Tare (pelindung paha dan
kemaluan)

Latihan kendo (keiko) terdiri dari berbagai macam tujuan untuk


mengembangkan diri. Seperti halnya bela diri lain, kendo memerlukan disiplin
tinggi dan dedikasi penuh untuk latihan, seperti etika (religi), postur tubuh dan
teknik melangkah, dan cara mengayun pedang yang benar.

Gambar Kendo (kiri) dan Kyudo (kanan)

e. Kyudo
Kyūdō ( 弓 道 ) adalah seni bela diri Jepang dari panahan. Para ahli di
kyūdō disebut sebagai kyūdōka ( 弓 道 家 ). Kyūdō didasarkan pada kyūjutsu
("seni memanah"), yang berasal dari kelas samurai feodal Jepang.

7. Matsuri

xix
Matsuri ( 祭 ) adalah istilah agama Shinto yang berarti persembahan ritual
untuk Kami. Dalam pengertian sekuler, matsuri berarti festival atau perayaan di
Jepang. Berbagai matsuri diselenggarakan sepanjang tahun di berbagai tempat di
Jepang. Sebagian besar penyelenggara matsuri adalah kuil Shinto atau kuil
Buddha. Walaupun demikian, ada pula berbagai "matsuri" (festival) yang bersifat
sekuler dan tidak berkaitan dengan institusi keagamaan. Untuk saat ini, banyak
orang dating hanya menonton matsuri tanpa merayakan/ ikut andil pada matsuri/
festival tersebut.

Matsuri yang terkenal antara lain:

a. Gion Matsuri
Gion Matsuri ( 祇 園 祭 ) adalah festival tahunan (matsuri) yang
diadakan di Kyoto selama satu bulan penuh di bulan Juli. Perayaan dimulai
pada tanggal 1 Juli yang ditandai dengan ritual Kippu iri dan diakhiri ritual
Nagoshinoharae pada tanggal 30 Juli. Puncak-puncak perayaan Gion Matsuri
berupa:
 Yoiyoiyama (malam sebelum Yoiyama, 15 Juli)
 Yoiyama (malam sebelum prosesi, 16 Juli)
 Yamaboko-junkō (prosesi Yamaboko, 17 Juli).
Yamaboko adalah istilah untuk Yama dan Hoko. Yama adalah kendaraan
beroda (float) besar dari kayu dengan hiasan megah dan ditarik oleh banyak
orang. Hiasan kendaraan (kenshōhin) pada Yama berupa benda-benda
keagamaan dan benda-benda seni seperti karpet yang didatangkan dari Eropa
dan Tiongkok melalui Jalan Sutra. Perdagangan dengan Dinasti Ming
mencapai puncaknya pada zaman Muromachi, sehingga motif dari luar negeri
banyak dipamerkan dalam Gion Matsuri. Masing-masing Yama mempunyai
tema yang biasanya merupakan cerita dongeng yang berasal dari Tiongkok.
Hoko adalah jenis Yama dengan menara menjulang tinggi yang di
ujung paling atasnya terdapat hoko (katana dengan mata di dua sisi) walaupun
ada juga Hoko yang tidak bermenara. Hoko juga dijadikan panggung untuk
kelompok orang berpakaian Yukata yang terdiri dari pemain musik
Gionbayashi dan peserta yang berkesempatan naik karena memenangkan
undian hasil membeli Chimaki atau Gofu (semacam jimat). Musik

xx
Gionbayashi yang menurut telinga orang Jepang berbunyi "Kon-chi-ki-chin"
baru menjadi tradisi Gion Matsuri pada zaman Edo.

Gambar Gion Matsuri

b. Tenjin Matsuri
Tenjinmatsuri ( 天 神 祭 ) adalah festival tahunan (matsuri) yang
diselenggarakan di kota Osaka oleh kuil Osaka Temmangu pada tanggal 24 Juli
dan 25 Juli. Pembukaan festival (yomiya) diselenggarakan tanggal 24 Juli,
sedangkan puncak perayaan berupa prosesi darat (riku togyo) dan prosesi perahu
(funa togyo) dilangsungkan pada tanggal 25 Juli.
Sungai Ōkawa yang berada di tengah kota Osaka dipenuhi lebih dari 100
perahu yang melakukan prosesi dan dimeriahkan dengan pesta kembang api.
Perahu yang berisi pengikut kuil Osaka Temmangu datang dari arah berlawanan
dan berpapasan dengan perahu yang membawa Gohōren. Para sponsor dan
undangan lainnya juga dapat naik di atas perahu yang tidak termasuk dalam
kelompok prosesi. Penonton yang berada di tepi sungai juga bisa menyaksikan
pesta kembang api dan pertunjukan Kagura, Danjiribayashi, Noh dan Rakugo yang
diadakan di atas perahu.

xxi
Ga
mbar Tenjin Matsuri

c. Kanda Matsuri
Kanda Matsuri (神田祭), atau Festival Kanda, merupakan salah satu
festival tiga Shinto besar Tokyo, dengan Fukagawa Matsuri dan Sannō Matsuri.
Festival tersebut mulai dilaksanakan oleh penduduk sejak awal abad ke-17 sebagai
sebuah perayaan atas kemenangan Tokugawa Ieyasu dalam pertempuran
Sekigahara dan berlanjut sebagai sebuah perayaan untuk kemakmuran keshogunan
Tokugawa dalam Periode Edo. Selain itu, bentuk festival saat ini juga dilakukan
untuk menghargai kami dari Kanda Myojin.
Festival Kanda dilaksanakan setiap hari Sabtu dan Minggu pada
tanggal-tanggal terdekat dengan 15 Mei. Karena festival ini merupakan alternatif
dari Sannō Matsuri, pelaksanaannya dilakukan setiap tahun berbilangan ganjil.
Pada tahun tersebut, festival dilaksanakan di Kuil Kanda di Kanda, Tokyo, dan
beberapa lokasi di tengah-tengah distrik di Tokyo, seperti Nihombashi, Otemachi,
Marunouchi, hingga Akihabara. Hal yang menonjol dalam parade festival ini
adalah keikutsertaan hingga 200 mikoshi serta sejumlah musisi, penari, dan balon
parade.

xxii
Gambar Kanda Matsuri

8. Origami
Origami ( 折り紙 , dari ori berarti "lipat", dan kami yang berarti "kertas" dalam
bahasa Jepang) merupakan sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang
digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil
origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada
pandangan.
Origami di Jepang menggunakan kertas khusus untuk origami. Perbedaan antara
kertas biasa dan kertas origami hanyalah dari segi design dan warna saja yang betul-
betul berjenis-jenis sehingga membuat origami menjadi semakin menawan dan
sehingga teknik lipatan kertas menjadi lebih gampang.

xxiii
Gambar berbagai jenis origami

9. Pemandian Umum
Sentō ( 銭 湯 ) adalah tempat pemandian air panas untuk umum di Jepang.
Orang yang ingin mandi dipungut biaya masuk. Pria dan wanita mandi di kamar
mandi terpisah. Satu bak mandi digunakan untuk mandi berendam bersama-sama oleh
beberapa orang sekaligus.Di masa lalu, banyak rumah di Jepang tak dilengkapi
dengan bak mandi. Orang jepang biasanya pergi ke sento untuk sekedar berendam,
mandi atau bersosialisasi dengan orang lain.
Selain Sentō ada juga istilah onsen. Onsen (温泉) adalah istilah bahasa Jepang
untuk sumber air panas dan tempat mandi berendam dengan air panas yang keluar
dari perut bumi. Penginapan yang memiliki tempat pemandian air panas disebut
penginapan onsen (onsen yado). Kota wisata yang berkembang di sekeliling sumber
air panas disebut kota onsen.

xxiv
Gambar Sento

Gambar Onsen

10. Kebudayaan Modern Jepang


a. Manga
Manga atau komik merupakan suatu media yang di dalamnya terdapat
sekumpulan gambar yang mengandung cerita dan bervariasi kategorinya. Pada
lazimnya manga dicetak dalam warna hitam-putih tapi sekarang banyak juga
sebagian komponennya berwarna. Di Jepang, manga biasanya dicetak dalam
majalah yang berukuran sebesar buku telepon dan Anime

xxv
Gambar Manga

b. Anime
Anime adalah hasil gambar animasi tangan ataupun komputer. Istilah anime
merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris “animation”. Animasi gaya

xxvi
Jepang memiliki ciri grafis yang warna-warni, karakter tokoh yang kuat dan
tema yang fantasi/ tidak masuk akal. Anime pertama yang mencapai
kepopuleran adalah Astro Boy karya Ozamu Tezuka pada tahun 1963.

Gam
bar Anime

c. Cosplay
Permainan kostum atau cosplay ( コ ス プ レ Kosupure) adalah istilah
bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata
"costume" (kostum) dan "play" (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan
pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh
dalam anime, manga, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola,
dan film kartun. Pelaku permainan kostum disebut pemain kostum/cosplayer,
Di kalangan penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai coser, salah satu
cosplayer berbakat di Indonesia adalah Yukitora Keiji.
Di Jepang, peserta permainan kostum bisa dijumpai dalam acara yang
diadakan perkumpulan sesama penggemar (dōjin circle), seperti Comic
Market, atau menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei.
Penggemar permainan kostum termasuk pemain kostum maupun bukan
pemain kostum sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC,
Eropa, Filipina, maupun Indonesia.

xxvii
Gambar Cosplay

Daftar Pustaka

Riesky dalam
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_INGGRIS/19810525
2005011-RIESKY/Pemahaman_Budaya_dalam_Pembelajaran_Bahasa.pdf

https://ezrarontos.wordpress.com/kebudayaan-jepang/

xxviii
https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/lia-89/fakta-unik-tentang-geisha/7

https://id.wikipedia.org/

https://www.liputan6.com/citizen6/read/3868276/pengertian-budaya-menurut-
para-ahli

https://senibudayajepang.wordpress.com/2017/05/19/berbagai-macam-budaya-
jepang-seni-budaya-tradisional-jepang-hingga-modern/

https://www.beautynesia.id/berita-food/mengenal-tradisi-minum-teh-chanoyu-
yang-unik-di-jepang/b-123970

https://www.japanhoppers.com/id/all_about_japan/

https://livejapan.com/id/article-a0000327/#:~:text

https://senibudayajepang.wordpress.com/tag/tako/

xxix

Anda mungkin juga menyukai