Skor Nilai :
NIM : 2193311027
April, 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan berkat kasih sayang-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah rekayasa ide ini dengan judul Upaya
Meningkatkan Minat Literasi Bagi Mahasiswa dalam mata kuliah Literasi Bahasa
Indonesia.
1. Bapak Dr. Syamsul Arif, M.Pd, selaku ketua jurusan bahasa dan sastra Indonesia,
2. Ibu Trisnawati Hutagalung, S.Pd., M.Pd, selaku sekretaris jurusan bahasa dan sastra
Indonesia,
3. Ibu Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd, selaku ketua prodi pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia,
4. Ibu Dra. Inayah Hanum, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Literasi Bahasa
Indonesia.
5. teman yang membantu kelompok kami baik langsung maupun tidak langsung, dan
6. orang tua tercinta yang tidak bosan-bosannya memberikan dana kepada kami.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Manfaat....................................................................................................................1
D. Tujuan......................................................................................................................2
A. Pengertian Minat......................................................................................................3
B. Pengertian Literasi...................................................................................................4
C. Permasalahan Umum Minat Literasi.......................................................................5
D. Identifikasi permasalahan........................................................................................6
BAB V PENUTUP.............................................................................................................10
A. Simpulan..................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kini budaya literasi di Indonesia menjadi persoalannya yang sangat menarik untuk
diperbincangkan. Mengingat budaya literasi di Indonesia masih rendah dan belum mendarah
daging di kalangan masyarakat. Di tengah melesatnya budaya populer, eksistensi buku pun
sekarang bukan lagi menjadi prioritas. Bahkan masyarakat lebih mudah menyerap budaya
berbicara dan mendengar, daripada membaca kemudian menuangkannya dalam bentuk
tulisan. Masyarakat Indonesia masih lebih banyak didominasi oleh budaya komunikasi lisan
atau budaya tutur. Masyarakat cenderung lebih senang menonton dan mengikuti siaran
televisi ketimbang membaca.
Salah satu kategori mahasiswa yang ikut andil dalam hal ini dan sekaligus menjadi
subjek penelitian adalah mahasiswa. Di era modern sekarang, justru minat literasi mahasiswa
sudah mulai terkikis. Mahasiswa sekarang lebih mau berlama-lama memegang gadget
daripada buku. Mungkin banyak sekali faktor yang membuat minat literasi berkurang.
Apalagi sekarang sulit sekali menumbuhkan rasa kesadaran akan pentingnya literasi bagi
mahasiswa. Padahal, banyak sekali manfaat jika mahasiswa mampu menerapkan literasi
dalam kehidupannya sehari-hari. Salah satu hal yang membuat budaya literasi berkurang,
juga dari suasana saat senang membaca buku. Jika suasana dianggap kurang kondusif, maka
mahasiswa pun berhenti untuk membaca atau terganggu. Dalam penelitian yang dilakukan di
Unimed ini juga memperoleh hasil di taraf yang mana mahasisw Unimed dalam literasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan minat?
2. Apakah yang dimaksud dengan literasi?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat literasi bagi mahasiswa?
C. Tujuan
1. Mendefinisikan maksud dari minat.
2. Mendefinisikan maksud dari literasi.
1
3. Menjabarkan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat literasi bagi
mahasiswa.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah pembaca dapat mengetahui tentang
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat literasi bagi mahasiswa, agar ke depannya
dapatdipraktekkan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Minat
Minat bisa berhubungan dengan daya gerak dan pendorong seseorang untuk
cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun dapat berupa pengalaman
yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan sendiri. Minat dapat menjadi penyebab partisipasi
dalam suatu kegiatan. Minat dianggap sebagai respon sadar, sebab jika tidak demikian tidak
akan berarti apa-apa. Minat bersifat sangat pribadi, meskipun bersifat sangat pribadi, minat
dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap orang harus mengembangkan minat yang dimilikinya.
Menurut Slameto (2003), ciri-ciri minat yang ada pada diri masing-masing individu
adalah sebagai berikut:
3
a. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari kemudian.
b. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang menunjukkan bahwa
peserta didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lain.
c. Minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
d. Minat mempunyai segi motivasi dan perasaan. Peserta didik yang memiliki minat
terhadap suatu obyek akan cenderung memberikan perhatian yang lebih besar
terhadap obyek tersebut
B. Pengertian Literasi
Selain itu, adapula beberapa pendapat tentang literasi menurut para ahli berikut ini:
1) Menurut Cordon
Literasi adalah sumber ilmu yang menyenangkan yang mampu membangun imajinasi
mereka untuk menjelajahi dunia dan ilmu pengetahuan.
2) Menurut Goody
3) Menurut Kern
4) Menurut Alberta
Literasi bukan hanya sekedar kemampuan untuk membaca dan menulis namun,
menambah pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dapat membuat seseorang
memiliki kemampuan berfikir kritis, mampu memecahkan masalah dalam berbagai konteks,
mampu berkomunikasi secara efektif dan mampu mengembangkan potensi dan berpartisipasi
aktif dalam kehidupan masyarakat.
4
Lain lagi pendapat dari sebuah universitas mengartikan literasi. Menurut National
Institute for Literacy, literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis,
berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan
dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.
UNESCO juga menjelaskan bahwa kemampuan literasi merupakan hak setiap orang
dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat
memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Karena sifat
inilah yang disebut “multiple effect” atau dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat
luas, kemampuan literasi membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian
anak, pertumbuhan penduduk, dan menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya
perdamaian. Buta huruf, bagaimanapun, adalah hambatan untuk kualitas hidup yang lebih
baik.
Sedangkan The National Association for the Education of Young Children (NAEYC)
mengartikan literasi sebagai suatu kegiatan yang dapat mendorong anak-anak berkembang
sebagai pembaca dan penulis sehingga hal ini sangat membutuhkan interaksi dengan
seseorang yang menguasai literasi.
Dewasa ini, kemerosotan literasi terjadi di Indonesia. Fakta ini didasarkan pada
riset Central Connecticut State University 2016, yang mengatakan pada literasi Indonesia
berada di tingkat kedua terbawah dari 61 negara, hanya satu tingkat di atas Bostwana.
5
Tidak hanya itu, kemampuan membaca masyarakat Indonesia yang sangat rendah
juga dibuktikan dengan riset menurut UNESCO, yang mengungkapkan bahwa hanya 1 dari
1000 orang di Indonesia yang membaca buku. Tentu ini sebuah fakta yang sangat miris dan
memprihatinkan. Akibatnya, Indonesia mengalami potensi risiko yang sangat tinggi terhadap
penyebaran konten negative di era digital ini. Berbagai ujaran kebencian, berita hoax,
radikalisme dan intoleransi merupakan ancaman besar yang tengah melanda masyarakat
Indonesia. Itulah penyebab dari rendahnya minat baca masyarakat terutama terhadap
informasi yang berkaitan dengan isu-isu negative tersebut.
Tanpa disadari, minimnya minat baca bisa berdampak sangat fatal terhadap keutuhan
negara. Tidak hanya itu, minat baca juga menjadi kriteria untuk mengukur
kualitas pendidikan di suatu negara. Di beberapa maju, kualitas pendidikan didorong oleh
tingginya minat baca siswa. Seperti di Italia, minat baca dibiasakan sejak dini yakni sekolah
dasar. Bahkan menjadi kewajiban bagi para pelajar Italia termasuk saat libur panjang. Tak
heran jika buku-buku sejarah Italia dan novel-novel berbobot diformulasi ke dalam berbagai
bahasa, tidak lain tujuannya adalah bisa dibaca oleh pelajar dari sekolah dasar hingga
universitas. Menurut penelitian Doxa, lembaga peneliti Italia, anak-anak Italia mendapat
julukan "Grandi Lettori" alias pembaca hebat anak-anak karena memang mereka sangat
mencintai budaya membaca. Hal ini dibuktikan dengan tingginya persentase biaya pembelian
buku orang tua anak. Antara tahun 2015-2016 terjadi kenaikan biaya sebesar 5.3%. Bahkan,
Doxa juga mengatakan bahwa pengeluaran untuk buku, Koran, dan komik mengalami
peningkatan hingga 232 juta euro. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketertarikan anak-anak
Italia terhadap buku sangat tinggi. Fakta ini berbanding terbalik dengan anak-anak Indonesia
yang memiliki minat baca sangat rendah dan hal tersebut berpengaruh pula pada kualitas
pendidikan di Indonesia.
D. Identifikasi Masalah
6
Tepatnya pada Hari Buku Nasional dan hari hari besar lainnya. Walaupun telah
dibentuk sebuah UU No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan memberikan harapan untuk
mengembangkan budaya literasi, tapi implementasinya masih jauh dari harapan.
Kedua, Rendahnya kesadaran orang tua akan pendidikan. Tentu ini hal ini
dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan para orang tua yang berdampak pada
kebiasaan sang anak. Orang tua yang peduli pada pendidikan, akan membiasakan anaknya
sejak dini untuk rajin membaca, pergi ke perpustakaan, rajin membelikan buku dan
mengajaknya bermain di dunia literasi. Berbeda dengan orang tua zaman sekarang, mereka
lebih suka membelikan anak-anaknya permainan dengan tujuan agar mereka terhibur.
Namun, justru hal tersebut menghambat perkembangan pola berpikir anak. Dan itulah yang
menyebabkan anak-anak Indonesia memiliki minat baca yang rendah.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat literasi bagi mahasiswa, yakni
sebagai berikut:
Kesadaran akan adanya manfaat sangat penting agar anak suka membaca. Tidak
hanya menghabiskan waktu, hobi membaca memiliki banyak keuntungan. Dengan membaca,
Anda akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan menyeluruh. Membaca juga sangat
efektif untuk me-recall memori. Beberapa ahli mengatakan, membaca menjauhkan kita dari
demensia-kerusakan pada sistem syaraf yang salah satu dampaknya adalah penurunan daya
ingat.
Menumbuhkan kesadaran membaca dapat dimulai dari keluarga. Misalnya, orang tua
menyediakan buku bacaan di rumah. Hal tersebut tentu saja diimbangi dengan kerelaanorang
tua menyisihkan uang untuk membeli buku. Di sinilah peran orang tua sangat diperlukan
untuk membangun budaya literasi.
Sekolah merupakan sarana pendidikan formal. Oleh karena itu, sekolah dapat
dijadikan tempat untuk membudayakan membaca. Hal tersebut sangat berkaitan dengan
peran guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis literasi. Guru menyajikan materi
secukupnya, siswa yang mengembangkan. Tugas guru adalah membimbing pekerjaan siswa
agar tepat. Belajar Bahasa Indonesia sangat cocok untuk untuk membiasakan literasi karena
di dalamnya terdapat kompetensi dasar membaca dan menulis. Meskipun begitu, seluruh
mata pelajaran tetap dapat diintegrasikan dengan budaya membaca.
8
3. Biasakan hadiah buku
Salah satu hal yang dapat dibiasakan agar tercipta budaya literasi adalah
membiasakan memberikan buku sebagai hadiah. Misalnya, saat teman Anda ulang tahun,
atau sekadar kado untuk sahabat atau orang tersayang. Dengan begitu, secara tidak langsung
Anda sudah mengajak teman untuk membaca.
Literasi itu tidak hanya membaca, tetapi dilanjutkan dengan menulis. Pembiasan
menulis dapat dimulai dengan buku harian. Pada era sekarang ini, dapat dimulai dengan
menulis blog. Menulis didahului oleh kegiatan membaca karena keduanya merupakan
keterampilan berbahasa yang berkesinambungan. Oleh karena itu, orang yang terampil
menulis biasanya juga pembaca yang baik.
Langkah berikutnya untuk membangun budaya literasi adalah menghargai karya tulis.
Dengan menghargainya, berarti Anda mendukung budaya menulis akademik tumbuh dengan
baik di negara kita. Lahirnya ide-ide yang cemerlang untuk mengatasi persoalan bangsa lahir
dari suatu tulisan ilmiah.
9
Tulisan tersebut didapatkan melalui riset sehingga relevan diterapkan untuk mengatasi
persoalan. Menghargai karya tulis merupakan salah satu langkah untuk memajukan budaya
literasi di Indonesia.
Ada cara yang lain juga untuk meningkatkan literasi bagi mahasiswa yakni sebagai
berikut.
10
d. Pengadaan Lomba
Selain itu, perpustakaan juga bisa menyelenggarakan lomba karya tulis untuk
mahasiswa di tingkat universitas, serta menggiatkan aktivitas keilmuan dengan
konsep yang menarik. Kerjasama antara mahasiswa dan Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) untuk menggiatkan aktivitas keilmuan juga dirasa efektif dalam
meningkatkan nuansa keilmuan di universitas.
e. Optimalisasi Kelompok Studi (KS)
Adalah hal yang wajib bagi setiap perguruan tinggi untuk memiliki komunitas
atau kelompok studi yang khusus bergerak dalam bidang keilmuan dan riset.
Kelompok studi ini hendaknya dibangun berdasarkan core competence masing-
masing fakultas. Namun, akan lebih baik jika semua KSF (Kelompok Studi Fakultas)
memiliki KS pusat yang merangkul semua disiplin ilmu. Ini merupakan langkah yang
baik untuk menuansakan budaya literasi di kalangan mahasiswa.
UGM misalnya, memiliki Kelompok Studi bernama Gama Cendekia (GC)
yang saat ini memiliki lebih dari 500 anggota. Begitu juga dengan IPB yang memiliki
Forum for Scientific Studies (Forses). Kedua universitas itu seringkali menjuarai
PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional), suatu ajang keilmuan bergengsi di
tingkat nasional. Aktivitas ini tentu saja didukung penuh oleh rektorat. IPB misalnya,
bahkan memasukkan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) PIMNAS sebagai mata
kuliah wajib. Bagi mahasiswa yang menjuarai PKM di tingkat nasional, karya mereka
senilai dengan kewajiban membuat skripsi.
Kelompok Studi Fakultas universitas lainnya, dapat belajar dari KS UGM dan
IPB dalam menciptakan nuansa keilmuan pada mahasiswa. Bagaimanapun, dukungan
rektorat dibutuhkan untuk merealisasikan hal tersebut. UKM semisal Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) juga dapat menggulirkan program kerja sperti lomba karya tulis
atau jurnal ilmiah di tingkat universitas untuk memacu semangat para mahasiswa.
Dimulai dari mahasiswa, maka penulisan jurnal ilmiah dapat lebih digiatkan sehingga
ada regenerasi dan kaderisasi yang efektif.
11
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan dan kemampuan literasi adalah dua hal yang sangat penting dalam hidup
kita. Kemajuan suatu negara secara langsung tergantung pada tingkat melek huruf di negara
tersebut. Orang berpendidikan diharapkan untuk melakukan tugasnya dengan baik. Ada
bebarapa solusi untuk meningkatkan minat literasi yaitu kegiatan membaca dan menulis di
kelas perlu dilakukan agar tercipta kondisi kelas yang kondusif dan menyenangkan. Untuk
itu, perlu ditekankan bentuk kegiatan yang bermakna dan kontekstual. Misalnya, menulis
buku harian adalah contoh-contoh kegiatan yang bermakna dan memberikan kesan untuk
penulis itu sendiri.
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
https://komunitasilmiah.wordpress.com/2010/10/03/optimalisasi-budaya-literasi-di-kalangan-
mahasiswa-upaya-meretas komunikasi-global/, diakses 26 April 2020)
Malawi, Ibadullah. dkk. 2017. Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal. Jawa Timur:CV.
AE Media Grafika
Pangaribuan, T.R. dkk. 2018. Literasi Bahasa Indonesia. Medan: Universitas Negeri Medan
13