Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. LITERASI BAHASA


INDONESIA
PRODI S1 PBI-FBS

Skor Nilai :

UPAYA MENINGKATKAN MINAT LITERASI BAGI MAHASISWA

NAMA MAHASISWA : ESRA ROMAULI BERUTU

NIM : 2193311027

DOSEN PENGAMPU : Dra. INAYAH HANUM, M.Pd

MATA KULIAH : LITERASI BAHASA INDONESIA

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA-FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

April, 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan berkat kasih sayang-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah rekayasa ide ini dengan judul Upaya
Meningkatkan Minat Literasi Bagi Mahasiswa dalam mata kuliah Literasi Bahasa
Indonesia.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syamsul Arif, M.Pd, selaku ketua jurusan bahasa dan sastra Indonesia,
2. Ibu Trisnawati Hutagalung, S.Pd., M.Pd, selaku sekretaris jurusan bahasa dan sastra
Indonesia,
3. Ibu Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd, selaku ketua prodi pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia,
4. Ibu Dra. Inayah Hanum, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Literasi Bahasa
Indonesia.
5. teman yang membantu kelompok kami baik langsung maupun tidak langsung, dan
6. orang tua tercinta yang tidak bosan-bosannya memberikan dana kepada kami.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Manfaat....................................................................................................................1
D. Tujuan......................................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI............................................................................................3

A. Pengertian Minat......................................................................................................3
B. Pengertian Literasi...................................................................................................4
C. Permasalahan Umum Minat Literasi.......................................................................5
D. Identifikasi permasalahan........................................................................................6

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN.........................................................................8

BAB V PENUTUP.............................................................................................................10

A. Simpulan..................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kini budaya literasi di Indonesia menjadi persoalannya yang sangat menarik untuk
diperbincangkan. Mengingat budaya literasi di Indonesia masih rendah dan belum mendarah
daging di kalangan masyarakat. Di tengah melesatnya budaya populer, eksistensi buku pun
sekarang bukan lagi menjadi prioritas. Bahkan masyarakat lebih mudah menyerap budaya
berbicara dan mendengar, daripada membaca kemudian menuangkannya dalam bentuk
tulisan. Masyarakat Indonesia masih lebih banyak didominasi oleh budaya komunikasi lisan
atau budaya tutur. Masyarakat cenderung lebih senang menonton dan mengikuti siaran
televisi ketimbang membaca.

Salah satu kategori mahasiswa yang ikut andil dalam hal ini dan sekaligus menjadi
subjek penelitian adalah mahasiswa. Di era modern sekarang, justru minat literasi mahasiswa
sudah mulai terkikis. Mahasiswa sekarang lebih mau berlama-lama memegang gadget
daripada buku. Mungkin banyak sekali faktor yang membuat minat literasi berkurang.
Apalagi sekarang sulit sekali menumbuhkan rasa kesadaran akan pentingnya literasi bagi
mahasiswa. Padahal, banyak sekali manfaat jika mahasiswa mampu menerapkan literasi
dalam kehidupannya sehari-hari. Salah satu hal yang membuat budaya literasi berkurang,
juga dari suasana saat senang membaca buku. Jika suasana dianggap kurang kondusif, maka
mahasiswa pun berhenti untuk membaca atau terganggu. Dalam penelitian yang dilakukan di
Unimed ini juga memperoleh hasil di taraf yang mana mahasisw Unimed dalam literasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan minat?
2. Apakah yang dimaksud dengan literasi?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat literasi bagi mahasiswa?
C. Tujuan
1. Mendefinisikan maksud dari minat.
2. Mendefinisikan maksud dari literasi.

1
3. Menjabarkan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat literasi bagi
mahasiswa.

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah pembaca dapat mengetahui tentang
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat literasi bagi mahasiswa, agar ke depannya
dapatdipraktekkan.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Minat

Definisi Minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) adalah


“kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu gairah atau keiginan”. Dalam Kamus
Psikologi J.P. Chaplin (2009) menjelaskan bahwa minat adalah: Suatu sikap yang
berlangsung terus menerus yang mampu membuat pola perhatian seseorang sehingga
membuat dirinya jadi selektif terhadap objek minatnya. Perasaan yang menyatakan bahwa
satu aktivitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu. Satu keadaan
motivasi yang menuntun tingkah laku menuju arah sasaran tertentu (Chaplin, 2009).

Syah (2008) secara sederhana mengungkapkan bahwa minat berarti kecenderungan


dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Slameto (2003)
menambahkan bahwa minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar
selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu merupakan hasil
belajar dan menyokong kegiatan belajar selanjutnya, minat juga merupakan suatu pemusatan
perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan tergantung dari
bakat dan lingkungan. Minat merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan
pendidikan.

Minat bisa berhubungan dengan daya gerak dan pendorong seseorang untuk
cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun dapat berupa pengalaman
yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan sendiri. Minat dapat menjadi penyebab partisipasi
dalam suatu kegiatan. Minat dianggap sebagai respon sadar, sebab jika tidak demikian tidak
akan berarti apa-apa. Minat bersifat sangat pribadi, meskipun bersifat sangat pribadi, minat
dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap orang harus mengembangkan minat yang dimilikinya.

Menurut Slameto (2003), ciri-ciri minat yang ada pada diri masing-masing individu
adalah sebagai berikut:

3
a. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari kemudian.
b. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang menunjukkan bahwa
peserta didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lain.
c. Minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
d. Minat mempunyai segi motivasi dan perasaan. Peserta didik yang memiliki minat
terhadap suatu obyek akan cenderung memberikan perhatian yang lebih besar
terhadap obyek tersebut

B. Pengertian Literasi

Literasi merupakan kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan


keterampilan dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan kegiatan membaca
dan menulis.

Selain itu, adapula beberapa pendapat tentang literasi menurut para ahli berikut ini:

1) Menurut Cordon

Literasi adalah sumber ilmu yang menyenangkan yang mampu membangun imajinasi
mereka untuk menjelajahi dunia dan ilmu pengetahuan.

2) Menurut Goody

Literasi merupakan kemampuan untuk membaca dan menulis.

3) Menurut Kern

Literasi terdapat 7 prinsip pendidikan antara lain literasi melibatkan interprestasi,


kolaborasi, konvensi, pengetahuan kultural, pemecahan masalah, releksi dan refleksi diri serta
penggunaan bahasa.

4) Menurut Alberta

Literasi bukan hanya sekedar kemampuan untuk membaca dan menulis namun,
menambah pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dapat membuat seseorang
memiliki kemampuan berfikir kritis, mampu memecahkan masalah dalam berbagai konteks,
mampu berkomunikasi secara efektif dan mampu mengembangkan potensi dan berpartisipasi
aktif dalam kehidupan masyarakat.

4
Lain lagi pendapat dari sebuah universitas mengartikan literasi. Menurut National
Institute for Literacy, literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis,
berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan
dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.

Pedapat dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural


Organization) mengenai literasi diartikan sebagai pemahaman orang tentang makna literasi
sangat dipengaruhi oleh penelitian akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai budaya
dan juga pengalaman. Pemahaman umum dari literasi adalah seperangkat keterampilan nyata,
terutama ketrampilan membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks dimana ketrampilan
itu diperoleh dan siapa yang memperolehnya.

UNESCO juga menjelaskan bahwa kemampuan literasi merupakan hak setiap orang
dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat
memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Karena sifat
inilah yang disebut “multiple effect” atau dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat
luas, kemampuan literasi membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian
anak, pertumbuhan penduduk, dan menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya
perdamaian. Buta huruf, bagaimanapun, adalah hambatan untuk kualitas hidup yang lebih
baik.

Sedangkan The National Association for the Education of Young Children (NAEYC)
mengartikan literasi sebagai suatu kegiatan yang dapat mendorong anak-anak berkembang
sebagai pembaca dan penulis sehingga hal ini sangat membutuhkan interaksi dengan
seseorang yang menguasai literasi.

Kemendikbud (2016:2) ikut berpendapat tentang pengertian literasi yaitu kemampuan


mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktifitas,
antara lain; seperti menyimak, menulis dan berbicara.

C. Permasalahaan Umum Minat Literasi

Dewasa ini, kemerosotan literasi terjadi di Indonesia. Fakta ini didasarkan pada
riset Central Connecticut State University 2016, yang mengatakan pada literasi Indonesia
berada di tingkat kedua terbawah dari 61 negara, hanya satu tingkat di atas Bostwana.

5
Tidak hanya itu, kemampuan membaca masyarakat Indonesia yang sangat rendah
juga dibuktikan dengan riset menurut UNESCO, yang mengungkapkan bahwa hanya 1 dari
1000 orang di Indonesia yang membaca buku. Tentu ini sebuah fakta yang sangat miris dan
memprihatinkan. Akibatnya, Indonesia mengalami potensi risiko yang sangat tinggi terhadap
penyebaran konten negative di era digital ini. Berbagai ujaran kebencian, berita hoax,
radikalisme dan intoleransi merupakan ancaman besar yang tengah melanda masyarakat
Indonesia. Itulah penyebab dari rendahnya minat baca masyarakat terutama terhadap
informasi yang berkaitan dengan isu-isu negative tersebut.

Tanpa disadari, minimnya minat baca bisa berdampak sangat fatal terhadap keutuhan
negara. Tidak hanya itu, minat baca juga menjadi kriteria untuk mengukur
kualitas pendidikan di suatu negara. Di beberapa maju, kualitas pendidikan didorong oleh
tingginya minat baca siswa. Seperti di Italia, minat baca dibiasakan sejak dini yakni sekolah
dasar. Bahkan menjadi kewajiban bagi para pelajar Italia termasuk saat libur panjang. Tak
heran jika buku-buku sejarah Italia dan novel-novel berbobot diformulasi ke dalam berbagai
bahasa, tidak lain tujuannya adalah bisa dibaca oleh pelajar dari sekolah dasar hingga
universitas. Menurut penelitian Doxa, lembaga peneliti Italia,  anak-anak Italia mendapat
julukan "Grandi Lettori" alias pembaca hebat anak-anak karena memang mereka sangat
mencintai budaya membaca. Hal ini dibuktikan dengan tingginya persentase biaya pembelian
buku orang tua anak. Antara tahun 2015-2016 terjadi kenaikan biaya sebesar 5.3%. Bahkan,
Doxa juga mengatakan bahwa pengeluaran untuk buku, Koran, dan komik mengalami
peningkatan hingga 232 juta euro. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketertarikan anak-anak
Italia terhadap buku sangat tinggi. Fakta ini berbanding terbalik dengan anak-anak Indonesia
yang memiliki minat baca sangat rendah dan hal tersebut berpengaruh pula pada kualitas
pendidikan di Indonesia.

D. Identifikasi Masalah

Pertama, adalah kurangnya perhatian pemerintah pada budaya literasi. Kebijakan


pemerintah sangat penting untuk mendongkrak pergerakan-pergerakan baru untuk
membangkitkan literasi di Indonesia. Dukungan pemerintah masih bersifat temporer, yakni
pada event-event tertentu saja.

6
Tepatnya pada Hari Buku Nasional dan hari hari besar lainnya. Walaupun telah
dibentuk sebuah UU No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan memberikan harapan untuk
mengembangkan budaya literasi, tapi implementasinya masih jauh dari harapan. 

Kedua, Rendahnya kesadaran orang tua akan pendidikan. Tentu ini hal ini
dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan para orang tua yang berdampak pada
kebiasaan sang anak. Orang tua yang peduli pada pendidikan, akan membiasakan anaknya
sejak dini untuk rajin membaca, pergi ke perpustakaan, rajin membelikan buku dan
mengajaknya bermain di dunia literasi. Berbeda dengan orang tua zaman sekarang, mereka
lebih suka membelikan anak-anaknya permainan dengan tujuan agar mereka terhibur.
Namun, justru hal tersebut menghambat perkembangan pola berpikir anak. Dan itulah yang
menyebabkan anak-anak Indonesia memiliki minat baca yang rendah. 

Ketiga, Kurangnya tanggapan dari lembaga pendidikan. Sekolah dan pengajar


merupakan salah satu elemen penting untuk mendorong tumbuhnya minat baca dalam diri
anak. Apalagi dengan fasilitas perpustakaan. Munaf (2002:247) menyatakan bahwa dalam
menumbuhkan minat baca erat sekali hubungan dengan perpustakaan. Sehingga, seharusnya
sekolah memaksimalkan fungsi perpustakaan tersebut sebagai tempat untuk meningkatkan
budaya literasi di lingkungan sekolah.

7
BAB III

PEMBAHASAN

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat literasi bagi mahasiswa, yakni
sebagai berikut:

1. Tumbuhkan kesadaran pentingnya membaca

Kesadaran akan adanya manfaat sangat penting agar anak suka membaca. Tidak
hanya menghabiskan waktu, hobi membaca memiliki banyak keuntungan. Dengan membaca,
Anda akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan menyeluruh. Membaca juga sangat
efektif untuk me-recall memori. Beberapa ahli mengatakan, membaca menjauhkan kita dari
demensia-kerusakan pada sistem syaraf yang salah satu dampaknya adalah penurunan daya
ingat.

Menumbuhkan kesadaran membaca dapat dimulai dari keluarga. Misalnya, orang tua
menyediakan buku bacaan di rumah. Hal tersebut tentu saja diimbangi dengan kerelaanorang
tua menyisihkan uang untuk membeli buku. Di sinilah peran orang tua sangat diperlukan
untuk membangun budaya literasi.

2. Budayakan membaca di kampus

Sekolah merupakan sarana pendidikan formal. Oleh karena itu, sekolah dapat
dijadikan tempat untuk membudayakan membaca. Hal tersebut sangat berkaitan dengan
peran guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis literasi. Guru menyajikan materi
secukupnya, siswa yang mengembangkan. Tugas guru adalah membimbing pekerjaan siswa
agar tepat. Belajar Bahasa Indonesia sangat cocok untuk untuk membiasakan literasi karena
di dalamnya terdapat kompetensi dasar membaca dan menulis. Meskipun begitu, seluruh
mata pelajaran tetap dapat diintegrasikan dengan budaya membaca.

8
3. Biasakan hadiah buku

Salah satu hal yang dapat dibiasakan agar tercipta budaya literasi adalah
membiasakan memberikan buku sebagai hadiah. Misalnya, saat teman Anda ulang tahun,
atau sekadar kado untuk sahabat atau orang tersayang. Dengan begitu, secara tidak langsung
Anda sudah mengajak teman untuk membaca.

4. Bentuklah komunitas baca

Komunitas baca merupakan perkumpulan orang-orang yang gemar membaca. Apakah


Anda memilikinya? Atau mungkin Anda memiliki teman-teman yang sama-sama suka
membaca. Anda dapat membentuk suatu komunitas untuk membahas buku yang baru saja
dibaca. Komunitas tersebut juga bermanfaat agar Anda memiliki referensi-referensi terbaru
seputar buku-buku yang Anda suka.

5. Biasakan menulis buku harian

Literasi itu tidak hanya membaca, tetapi dilanjutkan dengan menulis. Pembiasan
menulis dapat dimulai dengan buku harian. Pada era sekarang ini, dapat dimulai dengan
menulis blog. Menulis didahului oleh kegiatan membaca karena keduanya merupakan
keterampilan berbahasa yang berkesinambungan. Oleh karena itu, orang yang terampil
menulis biasanya juga pembaca yang baik.

6. Hargai karya tulis

Langkah berikutnya untuk membangun budaya literasi adalah menghargai karya tulis.
Dengan menghargainya, berarti Anda mendukung budaya menulis akademik tumbuh dengan
baik di negara kita. Lahirnya ide-ide yang cemerlang untuk mengatasi persoalan bangsa lahir
dari suatu tulisan ilmiah.

9
Tulisan tersebut didapatkan melalui riset sehingga relevan diterapkan untuk mengatasi
persoalan. Menghargai karya tulis merupakan salah satu langkah untuk memajukan budaya
literasi di Indonesia.

Ada cara yang lain juga untuk meningkatkan literasi bagi mahasiswa yakni sebagai
berikut.

a. Optimalisasi Fungsi Perpustakaan

Perpustakaan merupakan pusat studi membaca dan keberaksaraan (litteracy).


Ibarat sebuah jantung, perpustakaan sekolah merupakan sarana yang dapat
memompakan pemenuhan rasa ingin tahu para mahasiswa. Sehingga pengunjung akan
merasa nyaman dengan suasana perpustakaan yang tidak membosankan. Pihak
pemerintah daerah sebagai pengelola perpustakaan umum, atau pihak sekolah, bisa
merenovasi ruangan sekreatif dan semenarik mungkin serta menyediakan persediaan
buku yang lengkap sesuai dengan usia dan kebutuhan pengunjung.

b. Optimalisasi Sarana dan Prasarana


Agar mahasiswa tidak hanya membaca textbook untuk kepentingan kuliah,
maka dibutuhkan sistem yang mampu mendorong mereka untuk rajin membaca.
Optimalisasi perpustakaan kampus merupakan hal yang sangat penting dilakukan.
Pihak kampus perlu memperhatikan lebih jauh bagaimana membuat perpustakaan
fakultas dan pusat menjadi lebih nyaman. Dari sekian banyak universitas, barangkali
hanya universitas ternama yang memiliki sarana dan prasarana yang mendukung.
Sebaliknya, universitas lainnya masih membutuhkan perhatian khusus. Oleh karena
itu, dibutuhkan kerjasama antara elemen pemerintah dan pihak kampus dalam
mengembangkan perpustakaan menjadi lebih baik, misalnya, menyediakan dana lebih
untuk penambahan buku, pengadaan komputer, hot-spot, serta aktivitas keilmuan.
c. Dukungan dosen
Salah satu output dari membaca adalah menulis dan meneliti. Dibutuhkan
peran dosen dalam mendorong mahasiswanya untuk melakukan penelitian. Dengan
tugas-tugas konstruktif yang bersifat analitis, maka mahasiswa akan sering
mendatangi perpustakaan dan terdorong untuk membaca, menulis, dan meneliti.

10
d. Pengadaan Lomba
Selain itu, perpustakaan juga bisa menyelenggarakan lomba karya tulis untuk
mahasiswa di tingkat universitas, serta menggiatkan aktivitas keilmuan dengan
konsep yang menarik. Kerjasama antara mahasiswa dan Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) untuk menggiatkan aktivitas keilmuan juga dirasa efektif dalam
meningkatkan nuansa keilmuan di universitas.
e. Optimalisasi Kelompok Studi (KS)
Adalah hal yang wajib bagi setiap perguruan tinggi untuk memiliki komunitas
atau kelompok studi yang khusus bergerak dalam bidang keilmuan dan riset.
Kelompok studi ini hendaknya dibangun berdasarkan core competence masing-
masing fakultas. Namun, akan lebih baik jika semua KSF (Kelompok Studi Fakultas)
memiliki KS pusat yang merangkul semua disiplin ilmu. Ini merupakan langkah yang
baik untuk menuansakan budaya literasi di kalangan mahasiswa.
UGM misalnya, memiliki Kelompok Studi bernama Gama Cendekia (GC)
yang saat ini memiliki lebih dari 500 anggota. Begitu juga dengan IPB yang memiliki
Forum for Scientific Studies (Forses). Kedua universitas itu seringkali menjuarai
PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional), suatu ajang keilmuan bergengsi di
tingkat nasional. Aktivitas ini tentu saja didukung penuh oleh rektorat. IPB misalnya,
bahkan memasukkan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) PIMNAS sebagai mata
kuliah wajib. Bagi mahasiswa yang menjuarai PKM di tingkat nasional, karya mereka
senilai dengan kewajiban membuat skripsi.
Kelompok Studi Fakultas universitas lainnya, dapat belajar dari KS UGM dan
IPB dalam menciptakan nuansa keilmuan pada mahasiswa. Bagaimanapun, dukungan
rektorat dibutuhkan untuk merealisasikan hal tersebut. UKM semisal Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) juga dapat menggulirkan program kerja sperti lomba karya tulis
atau jurnal ilmiah di tingkat universitas untuk memacu semangat para mahasiswa.
Dimulai dari mahasiswa, maka penulisan jurnal ilmiah dapat lebih digiatkan sehingga
ada regenerasi dan kaderisasi yang efektif.

11
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Pendidikan dan kemampuan literasi adalah dua hal yang sangat penting dalam hidup
kita. Kemajuan suatu negara secara langsung tergantung pada tingkat melek huruf di negara
tersebut. Orang berpendidikan diharapkan untuk melakukan tugasnya dengan baik. Ada
bebarapa solusi untuk meningkatkan minat literasi yaitu kegiatan membaca dan menulis di
kelas perlu dilakukan agar tercipta kondisi kelas yang kondusif dan menyenangkan. Untuk
itu, perlu ditekankan bentuk kegiatan yang bermakna dan kontekstual. Misalnya, menulis
buku harian adalah contoh-contoh kegiatan yang bermakna dan memberikan kesan untuk
penulis itu sendiri.

B. Saran

Semoga pihak Universitas dapat membuat program dalam meningkatkan minat


budaya literasi. Dan mahasiswa harus juga menumbuhkan minat berbudaya literasi di mulai
dari sekarang demi keuntungan mereka.

12
DAFTAR PUSTAKA

Komunitasilmiah. 2010. Optimilasisasi Budaya Literasi di Kalangan Mahasiswa: Upaya


Meretas Komunikasi Global. (Online),

https://komunitasilmiah.wordpress.com/2010/10/03/optimalisasi-budaya-literasi-di-kalangan-
mahasiswa-upaya-meretas komunikasi-global/, diakses 26 April 2020)

Malawi, Ibadullah. dkk. 2017. Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal. Jawa Timur:CV.
AE Media Grafika

Pangaribuan, T.R. dkk. 2018. Literasi Bahasa Indonesia. Medan: Universitas Negeri Medan

13

Anda mungkin juga menyukai