Anda di halaman 1dari 372

UNDANG‐UNDANG 

REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR 3 TAHUN 1969 
TENTANG 
PERSETUJUAN KONVENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL NO.120 
MENGENAI HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR‐KANTOR 

DENGAN  RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 

Menimbang  :  a.  bahwa  Indonesia  semenjak  tanggal  12  Juli  1950  adalah  anggota  dari 
Organisasi Perburuhan Internasional; 
b. bahwa  Konpensasi  Organisasi  Perburuhan  Internasional  No.  120
tentang  Hygiene  dalam  Perniagaan  dan  Kantor‐kantor,  yang  telah
diterima  oleh  wakil‐wakil  anggota‐anggota  Organisasi  Perburuhan
Internasional  dalam  sidangnya  keempat  puluh  delapan  di  Jenewa
tahun 1964 dapat disetujui;
c. bahwa  dengan  pelaksanaan  Konpensi  tersebut  pada  ayat  b  di  atas,
produktivitas  kerja  akan  meningkat  dan  kegembiraan  kerja  dapat
dipupuk;

Mengingat   :  Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1) Undang‐ undang Dasar 1945; 

Dengan persetujuan 
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG‐ROYONG 

MEMUTUSKAN 

Menetapkan  :  UNDANG‐UNDANG  TENTANG  PERSETUJUAN  KONPENSI  ORGANISASI 


PERBURUHAN  INTERNASIONAL  NO.  120  MENGENAI  HYGIENE  DALAM 
PERNIAGAAN DAN KANTOR‐KANTOR. 

Pasal 1 

Konpensasi  Organisasi  Perburuhan  Internasional  No.  120  mengenai  Hygiene  dalam 


perniagaan  dan  kantor‐kantor,  yang  telah  diterima  oleh  wakil‐wakil  anggota‐anggota 
Organisasi  Perburuhan  Internasional  dalam  sidangnya  keempat  puluh  delapan  tahun  1964 
dan yang bunyinya sebagaimana terlampir pada Undang‐undang ini, dengan ini disetujui. 

25
‐   2   ‐ 

Pasal 2 

Undang‐undang ini mulai berlaku pada hari tanggal diundangkan. 

Agar  supaya  setiap  orang  dapat  mengetahuinya,  memerintahkan  pengundangan  Undang‐


undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran‐Negara Republik Indonesia. 

Disahkan di Jakarta 
pada tanggal 5 April 1969. 
Presiden Republik Indonesia, 
TTD 
SOEHARTO 
Jenderal TNI 
Diundangkan di Jakarta 
pada tanggal 5 April 1969 
Sekretaris Negara Republik Indonesia, 
TTD 
ALAMSJAH. 
Mayor Jenderal TNI 

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1969 NOMOR 14

26
PENJELASAN 
ATAS 
UNDANG‐UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1969 
TENTANG 
PERSETUJUAN KONPENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL NOMOR 120 
MENGENAI HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR‐KANTOR 

PENJELASAN UMUM 

Konpensi  No.  120  ini  dalam  garis  besarnya  mengatur  kebersihan,  ventilasi,  suhu, 
penerangan,  persediaan  air  minum,  kakus,  tempat  mencuci,  tempat  tukar  pakaian,  dalam 
tempat kerja. 

Selanjutnya Konpensi ini hendak melindungi pekerjaan terhadap bahaya disekitarnya seperti 
keributan getaran dan sebagainya. 

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL 

Pasal 1 
Cukup jelas. 

Pasal 2 
Cukup jelas. 

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1969 NOMOR 2889 

27
K120
HYGIENE DALAM
PERNIAGAAN DAN
KANTOR-KANTOR

1
28
Pengantar

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan


PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif dalam kondisi
yang merdeka, setara, aman, bermartabat. Tujuan-tujuan utama ILO
ialah mempromosikan hak-hak kerja, memperluas kesempatan kerja yang
layak, meningkatkan perlindungan sosial, dan memperkuat dialog dalam
menangani berbagai masalah terkait dengan dunia kerja.
Organisasi ini memiliki 183 negara anggota dan bersifat unik di antara
badan-badan PBB lainnya karena struktur tripartit yang dimilikinya
menempatkan pemerintah, organisasi pengusaha dan serikat pekerja/
buruh pada posisi yang setara dalam menentukan program dan proses
pengambilan kebijakan.
Standar-standar ILO berbentuk Konvensi dan Rekomendasi ketenagakerjaan
internasional. Konvensi ILO merupakan perjanjian-perjanjian internasional,
tunduk pada ratifikasi negara-negara anggota. Rekomendasi tidak bersifat
mengikat—kerapkali membahas masalah yang sama dengan Konvensi—
yang memberikan pola pedoman bagi kebijakan dan tindakan nasional.
Hingga akhir 2009, ILO telah mengadopsi 188 Konvensi dan 199
Rekomendasi yang meliputi beragam subyek: kebebasan berserikat dan
perundingan bersama, kesetaraan perlakuan dan kesempatan, penghapusan
kerja paksa dan pekerja anak, promosi ketenagakerjaan dan pelatihan kerja,
jaminan sosial, kondisi kerja, administrasi dan pengawasan ketenagakerjaan,
pencegahan kecelakaan kerja, perlindungan kehamilan dan perlindungan
terhadap pekerja migran serta kategori pekerja lainnya seperti para pelaut,
perawat dan pekerja perkebunan.
Lebih dari 7.300 ratifikasi Konvensi-konvensi ini telah terdaftar. Standar
ketenagakerjaan internasional memainkan peranan penting dalam
penyusunan peraturan, kebijakan dan keputusan nasional.

29
K120
HYGIENE DALAM PERNIAGAAN
DAN KANTOR-KANTOR

Konperensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional


Setelah diundangkan di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor Perburuhan
Internasional dan telah mengadakan sidangnya yang ke 48 pada tanggal
17 Juni 1964, dan
Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usul-usul mengenai
Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor yang termasuk soal ke 4
dari agenda sidang, dan
Setelah menetapkan bahwa usul ini harus berbentuk Konvensi
Internasional,
Menerima pada tanggal 8 Juli tahun 1964 Konvensi dibawah ini, yang
dapat disebut Konvensi mengenai Hygiene (Dalam Perniagaan dan Kantor-
kantor) 1964.

30
K-120 Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor

BAB I. KEWAJIBAN PIHAK-PIHAK


Pasal 1
Konvensi ini berlaku bagi--
(a) badan-badan perniagaan;
(b) badan-badan, lembaga-lembaga dan kantor-kantor pemberi jasa
dimana pekerja-pekerjanya terutama melakukan pekerjaan kantor;
(c) setiap bagian dari badan, lembaga atau kantor pemberi jasa dimana
pekerjanya terutama melakukan pekerjaan dagang atau kantor sejauh
mereka tidak tunduk pada Undang-Undang atau peraturan-peraturan
atau ketentuan-ketentuan lain yang bersifat nasional tentang hygiene
dalam industri, pertambangan, pengangkutan atau pertanian.

Pasal 2
Penguasa yang berwenang dapat setelah berkonsultasi dengan
organisasi pengusaha dan buruh yang langsung berkepentingan bila ada
mengecualikan berlakunya seluruh atau sebagian ketentuan-ketentuan
Konvensi ini menurut golongan yang khusus dari badan, lembaga atau
kantor pemberi jasa atau bagian-bagiannya termasuk pada Pasal 1 dimana
keadaan dan kondisi kerja adalah sedemikian rupa sehingga pelaksanaan
seluruhnya atau sebagian ketentuan tersebut diatas menjadi tidak sesuai.

Pasal 3
Dalam setiap hal yang meragukan apakah untuk suatu badan, lembaga atau
kantor pemberi jasa Konvensi ini berlaku, persoalannya harus diselesaikan
baik oleh pengusaha yang berwenang sesudah konsultasi dengan wakil
organisasi pengurus dan pekerja yang bersangkutan apabila organisasi
tersebut ada, maupun dengan cara lain yang sesuai dengan Undang-
Undang dan kebiasaan nasional

31
Pasal 4
Setiap Anggota yang meratifikasi Konvensi ini mengusahakan--
(a) supaya tetap memperlakukan Undang-Undang atau Peraturan-Peraturan
yang menjamin berlakunya prinsip-prinsip umum yang tercantum
dalam Bab II, dan
(b) menjamin supaya ketentuan-ketentuan mengenai Rekomendasi
Hygiene (Perniagaan dan Kantor) 1964 atau ketentuan-ketentuan yang
sama dilaksanakan sekedar ini mungkin dan dikehendaki oleh kondisi
nasional.

Pasal 5
Undang-Undang atau peraturan-peraturan yang melaksanakan ketentuan-
ketentuan Konvensi ini dan setiap Undang-Undang atau peraturan yang
melaksanakan ketentuan-ketentuan rekomendasi hygiene (perniagaan
dan kantor-kantor) 1964 atau ketentuan-ketentuan yang sama sekedar
ini mungkin dan dikehendaki oleh kondisi nasional harus direncanakan
setelah konsultasi oleh wakil-wakil organisasi-organisasi majikan dan buruh
bila ada.

Pasal 6
1. Tindakan-tindakan yang tepat harus diambil dengan pengawasan yang
memadai atau cara-cara lain, untuk menjamin pelaksanaan yang tepat
dari Undang-undang atau peraturan-peraturan tersebut dalam Pasal
5.
2. Jika sesuai dengan cara pelaksanaan Konvensi ini, tindakan yang perlu
dalam bentuk hukuman harus diambil untuk menjamin pelaksanaan
Undang-undang atau peraturan-peraturan itu.

32
K-120 Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor

BAB II. AZAS-AZAS UMUM


Pasal 7
Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja-pekerja dan perlengkapannya
harus selalu di pelihara baik dan dijaga kebersihannya.

Pasal 8
Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja-pekerja harus mempunyai
ventilasi yang cukup dan sesuai bersifat alami atau buatan atau kedua-
duanya, yang memberi udara segar atau yang dibersihkan.

Pasal 9
Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja-pekerja harus mempunyai
penerangan yang cukup dan sesuai, tempat bekerja sedapat mungkin harus
mendapat penerangan alam.

Pasal 10
Suhu yang nyaman dan tetap sekedar keadaan memungkinkannya
harus dipertahankan dalam bangunan yang dipergunakan oleh pekerja-
pekerja.

Pasal 11
Semua tempat kerja harus disusun serta semua tempat duduk harus diatur
sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan
pekerja.

33
Pasal 12
Persediaan yang cukup dari air minum yang sehat atau minuman lain yang
sehat harus ada bagi keperluan pekerja-pekerja.

Pasal 13
Perlengkapan untuk mencuci atau saniter yang cukup dan sesuai harus
disediakan dan terpelihara baik.

Pasal 14
Tempat-tempat duduk yang cukup dan sesuai harus disediakan untuk
pekerja-pekerja dan pekerja-pekerja harus diberi kesempatan yang cukup
untuk menggunakannya.

Pasal 15
Fasilitas yang sesuai untuk mengganti, menyimpan dan mengeringkan
pakaian yang tidak terpakai pada waktu kerja harus disediakan dan
dipelihara dengan baik.

Pasal 16
Bangunan dibawah tanah atau tidak berjendela dimana biasanya dijalan
pekerjaan harus memenuhi standar hygiene yang layak.

Pasal 17
Para pekerja yang dilindungi dengan tindakan yang tepat dan dapat
dilaksanakan terhadap bahan, proses dan tehnik yang berbahaya, tidak
sehat atau beracun atau untuk suatu alasan membahayakan. Apabila

34
K-120 Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor

sifat pekerjaan menghendakinya, pengusaha yang berwenang harus


memerintahkan penggunaan alat perlindungan diri.

Pasal 18
Kegaduhan dan getaran-getaran yang mungkin mempunyai pengaruh-
pengaruh yang berbahaya kepada pekerja harus dikurangi sebanyak
mungkin dengan tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan.

Pasal 19
Setiap badan, lembaga atau dinas pemberi jasa, atau bagiannya,
yang tunduk pada konvensi ini, dengan memperhatikan besarnya dan
kemungkinan bahaya harus--
(a) memelihara apotik atau pos PPPK sendiri; atau
(b) memelihara apotik atau pos PPPK bersama-sama dengan badan,
lembaga atau kantor pemberi jasa atau bagiannya;
(c) mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau perlengkapan PPPK.

BAB III. KETENTUAN-KETENTUAN TERAKHIR


Pasal 20
Surat ratifikasi konvensi ini harus disampaikan kepada Direktur Jenderal
Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftarkan.

Pasal 21
1. Konvensi ini hanya akan mengikat Anggota Organisasi Perburuhan
Internasional yang ratifikasinya telah didaftarkan pada Direktur
Jenderal.

35
2. Konvensi ini akan berlaku 12 bulan sesudah tanggal ratifikasi oleh 2
anggota didaftarkan pada Direktur Jenderal.
3. Selanjutnya konvensi ini akan mulai berlaku untuk tiap anggota 12
bulan sesudah tanggal ratifikasi anggota tersebut didaftarkan.

Pasal 22
1. Anggota yang telah meratifikasi konvensi ini, setelah lewat 10
tahun terhitung dari tanggal konvensi ini mulai berlaku, dapat
membatalkannya dengan menyampaikan suatu keterangan kepada
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftarkan.
Pembatalan demikian baru berlaku 1 tahun sesudah tanggal
pendaftarannya.
2. Tiap anggota yang telah meratifikasi konvensi ini dan tidak
menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan pada ayat diatas,
akan terikat untuk 10 tahun lagi dan sesudah ini, dapat membatalkan
konvensi ini pada waktu berakhirnya masa 10 tahun menurut ketentuan
yang tercantum dalam pasal ini.

Pasal 23
1. Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional harus memberitahukan
kepada segenap Anggota Organisasi Perburuhan Internasional tentang
pendaftaran semua ratifikasi, dan pembatalan yang disampaikan
kepadanya oleh Angota-anggota Organisasi.
2. Pada waktu memberitahukan kepada Anggoat-anggota Organisasi
tentang pendaftaran dari ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya,
Direktur Jenderal harus memperingatkan Anggota-anggota Organisasi
tanggal mulai berlakunya konvensi ini.

36
K-120 Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor

Pasal 24
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional harus menyampaikan
kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk didaftarkan,
sesuai dengan Pasal 102 dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, hal
ikhwal mengenai semua ratifikasi dan pelaksanaan dari pembatalan yang
didaftarkan menurut ketentuan pasal-pasal tersebut diatas.

Pasal 25
Pada waktu-waktu yang dianggap perlu, Badan Pimpinan Kantor Perburuhan
Internasional menyampaikan kepada Konperensi Umum laporan mengenai
pelaksanaan konvensi ini dan harus mempelajari apakah soal peninjauan
kembali konvensi ini seluruhnya atau sebagian perlu ditempatkan dalam
agenda konvensi.

Pasal 26
1. Jika Konperensi menerima konvensi baru yang mengubah sebagian
atau seluruhnya konvensi ini, kecuali jika konvensi baru menentukan
lain maka:
a) dengan menyimpang dari ketentuan Pasal 22 diatas ratifikasi
konvensi baru oleh anggota berarti pembatalan konvensi ini
pada saat itu juga karena hukum, jika dan pada waktu konvensi
baru itu mulai berlaku;
b) mulai pada tanggal konvensi baru berlaku, konvensi ini tidak
dapat diratifikasi lagi oleh anggota.
2. Bagaimanapun juga konvensi ini akan tetap berlaku dalam bentuk
dan isi yang asli bagi anggota yang telah meratifikasinya, tetapi belum
meratifikasi konvensi baru.

37
Pasal 27
Bunyi naskah Konvensi ini dalam bahasa Inggris dan bahasa Perancis
sama-sama resmi.

38
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2003
TENTANG
PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION
IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI
DAN PERDAGANGAN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : h. bahwa salah satu upaya untuk menciptakan hubungan industrial yang
harmonis dan berkeadilan serta untuk menjamin penegakan hukum dan
perlindungan tenaga kerja, dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan;

i. bahwa ketentuan Konvensi ILO No. 81 dapat lebih menjamin pelaksanaan


pengawasan ketenagakerjaan di Indonesia sesuai dengan standar
internasional;

j. bahwa Konferensi Ketenagakerjaan Internasional ketiga puluh tanggal 11


Juli 1947 di Jenewa, Swiss, telah menyetujui ILO Convention No. 81
Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No.
81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan
Perdagangan);

k. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam huruf a, b, dan c


dipandang perlu mengesahkan ILO Convention No. 81 Concerning Labour
Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai
Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan) dengan
Undang-undang;

Mengingat : 8. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, dan Pasal 27
ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

9. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012);

Dengan persetujuan bersama antara

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

164
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81
CONCERNING LABOUR INSPECTION IN INDUSTRY AND COMMERCE
(KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN).

Pasal 1

Mengesahkan ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in Industry


and Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan
Dalam Industri dan Perdagangan) yang salinan naskah aslinya dalam bahasa
Inggris dan bahasa Perancis, dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia
sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-
undang ini.

Pasal 2

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-


undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 25 Juli 2003

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 25 Juli 2003
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 NOMOR 91

165
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2003
TENTANG
PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION
IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI
DAN PERDAGANGAN)

I. UMUM
Masalah ketenagakerjaan di masa datang akan terus berkembang semakin kompleks
sehingga memerlukan penanganan yang lebih serius. Pada masa perkembangan
tersebut pergeseran nilai dan tata kehidupan akan banyak terjadi. Pergeseran dimaksud
tidak jarang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menghadapi pergeseran nilai dan tata kehidupan para pelaku industri dan perdagangan,
pengawasan ketenagakerjaan dituntut untuk mampu mengambil langkah-langkah
antisipatif serta mampu menampung segala perkembangan yang terjadi. Oleh karena itu
penyempurnaan terhadap sistem pengawasan ketenagakerjaaan harus terus dilakukan
agar peraturan perundang-undangan dapat dilaksanakan secara efektif oleh para pelaku
industri dan perdagangan. Dengan demikian pengawasan ketenagakerjaan sebagai suatu
sistem mengemban misi dan fungsi agar peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan dapat ditegakkan.

Penerapan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan juga dimaksudkan untuk


menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi pengusaha dan pekerja/buruh
sehingga kelangsungan usaha dan ketenangan kerja dalam rangka meningkatkan
produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga kerja dapat terjamin.

Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu meratifikasi ILO Convention No. 81


Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai
Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan) sehingga pengawasan
ketenagakerjaan dapat dilaksanakan secara lebih efektif sesuai standar ILO.

II. POKOK-POKOK PIKIRAN YANG MENDORONG LAHIRNYA KONVENSI

8. Konvensi ILO No. 81 Tahun 1947 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam


Industri dan Perdagangan meminta semua negara anggota ILO untuk
melaksanakan sistem pengawasan ketenagakerjaan di tempat kerja.

9. Agar sistem pengawasan ketenagakerjaan dalam Industri dan perdagangan


mempunyai pengaturan yang sesuai dengan standar internasional sehingga dirasa
perlu untuk mengesahkan Konvensi ILO No. 81.

166
III. ALASAN INDONESIA MENGESAHKAN KONVENSI

8. Pengawasan ketenagakerjaan merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam


penegakan atau penerapan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
Penegakan atau penerapan peraturan perundang-undangan merupakan upaya
untuk menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi pengusaha dan
pekerja/buruh. Keseimbangan tersebut diperlukan untuk menjaga kelangsungan
usaha dan ketenangan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas
kerja dan kesejahteraan tenaga kerja.

9. Agar peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dapat


dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan pengawasan ketenagakerjaan yang
independen dan kebijakan yang sentralistik.

10. Selama ini pengawasan ketenagakerjaan diatur dalam Undang-undang Nomor 3


Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan
Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk seluruh
Indonesia dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Kedua Undang-undang tersebut secara eksplisit belum mengatur mengenai
kemandirian profesi Pengawas Ketenagakerjaan serta supervisi tingkat pusat
sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan Pasal 4 dan Pasal 6 Konvensi ILO
Nomor 81. Dengan meratifikasi Konvensi ILO No. 81 memperkuat pengaturan
pengawasan ketenagakerjaan yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

11. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia dan
sebagai anggota ILO mempunyai kewajiban moral untuk melaksanakan ketentuan
yang bersifat internasional termasuk standar ketenagakerjaan internasional.

IV. POKOK-POKOK KONVENSI

8. Negara anggota ILO yang memberlakukan Konvensi ini harus melaksanakan


sistem pengawasan ketenagakerjaan di tempat kerja.

9. Sistem pengawasan ketenagakerjaan di tempat kerja harus diterapkan di seluruh


tempat kerja berdasarkan perundang-undangan, yang pengawasannya dilakukan
oleh pengawas ketenagakerjaan.

10. Fungsi sistem pengawasan ketenagakerjaan harus :

h. menjamin penegakan hukum mengenai kondisi kerja dan perlindungan tenaga


kerja dan peraturan yang menyangkut waktu kerja, pengupahan, keselamatan,
kesehatan serta kesejahteraan, tenaga kerja anak serta orang muda dan
masalah-masalah lain yang terkait.

i. memberikan informasi tentang masalah-masalah teknis kepada pengusaha dan


pekerja/buruh mengenai cara yang paling efektif untuk mentaati peraturan
perundang-undangan.

j. memberitahukan kepada pemerintah mengenai terjadinya penyimpangan atau


penyalahgunaan yang secara khusus tidak diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

167
8. Pengawasan ketenagakerjaan harus berada di bawah supervisi dan kontrol
pemerintah pusat.

9. Pemerintah Pusat harus menetapkan peraturan-peraturan untuk meningkatkan :

h. kerjasama yang efektif antara unit pengawasan dengan instansi pemerintah


lainnya dan swasta yang menangani kegiatan serupa.

i. kerjasama antara Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dengan pengusaha dan


pekerja/buruh atau organisasi pengusaha dan organisasi pekerja/buruh.

8. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan terdiri atas Pegawai Negeri Sipil yang status
hubungan kerja dan syarat tugasnya diatur sedemikian rupa sehingga menjamin
pelaksanaan tugas pengawasan ketenagakerjaan yang independen.

9. Sesuai dengan syarat-syarat untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan nasional, maka pengawas ketenagakerjaan
harus :

a. direkrut dengan memperhatikan syarat -syarat jabatan.

b. memperoleh pelatihan agar dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya.

8. Persyaratan rekruitmen dan pelatihan harus ditetapkan oleh pemerintah.

9. Jumlah dan spesialisasi Pengawas Ketenagakerjaan harus mencukupi untuk


menjamin pelaksanaan tugas-tugas pengawasan yang efektif.

10. Pejabat yang berwenang mempunyai kewajiban :

h. menetapkan pengaturan-pengaturan yang diperlukan agar Pengawas


Ketenagakerjaan dapat diberikan kantor lokal, perlengkapan dan fasilitas
transportasi yang memadai sesuai dengan persyaratan tugas pekerjaan.

i. membuat pengaturan-pengaturan yang diperlukan untuk mengganti biaya


perjalanan Pengawas Ketenagakerjaan dalam pelaksanaan tugas-tugas
mereka.

8. Pengawas Ketenagakerjaan atau kantor pengawasan lokal harus memberikan


laporan secara periodik kepada kantor pengawasan pusat mengenai hasil kegiatan
pengawasan.

9. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajib memberikan laporan
terhadap pelaksanaan Konvensi tersebut.

V. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara terjemahan Konvensi dalam bahasa Indonesia
dengan salinan naskah aslinya, maka yang berlaku adalah salinan naskah asli Konvensi dalam
bahasa Inggris.

Pasal 2

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4309

168
K81
PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN
DALAM
INDUSTRI DAN
PERDAGANGAN

169
K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan

170
Pengantar

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan


PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif dalam kondisi
yang merdeka, setara, aman, bermartabat. Tujuan-tujuan utama ILO
ialah mempromosikan hak-hak kerja, memperluas kesempatan kerja yang
layak, meningkatkan perlindungan sosial, dan memperkuat dialog dalam
menangani berbagai masalah terkait dengan dunia kerja.
Organisasi ini memiliki 183 negara anggota dan bersifat unik di antara
badan-badan PBB lainnya karena struktur tripartit yang dimilikinya
menempatkan pemerintah, organisasi pengusaha dan serikat pekerja/
buruh pada posisi yang setara dalam menentukan program dan proses
pengambilan kebijakan.
Standar-standar ILO berbentuk Konvensi dan Rekomendasi ketenagakerjaan
internasional. Konvensi ILO merupakan perjanjian-perjanjian internasional,
tunduk pada ratifikasi negara-negara anggota. Rekomendasi tidak bersifat
mengikat—kerapkali membahas masalah yang sama dengan Konvensi—
yang memberikan pola pedoman bagi kebijakan dan tindakan nasional.
Hingga akhir 2009, ILO telah mengadopsi 188 Konvensi dan 199
Rekomendasi yang meliputi beragam subyek: kebebasan berserikat dan
perundingan bersama, kesetaraan perlakuan dan kesempatan, penghapusan
kerja paksa dan pekerja anak, promosi ketenagakerjaan dan pelatihan kerja,
jaminan sosial, kondisi kerja, administrasi dan pengawasan ketenagakerjaan,
pencegahan kecelakaan kerja, perlindungan kehamilan dan perlindungan
terhadap pekerja migran serta kategori pekerja lainnya seperti para pelaut,
perawat dan pekerja perkebunan.
Lebih dari 7.300 ratifikasi Konvensi-konvensi ini telah terdaftar. Standar
ketenagakerjaan internasional memainkan peranan penting dalam
penyusunan peraturan, kebijakan dan keputusan nasional.

171
K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan

172
K81
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
DALAM INDUSTRI DAN
PERDAGANGAN

Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional,


Setelah diundangkan di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor Perburuhan
Internasional, dan setelah mengadakan Sidangnya yang Ke-tigapuluh pada
tanggal 19 Juni 1947, dan
Setelah menerima beberapa usulan tertentu yang berkaitan dengan
pengorganisasian pengawasan ketenagakerjaan dalam industri dan
perdagangan, yang merupakan agenda keempat persidangan, dan
Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan tersebut harus berbentuk
konvensi internasional,
Menyetujui pada tanggal sebelas bulan Juli tahun seribu sembilan ratus
empat puluh tujuh, Konvensi ini, yang dapat disebut Konvensi Pengawasan
Ketenagakerjaan 1947 :

173
K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan

BAGIAN I
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM
INDUSTRI

Pasal 1
Setiap Anggota Organisasi Perburuhan Internasional yang memberlakukan
Konvensi ini harus melaksanakan sistem pengawasan ketenagakerjaan di
tempat kerja industri.

Pasal 2
1. Sistem pengawasan ketenagakerjaan dalam tempat kerja industri harus
diterapkan di seluruh tempat kerja di mana ketentuan perundang-
undangan mengenai kondisi kerja dan perlindungan pekerja saat
melaksanakan pekerjaannya dapat ditegakkan oleh pengawas
ketenagakerjaan.
2. Perundang-undangan atau peraturan nasional dapat mengecualikan
pelaksanaan konvensi ini bagi perusahaan pertambangan dan
transportasi atau bagian dari kedua jenis perusahaan tersebut.

Pasal 3
1. Fungsi sistem pengawasan ketenagakerjaan adalah :
(a) menjamin penegakan ketentuan hukum mengenai kondisi kerja
dan perlindungan pekerja saat melaksanakan pekerjaannya,
seperti ketentuan yang berkaitan dengan jam kerja, pengupahan,
keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan, penggunaan pekerja
anak dan orang muda serta masalah-masalah lain yang terkait,
sepanjang ketentuan tersebut dapat ditegakkan oleh pengawas
ketenagakerjaan;

174
(b) memberikan keterangan teknis dan nasehat kepada pengusaha
dan pekerja mengenai cara yang paling efektif untuk menaati
ketentuan hukum;
(c) memberitahukan kepada pihak yang berwenang mengenai
terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan yang secara
khusus tidak diatur dalam ketentuan hukum yang berlaku.
2. Tugas lain yang dapat menjadi tanggung jawab pengawas
ketenagakerjaan tidak boleh menghalangi pelaksanaan tugas pokok
pengawas atau mengurangi kewenangannya dan ketidakberpihakannya
yang diperlukan bagi pengawas dalam berhubungan dengan
pengusaha dan pekerja.

Pasal 4
1. Sejauh praktek-praktek administratif Anggota memungkinkan,
pengawasan ketenagakerjaan harus berada di bawah pengawasan dan
kendali pemerintah pusat.
2. Dalam hal negara federal, istilah “pemerintahan pusat” berarti
pemerintah federal atau pemerintahan pusat dari unit federasi.

Pasal 5
Pihak yang berwenang harus menerapkan pengaturan yang sesuai untuk
memajukan:
(a) kerjasama efektif antara unit pengawasan dengan unit pelayanan
pemerintah lainnya, serta lembaga umum atau swasta yang menangani
kegiatan serupa; dan
(b) kerjasama antara pegawai pengawasan ketenagakerjaan dengan
pengusaha dan pekerja atau organisasi-organisasi pengusaha dan
pekerja.

175
K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan

Pasal 6
Pegawai pengawas harus terdiri dari Pegawai Negeri Sipil yang status
dan kondisi pekerjaannya sedemikian rupa sehingga ada jaminan
keberlangsungan pekerjaan dan kemandirian dari perubahan pemerintahan
dan dari pengaruh luar yang tidak patut.

Pasal 7
1. Sesuai dengan syarat-syarat penerimaan pegawai negeri sipil yang
ditetapkan dalam perundang-undangan atau peraturan nasional,
penerimaan pengawas ketenagakerjaan harus dilaksanakan semata-
mata berdasarkan persyaratan untuk menjalankan tugasnya.
2. Cara untuk menilai persyaratan yang tersebut di atas ditetapkan oleh
pihak yang berwenang.
3. Pengawas ketenagakerjaan harus dilatih dengan pelatihan yang sesuai
untuk menjalankan tugasnya.

Pasal 8
Baik laki-laki maupun perempuan dapat ditunjuk sebagai pegawai
pengawas; dan apabila diperlukan tugas khusus dapat diberikan kepada
pengawas laki-laki atau perempuan.

Pasal 9
Setiap Anggota harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
menjamin agar tenaga ahli teknis dan spesialis yang memenuhi syarat
termasuk spesialis di bidang kedokteran dan obat-obatan, perekayasaan,
kelistrikan dan kimia, dilibatkan dalam tugas pengawasan, dengan cara
yang dianggap paling sesuai dengan kondisi nasional, dengan maksud
untuk menjamin penegakan ketentuan hukum yang berkaitan dengan
perlindungan kesehatan dan keselamatan pekerja pada saat melaksanakan
pekerjaan. Keterlibatan tenaga ahli dan spesialis yang tersebut di atas juga

176
dimaksudkan untuk menyelidiki pengaruh proses, bahan dan metode kerja
terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja.

Pasal 10
Jumlah pengawas ketenagakerjaan harus mencukupi untuk
menjamin pelaksanaan tugas-tugas pengawasan yang efektif dengan
mempertimbangkan :
(a) pentingnya tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh pengawas,
khususnya :
i) jumlah, sifat, ukuran, dan situasi tempat kerja yang dapat
diawasi;
ii) jumlah dan klasifikasi pekerja di tempat kerja bersangkutan;
dan
iii) jumlah serta kerumitan ketentuan hukum yang harus
ditegakkan.
(b) sarana material yang dapat dipergunakan oleh pengawas; dan
(c) kondisi praktis agar kunjungan pengawasan dapat dilaksanakan secara
efektif.

Pasal 11
1. Pihak yang berwenang menerapkan pengaturan yang diperlukan agar
pengawas ketenagakerjaan dapat memiliki:
(a) kantor lokal yang dilengkapi dengan perlengkapan yang
memadai sesuai dengan persyaratan pekerjaan dan dapat dipakai
oleh semua orang yang terkait;
(b) fasilitas transportasi yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas-
tugas mereka, apabila transportasi umum tidak tersedia.
2. Pihak yang berwenang harus menerapkan pengaturan yang diperlukan
untuk mengganti biaya perjalanan dan pengeluaran tambahan
pengawas ketenagakerjaan dalam pelaksanaan tugasnya.

177
K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan

Pasal 12
1. Pengawas ketenagakerjaan yang diberikan mandat berhak untuk :
(a) secara bebas, memasuki setiap tempat kerja yang dapat diawasi
di setiap saat, baik siang maupun malam, tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu; dan
(b) pada siang hari, memasuki setiap tempat yang diperkirakan
dapat diawasi; dan
(c) melakukan pemeriksaan, pengujian atau penyelidikan yang
dipandang perlu untuk meyakinkan bahwa ketentuan hukum
benar-benar ditaati, dan khususnya:
i) memeriksa pengusaha atau pegawai perusahaan, baik sendiri
atau dengan kehadiran saksi, mengenai masalah-masalah
yang berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan hukum.
ii) meminta buku-buku, catatan atau dokumen lain yang
penyimpanannya diwajibkan oleh perundang-undangan
atau peraturan nasional mengenai kondisi kerja, untuk
memastikan bahwa buku-buku, catatan atau dokumen
tersebut sudah sesuai dengan perundangan-undangan atau
peraturan tersebut, dan untuk menyalin atau mengutip
dokumen tersebut.
iii) mewajibkan pemasangan peringatan yang diharuskan oleh
ketentuan hukum.
iv) mengambil atau membawa contoh bahan-bahan dan
zat yang digunakan atau dipakai untuk dianalisa dengan
pemberitahuan kepada pengusaha atau wakilnya.
2. Pada saat kunjungan pengawasan, pengawas harus memberitahu
pengusaha atau wakilnya tentang kehadirannya, kecuali bila pengawas
tersebut mempertimbangkan bahwa pemberitahuan itu akan
merugikan pelaksanaan tugasnya.

178
Pasal 13
1. Pengawas ketenagakerjaan harus diberi kewenangan untuk mengambil
langkah-langkah dengan maksud untuk memperbaiki penyimpangan
yang ditemui di bangunan, tata letak atau metode kerja yang mungkin
dapat mengancam kesehatan atau keselamatan pekerja.
2. Sesuai dengan hak banding kepada otoritas peradilan atau adminstratif
yang dimungkinkan oleh ketentuan hukum, pengawas harus diberi
kewenangan, dalam rangka melaksanakan langkah-langkah tersebut
di atas, untuk membuat atau menyuruh dibuatnya perintah yang
mengharuskan:
(a) perubahan atas instalasi atau bangunan, dalam jangka waktu
tertentu, sesuai dengan ketentuan hukum tentang kesehatan
dan keselamatan pekerja; atau
(b) tindakan segera apabila ada ancaman yang membahayakan
kesehatan dan keselamatan pekerja.
3. Apabila prosedur sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak sesuai
dengan praktek administratif atau hukum Anggota, pengawas memiliki
hak untuk meminta kepada pihak yang berwenang untuk mengeluarkan
perintah atau untuk mengambil langkah-langkah segera.

Pasal 14
Instansi pengawasan ketenagakerjaan harus diberitahukan tentang adanya
kecelakaan kerja dan kasus penyakit akibat kerja dengan cara sebagaimana
ditetapkan dalam perundang-undangan atau peraturan nasional.

Pasal 15
Berdasarkan ketentuan pengecualian sebagaimana diatur dalam perundang-
undangan atau peraturan nasional, pengawas ketenagakerjaan :
(a) dilarang mempunyai kepentingan langsung maupun tidak langsung
di perusahaan yang diawasi;

179
K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan

(b) diancam dengan hukuman yang sesuai atau tindakan disipliner agar
tidak membuka rahasia manufaktur atau komersial atau proses kerja
yang diketahui pada waktu menjalankan tugas, bahkan setelah selesai
meninggalkan pekerjaan sebagai pengawas; dan
(c) harus memegang teguh rahasia sumber setiap pengaduan tentang
adanya kesalahan dan pelanggaran perundang-undangan atau
peraturan dan tidak boleh memberitahukan kepada pengusaha atau
wakilnya bahwa kunjungan pengawasan dilakukan berdasarkan atas
adanya laporan pengaduan tersebut.

Pasal 16
Tempat kerja harus diawasi sesering dan selengkap mungkin untuk
menjamin pelaksanaan ketentuan hukum yang efektif.

Pasal 17
1. Orang-orang yang melanggar atau mengabaikan pelaksanaan ketentuan
hukum yang dapat ditegakkan oleh pengawas ketenagakerjaan harus
dikenakan tuntutan hukum segera tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu. Pengecualian dapat dilakukan melalui perundang-undangan
atau peraturan nasional tentang kasus-kasus dimana pemberitahuan
terlebih dahulu untuk melakukan tindakan perbaikan atau pencegahan
perlu diberikan.
2. Pengawas ketenagakerjaan memiliki kewenangan untuk memberikan
peringatan dan nasihat daripada memulai atau menyarankan
tuntutan.

Pasal 18
Ancaman hukuman yang sesuai terhadap pelanggaran ketentuan hukum
yang ditegakkan oleh pengawas ketenagakerjaan dan terhadap usaha
menghalangi pengawas ketenagakerjaan dalam menjalankan tugasnya

180
harus diatur dalam perundang-undangan atau peraturan nasional dan
dilaksanakan secara efektif.

Pasal 19
1. Pengawas ketenagakerjaan atau kantor pengawasan lokal sesuai
dengan keadaan yang ada harus memberikan laporan periodik kepada
kantor pengawasan pusat mengenai hasil kegiatan pengawasan yang
dilaksanakan.
2. Laporan tersebut harus dibuat dengan cara tertentu dan mencakup
materi sebagaimana ditetapkan dari waktu ke waktu oleh kantor
pusat; laporan tersebut harus disampaikan secara rutin sebagaimana
ditetapkan oleh kantor pusat dan paling tidak sekali dalam setahun.

Pasal 20
1. Kantor pengawasan pusat harus menerbitkan laporan umum tahunan
mengenai pengawasan yang berada di bawah wewenangnya.
2. Laporan umum tahunan itu harus diterbitkan dalam waktu yang sesuai
sesudah akhir tahun dimana pengawasan tersebut dilaksanakan dan
selambat-lambatnya dalam jangka waktu dua belas bulan.
3. Salinan laporan tahunan harus disampaikan kepada Direktur Jenderal
Kantor Perburuhan Internasional dalam waktu yang sesuai setelah
penerbitan laporan itu dan selambat-lambatnya dalam jangka waktu
tiga bulan.

Pasal 21
Laporan tahunan yang diterbitkan oleh kantor pengawasan pusat harus
mencakup materi sebagai berikut dan hal-hal lain yang relevan sepanjang
hal-hal tersebut berada di bawah kewenangan kantor pusat :
(a) perundang-undangan dan peraturan yang terkait dengan pekerjaan

181
K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan

pelayanan pengawasan;
(b) pegawai pengawas ketenagakerjaan;
(c) statistik tempat kerja yang dapat diawasi dan jumlah pekerja yang
bekerja di tempat tersebut;
(d) statistik kunjungan pengawasan;
(e) statistik pelanggaran dan sanksi yang diterapkan;
(f) statistik kecelakaan kerja;
(g) statistik penyakit akibat kerja.

BAGIAN II
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DI
PERDAGANGAN
Pasal 22
Setiap Anggota Organisasi Perburuhan Internasional yang memberlakukan
Bagian Kedua dari Konvensi ini wajib memiliki sistem pengawasan di tempat
kerja perdagangan.

Pasal 23
Sistem pengawasan ketenagakerjaan di tempat kerja perdagangan wajib
diberlakukan di tempat kerja di mana ketentuan hukum yang berkaitan
dengan kondisi dan persyaratan kerja serta perlindungan terhadap pekerja
saat melaksanakan pekerjaannya dapat ditegakkan oleh pengawas.

Pasal 24
Sistem pengawasan di tempat kerja perdagangan wajib mematuhi
persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 3 hingga Pasal
21 dari Konvensi ini, sepanjang persyaratan-persyaratan tersebut dapat
dilaksanakan.

182
BAGIAN III
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 25
1. Setiap Anggota Organisasi Perburuhan Internasional yang meratifikasi
Konvensi ini diperkenankan, dengan melampirkan suatu deklarasi
pada ratifikasi Konvensi tersebut, untuk mengecualikan pemberlakuan
Bagian Kedua dari Konvensi ini.
2. Setiap Anggota yang telah membuat deklarasi tersebut diperkenankan
untuk mencabutnya kembali dengan membuat deklarasi baru.
3. Setiap Anggota yang memberlakukan dan mengikatkan diri pada
deklarasi yang dibuat berdasarkan ayat 1 pasal ini wajib menjelaskan,
setiap tahun dalam laporan tahunannya mengenai pelaksanaan
Konvensi ini, kedudukan hukum masing-masing beserta pelaksanaannya
sehubungan dengan ketentuan-kententuan yang tercantum pada
Bagian Kedua Konvensi ini dan juga menjelaskan sampai sejauh mana
pengaruh yang telah diberikan, atau pengaruh yang diusulkan untuk
diberikan, terhadap ketentuan-ketentuan yang dimaksud.

Pasal 26
Dalam hal adanya keraguan mengenai apakah suatu perusahaan, bagian
atau pelayanan dari suatu perusahaan atau tempat kerja merupakan suatu
usaha, bagian atau tempat kerja yang terkena pemberlakuan Konvensi ini
atau tidak, maka pihak yang berwenang wajib menjawab dan menyelesaikan
masalah yang timbul akibat pertanyaan ini.

Pasal 27
Dalam Konvensi ini, istilah “ketentuan hukum” mencakup perundang-
undangan dan peraturan, ketentuan putusan arbitrase dan kesepakatan
bersama yang mempunyai kekuatan hukum dan yang dapat ditegakkan
oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan.

183
K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan

Pasal 28
Wajib dimasukkan ke dalam laporan tahunan yang dibuat berdasarkan
ketentuan Pasal 22 Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional
keterangan lengkap mengenai semua perundang-undangan dan peraturan
yang berpengaruh terhadap Konvensi ini.

Pasal 29
1. Dalam hal Anggota yang wilayah hukumnya mencakup daerah yang
cukup luas yang, karena jumlah penduduknya yang sedikit atau
karena tahapan pembangunan wilayah tersebut, menyebabkan pihak
berwenang berpendapat bahwa kententuan-kententuan Konvensi ini
menjadi tidak mungkin atau tidak praktis untuk dilaksanakan secara
efektif, maka pihak yang berwenang dapat mengecualikan daerah
tersebut dari pemberlakuan Konvensi ini, baik secara menyeluruh
maupun dengan pengecualian bagi perusahaan atau pekerjaan
tertentu yang oleh pihak yang berwenang dianggap cocok untuk
dikecualikan.
2. Setiap Anggota wajib menyebutkan, dalam laporan tahunan untuk
pertama kali mengenai pelaksanaan Konvensi ini yang dibuat
sesuai dengan ketentuan Pasal 22 Konstitusi Organisasi Perburuhan
Internasional, harus menyebutkan setiap daerah yang diusulkan
untuk dikecualikan seperti ditentukan dalam pasal ini dan wajib
memberikan alasan pengecualiannya. Setelah lewat tanggal laporan
tahunan yang pertama, tidak ada Anggota yang diperbolehkan
menggunakan ketentuan pasal ini, kecuali untuk daerah-daerah yang
sudah disebutkan.
3. Setiap Anggota yang menggunakan ketentuan-ketentuan pasal ini,
dalam laporan tahunan berikutnya harus menyebutkan daerah-daerah
yang dinyatakan bebas dari pemberlakuan ketentuan-ketentuan pasal
ini.

184
Pasal 30
1. Sehubungan dengan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional sebagaimana diubah
dengan Perangkat Amandemen Konstitusi Organisasi Perburuhan
Internasional, 1946, selain dari wilayah sebagaimana dimaksud ayat
4 dan 5 dari pasal perubahan tersebut, setiap anggota Organisasi
yang meratifikasi Konvensi ini harus menyampaikan kepada Direktur
Jenderal Kantor Perburuhan Internasional segera setelah ratifikasi
sebuah deklarasi yang menyatakan bahwa :
(a) Wilayah yang ditetapkannya sebagai wilayah di mana ketentuan-
ketentuan Konvensi ini wajib diberlakukan tanpa perubahan sama
sekali;
(b) wilayah yang ditetapkannya sebagai wilayah di mana ketentuan-
ketentuan Konvensi ini wajib diberlakukan dengan perubahan-
perubahan, disertai dengan rincian mengenai perubahan-
perubahan tersebut;
(c) wilayah yang ditetapkannya sebagai wilayah di mana ketentuan-
ketentuan Konvensi ini tidak dapat diberlakukan, disertai alasan-
alasan mengapa Konvensi ini tidak dapat diberlakukan.
(d) wilayah di mana diberlakukan atau tidaknya ketentuan-kententuan
Konvensi ini belum diputuskan.
2. Langkah-langkah sebagaimana dimaksud sub-ayat (a) dan (b), ayat 1
Pasal ini harus dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
ratifikasi dan memiliki kekuatan hukum ratifikasi.
3. Setiap Anggota dapat sewaktu-waktu dengan pernyataan berikutnya
menunda seluruh atau sebagian pertimbangan yang dibuat melalui
naskah asli pernyataan dengan memperhatikan ketentuan sub-ayat (b),
(c), atau (d) yang tercantum dalam ayat 1 Pasal ini.
4. Setiap Anggota dapat sewaktu-waktu mencabut ratifikasi Konvensi
ini sesuai dengan ketentuan Pasal 34 dan menyampaikannya kepada
Direktur Jenderal mengenai maksud perubahan atas syarat-syarat
perubahan terdahulu dan menyatakan pendirian sekarang sehubungan
dengan wilayah tersebut.

185
K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan

Pasal 31
1. Apabila subyek Konvensi ini berada di dalam lingkup kekuasaan
otonomi dari suatu wilayah non-metropolitan, maka Anggota yang
bertanggung jawab atas hubungan internasional dari wilayah yang
bersangkutan dapat, dengan persetujuan dari pemerintah wilayah
tersebut, menyampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan
Internasional suatu deklarasi atas nama wilayah tersebut yang berisi
pernyataan menerima kewajiban-kewajiban yang dibebankan Konvensi
ini.
2. Deklarasi yang berisi pernyataan menerima kewajiban-kewajiban yang
dibebankan Konvensi ini dapat disampaikan kepada Direktur Jenderal
Kantor Perburuhan Internasional oleh :
(a) dua atau lebih Anggota Organisasi sehubungan dengan wilayah
yang berada di bawah wewenang bersama Anggota-Anggota
tersebut; atau
(b) lembaga atau organisasi internasional yang berwenang, yang
bertanggung jawab atas administrasi wilayah yang bersangkutan
berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa atau sejenisnya,
sehubungan dengan wilayah tersebut.
3. Deklarasi-deklarasi yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor
Perburuhan Internasional sesuai dengan ayat-ayat terdahulu dari Pasal
ini harus menyebutkan apakah ketentuan-ketentuan Konvensi ini akan
diberlakukan di wilayah yang bersangkutan tanpa perubahan atau
dengan perubahan; apabila deklarasi tersebut menyatakan bahwa
ketentuan-ketentuan Konvensi ini baru akan diberlakukan dengan
perubahan, deklarasi tersebut wajib menyebutkan rincian-rincian dari
perubahan-perubahan yang dimaksud.
4. Anggota, para Anggota atau badan internasional terkait yang
berwenang dapat sewaktu-waktu, dengan membuat deklarasi baru,
membatalkan seluruh atau sebagian hak untuk melakukan suatu
perubahan seperti yang dimaksud di dalam deklarasi sebelumnya.

186
5. Anggota, para Anggota atau badan internasional terkait yang
berwenang dapat sewaktu-waktu, dimana ratifikasi Konvensi ini dapat
dicabut sesuai dengan ketentuan dari Pasal 34, menyampaikan kepada
Direktur Jenderal suatu deklarasi baru yang membuat perubahan-
perubahan atas pernyataan-pernyataan yang dibuat dalam deklarasi
sebelumnya serta menyatakan pendirian yang sekarang sehubungan
dengan pemberlakuan Konvensi ini.

BAGIAN IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Ratifikasi resmi Konvensi ini harus disampaikan kepada Direktur Jenderal
Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftar.

Pasal 33
1. Konvensi ini mengikat hanya bagi Anggota Organisasi Perburuhan
Internasional yang ratifikasinya telah didaftar oleh Direktur Jenderal.
2. Konvensi ini mulai berlaku dua belas bulan setelah tanggal ratifikasi
oleh dua Anggota Organisasi Perburuhan Internasional didaftarkan
pada Direktur Jenderal.
3. Selanjutnya Konvensi ini akan berlaku bagi setiap Anggota dua belas
bulan setelah tanggal ratifikasinya didaftar.

Pasal 34
1. Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dapat membatalkannya,
setelah ratifikasi tersebut melampaui jangka waktu sepuluh tahun
terhitung sejak tanggal Konvensi ini mulai berlaku, dengan
menyampaikan keterangan Direktur Jenderal Kantor Perburuhan

187
K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan

Internasional untuk didaftar. Pembatalan itu tidak akan berlaku hingga


satu tahun setelah tanggal pendaftarannya.
2. Setiap Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dan yang
dalam waktu satu tahun setelah berakhirnya masa sepuluh tahun
sebagaimana tersebut dalam ayat tersebut di atas tidak menggunakan
hak pembatalan menurut ketentuan dalam pasal ini, akan terikat untuk
sepuluh tahun lagi, dan setelah itu dapat membatalkan Konvensi ini
pada waktu berakhirnya tiap-tiap masa sepuluh tahun sebagaimana
diatur dalam Pasal ini.

Pasal 35
1. Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional wajib memberitahukan
kepada segenap Anggota Organisasi Perburuhan Internasional
tentang pendaftaran semua ratifikasi deklarasi dan pembatalan yang
disampaikan kepadanya oleh Anggota Organisasi.
2. Pada saat memberitahukan kepada Anggota Organisasi tentang
pendaftaran ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur
Jenderal wajib meminta perhatian Anggota Organisasi mengenai
tanggal mulai berlakunya Konvensi ini.

Pasal 36
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional wajib menyampaikan
kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk didaftarkan,
sesuai dengan Pasal 102 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, hal ikhwal
mengenai semua ratifikasi deklarasi dan pembatalan yang didaftarkannya
menurut ketentuan pasal-pasal tersebut di atas.

Pasal 37
Pada waktu yang dianggap perlu, Badan Pengurus Kantor Perburuhan
Internasional wajib menyampaikan kepada Konferensi laporan mengenai

188
pelaksanaan Konvensi ini dan wajib mempertimbangkan perlunya
mengagendakan, dalam Sidang Umum Konferensi, perubahan Konvensi
ini seluruhnya atau sebagian.

Pasal 38
1. Apabila Konferensi menyetujui sebuah Konvensi baru yang memperbaiki
Konvensi ini secara keseluruhan atau sebagian, kecuali Konvensi baru
menentukan lain, maka :
(a) ratifikasi oleh Anggota atas Konvensi baru yang memperbaiki,
secara hukum dengan sendirinya berarti pembatalan secara
langsung atas Konvensi ini tanpa mengurangi ketentuan
dalam Pasal 34 di atas, jika dan bilamana Konvensi baru yang
memperbaiki itu mulai berlaku;
(b) sejak tanggal Konvensi baru yang memperbaiki itu berlaku,
Konvensi ini tidak dapat disahkan lagi oleh Anggota.
2. Konvensi ini akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi aslinya bagi
Anggota yang telah meratifikasinya tetapi belum meratifikasi Konvensi
yang memperbaikinya.

Pasal 39
Bunyi naskah Konvensi ini dalam bahasa Inggris dan bahasa Perancis
kedua-duanya adalah resmi.
Teks asli konvensi adalah teks asli (otentik) yang disetujui pada Sidang
Umum Organisasi Perburuhan Internasional ke-30, yang diselenggarakan
di Jenewa, dan ditutup pada tanggal 11 Juli 1947.
Dalam hal ini Konvensi tersebut telah disahkan pada tanggal 19 Juli
1947.

189
MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER.08/MEN/VII/2010
TENTANG
ALAT PELINDUNG DIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 3, Pasal 4 ayat (1),


Pasal 9, Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja perlu diatur
mengenai alat pelindung diri;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada


huruf a perlu diatur dengan Peraturan Menteri;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan


Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun
1948 Nomor 23 Dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4);

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan


Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 120
Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan Dan Kantor-Kantor
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 14,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2889);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918);

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4279);

5. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan


Ketenagakerjaan;

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun


2009;

857
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.

2. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.

3. Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;

b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri


sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia


mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

4. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.

5. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya, termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian atau berhubungan dengan tempat kerja.

6. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengawas


Ketenagakerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam
Jabatan Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

7. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus
dari luar Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri.

Pasal 2

(1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja.

(2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.

(3) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara
cuma-cuma.

858
Pasal 3

(1) APD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:


a. pelindung kepala;
b. pelindung mata dan muka;
c. pelindung telinga;
d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya;
e. pelindung tangan; dan/atau
f. pelindung kaki.

(2) Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk APD:
a. pakaian pelindung;
b. alat pelindung jatuh perorangan; dan/atau
c. pelampung.

(3) Jenis dan fungsi APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum
dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

(1) APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:


a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan
bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana
dilakukan pekerjaan persiapan;
d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak,
panas bumi, atau mineral lainnya, baik di permukaan, di dalam bumi maupun di
dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui
terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, bandar udara dan gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi radio, radar,
televisi, atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang
menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan
listrik, gas, minyak atau air; dan
r. diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

859
(2) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dapat mewajibkan penggunaan APD di tempat kerja selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

Pasal 5

Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-
rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.

Pasal 6

(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.

(2) Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila


APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.

Pasal 7

(1) Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja.

(2) Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:


a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD;
b. pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan
pekerja/buruh;
c. pelatihan;
d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;
e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. pembinaan;
g. inspeksi; dan
h. evaluasi dan pelaporan.

Pasal 8

(1) APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang
dan/atau dimusnahkan.

(2) APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan berbahaya,
harus dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

(3) Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi dengan
berita acara pemusnahan.

Pasal 9
Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 5 dapat dikenakan sanksi sesuai Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970.

860
Pasal 10

Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Pengawas


Ketenagakerjaan.

Pasal 11

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan


penempatan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juli 2010

MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DRS. H. A. MUHAIMIN ISKANDAR, M.Si.

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juli 2010

MENTERI
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

PATRIALIS AKBAR,SH.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 330

861
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER.08/MEN/VII/2010
TENTANG
ALAT PELINDUNG DIRI

FUNGSI DAN JENIS ALAT PELINDUNG DIRI

1. Alat pelindung kepala


1.1 Fungsi
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda
keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api,
percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang
ekstrim.
1.2 Jenis
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi
atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.

2. Alat pelindung mata dan muka


2.1 Fungsi
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda
kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion
maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda
keras atau benda tajam.
2.2 Jenis
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman
(spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka
dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).

3. Alat pelindung telinga


3.1 Fungsi
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.
3.2 Jenis
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup
telinga (ear muff).

862
4. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
4.1 Fungsi
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara
bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme,
partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/ fume, dan
sebagainya.
4.2 Jenis
Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari masker,
respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues Air Supply
Machine=Air Hose Mask Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained
Underwater Breathing Apparatus /SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus
(SCBA), dan emergency breathing apparatus.

5. Alat pelindung tangan


5.1 Fungsi
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin,
radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan,
pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
5.2 Jenis
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit,
kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan
bahan kimia.

6. Alat pelindung kaki


6.1 Fungsi
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia
berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
6.2 Jenis
Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan,
pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi
bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan
kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.

7. Pakaian pelindung
7.1 Fungsi
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh
bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan
api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam
panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan,
tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia, binatang,
tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.

863
7.2 Jenis
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls),
Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian
badan.

8. Alat pelindung jatuh perorangan


8.1. Fungsi
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar tidak
masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja berada
pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun tergantung
dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai
dasar.
8.2 Jenis
Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman tubuh
(harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety rope), alat
penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan jatuh bergerak
(mobile fall arrester), dan lain-lain.

9. Pelampung
9.1. Fungsi
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air atau
dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur
keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi tenggelam
(negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam air.
9.2. Jenis
Jenis pelampung terdiri dari jaket keselamatan (life jacket), rompi keselamatan (
life vest), rompi pengatur keterapungan (Bouyancy Control Device).

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juli 2010

MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DRS. H. A. MUHAIMIN ISKANDAR, M.Si.

864
1001
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4279);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang­
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5309);
6. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun
2015 tentang Tata Cara Mempersiapkan Pembentukan
Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden Serta
Pembentukan Rancangan Peraturan Menteri di
Kementerian Ketenagakerjaan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 411);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN MENTER! KETENAGAKERJAAN TENTANG


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM
PEKERJAAN PADA KETINGGIAN.

1002
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga
Kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
2. Bekerja Pada Ketinggian adalah kegiatan atau aktifitas
pekerjaan yang dilakukan oleh Tenaga Kerja pada
Tempat Kerja di permukaan tanah atau perairan yang
terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi
jatuh yang menyebabkan Tenaga Kerja atau orang lain
yang berada di Tempat Kerja cedera atau meninggal
dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda.
3. Perangkat Pelindung Jatuh adalah suatu rangkaian
peralatan untuk melindungi Tenaga Kerja, orang lain
yang berada di Tempat Kerja dan harta benda ketika
Bekerja Pada Ketinggian agar terhindar dari
kecelakaan dan kerugian finansial.
4. Perangkat Pencegah Jatuh adalah suatu rangkaian
peralatan untuk mencegah Tenaga Kerja memasuki
wilayah berpotensi jatuh agar terhindar dari
kecelakaan dan kerugian finansial.
5. Perangkat Penahan Jatuh adalah suatu rangkaian
peralatan untuk mengurangi dampak jatuh Tenaga
Kerja agar tidak cidera atau meninggal dunia.
6. Alat Pelindung Diri yang selanjutnya disingkat APD
adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di
Tempat Kerja.

1003
7. Lantai Kerja Tetap adalah semua permukaan yang
dibangun atau tersedia untuk digunakan secara
berulang kali dalam durasi yang lama.
8. Lantai Kerja Sementara adalah semua permukaan
yang dibangun atau tersedia untuk digunakan dalam
durasi yang tidak lama, terbatas pada jenis pekerjaan
tertentu atau ada kemungkinan runtuh.
9. Angkur yang digunakan untuk bekerja pada ketinggian
yang selanjutnya disebut angkur adalah tempat
menambatkan Perangkat Pelindung Jatuh yang terdiri
atas satu titik tambat atau lebih yang ada di alam,
struktur bangunan atau sengaja dibuat dengan
rekayasa teknik pada waktu atau pasca pembangunan
gedung.
10. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.
11. Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang menjalankan suatu perusahaan
milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b yang berkedudukan di luar wilayah
Indonesia.
12. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas
memimpin langsung sesuatu Tempat Kerja atau
bagiannya yang berdiri sendiri.
13. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya
disebut Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai

1004
---- -------- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
------------

Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam


jabatan fungsional Pengawas Ketenagakerjaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
14. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan
Kerja adalah Pengawas Ketenagakerjaan yang
mempunyai keahlian khusus di bidang K3 lingkungan
kerja yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pembinaan, pemeriksaan, dan pengujian bidang
lingkungan kerja serta pengawasan, pembinaan, dan
pengembangan sistem pengawasan ketenagakerjaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
15. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disebut Ahli K3 adalah tenaga teknis
berkeahlian khusus dari luar instansi yang
membidangi ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh
Menteri.
16. Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana
Tenaga Kerja bekerja, atau yang sering dimasuki
Tenaga Kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber-sumber bahaya.
17. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang
selanjutnya disingkat SKKNI adalah rumusan
kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan/ atau keahlian serta
sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas
dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
18. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang
membidangi pembinaan pengawasan ketenagakerjaan
dan keselamatan dan kesehatan kerja.
19. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.

1005
Pasal 2
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib menerapkan K3
dalam Bekerja Pada Ketinggian.

Pasal 3
Bekerja Pada Ketinggian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 wajib memenuhi persyaratan K3 yang meliputi:
a. perencanaan;
b. prosedur kerja;
c. teknik bekerja aman;
d. APD, Perangkat Pelindung Jatuh, dan Angkur; dan
e. Tenaga Kerja.

BAB 11
PERENCANAAN

Pasal 4
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan
bahwa semua kegiatan Bekerja Pada Ketinggian yang
menjadi tanggung jawabnya telah direncanakan
dengan tepat, dilakukan dengan cara yang aman, dan
diawasi.
(2) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan
bahwa Bekerja Pada Ketinggian hanya dilakukan jika
situasi dan kondisi kerja tidak membahayakan
keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja dan orang
lain.

Pasal 5
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memperhatikan
dan melaksanakan penilaian risiko dalam kegiatan
atau aktifitas pekerjaan pada ketinggian.
(2) Pengusaha dan/ atau Pengurus wajib memastikan
bahwa Bekerja Pada Ketinggian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 hanya dilakukan jika

1006
pekerjaan dimaksud tidak dapat dilakukan di lantai
dasar.
(3) Dalam hal pekerjaan dilakukan pada ketinggian,
Pengusaha dan/ atau Pengurus wajib melakukan
langkah-langkah yang tepat dan memadai untuk
mencegah kecelakaan kerja.
(4) Langkah-langkah untuk mencegah kecelakaan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak terbatas
pada:
a. memastikan bahwa pekerjaan dapat dilakukan
dengan aman dan kondisi ergonomi yang
memadai melalui jalur masuk (access) atau jalur
keluar ( egress) yang telah disediakan; dan
b. memberikan peralatan keselamatan kerja yang
tepat untuk mencegah Tenaga Kerja jatuh jika
pekerjaan tidak dapat dilakukan pada tempat
atau jalur sebagaimana dimaksud pada huruf a.
(5) Dalam ha! langkah-langkah sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) tidak dapat menghilangkan risiko
jatuhnya Tenaga Kerja, Pengusaha dan/ atau Pengurus
wajib:
a. menyediakan peralatan kerja untuk
meminimalkan jarak jatuh atau mengurangi
konsekuensi dari jatuhnya Tenaga Kerja; dan
b. menerapkan sistem izin kerja pada ketinggian dan
memberikan instruksi atau melakukan hal
lainnya yang berkenaan dengan kondisi
pekerjaan.

1007
BAB III
PROSEDUR KERJA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 6
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib mempunyai
prosedur kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b secara tertulis untuk melakukan pekerjaan
pada ketinggian.

(2) Prosedur kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi:
a. teknik dan cara perlindungan jatuh;
b. cara pengelolaan peralatan;
c. teknik dan cara melakukan pengawasan
pekerjaan;
d. pengamanan Tempat Kerja; dan
e. kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
(3) Pengusaha clan/ atau Pengurus wajib memastikan
bahwa prosedur kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diketahui dan dipahami dengan baik oleh
Tenaga Kerja dan/ atau orang yang terlibat dalam
pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.

Bagian Kedua
Daerah Berbahaya

Pasal 7
(1) Setiap Pengusaha dan/atau Pengurus wajib
memasang perangkat pembatasan daerah kerja untuk
mencegah masuknya orang yang tidak
berkepen tingan.
(2) Pembatasan daerah kerja sebagaimana dimaksud ayat
(1) dibagi menjadi 3 (tiga) kategori wilayah

1008
berdasarkan tingkat bahaya dan dampak terhadap
keselamatan umum dan Tenaga Kerja.
(3) Pembagian kategori wilayah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi:
a. wilayah bahaya, merupakan daerah pergerakan
Tenaga Kerja dan barang untuk bergerak vertikal,
bergerak horizontal, dan titik penambatan;
b. wilayah waspada, merupakan daerah antara
wilayah bahaya dan wilayah aman yang luasnya
diperhitungkan sedemikian rupa agar benda yang
terjatuh tidak masuk ke wilayah aman; dan
c. wilayah aman, merupakan daerah yang terhindar
dari kemungkinan kejatuhan benda dan tidak
mengganggu aktivitas Tenaga Kerja;
(4) Pembagian wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) wajib dibuat denah horizontal dan denah vertikal
di lokasi kerja sebagai pedoman bagi Tenaga Kerja,
penanggung jawab lokasi, dan Pengawas
Ketenagakerjaan.
(5) Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
dan huruf b hanya boleh dimasuki oleh Tenaga Kerja
dan Pengawas Ketenagakerjaan.
(6) Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diberi tanda yang mudah terlihat dan dipahami oleh
setiap orang yang melintas atau berada di sekitar
lokasi kerja.

Bagian Ketiga
BendaJatuh

Pasal 8
( 1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan
bahwa tidak ada benda jatuh yang dapat
menyebabkan cidera atau kematian.
(2) Pengusaha dan/atau Pengurus membatasi berat

1009
barang yang boleh dibawa Tenaga Kerja pada
tubuhnya di luar berat APD dan alat pelindung jatuh
maksimum 5 (lima) kilogram.
(3) Dalam hal berat barang melebihi 5 (lima) kilogram,
harus dinaikkan atau diturunkan dengan
menggunakan sistem katrol.

Bagian Keempat
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat

Pasal 9
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib membuat
rencana tanggap darurat secara tertulis.
(2)· Rencana tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat:
a. daftar Tenaga Kerja untuk melakukan
pertolongan korban pada ketinggian;
b. peralatan yang wajib disediakan untuk
menangani kondisi darurat yang paling mungkin
terjadi;
c. fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) serta sarana evakuasi;
d. nomor telepon dari pihak-pihak terkait dalam
penanganan tanggap darurat; dan
e. denah lokasi dan jalur evakuasi korban menuju
rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
(3) Rencana tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib dipahami oleh Tenaga Kerja yang
terlibat dalam pekerjaan.
(4) Pengusaha dan/ atau Pengurus wa jib memastikan
kesiapsiagaan tim tanggap darurat pada saat
berlangsung pekerjaan pada ketinggian.
(5) Pengusaha dan/ atau Pengurus wajib melakukan
evaluasi ulang persyaratan K3 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3.

1010
BAB IV
TEKNIK BEKERJA AMAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 10
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan dan
melaksanakan teknik bekerja aman untuk mencegah
Tenaga Kerja jatuh atau mengurangi dampak jatuh
dari ketinggian.
(2) Teknik bekerja aman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. bekerja pada Lantai Kerja Tetap;
b. bekerja pada Lantai Kerja Sementara;
c. bergerak secara vertikal atau horizontal menuju
atau meninggalkan lantai kerja;
d. bekerja pada posisi miring; dan
e. bekerja dengan akses tali.

Bagian Kedua
Bekerja Pada Lantai Kerja Tetap

Pasal 11

(1) Upaya untuk mencegah jatuh pada Lantai Kerja Tetap


dapat berupa:
a. pemasangan dinding atau tembok pembatas,
pagar pengaman yang stabil dan kuat yang dapat
mencegah Tenaga Kerja jatuh dari Lantai Kerja
Tetap;
b. memastikan setiap Tempat Kerja sudah memiliki
jalur masuk (access) atau jalur keluar (egress)
yang aman dan ergonomis; dan
c. memastikan panjang tali pembatas gerak (work

1011
restraint) tidak melebihi jarak antara titik Angkur
dengan tepi bangunan yang berpotensi jatuh.
(2) Upaya mengurangi dampak jatuh dari ketinggian
dapat menggunakan alat penahan jatuh kolektif
berupa jaring atau bantalan.

Bagian Ketiga
Bekerja Pada Lantai Kerja Sementara

Pasal 12
(1) Upaya untuk mencegah jatuh dari Lantai Kerja
Sementara dapat menggunakan alat penahan jatuh
perorangan berupa:
a. tali ulur tarik otomatis (retractable lanyard); atau
b. tali ganda dengan pengait dan peredam kejut
( double lanyard with hook and absorber).
(2) Penggunaan tali ulur tarik otomatis (retractable
lanyard) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
harus dipastikan jarak dan ayunan jatuh yang aman.
(3) Penggunaan tali ganda dengan pengait dan peredam
kejut (double lanyard with hook and absorber)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, pengait
harus ditambatkan lebih tinggi dari kepala.
(4) Dalam ha! Angkur untuk pengait sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak tersedia, pengait dapat
ditambatkan pada ketinggian sejajar dada.

Pasal 13
Lantai Kerja Sementara dan struktur pendukungnya tidak
boleh menimbulkan risiko runtuh atau terjadi perubahan
bentuk atau dapat mempengaruhi keselamatan
penggunaan.

1012
Paragraf 1
Permukaan Rapuh, Perancah, dan Tangga

Pasal 14
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan tidak ada
Tenaga Kerja yang mendekati, melewati, dan melakukan
pekerjaan pada atau dekat dengan permukaan yang rapuh.

Pasal 15
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan
pekerjaan pada ketinggian yang menggunakan
perancah dan/atau tangga memenuhi persyaratan K3.
(2) Persyaratan K3 perancah dan/atau tangga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2
Bekerja Pada Ketinggian Di Alam

Pasal 16
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan Tenaga
Kerja yang melakukan pekerjaan pada ketinggian di alam
melaksanakan persyaratan K3 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini.

Bagian Keempat
Bergerak Secara Vertikal Atau Horizontal
Mem.tju Atau Meninggalkan Lantai Kerja

Pasal 17
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib menyediakan
alat pengangkut orang untuk pergerakan Tenaga Kerja
menuju atau meninggalkan lantai kerja.
(2) Dalam hal jenis pekerjaan dan kondisi tertentu tidak
dapat dipasang alat pengangkut orang sebagaimana

1013
dimaksud pada ayat (1), pergerakan Tenaga Kerja
dapat dilakukan dengan teknik bergerak sebagai
berikut:
a. Perangkat Penahan Jatuh perorangan vertikal;
b. Perangkat Penahan Jatuh perorangan horizontal;
c. alat penahan jatuh perorangan dengan tali ganda
pengait dan peredam kejut;
d. Perangkat Penahan Jatuh perorangan dengan
pemanjatan terpandu (lead climbing); dan
e. Perangkat Penahan Jatuh perorangan dengan tali
ulur tarik otomatis.
(3) Teknik bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus dilengkapi dengan alat atau mekanisme
peredam kejut.

Pasal 18
(1) Teknik bergerak dengan menggunakan Perangkat
Penahan Jatuh perorangan vertikal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a harus
dipastikan:
a. Angkur ditempatkan pada garis lurus vertikal
dengan posisi Tenaga Kerja;
b. sudut deviasi maksimum dari garis lurus vertikal
sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak boleh
lebih dari 15 (lima belas) derajat; dan
c. setiap perangkat hanya digunakan oleh seorang
Tenaga Kerja.
(2) Teknik bergerak dengan menggunakan Perangkat
Penahan Jatuh perorangan horizontal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b harus
dipastikan:
a. mampu menahan beban jatuh sejumlah pekerja
yang terhubung; dan
b. jarak bentangan antara 2 (dua) titik Angkur tidak
boleh lebih dari 30 (tiga puluh) meter.

1014
(3) Teknik bergerak dengan menggunakan alat penahan
jatuh perorangan dengan tali ganda pengait dan
peredam kejut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (2) huruf c harus dipastikan:
a. pengait harus ditambatkan lebih tinggi dari
kepala atau ditambatkan pada ketinggian sejajar
dada;
b. kedua pengait tidak ditambatkan pada struktur
yang sama;
c. pengait tidak ditambatkan pada struktur yang
dapat menambahjarak jatuh;
d. pengait ditambatkan secara bergantian ketika
bergerak;. dan
e. sling Angkur dapat digunakan apabila pengait
tidak cukup lebar untuk dikaitkan langsung ke
struktur.
(4) Teknik bergerak dengan menggunakan Perangkat
Penahan Jatuh perorangan dengan pemanjatan
terpandu (lead climbing) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (2) huruf d harus dipastikan:
a. sling Angkur harus cukup kuat menahan beban
jatuh;
b. posisi sling Angkur terakhir harus lebih tinggi
dari kepala atau ditambatkan pada ketinggian
sejajar dada;
c. tali keselamatan terhubung dengan alat
pemegang tali yang mencengkeram secara
otomatis apabila terbebani;
d. alat pemegang tali keselamatan terhubung
langsung ke Angkur yang mampu menahan
beban jatuh; dan
e. alat pemegang tali keselamatan dioperasikan oleh
pemandu (bellayer) yang mengatur jarak jatuh
seminimal mungkin tetapi masih cukup nyaman
untuk bergerak.

1015
(5) Teknik bergerak dengan menggunakan Perangkat
Penahan Jatuh perorangan dengan tali ulur tarik
otomatis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(2) huruf e harus dipastikan jarak dan ayunan jatuh
yang aman.

Bagian Kelima
Bekerja Pada Posisi Miring

Pasal 19
(1) Bekerja pada posisi miring dapat dilakukan dalam ha!
bekerja pada Lantai Kerja Tetap atau Lantai Kerja
Sementara tidak dapat dilakukan atau pekerjaan
mengharuskan Tenaga Kerja bekerja pada posisi
miring.
(2) Dalam hal bekerja pada posisi miring tidak dapat
dihindari, Tenaga Kerja wajib menggunakan Perangkat
Penahan Jatuh perorangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 dan alat pemosisi kerja.
(3) Alat pemosisi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berupa tali yang dapat menahan beban Tenaga
Kerja dan peralatan yang dibawa agar dapat bekerja
dengan aman dan nyaman.

Bagian Keenam
Bekerja Dengan Akses Tali

Pasal 20
(1) Bekerja dengan akses tali dapat dilakukan dalam hal
bekerja pada Lantai Kerja Tetap atau Lantai Kerja
Sementara tidak dapat dilakukan atau pekerjaan
mengharuskan Tenaga Kerja bekerja dengan akses
tali.
(2) Dalam hal bekerja dengan akses tali tidak dapat
dihindari, maka wajib memenuhi persyaratan:

1016
a. mempunyai 2 (dua) tali (line) masing-masing
tertambat pada minimal 2 (dua) titik tambat
terpisah berupa:
1) tali keselamatan, yang dilengkapi dengan
perangkat perlindungan jatuh perorangan
bergerak (mobile personal fall arrester) yang
mempunyai mekanisme terkunci sendiri
mengikuti pergerakan Tenaga Kerja; dan
2) tali kerja, yang dilengkapi dengan alat untuk
naik dan turun.
b. menggunakan sabuk tubuh (full body harness)
yang sesuai.

BABV
ALAT PELINDUNG DIR!,
PERANGKAT PELINDUNG JATUH, DAN ANGKUR

Bagian Kesatu
Alat Pelindung Diri

Pasal 21
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib menyediakan
APD secara cuma-cuma dan memastikan Tenaga Kerja
menggunakan APD yang sesuai dalam melakukan
pekerjaan pada ketinggian.
(2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

1017
Bagian Kedua
Perangkat Pelindung Jatuh

Paragraf 1
Umum

Pasal 22
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan
Perangkat Pelindung Jatuh memenuhi persyaratan K3.

Pasal 23
Perangkat Pelindung Jatuh terdiri atas:
a. Perangkat Pencegah Jatuh kolektif dan Perangkat
Pencegah Jatuh perorangan; dan
b. Perangkat Penahan Jatuh kolektif dan Perangkat
Penahan Jatuh perorangan.

Paragraf 2
Perangkat Pencegah Jatuh Kolektif

Pasal 24
Perangkat Pencegah Jatuh kolektif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 huruf a harus memenuhi persyaratan:
a. dinding, tembok pembatas, atau pagar pengaman
dengan tinggi minimal 950 (sembilan ratus lima puluh)
milimeter;
b. pagar pengaman harus mampu menahan beban
minimal 0,9 (no! koma sembilan) kilonewton;
c. celah pagar memiliki jarak vertikal maksimal 4 70
(empat ratus tujuh puluh) milimeter; dan
d. tersedia pengaman lantai pencegah benda jatuh
(toeboard) cukup dan memadai.

1018
Paragraf 3
Perangkat Pencegah Jatuh Perorangan

Pasal 25
Dalam hal Perangkat Pencegah Jatuh kolektif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 tidak tersedia, Tenaga Kerja
wajib menggunakan Perangkat Pencegah Jatuh perorangan
yang paling sedikit terdiri atas:
a. sabuk tubuh (full body harness); dan
b. tali pembatas gerak (work restraint).

Paragraf4
Perangkat Penahan Jatuh Kolektif

Pasal 26
(1) Perangkat Penahan Jatuh kolektif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf b berupa jala atau
bantalan yang terpasang pada arah jatuhan.
(2) Perangkat Penahan Jatuh kolektif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a. dipasang secara aman ke semua Angkur yang
diperlukan; dan
b. mampu menahan beban minimal 15 (lima belas)
kilonewton dan tidak mencederai Tenaga Kerja
yang jatuh.

Paragraf 5
Perangkat Penahan Jatuh Perorangan

Pasal 27
(1) Perangkat Penahan Jatuh perorangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf b harus mampu
menahan beban jatuh minimal 15 (lima belas)
kilonewton.

1019
(2) Perangkat Penahan Jatuh perorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. bergerak vertikal;
b. bergerak horizontal;
c. tali ganda dengan pengait dan peredam kejut;
d. terpandu; dan
e. ulur tarik otomatis.
(3) Perangkat Penahan Jatuh perorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a harus mempunyai alat
pengunci otomatis yang membatasi jarak jatuh Tenaga
Kerja maksimal 1,2 (satu koma dua) meter.
(4) Perangkat Penahan Jatuh perorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b harus mempunyai alat
pengunci otomatis yang mencengkeram tali pada
posisi jatuh.
(5) Perangkat Penahan Jatuh perorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c harus mempunyai
panjang maksimal 1,8 (satu koma delapan) meter dan
mempunya.J. sistem penutup dan pengunci kait
otomatis.
(6) Perangkat Penahan Jatuh perorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d harus menggunakan
tali kennantle yang mempunyai elastisitas memanjang
minimal 5% (lima persen) apabila terbebani Tenaga
Kerja yang jatuh.
(7) Perangkat Penahan Jatuh perorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf e harus mempunyai
sistem pengunci otomatis yang membatasi jarak jatuh
maksimal 0,6 (nol koma enam) meter.

Bagian Ketiga
Angkur

Pasal28
(1) Angkur terdiri atas:

1020
a. Angkur permanen; dan
b. Angkur tidak permanen.
(2) Angkur harus mampu menahan beban minimal 15
(lima belas) kilonewton.
(3) Dalam hal Angkur lebih dari 1 (satu) titik harus
mampu membagi beban yang timbul.

Pasal 29
(1) Angkur permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (1) huruf a harus:
a. dilakukan pemeriksaan dan pengujian pertama;
b. memiliki akte pemeriksaan dan pengujian; dan
c. dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara
berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua)
tahun.
(2) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja.
(3) Dalam hal Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak tersedia, pemeriksaan dan pengujian dapat
dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis
K3 lainnya.
(4) Dalam hal Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
tersedia, pemeriksaan dan pengujian dapat dilakukan
oleh Ahli K3 pada perusahaan dan/atau perusahaan
jasa K3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 30
Angkur tidak permanen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) huruf b dipakai pada saat Angkur

1021
permanen tidak tersedia dan harus diperiksa serta
dipastikan kekuatannya.

BAB VI
TENAGA KERJA

Pasal 31
Pengusaha dan/ atau Pengurus wajib menyediakan Tenaga
Kerja yang:
a. kompeten; dan
b. berwenang di bidang K3;
dalam pekerjaan pada ketinggian.

Pasal 32
(1) Tenaga Kerja yang kompeten sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 huruf a harus mengacu pada standar
kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang­
undangan.
(2) Tenaga Kerja yang kompeten sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.
(3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diperoleh melalui uji kompetensi oleh lembaga
yang berwenang sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 33
(1) Tenaga Kerja yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 huruf b dibuktikan dengan Lisensi K3
yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
(2) Lisensi K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang untukjangka waktu yang sama.

1022
Pasal 34
Ketentuan Tenaga Kerja bidang perancah, gondola, dan
pesawat angkat angkut dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 35
Tenaga Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
meliputi:
a. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 (satu);
b. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 2 (dua);
c. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu);
d. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua); dan
e. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga).

Pasal 36
(1) Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 (satu)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a
merupakan Tenaga Kerja yang bekerja pada Lantai
Kerja Tetap dan/atau Lantai Kerja Sementara.
(2) Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 (satu)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
tugas dan kewenangan:
a. bekerja pada Lantai Kerja Tetap dan/ atau pada
Lantai Kerja Sementara dengan alat pelindung
jatuh berupa jala, bantalan, atau tali pembatas
gerak ( work restraint); dan
b. bergerak menuju dan meninggalkan Lantai Kerja
Tetap atau Lantai Kerja Sementara dengan
menggunakan tangga.

Pasal 37
(1) Tenaga Kerja Bangunan Tinggi Tingkat 2 (dua)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b
merupakan Tenaga Kerja yang bekerja pada Lantai Kerja
Tetap dan/atau Lantai Kerja Sementara serta bekerja

1023
atau bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja
tetap atau sementara secara horizontal atau vertikal
pada struktur bangunan atau dengan posisi atau tempat
kerja miring.
(2) Tenaga Kerja Bangunan Tinggi Tingkat 2 (dua)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
dan kewenangan:
a. bekerja pada Lantai Kerja Tetap dan/atau pada
Lantai Kerja Sementara dengan alat pelindung jatuh
berupa jala, bantalan, atau tali pembatas gerak (work
restraint);
b. bergerak menuju dan meninggalkan Lantai Kerja
Tetap atau Lantai Kerja Sementara dengan
menggunakan tangga;
c. bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja tetap
atau sementara secara horizontal atau vertikal pada
struktur bangunan;
d. bekerja pada posisi atau tempat kerja miring;
e. menaikkan dan menurunkan barang dengan sistem
katrol; dan
f. melakukan upaya pertolongan dalam keadaan
darurat.

Pasal 38
Tenaga Kerja pada ketinggian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 huruf c, huruf d, dan huruf e, merupakan
Tenaga Kerja yang mampu bekerja dan berwenang bekerja
pada Lantai Kerja Tetap, Lantai Kerja Sementara, bergerak
menuju dan meninggalkan Lantai Kerja Tetap atau Lantai
Kerja Sementara secara horizontal atau vertikal pada
struktur bangunan, bekerja pada posisi atau tempat kerja
miring, akses tali dan/atau menaikkan dan menurunkan
barang dengan sistim katrol atau dengan bantuan tenaga
mesin, dengan tugas dan kewenangan:
a. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu):

1024
1) membuat Angkur di bawah pengawasan Tenaga
Kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua) dan/atau
Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga); dan
2) melakukan upaya pertolongan diri sendiri;
b. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua):
1) membuat Angkur secara mandiri;
2) mengawasi Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat
1 (satu) dalam pembuatan Angkur;
3) mengawasi Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat
1 (satu); dan
4) melakukan upaya pertolongan dalam keadaan
darurat pada ketinggian untuk tim kerja.
c. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga):
1) menyusun perencanaan sistim keselamatan
Bekerja Pada Ketinggian;
2) melakukan pemeriksaan Angkur untuk keperluan
internal;
3) mengawasi Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat
2 (dua) dan/atau Tenaga Kerja pada ketinggian
tingkat 1 (satu); dan
4) melakukan upaya pertolongan dalam keadaan
darurat pada ketinggian.

BAB VII
PENGAWASAN

Pasal 39
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini
dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

1025
Pasal 40
Dalam hal Pengawas Ketenagakerjaan menemukan
pelanggaran terhadap syarat-syarat K3 yang diatur dalam
Peraturan Menteri ini, Pengawas Ketenagakerjaan dapat
menghentikan sementara kegiatan sampai dipenuhinya
syarat-syarat K3 oleh Pengusaha dan/atau Pengurus.

BAB VIII
SANKS!

Pasal 41
Pengusaha dan/atau Pengurus yang tidak memenuhi
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 42
(1) Lisensi K3 yang telah diterbitkan sebelum Peraturan
Menteri ini tetap berlaku sampai dengan habis masa
berlakunya dan dapat diperpanjang dengan mengikuti
persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini.
(2) Lisensi teknisi akses tali 1 (satu), teknisi akses tali 2
(dua), dan teknisi akses tali 3 (tiga) yang diterbitkan
sebelum Peraturan Menteri ini, menjadi lisensi Tenaga
Kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu), Tenaga Kerja
pada ketinggian tingkat 2 (dual, dan Tenaga Kerja
pada ketinggian tingkat 3 (tiga).

1026
Pasal 43
(1) Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
Di Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Sub Bidang Bekerja Di Ketinggian
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.325/MEN/XII/2011 diberlakukan paling lama 2
(dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
(2) Sebelum diberlakukannya SKKNI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat diterbitkan sertifikat
pembinaan K3 oleh Direktur Jenderal dengan
ketentuan telah mengikuti pembinaan K3.

(3) Pedoman pembinaan K3 sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dar i Peraturan Menteri ini.

BABX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 44
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan
Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
Nomor KEP.45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian
Dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 45
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

1027
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri m1 dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Maret 2016

MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

M. HANIF DHAKIRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 10 Maret 2016

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 386

1028
1029
Untuk memiliki kualifikasi di atas, Tenaga Kerja pada ketinggian harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 (satu):
a. mampu membaca, tulis, dan matematika sederhana;
b. sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi
tubuh yang dapat menyebabkan bahaya saat bekerja di
ketinggian; dan
c. lulus evaluasi pembinaan K3 Tenaga Kerja bangunan tinggi
tingkat 1 (satu).
2. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 2 (dua):
a. minimum pendidikan SD atau sederajat;
b. sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi
tubuh yang dapat menyebabkan bahaya saat bekerja di
ketinggian; dan
c. lulus evaluasi pembinaan K3 Tenaga Kerja bangunan tinggi
tingkat 2 (satu).
3. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu):
a. minimum pendidikan SD atau sederajat;
b. sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi
tubuh yang dapat menyebabkan bahaya saat bekerja di
ketinggian; dan
c. lulus evaluasi pembinaan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat
1 (satu).
4. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua):
a. minimum pendidikan SLTP atau sederajat;
b. sehat jasmani dan rcihani, tidak memiliki kekurangan fungsi
tubuh yang dapat menyebabkan bahaya saat bekerja di
ketinggian;
c. memiliki sertifikat pelatihan K3 Bekerja Pada Ketinggian
tingkat 1 (satu) dan lisensi kerja yang masih berlaku;
d. telah mempunyai pengalaman 500 jam kerja pada ketinggian
tingkat 1 (satu) yang dibuktikan dalam buku kerja; dan
e. lulus evaluasi pembinaan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat
2 (dua).

1030
5. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga):
a. minimum pendidikan SLTA atau sederajat;
b. sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi
tubuh yang dapat menyebabkan bahaya saat bekerja di
ketinggian;
c. memiliki sertifikat pelatihan K3 Bekerja Pada Ketinggian
tingkat 2 (dua) dan lisensi kerja yang masih berlaku;
d. telah mempunyai pengalaman 1000 jam kerja pada ketinggian
tingkat 2 (dua) yang dibuktikan dengan buku kerja;
e. memiliki sertifikat pelatihan pertolongan pertama dengan
lisensi keterampilannya yang masih berlaku; dan
f. lulus evaluasi pembinaan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat
3 (tiga).

C. Kurikulum Pembinaan
Kurikulum pembinaan K3 Bekerja Pada Ketinggian, meliputi:
1. Kelompok materi dasar, yang disampaikan oleh tenaga pembina
dari Kementerian Ketenagakerj aan atau dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan;
2. Kelompok materi inti dan penunjang, yang disampaikan oleh
Instruktur K3 Bekerja Pada Ketinggian yang terdaftar di
Kementerian Ketenagakerjaan atau dinas yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan asosiasi
terkait;
3. Evaluasi awal dan akhir pembinaan;
4. Setiap 1 (satu) jam pelajaran setara dengan 45 (empat puluh lima)
menit.

D. Tata Cara Memperoleh Sertifikat Pembinaan K3 dan Lisensi K3


1. Perusahaan Jasa K3 sebagai penyelenggara pembinaan K3
menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal dengan
diketahui oleh dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan setempat.

1031
2. Perusahaan Jasa K3 melaporkan pelaksanaan pembinaan K3
kepada Direktur Jenderal, sekaligus menyampaikan permohonan
penerbitan Sertifikat Pembinaan K3 dan Lisensi K3 dengan
dilampiri dokumen pendukung yang lengkap dan benar.
3. Direktur Jenderal menerbitkan Sertifikat Pembinaan K3 dan
Lisensi K3 yang berlaku selama 5 (lima) tahun.
4. Lisensi Tenaga Kerja pada ketinggian terdiri atas:
a. Tenaga Kerja bangunan tinggi dengan metode pencegahan
jatuh tingkat 1 (satu);
b. Tenaga Kerja bangunan tinggi dengan metode pencegahan
jatuh tingkat 2 (dua);
c. Tenaga Kerja pada ketinggian dengan metode akses tali
tingkat 1 (satu);
d. Tenaga Kerja pada ketinggian dengan metode akses tali
tingkat 2 (dua); dan
e. Tenaga Kerja pada ketinggian dengan metode akses tali
tingkat 3 (tiga).

1032
E. Kurikulum Pembinaan Tenaga Kerja Bangunan Tinggi
1. Tenaga Kerja Bangunan Tinggi Tingkat 1 (satu)
Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)

I. KELOMPOK DASAR
1. Peraturan Perundang-Undangan K3 dalam 2
pekerjaan pada ketinggian

II. KELOMPOK INTI


1. Karakteristik Lantai Kerja Tetap dan Lantai 2
Kerja Sementara
2. Alat pencegah dan penahan jatuh kolektif serta 2
alat pembatas gerak
3. Prinsip Penerapan Faktor Jatuh 1

III. KELOMPOK PENUNJANG


1. Teori dan praktek penggunaan tangga 1

IV. EVALUASI
1. Teori 1
2. Praktek 1

Jumlah 10

1033
2. Tenaga Kerja Bangunan Tinggi Tingkat 2 (dua)
Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)

I. KELOMPOK DASAR
1. Peraturan Perundang-Undangan K3 dalam 2
pekerjaan pada ketinggian

II. KELOMPOK INTI


1. Karakteristik Lantai Kerja Tetap dan Lantai 1
Kerja Sementara
2. Alat pencegah dan penahan jatuh kolektif serta 1
alat pembatas gerak
3. Prinsip penerapan faktor jatuh 1
4. Prosedur kerja aman pada ketinggian 2
5. Teori dan praktek bergerak horizontal atau 4
vertikal menggunakan struktur bangunan
6. Teori dan praktek teknik bekerja aman pada 1
struktur bangunan dan bekerja dengan posisi
miring dan struktur miring
7. Teori dan praktek teknik menaikkan dan 1
menurunkan barang dengan sistem katrol

III. KELOMPOK PENUNJANG


1. Teori dan praktek upaya penyelamatan dalam 2
keadaan darurat

IV. EVALUASI
1. Teori 2
2. Praktek 3

Jumlah 20

1034
F. Kurikulum Pembinaan Tenaga Kerja Pada Ketinggian
1. Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat 1 (satu)
Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)

I. KELOMPOK DASAR
1. Perundang-undangan K3 dalam pekerjaan pada 2
ketinggian

II. KELOMPOK INTI


1. Identifikasi bahaya dalam kegiatan akses tali 1
2. Pengetahuan kondisi ketidaktahanan 1
tergantung (suspension intolerance) dan
penanganannya
3. Penerapan prinsip-prinsip faktor jatuh (fall 1
factorj dalam akses tali.
4. Pemilihan, pemeriksaan, dan pemakaian 1
peralatan akses tali yang sesuai
5. Simpul dan Angkur dasar 2
6. Teknik manuver pergerakan pada tali 10
7. Teknik pemanjatan pada struktur 3

III. KELOMPOK PENUNJANG


1. Teknik penyelamatan diri sendiri dan korban 2
menuju arah turun dengan alat turun

IV. EVALUASI
1. Evaluasi teori 2
2. Evaluasi praktek 5

Jumlah 30

1035
2. Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat 2 (dua)
Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)

I. KELOMPOK DASAR
1. Dasar-dasar K3 dan peraturan perundangan 3
yang terkait dengan bekerja di ketinggian.

II. KELOMPOK INTI


1. Teknik penyelamatan korban pada tali 12
2. Sistem jalur penambat (anchor line) tingkat 10
lanjutan
3. Teknik pemanjatan pada struktur tingkat 2
lanjutan

III. KELOMPOK PENUNJANG


1 Penentuan "zona khusus terbatas" (exclusion 1
zone) dan perlindungan 1Jntuk pihak ketiga

IV. EVALUASI
1. Evaluasi teori 2
2. Evaluasi praktek 5

Jumlah 35

1036
3. Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat 3 (tiga)

No. Materi Pembinaan Jumlah (JP)

I. KELOMPOK DASAR
1. Kebijakan K3 dan peraturan perundangan yang 3
terkait dengan bekerja di ketinggian
2. Pengenalan SMK3 1

II. KELOMPOK INTI


1. Merencanakan dan menerapkan sistem 2
manajemen peralatan akses tali
2. Pemilihan penambat (anchorj yang tepat. 2
3. Pemilihan metode untuk mengakses tempat 2
kerja
4. Teknik penyelamatan korban pada tali tingkat 15
lanjutan

III. KELOMPOK PENUNJANG


1. Membuat dan menerapkan penilaian risiko (risk 2
assessment) di tempat kerja.

IV. EVALUASI
1. Evaluasi teori 3
2. Evaluasi praktek 5

Jumlah 35

MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

M. HANIF DHAKIRI
SESUAI DENGAN ASLINYA
e(��/li���O HUKUM,

��tt::r.l���, SH
600324 198903 1 001

1037
SALIN AN
MENTERIKETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURANMENTERIKETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2018
TENT ANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
LINGKUNGAN KERJA

DENGAN RAH MAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

Mcnimbang a. bahwa untuk melaksanakan kctcntuan Pasal 5 dan


Pasal 6 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 ten tang
Pcrsctujuan Konvcnsi Organisasi Pcrburuhan
Intcrnasional Nomor 120 Mcngcnai Hygiene clalam
Perniagaan dan Kantor-Kantor scrta kcterit uan Pa sal 2
ayat (2), Pa sal 3 ayat (1) huruf i, huruf j, huruf k,
huruf 1, dan huruf m Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1970 ten tang Ke sclamat an Kcrja, pcrlu mcngatur
kcsclamatan dan kcschatan kcrja lingkungan kcrja;
b. bahwa dengan pcrkcmbangan tcknologi don
pcmenuhan svarat kcsclamat an dan keschatan kcrja
lingkungan kcrja scrta pcrkcmbangan peraturan
pcrundang-undangan, pcrlu dilakukan pcrubahan
atas Pcraturan Mcnteri Pcrburuhan Nomor 7 Tah un
1964 ten tang Syarat Kcschatan, Kcbcrsihan sert a
Pcncrangan dalam Tern pat Kcrja dan Pcraturan
Mcnteri Tenaga Kcrja clan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 tcntang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tcmpat Kcrja:

1420
c. babwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
lenlang Keselamatan dan Kesehatan Ke1ja Lingkungan
Kcrja;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang


Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan
Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Rcpublik
Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4);
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang
Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan
Internasional Nomor 120 mengenai Hygiene dalam
Pe1-niagaan dan Kantor-Kantor (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor ] 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2889);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Kcsclamatan Kcrja (Lembaran Negara Republik
lndonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2918);
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah {Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Lenlang
Pcn1bahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tarobahan Lembaran Negara Republik lndonesia
Nomor 5679);

1421
6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Kesela.matan dan
Kesehatan Kerja (Lembaran Negara Rcpublik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia Nomor 5309);
7. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan;
8. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun
2015 tentang Tata Cara Mempersiapkan Pembenlukan
Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden serta
Pernbentukan Rancangan Peraturan Menteri di
Kemcnterian Kctenagakerjaan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Noroor 411);
9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun
2016 tentang Tata Cara Pengawasan Ketenagakerjaan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1753);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN K8RJA LlNGKUNGAN
KERJA.

BAB l
KETENTUAN UMUM

Pasal l
Dalam Peraturan Menleri ini yang dimaksud dengan:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kcrja yang selanjutnya
disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga
Kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit ak:ibat kerja.

1422
2. Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang
menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan
individu maupun usaha pribadi hidup manusia.
3. Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang
menitikberatkan kegjalan kepada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia.
4. Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, di mana
Tenaga Kerja bekerja atau yang sering dimasuki
Tenaga Kerja unLuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumbcr-sumbcr bahaya
terrnasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau
yang berhubungan dengan Tempat Kerja tersebut.
5. Lingkungan Kerja adalah aspek Higiene di Tempat
Kcrja yang di dalamnya mcncakup faktor fisika, kimia,
biologi, ergonomi dan psikologi yang keberadaannya di
Tempat Kerja dapat mempengaruhi keselarnatan dan
kesehatan Tenaga Kerja.
6. Keselamatan dan Kesehatan Ke1ja Lingkungan Kerja
yang sclanjutnya disebut dengan K3 Lingkungan Kerja
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehalan Tenaga Kerja
melalui pengendalian Lingkungan Kerja dan
penerapan Higiene Sanitasi di Tempat Kerja.
7. Nilai Arnbang Batas yang selanjutnya ctisingkat NAB
adalah standar faktor bahaya di Tempat Kerja sebagai
kadar/intensitas rala-rala lerlimbang waktu (time
weighted average) yang dapat diterima Tenaga Kerja
tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

1423
8. Pajanan Singkat Diperkenankan yang selanjutnya
disingkat PSD ada]ah kadar bahan kimia di udara
Tempat Kerja yang tidal< boleh dilampaui agar Tenaga
Kerja yang terpajan pada periode singkat yaitu tidak
lebib dari 15 menit masih dapat menerimanya tanpa
mengakibatkan iritasi, kcrusakan jaringan tubuh
maupun terbius yang tidak boleh dilakukan lebih dari
4 kali dalam satu hari kerja.
9. Kadar Tertinggi Diperkenankan yang selanjutnya
disingkat KTD adalah kadar bahan kimia di udara
Tempat Kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun
dalam waktu sekejap selama Tenaga Kerja melakukan
pekerjaan.
10. Indeks Pajanan Biologi yang selanjutnya disingkat IPD
adalah kadar konsentrasi bahan kimia yang
didapatkan dalam spesimen tubuh Tenaga Kerja dan
digunakan untuk menentukan tingkat paJanan
terhadap Tenaga Kerja sehat yang terpajan bahan
kimia.
11. Faklor Fisika adalah faklor yang dapat mempengaruhi
aktivitas Tenaga Kcrja yang bcrsifat fisika, discbabkan
oleh penggunaan mesin, peralalan, bahan dan kondisi
lingkungan di sekitar Tempat Kerja yang dapat
menyebabkan gangguan dan penyakit akibat kerja
pada Tenaga Kerja, meliputi Iklim Kerja, Kebisingan,
Getaran, radiasi gelombang mikro, Radiasi Ultra Ungu
(Ultra Violet}, radiasi Medan Magnet Stalis, Lekanan
udara dan Pencahayaan.
12. Faktor Kimia adalah faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas Tenaga Kerja yang bersifat kimiawi,
disebabkan oleh penggunaan bahan kimia dan
turunannya di Tempat Kerja yang dapac menyebabkan
penyakit pada Tenaga Kerja, meliputi kontaminan
kimia di udara berupa gas, uap dan partikulat.

1424
13. Faktor Biologi adalah faktor yang dapat mernpengaruhi
aktivitas Tenaga Kerja yang bersifat biologi,
disebabkan oleh makhluk hidup meliputi hewan,
tumbuhan dan produknya serta mikroorganisme yang
dapat mcnycbabkan pcnyakit akibat kerja.
14. Faktor Ergonomi adalah faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja, disebabkan
oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang
meliputi cara kerja, posisi kerja, alat kerja, dan beban
angkat terhadap Tenaga Kerja.
15. Faktor Psikologi adalah faktor yang mempengaruhi
aktivitas Tenaga Kerja, disebabkan oleh hubungan
antar personal di Tempat Kerja, peran dan tanggung
jawab terhadap pekerjaan.
16. Iklim Kerja adalah hasil perpaduan antara suhu,
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh
Tenaga Kerja sebagai akibat pekerjaannya meliputi
tekanan panas dan dingin,
17. Tndeks Suhu Basah dan Bola (t-Vet Bulb Globe
Temperature Index) yang selanjutnya disingkat ISBB
adalah parameter untuk menilai tingkat Iklim Kerja
panas yang merupakan hasil perhitungan antara suhu
udara kering, Suhu Basah Alami, dan Suhu Bola.
18. Suhu Kering adalah suhu yang ditunjukkan oleh
termometer Suhu Kering.
19. Suhu Basah Alami adalah suhu yang ditunjukkan oleh
termometer bola basah alami (Natural Wet Bulb
1'hennometerj.
20. Suhu Bola adalah suhu yang ditunjukkan oleh
termometer bola ( Globe Thermometerj.

1425
21. Tekanan Dingin adalah pengeluaran panas akibat
paJanan terus menerus terhadap dingin yang
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
menghasilkan panas sehingga mengakibatkan
hipotermia (suhu tubuh di bawah 36 derajat Celsius).
22. Kebisingan adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan/ atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
23. Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau
media dengan arah bolak-balik dari kedudukan
keseimbangannya.
24. Radiasi Gelombang Radio alau GeJombang Mikro
adalah Radiasi Elektromagnetik dengan Frekuensi 30
(tiga puluh) kilo hertz sampai 300 (tiga ratus) giga
hertz.
25. Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) adalah Radiasi
Elekb-omagnetik dengan panJang gelombang 180
(seratus delapan puluh) nano meter sampai 400
(empat ratus) nano meter.
26. Medan Magnet Statis adalah suatu medan atau area
yang ditimbulkan oleh pergerakan arus listrik.
27. Tekanan Udara Ekstrim adalah tekanan udara yang
lebih tinggi atau tekanan udara yang lebih rendah dari
tekanan udara normal (1 atmosphere).
28. Kebersihan adalah bebas dari kotoran serla rapih
dan/amu tidak bercampur dengan unsur atau zat lain
yang berbahaya.
29. Pencahayaan adalah sesuatu yang memberikan terang
(sinar) atau yang menerangi, meliputi Pencahayaan
alami dan Pencahayaan Buatan.
30. Pencahayaan Buatan adalah Pencahayaan yang
dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami.

1426
31. Bangunan Tempat Kerja adalah bagian dari Tempat
Kerja berupa gedung atau bangunan lain, gedung
tambahan, halarnan besena jalan, jembatan atau
bangunan lainnya yang menjadi bagian dari Tempat
Kerja tersebut dan terletak dalam batas halaman
perusahaan.
32. Toilet adalah fasilitas sanitasi tempat buang air besar,
kecil, tern pat cuci tangan dan/ atau muka.
33. Intensitas Cahaya adalah jumlah rata-rata cahaya
yang diterima peke1ja setiap waktu pengamatan pada
setiap titik dan dinyatakan dalarn satuan Lux.
34. Lux adalah satuan metrik ukuran cahaya pada suatu
permukaan.
35. Kualitas Udara Dalam Ruangan yang selanjutnya
disingkat KUDR adalah kualitas udara di ruangan
Tempat Kerja, yang dalam kondisi yang buruk yang
disebabkan oleh pencemaran atau kontaminasi udara
Tempal Kerja, yang dapal menimbulkan gangguan
kenyamanan kerja sampai pada gangguan kesehatan
Tenaga Kerja.
36. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.
37. Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang menjalankan suatu perusahaan
milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam hwuf
a dan b yang berkedudukan di luar wilayah
Indonesia.

1427
38. Pengurus adalah orang yang rnernpunyai tugas
mermmpm langsung sesuatu Tempat Ke1ja atau
bagiannya yang berdiri sendiri.
39. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya
disebut Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai
Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan dalarn
jabalan fungsional Pengawas Ketenagakerjaan sesua1
dcngan ketentuan peraturan perundang-undangan.
40. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan
Kerja adalah Pengawai:; Ketenagakerjaan yang
mcmpunyai keahlian khusus di bidang K3 Lingkungan
Kerja yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pembinaan, Pemeriksaan, dan Pengujian bidang
Lingkungan Kerja serta pengawasan, pembinaan, dan
pengembangan sistem pengawasan ketenagakerjaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
41. Pemeriksaan Ketenagakerjaan yang selanjutnya
disebul Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan untuk
memastikan ditaatinya pelaksanaan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan di Perusahaan
atau Tempat Kcrja.
42. Pengujian Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut
Pengujian adalah kegiatan penilaian terhadap suatu
objek Pengawasan Ketenagakerjaan melalui
perhilungan, analisis, pengukuran dan/atau
pengctcsan scsuai dcngan ketentuan peraturan
perundang-undangan atau standar yang berlaku.
43. Penguji K3 adalah Pegawaj Negeri Sipil yang diberi
tugas, tanggung jawab, ,.vewcnang dan hak secara
penuh untuk melakukan kegiatan Pengujian K3 dan
kompetensi K3.

1428
44. Pengujian K3 adalah serangkaian kegjatan penilaian
suatu obyek K3 secara teknis dan/at.au rnedis yang
mempunyai resiko bahaya dengan cara memberi
beban uji atau denga.n teknik Pengujian la.innya sesuai
dcngan kctcntuan tcknis atau rncdis yang tclah
ditentukan.
45. Unit Pelaksana Teknis Bidang K3 adalah satuan
organisasi yang mernpunyai tugas melaksanakan
Pengujian dan Pemeriksaan K3, serta peningkatan
kapasitas tenaga K3.
46. Ahli Higiene lndustri adalah seseorang yang
rnernpunyai kornpetensi yang mencakup penget.ahuan,
kcterampilan dan sikap dibidang Higiene industri yang
mempunyai kualiJikasi Ahli Muda Higiene [ndustri
(HTMU), Ahli Madya Higiene Industri (H[MA), dan Ahli
Utama Higiene Industri (HJU).
47. Direktur Jenderal adalah Direklur Jenderal yang
membidangi pembinaan pengawasan ketenagakerjaan
dan K3.
48. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.

Pasal 2
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib melaksanakan syaral­
syarat K3 Lingkungan Kerja.

Pasal 3
Syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 meliputi:
a. pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar
berada di bawah NAB;
b. pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, clan
Faktor Psikologi Kerja agar memenuhi standar;
c. pcnycdiaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di
Tempat Kerja yang bersih clan sehat; dan

1429
d. pcnycdiaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 di bidang Lingkungan Kerja.

Pasal 4
Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 bertujuan unluk
mewujudkan Lingkungan Kerja yang aman, schat, dan
nyaman dalam rangka mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.

Pasal 5
(1) Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kcrja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan
melalui kegiatan:
a. pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja;
dan
b. penerapan Higiene dan Sanitasi.
(2) Pengukuran dan pengendalian Lingkun.gan Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
faktor:
a. fisika;
b. kimia;
c. biologi;
d. ergonomi; dan
e. psikologi
(3) Penerapan Higiene dan Sanitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Bangunan Tempat Kerja;
b. fasilitas Kebersihan;
c. kebutuhan udara; dan
d. tata laksana kerumahtanggaan.

1430
BAB II
PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
(1) Pengukuran Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) dilakukan untuk mengetahui
tingkat pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor
Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi
terhadap Tenaga Kerja.
(2 ) Pengukuran Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) dilakukan sesuai dengan metoda uji yang
ditetapkan Standar Nasional Indonesia.
(3) Dalam hal metoda uji belum ditetapkan dalam Slandar
Nasional Indonesia, pengukuran dapat dilakukan
dengan metoda uji lainnya sesuai dengan standar yang
telah divalidasi oleb lembaga yang berwenang.

Pasal 7
(1) Pengendalian Lingkungan Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a dan huruf b
dilakukan agar tingkat pajanan Faktor Fisika dan
Faktor Kimia berada di bawah NAB.
(2) Pengendalian Lingkungan Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c, huruf d, dan
huruf e dilakukan agar penerapan Faktor Biologi,
Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi memenuhi
standar.
(3) Pengendalian Lingkungan Kerja sebagaimana
dimaksud pad a ayat ( 1) dan ayat (2) d ilakukan sesuai
hirarki pengendalian meliputi upaya:
a. eliminasi;
b. substitusi;
c. rekayasa teknis;
d. administratif; dan/atau
e. penggunaan alat pelindung diri.

1431
(4) Upaya eliminasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a merupakan upaya untuk menghilangkan
sumber potensi bahaya yang berasal dari bahan,
proses, operasi, amu peralatan.
(5) Upaya substitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b merupakan upaya untuk mengganti bahan,
proses, operasi atau peralatan dari yang berbahaya
menjadi tidak berbabaya.
(6) Upaya rekayasa teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf c merupakan upaya memisahkan
surnber bahaya dari Tenaga Kerja deagan mernasang
sistem pengaman pada alat, mesin, dan/atau area
ke1ja.
(7 ) Upaya administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf d merupakan upaya pengendalian dari sisi
Tenaga Kerja agar dapat melakukan pekerjaan secara
aman.
(8) Penggunaan alat pelindung diri sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf e merupakan upaya
penggunaan alat yang berfungsi untuk mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.

Bagian Kedua
Faktor E<isika

Pasal 8
(1) Pengukuran dan pengendalian Faktor Fisika
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a
meliputi:
a. [klim Kerja;
b. Kebisingan;
c. Getaran;
d. gelombang radio atau gelombang mikro;
e. sinar Ultra Ungu (Ultra Violet);
f. Medan Magnet Statis;
g. tekanan udara; dan
h. Pencahayaan.

1432
(2) NAB Faklor Fisika sebagoimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a sampai dengan huruf f tercantum dalam
Lampi ran yang merupakan bagian tidak terpisah kan
dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 9
(1) Pengukuran dan pengendalian [klirn Kerja
sebagaimana di1naksud dalam Pasal 8 ayaL (1) huruf a
harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
sumber bahaya tekanan panas dan Tekanan Dingin.
(2) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya tekanan
panas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan Tempal Kerja yang terdapat sumber panas
dan/atau memiliki ventilasi yang tidak memadai.
(3) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Tekanan
Dingin sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
merupakan Tempat Kerja yang terdapat sumber dingin
dan/atau dikarenakan persyaratan operosi.
(4) Jika hasil pengukuran Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) melebihi dari NAB
atau standar harus dilakukan pengendalian.
(5) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan melalui:
a. mcnghilangkan sumber panas atau sumber
dingin dari Tempat Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kcrja yang
menimbulkan sumber panas atau sumber dingin;
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber
panas atau sumber dingin;
d. menyediakan sislem venLilasi;
e. menyediakan air minum;
f. mengatur atau rnembatasi waktu pajanan
terhadap surnber panas atau sumber dingin;
g. penggunaan baju kcrja yang scsuai;

1433
h. penggunaan a]at pelindung di ri yang sesuai;
dan/atau
1. mclakukan pengendalian lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasa1 10
(1) Pengukuran dan pengendalian Kebisingan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b
harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
sumber bahaya KebiRingan dari operasi peralatan
kerja.
(2} Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya
Kebisingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan Tempat Kerja yang terdapat sumber
Kebisingan terus menerus, terputus-putus, impulsif,
dan impulsif berulang.
(3) Jika hasil pengukuran Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) melebihi dari NAB harus
dilakukan pengenda1ian.
(4} Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan melaksanakan program pencegahan
penunman pendengaran dengan:
a. menghilangkan sumber Kebisingan dari Tempat
Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang
menimbulkan sumber Kebisingan;
c. memasang pembatas, peredam suara, penutupan
sebagian atau seluruh alat;
d. mengatur atau membatasi pajanan Kebisingan
atau pengaturan wakLu keija;
e. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1434
Pasal l l
(1) Pengukuran dan pengendalian Getaran sebagaimana
din1aksud dalam. Pas al 8 ayat ( 1) huiuf c harus
dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki sumber
bahaya Getaran dari operasi peralatan kerja.
(2) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Get.a.ran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
Ternpat Kerja yang terdapat sumber Getaran pada
lengan dan tangan dan Getaran seluruh tubuh.
(3) Jika hasil penguki...iran Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) melebihi dari NAB harus
dilakukan pengendalian.
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber Getaran dari Tempat
Kerja;
b. mcngganti alat, bahan, dan proses kcrja yang
menimbulkan sumber Getaran;
c. mengurang1 paJanan Gelaran dengan
mcnambah/mcnyisipkan damping/bantalan/
peredam di antara alat dan bagian tubuh yang
kontak dengan alat kerja;
d. membatasi pajanan Getaran melalui pengaturan
wah.-tu kerja;
e. penggLmaan a.lat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal 12
(1) Pengukuran dan pengendalian Gelombang Radio alau
Gelombang Mikro sebagaim0na dim0ksud dalam P0sal
8 ayat (1) hun1f d harus dilakukan pada Tempat Kcrja
yang memiliki sumber bahaya Gelombang Radio atau
Gelombang Mikro.

1435
(2) Tempal Kerja yang memiliki risiko Gelombang Radio
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
Tempat Kerja yang terdapat radiasi elektromagnetik
dengan frekwensi sampai dengan 300 MHz (tiga ratus
mega hertz).
(3) Tempal Kerja yang memiliki Gelombang Milera
sebagaimana dimaksud pada ayat (I) merupakan
Tempat Kerja yang terdapat radiasi elektromagnetik
dengan frekwensi di alas 300 GHz (Liga ratus giga
hertz).
(4) Jika hasil pengukuran Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (3) melebihi dari NAB
harus dilakukan pengendalian.
(5) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber Radiasi Gelombang Radio
atau Gelombang Miluo dari Tempat Kerja;
b. mengisolasi atau mcmbatasi pajanan sumbcr
Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang Mikro;
c. merancang Tempat Kerja dengan menggunakan
peralatan proteksi radiasi;
d. membalasi waklu pajanan Lerhadap sumber
Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang Mikro;
e. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengelahuan dan leknologi.

Pasal 13
(1) Pengukuran dan pengendalian Radiasi Ultra Ungu
(Ultra Violet) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) huruf e harus dilakukan pada Tempat Kerja
yang memiliki surnber bahaya Radiasi Ultra Ungu
(Ultra Violet).

1436
(2) Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Radiasi
Ultra Ungu (Ultra Violet) sebagaimana dimaksud pada
ayat ( l) merupakan Tern pat Kerja yang terdapat
radiasi elektromagnetik dengan p anjang gelombang
180 (seratus delapan puluh) nano meter sampai 400
(empat ratus) nano meter.
(3) Jika basil pcngukuran Tcmpat Kcrja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) melebihi dari NAB harus
dilakukan pengendalian.
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan:
a. mcnghilangkan sumber Radiasi Ultra Ungu (Ultra
Violet) dari Tempat Kerja;
b. mengisolasi atau mernbatasi pajanan sumber
Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet);
c. merancang Tempat Kerja dengan menggunakan
peralatan proteksi radiasi;
d. rnemberikan jarak aman sesuai dengan standar
antara sumber pajanan dan pekerjo;
e. membatasi pajanan sumber Radiasi Ultra Ungu
(Ultra Violet) melalui pengaturan waktu kerja;
f. pcnggunaan alat pelindung diri )rang sesuai;
dan/atau
g. melakukan pengendahan lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tcknologi.

Pasal 14
(1) Pengukuran dan pengendalian Medan Magnet Statis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf f
harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memHiki
sumber bahaya Medan Magnet Statis,
(2) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Medan
Magnet Statis scbagaimana dimaksud pada ayat (l)
merupakan Tempat Kerja yang terdapat suatu rnedan
atau area yang ditimbulkan oleh pergerakan arus
listrik.

1437
(3) Jika hasil pengukuran Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) melebihi dari NAB harus
dilakukan pengendalian.
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan denga:n:
a. menghilangkan sumber Medan Magnet Slalis dari
Tempat Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses ketja yang
menimbulkan sumber Medan Magnet Statis;
c. rnengisolasi atau membatasi pajanan sumber
Medan Magnet Statis;
d. mengatur atau membatasi waktu pajanan
terhadap sumber Medan Magnet Statis;
e. mengatur jarak aman sesuai dengan Standar
Nasional [ndonesia antara sumber pajanan dan
pekerja;
f. menggunaan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
g. melakukan pengendalian Lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal 15
(1) Pengendalian tekanan udara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat ( 1) huruf g harus dilakukan pad a
Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Tekanan
Udara Ekstrim.
(2) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Tekanan
Udara Ekstrim scbagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan Tempat Kerja yang kedap air, di perairan
yang dalarn, dan pekerjaan di bawah tanah alau di
bawah air.
(3) Jika hasil pemantauan Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) merupakan
Tekanan Udara Ekstrim harus dilakukan
pengendalian.

1438
(4) PengendaJian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan dengan:
a. menghindaril pekerjaan pada Tempat Kerja yang
memiliki sumber bahaya Tekanan Udara Ekstrim;
b. mcngatur atau mcmbatasi "vaktu pajanan
terhadap sumber bahaya Tekanan Udara Ekstrim;
c. menggunakan baju kerja yang sesuai;
d. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
e. mclakukan pcngcndalian lainnya scsuai dcngan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal 16
( 1) Pengukuran dan pengendaJian Pencahayaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf g
harus dilakukan di Tempat Kerja,
( 2) Pencahayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Pencahayaan Alami; dan/ atau
b. Pencahayaan Buatan.
(3) Jika hasil pengukuran Pencahayaan sebagaimana
climaksud pada ayat (1) tidak sesuai dengan standar
dilakukan pengendaJian agar intensitas Pencabayaan
sesuai dengan jenis pekerjaannya.
(4) Standar Pencahayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tcrcantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 17
(1) Pencahayaan Alami sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (2) huruf a mcrupakan Pencahayaan
yang clihasilkan oleh sinar matahari.
( 2) Tempat Kerja yang menggunakan Pencahayaan alami,
clisain gedung harus menjamin Tntensitas Cahaya
sesuai standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (4).

1439
Pasal 18
(1) Pencahayaan Buatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (2) huruf b dapat digunakan apabila
Pencahayaan alaml tidak memenuhi standar Intensitas
Cahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(4).
(2) Pencahayaan Buatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (l) tidak boleh menyebabkan panas yang
berlebihan atau mengganggu KUDR.

Pasal 19
(1) Sarana Pencahayaan darurat harus disediakan untuk
penyelamatan dan evakuasi dalam keadaan darurat.
(2) Sarana Pencahayaan darurat sebagaimana dimaksud
pada ayal (1) harus memenuhi persyaralan:
a. bckcrja sccara otomatis;
b. mempunyai intensitas Pencahayaan yang cukup
untuk melakukan evakuasi dan/atau
penyelamatan yang aman; dan
c. dipasang pada jalur evakuasi atau akses jalan
keluar.
(3) Akses jalan keluar sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c harus dilengkapi garis penunjuk jalan
keluar yang terbuat dari bahan reflektif dan/ atau
memancarkan cahaya.

Bagian Ketiga
Faktor Kimia

Pasal 20
(1) Pengukuran dan pengendalia.t1 Faktor Kimia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b
harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
potensi bahaya bahan kimia.

1440
(2) Pengukuran Fak.Lor Kimia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan terhadap p ajanannya dan
terhadap pekerja yang terpajan.
(3) Pengukuran terhadap pajanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang hasilnya untuk dibandingkan
dengan NAB harus dilakukan paling singkat selama 6
(enam) jam.
(4) Pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1 )
yang hasilnya untuk dibandingkan dengan PSD, harus
dilakukan paling singkat selama 15 (lima belas) menit
sebanyak 4 (empat) kali dalam durasi 8 (delapan) jam
kerja.
(5) Pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang hasilnya untuk dibandingkan dengan KTD harus
dilakukan menggunakan alat pembacaan langsung
untuk memastikan tidak terlampaui.
(6) Pengukuran Faktor Kimia terhadap pekerja yang
mengalami pajanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan melalui Pemeriksaan kesehatan khusus
p ada spesimen tubuh Tenaga Kerja dan dibandingkan
dengan IPB.
(7) NAB sebagairnana dimaksud pada ayat (2), ayat (3),
ayat (4) dan IPB sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 21
(1) Jika hasil pengukuran terhadap pajanan melebihi NAB
dan hasil pengukuran Faktor Kimia terhadap Tenaga
Kerja yang mengalami p ajanan melebihi JPB harus
dilakukan pengendalian.
(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayal (1)
dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari
Tempat Kerja;

1441
b. mengganti bahan kimia dengan bahan kimia Lain
yang tidak mempunyai potensi bahaya at.au
potensi bahaya yang lebih rendah;
c. memodifikasi proses kerja yang menimbuJkan
sumber potensi bahaya kimia;
d. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber
polensi babaya kimia;
e. mcnycdiakan sistcm vcntilasi;
f. membatasi pajanan sumber potensi bahaya
kimia melalui pengaturan waktu kerja;
g. merotasi Tenaga Kerja;
h. ke dalam proses pekerjaan yang tidak terdapat
potensi bahaya bahan kimia;
1. penyediaan lembar data keselamatan bahan dan
Label bahan kimia;
j. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
k. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat
risiko.
Bagian Keempat
Faktor Biologi

Pasal22
(1) Pengukuran, pemantaun.n, dan pengendalian Faktor
Biologi sebagairnana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf c harus dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki potensi bahaya Faktor Biologi.
(2) Potensi bahaya Faktor Biologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) rneliputi:
a. mikro organisma dan/atau toksinnya�
b. arthopoda dan/ atau toksinnya;
c. be,van invertebrata dan/atau toksinnya;
d. alergen dan toksin dari tumbuhan;
e. binatang berbisa;
f. binatang buas; dan

1442
g. produk binatang dan tumbuhan yang bcrbahaya
lainnya.
(3) Faktor Biologi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dilakukan pengukuran.
(4) Faktor Biologi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g
dilakukan pemantauan.
(5) Dalam hal hasil pengukuran sebagaimana dimaksud
pada ayat (3} melebihi standar harus dilakukan
pengendalian.
(6) Dalam hal hasil pemantauan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4} terdapat potensi bahaya harus dilakukan
pengendalian.
(7) Potensi bahaya Faktor Biologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan
huruf g dilalrukan pengendalian dengan:
a. menghilangkan sumber bahaya Faktor Biologi
dari Tempat Kerja;
b. mengganti bahan, dan proses kerja yang
menimbulkan sumber bahaya Faktor Biologi;
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber
bahaya Faktor Biologi;
d. menyediakan sistem ventilasi;
e. mengatur atau membatasi waktu pajanan
terhadap sumber bahaya Faktor Biologi;
f. menggunakan baju kerja yang sesuai;
g. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
h. memasang rambu-rambu yang sesuai;
1. memberikan vaksinasi apabila memungkinkan;
J. meningkatkan Higiene perorangan;
k. memberikan desinfektan;
1. penyediaan fasilitas Sanitasi berupa air mengalir
dan antiseptik; dan/atau
m. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat
risiko.

1443
(8) Potensi bahaya Faktor Biologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf e dan huruf f dilakukan
pengendalian dengan:
a. menghilangkan dan/ atau menghindari sumber
bahaya binatang dari Tempal Kerja;
b. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber
bahaya Faktor Biologi;
c. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
d. memasang rambu-rambu yang sesuai; dan/atau
e. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat
risiko.
(9) Standar Faktor Biologi sebagaimana di1naksud pada
ayat (5) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Kelima
Faktor Ergonomi

Pasal 23
(1) Pengukuran dan pengendalian Faktor Ergonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d
harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
potensi bahaya Faktor Ergonomi.
(2) Potensi bahaya Faktor Ergonomi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. cora kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang
tidak sesuai saat melakukan pekerjaan;
b. desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak
sesuai dengan antropometri Tenaga Kerja; dan
c. pengangkatan beban yang melebihi kapasitas
kerja.
(3) Jika hasil pengukuran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdapat potensi bahaya harus dilakukan
pengendalian sehingga memenuhi standar.

1444
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan:
a. menghindari posisi kerja yang janggal;
b. memperbaiki cara kerja dan posisi kerja;
c. mendcsain kembali atau mcngganti Tcmpat Kcrja,
objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja, dan
peralacan kerja;
d. memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan,
desain Tempat Ke1ja, dan peralatan kerja;
e. mengatur waktu kerja dan waktu istirahat;
f. melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam
posisi netral atau baik; dan/atau
g. menggunakan alat bantu.
(5) Standar Faktor Ergonomi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Keenam
Faktor Psikologi

Pasal24
(1) Pengukuran dan pengendalian Faklor Psikologi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayac (2) huruf e
harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
potensi bahaya Faktor Psikologi.
(2) Potensi bahaya Faktor Psikologi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. ketidakjelasan/ketaksaan peran;
b. konflik peran;
c. beban kerja berlebih secara kualit.atif;
d. beban kerja berlebih secara kuantitatif;
e. pengembangan kai·ir; dan/ atau
f. tanggung jawab terhadap orang lain.

1445
(3) Jika hasil pengukuran sebagaimana dimaksud pada
ayat ( l) terdapat potensi bahaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan pengendalian
sesuai standar.
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan setelah penilaian risiko dan didapatkan
faktor yang berkontribusi.
(5) Pengcndalian scbagaimana dimaksud pada ayat (4)
melalui manajemen stress dengan:
a. melakukan pemilihan, penempatan dan
pendidikan pelatihan bagi Tenaga Kerja;
b. mengadakan program kebugaran bagi Tenaga
Kerja;
c, mengadakan program konseling;
d. mengadakan komunikasi organisasional secara
memadai;
e. mernberika.n kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk
memberikan masukan dalam proses pengambilan
keputusan;
f. mengubah slruktur organisasi, fungsi dan/atau
dengan merancang kembali pekerjaan yang ada;
g. menggunakan sistem pemberian imbalan
tertentu; dan/atau
h. pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan.
(6) Standar Faklor Psikologi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 25
Dalam hal terjadi kasus penyakil akibat kerja yang
disebabkan oleh faktor Lingkungan Kerja dilakukan
program pengendalian dan penanganan sesuai dengan
standar dan ketentuan peraluran perundang-undangan.

1446
BAB HI
PENERAPAN HIGIENE DAN SANJTASI

Bagian Kesatu
Bangunan Tempat Kerja

Pasal 26
(1) Higiene dan Sanitasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (3) huruf a harus diterapkan pada setiap
Bangunan Tempat Kerja.
(2) Penerapan Higiene dan Sanitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. halaman;
b. gedung; dan
c. bangunan bawah tanah.

Paragraf 1
Halaman

Pasal 27
(1) Halaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat
(2) huruf a harus:
a. bcrsih, tcrtata rapi, rata, dan tidak becek; dan
b. cukup luas untuk lalu lintas orang dan barang.
(2) Jika terdapat saluran air pembuangan pada halaman,
maka saluran air harus tertutup dan terbuat dari
bahan yang cukup kuat serta air buangan harus
mengalir dan tidak boleh tergenang.

Paragraf 2
Gedung

Pasal 28
(1) Penerapan Higiene dan Sanitasi pada gedung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf
b meliputi:
a. dinding dan langit-langit;

1447
b. atap; dan
c. lantai.
(2) Penerapan Higiene dan Sanitasi sebagaimana
dilnaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memastikan
gedung dalam kondisi:
a. terpelihara dan berslh;
b. kuat dan kokoh strukturnya; dan
c. cukup luas sehingga memberikan ruang gerak
paling sedikit 2 (dua) meter persegi per orang.

Pasal 29
Dinding dan langit-langit sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) huruf a harus:
a. kering atau tidak lembab;
b. dicat dan/ acau mudah dibersihkan;
c. dilakukan pengecatan ulang paling sedikit 5 (lima)
tahun sekali; dan
d. dibersihkan paling sedikit 1 (satu) kali setahun.

Pasal 30
Lantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayar (1)
huruf b harus:
a. terbuat dari baban yang keras, Lahan air, dan lahan
dari bahan kimia yang merusak;
b. datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan; dan
c. dibersihkan secara teratur.

Pasal 3 I
Atap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf
c harus:
a. mampu memberikan perlindungan dari panas
matahari dan hujan; dan
b. tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak berjamur.

1448
Paragraf 3
Bangunan Bawah Tanah

Pasal32
(1) Penerapan Higiene dan Sanilasi pada bangunan
bawah tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
ayat (2) huruf c dilakukan untuk memastikan
bangunan bawah tanah:
a. mcmpunyai struktur yang kuat;
b. mempunyai sistem ventilasi udara;
c. mempunyai sumber Pencahayaan;
d. mempunya1 saluran pembuangan arr yang
mengalir dengan baik; dan
e. bersih dan terawat dcngan baik.
(2) Dalam hal bangunan bawah tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan ruang terbatas,
penerapan Higiene dan Sanitasi dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraluran perundang-undangan.

Bagian Kedua
Fasilitas Kebersihan

Pasal 33
(1) Fasilitas Kebersihan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (3) huruf b harus disedial<-an pada setiap
Tempat Kcrja.
(2) Fasilitas Kebersiban sebagaimana dimaksud pada ayat
( 1) paling sedikit meliputi:
a. Toilet dan kelengkapannya;
b. laker dan ruang ganti pakaian;
c. tempat sarnpah; dan
d. peralatan Kebersihan.

Pasal 34
(1) Toilet sebagairnana dimaksud dalarn Pasal 33 ayat (2)
huruf a harus:
a. bersih dan tidak menimbulkan bau;

1449
b. lidak ada lalal, nyamuk, atau serangga yang
lainnya;
c. tersedia saluran pembuangan air yang mengalir
dengan baik;
d. tersedia air bersih;
e. dilengkapi dengan pintu;
f. memiliki penerangan yang cukup;
g. memiliki sirkulasi udara yang baik;
h. dibersihkan setiap hari secara periodik; dan
1. dapat digunakan selama jam ke1ja.
(2) Kelengkapan fasilitas Toilet sebagaiJnana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikic meliputi:
a. jamban;
b. air bersih yang cukup;
C. alat pembHas;
d. tempat sampah;
e. tempat cuci tangan; dan
f. sabun.
(3) Penempatan Toilet sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus terpisalh antara laki laki, perempuan, dan
penyandang cacat, serta diberikan tanda yang jelas.
(4) Dalam hal Perusahaan menyediakan tempat mandi,
persyaratan tempat mandi harus memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(5) Untuk menjamin kecukupan atas kebutuhan jamban
dengan jumlah Tenaga Kerja dalam satu waktu kerja,
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. untuk 1 (satu} sampai 15 (lima belas) orang = 1
(satu) jamban;
b. untuk 16 (enam belas) sampru 30 (tiga puluh}
orang= 2 (dua) jamban;
c. untuk 31 (tiga puluh satu) sampa1 45 (empat
puluh lima) orang= 3 (tiga) jamban;
d. untuk 46 (empat puluh enam) sampai 60 (cnam
puluh) orang= 4 (empat) jamban;

1450
e. unluk 61 (enam puluh satu) sampai 80 (delapan
puluh) orang= 5 (lima) jamban;
f. untuk 81 (delapan puluh satu) sampai 100
(seratus) orang= 6 {enam) jamban; dan
g. setiap penambahan 40 (empat puluh) orang
ditambahkan 1 {satu) jamban.
(6) Dalam ha! Toilet laki-laki menyediakan fasililas
peturasan, jumlah jamban tidak boleh kurang dari 2 / 3
(dua pertiga) jumlah jamban yang dipersyaratkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(7) Dalam hal Tempat Kerja termasuk dalam area
konstruksi atau Tempat Kerja semenlara, harus
memenuhi ketentuan paling scdikit sebagai berikut:
a. untuk 1 (satu) sampai 19 (sembilan belas) orang =
l (satu) jamban;
b. untuk 20 (dua puluh) sampai 199 (seratus
sembilan puluh sembilan) orang = 1 (satu) jamban
dan 1 (satu} peturasan untuk setiap 40 (empat
puluh) orang;
c. untuk 200 {dua ratus) orang a.tau lebih = 1 (satu)
jamban dan 1 (satu) peturasan untuk sctiap 50
(lima puluh) orang.
(8) Dalam ha! terdapat Tenaga Kerja perempuan di area
konstruksi atau Tempat Kerja sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) maka harus memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasa1 35
(1) Ruang Toilet paling sedikit bcrukuran panjang 80
(delapan puluh) sentimeter, lebar 155 (seratus lima
puluh lima) sentimeter, dan tinggi 220 (dua ratus dua
puluh) sentimeter dengan lebar pintu 70 (tujuh puluh)
senlimeler.

1451
(2) Ruang Toilet untuk penyandang disabilitas haru.s
mcmenuhi persyaratan:
a. Panjang 152,5 (seratus lima puluh dua koma
Lima) sentimeter;
b. lebar 227 ,5 (dua ratus dua puluh tujuh koma
lima) senlimeler;
c. tinggi 240 (dua ratus empat puluh) sentirneter;
d. mempunyai akses masuk dan keluar yang mudah
dilalui;
e. mempunyai luas ruang bebas yang cukup untuk
pengguna kursi roda bermanuver 180 (seratus
delapan pullllh) derajat;
f. lebar pintu masuk berukuran paling sedikit 90
(sembilan puluh) sentimeter yang mudah dibuka
dan ditutup.
g. pintu Toilet dilengkapi dengan plat tendang di
bagian bawa h pintu untuk pengguna kursi roda
dan penyandang disabilitas netra;
h. kemiringan lantai tidak lebih daii 7 (tujuh)
persen; dan
J. mempunyai pegangan rambat untuk
memudahkan pengguna kursi roda berpindah
dari kursi roda ke jamban ataupun sebaliknya.

Pasal 36
(1) Tenaga Kerja daJam perusahaan tertentu dapat
diwajibkan memakai pakaian kerja sesuai syarat­
syarat K3 yang ditctapkan.
(2) Pakaian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus disediakan oleh Pengurus.
(3) DaJam hal Tenaga Kerja menggunakan pakaian kerja
hanya selama bekerja, Pengurus harus menyediakan
ruang ganti pakaian yang bersih, lerpisah anlara laki­
laki dan perempuan serta pemakaiannya harus diatur
agar tidak berdesakan.

1452
(4) Ruang ganti pakaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) harus tersedia tempat menyimpan
pakaian/loker untuk setiap Pekerja yang terjamin
keamanannya.

Pasal37
(1) Tempat sampah dan peralatan Kebersihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3) huruf
c harus discdiakan pada sctiap Tempat Kerja.
(2 ) Tempat sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (l}
paling sedikit harus:
a. terpisah dan diberikan label untuk sampah
organik, non organik, dan bahan berbahaya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­
undangan;
b. dilengkapi dengan penutup dan terbuat dari
bahan kedap air; dan
d. tidak menjadi sarang lalat atau binatang serangga
yang lain.

Pasal38
( )
1 Tempat pembuangan pembalut harus disediakan pada
ruang Toilet perempuan.
(2) Tempat pembuangan pembalut sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) haius:
a. terbuat dari bahan yang kedap cairan;
b. dilengkapi dengan penutup; dan
c. diberikan label yang jelas.
(3) Tempat pembuangan pembalut sebagaimana
dimaksud pada ayal (1) harus dibersihkan setiap hari.

1453
Bagian Ketiga
Kebutuhan Udara

Pasal 39
(1) Kebutuhan atas udara yang bersih dan sehat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c
harus dipenuhi pada setiap Tempat Kerja.
(2) Pemenuhan kebutuhan udara di Tempat Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui:
a. KUDR;
b. ventilasi; dan
c. ruang udara.

Pasal 40
(l) Tempat Kerja untuk melakukan jenis pekerjaan
administralif, pelayanan umum dan fungsi manajerial
harus memenuhi KUDR yang sehat dan bersih.
(2) KUDR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilenlukan oleh suhu, kelembaban, kadar oksigen
dan kadar kontaminan udara.
(3) Suhu ruangan yang nyaman harus dipertahankan
dengan ketentuan:
a. Suhu Kering 23°C (dua puluh tiga derajat celsius)
- 260C (dua puluh enam derajat celsius) dengan
kelcmbaban 40% (cmpat puluh persen) - 60%
(enam puluh persen).
b. perbedaan suhu antar ruangan tidak melebihi
5°C (lima derajat celsius).
(4) Kadar oksigen sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sebesar 19,5% (sembilan betas koma liima persen)
sampai dengan 23,5% (dua puluh tiga koma lima
persen) dari volume udara.

1454
(5) Kadar kontaminan atau polutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantun1 dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menleri ini.

Pasa] 41
(1) Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menyediakan
sistem ventilasi udara untuk menjamin kebutuhan
udara Pekerja dan/aLau mengurangi kadar
kontaminan di Tempat Kerja.
(2) Sistem ventilasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat bersifat alami atau buatan atau kombinasi
keduanya.
(3) Dalam hal menggunakan ventilasi buatan maka
ventilasi lersebut harus dibersihkan sccara berkala
paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali atau sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal42
(1) Setiap orang yang bekerja dalam ruangan harus
mendapal ruang udara (cubic space) paling sedikit 10
(sepuluh) meter k'l...1bik.
(2) Ruangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi ketentuan:
a. tinggi Tempat Kerja diukur dari la:ntai sampa1
daerah langit-Jangit paling sedikit 3 (tiga) meter;
dan
b. tinggi ruangan yang lebih dari 4 (empat) meter
lidak dapat dipakai untuk mcmperhitungkan
ruang udara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).

1455
Bagian Keempat
Tata Laksana Keruma htanggaan

Pasal 43
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus harus melaksanakan
ketatarumahtanggaan dengan baik di Tempat Kerja.
(2) Ketatarumahtanggaan yang baik sebagaimana
dirnaksud pada ayat ( 1) meliputi upaya:
a. memisahkan alat, perkakas, dan bahan yang
diperlukan a.tau digunakan;
b. menata alat, perkakas, dan bahan sesuai dengan
posisi yang ditetapkan;
c. membersihkan alat, perkakas, dan bahan secara
rutin;
d. menetapkan dan melaksanakan prosedur
Kebersihan, penempatan dan penataan untuk
alat, perkakas, dan bahan;
e. mengembangkan prosedur Kebersihan,
penernpatan dan penataan untuk alat, perkakas,
clan bahan.

Pasal 44
(1) Alat kcrja, pcrkakas, dan bahan harus ditata dan
disimpan secara rapi dan tertib untuk menjamin
kelancaran pekerjaan dan tidak menirnbulkan bahaya
kecelakaan.
(2) Bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan
di gudang dan diberi label yang jelas untuk
membedakan barang-barang tersebut.

1456
BABrY
PERSONJL K3

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 45
(1) Pengukuran clan pengendalian Lingkungan Kerja
sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 5 ayat (2) harus
dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
(2) Personil K3 sebagaimana dirnaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja;
b. Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja; dan
c. Ahli K3 Utarna Lingkungan Kerja.
(3) Personil K3 sebagairnana dimaksud pada ayat (1)
harus memiliki kompetensi dan kewenangan K3
bidang lingkungan kerja.
(4) Sertifikasi kompetensi personil K3 bidang Lingkungan
Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­
undangan.
(5) Kewenangan personil K3 bidang Lingkungan Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan lisensi K3 dan surat keputusan penunjukan.

Bagian Kedua
Kompetensi Personil K3

Pasal 46
Kompetensi personil K3 sebagaimana dimaksud dalam
PasaJ 45 ayat (2) sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasjoaal
Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri.

1457
Bagian Ketiga
Persyaratan Penunjukan Personil K3

Pasal47
Personil yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 ayat (2) huruf a harus mcmenuhi persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah Diploma 3 (tiga);
b. berpengalaman paling sedikit 1 (satu) tahun dalam
membantu pengukuran dan pengendalian lingkungan
kerja;
c. merniliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya; dan
d. berbadan sehat berdasarkan surat keterangan dari
dokter.

Pasal48
Personil yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal45 ayat (2) huruf b harus memenuhi persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah Diploma 3 (tiga);
b. berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun sebagai
Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja;
c. memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya; dan
d. berbadan sehat berdasarkan surat kcterangan dari
dokter.

Pasal49
Personil yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal45 ayat (2) huruf c harus memenuhi pcrsyaratan:
a. berpendidikan paling rendah Diploma 3 (tiga);
b. berpengalaman paling sedikit 5 (lima) Lahun sebagai
Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja;
c. memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya; dan
d. berbadan schat berdasarkan surat keterangan dari
dokter.

1458
Bagian Keempat
Tata Cara Memperoleh Lisensi K3

Pasal 50
(1) Untuk memperoleh lisensi K3 Ahli K3 Lingkungan
Kerja, Pengusaha dan / a tau Pengurus mengajukan
permohonan terlulis kepada Direktur Jenderal dengan
melampirkan:
a. fotokopi ijazah terakhir;
b. surat keterangan pengalaman kerja yang
diterbitkan olch pcrusahaan;
c. sural keterangan sehat dari dokter;
d. fotokopi kartu tanda penduduk;
e. fotokopi sertifikat kompetensi:
1) Ahli Muda Higiene lndustri (HIMU) untuk
mendapatkan lisensi K3 Ahli K3 Muda
Lingkungan Kerja;
2) Ahli Madya Higiene Lndustri (H[MA) untuk
mendapatkan lisensi K3 Ahli K3 Madya
Lingkungan Kerja;
3) Ahli Ucama Higiene Industri (HIU) untuk
mendapatkan lisensi K3 Ahli Utama K3
Lingkungan Kerja.
f. 2 (dua) lembar pas foto ben.varna ukuran 2 x 3
(dua kali tiga) dan 4 x 6 (empat kali enam).
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan Pemeriksaan dokumen oleh tim.
(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dinyatakan lcngkap, Direktur Jenderal
menerbilkan lisensi K3.

Pasal 51
(1) Lisensi K3 berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang unluk jangka waktu yang
sama.

1459
(2) Permohonan perpanjangan sebagaimana di1naksud
pada ayat (1) diajukan okh Pengusaha dan/atau
Pengurus kepada Direktur Jcndcral dengan
me1ampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (1) dan lisensi K3.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum
masa berlaku lisensi K3 bcrakhir.

Pasal52
Lisensi K3 hanya berlaku selama Ahli K3 Lingkungan Kerja
yang bersangkutan bekerja di perusahaan yang
mengajukan permohonan.

Pasal 53
(1) Dalam hal sertifikat kompetensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) huruf e belum ada,
dapat menggunakan surat ketcrangan tclah mcngikuti
pembinaan K3 yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal.
(2) Surat keterangan telah mengikuti pembinaan K3
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
dilakukan pembinaan dengan pedoman pelaksanaan
pembinaan tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpii:;ahkan dari Peraluran
Menteri ini.

Bagian Kelima
Togas dan Kewenangan

Pasal54
(1) Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayal (2) huruf a merupakan
Tenaga Kerja yang memiliki tugas untuk:

1460
a. melaksanakan pcraturan perundang-undangan
dan standar yang berkaitan dengan bidang K3
lingkungan kerja;
b. melaksanakan program antisipasi, rekognisi,
evaluasi, dan pengendalian bahaya lingkungan
kerja;
c. melaksanakan dan mengantisipasi resiko
kesehatan kerja yang disebabkan oleh pajanan
bahaya lingk:ungan kerja;
d. melaksanakan program promosi kesehatan
Tenaga Kerja;
e. melaksanakan teknik pengambilan dan
pengukuran sampel, meliputi Faktor Fisika,
Faktor Kimia, Faktor Biologi, Faktor Ergonomi,
dan Faktor Psikologi;
f. melaksanakan persyaratan Higicne dan Sanitasi
lingkungan kerja;
g. melaksanakan sistem informasi K3 Lingkungan
Kerja; dan
h. menyusun laporan pengukuran dan pengendalian
bahaya Lingkungan Kerja serta penerapan
Higiene dan Sanitasi di Tempat Kerja.
(2) Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf b merupakan
Tenaga Kecja yang memiliki tugas untuk:
a. mcngelola pelaksanaan peraturan perundang­
undangan dan standar yang berkaitan dengan
bidang K3 lingkungan kerja;
b. mengelola pelaksanaan program antisipasi,
rekognisi, evaluasi dan pengendalian bahaya
lingkungan kcrja;
c. mengelola pelaksanaan antisipasi resiko
kesehatan kerja yang clisebabkan oleh paJanan
bahaya lingk:ungan kerja;
d. mengelola pelaksanaan program promosi
kesehatan Tenaga Kerja;

1461
e. mengelola pelaksanaan leknik pengambilan dan
pengukuran sampel, meliputi Paktor Fisika,
Faktor Kimia, Faktor Biologi, Faktor Ergonomi,
dan Faktor Psikologi;
f. mengelola pelaksanaan persyaratan Higiene dan
Sanitasi lingkungan kerja;
g. mengelola pelaksanaan sistem informasi K3
Lingkungan Kerja;
h. melaksanakan modifikasi terhadap program K3
Lingkungan Kerja;
1. melaksanakan dan mengelola manajemen
program K3 Lingkungan Kerja;
J. melaksanakan dan mengelola penilaian resiko
kesehatan Tenaga Kerja;
k. melaksanakan dan mengelola program
pengendalian resiko kesehatan Tenaga Kerja
akibat pajanan bahaya lingkungan kerja;
l. melaksanakan dan mengelola Pemeriksaan dan
analisa penyebab kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang ditimbulkan oleh pajanan
bahaya lingkungan kerja;
m. melaksanakan dan mengelola pelaksanaan
identifikasi kebutuhan peralatan pengambilan
sampel dan pengukuran;
n. merumuskan, dan memodifikasi pelaksanaan
sistim informasi K3 Lingkungan Kerja�
o. melaksanakan dan mengelola inspeksi K3
lingkungan kerja; dan
p. mengelola penyusunan laporan pengukuran dan
pengendalian bahaya Lingkungan Kerja serta
penerapan Higiene dan Sanitasi di Tempat Kerja.
(3) Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf c merupakan
Tenaga Kerja yang memiliki kewenangan untuk:

1462
a. mengelola dan mengevaluasi pelaksanaan
peraluran perundang-undangan dan standar
yang berkaitan dengan bidang K3 lingkungan
kerja;
b. mengelola dan mcngcvaluasi pelaksanaan
program antisipasi, rekognisi, evaluasi dan
pengendalian bahaya lingkungan kerja;
c. mengelola dan mcngcvaluasi pelaksanaan
program antisipasi resiko kesehalan kerja yang
disebabkan oleh pajanan bahaya lingkungan
kerja;
d. mengelola dan mengevaluasi pelaksanaan
program promosi keschatan Tenaga Kerja;
e. mengelola dan mengevaluasi pelaksanaan teknik
pengambHan dan pengukuran sampel, mcliputi
Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi,
Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi;
f. mengelola dan mengevaluasi pelaksanaan
persyaratan Higiene dan Sanitasi lingkungan
kerja;
g. mengelola dan mengcvaluasi pelaksanaan sistem
informasi K3 Linglrungan Kerja;
h. mengelola dan mengevaluasi pclaksanaan
modifikasi terhadap program K3 Lingkungan
Kerja;
1. mengelola dan mcngcvaluasi manajemen program
K3 Lingkungan Kerja;
j. mengelola dan mengevaluasi penilaian resiko
kesehatan Tenaga Kerja;
k. mengeloJa dan mengevaluasi program
pengendalian resiko kcsehatan Tenaga Kcrja
akibat pajanan bahaya lingkungan kerja;
l. mengeloJa dan mengevaJuasi Pemeriksaan dan
analisa penyebab kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang ditimbulkan oJeb pajanan
bahaya Jingkungan kerja;

1463
m. mengelola dan mengevalusi pelaksanaan
identifikasi kebutuhan peralatan pengambilan
sampel dan pengukuran;
n. mengelola dan mengevaJuasi pelaksanan sistim
informasi K3 Lingkungan Kerja;
o. mengelola dan mengevaluasi pclaksanaan
inspeksi K3 lingkungan kerja;
p. mengelola dan mengevaluasi laporan pengukuran
dan pengendalian bahaya Lingkungan Kerja serta
penerapan Higiene dan Sanitasi di Tempat Kerja;
q. mengelola dan mcngevaluasi metoda pembacaan
dan menganalisa basil pengukuran data;
r. mengevaluas.i dan memverifikasi hasil dari
tindakan pengendalian pajanan yang dapat
mengganggu kesehatan;
s. mengeva1uasi dan menyimpulkan hasil analisa
dari pengukuran sampel lingkungan kerja;
t. mengevaluasi dan memodifikasi program
pengendalian pajanan risiko kesehatan secara
teknis sebagai metoda pengendalian utama;
u. roengelola dan mengevaluasi pelaksanaan
pengendalian pajanan risiko kesehatan secara
administrasi dan penggunaan alat pelindung diri;
dan
v. mengelola dan mengevaluasi pelaksanaan
bimbingan terhadap kontraktor terkait program
K3 Lingkungan Kerja.

Pasal 55
(1) Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf a mcrupakan
Tenaga Kerja yang memiliki kewenangan untuk:
a. memasuki Tempal Kerja sesuai dengan
penunjukkannya; dan
b. menentukan program K3 lingkungan kerja.

1464
(2) Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja sebagaimana
dimaksud daJam PasaJ 45 ayat (2) huru.f b merupakan
Tenaga Kerja yang memiliki kewenangan untuk:
a. memasuki Tempat Kerja sesuai dengan
penunjukkannya;
b. menentukan program K3 lingkungan kerja;
c. mengawas1 pelaksanaan program K3 lingkungan
kerja; dan
d. menetapkan rekomendasi teknis terhadap syarat
K3 lingkungan kerja.
(3) Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja sebagaimana
dimaksud daJam Pasal 45 ayat (2) huruf c rnerupakan
Tenaga Kerja yang memiliki kewenangan untuk:
a. memasuki Tempat Kerja sesuai dengan
penunjukkannya;
b. menentukan program K3 lingkungan kerja;
c. mengawasi pelaksanaan program K3 lingkungan
kerja;
d. menetapkan rekomendasi teknis terhadap sya.rat
K3 lingkungan kerja; dan
e. mengevaluasi dan menetapkan program
pengembangan K3 Lingkungan Kerja.

Bagian Keenam
Kcwajiban Pcrsonil K3

Pasal56
Personil K3 bidang Lingkungan Kerja se bagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) berkewajiban untuk:
a. mernatuhi peraturan perundang-undangan dan
standar yang teJah ditetapkan;
b. melaporkan pada atasan langsung mengenai kondisi
pclaksanaan pengukuran, pengendalian lingkungan
kerja, dan penerapan Higiene Sanitasi;

1465
c. bertanggungjawab atas hasil pelaksanaan
pengukuran, pengendalian lingkungan kerja, dan
penerapan Higiene Sanitasi di Tempat Kerja;
d. membantu Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Lingkungan Kerja dalam melaksanakan pemeriksaaan
dan Pengujian K3 Lingkungan Kerja; dan
e. melaksanakan kode etik profesi.

Bagian Ketujuh
Pencabutan Lisensi K3

Pasal57
Lisensi K3 dapat dicabut apabila personil K3 bidang
Lingkungan Ke1ja:
a. melalcsanakan tugas tidak sesua1 dengan penugasan
dan Lisensi K3;
b. melakukan kesalahan, kelalaian, dan kecerobohan
yang menimbulkan keadaan berbahaya atau
kecelakaan kerja; dan/ atau
c. tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 56.

BABV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pasal58
(1) Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya
Lingkungan Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan
dan/atau Pengujian.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kegiatan rnengamati, menganalisis,
membandingkan, dan mengevaluasi kondisi
Lingkungan Kerja untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

1466
(3) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayal (1)
merupakan kegiatan pengetesan dan pengukuran
kondisi Lingkungan Kerja yang bersumber dari alat,
bahan, dan proses kerja untuk mengetahui tingkat
konsentrasi dan pajanan terhadap Tenaga Kerja untuk
memastikan terpenuhinya persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3.

Pasal 59
(1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat ( l) dilakukan secara
internal maupun melibatkan lembaga eksternal dari
1uar Tempat Kerja.
(2) Pemeriksaan dan/ atau Pengujian internal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
mengukur besaran pajanan sesuai dengan risiko
Lingkungan Kerja dan tidak menggugurkan kewajiban
Tempat Kerja untuk melakukan pengukuran dengan
pihak eksternal.
(3) Pemeriksaan dan/ atau Pengujian secara internal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan
oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
(4) Lembaga eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan
Ketcnagakcrjaan;
b. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
beserta Unit Pelaksana Teknis Bidang K3;
c. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang
membidangi pelayanan Pengujian K3; atau
d. lembaga lain yang i:erakredit.asi dan ditunjuk oleh
Menteri.
(5) Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dilakuka.n oleh:
a. Pengawas Ketenagakerjaan Spcsialis K3
Lingkungan Kerja;

1467
b. Penguji K3; atau
c. Ahli K3 Lingkungan Kerja.

Pasal 60
Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 ayat (1) meliputi:·
a. pertama;
b. berkala;
c. ulang; dan
d. khusus.

Pasal 61
(1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian pertama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf
a dilakukan untuk mengidentifikasi potensi bahaya
Lingkungan Kerja di Tempat Kerja.
(2) Pemeriksaan dan/ atau Pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. area ke1ja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor
Kimia, Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan
Faktor Psikologi;
b. KUDR; dan
c. Sarana dan fasilitas Sanitasi.

Pasal 62
(1) Pemeriksaan dan/ atau Pengujian berkala
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf b
dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali atau sesuai dengan penilaian risiko atau
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(�) Pemeriksaan dan/atau Pengujian berkala
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
Pemeriksaan dan/ atau Pengujian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 ayat {2).

1468
Pasal 63
(1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian ulang sebagaimana
dirnaksud dalam Pasal 60 huruf c dilakukan apabila
hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya
baik secara internal maupun eksternal terdapat
keraguan.
(2) Pemeriksaan dan/atau Pengujian ulang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 64
(1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf d
merupakan kegiatan Pemeriksaan dan/atau Pengujian
yang dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan
dugaan tingkat pajanan di atas NAB.
(2) Pemeriksaan dan/atau Pengujian khusus
sebagai.rnana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan kctcntuan pcraturan perundang-undangan.

Pasal 65
(1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian yang dilakukan oleh
lembaga eksternal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59 ayat (4) dilaksanakan dengan berkoordi.nasi dengan
Unit Pengawasan Ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian scbagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Unit
Pengawasan Ketenaga.kerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal Pemeriksaan dan/atau Pengujian dilakukan
oleh lembaga ekstemal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59 ayat (4) huruf b, huruf c, dan huruf d, hasil
Pemeriksaan dan/ atau Pengujian diselujui oleh
manajer teknis.

1469
(4) Dalam hal Pemeriksaan dan/aLau Pengujian dilakukan
oleh lembaga eksternal scbagaimana dimaksud dalam
Pasal 59 ayat (4) huruf b dan hu1uf c atas pernuntaan
perusahaan, laporan hasil Pengujian disampaikan
kepada perusahaan yang bersangkucan.
(5) Hasil Pemeriksaan dan/ atau Pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat 2
( ) wajib dituangkan dalam surat
keterangan memenuhi/tidak memenuhi persyaratan
K3 yang diterbitkan oleh unit kerja pengawasan
kctenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6
( ) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilengkapi dengan basil Pemeriksaan dan/atau
Pengujian pada lembar terpisah.
7
( ) Surat kctcrangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dibuat dalam 3 (tiga) rangkap dengan rincian:
a. Lembar pertama, untuk Pengurus Tempat Kerja
yang dimasukan dalam dokumen Pemeriksaan
dan/atau Pengujian lingkungan kerja;
b. Lembar kedua, untuk unit pengawasan
ketenagakerjaan setempat; dan
c. Lembar ketiga, untuk unit pengawasan
ketenagakerjaan pusat.
(8) Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib menyampaikan surat
keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
kepada unit penga·.vasan ketenagakerjaan di pusat
setiap 1 (satu) bulan sekali.

Pasal66
Pemeriksaan dan/acau Pengujian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 menggunakan formuJir tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

1470
Pasal67
(1) Area kerja yang telah dilakukan Pemeriksaan
dan/ atau Pengujian dan tidak memenuhi persyaratan
K3 diberikan stiker yang dibubuhi stempel.
(2 ) Stiker sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal68
(1) Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal65 ayat
(2) dapat dilakukan secara luring maupun daring.
(2) Pelaporan secara daring sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) dilakukan secara bertahap.

BAB VI
PENINJAUAN BERKALA NILAI AMBANG BATAS DAN
STANDAR

Pasal 69
NAB dan/atau standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 dapat ditinjau secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun
sekali sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

BAB VII
PENGAWASAN

Pasal 70
Pengawasan pelaksanaan K3 Lingkungan Kerja
dilaksanakan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Lingkungan Kerja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

1471
BAB VIII
SANKSI
Pasal 71
Pengusaha dan/ atau Pengurus yang tidak memenuhi
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

BAB[X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 72
Lisensi Petugas Pemantauan Lingkungan Kerja yang telah
diterbitkan sebelum Peraturan Menteri ini diundangkan,
retap ber1aku sampai dengan berakhirnya lisensi tersebut
dan selanjutnya disebut lisensi Ahli K3 Muda Lingkungan
Kerja.

BABX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 73
Pada saat Peraturan Men Leri ini mulai berlaku:
a. Pcraturan Mcnteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964
tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan dalam Tempat Kerja;
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
(Serita Negara Republik lndonesia Tahun 2011
Nomor 684);
c, Surat Ectaran Men teri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor SE.01/MEN/ 1978 tentang Nilai Ambang Batas
untuk Iklim Kerja dan Nilai Ambang Balas untuk
Kebisingan di Tempat Kerja,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

1472
Pasal 74
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

· Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri m1 dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 April 2018

MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

M. HANIF DHAKJRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 April 2018

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERlAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 567

SALINAN SESUAI DENGAN ASLINYA

1473
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2018
TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
LINGKUNGAN KERJA

DAFTAR LAMPIRAN

1. NILA! AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA


2. STANDAR PENCAHAYAAN
3. NILA! AMBANG BATAS FAKTOR KIMIA
4. INDlEKS PAJANAN BIOLOGI
5. STANDAR FAKTOR BIOLOGT
6. STANDAR FAKTOR ERGONOMI
7. STANDAR FAKTOR PSIKOLOGI
8. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBINAAN AHLI K3 LJNGKUNGAN
KERJA
9. FORMULIR PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN
10. STlKER TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN K3 LINGKUNGAN
KERJA

MENTER! KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

M. HANlF DHAKJRI

SALINAN SESUAJ DENGAN ASLINYA

AN,SH
�===;::Pi'rl . 19600324 198903 1 001

1474
1. ['{[LAI AMBANG BATAS FAKTOR FISII(A

A. :--Jilai Ambang Batas Iklirn Kerja Indcks Suhu Oasah Dan Bola (ISBB)
Yang Diperkenankan
°
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam ISBB ( C)
Beban Keria
Ringan Sedan12 Berat Sangat Bcrat
75% - 100% 31,0 28.0 -
50 % - 75% 31..1.0 29.0 27.5 -
25% - 50% 32,0 30,0 29,0 28,0
0% - 25% 32,5 31,5 30,5 30,0

B. Nilai Ambang Batas Kebisingan


Waktu Pemaparan Per Bari Intensitas Kebisingan Dalam dBA

8 Jam 85
4 88
2 91
l 94

30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112

28,12 Detik 115


14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
�- 0,22 136
0,11 139

G- Nilai Arnbang Batas Getaran Untuk Pemaparan Lengan Dan Tangan


Jumlah waktu pajanan ResuJtan Percepatan di Sb. X, Sb. Y dan Sb. Z
Per hari kerja (Jam)
Meter per detik kuadrat
(m/det2 )
6 iam samoai dengan 8 iam 5
4 iam dan kurang dari 6 jam 6
2 ·am dan kurang dari 4 iam 7
l iam dan kurang dari 2 iam 10
015 jam dan kurang dari 1 iam 14
kurang rlari 0,5 jam 20

1475
D. Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemaparan Seluruh Tuibuh
Jumlah waktu Pajanan Nilai Ambang Batas (m/det2)
Per hari keria (Jaml
- 0.5 3,4644
1 2,4497
1,7322
4 1,2249
8 0,8661

E. Nilai Ambang Batas Radiasi Frekuensi Radio Don Gelombang Mikro


Frekuensi Power Kekuatan Kekuatan medan Wak.Lu
Density Medan magnit pemaparan
listrik ( A/m) ( menit)
mW/sentim ( V/m)
eter2 )

30 kHz - 100 kHz 1842 163 6


100 kHz - 1 MHz 1842 16,3/f 6
1 MHz-30 MHz 1842/f 16,3/f 6
30 MHz- 100 MHz 61,4 16,3/f 6
100 MHz -300 10 6
MHz
300 MHz - 3 GHz f/30 6
3 GHz- 30 GHz 100 34000/fl .o79
30 GHz-300 100 68/f0-476
GHz

Keterangan:
kHz Kilo Hertz
MHz Mega Hertz
GHz Giga Hertz
f Frekuensi dalam MHz
mW /sentimet Mili Watt per senti meter persegi
�r2
V/m Volt per Meter
A/m Amper per Meter

1476
F. Standar [klim Kerja Dingin (Cold Stress)
Suhu Temperatur Aktual (° C)
Kecepatan 10.0 4.4 I -1.1 I -6.7 -12.2 I
-17.8 I
-23.3 -28.9 -34.4 I -40.o I -45.6 I -51.1
Angin
Ekuivalen Temperatur Dingin
(mph)
tenang 10.0 4.4 I
-1.1 -6.7 -12.2 -17.8 -23.3 -28.9 -34.4 -40.0 -45.6 -51.1
5 8.9 2.8 -2.8 -8.9 -14.4 -20.6 -26.1 -32.2 -37.8 -43.9 -49.4 -55.6
10 4.4 -2.2 -8.9 -15.6 -22.8 -31.1 I -36.1 -43.3 -50.0 -56.7 I -63.9 -70.6
15 2.2 -5.6 -12.8 -20.6 -27.8 I -35.6 -42.8 -50.0 -57.8 I -65.o -72.8 -80.0
20 0.0 -7.8 -15.6 -23.3 -31.7 -39.4 -47.2 -55.0 -63.3 -71.l -78.9 -85.0
25 -1.1 -8.9 -17.8 -26.1 -33.9 -42.2 -50.6 -58.9 -66.7 -75.6 -83.3 -91.7
30 -2.2 -10.6 -18.9 -27.8 -36.l -44.4 -52.8 -61.7 -70.0 -78.3 -87.2 -95.6
35 -2.8 -11.7 -20.0 -28.9 -37.2 -46.1 -55.0 -63.3 -72.2 -80.6 -89.4 -98.3
40 -3.3 -12.2 -21.1 -29.4 -38.3 -47.2 -56.1 -65.0 -73.3 -82.2 -9:Il..1 -100.0

SEDIKn' BERBAHAYA BAHAYA MENINGKAT SANGAT BERBAHA YA


Kecepata.n an.gin yang
lebih besa.r dari 40 mph Berpotensi menyebabkan pembekuan
mem.iliki beberapa Tubuh dapat membeku <la.Lam
pada bagian tubuh yang terpajan dalam
dampak tambahan waktu 30 detik.
waktu 1 menit.
Trenchfoot dapat teriadi di seluruh titik

1477
,JadwAl Ke.rjn rlAn Pe.mAnAsHn untuk Shift Ke.rja l1 ,Jam
Temperatur Udara Kee. ,<\.ngin Tidak Terbaca Kee. Angin 5 mph Kee. Angin 10 mph Kee. Angin 15 mph Kee. Angin 20 mph
Periode Periode Periode Periode
Periode Kerja Jurnlah Jun1lah Jumlah Jumlah JumJah
cc Kerja Kerja Kerja Kerja
Maks. lstirahat lstirahat lslirahal Istirahat fstjrnhat
Maks. Maks, Maks. Maks.
-26° s.d -28 Q (Istirahat normal) 1 (Istirahat normal) 1 75 menit 2 55 menit 3 40 menit 4
75
-28° s.d -31 ° (I stirahat normal) 1 2 55 menit 3 40 men.it 4 30 menit 5
menit
55
-32° s.d -34° 75 menit 2 3 40 menit 4 30 mcnit 5
rnenit
40
-35 ° s.d -37° 55 mcnit 3 4 30 mcnit 5
menit Pekerj aan yang
30 Peker:jaan yang tidak daru.rat
-38° s.d -39° 40 menit 4 5
menit Pekerjaan yang tidak darurat sebaiknya
° °
-40 s.d-42 30 menit 5 Pekerjaan yang tidak danirat sebailmya dihentikan
Pekerjaan yang tidak tidak darurat sebaiknya dihentikan
-43 ° &
darurat sebaiknya sebaiknya dihentikan
dibawahnya dihentikan
dihentikan

1478
G. Waktu Pemaparan Radiasi Sinar Ultra Ungu Yang Diperkenankan
Masa pemaparan per hari Iradiasi Efektif ( IEff)
mW/ sentimeter2
8jam 0,0001
4jam 0,0002
2jam 0,0004
I jam 0,0008

30 menit 0,0017
15 menit 0,0033
10 menit 0,005
5 n1enil 0,01
1 menil 0,05

30 detik 0, 1
10 detik 0,3
1 detik 3
0,5 detik 6
0, 1 detik 30

H. Nilai Ambang Batas Pemaparan Medan Magnit Sta.tis Yang


Diperkenankan
No. Bagian Tubuh Kadar Tertinggi
Diperkenankan ( Ceiling)
1Seluruh. Tubuh {tempat kerja umum) 2T
2 Seluruh Tubuh (pekerja khusus dan BT
lingkungan kerja yang terkendali)
3 Anggota gerak (Limbs) 20T
4 Pengguna peralatan medis elektronik 0,5 T
Keterangan: mT (mili Tesla)

I. Nilai Ambang Batas Medan Magnit Untuk Frekuensi 1 - 30 Kilo Hertz

No. Bagian Tubuh NAB (TWA) Rentang Frekuensi

1 Sel uruh tubuh 60/f mT 1- 300 Hz


2 Lengan dan paha 300/f mT 1- 300 Hz
3 Tangan dan kaki 600/f rnT 1- 300 Hz
4 Anggota tubuh dan seluruh 0,2mT 300Hz - 30KHz
Tubuh
Kctcrangan: f adalah frekuensi dalam Hz

1479
2. STAN'DAR PENCAHAYAAN

NO KETERANGAN INTENSITAS
(Lux)
l. Penerangan darurat 5
2. Halaman dan jalan 20
3. Pekerjaan membcdakan barang kasar seperti: 50
a. Mengerjakan bahan-bahan yang kasar
b. Mengerjokan arang atau abu.
c. Mcnyisihkan barang-baraug yang besar.
d. Mengerjakan bahan tanah atau batu.
e. Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu
dipakai.
f. Gudang-gudang untuk menyimpan barang barang
1------1----
besar dan kasar
4. Pekerjaan yang mcmbedakan barang- barang kecil 100
sccara sepintas lalu seperti:
a. Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang
sctengah selesai (semi-finished).
b. Pemasangan yang kasar.
c. Penggilingan padi.
d. Pengupasan/ pengambilan dan pcnyisihan bahan
kapos.
c. Pengerjakan bahan-bahan pertanian lain yang kira-
kira set.ingkat dengan d.
f. Kamar mesin dan uap.
g. Alat pengangkut orang dan barang.
h. Ruang-ruang penerirnaan dan pengiriman dengan
kapal.
1. Tempat menyimpan barang-barang sedang dan
kecil.
J. Toilet dan tempat mandi
�- Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kccil yang 200
agak teliti seperti:
a. Pemasangan alat-alal yang sedang (tidak besar).
b. Pekerjoon mesin dan bubut yang kasar.
c. Pemcriksaan atau percobaan kasar lerhadap
barang-barang.
d. Menjahit textil atau kulit yang berwarna muda.
e. Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan
dalam kn leng.
f. Pembungkusan dagmg.
g. )llengerjakan kayu.
h. Melapis pcrabot.
6. Pekerjaan pt:mbedaan yang teliti daripada barang-barang 300
kecil dan halus seperti:
a. Pekerjaan mesin yang teliti.
b. Pemcriksaan yang teliti.
, c. Percobaan-percobaan yang teliti dan halus.

1480
d. Pembuatan tepung.
e. Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan
katun atau wol berwarna muda.
f. Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menuLis dan
membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat
7. Pckerjaan n1embeda-bedakan barang-barang halus 500-1.000
dengan kontras yang sedang dan dalam waktu yang lama
seperti:
a. Pemasangan yang halus.
b. Pekcrjaan-pekerjaan mesin yang halus.
c. Pemeriksaan yang halus.
d. Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca.
e. Pekerjaan kayu yang haJus (ukir-ukiran).
f. Menjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua.
g. Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik
atau pekerjaan kantor yang lama
---"---""'-------------+--------i
8. Pekerjaan 1nembeda-bedakan barang-barang yang sangat 1.000
halus dengan kontras yang sangat kurang untuk waktu
yang lama seperti:
a. Pemasangan yang extra halus (arloji, dll.).
b. Pemeriksaan yang ekstra halus {ampul obat).
c. pt:rcobaan alat-alat yang ekstra halus.
d. Tukang mas dan tntan.
e. l:'enilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakau.
f. Penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam
pencetakan.
g. Pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian
berwarna tua.

1481
3. NILAJ AMBANG BATAS FAKTOR KIMIA

A. KegunaanNAH
NAB ini akan digunakan sebagai (pedoman) rekomcndasi pada praktek
higiene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan
kerja sebagai upaya untuk menccgah dampaknya terhadap kesehatan.
Dcngan demikian NAB anlara lain dapat pula digunakan:
a. Sebagai kadar standar untuk perbandingan.
b. Sebagai pedoman untuk perencanaan proses produksi dan
perencanaan teknologi pengendalian bahaya-bahaya di lingkungan
kerja.
c. Men entukan pcngendalian bahan proses produksi terhadap bahan
yang lebih beracun dengan bahan yang sangat beracun,
d. Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya
penyakit-penyakit dan hambatan-hambatan efisiensi kerja akibat
faktor kimiawi dengan bantuan pcmeriksaan biologik

B. Kategori Karsinogenitas
Bahan-bahan kimia yang bcrsifat karsinogen, dikategorikan sebagai
bcrih."Ut:
A-1 Terbukti karsinogen untuk manu1>ia ( Confirmed Human
Carcinogen). Bahan-bahan kimia yang berefek karsinogen
terhadap manusia, alas dasar bukti dari studi-studi
cpidemologi atau bukti klinik yang meyakinkan, dalam
pemaparan terhadap manusia yang terpajan.
A-2 Diperkirakan karsinogen untuk manusia (Suspected Hurnan
Carcinogen). Bahan kimia yang berefek karsinogcn terhadap
binatang percobaan pada dosis tertentu, melalui jalan yang
ditempuh, pada lokasi-lokasi, dari tipc histologi atau melalui
mekanisme yang dianggap sesua1 dengan pemaparan
terhadap tcnaga kerja terpajan. Penehtian epidemologik yo.ng
ada bdum cukup membuktikan meningkatnya risiko kanker
pada manusia yang lerpajan.
A-3 K&rsinogcn terhadap binatang. Bahan-bahan kimia yang
bernifat karsinogen pada binatang percobaan pada dosis
relatif tinggi, pada jalan yang ditempuh, lokasi, tipe histologik
atau mekanisme yang kurang sesuai dengan pemaparan
lerhadap tenaga kerja yang terpapar.
A-4 Tidak diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia. Tidak
cukup data untuk mengklasifikasikan bahan-bahan ini
bersifal kars:inogen terhadap manusia ataupun binatang.
A-5 Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia.
Repr. Menirnbulkan gangguan reproduksi pada wanita, seperli
abortus spontan, gangguan haid, infertilitas, prematur,
kelainan kongenital, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

1482
C. NAB Campuran
Apabila terdapot lebih dari satu bahan kimia berbahaya yang
bercaksi terhadap sistem atau organ yang sama, di suatu udara
lingkungan kcrja, ma.ka kombinasi pengaruhnya perlu
diperhatikan. Jika tidak dijelaskan lebih lanjut, efeknya dianggap
saling menamhah.
Dilumpaui acau tidaknya Nilai Ambang Batas (NAB) campuran dari
bahan-bahan kimia tersebut, dapat diketahui dengan menghitung
dari jumlah perbandingan diantara kadar dan NAB masing­
masing, dengan rumus-rumus sebagai berikut:
Cl - C2 + ......... Cn = ............ ..
NAB (1) :NAB (2) NAB (n)

Kalau jwnlahnya lebih dari 1 (satu), berarti Nilai Ambang Batas


Campuran dilampaui.
a. Efek Saling Menambah
Kea<laan umum
Cl + �C=2=----- + Cn + ......... =
NAB (1) NAB (2) NAB (3)
Contoh ta:
Udara n1engandung 400 bds Aseton (NAB-750 bds), 150 bds
Butil asetat sekunder (NAB-200 bds) dan 100 bds Metil etil
keton (NAB-200 bds).
Kadar c..:1rnpuran =400 bds + 150 bds + 100 bds - 650 bds.
Untuk menget.ahui NAB campuran dilampaui atau tidal<:,
angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus:
400 + 150 - 100 = 0,53 + 0,75 + 0,5 = 1,78
750 200 200
Dengan dcrnikian kadar bal1an kimia campuran tersebut di
atas telah melampaui NAB campuran, karena basil dari
rumus lebih besar dari 1 (satu).

b. Kasus Khusus
Yang dimaksud dengan kasus khusus yaitu sumber
kontaminan adalah suatu zat cair dan komposisi bahan­
bahan kimia di udara dianggap sama dengan komposisi
campuran dikelahui dalam % (persen) berat, sedangkan NAB
campuran dinyatakan dalam milligram per meter kubik
(mg/m3 ).

NAB Carnpuran = 1

_& + fb + fc + __fn.
NAB (a) NAB (bl NAB (c) NAB (n)
Contoh 1 b:
Zat cair mengandung :50 % heptan (NAB 400 bds atau 1640
mg/m3), 30 % Metil kloroform (NAB= 350 bds atau 1910
mg/m 3), 20 % Perkloroetelin

1483
(NAB= 25 bds atau 170 mg/m3).
1 l
NAB campuran = ------ =
0.5 + (Ll + 0.2 0,00030 + 0,00016 + 0,00018
1640 1910 170
1 1
----------- =--- = 610 mg/m3
0,00030 + 0,00016 + 0,00018 0,00164

Komposisi campuran adalah:

50 % atau (610) (0,5) mg/m3 = 305 mg/m3 Heptan = 73 bds.


30 % atau (610) (0,3) mg/m3 == 183 mg/m3 Metil klorofonn ...
33 bds.
20 % atau (610) (0,2) mg/m3 = 122 mg/m3 Perkloroetilen = 18
bds.
NAB campuran: 73 + 33 - 18 • 124 bds atau 610 mg/m3

c. Berefek Sendiri-Sendiri

NAB campuran =
Cl = I; C2 = 1; C3 = l dan seterusnya
NAB (1) NAB (2) NAB (3)

Conloh 1 c:
Udara mengandung 0, 15 mg/rog3 timbal (NAB= 0,15 mg/m3)
don 0,7
Mg/m3 Asam sulfat (NAB== 1 mg/m3).

0,15 -= 1 0,7. = 0,7


0,15 1

Dengan dcmikian NAB campuran belum dilampaui

d. NAB U11Luk Campuran Debu-Debu Mineral untuk campuran


debu-debu mineral yang secara biologi bersifat aktif, dipakai
rumus sepcrti pada campuran di A.2. (kos\JS khusus).

Catatan:
... Identitas bahan-bahan kimia dimana ctiperlukan
indikator Pemaparan Biologik (BEI = Biological Exposure


Indices)
13ahan-bahan kimia yang NAB-nya lcbih tinggi dari
Batas Pemaparan yan Diperkenankan (PEL) dari OSHA
dan atau Batas Pemaparan yang Dianjurkan dari NIOSH
ldenlitas bah an-bah an kimia yang dikeluarkan oleh
sumber-sumber lain, diperkirakan atau terbukti
- karsrnogen untuk manusia

1484
CAS Chemical Abstracts Services adalah nomor pendaftaran
suatu bahan k:imia yang diterbitkan oleh American
Chemical Society
A Menurut kategori A- Karsinogen
B Bahan-bahan kimia yang mempunyai komposisi
berubah-ubah
T Kadar tertinggi
BDS Bagian Dalam Sejuta (Bagian uap atau gas per juta
volume dari udara terkontaminasi)
mg/.m3 Miligram bahan kimia per meter kubik udara
(c) Bahan ki1nia yang bersifat asfiksian
(d) NOC = not otherwise classified (tidak diklasifikasikan
dengan cara lain)
(e) Nilai untuk partikulat yang dapat dihirup (total), tidak
mengandung asbes dan kandungan silica kristalin < 1 %
{� Scrat lebih panjang dari 5µm dan dengan suatu rasio
sama atau lebih besar dari 3: 1
(g) Nilai untuk material partikulat yang mengandung
Kristal silica < 5%
(h) Serat lebih panjang dari Sµm; diameter kurang dari
3µm; rasio lebih besar dari 5: 1
(i) Partikulat dapat dihirup
Ul NAB untuk fraksi respirabel dari material partikulat
(k) I Pengambilan contoh dengan metoda dimana tidak
terambil bentuk uapnya
(1) Tidak termasuk stearat-stearat yang berbentuk logam-
logam beracun
(m) Berdasarkan pengambilan contoh dengan High Volume
Sampling
(n) Bagaimanapun respira.bel pDrtikulat tidak boleh
melampaui 2mg/m3
(o) Untuk jaminan yang lebih baik dalam perlindungan
- tenaga kerja, disarankan monitoring sampel biologi
Kccuali minyak kastroli Oarak), biji mete (cashew nut),
{p)
atau minyak-minyak iritan yang sejenis
(q) Material partikulat bebas bulu kain diukur dengan
vertical elutrior cotton�dust sampler

1485
Notasi Nama Bahan Kimia NAB PSD/KTD Berat Keterangan
Dan Nomor CAS BDS Mg/m3 BDS Mg/m 3 Molekul
(BM)
1 2 3 4 5 6 7 8
Adi ponitril { 111-69- 2; 8,8 108, 10 Tritasi saluran pcrnafasan atas & bawah
31 Kulit
.A PJr raksa (sebagai - -
Hg)
(7439-97-6)
Air raksa senyawa 0,025; Gangguan sistcm saraf pusat dan saraf
tepi, kerusakan ginjal
anorganik A4;Kulit; 0,03

• Air raksa senyawa


BEI
0,01 Idem
alkyl
Air raksa senyawa 0,1; Idem
aril Kulit

*• Akrilamid (79-061) 0,03 (IFV);


A 3;
71,08 Gangguan syaraf pusat

•• Akrilonitril (107-1 3- 2;A3;


Kulit
4,3;A3; 53,05 Gangguan syaraf pusat, Iritasi saluran
1) Kulit Kulit pemafasan atas
Akrolein (107-02-8) 0,l;A4; 56,06 fritasi saluran pemafasan atas dan 0.3
Kulit mata, Pembene:kakan paru; Emphisema
Alakhlor ( 15972-60- 1 (IFV); 269,8 Hemosiderosis (hati, ginjal dan pankreas
8) A3;DSEN

1486
*• Aldrin (309-00-2) 0,05 364,92 Gangguan syaraf pusat, Kerusakan hati &
(JFV);A3; ginjal
Kulit
Alifatik hidrokarbon/ 1000 Gangguan jantung; Kerusakan susunan
alkana Gas (Cl - C4) saraf nusat
Allil alkohol ( 107 -18- 58,08 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata
6) 0,5;A4 ;

*•
�- Allil klorida ( 107 -05-
Kulit
l;A3; . 3;A3; 2;A3; 6;A3; 76,50 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata,
1) Kulit Kulit Kulit Kulit Kerusakan hati dan ginjal
Allil glisidil eter l;A4 114, 14 lritasi sal'uran pemafasan atas, mata dan
(AGE) ( 106-92-3) kulit, Dermatitis
..AJlil propil disulfida 0,5; 148,16 Iritasi saluran pernafasan atas & mata
(2179-59-1) OSEN
Aluminium metal 1 (R); A4 26,98 Pneumokoniosis, Iritasi saJuran pernafasan
dan senyawa tidak Bervariasi Bawah, Keracunan syaraf
terlarut (7429-90-5)

Debu logam 10
Bubuk pyro sbg Al 5
Uap las sbg Al 5
Garam larut sbg Al 2
Alkil yg tidak 2
terklasifikasi
she: Al
* Aluminium oksida 10,A4
( 1344-28-11
n-Amil Asetat 100 532

1487
(628-63-7)
Sek- amil asetat 125 665
(626-38-0)
■ 4-Aminodifenil (92- (L);Al; 169,23 Kanker kandung kcmih dan hat1
67-1) Kulit
3-Aminol,2,4 0,'.2;A3
triazole
*■ Amitrolc (61-82-5) 0,2;A3 84,08 Lihat etanolamin
Efek tiroid
2-Aminoetanol -
2-Aminopiridin (504- 0,5 1,9 91, 11 Sa.kit kepala, Mual, Gangguan syaraf
29-0) pusat, Dizines
Ammonia (7664-41- 25 17 35 24 17,03 Kerusakan mata; Iritasi saluran pemafasan
7) atas
Ammonium klorida 10 20 53,50 Iritasi saluran pemafasan atas dan mata
(12125-02-9)
Ammonium perfluoro 0,0l;A3; 431,00 Kerusakan hati
oktanoat (3825-26-11 Kulit
Ammonium sulfamat 10 114,13
(7773-06-0)
Tersier amil metal 20 - 102,2 Gan°
bb0 uan syaraf pusat
eter
(TAME) - (994-05-8) Kerusakan embrio/ianin

* ..... Amosit Lihat asbestos


Anilin (62-53-3) 2·, - 93,12 MeHb-emia 7,6
A3;BEI; mg/m
Ku.lit 3
(PSD)

1488
*• ono- Anisidin (90- - 0,5; 123,15 MeHb-emia
04-0) A3;Kulit;

*• para-Anisidin (104-
BEIM
0,5; 123,15 McHb-emia
94-9) A4 ;
Kulit;
BEIM
Antimon dan 0,5 121,75 Iritasi salura.n perna.fasa.n atas dan kulit
perscnyawa.an
sebagai Sb (7440-36-
2)
* Sebagai Sb ANTU
(alfa na.ftil tiou rea)
0,3;
A4;
202,27 Efek tiroid, Mual

186-88-4) Kulit .
ANTU (86-88-4) 0,3; 202,27 Efek tiroid, Mual
A4;
Kulit
Antimoni Hidrida 0,1 124,78 Hernolisis, Kerusakan ginjal, Irita,si sa]uran
(7803-52-3) oernafasan bawah
Antimoni Trioksida (L); 291,5 Kanker paru, Pneumokoniosis
( 1309-64-4) A2

......
Argon (7440-37-1) Lihat A.oendix F 3 9,35 Asfiksia
Arsen dan 0,01; 74,92 Kanker paru
persenyawaan Al;BEI
■ anorganik sebagai As bcrvariasi
(7440-38-2)

•• Arsin (7784-42-1) 0,005 77,95 Gangguan syaraf Tepi dan pembuluh


darah, Gangguan lrinial dan hati
Asam Adipic (124- 5 146,14 Iritasi saluran perna.fasan atas; Kerusakan
04-9) syara.f otonom

1489
* Asam Akrilat (79-10- 2·' 5,9; 72,06 Iritasi saluran pernafasan atas
7) A4; A4;
Kulit Kulit
Asam asetat (64-19- 10 25 15 37 60 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata,

• 7) -,_ 3·'
Gangguan fungsi paru
Asam asetat l; 102,09 Iritasi saluran pernafasan atas & mata 5ppm
anhidrid (108-24-7) A4 A4 (TWA)
Asam asetil salisilat 5 180, 15 Iritasi kulit dan mata
(aspirin) - (50-78-2}
Asam formiat (64-18- 5 - 10 19 46,02 Iritasi saluran pernafasan atas, mata dan
6) kulit
Asam fosfat (7664- 1 3 98,00 Iritasi saluran pernafasan atas, Mata dan
38-2) kulit
Asam 2- 0,1; 0,44; - - 108,53 Kerusakan reproduksi pria
kloropropionat (598- Kulit Ku1it
78-7)
Asam kromat & 0,05; Lihat kromit sebagai Cr
kromit Al Kanker paru
Asam metakrilat (79- 20 70 86,09 Iritasi mata dan kulit
41-4)
Asam nitrat (7697- 2 5,2 4 10 63,02 Iritasi salura.n pernafasan atas & mata,
37-2) Erosi iriPi
Asam oksalat (144- 1 2 90,04 Iritasi saluran pernafasan atas & mata
62-7) (anhy)
126,00
(dihvl
Asam pikrat (88-89- 0,1 229,11 Dermatitis, iritasi mata, sensitif pada kulit
1)

1490
Asam propionat (79- iO 30 74,08 Iritasi saluran pernafasan atas, mata dan
09-4) kulit
Asam tereftali k (100- 10 166,13
21-0)
Asam trik.loro asetat 0,5; 163,39 Iritasi mata clan saluran pernafasan atas

• (76-03-9)
Asbestos semua
A3
0,1 Kankcr paru, Pneumokoniosis,
bentuk serat/ml; Mesotelioma
(1332-21-4) Al
■ Asbes biru
(crosidolit) dilarang
penggunaannya( sesu
ai peraturan yang
berlakul

•• Asetaldehid (75-07-
0)
T 25; A2 T 45;
A2 44,05
Iritasi mata dan saluran pernafasan atas

Asetilen (7 4-88-2) (c) Aspiksia 26,02 Asfiksia


Sederhana
Asetelin cliklorida 200 793 Lihat 1,2 dikloroetilen
Gan!!{!Uan svaraf pusat, Iritasi mata
A Aseton (67-64-1) 250; 1187,12; 500; 1780; 58,05 Iritasi mata dan saluran 500
A4;BEI A4;BEI A4;BEI ppm

• A4;BEI pernafasan atas, Gangguan syaraf pusat


(TWA)
750
ppm

• Aseton sianohidrin T 5; 85,10 Iritasi saluran pernafasan atas, sakit


(PSD
4.7
sebagai CN (75-88-5) Kulit kepala, hipoksia/ sianosis

1491
*• Asetonitril (75-05-8) 20; 33,95; 41,05 Iritasi saluran pemafasan bawah
A4; A4; Kulit
Kulit
Asetophenon (98-86- 10 49,14 120,15 Iritasi saluran pernafasan atas, Gangguan
2) svaraf pusac, KeguEturan
Aspal (bitumen) 0,5 {I); Iritasi mata dan saluran pernafasan atas
*• bentuk uap- sbg
aerosol terlarut
A4;
BEir
benzene [8052-12-4 l
* Atrasin {1912-24-9) 2 (I); 216,06 Gangguan hematologi, reproduksi dan efek 5

*• Azinfos - methyl (86-


50-0)
A3
0,2 (IFV);
A4;Kulit;
317,34
developmental
Penghambat kolinesterase

OSEN,
BEIA
Barium (7440-39-3) 0,5; 137,30 fritasi mata, kulit dan saluran pencernaan,
dan persenyawaa:n A4 pencemaan, Stimulasi otot
laiut sebagai Ba
Bai·ium sulfat (7727- 5 (I,E) 233,43 Pneu,-noconiosis 10
43-7)
* Benomil(l7804-35- 1 {I); 290,32 Iritasi saluran pernafasan atas, Gangguan
2) 1\.3, DSEN reproduksi pria & kerusakan saluran

• Benz (a) antrasen (L) 228,30


Testis. Kerusakan embrio/ianin
Kanker kulit
(56-55-3} A2,
BEIP

1492
••.l Bcnzcn (benzol) (71- I
43-2)
0,5;
Al;
2,5;
Al;
78,11 Leukimia

Kulit; Kulit;

• Benzo (b) fluoranten


BEl BEI
252,30 Kanker
(205-99-2) (L)
A2;

• Benzo (a) pyrene


BEl p
(L) 252,30 Kanker
(50-32-8) A2;
BEl p

Benzoil klorida T 0,5; A4 195,50 lritasi saluran pernafasan atas dan mat.a
(98-88-4)
Benzi] asetat ( 140- 10;A4 61; 150,18 Iritasi saluran pemafasan atas

• 11-4)
Benzidin (92-87 -5)
A4
Kanker kandung kemih
(L)
Kulit;

*• Benzil klorida ( 100-


44-7)
Al
I.,
A3
5,2;A.3 126,58 Iritasi saluran pernafasan atas, kulit dan
mata
* Benzoil peroksida 5;A4 242,22 Iritasi saluran pemafasan atas & kulit
{91-36-0)

• p- Benzoqinon
Berriliwn (7440-41-
0,1
0,00005;
108,09
9,01
Iritasi mata & kerusakan kulit
Sensitivitas Berilium, penyakit berilium 0,002
• 7}dan
Senyawaannya
Al;Kulit;
OSEN;
kronis (beriliosis)

RSEN
Bifenil (92-52-4) 0,2 1,3 154,20 Fungsi paru

1493
* Bismuth telluride iO;A4 800,83 Kerusakan paru -paru
undoped
(1304-82-10) 5;A4
sedoped
Borat, tetra, garam bervariasi Iritasi saluran pernafasan atas
sodium
(1330-96-4) Anhidrat 2 1
Dekahidrat 5
Pentahidrat 1
Boron oksida1003- 10 69,64 Iritasi saluran pernafasan atas & mata
86-2)
Boron tribromida 0.7 250,57 Iritasi saluran pernafasan atas; 1 ppm
(10294-33-4) Pneumonitis
Boron trilluorida 0,1 0,7 67,82 Iritasi saluran pernafasan bawah; 1 ppm
(7637-07-2) Pneumonitis
Brom (Bromine) 0,1 0,66 0,2 1,3 159,81 Iritasi saluran pemafasan atas & bawah;
(7726-95-61 Kerusakan fungsi paru
* Bromofrom (75-25-2) 0,5;A3 5,2;A3 252,73 Kerusakan hati; Iritasi saluran pernafasan
at.as& mat.a
* Bromasil(3 l 4-40-9) 10;A3 261,11 Efek tiroid

Bromoklorometan 200 129,39 Mengganggu sistem saraf pusat &


kerusakan hati
Brompentafluorida 0,1 0,72 174,92 Iritasi saluran pernafasan at.as; Mata&

•• (7789-30-2) kulit
1,3 Butadien(106- 2;A2 4,4;A2 54,09 Kanker
99-0)
But.an (106-97-8) 1000 Lihat gas-gas alifatik hidrokarbon; 800
Alkanas(C l -C4) ppm
(TWA)

1494
2 Butanon 200 300 72,10 Iritasi saluran pernafasan atas,
mengganggu sistem saraf pusat & sistem
saraf perifer
Butanetiol 0,5 90,19 Lihat butil merkaptan
Iritasi saluran pen1afasan atas
n-Butil alkohol (n- 20 lritasi mata & saJuran pernafasan atas T;50
butanol) p pm
(71-36-3)
*
(PSD)
n-Butil akrilat (141- 2·' l 28,17 Irita�i 10
32-2) DSEN;A4 pp m
(TWA)
.
n-Butil laktat (138- 5 30 146, 19 Sakil kepala, Iritasi saluran pernafasan
22-7) atas .
o-sek-Butil fenol (89- 5·, 31; 150,22 Sa.kit kepala, Iritasi mata & saluran
72-5) Kulit Kulit oernafasan atas
sek-Butil alkohol 100 303 74,12 Jritasi saluran pemaiasan alas, Gangguan
(sek butanol) (78-92- syaraf pusat
2 )-
tert Butil alkohol 100; 303; 74,12 Gangguan syaraf pusat
(tert-butanol) A4 A4
(75-65-0)
n-Butil amin (109- T 5; T 15; 73,14 Sa.kit kepala, Iritasi mata & saluran
73-9) Kulit oernafasan atas
*
Kulit
n-Butil asetat (123- 50 150 116,16 Iritasi mata & saluran pernaiasan atas
86-4)
sek-Butil asetat 50 150 116,16 Iritasi mata. & saluran pernafasan atas
(105-46-4)
tert-Butil asetat 50 150 116,16 Irita.Si mata & saJuran pernafasan atas
(540-88-5)

1495
* n-Butil glisidil eter 3;
Kulit;
DSEN T 130,2) Reproduksi, Sensitivitas 25
ppm
(TWA)

• IBGEH2426-08-6l
Butil merkaptan 0,5 1,8 90,19 Iritasi saluran pemafasan atas
(1 09-79-5)
p- tert- Butyl toluene 1 6, 1 148,18 Iritasi mata & saluran pernafasan atas,

• 198-51-ll Mual
2-Butoksi 20; ll8,l 7 Iritasi mata & saluran pemafasan atas 25
etanol( 111-76-2) A3; ppm
BEI (TWA)

* 2,4 - D - (dichloro 10 (I); 221,04


pheonoxy aceticacid) A4; Efek tiroid, Kerusa.kan ginjal
(94-75-71 Kulit
*• DDT (50-29-3) 354,50 Kerusa.kan hati
■ 1·'
A3

*A DDVP (Diklonros) 0,1 0,90; 220,g8 Penghambat kolinesterase


(62-73-7) (IFV);A4; A4;
Kulit; Kulit;
DSEN; DSEN;
BEIA BEIA
Debu biji-bijian 4 Bronchitis, Iritasi saluran pemafasan atas,
Genis Gandum, oat, Fungsi paru
barley)
Debu temba.kau 0,5; Lihat nikotin 3,5
Kulit Kerusakan saluran oencemaan, Gancouan mEl'/m

1496
syaraf pusat, Gangguan jantung 3
fTWAl
l
Dekaboran (17'702- 0,05; 0,15; 122,31 Konvulsi sistem sya.raf pusat, Penurunan 0,005
41-9) Kulit Kulit kesadaran ppm
(TWA)
A Demeton 0,05 258,34 Penghambat kolinesLerase 0,01
(IFV); ppm
Kulit; (TWA)
BEIA
D iatomaseoues Lihat siJika - amorf
Diboran (19287-45- 0,1 0,11 27,69 Iritasi saluran pernafasan atas, Sakit
-- 7) kcpala
1-2 Diaminoetan 10; Lihat etilen diamin
A4;
Kulit
Diaseton alkohol 50 238 116,16 Iritasi saluran pemafasan atas dan mata
(123-42-2)
*Ji. Diazinon (333-41-5) 0,01 304,36 Penghambat kolinesterase 0.1
(IFV); mg/m
3
A4;
Kulit;

*• Diazometan (334-88- 0,2;


A2
BEIA

0,34;
42,04
Iritasi saluran pernafasan atas dan mata
3)
A2
1,2 Dibrometan Lihat etilen dibromida
Kulit; A3
2-n-Dibutil amino 0,5; 3,5; 173,29 Jritasi saluran pernafasan atas & mata
etanol Kulit; Kulit;
(102-81-81 BEIA BEIA

1497
Dibutil fenil fosfat 0,3; 3,5; 286,26 Penghambat kolinesterase
(2528-36-1) Kulit; Kulit;
BEIA BElA
Dibutil fosfat (107- 5 (IFV); 210,21 Iritasj saluran pemafasan atas, mata dan 1 ppm
66-4) Kulit kandung kemih (TWA)
Dibutil ftalat (84-74- 5 278,34 Kerusakan testis; Iritasi saluran

*• 2} oernafasan atas dan mata


Dieldrin (60-57-1) 0,1 (IFV); 380,93 Kerusaka_'1 hati, Efek reproduksi, 0.25
A3; Kulit Gangguan syaraf pusat mg/m

Dietanol amine (111- 1 (IFV); 105,14 Kerusakan hati & ginjal 0.46
42-2) Kulit; ppm
A3 (TWA)
Dietil amine (109-89- C:.>
v 15; 15; 45; 73,14 Iritasi saluran pemafasan atas mata dan
7) A4; A4; A4; A4; kulit
Kulit Kulit Kulit Kulit
2-Dietil amino etanol 2; 9,6; 117,19 Iritasi saluran pernafasan atas; Konvulsi
(100-37-8) Kulit Kulit sistem saraf pusat
Dietil eter 400 500 Lihat etil eter
Gangguan syaraJ pusat, Tritasi saluran
oernafasan atas
Dietil keton(96-22-0) 200 705 300 86,13 Iritasi saluran pemafasan atas, Gangguan
svaraf pusat
Dietil ftalat (84-66- 5: 222,23 lritasi saluran pemafasan atas
22) A4
Dietil triamin ( 111- 1·' 4,2; 103,17 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata
40-0l Kulit Kulit
Di (2-etil hexil) ftalat 5·' 390,54 Lihat di-sek-oktil ftalat
A3 Iritasi saluran pemafasan bawah

1498
·-
Difcnil, (Bifenil) 0,2 - Lihat bifenil Fungsi paru
* Difcnil amin ( 122- 10; Kerusakan hati & ginjal, efek hemalologi
39-4) A4
Difcnil metan di- 0,005 Lihat Metilen bisfenil lsosianat Sensitivitas
isosianat ,. _p�rnafasan
Difluoro dibromo 100 858 209,83 fritm,i saluran pernafasan atas, Gangguan

*• metan (75-61-6)
Diglisidil eter (DGE) 130,14
svnrnf pusat, Kerusakan hali
fritasi mata & kulit, Gangguan reproduksi
pria
(2238-07-5) 0,01; 0,53;
A4 A4
Dihidroksi benzen 1·' 110, 11 Lihat hidroquinon
A3; Iritasi mata, Kerusakan mata
DSEN
Diisobutil kelon(l08- 25 145 142,23 lritasi saluran pernafasan atas dan mata
83-8)
Diisopropil amin S·
I 21; 101,19 Iiitasi saluran pemafasan atas, Kerusakan
(108-18-9) Kulit Kulit mata
■ Dikloro asetilcn T 0,39; 94,93 Mual, Gangguan syaraf tepi
(7572-29-4) T 0, l; A3

* o-Diklorobenzen (95- 25; 150;


A3
50; 147,01 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata,
Kerusakan hati
50-4) A4 A4 A4 301;

••
A4
p- Diklorobenzen 147,01 lritasi mata, Kerusakan ginjal
■ (106-46-7) 10; 60;

* 3,3 - Diklorobenzidin
A3 A3
253,13
Kulit; A3
(91-94-1) (L)
Kanker kandune: kemih. Iritasi mata
1,4 - Dikloro-2 buten 0,005; 0.025: 124.99 Iritasi mata dan saluran pernafasan atas

1499
(764-41-0) A2; A2·,
Kulit Kulit --
1,2 - Dikloro etilcn 200 793 96,95 Oangguan syaraf pusat, fritasi mata
(540-59-0) .
1,2 - Dikloro propan 10; 112,99 Lihat Propilen diklorida
A 4; Iritasi saluran pemafasan at.as, Efek bernt
OSEN badan
2,2 - Dikloro 5 ([); 143,00 Iritasi saluran pernafasan atas dan mat.a 1 ppm
propionik asid A4 TWA}
(75-99-0)

Dikloro 1000; 120,91 Sensitisasi jantung
difluorometan (75- 4950;
71-8) A4
* 1, 1 - Dikloroetan 100; 98,97 Tritasi saluran pernafasan atas dan mata,
(75-34-3) A4 405; Kerusakan hati dan ginjal
A4
1,2 - Dikloroetan 10; 98,96 Lihat etilen diklorida
A4 Kerusakan hali, Mual
1, 1 - Dikloroetilcn 5; 96,95 Lihat vinilidin klorida
Kerusakan hati dan ginial
*•
A4
Dikloroetil eter (111- S·' 29; 10; 58; 143,02 Iritasi mata dan saluran pemafasan atas,
44-4) A4; A4; A4; A4; Mual
Kul.it Kulit Kulit Kulit
* Dikrotofos ( 141-66- 0,05 237,21 Penghambat kolinesterase 0,25
mg/m
2) (IFV);
3
A4;
Kulit; (TWA)
BEIA
Diklorofluorometan 10 42 102,92 Kerusakan hati
(75-43-4)

1500
Diklorometan 50; 84,93 L.ihat metilen klorida
A3; COHb-emia, Gangguan syaraf pusat
BEi
1,3 - Dikloro - 5,5 0,2 0,4 197,03 Iritasi saluran pernafasan atas
dimetil hidantion
(118-55-5)
1, 1 - Dikloro 1-nitro 2 12 143,96 Iritasi saluran pernafa.san atas

*• etan (594-72-9}
1,3 - Dikloropropen 1·' 4,5 ;
A3;
110,98 Kerusakan ginjal
(542-75-6) A3;
Kulit
*
Kulit
Dik!orotetrafluoroeta 1000; 6990; 170,93 Fungsi pa1u
n A4 A4
(76-14-2)
*""- Dikiorvos, OOVP (62- 0, 1 (IFV); 220,98 Penghambat kolinestrase 0,90
73-7) A4;BEIA,K mg/m
ulit; 3
OSEN
* Dimetil amin (124-4- 9,2; 15; 27,6; 45,08 lritasi saluran pernafasan Atas dan saluran
30) 5·' A4; A4; A4; pencernaan
A4; OSEN OSEN OSEN
OSEN
Dimetil aminobenzen 0,5 (IFV); 121,18 Lihat Xylidin
A 3; Kerusakan hati, MeHb-emia
Kulit;
BEIM
* A. Oimetil anilin (121- 5·' 25; 10; 50; 121,18 MeHb-emia
69-7) A4; A4; A4; A4;
Kulit; Kulit;BEI Kulit;BEIM Kulit;BEI
BEIM M M

1501
*.&. N,N - Dimetil 10; 36; 87,12 Kerusakan hati dan embrio/janin
asetamid ( 127-19-5) A4; A 4;
Kulit; Kulit;
BEI BEI
Dimetil benzen 100; 150; 106, 16 Lihat Xilen
A4; A4; Iritasi saJuran. pernafasan atas dan mata,
BEI BET Gans:rs:ruan syaraf ptlsal
Dimetil 1,2-dibromo- 0, 1 (IFV); 380,79 Lihat Naled
2,2 dikloretil fosfat Kulit; Penghambat kolinesterase
DSEN;
A4 ;
BETA
* Dimetil etoksi silane 0,5 2,1 1,5 6,4 104,20 Iritasi saJuran pernafasan atas dan mata,
(14857-34-2) Sakit kepala
*.&. Dimetil formamid 10;A4;Ku 30;A4; 73,09 Kerusakan hati A4
(68-12-2) lit; Kulit;BEI
BEI
Dimetil flatlat (131- 5 194,19 Iritasi mata; Saluran pemafasan atas
11-3)
2,6 Dimetil 4 Lihat Diisoqutil keton

•• heptanon
1, 1-Dimetil hidrazin 0,01; 0,025;
A3;
60,12 Iritasi SaJuran pernafasan atas; Kanker
nasaJ/hidung A3
(57-14-7)
Kulit
A3;

■ Dimetil karbomil
Kulit
0,005;A2;
Kulit
107,54 Kanker nasa/hidungl; Iritasi saJuran
oemafasan atas A2
klorida (79-44-71
Dimetil nitroso amin Lihat N-Nitroso dimetil amin

1502
*Ii Dimetil sulfat (77- 0, 1; 0,52;A3; 126,10 lritasi mata dan kulit
78-1) A3; Kulit
Kulit
Dirnetoksimetan Lihat MetiJal
..._ Dinitro bcnzcn, 0,15; i,O; 168, 1 1 Kerusakan mata; MeHb-emia Tidak
semua isomer (99- Kulit; Ku]it; ada
65-0; 100-25-4;528- BETM BEh1 notasi
29-0;25154-54-5)
Dinitro - o - kresol, 0,2; 198, 13 Metabolisme
DNOC Kulit
(534-52-1) basal
* Dinitolmid (148-01- 5;A4
6)
3,5 - Dinitro-o- 198,13 Lihat Dinitolmid;
toluamid
l;A4 Kerusakan hati
I. Dinitro toluen 0,2;A3; 182,15 Ke1usakan. jantung; Efek reproduksi 0,15;A

•• (25321-14-6) Kulit;BEh1 2

• 1,4-Dioksan (123-
91-1)
20;A3;
Kulit
90;A3;
Kulit
88,10 Kerusakan hati

*• Dioksation (78-34-2) 0,1


(IFV);A4;
456,54 Penghambat kolinesterase 0,2
mg/m
Kulit;BEh, 3 ;A4

Dipropil keton ( 123- 50 233 142,23 Iritasi saluran pernafasan atas


19-3)

1503
..
Dipropilen glikol 100 606 150 909 Ku lit
metal
metil eter (34590-94-
8)
* Diquat (2764-72-9) 0 ' 5 (I)·' A4·' Bervariasi Tritasi saluran
Kulit
0,1 (R); pernafasan bawah; Katarnk
A4;

*• Di - sek, oktil ftalat


Kulit
5;A3 10
(117-81-7)
Disiklopentadin (77- 5 27 132,21 Iritasi mata, saluran pernafasan atas dan
73-6) bawah
Disiklopen Ladienil 10 186,03 Kerusakan hati
iron (102-54-5)
Oisiston,d isulfoton, t 0,05 (IFV); 274,38 Penghambat Cholinesterase Tidak
hiodemet on (289- Kulit;A4; ada
04-04) BEIA notasi
k Disulfiraro (97-77-8) 2;A4 296,52 Vasodilatasi; Mual

* 2,6 - Di-tert-butil-p- 10;A4


kresol
(128-37-0}
* Diuron (330-54-1l 10:A4 233.10 ritasi saluran oemafasan atas
Divinil benzen (1321- 10 53 130,19 Iritasi Saluran pcrnafasan atas
74-0)

* Emery(] 302-74-5)
Endosulfan,
10 lel
0,1 406,95 Iritasi saluran pernafasan atas; Kerusakan
benzoepin (115-29-7) (IFV);A4; hati dan ginjal
Kulit

1504
* Endrin (72-20-8) 0,l;A4; 380,93 Kerusakan hati, Gangguan syaraf pusat, Tidak
Kulit sakit kepala ada
notasi

*• Enfluran ( 13838-16- 75;A4 566;A4 184,50 Kerusakan syaraf pll.sat, ken1sakan Tidak
9) jantung ada
notasi

Enzim 0,00006 Asma; Iritasi kulit, Saluran pernapasan

•II Epiklorhjdrin {106- 0,5;A3; 92,53


atas dan bawah
lrilasi saluran. pe1nafasan atas, gangguan
89-8) Kulit reproduksi pria Tidak
iada
inotasi

*• EPN (2104-64-5} 0,1 (I); A4;


Kulit; BEJA
323,31 Penghambat kolinesterase Tidak
ada
notasi
1.2 Eooksiorooan 2 lritasi mata dan saluran oernaoasan atas
2,3 Epoksi- 1- 2 74.08 lritasi saluran pernapasan atas, mata, dan
orooanol kulit
Etan Lihat Apendix F 30,07 Asfiksia 1000
(74-84-0\
Etantiol 0,5 62,13 Iritasi saluran pernapasan atas, kerusakan
saraf ousat
Etanolamin (141-43- 3 6 61,08 Iritasi mata, kulit

•• 5)
Etil akrilat { 140-88- S·A4
I 15;A4 100,11 Iritasi saluran pemapasan atas, mata, dan
pencernaan, Gangguan sistem syaraf
5)
nusat. Sensitifitas kulit

1505
* Etil alkohol (etanol) 1000;A3 46,07 Iritasi saluran pemafasan atas 1000
{64-17-5) ppm
(TWA)

Etil amin 5; 15; 45,08 Iritasi saluran pernafasan atas


(75-04-7) Kulit Kulit
* Etil asetat ( 141-78-6) 400 88,10 Iritasi saluran pernapasan atas dan mata

� Etil benzene (100- 20; A3; 106,16 Iritasi saluran pernapasan atas, Kerusakan 100
41-4) BEI ginjal (neuropthy), Gangguan cochlear ppm
(TWAI
Etil bromide (74-96- 5;A3; 108,98 Kerusakan bati, Gangg,uan syaraf pusat
4) Kulil -
Etil butil keton 50 75 114, 19 Gangguan syaraf pusat, Iritasi mata dan
(] 06-35-4) kulit
.... Etion (563-12-2) 0,05 384,48 Penghan1bat kolinesterase 0,4
mg/m
(IFV);
Kulit; A4 3

BEIA (TWA)
Etil klorida (75-00-3) 100;A3 64,52 Kerusakan hati
Ku lit
Etil eter 400 500 74,12 Gan�cruan syaraf pusat, Iritasi saluran
(60-29-71 pernafasan atas
Etil format (109-94- 100;A4 74,08 lritasi salura.n pernapa:san atas 100
4) ppm


tTWAl
Etil merkaptan (75- 0,5 62,13 Iritasi saluran pernapasan atas dan mata,
08-1) Gani:ri;,-uan svaraf pusat
Etil silikat (78-10-4) 10 208,30 Iritasi saluran pernapasan atas dan mata,
kerusakan einial

1506
* Etilen 20;A4 28,05 Asfiksia Tidak
(74-85-1) ada

* Etilen diamin(l07- 10; 60,10


notasi
Tidak
15-3) A 4; ada

*• Kulit notasi
Etilen dibromida 187,88 Kulit; A3

*•

/106-93-41
Etilen dikloJida ( 107 - 10; 98,96 Kerusakan hati dan mual Tidak
ada
06-2) A4
notasi
Etilen glikol aerosol 100 62,07 Iritasi saluran pernapasan atas dan mata Tidak
(107-21-1) (H);A4 ada
notasi
Etilen glikol dinitrat 0,05; 152,06 Pelebaran pembuluh darah ; Pusing Tidak
dan/atau Kulit ada
Nitrogliserin (628- notasi

*• 96-6)
Etilen iinin ( 151-56- 0,05; 0,l;A3; 43,08 Iritasi saluran pernapasan atas; Kerusakan

• 4) A 3;
Kulit
Kulit hati dan ginjal pernapasan atas;

* Etilen klorohidrin 1 80,52 Gangguan syaraf pusa1t; Kerusakan hati

•• (107-07-3) dan ginial


Etilen oksida (75-21- l;A2 44,05 Kanker; Gangguan syaraf pusat
8)
Etilidin klorida 100 98,97 Iritasi saluran pernapasan atas dan mata ;
Kerusakan hati dan g:injal
Etilidin norbormen 2 4 120,19 Iritasi saluran pemapasan atas dan mata 5ppm
(16219-75-3) (PSDl

1507
n-Etilmorfolin (100- 5·' 115,18 Iritasi saluran pernapasan atas dan
74-31 Kulit kerusakan mata
Etil-amil keton (541- 10 128,21 Neurotoksik 25
85-5) opm
TWA)
Ae 2-etoksi etanol (110- 5·, 18; 90,12 Gangguan reproduksi pria dan Kerusakan
80-5) Kulit; Kulit;BEI embrio/janin I
.... 2-etoksi etil asetat
(111-15-
BEI
5·'
Ku lit;
' '
27·Kulit·
BEi
132,16 Gangguan reproduksi pria

BE[
91
*A Fenamifos (22224- 0,05 0, l;Kulit; 303,40 Penghambat kolinestet'ase Tidak
92-6) (IFV); A4; ada
Kulit; BEIA notasi
A4;
BEfA
Fenasil klorida 0,05; 154,59 Lihat Klaroasetofenon
A4 Iritasi mata, saluran pemafasan atas dan

*• n-fenil beta neptalin 219,29


kulit
A4; Kanker
(135-88-6) { L)
* o-fenilen diamin 0, l; 108,05 Anemia Tidak
(95-54-5) A3 ada
notasi
* m-fenilen diamin 0, I; 108,5 Kerusakan hati; Iritasi kulit Tidak
(108-45-2) A4 ada
notasi

1508
--
* p-Fcnilen diamin
(106-50-3)
0, i;A4 108,5 lritasi saluran pernapasan atas dan
sensitifitas kulit l
Fenil etcr (101-84-8) 1 2 170,20 Iritasi saluran pernapasan atas dan mata;
Mual
Fenil etilen '.20 40 104,16 Kerusakan sistem saraf, iritasi saJuran
pcmapasan atas, ncuropati perifer
Fenilfosfin (638-21- 0,05 110,10 Dermatitis, gangguan hematologi,
ll kerusakan testis
■ Fenil glisidil eter 0,1; 150, 17 Kerusakan testis Tidak:
(FGE) (122-60-1) Kulit; ada
A3; notasi

*•■ Fenil hidrazin (100-


DSEN
0,1; 108, 14 Anemia; Iritasi saluran pen1afasan atas
Tidak
63-0) Ku1it; dan kulit
A3 iada
111.otasi

• Fenil rnerkaptan 0,1; 110,18 Gangguan syaraf pusat, Iritasi mata dan

*• (108-98-5) Kulit kulit


Fenol (108-95-2) 5;A4; 94,11 Iritasj saluran pen1apasan atas; Kerusakan Tidak
Ku lit; paru dan Gangguan sistem syaraf pusat ada
BEi notasi
Fenotioazin (92-84-2) 5·' 199,26 Reaksi fotosensitivitas mata; Iritasi kulit

*•
Kulit
Fensulfothion( 115- 0,01 (IFV); 308,35 Penghambat kolinesterase Tidak
90-2) ' '
Ku1it·A4· ada

*• BEIA notasi
Fention (55-38-9) 0,05 278,34 Penghambat kolinesterase Tidak
(IFV);Kulit; ada
A4: BEIA notasi

1509
* Ferbam (14484-64-1) 5 (I);A4 416,50 Gangguan syaraf pusaL; Efek berat badan; Tidak
Ken1sakan limpa ada
notasi

Fero vanadium 1 3 - Iritasi mata, saluran perna!=)asan atas dan


! J 2604-58-91 bawah
Ferum (iron) sebagai 1 Bervariasi lritasi saluran pernapasan atas clan kulit
Fe
* Ferum oksida 5 Pneumoconiosis
sebagai Fe (R); 159,70
(1309-37-1) A4
Ferum penta 0, l 0,2 195,90 Pembengkan paru; Gangguan syaraf pusat
karbonilsebagaiFe

*"' (13463-40-6}
Fluorida sebagai F 2,5;A4;
BEI
Bervariasi Kerusakan tulang dan fluorosis Tidak
ada


notasi
Fluorin (fluor) (7782- 1 2 38,00 lritasi saluran pemapasan atas, mata dan
41-4) kulit
Fluorotriklorometan 1000 137.38 Sensitifitas jantung
*& Fonofos (944-22-9) 0,1 (IFV); 246,32 Penghambac kolinesterase 0,01
Kulit;A4; mg/m
BEJA 3
(TWA),
Tidak
ada
notasi
Forat (298-02-2) 0,05 0,2 Ku]it

1510
•• �'orm aldehid (50-00- (0,3;A2;
DSEN,R
30,03 lritasi saluran pernapasan atas dan mata Tidak
ada
-
0)
SEN) notasi

Formamid(75-12-7) 10; 45,04 lritasi mata dan kulit; Kerusakan ginjal


Kulit dan hati
r'osdrin 0,01 '224,16 Penllha:mbat kolinesterase
Fosfin (7803-51-2) 0,3 1 34,00 lritasi saJuran pernapasan atas dan
saJuran pencernaan; S:akit kepala;
GanPPuan syaraf ousat

Fosfor kuning (7723- 0,1 lrita.si saJuran pernafasan atas, bawah dan
14-0) nencernaan, Kerusakan hati
Fosfor oksiklorida 0,1 153,35 Iritasi saluran pernapa8an atas
r 1002s-s1 -31
Fosfor pentaklorida 0,1 208,24 Irita.Si saJuran pemapasan atas dan mata
(10026-13-8)
Fosfor pcntasulfida 1 3 222,29 Iritasi saluran pernapasa:n atas
(1314-80-31
Fosfor triklorida 0,2 0,5 137,35 Iritasi saluran pemasan atas, mata, dan
[7719-12-21 kulit
Fosgen (75-44-5) 0,1 98,92 Iritasi saluran pernapasan atas;
PembenQ°kakan oaru, Ernfisema oaru
* Ftalik anhidrida (85- (1; 148,11 Iritasi saluran pemapasan at.as, mata dan Tidak
44-9) OSEN; kulit ada
RSEN) notasi

m-Ftalodinitril (626- 5 (IFV) 128,14 Iritasi mata dan saluran pernapasan atas

*• 17-5)
Furfural
(98-01-1)
, '
(2·A3·
Kulit;
96,08 Iritasi saluran pernapasan atas dan mata Tidak
ada

1511
BE!) notasi
Furfuril alkohol (98- (1 0; (15; 98,10 Iritasi saluran pernapasan atas dan mata

*•

00-0)
Gasolin (8006-61-9)
Kulitl
300;A3
Kulit\
500;A3 Bervariasi Iritasi saluran pernapasan atas dan mata;
Kerusakan syaraf pusat

Gelas serat atau Lihat fibrous gelas, debu


debu
Germanium 0,2 76,63 Efek hematologi
tetrahidrida
(7782-65-2)
Gips 10 136,14 Gangguan penciuman
Glikol monoetil eter 5 90,12 Kerusakan reproduksi pria ; Kerusakan
ianin
Gliserin, mist (56- 10 92,09 Iritasi saluran pernapasan atas
81-5)
Glutaraldehid ( 111- 0,05; 100,11 Iritasi saluran pernapasan atas, kulit, dan Tidak
30-8) OSEN; mata; Gangguan Syaraf pusat ada
RSEN;A4 notasi
* Glisidol (556-52-5 74,08 Iritasi saluran pemapasan atas, mata dan
2·' kulit
A3
Grafit (7782-42-5) 2 (RI Radang paru-paru
Hafnium (7440-58-6) 0,5 178,49 Iritasi saluran pernapasan atas dan mata;

*•
Kerusakan hati
Halotan (151-67-7) S0;A4 197,39 Kerusakan hati; Gangguan syaraf pusat;
Pelebaran pembuluh da rah
Heksafluoro aseton 0, 1; 0,68; 166,02 Kerusakan testis dan ginjal
(684-16-2) Kulit Kulit

1512
*• Heksakloroetan (67- l;
A3;
236,74 Kerusakan hali <lan ginj al
72-1)
Kulit
Heksakloronaftalen 0,2; 33'1,.,74 Kerusakan hati; jerawatan
(1335-87-1} Kulit
■ Heksaklorobenzen 0,002; 284,78 Efek porphyrin;
(118-74-1) A3;
Kulit
Kerusakan kulil; Gangguan svaraf ousat
� Heksaklorohutadin 0,02; 260,76 Kerusakan ginjal
(87-68-3) A3;

*
Kulit
Heksaklorosiklopent 0,01; 272,75 Iritasi saluran pcmapasan atas
adien A4

• (77-74-4)
n-Heksan (110-54-3) 86,18 Gangguan syaraf pusat; Iritasi saluran
pemapasan atas dan mata
-

isomer-isomer lain 500 1000


Heksarnetilen 0,005 168,22 Iritasi saluran
diisosianat

*• (822-06-0\
Heksametil 179,20
oernapasan atas; Sensitivitas oernafasan
A3; Kulit; Kanker saluran pemapasan atas
fosforamid (680-31-
9}
1,6 Heksandiamin 0,5 116,21 Iritasi saluran pemapasan atas dan kulit
(124-09-4)
Hekson 20 75 100,16 lritasi saluran pernapasan atas, pusing
dan sakit kepala

1513
2-Heksanon i 100,16
Lihat metil n- butil kelon
Kerusakan testis, Neuropaty syaraf tepi
5; 10;
Kulil, Kulit;
BEi BEi
Sek-Heksil asetat 50 295 144,21 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata
(108-84-9}
Heksilen glikul { 107 - T 25 T 121 118,17 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata
41-5)
Helium (7400-59- 7) Lihat Appendix 4,00
F
Heptaklor {76-44-8) 0,05; 373,32 Kerusakan hali
dan A3;
Kulit -
heptaklorepoksida
(1024-57-
3) 389.40
Heptan (142-82-5) 400 1640 500 2050 100,20 Gangguan syaraf pusat, Iritasi saJuran
oernafasan atas
2- Heotanon Lihat metil n- a.mil keton
3-Heptanon Lihat etil butvl keton

■ Herbisida Crag
Hidrazin (302-01- 2) 0,01; 0,013A3 32,05 Kanker saluran pemafasan atas

A3;
Kulit
Hidrogen (1333-74- Lihat Apendix F 1,01 Asfiksia
0)
Hidrogen bromida T2 80,92 Iritasi saluran pernafasan atas T3
(10035-10-6) oom
Hidrogen fluoride, Q.5; T 2: 20,01 Iritasi saluran pernafasan atas. bawah.

1514
sebagai F BEI; BEI;Kulit kulit dan mata, Fluorosis

(7664-39-3)
Kulit -
Hidrogen klorida T2; 36,47 Iritasi salura.., pemafasan atas
(7647-01-0) A4

Hidrogen sulfida 1 5 34,08 Iritasi saluran pernafasan atas, Gangguan


(7783-06-4) svaraf pusat
Hidrogen selenida 0,05 80,98 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata,
(7783-07-Sl Mual
Hydrogen sianida
dan
garam-garam sianid.a
sbg
CN lritasi saluran pernafasan atas, Sakit
kepala, Mual, Efek tiroid
Hidrogen sianida T 4,7; 27,03
Kulit
(74-90-8)
Gara m-garam TS; bervariasi
sianida
(592-01-8'· 151-50-8 '·
143-33-9}
Hidrogenated terfenil 0,5 4, 9 241,00 Ken1sakan hati
(61788-32-71
4-Hidroksi-4metil -2- 50 Lihat diaceton alkohol Iritasi saluran
oentanon oemafasan atas dan mata
2- Hidroksipropil 0,5; 2,8; 130,14 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata Tidak
akrilat (999-61-1) Kulit; Kulit; ada

1515
*• Hidroquinon (123-
DSEN OSEN
l;A3; 110,11
Iritasi mata, Kerusakan mata
notasi

2
31-9) DSEN
lmg/m3
T\VA)
* Hidrogen peroksida l;i\3 l,4;A3 34,02
(7722-84-1) Iritasi mata, saluran pernafasan atas, dan
kulit
Inden {95-13-6) 5 116,15 Kerusakan hati 10
opm
TWA)
Indium dan 0,1 49,00 Pembengkakan paru, Pneumonitis, Erosi
gigi, Malaise
persenyawaannya
sebagai
In (7440-74-61
Iodine (7553-56-2) 0,01 T 0, l(V); 126,91 Hipotiroid, Iritasi saluran pernafasan atas
(IFV); A4 A4
Iodoform (75-47-8) (0,61 10 393,78 GanPPnan syaraf pusat
Isoamil alkohol ( 123- 100 361 125 452 88,15 Iritasi rnata dan saluran pemafasan atas
51-3)
Isoamil asetat ( 123- 100 532
92-2)
Isobutil alkohol (78- 50 152 74,12 Iritasi rnata dan kulit
83-1)
Isobutil asetat (110- 150 713 116,16
19-0)
lsoforon (78-59-1 l T 5, T 28, 138,21 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata,
A3 A3 GanP-l>"l1an svaraf pusat, Kelelahan, Malaise

1516
JsooktiJ alkohol 50; 266; 130,23 Iritasi saluran pernafasan alas
(26952-21-6) Ku lit Kulit
Isoforon diisosianat 0,005 0,045 222,30 Sensitivitas pernafasan
(4098-71-9)
Isopropoksi etanol 25; 106; 104, LS Efek hematologi
(109-591) Kulit Kulit
Isopropil alkohol (6 7- 400 ()83 500 1230
63-01
Isopropil amin (75- 5 12 10 24 59,08 Iritasi saluran pernafasan atas, Kerusakan
31-0) mata
N-Isopropil 2·' 11; 135,21 MeHb-emia
anilin768-52-5) Kulit; Kulit;
BEIM BE[M
[sopropil asetat (108- 100 200 102,13 Iritasi saluran pernafasan atas, Gangguan 250
21-4) syaraf pusat opm
TWA)
310
ppm
KTDl
Isopropil eter (108- 250 1040 310 1300 102,17 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata

• 20-3)
Isopropil glisidil eter 50 238 75 356 116,18
Iritasi saluran pemafasan atas dan mata,
(4016-14-2)

.....
Dermatitis
Kadmium, logarn 0,01; A2; 112,40

■ dan
persenyawaannya
BEl
0,002 bervariasi Kerusakan ginjal
sebagai
Cd (7440-43-9) (R);
A2;BEI

1517
Kalsium hidroksida 5 74,10 Iritasi saluran pemafasan alas, cnata dan
(1305-62-0l kulit
Kalsium karbonat 10 (e)
(1317-65-
3)
■ Kalsiurn kromat 0,001;A2 156,09 Kanker paru
(13765-19-
0), sebagai Cr
Kalsium oksida 2 56,08 Iritasi saluran pemafasao at.as
( l 305-78-81
* Kalsium sianamida 0,5;A4 80, 11
(156-62-71 Iritasi saluran pernafasan atas dan mat.a
* Kalsium silikat 1 (I,E); - Pneumonconiosis, Gangguan fungsi paru 10
( 1344-95-2) A4 rng/m3
TWA);
.\4

Kalsium sulfat 10 {I) 136, 14 Nasal simptom


(7778 -18-91
* Kamfer, sintetis (76- 2;A4 12;A4 3;A4 19;A4 152,23 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata,
22-2) Anosmia
* Kaolin (1332-58-7) -
2 (E,R); Pneumoconiosis
A4
Kapas (dcbu katun) 0, 1 (T); Bronchitid, Gannguan fungsi paru, 0,2
A4 Byssinosis m g/m3
TWA)

Kaprolaktam ( 105- 5 (IFV); 113,16 Iritasi saluran pemafasan atas


60-2) A5

1518
* Debu
l;A4 3;A4
*•
Uap

S;A4 23;A4 10;A4 46;A4

*• Kaptafol (2425-06-1) (0, l;A4; 394,06 Iritasi kulit

*• Kaptan
Ku lit)
5 (f),A3;
OSEN
300,60 Iritasi kulit

*
(133-06-2)
Karbaril 0,5 201,20 Penghambat kolinesterase, Gangguan 5
(63-25-22) (IFV);A4; reproduksi pria dan Kerusakan embrio mg/m3
Kulit; TWA)

*
BEIA
Karbofuran (1563- 0,1 221,30
66-2) (IFV);A4; Penghambat kolinesterase

*•
BETA
Karbon hitam (1333- 3 (I);A3 - Bronchitis 3,5
86-4) lmg/m3
TWA);
/\.4

....
Karbon dioksida 5000 9000 30.000 54.000 44,01 Asfiksia
(124-38-91
Karbon disulfida (75- 10 31 76,14 COHb-emia
15-0)
A Karbon monoksida 25; 29; 28,01 Reproduksi
(630-08-0) BEI BEI

Karbon tetrabromida 0,1 1,4 0,3 4,1 331,65 Kerusakan hati, Iritasi mata, kulit dan
(558-13-41 saluran oernafasan atas

1519
i *•II Karban tetraklorida 5;A2;
Kulit
3 i;A2;
Kulit
i0;A2;
Kulit
63;A2;
Kulit
153,84 Kerusakan hati
(56-23-5}

Karbonil klorida 0, 1 98,92 Lihat Fosgen


Iritasi saluran pernafasan atas,
Pembengkakan paru, Emfisema oaru
Karbonil Fluorida 2 5,4 5 13 66,01 Iritasi saluran pernafasan bawah,
(353-S0-41 Kerusakan tulang
* Katekol (] 20-80-9} 5;A3; 23;A3; 110,11 Iritasi mata dan saluran pernafasan atas,

*•
Kulit Kulit Dermatitis
Kayu, debu l;Al Kayu-kayu keras
N/A
tertentu seperti kayu beech dan oak

Kayu-kayu lunak 5 10 Asma, Gangguan fungsi paru, Iritasi


saluran pemafasan atas dan bawah
Ketena (463-51-4} 0,5 0,86 1,5 2,6 Iritasi saluran pernafasan atas,

*•*
Pembengkakan oaru
Klorin (7782-50-5) 0,5; 1,5;A4 l;A4 2,9;A4 70,19 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata
A.4
o-Klorinated difenil 0,5 377,00 Kerusakan hati, Chloracne
oksida

*•

(31242-93-0)
Klorinated kamfen 0,5;A3;
Kulit
l;A3;
Kulit
414,00 Gangguan syaraf pusat, Kerusakan hati
(8001-35-2)

Klarin dioksida 0,1 0,28 0,3 0,83 67,46 Iritasi saluran pernafasan bawah,
(10049-04-4) Bronchitis
Klarin trifluorida T 0,1 T 0,38 92,46 Iritasi saluran pernafasan atas, Kerusakan
(7790-91-21 oaru

1520
*• Klordane, Chlordane 0,5;
409,80
Kerusakan hati
(57-74-9) A3;
Kulit
Kloroasetaldehid T 1 T 3,2 78,50 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata
(107-20-0l
Kloro aseton (78-95- T 1; T 3,8; 92,53 Iritasi saluran pernafasan atas d.Hn mata
2) Kulit Kulit
Kloro asetil klorida 0,05; 0,23; 0,15; 0,69; 112,95 Trita�i saluran pernafasan alas
(79-04-9) Kulit Kulit Kulit Kulit
* 2-Kloroaseto fenon 0,05; A4 0,32; 154,59
(532-27-4) A4 Iritasi mata, saluran pcrnafasan atas dan
kulit
*A Klorobenzen (108- 10; 46; 112,56 Kerusakan hati
90-7) A3; A3 ;
BEJ BEi
* o-Klorobenzildin T T 188,62 lritasi saluran pemafasan atas, Sensitisasi
malononitril kulit
(2698-41-1) 0,05; 0,39;
A4; A4;
Kulit Kulit
Klorobromometan 200 1060 129,39 Gangguan syaraf pusat, Kerusakan hati
(74-97-5)
2-Kloro-1,3 butadien (10; (36; Lihat B. Kloropen
Iritasi saluran pernafasan atas dan mata
*
Kulit) Kulit)
Klorodifluorometan 1000; 3540; 86,47
(75-45-6) A4 Gangguan syaraf pusat, Asfiksia,
Sensitisasi j antung
A4

1521
•• Klorodifenil (53469- 1.
Kulit
266,50 Kerusakan hati, Irilasi mata, Chloracne Tidak
ada
21-9)
(42% klorin) notasi

*• Klorodifenil ( 11097- 0,5;


A3;
328,40 lrit::lsi saluran pernafasan atas, Kerusakan 0,5
hati, Chloracne mg/m
69-4)
(�4°/41 klorin) K1..1lit 3
(TWA),


A4

1-Klor 2,3 0,5; 92,53 Lihat Epiklorohidrin


epoksipropen A3; Iritasi saluran pernafasan atas, Gangguan
Kulit reoroduksi pria
2 - Kloro etanol T 1; 80,52 Lihat etilen klorohidrin
A4; Gangguan saluran pernafasan atas,
Kulit Kerusakan hati dan lrinial
Kloro etilen 1· 62,50 Lihat vinil klorida

*• Al Kanker paru, Kerusakan hati


Kloroform (67-66-3) 10; 119,38
II A3 49; Kerusakan hati dan embrio/janin,
A3 Gangguan syaraf pusat

• Bis (klorometil) eter 0,001; 0,0047; 114,96

• (542-88-1 l Kankerparu
Klorometil metil eter 80,50
(107-30-2) (L); Kanker paru
A2
1-Kloro-1- 2 10 123,54 Iritasi mata, Pembengkakan paru
nitroorooan (600-25-

1522
91
Kloropentafluoroean 1000 6320 154,47 Sensitisasi jantung
176-15-3)
* Kloropikrin (76-06-2) 0,1; A4 0,67;A4 164,39

••
Iritasi mata, Pembenekakan oaru
B-kloropren ( 1 O; (36; 88,54 ([ritasi saluran pernafasan atas dan mata)
i J 2o <)9-8l KuJitl Kulitl
o-Klorostiren (2039- 50 28� 75 425 138,60 Gangguan syaraf pusat, Neuropathy syaraf
87-4) teoi
o-Klorotoluen (95- 50 259 126,59 Iritasi saluran pemafasan atas, mata dan
49-8) kulit
2-Kloro-6 (trikioro Lihat Nitrapinin
metill oiridin
* Klorpirifos (2921-88- 0,1 (IFV); 0,2 (IF'V); 350,57 Penghambat kolinesterase
2) Kulit; Kulit;
A4; A4;
BEJA BEIA

..... Kobalt, (7440-48-4) 0,002;


A3;
58,93 Asma, Fungsi paru, Efek miocardial

Kulil
Logam dan bervariasi
persenyawaan
anorganik sebagai
Co
Kobalt hidrokarbonil, 0,1 171,98 Pembengkakan paru, Kerusakan paru
sebagai Co (16842-
03;8)
Kobalt karbonil, 0,1 341,94 Pembengkakan paru, Kerusakan limfa
se bae:ai Co r10210-

1523
68-1)
Koper (tembaga) 63,55
(7440-50-8) Iritasi saluran pencemaan, Demam uap
logam
Uap 0,2

Debu dan mist 1

*
sebagai Cu
Korundum l0(e);
(Alumunium oksida) A4
(1344-28-1)
Kresol (1319-77-3), 20 (IFV); 22 (IFV}; 108, 14 Iritasi saluran pernafasan atas 5
Kulit; Kulit; mg/m
A4 A4 3

*
semua isomer
Klopidol (2971-90-6) 192,06 Efek mutagenik 10
3 (IFV); img/m3
A4 TWA);
!\4

*• Krisen (218-01-9} (L); 228,30


A 3; Kanker
BEIP
Krisotile Lihat asbestos

• Kristobalit
Kromit, proses 0,05; -
Lihat silika kristalin

tambang Al Kanker paru


(kromat) se bagai Cr
Kromium, (7440-47 - 0,5; A4 Bervariasi Iritasi saluran pernafasan atas dan kulit

1524
3} dan persenyawaan
anorganik, sebagai
Cr
Logam dan
oersenvawaan
■ Anorganik sebagai 0,S;A4
-:r (III) --- 1IIJ
A.e persenyawaan krom. Tritasi saluran pernafasan atas, Kanker
VI :),0S;A
1
■ la.rut di air NOC 0 1 0S;Al;

•• Persenyawaan krom
BEi

VI
tidak larut da1am air

•• NOC
Kromil klorida 0,025
0,01,Al
0,16 154,92
Kanker paru
Iritasi saluran pemafasan atas dan kulit
(14977-61-8)
Krosidolit 0,1 f/cc Lihat Asbestos
(F); Al Pneumoconiosis, Kanker paru, Mesotelioma

Koal, debu 0,4 (R); - Kanker paru, Fibrosis paru 2 (g-j)


A4
Antrasit

0,9 (R);
A4
Bituminous atau

•• LiP'Tlite
Koal tar.seba2ai 0.2: -

1525
Benzen terlarut Al; Kanker
(65996-932) BEl p

* Kroton aldehid TO,�; 70,09 [ritasi saluran pernafasan atas dan mata '
2·A3
(4170-30-3) Kulit; NAB)
A3
* Kruformat (299-86- 5·,
5) A4; 291, 71 Pengharnbat kotinesterase
BEIA
Kumene 50 246 120, 19 Iritasi saluran pernafasan atas, mara dan
(98-82-8) kulit; Gan12:!!uan svaraf pusat
Kwarsa 0,025 (R); 60,09 Lihat silika kristal

•• Las (U2.p) (NOC)


A2
5;B2
Fibrosis paru, Kanker paru
Lihat kalsium karbonit

•• Lindane (58-89-9) 0,5; 290,85 Kerusakan hati, Gangguan syaraf pusat


A3;
Kulit
Litium hidrida T 0,05 (I) 7,95 Iritasi saluran pernafasan dan mata 0,025
(7580-67 -8) m!!/m 3
LPG 1684 76-85-7 Lihat Aoendix.F Asfiksia
Maimcsit (546-93-01 10
Manner Lihat kalsium karbonat
Magnesium oksida 10 (I); 40,32 Demam uap logam, saluran pernafasan

*A ( 1309-48-41 A4 atas
Malathi.on, 1 (IFV); 330,36 Penghambat kolinesterase 10;A4
Marcaptothion, A4; Kulit;
Carbofos BEIA
{121-75-51

1526
Maleik anhidrida 0,01 (IFV); 98,06 Sensilisasi pernafasan l
(108-31-6) OSEN; lmg/m3
RSEN;A4 , tdk
ada
notasi
Mangan, 0,02 (R); 54,94 Gangguan syaraf pusat 0,2
A4 tmg/m3

persenyawaan 0, 1 (I);A4 Bervariasi


anorganiknya
sebaga.i Mn (7439-
96-5)
Mangan 0, l; 204,10 Iritasi kulit, Gangguan syaraf pusat
siklopentadienil Kulit
trikarbonil (12079-

• 65-1), Sebaga.i Mn
Mesiti! oksida
(141-79-7)
15 60 25 100 98,14 lritasi mata dan saluran pernafasan atas,
Gangguan syaraf pusat

Metana (74-82-8) Lihat l\nendix F 16.04 Asfiksia


Metantiol 0,5 - 48,11 Lihat metil merkaptan
Kerusakan hati
A Metanol 200; 250; 32,04 Sakit kepala, Kerusakan mata, Mual,
(67-56-1) Ku.lit; Kulit; Oizines
BEI BEI
Metil akrilat (96-33- 2·' - 86,09 Iritasi mata, saluran pernafasan Atas dan
3) Kulit; kulit, Kerusakan mata
OSEN;
A4
Metil akrilonitril 1; - 67,09 Gamnman syaraf pusat, lritasi mata dan

1527
(126-98-7) Kulit; kulit
A4
Mctilal 1000 - 76,10 [ritasi mata, Gangguan syaraf pusat
(109-87-5)
Metil alkohol 200; 250; 32,04 Lihat methanol
Kulil; Kulit;
BE£ BE[
Sakit kepalfl, Kerusakan rnaro, Mu:11,
Dizines
Metil amil alkohol 25; 40; 102, 18 Lihat metil isobutil karbinol
(108-11-2) Kulit Kulit
Iritasi saluran pernafasan atas dan mata,
Gani:11,.nan syaraf ousat
Metil amin (74-89-5) 5 15 19 31,06 Iritasi mata, kulit dan saluran pernafasan
atas
Metil asetat (79-20- 200 250 74,08 Salot kepala, Dizines, Mual, Kerusakan
91 mata (degenerasi sel ganglion oada retina)
Metil asetilen (74-99- 1000 40,07 Gangguan syaraf pusat
71
Metil asetilen- (1000) (1250) 40,07 Campuran (MAPP)
propadien, Gangguan sistern saraf pusat
campuran

Metilen bisfenil 0,005 - 250,26 Sensitisasi pemafasan

*•■ isosianat
Metilen klorida 50;
A3;
- 84,93 Diklorometana
COHb-emia, Gangguan syaraf pusat
(75-09-2)
BEl

1528
•■ Metil bromide (7 4- 1; - I 94,95 Iritasi saiuran pernafasan atas dan kulit
83-9) Kulit;
A4
■ Metil - tert - butil 50; - 88,17 Iritasi saluran pernafasan atas, Kerusakan
eter A3 ginjal
(1634-04-4)
.... Metil derneton(8022- 0,05 230,30 Penghambat kolinesterasc
00-2) (IFV);
Kulit;

• Metil n- butil keton 5·1


BEIA
10; 100,16 Neuropathy syaraf tepi, Kerusakan testis
(591-78-6) Kulit; Kulit;
BEI BEi
.... Metil etil keton 200; 300; 72,10 Iritasi saluran pernafasan atas, Gangguan
(78-93-3) BEi BEJ syaraf pusat

Metil etil keton - C 0,2 176,24 lritasi mata dan kulit, Kerusakan hati dan
peroksida (1338-23- ginjal
4)
Metil Format ( 107- 50; 100; 60,05 Gangguan syaraf tepi, iritasi saluran 100
31-3) Kulit Kulit pemafasan atas, Kerusakan mata p pm
(TWA)
150
ppm
(STEL
)
5-Metil-3-Heptanon 10 - 128,21 Lihat Etil Amil Keton
Keracunan syaraf
Metil etil keton - C 0,2 176,24 Iritasi mata dan kulit, Kerusakan hati dan
peroksida ( 1338-23- lrinial

1529
4)
Metil Format (107- 100 150 60,05 SaJuran pernafasan atas, sa]uran
31-3) oemafasan bawah, dan iritasi mata
5-Metil-3-Heptanon 10 - 128,21 Dilihat Etil Amil Keton
Keracunan saraf
Metantiol 0,5 - 48,11 Lihat metil merkaptan
Kerusakan hati
A Metanol (67-56-1) 200 250 32,04 Pusirn,. sumbatan saluran mata
Metil akrilat (96-33- 2 - 86,09 lritasi mata, kulit, saluran pemafasan
3) atas.dan sumbatan saluran mata
Metil alkrilonitril 1 - 67,09 Gangguan sistem saraf pusat, iritasi mata
(126-98-7) dan kulit
Metilal (109-87-51 1000 - 76.10 lritasi mata. gangguan sistem saraf ousat
Metil alkohol 200 250 32,04 Lihat methanol
ousinr> sumbatan saJuran mata
Metil amil alkohol 25 40 102,18 Lihat metal isobutil karbinol
(108-11-2) Iritasi saluran pen1afasan atas, iritasi
mata, 1!'aneQUan sistem saraf pusat
Metil amin 5 15 19 31,06 Iritasi mata, kulit, saluran pemafasan atas,
(74-89-5) mata
Metil asetat 200 250 74,08 Pusing, iritasi mata, saluran pernafasan
(79-20-9) atas. kerusakan saraf mata
Metil asitelin (74-99- 1000 40,07 Gangguan sistem saraf pusat
7)
Metil asitelin- 1000 1250 40,07 Campuran (MAPP) Gangguan sistem saraf
propadien ousat
Metilen bisfenil 0,005 - 250,26 Sensitif sistem respirasi
isosianat

1530
*• Metilen klorida 50 - 84,93 Dikloromelan
(75-09-2) Kekurangan Karboksi hemoglobin,
gangguan sisl<::m saraf pusat



Metil bromide 1 - 94,95 Irilasi saluran pernafasan atas dan kulit
(74-83-9)

■ Melil - tert - butil 50 - 88,17 Irilasi saluran pernafmmn atas, kerusakan


eter di ginjal
(1634-04-4)
A Metil demeton 0,05 230,30 Penghambat 0,5

• {8022-00-2)
Metil n- butil keton 5 10 100,16
kolinesterase
Neuropati perifer, Sumbatan testikular
1591-78-6)
A Metil etil keton 200 300 72,10 Saluran Pernafasan atas
{78-93-3}
Metil etil keton - C 0,2 176,24 Iritasi rnata, kulit, sum.batan di hati dan
peroksida (1338-23- ginjal
41
Metil Format (107- 100 150 60,05 Saluran pernafasan atas, saluran
31-31 pernafasan bawah, dan iritasi mata
5-Metil-3-Heptanon 10 - 128,21 lihat Etil Amil Keton
Keracunan saraf
Metil akrilonitril 1 - 67,09 Gangguan sistem saraf pusat, iritasi mata
{126-98-7) dan kulit
Metilal (109-87-5) 1000 - 76,10 Iritasi mata, !ZanfZ'1llan :sistem saraf ousat
Metil alkohol 200 250 32,04 Lihat methanol
Pusing, sumbatan saluran mata
Metil arnil alcohol 25 40 102,18 Lihat metal iso butil kar binol
(108-11-2)

1531
Iritasi saluran pemafasan atas, iritasi
mata. ganeeuan sistem saraf usat
Metil amin (74-89-5) 5 15 ]9 31,06 iritasi mata, kulit, saluran pernafasan atas,
mata
Metil asetat (79-20- 200 250 74,08 Pusing, irit.asi mata, saluran pernafasan
9) atas. kerusakan saraf mata
!I Metil Hidrasin (60- 0,0 l; - 46,07 Jritasi saluran pcrnafasan atas, Kanker
34-4 ) Kulit; pan.1, Kcn1sakan hati

*• MeW lodida (74-88-


A3
2·' - 141,95 Kerusakan mata, Gangguan syaraf pusat
4) Kulit
._
Metil Isoamil Keton 20 50 114,20 Gangguan syaraf pusat, Iritasi saluran 50
(110-12-3) pernafasan atas ppm
(TWA)
Tidak

..
ada
PSD
Metil Isobutil Keton 20; 75; 100, 16 lritasi saluran pernafasan atas, Sakit
(108-11-12) A3; A 3; kepala, Pusing lemas
BEI BEI
Metil Iso Propil 20 - 86,14 Kerusakan emrio/janin, Keracunan 200
Keton (563-80-41 neonatal
Metil Isosianat (624- 0,02; 0,06; 57,05 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata
83-9) Kulit; Kulit;

*•
• Metil Klorida (74-87-
OSEN
50;
Kulit;
OSEN
100;
Kulit;
50,49 Gangguan syaraf pusat,
Kerusakan hati, ginjal dan testis, Efek
3)
A4 A4 teratogenik

*• Metil Kloroform (71- 350: 450; 2460: 133.42 Gangguan svaraf pusat, Kerusakan hati

1532
.A 55-6) A4; A4; A4;
BEI BEI BEl

• Metil Merkaptan (74- 0,5 - 48,11 Kerusakan di hati


93-1)
* Metil Metakrilat (80- 50; 100; 100, 13 lritasi saluran pernafasan atas dan mata,
62-6) DSEN; DSEN; Efek berat badan, Pembeagkakan paru
A4 A4
Metil n-Amil Keton 50 - 114,18 lritasi mata dan kulit
A n-Metil Anilin (100- 0,5; - 107,15 MeHb-emia, Gangguan syaraf pusat
61-8) Kulit;
BEIM
Metil Paration (298- 0,02(IFV); 263,2 Penghambat kclinesterase 0.2
0-0) Kulit; A4;

*• Metil Propil Keton


BEIA
150 86,17 Fungsi paru, lritasi mata
(107-87-9)
Metil-2 Siano Akrilat 0,2 111,10 Iritasi mat.a dan saluran pemafasan atas
(137-05-3)
Metil Sikloheksan ( 400 1610 98,19 lritasi saluran pernafasan atas, Gangguan
108-87-21 syaraf pusat, Kerusakan hati dan mnial
Metil Sikloheksanol 50 114,19 Iritasi mata dan saluran pernafasan atas
(25639-42-3)
o-Metil 50; 75; 112,17 Iritasi mata dan saluran pernafasan atas,
Sikloheksanon(583- Kulit Kulit Gangguan syaraf pusat
60-8)

1533
2-Melil 0,2; 218,10 Gangguan syarafpusat, pusat, Kerusakan
Siklopentaclicnil Kulit paru, hati dan ginjal
mangan b·i karbonil
sebagai Mn (12108-
13-3)
Metil Silikat (681-84- 1 152,22 lritasi saluran pernafasan atas, Kerusakan
5} mata -
a-Metil Stiren (98- 10; fritasi saluran pernafasan atas, Kerusakan

....
118, 18
83-9} A3 _gi!.!ial. dan saluran reprnduksi wanita
4,4 Metilen bis (2 0,0 l; 267, 17 Kanker kandung kemib, MeHb-emia
Kulit;
A2;BEI
■ Kronoanilin (MOKA)
(101-14-4}
Metilen bis (4- 0,005 262,35 Sensitisasipernafasan, lritasipernafasan
Sikloheksil Isosianat) bawah

*•■ (5124-30-1)
4,4- M etilen dianilin 0,1; 198,26 Kerusakan hati
(101-77-9) Kulit;

• 2-Metoksietanol
A3
0, 1; 76,09 Efek hematologi dan reproduksi
(109-86-4) Kulit;

*•• Metoksikhlor (72-43-


BEI
10;
A4
345,65 Kerusakan hati, Gangguan syarafpusat
5}
*A Metomil (16752-77- 0,2 ([FV); 162,20 Penghambatan kolinesterase, Kerusakan 2,45
5) Kulit; reproduksipria, Efek hematologi mg/m
3
A4;
BElA (TWAl

1534
• 2-Metoksi ctil Aseta(. 0, l; 118, 13 Efek hematologi dan reproduksi
(110-49-6} Kuht;
BET
4-Metoksi fenol (150- 5 124,15 Iritasi mata, Kerusakan kulit

* 75-5)
Metribuzin (21087- 5; 214,28 Kerusakan hati, Efek hematologi
�9) A4
Mevinfos (7786<�4-7) 0,01 (IFV); 224,16 Penghambatan kolinesterase
Kulit;
A4;BEIA
Mika (12001-26-2) 3 (R) Pneumokoniosis
Mineral 5 Bervariasi Iritasi pernafasan atas
Mineral dengan (L); A2 10
kernurnian tinggi,

Mineral dengan
kemurnian
sedikit/ kurang
Molibdenum, sebagai 0,5 (R);A3 95,95 Iritasi saluran pemafasan bawah 5
Mo 10 (I) mg/m
(7439-98-7) 3 (R) 3

Persenyawaan Jarut (TWA)


Logamdan utk
persenyawaan tidal< perse
la.rut nyawa
an
larut
Monoklor benzena 10; 112.56 Lihat Kloro Benzena
A3; BEI Kerusal<an hati
* Monokrotofos (6923- 0,05 (IFVl; 223 ) 16 Penghambat kolinesterase

1535
22-4) Kulit; A4;
BEIA
* Morfolin (110-91-8) 20; 87,12 Kerusakan mata, Iritasi saluran pernafasan
Kulit; atas
A4
*A Naled (300-76-5) 0, 1 (IFV); 380,79 Penghambat kolinesterase
Kulit;
OSEN;
A4;
BEIA
* Naftalen (91-20-3) 10; 128,19 Iritasi saluran pernafasan atas, Katarak,
KuUt; Anemia hemolitik

• 13-Naftilamin (91-59-
A3

(L);
143,18 Kanker kandung kemih
8)
Al

•■ Neon (7440-01-9)
Nikel dan komponen
Lihat Aoendix F 20.18 Asfiksia

anorganik: termasuk
Nikel subsulfida,
sebagai Ni

• Elemen (7440-02-0) 1,5 (I); A5 58,71 Dermatitis, Pneumokoniosis

•• --------------- ------- --------- ------- -------- ----------- -------------

• Persenyawaan
anorganik
0,l(I);Al Bervariasi Kanker paru
tidak larut (NOS)

1536
Persenyawaan 0,2 (I); Al Ber·1ariasi Kan.kcr paru, Kanker hidun.g
anorganik
larut (NOS) 0,1 (I); Al 240,19
Kanker paru
Nik:el subsulfida
(12035-72-2),scbagai
Ni

• Nike! karbonil C 0,05; 170,73 Iritasi paru 0,12

• ( 13463-39-2) A3 ppm

•• sebagai Ni
Nikel sulfide, uap ( I ,Al)
dan
debu sebagai Ni

Nikotin (54-11-5) 0,5; 162,23 Kerusakan saluran Pencernaan, Gangguan


Kulit svaraf pusat, Gan2euan iantung
* Nitrapirin (1924-82- 10; 20; 230,93 Kerusakan hati
4) A4 A4

*A p-Nitroanilin (100- 3·• 138,12 MeHb-emia, Kerusakan hati, Iritasi mata


01-6) Kulit;
A4;

*""
BE1M
Nitrobenzen (98-95- l; 123,11 MeHb-emia
3) Kulit;

*• 4 - Nitrodifenil (92-
A3
(L); 199,20 Kanker kandung kemih
93-3) Kulit; A2

1537
Nitroetan (79-24-3) 100 75,07 ltitasi saluran pernafasan Atas, Gangguan
svaraf ousat. Kerusakan hati
Nitroe:en (7727-37-9) Lihat Aoendix F 1'1-,01 Asfiksia
Nitromethana (75- 20; 61,04 Efek tiroid, Iritasi saluran pernafasan atas,

*• 52-5) A3 Kanker paru


Nitrogen dioksida 0,2; 46,01 lritasi saluran pemapasan bawah 3ppm
(10102-44-0) A4 (TWA)

A Nitrit oksida (10102- 25; 30,01 Hipoksia/sianosis, Membentuk nitrosil-Hb,


43-9) BEIM Iritasi saluran pernafasan atas

.... Nitrogen trifluorida 10; 71,00 MeHB-emia, Kerusakan hati dan ginjal

•*• (7783-54-2}
Nitrogliserin (55-63-
BEIM
0,05; 227,09 Vasodilatasi

*• 00) Kulit

.... p-Nitroklorobenzen
(100-00-5)
0,1;
Kulit;
A3;
157,56 MeHb-emia

BEI111

*•
• 2-Nitropropana (79- l O; 89,09 Kerusakan di hati, Kanker hati

*• 46-9} A3
n -Nitrosodimetilamin (L) 74,08 Kanker hati dan ginjal, Kerusakan hati
(62-75-9) Kulit
A3
A Nitrotoluen, semua 2· 137,13 MeHb-emia
isomer (88-72-2) Kulit;
BElM
Nitrotriklorometan 0,1; 164,39 Lihat Kloropikrin
A4 Iritasi mata, Pembengkakan oaru

1538
* Nitrous oksida 50; 44,02 Gangguan syaraf pusat, Efek hematologi,
110024-97-2) A4 Kerusakan embrio/ianin
Nonana 200 128,26 Gangguan syaraf pusat
1111-84-2)
Oil mist, mineral 5 (kl (10)
Oksigen d.ifuolrida C 0,05 54,00 Sakit kepala, Pembengkakan paru, Iritasi
/77 83-41-7) saluran pernafa.san atas
* 1 - NiLropropan 2c:;
v,
. 89,09 Iritasi saluran pernafasan atas dan mata,
(108-03-2) A4 Kerusakan di hati
0ktakloronaitalen 0, I; 0,3; 403,74 Kerusakan hati
(2234-13-1} Kulit Kulit
Oktana, semua 300 114,22 Iritasi saluran pernafasan atas
isomer
'111-65-9]
Osmium tetroksida 0,0002 0,0006 254,20 Iritasi mata, saluran pernafasan atas dan
(20816-12-0) sebagai kulit
Os
Ozan (10028-15-6)
Pekerjaan berat 0,05; A4 48,00 Fungsi paru
Pekerjaan sedang 0,08; A4
Pekerja::m ringan 0,10; A4
Pekerjaan 0,20; A4
berat,sedang,dan
Rine:an (!, 2 iaml
Parafin, uap lilin 2 Iritasi saluran pernafasan atas, Mual
(8002-7 4-2)
Paraquat (4685-14- 0,5 257,18 Kerusakan paru
71. sebagai kation 0.1 (Rl
* J;,.
• Parathion, Thiophas
(56-38-2)
0,05 (IFV);
Kulit; A4;
291,27 Penghambat kolinesterase

1539
BEI
Partikulat polisiklik 0,2; Lihat Coal tar Kanker
aromalic hirokarbon Al;
BEJp
Partikulal (lidak Lihat Apcndi.x R
dapat larut atau
sedilat larut)
tidak termasuk
dalam spesifikasi
lain
Partikel-partikel Lihat partikel-partikel NOC (partikel Lidak
pengganggu terklasifikasi
(Nuisance
particulates
Pelaru t kare t 400 1590
(naftan)
(8030-30-61
Pentaboran (19624- 0,005 0,015 63,17 Konvulsi dan gnngguan syaraf pusat
22-71
Pentaeritrtitol (115- 10 136,15 Iritasi saluran pencernaan
77-51


*£ Pentakloropenol,
PCP
0,5 (IFV);
Kulit;
A3;
1 (lFV);
Ku.lit;
A3;
266,35 Iritasi saluran pernafasan atas dan rnata,
Gangguan syaraf pusat dan jantung
0,5
mg/m
(87-86-5) 3

BE[ BEI (PSD}


Pentakloronaftalen 0,5; 300,40 Kerusakan hati, chloracne
(1321-64-281 Kulit
* Pentak.loronitrobenze 0,5; 295,36 Kerusakan hati
n A4
182-68-81

1540
* Pcntana (semua 1000 72,15 Narcosis, Iritasi saluran pernafasan 600
isomer)
2 - Pentanon 150 86,17 Lihat Metil Propil Keton
Memoengaruhi fungsi paru, lritasi mata
Perak (silver)
(7740-22-4)
Logam, 0,1 107,87 Argiria

persenyawaan larut 0,01 variatif


se baaai Af!.
Perfluoroisobutilen C 0,01 200,04 lritasi saluran pernafasan atas, Efek
(382-21-8) hematologi
* Perlit (93763-70-3) l0(e); A4

* Persulfat, sebagai 0, 1 Bervariasi Iritasi kulit


persulfat
Amonium (7727-54- 0, i
0)
Polasium (7727-21- 0, l
1)

...■. Sodium (7775-27-1)


Perkloretilen {127-
18-4)
25;
A3;BEI
100;
A3;BE[
165,80 Lihat Tetrakloroetilen
Gangguan svaraf pusat
Perkloril fluoride 3 6 102,46 lritasi saluran pemafasan atas dan bawah,
(7616-94-6\ MeHb-emia, Fluorosis
Perklorometil 0,1 185,87 Iritasi mata dan saluran pemafasan atas
merkaptan (594-42-
31
Petroleum distilat Lihat Gasolin, Petroleum destilat, Pelarut
standard UM & P.Naftanl

1541
300; 500; Ititasi mata dan saluran pernafasan atas, I
A3 A3 Gangguan sistem syaraf pusat

Pindon 0,1 230,35 Koagulasi


(83-26-1)
* Pikloram ( 1918-02-1) 10;A4 241,48 Kerusakan hati dan ginjal

Piperazin 5 159,05 Iritasi mata dan kulit; Sensitisasi kulit;


dihidroklorida ( 14 2- Asma
64-31
Piridin l;A3 79,10 Iritasi kulit, Kerusakan hati dan ginjal
/110-86-1)
Pirebum (80003-34- 5;A4 345 (rata- Kerusakan hati, Iritasi saluran pernafasan
71 rata) bawah
Pirokatekol Lihat Katekol
2- Pivalil- 1, 3 - Lihat Pindon
Indandione
Plaster dari Paris Lihat Kalsium sulfat
Platina (7 440-06-4)
Logam 1 195,09
Garam-garam 0,002 variasi Asma; Iritasi saluran nafas atas
terlarut sebairai Pt
Poliklorodipenil 1 266.50 Kerusakan hati; Iritasi
(42 % chlorine) mata; Cloracne
53469-21-9
---------------- -------- ----------- ------------

Poliklorodipenil 0,5 328.40 Kernsakan hati; Iritasi


(54 % chlorine) saluran nafas atas; Cloracne
11097-69-1
Politetrafluororetilen Bl

1542
I •
Potasium hidroksida
(1310-58-3)
Propan
C2 56,10 Iritasi salurar1 pernafasan atas, mata dan
kulit
Lihat gas-gas aliphatichidrokarbon:
(74-98-6) Alkana(C 1-C4)
*II Propan sulton (1120- (L); A3 122, 14 Kanker
71-4)
Propargil alkohol 1.' 2,3; 56,06 Iritasi mata. Kerusakan hati dan ginj81

*• (107-19-7)
� - Propiolakton (57-
Kulit
0,5;
A3
Kulit
72,06 Kanker kulit, Iritasi saluran pemafasan
atas
57-8)
n- Propil alkohol 100; 60,09 Iritasi mata dan saluran pernafasan atas
(71-23-8) A4
n- Propil asetat (109- 200 250 102,13 Iritasi mata dan saluran pernafasan atas
60-4)
* I Propilen 500; 42,08 Asfiksia, Iritasi saluran pernafasan atas
(115-07-ll A4
*• Propilen diklorida 10; 112,99 100 ppm {TWA)
(78-87-5) DSEN;A4 Iritasi saluran pernafasan Atas, Efek
terhadao berat badan
*• Propilen imina 0,2; 0,4; 57,09 Iritasi saluran pemafasan atas, Kerusakan
(75-55-8) Skin; Skin; ginjal

*• Propilen oksida (75-


A3

A3
58,08 20 ppm (TWA)
lritasi mata dan saluran nafas atas
56-9) DSEN;A3
A Propilen glikol 0,05; 166,09 Sakit kepala, Gangguan syaraf pusat
dinitrat (6423-43-4) Skin,
SEIM
Propilen glikol 100 150 90.12 Iritasi mata; Gangguan sistem saraf pusat
monometil eter (107-
98-2)

1543
... n - Propil nitrat
(627-13-4)
25;
BEIM
40;
BEIM
105,09 Mual, Sakit kepala

Propin 1000 40,07 Lihat Metil Asetilen

*• (74-99-7)
� - Propiolakton (57- 0,5; 72,06
Garnzguan svaraf pusat
Kanker kulit; Iritasi saluran pernafasan
57-8) A3 atas
* Propoxur 0,5 (IFV); 209,24 Pe;-igham batan kolincstcrase
(114-26-1] A3;BEIA
Quinon 0,1 108,09 Iritasi mata, Kerusakan kulit
(106-51-4)
RDX Lihat siklonit
* Resorsinol ( 108-46- 10;A4 45;A4 20;A4 90;A4 110,11 Iritasi mata dan kulit

• 3)
Rhodium (7440-16- 102,91

*• 6)
Logam dan garam- l ;A4
Logam: iritasi saluran pernafasa.n atas

garam tidak larut Bervariasi Garam tidak larut: Iritasi saluran


sebagai Rh pemafasan bawah

*• Garam-garam larut O,Ol;A4 Bervariasi Garam larut: Asma


sebagai Rh

* Ronnel (299-84-3) 5 (IFV); 321,57


A4;BEIA Penghambat kolinesterase
Rosin (8050-09-7) (L); NA Kulit sensitif, Dermatitis, Asma
DSEN;
RSEN
* Rotenon (83-79-4) 5iA4 391,41 Iritasi mata dan saluran pernafasan
atas, Garnnrnan sistem svaraf pusat
Rouge 10 (e);

1544
A4
Savur, mist minvak 10
Selenium & 0,05 78,96 Iritasi mata dan saluran pernafasan atas
Persenyawaan
sebagai Se
(77-82-49-2}
Semen Portland 1 (E,R); - Gangguan paru, asma, simptom
-
(65997-15-1) A4 oernafasan
Selenium heksa 0,05 0,16 192,96 Pembengkakan paru
fluoride
(7783-79-1) sebagai
Se
Sellulosa (9004-34- 10 NA Iritasi saluran pernafasan atas
6)
Sesium hidroksida 2 149,92 Iritasi saluran pernafasan atas, mata dan
(21351-79-1) kulit
* Seson (136-78-7) 10;A4 309.13 Iritasi pada organ pencernaan
Sianida asam dan
garam sebagai CN
Asam sianida (74- T4,7 TS Kulit
90-8}
Kalsium sianida
(592-01-8) TS Kulit
Kalsium sianida
(151-50-8) TS Kulit
Natrium sianida
(143-33-9) TS Kulit
Sianamid (420-04- 2 42,04 Iritasi mata dan kulit
21)
Sianogen (460-19-5) cs 52.04 Iritasi mata dan saluran oernafasan atas

1545
Sianogen klorida C 0,3 C 0,75 61,48 Edema paru, lritasi pada mata, kulit dan
(506-77-4) saluran pernafasan atas
Siheksatin (13121- 5;A4 lritasi saluran pernafasan atas, kerusakan
70-5) ginial, efak berat badan
Sikloheksan (110- 100 84,16 300 ppm (TWA)
82-7) GanE!QUan sistem svaraf pusat
Sikloheksanol(l08- 50; 206; 100,16 lritasi mata, Gangguan sistem syaraf pusat
93-0) Kulit Kulit
* Sikloheksanon ( 108- 20; 50; 98,14 25 ppm (TWA)
94-1} A3;Kulit A3;Kulit Iritasi mata dan saluran pernafasan atas

Sikloheksen ( 11 0-83- 300 1010 82,14 Iritasi mata, Gangguan sistem syaraf pusat
8)
* Sikloheksilarnin 10;A4 41; A4 99,17 Iritasi mata, Gangguan sistern syaraf pusat
(108-91-8}
Siklonit ( 121-82-4) 0,5; 222,26 1,5 mg/ m3 (TWA)
I A4;Ku1it Kerusakan hati
Siklopentadien (542- 75 203 66,10 Iritasi mata, Gangguan sistem syaraf pusat
92-7)
Siklopentan (287-92- 600 1720 70,13 Iritasi mata, kulit dan gangguan sistem
3) svaraf pusat

• Silika - Amorf
Diatomaseous Earth

Uncalcined )
(61790-53-2)

• Partikel inhalebel
Partikel respirabel
10 (e)
3 (e)
10
Prespitad silica

1546
{112926-00-8)
Uap silica (69012- 20)
•• 64-2)
Silika, fused (60676- 0,1 ti)

• 86-0)
Silika, gel {11292- 10

• 00-8)
Silika, kristalin - a- 0,025 (R); 60,09 Fibro�is paru, Kanker paru
Quartz A2
dan Kristobalit

• t 14464-46-1)
Kwarsa (14808-60-7) -
Tridimid (15468-32- o,o5 ul
• 3)
Tripoli (1317 -95-9) 0, 1 (i)
Silikon (7440-21-3) 10 (el
* Silikon karbida (409- 40,10 10 mg/ m3 (untuk semua)
21-2) Iritasi saluran pernafasan atas
Nonfibrous
10 (I,E)
Fibrous 3 (R,E) Mesotelioma, Kanker

0,1 (Fl; A2
Silikon tetrahidrida 5 6,6 32,12 Iritasi saluran pernafasan atas
(7803-62-5)
Silan 5 32,12 Lihat silikontetrahidrit
Iritasi saluran pernafasan atas
Soap stone -
Debu inhalabel 6 (e)
Debu respirabel 3 (i)

1547
* Sodium azida 65,02
Kerusakan jantung dan paru
(26628-22-8)
Sebagai sodium
azida
C
0,29;A4
Sebagai uap nsam C
hidrazoik 0,l l;A4
* Sodium bisulfit 5;A4 104,07 Iritas1 kulit, mata dan saluran pernafasan
(7631-90-51 atas
10;A4 309,13 Lihat seson Iritasi pada organ pencernaan
Sodium 2,4 dikloro
fenoksieti! sulfat
Sodium fluoro asetat 0,05; 100,02 Kerusakan syaraf pusat, ken1sakan
(62- 74-8) Kulit iantung, mual
Sodium hidroksida 2 40,01 Iritasi pada saluran pernafasan atas, kulit
(1310-73-2) dan mata
Sodium metabisulfit 5; A4 190,13
* (7681-57-4) Iritasi saluran pemafasan atas
* Starch (Kanji) (9005- 10; A4 - Dermatitis
25-8)
* Stearat (10; A4) Bervariasi
(Iritasi pada mata, kulit dan saluran
pemafasan atasl
Systoks 0,05 (IFV) 258,34 Lihat Demeton
Kulit; BEIA Penghambat kolinesterase
Stibin (7803-52-31 0,1 0,51
A Stiren monomer 20; 40; 104,16 50 ppm (TWA), 40 ppm 1(PSD)
( 100-42-5) A4; BEI A4; BEI Gano-01•<m svaraf ousat. Iritasi saluran

1548
oe1T1afasan atas. Periferal neurooati

• Strikhnin (57-24-91 0,15 334,40 Gans:rm1an sistem svaraf ousat


Stoddard, pelarut 100 525 140,00 Kerusakan mata, kulit dan ginjal, Mual,
(8052-41-3) Ganom 1an sisten svaraf pusat
Strontium kromat 0,0005; 203,61 Kanker
(7789-06-2) A2
Sublililsin ( 139:'5-2 l - - Asma, Iritasi pada kulit, Saluran
7) pernafasan atas clan bawah
100 % kristal enzim C
murni 0,00006

* Sukrosa (57-50-1) 10;A4 342,30 Erosi pada gigi

Sulfometuron metal 5;A4 364,38 Efek hematologi


(7 4222-97-2)
Sulfotep (3689-24-5) 0, 1 (IFV) 322,30 0,2 mg/m3; A2 (TWA)
Kulit; A4; Penghambat kolinesterase
BEIA
* Sulfur dioksida - 0,25;A4 64,07 Gangguan fungsi paru, Iritasi saluran
(7 446-09-5} oernafasan bawah
Sulfur heksafluorida 1000 5970 146,07 Asfiksia
(2551-62-4}
Sulfuril fluoride 5 21 10 42 102,07 Gangguan syaraf pusat
(2699-79-8}
Sulfur monoklorida Cl 5 ,5 135,03 Iritasi pada mata, kulit clan saluran
(10025-67-9} oernafasan atas
Sulfur pentafluorida C 0,01 254,11 0,1 mg/m3 (PSD)
(5714-22-7) Iritasi saluran pernafasan atas, Kerusakan
oaru
Sulfur tetrafluorida C 0,1 108.07 Iritasi oada mata dan saluran pernafasan

1549
/7783-60-0} atas. Kerusakan D917.J
* Sulprofos (35400-43- 0, 1 (IFV); 322,43 1 mg/ m3 {TWA)
2) Kulit; Pcnghambat kolinesterase
A4;
BEir.
* 2,4,5-T (Triklor 10;A4 255,49
phenoey acetic acid) Gangguan syaraf tcpi
(93-76-5
Talk tidak 2 (E,RJ; A4 Fibrosis paru, Kerusakan fungsi pani
mengandung
serat asbes ( 14807 -
96-61
■ Talk - Fibrosis paru, Kerusakan fungsi pan1

Tidak mengandung 2 (E,R); A4


serat
asbes
NAB
Mengandung ser·at Asbes; Al
asbes
Tantalum, oksida 5
dan logam
debu (7440-25-7)
sebrumi Ta
TEDP 0, 1 (IFV) 322,30 Lihat Sulfotep
Kulit;A4;B Penghambat kolinesterase

• TEPP (107-49-3) 0,004


EIA
0,047 290,2
0
Ku.lit

Teflon 2:A3 100.20 Libat Politetra

1550
Fluoruetilen
Tellurium dan 0,1 127,60
persenyawaan Halitosis
sebagai Te
( 13494-80-9)
Tellurium 0,02 0,1 241,61 I ti tasi saluran pernafasan bawah
heksof1uorida
sebagaiTe(7783-80-

...
4
Temefos (3383-96-8) 1 (IFV); 466,46 10 mg/m3 (TWA)
Kulit;A4; Penghambat Kolinesterase
BEIA
Tembakau 0,5; 162,23 Lihat Njkotin
Kulit Kerusakan saluran pencernaan, Gangguan
svaraf pusat, Gane:ruan jantung
Ter batubara, Lihat Koal, Tar
sebagai benzene
aerosol terlarut
0,2; Kanker
Al;BElp
Terfenil (o, m, p - cs 230,31 Iritasi pada mata dan saluran pernafasan
isomer} (26140-60-3) atas
Terpentin (8006-64- 100 556

*• 2)
Tetra etil timbal 0, 1; 323,45 Gangguan syaraf pusat
hitam,
sebagai Pb (78-00-2l Kulit;A4
Tetra hidrofuran 50;A3; 100;A3; 72,10 200 ppm (TWA), 250 ppm (PSD)
(109-99-90) Kulit Kulit Iritasi saluran pernafasan atas, Gangguan
svaraf pusat, Kerusakan Ginial

1551
1,1,2,2 - Tetra bromo 0, 1 (IFV) 345,7 Iritasi mata dan saluran pernafasan atas,
etana Pem bengkakan paru, Kerusakan hati
(79-27-61
1, 1,2,2-Tetrakloro- 50 203,83 500 ppm (TWA)
1,2- difluoretan (76- Kerusakan hati dan ginjal, Gangguan
12-01 sistem svaraf ousat
1,1,1,2-Tetrakloro- 100 203,83
2,2- difluoretan (76- 500 ppm (TWA)
11-9) Kerusakan hati dan ginjal, Gangguan

*• 1,1,2,2 - l;A3; 167,86


sistcm svaraf ousat
Kerusakan hati
Tetrakloroetan (79- Kulit
34-5)
Tetrakloroetilen 25; 100; 165,80 Gangguan sistem syaraf pusat
A3;BEI A3;
BEI
Tetraklorometan 5; 10; 153,84 Lihat Karbon Tetraklorida
A2; A2; Kerusakan hati
Kulit Kulit
Tetrakloronaftalen 2 265,96 Kerusakan hati
(1335-88-2}
Tetrametil 0,5; 2,8; 136,20 Sakit kepala, Mual, Gangguan syaraf pusat
suksinonitril (333- Kulit Kulit

• 52-6)
Tetrametil timbal 0,15;
Kulit
267,33 Gangguan syaraf pusat
hitam (75-74-1)
sebagai Pb
-Jr Tetranitrometan 0,005; 0,04; 196,04 lritasi mata dan saluran pernafasan atas,
(509-14-8) A3 A3 Kanker sistem pernafasan atas

1552
5
Tetrasodium
pirofosfat
(7722-88-5)
Tetril (4 79-4�-8) 1,5 287.15 Iritasi saluran pernafasan atas
Thallium (7440-28-0) 0,02 (I) 204,37 0,1 mg/m3 (TWA)
dan Kerusakan saluran pcnccrnaan, periferal
neuropati
dan komponen, Bervariasi
seba2ai Ti
* 4,4 - Tiobis (6-tcrt- 1 (I); 358,52
butil-m- krcsol) (96- A4 10 mg/m3 (TWA)
69-5) Iritasi saluran pernafasan atas
* Thiram 0,05 (IFV); 240,44
(137-26-8) DSEN;

....
1 mg/ m3 (TWA)
A4 Efek berat badan dan hematolo2:i
Timbal hitam dan 0,05; 207,20 Gangguan syaraf pusat dan tepi, Efek
persenyawaan A3; Bervariasi hematologi
anorganik, sebagai BEi

•• Pb (7 439-92-1l
Timah hitarn arsenat 0.15
sebagai Pb3 (AsO4)2

•• (7784-40-91
Tirnbal hitam kromat
(7758-
97-6) 0,05; 323,22 Gangguan reproduksi pada pria,
sebagai Pb A2; Efek teratogcnik, Vasokonstriksi
BEi

sebagai Cr 0.012; A2

1553
Timah (7440-31-5), 2 Pneumukuniosis (Stannosis)
dan komponen
anorganik, tidak
termasuk Timah
Hidrida, sebagai Sn

Logam

Oksida dan 2
persenyawaan
anorganik
Persenyawaan 0,1; Iritasi mata dan sa1uran pemafasan atas,
organik, sebagai Sn Sakit kepala, Mual, Efek kekebalan dan
syaraf pusat
A4;
Kulit

Timbal arsenat Lihat timah hitam arsenat. reoroduksi


Tionil klorida (7719- C 0,2 118,98 C 1 ppm (PSD)

*•• 09-7) Iritasi saluran pernafasan atas


Titanium dioksida 10; 79,90
( 13463-67-7) A4 Iritasi saluran pernafasan bawah

1,2,4-Trikloro cs C37 181,46 Iritasi pada mata dan saluran pernafasan

* benzene , 120-82-1) atas


Trikloro fluoro metan C 1000; C 5620; 137,38
(75-69-4) A4 A4 Sensitif jantung

Trikloro nitro metan 0, 1 ;A4 164,39 Lihat Kloropikrin


lritasi mata, Pembengkakan paru

1554
*• 1,2,3-Trikloro 0,005;A2 147,43 Kanker
propan
(96-18-4)
* 1,1,2-Trikloro - 1,2,2 1000; 1 7670; A4 1250;A4 9590;A4 187,40 Gangguan syaraf pusat
- ,

Trifluoroetan (76-13- A4
1)
Trisiklohexiltin Lihat Seheksatin
hidrosida
Tridimit 0,025 (R) 60,09 Lihat Silika Kristalin
; A2 Fibrosis paru, Kanker naru
Trietanolamin (102- 5 149,22 Iritasi rnata dan kulit
71-6)
Trimetilik anhidrid 0,0005 0,0002 192,12 Sensitif pernafasan
(552-30-3) (IFV); (IFV);
Kulit; Kulit;
DSEN; DSEN;
RSEN RSEN
Trirnetilamin (75-50- 5 12 15 36 59,11 Iritasi saluran pernafasan atas, mata dan
kulit
3)
Trimetil fosfit ( 121- 2 10 124,08 Iritasi mata, Pengharnbat kolinesterase
45-9)
Tripoli Lihat Silika Kristalin
Toxaphene 0,5; A3; l;A3; 414,00 Lihat Khlorinated
Kulit Kulit
Camfen
Gane:m1an svaraf pusat, Kerusakan hati

1555
* Toluena ( I 08-88-3) 20; 92,13 50 ppm (TWA)
A4;BEl Gangguan penglihatan, Gangguan

*•• Toluen - 2,4 atau 2 1 6 0,001 0,005 174,15


reproduksi wanita, Ke:!!Um.tran

Asma. Gangguan pant, lritasi mata


- diisosianat (at.au (IFV); (IFV);
sebagai campuran) A3; A3;
KuLiL; Ku lit;
DSEN;RS DSEN;RS
EN EN
(584-84-9; 91-08-7)

*•
*•
o - Toluidin (119-93- A3·I
Kulit 212,28
MeHb-emia, lritasi pada mata, ginjal dan
kandung ke::mih, Kanker kandung kemih

....
7)
o - Toluidin (95-53- 2·1 8,8; 107,15 MeHb-emia, Iritasi pada mata, ginjal dan
4) A3; A3; kulit, Jritasi kandung kemih
Kulit; KuLit;
BEIM BEIM
*A m - Toluidin (108- 2·
1 8,8; 107,15 MeHb-emia, Iritasi pada mata, ginjal dan
44-1) A4; A4; kandung kemib
Ku lit; Ku lit;
BEIM BEIM

*•
.... p- Toluidin (106-49-
0)
2·'
A3 ;
Kulit;
107,15 MeHb-emia

BEIM 8,8;
A3;
BEIM
Toluol 20;A4; 92,13 50 ppm (TWA)
BEI Lihat Toluena
Gangguan peng}ihatan, GanE!21.lan

1556
re1Jroduksi waruta, Kc-rH'Yl:!san
Tributil fosfat (126- 5 (fFV); 266,31 0,2 ppm (TWA)
73-8) A3; Iritasi pada kandung kemih, mata dan
BEJA saluran pernafasan atas
Trietilamin (121-44- 0,5; 1·> 101,19 1 p pm (TWA), 3 ppm (PSD)
8) A4; A4; Gangguan penglihatan, lritasi saluran
Kulit Kulit oc mafasan atas
* Trifenil fosfac (115- 3;A4
86-61 326,28 Pen2:hambat kolinesterase
Trifluorobromomelan 1000 6090 148,92 Gangguan jantung dan syaraf p usal
( 75-63-8)
1, 1, 1 - Triklo roe tan 350 450 133,42 Lihat Metil K1oroform
A4; A4;BE1 Gangguan syaraf pusat, Kerusakan hati

*• 1, 1, 2 - Trikloroetan
BEI
10; 55;
A3;
133,41 Gangguan syaraf pusat, Kerusakan hati
(79-00-5)

...•.
A3;
Kulit Kulit
Trikloroetilen (79-01- 10; 25; 131,40 50 ppm (TWA), 100 ppm (PSD)
6) A2; A2· J Gangguan syaraf pusat,
BEI BEI Koimitif/ Keracunan �inial
Triklorometan 10;A3 119,38 Lihat kloroform
Kerusakan hati dan embrio/janin,
Gangguan syaraf pusat
Trikloronaftalen 5; 231,51 Kerusakan hati, Chloracne
(1321-65-91 Kulit
Trimetilbenzen 25 123 120,19 Gangguan syaraf pusat, Asma, Efek
(isomer campuran) he1natologi
(25551-13-7)
2,4,6 - Trinitrofenol 1,5 287,15 Lihat Tetril
metilnitramin lritasi saluran pernafasan atas

1557
■ 2,4,6TrinitroLoluen 0,1;
Kulit;BEIM
227,13 0,5 mg/m3 (TWA)
MeHb-ernia, Kerusakan hati, Katarak
(TNT)
(118-96-7)
Trifenil amin (603- 5
34-9)
Triorlokresil fosfat 0,02 (IFV) 368,37 0, 1 mg/m3 (TWA)
(78-30-8) Kulit;BE[A Pcnghambat kolincstcrasc, Keracunan pada
syaraf pusat
Tungsten, sebagai W 183,85
(7440-33-7)
Logam dan 5 10 Bervariasi lritasi saluran pemafasan bawah
komponen tidak
larut

*•■ Komoonen larut


Uranium (7440-61-1)
1 3 Bervariasi Ganul7l1an svaraf pusat. Fibrosis oaru
238,03

Persenyawaan Bervariasi Kerusakan ginjal


larutdan tidak larut 0,2; 0,6;

*• sebaQ'.ai U A l: BE[ Al; BE!


Vanadium 0,05 (I); 181,88 Iritasi saluran pemafasan atas dan bawah
Pentoksida A3
sebagai V (1314-62-
1)
n- V aleraldehid ( 110- 50 176 86,13 Iritasi pada mata dan kulit, Iritasi saluran

*•■ 62-3) oemafasan atas


Viniliden klorida (75- 5; A4 20;A3 96,95
3 5-4) Kerusakan hati dan ginjal

1558
• Vinil asetat (108-05- 1 O;
A3
35;
A3
15;
A3
53;
A3
86,0() Gangguan pada saluran pernafasan alas,
mata, kulil dan gangguan sistem syaraf
4)
pusal

Vinil benzen 20 40 104, 16 Lihat Stirena


A4;BEJ A4;BE1 Gangguan syaraf pusat, Iritasi saluran

••
pcrnafasan atas, Periferal neuronari
Vinil bromida (593 0,5; A2 106,96
60-2) 5 ppm (TWA)

••
Kanker hati
Vinil klorida (75-01- 1; Al 62,50 Kanker paru, Kerusakan hati
4]
Vinil sianida 2 Li hat Akrilonitri I
A3; Gangguan sistem syaraf pusat, lritasi
KuJit saluran pemafasan bawah

53,05
* Vinil toluen (25013- 50;A4 242;A4 100;A4 483;A4 118,18 Iritasi saluran pemafasan atas dan mata
15-4)
* 4 -Vinil 0, l; 108,18 Kerusakan organ reproduksi pada pria dan
sikloheksena (100- A3 Wanita
40-3) 0,44;

*•
A3
Vinil sikloheksena 0, 1; 0,57 140,18 Kerusakan organ reproduksi pada pria dan
A3; wanita
kuLit
dioksida (106-87-6) A3;

*• VM & P Nafta (8032-


Kulit
300; 1370;A3
32-4) AS

1559
Warfarin, (81-81-2) 0,01 (I); 308,32 Pendarahan, TP.rntogenik
Kulit
*A Xilen (semua isomer) 100; 434; 150; 65 l; 106, 16 [ritasi saluran pernafasan atas, Gangguan
(1330-20-7) A4;BEI A4; A4; A4; sistem syaraf pusat
BEI BEI BEI
m-Xilen a,a - C 0,1; 136,20 Iritasi pada mata, kulit dan saluran
diam.ina Kulit pencernaan
( 1477-55-0} -
*A Xilidin (isomer 0,5 (IFV); 121,18 Kerusakan hati,
carnpuran) (1300-73- MeIIb-emia
8)
A3;
Kulit;
BEIM
Yodium ),01 (IFV) 0,1 (V); 126,91 Lihat lodin
A4 A4 Iritasi saluran pernafasan atas, Hipotiroid
Yitrium (7440-65-5) 1 88,91
logam persenyawaan Fibrosis paru
y
* Zirkonium dan 5;A4 10;A4 91,22

persenyawaannya Iritasi saluran pernafasan


sebagai Zn (7440-67-
7)
Zink klorida, uap 1 2 136,29 Iritasi saluran pernafasan atas dan bawah
(7646-85-7)

1560
Zink kromat (13530- 0,01; A 1 8ervariasi Kanker hidung
65-9; 11103-86-9;
37300-23-5), sebagai
Zn
Zink oksida ( 1314- 2 (R); 10 (R); 81.37 Demam uap logam
13-2) A4 A4

1561
4. INDEKS PAJANAN BJOLOGI

No. Bahan Kimia CAS Number Dctcrminan Matriks Waktu lPB


Sampling
1. Acetone 67-64-1 Acetone dalam urin Urin Akhir shift 25 mg/L
kerjA
-
2. Acetylcholine Esterase JnhibiLing - Akcivitas Acetylcholinesterase Darah Dapat 70% dari
Pesticides dalam eritrosit dilakukan baseline
kapan saja individu
Aniline Yang dilepaskan dari Darah Akhir shift Tidak
Hb darah kerja tercantum
100
...'l. . Aniline 62-53-3
p-Arninophenol* Urin Akhir shift 50 mg/L
kerja

4. Arsenic, Elemental & Soluble 7440-38-2 Arsene Inorganic dan Urin Akhir dari 35µgAs/L
Inorganic Compound Methylated metabolit Waktu
Sepekan Kerja

S-Phenylmercapturic Acid Urin Akhir shift 25 µg/g


keria kreatinin
5. Benzene 71-43-2 t-t-Muconic Acid Urin Akhir shift 500 µg/g
kerja kreatinin
1,2-dihydroxi-4-(N- Urin Akhir shift 2,5 mg/L
6. 1,3-butadiene 106-99-0 acetvlcvsteinvll- butane keria
Campuran N-1- dan N-2- Darah Dapat 2,5 pmol/g

1562
'
(hydroxybulenyl) vanne dilakukan Hb
hemoglobin (HbJ adduct kapan saja
7. 2-B11toxyethanol 111-76-2 Butoxyaceticacid (BAA)* Urin Akhir shift 200 mg/g
kerja kreatinin
Urin Dapat 5 µg/g
dilakukan kreatinin
kapan saja
8. Cadmium dan scnyawa inorganik 7440-43-9 Cadmium
Darah Dapat 5 µg/L
dilakukan
kapan saja
9. Carbon disulfide 75-15-0 2-Thioxothiazolidine-4- Urin Akhir shift 0,5 mg/g
carboxyclic acid (ITCA) kerja k.reatinin
Carboxyhemoglobin Darah .-1\khir shift 3,5% dari Hb
kerja
10. Carbon monoxide 630-08-0
Carbon monoxide Udara Akhir shift 20ppm
ekshalasi kerja
4-Chlorocatechol* Urin Akhir dari 100 mg/g
\�aktu kreatinin
Sepekan
11. Chlorobenzene 108-90-7 Kcria
p-Chlorophenol* Urin Akhir dari 20 mg/g
Waktu kreatinin
Sepekan Kerja
Total chromium Urin Akhir dari 25 µg/L
12. Chromium(Vl), Water-soluble fume Wakt:u
Sepekan
Keria

1563
Total chromium Urin Meningkat 10 µg/L
selama shift
ket�ja
Cobalt and Inorganic Compounds Urin Ak:hir dari 15 µg/L
(Termasuk Cobalt oxides tapi tidak Waktu
Tergabung dengF.m Tungsten Sepekan Kerja
13. �hide) 7440-48-4 Cobalt
CobalL and Inorganic Compounds Darah Akhir dari Tidak
(Tidak Termasuk cobalt oxides) Waktu tercantum
Sepekan
Keria
1,2-Cyclohexanediol Urin Akhir dari 80 mg/L
Waktu
Sepekan
14. Cyclohexanone 108-94-1 Keria
Cyclohexanol Urin Akhir shift 8 mg/L
kerja

15. Dich loromethane 75-09-2 Dichloromethane Urin Akhir shift 0.3 mg/L
keria
16. N,N- Dimethylacetamide 127-19-5 N-Methylacetamide Urin Akhir dari 30 mg/g
Waktu kreatinin
Sepekan
Keria
N-Methylacetamide Urin Akhir shift 15 mg/L
keria
17. N,N- Dimethylfonnamide (DMF) 68-12-2 N-Acetyl-S-(N- Urin Akhir dari 40 mg/L
methylcarbamoyl) cysteine Waktu
Sepekan

1564
Keria
18. 2-Ethoxyethanol (EGEE) 110-80-5 Akbir dari 100 mg/g
19. 2-Ethoxyethyl Acetate (EGEEA) 111-15-9 Waktu kreatinio
2-Ethoxyacetic acid Urin
Sepekan
Kena
20. Ethyl Benzene 100-41-4 .Jumlah mandeiic acid dan Orin Akhir shift 0.15 g/g
phenY!.g!yoxylic keria kreatinin
Sebelum 2mg/L
21. Fluorides Urin shift keria
Fluoride
Akhir shift 3 mg/L
keria
22. Furfural 98-01-1 Total Furoic Acid* Urin Akhir shift 200 mg/L
keria
23. n-Hexane 110-54-3 2,5-Hexanedion Urin Akhir dari 0,4 mg/L
Waktu (Tanpa
Sepekan Hidrolisis
Keria Asam)
24. Lead 7439-92-1 Lead Darah kapan saja 30 µg /100
ml
25. Mercury, Elemental 7439-97-6 Mercury Urin Sebelum 20 µg/g
shift keria - _kreatinin
26. Methanol 67-56-1 Methanol Urio Akhir shift 15 mg/L
keria
27. Methemoglobin inducers - MetHb Darah Selama atau 1.5% dari Hb
Akhir shift
keria
2-Methoxyethanol 109-86-4 Akhir dari 1 mg/g
28. 2-Metboxyacetic acid Urin Waktu kreatinin
2-Methoxyethyl acetate 110-49-6 Sepekan
Keria

1565
29. Methyl n-butyl ketone 591-78-6 2,5-hexanedione** Urin
-
Akhir dari 0,4 rng/L
Waktu
Sepekan
Keria
Methyl chloroform Udara Akhir dari 40 ppm
ekshalasi Waktu
Sepekan
Keria
Trichloroacetic acid Urin Akhir shift 10 mg/L
keria
Total Trich Loroethanol U1in Akhir dari 30 mg/L
30. Methyl Chloroform 71-55-6 Waktu
Sepekan
Keria
Total Trichloroethanol Darah Akhir dari t mg/L
Waktu
Sepekan
Kerja

31. Methyl Ethyl Ketone 78-93-3 Methyl Ethyl Ketone Urin Akhir shift 2 mg/L
kerja

32. Methyl Isobutyl Ketone 108-10-1 Methyl lsobutyl Ketone Urin Ak.h.ir shift 1 rng/L
keria
33. N-Methyl-2- Pyrrolidone 872-50-4 5-hydroxy-N-methyl-2- Urin Ak.hir shift 100 mg/L
nvrrolidone keria
Total p-nitrophenol Urin Akhir shift 0,5 mg/g
34. Parathion 56-38-2 keria kreatinin
Aktivitas kolinesterase Eritrosit kapan saja 70% dari
baseline

1566
individu
35. Pen tachlorophcnol 87-86-5 PenlachloruphenoJ* Urin Akhir dari Tidak
Waktu tercantum
Sepekan
Keria
36. Phenol 108-95-2 Phenol* Urin Akhir shift 250 mg/g
keria kreatinin
37. 2-Propanol 67-63-0 Acetone Urin Akhir dari 40 mg/L
Waktu
Sepekan
Keria
Mandelic acid plus Urin Akhir shift 400 mg/g
ohenvh:rlvoxvlic acid keria kreatinin
38. Styrene 100-42-5
Styrene Urin Akhir shift 40 µg/L
keria
Tetrachloro ethylene Udara Sebelum 3ppm
ekshalasi Shift Kerja
39. Tetrachloroethylene 127-18-4
Tetrachloro ethylene Darah Sebelum 0,5 mg/1
Shift Keria
40. Tetrahydrofuran 109-99-9 Tetrahydrofuran Urin Akhir shift 2 mg/L
keria
Toluene Darah Akhir dari 0,02 mg/L
Waktu
Sepekan
Kcria
41. Toluene 108-88-3 Toluene Urin Akhir shift 0,03 mg/L
keria
o-Cresol" Urin Akhir shift 0,3 mg/g
kerja kreatinin

1567
Trichloroacetic acid Urin Akhir dari 20 mg/L
Waktu
Sepekan
42. Trichlorne thylene 79-01-6 Keria
Trichloroethanol Darah Ak.hir dari 0,5 mg/L
Waktu
Sepekan
Keria
43. Uranium 7440-61-1 Uraniwn Urin Akhir shift 200 µg/L-
95-47-6; Methylhippuric acid Urin Akhir shift 1,5 g/g
106-42-3; kerja kreatinin
108-38-3;
44. Xylene ( semua isomerJ 1330-20-7
95-47-6; 106- Xylene Darah Akhir shift Tidak
42-3·' 108-38- kerja tercantum
3: 1330-20-7

1568
5. STANDAR FAKTOR BIOLOGI

Faktor biologj di tcmpat kerja adalah faktor yang dapat mempengaruhi


akt1vitas tenaga kerja yang disebabkan oleh mahluk hidup dan produknya
yang dapat menyebabkan pcnyakit pada tenaga kerja, meliputi
mikroorganisma dan toksinnya (virus, bakleri, fungi & produknya),
Arthopoda (crustacea, arochmid, insect), alergcn & toksin tumbuhan tingkat
tmggi (dermatitis kontak, rhinitis, asma) serta protein alergen dari
tumbuhan tingkat rendah (lichen, liven.uort, fem) & hewan invertebrata
(protozoa, ascaris).
Pcngendalian dilakukan dengan cara sanitasi ruangan tempat kerja.
Bakteri : 700 cfu/m 1 (Batas ma.ksimum) dan bebas rnikroba patogen
Jamur: 1000 cfu/m3 (I3atas maksimum)

1569
6. STANDAR FAKTOR ERGONOMI

A. Standar Pengukuran, Pengolahan Dan Penggunaan Data Antropometri


Antropometri adalah suatu studi tentang pengukuran yang sistematis
dari fisik tubuh manusia, terutama mengenai dimensi bentuk dan ukuran
tubuh yang dapat digunakan dalam klasiftkasi dan perbandingan
antropologis.
Antropometri merupakan kurnpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik tubuh manusia (ukuran, volume, dan berat) serta
penerapan dari data tersebut untuk perancangan fasilims kerja atau
produk. Data antropometri diperlukan untuk perancangan sistem kerja
yang baik. Penerapan antropometri rnerupakan penggunakan data
antropornetri di dalam desain dan pemanfatannya di dalam suatu varietas
yang sangat Juas, <lari kebutuban perancaangan yang sangat sederhana
sampai perancangan yang melibatkan teknologi tinggi. Dengan demikian
diperlukan keseragaman atau standar pengumpulan data antropometri
melalui pengukuran antropometri para pekerja di Indonesia secara
representatif. Kumpulan hasil pengukuran antropometri pekerja diolah
secffi"a statistik sebelum digunakan sebagai dasar perancangan sarana dan
prasarana ke1ja. Pengukuran antropometri secara umum dapat dibagi
menjadi pengukuran antropometri statis dan dinamis.

/\.1. Pengukuran Antropometri


a. Antropo1netri Statis
Antropometri statis (meliputi; antropometri posisi berdiri, pos1s1
duduk, antropometri kepala, kaki, tangan, dst) merupakan ukura.n
tubuh dan karakteristik tubuh dalam keadaan diam (statis} untuk
posisi yang telah ditentukan. Contoh: tinggi badan, lebar bahu dll.
b. Antropomelri Dinamis
/\ntropometri dinamis Uangkauan, fleksi/ekstensi, sudut puntir,
dst) adalah ukuran tubuh atau karakteristik tubuh dalam
keadaan bergerak, atau pengukuran yang memperhatikan
gerakan-gerakan yang mungkin terjadj pada saat pekerja
melaksanakan aktivitas kerja. Contoh: putaran sudut tangan,
sudut putaran pergelangan k:aki.

A.2. Alat Ukur Antropometri Yang Oigunakan


Berbagai alat ukur yang dapal digunakan untuk mengukur
dimensi tubuh manusia atau antropometri antara lain adalah sebagai
berikut:
• Sliding Weight Scale; untuk mengukur berat badan dan tinggi
badan secara manual

1570
• Digitul Weight Scale; untuk mengukur berat badan dengan hasil
baca secara digital
• Metal Height Scale; fllat pengukur tinggi badan yang praktis
dengan ujung atas ditempel di tembok
• Anthmpometer Set; serangkaian antropometer yang dapat
dirai1gkai untuk mcngukur antropometri
• Antropometer Bone Capiler, untuk mengukur lebar dan tebal dari
bagian tubuh tertentu
• Sliding Capiler, untuk mengukur lebar dan tebal dari bagian
tubuh tertenlu
• Goniometer; untuk mengukur sudul persendian
• Inclinometer; untuk mengukur gerakan persendian
• Bangku atau kursi dengan ukuran 40 x 40 x 40 sentimetcr tanpa
sandaran pinggang dan sandaran tangan

A.3. Penetap11n dan Pcndefinisian Mata Ukur Dimensi Anggota Tu.bub


A.3.1. Standar Pengukuran Antropornetri Statis Posisi Berdiri dan Duduk.
Standar peng· ukuran antropometri statis posisi berdiri dan duduk
ditetapkan sebanyak 30 mata ukur dari dimensi anggota tubuh
manusia, sebagai berikut:

Tabel A3.l.
Penetapan dan pendefinisian pengukuran antropomeoi statis mata ukur
dimensi anggota tubuh posisi berdiri dan duduk
No Mata Ukur Dimensi Penjelasan

l. Tinggi Sadan
--------------------------t
Anggota Tubuh
adalah jarak vertikal telapak kaki sampai ujung
kepala yang paling atas. Subjek diukur dengan
pusisi tegak bersandar pada dinding dengan
kedua kaki berdiri seimbang dan berat
tertumpu pada kedua kaki.
• Aplikasi:
Memberikan ukurfln tentang ruang bebas
arah vertikal yang diperlukan dalam kerja
berdiri; ketinggian minimal yang dapat
diperbolehkan terhadap benda-benda yang
mengganggu di ala::. kepala.
2. Tinggi adalah jarak vertikal dari lanlai sampai sudut
Mata rnata bagian dalam (dekat pangkal hidung).
Berdiri Subjek berdiri tegak dan memandang lurus ke
dcpan.
• Aplikasi:
Merupakan pusat lapangan penglihatan;
scbagai referensi untuk lokasi displai visual;
dimensi jangkauan untuk garis penglihatan;
kelinggian maksirnal yang diperbolehkan

1571
untuk sesuatu y ang menghalangi
pandangan, dll. Apabila pekerjaan dilakukan
dengan posisi berdiri.
3. T:inggi Bahu Berdin adalah jarak vertikal dari lantai ke bagian atas
bahu kanan (acromion) atau ujung tulang bahu
kanan.
Subjek diukur dengan posisi tegak lurus dengan
kedua kaki berdirj seimbang dan berat
)J tertumpu pada kedua kaki.
• Aplikasi:
Merupakan pusat rotasi dari anggota tubuh
bagian atas, sehingga dapat digunakan di
dalam menentukan area jangkauan yang
nyaman; sebagai data referensi untuk lokasi
penempatan alat kontrol, peralatan kerja dan
perkakas yang dipasang tetap, merupakan
titik atas dari power zone.
4. T:inggi Siku Berdiri adalah jarak vertikal dari lantai sampai titik
bawah siku. Subjek diukur dengan posisi tegak
lurus, lengan atas lurus ke bawahdi samping
badan dan lengan bawah ke depan membentuk
sudut 90° dengan kedua kaki berdiri seimbang
dan berat tertumpu pada kedua kaki.
• Aplikasi:
Merupakan data referensi untuk
menentukan ketinggian landasan kerja,
merupakan titik sentral power zone, dll.
.5. Tinggi pinggul berdiri adalah jarak vertikal dari lantai sampai titik
tulang pinggul. Subjek diukur dengan posisi
tegak lurus, dengan kedua kaki berdiri
seimbang dan berat tertumpu pada kedua kaki
• Aplikasi:
Tinggi pinggul juga mcrupakan pusat rotasi
pada sendi pinggul, sehingga dapat
digunakan untuk mengetahui panjang
fungsional dari anggota tubuh bagian bawah.
6. Tinggi tulang ruas Adalah jarak vertikal dari lantai kc bagian
tulang ruas/buku jari tangan kanan
(metacarpals).

1572
7. Tinggi ujung jari adalah jarak vertikal dari lantai sampai ujung
jari tengah tangan. Subjek diukur dengan posisi
tegak lurus, tangan luru.s ke bawah di samping
badan dengan jari tangan 1nembuka rapat luru.s
dan kedua kaki berdiri seimbang dan berat
tertumpu pada kedua kaki.
• Aplikasi:
Merupakan batas titik terendah yang dapat
diterima dari penempatan alat kontrol yang
dioperasikan dengan menggunakan jari
tangan.
8. Tinggi duduk adalah jarak vertikal dari per mukaan alas
dud.uk sampai ujung kepala (vertex). Subjek
diukur dengan posisi duduk tegak lurus.
• Aplikasi:
Ruang bebas gerak yang diperlukan antara
alas duduk sampai objek yang dapat
menghaJangi, yang berada di atas kepala.

9. Tinggi mata duduk adalah jarak vertikal dari alas duduk sampai
sudut mata dalrun. Subjek diukur dengan posisi
duduk tegak lurus dan mata menghadap lurus
ke depan.
• Aplikasi:
Merupakan pusat lapangan penglihatan;
sebagai referensi untuk lokasi displai visual;
dimensi jangkauan untuk garis penglihatan;
ketinggian maksimal yang diperbolehkan
untuk sesuatu yang menghalangi
pandangan, dll. Apabila pekerjaan d.ilakukan
dengan posisi duduk.
10. Tinggj bahu duduk adalah jarak vertikal dari alas duduk sampai
titik tengah bahu (akromion). Subjek d.iukur
dengan posisi duduk tegak lurus.
OIO
• Aplikasi:
Sekitar pusat rotasi anggota tubuh bagian
atas dan merupakan titik tulang bahu.

1573
11. Tinggi siku duduk adalah jarak vertikal dari alas duduk sarnpai
titik bawah siku. Subjek diukur dengan posisi
duduk tegak lurus, lengan atas lurus ke
bawahdi samping badan dan lengan bawah ke
depan membcntuk suc.ut 90 derajat.
·1.
01
'.
• Aplikasi:
Menentukan ketinggian sandaran tangan;
mcrupakan data referensi yang penting
untuk ketinggian letak keyboard,
desk.boards, tinggi permukaan landasan
kerja pada berbagai pekerjaan lainnya.
12. Tebal paha adaJah jarak vertikal dari alas duduk sampai
bagian alas paha. Subjek diukur dengan posisi
duduk tegak lurus, lekuk lutut membentuk
sudut 90 derajat.
• Aplikasi:
Ruang bebas gerak yang diperlukan antara
tempat duduk de11gan ujung bawah meja
atau benda-benda yang dapat menghalangi
lainnya.
13. Panjang lutut adalah jarak horizontal dari lilik belakang
pantat (buttock) sampai titik depan lutut.
Subjek diukur dengan posisi duduk tegak
lurus, lekuk lutut membentuk sudut 90 derajat.
• Aplikasi:
Ruang bebns gerak antara titik belakang
pantat dengan benda yang dapat
menghalangi di depan lulut.
14. Panjang poplileal atau adalah jarak horizontal dari titik belakang
panjang tungkai bawah pantat (buttock) sampai lekuk lutut atau sudut
popliteal. Subjek diukur dengan posisi duduk
tegak lurus, lekuk lutut membentuk sudut 90
derajat.
• Aplikasi:
Menentukan tentang kedalaman duduk
maksimal yang dapat diterirna.

15. Tinggi lutut adalah jarak vertikal dari lantai sampai titik
bagian atas lutut dengan posisi duduk tegak
lurus, lekuk lutut membentuk sudut 90 derajal.
• Aplikasi:
Ruang bebas gerak yang diperlukan untuk
akses atau masuk di bawah meja kerja.

1574
16. Tinggi lekuk lutut atau adalah jarak vertikru dari lantai sampai lekuk
panjang ttungkai bawah lutut. Subjek diukur dengan posisi duduk tegak
lurus, lekuk lutut membentuk sudut 90 derajat.
• Aplikasi:
Dimensi ukuran untuk menentukan
ketinggian duduk maksimal yang masih
dapat ditcrima.

17. Lehar sisi bahu adalah Jarak horizontal antara sisi paling luar
bahu kiri dan sisi paling luar bahu kanan .
.I

18. Lebar bahu bagian atas adalah jarak horizontal antara bahu atas kanan
dan bahu atas kiri.
Subyek duduk tegak dengan lengan atas dan
.___.OJI
lengan bawah merapat ke badan .

19. Lebar pinggul (lp) adalah jarak horizontal antara sisi luar pinggul
kiri dan sisi luar pinggul kanan. Subyek duduk

.!
tegak

,.

20. Tebal dada Jarak horizontal dari bagian belalkang tubuh ke


bagian dada untuk subyek laki-laki a.tau ke
bagian buah dada untuk subyek wanita.

1575
21. Tebal perut Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke
bagian yang paling menonjol di bagian perut.

22. Panjang lengun ntas adalah jarak dari lllik tengah bahu (akromion)
sampai titik bawah siku. Subjek diulrur dengan
po::.isi lengan atas lurus ke bawah dan siku
0, ditekuk ke depan membentuk sudut 90 derajat.
• Aplikasi:
Panjang fungsional dari anggota tubuh
bagian atas; digunakan untuk
mendefinisikan area terdekat dari suatu
objek yang dikerjakan.
23. Panjang Lengan Bawah adalah jarak dari tiLik belakang siku sampai ke
bagian ujung jari tengah. Subjek diukur dengan
posisi lengan lurus ke bawah dan siku ditekuk
ke depan hingga memhentuk sudut 90 derajat.
• Aplikasi:
Jangkauan lengan digunakan untuk
menentukan area kerja optimum.
• Faktor Koreksi:
Untuk jangkauan dengan jari tangan
adalah jangkauan tangan menggenggam
+ 60% panjang tangan.
Untuk jangkauan dengan ibu jari
adalah jangkauan tangan menggenggam
+ 20 % panjang tangan.
24. Panjang jangkau de pan adalah Jarak dari bagian atas bahu kanan
(acromion) ke ujung jari tengah tangan kanan
dengan siku dan pergelangan tangan kanan
lurus.

1576
25. Panjang bnhu genggam
adalah jarak dari titik tengah bahu (akromion)
tangan ke depan sampai titik tengah genggaman tangan dengan
posisi siku dan pergelangan tangan lurus ke
depan.
• Aplikasi:
Panjang fungsional dari anggota tubuh
bagian atas; digunakan di dalam
mendefinisikan area jangkauan ke arah
depan secara tepat.
• Faktor Koreksi:
Untuk jangkauan dengan jari tangan
adalah jangkauan tangan menggenggam
+ 60% panjang tangan.
Untuk jangkauan dengan ibu jari
adalah jangkauan tangan menggenggam
+ 20 % panjang tangan.
--:---:------+--------'-
26. Panjang kepala Adalah jarak horizontal dari bagian paling
depan dahi (bagian tengah antara dua alls) kc
bagian tengah kcpala.

27. Lebar kepala ndalah jarak horizontal dari sisi kepala bagian
kiri kt: :;isi kepala bagian kanan, tepat di atas
telinga.

28. Panjang tangan adalah jarak dari pergelangan Langan sampai


ujung jari tcngah (jari terpanjang)

1)18

1577
29. Lebar tangan adalah jarak lebar dari garis lurus tangan
sampai ujung titik pinggir ibu jari dalam
keadaan membuka rapat.

30. Panjang Kaki adalah jarak paralel sepanjang kaki diukur dari
tumit bagian paling belakang sampai ujung jari
kaki paling panjang.
• Aplikasi:
Ruang bebas gerak untuk kaki, untuk
mendesain pedal, alat kontrol yang
dioperasikan oleh kaki, dll.

31. Le bar kaki adalah jarak antara kedua sisi kaki paling luar.

32. Panjang rentangan adalah jarak maksimum ujung jari t�ngah


tangan ke samping tangan kanan ke ujung jari tengah tangan kiri.
o.n Subjek diukur dengan posisi tega.k lurus, kedua
tangan merentang ke samping kanan dan kiri
dengan jari tangan membuka rapat lurus dan
kedua kaki berdiri seimbang dan berat
tertumpu pada kedua kaki.
• Aplikasi:
Merupakan batas terkecil ruang gerak untuk
menjangkau dengan kedua rentangan
tangan.
33. Panjang rentangan adalah jarak yang diukur dari ujung siku
siku tangan kanan ke ujung siku tangan kiri.
• Aplikasi:
Merupakan pedoman yang sangat berguna
pada saat mempertimbangkan ruang gerak
siku di dalam ruang kerja.

1578
34. Tinggi genggaman adalah jarak vertikal dari lantai sampai titik
tangan ke atas posisi tengah genggaman tangan. Subjek diukur
berdiri dengan posisi tegak lurus, tangan lurus ke atas
dengan tangan menggenggam dan kedua kaki
berdiri seimbang dan berat tertumpu pada
kedua kaki.
• Aplikasi:
Merupakan batas titik tertinggi yang dapat
diterima dari penempatan alat kontrol yang
dioperasikan dengan menggunakan tangan.
• Faktor Koreksi:
Untuk jangkauan dengan jari tangan
adalah jangkauan tangan menggenggam
+ 60 % panjang tangan.
Untuk jangkauan dengan ibu jari
adalah jangkauan tangan menggcnggam
+ 20 % panjang tangan.
35. Tinggi genggaman adalah jarak vertikal dari alas duduk sampai
tangan ke atas dalam titik tengah genggaman tangan. Subjek diukur
posisi duduk dengan posisi duduk tegak lunlS, tangan lurus
ke atas dengan tangan menggenggarn .

. J. - - - -

36. Panjang Genggaman adalah Jarak yang diukur dari bagian belakang
Tangan ke Depan bahu kanan (tulang belikat) ke pusat batang
silinder yang digenggam oleh telapak tangan
ka.nan.

Keterangan:
Pada saal pengukuran antropometri, responden tidak mengenakan sepatu,
helm, topi dan pakaian tebal.

A.3.2. Standar Pengukuran Antropometri Kepala


Ukuran antropometri pada bagian kepala dapat digunakan untuk
mendesain sarana proteksi bagian kepala (helm, topi, dll) dan muka
(tameng, tutup muka, dll.). Narnun demikian, para desainer untuk

1579
peralatan perlindungan kerja harus mengingat bahwa setiap data
yang disajikan hanyalah merupakan estimasi, sehingga masih h arus
mempertimbangkan faktor-faktor lain termasuk keselamatan,
keamanan, dan kenyamanan pada saat dipakai.

Tabel A3.2.
Pcnetapan dan pendefinisian pengukuran antropometri kepala
No Mata Ukur
Dimensi Anggota Penjelasan
Tubuh Bagian
Kepala
1. Panjang Kcpala Adalah pengukuran jarak tinier dari bawah dagu
sampai ujung kepala paling atas (vertex).
2. Lebar Kepala Adalah pengukuran dengan kapiler geser untuk
mengukur lehar maksimum kepala di atas kedua
telinga Adalah pengukuran dengan kapiler geser
untuk mengukur lebar maksimum kepala di atas
kedua telinga Adalah pengukuran dengan kapiler
geser untuk mengukur lebar maksimum kepala di
atas kedua telinga
3. Kedalaman /\dalah pengukuran dengan kapiler gei:.er untuk
Kepala mt:ngukur jarak dari titik atas hidung antara dua
mata (nasion) sampai bagian kepala bagian belakang.
4. Lingkar KepaJa Adalah pengukuran dengan meteran gulung untuk
mengukur lingkar kepala maksimum di atas daun
telinga

A.3.3. Standar Pengukuran Antropometri Tangan


Data ukuran antropometri bagian tangan dan lengan dapat
digunakan untuk mendesain handgrips dan alat kontrol yang
dioperasikan oleh tangan pada umumnya.

Tabe.l A3.3
Penetapan dan pendefinisian pengukuran antropometri
tangan dan lengan
No Mata Ukur Dimensi
Anggota Tubuh Penjelasan
Bagian Tangan dan
Lengan
l. Panjang Tangan Ad�lah jarak dari pergelangan tangan sampai
uj,.1ng jari tengah (jari terpanjang).
2. Panjang Telapak Adalah jarak dari pergelangan ta.ngan sampa.1
Tangan garis celah jari atau garis atas telapak tangan.
3.
I Lebar Tangan
sampai Ibu ,J 01;
Adalah jarak lebar dari garis lurus lengan sampai
ujung titik pinggir ibu Jan dalam keadaan
membuka rapat.
4. Lebar Tang an .Adalah jarak lebar dari garis pinggir telapak

1580
sampai Melakarpal tangan sampai garis pinggir jari telunjuk
·-::, . Lingkar Melakarpal Adalah pengukuran dimensi tangan dan lengan
dengan meteran gulung, bagian lJll diukur
melingkar pada telapak tangan pada empat jari
jarak lebar dari garis pinggir telapak tangan
sarnpaj garis pinggir jari telunjuk.
6. Lingkar Lengan Atas Adalah pengukuran dimensi tangan dan lengan
dengan meteran gu]ung, bagian ini diukur
mclingkar pada lengan atas untuk mendapatkan
ukuran lengan atas maksimum.
7. Lingkar Lengan Adalah pengukuran dimensi tangan dan lengan
Bawab dengan meteran gulung, bagian ini diukur
melingkar pada lengan bawah untuk
mendapatkan ukuran lengan bawah maksimum
diukur di daerah bawah siku.
8. Lingkar Siku Adalah pengukuran dimensi tangan dan lengan
dengan meteran gulung, bagian ini diukur
melingkar pada siku, lengan dalam keadaan
lurus.
9. Lingkar Pergdangan Adalah pengukuran dimensi tangan dan lengan
Tangan dengan meteran gulung, bagian ini diukur
melingkar pada pergelangan tangan.

A4. Karaktenstik individu yang mempengaruhi pengukuran antropometri


Faktor-faktor yang perlu diperlimbangkan dalam melakukan
pengukuran a nt:ropometri antara lain:
1) Umur
Sepcrti diketahui bersarna bahwa manusia tumbuh sejak lahir
hingga kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun
untuk wanita. Pada saat umur tersebut ukuran tubuh manusia
tetap dan cenderung untuk menyusut setelah kurang lebih
berumur 60 tahun.
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan ukuran tinggi badan seseorang karena
rata-rata pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih
besar dan tinggi dibandingkan dengan perempuan, kecuali
dibagian dada dan pinggul. Secara umum wanita juga hanya
mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau
kekuatan otot laki-laki. Wanita mempunyai V02 max 15-30%
lebih rendah dari laki-laki, sehingga menyebabkan persentase
lemak tubuh wanita lebih tinggi dan kadar Hb darah lebih rendah
daripada laki-laki. Di sarnping itu, wanita juga mempunyai tenaga
aerobik maksimum sebesar 2,4 L/menit, sedangkan pada laki-Jakj
sedikit lebih tinggi yaitu 3,0 L/menit
3) Berat badan
Bcrat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan
garnbaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan

1581
sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena
pcnyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.
4) Suku bangsa
Suku bangsa juga memberikan ciri khas mengenai dimensi
tubuhnya. Pada umumnya orang eropa merupakan etnis
kaukasoid berbeda dengan orang indonesia yang merupakan etnis
mongoloid. Kecenderungan dimensi tubuh manusia yang termasuk
etnis kaukasoid lebih panjang bila dibandingkan dengan dimensi
tubuh manusia yang termasuk etnis mongoloid.
5) Jenis pekerjaan atau latihan
Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering
dipekerjakan akan mengakibatkan otot tersebut bertambah lebih
besar. Misalnya dimensi seorang buruh pabrik, dimensi seorang
binaragawan dan sebagainya.

AS. Pengolahan Data Antropometri


Data ha:sil pengukuran antropometri diperlukan untuk merancang
suatu peralatan dan sarana kerja serta produk sehingga sesuai dengan
orang yang akan mengoperasikannya. Sebagian besar data
antropometri dinyatakan dalam bentuk persentil (%ile). Suatu populasi
untuk kepentingan studi dibagi dalam seratus kategori persentase,
dimana nilai tersebut akan diurutkan dari terkecil hingga terbesar pada
suatu ukuran lubuh tertentu. Persentil menunjukkan suatu nilai
persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut. Apabila dalam mendesain produk terdapat
variasi untuk ukuran sebenarnya, maka seharusnya dapat merancang
produk yang memiliki lleksibilitas dan sifat mampu
mcnyesuaikan (adjustable} dengan suatu rentang tertentu
(Wignjosoebroto, 2008). Oleh karena jtu, untuk penetapan antropometri
dapat menerapkan distribusi normal. Dalam statistik, distribusi normal
dapat diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata dan standar
deviasi darj data yang ada serta digabungkan dengan nilai persentil
yang telah ada seperti pada Gambar di bawah ini.

-i.a -la MEAN +10.

Gambar Al. Graflk Normal Distribusi yang berkaitan dengan


posisi nilai Mean dan Standar Deviasi

Selama bentuk kurva adalah sirnetris, maka dapat diartikan bahwa


50% dari populasi pengukuran antropometri adalah lebih pendek dari
pada rerata dan 50% nya lagi lebih tinggi atau lebih besar. Dengan

1582
demikian, dapat dinyatakan bahwa dalam distribusi normal, nilai
rerata adalah hampir sama dengan persentil ke-50 (50%-ile). Secara
umum, n % populasi adalah lebih pendek atau kecil dari pada nth%­
ile. Sehingga, ni1ai yang berada di dekat ujung kiri dari garis atau axis
horizontal adalah suatu nilai yang disebut sebagai persenti ke-5 (5%­
ile), yang mana kita dapat mengatakan secara pasti bahwa 5% populasi
lebih pendek/kecil atau hanya 1 dari 20 kemungkinan populasi lebih
pendek/kecil. Hal serupa terjadi, pada jarak yang sama dari nilai rerata
ke kanan adalah suatu nilai yang dapat kita sebut dengan persentil ke-
95 (95%-ile). Pada nilai tersebut dapat kita katakan bahwa hanya 5%
populasi adalah 1ebih tinggi/ besar. Maka, nilai 90% populasi adalah
antara 5%-ile dan 95%-ile seperti diilustrasikan pada Gambar 2.

6th percentile 95th percentile

-1.66a +1.66-a

4
90% of percentile

Ga.mbar A2. Grafik Normal Distribusi terhadap Nilai 90% Populasi

Dfotribusi pengukuran merupakan aneka distribusi dari suatu seri


penguku.ran yang dapat direpresentasikan oleh Nilai Rerata (Mean),
Nilai Tengah (Median), dan Mode (Angka yang paling sering muncul). Di
dalam dislribusi normal, seluruh nilai statistik (mean, median dan
mode) adalah sama. Maka 68% da.ri nilai clistribusi normal berada di
dalam standar deviasi (a.) dari sisi mean sbb:

Standar Deviasi (a)= ✓�(x- X)2ln-1

Dimana: X adalah rerata (mean), x adalah nilai individu dari hasil


pengukuran antropometri dan n adalah jwnlah subjek di dalam
sampel. Digunakannya n-1 di dalam rumus persamaan ini adalah
dengan harapan untuk mengkoreksi adanya bias ukuran sampel dan
untuk membuat prediksi standar deviasi yang lebih baik dari populasi.
Secara scderhana dapat dijelaskan bahwa nilai rerata (X) ± 1 a
adalah sebesar 68% dari sampel populasi, sementara rerata (X) ± 2 a
dan X ± 3 a termasuk variabilitas yang mendekati 95% dan 99,8% dari

1583
populasi sampel. Sebagai contoh ilustrasi untuk memudahkan
pemahaman dapat disajikan sebagai berikut:

Nilai rerata (mean) adalah 60 sentimeter dengan a. sebesar 4, maka:


X ± 1 a = 56 - 64 sentimeter, sehingga meliputi 68% dari sampel
X ± 2 a == 52 - 68 sentimeter, sehingga meliputi 95% dari sampel
X ± 3 a, == 42 - 72 ,4 sentimeter, sehingga meliputi 99% dari sampel

Hubungan antara rerata (X) ± nilai o dan nilai persentil yang


dipilih disajikan seperti pada Tabel 1 di bawah. Dapat dilihat bahwa
kisaran 5%-itt; sampai 95 %-ile adalah ekuivalen dengan X ± 1,65 a..

Tabel A5.
Penggunaan Rerata (X) dan Standar Deviasi (o,) untuk Mengestimasi
Nilai Persentil pada Data dengan Distribusi Normal
Nilai Persentil Rumus Estimasi
99,5 X + (2,58 x a)
99 X + (2,32 x a.)
97,5 X + (1,95 x a)
97 X + (1,88 x a)
95 X + (1,65 x a.)
90 X + (1,28 X a)
80 X + (0,84 x a.)
75 X + (0,67 x a.)
70 X + (0,52 x a.)
50 X
30 X - (0,52 x a)
25 X -(0,67 x a.)
20 X - (0,84 x o.)
10 X - (1,28 x o.)
5 X - (1,65 x a.)
3 X - (1,88 x a.)
2,5 X - (1,95 x a)
1 X - (2,32 x a.)
. 0,5 X - (2,58 x a)

A6. Aplikasi Data Antropometri dalrun Perancangan Produk / Fasil:itas


Kerja
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai
macam anggota tubuh manusia dalam percentile tertentu akan sangat
besar manfaatnya pada saat perancangan produk ataupun fasilitas
kerja yang akan dibuat. Penggunaan data antropometri dapat
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:
1) Perancangan area kerja (work starion, mobile, interior, dll).
2) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas
dan sebagainya.

1584
3) Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi,
meja, dan sebagainya.
4) Perancangan lingkungan kerja fisik
Jacti dapat disimpulkan bahwa data antropometri dapat
meocmtukan bentuk, ukuran dan dimensi yang berkaitan dengan
produk yang dirancang. Dalarn kaitao ini maka perancangan
produk harus mampu mengakomodasikan dimensi dari populasi
terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan
tersebut. Secara umurn sekurang-kurangnya 90%-95% dari
populasi yang menjadi target dalam kelornpok pemakai suatu
produk haruslah dapat mcnggunakan produk tersebut.

Untuk mendesain peralatan kerja secara ergonomi yang digunakan


dalam lingkungan schari-hari a.tau mendesain peralatan yang ada pada
lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia di lingkungan
tersebut. Apabila tidak ergonomis akan dapat menimbulkan berbagai
dampak negatif bagi manusia tersebut. Dampak negatif bagi manusia
tersebut akan terjadi dalam jangka waktu pendek (short term) maupun
jangka panjang (long tenn). Selanjutnya prinsip-prinsip penerapan data
an tropometri adalah:

l. Prinsip perancangan bagi individu dengan ukuran ekstrim.


Berdasarkan prinsip ini, rancangan yang dibuat bisa digunakan
oleh individu ekstrim yaitu terlalu besar atau kecil dibandingkan
dengan rata- ratanya agar mernenuhi sasaran, maka digunakan
persentil besar (90%-ile, 95%-ile atau 99%-ile persentil) a.tau
perscntil kecil ( 1 %-ile, 5%-ile atau 10%-ile).

2. Prinsip perancangan yang bisa disesuaikan atau distel.


Rancangan bisa diubah-ubah ukurannya, sehingga cukup
fleksibel untuk diaplikasikan pada berbagai ukuran tubuh
(berbagai populasi). Dengan menggunakan prinsip ini maka kita
dapat mcrancang produk yang dapat disesuaikan dengan
keinginan konsumen. Misalnya kurs1 perkantoran, kursi
pengemucli pada kendaraan. Dalam hal m1 kita dapat
menggunakan ukuran rcntang antara 5 %-ile (batas bawah)
dengan 95 %-ile (batas atas).

3. Prin sip perancangan dengan ukuran rata-rata.


Rancangan didasarkan atas rata-rata ukuran manusia. Prinsip ini
<lipakai jika peralatan yang didisain harus dapat dipakai untuk
berbagai ukuran tubuh manusia. Rancangan peralatan dan
sarana kerja berdasarkan data rerata hanya tepart digunakan
untuk merancang fasilitas umum atau peralatan kerja yg hanya
digunakan sebentar-sebentar. Berdasarkan distribusi populasi,
maka bila kita menggunakan data rerata dapat ctikatakan bahwa
50% populasi akan kekecilan dan 50% populasi kebesaran
terhadap peralatan tersebut.

1585
Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan
dalarn proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada
beberapa sarana/ rekomendasi yang bisa diberikan sesuai langkah­
langkah sebagai berikut:
1) Pertama kali harus ditetapkan anggota tubuh mana yang nantinya
akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
2) Menentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses
perancangan tersebut, dalam hal ini perlu juga diperhatikan
apakah harus menggunakan data dimensi tubuh statis ataukah
data dimensi tubuh dinamis.
3) Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,
diakomodasikan dan menjadi target utarna pemakai rancangan
produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai "segmentasi pasar"
seperti produk mainan anak-anak, peralatan rumah tangga untuk
wanita, dll.
4) Menetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah
rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim,
rentang ukuran yang fleksibel (adjustabel) ataukah ukuran rata­
rata.
5) Memilih persentase popula.si yang harus diikuti 90%-ile, 95%-ile,
99%>-ile ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki.
6) Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan
selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data
antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan
tambahkan faktor kelonggaran {allowance) bila diperlukan seperti
halnya tambahan ukuran akibat tebalnya pakaian yang harus
dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan dan lain-lain.

B. Desain Stasiun Kerja


Banyak pekerja di industri melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sama
atau serupa pada setiap shift kerja, hal tersebut jika dilakukan secara cepat
dan efisien akan menghasilkan suatu produktivitas yang lebih tinggi.
Dengan maksud tersebut, maka setiap stasiun kerja ha.nls didesain untuk
menyerasikan antara kebutuhan individu pekerja (seperti; ketinggian objek
kerja, jangkauan optimum, ukuran objek yang dikerjakan, dll.) dan
tentunya tetap mempertimbangkan jenis rnesin yang digunakan dan
pekerjaan yang dilakukan.
Pendekatan secara sistemik untuk rnenentukan dimensi stasiun kerja
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi variabilitas popl.llasi pemakai yang didasarkan pada
etnik, jenis kelamin dan umur.
b. Mendapatkan data antropometri yang relevan dengan populasi
pemakai.
C. Pengukuran antropometri perlu mempertimbangkan pakruan, sepatu
dan posisi normal.
d. Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama. Penyediaan
kursi clan meJa kerja yang dapat distel, sehingga operator

1586
dirnungkir.kan bekerja dengan sikap duduk maupun berdiri secara
bergantian.
c. Tata letak dari peralatan, kontrol harus dalam kisaran jangkauan
optimum.
f. Menernpatkan displai yang tepat sehingga operator dapat melihat objek
dengan pandangan yang tepat dan. nyaman.
g. Revie'w terhadap desain stasiun kerja secara berkala.

Area alau ruang lingkup desain stasiun kerja meliputi area sebagai berikut:

Bl. Desain Ketinggian Area Kerja


Stasiun kerja secara umum haruslah dapat rnengakomodasi
rentangan tinggi badan dari selu.ruh pekerja untuk menjamin bahwa
persentasi terbesar populasi dapat bekerja secara optimal. Faktor­
[aktor yang sangat penting dalam mendesain area kerja adalah
ketinggian area/ objek kerja, area jangkauan optimal, penyediaan ruang
geral.c untuk kaki dan juga faklor sudut pandang yang natural dari
para pekerja.
Mengingal dimensi ukuran tinggi badan merupakan dimensi
antropometri yang sangat penting, maka tinggi badan tersebut perlu
diklarifikasikan agar dapat mengakornodasikan seluruh kelompok
pengguna dengan rentang ukuran yang cukup luas. Tinggi badan dari
suatu populasi secara umurn dapat diklasifikasikan menjadi empat (4)
grup, seperti pada gambar dibawah ini:

Grup 1 adalah kelompok wanita terkecil (hanya 5% lebih kecil)


Grup 2 adalah kelompok rerata wanita dan kelompok laki-laki
terkecil
Grup 3 adalah kelornpok wanita terbesar dan kelompok rerata
laki-laki
Grup 4 adalah kelompok laki-laki terbesar (hanya 5% lebih besar)

Dari ke 4 grup tersebut merupakan suatu hal yang sangat relevan


pada saat dilakukan desain terhadap sistern stasiun kerja secara
manual, yang clapat merepresentasikan 90% dari populasi pengguna.
Klasifikasi berdasarkan grup antropometri tinggi badan tersebut dapat
digunakan se!:>agai dasar mendesain ketinggian area/objek kerja.
Desain ketinggian area kerja didasarkan pada rentang tinggi badan,
dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Jika seluruh dimensi tinggi badan
han1s dipertimbangkan, maka rerata ketinggian area kerja optimum ±
102, 5 sentimeter (menggunakan ukuran rerata tinggi siku posisi berdiii
laki-laki).

1587
Tabel B 1. Ketinggian Area Ke1ja Optimum Berdasarkan Tinggi Badan
Dan Jenis Pekerjaan
Rentang Tinggi Badan dalam Grup 1 Grup2 Grup3 Grup4
sentimeter
Persyaratan "Tinggi" untuk: 100 110 115 130
- Inspeksi Visual
- Pekerjaan perlu ketelitian
,... Persyaratan "Sedang" 90 100 105 115
't'"""I untuk:
- Inspeksi Visual
� - Pekerjaan perlu ketelilian
..... Persyaratan "Rendah" 80 90 95 105
J untuk:
- lnspeksi Visual
Persyaratan "Tinggi" untuk:
- Arca Siku

B2. Lay out Slasiun Kerja


Lay out stasiun kerja duduk harus mempertimbangkan babwa
sebagian pekerja duduk melakukan pekerjaan yang sama sepanjang
hari kerja, maka sudah barang tentu harus dipikirkan bagaimana
menggunakan mesin-mesin, kursi, dan peralatan kerja lainnya yang
ada di tempat kerja dapat disesuaikan dengan masing-masing inctividu
pekerja. Jika stasiun kerja ctidesain secara tidak ergonomis, maka
akan dapat menyebabkan, antara Iain:
• Cedcra atau kenyerian pada pinggang.
• Terjadinya gangguan kesehatan, seperti repetitive Strain Injuries
(RSl). Gangguan kesehatan ini, biasanya terjadi pada anggota
tubuh bagian atas {seperti; bahu dan lengan, juga lengan atas,
siku, pergelangan tangan, tangan dan jari tangan).
• Permasalahan sirkulasi darah cti bagian kaki.

Gambar B2. Menunjukkan dimensi jangkauan normal dan maksimal


untuk rerata pekerja yan.g dapat diadaptasi oleh pekerja baik yang
lebih pendek maupun yang lebih tinggi.

B
,... : .......... 1 ..

TABLE EDGE

Gambar B2. Layout stasiun kerja duduk terhadap

1588
jangkauan pekerjaan
Keterangan Gambar:
A= Area kerja yang sering digunakan (25 sentimeter);
B= Area kerja yang jarang digunakan (50 sentimeter);
C= Lokasi penempatan peralatan yang digunakan;
D= Jangkauan optimal(l00 sentimeter);
E= Jangkauan maksimal (160 sentimeter).

Seluruh aspek stasiun kerja berperan penting di dalam menciptakan


suatu kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan produk.tivitas kerja.
Dengan demikian penempatan peralatan merupakan hal yang san,gat
penling di dalam orientasi penggunaan dari seluruh peralatan kerja
tersebut. Seperti peralatan kerja perkantoran, layout dapat mencakup
mulai dari sepcrangkat komputer, telepon, pencahayaan, stapler, alat
tulis, kertas bn hkan sampai dengan klip kertas d11, maka perlu
dilakukan pengaturan peralatan kerja untuk mengurangi gerakan
menjangkau, mcmuntir dan gerakan paksa sejenisnya.

Assembly

Gambar B2. l.

Keterangan Gambar:
--------- = Area kerja yang sering digunakan
=- maximum, jangkauan maksimal

B3. Desain Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Duduk


Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan
yang dilakukan. setiap posisi kerja rnempunyai pengaruh yang
berbeda-beda terhadap tubuh.. Bekerja dengan pos1s1 duduk
mempunyai keuntungan antara lain; pembebanan pada kaki;
pemakaian energi dan keperluan unluk sirkulasi darah dapat
dikurangi. Namun demikian kerja dengan sikap duduk terlalu lama
dapat menyebabkan otot perut melembek dan tu1ang belakang akan
melengkung sehingga cepat lelah. Di saroping itu, desain stasiun kerja
dengan posisi duduk mempunyai derajat stabilitas tubuh yang tinggi,
mengurangi kelelahan dan keluhan subjektif bila bekerja lebih dari 2
jam, tenaga kerja juga dapat mengendalikan kaki untuk melakukan

1589
gerakan. Pedoman yang harus diperhatikan terkait dengan stasiun
kerja duduk adalah:
• Pada pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk, tempat
duduk yang dipakai hams mcmungkinkan untuk melakukan
variasi perubahan posisi. Ukuran tempat duduk disesuaikan
dengan ctimensi ukuran antropometri pemakainya.
■, Fleksi lutut membentuk sudut 90 derajat dengan telapak kaki
bertumpu pada lantai atau injakan kaki. Jika landasan kerja
terlalu rendah, tulang belakang akan membungkuk ke depan, dan
jika terlalu tinggi hahu akan terangkat dari posisi rileks, sehingga
menyebabkan bahu dan leher menjadi tidak nyaman.
• Pekerjaan pada sikap kerja duduk perlu memperti.mbangkan hal­
hal sebagai berikut:
Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur
turun dan naik.
Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung
pada posisi rileks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati
posisi horizontal atau sedikit menurun.
Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang
belakang yang berlebihan.
Sudut pandang yang netral yang tidak menyebabkan leher
mendongak; injakan kaki sebagai sarana relaksasi.
Ketcrscdiaan akses terhadap kaki.
Posisi tangan yang netral yang tidak menyebabkan bahu
terangkat.

-· ---,-�
'' '

I
iH•
l,
I J

Gambar B3. Ilustrasi Desain Stasiun Kerja Duduk

Kctcrangan Gambar:
a. Tinggi landasan kerja adalah setinggi siku duduk
b. Tinggi visual pekerjaan adalah setinggi mata duduk,
sesuaikan sandaran kursi sehingga punggung bawah Anda
ditopang dengan baik
c. Ketebalan landasan kerja

1590
d. Kedalaman meja untuk kemudahan akses kursi agar lutut
tidak sampai membentur kedalaman meja
e. Lebar kaki kursi beroda yang ha.rus diperhitungkan terhada.p
lebar ruang bebas di bawah meja
f. Jarak a.ntara landasan kursi dcngan landasan meja bagian
bawah untuk mempertimbangkan ukuran tebaJ paha.
g. Lokasi penernpatan peralatan yang sering digunakan, untuk
1nempertimbangkan ukuran panjang tangan (dari pergelangan
sampai ujung jari tengah)
h. Kedalaman meja bagian bawah untuk kemudahan akses kaki
1. Pastikan ada ruang yang cukup dibawah meja untuk
pergerakan kaki, panjang D + H
J. Tinggi kedalaman meja bagian bawah untuk kemudahan
akses kaki.
• Ketinggian bangku untuk pekerjaan sambil duduk:
Pria : 550 (tinggi lutut) + 25 (sepatu) + 25 (kelonggaran) •
600 milimeter
Wanita: 540 (tinggi lutut) + 40 (sepatu} + 25 (kelonggaran) =
64 5 milimeter

!:34. De�.ain Slasiun Kerja dan Sikap Kerja Bcrdiri


Selain posisi kerja duduk, posisi kerja berdiri juga sangat banyak
ditemukan di perusahaan, seperti pada industri perakitan, elektronik,
otomotif dll. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga
mempunyai keuntungan ms.upun kerugian. Sikap berdiri merupakan
sikap sia.ga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang
dilakukan lebir, cepat, kuat dan teliti. Na.mun demikian mengubah
posisi duduk ke berdiri dengan masih menggunakan alat kerja yang
sama akan melelahkan. Pada dasamya berdiri itu sendiri lebih
melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri
lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk. Untuk
meminimalkan pengaruh kelelahan dan keluhan subjektif maka
pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu banyak menjangkau,
membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang
tidak alamiah. Hal-hal yang harus dipertimbangan terkait pekerjaan
yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri adalah sebagai
berikul:
1) Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut;
2) Harns memcgang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg);
3) Sering menjangkau ke atas, ke bawah, dan ke samping;
4) Sering dilakukan peke1jaan dengan menekan ke bawah; dan
5) Di perluknn mobilitas tinggi.

Dalam mendesain ketinggian landasan kerja untuk posisi kerja


berdiri, secara prinsip hampir sama dengan desain ketinggian landasan
kerja posisi duduk. Pedoman ergonomis tentang ketinggian landasan
kerja posisi berdiri didasarkan pada ketinggian siku berdiri adalah:

1591
1) Untuk pekerjaan mernerlukan ketelitian dengan maksud untuk
mengurangi pembebanan statis pada otot bagian belakang, tinggi
landasan kerja adalah 5-10 sentimeter di atas tinggi siku berdiri.
2) Selama kerja manual, di mana pekerja sering memerlukan
ruangan untuk peralatan; material dan kontainer dcngan berbagai
jenis, tinggt landasan kerja adalah 5-10 sentimeter di bawah tinggi
siku berdiri.
3) Untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi
landasan kerja adalah 10-15 sentimeter di bawah tinggi siku
berdiri.

Ketinggian landasan kerja untuk sikap kerja berdiri berdasarkan


jenis pekerjaan dan hubungan antara ketinggian landasan objek kerja
dengan sudut pandang adalah seperti gambar di bawah ini.

I\

L___

Oambar B4. Ilustrasi landasan kerja untuk sikap kerja berdiri

Keterangan Gambar:
A. Pekerjaan memerlukan penekanan (kerja berat), tinggi
landasan kcrja 10-15 sentimeter di bawah tinggi siku berdiri
B. Pekerjaan memerlukan ketelitian, untuk mengurangi
pembebanan statik pada otot bagian belakang, maka tinggi
landasan kerja 5-10 sentimeter di atas tinggi siku berdiri
C. Pekerjaan ringan, tinggi landasan kerja sedikit lebih rendah
dari linggi siku berdiri

1592
1- ,a �m
Untuk ruang gerak lutut dan kakt

Gambar B4. Ketinggian landasan objek kerja dengan sudut pandang

Keterangan Garnbar:
a. Pekerjaan yang memerlukan ketelitian, memerlukan penopang
siku
b. Pekerjaan ringan
c. Pekerjaan berat yang memerlukan penekanan

Dalam hal pekerjaan yang dilakukan dengan berdiri, maka pe:rlu


didesain sesuai dengan persyaratan untuk ruang kerja berdiri. Apabila
memungkinkan, desain ruang kerja harus memungkinkan adanya
kernudahan untuk pemeliharaan baik secara rutin maupun secara
singkat yang dilakukan dengan posisi berdiri. Dalam desain ruang
kerja untuk posisi berdiri ini, terdapat beberapa hal yang hams
dipcrtimbangkan, adalah:
• PenPmpatan displai normal. Displai visual yang dipasang pada
panel vertikal dan yang digun akan untuk operasi peralatan normal
harus ditempatkan antara 104 sentimeter dan 178 sentimeter di
atas permukaan kerja berd:iri. Pada seluruh konfigurasi panel,
sudut dari pusat displai terhadap sudut pandang adalah ;?: 45°
untuk berbagai posisi kerja. Displai sebaiknya ditempatkan di
dalam batas atas lapangan pandang 5%-ile wanita (contoh; 75°) di
atas garis pandang horizontal {diasumsikan bahwa tinggi mata
berdiri wanita adalah 140 sentimeter).
• Penempatan displai khusus. Displai yang memerlukan ketelitian
dan sangat sering dibaca harus ditempatkan sehingga pusat
displai berada antara 127 sentimeter dan 165 sentimeter di atas
permukaan kerja berdiri.
• Penempatan alat kontrol normal. Seluruh alat kontrol pada
permukaan yang vertikaJ dan alat kontrol yang digunakan dalam
operasi peralatan normal harus ditempatkan pada lokasi antara 86
�entimeter dan 178 sentimeter di atas permukaan kerja berdiri.
Dan jika diperlukan kedalarnan pemasangan, maka seluruh alat

1593
kontrol harus dipasang pada lokasi di dalam radius jangkauan
5%-ile wanita (sekitar 64 sentimeter).
• Penempatan alat kontrol khusus. Alat kontrol yang memerlukan
ketelitian atau sangat sering digunakan dan alat kontrol untuk
emergensi harus dipasang antara 86 sentimeter dan 135
sentimeter di atas permukaan kerja berdiri dan tidak lebih jauh
darj 53 sentimeter dari tanda garis pusat pekerja yang paling
sering berada pada tempat tersebut pada posisi berdirL

Tabel B4.
Diroensi Ukuran Ruang Bebas Gerak Untuk
Pekerjaan Dengan Sikap Berdiri

Ruang Gerak Posisi Ukuran Ukuranyang


No
Berdiri Minimum (Cm) Disarankan (Cm)

1 Ruang bebas gerak 50,8 81,3


horizontal untuk lalu
lalan�
2 Ruang bebas di atas 196 201
kepala
3 Jangkauan maksimum - 180,3
di atas kepala
4 Kcdalaman maksimum - 58,4
untuk jangkauan
5 Ruang untuk berdiri 106,7 102,2
pada saat bekerja di
batik rak
6 Ruang be bas E?erak kaki 10,4 -
B5. Desain Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Dinamis
Bail{ desain stasiun kerja untuk posisi duduk maupun berdiri ke
duanya mempunyai keuntungan dan kerugian. Dengan demikian kita
perlu mengambil keunt .lngan dari ke dua posisi tersebut dan
1

mengkom binasikan antara desain stasiun kerja untuk posisi duduk


dan berdiri menjadi sa(U desain dengan batasan sebagai be:rikut:
• Pekerjaan dilakukan dengan duduk pada suatu saat dan pada
saat lainnya dilakukan dengan berdiri saling bergantian;
,. Perlu menjangkau sesuatu lebih dari 40 sentimeter ke depan dan
atau 15 sentimeter di atas landasan kerja; dan
• Tinggi landasan kerja dengan kisaran antara 90-105 sentimeter,
merupakan ketinggi yang paling tepat bruk untuk posisi duduk
dan berdiri.
• Posisi duduk-berdiri yang telah banyak dilakukan penelitian di
industri, ternyata mempunyru keuntungan secara biomekanis,
karena tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih
rendah dibandingkan dengan posisi duduk saja atau berdiri saja.

1594
Tabel BS
Pemilihan sikap kcrja terhadap jenis pekerjaan yang berbeda-beda.
Sikap Kerja yang Dipilih
Jerus Pekerjaan Pilihan Perlama Pilihan
Ke Dua
• Mengangkat >5 kg
• Bekerja dibawah tinggi siku Berdiri Duduk-berdiri
• Menjang!<.au hori7,ontal di luar Berdiri Duduk-berdiri
dacrah jangkauan optimum Berdiri Duduk-berdiri
• Pekerjaan ringan dengan
pergerakan berulang Duduk Duduk-berdiri
• Pekerjaan perlu kelelitian Duduk Duduk-berdiri
• Inspcksi dan monitoring Duduk Duduk-berdiri
• Sering berpindah-pindah Duduk-berdiri Berdiri
Sumbt:r: Helander, 1995

90 · 120

·-.r.· ..... '

I\ B
Gambar BS. Ilustrasi Stasiun Kerja Dinamis

Keterangan Gambar:
A. Desain Stasiun Kerja Sikap Kerja Dinarnis (Duduk di Suatu Saat
dan Berdiri atau Duduk-Berdiri pada Saat Lainnya) Sesuai
Keinginan Pekerja dengan Penyediaan landa.san duduk dengan
ketinggian yang discsuaikan dengan ketinggian landasan kerja
berdiri dengan mempertimbangkan akses kaki dan injakan kaki.
8. Desain Stasiun KerJa Sikap Kerja Dinamis (Duduk di Suatu Saat
dan Berdin atau Duduk-Berdiri pada Saat Lainnya) Sesuai
Keinginan Pekerja dengan Penyediaan landasan duduk dengan
ketinggian yang disesuaikan dengan ketinggian landasan kerja
berdiri.

Posisi duduk-berdiri merupakan pos1s1 terbaik dan lebih


dikehendaki daripado hanya posisi duduk saja atau berdiri saja. Hal
tcrscbut disebabkan karena mt:mungkinkan pekerja berganti posisi
kerja untuk mengurangi kelelahan otot karena sikap paksa dalam satu
posisi kerJa.

1595
Posisi duduk-berdiri yang tdah banyak dicobakan di industri,
lemyata mempunyai keuntungan secara biomekanis di mana tekanan
pada tulung belakang dan pinggang 30% lebib rendah di bandingkan
dengan posisi duduk maupun bcrdiri terus roenerus. Hal lersebut
tentunya dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam intervensi
ergonomi, sehingga pcnerapan posisi kerja duduk-berdiri de.pat
memberikan keuntungan-keuntungan bagi sebagaian besar tenaga
kcrja. Konsep desain stasiun kerja duduk-berdiri, roerupakan konsep
yang harus rnemungkinkan pekerjaan dilakukan dengan satu
ketinggian area kerja optimum untuk sikap kerja duduk dan sekaligus
untuk sikap kerja berdiri. Mengingat rentangan dimensi ukuran tinggi
badan, khususnya tinggi siku cukup luas, maka desain harus dapat
mengakornvdasikan seluruh populasi pekerja yang menggunakannya.
Konsep demikian, akan memungkinkan pekerja selalu dapat merubal1
posisi tubuh, yang roana akan dapat mengurangi stress fisik dan
meningkatkan performansi kerja. Namun demikian, desain ini tidak
mungkin dilakukan dengan desain stasiun kerja untuk posisi duduk
don berdiri sccara sendiri-sendiri, melainkan kombinasi dari kedua
sikap kerja terscbut. Sebagai contoh, stasiun kerja yang ergonomis
pada produksi bagian assembly. Stasiun kerja duduk-berdiri dapat
dilakukan secara simultan atau melalui rotasi kcrja, stasiun kerja juga
dapat distel scsuai dimensi antropometri pekerja.

B6. Syarat-syarat area kerja yang benar adalah scbagai berikut:


l. Dimcnsi area kerja harus sesuai dengan dimensi anggota tubuh
lerlentu (seperti: tinggi objek kerja dengan tinggi mata} sehingga
pekerjaan dapat dilihat dengan mudah dengan jarak optimal dan
sikap duduk yang nyaman. Makin kecil ukuran benda, makin
dekat jarak lihat optimal dan ma.kin tinggi area kerja.
2. Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pendukung kerja
lainnya harus ditempatkan sedemikian rupa pada meja atau
bangku kerja agar berada pada area optimum jangkauan kerja.
3. Kerja otol statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan
pemberian penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan.
Topongan-topangan tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat
distcl, sehingga sesuai bagi pemakainya.

B6. l . Desain Kursi Kar..tor


Tern pa L duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang
yang bekerja dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak
mcngalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat
mengganggu sirkulasi darah pada otot tertentu. Untuk mendesain
kursi dala anlopometri yang digunakan adalah:
a. rentang panggul/ lebar pinggul menggunakan persentil 95 (95%­
ile);
b. renlang bahu/ lebar bahu menggunakan persentil 95 (95%-ile);
c. tinggi siku pada posisi duduk menggunakan persentil 50 (50%-ile)
(tidak mengganggu akses kursi ke dalam meja);

1596
d. tinggi lipalan dalam lutut (tinggi popliteaij menggunakan persentil
5 (5%-ile);
e. tinggi bahu posisi duduk menggunakan persentil 95 (95%-ile);
f. jarak dari pantat hingga lipatan dalam lutut (popliteaQ
menggunakan persentil 5 (5%-ile);

Tabel B6.1. Desain Kursi Kerja


No Tempat duduk Kriteria
(kursi)
1 Tinggi kursi -Tinggi tungkai bawah 5%-ile bila tidak
menggunakan injakan ka.ki.
- Tinggi tungkai bawah 95%-ile bila
menggunakan injakan kaki.
2 Panjang kursi Panjang tungkai atas 5 %-ile
3 Lebar kursi - Lebar pinggul 95%-ile bila kursi tidak
menggunakan sandara tangan.
- lebar bahu 95 %-ile bila kursi menggunakan
san dara tangan.
4 Sandaran Tinggi bahu duduk 5%-ile. Bentuk sesuai
punggu ng struktur tulang belakang;
5 Sandaran langan Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan
lebih besar dari lebar pinggul dan tidak melebihi
lebar bahu.
- Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku
95%-ile.
- Panjang sandaran tangan adalah panjang
lengan bawah 95%-ile.
- Jarak antara tepi dalam kedua sandaran
tangan adalah Jebar bahu 95%-ile
6 Sudut alas Sudut alas duduk adalah horizontal dan khusus
duduk pada pekerjaan yang tidak memerlukan
sedikit membungkuk ke depan alas duduk
miring ke belakang, lebar pinggul 95%.
7 Tinggi Kursi ukuran rentang tinggi tungkai bawah antara 5%-
dapat distel ile s/d 95%-ile.

B6.2. Desain Meja Kerja


Tinggi permukoan atas meja kerja dibuat berdasarkan ketinggian siku
dan disesuaikan dengan sikap tubuh pada waktu bekerja. Untuk
sikap berdiri ukuran-ukuran standar seperti tabel di bawab ini.

1597
Tabet B6.2. Pedoman Umum Meja Kerja
No Meja Kerja Kriteria
1 Tinggi meja Tinggi perrnukaan atas meja kerja dibuat
kerja berdasarka:n ketinggian siku dan disesuaikan
dengan sikap tubuh pada waktu bekerja.
Dapat berpedoman data antropometri 50%-ile
- Tinggi siku duduk
- Tinggi siku berdiri
la. Untuk sikap - Pada pekerja-pckerja yang lebih
berdiri membutuhkan ketelitian tinggi meja adalah
10-20 sentirneter lebih tinggi dari tinggi siku.
- Pada pekerja-pekerja yang memerlukan
penekanan dengan tangan tinggi meja adalah
10-20 sentimeter lebih rendah dari tinggi siku.
lb. Untuk sikap Tinggi permukaan atas meja kerja dibuat
duduk berdasarkan siku duduk dan disesuaikan
dengan jenis pekerjaan.
• Tebaldaun Tebal daun meja dibuac. sedemikian n1pa
meja sehingga dapat memberikan kebebasan
bergerak pada kaki.
• Permukaan Rata dan tidak menyi1aukan
roeJa
• Lebar meja Tidak melebihi jangkauan tangan ke depan
dengan berpedoman data 5%-ile

Bb.3. Ergonorni Komputer


Pedoman untuk Pemakaian/ Pengoperasian Komputer secara
ergonomis dimaksudkan untuk menciptakan kenyamanan kerja pada
saat menggunakan komputer:
a. Stasiun ke1ja untuk komputer
• Menggunakan meja yang cuk-up tempat untuk menata posisi
yang paling nyaman untuk CPU, monitor, keybo .ard, mouse,
printer, penyangga dokumen, dan piranti lainnya seperti
telpon, alat tulis dan lain-lain.
• Sesuaikan tinggi meja dengan tinggi dan posisi tubuh anda,
sehingga saat menggunakan perangkat komputer, posisi
komputer tidak terlalu ke atas atau lee bawah. Untuk laptop,
tetap gunakan meja yang tingginya sesuai, jangan
memn ksa kan untuk menggunakan laptop di bawah/lantai
sehingga membuat posisi badan membungkuk.
■ f..tur meja dengan mempertimbangkan bagaimana perangkat
itu akan digu nakan. Perangkat yang paling sering digunakan
seperti mouse dan telepon, tempatkan di posisi yang paling
mudah dijangkau.
• Dokumen (seperti; buku, laporan, atau bahan cetakan lain)
yang dibutuhkan dalam bekerja dengan komputer sebaiknya
diletakkan di dekat monitor. Bisa di bawah atau disamping
monitor sehingga leher atau kepala tidak perlu menengok.

1598
b. Posisi duduk pada saat menggunakan komputer
• Paha dalarn posisi horizontal dan punggung bagian bawah
atau pinggang tersandar.
• Hindari posisi duduk terlalu di ujung kursi. Bila kursi
kurang dapat diatur, bagian bawah punggung dapat dibantu
dengan diberi bantal.
• Telapak kaki harus dapat menumpu secara rata di lantai
ketika duduk dan ketika menggunakan keyboard. Apabila
tidak dapat maka kursinya mungkin terlalu tinggi, solusinya
dengan memanfaatkan penyangga kaki.
• Perlu untuk mengubah posisi duduk selama bekerja karena
duduk dalam posisi tetap dalam jangka lama akan
mcmpercepat ketidaknyamanan.

c. Keyboard
• Letakkan keyboard sesuai dengan arah layar monitor.
• Posisikan keyboard sehingga lengan dalam posis:i relaks dan
nyarnan, serta lengan bagian depan dalam posisi horisontal
• Pundak anda dalam posisi relaks tidak tegang dan terangkat
ke atas.
• Pergelangan tangan harus lurus, tidak menek:uk ke atas
atau ke bawah.
• Ketika mengeti.k tangan harus ik:i.lt bergeser J:Qekiri kanan
sehingga jari tidak dipaksa meraih tombol-tombol yang
dimaksud.
• Hindari memukul tombol, cukup tekan tornbol secara halus
sehingga tangan dan jari anda tetap relaks. Untuk itu
gunakan keyboard yang masih dalam kondisi baik.
• Bila perlu, manfaatkan keyboard ergonomik yang dirancang
untuk dapat diatur sesuai ukuran jari, kebiasaan tata letak
huruf dan posisi Lengan.
• Manfaatkan fitur shortcut dan macro untuk melakukan
suatu aktivitas di komputer. Misal Ctrl+Z untuk meng-undo.
Shortcut/ macro akan mampu mengurangi aktivitas
penekanan tombol.

d. Mouse
• Gunakan mouse yang mempunyai ukuran sesuai dengan
ukuran tangan sehingga nyaman digunakan tangan.
• Ten1palkan mouse dekat dan di pennukaan yang sama
dengan keyboard sehingga mouse dapat diraih dan
menggunakannya tanpa harus meregangkan tangan ke
posisi yang berbeda apalagi jika harus merentangkan
seluruh tangan karena posisi tersebut dapat menyebabkan
keadaan tegang dan Lelah otot.
• Pegang mouse secara ringan dan klik dengan tegas.
Gerakkan mouse dengan lengan, jangan hanya dengan

1599
pergelangan anda. Jangan tumpukan pergelangan atau
lengan bagian depan di meja ketika anda menggerakkan
mouse. Untuk jenis rolling-ball mouse, bcrsihkan mouse
secara periodik karena mouse yang kotor akan mengganggu
pergerakan kursor dan menyebabkaa pergelangan menjadi
tegang. Pertimbangkan untuk menggunakan scroll-point
mouse, sehingga gerakan scrolling di layar dapat lebih
mudah dilakukan. Sela.in itu optical mouse sangat baik
digunakan untuk mernperoleh gerakan kursor yang lebih
prests1.
• Jika menggunakan mouse berkabel, hindari penggunaan
mouse yang mempunyai kabel terlalu panjang karena akan
menyulitkan dalam pergerakan mouse. Sebaiknya gunakan
mouse yang dapat diatur panjang pendek kabelnya.
Penggunaan wireless mouse seperti telmologi infra merah
dapat mempermudah pergerakan mouse sehingga
mengurangi beban pergerakan tangan.
• Untuk penggunaan laptop terutama untuk pekerjaan
menggambar atau pekerjaan lain yang sering melibatkan
pemindahan kursor, hindad terlalu sering penggunaan
touchpad karena dapat membuat jari cepat Lelah.
Penggunaan mouse dapat mempennudah pekerjaan dan
mengurangi beban jari.

e. Monitor
• Posisikan layar monitor sedemikian rupa sehingga pantulan
cahaya dari lampu, jendela atau sumber cahaya lainnya
dapat diminimalisir.
• Penggunaan filter pada layar monitor dapat mengurangi
radiasi yang dipancarkan layar monitor yang diterima mata.
• Atur monitor sebingga mata sama tingginya dengan tepi atas
layar, sekitar 5-6 sentimeter di bawah bagian atas casing
monitor. Monitor yang terlalu rendah akan menyebabkan
leher dan pundak nyeri.
• Atur posisi sehingga jarak operator dan monitor berlcisar 45
senlimeter - 60 sentimeter. Morutor yang terlalu dekat
mengakibatkan mata tegang, cepat Lelah, dan potensi
gangguan penglihatan.
• Pusisi monitor tepat lurus di depan, jangan sampai
memaksa kepala dan leher anda menengok/men.oleh untuk
melihat layar.
• Atur intensitas pencahayaan dan wama monitor senyaman
mungkin terhadap rnata. Jangan terlalu redup jangan terlalu
terang.
• Bcrsihkan layar monitor yang kotor karena dapat
menimbulkan efek pantulan dan tampilan buram.
• Apabi]a menggunakan kacamata baca (bifocal, progresiue),
turunkan monitor lebih rendah.

1600
• Apabila menyalin dokumen, letakkan dokumen tersebut
didckat monitor/di bawah monitor, untuk mengurangi nyeri
dileher karena tcrlalu banyak menoleh.

C. Desain Manual Handling Di Tempat Kerja


Jenis pekerjaan mengangkat secara manual adalah pekerjaan
mengangkat yang dilakukan berulang-ulang (repetitive) dan hanya
dilakukan dalam satu periodc dalam satu hari kerja. Setiap angkatan
dilakukan dengan dua 1.angan, dengan angkatan tunggal (mono lifting) dalam
kisaran 30 derajat dari sagittal (neutral) plane. Angkatan tunggal
mempunyai satu titik asal dan satu titik tujuan angkat, serta satu beban
angkat yang sama. Angkatan tunggal dapat dilakukan berulang-ulang
dalam satu periode kerja. Slandar ini tidak mcncakup pekerjaan membawa,
mendorong, dan menarik beban. Standar beban angkat dalam hal ini tidak
dibedakan antora beban maksimum angkat untuk laki-laki dan perempuan.
Desain Manual Handling dikclompokkan dalru:r. 3 Tabel dengan durasi
clan frekucnsi mengangkat yang berbeda, yaitu:
1. Durasi angkat: � 2 jam per hari dengan frekuensi angkat s 60 angkatan
per jam atau durasi angkat : � 2 jam per hari dengan frekuensi angkat
� 12 angkatan per jam.
2. Durasi angkat: > 2 jam perhari dengan frekuensi angkat > 12 dan s 30
angkalan per jam atau durasi angkat : s 2 jam per hari dengan
frekuensi angkat > 60 dan s 360 angkatan per jam.
3. Durasi angkat: > 2 jam perhari dengan frekuensi angkat > 30 dan s 360
angkatan per jam.

Nilai Ambang Batas Beban Angkat (NAB Beban Angkat) ditentukan


berdasarkan zonn vertikal atau jarak titik awal pengangkatan dari lantai
dan zona horizontal atau jarak horizontal diukur dari garis vertikal yang
me1alui titik tcngah jarak antar mata kaki ke titik berat beban.

Zona vertikal dibagi menjarn 4, yaitu:


I. Zona antara bawah bahu ke atas bahu (tinggi bahu + 30 sentimeter)
�- Zona antara tinggi genggam kc bawah bahu (tinggi bahu - 8 sentimeter)
3. Zona antara tengah bctis ke tinggi gengga1n (knuckl. e height)
4. Zona anlara lanlai ke tengah betis, yaitu setengah tinggi antara mata
kaki dan lutu t
Zona horizontal dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Dekat (30 senlimeter dari bidang tengah vcrtikal / sagittal plane)
b. Sedang / intermediate (>30 - 60 sentimeter dari bidang tengah vertikal/
sagittal plane)
c. E.xtended ( > 60 - 80 sentimeter dari bidang lengah vertikal/ sagittal
plane)

Ketiga Tabel dapat lihat pada Gambar 1, 2, dan 3 dibawah ini.

1601
Tabel 1. NAB untuk pekerjaan mengangkat sclama:
� 2 jam per hari dengan s 60 kali angkatan per jam atau
>2 jam per hari dengan s 12 kali angkatan per jam

Diadop dari ACGTH 2016


0 cm 30 cm 60 cm 80 cm

l
\
i, ,_..J ,
16 kg!
A: Tinggi bahu + 30 cm

5] [;J -····-···· Tinggibahu


----- --------·-
·1 '
B : Tinggl bahu - 8 cm

fl
1
116 kgl

.{�

rli•:.i I
r ,\.
, Ir,
: Tinggi kepalan

.·· \'�
. i·! I
14 kg I �

Ki �WJ�:
0: setengah jarak mata lcaki - lutut

1
11·-rr
kgl [;] �

�-
Lantai
Xcm
' '

Zona vertikal Zona horizontal-'


Dekat Sedang ExtendedB
< 30 30-60 >60 - 80
scntimeter sentimeter sentimeter

6
I.Batas jangkauanc atau 30 sentimeter 16 kg 7 kg
di atas bahu sampai 8 sentimeter di
bawah tinggi bahu
U.Tinggi genggamE sampai di bawah 32kg 16 kg 9kg
bahu
UI.Tengah betis sampai tinggi 18 kg 14 kg 7 kg
genggamE
IV.Lantai sampai tinggi setengah betis 14 kg
6 6
A. Jarak dari titik tengah antara mata kaki bagian dalam dan beban
B. Titik awal atau titik akhir angkatan tidak melebihi panjang jangkauan
horizontaJ lebih dari 80 sentimeter, dihitung dari titik tenga:h antara mata
kaki bagian dalam
C. Pekerjaan rutin mengangkat tidal{ dimulai atau diakhiri pada tinggi. lebih dari
30 sentimeter di ata.s bahu atau lebih dari 180 sentimeter di atas lantai
D. Pekerjaan rutin menga.ngkat tidak dilakukan pada area dengan label TA
(Tidak Aman - tidak diketahui batas aman untuk angkatan berulang). Jika

1602
bukti y.a.ng ada tidak menunjukkan batas beban yang aman di area TA,
professional judgement dapat digunakan untuk menentukan berat yang aman
bagi pekerjaan angkat dengan frekuensi rendah dan beban ringan.
E. Posisi anatomi untuk tinggi genggaman diasumsikan bagi seorang pekerja
yang berdiri dcngan lengan tergantung lurus di sisi tubuh

Tabet 2. NAB untuk pekerjaan mengangkat selama:


> 2 jam per hari dengan >12 dan s 30 kali angkatan per jam
atau
�2 jam per hari dengan > 60 dan s 360 kali angkatan per jam

o cm 30 cm 60 cm 80 cm Diadop dari ACGIH 2016

A, TI,,., bah"' 30 cm

lli�4kg 1
--1-1-, -'-�---
1 11 ,

•• --- · ·-· - -- - -
8. G;J
5 kg
Tinggi bahu

;J
B : Tinggi bahu • 8 cm

Xcm

Zona horizontalA
Dekat Sedang Extended.8
Zona vertikal
< 30 30-60 >60 -80
sentimeter sentimeter sentimeter
l. Batas jangkauan c atau 30 sentimeter di
atas bahu sampai 8 sentimeter di bawah 14 kg 5kg
tinggi bahu I NAI
2. Tinggi genggamE sampai di bawah bahu 27 kg 14 kg 7kg
3. Tengah betis sampai tinggi genggamE 16 kg 11 kg 5 kg
4. Lantai sampai tinggi setengah betis '
9 kg
� �

X: Setengah ja.rak dua mata kaki sebelah dalam, sebagai awal pehitungan jarak
horizontal (0 sentirneter) ke awal titik angkat atau akhir titik angkat
A: Batas atas jangkauan atas = tinggi bahu + 30 sentimeter, a.tau� 180
sentimeter dari lantai
B: Batas bawah jangkauan atas = tinggi bahu - 8 sentimeter
C: Tinggi kepalan
D: Setengah jarak mata kaki - lutut

1603
NA : Tidak diketahui batas aman untuk pengangkatan ben.llang-ulang

Tabel 3. NAB untuk pekerjaan mengangkat selarna:


>2 jam per hari dengan >30 dan s 360 kali angkatan per jam

Diadop dari ACGIH 2016

0 cm 30 cm 60 cm BO cm

-·-···-· Tinggi bahu

B : Tinggi bahu - 8 cm

Zona horizontalA
Dekat Sedang ExtendedB
Zona vertikal
< 30 30-60 >60-80
sentimeter sentimeter sentimetcr
1. Batas jangkauan c atau 30
sentimeter di atas bahu sampai
8 sentimeter di bawah tinggi
11 kg [;] G;J
bahu
2. Tinggi genggomE sampai di
14 kg 9 kg 5 kg
bawah bahu
3. Tengah betis sampai tinggi
9 kg 7 kg '.2 kg
genggamE
4. Lantai sampai tinggi setengah
betis [;] [;;] �

A. Jarak dari titik tengah antaxa mata kak:i bagian dalaro dan beban
B. Titik awal atau titik akhir angkatan tidak melebihi panjang jangkauan
horizontal lebih dari 80 sentimeter, dihitung dari titik tengah antara
mata kaki bagian dalam
C. Pekerjaan rutin mengangkat tidak dirnulai atau diakhiri pada tinggi
lebih d&i 30 i;entimeter di atas bahu atau lebih dari 180 sentimeter di

1604
,___ atas lantai
D. Pekerjaan rutin mengangkat tidak dilakukan pada area dengan label TA
(Tidak Aman - tidak d.iketahui batas arnan untuk angkatan berulang).
Jika bukti yang ada tidak menunjukkan batas beban yang aman di area
TA, professional judgement dapat digunakan untuk menentukan berat
yang aman bagi pekerjaan angkat dengan frekuensi rendah dan beban
nngan.
E. Posisi anatomi untuk tinggi genggarn diasumsikan bagi seorang pekerja
yang berdiri dengan lengan tergantung lurus di sisi tubub

Selanjutnya di bawah ini diberikan pedoman tentang Langkah-langkah


Desain Pekerjaan Manual Handling di Tempat Kerja:
1. Tentukan durasi pekerjaan mengangkat, yaitu waktu/ lamanya pekerja
melakukan pekerjaan mengangkat pada hari tersebut.
2. Tentukan frekuensi angkat yang harus dilakukan pekerja per jam.
3. Gunakan Tabel NAB Beban Angkat, yang terkait dengan durasi dan
frekuen8i angkat.
4. Tentukan zona vertikal berdasarkan letak tangan di titik awal
pengangkatan.
5. Tentukan zona horizontal, berapa jauh benda yang akan diangkat
terhadap tubuh.
6. Pilih NAB Beban Angkat yang sesuai dengan zona horinzontal,
berdasarkan frekuensi dan durasi angkat.
7. Pertimbangkan beban di titik tujuan. Bila beban diletakkan dengan
cara yang tidak biasa, misalnya dengan perlahan dan hati-hati, ulangi
langkah 4 sampai dengan 6 1 menggunakan titik tujuan angkat (bukan
titik awal angkat). NAB Beban Angkat dipilih yang lebih rendah dari
kedua NAB tersebut.
DaJ.am melakukan desain pekerjaan manual handling, professional
judgement harus digunakan untuk mengurangi batas beban sebagaimana
tercantum dalam Tabel NAB bila ditemui kondisi-kondisi seperti tertera di
bawah ini:
l. Pekerjaan mengangkal dengan frekuensi tinggj, yaitu >360 angkatan
per jam.
2. Pekerjaan di luar shift normal: pekerjaan mengangkat dilakukan lebih
dari 8 jarn sehari.
3. Pekerjaan mengangkat dengan asimetri tinggi (gerakan memutar), yaitu
> 30 derajat lcbih besar dari sagittal plane.
4. Gerakan mengangkat secara cepat dan disertai gerakan memutar (dari
samping ke sisi samping yang lain).
5. Mengangkat dengan satu tangan.
6. Mengangkat dalam posisi tubuh bagian bawah yang terbatas, misalnya
sambil duduk atau berlutut.
7. Mengangkat dalam kondisi pa.nas da.n kelembaban tinggi (lihat NAB
untuk heat stress dan heat strain).
8. Mengangkat benda yang tidak stabil, seperti cairan dengan titik berat
yang selalu bergeser atau kurang terkoordinasi, atau pengangkatan
ganda dengan beban angkat yang terbagi rata.

1605
9. Mengangkat bcnda yang sulit dipegang, misalnya kurang tersedianya
handel, celah untuk dipcgang, atau titik pegang lain.
10. Mengangkat dengan posisi berdiri yang tidak stabil atau tidak
ditunjang ke dua kaki dengan baik.
11. Mengangkat d�ngan posisi tubuh yang sedang menerima getaran atau
baru saja selesai menerirna getaran dengan intensitas di atas NAB
gctaran seluruh tubuh.

D. Penilaian Batas Beban Angkat Aman Dan Indeks Angkat Objek


Nyeri pinggang atau Low Back Pain (LBP) dan cedera pada bagian otot
skeletal sebagian besar disebabkan oleh pekerjaan-pekerjaan yang
berhubungan dengan aktivitas ai1.gkat secara manual. Upaya pengendalian
yang ditujukan baik terhadap tenaga kerja maupun pekerjaan yang
berkaitan dengan cedera alau nyeri pinggang, sampai sekarang masih
merupakan program yang siginifikan untuk dilakukan dalam upaya
mengurangi komplain kesehatan dan sekaligus menekan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Rumus persamaan pekerjaan angkat dari
NIOSH (NJOSI-f Lifting Equation) hanyalah merupakan salali. satu alat dari
suatu upaya komprehensif untuk mencegah ketidakmampuan dan nyeri
pada pingang yang disebabkan oleh pekerjaan tertentu.

0.1. Istilah Dan Pengertian


1) Batas Beban Angkat yang Direkomendasikan (Recommended
Weight Limit/ RWL).
Recommended Weight Limit (RWL) merupakan produk persamaan
pada pekerjaan angkat, merupakan beban yang hampir seluruh
tenaga kerja yang sehat mampu untuk rnengangkat pada periode
waktu tertentu (seperti maksimum 8 jam/hari) untuk suatu
pekerjaan pada kondisi yang spesifik tanpa menyebabkan
terjadinya resiko, khususnya nyeri pinggang.
Yang dimaksud tenaga kerja yang sehat adalah tenaga kerja yang
tidak mempunyai riwayat penyakit yang berkaitan dengan
gangguan pada olot skeletal (Musculoskeletal Disorders).
Selanjutnya RWL dapat dihitu11g dengan menggunakan rumus
persamaan sebagai berikut:

� = LCxHMxVMxDMxAMxFMxClv!

2) Indeks Angkat (Lifting Index I Li).


Inde ks Angkat (Lifting Index I LI) adalali. suatu istilah yang
digunakan untuk mcngestimasi tingkat stress fisik yang
berh.ubungan dengan pekerjaan mengangkat secara manual.
Estimasi tingkat stress fisik merupakan hubungan antara berat
beban yang diangkat dan batas berat beban yang
direkomendasikan.

1606
3) Pekerjaan Mengangkat (Lifting Task).
Pekerjaan Mengangkat (Lifting Task) didefinisikan sebagai suatu
akti,ritas memegang objek yang mempunyai ukuran dan rnassa
secara manual dengan kedua tangan, dan memindahkan objek
secara vertikal tanpa alat bantu mekanik.

4) Berat Beban Angkat (Load Weight IL).


Berat Beban Angkat (Load Weight-/ L) adalah berat suatu objek
yang diangkal dalam satuan kilogram, termasuk kontainernya.

5) Konstansi Berat Beban (Load Constant I Lq.


Konstansi berat beban adalah suatu niJai konstan dalam rumus
persamaan RWL yang didefinisikan sebagai suatu berat yang tetap
yaitu 23 kilogram. Pertimbangan umum dari nilai konstan ini
adalah bahwa beban maksimum yang mampu diangkat oleh
hampir seluruh tenaga kerja yang sehat di bawah kondisi
optimum. Sebagai faktor koreksi, mengingat nilai berat konstan ini
di dasarkan atas kemampuan optimal angkat orang Amerika pada
Utnumnya (rekomendasi NIOSH), tentunya bila rekomendasi ini
diimplemcntasikan untuk orang-orang asia, termasuk Indonesia,
mungkin diperlukan adanya koreksi nilai konstans. Dari berbagai
literatur dan database data antropometri yang tersedia, ternyata
terdapat perbedaan dimensi ukuran tubuh (terutama tinggi badan
dan beraL badan). Dimana data tinggi badan dan berat badan
orang asia, khususnya Indonesia adalah lebih kecil sekitar 10%
dibandingkan dengan orang Amerika. Besar kecilnya ukuran
antropometri dimaksud, secara umum mempunyai hubungan
tinier dengan kekuatan angkat seseorang, namun demikian,
pendapat ini masih harus terus dikaji secara empiris. Dengan
demikian, bila rekomendasi ini diimplimentasikan untuk
kepentingan tenaga kerja di Indonesia, nilai koreksi untuk Load
Constant (LC) yang paling mendekati adalah antara 20 s.d. 21
kilogram. Mengingat nilai LI ditentukan dari pembagian antara
berat beban (L) dengan nilai RWL, maka konsekuensinya semakin
kecil nilai LC akan semakin kecil nilai RWL yang secara otomatis
akan rnemperbesar nilai LI. Sebagai catatan. bahwa semua
perhitungan dalam a.pHkasi rekomendasi ini masih tetap
menggunakan nilai LC 23 kilogram.

6) Lokasi Horizontal (Horizontal Location /H).


Lokasi Horizontal Ada.lab jarak tangan dari titik tengah badan
antara pergclangan kaki (ankles) dalam satuan sentimeter yang
diukur dori tempat asaJ (Origin of Lift) sarnpai tempat angkat yang
dituju (Destination of Lift).

1607
7) Lokasi Vertikal (Vertical Location/ V).
Lokasi Vertikal Adalah jarak tangan di atas lantai dalam satuan
sentimeter yang diukur dari tempat asal (Origin of Lift) sampai
tempat angkat yang dituju (Destination of Lift).

8) Jarak Angkut Vertikal ( Vertical Travel Destination ID).


Jarak Angkut adalah nilai perbedaan absolut antara ketinggian
vertikal pada tempal asal (origin) dan tempat angkat yang dituju,
dalam ,satuan sentimeter.

9) Sudut Asimetn (Asymetry Angle/A).


Sudut Asimetri adalah pengukuran sudut tentang berapa jauh
suatu objek ditempatkan dari bagian c.epan tenaga kerja (mid­
sagittal plane) pada saat permulaan atau berakhirnya aktivitas
mengangkat, dalam satuan derajat yang diukur dari tempat asal
( Origin of Lift) sampai tempat angkat yang dituju (Destination of
Lift). Sudut asimetri ciidefinisikan dari lokasi beban ke titik tengah
tubuh tenaga kerja, dimana sikap tubuh dalam keadaan alamiah
yaitu kedua tangan berada di depan tubuh dan kaki dan bahu
sedikit membungkuk.

10) Frekuensi Angkat (Lifting Frequency/ F).


Frekuensi Angkat adalah rerata jumlah angkatan per menit,
dengan periode lebih dari 15 menit.

Garn.bar D 1. Ilustrasi Gambar yang Merepresentasikan Lokasi Tangan

1608
11) Durasi Angkat (Lifting Duration).
Durasi Angkat adalah klasifikasi lamanya waktu angkat yang
dikelompokkan dengan distribusi waktu kerja (work-time) dan
waktu pemulihan (recovery-time). Selanjutnya durasi angkat da.pat
cliklasifikasikan menjadi 3 k.lasifiksi yaitu durasi pendek ( < 1 jam),
durasi sedang (1-2 jam) dan durasi panjang (>2-8 jam), tergantung
dari jenis pekerjaan yang dilakukan.

12) Klasifikasi Pegangan (Coupling Classification).


Klasifikasi Pegangan adalah klasifikasi kualitas pegangan tangan
dengan pegangan objeknya. Kualitas pegangan dapat
diklasiflkasikan menjadi tiga klasifikasi yaitu; baik (good), sedang
(fai71 dan Jelek (poor}.

Garnbar D2. llustrasi Gambar yang Merepresentasikan Sudut Asimetri

13) Si.gnificant Control.


Signifi.ca.nt Control adalah suatu hal yang menjelaskan tentang
suatu kondisi yang mem.erlukan "penempatan yang cermat dan
hati-hati" dari beban pada destinasi angkat, seperti: 1) tenaga
kerja dapat menggenggam kembali beban dekat destinasi angkat;
2) tenaga kerja harus mempunyai momentum untuk dapat
menahan objek pada destinasi; dan 3) tenaga kerja harus
mempunyai posisi yang baik untuk meletakkan beban pada
destinasi.

1609
D2. Batasan Pekerjaan Angkat (Lifting Task .Limitation)
Rumus persamaan untuk pekerjaan rnengangkat adaJah
merupaJ<:an suatu alat yang dapat digunakan untuk menilai stress fisik
dari pekerjaan mengangkat secara manual yang menggunakan kedua
tangan. Sebagai suatu alat, maka aplikasinya terbatas pada kondisi
dan pekerjaan tcrtentu. Secara spesifik, rumus persamaan tersebut
didesain u□luk pekerjaan mengangkat yang berkitan dengan kriteria
yang mencakup data dan asumsi biornekanik, fisiologi kerja, dan
psik:ologis kerja. Berdasarkan daftar identifikasi dari suatu kondisi
kerja, yang mana aplikasi rumus persamaan angkat, akan dapat
mengestimasi tekanan fisik (under estimate atau over estimate) yang
berhubungan dengan aktivitas pekerjaan tertentu. Selanjutnya,
pembat.aRan lingkup untuk pekerjaan angkat dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Lifting Equation didasarkan pada asumsi bahwa aktivitas manual
handling hanya melibatkan pekerjaan angkat n1inimal dan tidak
1nemerlukan pengerahan energi secara signifikan, khususnya,
pada saat melakukan aktivitas mengangkat yang berulang-ulang
atau repctitif. Contoh pekerjaan bukan mengangkat (non-lifting}
meliputi; menahan (holding), mendorong (pushing), menarik
(pulling), membawa atau mengangkut (carrying), berjalan (walking)
dan memanjat (climbing). Jika aktivitas non-lifting melibatkan lebih
dari 10% dari total aktivitas tenaga kerja, maka diperlukan
pengukuran pengerahan energi (energy expenditures) dan atau
denyut jantung (heart rate) untuk menilai kebutuhan metabolisme
dari pekerjaan-pekerjaan yang berbeda. Rumus persamaan ini
masih dapat diterapkan jika untuk jenis pekerjaan menahan objek
dan membawa objek yang ringan atau kecil, tetapi jenis pekerjaan
membawa atau mengangkut objek/barang hams dibatasi untuk
satu atau dua langkah dan pada jenis pekerjaan menahan objek
hanya dilakukan untuk beberapa detik saja.
2) Lifting Equation tidak termasuk faktor-faktor pekerjaan pada
kondisi-kondisi yang tidak dapat diprediksi, seperti; pekerjaan
dapat menyebabkan terpeleset, terjatuh atau beban yang diangkat
terlalu berat. Tambahan analisis biomekanik mungkin diperlukan
untuk menilai stress fisik pada persendian yang terjadi karena
insiden trauma sebelumnya. Lebih dari itu, jika lingkungan kerja
ekstrim, scperti: suhu udara dan kelembaban terlalu rendab atau
tinggi, maka diperlukan pcnilaian metabolisme secara independen
untuk mengetaui efek dari variabel-variabel denyut jantung dan
konsumsi energi.
3) Lifting Equation tidak didesain untuk menilai pekerjaan
mengangkat dengan satu tangan, mengangkat dengan duduk atau
berlutut, dan mengangkat di ruang kerja yang sempit. Rumus
persamaan ini juga tidak dapat diterapkan pada pekerjaan
mengangkat untuk beban yang tidal( stabil. Untuk tujuan
penerapan rumus persamaan ini, suatu beban yang tidak stabil

1610
(unstable load) didefinisikan sebagai suatu objek yang lberada pada
lokasi pusat massa tubub (center of ma.ssJ yang bervariasi selama
pekcrjaan mengangkat berlangsung, seperti: kontainer berisi
cairan otau botol yang tidak berisi penuh, dan sebagainya. Di
samping itu, rumus persamaan ini, juga tidak dapat cliterapkan
untuk pekerjaan mengangkat dengan kereta dorong atau
mengangkat dengan kecepatan tinggi (kecepatan sekitar 0, 75
meter/detik). Sebagai penyederhanaan perbanclingan, yaitu tenaga
kerja mengangkat objek dari lantai ke atas meja, yang dapat
ctiselesaikan dengan waktu kurang dari 1 detik dipertimbangkan
sebaga.i kecepalan tinggi. Untuk kondisi-kondisi seperti tersebut
cliperlukarr penilaian bicmekanik, metabolisme dan psikologi kerja
secara independen.
4) Lifting Equation mengasumsiJr..an bahwa pekerjaan mengangkat
dan menurunkan objek mempunyai tingkat resiko yang sama
terhadap cedera pinggang (mengangkat sebuah kotak dari lantai
ke meja mempunyai bahaya yang sama dengan menurunkan
kotak dari meja ke lantai). Asumsi ini mungkin tidak benar, jika
kenyataannya tenaga kerja hanya mendorong kotak sampai
terjatuh ke lantai dari pada menurunkannya sampai tempat
tujuan di lantai yang diinginkan. Penilaian metabolisme,
biomekanik dan psikologi kerja diperlukan untuk menilai
kapasilas kerja dari jenis pekerjaan mcnurunkan yang bervariasi
terseb1....t.
Dari uraian keterbatasan-keterbatasan seperti tersebut di atas,
maka dapal disimpulkan, bahwa Revised NIOSH Lifting Equation tidak
dapat diterapkan pada kondisi sebagai. berikut:
a) Mengangkat/menurunkan objek dengan satu tangan;
b) Mengangkat/menunmkan objek untuk waktu kerja lebib dari 8
jam/hari;
c) Mengangkat/menurunka.'1 objek sambil duduk atau berlutut;
d) Mengangkat/menurunkan objek pada ruang kcrja yang terbatas
atau sempit;
e) Mengangkat/menurunkan objek yang tidak stabil;
� Menganglrnt/menurunkan objek sambil membawa, mendorong
dan men.a1ik;
g) Mengangkat/menurunkan objek dengan kereta dorong;
h) Mengangkat/menurunkan objek dengan kecepatan tinggi (lebih
cepat dari 0,75 meter/detik);
i) Mengangkat/menurunkan objek pada lingkungan kerja ekstrim
(seperti, suhu udara, dan kelembaban udara di bawah atau di atas
Ambang Batas diperkenankan).

D3. Penjelasan Rumus Persamaan Dan Fungsinya


Rumus persamaan yang digunakan untuk menghitung batas berat
beban angkat direkomendasikan (Recommended Weight Limit I RWL)
didasarkan pada suatu model perkalian dari pembebanan terhadap
enam (6) variabel pekerjaan yang terlibat. Pcmbebanan diekspresikan

1611
sebagai koefisien yang dimaksudkan untuk menurunkan beban yang
konst.an, yang merepresentasikan beban angkat maksimurn yang
direkomendasikan untuk dapat diangkat di bawah kondisi atau
kapasitas ideal tenaga kerja. RWL dapat dihitung dengan rumus
persarnaan sebagai berikut:

Variabel Pembebanan Nilai Persamaan


Load Constant LC 23 kilogram
Horizontal Multiplier HM (25 / H)
Vertical Multiplier VM 1 - (0.003 JV- 751)
Distance Multiplier DM 0,82 + (4,5 / D)
Asymmetric Multiplier AM 1 - (0,0032 A)
Frequency Jvlultiplier FM TabelS
Coupling A1ultiplier CM Tabel 7

Setiap multiplier harus dihitung dari rumus tersebut, tetapi pada


beberapa kasus mungkin perlu untuk menggunakan interpolasi linier
untuk menentukan nilai multiplier-nya, khususnya pada saat nilai dari
variabel tidak tersedia pada tabel. Sebagi contoh, pada saat mengukur
frekuensi, tidak mengukur secara keseluruhan, maka multiplier yang
sesuai harus diinterpolasi antara nilai frek"Uensi pada tabel untuk dua
nilai yang terdekat kepada jumlah frekuensi yang sebenarnya.

D3. l. Komponen Horizontal


1) Definisi dan Pengukuran.
Lokasi Horizontal (H) diukur dari titik tengah garis antara kedua
pergelangan kaki bagian dalam ke titik proyeksi pada lantai lurus
di bawah titik tengah pergelangan tangan atau pusat beban.
Lokasi Horizontal (H) harus diukur, nam.un demikian, pada
situasi dimana nilai H tidak dapat d.iukur, maka H dapat
diestimasi dengan nilai yang hampir mendekati melalui rumus
persamaan sebagi berikut (jarak diukur dalam sentimeter):
H = 20 + w /2, untuk V ;;,; 25 sentimeter, dan
H = 25 + w /2, untuk V < 25 sentimeter
Keterangan:
w adalah lebar kontainer dalam sagittal plane dan Vadalah lokasi
vertikal tangan dari lantai.
2) Pembatasan Horizontal (Horizontal Restriction).
Jika jarak horizontal kurang dari 25 sentimeter, maka H diatur
menjadi 25 sentimeter. Meskipun objek dapat dibawa atau
dipegang lebih dekat dari pada 25 sentimeter dari pergelangan
kaki, sebagian besar objek yang lebih dekat dari pada itu tidak
dapat diangkat tanpa mendekatkannya ke perut a.tau
mengembangkan bahu. Pada saat jarak 63 sentimeter dipilih
se bagai nilai H maksimum, hal tersebut kemungkinan terlalu
besar bagi tenaga kerja yang lebih pendek, khususnya, pada saat
mengangkat secara tidak sim.etris. Selanjutnya, objek pada suatu

1612
jarak yang lebih jauh dari pada 63 sentimeter dari pergelangan
kaki normal, maka objek tersebut tidak dapat diangkat secara
vertikal tan.pa kehilangan keseimbangan.
3) Horizontal Multiplier (HM)
Horizontal Multiplier (HM) adalah 25/H, untuk pengukuran dalrun
sentimeter. Jika H adalah � 25 sentimeter, maka nilai multiplier
tersebut adalah 1,0. HM berkurang dengan meningkatkan nilai H
itu sendiri. Multiplier untuk H adalah berkurang 0,4 pada saat
nilai H adalah 63 sentimeter. Jika H lebih besar dari 63
sentimeter, maka nilai HM = 0. Nilai HM dapat dihitung secara
langsung atau dapat ditentukan dari Tabel di bawah.

Tabel D 1 Horizontal Multiplier


H HM H HM
(sen ti meter) (sentimeter)
:;, 25 1,00 46 0,54
28 0,89 48 0,52
30 0,83 50 0,50
32 0,78 52 0,48
34 0,74 54 0,46
36 0,69 56 0,45
38 0,66 58 0,43
40 0,63 60 0,42
42 0,60 63 0,40
44 0,57 > 63 0,00

D3.2. Komponen Vertikal


1) Defmisi dan Pengukuran
Lokasi Vertikal {V) diartikan sebagai tinggi vertikal tangan di atas
lantai. V diukur secara vertikal dari lantai sampai ke titik tengah
anlara pegangan tangan.
2) Pembatase.n Vertikal (Vertical Restriction)
Lokasi Vertikal (V) dibatasi oleh permukaan lantai dan batas atas
jangkauan vertikal untuk pekerjaan mengangkat (rnisal; 175
sentimeter). Lokasi Vertikal harus diukur pada tempat asal dan
tempat angkat yang dituju untuk menentukan jarak angkut
( Travel Distance ID).
3) Vertical Multiplier
Untuk menentukan nilai Vertical Multiplier (VM), maka nilai
absolut atau deviasi V dari ketinggian optimum 75 sentimeter
harus clihitung. Suatu ketinggian 75 sentimeter di atas lantai
perlu dipertimbangkan tentang "ketinggian knuckle"' bagi tenaga
kcrja dcngan rerata tinggi badan 165 sentimeter. Vertical
Mttltiplier (VM) adalah 1 - (0.003 IV-751} dalam. satuan sentimeter.
Apabila V berada pada ketinggian 75 sentimeter, maka VM
adalah 1,0. Nilai VM berkurang secara linier dengan penambahan
atau pengurangan ketinggian dari posisi tersebut. Pada

1613
ketinggian lantai, nilai VM adalah 0, 78 dan pada ketinggian 175
sentimcter maka nilai VM adalah 0,7. Jika V lebih tinggi dari 175
sentimeter, maka nilai VM adalah 0. Nilai VM dapat dihitung
secara Jangsung atau dapat ditentukan dari Tabel di bawah ini.

Tabel D2. Vertical Multipler


V VM V VM
(sentimeter) (sentimei:er)
0 0,78 100 0,93
. 10 0,81 110 0,90
20 0,84 120 0,87
30 0,87 130 0,84
40 0,90 140 0,81
50 0,93 150 0,78
60 0,96 160 0,75
70 0,99 170 0,72
80 0,99 175 0,70
90 0,96 > 175 0,00

D3.3. Kornponen Jarak


1) Defmisi dan Pengukuran
Variabel jarak angkut vertikal ( Vertical Travel Distance Variable I
D) didefinisikan sebagai suatu jarak angkut vertikal tangan
antara tempat asal (origin) dan tempat angkat yang dituju
(destination). Untuk pekerjaan angkat, D dapat dihitung dengan
pengurangan lokasi vertikal (V) pada tempat angkat semula
dengan tern pat angkat yang dituju (D = V destinasi - V origin).
2) Pembatasan Jarak (Distance Restriction)
Variabel jarak angkut vertikal (D) diasumsikan untuk sekurang­
kurangnya 25 sentimeter, dan tidak lebih dari 175 sentimeter.
Jik a jarak angkut vertikal kurang dari 25 sentimeter, maka nilai
D harus dianggap sebagai jarak angkut minimum yaitu 25
sentirneler.
3) Distance N!ultiplier (OM)
Distance Multiplier (DM) adalah (0.82 + [4,5/D]) d.alam satuan
sentimeter. Untuk nilai D kurang dari 25 sentimeter maka tetap
diasumsikan menjadi 25 sentimeter dan nilai DM adalah 1,0.
Distance Multiplier (OM), bagaimanapun juga, berkurang secara
beraturan dengan peningkatan jarak angh."Ut. Nilai DM adalah 1,0
apabila D diasumsikan pada jarak 25 sentimeter; DM adalah 0,85
jika D pada jarak 175 sentimeter. Jadi, kisaran 1,0 s/d 0,85
memiliki nilai variasi D dari O s/ d 175 sentimeter. Nilai DM dapat
dihitung secara langsung atau dapat ditentukan dari Tabel di
bawah ini.

1614
Tabel D3. Distance Multiplier
D DM D DM
(sentimeter) (sentimeter)
::-; 25 1,00 115 0,86
40 0,93 130 0,86
55 0,90 145 0,85
70 0,88 160 0,85
85 0,87 175 0,85
100 0,87 > 175 0,00

D3.4. Komponen Asymmetry


1) Definisi dan Peng1.1kuran
Asymmetry dimaksud menunjuk kepada suatu aktivitas angkat
yang dimulai dan berakhir di luar mid-sagittal plane. Secara
umum, aktivitas mengangkat dengan sudut yang tidak simetris
haruslah dihindarkan. Jika mengangkat dengan sudut yang tidak
simstris tetap tidak dapat dihindarkan, bagaimanapun j'uga,
batas bcrat beban angkat yang direkomendasikan adalah secara
signifikan kurang dari batas yang digunakan untuk mengangkat
obj ek dengan sudut yang simetris. Pekerjaan mengangkat dengan
sudut yang tidak simetris mungkin diperlukan untuk pekerjaan
atau kond isi tempat kerja sebagai berikut:
• Otigin dan destinasi angkat dioricntasikan pada suatu sudut
yang satu dengan yang lainnya.
• Aktivitas angkat dilakukan untuk menjaga keseimbangan
tubuh pada tempat kerja yang terhalang, area kerja yang
kasar atau pada lantai yang tidak rata.
• Gerak angkat berseberangan dengan posisi tubuh, seperti
ynng terjadi pada pekerjaan mengayunkan kantong atau
kotak dari satu lokasi ke tern pat lain.
• Standar produktivitas perlu mengurang1 waktu per­
angkAtan.

Sudut asimetri (A) seperti yang diilustrasikan pada Gambar 6.2,


secara operasional dijelaskan sebagai suatu sudut antara garis
asin1etri dan garis mid-sagittal plane. Garis asimetri dijelaskan
sebagai garis horizontal yang menghubt1ngkan titik tengah antara
tuJang pergelangan kaki bagian dalam dan titik proyeksi pada
lantai secara langsung di bawah titik tengah pergangan tangan.
Garis asimetri dijelaskan sebagai suatu garis yang melewati titik
tengah antara tulang pergelangan kaki bagian dalam dan jatuh
pada mid-sagittal plane, yang merupakan posisi tubuh netral.
Sudut asimetri bukanlah sudut yang ditunjukkan dengan posisi
kaki atau sudut torso yang membungkuk, tetapi ditunjukkan
oleh lokosi be ban relatif tcrhadap mid-sagittal plane tenaga kerja.
Sudut asimetri (A) harus selalu diukur pada tempat asal
mengangkat. Jika memang significant control ctiperlukan pada

1615
tempat destinasi angkat, maka sudut A harus diukur pada
kedua.nya yaitu pada asal (origin) dan destinasi angkat.

2) Pern batasan Sudut Asimetri (Asymmetry Restictions)


Sudut A hanya terbatas untuk kisaran dari O derajat s.d. 135
derajat. Jika A > 135 derajat, maka AM mempunyai nilai sama
dengan nol (0), yang menyebabkan nilai RWL juga nol (0) atau
berarti tidak ada pernbebanan.

3) Asymmetry Multiplier (AM)


Asymmetry Multiplier (AM) adalah dihitung berdasarkan rumus 1
- (0,0032 A). AM mempunyai nilai maksimum 1,0 apabila beban
diangkat secara langsung di depan tubuh. Nilai Alvl berkurang
secara linier sejalan dengan penurunan sudut asimetri (A).
kisaran nilai AM adalah dari nilai 0,57 pada sudut asimetri 135
derajat sampai dengan 1,0 pada sudut asimetri 0 de:rajat. Jika A
lebih besar dari 135 derajat, maka AM = 0, dan berarti tidak ada
pembebanan. Nilai AM dapat dihitung secara langsung atau
dapat ditentukan dari Tabet di bawah ini.

Tabel D4. Asymmetry Multiplier


A (derajat) AM
0 1,00
15 0,95
30 0,90
45 0,86
60 0,81
7� 0,76
90 0,71
105 0,66
120 0,62
135 0,57
>135 0,00

D.3.5 Komponen Frekuensi


1) Definisi dan Pengukuran
Frequency Multiplier (FA1) ditentukan dengan: a) jumlah angkatan
per menit atau frekuensi, b) jumlah waktu yang diperlukan
L1ntuk mengangkat objek atau durasi; dan c} ketinggian angkat
vertikal daii lantai.
Frckuensi angkat (F} merupakan rerata jumlah angkatan yang
dibuat atau dilakukan per menit, yang diukur untuk periode
lebih dari 15 menit. Oleb karena berbagai variasi pola dan bentuk
kerja, maka analis mungkin akan mengalami kesulitan untuk
mendapatkan sampel kerja yang akurat pada setiap periode kerja
untuk menghitung fr ekuensi angkatan (F). Jika variasi kerja
cukup signifikan di dalam frekuensi angkatan, maka analis harus

1616
mcnerapkan teknik sampling standar kerja untuk rnendapatkan
representasi sampel kerja untuk menentukan jumlah angkatan
per menit. Pada kondisi yang demikian, dimana frekuensi yang
bervariasi dari sesi ke sesi, maka setiap sesi harus dianalisis
sec:a.ra terpisah, tetapi secara keseluruhan pola kerja harus
masih tetap dipertimbangkan.

2) Durasi Angkat
Dura.si angkat dapat diklasifikasikan ke dalam tiga (3) kategori
yaitu; durasi pendek; durasi sedang, dan durasi panjang atau
lama. Kategori tersebut didasarkan pada pola periode waktu kerja
dan ,vaktu pemulihan atau recovery secara terus menerus
(seperti: kerja ringan). Periode waktu kerja terus menerus
mentpakan suatu periode kerja yang tidak terputus. Periode
waktu pemulihan mcrupakan durasi aktivitas kerja ringan
selama periode mengangkat yang terus menerus tersebut. Contoh
kerja ringan termasuk aktivitas seperti kerja sambil duduk,
memonitor operasi, kcrja perakitan ringan, dsb.
Selanjutnya kalegori ketiga durasi angka.t tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Durasi Pendek (Short Duration) merupakan pekerjaan
mengangkat yang mempunyai durasi kerja 1 jam atau
kurang, yang diikuti dengan waktu pemulihan 1,2 kali
waktu kerja. Sebagai contoh yang diklasifikasikan sebagai
durasi pendek adalah pekerjaan mengangkat selama 45
menit harus diikuti dengan sekurang-kurangnya 54 menit
waktu pemulihan dalam satu sesi kerja, selanjutnya total
waktu mengangkat han1s dikombinasikan untuk
menentukan secara lepat kategori durasi.
Contoh lain, asumsi seorang tenaga kerja mengangkat
secant terus menerus selama 30 menit, kemudian
melakukan pekerjaan ringan untuk 10 menit, dan kemudian
mengangkat dengan tambahan waktu 45 menit. Pada kasus
deroikian, waktu pemulihan antara sesi mengangkat (10
menil) adalah kurang dari 1,2 kali waktu kerja awal 30
menit (36 menit). Dengan demikian, kedua waktu kerja (30
mcnit dan. 45 menit] harus ditambahka.J;l bersama untuk
menentukan durasi. Selama waktu kerja total (75 menit)
lebih dari 1 jam, maka pekerjaan harus diklasifikasikan
sebagai durasi sedang (Moderate Duration.). Di lain pihak,
jika periode pemulihan antara sesi mengangkat meningkat
menjadi 36 menit, rnaka kategori durasi pendek h�s
diterapkan, yang akan menyebabkan nilai FM yang lebih
besar.
b. Durasi Sedang (Moderate Du.ration) merupakan pekerjaan
mengangkat yang mempunyai durasi lebih dari 1 jam dan
kurang dari 2 jam, yang diikuti dengan periode sekurang­
kurangnya 0,3 kali waktu kerja.

1617
Sebagai contoh, jika seorang tenaga kerja mengangkat
secara terus menerus selama 2 jam maka waktu pemulihan
yang diperlukan sekurang-kurangnya 36 menit sebelum
mengangkat pada sesi berikutnya. Jika waktu pemulihan
yang diperlukan tidak terpenuhi, dan sesi mengangkat
berikutnya harus dilakaukan, maka waktu kerja total harus
ditambahkan bersama. Jika total waktu kerja lebih dari 2
jam rnaka pekerjaan demikian hams diklasifikasikan ke
dalam durasi panjang (long duration).
c. Durasi Panjang (Long Duration) merupakan pekerjaan
mengangkat yang mempunyai durasi antara 2 jam s.d. 8
jam, dengan mengikuli "vaktu istirahat standar yang
ditcntukan oleh perusahaan.
Catarnn Penting: Tidak ada reko.mendasi batas berat beban
angkat yang disediakan untuk kerja lebih dari 8 jam.

3) Pembatasan Frckuensi (Frequency Restriction)


Frekuensi angkat (F) untuk aktivitas angkat berulang atau
repetitif berkisar antara 0,2 angkatan/menit sampai frekuensi
angkat maksimum (15 angkatan per menit) pada lokasi objek
vertikal M dan durasi angkat (Tabel 6.5). Angka.tan di atas
frekuensi maksimum akan menghasilkan nilai RWL nol (0).

4) Frequency Multiplier (FM)


Nilai FM tergantung dari rerata jumlah angkatan/menit (F),
lokasi tangan vertikal M pada asal (origin), dan durasi angkat
seca.ra terus menerus. Untuk aktivitas angkat dengan frekuensi
kurang dari 0,2 angkatan/menit, asumsikan ke dalam jumlah
angkatan minimum yaitu 0,2 angkatan/menit. Untuk pekerjaan
mengangkat yang jarang (F<0, 1 angkatan/menit), bagaimanapun
juga, periode pemulihan biasanya akan sesuai digunakan untuk
kategori durasi < 1 jam. Nilai FM ditentukan dari Tabel di bawah
m1:

Tabel 05. Frequency Multiplier


Frekuensi Durasi Waktu Kerja
Angkat/ "2 1 jam >l dan s2jarn >2 dan :a;Bjam
Menit V<75 V"275 V<75 V"275 V<75 V"275
s: 0,2 1,00 1,00 0,95 0,95 0,85 0,85
0,5 0,97 0,97 0,92 0,92 0,81 0,81
1 0,94 0,94 0,88 0,88 0,75 0,75
2 0,91. 0,91 0,84 0,84 0,65 0,65
3 0,88 0,88 0,79 0,79 0,55 0,55
4 0,84 0,84 0,72 0,72 0,45 0,45
5 0,80 0,80 0,60 0,60 0,35 0,35
6 I 0,75 0,75 0,50 0,50 0,27 0,27
0,22
7 0,70 0,70 0,42 0,42 0,22

1618
8 0,60 0,60 0,35 0,35 0,18 0,18
9 0,52 0,52 0,30 0,30 0,00 0,15
10 0,45 0,45 0,26 0,26 0,00 0,13
11 0,41 0,41 0,00 0,23 0,00 0,00
12 0,37 0,37 0,00 0,21 0,00 0,00
13 0,00 0,34 0,00 0,00 0,00 0,00
14 0,00 0,31 0,00 0,00 0,00 0,00
15 0,00 0,28 0,00 0,00 0,00 0,00
> 15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
V dalam satuan sent1meter

5) Prosedur Khusus Pengaturan Frekuensi


Prosedur khusus ini dikembangkan untuk menentukan frekuensi
mengangkat (F) yang sesuai untu.k pekerjaan mengangkat
berulang tertentu, yang mana tenaga kerja tidak mengangkat
secara terus menerus selama periode sampling 15 menit. Hal ini
terjadi pada saat pola kerja, dimana tenaga kerja mengangkat
secara berulang untuk waktu singkat dan kemudian melakukan
kerja ringan untuk waktu yang singkat pula sebelum memulai
sesi putaran kerja berikutnya. Sepanjang fn:kuensi angkat yang
sebenarnya tidak melebihi 15 angkatan/menit, nilai F dapat
ditent:ukan seperti berikut:
• Hitung tolal jumlah angkatan yang dilakukan selama
periode 15 menit.
• Bagi total jumJah angkatan tersebut dengan 15.
• Gunakan nilai yang diperoleh sebagai nilai F untuk
r:aenentukan nilai FM dari Tabel.

Sebagai contoh, jika jenis dan pola kerja untuk suatu


pekerjaan meliputi satu seri atau rangkaian sesi berputar
memerlukan waktu 8 menit diikuti dengan 7 menit kerja ringan,
dan rerata angkatan selama sesi kerja adalah 10 angkatan per
menit, maka rerata angkatan (F) yang digunakan untuk
menentukan FM untuk pekerjaan tersebut adalah sama dengan
[10 x 81/ 15 atau 5,33 angkatan per menit. Namun demikian, jika
tenaga kerja mengangkat :secara terus menerus untuk waktu
lcbih dari 15 menit, maka frekuensi angkat sebenamya tetap
menggunakan 10 angkatan/menit.
Sernentara itu, pada saat menggunakan prosedur khusus
ini, kategori durasi didasarkan pada lamanya periode pemulihan
antara sesi kerja, bukan di dalam sesi kerja. Dengan kata lain,
jika pola kerja adalah terputus-putus dan prosedur ini tetap
ditcrapkan, maka periode pemulihan yang terputus-putus yang
terjadi selama 15 me11it periode sampling, tidak dipertimbangkan
sebagai periode untuk tujuan penentuan kategori durasi. Sebagai
contoh, jika pola kerja untuk suatu pekerjaan mengangkat secara
manual dan berulang mieliputi 1 menit mengangkat terns

1619
menerus pada rerata 10 angkatan/menit, diikuti dengan 2 menit
waktu pemulihan, maka prosedur yang benar harus diatur sesuai
prosedur berikut; F = [10 angkatan /menit x 5 menit] / 15 menit
= 50/ 15 = 3,4 angkatan/menit.

03.6. Komponen Pegangan/Kopling (Coupling Component)


1) Definisi dan Pengukuran
Sikap alamiah pada tangan kepegangan objek atau metode
memegang objek dapat mempengaruhi tidak hanya kelruatan
maksimum yang dapat dilakukan tenaga kerja, tetapi juga lokasi
tangan vertikal selama mengangkat objek. Kopling yang bagus
akan dapat mengurangi kekuatan maksimum genggaman yang
diperlukan dan dapat meningkatkan kesanggupan tenaga angkat.
Sementara itu, kopling pada objek yang tidak baik secara urn.um
akan memerlukan kekuatan menggenggam maksimum yang lebih
tinggi dan dapat menurunkan kesanggupan tenaga angkat yang
diperkenankan.
Efektivitas kopling tidaklah statis, tetapi mungkin bervariasi
dengan adanya jarak angkat objek dari lantai, sehingga kopling
yang bagus dapat menjadi tidak bagus selama aktivitas
mengangkat. Keseluruhan kisaran mengangkat harus
dipertimbangkan pada saat mengklasifikasi tangan-ke-kopling
objek. Analis harus mengklasifikasikan kopling ke dalam tiga (3)
kategori yaitu Bagus (Good); Sedang (Fair) dan Jelek (Poor). Ketiga
kategon tersebut dijelaskan seperti pada Tabel di bawah ini.

Tabel D5. Klasifikasi Kopling [Tangan-ke-Kontainer]


BA GUS [ GOOD] SEDANO [FAJRJ JELEK [ POOR]
1. Kontainer 1. Kontainer 1. Kontainer
denga.n desain dengan desain dengan desain
optimal, seperti; optimal, kurang optimal
box, peti kayu, Penjelasan atau objek yang
dll. Penjelasan kategori tidak beraturan,
11
kategori "Bagus nsedang" berukuran
dijelaskan pada dijelaskan pada sangat besar,
keterangan 1 s/d keterangan 1 s/d sulit untuk
2 di bawah. 3 di bawah. dipegang,
pinggirannya
runcing, dan
licin dll.
Penjelasan
kategori "Jelek"
dijelaskan pada
keterangan 4 di
bawah
2. Untuk objek 2. Untuk kontainer
yang tidak dengan desain
beraturan, yang optimal tapi

1620
-- - --::-:-::----.---------
tidak
-......----------,
tidakdikemas ada
dalam kontainer. pegangan atau
Kategori "Bagus" objek tidak
dijelaskan beraturan.
sebagai suatu Kategori
pegangan yang "Sedang"
nyaman, yang dijelaskan
mana tangan sebagai suatu
dapal dengan pegangan yang
mudah mana tangan
memegang dapat ditekuk
permukaan dengan sudut
objek, seperti sekitar 90
dijelaskan pada derajat, seper6
keternngan 5 di dijelaskan pada
bawah. kelerangan 3 di
bawah.
Ketcrangan Tabel:
1. Suatu desain pegangan/handel yang optimal mempunyai
diameter 1,9 s/d 3,8 sentimeter, panjang nya adalah:.:: 11,5
sentimeter, tersedia ruang bebas gerak sebesar 5 sentimeter,
bentuknya silinder, permukaannya lembut atau lunak dan
tidak mudak selip.
2. Suatu desain kontainer yang optimal mempunyai panjang
bagjan depan s 40 sentimeter, tinggi s 30 sentimeter dan
permukaan lu.nak dan tidal< mudah selip.
3. Tenaga kerja harus mampu menekukkan jari sekitar 90
derajat di bawah kontainer, seperti diperlukan saat
mengongkat kotak karton dari lantai.
4. Suatu kontainer dianggap tidak optimal, jika panjang bagian
depan > 40 sentimeter, tinggi > 30 sentimeter, permukaannya
kF.Jsar dan licin, ujungnya tajam atau runcing, pusat masa
tidak simetris, berisi bahan yang tidak stabil, diperlukan
sarung tangan waktu mengangkat. Kontainer dianggap terlalu
besar (bulky) jika beban tidak mudah diseirnbangkan antara
tangan dan genggaman.
5. Tenaga kerja harus mampu memegang disekeliling kontainer
dcngan nyaman tanpa menyebabkan deviasi pergelangan
tangan yang berlebihan atau sikap kerja yang tidak alamiah,
dan gnp tidak memerlukan pengerahan tenaga yang
berle bihan.

2) Coupling Multiplier (CM)


Berdasarkan klasifikasi kopling dan lokasi mengangkat vertikal,
Coupling Multiplier (CM) dapat ditentukan dari Tabel di bawah ini:

1621
Tabet E6. Coupling Multiplier (CM)
Coupling Multiplier (CM)
Coupling Type V < 75 V�75
sentimeter sentimeter
Bagus [Good] 1,00 1,00
Sedang [Fair] 0,95 1,00
Jelek [Poor] 0,90 0,90

04. INDEKS MENGANGKAT ( LIFTING INDEX/ LI)


Lifting Indeks (LT) dapat dihitung dengan menggunakan rumus
persamaan sebagai benkut:

Berat Beban Riil {Load Weight) L


LI= =
R\iVL RWL

D.4.1 Penggunaan RWL dan LI untuk Pedoman Desain Ergonomi


RWL dun LI dapat digunakan untuk memberi pedoman desain
ergonorni dalam beberapa cara, sebagai berikut:
1) Multiplier secara inctivi.du dapat digunakan untuk
mengidentifikasi pekerjaan tertentu yang berkaitan dengan
berbagai permasalahan yang mungkin terjadi. Setiap multiplier
mengindikasikan kontribusi relatif dari masing-masing faktor
pekerjaan (seperti; horizontal, vertikal, frekuensi, dll.).
2) RWL dapat digunakan untuk memberi pedoman tentang redesain
pekerjaan mengangkat secara manual yang sedang dan telah
dilakukan atau untuk men.desain pekerjaan mengangkat secara
manual yang baru. Sebagai contoh: jika variabel pekerjaan tetap
atau fix, rnaka berat maksimum beban dapat dipilih, sehingga
tidak melebihi nilai RWL, jika berat bebannya tetap atau fix,
mal<a variabel pekerjaan dapat dioptimalkan, sehingga tidak
melebihi nilai RWL.
3) L1 dapat digunakan untuk mengestimasi stress fisik yang
mungkin terjadi pada pekerjaan yang dilakukan. Jika LI lebih
besar, kemarnpuan tenaga kcrja untuk dapat bekerja secara
selamat juga menjadi lebih kecil. Dengan demikian, dua atau
lebih desain pekerjaan perlu ctiperbandingkan.
4) LI dapat digunakan untuk membuat prioritas redesain pekerjaan.
Sebagai contoh, pekerjaan-pekerjaan yang dicurigai mempunyai
potensi bahaya dapat dirangking menurut niJai LI dan strategi
pengendalian dapat dikembangkan menun1t rangking (m.isal;
pekerjaan mengangkat mengindikasikan nilai LI di atas 1,0 atau
lebih perlu mendapat prioritas utama dibandingkan pekerjaan
dengan nilai LI yang< 1,0).

1622
D4.2. Rasionalisasi dan Limitasi LI
Rumus persamaan RWL dan LI didasarkan pada konsep bahwa resiko
pekerjaan mengangkat yang berkaitan dengan nyeri pinggang
meningkat se1nng dengan peningkatan tuntutan pekerjaan
mengangkat. Dengan kata lain, jika LI meningkat maka: 1) tingkat
resiko yang diterima tenaga kerja juga meningkat, 2) persentase
tekanan kerja lebih tinggi, maka resiko nyeri pinggang akibat
peke1jaan mengangkat mcningkat.
u
Namun demikian, tanpa tambahan data yang menunjkkan
hubungan antara nyeri pinggang dengan LL, maka tidak mungkin
untuk memprediksi besarnya resiko yang diterima individu a.tau
persentase populasi kerja yang pasti berada pada kondisi yang
mengalami nyeri pinggang.

E.4.3. Strategi Intervensi terhadap Pekerjaan


LI mungkin digunakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya
pekerjaan mengangkat yang dimaksudkan untuk mengevaluasi dan
redesain pekerjaan. Menurut perspektif N10SH, pekerjaan
mengangkat dengan nilai LI > 1,0 dapat meningkatkan resiko nyeri
pinggang, sehingga tujuan harus ditetapkan untuk mendesain
seluruh pekerjaan mengangkat untuk mencapai nilai LI s 1,0.
Para ahli menyakini kriteria seleksi terhadap tenaga kerja perlu
dilakukan untuk mcngidentifikasi tenaga kerja yang dapat melakukan
pekerjaan mengangkat yang mengandung potensi bahaya (khususnya
pekerjaan mengangkat yang mempunyai nilai LI > 1,0) tanpa
meningkatkan resiko cedera yang signifikan (Chaffing and Anderson,
1984; Ayoup and Mital, 1989).
Kriteria seleksi tersebut, bagairnanapun juga harus dida:sarkan pada
hasil penelitian, observasi empiris atau pertimbangan teori termasuk
tes kekuatan terhadap pekerjaan dan atau test kapasitas aerobik.
Tidaklah dapat dipungkiri, para ahli bersepakat bahwa sebagian besar
tenaga kerja akan berada pada suatu resiko yang tinggi pada saat
rnelakukan pekerjaan mengangkat yang berat (LI � 3,0). Dari
penjelasan tersebut, maka selanjutnya hasil perhitungan nilai LI
dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat resiko cedera di bawah ini.

Tabel El. Klasifikasi Tingkat Resiko terhadap Nilai LI.


Nilai LI Tingkat Deskripsi Perbaikan
Resiko
< 1 Rendah Tidak ada masalah dengan pekerjaan
mengangkat i maka tidak diperlukan
perbaikan terhadap pekerjaan, tetapi tetap
terus mendapatkan perhatian sehingga
nilai LI dapat dipertahankan < L
1 -<3 Seclang Ada beberapa masalah dari beberapa
parameter angkat, sehingga perlu
dilakukan pengecekan dan redesain segera
pada parameter yang menyebabkan nilai

1623
RWL tinggi. Upayakan perbaikan schingga
nilai RWL < 1.
�3 Ti.nggi Terdapat banyak permasalahan dari
paramelt::r angkat, sehingga diperlukan
pengecekan dan perbaikan sesegera
mungkin secara menyeluruh terhadap
parameter-parameter yang menyebabkan
nilai tinggi, Upayakan perbaikan sehingga
nilai RWL < 1.

1624
7. STANDAR FAKTOR PSIKOLOGI

Survei Diagnosis Stress Kerja


Kuesioner ini dirancang untuk mengetahui sejauh mana berbagai kondisi
peke:cjaan menjadi sumber stress seseorang.
Responden di:rninta memilih seberapa sering kondisi tersebut menimbulkan
stress
1. Bila kondisi yang diuraikan tidak pernah menimbulkan stress
2. Bila kondisi yang diuraikan jarang sekali menimbulkan stress
3. Bila kondisi yang diuraikan jarang menimbulkan stress
4. Bila kondisi yang diuraikan kadang-kadang mer.imbulkan stress
5. Bila kondisi yang diuraikan sering menimbulkan stress
6. Bila kondisi yang diuraikan sering kali rnenlmbulkan stress
7. Bila kondisi yang diuraikan selalu menimbulkan stress

1 'T'ujuan tugas-tugas dan pekerjaan saya tidak 1 2 3 4 5 6 7


ielas
2 Saya mengerjakan tugas-tugas atau proyek- 1 2 3 4 5 6 7
proyek yang tidak perlu
3 Saya harus membawa pulang pekerjaan ke 1 2 3 4 5 6 7
rurnahsetiap sore hari atau akhir pekan agar
dapat mengeiar waktu
4 I Tuntutan-tuntutan mengenai mutu pekerjaan 1 2 3 4 5 6 7
terhadap sava keterlaluan
5 Sa.ya tidak mempunyai kesempatan yang 1 2 3 4 5 6 7
memadai untuk maiu dalam organisasi ini
6 Saya bertanggung jawab untuk pengembangan 1 2 3 4 5 6 7
karvawan lain

I 7 Saya tidak jelas kepada siapa harus melapor


dan/ atau siapa vang melapor kepada sava
8 Saya terjepit di tengah-tengah antara alasan dan
1

1
2

2
3

3
4

4
5

5
6

6
7

7
bawahan sava
9 Saya menghabiskan wak.tu terlalu banyak untuk 1 2 3 4 5 6 7
pertemuan-pertemuan yang tidak penting yang
menyita waktu saya
10 Tugas-tugas yang diberikan kepada saya terlalu 1 2 3 4 5 6 7
sulit dan/ a tau terlalu kompleks
11 Kalau saya ingin nail< pangkat, sa:ya harus 1 2 3 4 5 6 7
mencari oekeriaan pada satuan keria lain
12 Saya bertanggung jawab untuk membimbing 1 2 3 4 5 6 7
dan/atau mcmbantu bawahan saya
menvelesaikan problemnya
13 Saya tidak 1�empunyai wewenang untuk 1 2 3 4 5 6 7
melaksanakan tanggung iawab pekeriaan saya
14 Jalur perjntah. vang form&.l tidak dipatuhi 1 2 3 4 5 6 7
15 Saya bertanggung jaw1:1h atas semua proyek 1 2 3 4 5 6 7
pekerjaan dalam waktu bers_amaan yang hampir
tidak daoat dikendalikan
16 Tugas-tugas tampaknya makin hari menjadi 1 2 3 4 5 6 7
ma.kin kompleks
17 Saya rnerugikan kemajuan karir saya dengan 1 2 3 4 5 6 7
menetap pada organisasi ini

1625
18 Saya bertindak atau membuat keputusan- 1 2 3 4 5 6 7
keputusan yang mempengaruhi keselamatan dan
keseiahteraan orang lain
19 Saya tidak mengerti sepenuhnya apa yang 1 2 3 4 5 6 7
diharapkan dari saya
20 Saya melakukan pekerjaan yang diterima oleh 1 2 3 4 5 6 7
satu orang tapi tidak diterima oleh orang lain
21 Saya benar-benar mempunyai pekerjaan yang 1 2 3 4 5 6 7
lebih banyak daripacla yang biasanya dapat
dikeri akan dalam sehari
22 Organisasi mengharapkan saya melebihi 1 2 3 4 5 6 7
keterampilan dan/atau kemampuan yang saya
miliki
23 Saya hanya mempunyai sedikit kesempatan 1 2 3 4 5 6 7
untuk berkembang dan belajar pengetahuan dan
keteramoilan ban.1 dalam oekerjaan saya
24 Tanggung jawab saya dalam organisasi ini lebih 1 2 3 4 5 6 7
mengenai orang daripada barang
25 Sa.ya tidak mengerti bagian yang diperankan 1 2 3 4 5 6 7
pekerjaan saya dalam memenuhi tujuan
organisasi keseluruhan
26 Saya menenma permintaan-permintaan yang 1 2 3 4 5 6 7
I saling bertentangan dari satu orang atau lebih
27 Saya merasa bahwa saya betul-betul tidak punya 1 2 3 4 5 6 7
waktu untuk istirahat berkala
28 Saya kurang terlatih dan/atau kurang 1 2 3 4 5 6 7
pengalaman untuk melaksanakan tugas-tugas
saya secara memadai
29 Saya merasa karir saya tidak berkembang 1 2 3 4 5 6 7
30 Saya bertanggung jawab atas hari depan (karir) 1 2 3 4 5 6 7
orang lain

-------------------------------------DIISI OLEH PEMERIKSA--------------------------­


Total skor
Skor TP Ketaksaan Peran 1+7+13+19+25
Skor KP Konflik Peran 2+8+14+20+26
Skor Beban Berlebih Kuantitatif 3+9+15+21+27
BBKuan
Skor Beban Berlebih Kualitatif 4+10+16+22+28
BBKual
Skor PK Pengem bangan Karir 5+11+17+23+29
Skor TJO Tanggung jawab terhadap 6+12+18+24+30
orang lain

Kesimpulan
Skor � 9 : derajat stres RINGAN
Skor 10-24 : derajat stres SEDANG
Skor > 24 : derajat stress BERAT

1626
8. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBINAAN AHLI K3 LINGKUNGAN KERJA

A. Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja


Pembinaan Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja paljng sed.ikit dilakukan 40
jam pelajaran dengan setiap jam pelajaran (Jampel) selama 45 menit,
materi pem binaan dan durasi pembinaan sebagai berikut:

No.
I MATERI PEMBINAAN
DURASI
PEMBINAAN
Teori Praktek
(1) (2) (3) (4)
1 Peraturan Perundang-undangan K3 5
.
a. Kebijakan Umum Pelaksanaan Pembinaan dan
Pengawasan K3;
b. Persyaramn K3 Lingkungan Kerja
2 Program Higiene Industri: Antisipasi, rekognisi, 3 2
evaluasi clan pengendalian bahaya di tempat kcrja
3 Pengenalan risiko kesehalan dan. promosi kesehatan 2 3
kerja
4 Si8lim informasi lingkungan kcrja 1 2
5 Teknik pengumpulan sampel faktor fisika, kimia, 3 7
biologi, ergonomi dan psikologi
6 Ventilasi in.dustri 2 3
7 Evaluasi 2 5
8 JumJah 18 22
Total 40

B. Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja


Pembinaan Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja paling sedikit dilakukan
40 jam pelajaran dengan setiap jam pelajaran (Jampel) selama 45
menit, materi pembinaan dan durasi pembinaan sebagai berikut:
DURASI
No. MATER! PEMBINAAN PEMBINAAN
Teori Praktek
il) (2) (3) (4)
1 Peraturan Perundang-undangan K3 5
a. Kebijakan Umum Pelaksanaan Pembinaan dan
Pengawasan K3;
b. Pela.ksanaan K3 Lingkungan Kerja dalam penerapan
SMK3
2 Manajemen higiene industri perencanaan, 3 2
pengumpulan sam.pel, pereka.man data clan pelaporan
3 Program higiene industri spesifik untuk pendengaran 3 2
dan pernafasan serta kualitas udara dalam ruangan
(indoor air quality)
4 Penilaian risiko kesehatan kerja spesifik program 3 2
pengendalian kebisingan, program pencegahan pahaya
saluran pernafasan dan kualitas udara dalam ruangan

1627
( indoor air quality)
I 5 Prosedur evaluasi K3 Lingkungan Kerja :2 3
6 Prosedur pengadaan dan pencatatan kebutuhan :2 3
'
peralatan higiene industri
7 Prioritas penanganan dari risiko kesehatan : metoda 2 3
pengambilan sarnpel dan metoda analisis
8 Evaluasi ,3 2
9 Jumlah 23 17
Total 40

C. P edoman Pelaksanaan Pembina.an Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja


Pembina.an Ahli K3 Uta....-na Lingkungan Kerja paling sedikit dilakukan
40 jam pelajaran dengan setiap jam pelajaran (Jampel) selarna 45
menit, materi pembinaan clan durasi pembinaan sebagai berikut:
DURASI
No. MATERI PEMBINMN PEMBINAAN
Teori Praktek
(1) (2) (3) (4)
1 Peraturan Perundang-unclangan K3 5
a. Kebijakan Umum Pelaksanaan Pembinaan clan
Pengawasan K3;
b. Pelaksanaan K3 Lingkungan Kerja dalam
penerapan SMK3
2 Prosedur evaluasi proses antisipasi dalam higiene 2 2
industri
3 Prosedur evalu asi proses rekognisi faktor bahaya 2 2
lingkungan kerja dan penilaian risiko kesehatan
4 Prosedur evaluasi dan analisa hasil pemeriksaan 2 2
sampel dan statistik lingkungan kerja
5 Prosedur evaluasi dampak pajanan, epidemiologi dan 3 2
statistik penyakit akibat kerja
6 Prosedur penyusunan program K3 dan audit faktor 3 2
risiko bahaya lingkungan kerja
7 Prosedur evaluasi hasil promosi kesehatan kerja 2 2
8 Prosedur pengendalian pajanan risiko lingkungan 3 2
kerja
g Evaluasi 4
10 Jumlah 25 15
Total 40

1628
9. FORMULIR PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJlAN

A. Formulir PemeriksAan Dan Pengujian Awal/Berkala/Khusus Iklim K erja


Panas (ISBB)*

KOP INSTANSI YANG


MELAKUKAN PEMERIKSAAN/PENGUJIAN

1. DATA UMUM
a. Perusahaan
b. Alamat
c. Pengurus/Penanggungjawab
d. Lokasi Pemeriksaan/Pengujian
e. Nomor Dokumen Pengujian
Sebelumnya
f. Nomor SKP PJK3/Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3

2. PEMERJKSA-t\N DAN/ATAU PENGUJIAN TEKNIS


a. Nama .AJat Ukur Yang Digunakan
b. Type, Nomor Seri
c. Negara Pembual
d. Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir
e. Instansi Pengkalibrasi
f. Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/
Pengukuran
g. Waktu Pemeriksaan/Pengujian/ Pukul ........ s.d............
Pengukuran

3. PEMERIKSAAN DAN/ ATAU PENGUJIAN TEKNIS


No. Ruangan Nomor ISBB Durasi Beban NAB Tindakan
/bagian Titik uji (0 q Paparan Kcrja pengendalian
Terbadap Fisik yang telah
Pekerja (Ringan dilakukan
perJam /Sedang
/Berat)*

Keterangan: Titik lokasi tergambar pada sketsa terlamptr.

4. Metode pengukuran yang dipakai:

1629
5. Analisis:
, ........................................................ , ......................................................... .

t • • • • • ' • • • • • ' •• ' •• ' • • • • ' • • • • • • ••• • • • • • • • • • • - . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . ' • • • • • • • • • ••••••• ' • • • ••••••• ' • • ' • ••• • • • • • • •

6. Kesimpulan:
' ...... ................... ........ - -... ........ - -............... ..... ' .. .......... ' . ' ........... ............. .
' ' ' ' '

· · ·· · ·· ·· ··· ······ ····· · · · · · ·· ····· ·· · · · ···· · · · · · · ·· · · ·· · ·· · ··········· · · · ··· ·· · ·· ······ ··········· ········ ·······
7. Pe1·syaratan yang harus scgera dipenuhi:*"
... ' ., . ' .... ' ' .......... ' ...... .... ' .......................... - . . - . - .............. - ................. ' .......... ... .
• • • I • • • • • ' • • ' • • • • • • • • • • ' • • o • o • • ' • • • • • o • 0 t O • o o o o o O O ♦ 0 • 0 0 0 0 0 • • o O • 0 0 o • o O o • t O • o • • o o o o • 0 • o • o • o • • 0 • o o • o • • • o o o o • o o • o o o o o •

... , ......... ' ..... ........ ' .................. ' .. ' ..


. . . . . . . . . ' ........ '

Yang Memeriksa dan Mcnguji


Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis, *"* Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

(........ -..... - .. ........ ..........) ( ... ., ................. - . . . . . . -.... -. - - . . . . -.. -. -....... )


NIP. ········-·······-··-·-····-· .. NIP/No. REG ....................................

Keterangan:
* Coret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*H
Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilak:ukan oleh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1630
B. Formulir Pemeriksaan dan Pengujian Awa1/Berka1a/Khusus Kebisingan*

KOP INSTANSJ YANG


MELAKUKAN PEMERlKSAAN/PENGUJTAN

1. DATA UMUM
a. Pcrusab aan . .. . . . . . . . . . ......... ' ...............
b. Alamat . . . . . . .. . . ... ........ . . ... . . . . .. ... . .
c. Pengurus / Penanggung j awab ............ .. ' .....................
'

d. Lokasi Pern.eriksaan/Pengujian . .. .......... ' .......... ...........


' '

e. Nomor Dokumen Pengujian


Sebelumnya
f. Nomor SKP PJK3/Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3

2. PEMERIKSMN DAN/ATAU PENGUJIAN TEKNIS


a. Nan1a Alat Ukur Yang Digunakan
b. Type, Nomor Seri .................... . . .. . . . ... . . . .. .
. . . .. ................... ........
'

c. Negara Pembuat '.' ' '

d. Tanggal Kalibrasj Eksternal Terakhir


e. Instansi Pengkalibrasi
f. Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/
Pengukuran
g. Wal<ru Pemeriksaan/Pen.gujian/ Pukul ........ s.d ............ .
Pengukuran

3. PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN TEKNIS


No. Ruang l'1o. Titik Kebisingan NAB Ju1nlah Tindal-can
keija Pengukuran (dBA) Jam pengendalian
/bagian / Pengujian. pemaparan yang telah
kebisingan dilakukan.
per hari.

Keterangan.: Titik lokasi tergarnbar pada sketsa terlamp1r.

t1·. Metode pengukuran yang dipakai:


· · · · · · · · · · · · · ·· ·· · · · ··· · · · · · · · · ······ ·· ······· · · ··· ··· · ·· · · · ·· · · · · · · ··· ··· · · · · · · ·· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·· · · · · · · · · ·
· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·· · · · · • · · • · ·• · · · · · ··········· · ·· ···· · · ·· · · · · · · ····· · · ···· ···· · · · · · ·· ··· ···· · ······
·
5. Analisis:
· · · ·· · ··· · · · · · · · · � · · ··· · · · · · · · · · ···· · · · · · · · ·· · · ·· ··· · ·· · · ·· ··· ··· ·· · ·· ··· · ·· · ·········· ·· · ·· · ········ ··· ··········
····· ······ ··· ······· · ··· ···· · · · · · ····· · · ·· · · · · · · · · · · · · · · · ···· ·· ········· · · · · · · · · · · · · · ····· · · · · · · ·· · ·· · · · · · · · · · · ··

1631
6. Kesimpulan:
· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ··· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·
........ ' ..... - . . . . ' . ' ........ ' . ' . . ' . . ......................................... . . . . . ........ . ... . . . ....... ...... . .

7. Persyaratan yang harus segera dipenuhi:**


..................... ' ... ........... .... .... ' ............ ............. ' .......................... ' ............ - ...
.
. . . . . . . . . . . .. ....... . . . . . . . . . . . . ...... . . . .. . . . . . . . ... .... . . . . .. . . . ... . ....... . . .. . .. ' ........................... .
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • t • • • • • • • • - - • - • • - . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .

Yang Memeriksa dan Menguji


Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manaj er Teknis, *** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/ULama/Penguji K3,

(................................... ) (............................................... ........ . )


NIP. ............................. . NIP/No. REG .....................................

Keterangan:
* Caret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*** Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingknngan Kcrja Muda/Madya/Utarna/Penguji K3

1632
C. Formulir Pcmenksaan dan Pengu jian Awal/Berkala/Khusus Getaran
Untuk Pemaparan Lengan Dan Tangan/Selurub Tubuh*

KOP INSTANSI YANG


MELAKUKAN PEMERIKSAAN/PENGUJIAN

1. DATA UMUM
a. Perusahaan
b. Alamat
c. Pengurus/Penanggung jawab
d. Lokasi Pemcriksaan/Pengujian
e. Nomor Dokumen Pengujian
Sebelumnya
f. Nomor SKP PJK3/Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Ke rja
Muda/Madya/Utarna/Penguji K3

2. PEMERIKSAAN DAN/ ATAU PENGUJIAN TEKNIS


a. Nama Alal Ukur Yang Digunakan
b. Type, Nomor Seri
c. Negara Pembuat
d. Tanggal Kalibrasi Ek::;ternal Terakhir
e. Instansi Pengkalibrasi
f. Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/
Pengukuran
g. Waktu Pemeriksaan/Pengujian/ Pukul ........ s.d. ...........
Pengukuran

3. PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN TEKNIS


No. Ruang/Bagian, Sumber Durasi Hasil NAB Tindakan
No.Titik lokasi getaran Jam Uji pengendalian
Pemaparan (m/det2 ) yang telah
Per hari dilakukan

· Keterangan: Titik lokasi tergambar pada sketsa terlampir.

4. Metode pengukuran yang dipakai:


................... ....... ' .......... ' .. ' .. . . ........ ............. ' ' .. ' ' ..... .. .......
' ............... . ' ....... ' .. .

' .......................................................... - . . . . . . . - - . - - . - .. - . . - .... - . . . . . - . . - . . . . . . . -...... - - ... - .

5. l\nalisis:
' .. ' .... ' .. ' ........... ' .. ' ............................. - - ..... - ................................................ ' ...

• • • • • • • • • • • • • • • • .. • • • • • ' • • • • • • • • • • • ' • • • • • • • • • • ' •• ' • • ' •••• ' ' • • • • • ••••• f ••••••• ' ' • ' ••••••••• •••••• • • • • • • ' • • • • • • • • ' • • •

1633
6. Kesimpulan:
.. . .................................................................... ............................ . ............... .
... ········ ........... ' .... . . ... ..... ·············· ............... · · · · · · · · ........... ...........................
' '

7. Persyaratan yang hanrn segera dipenuhi:**


............................ ' . ......... . . ' .. . ' .. ' ....... ' ........................... -..............................
• • 0 o •• • • • • • o • o ♦ • • I • o o • I o • I • o O o o • o • • • I o o I o o ♦ o o o • • I o o ' o I • • I o • I • • o • o o • • o • • o • • • • • • • • • • ' • o o o • • • • • • I • o I • • • • • • • • • o • o o • o • o •

...................... , ................... , . ... .. ... . , .. , ........... .. .


Disetujui: Yang Memeriksa dan Menguji
Manajer Tekrjs, *** Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

( ...................................) (........................................................ )
NIP. ........... ................... NIP/No. REG.................................... .

Keterangan:
* Coret yang Lidak perlu
"* Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
.,,,.* Digunakan unluk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
!<3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1634
D.Formulir Pemeriksaan dan Pengujian Awal/Berkala/Khusus Frekuensi
Radio Dan Gelombang Mikro*

KOP INSTANSJ YANG


MELAKUKAN PEMERIKSAAN /PENGUJIAN

1. DATA UMUM
u. Perusahaan
b. Alamat
c. Pengurus/Penanggung jawab
d. Lokasi Pemeriksaan/Pengujian
e. Nomor Dokumen Pengujian
Sebelumnya
f. Nomor SKP PJK3/Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3
.
2. PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJlAN TEKNIS
a. Nama Alal Ukur Yang Digunakan
b. Type, Nomor Seri
c. Negara Pembuat
d. Tanggal Kalihrasi Eksternal Terakhir
e. Instansi PengkaJjbrasi
f. Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/
Pengukuran
g. Waktu Pemeriksaan/Pengujian/ Pukul ........ s.d............
Pengukuran

3. PEMERIKSA.A N DAN/ATAU PENGUJIAN TEKNIS


No. Ruangan/ Power Kekuatan Kekuatan Waktu
Bagian, Density Medan Medan Pemaparan
No.Titik (mW /sent Listrik Magnet (menit)
pengukuran imeter )
2
(V/m) (A/m)
Hasil NAB Hasil NAB
Ukur Ukur

Keterangan: Titik lokasi tergambar pada sketsa terlamptr.

4. Metode pengukuran yang dipakai:

1635
5. Analisis:

6. Kcsimpulan:

7. Persyaratan yang harus segera dipenuhi:**


• • • • • ' • • • • • • • • • • • ' • • • • • • • • • • ' • • • • • • • • • • • • • ' • • • ' • • • • • ' . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . ' • • • • • ' • • • • • • • • • • • • ■ • • • • • • • • • • • • • • • ' • • • • • '

• • ' • • • • • ' • • ' • • • • • • • • • • ' • • • • • • • • • • • 9 • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • - • ' • • • • • • • • • • • ' • • • • • • • • • • • • - ' • • • • • • • • • • • • • • •

. .. . . . . . . . . . . . . . . . ....' ... ......... .... .. .... .... ' ' .... .............. .
'

Yang Memeriksa dan Menguji


Disctujui.: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis,*** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji. K3,

{ .............. . . . . . . ..... . . . . .. . . . . ) (........................................................)


NIP. .............................. NTP/No. REG.................................... .

Keterangan:
* Coret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
* "* Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1636
E. Formulir Pemeriksaan dan Per,gujian Awal/Berkala/Khusus Radiasi Sinar
Ultra Ungu (UV)*

KOP INSTANSJ YANG


----------- MSLAKUKAN PEMERIKSAAN/PENGUJIAN

1. DATA UMUM
a. Perusahaan
b. Alamat
c. Pengurus/ Penanggung jawab
d. Lokasi Pemeriksaan/Pengujian
e. Nomor DokumP.n Pengujian
Sebelumnya
f. Nomor SKP PJK3 /Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Ulama/Penguji K3

2. PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIANTEKNlS


a. Nama Afat Ukur Yang Digunakan
b. Type, Nomo:r Seri
c. Negara Pembuat
d. Tanggal Kalibrasi Eksternal Tcrakhir
e. Instansi Pengkalibrasi
f. Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/
Pengukuran
g. Waktu Pemeriksaan/Pengujian/ Pukul ........ s.d............
Pengukuran

3. HASIL PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN TEKNIS


No. Ruangan No.Titik Jumlah Jam Hasil Uji NAB Tindakan
/Bagian pengukuran Pemaparan (m\V /senti pengandalian
Per hari meter2) yang telah
dilakukan

Keterangan: Titik lokasi tcrgambar pada sketsa terlamp1r.

4. Metode pengukuran yang dipakai:

. . . . ..' .. ' . . . . . . . . . . ' ' . . . . . . . '. . . . ... . . . . . .'. . . . . . .... . . . ........ . . . . . . . . . . .. . . . .. . .. . .. . . . . . . . . . ........ ... . . . . ..

5. Analisis:

1637
6. K�simpulan:
........ .. ' .......... .. ............................... .............. ............. ...........................
' ' ' ' ' '

··················································································································
7. Persyaratan yang harus segera dipenuhi:**
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. ' . . ' ....................................... ' ... ' ................ ' ............. ' ................
- ........................ - . . - . . . . -................................... ' ........... ' ............................ ' ....
. ..... . . . .... .. .. . , .................................................
' ' ' ' '

Yang Memeriksa dan Menguji


Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis,*** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

(................................... ) (........................................................)
NIP. .............................. NIP/No. REG .................................... .

Keterangan:
* Caret yang tid8 k perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*""' Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Ulama/Penguji K3

1638
F'. Formulir Pemcriksaan dan Pengujian Awal/Berkaia/Khusus Medan
Magnet Statis*

KOP INSTANSJ YANG


MELAKUKAN PEMERIKSAAN/PENGUJIAN

1. DATA UMUM
a. Perusahaan
b. Alamat
c. Pengurus/Penanggung ja,vab
d. Lokasi Pemeriksaan/Pengujian
e. Nomor Dokumen Pengujian
Scbclumnya
f. Nomor SKP P,JK3/Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3

2. PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN TEKNIS


a. Nama Alat Ukur Yang Digunakan
b. Type, Nomor Seri
c. Negara Pembun t
d. Tanggal Kal.ibrasi Eksternal Terakhir
c. [nstansi Pengkalibrasi
f. Tnnggal Pemeriksaan/Pengujian/
Pengukura.n
g. Waktu Pcmeriksaan/Pengujian/ Pukul ........ s.d ........... .
Penf,'Uku ran

3. BASIL PEMERIKSAAN DAN ATAU PENGUJIAN TEKNIS


1No. Ruangan/ Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran
Bag:ian/ Seluruh Pekerja Anggota Terhadap
No.Titik Tubuh/ khusus gerak/ Limbs Pengguna
Pengukuran. Tempat Kerja dan Lingker (Tesla) Peralatan
Umum Yang med.is
(Tesla) terkendali. Elektronik
(Tesla) (Tesla)
Hasil NAB Hasil NAB Hasil NAB Hasil NAB
. Ukur Ukur Ukur Ukur

. '
Keterangan: T1t1k lokas1 tergambar pada sketsa terlamp1r.

4. Metode pengukuran yang dipakai:

1639
5. Analisis:

6. Kesimpulan:

7. Persya.ratan yang harus segera dipenuhi:**

...................... '.............. ..................................


'

Yang Memeriksa dan Menguji


Disetujui: Pengawas Ketenaga kerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis,*** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .) (......................................................... )
NlP. .............................. NIP/No. REG.................................... .

Ketcrangan:
* Caret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingk:ungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*** Di gu nakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1640
G.Formulir Pcmcriksaan dan Pengujian Awal/Berkala/Khusus Iklim Kerja
Dingin (Cold Stress)*

KOP INSTANSI YANG


MELAKUKAN PEMERTKSMN/PENGUJIAN

1. DATA UMUM
a. Perusahaan
b. Alamat
c. Pengurus/Penanggung jawab
d. Lokasi Pemeriksaan/Pengujia.n
e. Nomor Dokurnen Pengujian
Sebelumnya
f. Nomor SKP P,JK3/Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3

2. PEMERIKS.AAN DAN/ ATAU PENGUJTAN TEKNIS


a. Nama Alat Ukur Yang Digunakan
b. Type, Nomor Seri
c. Negara Pembuat
d. Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir
e. lnstansi Pengkalibrasi
f. TanggaJ Pemeriksaan /Pengujian/
Pengukuran
g. Waktu Pemeriksaan/Pengujian/ Pukul ........ s.d. ...........
Pengukuran

3. PEMERIKSMN DAN/ATAU PENGUJIAN TEKN[S


!No. Ruangan Nomor Suhu D1LLTasi Behan Kecepatan Tindakan
/bagian Titik temperatur Paparan Kerja Angin pengendalian
uji aktual Terhadap Fisik yang telah
(Oq Pekerja [Ringan/ dilak:ukan
perJam Sedang/
Berat)*

Keterangan: Titik lokasi tergamba.r pada sketsa terlampir.

4. Metode pengukuran yang di.pakai:


' • • • • • • • • • ♦ I • • I o o ' o • o • o • • ' o • o o • • o I ♦ 0 o O o o o + o o Io o o oo I o • Io o ,o • • I o • • o o to• o O o o o o o o t t O t t I O O O O O O O I t O O O O t O O O O Ito O I t IO • o o o o o

1641
5. Anolisis:
•• ' •• ' • ' •• ' • • • • • ' • • • • • • •• • •• • • • • •• • • • •• • • ' • • • • • • • • ' • • ' • • ' • • ' . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . . 4 • - . . . . . . .... . .. ..

• • • • • • •• • • ' • • • • • • • • • • • • • • • •• • • • • • ' ••••• • •• • • • • • • • • • • • • • • • ♦ • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •••• ' ....... . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .

6. Kesimpulan:
. . .. . .. . .. . .. . .. . .... . ..... ....... .. .. ' .. .. .... .. .. .. .. ..................................................
. . .. . .. . . . . . . . .. ....... .. . . . . .... .. .. .......... . ..... . ..... . .. . .. ' .. ' .... . ...................................
' ' ' ' ' ' ' ' ' '

' ' ' ' '

7. Persyaratan yang harus segera ctipenuhi:**


• ' • • ' • • • • • • • ' • • ' . .. . . . . . ' • • ' • • • • • • • • • • ' • • • • • • • • • • • • • • ' • • ' • • • • • ' • • ' • ' • • • • • • • • • • • f • • • • • • • • • • ' • • • • • • • • • • • • • ' • • • • • ' • • • •

. . ' .. ' ................................................ ' ........... ' . . ........... ' . . .. . .. . ..... . . ' ..... ' .. ' ..... ' ... .

................ , ..... , .... , ................ , ......................... .


Yang Memeriksa dan Menguji
Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis, *** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

( . . . . . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . .. . .... . ) ( . .. . .... . . .. . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . .. . ............. . .. . . . .)


NIP. .............................. NIP/No. REG .....................................

Keterangan:
* Coret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untu.k pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*** Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingkimgan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1642
H.Fonnulir Pemeriksaan dan Pengujian Awal/Berkala/Khusus Pencahayaan
Di Ternpat Kerja*

KOP INSTANSI YANG


MELAKUKAN PEMERIKSAAN /PENGUJIAN

1. DATA UMUM
a. Perusahaan
b. Alamat
c. Pengurus/Penanggung jawab
d. Lokasi Pemeriksaan/Pengujian
e. Nomor Dokumen Pengujian
Sebelumnya
f. Nomor SKP PJK3 / Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3

2. PEMERIKSAAN DAN/ A1'AU PENGUJ]AN TEKNIS


a. Nama Alat Ukur Yang Digunakan
b. Type, Nomor Seri
c. Negara Pem buat
d. Tanggal Kalibrasi Ekstemal Terakhir
e. Instansi Pengkalibrasi
f. Tanggal Pemeri.ksaan/Pengujian/
Pengukuran
g. Waktu Pemeriksaan/Pengujian/ Pukul ........ s.d. ...........
Pengukuran

3. HASJL PEMERIKSA.l\N DAN/ ATAU PENGUJIAN TEKNIS


No. Ruangan No. Titik
Sumber Luas Intensitas (Lux) Jenis
/Bagian P(:ngukuran Penerangan Jendela Pengukuran
/Pencahayaan Ruangan (Umum
Hasil Standar
(Alami (m2) /Lokal)
Ukur
/Buatan)

Keterangan: Titik lokasi tergambar pada sketsa terlampir.

4. Metode pengukuran yang dipakai:

5. Analisis:

• I ♦ * I O ♦ I ♦ 0 I ♦ 0 • 0 o o ♦ 0 ♦ 0 • 0 I I o O • 0 0 0 0 • 0 0 • ♦ • 0 0 t O O O O O I ♦ 0 0 0 I O ♦ I O ♦ • o o I O O I O O I O O t ♦ 0 0 • 0 0 0 0 0 0 I ♦ 0 0 0 0 • • 0 0 0 0 0 0 0 ♦ 0 0 0 t ♦ ♦ t O • 0 0 • 0 0 0 0 0 •

1643
6. Kesimpulan:

. ....... .. .......................... . .. .................................... ....... ............. ........... ......


, ,

7. Persyaratan yang harus segera dipenuhi:*"

................ ..... ' .................... ...... .... ............... .


' ' '

Yang Memeriksa dan Menguji


Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis,**" Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/TJtama/Penguji K3,

(. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ) (.. . ....... .. .. ... .. .... . .... . .. ... ......... ... .. ...... .. )


NJP. .............................. NJP/No. REG .....................................

Keterangan:
* Coret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*** Dtgunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Linglu.mgan Kerja Muda/Madya/Utarna/Penguji K3

1644
I. Formulir Pemeriksaan dan Pengujian Awal/Berkala/Khusus Debu*

KOPINSTANSIYANG
MELAK.UKAN PEMERIKSMN/PENGUJIAN

l. DATA UMUM
a. Perusahaan
b. Alamat
c. Pengurus/Penanggungjawab
d. Lokasi Pemeriksaan/Peng1-�ian
e. Nomor Dokumen Pengujian
Sebelumnya
f. No mor SKP PJK3/Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3

2. PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN TEKNIS


a. Nama Alat Ukur Yang Digunakan
b. Type, Nomor Seri
c. Negara Pembuat
d. Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir
c. [nstansi Pengkalibrasi
f. Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/
Pengukuran
g. Waktu Pemeriksaan/Pcngujian/ Pukul ........ s.d. ...........
Pengukuran

3. HASIL PEMERIKSAAN DAN ATAU PENGUJIAN TEKNIS


No. Ruangan/ Bagi an No. Titik Jenis Pengukuran Tindakan
Pengukuran Debu (m g/m3) Pengendalian
Hasil NAB yang telah
Ukur dilaksanakan

Ketcrangan: Tittk lokasi tergambar pada sketsa terlamptr.

4. Metode pengukuran yang dipakai:


• • • • • • • • • • • • • • • • • • ' • • 0 • • • ♦ • • 0 • • 0 0 • 0 I O I O o • o o • I ♦ t O O o ♦ 0 0 0 I • ♦ 0 ♦ ♦ t ♦ 0 0 0 ♦ f O O I O f f ♦ f O • 0 O • t O O I O O • O O O O I O ♦ O O • O O O O • ' O ♦ ' O ♦ I O •
• • •

5. A�alisis:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - . . - . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . .. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . -

1645
6. Kesimpulan:
..... ' .. ' .......... ' ....... ....................................................... ' ............. ' .................

7. Persyaratan yang harus segera dipenuhi:**

.......... ........... ....... .... . . . .......... ................................................ . ............... .


' ' ' '

. . .. .
' ' '' ....... ' ..... , ..... ........ ' ..... ' .... ..................... .
' '

Yang Memeriksa dan Menguji


Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis,*** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/ Madya/Utarna/Penguji K3,

(...................................) (.......... ... ............................ ................)


NIP. ............. ...... . .......... NIP /No. REG .......................... ...........

Kelerangan:
* Coret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
**"' Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1646
J. Formulir pemeriksaan dan pengujian awal/berkala/khusus gas/uap
berbahaya*

KOP INSTANSIYANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN /PENGUJIAN

1. DATA UMUM
a. Perusahaan
b. AJamat
c. Pengurus/Penanggungjawab
d. Lokasi Pemeriksaan/Pengujian
e. Nomor Dokumcn Pcngujian
Sebelumnya
.f Nomor SKP PJK3/Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama.f Penguji K3

2. PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN TEKNIS


a. Nama Alat Ukur Yang Digunakan
b. Type, Nomor Se1i
c. Negara Pembuat
d. Tanggal Kalibrasi Ekstcrnal Terakhir
e. lnstansi Pengkalibra�i
f. Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/
Pengukunm
g. Waktu Pemeriksaan/Pengujian/ Pukul ....... . s.d........... .
Pengukuran

3. HASIL PEMERIKSAAN DAN ATAU PENGUJIAN TEKNIS


No. Ruangan No. Titik Jenis Pengukuran Tindakan
/Bagian Pengukuran Gas/Uap (bds atau mg/m3 ) Pengendalian
Hasil NAB yang telah
Ukur dilakukan

I I
Keterangan: Titik lokasi tcrgambar,pada sketsa tcrlampir.

4. Metode pengukuran yang dipakai:

S. /\nalisis:

1647
6. Kesimpulan:
··· · · · ··· ·· · ·· ··· ·· · · · · · · · ····· · ········· · ············ •· · ········· ········· ··· ··· ··············· ..... ... . , .. , ..... .

7. Persyaratan yang harus segera dipenuhi:*"

' .. ' ..... ' ....... ' .... ' ' ..... ' .... ............ ... ... ....... ...... ' ..... .
Yang Memeriksa dan Menguji
Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajcr Teknis,*** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

(...................................) (.........................................................)
NIP. ........ ...................... NIP/No. REG.....................................

Keterangan:
* Coret yang tidak perlu
*" Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*** Digunakan untuk pcmcriksaan dan pengujian yang dilakuk.an oleh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1648
K. F'ormulir Pemeriksaan dan Pengujian Awal/Berkala/Khusu s Indikator
Pajanan Biologi Bahan Kimia*

KOP INSTANSl YANG


MELAKUKAN PEMERTKSAAN/PENGUJTAN

1. DATA UMUM
a. Pen.Jsahaan
b. Alamat
c. Pengurus/Penanggungjawab
d. Lokasi Pemeriksaan/Penbrujian
e. Nomor Dokumen Pengujian
Sebelumnya
f. Nomor SKP PJK3 /Bidang
g. Nomor SK.P Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3

2. PEMERIKSAAN DAN/ ATAU PENGUJIAN TEKNIS


a. Nam.a Alat Ukur Yang Digunakan
b. Type, Nornor Seri
c. Negara Pembuat
d. Tanggal KAlihrnsi Eksternal Terakhir
e. Tnstansi Pengkalibrasi
f. Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/
Pengukuran
g. Waktu Pemerilrnaan/Pengujian/ Pukul ........ s.d .......... ..
Pengukuran

3. HASIL PEMERIKSAAN DAN/ ATAU PENGUJIAN TEKNIS


No. Ruangan No. Objek Jenis Hasil TPB Tindakan
/Bagian Pengukuran Bahan Uji Pengendalian
Kimia yang telah
dilakukan

Keterangan: Titik lokasi tergambar pada sketsa terlampir.

4, Melode Pimgukuran yang dipakai:

5. Analisis:

1649
6. Kesimpulan:
• ' • • • • • ' • • • • • ' • • • • • • • • • • ' • • ' • • • • • • • • • • ' • • ' • • ' •• ' • • ' • • ' • • ' • ' ' •••• ' ••• ' • t ••••• ' •• ' •••••• ••••••••• • • • • • • ' • • ' • • ' •• • • • •

.......................................................................................................... , .. , ..... .

7. Persyaratan yang han.1s segera dipenuhi:**


.... , .............................................................................................................
.......... ' .......... ' ....... ' .......................... ........................... .......... .....................

.... ' ..... ' .. ' ........ ' ......................................... ' .. ' .. '
Yang Memeriksa dan Menguji
Disetujui: Pcngawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis, **"' Lingkungan Kerja / Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

(.' .. ' .. ' .......... ' .. ' .. ' . ' .. ' .....) (.' ............. ' .. ' .. ' ..... ' ........ ' ....... ·-· .. ' ...... )
NIP. .............................. NIP/No. REG .....................................

Keterangan:
* Coret yang lidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*** Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1650
L. Formulir Pemeriksaan dan Pengujian Awal/Berkala/Khusus Mikrobiologi*

KOPlNSTANSIYANG
MELAKUKAN PEMERIIKSAAN/PENGUJIAN

1. DATA UMUM
a. Perusahaan
b. Alamat
c. Pengurus/Penanggungjawab
d. Lokasi Peme1iksaan/Pengujian
c. Nomor Dokumen Pengujian
Sebelumnya
f. Nomor SKP PJK3/Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Ke1ja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3

2. P'EMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN TEKNIS


a. Nnma A lac Ukur Yang Digt.1nak.an , ! , ,,,,,, ,,,,1,,,.,,,1,,,.,,.,,.,.,,.
b. Type, Nomor Seri .....................................
c. Negara Pembuat
d. Tanggal Kalibrasi Ekstemal Terakhir
e. Inslansi Pengkulibrasi
f. Tanggal Pemeriksaan/ Pengujian/
Pengukuran
g. Waktu Pemeriksaan/Pengujian/ Pukul ........ s.d. ...........
Pengukuran

0. HA.SIL PEMERIKSMN DAN ATAU PENGUJIAN TEKNIS


No. Ruangan Bakteri Jamur Hasil Standar Tindakan
/Bagian Uji Pengendalian
yang telah
dilaku!kan

I
Keterangan: Titik lokasi tergambar pada sketsa terlamp1r.

4. Metode Pengukuran yang dipakai:


....... . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . ' . . ..... ' .. . . ' .................. .. ' .. .. ' .. .. . . . . . . . ....... ' .... .............. .
·�· .. · · ·' · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ...... . ...... .... .. . . , .. , . . . .. ........ . . . . ................... .....
' ' ' ' ' ' '

,., ,

5. Analisis:

. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1651
6. Kcsimpulan:

7. Persyaratan yang harus segera dipenuhi: "'*

•••• ♦ . . . . . . . . ... . . . . . . . ' • • • • • • ' • • • • • • • • • • • • • • • ' • • • • ••• ' •• ' • • • • • ' ••••••••

Yang Memeriksa dan Menguji


Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis,*** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

..
(' ' . ' ............. ' .. ' .... ' .. ' ....) (.' ..... ' .. ' .. ' .. ' . . . . .. . ' ........................... ' ,) ..
NIP. .................. ... ..... NIP/No. REG ...................... ............ ...

Kelerangan:
* Caret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Peng-.1ji K3
*** Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utarna/Penguji K3

1652
M. Formulir Pemeriksaan Dan Pengujian Awal/Berkala/Khusus Faktor
Ergo no mi*

KOP LNSTANSI YANG


MELAKUKAN PEMERIKSAAN/PENGUJIAN

l. DATA UMUM
a. Perusahaan
b. Alamat
c. Pengurus/Penanggung jawab
d. Lokasi Pemeriksaan/Pengujian
e. Nomor Dokumcn Pcngujian
Sebelumnya
f. Nomor SKP PJK3/Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madyn/Utama/Penguji K3

2. PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJJAN TEKNIS


8. '-Jama Alat Ukur Yang Digunakan
b. Type, Nomor Seri
c. Negara Pembuat
d. Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir
e. lnstansi Pengkalibrasi
f. Tanggal Pemcriksaan/Pengujian/
Pengukuran
g. Waktu Pemeriksaan/Pengujian/ Pukul ........ s.d. ......... ..
Pengukuran

3. HAS[L PEMERIKSAAN DAN ATAU PENGUJIAN TEKNIS


Ruangan Stasiun Stasiun Stasiun Manual Hasil Standar Metode
l'.'Jo /Bagian Kerja Kerja Kerja Handling Pengu /NAB Pengendalian
Duduk Berdiri Dinamis kuran yang telah
dilakukan

Keterangan: Titik lokasi tergambar pada sketsa terlampir.

4. Metode Pengukuran yang dipakai:

5. Analisis:

1653
6. Kesimpulan;

..... ' . . . . . . . . . . . . . . . . . ' . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - . ' . . . . . ' . . . . . . . . . . ' . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . ' . . ' . . . . . . . . .

7. Persyaratan yang harus segera dipenuhi:**

.......................... ' . . . . . . . . . . ' ........ ' ........ ' .. ' ..... ' .. ' .. ' .. ' . . ' . . ' . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 1 • . . . . . . . . . . . ... . . . .. . .. . . . . . . .. . . . .. . .. . . . . . . . . . .

Yang Memeriksa dan Menguji


Disetujui: Pengawas Kctcnagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis,*** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

{ . .................................. ) ( .........................................................)
NlP. .............................. NIP/No. REG.................................... .

Keterangan:
* Caret yang tida k perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*** Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1654
N. Fonnulir Pemeriksaan Dan Pengujian Awal/Berkala/Khusus Faktor
Psikologi*

KOP INSTANSI YANG


MELAKUKAN PEMERIKSAAN/PENGUJIAN

1. DATA UMUM
a. Perusahaa.J1
b. Alamat
c. Pengurus/Penanggung jawab
d. Lokasi Pemeriksaan/Pengujian
e. Nomor Dokumen Pengujian
Sebdumnya
f. Norn or SKP PJK3 /Bidang
g. Nomor SKP Abli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3

2. HASIL PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN


No. No uji Total skor Kesimpulan

3. Metode Pengukuran yang dipakai:

· · · ······· ··-······ · · · ··· ··· · · · · · · · ····················· · · · · · · · · ········· ··· · · · · · · ··· · · ···· · ······· · ····· · · ·· · · · · ·

4. Analisis:
. . .--. . . . .-. . . . - . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - . . - . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
........ .... . , .. . . .. . .... . . ..... . . . . . .. . . . . .. .. .. . ......................................... ........ . . .. .. . . . .
, , , , ,

5. Kesimpulan:
. . . . . .. . . .. .. · · · · · · · · · · ·· · · ······ · ···· ·· ·········· ·· · ············· ··········· ·········· · ···· ···· ···· · · · ·······
, , , ,

. . . . . . . . . . . . . . . . . . ' . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . ' . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1655
6. Pcrsyaratan yang harus segera dipenuhi:**
· · · ··· ··· ·· ···· ·-· • · ·· · · · · · · · ··· · · · · · · · · ··· · · · · ·· ·· · · ·········· ··········· ···· ········ · ···························
. ................... ....... ....······· ...................................... · · • · · • · . . . . . . . . . . ............... ...
' ' '

' ............. - . . . . . . . ' .......... ' . ' .. ' ........ ' . . . . . . . . . . . . . . - ..... - . '
Y a _ng Memeriksa dan Menguji
Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis, *** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

( .. ... ... ....... . . . ... . . . .. ........ . ) (..................................................... .... )


NIP. .............................. NIP/No. REG.. ............................... ... .

Kelerangan:
* Coret yang lidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan al.eh Ahli K3
Lingkungan Kerjn Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*** Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingk<-tngan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1656
0. Formulir Pemeriksaan dan Pengujian Awal/Berkala/Khusus Penerapan
Higiene dan Sanitasi Bangunnn Tempat Kerja*

KOP INSTANSI YANG


MELAKUKAN PEMERIKSAAN /PENGUJIAN

1. DATA UMUM
a. Perusahaan
b. Alamat
c. Pengurus/Penanggungjawab
d. Lokasi Pemcriksaan/Pengujian
e. Nomor Dokumen Pengujian
Sebelumnya
f. Nomor SKP PJK3/Bidang
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/ Madya/ Utarna/Penguji K3

2. KEBERSJHAN BANGUNAN TEMPAT KERJA

Tanggal Pemeriksaan Visual : ............................................


Waktu Peme.riksaan Visual : Pukul ................ s.d..............

·Ko. Gedung/ Ruang/ Nomor Kondisi Saluran air Pengelolaan


Bagian/ Titik (bcrsih pembuangan yang telah
dinding/ Langit- /kotor/ (ada tulup dilakukan
langit/ atap/ debu/ pengaman/
Selolrnn/ ven tilasi)* tidak)*
Lantai/ Halarnan/ (mengalir/
bangunan bawah tergenang)*
tanah

I Keterangan: Titik lokasi pemeriksaan tergambar pada sketsa terlampir.

3. Analisis:

4. Kesimpulan:

1657
5. Persyaratan yang harus segera dipenuhi:**

. ' .. ' .... ' .. ......... ..................... ........................


' ) '

Yang Memeriksa dan Menguji


Disetujui: Pengawas Kelenagakerjaan Spesialis K3
Manaj1er Teknis, *** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan Kerja
Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

( ...................................) (.........................................................)
NlP. ............................. . NIP/No. REG.....................................

Keterangan:
* Coret yang tidak perlu
•* Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
k**
Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1658
P. Formulir Pemeriksaan Fasilitas Kebersihan, Toilet Laki-
Laki/Perernpuan/ Penyandang Cacat*

Tanggal Pemeriksaa.n Visual . · · · · ··· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·· · · · · ··· · · ·· ....


Waktu Pemeriksaan Visual : Pu.kul ................s.d..............

P'asilitas Konclisi Persediaan Mutu Pembersihan


l'\ 0. To�1et Jamban/ Kebersihan Air bersih penerangan Periodik
(Jumlah WC/urinoir (bersih/ (cukup/ /sirkulasi (ada/
dan / SanitanJ kotor)• tidak udara tidak)*
ukura.n) Pad/ cukup)* (baik/
tempat kurang
CUCJ baik)*
tangan/
sabun
(ada/
tidak)*

Keterangan: T1tlk lokas1 pemenksaan tergambar pada sketsa terlamptr.


..
Analisis:
................ ' .......... ' .......... ' .. ' .. ' ' ' .. ' ........ ... ' ........... ' .. ' .................................... .. ..
. ' .................................. ' ....................... ' ........... ' .. ' .. ' ....... ' ' '' '' ' ' ....... .. ....... ...... ..
Kesimpulan:
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • ♦ • ♦ • • o • ' ♦ • • ♦ • ♦ ♦ • ♦ 0 I • 0 0 • • ' o • ' 0 • • • • 0 ♦ + 0 ♦ • 0 ♦ 0 0 0 I ♦ • + 0 0 0 0 ♦ + 0 ♦ • 0 0 0 o • 0 0 0 0 0 t I O I O ♦ I O O O I O t O O O • t O • 0 • o t • • • 0 • o O o

··········································•···········································································
Persyaratan yang harus segera dipenuhi:**
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • ' • • • • • • • ' • • ' • • • • ' • • • • o ' • • ' • • I • • ' • • ' • o ' • o ' o o o o o ' o t I o t • o • ' • • • • o + ♦ + ♦ • o o o t • t ' o o o • • o • o o ♦ • • • • o t o t o o • f • o •

·······································•··•·····•·····································································

' .............. ..
.. ',........... ' .................. ' .. ' ............
' '

Yang Memeriksa dan Menguji


Disctujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis,** * Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Li ngkungan
Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

(. . . . . . . . . . . . . · • · ...................) ( .. .................. ..................................... )


NIP. .............................. NIP/No. REG.....................................
Ke terangan:
* Corel yang tidal< perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*** Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1659
Q. Formulir Perneriksaan Loker dan Ruang Ganti Pakaian Bagi Tenaga
Kerja Laki-Laki/Pernmpuan*

Tanggal Pemeriksaan Visual . ............................................


Waktu Pemeriksaan Visual: Pukul ................s.d ..............

No. No. Titik Panjang x Jumlah Jumlah Tenaga Mutu


Lokasi Lebar Loker Kerja Penerangan
Ruang ganti x Ting gi (buah) Laki- dan Ventilasi
pakaian ruangan laki/ Perempuan* (baik/kurang
dan (m3) yang wajib baik)*
Loker di disediakan Loker.
tempat (orang)
Kerja.

Keterangan: Tilik lokasi perneriksaan tergambar pada sketsa terlampir.

Analisis:
. . . . -· ·-·--·····.' ................................... ' ...... ' .. ..... ' .. ' .. , .. ' ...................... ................ . .
...
.... ....... . . . ........ . .... ........ . ..... . ..... . ... . . . . - - . -. - - - . . . . • . - . - . . . . . . . . . . . . . -.. - . . . . -.... ' ...............

Kesimpulan:
.... .............
' ' .. ' ....... ' .........................................................................................

Persyaratan yang harus segera dipenuhi:**


. ' . . . . ... ' .............................................. - . . . . . . . . . . - . - - . . . . -.............. -..........................-
............................... ' ........... ...... ................ ' ......................... .......... ................ .

........................ >············ .. ·········· .......................


Yang Memeriksa dan Menguji
Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer TP-knis,*** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan
Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

( .. ....................... ..........) ( ......................... . .. .................................. )


NIP .............................. . NlP/No. REG.................................... .

Keterangan:
"' Coret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*** Digunakan 1111 tuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan okh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1660
R. Forrnulir Pemeiiksaan Tempat Sampah*

Tanggal Pemcriksaan Visual . ............................................


Waktu Perneriksaan Visual : Pukul ... ............. s.d..............
No. No. Titik Sampah Penutup Sarana Jaraknya Bau yang
Tempat Organik/ {ada/ Pengumpulan dengan menganggu
Sampah/ non tidak)* /Pembakaran tempat /Menjadi
pengumpulan organik/ Sampah dan kerja Sarang
/Pembakaran bahan Bahan terdekat. Lalat/
sampah berbahaya terbuang (meterl Serangga
lainnya lainnya*
(IPAL/
Jnsenerator
/lain-lainl*

Kcterangan: Titik lokasi pemeriksaan tergambar pada sketsa terlampir.


Analisis:
• • • • • • • , • • • • • • • • • • ' • • • • t • • • • • t • • • • • • • t • • t • • I • • ' • • ' • • ' • • ' • • ' • ' t • ' t • ' •• • • • ♦ • • • • • • • • • • • • • ' • • • • o • o • • • • • • • • • • • • • o • • t • • o • • •

K�simpulan:

Persyaratan yang harus segera dipenuhi:**

... · · · · · · · · · · · · ............ · - · - · · · . . . · · - · · · · . . . . · · · · · · ...................................... ' .... .................... .


Catatan:
1. Perusahaan telah/belum memiliki IPAL untuk pengolahan limbah
CcUL

2. Perusahaan telah/belum memakai alat pembakar limbah padat


(insenerator).

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 1 • • • • • • • • • • • • •• • • • • • ' • • • •• • • • • • ' •• ' • • • • • ••••••

Yang Memeriksa dan Menguji


Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis, 0* Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan
Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .) ( . . . . . . . . . . . .... ........ . . .. ........... ......... . . ... ....)


NIP. ............................. . NIP/No. REG .....................................
Keterangan:
* Coret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
**" Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 LingkW1gan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1661
S. Formulir Pemeriksaan dan Pengujian Kualitas Udara Dalam Ruangan
clan Ventilasi*

Tanggal Pemeriksaan Visual


Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul ................s.d ..............

No. Ruang Lokasi Suhu Ruang Ventilasi Pembersihan


kerja/ Pemt:riksaan Ruangan (OC) / antara Alami/ periodik
Bagian Kelembaban (ada/ buatan/ (ada/tidak)•
(%) tidak)* gabungan...

. . lokasi pemeriksaan tergambar pada sketsa terlam.pu-,


Ketcrangan: T1t1k

Analisis:

............................... ......................................................................................
,

Kesimpulan:

Persyaratan yang han1s segera dipenuhi:**

...................... ' .................. ............ .. .......... .


' '

Yang Memeriksa dan Menguji


Disecujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis,*** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan
Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

(...................................) ( ............ ...... ....... . ..............................)


NIP. .............................. NIP/No. REG.....................................

Keterangan:
* Coret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*H
Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan olch Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1662
T. Formulir Pemenksaan Rt.tang Udara/ Cubic Space*

Tanggal Pemeriksa.an Visual . ............................................


Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul ................s.d..............

No. Ruang Lokasi Volume Jumlah Pekerja


kerja/Bagian Pemeriksaan Ruangan (m3) Dalam
(Panjang x Le bar x Ruang Kerja
Tinggi) (orang)

Keterangan: Titik lokasi pemeriksaan tergambar pada sketsa terlampir.

Analisis:

Kesimpulan:

Persyaratan yang harus segera dipenuhi:**

......... ' .....' ...... ' ... .......... . ..... . . . . .......................


Yang Memeriksa dan Menguji
Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manaj er Teknis, *** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan
Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3,

( ...................................) ( ........................................................)
NIP . .............................. NIP/No. REG .....................................

Keterangan:
* Caret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Ke1ja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
·•** Digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli
K3 Lingkungan Ke1ja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1663
U. Formulir Pemeriksaan Ketalarurnabtanggaan (Housekeeping) Pcralatan
dan Bahan k

Tanggal Pemeriksaan Visual


\Vaktu Pemeriksaan Visual : Pukul ............. , ..s.d ..............

No. Ruang Lokasi Pemisahan Pembersihan Prosedur Label


ke1ja/ Pemerik alat alat/ kebersihan/ bahan
Bagian saan (ada/tidak)*/ Per-kakas penempatan/ (ada/
penataan alat /bahan penataan alat, tidal<:)'*
{rapi/tidak)* secara rutin perkakas, bahan
(ada/ tidal-::)"· (ada/tidak)*

..
Keterangan: T1tik lokas1 pemenksaan tergan1bar pada sketsa terlampir.

Analisis:
.. .. .. ..........
. . - · · · · · · ................. ' ........................ ' ..... ' ..... ' , '.' ' ... ' ' ......... ' ..... ' ....... ' .. '

............... ' ...... -........................... - ... - ........ ' ................................... ' ................ .

Kesimpulan:
.... - .................................... ' ........................................................ ' .................. .

Persyaratan yang harus segera dipenuhi:*"'

..................... ... ......................................................... .......... .......................


, ,. , ,

. . . . .. . .. . ............ ' ........ ....................................


'

Yang Memeriksa dan Menguji


Disetujui: Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Manajer Teknis,*** Lingkungan Kerja/ Ahli K3 Lingkungan
Kerja Muda/Madya/Utaroa/Penguji K3,

( ...... , .. .........................)
, (..... ' .. ' . ' ........ ' .. ' ..... ' ...........................)
NIP............................... NIP/No. REG.................................... .

Keterangan:
* Coret yang tidak perlu
** Tidak digunakan untuk pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3
Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3
*** Digunakan untuk pemeriksaru1 dan pc::ngujian yang clilakukan oleh Ahli
K3 Lingkungan Kerja Muda/Madya/Utama/Penguji K3

1664
V. Formulir Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan dan Pengujian
Lingkungan Kerja yang Memenuhi Persyaratan K3*

KOP KEMENTERlAN KETENAGAKERJAAN


REPUBLIK INDONES£A/ DISNAKER PROVINSI

SURAT KETERANGAN
FAKTOR FISII(A/KlMIA/BIOLOGI/ERGONOMI/PSIKOLOGI*
Dl TEMPAT KERJA
Nomor: ........... .
Berdasarkan hasil pemeriksaan clan pengujian yan g telah dilakukan oleh
........ ........ pada tanggal ............... s.d. .......... ........ terhadap faktor
fisika/kimia/biologi/ ergonom.i /psikologi* di tempat kerja, diterangkan
bahwa:
A. DATA UMUM
l. Perusahaan
2. Alamat
Pengurus Perusahaan
4, Ahli K3 Lingkungan
Kerja
Muda/Madya/ Utama*
5. Lokasi Objek
8. DATA TEKNIS
Obyek Faktor fisika/ kimia/ biologi/ ergonorni/
psikologi*
j
Jenis Ob ek ( ) [klim Kerja Panas/ISBB
( ) Kebisingan
( ) Ge tar an Len gan dan Tangan / Seluruh
Tubuh* Gas
Radiasi Frekuensi Radio dan Gelombang
Mikro
( ) Rad.iasi Sinar Ultra Ungu (UV)
( ) Medan Magnet Statis
( ) lklim Kerja Dingin ( Cold Stress)
( ) Pencahay aan
( ) Debu
( ) Gas/Uap berbahaya
( ) Indeks Pajanan Biologis
( ) Mikrobiologi
( ) Ergonomi
( ) Psikologi
( ) Objek khusus "' )Sebutkan...............
Doh.--umen Hasil Pemeriksaan
dan/atau Pengujian : No. .................. Tanggal: .......................
lnstansi Penguji
Ala.mat lnstansL Penguji
Telp. .................... Fax. ......................... .
Tan ggal Pelaksanaan

1665
C. HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
Hasil pemeriksaan dan pengujian terhadap faktor
fisika/kimia/biologi/ergonomi/psikologi* di tempat kerja secara rinci
sebag0imana terlampir.

D. KESIMPULAN

MEMENUHI
PERSYARATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat


digunakan sebagaimana mestinya dan berlaku sepanjang tidak ada
perubahan kondisi lingkungan kerja dan/atau san1pai dilakukan
pemeriksaan dan penguj ian selanjutnya sesuai dengan ketentuan
peraturan peru.n<.lang-undangan.

Disetujui: '...... ' ................. , ....................... ' ...... ....


, .
Pimpinan Unit Kerja Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Pengawasan Ketenagakerjaan, Lingkungan Kerja,

(..............................................) ( . . . .. . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . )
NIP. ....................................... NIP. .......................................

!{eterangan:
a. Lembar pertama untuk pemilik.
b. Lembar kedua untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan setempat.
c. Lembar keti.ga untuk ·unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pusat.

1666
KOP KEMENTERlAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA/DISNAKER PROVINS!

SURAT KETERANGAN
PENERAPAN IDGIENE
- DAN SANITASJ DI TEMPAT KERJA
Nomor: ............

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian yang telah dilakukan oleh


..... ... ..... . .. parla mnggal ............... s.d. .................. terhadap penerapan
higiene dan sanitasi di tempat kerja, diterangkan bahwa:
A. DATA UMUM
1. Perusahaan
2. Alamat
3. Pengun.1s Perusahaan
4 Ahli K3 Lingkungan
Kerja
Muda/Madya/Utama*
5. Lokasi Objek

B. DATA TEKNIS
Obyek Penerapan higiene da.11 sanitasi di tempat kerja
Jenis Objek ( ) Kebersihan Bangunan Tempat Kerja
( ) Fasilitas Kebersihan, toilet laki-
laki/perempuan/penyandang cacat*
Loker dan Ruang Ganti Pakaian Bagi
Tenaga Kerja Laki-laki/Perempuan*
( ) Tempat Sampah
( ) Kualitas Udara Dalam Ruangan dan
Ventilasi
( Ruang Udara/Cubic Space
( Ketatarumahtanggaan (Housekeeping),
peralatan dan bahan
( ) Objek khusus * )Sebutkan.........................
Dokumen Hasil Pemeriksaan
dan/atau Pengujian : No................... TanggaJ : ...................... .
Instansi Penguji . ..............................................................
Alamat Instansi Penguji . ...............................................................
Telp. .................... Fax. ..........................
Tanggal Pelaksanaan ♦ • • • • ♦ I • I • • • • • • ♦ o • • ♦ • • o o o o o • I ♦ o • o • • • • o • • ' • o o • I • ' • t O O I O t O a I I I t o O 0

C. HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN


Hasil pemerikt,;aan dan pengujian terhadap penerapa.11 higiene dan
sa.nitasi di tempat kerja secara rinci si::bagaimana terlampir.

1667
D. KESIMPULAN

MEMENUHI
PERSYARATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat


· digunakan sebagai.mana mestinya dan berlaku sepanjang tidak ada
perubahan kondisi lingkungan kerja dan/ atau sampai dilakukan
pemeriksaan dan pengujian selanjutnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Disetujui: .. .............. .......'... ......... ................ ....... .


'

Pi.mpfr11an Unit Kerja Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3


Pengawasan Keti::nagakerjaan, Lingkungan Kerja,

(................. ........ ... . ................ ) (..... ........... .... ... .. ......... ...........)
NIP. ....................................... NIP. .......................................

Keterangan:
a. Lembar pertama untuk pemilik.
b. Lembar kedua untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan setempat.
c. Lem bar ketiga untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pusat.

1668
W. Formulir Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Dan Pen gujian
Lingkungan Kerja Yang Tidak Memenuhi Persyaratan K3*
KOP KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLlK INDONESIA/DISNAKER PROVINS]

SURAT KETERANGAN
FAKTOR FIS1KA/KIMIA/BIOLOGI/ERGONOMI/PSIKOLOGI*
DI TEMPAT KERJA
Nomor: ............
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian yan g telah dilakukan oleh
................ pada ranggal ............... s.d. .................. terhadap fak.tor
fisika/kimia/ b10Jogi/ergoaumi/ psikologi* di temp at kerja, diterangkan
bahwa:
A. DATA UMUM
1. Perusahaan
2. Ala.mat
3. Pengurus Perusahaan . .................................................................
4. Ahli K3 Lingkungan . .................................................................
Kerja
Muda/Madya/Utama*
5. Lokasi Objek
B. DATA TEKNlS
Obyek Faktor fisika/kimia /biologi / ergonorni/
psikolo gi*
j
Jenis Ob ek ( ) Iklim Kerja Panas/TSBB
( ) Kebis:iingan
( ) Getaran Lengan dan Tangan/Seluruh
Tubuh* Gas
Radia si Frekuensi Radio dan GeJombang
Mikro
( ) Radiasi Sinar Ultra Ungu {UV)
( ) Medan Magnet Statis
( ) lklim Kerja Dingin (Cold Stress)
( ) Pencahayaan
( ) Debu
( ) Gas/Uap berbahaya
{ l Indeks Pajanan Biolo gis
( ) Mikrobiologi
( ) Ergonomi
( ) Psikologi
( ) Objek khusus * )Sebutkan.............. .
Dokumen Basil Pemeriksaan
dan/ atau Pengujian : No. .................. Tanggal: ...................... .
lnstansi Penguji
Alamat Instansi Penguji
Telp. .................... Fax. ......................... .
Tanggal Pelaksanaan

1669
C. HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
Hasil pemeriksaan dan pengujian terhadap faktor
fisika/kimia/biologi/ergonomi/psikologi* di tempat kerja secara rinci
scbagaimana terlampir.

D. EVALUASl
...... ' . ' .. ' . . . . . . . .. . . .. . . . .. . . . . .
.... ..
. . . .. ... . . . .. .. . . . . .... . . . ' ' ' .... . ... . ............
' .. ' ... -............... ' ........ ' ................. ............ ...............
. . ' . .. . . . . .. . . . . . .
.. .. . ..... '..,. . . .. . . .. . ... . . . . . . . . . .. . .
E. KESIMPULAN

TIDAK MEMENUHI
PERSYARATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Demikian surat kcterangan ini dibuat dengan sebenamya agar dapat


digunakan sebagaimana mestinya dan berlaku sepanjang tidak ada
perubahan kondisi lingkungan kerja dan/atau sampai dilakukan
pemeriksaan dan pengujian selanjutnya sesuai dengan ketentuan
peraluran perundang-undangan.

Disetujui: • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 1 • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Pimpinan Unit Kerja Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3


Pcngawasan Ketenagakerjaan, Lingkungan Kerja,

( ................ _ ....................... ..... ) ( ............................................. }


2111P ...................................... .. NIP. .......................................

Keterangan:
a. Lembar pc:rlama untuk pemilik.
b. Lembar kedua untuk unit ke1ja pengawasan ketenagake1jaan setempat.
c. Lembar kctiga untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pusat.

1670
KOP KEMENTERIAN KETENAGAKERJMN
REPUBLIK INDONESIA/DISNAKER PROVINSI

SURAT KETERANGAN
PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI DI TEMPAT KERJA
Nomor: ...............
Berdasas kan J1a:;il pemeriksaan dan pengujian yang telah dilakukan olch
.................. pada tanggal ..... ......... ............ . s.d. ............. ....... ... terhadap
penerapan higicnc dan sanita.si di tempat kerja, diterangkan bahwa:
A. DATA UMUM
1. Pe1usahaan
2. Alamat
3. Pengurus Perusahaan
4. Ahli K3 Lingkungan
Kerja
Muda/Madya/Utama ..

;J. Lokasi Objek

B. DATA TEKNIS
Obyek Penerapan higiene dan sanitasi di tempat kerja
Jenis Objek ) Kebersihan Bangunan Ternpat Kerja
i Fasilitas Kebersihan, toilet laki-
laki/perempuan/pcnyandang c acat*
( Loker clan Ruang Ganti Pakaian Bagi
Tenaga Kerja Laki-laki/Perempuan*
( ) Tempat Sampah
( ) Kualitas Udara DaJam Ruangan dan
Ventilasi
( ) Ruang Udara/Cubic Space
( ) Ketatarumahtanggaan (Housekeeping),
peralatan dan bahan
( ) Objek khusus * )Sebutkan........................
Dokumen Hasil Pemeriksaan
dan/atau Pengujian : No. ....... , ................ Tanggal: ..................
fnstansi Penguji . .............................................................. .
Alamat lnstansi Penguji
Telp. .................... Fax. ...........................
Tanggal Pelaksanaan

C. HASIL PEMERIKSMN DAN PENGUJIAN


Hasil pemeriksaan dan pengujian terhadap penerapan higiene dan
sanitasi di tempat kerja secara rinci sebagaimana terlampir.

D. EVALUASl

• • • • • • • t O ♦ 0 O O I O O • O ♦ O O O O O I O O O ♦ O O O O • ♦ • • 0 • 0 I I I I I o ♦ I O O t ♦ o t o O o • o ♦ ♦ 0 • • o O O O • o I O • O O I O • O O • O ♦ O • O O O O O O O I ♦ • O O O O ♦ O O ♦ O ♦ O O • ♦ O •

1671
E. KESTMPUL./\N

TIDAK MEMENUHI
PERSYARATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat


digunakan sebagaimana mestinya dan berlaku sepanjang tidak ada
perubahan kondisi lingkungan kerja dan/ atau sampai dilakukan
pemeriksaan dan pengujian selanjutnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

DisetUJUi: • • • • • • • • •• •• • • •• • • • • • • • •l • • • • •• • •• • ••• ••• ' •• ••• • •• • • ••• • • • • •

Pin1pinan Unit Kerja Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3


Pcngawasan Ketenagakerjaan, Lingkunga:n Kerja,

(. . . . . ' . ' '


. ... ........... ' ' . ' .. ' .. ' ... ........) ( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . ..... . . . . . . . . . . )
NJP. ...................................... . NIP. . .............................. ....... .

Kcterangan:
a. Lembar pertama untuk pcmilik.
b. Lembar kedua untuk unil kerja pengawasan ketenagakerjaan setempat.
c. Lembar ketiga untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pusat.

1672
10. STIKER TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN K3 LINGKUNGAN KERJA

WASPADA
KEBISINGAN
·•·
KEMNAKER

Area • • I ftt tl>lt••··••ttt1 ttt lttttlllll'ttltf I�

Nomor : ......... Tanggal .... u,.,, ...... ..


HASIL RIKSA UJI

HASIL PENGtJKURAN NAB


(dBA) (dBA)

Pengawas Ketenagakerjaan
KEBISINGAN BERBAHAYA Spesialis K3 l!ingkun,gan Kerja
BILA DI ATAS NILAI
AMBANG BATAS (NAB)
{..................).
NIP

WASPADA
IKLIM KERJA PAN.AS
·•·
KEMNAKER

Area
Nomor : ......... Tanggal ................ .
HASiL Rl'KSA UJI

HASIL PENGUKURAN NA8


1oq coq

IKLIM KERJA PANAS Pengawas Ket�nagakerjaan


Spesialis K3 Lingkungan Kerja
BERBAHAYA BILA DI ATAS
NILAI AMBANG BATAS (NAB)
. ..............)
{ ..,
NIP

1673
- 254 -

WASPADA
IKLIM KERJA DINGIN ·•·

KEMNAKER

Area

Nornor : Tanggal .
HASIL RIKSA UJI

HA~LPENGUKURAN NAB
(oq (OC)

IKLIM KERJA DINGIN Pengawas Ketenagakerjaan


Spesialis K3 Lingkungan Kerja
BERBAHAYA BILA DI ATAS
NILAI AMBANG BATAS (NAB)
( }
NIP

WASPADA
RADIASI SINAR UV ·•·

KEMNAKER

Area

Nomor : Tanggal ..
HASIL RIKSA UJI

HASIL NAB
PENGUKURAN lmW/cm1)

Pengawas Ketenagakerjaan
RADIASI SINAR UV
Spesialis K3 Lingkungan Kerja
BERBAHAYA BILA DI ATAS
NILAI AMBANG BATAS
( )
(NAB) NIP

1674
- 255 -

WASPADA
GAS/UAP BERBAHA YA ·•·

KEMNAKER

Area

Nomor : Tanggal ..
HASIL RIKSA UJI

F'ARAMETER HASIL NAB


PENGUKURAN (ppm•

'-

GAS/UAP BERBAHAYA BILA Pengawas Ketenagakerjaari


Spesialis K3 tingkungan Kerja
DI BAWAH NILAI AMBANG

L
BATAS (NAB)
( )
NIP
·-=--=-~~~~~~~~~~-~~~~~~~~____J
WASPADA
INTENSITAS
PENCAHAYAAN
·•·•
KEMNAKER

Area

Nomor : Tanggal .
HASIL RIKSA UJI

HASIL NAB
PENG UK URAN (Lux)

I
Pengawas Ketenagakerjaan
INTENSITAS PENCAHAYAAN Spesialis K3 Lingkungan Kerja
BERBAHAYA BILA DI BAWAH
NILAI AMBANG BATAS (NAB)
( )
NIP

1675
- 256 -

WASPADA
GETARAN ·•·

KEMNAKER

Area

Nomor : Tanggal .
HASIL RIKSA UJI

HASIL PENGUKURAN NAB


(dBA) (dBA)

Pengawas Ketenagakerjaan
GETARAN BERBAHAYA BILA
Spesiatis K3 Lingkungan Kerja
DI ATAS NILAI AMBANG
BATAS (NAB)
( )
NIP

WASPADA
RADIASI GELOMBANG
MIKRO
·•· •
KEMNAKER

Area

Nomor : ,, Tanggal .
HASII_ RIKSA UJI

HASIL NAB
PENGUKURAN (mWlcm2)

-
Pengawas Ketenagakerjaan
RADIASI GELOMBANG MIKRO Spesialis K3 Lingkungan Kerja
BERBAHAYA BILA DI ATAS
NILAI AMBANG BATAS (NAB) ( )
NIP

1676
- 257 -

WASPADA
DEBU/GAS ·•·•
KEMNAKER

Area

Nomor : Tanggal .
HASIL RIKSA UJI

PARAMETER HASIL NAB


PENGUKURAN (mgJm1)
(mgJml)

P1mgawas Ketenagakerjaan
DEBU/GAS BERBAHAYA
Spesialis K3 Lingkungan Kerja
BILA DI ATAS NILAI AMBANG
BATAS (NAB)
( )
NIP

1677
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI
Jalan Jenderal Gato! Subroto Kav 51 - Jakarta Selatan 12950, Telp. (021) 5255733, Ext.604, 257,264,
Telp oli'-5275249, 5260955, Fax.(021) 5279365-5268045
Home page ·htrp IN-MW depnaker.rans go.id

9 April 2012

Yth
1. Para Gubernur;
2. Para Bupati/Walikota
di
Seluruh Indonesia

SURAT EDARAN
MENTER! TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI

NOMOR: SE. 01 /MEN/PPK/IV/2012

TENTANG

PEMENUHAN KEWAJIBAN SYARAT-SYARAT


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RUANG TERBATAS/
CONFINED SPACES

Hasil evaluasi kecelakaan kerja Tahun 2011 menunjukkan bahwa telah terjadi
berbagai kasus kecelakaan fatal saat bekerja di ruang terbatas. Kasus-kasus
tersebut antara lain terjadi di Pulau Jawa dan Kalimantan Ti11,ur, masin�-masing
menyebabkan meninggalnya tenaga kerja dan korban kritis lainnya. ,

Berdasarkan pemeriksaan terhadap kasus kecelakaan kerja tersebut di atas,


terungkap bahwa

1. Karban meninggal dunia ataupun kritis ter;adi pada lebih dari seorang pekerja
yang berada dalam satu kelompok pekerja:
2 Terdapat pekerja yang memberikan pertolongan ikut menjadi korban tewas
ataupun kritis. hal ini dikarenakan naluri untuk menolong rekan kerJanya tidak
disertai pengetahuan akan risiko masuk ke ruang terbatas
3 Pekerjaan di ruang terbatas umumnya diborongkan atau diserahkan olch
pengurus atau pemilik tempat kerja kepada pihak ketiga atau kontraktor;
4. Pimpinan atau pengurus Perusahaan tidak mengidentifikasi setiap ruang terbatas
yang berada di tempat kerjanya.

Bekerja di ruang terbatas terutama pada jenis pekerjaan oerbaikan dan atau
pemeliharaan baik berupa pencucian atau pembersihan, pemeriksaan, pengelasan,
maupun pelapisan atau pelindungan karat merupakan pekerjaan dengan risiko
tinggi. Ruang terbatas dapat berupa tangki/bejana penyimpanan bejana transport,

1969
boiler, dapur/tanur. silo dan tangki/bejana lainnya yang mempunyai lubang lalu
orang/manhole. Ruang terbatas' -,juga dapat berupa sumur buatan atau alami,
Jaringan perpipaan, terowongan bawah tanah, bunker serta tangki apung atau
ruangan di atas kapal.

Bahwa keberadaan ruang terbatas di tempat kerJa semakin beragam Jenis


dan bentuknya serta pekerjaan yang mengharuskan tenaga kerja memasuki tempat
kerja Juga semakin berkembang, maka sebagai langkah antisipasi dipandang perlu
untuk mengambil langkah-langkah segera dan sistematis.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas dan sebagai tindak lanjut


Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasa I Ketenagakerjaan.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Daerah dan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah. Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota, bersama ini dimohon kepada Gubernur dan Bupati/Walikota :

1. Menginstruksikan kepada Pimpinan Perusariaan di wilayah masing-masing untuk


segera

1) Mengidentifikasi ulang setiap ruang terbatas yang dimiliki ata upun digunakan
di tempat kerja masing-masing dengan format sekurang-kurangnya meliputi
a. Nomor register
b. Jenis dan peruntukan
c Lokasi
d Potensi bahaya
e. Klasifikasi

2) Melaksanakan secara utuh ketentuan dalam Surat �eputusan Direktur


Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
113/DJPPK/Xl/2006 dalam melakukan pekerjaan di ruang terbatas s$urang­
kuranya meliputi
a Pengujian gas atmosfer
b. Sistem perijinan/permit to work
c. Penyediaan sistem isolasi energi dan ventilasi udara
d Penyediaan alat pelindung diri
e Penyediaan sistem penyelamatan darurat
f. Penyediaan sistem komunikasi
g. Penunjukan petugas yang kompeten

3) Mewajibkan kepada kontraktor maupun subkontraktor yang melakukan


pekerjaan ruang terbatas di area tempat kerjanya untuk melaksanakan
ketentuan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan Nomor: 113/DJPPK/Xl/2006 sebagaimana pada poin 2

4) Melaporkan data ruang terbatas kepada Dinas/Unit yang membidangi


ketenagakerjaan setempat.

2. Memerintahkan kepada Kepala Dinas yang lingkup tugas dan tanggung


jawabnya di bidang ketenagakerjaan untuk melakukan pemeriksaan khusus oleh
Pengawas Ketenagakerjaan yang telah memperoleh penunjukan sebagai
spesialis dibidangnya terhadap setiap ruang terbatas di tempat kerja.

1970
3. Hasil pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 Surat
Edaran ini, dilaporkan sesua'h.dengan ketentuan Pasal 1 O dan 11 Peraturan
Presiden Nomor 21 Tahun 201 O tentang Pengawasan Ketenagakerjaan

4. Mengambil tindakan hukum tegas bagi Pimpinan/Pengurus Perusahaan yang


memiliki atau menggunakan ruang terbatas apabila tidak mengindahkan
ketentuan K3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian, Surat Edaran ini disampaikan dan mohon <iapat dilaksanakan


sebagaimana mestinya

A.n. Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

Tembusan Yth
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI (sebagai laporan);

1971
DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I
DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 – JAKARTA
Kotak Pos 4872 Jak. 12048 Telp. 5255733 Pes. 600 – Fax (021) 5253913

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL


PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
NO. KEP. 113/DJPPK/IX/2006

TENTANG

PEDOMAN DAN PEMBINAAN TEKNIS PETUGAS KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA RUANG TERBATAS (CONFINED SPACES)

DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Menimbang : a. bahwa kegiatan industri yang dilakukan di dalam ruang


terbatas semakin meningkat dan berpotensi menimbulkan
bahaya bagi tenaga kerja maupun aset perusahaan lainnya.
b. bahwa untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang ditimbulkan oleh bahaya bahan-bahan kimia yang
mengandung racun dan mudah terbakar yang terdapat di
dalam ruang terbatas, maka diperlukan pengendalian dan
pengawasan secara berjenjang yang dilakukan oleh personil
yang kompeten di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
ruang terbatas.
c. bahwa untuk itu perlu adanya pedoman yang mengatur
ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ruang
terbatas/confined spaces dan petugas keselamatan dan
kesehatan kerja ruang terbatas/confined spaces dalam
bentuk surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan.

Mengingat : 1. Undang-undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan


Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan
dan Kantor-Kantor
2. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
3. Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.187/MEN/1999
tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat
Kerja

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : a. Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas
adalah tenaga tehnis keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. SE.117/MEN/2005 tentang Pemeriksaan
Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan Tempat-
Tempat Publik Lainnya yang memiliki kompetensi khusus di

2045
bidang keselamatan dan kesehatan kerja di ruang
terbatas/tertutup dibuktikan dengan sertifikat pembinaan.
b. Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas
sebagaimana dimaksud huruf a yang selanjutnya disebut
Petugas K3 Confined Spaces terdiri dari 2 (dua) jenjang
meliputi Petugas Madya dan Petugas Utama
KEDUA : a. Sertifikat pembinaan sebagaimana dimaksud amar pertama
huruf a dan b diperoleh melalui proses pembinaan tehnis
yang terdiri dari seleksi, diklat, dan ujian serta dinyatakan
lulus ujian.
b. Seleksi dan diklat dapat diselenggarakan oleh Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang diklat sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No.PER.04/MEN/1995 atau oleh internal perusahaan (in
house training) atas persetujuan Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi RI.
c. Ujian diselenggarakan oleh tim yang dibentuk oleh
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI atau Lembaga
Uji lain sesuai peraturan perundang-undangan.
KETIGA : Peserta yang dinyatakan lulus ujian sebagaimana dimaksud pada
amar kedua huruf c diberikan sertifikat oleh Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI.
KEEMPAT : Rincian kompetensi, kurikulum dan persyaratan khusus peserta
pembinaan tehnis Petugas K3 confined spaces tertera pada
lampiran keputusan ini.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 29 September 2006

Direktur Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

MSM. Simanihuruk, SH, MM


NIP. 130353033

2046
Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Ruang Terbatas (confined spaces)

Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja


September 2006

2047
Daftar Isi
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Dasar Hukum
1.3. Tujuan
1.4. Ruang Lingkup
1.5. Daftar Istilah
2. Persyaratan K3 di Ruang Terbatas
2.1. Persyaratan Umum
2.2. Persyaratan untuk ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus
2.3. Persyaratan Kesehatan Orang yang Bekerja di Ruang Terbatas
3. Program Memasuki Ruang Terbatas
4. Sistem Perijinan
5. Ijin Kerja
6. Pelatihan
7. Tanggungjawab
9.1. Kontraktor
9.2. Petugas Utama (Entrant)
9.3. Petugas Madya (Attendant)
9.4. Ahli K3 (Safety supervisor)
8. Tim Penyelamat dan Tanggap Darurat

Lampiran
A. Persyaratan Perijinan Untuk Memasuki Ruang Tertutup
B. Prosedur Pemeriksaan dan Pengujian Gas Atmosfer
C. Formulir Perijinan Masuk Ruang Terbatas
D. Sistem Saluran Pembuangan
E. Tim Penyelamat dan Tanggap Darurat

2048
LAMPIRAN I : Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan.
Nomor : Kep. /DJPPK/IX/2006
Tanggal : September 2006

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja


di Ruang Terbatas (Confined Spaces)

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Bekerja di dalam ruang terbatas (confined spaces) mempunyai resiko
terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja di dalamnya. Oleh karenanya
diperlukan aturan dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap
pekerja dan aset lainnya, baik melalui peraturan perundang-undangan, program
memasuki ruang terbatas dan persyaratan ataupun prosedur untuk memasuki dan
bekerja di dalam ruang terbatas.
Seperti diketahui bersama, ruang terbatas (confined spaces) mengandung
beberapa sumber bahaya baik yang berasal dari bahan kimia yang mengandung
racun dan mudah terbakar dalam bentuk gas, uap, asap, debu dan sebagainya.
Selain itu masih terdapat bahaya lain berupa terjadinya oksigen defisiensi atau
sebaliknya kadar oksigen yang berlebihan, suhu yang ekstrem, terjebak atau
terliputi (engulfment), maupun resiko fisik lainnya yang timbul seperti
kebisingan, permukaan yang basah/licin dan kejatuhan benda keras yang
terdapat di dalam ruang terbatas tersebut yang dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja sampai dengan kematian tenaga kerja yang bekerja di dalamnya.
Di sisi lain, Peraturan Khusus L yang mengatur tentang pekerjaan di dalam
tangki apung dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi
dan kompleksitas pekerjaan di ruang terbatas sekarang ini, sehingga perlu
dikeluarkan peraturan/pedoman yang dapat mengatur dengan lebih jelas dan
lengkap.

1.2. Dasar Hukum


• Undang Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor
• Undang Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
• Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

2049
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 187/Men/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
• Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1997 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Kimia di udara Lingkungan Kerja
• Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE.117/Men/PPK-
PKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan Tempat-
Tempat Publik Lainnya.

1.3. Tujuan
Memberikan pedoman/petunjuk Keselamatan dan kesehatan kerja kepada
pengurus, pegawai pengawas dan ahli K3 mengenai langkah-langkah yang harus
dilakukan pada pekerjaan di dalam ruang terbatas (confined spaces) guna
mencegah terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja serta
menekan kerugian karena peledakan, kebakaran dan klaim kesehatan lainnya.

1.4. Ruang Lingkup


1.4.1. Pedoman ini memuat syarat-syarat, prosedur dan kegiatan yang harus
dilakukan dalam upaya melindungi pekerja dari bahaya saat memasuki
dan bekerja di dalam ruang terbatas yang membutuhkan ijin khusus.
Pedoman ini berlaku untuk semua orang yang mengurus, yang memasuki
dan bekerja dalam ruang terbatas.
1.4.2. Pedoman ini mengatur bahwa yang dimaksud memasuki ruang terbatas
adalah apabila seseorang bekerja dengan sebagian maupun seluruh
anggota tubuhnya berada di dalam ruang terbatas, antara lain:
• Tangki penyimpanan, bejana transpor, boiler, dapur/tanur, silo dan
jenis tangki lainnya yang mempunyai lubang lalu orang;
• Ruang terbuka di bagian atas yang melebihi kedalaman 1,5 meter
seperti lubang lalu orang yang tidak mendapat aliran udara yang
cukup;
• Jaringan perpipaan, terowongan bawah tanah dan struktur lainnya
yang serupa;
• Ruangan lainnya di atas kapal yang dapat dimasuki melalui lubang
yang kecil seperti tangki kargo, tangki minyak dan sebagainya

2050
1.4.3. Berbagai jenis pekerjaan yang menyebabkan orang memasuki ruang
terbatas, antara lain:
• Pemeliharaan (pencucian atau pembersihan)
• Pemeriksaan
• Pengelasan, pelapisan dan pelindungan karat
• Perbaikan
• Penyelamatan dan memberikan pertolongan kepada pekerja yang
cidera atau pingsan dari ruang terbatas; dan
• Jenis pekerjaan lainnya yang mengharuskan masuk ke dalam ruang
terbatas.

1.5. Daftar Istilah


1.5.1. Kondisi yang diperbolehkan untuk melakukan kegiatan berarti keadaan
dalam ruang terbatas yang membutuhkan ijin khusus dimana pekerja
dapat masuk dan bekerja dengan aman di dalamnya.
1.5.2. Petugas madya berarti pekerja yang berjaga di luar satu atau lebih ruang
terbatas yang membutuhkan ijin khusus, yang bertugas mengawasi
petugas utama, dan melakukan seluruh tugas petugas madya sesuai
dengan program pengawasan ruang terbatas.
1.5.3. Petugas utama berarti pekerja yang telah diberi wewenang oleh pengurus
untuk memasuki dan melakukan pekerjaan di dalam ruang terbatas yang
memerlukan ijin khusus.
1.5.4. Pemampatan (blanking/blinding) berarti penutupan total jaringan, pipa
atau saluran dengan cara memasang lempengan padat/sorokan (seperti
spectacle blind atau skillet blind) yang dapat menutupi secara total dan
dapat menahan tekanan maksimum dalam jaringan, pipa atau saluran
tersebut tanpa menimbulkan kebocoran pada lempengan padat/sorokan.
1.5.5. Ruang terbatas (confined spaces) berarti ruangan yang:
1.5.5.1. cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga
pekerja dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya;
1.5.5.2. mempunyai akses keluar masuk yang terbatas. Seperti pada tank,
kapal, silo, tempat penyimpanan, lemari besi atau ruang lain
yang mungkin mempunyai akses yang terbatas).
1.5.5.3. tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau
terus-menerus di dalamnya.

2051
1.5.6. Penutupan dan pengurasan berarti penutupan jaringan, pipa atau saluran
dengan cara menutup dan mengunci atau mengkaitkan 2 katup yang
berhubungan dengan membuka dan mengunci atau mengkaitkan katup
pengurasan atau pembuangan pada jaringan diantara 2 katup yang
tertutup tersebut.
1.5.7. Gawat darurat berarti setiap keadaan (termasuk terjadinya kegagalan
pengendalian bahaya atau monitoring peralatan) atau kejadian baik yang
berlangsung di dalam atau di luar ruang terbatas yang dapat
membahayakan pekerja di dalamnya.
1.5.8. Terliputi atau Engulfment berarti keadaan dimana seseorang
terperangkap oleh cairan atau substansi padat yang dapat terhirup
sehingga dapat menyebabkan gangguan berupa penyumbatan sistem
pernapasan sehingga dapat menimbulkan kematian melalui strangulasi,
konstriksi atau penekanan.
1.5.9. Kegiatan berarti kegiatan dimana seseorang melalui jalur masuk ruang
terbatas yang memerlukan ijin khusus. Masuk kedalam ruangan tersebut
meliputi kegiatan yang dilangsungkan dalam ruang tersebut.
1.5.10. Ijin masuk (ijin) berarti dokumen tertulis yang diberikan oleh pengurus
untuk memperbolehkan dan mengawasi kegiatan dalam ruang terbatas
dengan ijin khusus dan mengandung informasi seperti diatur dalam bagian
4 pada pedoman ini.
1.5.11. Ahli K3 berarti orang (seperti pengurus, pengawas pekerja atau
supervisor) yang bertanggung jawab untuk menentukan apakah terdapat
kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan dalam ruang
terbatas tersebut sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat, untuk
mengesahkan dan mengawasi proses tersebut dan untuk menghentikan
kegiatan seperti diatur pada pedoman ini.
Catatan: Ahli K3 juga dapat bertugas sebagai petugas madya atau sebagai
petugas utama yang berwenang, selama individu tersebut mendapat
pelatihan dan terampil menggunakan peralatan kerja yang sesuai seperti
diatur dalam pedoman ini.
1.5.12. Lingkungan berbahaya berarti lingkungan yang dapat menyebabkan
pekerja menghadapi risiko kematian, hendaya atau ketidakmampuan
menyelamatkan diri secara mandiri, kecelakaan, terluka, atau penyakit
akut akibat satu atau beberapa sebab berikut ini:

2052
1.5.12.1. Gas, uap atau kabut uap yang mudah terbakar dengan
konsentrasi melebihi 10% dari BRDM nya.
1.5.12.2. Debu di udara yang mudah meledak dengan konsentrasi setara
atau melebihi BRDM. Catatan: konsentrasi ini dapat
diperkirakan jika debu dapat terlihat secara visual pada jarak 5
kaki (1,52 m) atau kurang.
1.5.12.3. Konsentrasi oksigen di udara dibawah 19,5 % atau melebihi
23,5 %
1.5.12.4. Konsentrasi substansi yang konsentrasinya atau nilai ambang
batasnya dimuat dalam Surat Edaran Menaker No. SE.
01/Men/1997
1.5.12.5. Setiap keadaan lingkungan yang langsung berbahaya bagi
kesehatan atau dapat mengakibatkan kematian.
Catatan: untuk kontaminan udara yang belum ditentukan dosis atau nilai
ambang batasnya dalam SE Menaker No. SE. 01/Men/1997, dapat
digunakan sumber informasi lain seperti LDKB.
1.5.13. Ijin untuk melakukan pekerjaan panas berarti ijin tertulis dari atasan
pekerja tersebut untuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan sumber
panas (seperti riveting, pengelasan, pemotongan, pembakaran atau
pemanasan)
1.5.14. kesakitan atau kematian dengan segera berarti setiap kondisi yang dapat
mengakibatkan kematian segera atau dapat menimbulkan efek samping
permanen terhadap kesehatan atau dapat menimbulkan hendaya bagi
pekerja untuk menyelamatkan diri secara dari ruang terbatas tersebut.
Catatan: beberapa zat tertentu, seperti gas HF atau uap cadmium, dapat
menimbulkan reaksi tanpa gejala yang jelas, namun segera diikuti dengan
kolaps yang mendadak dan mungkin fatal dalam 12-72 jam setelah
pemaparan.
1.5.15. Pengisian/Pembilasan dengan gas inert (purging) berarti pengisian udara
dalam ruang terbatas dengan menggunakan gas yang tidak mudah
meledak (seperti nitrogen) sedemikian rupa sehingga udara di ruang
tersebut menjadi tidak mudah meledak.
Catatan: kegiatan prosedur ini menyebabkan kadar oksigen dalam
menjadi berkurang sehingga dapat mengakibatkan kesakitan, sesak atau
kematian dengan segera.

2053
1.5.16. Isolasi berarti proses dimana ruang terbatas tersebut di-nonfungsikan dan
tertutup sepenuhnya dari pelepasan energi atau material ke lingkungan
terbuka melalui cara seperti: pemasangan sorokan (blanking/blinding),
pemindahan jaringan pipa atau saluran, penutupan dan pengurasan,
penutupan seluruh sumber energi, dan pemutusan seluruh jaringan.
1.5.17. Pemutusan jaringan berarti pembukaan pipa, jaringan atau saluran yang
mengandung bahan beracun, mudah terbakar, korosif, gas inert, atau
cairan lainnya yang pada volume atau tekanan dan suhu tertentu dapat
mengakibatkan kerusakan berupa ledakan dan lain-lain
1.5.18. Ruang terbatas tanpa ijin khusus berarti ruang terbatas yang tidak
berpotensi mengandung gas atmosfer yang berbahaya atau mengandung
bahaya lainnya yang dapat menyebabkan kematian atau bahaya terhadap
fisik lainya.
1.5.19. Ruang terbatas dengan ijin khusus berarti ruang terbatas yang mempunyai
satu atau lebih ciri-ciri berikut ini:
1.5.19.1. mengandung gas atmosfer udara yang berbahaya
1.5.19.2. mengandung material yang berpotensi memerangkap pekerja di
dalamnya
1.5.19.3. mempunyai konfigurasi atau struktur sedemikian rupa sehingga
petugas utama dapat terperangkap atau mengalami asfiksia
akibat dinding yang melengkung ke dalam atau lantai yang
curam dan mengarah ke lorong atau ruangan yang lebih kecil,
atau
1.5.19.4. mengandung bahaya lainnya.
1.5.20. Udara rendah oksigen berarti udara yang mengandung oksigen kurang dari
19, 5%
1.5.21. Udara kaya oksigen berarti udara yang mengandung oksigen lebih dari 23,
5%
1.5.22. Program ruang terbatas berarti program yang dibuat untuk mengendalikan
dan melindungi pekerja dalam ruang terbatas untuk mengatur kegiatan
pekerja di dalamnya.
1.5.23. Sistem perijinan berarti prosedur tertulis dari pengurus untuk
mempersiapkan dan mengeluarkan ijin untuk melaksanakan kegiatan dan
menghentikan kegiatan dalam ruang terbatas dengan ijin khusus.

2054
1.5.24. Kondisi terlarang berarti setiap kondisi dimana pekerja tidak dapat
melakukan kegiatan di dalam ruang terbatas dengan ijin khusus.
1.5.25. Petugas penyelamat berarti orang yang bertugas menyelamatkan pekerja
dari ruang terbatas.
1.5.26. Sistem penyelamatan berarti peralatan (termasuk tali penyelamat; sabuk
pengaman, baik yang sebatas dada ataupun digunakan di seluruh tubuh;
wristlet; atau alat pengangkut) yang digunakan untuk mengeluarkan
pekerja dari ruang terbatas.
1.5.27. Pengujian berarti proses identifikasi dan evaluasi bahaya berbahaya yang
mungkin dihadapi petugas utama dalam ruang terbatas dengan ijin
khusus.

2. Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di ruang terbatas


2.1. Persyaratan Umum
2.1.1. pengurus wajib melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap tempat
kerja untuk menentukan apakah terdapat ruang terbatas dengan ijin
khusus.
2.1.2. jika pada tempat kerja terdapat ruang terbatas dengan ijin khusus,
pengurus wajib menginformasikannya kepada pekerja dengan memasang
tanda bahaya atau peralatan lain yang efektif, mengenai keberadaan dan
lokasi serta bahaya yang terdapat dalam ruang terbatas yang memerlukan
ijin khusus tersebut.
Catatan: tanda bertuliskan – BAHAYA- RUANG TERBATAS DENGAN IJIN
KHUSUS, DILARANG MASUK atau menggunakan kalimat lain dengan maksud
yang sama.
2.1.3. jika pengurus memutuskan bahwa pekerja tidak diperbolehkan memasuki
ruang terbatas dengan ijin khusus, pengurus wajib melakukan langkah-
langkah untuk mencegah dan melarang pekerja memasuki ruang terbatas
tersebut.

2.2. Persyaratan untuk ruang terbatas dengan ijin khusus


2.2.1. jika pengurus memperbolehkan pekerja memasuki ruang terbatas dengan
ijin khusus, pengurus wajib mengembangkan dan mengimplementasikan

2055
program tertulis seperti diatur dalam pedoman ini. Program tertulis
tersebut harus dketahui oleh pekerja dan perwakilannya.
2.2.2. Peryaratan yang wajib dilakukan untuk memasuki ruang terbatas dengan
ijin khusus
2.2.2.1. Jika penutup akses/pintu masuk dibuka, pada jalur tersebut
harus dipasang selusur, penutup sementara atau penghalang
sementara lainnya untuk mencegah masuknya pekerja tanpa
disengaja dan untuk melindungi pekerja di dalam ruang terbatas
tersebut dari masuknya benda asing ke dalam ruangan.
2.2.2.2. Sebelum pekerja memasuki ruangan, udara di dalam ruangan
harus diuji terlebih dahulu, berturut- turut untuk kadar oksigen,
gas dan uap yang mudah terbakar dan kontaminan udara yang
berpotensi berbahaya, dengan peralatan yang telah dikalibrasi.
Setiap pekerja yang memasuki ruangan atau perwakilan pekerja
tersebut, wajib diberi kesempatan untuk mengawasi pengujian
tersebut.
2.2.2.3. Tidak boleh ada udara berbahaya dalam ruangan tersebut jika
terdapat pekerja di dalamnya
2.2.2.4. Wajib menyediakan sistem aliran udara secara kontinyu, dengan
ketentuan sebagai berikut:
2.2.2.4.1. Pekerja tidak boleh memasuki ruangan sebelum
udara berbahaya di dalamnya dibersihkan terlebih
dahulu
2.2.2.4.2. Aliran udara tersebut diarahkan sedemikian rupa
sehingga dapat mencapai area dimana pekerja akan
berada dan harus berlangsung terus menerus selama
pekerja berada di dalam.
2.2.2.4.3. Pengaturan aliran udara tersebut harus diperoleh
dari sumber yang bersih dan tidak boleh
meningkatkan bahaya dalam ruangan.
2.2.2.5. Udara dalam ruangan harus diuji secara berkala sesering mungkin
untuk memastikan bahwa pengaturan aliran udara dapat
mencegah akumulasi udara yang berbahaya dalam ruangan.
Setiap pekerja yang memasuki ruangan, atau perwakilan pekerja

2056
tersebut, wajib diberi kesempatan untuk mengamati proses
pengujian tersebut.
2.2.2.6. Jika terdeteksi udara berbahaya selama kegiatan berlangsung:
2.2.2.6.1. Setiap pekerja harus meninggalkan ruangan terbatas
tersebut secepatnya
2.2.2.6.2. Ruangan harus dievaluasi untuk menentukan
bagaimana udara berbahaya tersebut dapat terjadi,
dan
2.2.2.6.3. Harus dilakukan pemeriksaan untuk melindungi
pekerja dari udara berbahaya tersebut sebelum
kegiatan berikutnya berlangsung
2.2.2.7. Pengurus wajib memastikan bahwa ruang tersebut telah aman
dan telah dilakukan pemeriksaan sebelum kegiatan berlangsung,
seperti diatur dalam paragrap 2.2.3, melalui pernyataan tertulis,
yang memuat tanggal, lokasi ruang dan tandatangan petugas
pemeriksa. Pernyataan tertulis tersebut harus dibuat sebelum
kegiatan berlangsung dan dapat dilihat oleh pekerja yang akan
melakukan kegiatan dalam ruang tersebut, atau perwakilan
pekerja tersebut.
2.2.3. Jika terdapat perubahan pada penggunaan atau konfigurasi ruang terbatas
tanpa ijin khusus yang mungkin meningkatkan bahaya pada pekerja di
dalamnya, pengurus wajib melakukan evaluasi ulang terhadap ruang
tersebut, dan bila perlu mengklasifikasikannya sebagai ruang terbatas
dengan ijin khusus.
2.2.4. Ruang yang diklasifikasikan sebagai ruang terbatas dengan ijin khusus oleh
pengurus, dapat diklasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas tanpa ijin
khusus dengan persyaratan berikut:
2.2.4.1. Jika ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut tidak
mengandung udara berbahaya, dan jika bahaya di dalamnya
telah dieliminasi tanpa perlu masuk ke dalam ruangan tersebut,
ruang tersebut dapat diklasifikasikan kembali sebagai ruang
terbatas tanpa ijin khusus selama tetap tidak terdapat udara
berbahaya di dalamnya.
2.2.4.2. Jika dirasakan perlu untuk memasuki ruang tersebut untuk
menghilangkan bahaya di dalamnya, kegiatan tersebut harus

2057
dilakukan sesuai persyaratan pada paragraph 2.2. jika pengujian
dan pemeriksaan selama kegiatan membuktikan bahwa bahaya
dalam ruang tersebut telah dihilangkan, ruang tersebut dapat
diklasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas tanpa ijin khusus
selama tetap tidak terdapat bahaya di dalamnya.
2.2.4.3. Pengurus wajib mendokumentasikan dasar penentuan bahwa
seluruh bahaya dalam ruang terbatas dengan ijin khusus telah
dihilangkan, melalui sertifikasi yang memuat tanggal, lokasi
ruang dan tandatangan petugas yang membuat penentuan
tersebut. Sertifikasi tersebut dapat dibaca oleh seluruh pekerja
yang memasuki ruang tersebut atau oleh perwakilan pekerja
2.2.4.4. Jika bahaya timbul dalam ruang terbatas dengan ijin khusus yang
telah diklasifikasikan sebagai ruang terbatas tanpa ijin khusus,
seluruh pekerja wajib meninggalkan ruangan. Pengurus wajib
mengevaluasi kembali ruang tersebut dan menentukan apakah
ruang tersebut harus diklasifikasikan kembali sebagai ruang
terbatas dengan ijin khusus, seperti diatur dalam pedoman ini.

2.3. Persyaratan Kesehatan Untuk Orang yang Bekerja di Ruang Terbatas


2.3.1. Bekerja di ruang terbatas dapat memberikan tekanan fisik dan psikologis.
Hal ini dikarenakan kualitas penerangan yang buruk dan ruangan yang
sempit, dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan keseimbangan
karena menurunnya fungsi koordinasi dan peredaran darah yang tidak
normal.
2.3.2. Pengurus wajib memastikan petugas yang bekerja di ruang terbatas dalam
keadaan sehat secara fisik dan dinyatakan oleh dokter pemeriksa
kesehatan kerja bahwa petugas tersebut tidak mempunyai riwayat :
2.3.2.1. Sakit sawan atau epilepsi
2.3.2.2. Penyakit jantung atau gangguan jantung
2.3.2.3. Asma, bronchitis atau sesak napas apabila kelelahan
2.3.2.4. Gangguan pendengaran
2.3.2.5. Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat
menyebabkan disorientasi
2.3.2.6. Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya
2.3.2.7. Gangguan atau sakit tulang belakang

2058
2.3.2.8. Kecacatan penglihatan permanen
2.3.2.9. Penyakit lainnya yang dapat membahayakan keselamatan selama
bekerja di ruang terbatas

3. Program Memasuki Ruang Terbatas dengan Ijin Khusus


3.1. Pengurus yang memiliki ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus
berkewajiban membuat program ruang terbatas.
3.2. Program tersebut sekurang-kurangnya terkandung hal-hal berikut:
3.2.1. Langkah-langkah khusus untuk mencegah masuknya pihak yang tidak
berwenang.
3.2.2. Identifikasi dan evaluasi bahaya dalam ruang tersebut sebelum dimasuki
oleh pekerja
3.2.3. Pengembangan dan penggunaan peralatan, prosedur dan praktik yang
diperlukan untuk menjamin keamanan kegiatan dalam ruang tersebut,
termasuk, namun tidak terbatas kepada, hal-hal berikut:
3.2.3.1. menentukan kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan
kegiatan
3.2.3.2. memberikan kesempatan kepada petugas utama yang berwenang
atau kepada perwakilan pekerja tersebut untuk ikut mengamati
setiap pengawasan dan pengujian ruang tersebut
3.2.3.3. Melakukan isolasi pada ruang tersebut
3.2.3.4. Melakukan pembersihan, pengisian gas inert, pembilasan atau
pengaliran udara ke dalam ruang tersebut jika diperlukan, untuk
menghilangkan atau mengendalikan udara berbahaya di
dalamnya.
3.2.3.5. Menyediakan jalur untuk pejalan kaki, kendaraan atau
penghalang lain yang diperlukan untuk melindungi petugas utama
dari bahaya dari luar
3.2.3.6. Memastikan bahwa kondisi dalam ruang tersebut aman untuk
dilakukan kegiatan di dalamnya.
3.2.4. Penyediaan peralatan berikut seperti dibawah ini, menjaga kondisi
peralatan tersebut agar dapat bekerja baik, dan memastikan bahwa
pekerja menggunakan peralatan tersebut dengan baik:
3.2.4.1. Peralatan pengujian dan pemantauan harus sesuai seperti yang
diatur dalam paragrap 3.2.5

2059
3.2.4.2. Peralatan pengaliran udara (ventilasi) harus mampu
mempertahankan kondisi yang masih diperbolehkan untuk
melakukan kegiatan
3.2.4.3. Peralatan komunikasi yang diperlukan harus sesuai seperti yang
diatur dalam paragrap 7.2.3. dan 7.3.5 pedoman ini
3.2.4.4. Alat pelindung diri diperlukan karena pengendalian teknik dan
tata kerja saja tidak cukup untuk melindungi pekerja
3.2.4.5. Peralatan untuk penerangan tambahan diperlukan agar pekerja
dapat melihat dengan jelas dalam bekerja dan untuk keluar
secepatnya dari ruangan, dalam keadaan gawat darurat
3.2.4.6. Alat perlindungan diperlukan sebagaimana diatur dalam
paragraph 3.2.3. pedoman ini
3.2.4.7. Peralatan lain, seperti tangga diperlukan agar petugas utama
dapat keluar masuk ruang dengan aman
3.2.4.8. Peralatan untuk penyelamatan dan keadaan gawat darurat harus
dipersiapkan sesuai seperti diatur dalam paragrap 3.2.9.
pedoman ini, kecuali peralatan tersebut telah disediakan oleh
petugas penyelamat.
3.2.4.9. Peralatan lain yang diperlukan untuk keluar masuk dengan aman
dari ruang tersebut
3.2.5. Jika akan melakukan kegiatan dalam ruang terbatas dengan ijin khusus
tersebut, evaluasi berikut ini harus dilakukan:
3.2.5.1. Uji kondisi dalam ruang tersebut untuk menentukan apakah
terdapat kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan
kegiatan sebelum kegiatan dilaksanakan, kecuali bila tidak
mungkin melakukan isolasi terhadap ruangan karena ruangan
tersebut besar atau merupakan bagian dari sistem yang
tersambung dengan yang lain (seperti pada sistem pembuangan),
pengujian sebelum masuk dapat dilakukan sebisa mungkin
sebelum kegiatan dilaksanakan, dan jika kegiatan telah
mendapat otorisasi, kondisi dalam ruangan harus diawasi secara
terus menerus selama pekerja melakukan kegiatan di dalamnya.
3.2.5.2. Pengujian dan pemantauan ruangan diperlukan untuk
menentukan apakah kondisi yang masih diperbolehkan untuk

2060
melakukan kegiatan dapat dipertahankan selama kegiatan
berlangsung; dan
3.2.5.3. untuk pengujian udara berbahaya, uji terlebih dahulu
konsentrasi oksigen, lalu konsentrasi uap dan gas yang mudah
meledak serta konsentrasi uap dan gas berbahaya
3.2.5.4. Setiap petugas utama yang berwenang atau perwakilan pekerja
tersebut wajib diberikan kesempatan untuk mengamati
pengujian atau pemantauan awal serta pemantauan dan
pengujian lanjutan ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut
3.2.5.5. Mengadakan evaluasi ulang keadaan ruang jika ada permintaan
dari petugas utama atau perwakilannya jika pekerja tersebut
yakin bahwa evaluasi yang telah dilakukan belum memadai
3.2.5.6. Petugas madya atau perwakilannya wajib segera diberikan
laporan dari pengujian seperti yang diatur dalam paragrap 3.
pedoman ini
3.2.6. Sedikitnya satu orang petugas madya wajib ada di luar ruangan selama
kegiatan yang telah diotorisasi tersebut berlangsung
3.2.7. Jika terdapat ruangan lebih dari satu yang harus dipantau oleh seorang
petugas madya, dalam program untuk ruang terbatas dengan ijin khusus
tersebut perlu diatur cara dan prosedur yang dapat memudahkan petugas
madya tersebut merespon keadaan gawat darurat yang terjadi pada satu
atau lebih ruangan yang menjadi tanggung jawabnya tanpa meninggalkan
tanggung jawabnya seperti yang diatur pada paragrap 7 dalam pedoman
ini
3.2.8. Tentukan siapa saja pekerja yang akan bertugas (seperti petugas utama,
petugas madya, ahli K3, petugas penguji atau pemantau kondisi udara
dalam ruangan dengan ijin khusus tersebut), beri penjabaran untuk
tugasnya masing-masing dan berikan pelatihan sesuai dengan ketentuan
yang diatur pada paragrap 7 dalam pedoman ini.
3.2.9. Kembangkan dan implementasikan prosedur untuk memanggil tim
penyelamat dan tim tanggap darurat untuk mengeluarkan petugas utama
dari ruangan, untuk melakukan hal tanggap darurat lain yang diperlukan
untuk menyelamatkan pekerja dan untuk mencegah petugas yang tidak
berwenang mencoba melakukan penyelamatan

2061
3.2.10. Kembangkan dan implementasikan sistem untuk persiapan, penerbitan,
penggunaan dan pembatalan ijin kegiatan sebagaimana diatur dalam
pedoman ini
3.2.11. Kembangkan dan implementasikan prosedur untuk mengkoordinasi
kegiatan jika ada beberapa pekerja dari unit kerja yang berbeda bekerja
bersamaan sebagai petugas utama yang berwenang dalam ruangan,
sehingga tidak saling membahayakan satu sama lain.
3.2.12. Kembangkan dan implementasikan prosedur (seperti penutupan ruangan
dan pembatalan ijin) yang diperlukan untuk mengakhiri kegiatan setelah
kegiatan selesai dilaksanakan.
3.2.13. Kaji ulang proses kegiatan bila pengurus meyakini langkah-langkah
pencegahan yang dilakukan dalam program untuk ruang terbatas dengan
ijin khusus tidak dapat melindungi pekerja dan revisi program untuk
memperbaiki kekurangan yang ada sebelum kegiatan berikutnya diijinkan.
3.2.14. Kaji ulang program untuk ruang terbatas dengan ijin khusus, dengan
menggunakan pembatalan ijin seperti yang dijelaskan dalam peragrap 5
pedoman ini, selama 1 tahun setelah setiap kegiatan dan revisi program
bila diperlukan, untuk memastikan setiap pekerja yang beroperasi dalam
ruang terbatas dengan ijin khusus telah terlindungi dari bahaya yang
ditimbulkan ruangan tersebut.

4. Sistem Perijinan
4.1. Sebelum kegiatan dilangsungkan, pengurus wajib mendokumentasikan
kelengkapan langkah-langkah pencegahan seperti yang telah diatur.
4.2. Sebelum kegiatan dimulai, ahli K3 yang dicantumkan dalam surat ijin wajib
menandatangani ijin tersebut untuk mensahkan kegiatan
4.3. Ijin yang telah lengkap harus diberikan pada saat dimulai kegiatan kepada
seluruh petugas utama yang berwenang atau perwakilannya, dengan
memasangnya pada pos kegiatan atau dengan cara lain yang sama efektifnya,
agar petugas utama dapat memastikan bahwa persiapan awal sebelum memulai
kegiatan telah selesai dilaksanakan
4.4. Durasi kegiatan yang tercantum dalam surat ijin tidak boleh melebihi waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dicantumkan dalam
ijin, seperti yang diatur dalam paragrap 5.3
4.5. Ahli k3 wajib menghentikan kegiatan dan membatalkan ijin kegiatan bila:

2062
4.5.1. kegiatan seperti yang dicantumkan dalam surat ijin telah selesai
dilaksanakan, atau
4.5.2. kondisi yang tidak diperbolehkan dalam ijin kegiatan timbul dalam
ruangan
4.6. Pengurus wajib menahan setiap ijin kegiatan yang telah dibatalkan minimal 1
tahun untuk mengkaji ulang program untuk ruang terbatas dengan ijin khusus
seperti yang diatur. Setiap masalah yang timbul selama kegiatan akan dicatat
dalam ijin tersebut sehingga revisi dapat dilakukan

5. Ijin kegiatan.
Ijin kegiatan seperti yang dimaksud dalam pedoman ini dan berguna untuk
mensahkan kegiatan dalam ruang dengan ijin khusus wajib memuat:
5.1. Ruang terbatas dengan ijin khusus yang akan dimasuki
5.2. Kegiatan yang dilangsungkan di dalamnya
5.3. Tanggal dan durasi kegiatan yang telah disahkan dalam ijin kegiatan
5.4. Petugas-petugas utama yang bekerja dalam ruangan, baik dengan penulisan nama
atau cara lain (seperti penggunaan jadwal kerja) untuk memudahkan petugas
madya mengetahui petugas utama yang akan bekerja dalam ruangan untuk
jangka waktu tertentu, dengan cepat dan akurat
5.5. Nama pekerja yang bertugas sebagai petugas madya
5.6. Nama ahli K3 yang bertugas, dengan spasi untuk tanda tangan atau initial ahli K3
yang mensahkan kegiatan
5.7. Bahaya dari ruangan yang akan dimasuki
5.8. Langkah-langkah yang diambil untuk mengisolasi ruangan dan untuk
menghilangkan atau mengendalikan bahaya dari ruang terbatas dengan ijin
khusus tersebut sebelum dimulai kegiatan
5.9. Kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
5.10. Hasil dari pengujian awal dan berkala yang seperti yang diatur dalam pedoman
ini disertai nama atau inisial petugas penguji dan waktu pengujian dilaksanakan
5.11. Tim penyelamat dan tim tanggap darurat yang dapat dipanggil dan cara untuk
memanggilnya (seperti peralatan yang digunakan dan nomor yang dapat
dihubungi)
5.12. Prosedur komunikasi yang digunakan oleh petugas utama dan petugas madya
untuk mempertahankan hubungan selama kegiatan berlangsung

2063
5.13. Peralatan, seperti APD, peralatan pengujian, alat komunikasi, system alarm,
alat-alat penyelamatan yang harus disediakan seperti yang diatur dalam pedoman
ini
5.14. Informasi lain yang dirasakan perlu, sesuai dengan kondisi ruangan, untuk
memastikan Keselamatan pekerja
5.15. Ijin tambahan lainnya, seperti untuk melakukan kerja panas, yang telah
dikeluarkan untuk mengesahkan pekerjaan tersebut dalam ruang terbatas dengan
ijin khusus

6. Pelatihan
6.1. Pengurus wajib memberikan pelatihan kepada seluruh pekerja yang pekerjaannya
diatur dalam pedoman ini agar dapat memahami dan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugasnya dengan aman
6.2. Pelatihan diberikan kepada setiap pekerja yang terlibat kegiatan dalam ruang
terbatas dengan ijin khusus, saat:
6.2.1. Sebelum pekerja tersebut memulai tugasnya
6.2.2. Sebelum terjadi perubahan tugas
6.2.3. Jika terjadi perubahan pada kegiatan dalam ruangan dengan ijin khusus
yang menyebabkan timbulnya bahaya baru yang belum dilatihkan kepada
pekerja
6.2.4. Jika pengurus yakin terjadi penyimpangan prosedur kegiatan sebagaimana
diatur dalam pedoman ini atau bila pengetahuan pekerja dalam
melaksanakan prosedur ini dirasa kurang
6.3. Materi pelatihan harus memenuhi standar keterampilan pekerja dalam
melaksanakan tugasnya dan memperkenalkan prosedur baru maupun yang telah
direvisi bila dianggap perlu, seperti yang diatur dalam pedoman ini
6.4. Penyelenggaran pelatihan wajib memberikan sertifikat kelulusan untuk pelatihan
yang telah dilaksanakan. Sertifikat tersebut memuat nama masing-masing
pekerja, tanda tangan atau inisial pelatih, dan tanggal pelatihan. Sertifikasi
dapat dilihat oleh pekerja maupun perwakilannya

7. Tanggung Jawab
7.1. Kontraktor

2064
7.1.1. Jika pengurus akan menggunakan kontraktor untuk melakukan pekerjaan
yang melibatkan kegiatan dalam ruang terbatas dengan ijin khusus,
pengurus tersebut wajib:
7.1.1.1. Memberikan penetapan kepada kontraktor bahwa tempat kerja
tersebut meliputi ruang terbatas dengan ijin khusus dan kegiatan
didalamnya diperbolehkan hanya jika memenuhi persyaratan
seperti yang dijelaskan dalam pedoman ini;
7.1.1.2. Menginformasikan kepada kontraktor mengenai elemen,
termasuk bahaya yang telah teridentifikasi dan bagaimana
pengalaman pengurus dengan ruang tersebut, yang menjadikan
ruang tersebut sebagai ruang terbatas dengan ijin khusus.
7.1.1.3. Menginformasikan kepada kontraktor mengenai tindakan
pencegahan atau prosedur yang telah diterapkan oleh pengurus
dalam rangka perlindungan terhadap pekerja di dalam atau di
dekat ruang terbatas dengan ijin khusus dimana personel
kontraktor tersebut akan bekerja;
7.1.1.4. Mengkoordinasikan kegiatan operasi dengan kontraktor jika
pekerja dari kedua pihak akan bekerja bersama dalam ruang
tersebut dan
7.1.1.5. Menerima laporan dari kontraktor pada akhir kegiatan, mengenai
program yang diikuti dan bahaya yang dihadapi selama proses
kegiatan dalam ruang terbatas tersebut.
7.1.2. Setiap kontraktor yang melakukan kegiatan dalam ruang tersebut wajib:
7.1.2.1. Mematuhi semua ketentuan dalam pedoman ini
7.1.2.2. Mencari informasi mengenai bahaya dan kegiatan dalam ruang
terbatas dengan ijin khusus dari pengurus.
7.1.2.3. Mengkoordinasikan setiap kegiatan dengan pengurus, jika baik
pekerja induk maupun pekerja kontraktor akan bekerja di dalam
atau dekat ruang tersebut
7.1.2.4. Melaporkan kepada pengurus mengenai program yang akan
diikuti dan seluruh bahaya yang timbul atau dihadapi dalam
ruang tersebut, melalui laporan tertulis selama proses kegiatan.

7.2. Petugas utama, bertanggungjawab untuk:

2065
7.2.1. Mengetahui bahaya yang mungkin dihadapi selama kegiatan, termasuk
modus, tanda atau gejala dan akibat paparan yang dialami
7.2.2. Menggunakan peralatan seperti yang diatur dalam paragraph (d)(4)
dengan baik
7.2.3. Melakukan komunikasi dengan petugas madya bila diperlukan untuk
memudahkan petugas madya memantau status petugas utama dan untuk
memudahkan petugas madya memberitahu petugas utama bila diperlukan
evakuasi dari ruangan, seperti diatur dalam paragraph 7.3.5. dan 7.3.6.
7.2.4. Memberitahu petugas madya bila:
7.2.4.1. petugas utama menyadari adanya tanda atau gejala bahaya
akibat paparan terhadap situasi yang berbahaya
7.2.4.2. petugas utama mendeteksi adanya kondisi terlarang, dan
7.2.5. Keluar dari ruangan secepat mungkin bila:
7.2.5.1. Ada perintah evakuasi dari petugas madya atau ahli k3
7.2.5.2. Petugas utama menyadari adanya tanda atau gejala bahaya
akibat paparan terhadap situasi yang berbahaya
7.2.5.3. Petugas utama mendeteksi adanya kondisi terlarang, atau
7.2.5.4. Sinyal tanda evakuasi dinyalakan

7.3. Petugas Madya. Bertanggung jawab untuk:


7.3.1. Mengetahui bahaya yang mungkin dihadapi selama kegiatan, termasuk
modus, tanda atau gejala dan akibat paparan yang dialami
7.3.2. Sadar akan efek dari paparan bahaya terhadap tingkah laku petugas
utama;
7.3.3. Secara kontinyu mampu mempertahankan jumlah akurat dari petugas
utama dalam ruangan dan memastikan cara untuk mengidentifikasi
petugas utama yang berada dalam ruangan terbatas dengan ijin khusus
tersebut secara akurat
7.3.4. Tetap berada di luar ruangan dengan ijin khusus selama kegiatan
berlangsung sampai digantikan oleh petugas lainnya
7.3.5. Berkomunikasi dengan petugas utama bila diperlukan untuk memonitor
status petugas utama tersebut dan memberitahu petugas utama bila perlu
dilakukan evakuasi sebagaimana diatur dalam pedoman ini
7.3.6. Memantau aktivitas di dalam dan di luar ruangan untuk menentukan
apakah aman bagi petugas utama untuk tetap berada di dalam ruangan

2066
dan memerintahkan petugas utama untuk evakuasi secepatnya bila terjadi
keadaan berikut:
7.3.6.1. Jika petugas madya mendeteksi adanya kondisi terlarang
7.3.6.2. Jika petugas madya mendeteksi adanya efek dari paparan bahaya
terhadap tingkah laku petugas utama
7.3.6.3. Jika petugas madya mendeteksi adanya situasi di luar ruangan
yang dapat membahayakan petugas utama, atau
7.3.6.4. Jika petugas madya tidak dapat melakukan tugasnya dengan
aman dan efektif
7.3.7. Memanggil tim penyelamat atau tim tanggap darurat lainnya secepat
mungkin bila petugas madya mengetahui bahwa petugas utama
membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan diri dari bahaya dalam
ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut
7.3.8. Mengambil langkah langkah berikut ini bila petugas yang tidak berwenang
mendekati atau memasuki ruangan selama kegiatan berlangsung:
7.3.8.1. Memperingatkan petugas yang tidak berwenang tersebut untuk
menjauhi ruangan
7.3.8.2. Memberitahu petugas yang tidak berwenang tersebut untuk
keluar secepatnya jika mereka telah memasuki ruangan, dan
7.3.8.3. Memberitahu petugas utama dan Ahli K3 jika petugas yang tidak
berwenang telah memasuki ruangan;
7.3.9. Melakukan tindakan penyelamatan tanpa memasuki ruangan seperti yang
dijelaskan dalam prosedur penyelamatan dari pengurus, dan
7.3.10. Tidak melakukan tugas lain yang mungkin akan menggangu tugas
utamanya untuk memantau dan melindungi petugas utama

7.4. Ahli K3 pengurus wajib memastikan bahwa setiap ahli k3:


7.4.1. Mengetahui bahaya yang mungkin dihadapi selama kegiatan, termasuk
modus, tanda atau gejala dan akibat paparan yang dialami
7.4.2. Melakukan verifikasi, dengan cara memastikan bahwa kegiatan yang
dilakukan telah sesuai dengan ijin kegiatan, bahwa seluruh pengujian
yang dijelaskan dalam ijin kegiatan telah dilakukan dan bahwa seluruh
prosedur dan peralatan yang dijelaskan dalam ijin kegiatan berada di
tempatnya sebelum mengesahkan ijin kegiatan dan memperbolehkan
kegiatan dilaksanakan

2067
7.4.3. Menghentikan kegiatan dan membatalkan ijin kegiatan seperti yang
7.4.4. Memastikan tersedianya tim penyelamat dan cara yang digunakan untuk
memanggil mereka dapat dilakukan;
7.4.5. Mengeluarkan petugas yang tidak berwenang yang mencoba atau telah
memasuki ruangan selama kegiatan berlangsung, dan
7.4.6. Memastikan, bila terjadi pergantian tanggung jawab kegiatan dalam
ruangan, bahwa kegiatan dalam ruangan tetap sesuai seperti yang
dinyatakan dalam ijin kegiatan dan bahwa kondisi yang masih
diperbolehkan untuk melakukan kegiatan dapat dipertahankan

8. Tim Penyelamat dan Tanggap Darurat.


8.1. Pengurus yang menentukan tim penyelamat dan tanggap darurat, wajib:
8.1.1. Melakukan evaluasi terhadap kemampuan tim penyelamat menanggapi
panggilan dalam waktu yang tepat, dengan asumsi bahaya telah
diidentifikasi
8.1.2. Melakukan evaluasi terhadap kemampuan tim penyelamat, dalam hal
kecakapannya terkait dengan tugas dan peralatan penyelamatan, agar
dapat berfungsi dengan baik selama proses penyelamatan petugas utama
dari ruang terbatas dengan ijin khusus tertentu
8.1.3. Memilih tim penyelamat yang telah dievaluasi tersebut yang:
8.1.3.1. Mempunyai kemampuan menyelamatkan korban dalam jangka
waktu sesuai bahaya yang dihadapi;
8.1.3.2. Mempunyai peralatan yang memadai dan mampu melakukan
penyelamatan yang diperlukan dengan baik
8.1.4. Menginformasikan tim penyelamat mengenai bahaya yang mungkin
dihadapi bila dipanggil untuk melakukan penyelamatan dan
8.1.5. Memberi akses ke seluruh ruang terbatas dengan ijin khusus dimana
penyelamatan mungkin diperlukan agar tim penyelamat dapat membuat
dan mengembangkan rencana dan praktik operasi penyelamatan yang
sesuai
8.2. Pengurus yang pekerjanya telah dipilih sebagai tim penyelamat dan tanggap
darurat wajib melakukan langkah-langkah berikut ini:
8.2.1. Memberikan APD yang diperlukan untuk melakukan penyelamatan dari
ruang terbatas dengan ijin khusus kepada seluruh pekerja yang terlibat,

2068
dan melatih pekerja tersebut mengenai penggunaan APD yang tepat,
tanpa membebani pekerja dengan biaya tertentu.
8.2.2. Memberikan pelatihan kepada petugas yang terlibat untuk melaksanakan
tugas penyelamatan. Pengurus harus memastikan pekerja tersebut
menyelesaikan pelatihan yang diperlukan guna mendapatkan kecakapan
sebagai petugas utama
8.2.3. Memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai P3K. Pengurus wajib
memastikan bahwa sedikitnya satu anggota tim mempunyai sertifikasi
dalam melakukan P3K, dan
8.2.4. Memastikan bahwa petugas yang terlibat berlatih melakukan
penyelamatan dari ruang terbatas dengan ijin khusus minimal setiap 12
bulan sekali, dengan cara simulasi operasi penyelamatan menggunakan
boneka, manekin atau manusia dari ruangan yang sesungguhnya atau yang
menyerupainya. Ruangan yang menyerupai tersebut wajib mempunyai
persamaan dengan ruangan yang sesungguhnya dalam hal ukuran,
konfigurasi dan kemudahan aksesnya.
8.3. Untuk melakukan penyelamatan tanpa harus memasuki ruangan, system atau
metode tertentu akan digunakan bila petugas utama memasuki ruangan, kecuali
bila peralatan untuk mengeluarkan pekerja tersebut akan meningkatkan resiko
atau tidak dapat menyelamatkan petugas utama. Sistem tersebut harus
memenuhi persyaratan berikut ini
8.3.1. Setiap petugas utama wajib menggunakan sabuk pengaman sebatas dada
atau seluruh tubuh, dengan tali penyelamat pada pertengahan punggung
petugas setinggi bahu, di atas kepala, atau pada titik lain dimana dapat
dilakukan penyelamatan pekerja dengan baik. Wristlet dapat digunakan
sebagai pengganti sabuk penahan bila pengurus merasa penggunaan sabuk
penahan tidak dapat diterapkan atau dapat menciptakan bahaya yang
lebih besar dan penggunaan wristlet tersebut lebih aman sebagai
alternative yang lebih efektif
8.3.2. Ujung lain dari tali penyelamat dikaitkan pada alat mekanis atau pada
titik yang stabil dan menetap di luar ruangan, sedemikian rupa sehingga
proses penyelamatan dapat dilakukan sesegera mungkin bila dirasakan
perlu. Alat mekanis wajib tersedia untuk mengeluarkan pekerja dari ruang
terbatas dengan posisi vertical dengan kedalaman lebih dari 5 kaki (1,52
m)

2069
8.4. Jika petugas utama yang terluka tersebut terpapar dengan substansi, dimana
dijelaskan dalam LDKB atau keterangan lain yang serupa bahwa substansi
tersebut harus tetap berada di tempat kerja, LDKB atau keterangan lain tersebut
harus tersedia dan sebagai petunjuk tindakan pertolongan yang harus dilakukan.

Lampiran A, B,...

2070

Anda mungkin juga menyukai