Anda di halaman 1dari 4

1.

Hubungan antara asersi,tujuan audit khusus, dan pengujian substantive


Dalam perancangan pengujian substantive, auditor harus menemukan bahwa
pengujian yang sesuai telah diidentifikasi untuk mencapai tujuan audit khusus yang
ada dalam setiap asersi.
a. Program audit ilustratif untuk pengujian substantive
Program audit merupakan daftar prosedur audit yang akan dilakukan. Selain
untuk daftar prosedur audit, setiap program audit harus mempunyai kolom untuk
(1) referensi silang kertas kerja lainnya yang berisi bukti yang diperoleh dari
setiap prosedur (ketika apat diterapkan), (2) titik awal auditor yang melakukan
setiap prosedur, dan (3) tampilan tanggal pada prosedur yang telah diselesaikan.
Program audit harus cukup rinci memberikan : (a) Garis besar pekerjaan yang
akan dilakukan; (b) Dasar koordinasi, supervise, dan pengendalian audit; (c)
Catatan pekerjaan yang dilakukan

2. Kerangka kerja umum pengembangan program audit untuk pengujian


substantive
Pemahaman mengenai signifikansi kelompok transaksi dan pemicu ekonomi
yang mendasari kelompok transaksi tersebut, memberikan konteks penting untuk
melakukan dan mengevaluasi kewajaran bukti yang mendukung asersi manajemen
dalam laporan keuangan. Pengujian substantive berikutnya sering dilakukan pada
catatan-catatan buku pembantu, skedul pendukung, atau sampel-sampel yang ditarik
darinya, maka merupakan hal yang logis untuk memulai dengan memastikan bahwa
catatan pendukung dikerjakan sesuai dengan buku besar.
Spesifikasi prosedur analitis dipertimbangkan berikutnya karena, ketersediaan
prosedur efektif dapat mengurangi atau menghilangkan kebutuhan pengujian rincian
yang lebih mahal. Pengujian rincian atas transaksi biasanya dilakukan berikutnya
karena dalam beberapa kasus hal tersebut akan lebih murah untuk dilakukan
daripada pengujian rincian atas saldo. Auditor kemudian harus melakukan pengujian
rincian atas saldo untuk memperoleh bukti secara langsung tentang kewajaran
penyajian saldo yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Program ini harus
menspesifikasikan persyaratan khusus yang sebelumnya tidak ada dan prosedur
untuk menentukan bahwa penyajian dan pengungkapan yang ada dalam asersi
tersebut dikupas oleh program yang sesuai dengan GAAP.

3. Program audit dalam perikatan awal


Dalam sebuah perikatan awal, spesifikasi rinci dari pengujian substantive dalam
program audit umumnya tidak sempurna. Pertimbangan khusus untuk merancang
program audit dalam perikatan awal adalah (1) menentukan ketepatan saldo akun
pada periode awal audit, dan (2) memastikan prinsip akuntansi yang digunakan
dalam periode sebelumnya sebagai dasar untuk menentukan konsistensi penerapan
prinsip semacam itu dalam periode berjalan.

4. Program audit dalam perikatan berulang


Auditor mempunyai akses ke program audit yang digunakan dalam periode
sebelumnya dan kertas kerja yang berkaitan dengan program tersebut. Program
audit untuk perikatan saat ini sering dipersiapkan sebelum auditor menyelesaikan
penelitian dan evaluasinya terhadap struktur pengendalian intern. Jika informasi yang
diperoleh dalam periode berjalan menunjukkan asumsi awal tingkat risiko dan
program yang dibuat tidak sepenuhnya sesuai, akan dilakukan modifikasi program.

2.3 PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM MERANCANG UJI SUBSTANTIF

1. Akun-akun laporan laba rugi


Secara tradisional, pengujian rincian atas saldo lebih berfokus pada asersi
laporan keuangan yang berkaitan dengan akun-akun neraca daripada akun laporan
laba rugi. Pendekatan ini efisien dan logis berkaitan dengan satu atau lebih akun-
akun neraca.:
Akun-akun Neraca Akun laporan laba rugi terkait
Piutang usaha Penjualan
Persediaan Harga Pokok Penjualan
Beban dibayar di muka Berbagai beban terkait
Investasi Pendapatan investasi
Aktiva tetap Beban penyusutan
Aktiva tak berwujud Beban amortisasi
Hutang akrual Beban bunga
Kewajiban berbunga

Jika dibandingkan dengan uji substantive atas akun neraca, pengujian laporan
laba rugi lebih condong ke prosedur analitis dan sedikit ke pengujian rincian.
a. Prosedur analitis untuk akun-akun laporan laba rugi
Jenis pengujian substantive ini dapat digunakan secara langsung atau tidak
langsung. Pengujian langsung terjadi ketika akun pendapatan atau akun beban
dibandingkan dengan data relevan lainnya untuk menentukan kewajaran saldo
tersebut. Pengujian ini tidak langsung terjadi apabila bukti mengenai saldo laporan
laba rugi diperoleh dari prosedur analitis yang dipakai untuk akun neraca yang
berhubungan.
Auditor mungkin memilih untuk menggunakan prosedur analitis sebagai
pengujian langsung atas beberapa saldo laporan laba rugi. Jika pengendalian
terhadap transaksi penyesuaian penjualan cukup andal, hanya prosedur analitis
yang dipakai untuk akun retur penjualan dan penyisihan.
b. Pengujian rincian atas akun-akun laporan laba rugi
Apabila bukti yang diperoleh dari prosedur analitis dan dari pengujian rincian
atas akun-akun neraca yang berkaitan tidak mengurangi risiko deteksi menjadi
lebih rendah. Hal ini dapat terjadi pada saat :
1) Risiko bawaan tinggi. Hal ini terjadi dalam kasus asersi-asersi yang
dipengaruhi oleh transaksi yang tidak rutin dan pertimbangan serta estimasi
manajemen.
2) Risiko pengendalian tinggi. Keadaan ini dapat terjadi ketika (1) pengendalian
intern yang berkaitan dengan transaksi rutin dan tidak rutin tidak efektif atau
(2) auditor memilih untuk tidak menguji pengendalian intern
3) Prosedur analitis menentukan adanya fluktuasi hubungan yang tidak bias dan
tidak diharapkan.
4) Akun memerlukan analisis. Analisis biasanya diperlukan untuk akun-akun
yang (a) memebutuhkan pengungkapan khusus dalam laporan laba-rugi, (b)
beisi informasi yang diperlukan dalam mempersiapkan SPT pajak dan laporan
kepada instansi yang berwenang, seperti SEC (amerika) atau Bapepam
(Indonesia), dan (c) mempunyai judul akun yang kemungkinan mengandung
kesalahan klasifikasi dan kekeliruan.

Anda mungkin juga menyukai