Abstract
Pada eksplorasi minyak dan gas bumi diperlukan suatu metode logging atau metode pemboran yang memiliki
beberapa sensor untuk mendeteksi jenis batuan di bawah permukaan kerak bumi untuk mengetahui nilai dari parameter
fisika batuan (petrofisika). Namun dalam praktisnya seperti yang ditulis di beberapa buku E Poter (1980) dan Crain
(2000), parameter struktural sering digunakan karena cepat dan mudah. Nilai-nilai petrofisika tersebut akan
diperhitungkan dengan metode deterministik untuk mendapatkan perhitungan ketebalan reservoar, dimana diberikan
perlakuan secara parameter struktural (pendekatan geologi) dan secara parameter sumuran (pendekatan nilai per sumur).
Baik parameter sturktural dan parameter sumuran secara deterministik dapat memperhitungkan nilai volume serpih,
porositas, saturasi air dan permeabilitas. Khusus untuk perhitungan saturasi air dan permeabilitas digunakan dua metode
perhitungan yang berbeda yaitu saturasi air metode Archie dan Dual Water sedangkan permeabilitas metode Coates
Free Fluid Index dan Wylie Rose. Hal ini untuk membandingkan metode perhitungan yang manakah untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimis dalam memperhitungkan ketebalan reservoar. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh bahwa, parameter sumuran dengan perhitungan saturasi air metode Dual Water dan Permeabilitas metode
Wylie Rose memiliki hasil yang paling optimis dalam memperhitungkan nilai ketebala reservoar. Untuk sumur HIPO-7
memiliki ketebalan reservoar yang paling besar sedangkan sumur HIPO-5 memiliki kualitas reservoar yang paling.
f) Porositas
terlepas dari faktor pengaruh alat pada saat PHITSK RHO RHODSK — (3)
akuisisi data. Sehingga log perlu dilakukan = SK
koreksi dan diharapkan hasil yang diperoleh dapat Keterangan : RHODSK — 1
menguraikan formasi yang berkorelasi dengan PHITSH = Porositas total serpih
kondisi alam yang sebenarnya. Setelah semua RHODSH = DryShale
nilai dimasukan, maka data per sumur harus di Density RHOSH =
start untuk mendapatkan koreksi logging yang Shale Density
lebih baik.
Pertama harus mendapatkan nilai porositas
c) Bad Hole total serpih (PHITSH) dengan crossplot dengan
Kondisi lubang bor yang mengalami mencari nilai koordinat plot sesuai core data
runtuhan ketika pemboran terjadi menjadikan lapangan “HIPO” yang menunjukan RHOMA
kualitas lubang bor tersebut buruk. Maka dari itu (matric) = 2710 dan RHODSH (dryshale) = 2780.
untuk memperhitungkan kualitas dinding lubang Kemudian dari penyesuaian titik MA dan DSH
bor diperlukan estimasi perhitungan lebar dapat diketahui titik SH yang kemudian
runtuhan yang dirumsukan sebagai berikut : digunakan dalam formulasi PHITSH pada
persamaan 3. Setelah itu untuk menghitung nilai
BadHole = DCALMAX – Drilling Bit Size (1) porositas total dan efketif dengan Metode
Bateman Konen seperti pada persamaan 4 dan
persamaan 5 sebagai berikut :
Jika nilai Bad Hole kurang dari 100 mm maka qNA– qNA–PKITCH (4)
masih dikategorikan Good Hole tapi jika nilainya 0
qSog=
t
— Vsh × qNA–qfS
qNA–qfS
melebihi 100 mm maka memang termasuk dalam 0e = 0t(1 — VSh) (5)
Bad Hole. Keterangan :
d) Coal 8t = Porositas Total
Prosedur ini diabaikan dikarenakan pada 8e = Porositas Efektif
Formasi Baturaja Lapangan “HIPO” tidak qma = Nilai densitas matriks batuan,
terdapat batubara atau coal. qlog = Nilai densitas dari pembacaan data log,
qma = Nilai densitas fluida,
e) Volume Serpih (Shale Volume atau VShale) PHITSH = Densitas serpih.
Perlakuan parameter sumuran (DETERMIN)
Untuk perlakuan parameter sumuran g) Saturasi Air
dilakukan pengambilan nilai berdasarkan defelksi Perhitungan saturasi air membutuhkan nilai
maksimum dan defleksi minimum gamma ray log Rw (resisitivitas air). Untuk itu dilakukan
yang telah terkoreksi lingkungan (lihat garis crossplot dengan garis Ro yang menyatakan
hitam). Nilai tersebut kemudian diterapkan pada prosentase keadaan parameter plot. Sebelumnya
persamaan 2 dan diimport dalam sumur tersebut. dilakukan highlight zona yang diestimasikan
Perlakuan parameter struktural sebagai zona air. Kemudian tanda tersebut akan
(DETERMINII) otomatis ditampilkan di crossplot (warna biru
Untuk perlakuan parameter struktural adalah hasil highlight). Sehingga prosentase 100%
mengambil nilai maksimum dan nilai minimum garis Ro dihimpitkan dengan titik plot berwarna
(lingkaran merah) berdasarkan cutoff gamma ray biru yang diasumsikan sebagai zona paling
log seluruh sumur dan kemudian nilai tersebut optimis dengan porositas efektif yang tinggi
dipakai ke seluruh sumur untuk dilakukan dengan memperhatikan nilai A (turtoisitas), M
perhitungan pada persamaan 2. (faktor sementasi) dan N (eksponen saturasi) yang
didapatkan dari core data.
GR–GRMA Kemudian selanjutnya menghitung nilai
VSh = GRCH– GRMA (2)
SWEIRR (irreducible water) yaitu kondisi fluida
tidak dapat bergerak kemana-mana lagi tertahan
oleh kondisi pori batuan. Nilai ini dihitung
berdasarkan hasil uji core data seperti pada persamaan 6 dan persa
maan 7.
K=
C× 0e×D (12)
SMEIRR×E
Keterangan :
LÆB(OMT×COM) K = Permeabilitas (miliDarcy)
Res = ABT (6)
8e = Porositas efektif (v/v)
CAB
0.2116×Rec K C = Konstanta Coates (kontanta = 70)
J Function ×J (7
0WT Ø SWEIRR = Irreducible water
= C0W 100 )
FFI = Free Fluid Index (FFI = 8 – BVI).
Dari persamaan 7 didapatkan nilai J Function D = Konstanta eksponensial porositas (2.25)
maka dibuat grafik antara J Function dan saturasi E = Kontanta eksponensial saturasi (1)
air (gambar 6). Dari grafik tersebut dibuatlah garis
regresi eksponen yang menutupi seluruh titik plot i) Cutoff
grafik paling bawah. Nilai persamaan regresi itu Crossplot porositas efektif dan volume serpih
merepresentasikan nilai SWEIRR dalam persen.
h) Permeabilitas
Perhitungan permeabilitas dapat dilakukan dengan
menggunakan metode, yang salah satunya
adalah metode Coates Free Fluid Index yang
dikembangkan oleh Coates tahun 1973 yang
diberikan sebagai berikut :
2
Øe C FFI SMEIRR 2
K= (11)
Gambar 8. Grafik fungsi cutoff saturasi air efektif
j) Perhitungan Ketebalan Reservoar (Pay yang benar-benar tepat. Metode tersebut adalah
Summary) Coates Free Fluid Index dan Wylie Rose.
Perhitungan ini dilakukan dengan cara Berdasarkan hasil perhitungan dari kedua metode
mengelimanasi data kuantitas log zona prospek tersebut diperoleh hasil bahwa metode Wylie
dimana data yang dimasuka adalah TVDSS Rose memiliki hasil pehitungan yang lebih
(True Vertical Depth Subsurface), VSh, 8e, optimis. Hal tersebut berlaku kepada perlakuan
SWE dan K. nilai ini tereliminasi oleh cutoff baik parameter sumuran ataupun parameter
VSh, 8e dan SWE yang dilakukan secara struktural.
interval kedalaman. Sehingga pada setiap interval Dalam penentuan zona prospek, keterkaitan
kedalaman termasuk zona prospek maka nilai parameter petrofisika sangat menentukan. Nilai
tersebut akan tidak tereleminasi dan cutoff merupakan salah satu kunci dari penentuan
terakumulasi untuk dijumlahkan total ketebalan ketebalan zona prospek dimana cutoff volume
lapisan reservoarnya. serpih, porositas dan saturasi air menjadi hal
utama. Dalam menentukan Net Res maka nilai-
Hasil dan Pembahasan nilai parameter petrofisika tersebut difilter oleh
Beberapa penyusun mineral dari batu cutoff volume serpih dan cutoff porositas efektif.
gamping terdiri dari kalsit dan serpih. Sehingga Sedangkan Net Pay merupakan Net Res yang
formasi ini sangat banyak antara sisipan serpih telah difilter oleh cutoff saturasi air efektif.
dan kalsitmya.. Dalam penelitian ini digunakan Ketebalan reservoar dari sumur di
dua macam perlakuan kuantitatif yaitu dengan Lapangan “HIPO” sangat beragam. Ketebalan
menggunakan parameter sumuran dan parameter yang paling besar dimiliki oleh sumur HIPO-7
struktural. Masing-masing menghitung properties dan paling kecil dimiliki oleh sumur HIPO-5.
batuan baik menggunakan parameter sumuran ketebalan reservoar bukan berarti patokan utama,
maupun parameter struktural. dikarenakan masih ada beberapa parameter
Parameter sumuran memiliki repons yang petrofisika yang menjadi pertimbangan dalam
baik terhadap perhitungan data petrofisika jika menentukan kualitas reservoar yang baik. Yaitu
dibandingkan dengan parameter struktural yang dengan memilih nilai volume serpih yang
mengambil nlai nilai gamma ray log tertinggi dan minimum, nilai porositas efektif yang tinggi, nilai
terendah diantara keseluruhan sumur. Sehingga saturasi air yang medium dan nilai permeabilitas
hasil yang diperoleh kurang sensitif. Untuk yang tinggi. Sumur HIPO-11 merupakan salah
mendapatkan hasil yang optimis memang satu contoh sumur dengan kualitas reservoar
direkomendasikan untuk menggunakan parameter paling baik diantara semua sumur lainnya.
sumuran.
Metode yang digunakan untuk perhitungan Simpulan
saturasi air adalah Archie dan Dual Water. Secara
kualitatif metode tersebut memiliki fungsi Reservoar hidrokarbon berjenis
tersendiri dalam mengevaluasi formasi . metode batugamping. perhitungan saturasi air metode
Archie tepat digunakan untuk pada formasi yang Dual Water dan permebilitas Wylie Rose
mayoritas diisi oleh batupasir, sedangkan metode memiliki hasil yang lebih optimis dari perhitungan
Dual Water tepat digunakan pada formasi yang saturasi air metode Archie dan permeabilitas
diisi oleh sisipan serpih seperti shallysand pada Coate Free Fluid Index. Hal ini dikarenakan
batuan sedimen klastik atau pada batugamping metode tersebut cocok digunakan pada formasi
jenis weckestone dengan kandungan semen yang dengan litologi penyusun serpih yang banyak.
lebih banyak dari pada packestone dan grainstone. sumur HIPO-5 memiliki ketebalan Net Pay paling
Hal ini juga diperlihatkan pada perhitungan per kecil sedangkan sumur HIPO-7 memiliki
meabilitas dimana digunakan dua metode ketebalan Net Pay paling besar.
yang berbeda untuk memperoleh perhitungan
Daftar Pustaka
[1] Arpandi D., dan Padmosukismo, S. 1975. The Cibulakan Formation as One of The Mos Prospective
Stratigraphic Units in The North West Java Basinal Area, IPA Proceeding, 4th Annual Convention,
Jakarta.
[2] Bateman, R. M., and C. E. Konen, 1977, The log analyst and the programmable pocket calculator: The
Log Analyst, v. 18, p. 3–11.
[3] Crain E.R, Crain’s Petrophysical Handbook, (Tulsa: Panwell Book, 2000)
[4] Poter. E, Sedimentology of Shale, (Springer-Verlag, inc, NYC, 1980)