Anda di halaman 1dari 1

AMANDEMEN KELIMA UUD 1945

PRO

Menurut Venter, konsep Konstitusi itu sendiri sifatnya dinamis. John P. Wheeler, Jr., terang
terangan berpendapat bahwa perubahan konstitusi adalah suatu keniscayaan. Romano Prodi bahkan
mengatakan “konstitusi yang tidak bisa dibah adalah konstitusi yg lemah, karena ia tiidak bisa
beradaptasi dengan realitas, padahal sebuah konstitusi harus bisa diadaptasikan dengan realitas
yang terus berubah”. Bahkan menurut Brannon P Denning, sebuah mekanisme amandemen
konstitusi sangat diperlukan untuk menjamin bahwa generasi yg akan datang punya alat untuk
secara efektif menjalankan kekuasaan kekuasaan mereka untuk memerintah.

Dalam khasanah pustaka, kita bisa gunakan K.C Wheare tentang muatan konstitusi bahwa
dalam negara kesatuan yang pada asasnya hanya tiga masalah pokok :
Pertama, struktur umum negara
Kedua, hubungan dalam garis besar antara kekuasaan tersebut
Ketiga, hubungan antara kekuasaan dengan rakat atau warganegara

UUD 1945, adalah seperangkat ketentuan yg mengatur hubungan kekuasaan dalam negara
yg tersusun dalam suatu sistem, yakni satu susunan ketentuan ketentuan yang teratur yang
membentuk suatu kesatuan.

MPR Periode 1999-2002, yang dalam waktu empat tahun telah melakukan 4 kali
amandemen UUD 1945, namun perubahan tersebut tidak tertata dalam satu rangkaian ketentuan
hukum yg mewujudkan satu sistem. Perubahan tersebut merupakan perubahan tambal sulam sesuai
dengan kebutuhan sesaat waktu itu.

Jika dicermati, terdapat 3 problematika yg dimiliki oleh UUD 1945 setelah amandemen,
yakni :

Pasal 24 c penyelesaian sengketa antar lembaga negara yg tidak di bentuk oleh uud

18 ayat 1 tambahkan desa

Menambahkan kewenangan ombudsman

Sistem presidensil indonesia belum kuat, adanya hak interpelasi dalam pasal 20 ayat 2

Menambahkan arah pembangunan di dalam konstitusi

Anda mungkin juga menyukai