DOSEN PEMBIMBING :
NS. AHMAD FAUZI.,S.KEP.,M.KEP
OLEH :
Lesty Herlina Natalia
NIM : 200511048
Aqueous
humor adalah cairan
jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan mengisi bilik mata anterior dan
posterior. Aqueous humor mengalir dari korpus siliaris melewati bilik mata
posterior dan anterior menuju sudut kamera okuli anterior. Aqueous humor
diekskresikan oleh trabecular meshwork (Simmons et al, 2007).
Prosesus siliaris, terletak pada pars plicata adalah struktur utama korpus
siliaris yang membentuk aqueous humor (Solomon, 2002). Prosesus siliaris
memiliki dua lapis epitelium, yaitu lapisan berpigmen dan tidak berpigmen.
Lapisan dalam epitel yang tidak berpigmen diduga berfungsi sebagai tempat
produksi aqueous humor (Simmons et al, 2007). Sudut kamera okuli anterior,
yang dibentuk oleh pertautan antara kornea perifer dan pangkal iris, merupakan
komponen penting dalam proses pengaliran aqueous humor.
Struktur ini terdiri dari Schwalbe’s line, trabecular meshwork dan scleral spur
(Riordan-Eva, 2009). Trabecular meshwork merupakan jaringan anyaman yang
tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik (Riordan-Eva,
2009). Trabecular meshwork disusun atas tiga bagian, yaitu uvea meshwork
(bagian paling dalam), corneoscleral meshwork (lapisan terbesar) dan
juxtacanalicular/ endothelial meshwork (lapisan paling atas). Juxtacanalicular
meshwork adalah struktur yang berhubungan dengan bagian dalam kanalis
Schlemm (Cibis et al, 2007).
Kanalis Schlemm merupakan lapisan endotelium tidak berpori dan lapisan
tipis jaringan ikat. Pada bagian dalam dinding kanalis terdapat vakuola-vakuola
berukuran besar, yang diduga bertanggung jawab terhadap pembentukan gradient
tekanan intraokuli (Cibis et al, 2007).
Aqueous humor akan dialirkan dari kanalis Schlemm ke vena episklera untuk
selanjutnya dialirkan ke vena siliaris anterior dan vena opthalmikus superior.
Selain itu, aqueous humor juga akan dialirkan ke vena konjungtival, kemudian ke
vena palpebralis dan vena angularis yang akhirnya menuju ke vena ophtalmikus
superior atau vena fasialis. Pada akhirnya, aqueous humor akan bermuara ke sinus
kavernosus (Solomon, 2002).
2. Fisiologi
Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor aquos
dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor aquos merupakan cairan
jernih yang mengisi kamera okuli anterior dan posterior. Volume humor aquos
sekitar 250 μL, dan kecepatan pembentukannya 2,5 μL/menit. Komposisi humor
aquos hampir sama dengan komposisi plasma, yaitu mengandung askorbat,
piruvat, laktat, protein, dan glukosa.
Komponen
Plasma Humor Aquos
mmol/KgH2O
Na 146 163
Cl 109 134
HCO3 28 20
Askorbat 0,04 1,06
Glukosa 6 3
Humor aquos merupakan media refrakta jadi harus jernih. Sistem pengeluaran
humor aquos terbagi menjadi 2 jalur, yaitu sebagian besar melalui sistem vena dan
sebagian kecil melalui otot ciliaris.
Pada sistem vena, humor aquos diproduksi oleh prosesus ciliaris masuk
melewatikamera okuli posterior menuju kamera okuli anterior melalui pupil.
Setelahmelewati kamera okuli anterior cairan humor aquos menuju trabekula
meshwork ke angulus iridokornealis dan menuju kanalis Schlemm yang akhirnya
masuk ke sistem vena. Aliran humor aquos akan melewati jaringan trabekulum
sekitar 90 %. Sedangkan sebagian kecil humor aquos keluar dari mata melalui
otot siliaris menuju ruang suprakoroid untuk selanjutnya keluar melalui sklera
atau saraf maupun pembuluh darah. Jalur ini disebut juga jalur uveosklera (10-
15%).
B. Definisi
Glaukoma adalah sekelompok penyakit yang memiliki karakteristik berupa
kerusakan saraf/ optic neuropathy dan berkurangnya/ terjadi penyempitan luas
lapangan pandang serta biasanya disertai adanya peningkatan tekanan intraokuli
(Salmon, 2009).
Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu
karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan hilangnya lapang
pandang. Walaupun kenaikan tekanan intra okuli adalah salah satu dari
faktorrisiko primer, ada atau tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit
(Skuta, 2010).
C. Klasifikasi
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma sudut terbuka primer terdapat kecenderungan familial yang kuat.
Gambaran patologi utama berupa proses degeneratif trabekular meshwork
sehingga dapat mengakibatkan penurunan drainase humor aquos yang
menyebabkan peningkatan takanan intraokuler. Pada 99% penderita glaukoma
primer sudut terbuka terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada sistem
trabekulum dan kanalis schlemm.
Gambar. Aliran
humor aquos glaukoma sudut terbuka
2. Glaukoma Sekunder
Peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sekunder merupakan
manifestasi dari penyakit lain dapat berupa peradangan, trauma bola mata dan
paling sering disebabkan oleh uveitis.
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang timbul akibat adanya
penyakit mata yang mendahuluinya. Beberapa jenis glaukoma sekunder antara
lain glaukoma pigmentasi, pseudoeksfoliasi, dislokasi lensa, intumesensi lensa,
akolitik, uveitis, melanoma traktus uvealis, neovaskular, steroid, trauma dan
peningkatan tekanan episklera (Salmon, 2009).
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat
gangguan perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital
seringkali diturunkan. Pada glaukoma kongenital sering dijumpai adanya epifora
dapat juga berupa fotofobia serta peningkatan tekanan intraokuler. Glaukoma
kongenital terbagi atas glaukoma kongenital primer (kelainan pada sudut kamera
okuli anterior), anomali perkembangan segmen anterior, dan kelainan lain (dapat
berupa aniridia, sindrom Lowe, sindom Sturge-Weber dan rubela kongenital).
D. Etiologi
Glaukoma terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara proses
produksidan ekskresi/ aliran keluar aqueous humor. Beberapa faktor resiko yang
dapat memicu terjadinya glaukoma adalah tekanan darah yang tinggi, diabetes
melitus, miopia, pertambahan usia dan pascabedah (Simmons et al, 2007-2008).
Penyebab dari glaucoma menurut Ilyas (2004) adalah sebagai berikut :
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut ilik mata/dicelah
pupil.
F. Patofisiologi
Sekunder DM, Hipertensi
Primer
Terganggunya
Obstruksi aliran humor drainase aqueous Kerusakan struktur mata
aqueous humor Glaukoma
Gangguan aliran drainase
TIO aqueous humor
Bola mata menonjol keluar Tekanan pembuluh darah di retina Kerusakan retina Dehidrasi dipermukaan
endotel kornea
Dx. Gg. Citra Dx. Nyeri Vasokontriksi Suplai O2 ke gg. fungsi penglihatan,
tubuh akut pemb. darah penurunan lapang
mata
pandang, fotophobia
Iskemik jaringan
gg. persepsi sensori Edema kornea
visual
Risiko neuropati Dx. Defisit pengetahuan
(kebutaan)
Pandangan Penglihatan halo
buram
Dx. Resiko jatuh
H. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Kowalak (2012), beberapa pemeriksaan diagnostic yang dapat
membantu dalam penegakan diagnose penyakit glaucoma antaralain :
1. Oftalmoskopi adalah untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu retina,
diskus optikus macula dan pembuluh darah retina.
2. Tonometri adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler,nilai yang
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmHG dan dianggap patilogi
bila melebihi 25 mmHG.
3. Perimetri adalah kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandang
dapat diperiksa dengan testkonprotasi.
4. Pemeriksaan ultrasonoterapi adalah gelombang suara yang dapat digunakan
untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
I. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan
intraokular serta meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek
samping yang minimal. Menurut Smeltzer dan Bare (2001) penanganan galukoma
meliputi:
1. Penatalaksanaan Medis Glaukoma Primer
a) Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol,
levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan mengurangi
pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.
b) Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka
saluran yang tersumbat.
c) Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan
carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi
pembentukan cairan).
d) Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan
menghentikan serangan glaukoma.
e) Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide).
f) Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan
manitol intravena (melalui pembuluh darah).
b. Terapi Pembedahan
1) Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan
untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari
trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu
pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan
keluar dari mata. Untk jalan-jalan kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil
diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah
penutup bening diatas putih mata. Filtering bleb adalah suatu area yang
timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas mata dibawah kelopak
atas. Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk meninggalkan
mata, masuk ke bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah
kapiler (capillary blood circulation) dengan demikian menurunkan tekanan
mata. Trabeculectomy adalah operasi glaukoma yang paling umum
dilaksanakan. Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif menurunkan
tekanan mata.
2. Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan
untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu
potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu
membran yang tipis dari jaringan melaluinya cairan aqueous dapat dengan
lebih mudah mengalir. Ketika dia lebih tidak invasiv
dibanding trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga bertendensi
lebih tidak efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain dari
sistim pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali
efektif, komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah
mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang
dengan cara lain tidak dapat dikontrol.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien sebelum masuk
ke rumah sakit. Pada klien dengan glaukoma biasanya didapatkan keluhan utama
bervariasi, mulai pusing, sakit kepala dan mata kabur.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami penurunan penglihatan
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien kemungkinan mempunyai riwayat penyakit seperti diabtes
melittus penggunaan obat-obat golongan kartistreoid
4) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
yang sama dengan klien yaitu katarak atau glaukomamaupun penyakit diabetes
melitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit
gagal ginjal kronik.
e. Pola Eliminasi
1) Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
2) Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
3) Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
4) Bagaimana nafsu makan klien
5) Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan
nafsu makan
f. Pola Aktifitas / Latihan
Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan terganggu dan biasana
membutuhkan pertolongan atau bantuan oranglain. Biasanya klien juga kesulitan
menentukan kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahankan fungsi
peran dalam keluarga.
2) Role/peran
Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang diderita
3) Identity/identitas diri
Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu
menerima perubahan, merasa kurang memiliki potensi.
4) Self esteem/harga diri
Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri, mengecilkan
diri, keluhan fisik.
5) Self ideal/ideal diri
Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak
memiliki kemampuan, tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya.
n. Pola Kognitif-Persepsi
1) Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman.
Persepsi nyeri, bahasa dan memori
2) Status mental
3) Bicara : apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup
4) Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan
interaksi
5) Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
6) Pendengaran : DBN / tidak
7) Peglihatan : DBN / tidak
8) Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
9) Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi
nyeri saat nyeri terjadi
10) Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
11) Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan.
Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.
o. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlilhat sakit berat.
b) Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia di mana dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat.
c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi.
2) Kepala
a) Rambut; biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit kepala,
kuku rapuh dan tipis
b) Wajah; biasanya klien berwajah pucat
c) Mata; biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva anemis,
dan sklera tidak ikterik.
d) Hidung; biasanya tidak ada pembengkakan polip dan klien bernapas pendek
dan kusmaul.
e) Bibir; biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdarahan
gusi, dan napas berbau.
f) Gigi; biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
g) Lidah; biasanya tidak terjadi perdarahan
4) Dada / Thorak
a) Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kussmaul
(cepat/dalam)
b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi : Biasanya Sonor
d) Auskultasi : Biasanya vesicular
5) Jantung
a) Inspeksi; Biasanya ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi; Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea
c) Perkusi; Biasanya ada nyeri
d) Auskultasi; Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
6) Perut / Abdomen
a) Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan,
klien tampak mual dan muntah
b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35 kali/menit
c) Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang
d) Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA NIC NOC (2015), diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada kasus Glaukoma yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIO
2. Risiko cedera berhubungan dengan ganguan presepsi sensorik visual
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Keterbatasan Kognitif
4. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan sesuai teori NANDA-NIC-NOC (2015)
Diagnosa NOC NIC
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi,
peningkatan TIO tindakan keperawatan karakteristik, dan skala nyeri
selama 1x24 jam (0-10)
diharapkan skala nyeri 2. Ajarkan penggunaan tehnik
dapat berkurang menjadi relaksasi contohnya tekhnik
2 dari skala 1-5 dengan relaksasi pernafasan (Benson)
kriteria hasil: terhadap intensitas nyeri pada
- Klien mampu penderita Glaukoma
mengontrol nyeri 3. Kurangi tingkat pencahayaan.
dengan menggunakan Seperti cahaya lampu
tehnik non-farmakologi diredupakan atau diberi kain /
- Klien mampu tirai
mengenali skala nyeri 4. Kolaborasi pemberian tetes
- TTV dalam rentang mata Beta blocker (misalnya
normal : timolol, betaxolol, carteolol,
TD: 120/80 mmHg levobunolol atau metipranolol)
HR:60-100 x/menit
RR: 16-24 x.menit
S : 36,5-37,5o C
- Mengucapkan
peningkatan rasa
nyaman
Cibis, G.H., Beaver, H.A., Jhons, K., Kaushal, S., Tsai, J.C., and Beretska, J.S., 2007.
Trabecular Meshwork. In: Tanaka, S., ed. Fundamentals and Principles of
Ophthalmology. Singapore: American Academy of Ophthalmology, 54-59.
Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Kowalak, Jennifer P, Brena Mayer dan William Wels. 2012. Professinal Guide to
Pathophysiology. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Riordan-Eva, P., Whitcher, J.P. 2009. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury
Edisi 17. Jakarta : EGC
Salmon, JF. 2009. Glaukoma In : Vaughan & Asbury : Oftalmologi Umum Edisi
17. Jakarta : EGC
Skuta, GL. 2010. Basic and Clinical Science Course Glaukoma. San Francisco :
American Academy Ophthalmology
Simmons, S.T., et al, 2007. Intraocular Pressure and Aqueous Humor Dynamics.
In: Tanaka, S., ed. Glaucoma. Singapore: American Academy of
Ophthalmology, 17-29.