Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS


STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DOSEN PEMBIMBING :
NS. AHMAD FAUZI.,S.KEP.,M.KEP

OLEH :
Lesty Herlina Natalia
NIM : 200511048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA
JAKARTA 2021
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi

Aqueous
humor adalah cairan
jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan mengisi bilik mata anterior dan
posterior. Aqueous humor mengalir dari korpus siliaris melewati bilik mata
posterior dan anterior menuju sudut kamera okuli anterior. Aqueous humor
diekskresikan oleh trabecular meshwork (Simmons et al, 2007).
Prosesus siliaris, terletak pada pars plicata adalah struktur utama korpus
siliaris yang membentuk aqueous humor (Solomon, 2002). Prosesus siliaris
memiliki dua lapis epitelium, yaitu lapisan berpigmen dan tidak berpigmen.
Lapisan dalam epitel yang tidak berpigmen diduga berfungsi sebagai tempat
produksi aqueous humor (Simmons et al, 2007). Sudut kamera okuli anterior,
yang dibentuk oleh pertautan antara kornea perifer dan pangkal iris, merupakan
komponen penting dalam proses pengaliran aqueous humor.
Struktur ini terdiri dari Schwalbe’s line, trabecular meshwork dan scleral spur
(Riordan-Eva, 2009). Trabecular meshwork merupakan jaringan anyaman yang
tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik (Riordan-Eva,
2009). Trabecular meshwork disusun atas tiga bagian, yaitu uvea meshwork
(bagian paling dalam), corneoscleral meshwork (lapisan terbesar) dan
juxtacanalicular/ endothelial meshwork (lapisan paling atas). Juxtacanalicular
meshwork adalah struktur yang berhubungan dengan bagian dalam kanalis
Schlemm (Cibis et al, 2007).
Kanalis Schlemm merupakan lapisan endotelium tidak berpori dan lapisan
tipis jaringan ikat. Pada bagian dalam dinding kanalis terdapat vakuola-vakuola
berukuran besar, yang diduga bertanggung jawab terhadap pembentukan gradient
tekanan intraokuli (Cibis et al, 2007).
Aqueous humor akan dialirkan dari kanalis Schlemm ke vena episklera untuk
selanjutnya dialirkan ke vena siliaris anterior dan vena opthalmikus superior.
Selain itu, aqueous humor juga akan dialirkan ke vena konjungtival, kemudian ke
vena palpebralis dan vena angularis yang akhirnya menuju ke vena ophtalmikus
superior atau vena fasialis. Pada akhirnya, aqueous humor akan bermuara ke sinus
kavernosus (Solomon, 2002).

2. Fisiologi
Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor aquos
dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor aquos merupakan cairan
jernih yang mengisi kamera okuli anterior dan posterior. Volume humor aquos
sekitar 250 μL, dan kecepatan pembentukannya 2,5 μL/menit. Komposisi humor
aquos hampir sama dengan komposisi plasma, yaitu mengandung askorbat,
piruvat, laktat, protein, dan glukosa.
Komponen
Plasma Humor Aquos
mmol/KgH2O
Na 146 163
Cl 109 134
HCO3 28 20
Askorbat 0,04 1,06
Glukosa 6 3

Humor aquos merupakan media refrakta jadi harus jernih. Sistem pengeluaran
humor aquos terbagi menjadi 2 jalur, yaitu sebagian besar melalui sistem vena dan
sebagian kecil melalui otot ciliaris.
Pada sistem vena, humor aquos diproduksi oleh prosesus ciliaris masuk
melewatikamera okuli posterior menuju kamera okuli anterior melalui pupil.
Setelahmelewati kamera okuli anterior cairan humor aquos menuju trabekula
meshwork ke angulus iridokornealis dan menuju kanalis Schlemm yang akhirnya
masuk ke sistem vena. Aliran humor aquos akan melewati jaringan trabekulum
sekitar 90 %. Sedangkan sebagian kecil humor aquos keluar dari mata melalui
otot siliaris menuju ruang suprakoroid untuk selanjutnya keluar melalui sklera
atau saraf maupun pembuluh darah. Jalur ini disebut juga jalur uveosklera (10-
15%).

B. Definisi
Glaukoma adalah sekelompok penyakit yang memiliki karakteristik berupa
kerusakan saraf/ optic neuropathy dan berkurangnya/ terjadi penyempitan luas
lapangan pandang serta biasanya disertai adanya peningkatan tekanan intraokuli
(Salmon, 2009).
Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu
karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan hilangnya lapang
pandang. Walaupun kenaikan tekanan intra okuli adalah salah satu dari
faktorrisiko primer, ada atau tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit
(Skuta, 2010).

C. Klasifikasi
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma sudut terbuka primer terdapat kecenderungan familial yang kuat.
Gambaran patologi utama berupa proses degeneratif trabekular meshwork
sehingga dapat mengakibatkan penurunan drainase humor aquos yang
menyebabkan peningkatan takanan intraokuler. Pada 99% penderita glaukoma
primer sudut terbuka terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada sistem
trabekulum dan kanalis schlemm.

Gambar. Aliran
humor aquos glaukoma sudut terbuka

b. Glaukoma Sudut Tertutup Primer


Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi
anatomis tanpa ada kelainan lainnya. Adanya peningkatan tekanan intraokuler
karena sumbatan aliran keluar humor aquos akibat oklusi trabekular meshwork
oleh iris perifer.

Gambar. Glaukoma sudut


tertutup

2. Glaukoma Sekunder
Peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sekunder merupakan
manifestasi dari penyakit lain dapat berupa peradangan, trauma bola mata dan
paling sering disebabkan oleh uveitis.
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang timbul akibat adanya
penyakit mata yang mendahuluinya. Beberapa jenis glaukoma sekunder antara
lain glaukoma pigmentasi, pseudoeksfoliasi, dislokasi lensa, intumesensi lensa,
akolitik, uveitis, melanoma traktus uvealis, neovaskular, steroid, trauma dan
peningkatan tekanan episklera (Salmon, 2009).

3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat
gangguan perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital
seringkali diturunkan. Pada glaukoma kongenital sering dijumpai adanya epifora
dapat juga berupa fotofobia serta peningkatan tekanan intraokuler. Glaukoma
kongenital terbagi atas glaukoma kongenital primer (kelainan pada sudut kamera
okuli anterior), anomali perkembangan segmen anterior, dan kelainan lain (dapat
berupa aniridia, sindrom Lowe, sindom Sturge-Weber dan rubela kongenital).
D. Etiologi
Glaukoma terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara proses
produksidan ekskresi/ aliran keluar aqueous humor. Beberapa faktor resiko yang
dapat memicu terjadinya glaukoma adalah tekanan darah yang tinggi, diabetes
melitus, miopia, pertambahan usia dan pascabedah (Simmons et al, 2007-2008).
Penyebab dari glaucoma menurut Ilyas (2004) adalah sebagai berikut :
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut ilik mata/dicelah
pupil.

E. Tanda dan Gejala


1. Glaucoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya asimtomatik
sampai onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak pandang termasuk
kontriksi jarak pandang peripheral general, skotomas terisolasi atau bintik
buta, penurunan sensitivitas kontras, penuruna akuitas, perifetal, dan
perbahan penglihatan warna.
2. Pada glaucoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami symptom
prodromal intermittent (seperti padangan kabur dengan halos sekitar cahaya
dan biasanya sakit kepala). Nyeri okuler mungkin disebabkan oleh
peningkatan TIO cepat, inflamasi, atau akibat efek samping yang ditimbulkan
oleh obat.
3. Tahap akut memiliki gejala berhubungan dengan kornea berawan, edematous,
nyeri pada ocular, mual muntah, dan nyeri abdominal dan diaphoresis.

F. Patofisiologi
Sekunder DM, Hipertensi
Primer

Penyakit mata Vasokontriksi Penebalan pembuluh darah


Bertambah usia Kongenital
(trauma, uveilitis)
Aterosklerosis
Proses degeneratif Perubahan anatomis
(iris terlalu depan) Obstruksi aliran
Kerusakan pembuluh darah mata
drainase humor
aqueous
Sklerosa badan silier & Obstruksi pada kanal Aliran darah ke mata
jaringan trabekel, schlemm
miopi yang progresif
Sel kekurangan nutrisi

Terganggunya
Obstruksi aliran humor drainase aqueous Kerusakan struktur mata
aqueous humor Glaukoma
Gangguan aliran drainase
TIO aqueous humor

Bola mata menonjol keluar Tekanan pembuluh darah di retina Kerusakan retina Dehidrasi dipermukaan
endotel kornea

Dx. Gg. Citra Dx. Nyeri Vasokontriksi Suplai O2 ke gg. fungsi penglihatan,
tubuh akut pemb. darah penurunan lapang
mata
pandang, fotophobia

Iskemik jaringan
gg. persepsi sensori Edema kornea
visual
Risiko neuropati Dx. Defisit pengetahuan
(kebutaan)
Pandangan Penglihatan halo
buram
Dx. Resiko jatuh

Dx. Risiko cidera


G. Komplikasi
Menurut Kowalak (2012) menjelaskan bahwa beberapa komplikasi yang bisa
terjadi pada penyakit glaucoma, antaralain :
1. Sinekia Anterior Perifer : Iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan
menghambat aliran humour aqueus.
2. Katarak : Lensa kadang-kadang membengkak, dan bisa terjadi katarak. Lensa
yang membengkak mendorong iris lebih jauh ke depan yang akan menambah
hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut.
3. Atrofi retina dan saraf optik : Daya tahan unsur-unsur saraf mata terhadap
tekanan intraokular yang tinggi adalah buruk. Terjadi gaung glaukoma pada
papil optik dan atrofi retina, terutama pada lapisan sel-sel ganglion.
4. Glaukoma absolut : Tahap akhir glaukoma sudut tertutup yang tidak
terkendali adalah glaukoma absolut. Mata terasa seperti batu, buta dan sering
terasa sangat sakit. Keadaan semacam ini memerlukan enukleasi atau
suntikan alkohol retrobulbar.

H. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Kowalak (2012), beberapa pemeriksaan diagnostic yang dapat
membantu dalam penegakan diagnose penyakit glaucoma antaralain :
1. Oftalmoskopi adalah untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu retina,
diskus optikus macula dan pembuluh darah retina.
2. Tonometri adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler,nilai yang
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmHG dan dianggap patilogi
bila melebihi 25 mmHG.
3. Perimetri adalah kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandang
dapat diperiksa dengan testkonprotasi.
4. Pemeriksaan ultrasonoterapi adalah gelombang suara yang dapat digunakan
untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
I. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan
intraokular serta meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek
samping yang minimal. Menurut Smeltzer dan Bare (2001) penanganan galukoma
meliputi:
1. Penatalaksanaan Medis Glaukoma Primer
a) Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol,
levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan mengurangi
pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.
b) Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka
saluran yang tersumbat.
c) Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan
carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi
pembentukan cairan).
d) Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan
menghentikan serangan glaukoma.
e) Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide).
f) Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan
manitol intravena (melalui pembuluh darah).

2. Penatalaksanaan Medis Glaukoma sekunder


Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Jika
penyebabnya adalah peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk
melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan.
Glaukoma kongenitalis. Untuk mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu
dilakukan pembedahan. Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan
peningkatan TIO menetap, maka terapi laser dan pembedahan merupakan
alternatif.
a. Terapi Laser
1) Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang
berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata
dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles).
2) Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada
mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplasty
tidak menyembuhkan glaukoma, namun sering dilakukan daripada
meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa
kasus-kasus, dia digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama
untuk open-angleglaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak
sakit, dan relatif aman untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata
yang dibius dengan obat-obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui
lens kontak yang berkaca pada sudut mata (angle of the
eye). Microscopic laser yang membakar sudut mengizinkan cairan keluar
lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran.
3) Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary
ataucyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang
umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang
parah dari glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini
melibatkan pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang membuat
cairan aqueous (ciliary body). Pembakaran laser ini menghancurkan sel-sel
yang membuat cairan, dengan demikian mengurangi tekanan mata.

b. Terapi Pembedahan
1) Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan
untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari
trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu
pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan
keluar dari mata. Untk jalan-jalan kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil
diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah
penutup bening diatas putih mata. Filtering bleb adalah suatu area yang
timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas mata dibawah kelopak
atas. Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk meninggalkan
mata, masuk ke bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah
kapiler (capillary blood circulation) dengan demikian menurunkan tekanan
mata. Trabeculectomy adalah operasi glaukoma yang paling umum
dilaksanakan. Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif menurunkan
tekanan mata.
2. Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan
untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu
potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu
membran yang tipis dari jaringan melaluinya cairan aqueous dapat dengan
lebih mudah mengalir. Ketika dia lebih tidak invasiv
dibanding trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga bertendensi
lebih tidak efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain dari
sistim pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali
efektif, komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah
mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang
dengan cara lain tidak dapat dikontrol.

J. Asuhan Keperawatan pada Kasus Glaukoma


1. Pengakajian
a. Identitas Pasien
Terdiri dari Nama, No. Medrek, umur (lebih banyak terjadi pada usia 30-60
tahun), Agama, Jenis Kelamin (Pria lebih berisiko daripada wanita), Pekerjaan,
Status perkawinan, Alamat, Tanggal Masuk, Yang mengirim, Cara masuk rs dan
diagnosa medis; Nama Identitas Penanggung Jawab meliputi : Nama, Umur,
Hubungan dengan pasien, Pekerjaan dan Alamat.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama 
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien sebelum masuk
ke rumah sakit. Pada klien dengan glaukoma biasanya didapatkan keluhan utama
bervariasi, mulai pusing, sakit kepala dan mata kabur.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang 
Biasanya klien mengalami penurunan penglihatan

3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien kemungkinan mempunyai riwayat penyakit seperti diabtes
melittus penggunaan obat-obat golongan kartistreoid

4) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
yang sama dengan klien yaitu katarak atau glaukomamaupun penyakit diabetes
melitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit
gagal ginjal kronik.

c. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan


1) Persepsi terhadap penyakit
Biasanya persepsi klien dengan penyakit glaukoma mengalami kecemasan
yang tinggi. Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok, alkohol dan obat-
obatan dalam kesehariannya.

d. Pola Nutrisi / Metabolisme


1) Pola Makan
Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat bada
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
2) Pola Minum
Biasanya klien minum dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak sedap
pada mulut (pernapasan ammonia).

e. Pola Eliminasi
1) Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
2) Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
3) Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
4) Bagaimana nafsu makan klien
5) Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan
nafsu makan
f. Pola Aktifitas / Latihan
Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan terganggu dan biasana
membutuhkan pertolongan atau bantuan oranglain. Biasanya klien juga kesulitan
menentukan kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahankan fungsi
peran dalam keluarga.

g. Pola Istirahat dan Tidur


Biasanya klien mengalami gangguan tidur, gelisah karena adanya nyeri
panggul, sakit kepala, dan kram otot atau kaki (memburuk pada malam hari).

h. Pola Kognitif dan Persepsi


Biasanya tingkat ansietas pasien yang mengalami penyakit glaukoma ini pada
ansietas sedang sampai berat.

i. Pola Peran Hubungan


Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari karena
waktu perawatan yang cukup lama.

j. Pola Seksualitas dan Reproduksi


Biasanya terdapat masalah seksual berhubungan dengan penyakit yang
diderita.

k. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri


1) Body image/gambaran diri
Biasanya mengalami perubahan fisik, fungsi alat tubuh terganggu, keluhan
dengan kondisi tubuh, pernah operasi, kegagalan fungsi tubuh, prosedur
pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh.

2) Role/peran
Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang diderita

3) Identity/identitas diri
Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu
menerima perubahan, merasa kurang memiliki potensi.

4) Self esteem/harga diri
Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri, mengecilkan
diri, keluhan fisik.

5) Self ideal/ideal diri
Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak
memiliki kemampuan, tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya.

l. Pola Koping dan Toleransi Stres


Biasanya klien mengalami faktor stres; contoh finansial, hubungan dan
sebabnya, perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan,
menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian dan
perilaku serta perubahan proses kognitif.

m. Pola Nilai Keyakinan


Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.

n. Pola Kognitif-Persepsi
1) Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman.
Persepsi nyeri, bahasa dan memori
2) Status mental
3) Bicara : apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup
4) Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan
interaksi
5) Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
6) Pendengaran : DBN / tidak
7) Peglihatan : DBN / tidak
8) Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
9) Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi
nyeri saat nyeri terjadi
10) Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
11) Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan.
Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.
o. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlilhat sakit berat.
b) Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia di mana dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat.
c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi.

2) Kepala 
a) Rambut; biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit kepala,
kuku rapuh dan tipis
b) Wajah; biasanya klien berwajah pucat
c) Mata; biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva anemis,
dan sklera tidak ikterik.
d) Hidung; biasanya tidak ada pembengkakan polip dan klien bernapas pendek
dan kusmaul.
e) Bibir; biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdarahan
gusi, dan napas berbau.
f) Gigi; biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
g) Lidah; biasanya tidak terjadi perdarahan

3) Leher;  biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar getah


bening

4) Dada / Thorak
a) Inspeksi  : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kussmaul
(cepat/dalam)
b) Palpasi    : Biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi   : Biasanya Sonor
d) Auskultasi  : Biasanya vesicular

5) Jantung
a) Inspeksi; Biasanya ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi; Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea 
c) Perkusi; Biasanya ada nyeri 
d) Auskultasi; Biasanya terdapat irama jantung yang cepat

6) Perut / Abdomen
a) Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan,
klien tampak mual dan muntah
b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35 kali/menit
c) Palpasi  : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang
d) Perkusi  : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA NIC NOC (2015), diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada kasus Glaukoma yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIO
2. Risiko cedera berhubungan dengan ganguan presepsi sensorik visual
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Keterbatasan Kognitif
4. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan sesuai teori NANDA-NIC-NOC (2015)
Diagnosa NOC NIC
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi,
peningkatan TIO tindakan keperawatan karakteristik, dan skala nyeri
selama 1x24 jam (0-10)
diharapkan skala nyeri 2. Ajarkan penggunaan tehnik
dapat berkurang menjadi relaksasi contohnya tekhnik
2 dari skala 1-5 dengan relaksasi pernafasan (Benson)
kriteria hasil: terhadap intensitas nyeri pada
- Klien mampu penderita Glaukoma
mengontrol nyeri 3. Kurangi tingkat pencahayaan.
dengan menggunakan Seperti cahaya lampu
tehnik non-farmakologi diredupakan atau diberi kain /
- Klien mampu tirai
mengenali skala nyeri 4. Kolaborasi pemberian tetes
- TTV dalam rentang mata Beta blocker (misalnya
normal : timolol, betaxolol, carteolol,
TD: 120/80 mmHg levobunolol atau metipranolol)
HR:60-100 x/menit
RR: 16-24 x.menit
S : 36,5-37,5o C
- Mengucapkan
peningkatan rasa
nyaman

Risiko cedera b.d Setelah dilakukan 1. Bantu klien ketika mampu


gangguan persepsi tindakan perawatan risiko melakukan ambulasi pasca
sensori visual jatuh klien dapat operasi sampai stabil
berkurang dengan kriteria 2. Bantu klien menata
hasil : lingkungan. Jangan mengubah
- Klien terbebas dari penataan meja-kursi tanpa
cedera klien diorientasi dahulu
- Klien mampu mencegah 3. Orientasikan klien pada
terjadinya injury/cedera ruangan
- Klien mampu 4. Anjurkan klien menggunakan
memodifikasi gaya kacamata hitam
hidup untuk mencegah 5. Jangan memberikan tekanan
terjadinya injury pada mata yang terkena trauma
- Menggunakan fasilitas 6. Gunakan prosedur yang
kesehatan yang ada memadai ketika memberikan
obat mata
Defisiensi Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan klien tentang
pengetahuan b.d tindakan keperawatan penyakitnya
Keterbatasan 1x24 jam diharapkan 2. Jelaskan tentang proses
Kognitif terjadi peningkatan penyakit (tanda&gejala),
pengetahuan klien dan identifikasi kemungkinan
keluarga dengan kriteria penyebab, dan jelaskan kondisi
hasil : tentang klien
- Klien dan keluarga 3. Monitor kesiapan klien
menyatakan sebelum dilakukan operasi
pemahaman tentang 4. Berikan informasi kepada klien
penyakit, kondisi, tentang tujuan dan proses
prognosis dan program operasi. Berikan informasi
pengobatan kepada klien dan keluarga
- Klien dan keluarga mengenai efek samping dari
mampu melaksanakan operasi
prosedur yang 5. Diskusikan perubahan gaya
dijelaskan secara benar hidup yang mungkin digunakan
- Klien dan keluarga untuk mencegah komplikasi
mampu menjelaskan 6. Anjurkan klien untuk
kembali apa yang mempertahankan intake cairan
dijelaskan perawat/tim sebelum operasi, setelah
kesehatan lainnya operasi.

Ansietas Kontrol cemas Penurunan kecemasan


Batasan karakteristik: Indikator : Aktivitas:
1. Scaning dan 1. Pantau intensitas 1. Tenangkanklien
kewaspadaan kecemasan 2. Jelaskan seluruh
2. Kontak mata yang 2. Menyingkirkan tanda posedur tindakan
buruk  kecemasan kepadaklien dan perasaan
3. Ketidakberdayaan 3. Mencari informasi yang mungkin muncul
meningkat untuk padasaat melakukan tindakan
4. Kerusakan menurunkancemas 3. Berikan informasi
perhatian 4. Mempertahankan diagnosa, prognosis, dan
konsentrasi tindakan
5. Laporankan durasi dari 4. Berusaha memahami keadaan
episode cemas  klien
Koping 5. Kaji tingkat kecemasan dan
Indikator: reaksi fisik padatingkat
1. Memanajemen masalah kecemasan
2. Melibatkan anggota 6. Gunakan pendekatan
keluarga dan sentuhan,
dalammembuat untuk meyakinkan pasien
keputusan tidak sendiri.
3. Mengekspresikan 7. Sediakan aktivitas untuk
perasaan dan menurunkanketegangan
kebebasanemosional 8. Bantu pasien untuk
4. Menunjukkan strategi identifikasi situasi
penurunan yangmencipkatakan cemas
stresMenggunakan 9. Instruksikan pasien untuk
support social menggunakanteknik
relaksasi
Peningkatan koping
Aktivitas:
1. Hargai pemahamnan pasien
tentang pemahaman
penyakit
2. Gunakan pendekatan yang
tenang dan berikan jaminan
3. Sediakan informasi aktual
tentang
diagnosa, penanganan, dan
prognosis
4. Sediakan pilihan yang
realisis tentang
aspek  perawatan saat ini
5. Tentukan kemampuan klien
untuk mengambil keputusa
6. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi strategi positif
untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola
gaya hidup atau perubahan peran
DAFTAR PUSTAKA

Cibis, G.H., Beaver, H.A., Jhons, K., Kaushal, S., Tsai, J.C., and Beretska, J.S., 2007.
Trabecular Meshwork. In: Tanaka, S., ed. Fundamentals and Principles of
Ophthalmology. Singapore: American Academy of Ophthalmology, 54-59.

Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Kowalak, Jennifer P, Brena Mayer dan William Wels. 2012. Professinal Guide to
Pathophysiology. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Nurjannah, Intansari. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) dan


Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Singapore :
Elsevier

Nurarif, Amin H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction

Riordan-Eva, P., Whitcher, J.P. 2009. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury
Edisi 17. Jakarta : EGC

Salmon, JF. 2009. Glaukoma In : Vaughan & Asbury : Oftalmologi Umum Edisi
17. Jakarta : EGC

Skuta, GL. 2010. Basic and Clinical Science Course Glaukoma. San Francisco :
American Academy Ophthalmology

Simmons, S.T., et al, 2007. Intraocular Pressure and Aqueous Humor Dynamics.
In: Tanaka, S., ed. Glaucoma. Singapore: American Academy of
Ophthalmology, 17-29.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth


Vol.1 dan 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai