Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AKUNTANSI AUDITING
“ANALISIS TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERHADAP KASUS BANK
BUKOPIN BERDASARKAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN
PUBLIK (SPAP)”

Disusun Oleh :

Anasya Bimbi Pranesti (18.1.02.01.0113)

Dosen Pembimbing :
Hestin Sri Widiawati., S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikanmakalah semoga dengan dibuatnya makalah ini pembaca dapat
memahami tentangmateri tersebut. Berbagai sumber referensi dasar esensi yang relevan memang
sengajabdipilih dan digunakan untuk memperkuat pembahasan agar mudah dipahami dan dapat
memenuhi harapan pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan baik
dari segi teknis maupun isi. Oleh karen itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi pembuatan makalah selanjutnya. Penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan pembelajaran dan berguna bagi pembacanya

Kediri ,27 Januari 2021

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kasus PT Tri Plastik.............................................................................................................
2.2 Analisa Kasus .............................................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...

Contoh Kasus Audit

PT. Tri Plastik Indonesia telah menjadi klien audit KAP Bima, Rian, Sunardi, & Badri (BRS&B) selama
beberapa tahun. PT. Tri Plastik Indonesia dirintis oleh Tri Antoro yang memiliki 51% saham perusahaan.
Sisanya dimiliki oleh sekitar 200 pemegang saham yang merupakan investor tanpa tanggung jawab
operasonal. PT. Tri Plastik Indonesia membuat produk dengan bahan baku utama adalah plastik.
Beberapa dibuat karena pesanan, tapi kebanyakan produk dibuat untuk persediaan. Sebuah contoh
produk manufaktur PT. Tri Plastik Indonesia adalah alat kursi plastik yang digunakan dengan sistem
pengencang tertentu.

PT. Tri Plastik Indonesia telah berkembang dari sebuah perusahaan kecil, yang hanya memproduksi dua
jenis barang, ketika mereka pertama kali melakukan kontrak kerja dengan BRS&B, hingga kini menjadi
perusahaan sukses dengan produk yang beragam. Pada saat Roni Hartanto dari BRS&B menjadi menejer
auditnya, penjualan tahunan telah berkembang menjadi Rp 20 miliar dan laba menjadi Rp 1,9 miliar.
Secara historis, perusahaan tidak memiliki masalah-masalah audit yang luar biasa, dan BRS&B telah
menerbitkan opini audit wajar tanpa pengecualian setiap tahunnya.

Pendekatan audit BRS&B yang selalu diterapkan pada PT. Tri Plastik Indonesia adalah pendekatan audit
“substantif”. Dlam pendekatan ini, auditor yang bertugas mendapatkan pemahaman atas pengendalian
internal sebagai bagian dari produser pengukuran risiko, namun risiko pengendalian nilai pada tingkat
maksimum (100%). Prosedur analitis yang meluas telah dilakukan pada laporan laba rugi, dan fluktuasi
yang tidak biasa telah diselidiki. Prosedur audit terperinci ditekankan pada akun-akun neraca di awal
tahun, maka saldo laba dan laporan laba ruginya pasti benar.

Bagian I

Dalam mengevaluasi pendekatan audit untuk PT. Tri Plastik Indonesia untuk audit tahun berjalan, Roni
Hartanto yakin bahwa pendekatan substantif hanya tepat utuk audit pada perusahaan – perusahaan
kecil. Dalam penilaian, PT. Tri Plastik Indonesia, dengan penjualan Rp20 miliar dan 46 pegawai, telah
memenuhi ukuran yang tidak ekonomis, dan mungkin juga tidak bijak, untuk mengkonsentrasikan
semua pengujian pada neraca. Selain itu, ketentuan terkini di Pasal 404 Sarbanes Oxley Act dan standar
2 PCAOB terkait sekarang ini mengharuskan audit atas laporan keuangan dan pengendalian internal atas
laporan keuangan. Sehingga, program audit yang dirancang yang ditekankan pada identifikasi
pengendalian internal disemua siklus-siklus transaksi penting dan dimasukkan dalam pengujian
pengendalian. Selain untuk memenuhi ketentuan baru dalam PCAOB, manfaat ekonomi yang diinginkan
dari pendekatan “pengurangan resiko pengendalian” adalah waktu yang dihabiskan untuk menguji
pengendalian akan menjadi lebih banyak dibandingkan dengan kompensasi yang didapatkan dari
pengurangan pengujian terperinici atas akun- akun neraca.

Dalam merencanakan pengujian persediaan, Roni menggunakan model resiko audit yang tercakup
dalam standar audit untuk menentukan jumlah unsur persediaan yang akan diuji oleh BRS&B diakhir
tahun. Karena banyaknya jenis produk, keunggulan, ukuran dan warna, persediaan PT Tri PLastik
Indonesia terdiri dari 2.450 jenis barang yang berbeda. Semua persediaan tersebut dicatat dalam sistem
manajemen persediaan perpetual yang menggunakan basis data relasional.

Dalam menggunakan model resiko audit untuk persediaan, Roni yakin bahwa resiko audit sebanyak 5%
dapat diterima. Ia menilai resiko bawaannya tinggi (199%) karena persediaannya, berdasarkan sifatnya,
merupakan objek untuk banyak jenis salah saji. Berdasarkan pemahamannya atas siklus-siklus transaksi
yang relevan, Roni yakin bahwa pengendalian internalnya sudah baik. Sehingga ia menilai resiko
pengendaliannya rendah (50%) sebelum melakukan mengujian pengendalian. Roni juga merencanakan
untuk menggunakan prosedur analitis untuk menguji persediaan. Pengujian yang direncanakan ini
termasuk membandingkan margin kotor perbulan dan mengkaji jenis-jenis persediaan yang
perputarannya rendah. Roni yakin bahwa pengujian tersebut akan memberikan keyakinan 40%.
Pengujian substantif perincian akan memasukkan pengujian kuantitas, biaya, dan nilai realisasi bersih
persediaan pada tanggal interim 2 bulan sebelum akhir tahun. Pengujian pisah batas akan dilakukan
diakhir tahun. Tanya jawab dan prosedur analitis akan dipakai sebagai keyakinan untuk kejadian-
kejadian antara tanggal audit interim dan akhir tahun fiskal.

Diminta :

a. Tentukan manakah berikut ini yang kemungkinan akan dilakukan dalam pendekatan pengurangan
resiko pengendalian dan pendekatan substantif.

1. Menilai resiko audit yang dapat diterima


2. Menilai resiko bawaan

3. Mendapatkan pemahaman atas pengendalian

4. Menilai resiko pengendalian kurang dari 100%

5. Melakukan prosedur analitis

6. Menilai resiko deteksi yang direncanakan

b. Apakah kelebihan-kelebihan dari pendekatan pengurangan resiko pendalian yang direncanakan


akan digunakan oleh Roni dibandingkan dengan pendekatan yang sebelumnya digunakan dalam
mengaudit Tri Plastik Indonesia?

c. Apakah kelebihan dari pendekatan substantif dibandingkan dengan pendekatan pengurangan resiko
pengendalian?

Bagian II

Partner perikatan setuju dengan pendekatan yang direkomendasikan Roni. Dalam perencanaan
bukti audit untuk pengujian persediaan terperinci, model resiko audit diterapkan dengan hasil berikut
ini.

TDR=AAR/IRxCRxAPR

Dimana :

TDR = Pegujian terperinci atas resiko

AAR = Resiko audit yang dapat diterima

IR = Resiko melekat

CR = Resiko pengendalian

APR = Resiko prosedur analitis

Oleh karena itu, dengan menggunakan penilaian Roni yang dijelaskan sebelumnya,

TDR=0,05/1,0x0,5x0,6

TDR=0,17

Diminta:

a. Jelaskan apa arti 0,17 dalam audit ini.

b. Hitunglah TDR dengan mengasumsikan Roni telah menilai resiko pengendalian 100% dan semua
resiko lain yang disebutkan.
c. Jelaskan efek dari jawaban Anda dalam persyaratan b pada prosedur audit yang direncanakan dan
pada ukuran sampel dalam audit persediaan, dibandingkan dengan 0,17 yang dihitung Roni.

Bagian III

Walaupun perencanaan berjalan dengan baik, pengujian aktual menghasilkan beberapa kejutan.
Ketika melakukan pengujian pengendalian terhadap akuisisi dan tambahan terhadap persediaan
perpetual. Staf yang melakukan pengujian menemukan, tingkat pengecualian untuk beberapa
pengendalian kunci lebih tinggi secara signifikan. Sebagai hasilnya, staf mempertimbangkan
pengendalian internal tidak bisa berjalan dengan efektif, mendukung 80% resiko pengendalian daripada
tingkat yang digunakan 50%. Berdasarkan hal itu, staf person “ mengerjakan ulang” model resiko audit
seperti berikut ini

TDR=0,5/1x0,8x0,6

TDR=0,1

Pengujian terperinci 10% saldo, masih nampak dalam rentang “moderate” bagi personal staf, jadi Ia
merekomendasikan tidak ada peningkatan dalam ukuran sampel yang direncanakan untuk pengujian
substantif.

Diminta:

Apakah Anda setuju dengan penilaian yang direvisi dari staf tersebut tentang dampak pengujian
pengendalian pada pengujian substantif yang direncanakan ? Jelaskan kondisi dan dasar dari setiap
ketidaksetujuan. Juga jelaskan implikasi dari hasil ini pada laporan auditor tentang pengendalian internal
terhadap pelaporan keuangan.
BAB II

PEMBAHASAN

Bagian I

a. Pendekatan pengurangan resiko pengendalian terdiri dari :

1. Menilai resiko audit yang dapat diterima

2.Menilai resiko bawaan

3. Mendapatkan pemahaman atas pengendalian.

4. Menilai resiko pengendalian kurang dari 100% pendekatan substantif terdiri dari :

•Melakukan prosedur analisi.

•Menilai resiko deteksi yang direncanakan

b. Beberapa kelebihan dari pendekatan pengurangan resiko pengendalian yang direncanakan akan
digunakan oleh roni dibandingkan dengan pendekatan yang sebelumnya digunakan dalam mengaudit Tri
plastik Indonesia yaitu:

1. Sesuai dengan ketentuan terkini di pasal 044 Sarbanes Oxley Act dan standar 2 PCAOB terkait
sekarang ini mengharuskan audit atas laporan keuangan dan pengendalian internal atas laporan
keuangan.

2. Roni Hartanto menggunakan pendekatan pengurangan resiko dengan pendekatan substantif dan
waktu yang dibutuhkan dalam pengurangan resiko pengendalian menggunakan pendekatan substantif
lebih singkat dibanding pendekatan resiko pengendalian.

3. Dalam merencanakan pengujian persediaan, Roni menggunakan model resiko audit yang tercakup
dalam standar audit untuk menentukan jumlah unsur persediaan yang akan diuji oleh BRS&B diakhir
tahun dan berencana untuk menggunakan prosedur analitis untuk menguji persediaan.

C. Terdapat Kelebihan pendekatan substantif daripada pendekatan pengurangan resiko pengendalian


adalah:
Dalam pendekatan substantif dari kasus dalam pembahasan ini mengandung prosedur analitis yang
merupakan perbandingan dari jumlah yang tercatat dengandengan angka tertentu yang dikembangkan
oleh auditor. Prosedur ini biasanyamenggunakan kalkulasi rasio yang dibandingkan dengan rasio tahun
sebelumnyaatau rasio perusahaan sejenis atau rasio average industry.Tujuan utama dari prosedur
analitis dalam tahap perendanaan ini adalah :

1. Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan.

2. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci sehingga waktu yang dibutuhkan dalam pengurangan
resiko pengendalian menggunakan pendekatan substantif lebih singkat dibanding pendekatan resiko
pengendalian.

Bagian II

a .Arti 0,17 dalam audit kasus ini : Hasil dari penilaian auditor dalammenilai resiko Audit yang dapat
diterima (Accepted Audit Risk/AAR) adalah probitabilitas bahwa auditor bersedia untuk menerima
bahwa mereka akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. AAR diatur oleh auditor, ressiko
inheren (iherent Risk?IR) adalah probitabilitas bahwa saldo akun atau golongan transaksi yang
mengandung salah saji material sebelum mempertimbangkan efektifitas sistem pengendalian internal.
IR dinilai oleh auditor. Control Risk (CR) adalah probitabilitas bahwa salah saji material tidak dicegah
atau dideteksi secara tepat waktu oleh sistem pengendalian internal. CR dinilai oleh auditor. Resiko
Deteksi/DR adalah tingkat risiko yang dapat ditoleransi prosedur. CR dinilai oleh auditor. Resiko deteksi
(Detection Risk/DR) adalah tingkat risiko yang dapat ditoleransi prosedur audit tidak akan mendeteksi.

b. Jika diasumsikan resiko pengendalian 100% maka :

TDR = 0,05/1,0x1x0,6

TDR atau resiko audit yang dapat di terima adalah = 0,083

efek dari jawaban b yaitu dapat disimpulkan bahwa semakin besar seorang auditor menilai tingkat
resiko pengendalian maka resiko audit yang akan didapatkannya menjadi lebih kecil sedangkan
bilasemakin kecil auditor menilai tingkat resiko pengendalian maka resiko audit yang didapatkannya
jauh lebih besar. Dengan membandingkan (0,17 > 0,0833)

Bagian III

Saya tidak setuju dengan yang dilakukan oleh staf tersebut. Karena hal ini menyalahi penilaian tingkat
resiko pengendalian yang telah dan akan dilakukan oleh audito yangr telah dilakukan dan dipikirkan
dengan sangat baik. Implikasi dari hasil ini pada laporan auditor tentang pengendalian internal terhadap
pelaporan keuangan yang telah terjadi karena perbedaan metode dalam mengukur resiko pengendalian.
Jadi keputusan auditor adalah yang terbaik dan merupakan pemegang keputusan tertinggi dan tentunya
keputusan itu tak dapat diganggu gugat.
DAFTAR PUSTAKA

http://atchokers.blogspot.com/2012/12/contoh-kasus-audit.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai