Anda di halaman 1dari 5

Nama : Merlinda Musa

Nim : 20043162

Tugas 3 Pengauditan Internal

Contoh : auditor telah menginformasikan kepada kliennya bahwa audit akan selesai sebelum
tanggal 30 April tetapi belum juga selesai hingga bulan Juli karena penjadwalan staf yang kurang
baik. Klien mungkin kesal dengan kantor akuntan ini dan bahkan dapat mengajukan tuntutan atas
pelanggaran kontrak.

Pembahasan :

Sebelum membuat perencanaan audit perlu kita ketahui dulu risiko audit yaitu :

1. Risiko audit yang dapat di terima (acceptable audit risk) :


Ukuran seberapa besar auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan akan salah
saji secara material setelah audit di selesaikan dan pendapat wajar tanpa pengecualian
telah dikeluarkan. Apabila auditor memutuskan untuk memilih risiko audit yang
diterima lebih rendah , ini berarti auditor menginginkan kepastian yang lebih besar
bahwa laporan keuangan tidak mengantung salah saji. Resiko nol persen berarti
kepastian , risiko 100 persen berarti sama sekali tidak yakin.
2. Risiko Inheren (inherent risk)
Ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji yang      material dalam
suatu saldo akun sebelum mempertimbangkan keefektifanpengendalian internal.
Sebagai contoh, jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar ada salah saji
yang material dalam akun seperti piutang usaha, auditor akan menyimpulkan bahwa ada
risiko inheren yang tinggi pada akun piutang usaha tersebut.

Penilaian risiko audit yang dapat diterima dan risiko inheren adalah bagian yang penting
dari perencanaann audit, karena hal itu membantu menentukan jumlah bukti yang harus
dikumpulkan dan staf yang dibututhkan untuk peungasan tersebut. Sebagai contoh, jika
risiko inheren untuk persediaan tinggi karena masalah penilaian yang rumit, lebih
banyak bukti yang harus dikumpulkan dalam audit persediaan, dan staf yang lebih
berpengalaman harus di tugaskan untuk melakukan pengujian dibidang ini.

 Perencanaan Audit yang dilakukan perusahaan yaitu :


a. Menerima klien dan  melakukan perencanaan audit awal
Perencanaan audit awal melibatkan empat hal , yang semuanya harus dilakukan lebih
dahulu dalam audit yaitu :
 Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau terus melayani klien
yang ada sekarang.
 Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
Informasi ini akan mempengaruhi bagian proses perencanaan selanjutnya.
 Untuk menghindari kesalahpahaman, auditor harus memahami syarat-syarat
penugasan yang ditetapkan klien.
 Auditor mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, termasuk staf
penugasan dan setiap spesialis audit yang diperlukan.
Auditor juga harus mempertimbangkan factor-faktor lainnya,seperti jumlah lokasi
klien dan keefektifan pengendaian klien dimasa lalu, dalam mengembangkan
pendekatan audit pendahuluan. Strategi yang terencana akan membantu audito
menentukan sumber daya yang diperlukan dalam penugasan itu.
“Audit harus dilaksankan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang memadai sebagai auditor”.

 Memahami Bisnis dan Industri Klien


Auditor harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji yang
material pada laporan keuangan baik karena kekeliruan maupun kecurangan, dan untuk
merancang sifat, penetapan waktu serta luar prosedur audit selanjutnya.

 Menilai Risiko Bisnis Klien


Auditor menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari pemahaman strategis atas
bisnis dan industry klien untuk menilai risiko bisnis klien yaitu ririko bahwa klien akan
gagal dalam mencapai tujuannya.

 Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan


Auditor melaksanakan prosedur analitis pendahuluan untuk memahami dengan lebih baik
bisnis klien dan untuk menilai risiko bisnis klien.

CONTOH STUDI KASUS AUDIT IT

PT. Tri Plastik Indonesia telah menjadi klien audit KAP Bima, Rian, Sunardi, & Badri
(BRS&B) selama beberapa tahun. PT. Tri Plastik Indonesia dirintis oleh Tri Antoro yang
memiliki 51% saham perusahaan. Sisanya dimiliki oleh sekitar 200 pemegang saham yang
merupakan investor tanpa tanggung jawab operasonal. PT. Tri Plastik Indonesia membuat
produk dengan bahan baku utama adalah plastik. Beberapa dibuat karena pesanan, tapi
kebanyakan produk dibuat untuk persediaan. Sebuah contoh produk manufaktur PT. Tri Plastik
Indonesia adalah alat kursi plastik yang digunakan dengan sistem pengencang tertentu.

PT. Tri Plastik Indonesia telah berkembang dari sebuah perusahaan kecil, yang hanya
memproduksi dua jenis barang, ketika mereka pertama kali melakukan kontrak kerja dengan
BRS&B, hingga kini menjadi perusahaan sukses dengan produk yang beragam. Pada saat Roni
Hartanto dari BRS&B menjadi menejer auditnya, penjualan tahunan telah berkembang menjadi
Rp 20 miliar dan laba menjadi Rp 1,9 miliar. Secara historis, perusahaan tidak memiliki
masalah-masalah audit yang luar biasa, dan BRS&B telah menerbitkan opini audit wajar tanpa
pengecualian setiap tahunnya.

Pendekatan audit BRS&B yang selalu diterapkan pada PT. Tri Plastik Indonesia adalah
pendekatan audit “substantif”. Dlam pendekatan ini, auditor yang bertugas mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal sebagai bagian dari produser pengukuran risiko, namun
risiko pengendalian nilai pada tingkat maksimum (100%). Prosedur analitis yang meluas telah
dilakukan pada laporan laba rugi, dan fluktuasi yang tidak biasa telah diselidiki. Prosedur audit
terperinci ditekankan pada akun-akun neraca di awal tahun, maka saldo laba dan laporan laba
ruginya pasti benar.

Dalam mengevaluasi pendekatan audit untuk PT. Tri Plastik Indonesia untuk audit tahun
berjalan, Roni Hartanto yakin bahwa pendekatan substantif hanya tepat utuk audit pada
perusahaan – perusahaan kecil. Dalam penilaian, PT. Tri Plastik Indonesia, dengan penjualan
Rp20 miliar dan 46 pegawai, telah memenuhi ukuran yang tidak ekonomis, dan mungkin juga
tidak bijak, untuk mengkonsentrasikan semua pengujian pada neraca. Selain itu, ketentuan
terkini di Pasal 404 Sarbanes Oxley Act dan standar 2 PCAOB terkait sekarang ini
mengharuskan audit atas laporan keuangan dan pengendalian internal atas laporan keuangan.
Sehingga, program audit yang dirancang yang ditekankan pada identifikasi pengendalian internal
disemua siklus-siklus transaksi penting dan dimasukkan dalam pengujian pengendalian. Selain
untuk memenuhi ketentuan baru dalam PCAOB, manfaat ekonomi yang diinginkan dari
pendekatan “pengurangan resiko pengendalian” adalah waktu yang dihabiskan untuk menguji
pengendalian akan menjadi lebih banyak dibandingkan dengan kompensasi yang didapatkan dari
pengurangan pengujian terperinici atas akun- akun neraca. Dalam merencanakan pengujian
persediaan, Roni menggunakan model resiko audit yang tercakup dalam standar audit untuk
menentukan jumlah unsur persediaan yang akan diuji oleh BRS&B diakhir tahun. Karena
banyaknya jenis produk, keunggulan, ukuran dan warna, persediaan PT Tri PLastik Indonesia
terdiri dari 2.450 jenis barang yang berbeda. Semua persediaan tersebut dicatat dalam sistem
manajemen persediaan perpetual yang menggunakan basis data relasional. Dalam menggunakan
model resiko audit untuk persediaan, Roni yakin bahwa resiko audit sebanyak 5% dapat
diterima. Ia menilai resiko bawaannya tinggi (199%) karena persediaannya, berdasarkan
sifatnya, merupakan objek untuk banyak jenis salah saji. Berdasarkan pemahamannya atas
siklus-siklus transaksi yang relevan, Roni yakin bahwa pengendalian internalnya sudah baik.
Sehingga ia menilai resiko pengendaliannya rendah (50%) sebelum melakukan mengujian
pengendalian. Roni juga merencanakan untuk menggunakan prosedur analitis untuk menguji
persediaan. Pengujian yang direncanakan ini termasuk membandingkan margin kotor perbulan
dan mengkaji jenis-jenis persediaan yang perputarannya rendah. Roni yakin bahwa pengujian
tersebut akan memberikan keyakinan 40%. Pengujian substantif perincian akan memasukkan
pengujian kuantitas, biaya, dan nilai realisasi bersih persediaan pada tanggal interim 2 bulan
sebelum akhir tahun. Pengujian pisah batas akan dilakukan diakhir tahun. Tanya jawab dan
prosedur analitis akan dipakai sebagai keyakinan untuk kejadian-kejadian antara tanggal audit
interim dan akhir tahun fiskal.

(Sumber Kasus : https://opintrin.blogspot.com/2017/10/contoh-studi-kasus-audit-it.html)

Penyelesaian :

Dalam perencanaan audit kita perlu mengetahui dulu risiko audit :

1. Menilai resiko audit yang dapat diterima


2. Menilai resiko bawaan
3. Mendapatkan pemahaman atas pengendalian
4. Menilai resiko pengendalian kurang dari 100%

Pendekatan substantif terdiri dari :

1. Melakukan prosedur analitis


2. Menilai resiko deteksi yang direncanakan

Beberapa Kelebihan – kelebihan dari pendekatan pengurangan resiko


pengendalian yang direncanakan akan digunakan oleh Roni dibandingkan dengan
pendekatan yang sebelumnya digunakan dalam mengaudit Tri Plastik Indonesia yaitu:
1. Sesuai dengan ketentuan terkini di Pasal 404 Sarbanes Oxley Act dan standar 2 PCAOB
terkait sekarang ini mengharuskan audit atas laporan keuangan dan pengendalian internal
atas laporan keuangan.
2. Roni Hartanto menggunakan pendekatan pengurangan resiko dengan pendekatan
substantif dan waktu yang dibutuhkan dalam pengurangan resiko pengendalian
menggunakan pendekatan substantif lebih singkat dibanding pendekatan resiko
pengendalian.
3. Dalam merencanakan pengujian persediaan, Roni menggunakan model resiko audit yang
tercakup dalam standar audit untuk menentukan jumlah unsur persediaan yang akan diuji
oleh BRS&B diakhir tahun dan berencana untuk menggunakan prosedur analitis untuk
menguji persediaan.
Terdapat Kelebihan Pendekatan Substantif daripada pendekatan pengurangan
resiko pengendalian adalah: Dalam Pendekatan substantif dari kasus dalam pembahasan
ini mengandung prosedur analitis yang merupakan perbandingan dari jumlah yang
tercatat dengan dengan angka tertentu yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur ini
biasanya menggunakan kalkulasi rasio yang dibandingkan dengan rasio tahun
sebelumnya atau rasio perusahaan sejenis atau rasio average industry. Tujuan utama dari
prosedur analitis dalam tahap perencanaan ini adalah :
1. Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan
2. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci sehingga waktu yang dibutuhkan dalam
pengurangan resiko pengendalian menggunakan pendekatan substantif lebih singkat
dibanding pendekatan resiko pengendalian.

Anda mungkin juga menyukai