Anda di halaman 1dari 14

KASUS

PT. Tri Plastik Indonesia telah menjadi klien audit KAP Bima, Rian, Sunardi, & Badri (BRS&B) selama beberapa tahun. PT. Tri
Plastik Indonesia dirintis oleh Tri Antoro yang memiliki 51% saham perusahaan. Sisanya dimiliki oleh sekitar 200 pemegang saham
yang merupakan investor tanpa tanggung jawab operasonal. PT. Tri Plastik Indonesia membuat produk dengan bahan baku utama
adalah plastik. Beberapa dibuat karena pesanan, tapi kebanyakan produk dibuat untuk persediaan. Sebuah contoh produk manufaktur
PT. Tri Plastik Indonesia adalah alat kursi plastik yang digunakan dengan sistem pengencang tertentu.
PT. Tri Plastik Indonesia telah berkembang dari sebuah perusahaan kecil, yang hanya memproduksi dua jenis barang, ketika
mereka pertama kali melakukan kontrak kerja dengan BRS&B, hingga kini menjadi perusahaan sukses dengan produk yang beragam.
Pada saat Roni Hartanto dari BRS&B menjadi menejer auditnya, penjualan tahunan telah berkembang menjadi Rp 20 miliar dan laba
menjadi Rp 1,9 miliar. Secara historis, perusahaan tidak memiliki masalah-masalah audit yang luar biasa, dan BRS&B telah
menerbitkan opini audit wajar tanpa pengecualian setiap tahunnya.
Pendekatan audit BRS&B yang selalu diterapkan pada PT. Tri Plastik Indonesia adalah pendekatan audit “substantif”. Dlam
pendekatan ini, auditor yang bertugas mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal sebagai bagian dari produser pengukuran
risiko, namun risiko pengendalian nilai pada tingkat maksimum (100%). Prosedur analitis yang meluas telah dilakukan pada laporan
laba rugi, dan fluktuasi yang tidak biasa telah diselidiki. Prosedur audit terperinci ditekankan pada akun-akun neraca di awal tahun,
maka saldo laba dan laporan laba ruginya pasti benar.

1
Bagian I
Dalam mengevaluasi pendekatan audit untuk PT. Tri Plastik Indonesia untuk audit tahun berjalan, Roni Hartanto yakin bahwa
pendekatan substantif hanya tepat utuk audit pada perusahaan – perusahaan kecil. Dalam penilaian, PT. Tri Plastik Indonesia, dengan
penjualan Rp20 miliar dan 46 pegawai, telah memenuhi ukuran yang tidak ekonomis, dan mungkin juga tidak bijak, untuk
mengkonsentrasikan semua pengujian pada neraca. Selain itu, ketentuan terkini di Pasal 404 Sarbanes Oxley Act dan standar 2
PCAOB terkait sekarang ini mengharuskan audit atas laporan keuangan dan pengendalian internal atas laporan keuangan. Sehingga,
program audit yang dirancang yang ditekankan pada identifikasi pengendalian internal disemua siklus-siklus transaksi penting dan
dimasukkan dalam pengujian pengendalian. Selain untuk memenuhi ketentuan baru dalam PCAOB, manfaat ekonomi yang
diinginkan dari pendekatan “pengurangan resiko pengendalian” adalah waktu yang dihabiskan untuk menguji pengendalian akan
menjadi lebih banyak dibandingkan dengan kompensasi yang didapatkan dari pengurangan pengujian terperinici atas akun- akun
neraca.
Dalam merencanakan pengujian persediaan, Roni menggunakan model resiko audit yang tercakup dalam standar audit untuk
menentukan jumlah unsur persediaan yang akan diuji oleh BRS&B diakhir tahun. Karena banyaknya jenis produk, keunggulan,
ukuran dan warna, persediaan PT Tri PLastik Indonesia terdiri dari 2.450 jenis barang yang berbeda. Semua persediaan tersebut
dicatat dalam sistem manajemen persediaan perpetual yang menggunakan basis data relasional.
Dalam menggunakan model resiko audit untuk persediaan, Roni yakin bahwa resiko audit sebanyak 5% dapat diterima. Ia
menilai resiko bawaannya tinggi (199%) karena persediaannya, berdasarkan sifatnya, merupakan objek untuk banyak jenis salah saji.
Berdasarkan pemahamannya atas siklus-siklus transaksi yang relevan, Roni yakin bahwa pengendalian internalnya sudah baik.
Sehingga ia menilai resiko pengendaliannya rendah (50%) sebelum melakukan mengujian pengendalian. Roni juga merencanakan

2
untuk menggunakan prosedur analitis untuk menguji persediaan. Pengujian yang direncanakan ini termasuk membandingkan margin
kotor perbulan dan mengkaji jenis-jenis persediaan yang perputarannya rendah. Roni yakin bahwa pengujian tersebut akan
memberikan keyakinan 40%. Pengujian substantif perincian akan memasukkan pengujian kuantitas, biaya, dan nilai realisasi bersih
persediaan pada tanggal interim 2 bulan sebelum akhir tahun. Pengujian pisah batas akan dilakukan diakhir tahun. Tanya jawab dan
prosedur analitis akan dipakai sebagai keyakinan untuk kejadian-kejadian antara tanggal audit interim dan akhir tahun fiskal.

Bagian II
Partner perikatan setuju dengan pendekatan yang direkomendasikan Roni. Dalam perencanaan bukti audit untuk pengujian
persediaan terperinci, model resiko audit diterapkan dengan hasil berikut ini.
TDR=AAR/IRxCRxAPR
Dimana :
TDR = Pegujian terperinci atas resiko
AAR = Resiko audit yang dapat diterima
IR = Resiko melekat
CR = Resiko pengendalian
APR = Resiko prosedur analitis
Oleh karena itu, dengan menggunakan penilaian Roni yang dijelaskan sebelumnya,
TDR=0,05/1,0x0,5x0,6
TDR=0,17

3
Jawaban Kasus PT. Tri Plastik Indonesia

Bagian I

a.    Pendekatan pengurangan resiko pengendalian terdiri dari :

1.   Menilai resiko audit yang dapat diterima

2.   Menilai resiko bawaan

3.   Mendapatkan pemahaman atas pengendalian

4.   Menilai resiko pengendalian kurang dari 100%

Pendekatan substantif terdiri dari :

1.   Melakukan prosedur analitis

2.   Menilai resiko deteksi yang direncanakan

b.    Beberapa Kelebihan – kelebihan dari pendekatan pengurangan resiko pengendalian yang direncanakan akan digunakan oleh Roni
dibandingkan dengan pendekatan yang sebelumnya digunakan dalam mengaudit Tri Plastik Indonesia yaitu:

1.    Sesuai dengan ketentuan terkini di Pasal 404 Sarbanes Oxley Act dan standar 2 PCAOB terkait sekarang ini mengharuskan audit
atas laporan keuangan dan pengendalian internal atas laporan keuangan.

4
2.    Roni Hartanto menggunakan pendekatan pengurangan resiko dengan pendekatan substantif dan waktu yang dibutuhkan dalam
pengurangan resiko pengendalian menggunakan pendekatan substantif lebih singkat dibanding pendekatan resiko pengendalian.

3.    Dalam merencanakan pengujian persediaan, Roni menggunakan model resiko audit yang tercakup dalam standar audit untuk
menentukan jumlah unsur persediaan yang akan diuji oleh BRS&B diakhir tahun dan berencana untuk menggunakan prosedur
analitis untuk menguji persediaan.

c.    Terdapat Kelebihan Pendekatan Substantif daripada pendekatan pengurangan resiko pengendalian adalah:

Dalam Pendekatan substantif dari kasus dalam pembahasan ini mengandung prosedur analitis yang merupakan perbandingan dari
jumlah yang tercatat dengan dengan angka tertentu yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur ini biasanya menggunakan kalkulasi
rasio yang dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya atau rasio perusahaan sejenis atau rasio average industry.

Tujuan utama dari prosedur analitis dalam tahap perencanaan ini adalah :

1. Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan.

2. Mengurangi  pengujian audit yang lebih rinci sehingga waktu yang dibutuhkan dalam pengurangan resiko pengendalian
menggunakan pendekatan substantif lebih singkat dibanding pendekatan resiko pengendalian.

Bagian II

5
a. Arti 0,17 dalam audit kasus ini : Hasil dari penilaian auditor dalam menilai Resiko Audit yang dapat diterima (Accepted
Audit Risk/AAR) adalah profitabilitas bahwa auditor bersedia untuk menerima bahwa mereka akan memberikan pendapat
wajar tanpa pengecualian. AAR diatur oleh auditor, Resiko inheren (inherent Risk/IR) adalah profitabilitas bahwa saldo akun
atau golongan transaksi yang mengandung salah saji material sebelum mempertimbangkan efektivitas sistem pengendalian
internal. IR dinilai oleh auditor. Control Risk (CR) adalah profitabilitas bahwa salah saji material tidak dicegah atau dideteksi
secara tepat waktu oleh sistem pengendalian internal. CR dinilai oleh auditor. Resiko Deteksi/DR) adalah tingkat risiko yang
dapat ditoleransi prosedur. CR dinilai oleh auditor. Resiko deteksi (Detection risk/DR) adalah tingkat risiko yang dapat
ditoleransi prosedur audit tidak akan mendeteksi.
b. Jika diasumsikan resiko pengendalian 100% maka:

TDR =0,05/1,0x1x0,6

TDR atau Resiko Audit yang dapat diterima adalah = 0,083

c. Penjelasan efek dari jawaban b yaitu dapat disimpulkan bahwa semakin besar seorang auditor menilai tingkat resiko
pengendalian maka Resiko audit yang akan didapatkannya menjadi lebih kecil sedangkan bila semakin kecil auditor menilai
tingkat resiko pengendalian maka resiko audit yang didapatkannya jauh lebih besar. Dengan membandingkan (0,17 > 0,0833)

6
Contoh kasus 2 :

PT SURYA SARANA JAYA ("Perseroan"), didirikan dengan Akta No. 1 Tanggal 16 Februari 2007 oleh Notaris Simon Yos Sudarso, S.H.,LL.M. Akta tersebut
telah disahkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan nomor Surat Keputusan W2XXX12829 HT.01.01-TH.2018 Tahun 2018. Perusahaan
berkedudukan di Komplek Mega Sunter Blok B40, Jalan Danau Sunter Selatan RT 008 RW 011, Kelurahan Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Perusahaan
bergerak dalam bidang perdagangan mesin dan peralatan teknik/ mekanikal/ elektrikal.

Berikut telampir daftar pembelian inventory selama tahun 2020 PT Surya Sarana Jaya

No. Doc. No. Date Creditor Name Transfer Supplier Total PPN Amount Local Net Total Net Total Jatuh
From Invoice Tempo

1 PI-2013027 17/02/2020 EPSON INDONESIA, PT GR-2013027 98799197 Rp 126.360.000 Rp 1.389.960.000 Rp 1.516.320.000 16/04/2020
2 PI-2013338 20/03/2020 EPSON INDONESIA, PT GR-2013338   Rp 126.360.000 Rp 1.389.960.000 Rp 1.516.320.000 13/04/2020
3 PI-2013696 27/05/2020 EPSON INDONESIA, PT GR-2013696 98997778 Rp 126.360.000 Rp 1.389.960.000 Rp 1.516.320.000 26/07/2020
PI-C200919 19/03/2020 WANGSA INDRA GA-2000919 190320201 Rp 49.363.636 Rp 598.000.000 Rp 647.363.637  
4 PERMANA, PT
5 PI-2013524 27/04/2020 EPSON INDONESIA, PT GR-2013524 98945063 Rp 43.200.000 Rp 475.200.000 Rp 518.400.000 `
PI-C200918 19/03/2020 EUROKARS SURYA GA-2000918 19032020 Rp 32.915.455 Rp 414.400.000 Rp 447.315.454  
6 UTAMA,PT
PI-2012971 01/02/2020 GUNA KARYA GR-2012971 2050798808 Rp 30.060.660 Rp 330.667.260 Rp 360.727.920  
7 ELEKTRIK, PT
PI-2013566 29/04/2020 GUNA KARYA GR-2013566 2070552684 Rp 29.876.374 Rp 328.712.114 Rp 358.588.488  
8 ELEKTRIK, PT
9 PI-2013150 04/03/2020 EPSON INDONESIA, PT GR-2013150 89062869 Rp 28.800.000 Rp 316.800.000 Rp 345.600.000 03/04/2020
PI-A200138 20/04/2020 CASH - PEMBELIAN GR-2013556   Rp - Rp 254.320.000 Rp 254.320.000  
10 TUNAI
PI-2013998 13/07/2020 AUTONICS GR-2013998 I202007130 Rp 20.694.722 Rp 227.641.942 Rp 248.336.664 28/08/2020
11 INDONESIA, PT 01
12 PI-2013744 04/06/2020 EPSON INDONESIA, PT GR-2013744 99018234 Rp 13.500.000 Rp 148.500.000 Rp 162.000.000 06/07/2020
PI-2014098 06/08/2020 YASKAWA ELECTRIC GR-2014098 YAPI- Rp 13.494.222 Rp 148.436.442 Rp 161.930.664 18/09/2020
(INDONESIA), PT. BSID122144
13 7

7
14 PI-2013252 16/03/2020 EPSON INDONESIA, PT GR-2013252 98876023 Rp 13.195.946 Rp 145.155.407 Rp 158.351.353 13/04/2020
PI-2013538 29/04/2020 NOBLE ELECTRINDO, GR-2013538 20/N348458 Rp 12.600.000 Rp 138.600.000 Rp 151.200.000 05/06/2020
15 PT 96
PI-2013539 03/04/2020 GUNA KARYA GR-2013388 2070552650 Rp 11.908.340 Rp 130.991.740 Rp 142.900.080  
16 ELEKTRIK, PT
PI-2013346 27/03/2020 YASKAWA ELECTRIC GR-2013346 YAPI- Rp 11.652.480 Rp 128.177.280 Rp 139.829.760 24/04/2020
(INDONESIA), PT. BSID122123
17 0
PI-2013883 25/06/2020 NUGRAHA SITI GR-2013883 NSKZ 3100 Rp 11.535.850 Rp 126.894.350 Rp 138.430.200 25/06/2020
18 KUMALA, PT
PI-2013921 30/06/2020 AUTONICS GR-2013921 I202006300 Rp 11.258.085 Rp 123.838.935 Rp 135.097.020 07/07/2020
19 INDONESIA, PT 60
PI-C200940 04/04/2020 RESTU MAHKOTA GA-2000940 KBJINV2000 Rp 9.337.409 Rp 120.111.500 Rp 129.448.909  
20 KARYA, PT 0269
21 PI-2013525 27/04/2020 EPSON INDONESIA, PT GR-2013525 98945064 Rp 10.350.000 Rp 113.850.000 Rp 124.200.000  
22 PI-2013251 16/03/2020 EPSON INDONESIA, PT GR-2013251 98876024 Rp 10.242.400 Rp 112.666.400 Rp 122.908.800 13/04/2020
PI-2013546 02/05/2020 ARBRION ASIA, PT GR-2013546 0075/DO/AA Rp 10.069.704 Rp 110.766.744 Rp 120.836.448  
23 /IV/20
PI-2012824 03/01/2020 GUNA KARYA GR- 2050798769 Rp 9.781.980 Rp 107.601.780 Rp 117.383.760  
ELEKTRIK, PT 2012824,
24 GR-2012784
PI-2012875 22/01/2020 AUTONICS GR-2012875 I202001220 Rp 9.377.500 Rp 103.152.500 Rp 112.530.000  
25 INDONESIA, PT 20
PI-1912426 03/02/2020 FLEXITECH GR-1912426 2020/FE/II/2 Rp 8.375.000 Rp 92.125.000 Rp 100.500.000  
26 EVOLUSINDO, PT 6377127
PI-2013274 16/03/2020 GUNA KARYA GR-2013274 2070552605 Rp 7.621.970 Rp 83.841.670 Rp 91.463.640  
27 ELEKTRIK, PT
PI-2013231 13/03/2020 SETRINDO UTAMA, PT GR-2013231 U1IRP20030 Rp 7.584.606 Rp 83.430.666 Rp 91.015.272 08/05/2020
28 011
PI-2013375 31/03/2020 AUTONICS GR-2013375 I202004010 Rp 7.555.486 Rp 83.110.346 Rp 90.665.832  
29 INDONESIA, PT 07
PI-2012888 23/01/2020 AUTONICS GR-2012888 I202001230 Rp 7.425.600 Rp 81.681.600 Rp 89.107.200  
30 INDONESIA, PT 10
PI-2014097 06/08/2020 YASKAWA ELECTRIC GR-2014097 YAPI- Rp 7.097.244 Rp 78.069.684 Rp 85.166.928 18/09/2020
(INDONESIA), PT. BSID122144
31 9B
PI-2014217 13/08/2020 MIRKA DIRAYA GR-2014217 20H-INV- Rp 6.560.000 Rp 71.118.000 Rp 77.678.000 02/10/2020
32 ABIRUPA, PT 010
33 PI-2014158 30/07/2020 AUTONICS GR-2014158 I202008030 Rp 5.326.475 Rp 58.591.225 Rp 63.917.700 25/08/2020

8
INDONESIA, PT 41
PI-2014160 30/07/2020 AUTONICS GR-2014160 I202008030 Rp 5.071.550 Rp 55.787.050 Rp 60.858.600 25/08/2020
34 INDONESIA, PT 42
35 PO-2006288 24/11/2020 EPSON INDONESIA, PT   99533071 Rp 15.000.000 Rp 150.000.000 Rp 165.000.000 24/12/2020
36 PO-2006351 02/11/2020 EPSON INDONESIA, PT   99464534 Rp 14.585.100 Rp 145.851.000 Rp 160.436.100 02/12/2020
PO-2007715 30/11/2020 AUTONICS   i2020113004 Rp 10.829.760 Rp 108.297.600 Rp 119.127.360 28/12/2020
37 INDONESIA, PT 1
PO-2007958 30/11/2020 AUTONICS   i2020120403 Rp 6.701.200 Rp 67.012.000 Rp 73.713.200 28/12/2020
38 INDONESIA, PT 7
PO-2006367 01/12/2020 SUMBER GLOBAL, CV   INV/2020/S Rp 6.600.000 Rp 66.000.000 Rp 72.600.000 04/01/2020
39 G/123
  11/11/2020 SZETO GLOBAL   INV- Rp (1.190.198) Rp 59.509.879 Rp 58.319.681 18/12/2020
INDONESIA, PT 2020/SGIJK
40 T/11-0105
PO-2006974 18/11/2020 AUTONICS   I202011180 Rp 5.830.592 Rp 58.305.920 Rp 64.136.512 28/12/2020
41 INDONESIA, PT 05
PO- 30/11/2020 AUTONICS   I202011300 Rp 5.587.720 Rp 55.877.200 Rp 61.464.920 28/12/2020
2007715, INDONESIA, PT 47
42 PO-2007757
PO- 27/11/2020 SETRINDO UTAMA, PT   U1IRP20110 Rp 5.532.610 Rp 55.326.100 Rp 60.858.710 29/12/2020
2006959, 014
PO-
2006978,
43 PO-2006907
PO-2007715 30/11/2020 AUTONICS   i2020113004 Rp 5.437.674 Rp 54.376.740 Rp 59.814.414 28/12/2020
44 INDONESIA, PT 2
Total Rp 909.827.153 Rp 10.382.676.074 Rp 11.292.503.227  

9
Langkah-Sampling Audit untuk Pengujian atas Rincian Saldo

Merencanakan Sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit
Auditor mengambil sampel untuk pengujian atas rincian saldo guna menentukan apakah saldo akun yang sedang diaudit telah dinyatakan
secara wajar

2. Memutuskan apakah sampling audit dapat audit dapat diterapkan .


Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat kesimpulan mengenai populasi berdasarkan sampel.
3. Mendefinisikan salah saji.
Karena sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo mengukur salah saji moneter, yaitu salah saji yang terjadi apabila item sampel
disalahsajikan.
4.Mendefinisikan populasi
Populasi yang tersedia yaitu sebesar 44 invoice pembelian selama tahun 2020.
5. Mendefiniskan unit sampling
Dalam pengujian atas rincian saldo, populasi definiskan sebagai item yang membentuk populasi pembelian yang tercatat.
6. Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi yang dapat
Auditor menggunakan salah saji yang dapat ditoleransi, untuk menentukan ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampling nonstatistik.
Auditor untuk memulainya dengan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas dan menggunakan total tersebut untuk memutuskan salah

10
saji yang dapat ditoleransi bagi setiap akun
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas diterima atas penerima yang salah terlalu rendah.
ARIA (Acceptable risk of incorrect acceptance) yang diambil oleh auditor KAP XXX yaitu sebesar 5% dengan mempertimbangkan resiko
resiko yang melekat pada akun tersebut dan materialitas yang diadopsi oleh Perusahaan atas audit PT Surya Sarana Jaya. Auditor meyakini
bahwa 5% tersebut membawa resiko level high sehingga cakupan sampel jauh lebih luas dan auditor bisa meyakini bahwa saldo tersebut telah
tersaji dengan wajar dan memadai.
8. Mengestimasi salah saji dalam populasi.
Dalam kasus ini tidak ada salah saji yang didapatkan dalam populasi sampling yang telah tersedia.

9. Menentukan ukuran sampel awal


Ukuran sample awal didapatkan dari perhitungan berdasarkan aplikasi ATLAS dengan memperhatikan materialitas perusahaan yaitu sebanyak
14 Sampel.

11
Memilih sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
10. Memilih sampel

12
11. Melaksanakan Prosedur Audit
Untuk akun persediaan, Perusahaan melakukan prosedur audit diantaranya melakukan stock opname, vouching terhadap sample yang sudah
tersedia, perhitungan movement inventory to HPP, perhitungan kembali saldo yang tersedia di LK dengan list inventory dan agree listing.

Mengevaluasi Hasil
12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi dan Memutuskan akseptibilitas populasi

13
Dari hasil sampling yang didapatkan tidak terdapat salah saji dari hasil sampel yang telah ditetapkan. Semua sampel tersaji secara wajar
memadai dengan dokumen pendukung yang memadai.

13. Menganalisis salah saji


Tidak ada salah saji yang tersedia dari sampling yang telah dilakukan karena dokumen tersedia berdasarkan list yang diterima.

14

Anda mungkin juga menyukai