Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

Disusun untuk memenuhi syarat penilaian Ujian Tengah Semester pada mata kuliah Auditing dan Atestasi

Oleh: Amilya Putri (2013220783)

PPAK KELAS MALAM

PROGRAM PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013

1.

Resiko audit dan materialitas harus dipertimbangkan pada perencanaan dan pelaksanaan saldo audit atas laporan keuangan sesuai dengan standar auditing. Resiko audit dan materialitas juga harus dipertimbangkan bersama-sama dalam penentuan sifat, saat dan luasnya prosedur auditing. Diminta: a. Jelaskan tentang resiko audit dan tentang materialitas. Hal-hal mengenai risiko audit dan materialitas dibahas dalam SPAP pada PSA no. 25 SA seksi 312. Berdasarkan peraturan tersebut yang dituliskan dalam paragraf 2, yang dimaksud dengan risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko tinggi dapat menyebabkan auditor memperluas prosedur yang diterapkan, atau memodifikasi sifat prosedur untuk memperoleh bukti yang lebih bersifat persuasif. Sedangkan terkait materialitas, dalam SPAP disebutkan bahwa materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari kekeliruan atau kecurangan. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Adapun hubungan antara risiko audit dan materialitas adalah saling berlawanan, dimana semakin tinggi risiko audit yang dimiliki makan tingkat materialitasnya akan semakin kecil. Dengan memperkecil tingkat materialitasnya otomatis bukti audit yang diperiksa akan semakin banyak. b. Jelaskan komponen-komponen resiko audit, yang meliputi IR, CR dan DR. Berdasarkan SPAP pada PSA no. 25, komponen-komponen resiko audit terdiri dari : Risiko Bawaan

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih mudah dicuri daripada sediaan batu bara. Akun yang terdiri dart jumlah yang berasal dart estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data berupa fakta. Faktor ekstern juga mempengaruhi risiko bawaan. Sebagai contoh, perkembangan teknologi mungkin menyebabkan produk tertentu menjadi usang, sehingga mengakibatkan persediaan cenderung dilaporkan lebih besar. Risiko Pengendalian Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern. Risiko Deteksi Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit. Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui perencanaan dan supervisi memadai dan pelaksanaan praktik audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu. c. Jelaskan hubungan diantara komponen-kompenen tersebut. Berdasarkan SPAP pada PSA no. 25 paragraf 28, hubungan antara komponen-komponen resiko audit adalah sebagai berikut :

Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima. Komponen risiko audit ini dapat ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam bentuk persentase atau secara nonkuantitatif yang berkisar, misalnya, dari minimum sampai dengan maksimum.

2. Dalam setiap penugasan audit, seorang auditor harus melakukan evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Internal dari auditee. Jelaskan secara singkat dan kaitkan dengan standar auditing yang ada, untuk apa seorang auditor melakukan evaluasi tersebut dan akan menghasilkan apa kegiatan evaluasi tersebut! Hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal diatur dalam PSA no 69 SA seksi 319. Standar tersebut menyebutkan bahwa dalam semua audit, auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan. Dalam perencanaan audit, pengetahuan tersebut harus digunakan untuk: Mengidentifikasi tipe salah saji potensial. Mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material. Mendesain pengujian substantif.

Setelah memiliki pengetahuan yang cukup terkait pengendalian internal klien, tugas auditor selanjutnya adalah menentukan risiko pengendalian. Risiko pengendalian dapat ditaksir dalam bentuk kuantitatif, seperti persentase, atau dalam nonkuantitatif yang berkisar antara maksimum dan minimum. Dari risiko yang sudah ditentukan oleh auditor akhirnya akan didapatkan dua kemungkinan yaitu risiko tinggi dan rendah. Jika risiko pengendaliannya rendah maka akan dilakukan pengujian pengendalian yang akan difokuskan kepada test of control (TOC). Namun jika risiko pengendaliannya tinggi maka auditor diperkenankan untuk tidak melakukan TOC. TOC pada tingakat resiko pengendalian yang tinggi hanya akan berdampak pada ketidak efisienan program audit

yang dilakukan. Hal ini diibaratkan auditor menguji sesuatu yang sudah jelas. Sehingga sebaiknya pengujian difokuskan kepada substantive test. Hasil dari penilaian resiko pengendalian selanjutnya akan berpengaruh terhadap risiko audit, tingkat

materialitasnya, serta proses dan jumlah pengumpulan bukti audit nantinya

3. Jika seorang akuntan publik diminta oleh petugas pajak/fiskus (pejabat negara) untuk mengungkapkan informasi nilai laba yang sesungguhnya untuk dikenakan pajak yang akuntan publik ketahui sewaktu mengaudit laporang keuangan. Apakah akuntan publik harus memenuhi permintaan fiskus tersebut? Sementara akuntan publik harus menjaga kerahasiaan dari klien. Berikan penjelasan anda dan kaitkan dengan undang-undang dan standar auditing yang ada! Beberapa peraturan terkait dengan kasus tersebut antara lain : a) Pasal 35 Undang-Undang no. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan STDD Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Ayat 1 : Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperlukan keterangan atau bukti dari bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, dan/atau pihak ketiga lainnya, yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan pajak, penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, pihak-pihak tersebut wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta. Ayat 2 : Dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terikat oleh kewajiban merahasiakan, untuk keperluan pemeriksaan, penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, kewajiban merahasiakan tersebut ditiadakan, kecuali untuk bank, kewajiban merahasiakan ditiadakan atas permintaan tertulis dari Menteri Keuangan. b) Pasal 29 Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik (1) Akuntan Publik dan/atau Pihak Terasosiasi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperolehnya dariklien. (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan apabila digunakan untuk kepentingan pengawasan oleh Menteri.

(3) Menteri wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperolehnya dari Akuntan Publik dan/atau Pihak Terasosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c) Kode Etik Akuntan Publik Seksi 140 Prinsip Kerahasiaan Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperbolehkan dari hubungan profesional dan hubungan bisnis kepada pihak luar KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Berdasarkan ketiga peraturan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jika seorang akuntan publik diminta oleh petugas pajak/fiskus (pejabat negara) untuk mengungkapkan informasi nilai laba yang sesungguhnya untuk dikenakan pajak yang akuntan publik ketahui sewaktu mengaudit laporang keuangan, maka akuntan publik harus memenuhi permintaan fiskus tersebut.

4. Anda mendapatkan penugasan audit laporan keuangan PT. IMA untuk tahun 2008. Pada saat anda melakukan pemeriksaan atas akun modal, anda mendapatkan kondisi sebagai berikut: Sesuai dengan Akta Pendiriannya pada tahun 2003, Perseroan telah menentukan modal dasar senilai Rp.22.500.000.000,- (dua puluh dua milyar lima ratus juta rupiah) yang terbagi atas 22.500 (dua puluh dua lima ratus) lembar saham dengan nilai nominal Rp.1.000.000.- (satu juta rupiah). Dari modal dasar di atas, perseroan telah menempatkan sejumlah 5.800 (lima ribu delapan ratus) lembar saham dengan nilai RP.5.800.000.000,- (lima milyar delapan ratus juta rupiah). Modal yang ditempatkan tersebut masing-masing atas nama: Tuan Christiano 2.800 lembar senilai Rp.2.800.000.000,00

Tuan Ronaldo 3.000 lembar senilai Rp.3.000.000.000,00 dan modal ditempatkan di atas, telah disetor penuh (100%) ke perseroan. Perseroan telah melakukan perubahan anggaran dasar pada tahun 2007, yang berkaitan dengan berubahnya struktur modal perseroan. Berdasarkan berita acara rapat yang telah disahkan dihadapan notaris Khumaidi, SH, persero telah meningkatkan modal dasar dan modal disetor perseroan. Modal dasar yang semula Rp.22.500.000.000,- ditingkatkan menjadi Rp.67.500.000.000,- sekaligus

menambah modal disetor yang semula senilai Rp.5.800.000.000,- ditingkatkan menjadi Rp.17.300.000.000,-. Dengan adanya peningkatan modal dasar dan modal disetor, maka struktur modal yang ditempatkan oleh perseroan menjadi: Tuan Christiano Tuan Ronaldo 8.400 lembar senilai Rp.8.400.000.000,00 8.900 lembar senilai Rp.8.900.000.000,00

dan modal ditempatkan di atas, telah disetor penuh (100%) ke perseroan. Seluruh bukti setor telah anda dapatkan dan sesuai dengan kondisi di atas. Dalam laporan keuangan PT IMA untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2008, yang anda audit, di posisi Ekuitas, perusahaan mencatat senilai Rp.17.300.000.000,00 dalam modal ditempatkan perseroan. Diminta atas fakta di atas: a. Jelaskan tentang prosedur apa yang dilakukan oleh auditor untuk meyakini penyajian di akun modal di atas! b. Bukti-bukti apa saja yang harus dicollect oleh auditor untuk mendukung prosedur yang akan dilakukan! c. Simpulkan dan jelaskan tingkat kewajaran penyajian akun modal di atas!

Jawab: a. Prosedur yang dapat dilakukan auditor untuk meyakini penyajian akun modal di atas, diantaranya: Melakukan pengamatan dan evaluasi atas desain dan implementasi internal control permodalan. Melakukan analisa terhadap akta pendirian awal beserta komposisi permodalannya. Melakukan pemeriksaan terhadap akta perubahan, terkait perubahan komposisi permodalan, yang awalnya: Modal dasar Modal ditempatkan: Tuan Christiano Tuan Ronaldo menjadi: Modal dasar Modal ditempatkan: Tuan Christiano Tuan Ronaldo 8.400 lembar senilai Rp. 8.400.000.000,00 8.900 lembar senilai Rp. 8.900.000.000,00 67.500 lembar senilai Rp. 67.500.000.000,00 2.800 lembar senilai Rp. 2.800.000.000,00 3.000 lembar senilai Rp. 3.000.000.000,00 22.500 lembar senilai Rp. 22.500.000.000,00

Dalam hal ini, auditor harus memperoleh keyakinan yang memadai terhadap perubahan struktur modal-dari modal dasar Rp. 22.500.000.000 menjadi Rp. 67.500.000.000 17.300.000.000. Melakukan pemeriksaan terhadap bukti setor atau bukti transaksi terkait (hutang/pembelian aset). Melakukan pemeriksaan terhadap notulen RUPS. dan modal disetor dari Rp. 5.800.000.000 menjadi Rp.

b.

Bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor untuk mendukung prosedur yang akan dilakukan, diantaranya: Akta pendirian dan akta perubahan permodalan. Notulen RUPS terakhir yang menjelaskan adanya perubahan komposisi modal. Bukti setor Kas Bank terkait setoran modal yang menunjukkan jumlah dan nama penyetor. Bukti transaksi pembelian aset jika peruntukan modal untuk pembelian aset. Bukti transaksi terjadinya hutang jika peruntukkan modal merupakan bentuk hutang pihak istimewa.

c.

Kesimpulan tingkat kewajaran penyajian akun modal Dalam kasus ini, komposisi awal permodalan dan perubahan yang terjadi dapat dijelaskan dengan akta. Dalam hal ini, komposisi awal permodalan dijelaskan dalam akta pendirian, sedangkan komposisi baru permodalan (perubahan permodalan) dijelaskan dalam akta perubahan yang disahkan dihadapan notaris Khumaidi, SH. Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa akta perubahan ini telah melalui mekanisme RUPS sebagai pemegang keputusan tertinggi dalam sebuah Perseroan. Dengan demikian, penyajian akun modal dalam Laporan Keuangan yang telah diperkuat dengan akta perubahan dan bukti setor dianggap wajar.

Anda mungkin juga menyukai