Anda di halaman 1dari 28

BUKU INFORMASI

PEMILIHAN MESIN GARMEN 1

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
Jl. Widya Chandra VIII No 34 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI------------------------------------------------------------------------------------------------2

BABI PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------------4
1.1. Tujuan Umum--------------------------------------------------------------------------- 4
1.2. Tujuan Khusus-------------------------------------------------------------------------- 4

BAB II BENTUK-BENTUK SEAM------------------------------------------------------------------ 5


2.1. Definisi seam -------------------------------------------------------------------------- 5
2.2. Klasifikasi seam ------------------------------------------------------------------------- 5
2.2.1. Seam kelas 1 ------------------------------------------------------------------- 6
2.2.2. Seam kelas 2 ------------------------------------------------------------------- 6
2.2.3. Seam kelas 3 ------------------------------------------------------------------- 7
2.2.4. Seam kelas 4 ------------------------------------------------------------------- 8
2.2.5. Seam kelas 5 ------------------------------------------------------------------- 8
2.2.6. Seam kelas 6 ------------------------------------------------------------------- 9
2.2.7. Seam kelas 7 ------------------------------------------------------------------ 10
2.2.8. Seam kelas 8 ------------------------------------------------------------------ 11

BAB III BENTUK-BENTUK STITCH -------------------------------------------------------------- 12


3.1 Definisi stitch---------------------------------------------------------------------------- 12
3.2 Klasifikasi stitch ------------------------------------------------------------------------ 12
3.2.1 Kelas 100 Single Chainstitch ---------------------------------------------- 12
3.2.2 Kelas 200 ------------------------------------------------------------------------ 14
3.2.3 Kelas 300 Lockstitch --------------------------------------------------------- 15
3.2.4 Kelas 400 Multi Thread Chainstitch --------------------------------------- 17
3.2.5 Kelas 500 Overedge Chainstitch ------------------------------------------ 19
3.2.6 Kelas 600 Covering Chainstitch ------------------------------------------- 15

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 2 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

BAB IV MACAM-MACAM MEKANISME PENYUAPAN KAIN ---------------------------- 22


4.1 Mekanisme penyuapan --------------------------------------------------------------- 22
4.1.1 Needle Feed System -------------------------------------------------------- 25
4.1.2 Unison Feed System --------------------------------------------------------- 26
4.1.3 Differential Feed System ---------------------------------------------------- 26
4.1.4 Puller Feed System ----------------------------------------------------------- 27

DAFTAR PUSTAKA-------------------------------------------------------------------------------------- 28
A. Dasar Perundang-undangan ------------------------------------------------------------- 28
B. Buku Referensi ------------------------------------------------------------------------------- 28

DAFTAR PENYUSUN MODUL ----------------------------------------------------------------------- 28

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 3 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Umum


Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
pengetahuan tentang seam, stitch dan penyuapan kain ke mesin
1.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Pemilihan
Mesin Garmen ini guna memfasilitasi mahasiswa sehingga pada akhir
pembelajaran diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:

 Memahami dan menjelaskan tentang seam


 Memahami dan menjelaskan tentang stitch
 Memahami dan menjelaskan sistem penyuapan kain ke mesin

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 4 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

BAB II
BENTUK-BENTUK SEAM

2.1. Definisi seam


Seam adalah lipatan atau garis yang dibentuk saat proses penjahitan sehelai
atau beberapa helai kain (bahan / komponen).

Komponen pembentuk dapat berupa bahan utamanya atau bahan tambahan yang
mempunyai sisi terbatas maupun tidak terbatas.

Dikatakan komponen terbatas pada satu sisinya, maka sisi tersebut merupakan
sisi guntingan yang akan dijadikan seam. Komponen yang terbatas pada kedua
sisinya mungkin berupa renda, pita atau elastik yang lebarnya sempit. Sedangkan
suatu komponen dikatakan tidak terbatas pada satu sisinya, maka sisi tersebut
merupakan sisi yang berlawanan dengan sisi terbatas.

Gambar 2.1 Komponen Jahitan

2.2. Klasifikasi seam


Berdasarkan British Standard BS 3870: Part 2: 1983, jenis seam ini dibedakan
dalam 8 kelas, menurut type dan jumlah komponen pembentuknya.

Adapun kelas-kelas dari seam menurut British Standard yang baru terdiri dari
delapan kelas, yang mana enam kelas pertama merupakan British Standard
awal tetapi masih tetap dipakai dan ditambah dengan dua kelas lagi. Pada
bagian selanjutnya nama kelas dari seam yang ditulis dalam kurung merupakan
British Standard awal.

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 5 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

2.2.1. Kelas 1 (superimposed seam)


Seam ini dibentuk oleh minimum dua buah komponen, yang letak sisi
terbatasnya sama. Komponen-komponen tersebut bisa mempunyai satu
sisi terbatas atau kedua sisinya terbatas.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.2 : Beberapa contoh seam kelas 1

2.2.2. Kelas 2 (lapped seam)


Seam ini dibentuk oleh minimum dua buah komponen, yang letak sisi
terbatasnya berlawanan dan saling menumpang. Komponen-komponen
tersebut bisa mempunyai satu sisi terbatas atau kedua sisinya terbatas.

Seam ini banyak dipakai pada penjahitan celana jeans dan kemeja, biasa
disebut dengan lap felled seam, dan seam ini dijahit dua lajur
menggunakan mesin jarum ganda.

(a) (b)
Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 6 dari 28
Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

(c)

Gambar 2.3 : Beberapa contoh seam kelas 2

2.2.3. Kelas 3 (bound seam)

2.2.4. Seam ini dibentuk minimum oleh dua buah komponen, komponen
pertama terbatas pada salah satu sisinya sedangkan komponen kedua
terbatas pada kedua sisinya dan membungkus sisi terbatas pada komponen
pertama.
2.2.5.
2.2.6. Seam ini banyak dipakai untuk menutupi bagian pinggiran kain agar
kelihatan rapih, misalnya saku celana bagian dalam. Juga digunakan untuk
pemasangan karet ban pinggang, karet tersebut disisipkan didalam
komponen yang membungkus, atau dijahit diluar komponen.
2.2.7.

2.2.8.
2.2.9. (a) (b)
2.2.10.

2.2.11.
2.2.12. (c) (d)
2.2.13.
2.2.14.
Gambar 2.4 : Beberapa contoh seam kelas 3
Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 7 dari 28
Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

2.2.15. Kelas 4 (flat seam)

2.2.16. Seam ini dibentuk oleh minimum dua buah komponen, yang letak
sisi terbatasnya berlawanan dan kedudukannya sejajar ( satu level ).
Komponen-komponen tersebut bisa mempunyai satu sisi terbatas atau
kedua sisinya terbatas.
2.2.17.
2.2.18. Kelebihan seam kelas ini adalah mempunyai sambungan yang rata,
sehingga tidak ada tonjolan sambungan yang dapat menyebabkan ketidak
nyamanan didalam pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk penjahitan
pakaian dalam dari kain rajut.
2.2.19.

2.2.20.
2.2.21. (a) (b)

2.2.22.
2.2.23.
2.2.24. (c) (d)

Gambar 2.5 : Beberapa contoh seam kelas 4

2.2.25. Kelas 5 (decorative stitching)

2.2.26. Seam ini dibentuk oleh minimum satu buah komponen yang tidak
terbatas pada kedua sisinya.
2.2.27. Seam kelas ini merupakan seam yang pertama dari dua kelas yang
tidak merupakan seam. Oleh karena itu dinamakan stitching.
2.2.28.

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 8 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

2.2.29. Sesuai dengan namanya, seam kelas 5 ini digunakan sebagai


jahitan hiasan pada garmen, dapat satu atau beberapa deret jahitan pada
selembar atau beberapa lapis kain.
2.2.30. Kemungkinan lain, dengan pemberian peralatan tambahan pada
mesin, misalnya folder, dapat dibentuk jahitan pin tucks yang dijahit
menggunakan mesin jarum banyak ( multiple needle machine ) dan
penjahitannya dilakukan secara bersamaan.
2.2.31.

2.2.32.
2.2.33.
2.2.34. (a) (b)
2.2.35.

2.2.36.
2.2.37.
2.2.38. (c) (d)
2.2.39.
2.2.40. Gambar 2.6 : Beberapa contoh seam kelas 5

2.2.41. Kelas 6 (edge neatening)

2.2.42. Seam ini hanya dibentuk oleh sebuah komponen yang terbatas pada
salah satu sisinya dan merupakan kelas seam yang disebut stitching.
2.2.43.
2.2.44. Contoh yang paling sederhana adalah penjahitan pinggiran kain
dengan mesin obras seperti pada Gambar 2.7 (a). Sedangkan Gambar 2.7
(c) adalah jenis kelim untuk bagian bawah rok atau celana yang jahitannya
disembunyikan ( som ).

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 9 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

2.2.45. Gambar 2.7 (d) adalah metoda penjahitan untuk plaket depan
kemeja.
2.2.46.

2.2.47.
2.2.48. (a) ` (b)
2.2.49.
2.2.50.

2.2.51.
2.2.52. (c) (d)

Gambar 2.7 : Beberapa contoh seam kelas 6

2.2.53. Kelas 7

2.2.54. Seam ini dibentuk oleh minimum dua buah komponen, yang
komponen pertamanya terbatas pada salah satu sisinya dan komponen
yang lain terbatas pada kedua sisinya.
2.2.55.
2.2.56. Salah satu contoh adalah proses pemasangan pita atau renda pada
ujung garmen seperti disajikan pada Gambar 2.8 (a).
2.2.57. Gambar 1.8 (c) adalah contoh lain untuk seam kelas ini, yaitu plaket
depan kemeja yang menggunakan komponen tambahan dari kain dan
interlining. Dengan menggunakan dua buah folder pada mesin jarum ganda,
konstruksi plaket depan kemeja yang kompleks ini dapat diselesaikan
dalam sekali operasi, tanpa menggunakan banyak mesin, serta hasil yang
dicapai akan sama.

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 10 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

Gambar 2.8 : Beberapa contoh seam kelas 7

2.2.58. Kelas 8

2.2.59. Seam ini hanya dibentuk oleh satu komponen yang terbatas pada
kedua sisinya.
2.2.60.
2.2.61. Contoh yang paling umum adalah tali ban pinggang celana seperti
yang disajikan pada Gambar 2.9
2.2.62.

2.2.63.

Gambar 2.9 : Beberapa contoh seam kelas 8

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 11 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

BAB III

BENTUK-BENTUK STITCH

3.1 Definisi stitch


Stitch adalah suatu kesatuan deretan jeratan yang diperoleh dari satu atau lebih
benang yang dijeratkan atau dijalinkan secara intralooping, interlooping dan
interlacing.

Gambar 3.1 : Formasi setik

3.2 Klasifikasi stitch


Klasifikasi stitch ini didefinisikan sebagai jenis stitch, yang mana menurut British
Standar 3870 dibagi didalam enam kelas yang meliputi kebutuhan untuk
menggabungkan komponen, merapihkan pinggiran kain dan / atau untuk
mendapatkan hiasan serta untuk menutup sambungan.

3.2.1 Kelas 100 Single Chainstitch

Jeratan ini dibentuk dari satu atau lebih benang jarum ( needle thread = NT )
dengan karakteristik jeratannya adalah intralooping. Satu atau lebih lengkungan
jeratan benang dilewatkan menembus bahan dan di jerat secara intralooping.
Oleh karena satu lengkungan jeratan di jerat oleh lengkungan jeratan yang lain,
maka jeratan ini relatif mudah terurai atau terlepas bila ujung benang akhir tidak
dikunci. Demikian pula halnya bila terjadi putus benang. Karena mudah terurai
inilah jeratan kelas 100 ini baik digunakan untuk menjelujur.

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 12 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

Mekanisme pembentukan stitch dari kelas 101 ini dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 : Mekanisme formasi pembentukan stitch kelas 100

Beberapa contoh yang stitch kelas 100

Gambar 3.3 : Stitch kelas 101

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 13 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

Gambar 3.4 : Stitch kelas 102

Gambar 3.5 : Stitch kelas 103

3.2.2 Kelas 200 Stitch yang meniru dari hand stitch

Karakteristik jenis jeratan kelas ini adalah hanya satu benang yaitu benang jarum
( needle thread = NT ) yang dilewatkan pada bahan bolak-balik. Kelas 200 ini
banyak digunakan untuk penyelesaian akhir suatu garmen yang jahitannya tidak
dapat menggunakan mesin jahit lockstitch atau chainstitch.

Gambar 3.6 : Stitch kelas 202

Gambar 3.7 : Stitch kelas 205

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 14 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

3.2.3 Kelas 300 Lockstitch

Jeratan kelas ini dibentuk oleh dua atau lebih kelompok benang dan karakteristik
jeratannya adalah interlacing.
Kelompok pertama biasa dinamakan benang jarum ( needle thread = NT ).
Sedangkan kelompok kedua dinamakan benang bobin ( bobbin thread = BT ).
Hasil jeratan kedua benang tersebut adalah interlacing yang relatif lebih kuat dan
tidak mudah terurai.
Jeratan lockstitch ini merupakan jeratan yang paling umum digunakan dalam
industri pakaian jadi.
Mekanisme formasi pembentukan stitch kelas 301 disajikan pada Gambar 3.8

Gambar 3.8 : Mekanisme formasi pembentukan stitch kelas 301

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 15 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

Stitch yang paling umum pada kelas ini adalah kelas 301, seperti yang disajikan
pada Gambar 3.9

Gambar 3.9 : Stitch kelas 301

Gambar 3.10 : Stitch kelas 302

Pada umumnya jeratan lockstitch cukup kuat asalkan benang yang digunakan
sama, tegangan benangnya seimbang dan mulur yang cukup jika. Kelebihan
stitch kelas ini dibanding dengan stitch kelas lainnya adalah kenampakan jahitan
pada kedua permukaannya terlihat sama. Oleh karena itu stitch jenis ini
terutama digunakan untuk penjahitan top stitching.
Benang-benang pada kelas lockstitch ini biasanya menempel sempurna pada
kain sehingga ketahanan terhadap gesekan menjadi lebih baik. Sebaliknya hal ini
akan menyulitkan pada saat membuka jahitan (pendedelan).

Gambar 3.11 : Stitch kelas 303

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 16 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

Kekurangan paling utama pada lockstitch adalah penggunaan bobin. Bobin ini
dipergunakan untuk menggulung benang bawah dan mempunyai kapasitas
panjang penggulungan benang yang terbatas. Dengan terbatasnya benang
pada bobin maka sering dilakukan penggantian bobin. Sedangkan
penggantian bobin pada saat produksi banyak membuang waktu. Kekurangan
lainnya adalah mulur yang terbatas untuk penjahitan kain-kain dengan mulur
yang tinggi seperti kebanyakan kain pada saat ini dan juga tidak sesuai untuk
edge neatening.

3.2.4 Kelas 400 Multi thread chainstitch

Jeratan ini dibentuk oleh satu atau lebih kelompok benang dengan karakteristik
jeratannya adalah interlooping, antara kedua kelompok lengkungan jeratan,
kelompok pertama dilewatkan menembus bahan dan dikunci dengan cara
interlacing oleh lengkungan jeratan kelompok yang lain.
Kelompok pertama disebut dengan benang jarum ( needle thread = NT ),
sedangkan kelompok yang lain disebut benang looper ( looper thread = LT ).

Pada produksi masal, biasanya stitch kelas 401 dikombinasikan dengan kelas
500 ( obras ) agar penyambungan komponen dan pengobrasan dapat dilakukan
bersamaan sehingga biaya bisa ekonomis

Gambar 3.12 : Stitch kelas 401

Gambar 3.13 : Stitch kelas 402

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 17 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

Gambar 3.14 : Stitch kelas 403

Gambar 3.15 : Mekanisme formasi pembentukan stitch kelas 401

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 18 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

3.2.5 Kelas 500 Overedge chainstitch

Jeratan kelas ini dibentuk oleh satu kelompok benang atau lebih, dan karakteristik
umumnya adalah paling sedikit salah satu kelompok benang menutupi atau
membungkus pinggiran bahan. Jeratan ini mempunyai elastisitas yang tinggi dan
tidak mudah terurai jeratannya.
Dengan adanya pisau ( trimming knife ) sebelum proses penjahitan berlangsung,
memberikan pinggiran hasil jahitan yang rapih.

Gambar 3.16 : Stitch kelas 504

Gambar 3.17 : Stitch kelas 506

Stitch kelas 512 menggunakan dua jarum dan benang keseluruhan ada empat.
Dibanding kelas 504, kelas 512 ini jeratannya lebih lebar, kombinasi dengan jarum
kedua, memberikan sambungan jahitan lebih aman.

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 19 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

Gambar 3.18 : Stitch kelas 512

3.6 Kelas 600 Covering chainstitch

Jeratan kelas ini dibentuk oleh 3 kelompok benang, dengan karakteristik umumnya
adalah bahwa 2 kelompok benang merupakan penutup kedua permukaan bahan.
Lengkungan jeratan dari kelompok pertama ( needle thread = NT ) dilewatkan
menembus kain sambil masuk kedalam lengkungan jeratan dari kelompok ketiga
( cover thread = CT ) yang berada di permukaan kain bagian atas kemudian
melewati lengkungan jeratan kelompok benang kedua ( looper thread = LT ) dan
melakukan interlooping dengan kelompok benang kedua ini di bagian bawah kain.
Stitch pada kelas ini paling kompleks dibanding dengan kelas-kelas lain.
Penggunaan stitch kelas 600 ini untuk penyambungan elastik, renda yang hasil
akhirnya rata serta nyaman dipakainya. Benang penutup bagian atas (cover thread)
digunakan sebagai hiasan, sedangkan benang penutup bagian bawah (looper
thread) digunakan untuk menutup pinggiran kain agar kelihatan rapih.

Gambar 3.19 : Stitch kelas 602


Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 20 dari 28
Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

Gambar 3.20 : Stitch kelas 603

Stitch yang paling kompleks pada kelas ini adalah kelas 606 yang biasa disebut
dengan Flatlock, yang digunakan untuk menyambung kain secara rata (flat seam).
Dengan menggunakan empat jarum dan sembilan benang, dapat diperoleh
sambungan yang halus, rata dan mempunyai mulur yang bagus. Kelas 606 ini
biasa digunakan untuk menyambung kain-kain rajut, terutama untuk pakaian dalam.
Bila digunakan benang penutup bagian atas yang berwarna kontras, dapat
digunakan sebagai hiasan pada pakaian.

Gambar 3.21 : Stitch kelas 606

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 21 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

BAB IV
MEKANISME PENYUAPAN KAIN

Untuk mendapatkan konstruksi seam dan pembentukan stitch dalam penggabungan


beberapa bahan dibutuhkan suatu mekanisme penyuapan bahan pada mesin penjahitan.
Sistem yang paling sederhana pada penyuapan bahan dan paling banyak dipakai adalah
drop feed.

4.1 Mekanisme penyuapan kain

Bagian-bagian yang berperan pada mekanisme drop feed system ini adalah :

Gambar 4.1 : Drop Feed System

Fungsi throat plate :


Adalah untuk memberikan permukaan yang datar dan licin agar kain yang dijahit dapat
bergerak atau meluncur dengan baik. Agar permukaan throat plate selalu licin, biasanya
diberi lapisan chrome.

Pada throat plate ada lobang-lobang tempat keluar masuknya feed dog dan jarum.
Ukuran lobang yang dilewati jarum kurang lebih 30 % lebih besar dari diameter
jarumnya. Apabila lobang ini terlalu besar, kain yang dijahit dapat ikut terdorong masuk
kedalam lobang sewaktu jarum menusuk kain dan menyebabkan hasil jahitan yang agak
berkerut atau bergelombang. Problim ini disebut flagging.

Fungsi feed dog :


Adalah untuk mendorong atau menggerakkan kain sepanjang stitch yang telah dibentuk
sebelumnya. Pengaturan panjang stitch dilakukan di stitch length regulator.

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 22 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

Permukaan feed dog yang bergerigi menyembul keluar diantara celah atau lobang throat
plate, bersinggungan dengan permukaan bagian bawah kain, mendorong kain kedepan
satu stitch kemudian turun kebawah throat plate dan mundur.
Ketika feed dog berada dibawah throat plate, throat plate ini menahan kain agar kain
tidak berhubungan lagi dengan feed dog sehingga sewaktu feed dog mundur, kain tidak
ikut terbawa mundur.

Gerakan turun naik jarum harus sinkron dengan gerakan elips dari feed dog, sehingga
kain bergerak hanya ketika jarum lepas diatas kain.

Dalam sistem drop feed yang sederhana, feed dog dapat bervariasi dalam jumlah dan
posisinya.

Feed dog berderet tunggal ( single row ) hanya memberi kontak yang sedikit dengan
kain sehingga ada kecenderungan kain tersebut terpeleset ke kiri atau ke kanan
bukannya lurus.

Kebanyakan mesin lockstitch mempunyai dua buah feed dog yang terletak disebelah kiri
dan kanan dari lobang throat plate agar penyuapan kain dapat berjalan dengan lurus.

Gambar 4.2 : Deret Feed Dog

Pada mesin obras, biasanya feed dog diletakkan agak ke kiri dari lobang throat plate,
karena dalam proses pengobrasan ada pengerjaan pemotongan kain disebelah kiri jarum
dan penjahitan kain disebelah kanan dari jarum. Akibatnya kain cenderung lebih tertarik

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 23 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

kekiri. Hal ini dapat diatasi dengan feed dog tiga deret ( three row feed dog ), dengan
letak satu deret feed dog didepan lobang throat plate.

Gigi-gigi pada permukaan feed dog dibedakan berdasarkan pemakaiannya.


Untuk menjahit kain yang ringan, digunakan gigi dengan pitch 1 s/d 1,25 mm
Untuk menjahit kain yang sedang, digunakan gigi dengan pitch 1,3 s/d 1,6 mm
Untuk menjahit kain yang berat, digunakan gigi dengan pitch sampai dengan 2,5 mm.

Gambar 4.3 : Toothpitch

Untuk kain-kain yang sangat lembut, meskipun ujung gigi feed dog dibulatkan, masih
mungkin terjadi bekas-bekas ujung gigi feed dog pada kain. Biasanya hal ini bisa diatasi
dengan jalan memberi lapisan karet pada ujung feed dognya.

Gambar 4.4 : Ukuran gigi feed dog dan toothpitch

Fungsi presser foot adalah :


Untuk memegang atau menekan kain bersama-sama throat plate, sehingga dapat
menahan kain selama penjahitan agar tidak ikut terbawa gerakan jarum yang keatas dan
kebawah.

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 24 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

Pada saat yang sama presser foot memegang kain bersama dengan menyembulnya
feed dog dan mendorong kain bergerak maju satu stitch. Disini diperlukan penyesuaian
antara tekanan presser foot, kecepatan penjahitan dan bahan yang dijahit sehingga hasil
jahitan menjadi sempurna. Pada penjahitan yang menggunakan mesin dengan
kecepatan tinggi, ada kecenderungan presser foot untuk melambung akibat dorongan
feed dog. Hal ini menyebabkan pegangan presser foot ke kain berkurang sehingga
penyuapan menjadi tidak sempurna.

Meskipun sistem drop feed ini masih banyak digunakan, tetapi tetap mempunyai
keterbatasan-keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan dalam menghasilkan jahitan
seam yang sempurna penampilannya untuk semua jenis bahan. Kebanyakan seam pada
garmen perlu disambung secara halus tanpa terjadi pucker.

Pada penjahitan dua lembar atau lebih kain, baik yang sama atau berbeda bahannya,
friksi antara lembar kain yang bawah dengan feed dog umumnya lebih besar dari pada
antar kain. Kecenderungannya adalah kain yang paling bawah dapat didorong dengan
sempurna oleh feed dog, sedangkan lapisan kain yang atas justru tertahan oleh presser
foot. Jadi keberhasilan penyuapan kain yang dijahit bergantung pada friksi antar lapisan
kain.

Beberapa sistem penyuapan yang sering dipergunakan di industri garmen :

4.1.1 Needle feed system


Seperti namanya, jarum pada sistem ini bisa bergerak maju dan mundur untuk
menyuapkan kain sambil membentuk jeratan. Hal ini digunakan untuk menghindari
perpanjangan lubang yang dibentuk oleh jarum pada kain. Biasanya sistem ini
dikombinasikan dengan sistem drop feed dan disebut sistem compound feed. Jarum
menembus kain, bersama-sama dengan feed dog menggerakkan kain untuk
membentuk satu stitch. Karena tusukan jarum ini, lembaran-lembaran kain akan
terpegang bersama sehingga tidak terjadi slip antar lembaran kain. Sistem ini
terutama digunakan untuk penjahitan yang tebal, seperti quilting kain dengan
wadding.
4.1.2

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 25 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

4.1.3
Gambar 4.5 : Needle Feed System

4.1.4 Unison feed system

Sistem penyuapan ini merupakan gabungan antara needle feed, top feed dan bottom
feed.
Presser foot terdiri dari dua bagian, bagian luar dan bagian dalam. Bagian dalam
presser foot bergerak bersama jarum mendorong kain kedepan seperti disajikan
pada Gambar 4.6.
Sistem ini terutama digunakan untuk penjahitan bahan yang mempunyai permukaan
lengket.

Gambar 4.6 : Unison Feed System

4.1.5 Differential feed system

Sistem ini terdiri dari 2 bagian feed dog yang letaknya berurutan, yaitu feed dog
depan dan feed dog belakang. Gerakan tiap bagian dapat diatur kecepatannya
secara sendiri-sendiri. Kain lapisan bawah dapat dikerut atau diregangkan selama
proses penjahitan dengan mengatur gerakan masing-masing bagian feed dog.

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 26 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

Gambar 4.7 : Sistem Penyuapan Diferensial

4.1.6 Puller feed system

Sistem penyuapan ini menggunakan pasangan rol penarik yang berputar, menarik
lapisan kain setelah penjahitan. Pada umumnya rol bagian atas aktif sedangkan rol
lainnya pasif.

Gambar 4.8 : Puller Feed System

Puller feed banyak dijumpai pada mesin dengan jarum lebih dari satu (multi needle)
yang digunakan untuk penjahitan ban pinggang. Biasanya putaran rol sedikit lebih
cepat dibandingkan dengan drop feed dan hal ini berfungsi untuk menanggulangi
kecenderungan jahitan melintir.

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 27 dari 28


Modul Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Pakaian Jadi

DAFTAR PUSTAKA

A. Dasar Perundang-undangan
1. UU Pendidikan Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 61 ayat (1)bahwa sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat
kompetensi.
2. UU. R.I Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian.

B. Buku Referensi
1. Carr, Harold, The Clothing Factory, The Clothing & Foot Wear Institute,
London, 1972
2. Chuter, A.J., Intoduction to Clothing Production Management , BSP Professional
Book, Oxford, London, 1988
3. Cooklin, Gerry, Introduction to Clothing Manufacture, BSP Professional Books,
Oxford,1991
4. Harold Carr & Barbara Latham, The Technology of Clothing Manufacture , BSF
professional Book Oxford, London. 1994.
5. Jacob Solinger, Apparel Manufacturing Hand Book, Second Edition , Bobbin
Media Corp, 1130 Shop Rd, PO Box 1986, S.C.29202, 1988.
6. .............., Kesehatan Keselamatan Kerja, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil,
Bandung, 2004.
7. .............., Buku Manual Mesin Jahit, Juki Corp., 2002

DAFTAR PENYUSUN MODUL

NO. NAMA PROFESI

1. Heru Sutanto  Staf Pengajar di Politeknik STTT Bandung

Judul Modul Pemilihan Mesin Garmen 1 Versi: 2015 Halaman: 28 dari 28

Anda mungkin juga menyukai