Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Keracunan merupakan salah satu penyebab kematian yang sering dikaitkan


dengan toksikologi forensik. Baik keracunan yang disebabkan oleh pembunuhan, kasus
bunuh diri, maupun kematian yang terjadi akibat keracunan dari alam. Sampai saat ini,
terdapat banyak kasus keracunan dan pencemaran lingkungan yang sulit terungkap, yang
umumnya disebabkan karena seringkali data yang diperlukan tidak cukup untuk dapat
membuktikan penyebabnya.1,2,3
Pemeriksaan forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua kelompok,
yang pertama bertujuan untuk mencari penyebab kematian, misalnya kematian akibat
keracunan morfin, sianida, karbon monoksida, keracunan insektisida, dan lain
sebagainya, dan kelompok yang kedua adalah untuk mengetahui mengapa suatu
peristiwa, misalnya peristiwa pembunuhan, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan pesawat
udara dan perkosaan dapat terjadi.2
Dengan demikian, tujuan yang kedua bermaksud untuk membuat suatu rekaan
rekonstruksi atas peristiwa yang terjadi, sampai sejauh mana obat-obatan atau racun
tersebut berperan sehingga kecelakaan pesawat udara misalnya, dapat terjadi.2
Adapun, ilmu toksikologi adalah ilmu yang menelaah tentang kerja dan efek
berbahaya zat kimia atau racun terhadap mekanisme biologis suatu organisme.3
Racun adalah senyawa yang berpotensi memberikan efek yang berbahaya
terhadap organisme.1 Racun menurut Taylor adalah setiap bahan atau zat yang dalam
jumlah relatif kecil, bila masuk ke dalam tubuh, akan menimbulkan reaksi kimiawi yang
akan menyebabkan penyakit atau kematian.2Sifat racun dari suatu senyawa ditentukan
oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor, sifat fisiko kimis toksikan tersebut, kondisi
bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek
yang ditimbulkan.1,2,3
Racun yang sering digunakan adalah arsen dan sianida. Arsen adalah racun
dengan sejarah paling lama telah digunakan, yaitu sejak kerajaan Romawi lagi. 4Arsen
dalam bentuk metal tidak beracun, tetapi yang beracun adalah dalam bentuk garam.
Senyawa arsen dahulu sering mengunakan sebagai racun untuk membunuh orang lain,

1
dan tidaklah mustahil dapat ditemukan kasus keracunan dengan arsen dimasa sekarang
ini.1,3,4
Disamping itu keracunan arsen kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan
dalam industri dan pertanian akibat memakan/meminum makanan/minuman yang
terkontaminasi dengan arsen. Arsen mengiritasi jaringan, menekan sistem saraf dan
menghalangi respirasi sel. Kematian akibat keracunan arsen sering tidak menimbulkan
kecurigaan karena gejala keracunan akutnya menyerupai gejala gangguan gastrointestinal
yang hebat sehingga dapat didiagnosa sebagai suatu penyakit.5

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Toksikologi forensik adalah salah satu dari cabang ilmu forensik. Menurut
Saferstein yang dimaksud dengan Forensic Science adalah ”the application of science to
low”, maka secara umum ilmu forensik (forensik sain) dapat dimengerti sebagai aplikasi
atau pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk penegakan hukum dan peradilan.3
Toksikologi (berasal dari kata Yunani, toxicos dan logos) merupakan studi
mengenai perilaku dan efek yang merugikan dari suatu zat terhadap organisme/mahluk
hidup. Dalam toksikologi, dipelajari mengenai gejala, mekanisme, cara detoksifikasi serta
deteksi keracunan pada sistim biologis makhluk hidup. Toksikologi sangat bermanfaat
untuk memprediksi atau mengkaji akibat yang berkaitan dengan bahaya toksik dari suatu
zat terhadap manusia dan lingkungannya.1
Toksikologi forensik, adalah penerapan toksikologi untuk membantu investigasi
medikolegal dalam kasus kematian, keracunan maupun penggunaan obat-obatan. Dalam
hal ini, toksikologi mencakup pula disiplin ilmu lain seperti kimia analitik, farmakologi,
biokimia dan kimia kedokteran.1,2,3
Arsen adalah racun dengan sejarah paling lama telah digunakan, yaitu sejak
kerajaan Romawi lagi.4 Senyawa arsen dahulu sering digunakan sebagai racun untuk
membunuh orang lain, dan tidaklah mustahil dapat ditemukan kasus keracunan dengan
arsen dimasa sekarang ini yang menjadi salah satu subyek utama dalam toksikologi
forensik.1,3,4
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steel-
grey). Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida (AsCl3)
berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal putih dan
berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang, merupakan
salah satu turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa
senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada umumnya mudah
larut dalam air, khususnya dalam air panas.4,5,6,7

3
Tabel di bawah ini memperlihatkan contoh berbagai bentuk senyawa arsen organic dan
inorganik yang sering berhubungan dengan kesehatan manusia.5

Nama Rumus Kimia Sifat Fisik


Arsenik (unsur) As Berwarna abu-abu,
mengkilap, rapuh, tidak
larut dalam air
Arsine AsH3 Dalam bentuk gas, kurang
berwarna, larut dalam air
Arsenik triklorida AsCl3 Berupa cairan berminyak,
warna kekuningan, larut
dalam air.
Arsenik trioksida As2O3 Berupa kristal putih, tidak
berbau, tidak berasa, sukar
larut dalam air
Sodium arsenite NaAsO2 Berbentuk bubuk
putih/abu-abu yang
higroskopis, sangat larut
dalam air.
Asam arsenik H3AsO4 Berbentuk bubuk putih,
berat, tidak larut dalam air,
pada pemanasan
menghasilkan gas yang
beracun.
Dimethylarsinic acid (CH3)2AsO(OH) Berbentuk kristal yang
tidak berwarna, larut dalam
air dan etanol.
Sodium methylarsenate CH3AsO(OH)(ONa) Berbentuk bubuk putih,
larut dalam air.

Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen
trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg.
Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan timbulnya
gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk berbagai

4
infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dan tripanosoma, tetapi
kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen
dalam dosis kecil sampai saat ini juga masih digunakan sebagai obat pada resep
homeopathi.4,5,6

2.2. Epidemiologi
Di dunia, lebih dari 100 juta orang berisiko terpapar arsenic dari minuman air yang
mengandung arsenic dengan kadar tinggi. Di Bangladesh, lebih dari 95% persediaan air
untuk lebih dari 138 juta orang berpotensii terkontaminasi arsenic. Menurut American
Association of Poisioning Control Centres „ (AAPCC) National Poisioning Data System
(NPDS) tiga orang meniggal akibat terpapar arsenic di tahun 2011. Berdasarkan jenis
kelamin, laki-laki lebih sering terpapar arsenk pestisida lebiih dominan (274 dari 379
menurut data NPDS 2007). Sedangkan, arsenic non peptesida didominasi usia lebih 19
tahun (645 dari 1165).6

2.3. Sumber Pajanan


Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen,
udara, air dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan sumber
pencemaran arsen di lingkungan.4,7
A. Keberadaan Arsen di Alam
a. Batuan (Tanah) dan Sedimen
Di batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai mineral. Kadar As tertinggi
dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam, perak dan bentuk sulfida dari
emas. Mineral lain yang mengandung arsen adalah arsenopyrite (FeAsS), realgar (As4S4)
dan orpiment (As2S3). Secara kasar kandungan arsen di bumi antara 1,5-2 mglkg (NAS,
1977). Bentuk oksida arsen banyak ditemukan pada deposit/sedimen dan akan stabil bila
berada di lingkungan. Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung
kadar As antara 0,240 mg/kg, sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-
rata lebih dari 550 mg/kg.4,7

b. Air

5
Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat
merembes ke air tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen tertinggi adalah
daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan
organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan dilepaskan dari sedimen ke dalam air
tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah permukaan tanah.4,7
Arsen terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik (Braman, 1973;
Crecelius, 1974). Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid dan methylarsenic
acid, sedang anorganik dalam bentuk arsenit dan arsenat. Arsen dapat ditemukan pada air
permukaan, air sungai, air danau, air sumur dalam, air mengalir, serta pada air di lokasi di
mana terdapat aktivitas panas bumi (geothermal).4,7

c. Biota
Penyerapan ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan aluminium, sebagian
besar merupakan kebalikan dari penyerapan arsen pada tanaman (WaIlsh, 1977).
Kandungan arsen dalam tanaman yang tumbuh pada tanah yang tidak tercemari pestisida
bervariasi antara 0,01-5 mg/kg berat kering (NAS, 1977). Tanaman yang tumbuh pada
tanah yang terkontaminasi arsen selayaknya mengandung kadar arsen tinggi, khususnya
di bagian akar (Walsh & Keene, 1975; Grant & Dobbs, 1977). Beberapa rerumputan yang
mengandung kadar arsen tinggi merupakan petunjuk/indikator kandungan arsen dalam
tanah (Porter & Peterson, 1975). Selain itu, ganggang laut dan rumput laut juga umumnya
mengandung sejumlah kecil arsen.4,7

d. Mekanisme pajanan dari alam


Arsen dalam tanah akan diserap oleh akar tumbuhan dan masuk ke dalam bagian
– bagian tumbuhan sehingga tumbuhan mengandung arsen. Adanya arsen dalam tanah
akan menyebabkan sebagian arsen larut di dalam air. Arsen di dalam air kemudian akan
mencemari plankton, ikan dan kerang. Dengan memakan tumbuhan dan hewan, maka
secara tidak langsung kita juga mengkonsumsi arsen setiap hari. Senyawa arsen yang
paling sering dijumpai pada makanan adalah arsenobetaine dan arsenocholine, yang
merupakan varian arsen organic yang relative non toksik. Senyawa arsen juga banyak
dijumpai pada daerah pertambangan, karena senyawa arsen merupakan produk

6
sampingan dari ekstraksi logam Pb, Cu, maupun Au. Pada daerah pertambangan tersebut,
senyawa arsen tersebur merupakan kontaminan pada air sumur dan makanan. Dalam
keadaan normal, setiap hari tidak kurang dari 0,5-1mg arsen akan masuk ke dalam tubuh
kita melalui makanan dan minuman yang kita konsumsi. Dengan demikian, di dalam
darah orang normal pun, kita menemukan adanya arsen.4,6

B. Produksi dalam Industri


Arsen telah banyak digunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya untuk
bahan pestisida, herbisida, insektisida, bahan cat, keramik, bahan untuk preservasi kayu,
juga penjernih kaca pada industri elektronik. Berdasarkan data yang digunakan dari Biro
Pertambangan Amerika Serikat (Nelson, 1977), dapat diperkirakan bahwa total produksi
senyawa arsen di dunia mulai tahun 1975 sekitar 600.000 ton. Negara-negara produsen
utama adalah: China, Peru, Swedia, USA dan USSR. Negara-negara tersebut mampu
mencukupi sampai 90% produk dunia. Arsen trivalen adalah basis utama industri kimia
arsen dan merupakan produk samping dalam pelelehan bijih tembaga dan timah hitam.4,6

C. Bahan Obat – obatan dan Herbal


Arsen inorganik telah digunakan untuk pengobatan lebih dari 2500 tahun yang
lalu. Bentuk yang paling sering digunakan adalah Fowler solutionyang mengandung 1%
potassium arsenit, digunakan untuk terapi psoriasis. Selain itu Arsphenamin selama
beberapa tahun merupakan terapi standar untuk penyakit sifilis. Namun penelitian
retrospektif menyatakan adanya peningkatan insiden angiosarkoma hepatic pada orang
yang sering diterapi dengan Fowler solution. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat
untuk berbagai infeksi parasit seperti protozoa, cacing, amoeba, spirochete dan
tripasonoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukan obat lain yang lebih
aman. Adapun, hingga saat ini arsen tetap banyak didapatkan pada obat – obat tradisional
dari India dan Cina.4,5
2.4. Toksisitas
Toksisitas senyawa arsenik sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya
memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik inorganik. Penelitian telah
menunjukkan bahwa arsenites (trivalen bentuk) memiliki toksisitas akut yang lebih tinggi

7
daripada arsenates (pentavalent bentuk). Minimal dosis akut arsenik yang mematikan
pada orang dewasa diperkirakan 70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar
melaporkan keracunan arsenik tidak disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu
senyawa arsen, terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada
arsenikum murni. Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi air liur
berlebihan, muntah, rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan kesulitan
berbicara, masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang bernoda darah),
diare, tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan kram, keringat basah, lividity
dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair.2,4,,5,6,8
Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat berkembang
menjadi berat dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kematian.2,4,8

2.5. Toksikokinetik Dan Toksikodinamik


Arsenik biasanya masuk ke dalam tubuh lewat jalur oral, inhalasi dan parenteral.
Absorpsi kulit bisa berlaku lewat mukosa membran dan kulit yang terkelupas.
Bioavaibilitas arsen yang terlarut di dalam tubuh bisa mencapai 60% hingga 90%,
melalui cara ingesti dan inhalasi. Puncak kadar arsen dalam serum bisa dicapai dalam
masa 60 menit. Ketika sudah diserap, arsene akan terdistribusi ke hati, ginjal, otot, kulit,
dan kuku dimana ia berikatan dengan kelompok sulfhidril. Hanya sejumlah kecil arsen
akan melewati blood-brain barrier. Arsen akan menggantikan fosfor di dalam tulang
dimana ia akan tetap tinggal di situ selama bertahun-tahun. Volume distribusi arsene
adalah 0,2 L/kg

Arsen pentavalen dan trivalent akan melewati reaksi redok in vivo. Kebanyakan
arsen pentavalen akan di reduksi secara cepat oleh gluthatione kepada bentuk trivalent
yang lebih toksik selepas absorpsi. “Detoksikasi” arsene trivalent berlaku di hati dengan
cara metilasi kepada monomethylarsenate (MMA) dan dimethylarsenate (DMA). MMA
dan DMA adakah bentuk arsen yang kurang reaktif terhadap jaringan berbanding arsene
inorganik yang dianggap sebagai tipe arsene yang kurang toksik. DMA dan MMA bisa
dideteksi di dalam urin.

Arsen dalam dosis tinggi bisa mengatasi proses metilasi dan menyebabkan kadar
komposisi induk dan deposisi jarngan meningkat. Pada keracunan akut arsen yaitu selama

8
48 jam, 60% hingga 70% arsen inorganik diekskresi lewat urin dalm bentuk komposisi
metil. Distribusi arsen di dalam urin adalah 10% hingga 30% inorganik, 10% hingga 20%
MMA, dan 60% hingga 80% DMA. Dengan fungsi renal normal, arsen bisa dieksresi
hingga 100 mg di dalam urin, dan pada rambut kadar normal 0,5mg/kg dan kuku
0,5mg/kg. Sedangkan pada keracunan kronik arsen juga di timbun dalam jaringan-
jaringan lain misalnya kuku dan rambut yang banyak mengandung keratin yang
mengandung disulfida. Ekskresi terjadi dengan lambat melalui feses dengan urin
sehingga dapat terjadi akumulasi dalam tubuh.9

Makanan laut mengandung kadar arsenobetaine dan arsenokolin yang berbagai


dan bersifat non-toksik dan diekskresikan dengan cepat melalui urin. Tidak ada residu
toksik metabolic yang tersisa. Rumpai laut dan kupang pula mengandung arsenosugars
yang sebagiannya dimetabolisasikan menjadi dimethylarsenic acid dan diekskresikan
melalui urin. Half-life arsen organik adalah diantara 4 sampai 6jam. Total urinary
clearance dalam waktu dua hari.

Arsen diabsorpsi dengan cepat secara inhalasi, terdistribusi ke seluruh tubuh dan
diekskresikan melalui urin. Adapun data menyangkut volume pada saat distribusi dan
half life eliminasi arsen pada manusia tidak didapatkan. Elemen arsen tidak soluble dan
mempunyai toksisitas yang rendah.

Arsen menghambat sistem enzim sulfhidril dalam sel sehingga metabolism sel di
hambat. Pada keracunan arsen terjadi hemolisis sel darah merah serta efek depresi SSP.
Nilai ambang batas air minum adalah 0,2 ppm. Kadar dalam darah normal anak-anak 30
Ug/l.9

2.6. Patofisiologi
Toksisitas dari arsen tergantung dari bentuknya (organik/inorganik), valensinya,
dan keterlarutannya. Arsen dalam bentuk unsur bukanlah bahan yang toksik. Arsen yang
beracun adalah senyawa arsen. Senyawa arsen inorganik lebih bersifat toksik dibanding
dengan organik. Dan organik trivalent (As3+) lebih bersifat toksik dibanding yang
arsenic pentavalen (As5+).4,5

9
Senyawa arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu peroral,
inhalasi, dan absorpsi melalui kulit/membrane mukosa.2,5
Senyawa arsen yang paling sering digunakan untuk meracuni orang adalah Arsen
trioksida (As2O3). Arsen bersifat sitotoksik, karena menyebabkan efek racun pada
protoplasma sel tubuh manusia. Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan
diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke sluruh
tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmic arsen melakukan kerjanya melalui efek toksik
ganda, yaitu:4
1. Arsen mempengaruhi respirasi sel dengan cara berikatan dengan gugus sulfhidril
(SH) pada dihidrolipoat, sehingga menghambat kerja enzim yang terkait dengan
transfer energy, terutama pada pyruvate dehydrogenase, succinate oxidative
pathway, dan tricarbxylic acid (Krebs) cycle, yang menyebabkan berkurangnya
produks ATP sehingga menimbulkan efek patologis yang reversible. Efek toksik
ini dikatakan reversible karena dapat dinetralisasi dengan pemberian dithiol 2,3
dimerkaptopropanol (demercaprol, British Anti-Lewisite atau BAL) yang akan
berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus SH. Selain itu sebagian arsen
juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi gangguan oksidasi fosfolirasi
dalam tubuh.4
2. Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi Pada endotel pembuluh darah,
khussusnya daerah splanknik dan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas yang patologis. Pembuluh darah jantung yang terkena menyebabkan
timbulnya petechiae subepikardial dan sub endokardial yang jelas serta
ekstravasasi pendarahan, efek local arsen pada kapiler menyebabkan serangkaian
respons mulai dari kongesti, stasis serta thrombosis ssehingga menyebabkan
nekrosis dan iskemia jaringan.4

Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah. Dalam
waktu 24 jamsetelah dikomsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi
berbagai organ tubuh, seperti hati, ginjal, limpa, paru-paru serta saluran cerna, dimana
arsen akan mengikat gugus sulfhidril dalam protein jaringan. Hanya sebagian kecil dari
arsen yang menembus blood-brain barrier. Arsen anorganik yang masuk ke tubuh wanita

10
hamil dapat menembus sawar darah plasenta dan masuk ke tubuh janin. Didalam tulang
arsen menggantikan posisi fosfor, sehingga arsen dapat dideteksi di dalam tulang setelah
bertahun-tahun kemudian.4,5
Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenic dan
sebagian lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta terakhir ini penting,
karena setiap kali ada paparan arsen, maka menambah depot arsen di dalam kulit, kuku
dan rambut. Dalam penyidikan kasus pembunuhan dengan menggunakan arsen, adanya
peracunan kronis dan berulang dapat dilacak dengan melakukan pemeriksaan kadar arsen
pada berbagai bagian (fragmen) potongan rambut dari pamgkal sampai ke ujungnya.4,5
Bentuk fisik senyawa arsen yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi
efeknya pada tubuh. Menelan senyawa atau garam arsen dalam bentuk larutan lebih cepat
penyerapannya dibandingkan penyerapan arsen dalam bentuk padat.penyerapan senyawa
arsen dalam bentuk padat halus lebih cepat dibandingkan bentuk padat kasar, sehingga
gejala klinis yang terjadi pun lebih berat juga. Secara umum efek arsen terhadap tubuh
tergantung dari sifat fisik dan kimiawi racun, jumlah racun yang masuk, kecepatan
absorpsi, serta kecepatan dan jumlah eliminasi, baik yang terjadi alamiah (melalui
muntah dan diare) maupun buatan, misalnya akibat pengobatan (lavase).4,5

Dosis toksik
Sebelum membahas mengenai dosis toksik arsen, perlu dikietahui terlebih dahulu
mengenai kadar normal arsen dalam tubuh kita, karena dalam keadaan normal sekalipun
tubuh kita sering terpapar dengan zat yang mengandung arsen dan secara rutin tanpa
sadar kita juga mengkonsumsinya setiap hari, misalnya dari makanan dan minuman yang
kita konsumsi sehari-hari. Kadar normal arsen dalam serum adalah dari 5µg/L.
Sedangkan dalam urin 24 jam kurang dari 50 µg/L.4,5,7,8

a) Pada intoksikasi akut


Acute minimal lethal dose untuk arsenic trioksida pada orang dewasa adalah 70-
200 mg atau 1 mg/kg/hari. Dosis arsenic inorganik kurang dari 1 mg/kg dapat
menyebabkan penyakit yang serius pada anak-anak. Sedangkan untuk gas arsen
dapat menyebabkan kematian pada kadar 150-250 ppm. Pajanan antara 25-50

11
ppm selama 30 menit atau 100 ppm selama kurang dari 30 menit dapat
menyebabkan hemolisis dan kematian.4,5,7

b) Pada intoksikasi kronik


Sebuah sumber menuliskan frekuensi kanker jelas meningkat pada dosis 400
µg/hari. The Natonal Research Councilmenaksir pajanan terhadapp air minum
yang mengandung 10 µg/L arsen setiap hari akan meningkatkan resiko terkena
kanker buli - buli.4,5,7

2.7. Gejala Toksisitas Arsen


A. Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit perut, gejala tersebut
disebabkan oleh adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang akan
mengakibatkan terbentuknya vesikel (lepuh) pada lapisan submukose lambung dan usus.
Gangguan tersebut mengakibatkan rasa mual, muntah, diare (kadang bercampur darah)
dan sakit perut yang sangat. Bau napas seperti bawang putih, diare profus menyebabkan
banyak cairan tubuh keluar sehingga menyebabkan gejala hipontesi. Terjadinya diare
profus menyebabakan banyak larutan protein terbuang keluar tubuh,sehingga
mengakibatkan usus ridak berfungsi normal (enteropati). Arsen juga dapat menyebabkan
peningkatan aktivitas mitotik pada sel hati. Gas arsenik dapat mengakibatkan hemolisis
dalam waktu 3-4 jam dan mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga terjadi
kegagalan ginjal.4,5,8
Tanda-tanda toksisitas arsen yang akut juga terlihat jelas ialah dengan
ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan (alopesia), tidak berfungsinya saraf tepi
yang ditandai dengan kelumpukan anggota gerak bagian bawah,kaki lemas,persendian
tangan lumpuh, dan daya refleks menurun.4,5
Adapun, gejala intoksikasi akut sesuai sistem tubuh manusia adalah seperti berikut:
· Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal ini merupakan gambaran klasik keracunan akut arsen yang
masuk secara oral. Yang bisa menimbulkan gejala keracunan akut adalah
masuknya arsen ke dalam tubuh dalam dosis besar. Gejala keracunan akut mulai
timbul setelah 30 menit sampai 2 jam setelah terpapar dengan racun. Gejala yang

12
timbul berupa rasa terbakar pada tenggorokan dan ulu hati, diikuti dengan mual,
muntah, nyeri abdomen, diare dengan feses seperti air cucian beras yang dapat
juga disertai dengan darah.4,5,6,7
· Sistem Respirasi
Iritasi pada saluran nafas dapat terjadi seperti batuk, laringitis serta bronkitis
ringan. Hal ini dapat terjadi akibat pemaparan akut terhadap debu arsen.
Pemaparan lebih lama dapat menimbulkan edema paru akut.4,5,6,7
· Sistem Kardiovaskuler
Manifestasi yang ditimbulkan oleh sistem ini seperti hipotensi, syok hipovolemik,
disaritmia ventrikuler dan gagal jantung kongestif. Pada intoksikasi arsen terjadi
dilatasi kapiler yang mengakibatkan permeabilitas dinding pembuluh darah
meningkat dan cairan keluar ke ruangan interstitial. Keadaan ini bisa
menyebabkan hypovolemia dan hipotensi yang akhirnya menyebabkan syok.4,5,6,7
· Sistem Saraf
Intoksikasi pada system saraf memberikan gejala pusing, sakit kepala, lemah,
lesu, delirium, kejang, koma, ensefalopati, dan gejala neuropati perifer sensoris
dan motoris. Gejala neuropati dapat bersifat lambat (delayed) dan muncul 2-
4minggu setelah gejala akut.4,5,6,7
· Hati dan Ginjal
Akibat intoksikasi arsen, dapat terjadi peningkatan enzim hati, hematuria,
oliguria, proteinuria, insufisiensi renal dan nekrosis tubular akut yang akhirnya
bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal akut.4,5,6,7

· Hematologi
Yang sering didapatkan akibat keracunan arsen adalah anemia, leukopenia,
trombositopenia dan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).4,5,6,7

B. Toksisitas kronis
Intoksikasi kronis dapat terjadi akibat paparan arsen dalam dosis sublethal yang
berulang. Paparan kronis arsen dapat terjadi akibat paparan industri maupun pekerjaan,
kecerobohan dan ketidaktahuan sekitar rumah, akibat pengobatan maupun upaya

13
pembunuhan. Arsen yang masuk ke dalam tubuh secara berulang dan tidak diekskresi
akan ditimbun dalam hati, ginjal, limpa dan jaringan keratin (rambut dan kuku). Setelah
penghentian paparan, arsen yang tertimbun akan dilepaskan secara perlahan dari
depotnya dan menimbulkan gekala yang membandel. Keracunan arsen kronis dapat
menetap berminggu-minggu sampai berbulan-bulan dengan menunjukkan satu atau lebih
sindroma yang berbeda. Pada keracunan kronis gejala klinis masih dijumpai untuk waktu
yang lama, meskipun paparan sudah tidak terjadi lagi. Gejala neuropati dan kelainan kulit
merupakan tanda dari suatu keracunan kronis, sedangkan gejala yang lain sifatnya
minor.4,5
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati ditandai dengan
kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim alkaline fosfatase yang
disertai dengan tingginya konsentrasi arsenik dalam urine.4,6
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut.Saraf kaki akanlebih
parah dari pada saraf tangan, menyebabkan kelumpuhan pada saraf motorik dan sensorik.
Kelainan neurologis berawal di perifer dan meluas secara sentriprtal. Otot halus tangan
dan kaki mungkin mengalami paralisis dan sering disertai adanya kelainan tropik.4,6
Gejala yang bisa didapatkan pada kulit seperti erupsi kulit berupa perubahan
pigmentasi coklat (melanosis) dengan spotty leukoderma (raindrop hyperpigmentation)
dan keratosis punktata pada telapak tangan dan kaki, yang tampak mirip seperti kutil
(warts). Keratosis dalam jangka panjang mungkin berubah menjadi karsinoma sel
mukosa. Karsinoma sel basal superfisial pada daerah unexposed dan karsinoma sel
skuamosa intra epidermal (penyakit Bowen) dapat juga terjadi pada paparan arsen jangka
panjang. Pada kuku dapat dijumpai adanya stria putih transversal (garis Mee’s) akibat
konsumsi arsen jangka panjang yang berlangsung beberapa bulan. Kuku yang rapuh dan
rambut rontok juga merupakan petunjuk kemungkinan adanya keracunan arsen kronis.
Dermatitis eksfoliatif dapat terjadi pada intoksikasi kronis organik.4,5,6,7
Pada sistem gastrointestinal, didapatkan gastroenteritis kronis dengan anoreksia,
nausea yang tidak jelas dan diare interminten. Selain itudapat dijumpai adanya rasa kecap
metal pada mulut, napas berbau bawang putih, tenggorokan kering dan rasa haus yang
persisten.4,5,6,7

14
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah
berkurang),terutama neutropeni (sel darah putih menurun). Produksi sel darah merah
berhenti dan adanya gambaran basophilic stippling.Anemia yang ada hubungannya
dengan defisiensi asam folat juga terlihat.4,5,6,7
Seperti yang diketahui, arsenik inorganik merupakan karsinogen bagi manusia.
Pajanan kronik arsenik inorganik sangat berhubungan dengan kanker kulit dan keanker
paru, dan dapat pula mengakibatkan kanker pada berbagai organ seperti ginjal, kandung
kemih, dan hepar.4,5,6,7
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas kronis dari arsen
trivial dan arsen pentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru,kanker limfa, dan
kanker kulit. 4,6

2.8. Dampak Toksisitas Arsen


Sekitar 90% arsen yang diabsorbsi dalam tubuh manusia tersimpan dalam
hati,ginjal,dinding saluaran pencernaan,limfa, dan paru. Juga tersimpan dalam jumlah
sedikit dalam rambut dan kuku serta dapat terdeteksi dalam waktu lama, yaitu beberapa
tahun setelah keracunan kronis.Di dalam darah yang normal ditemukan arsen
0,2μg/100ml. sedangkan pada kondisi keracunan ditemukan 10μg/100ml dan pada oarng
yang mati keracunan arsen ditemukan 60-90μg/100ml.6

2.9. Temuan otopsi


A. Pemeriksaan Luar
Pada pemeriksaan luar akan ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Korban mati akibat
keracunan akut maka didapati ikterus. Pada kematian akibat keracunan kronik,
pemeriksaan luar akan menunjukkan terjadinya kelainan pigmentasi pada kulit, garis
pada kuku serta tubuh korban yang kahektis. Korban keracunan arsenic kronis didapati
keadaan kurang gizi, kulit hiperpigmentasi dan hyperkeratosis, pada kuku tampak garis-
garis warna putih (mee‟s line).4,5,6
B. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa
berwarna kemerahan terkadang terdapat perdarahan (flea bitten apperenace). Iritasi

15
lambung dapat menyebabkan produk-produk musin lambung yang menutupi mukosa
dengan partikel-partikel arsenik dapat tertahan. Didapatkan juga perdarahan kecil pada
sub endokardial pada septum interventrikularis dan hepar mengalami degenerasi lemak
atau Acute yellow atrophy. 4,6
Korban mati akibat keracunan akut maka didapati anemia hemolitik, tanda-tanda
kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak, dengan nekrosis fokal dan nekrosis tubuli, bila
mati lambat namun bila mati cepat ditemukan tanda-tanda henti jantung. 4,6,8
Selain itu, pada kematian akibat keracunan akut, pada pembedahan ditemukan
kelainan pada sepanjang saluran pernafasan berupa perdarahan sub-mukosa, erosi dan
ulserasi. Pada daerah erosi dan ulserasi sering kali ditemukan massa berupa bubuk putih
dari arsen trioksida.4,6,8,10
Pada otopsi korban keracunan arsen akan dijumpai adanya selaput lendir lambung
dan esophagus yang mengalami perbendungan, pengelupasan dan bercak-bercak
perdarahan (esophagitis dan gastroenteritis hemoragika). Pada korban yang meninggal
dalam satu atau dua hari setelah peracunan, kelainan tersebut dapat meluas ke seluruh
usus halus, bahkan kadang-kadang disertai juga oleh adanya pseudomembran diatasnya.
Jika korban meninggal lebih lama lagi dari itu, maka akan dijumpai adanya deposit lemak
pada jaringan hati atau nekrosis hepatoselular, acute tubular necrosis (ATN), dan
miokarditis interstisial. Selain itu pada otopsi dapat juga ditemukan adanya perdarahan
subserosa terutama pada jantung, jaringan longgar mesenterium di daerah retroperitoneal.
Subendokardium ventrikel kiri merupakan tempat predileksi untuk suatu perdarahan yang
jelas dan kecil berupa flamel ike hemorrhage atau efusi perdarahan yang luas.4,6,8,10
Jika korban menelan arsen dalam bentuk padat, secara makroskopik kadang-
kadang dapat dijumpai adanya kristal putih melekat pada mukosa lambung dan esofagus.
Jika korban baru diotopsi setelah mayat membusuk, maka kristal putih arsen trioksida
akan berubah warna menjadi kuning, karena As2O3 bereaksi dengan H2S, yang
terbentuk pada pembusukan, membentuk senyawa sulfida kuning (As2S3, orpiment) atau
jingga (AsS atau realgar). Sementara itu mukosa gaster warnanya juga berubah dari
merah padam menjadi hijau keunguan sampai hijau kecoklatan. Jika korban bertahan
hidup cukup lama sebelum akhirnya meninggal dunia, mungkin ditemukan adanya efusi

16
pada rongga-rongga serosa serta ulkus pada saluran cerna. Degenerasi lemak tidak khas
juga dapat dijumpai pada jaringan hati, jantung, dan ginjal.4,6,8,10
Pemeriksaan pembedahan menunjukkan kelainan pada saluran pencernaan yang
ringan. Kelainan histologik degeratif akan ditemukan pada hati dan ginjal. 4,6
Secara umum semakin lama interval survival korban, maka semakin jelas juga
kelainan anatomi yang terjadi. Lesi inflamasi pada gaster dan usus terjadi terutama akibat
ekskresinya melalui mukosadan efek toksik langsungnya pada pembuluh darah kecil
submukosa. Kelainan tersebut bertambah parah dengan adanya aksi korosif arsen
terhadap permukaan epitel. Peradangan pada gastrointestinal ini dijumpai juga pada
paparan arsen melalui ulkus kulit yang diberi salep yang mengandung arsen, dan tanpa
paparan arsen peroral.8,10
Pada jaringan otak, arsen menyebabkan destruksi hemoragik dan perivaskuler
(dikenal sebagai Wernicke-like encephalopathy, arsenical encephalopathy, hemorrhagic
arsenical encephalitis, atau cerebral purpura), yang terjadi akibat kerusakan endotel yang
berat. Secara mikroskopik pada kelainan ini ditemukan adanya trombosis arteriol dan
kapiler serta nekrosis simetris pada daerah pons, korpus, kalosum, klaustrum dan
thalamus.8,10
Pada jantung ditemukan tanda-tanda perdarahan sub-endokard pada septum.
Histpatologik menunjukkan adanya infiltrasi sel-sel radang bulat ke miokard. Sedangkan
organ lain dapat ditemukan edema. Pada korban meninggal perlu diambil organ-organ
seperti darah, urin, isi lambung, rambut, kuku, kulit dan tulang. Sedangkan pada korban
hidup perlu diambil bahan-bahan untuk cek toksikologi adalah muntahan, urin, tinja hasil
kumbah lambung, darah, rambut, dan kuku.4,6,8,10

C. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosa kematian akibat keracunan arsenik, dilakukan pemeriksaan
toksikologik pada isi lambung, darah dan urin. Pada kasus keracunan kronik,
pemeriksaan rambut, kuku dan tulang akan memberikan pula hasil positif.
Pada pemeriksaan laboratorium dicurigai keracunan arsen bila kadar arsen pada
bahan yang diperiksa diatas batas normal:
·  Rambut dalam keadaan normal : 0,5 mg/kg

17
·  Dicurigai bila :0,75 mg/kg
·  Keracunan bila : 30 mg/kg
·  Kuku dalam keadaan normal : sampai 1 mg/kg
·  Dicurigai bila: 1 mg/kg
·  Keracunan bila : 80 ug/kg7
Pemeriksaan toksikologinya 10 cc darah + 10 cc HCL pekat, kemudian celupkan
tembaga ke dalam larutan tersebut. Jika posotif ada arsen maka akan tampak warna
kehitaman hingga abu-abu pada batang tembaga tersebut.4,5,6
Adanya sejumlah besar arsenic dalam organ akan memungkinkan lambatnya
pembusukan mayat. Bukti yang nyata perihal jumlah arsenik dalam organ akan
tergantung pada jenis kasusnya. Meskipun demikian, riwayat penyakit dan penemuan
pada otopsi sangat mengarahkan keracunan karena obat ini, memperhitungkan jumlah
tiap menitnya harus hati-hati, banyak jumlah arsenik yang ada dalam tubuh merupakan
akibat pengobatan. Jika analisa kimia hanya terbatas pada luar tubuh atau hanya ada
arsenic dalam lambung, usus, tetapi organ lain seperti hati, ginjal dan otak tidak, maka
kesimpulan sebab kematian tidak bisa dibuat.4,5,6

2.10. Pemeriksaan Toksikologi


Dengan berkembangnya tehnik pemeriksaan arsen yang amat sensitif pada saat
ini, maka data temuan arsen harus dianalisis secara berhati – hati. Penemuan arsen dalam
jaringan belum tentu menunjukkan adanya intoksikasi kecuali jika data anamnesis,
sindroma klinis, pemeriksaan fisik antemortem dan temuan laboratorium serta perubahan
anatomi sangat menyokong kemungkinan adanya keracunan arsen. Konsumsi buah –
buahan dan sayur – sayuran, yang disemprot dengan lead arsenat, anti ulat dan tidak
dicuci dengan baik sebelum dimakan, konsumsi sari laut dalam jumlah yang banyak serta
inhalasi asap rokok dapat menghasilkan akumulasi arsen dalam jaringan dalam jumlah
yang cukup besar sehingga dapat terdeteksi secara kimiawi, meskipun tidak dijumpai
adanya gejala klinis maupun kelainan anatomi.4,5
Pemeriksaan toksikologi untuk mendeteksi adanya racun dilakukan terhadap
sampel urin, isi lambung, darah perifer, dan rambut (dicabut dari pangkalnya). Untuk
korban keracunan yang meningggal, bahan pemeriksaan diambil juga dari jaringan otak,

18
hati, ginjal, cairan empedu serta humor vitreus. Selain yang sudah disebutkan, sebagai
pembanding, dapat juga dilakukan pemeriksaan atas bahan makanan, minuman, dan obat
– obatan yang dicurigai. Pemeriksaan toksikologi terhadap arsen dilakukan dengan
metode kolorimetrik ataupun atomic absorption spectroscopy yang dapat mendeteksi
total arsen. Arsen biasanya dapat dideteksi dalam 2-4jam setelah masuk secara per oral.
Batasan nilai toksik arsen dalam berbagai jaringan adalah sebagai berikut: dalam darah
0,6-9,3 mg/L, dalam hepar 2-20mg/kg, dalam ginjal 0,2-70mg/kg, dalam otak 0,2-
4mg/kg, dalam rambut atau kuku lebih dari 1g/gram berat kering.4,5
Berikut ini dijelaskan beberapa pemeriksaan toksikologi yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi adanya racun arsen dalam tubuh;
· Pemeriksaan urin
Arsen diekskresi melalui urin dalam bentuk methylated arsenicyang dapat
dideteksi paling lambat 1-3hari, maka pengambilan sampel harus dilakukan
secepat mungkin. Penggunaan urin 24 jam lebih akurat. Peningkatan kadar
arsenik dalam urin mungkin saja terjadi setelah mengkonsumsi sari laut.1,3,4
· Pemeriksaan darah
Pemeriksaan serologis: Pemeriksaan kadar arsen dalam darah jarang digunakan
karena waktu paruhnya yang sangat singkat (kira-kira 2jam). Kadar arsenic dalam
serum hanya dapat dideteksi beberapa jam setelah pajanan. Kadarnya dalam darah
sangat bergantung pada diet sehari – hari dan lingkungan sekitar. Pada
pemeriksaan darah lengkap bisa didapatkan gambaran anemia hemolitik.1,3,4
· Pemeriksaan rambut dan kuku
Arsen disimpan secara selektif di jaringan ektodermal, terutama di jaringan
keratin kuku dan rambut. Kadar arsen kurang dari 0,1mg/100 gram rambut
umumnya tidak bermakna. Kadar sebesar itu dapat terjadi akibat akumulasi arsen
pada paparan subklinik pada orang normal, misalnya dari air, debu atau bahan
kosmetik. Arsen dapat dideteksi pada rambut dan kuku dalam jumlah signifikan
hanya 30 jam setelah paparan. Kadar normal untuk orang yang tinggal di
lingkungan yang bebas kontaminasi adalah <1µg/gr berat kering, sedangkan
untuk orang yang tinggal di kawasan industry adalah antara 0,02-8,17µg/gr. Pada

19
keracunan arsenik bisa didapatkan nilai antara 1-5µg/gr atau lebih dari
10µg/gr.1,3,4
Adapun tes yang dapat dilakukan yaitu uji reinsch, uji gutzeit, uji marsh, uji fisika dan
kromatografi gas.9

2.11. Terapi
Adapun penanganan yang dapat diberikan pada korban keracunan arsenik : 11
1. Bila peroral (akut) lakukan bilas lambung dengan air hangat dan susu
2. Dapat juga diberikan emetikum untuk mengeluarkan sisa-sisa racun
3. Antidotum kimia : campuran larutan ferri klorida encer dengan magnesium oksida
dan air ( antidotum arsenicosum )
4. Berikan purgative yaitu larutan natrium sulfat encer atau castor oil untuk
mempercepat pengosongan lambung.
5. Berikan antidotum fisiologis : BAI (British anti lewisite, di mercapro, 2,3,
dimercaptopropanol).
6. Bila keracunan secara inhalasi segera pindahkan korban dari sumber keracunan,
berikan oksigenasi ( artificial respiration ) dan beri transfuse darah bila terjadi
anemia serta berikan terapi simptomatis.

2.12. Aspek Medikolegal


Pemeriksaan forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua kelompok,
yaitu atas dasar dari tujuan pemeriksaan itu sendiri. Yang pertama bertujuan untuk
mencari penyebab kematian, dalam hal ini keracunan akibat arsen. Yang kedua untuk
mengetahui mengapa peristiwa keracunan terjadi, misalnya pembunuhan,
kelalaia/kecelakaan, ataupun bunuh diri.11
Ditinjau dari segi kepentingan menurut medikolegal, maka dapat disimpulkan
mengenai arsen sebagai berikut:
1. Arsen sangat sering digunakan untuk membunuh, karena
- Harganya murah
- Mudah diperoleh
- Tidak mempunyai bau dan rasa sehingga mudah dicampur dengan makanan
- Sangat efektif karenan hanya dibtuhkan dalam jumlah sedikit.

20
2. Keracunan karena ketidak sengajaan biasanya karena salah menentukan identitas
3. Bunuh diri dengan arsen sangat jarang ditemukan
Peran dokter ahli toksikologi pada kasus keracunan didukung oleh undang-
undang hukum acara pidana dan hukum pidana yang tersebut dibawah ini:

· KUHAP pasal 7 ayat 1

(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena
kewajibannya mempunyai wewenang :

a. menerima Iaporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak


pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i. mengadakan penghentian penyidikan;
j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

· KUHAP pasal 133


1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupunmati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
1) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

21
2) Mayat yang dikiriin kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakuka secara baik dengan penuh penghormatan terhadap
mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan
diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan
mayat.

· KUHAP Pasal 1 butir 28

(28) Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang
memiliki keahlian khusus tentang halyang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.

· KUHP Pasal 202


(1) Barang siapa memasukkan barang sesuatu ke dalam sumur, pompa, sumber
atau ke dalam perlengkapan air minum untuk umum atau untuk dipakai oleh
atau bersama-sama dengan orang lain, padahal diketahuinya bahwa karena
perbuatan itu air lalu berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(1) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu
paling lama dua puluh tahun.

· KUHP Pasal 203


(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan bahwa
barang sesuatu dimasukkan ke dalam sumur, pompa, sumber atau ke
dalam perlengkapan air minum untuk umum atau untuk dipakai oleh, atau
bersama-sama dengan orang lain, sehingga karena perbuatan itu air lalu
berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama
enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

22
(1) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana
kurungan paling lama satu tahun.

· KUHP Pasal 205


(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan barang-
barang yangberbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, dijual,
diserahkan atau dibagi-bagikan tanpa diketahui sifat berbahayanya oleh
yang membeli atau yang memperoleh, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(1) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana
kurungan paling lama satu tahun.
(2) Barang-barang itu dapat disita.

· KUHP Pasal 359

Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati,


diancamdengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan
paling lama satu tahun.

· KUHP Pasal 338

Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

· KUHP Pasal 204


(1) Barang siapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagikan

23
barang yang diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan orang,
padahal sifat berbahaya itu tidak diberitahukan, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
(1) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu
tertentu paling lama dua puluh tahun.
· KUHP Pasal 304

Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam


keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada
orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
· KUHP Pasal 344

Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang
jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.

·
KUHP Pasal 345

Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya
dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri..2,5

2.13. Kesimpulan

Toksikologi forensik berperan dalam melakukan analisis kualitatif maupun


kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya.
Pemeriksaan laboratorium forensik mempunyai peranan yang penting dalam membantu
proses tindak kriminal pada kasus kematian yang diduga karena keracunan. Jenis-jenis
racun dapat dibagi berdasarkan sumber, tempat dimana racun tersebut didapat, dan efek

24
kerja yang dihasilkan. Kelainan atau perubahan yang terjadi pada korban yang meninggal
karena keracunan dapat mengetahui jenis racun yang terdapat dalam tubuhnya. Karena
setiap jenis racun memiliki tandadan gejala keracunan yang berbeda.

Senyawa arsen merupakan salah satu racun yang sering digunakan.Arsen dahulu
sering mengunakan sebagai racun untuk membunuh orang lain, dan tidaklah mustahil
dapat ditemukan kasus keracunan dengan arsen dimasa sekarang ini. Disamping itu
keracunan arsen kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan dalam industri dan
pertanian akibat memakan/meminum makanan atau minuman yang terkontaminasi
dengan arsen. Kematian akibat keracunan arsen sering tidak menimbulkan kecurigaan
karena gejala keracunan akutnya menyerupai gejala gangguan gastrointestinal yang hebat
sehingga dapat didiagnosa salah sebagai suatu penyakit.

25

Anda mungkin juga menyukai