Anda di halaman 1dari 9

Nama : Abdurrohim Rimbu (21909121)

Kelas : II/B
Tugas : Menjelaskan hukum adat Yang masih berlaku disuku saya, Tolaki

• MOWINDAHAKO
Dalam masyarakat tolaki sering diungkapkan “popopo noka notewali to’ono ,keno
tahorimbo merapu” Artinya nelumlah sempurna hidup seseorang manakala ia belum
menikah
Mowindahako dapat diterjemahkan pesta perkawinan, setelah tiba hari yang telah
disepakati, maka diantarlah pengantin laki-laki ketempat upacara perkawinan dengan
usungan (Sinamba Ulu) atau kendaraan lain.

Rombongan pengantin laki-laki dalam memasuki ruang upacara utama, pintu pagar, pintu
utama, pintu kamar tidur, pembuka kelambu dan mata pengantin perempuan masih
tertutup. Untuk membuka hal-hal tersebut diatas, maka pihak laki-laki harus menebusnya
sesuai dengan kesepakatan dengan masing-masing penjaga. Hal ini dimaksudkan agar
memeriahkan acara perkawinan, serta sebagai simbol  ketulusan dari pihak laki-laki.disaat
upacara ini pula semua kesepakatan peminangan dipenuhi serta ditampilkan secara
transparan didepan masing-masing juru bicara, Puutabo, pemerintah, serta para undangan.

Setelah hal-hal tersebut dilakukan, kemudian kedua mempelai duduk bersila dan siap mengikuti
upacara adat Mowindahako. Acara ini dilakukan dengan cara juru bicara pihak laki-laki
menyesuaikan duduknya dengan mengarahkan Kalonya kehadapan Puutobu atau pemerintah
setempat dan maju maksimal 4 kali sampai berhadapan langsung dengan penerima Kalo
sebagai permohonan izin untukmemulai upacara adat. Dalam prosesi ini, juru bicara pihak laki-
laki mengucapkan salam kepada Puutobu atau pemerintah setempat serta menyampaikan
maksud kehadiran yang kemudian dijawab oleh Puutobu atau pemerintah tersebut. Setelah itu
penerima Kalo mengembalikan kepada juru bicara. Kemudian juru bicara laki-laki mohon diri
untuk kembali ketempat semula dan berhadap-hadapan dengan juru bicara dari pihak
perempuan. Berikut ini tahapan-tahapan pelaksanaan adat mowindahako
UPACARA  ADAT  MOWINDAHAKO

( Penunaian Mas Kawin )

TERTIB     1          :       MEPARAMESI INE PAMARENDA

Tolea                       :

Bapak penguasa adat pemerintah dan pelindung masyarakat yang kami hormati. dengan penuh
hormat dan rendah hati kami meletakan kalo sara ini, kami mohon restu dan perkenaan bapak,
kiranya upacara adat ini sudah dapat dimulai.

Pemerintah         :      

Demi kepentingan kita bersama dan demi keselarasan hajad keluarga pihak pria dan keluarga
pihak wanita maka penghormatan dan permohonan saudara tolea kami terima dan kami restui.
kami persilahkan saudara tolea untuk melanjutkan acara adat ini sesuai urutan dan tata tertib
adat.

TERTIB 2          :   SARA MBEPARAMESI  INE  PUUTOBU

                    ( Adat Memohon Restu Kepada Tetua Adat/Penguasa Negeri )

Tolea                   : 

Ø  Kepada Bapak Tetua Adat dan Penguasa Negeri kami

Ø  Kami bersimpuh, melalui  ADAT  KALO SARA  ini

Ø  Bersimpuh hormat, menghadap dengan kerendahan hati, selaku 

      Tolea, Juru bicara adat pihak kami yang datang ini.


Ø  Untuk memohon tanya, meminta sesuatu petunjuk, apakah boleh kami dibenarkan bertanya,
untuk memulai acara penyampaian maksud tujuan kami;  Tujuan kami yang mulia, Maksud kami
yang suci.

Ø  Kiranya  direstui  ataupun  tidak, Bapaklah yang menentukan

Puutobu         :

Ø  Demi Adat  KALO SARA yang terletak dihadapan kita bersama,

Ø  Saya menghargai permohonan dan pertanyaan anda,

Ø  Dengan melihat hadirin sejak tadi telah menanti, dan melihat persiapan upacara telah siap,
serta melihat kedua keluarga besar telah hadir  semua,

Ø  Maka saya persilahkan anda untuk memulai upacara adat ini sesuai

       tertib sopan santunnya yang telah ditetapkan.

TERTIB   3     :   SARA  MBESUKONO TOLEA

                                 (Adat memulai upacara Adat MOWINDAHAKO dari juru


bicara  pihak mempelai Laki-laki)

TOLEA             : 

Ø  Dengan penuh hormat yang sangat mendalam, kami


meletakkan          ulangan KALO  SARA  yang agung ini, dihadapan anda juru bicara adat  pihak
perempuan, dihadapan penguasa, para  pembesar negeri ini,  dihadapan para tetua adat dan
agama, serta semua hadirin yang kami  muliakan.

Ø  Teristimewa yang kami hormati, orang tua dan sanak saudara  pihak perempuan

Ø  Atas nama adat KALO  SARA yang diagungkan di negeri ini, adat         leluhur turun temurun


Ø  Kiranya boleh kami mohon bertanya,

Ø  Apakah di pihak perempuan masih ada yang dinanti, kiranya ada mohon diberitahukan,

Ø  Tapi kiranya sudah tak ada yang ditunggu, inginlah kami  memulai acara maksud kami ini.

 PABITARA      :

Ø  Demi adat KALO  SARA yang anda perhadapkan kepada kami, adat yang dihormati, aturan


leluhur yang dijunjung tinggi,

Ø     Demi kata yang telah anda tuturkan semua, Demi pertanyaan


dan                                         permohonan yang anda lahirkan.

Ø   Maka kami telah dengarkan dan pahami segala isi maksudnya, Rupanya anda ingin
bermohon tanya, menanyai kami, apakah kami telah siap menyambut maksud anda,

Ø  Dari keluarga di pihak kami telah tiada yang perlu dinantikan, Bagi mereka yang jauh,
maupun mereka yang ada di dekatSemuanya telah hadir dalam upacara ini,

Ø  Olehnya itu, silahkan anda laksanakan maksud hajadnya.

TERTIB  4         :   SARA  POMBOWULE AKO   ( Adat Penyuguhan Sirih Pinang )

TOLEA                :  

Dengan rasa kekeluargaan yang mendalam saya suguhkan sekapur sirih pinang ini kepada
anda sebagai pertanda kami ingin bersati, silahkan mencicipinya dan kiranya upacara adat
sudah dapat dimulai.
PABITARA       :              

Dengan ucapan terima kasih atas suguhan anda dan sebagai balasan kami suguhkan pula
sekapur sirih pinang kepada anda, kiranya berkenan untuk mencicipinya dan upacara adat ini
sudah dapat dimulai.

TERTIB  5         :   SARA  MOWINDAHAKO ( Adat  Inti  Penunaian  Mas  Kawin )

TOLEA                :

Ø Dengan penuh hikmad, kami perhadapkan kembali KALO  SARA yang  agung ini,

Ø  KALO  SARA yang menjadi simbol pemersatu dan persatuan kita secara turun temurun,
lambang perdamaian yang diwariskan oleh para leluhur kita sejak dahulu, olehnya itu, demi adat
yang kami hamparkan ditengah kita bersama ini,

Ø  Maka besarlah hati dan semangat kami, datang tampil dihadapan pihak wanita yang kami
hargai dan hormati untuk menunaikan kewajiban beban adat kami,

Ø  Adat penunaian Mahar dari Ayah Bunda Putra kami  ....................

Ø  Adat Mahar yang kami persembahkan ini, adalah sesuai putusan SARA hasil musyawarah
kedua keluarga, kiranya dapat kami  sebutkan satu persatu :

1.      Satu fis kain putih, perlambang hubungan yang suci dari kedua keluarga

2.    Seekor Kerbau Adat, perlambang hubungan ritual kedua keluarga kepada   penguasa


alam     semesta

3.   Sebuah Gong  Adat, yang bunyi gemahnya jauh, perlambang kedua keluarga akan
bertambah luas dan besar

4.   Seutas Tali Rantai Emas Adat, perlambang persatuan dan kesatuan kedua keluarga yang
akan dibina.
      Semuanya ada empat macam. Itulah pokok  Adat  Inti ; yang diminta sebagai perlambang 
status, kehormatan diri kedua keluarga, sesuai  aturan  adat perkawinan di Negeri ini.

                Kemudian kini, menyusul Adat  Cabang, Ranting, dan Daunnya.

1.       88 Real nilai uang, perlambang  harga diri sang putri yang akan dinikahi, menyusul
sarung   ……… (tergantung kesepakatan adat masing-masing daerah)  lembar, selaku
pelengkap adat alas dasarnya.

2.      Dilengkapi pula dengan seperangkat adat Sara Peana  ( Adat Pemeliharaan Anak semasa
Kecil )  sebanyak  5 (lima) jenis, terdiri dari  :

Ø  1 lembar sarung ( Rane-rane mbaa ), perlambang balas jasa seorang  putri terhadap ibu yang
telah merawatnya sejak kecil hingga dewasa.

Ø  1 lembar sarung panjang ( Tema-tema ), perlambang balas jasa seorang putri  terhadap ibu
yang telah membuai semasa kecil.

Ø  1 buah loyang ( Boku Mbebahoa ), perlambang balas jasa seorang putri  terhadap ibu yang
telah menyediakan tempat mandi semasa kecil.

Ø  1 buah gayung ( Sandu-Sandu Mbebaho ), perlambang balas jasa         seorang putri


terhadap ibu yang telah memandikannya semasa         kecil.

Ø  1 buah lampu ( Siku-Siku Hulo ), perlambang balas jasa seorang putri terhadap ibu yang telah
menyediakan penerang disaat merawat bayinya

Ø  Ibarat sebuah pohon yang akarnya 4 daunnya 88 menurut hemat kami bahkan ketentuan
hukum adat dan sesuai hasil musyawarah yang kita sepakati bersama.

Ø  kami telah penuhi dan telah kami wujudkan, kiranya dapat diterima dengan kata sepakat
jikalau ada kejanggalan serta kekurangan dalam adat dan tutur kata kami, kiranya adatlah yang
akan mengurangi dan mencukupinya.

PABITARA   :      

Ø  saudara tolea bersama rombongan keluarga pria yang kami hormati.


Ø  jika memang sudah sesuai dengan mufakat menurut hukum adat, kami akan terima dengan
kata sepakat.

Ø  kami tidak akan persulit keadaan, karena adat yang datang maka adat pulalah yang akan
menantikan.

Ø  dengan hati yang tulus dan ikhlas dan tangan terbuka kami menyambut baik dan kami
menerima adat ini bersama rombongan keluarga pihak pria.

TERTIB  6      : Sara  POMBOLEINO TULURA  (Adat Penutup kata dalam Upacara)

TOLEA              :              

Ø  segala rasa syukur dan terima kasih, dengan lapang dada yang tidak ternilai,

Ø  kami mengakhiri uraian persembahan adat ini. kalau sekiranya terdapat kekurangan dan
kekeliruan kami mohon dimaafkan.

TERTIB  7      :   SARA MBOHUENO O’SARA   ( Adat Pengukuhan  Do’a Upacara )

Ø  Satu, Dua, Tiga, Empat,

Ø  Kepada engkau wahai penguasa alam semesta, inilah kami juru bicara adat yang dibebani
amanah menjalankan aturan adat yang ketat dan tak dapat dilanggar.

Ø  Dan aturan-aturan tersebut kami telah tunaikan sesuai ketentuan, aturan    tingkatan, dan
susunannya

Ø  Kiranya ada sesuatu yang salah dan keliru, kami yakin Engkau dapat memaafkan segalanya,

Ø  Dan kepada anak makhluk-MU yang kami adati ini berikan mereka berkat kesejukan hati
dalam rumah tangga, laksana berlindung di bawah kerindangan pohon Pisang dan Pohon Sagu,
berilah mereka umur yang panjang, laksana Rotan yang tumbuh melangit. tiada batas.
Ø  Karuniakanlah mereka keturunan yang shaleh agar dapat berbakti kepada kedua orang tua,
agama, dan bangsa. 

    Demikian do’a sumpah kami, jika sikap dan tingkah kami ada yang keliru, mohonlah Engkau
memaafkan kami, terima kasih.

• MOSEHE
Dahulu kala, tradisi ini dilakukan saat dua kerajaan melakukan peperangan. Untuk
menyucikan semua dosa dan juga dendam, raja di Mekongga melakukan upacara Mosehe
Wonua ini. Dalam upacara yang dilakukan ratusan tahun lalu ini, Raja Mekongga juga
menjodohkan anaknya sehingga permusuhan akhirnya reda. Sejak Mosehe Wonua
dilakukan pertama kali, tradisi ini jadi rutin dilakukan untuk menolak bala dan juga mara
bahaya. 

Dalam bahasa suku Mekongga Mosehe memiliki arti melakukan sesuatu yang suci. Mo
diartikan melakukan sesuatu dan Sehe memiliki arti suci. Berangkat dari sini, Mosehe
Mekonga bertransformasi menjadi sebuah ritual yang diadakan secara rutin untuk menolak
bala san menyucikan negeri dari hal-hal yang merugikan semua orang yang ada di dalam
kawasan kerajaan Mekongga.

Setiap tahun, penduduk suku Mekongga akan mengadakan tradisi yang sangat sakral ini.
Bagi mereka, melakukan Mosehe Wonua tidak hanya meminta keberkahan saja. Mereka
juga melestarikan tradisi nenek moyang yang akan sangat sayang jika sampai hilang dan
akhirnya tidak bisa dilakukan lagi. Apalagi tradisi ini berasal dari kerajaan masa lalu dan
telah berusia ratusan tahun.

• Tarian Lulo
Tari Lulo merupakan tari pergaulan khas Sulawesi Tenggara yang juga populer di Kota
Kendari. Tarian ini biasanya dilakukan oleh kawula muda sebagai ajang perkenalan. Kini Tari
Lulo juga kerap disuguhkan saat ada tamu kehormatan sebagai tanda persahabatan antara
warga Kota Kendari dengan pendatang, atau wisatawan.

Gerakan Tari Lulo tidaklah serumit tarian tradisonal lain. Para penarinya saling berpegang
tangan satu sama lain membetuk lingkaran atau memanjang. Dalam sebuah acara besar
yang dihadiri pengujung dari luar Kota Kendari, para penari Lulo selalu mengajak tamu
dengan ramah untuk ikut menari.taran n jga asa dlaksanakan d acara pernkaan dan jga
acara lain yang bertujuan untuk menghibur para tamu undangan.

• Tarian Monotambe 

Tari Monotambe atau tari penjemputan merupakan tarian khas Suku Tolaki yang kerap
ditampilkan saat ada event berskala besar untuk menjemput tamu Kehormatan yang datang
berkunjung didaerah tolaki

Tarian ini biasanya diperankan oleh 12 penari perempuan muda dan 2 penari lelaki sebagai
pengawal. Para penari perempuanyyamengenakan busana motif Tabere atau hiasan, sarung
tenun Tolaki, dan aksesoris seperti Ngaluh atau ikat kepala, dan kalung.Dalam tarian
berdurasi sekitar 5 sampai 10 menit ini, beberapa penari perempuan membawa Bosara atau
bokor dari rotan sedangkan dua penari lelakinya memegang senjata tradisional.

Anda mungkin juga menyukai