Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS AKTA NOTARIS TENTANG PENDIRIAN KOPERASI

Peran Notaris Dalam Pendirian Koperasi.


Upaya pemerintah dalam memberikan kekuatan dan jaminan kepastian hukum bagi para
pelaku usaha Koperasi sebagai sokoguru perekonomian Indonesia, telah menjadi agenda kerja
pemerintah, yang selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk penandatanganan naskah kesepakatan
dan kerjasama (MoU) antara Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dengan
Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) pada tanggal 4 Mei 2004.
Setelah diterbitkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Nomor: 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris Sebagai
Pembuat Akta Koperasi, maka ditetapkan Notaris  sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi, hal
tersebut sebagaimana dalam Pasal 2 ayat 1 yang menyebutkan bahwa: “Notaris pembuat akta
Koperasi berkedudukan sebagai pihak yang bekerja berdasarkan kode etik jabatannya dan
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam proses pendirian, perubahan anggaran dasar
dan akta-akta lain yang terkait dengan kegiatan Koperasi”.
Fungsi dan manfaat dibuatnya anggaran dasar Koperasi dengan akta otentik adalah
sebagai alat bukti, hal tersebut bertujuan agar akta pendirian Koperasi mempunyai status yang
otentik dan oleh karena harus memenuhi   syarat-syarat sebagai berikut:
1.   Akta itu harus dibuat “oleh” (door) atau “dihadapan” (ten overstaan)seorang pejabat umum;
2.   Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang;
3.   Pejabat umum oleh atau dihadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai wewenang untuk
membuat akta itu.
Akta pendirian atau anggaran dasar suatu Koperasi yang dibuat otentik oleh dan ditanda
tangani di hadapan Notaris, harus dicantumkan nama-nama anggota atau orang-orang yang
dipercayai dan ditunjuk untuk duduk dalam organ manajemen Koperasi, seperti pengurus,
pengelola, pengawas yang   bersedia untuk menjalankan usaha Koperasi. Anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga, berlaku sebagai dokumen persetujuan atau perjanjian antara para
pendiri. Dengan demikian, karena suatu perjanjian wajib ditaati dan berlaku sebagai undang-
undang yang mengikat para pembuatnya.
Ketentuan mengenai anggaran dasar dalam akta pendirian Koperasi harus memuat antara
lain:
1.   Daftar nama pendiri.
2.   Nama dan tempat kedudukan.
3.   Landasan, azas dan prinsip.
4.   Maksud dan tujuan serta bidang usaha.
5.   Ketentuan mengenai keanggotaan.
6.   Ketentuan mengenai rapat anggota.
7.   Ketentuan mengenai pengurus.
8.   Ketentuan mengenai pengawas.
9.   Ketentuan mengenai pengelola usaha.
10. Ketentuan mengenai penasehat.
11. Ketentuan mengenai pembukuan Koperasi.
12. Ketentuan mengenai permodalan.
13. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya Koperasi.
14. Ketentuan mengenai sisa hasil usaha.
15. Ketentuan mengenai sangsi.
16. Ketentuan mengenai pembagian, penggabungan, peleburan dan pembubaran.
17. Ketentuan mengenai perubahan anggaran dasar.
18. Ketentuan mengenai anggaran rumah tangga dan peraturan khusus.
Tujuan diadakannya pengesahan akta pendirian Koperasi, adalah untuk memperoleh status
sebagai badan hukum. Status badan hukum yang dimaksudkan oleh pembuat undang-undang,
intinya adalah berupa registrasi atau pencatatan     di lembaga pemerintahan dan pengumuman
dalam Berita Negara Republik Indonesia. Sebagaimana halnya dengan pendirian suatu badan
hukum, maka pendirian suatu Koperasi tidak dapat digolongkan pada suatu perjanjian obligatoir,
tetapi merupakan tindakan hukum berganda berdasarkan pada aturan hukumnya sendiri serta
formil sifatnya.
Koperasi akan memperoleh status badan hukum, setelah mendapat pengesahan oleh
Menteri atau pejabat yang berwenang. Pengesahan akta pendirian Koperasi tersebut disahkan
apabila setelah diadakan penelitian  anggaran dasar Koperasi tidak bertentangan dengan Undang-
undang Koperasi  Nomor 25 Tahun 1992, dan tidak bertentangan dangan ketertiban umum dan
kesusilaan.
Terhadap permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi, berdasarkan ketentuan Pasal
7 ayat 1 Peraturan Menteri tersebut, surat permohonan yang diajukan harus melampirkan:
a.   1 (satu) salinan akta pendirian Koperasi bermaterai cukup;
b.   Data akta pendirian Koperasi yang dibuat dan ditanda tangani oleh Notaris;
c.   Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok dan
simpanan wajib yang wajib dilunasi oleh para pendiri;
d.   Rencana kegiatan usaha Koperasi minimal tiga tahun ke depan dan Rencana Anggaran belanja
dan pendapatan Koperasi;
e.   Dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Agar akta pendirian Koperasi dapat diajukan permohonan pengesahannya sebagai  badan 
hukum,  maka  berdasarkan  ketentuan  Pasal  7  ayat 2 permintaan  pengesahan akta
pendirian Koperasi harus melampirkan yaitu:
a.   Dua rangkap akta pendirian Koperasi, satu diantaranya bermaterai cukup;
b.   Data akta pendirian Koperasi yang dibuat dan ditanda tangani oleh kuasa pendiri;
c.   Notulen rapat pembentukan Koperasi;
d.   Surat kuasa;
e.   Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok dan
simpanan wajib yang wajib dilunasi para pendiri;
f.    Rencana kegiatan usaha Koperasi minimal tiga tahun kedepan dan rencana anggaran belanja dan
pendapatan Koperasi;
g.   Daftar hadir rapat pembentukan;
h.   Untuk Koperasi primer melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) dari para pendiri;
i.    Untuk Koperasi sekunder melampirkan keputusan rapat anggota masing-masing Koperasi
tentang persetujuan pembentukan Koperasi sekunder dan foto copy akta pendirian serta anggaran
dasar masing-masing Koperasi pendiri.
Dasar Pembentukan Koperasi

Orang atau masyarakat yang mendirikan Koperasi mengerti maksud dan tujuan Koperasi serta
kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh Koperasi untuk meningkatkan pendapatan dan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi mereka.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan Koperasi:
1. Orang-orang yang mendirikan dan yang nantinya menjadi anggota Koperasi harus
mempunyai kegiatan dan atau kepentingan ekonomi yang sama. Hal itu mengandung arti
bahwa tidak semua orang dapat mendirikan dan atau menjadi anggota Koperasi tanpa
adanya kejelasan kegiatan atau kepentingan ekonominya. Kegiatan ekonomi yang sama
diartikan memiliki kebutuhan ekonomi yang sama. Orang-orang yang mendirikan
koperasi tersebut tidak dalam keadaan cacat hukum, yaitu tidak sedang menjalani atau
terlibat masalah atau sengketa hukum, juga orang-orang diindikasikan sebagai orang
yang suka menghasut atau kena hasutan pihak lain yang merusak atau memecah belah
Persatuan Gerakan Koperasi.
2. Usaha yang akan dilaksanakan oleh Koperasi harus layak secara ekonomi. Layak secara
ekonomi diartikan bahwa usaha tersebut akan dikelola secara efesien dan mampu
menghasilkan keuntungan usaha dengan memperhatikan faktor-faktor tenaga kerja,
modal dan teknologi.
3. Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang akan
dilaksanakan tanpa menutup kemungkinan memperoleh bantuan, fasilitas dan pinjaman
dari pihak luar.
4. Kepengurusan dan manajemen harus disesuaikan dengan kegiatan usaha yang akan
dilaksanakan agar tercapai efesien dalam pengolahan Koperasi. Perlu diperhatikan bahwa
mereka yang nantinya ditunjuk/dipilih menjadi pengurus haruslah orang yang memiliki
kejujuran, kemampuan dan kepemimpinan, agar Koperasi yang didirikan tersebut sejak
dini telah memiliki kepengurusan yang handal.

Anda mungkin juga menyukai