Anda di halaman 1dari 10

Program Pencegahan Stunting

Penerapan Lesson Study dalam Pendidikan Pencegahan Stunting

BAB 1. PENDAHULUAN
Masalah stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan global dan
nasional, khususnya di negara-negara miskin dan berkembang. Stunting menjadi
permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan
kematian, perkembangan otak suboptimal sehingga perkembangan motorik terlambat dan
terhambatnya pertumbuhan mental. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita
akibat dari kekurangan gizi kronis yang terjadi sejak bayi dalam kandungan sampai usia 2

tahun sehingga anak terlalu pendek untuk usianya [ CITATION Yul19 \l 1033 ]. Periode
0- 24 bulan merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan sehingga disebut
dengan periode emas. Periode ini merupakan periode yang sensitif karena akibat yang
ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi.
Untuk itu diperlukan pemenuhan gizi yang adekuat pada usia ini.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), angka stunting yang terjadi di
Indonesia 2018 mencapai 30,8 persen. Angka tersebut mengalami penurunan dari 37,2

persen pada 2013 [CITATION Kem191 \t \l 1033 ].


Walaupun demikian, angka tersebut masih tergolong cukup tinggi karena masih
berada di atas standar yang ditetapkan World Health Organisation (WHO). Ambang
batas prevalensi stunting dari WHO mengategorikan angka stunting 20 sampai kurang dari
30 persen sebagai tinggi, dan lebih dari atau sama dengan 30 persen sangat tinggi.

Sehingga Indonesia termasuk wilayah yang mengalami gizi akut [ CITATION Ber19 \l
1033 ].
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018,
prevalensi stunting balita umur 0-59 bulan di Jawa Timur mencapai 32,81 persen. Angka ini
lebih tinggi dari prevalensi stunting nasional, yakni 30,8 persen. Sementara itu, berdasarkan
Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), per 20 Juli 2019
prevalensi stunting balita di Jawa Timur sebesar 36,81 persen. Adapun tiga daerah tertinggi
prevalensinya adalah Kota Malang sebesar 51,7 persen, Kabupaten Probolinggo 50,2

persen, dan Kabupaten Pasuruan 47,6 persen [ CITATION Det19 \l 1033 ].


Menurut data prevalensi stunting balita hasil Riset Kesehatan Daerah (Riskesda)
tahun 2018, Jember menempati urutan ke-8 kabupaten/kota se Jawa Timur tertinggi setelah
Sampang, Pamekasan, Bangkalan, Ngawi, Trenggalek, Probolinggo dan Pasuruan

[ CITATION Tri19 \l 1033 ]. Prevalensi stunting di Jember berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Jember, angka balita stunting tahun 2017 mencapai 17,83 persen atau 29.020

balita, sedangkan di tahun 2018 tercatat 10,83 peren atau 17.344 balita [ CITATION
Sur19 \l 1033 ].
Banyak faktor yang menyebabkan tingginya kejadian stunting pada balita. Penyebab
langsung adalah kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit infeksi. Faktor lainnya
adalah pengetahuan ibu yang kurang, pola asuh yang salah, sanitasi dan hygiene yang
buruk dan rendahnya pelayanan kesehatan. Selain itu masyarakat belum menyadari anak
pendek merupakan suatu masalah, karena anak pendek di masyarakat terlihat sebagai anak-
anak dengan aktivitas yang normal, tidak seperti anak kurus yang harus segera
ditanggulangi. Demikian pula halnya gizi ibu waktu hamil, masyarakat belum menyadari
pentingnya gizi selama kehamilan yang memiliki kontribusi terhadap keadaan gizi bayi yang

akan dilahirkannya kelak [CITATION Mit \l 1033 ].


Secara umum, orang tidak menyadari pentingnya nutrisi selama kehamilan dan 1000
Hari Pertama Kehidupan (HPK). Dalam hal ini perempuan harus meningkatkan pengetahuan
mereka tentang gizi, sehingga mereka dapat mencegah kasus stunting pada anak-anak atau
terhambat. Program Aplikasi Lesson Study (ALS) ini membahas tentang pendidikan gizi
yang diberikan kepada perempuan terutama ibu yang memiliki balita. Program ini
memberikan edukasi yang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan
dapat merubah sikap dan perilaku sehat sehingga dapat mencegah terjadinya stunting pada
anak-anak.
Lesson Study telah dikembangkan di Jepang sejak awal 1900-an. Pada tahun 1970-
an pemerintah Jepang mendapat manfaat dari konaikenshu dan sejak itu pemerintah Jepang
telah mendorong sekolah untuk menerapkan konaikenshu dengan memberikan dukungan
biaya dan insentif bagi sekolah yang menerapkan konaikenshu. Alasan mengapa Lesson
Study di Jepang populer adalah karena Lesson Study sangat membantu bagi para guru.
Meskipun pelajaran pelajaran membutuhkan waktu, para guru mendapat manfaat besar dari
informasi yang berharga untuk meningkatkan keterampilan mengajar mereka. Lesson study
tidak hanya membantu siswa menemukan masalah mereka dalam belajar, tetapi juga
menemukan masalah yang dihadapi oleh guru dalam menyampaikan materi.
Studi pelajaran (Lesson Study) telah lama dikembangkan di Jepang dan telah
terbukti meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, Lesson Study dapat meningkatkan
komunikasi dan kompetensi guru. Melalui penerapan lesson study dalam pembelajaran
orang dewasa, terutama untuk ibu balita, diasumsikan memiliki efek positif tidak hanya bagi
ibu balita, tetapi juga bagi instruktur (petugas kesehatan dan kader).

BAB 2. PEMBAHASAN
Judul : The Application of Lesson Study in Education of Stunting Prevention
Penulis : Kasmita, Nur Indrawaty Lipoeto, Ali Khomsan, Mudjiran, dan Hardisman
Nama Jurnal :Indian Jurnal of Public Health Research & Development
Tahun : 2019
Volume : 10
Nomor : 8

Hasil Analisis
Nama Program:
Aplikasi Lesson Study (ALS) dalam pendidikan gizi pada ibu yang memiliki anak balita
Isi Program:
Program pendidikan gizi ini ditujukan untuk perempuan terutama ibu yang memiliki
anak balita. Program ini dibuat untuk upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang dalam hal ini tidak dapat dipisahkan dari pendidikan publik. Karena pengetahuan orang
tua yang rendah memiliki risiko status gizi buruk pada anak lebih besar dibandingkan dengan
orang tua yang berpendidikan tinggi. Pendidikan gizi yang dilakukan bertujuan untuk
mengubah pola pikir masyarakat terhadap gizi dan kesehatan, sehingga dapat mengubah
sikap masyarakat dalam mencegah stunting Program ini dilaksanakan dengan metode
konseling yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan dilakukan dengan dasar monolog.
Didalam program ini berupaya untuk melibatkan masyarakat dalam proses pembelajaran.
Lesson study dapat membantu ibu yang memiliki balita menemukan masalah mereka dan
dapat juga membantu menemukan masalah yang dihadapi fasilitator (tenaga kesehatan)
dalam menyampaikan materi. Dalam menjalankan program ini untuk pencapaian yang
diharapkan berkolaborasi dengan banyak pihak dalam hal ini yaitu petugas kesehatan, kader
dan masyarakat, dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan gizi. Program ini dilakukan
tidak hanya sekali namun berkelanjutan.
Dalam konsep program ini, prinsip-prinsip lesson study digunakan untuk menemukan
masalah yang dihadapi dalam memberikan pembelajaran gizi kepada masyarakat,
membantu menemukan solusi untuk masalah-masalah tersebut, merencanakan cara terbaik
untuk mengimplementasikan solusi dan mengevaluasi implementasi pembelajaran yang telah
direncanakan bersama antara masyarakat, kesehatan staf dan kader.
Lesson study adalah proses implementasi pembelajaran yang terdiri dari beberapa
tahap dalam melakukan pembelajaran, yaitu:
1. Fase Analisis (identifikasi): Perencanaan dimulai dengan menetapkan tujuan
pembelajaran, menganalisis kebutuhan dan masalah yang dihadapi dalam memberikan
pendidikan.
2. Tahap Perencanaan: Menyiasati kekurangan fasilitas belajar, dan secara kolaboratif
menemukan solusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh fasilitator dalam
memberikan pendidikan atau penyuluhan.
3. Tahap Implementasi: Pada tahap ini ada dua kegiatan, yaitu implementasi kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh salah satu instruktur/fasilitator yang disepakati atau
atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan rencana pembelajaran yang telah disusun
bersama dan kegiatan observasi yang dilakukan oleh instruktur lain bertindak sebagai
pengamat.
4. Fase Refleksi: Tahap ini dilakukan dalam bentuk diskusi yang dihadiri oleh semua
pengamat dalam kegiatan pelaksanaan Lesson Study yang dipandu oleh seorang
fasilitator. Diskusi dimulai dari menyampaikan kesan yang dirasakan selama berlatih
belajar. Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan komentar atau saran dengan bijak
pada proses pembelajaran yang telah dilakukan didukung oleh bukti yang diperoleh dari
pengamatan, bukan berdasarkan pendapat mereka sendiri. Ini dilakukan sebagai upaya
meningkatkan proses pembelajaran ke depan.

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats)


Strengths (Kekuatan)
Lesson study tentang gizi yang diterapkan dalam pembelajaran orang dewasa
memiliki dampak positif karena karena orang dewasa memiliki kecenderungan untuk
mengarahkan diri mereka ke arah penyelesaian masalah kehidupan. Belajar untuk orang
dewasa adalah suatu kebutuhan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan. Kegiatan ini
dapat menumbuhkan antusiasme petugas karena didalamnya ada keterlibatan peserta.
Dalam pencegahan stunting ini diharapkan mendapatkan respon yang baik dari
masyarakat. Kelebihan dari program ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam
pemberian edukasi yaitu: dapat diterapkan pada semua masyarakat dan juga dapat
diterapkan dilingkungan sekolah, mendorong dan membantu dalam mengatasi masalah,
mendorong masyarakat untuk lebih aktif selama proses kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan, peserta dapat saling membantu dalam memahami materi, mendorong
peserta untuk berpikir dan bekerja sebaik mungkin.
Program ini bermanfaat untuk menemukan masalah yang dihadapi dalam
memberikan pembelajaran gizi kepada masyarakat, membantu menemukan solusi untuk
masalah-masalah tersebut, merencanakan cara terbaik untuk mengimplementasikan solusi
dan mengevaluasi implementasi pembelajaran yang telah direncanakan bersama. antara
masyarakat, kesehatan staf dan kader. Kegiatan pembelajaran gizi ini diharapkan dapat
efektif untuk mencegah stunting

Weaknesses (Kelemahan)
Program ini dilaksanakan dengan menggunakan metode konsultasi, dimana program
ini dirasa tidak efektif dilakukan karena konseling dilakukan atas dasar monolog atau
penyampaian materi yang dimana hanya satu arah tanpa adanya sesi diskusi atau belum
melibatkan secara langsung masyarakat dalam proses konseling tersebut.
Beberapa kendala dalam pelaksanaan program ini untuk mencegah stunting adalah
terbatasnya kapasitas dan kualitas penyelenggara program, terbatasnya jumlah petugas
kesehatan yang memberikan konseling kepada masyarakat. Strategi untuk mengatasi
kendala program ini yaitu dengan melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak tenaga
kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan program dan perlu
memberdayakan komunitas-komunitas yang sesuai dengan program seperti Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) serta dapat mengadakan kegiatan secara rutin dan
memperbaiki perencanaan serta strategi dalam program pembelajaran gizi.
Selain itu, pemerintah juga dihadapkan pada masalah kurangnya kompetensi
petugas dalam menjalankan program (WHO, 2018). Strategi untuk meningkatkan kompetensi
petugas yaitu dengan meningkatkan kemampuan petugas karena dalam memberikan
edukasi kedapa orang dewasa membutuhkan metode dan pengetahuan yang baik.

Opportunities (Peluang)
Penerapan Lesson Study ini harus selaras dengan kemampuan petugasnya sendiri
juga harus ditingkatkan, karena mengajar orang dewasa memerlukan strategi dan metode
yang disesuaikan dengan kemampuan orang dewasa. Selain itu keterbatasan yang dimiliki
oleh orang dewasa seperti kemampuan memahami suatu materi, rasa bosan lebih cepat,
waktu yang tersedia terbatas, harus menjadi perhatian guru dalam memilih metode, strategi
dan media yang digunakan.
Kegiatan pembelajaran pada orang dewasa dapat disumsikan bahwa semakin
banyak peserta orang dewasa maka dapat timbul perilaku mandiri dan saling belajar,
perubahan orientasi belajar mereka dari penguasaan materi menjadi kemampuan
pemecahan masalah, menguasai kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan
nyata, membutuhkan keterlibatan diri dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran (orientasi masalah-berpusat).
Dengan adanya Lesson Study, masyarakat bersama-sama menemukan bahan apa
yang mereka butuhkan sehingga mereka tahu tentang nutrisi, pola asuh dan kebiasaan hidup
sehat. Sementara tenaga kesehatan dan kader dibantu untuk mencari tahu materi apa yang
harus diberikan, bagaimana strategi penyampaian materi, sehingga kolaborasi antara
masyarakat, tenaga kesehatan dan kader terbentuk. Ciri khas belajar pada orang dewasa
adalah belajar bersama dengan rekan kerja, menemukan masalah yang dihadapi dan
menyelesaikan masalah bersama. Belajar yang didasarkan pada kebutuhan akan
menumbuhkan minat untuk mengetahui tentang nutrisi, pola asuh dan kebiasaan hidup
sehat. Jika minat masyarakat telah tumbuh, diharapkan akan ada peningkatan pengetahuan
gizi, perubahan sikap dan perilaku sehat di masyarakat.

Threats  (Ancaman)
Perilaku masyarakat menjadi salath satu ancaman yang dapat membuat program
tidak berjalan dengan maksimal karena dalam proses pembelajaran/pemberian edukasi
tentang gizi balita kepada ibu yang memiliki balita yang dimana ibu ini adalah orang dewasa
yang cenderung seringkali muncul rasa seperti mendapatkan hal-hal baru dan mungkin sulit
untuk menerima perubahan pola hidupnya, muncul persepsi materi yang disampaikan sulit
untuk dipraktikkan, dan sering timbul rasa bosan yang membuat masyarakat cenderung
memiliki keengganan untuk dating kembali.
Dalam hal ini diperlukan strategi untuk menghadapi ancaman diatas yang dapat
mengatasi rasa bosan peserta (ibu yang memiliki balita) yaitu dapat dilakukan dengan
memodifikasi lokasi belajar yang nyaman seperti ditempat yang sejuk shingga dapat
mengurangi rasa bosan peserta, mengurangi durasi lama pemberian edukasi, dalam artian
durasi singkat namun pesan yang disampaikan fasilitator dapat tersampaikan ke pada
peserta serta dapat diberikan ice breaking disela-sela pemberian materi untuk memberikan
rasa nyaman dan mengurangi kejenuhan para peserta. Ice breaking dapat digunakan untuk
mengembalikan suasana penyuluhan yang tadinya monoton menjadi menyenangkan serta
nyaman sehingga membuat peserta akan lebih fokus untuk memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan dan dapat menyerap secara optimal apa yang telah di dampaikan
oleh fasilitator.
Kurangnya pengetahuan masyarakat dan dukungan dari keluarga terhadap manfaat
dan pentingnya menjaga nutrisi balita. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
salah satunya dengan meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan seperti
penyuluhan.
Tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah. Pendidikan orang tua yang
rendah memiliki risiko status gizi buruk yang lebih besar dibandingkan dengan orang tua
yang berpendidikan tinggi. Program pendidikan gizi yang telah dilakukan dalam bentuk
konseling dan konseling dirasa tidak efektif.
Pemerintah juga kurang melakukan kampanye, advokasi dan penyebaran terakit
dengan upaya pencegahan stunting. Kampanye dilakukan secara nasional untuk mendorong
kesadaran masyarakat tentang pentingnya mencegah stunting karena masih banyak
masyarakat yang tidak menyadari pentingnya nutrisi selama kehamilan dan 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) balita.

Keberhasilan dari Program


Keberhasilan dari program pemberian edukasi tentang gizi kurang efektif karena
program ini menggunakan model yang monoton dimana penyampaian materi yang dimana
hanya satu arah tanpa adanya sesi diskusi atau belum melibatkan secara langsung
masyarakat dalam proses konseling tersebut.

Penerapan Program di Negara Lain


Sangat bisa diterapkan dinegara lain karena program ini mudah diterapkan hanya
membutuhkan komitmen petugas dan harus adanya kerjasama dengan tenaga kesehatan
yang paham dengan kegiatan ini serta bekerja sama dengan pemerintah pemerintah untuk
melakukan kampanye dan advokasi terkait program ini. Namun tetap harus di sesuaikan
dengan tradisi dan kondisi masyarakat dari negara lain yang memiliki kebutuhan, sumber
daya alam, lokasi, dan faktor lainnya yang berbeda-beda tiap negaranya. Dan kegiatan ini
tidak dapat berhasil dengan waktu yang singkat dalam hal ini program dilakukan secara
berkelanjutan.

Penerapan Program di Indonesia


Bisa dan Sebetulnya diindonesia pemerintah telah melakukan kampanye untuk
pencegahan stunting ini sendiri yaitu Cegah Stunting untuk Generasi Cerdas Indonesia” ada
tiga hal yang disampaikan dalam kampanye tersebut yaitu perbaikan terhadap pola makan,
pola asuh serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Salah dua dari kampanye yang
disampaikan sesuai dengan tujuan dari program tersebut yaitu masyarakat dapat
menemukan bahan apa yang mereka butuhkan sehingga mereka tahu tentang nutrisi, pola
asuh dan kebiasaan hidup sehat dan diharapkan akan ada peningkatan pengetahuan gizi,
perubahan sikap dan perilaku sehat di masyarakat.
Pemerintah di Indonesia juga melakukan upaya dalam pencegahan stunting dengan
secara terus menerus memberika pendidikan tentang cara memberi makan anak-anak dan
melindunginya dari infeksi, dan layanan kesehatan yang memadai dan mudah diakses untuk
mencegah dan mengobati infeksi secara kolektif sehingga dapat mengurangi stunting pada
populasi.
Secara khusus, pemerintah juga sudah menyiapkan kerangka penanganan stunting,
yakni intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi Gizi spesifik bersifat jangka
pendek, yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang
dilakukan oleh sektor kesehatan. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah ibu hamil, ibu
menyusui, dan anak usia 0-23 bulan. Diharapkan, intervensi ini bisa berkontribusi dalam
pencegahan stunting sebesar 30%. Beberapa bentuk intervensinya antara lain promosi
kesehatan, penyediaan akses sanitasi yang bersih, pemberian Jaminan Kesehatan Nasional,
serta pemberian bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.
Dalam kerjasama dan kemitraan ini, ada tiga pihak yang terlibat. Pemerintah, dalam
tugasnya memprioritaskan penanggulangan kemiskinan, dengan pendanaan dan dukungan
lain dari dunia usaha tentunya juga sangat mengharapkan partisipasi masyarakat untuk bisa
berperan aktif. Salah satu peran aktif masyarakat adalah dengan mengkampanyekan
pencegahan stunting secara terus menerus. Hingga saat ini, bisa dipastikan sedikit sekali
masyarakat kita yang sadar apa dan bagaimana cara mencegah stunting itu. Program
kampanye ini di buat pemerintah ini bertujuan menekan laju angka stunting pada balita.
Penjelasan diatas hampir sejalan dengan tujuan program Lesson Study tentang
pemberian edukasi tentang gizi. Dalam hal ini dipastikan Indonesia dapat menerapkan
program ini namun diperlukan adanya kerja sama dengan berbagai pihak dan komitmen
dalam penyelanggaraan program ini.

BAB 3. PENUTUP
Ada beberapa kendala dalam pelaksanaan percepatan pencegahan stunting,
termasuk: Terbatasnya kapasitas dan kualitas penyelenggara program, terbatasnya jumlah
petugas kesehatan yang memberikan konseling kepada masyarakat. Selain terbatasnya
jumlah petugas kesehatan, pemerintah juga dihadapkan pada masalah kurangnya
kompetensi petugas dalam menjalankan program (WHO, 2018). Masih kurangnya advokasi,
kampanye dan diseminasi terkait stunting, dan berbagai upaya pencegahan.
Pencegahan stunting itu sendiri harus mendapatkan respons yang tepat dan baik
dari masyarakat. Kelebihan dari penerapan program ini yaitu dapat diterapkan pada
masyarakat maupun di lingkungan sekolah, mendorong dan membantu dalam mengatasi
masalah, mendorong peserta untuk lebih aktif dalam pembelajaran yang menyenangkan,
peserta saling membantu dalam memahami materi, mendorong masyarakat untuk berpikir
terbuka dan bekerja sebaik mungkin.
Lesson study yang diterapkan dalam proses pendidikan gizi adalah upaya kolaborasi
antara petugas kesehatan, kader dan masyarakat, dengan tujuan meningkatkan kualitas
pendidikan gizi, yang dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu.
Program ini dapat diterapkan di berbagai Negara. Namun tetap harus di sesuaikan dengan
tradisi dan kondisi masyarakat dari negara lain yang memiliki kebutuhan, sumber daya alam,
lokasi, dan faktor lainnya yang berbeda-beda tiap negaranya. Dan kegiatan ini tidak dapat
berhasil dengan waktu yang singkat dalam hal ini program dilakukan secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Beritatagar. (2019, Maret 14). Gentingnya masalah stunting di Indonesia. Retrieved


Desember 24, 2019, from https://beritagar.id/artikel/berita/gentingnya-masalah-
stunting-di-indonesia

DetikNews. (2019, September 17). Khofifah Sebut Pernikahan Dini Sebabkan Tingginya
Stunting di Jatim. Retrieved Desember 24, 2019, from https://news.detik.com/berita-
jawa-timur/d-4709297/khofifah-sebut-pernikahan-dini-sebabkan-tingginya-stunting-di-
jatim

Kasmita., Nur Indrawaty Lipoeto., Ali Khomsan., Mudjiran., Hardisman. (2019). The Applicatio
of Lesson Study in Education of Stunting Prevention. Indian Journal of Public Health
Research & Development. Vol. 10 (8): 1784-1788

Kementerian Riset dan Teknologi. (2019, Juli 9). "Gemasting" Program Pencegahan Stunting
dari Mahasiswa IPB University. Retrieved November 24, 2019, from
https://www.ristekdikti.go.id/info-iptek-dikti/gemasting-program-pencegahan-stunting-
dari-mahasiswa-ipb-university/

Mitra. (2015). Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk Mencegah
Terjadinya Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan). Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol.
2, No. 6, 254-261.

SuryaMalang. (2019, Maret 1). Dinkes Jember Klaim Angka Balita Stunting Di Jember Capai
11 Persen Tahun 2018. Retrieved Desember 24, 2019, from
https://suryamalang.tribunnews.com/2019/03/01/dinkes-jember-klaim-angka-balita-
stunting-di-jember-capai-11-persen-tahun-2018

Tribunnews. (2019, September 13). Perangi Stunting, Pemkab Jember Gelar Rembuk
Stunting. Retrieved Desember 24, 2019, from
https://surabaya.tribunnews.com/2019/09/13/perangi-stunting-pemkab-jember-gelar-
rembuk-stunting

Yuliana, W. d. (2019). Darurat Stunting dengan Melibatkan Keluarga. Yayasan Ahmar


Cendekia Indonesia: Sulawesi Selatan.

Anda mungkin juga menyukai