Anda di halaman 1dari 7

Logistics Engeering

Discussion Question – Achieving Strategic Fit (Kasus: Rantai Pasok Komoditas Jagung di
Indonesia)

 Tri Winda Panjaitan 21S16063

 Mariani Putri Sinaga 21S17005

 Vandora Esrawaty Sinaga 21S17017

 Ayumi Wantrina Napitu 21S17049

 Nursinta Vania Azalia Simanjuntak 21S17036

 Fany Lumban Tobing 21S17063

DASAR TEORI:

Strategic fit diartikan bahwa kompetitif dan strategi rantai nilai memiliki sasaran yang sama. ini
berarti Strategic fit merupakan konsistensi antara prioritas pelanggan yang diharapkan mampu
dipenuhi oleh strategi kompetitif dan kemampuan rantai nilai yang dapat dibangun dengan strategi
supply chain. Strategic fit dicapai dengan tiga tahap, yaitu:

1. Memahami pelanggan dan ketidakpastian rantai pasokan (Understanding the Customer and
Supply Chain Uncertainty)
Pertama, perusahaan harus memahami kebutuhan pelanggan pada masing-masing segmen
dan ketidakpastian supply chain yang dihadapkan pada pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan ini
membantu perusahaan menemukan keinginan biaya dan permintaan jasa. Ketidakpastian rantai
pasokan membantu perusahaan mengidentifikasi tingkat ketidakmampuan dalam memprediksi
permintaan, gangguan, dan keterlambatan
2. Memahami kemampuan rantai pasokan (Understanding the Supply Chain Capabilities)
Terdapat beberapa jenis supply chain, masing-masing dirancang untuk pelaksanaan tugas
yang berbeda. Perusahaan seharusnya mengetahui bagaimana supply chain didesign dengan baik.
3. Pencapaian strategic fit ( Achieving Strategic Fit )
Jika terdapat persaingan yang tidak sebanding antara supply chain dengan kebutuhan pelanggan,
perusahaan juga akan mengatur kembali rantai pasokan untuk mendukung strategi kompetitif atau
mengubah strategi kompetitif. Adapun langkah-langkah pencapaian strategic fit :
 Langkah pertama dalam pencapaian strategic fit antara kompetitif dan strategi supply chain
adalah memahami pelanggan dan ketidakpastian supply chain. Ketidakpastian dari pelanggan
dan supply chain dapat dikombinasikan dan dipetakan pada spektrum ketidakpastian.
 Langkah kedua dalam pencapaian strategic fit antara kompetitif dan strategi supply chain
adalah memahami supply chain dan memetakannya pada spektrum kemampuan reaksi
 Langkah terakhir dalam pencapaian strategic fit adalah mencocokan antara kemampuan
reaksi supply chain dengan ketidakpastian dari permintaan dan penawaran. Rancangan rantai
pasokan dan seluruh strategi fungsional pada perusahaan harus dapat mendukung tingkat
kemampuan reaksi supply chain.

Lingkup strategic fit adalah fungsi-fungsi yang ada pada perusahaan dan langkah-langkah
yang tepat yang dapat menemukan hubungan strategi dengan tujuan. Lingkup interperusahaan
dari strategic fit pada saat ini merupakan hal yang penting karena persaingan dalam wilayah
perusahaan dengan perusahaan telah berubah menjadi persaingan supply chain satu dengan yang
lainnya. Rekan kerja perusahaan dalam supply chain akan menentukan kesuksesan perusahaan.
Lingkup interperusahaan dari strategic fit membutuhkan evaluasi tiap tindakan pada sebuah
perusahaan dalam keseluruhan. Lingkup ini meluas pada seluruh langkah di supply chain.
Kunci untuk dapat mencapai strategik fit adalah kemampuan perusahaan untuk
menemukan keseimbangan antara kemampuan merespon dan efisiensi yang mempertemukan
kebutuhan dari target pelanggan. Keputusan ini seharusnya dialokasikan dalam responsiveness
spectrum dimana perusahaan dihadapkan dengan banyak hambatan. Hambatan tersebut dapat
meningkatkan kesulitan perusahaan dalam menciptakan keseimbangan yang ideal, tetapi dilain
pihak hambatan-hambatan tersebut dapat meningkatkan kesempatan perusahaan untuk
meningkatkan manajemen rantai pasokan.
Berikut ini hambatan, yang apabila dapat diatasi oleh manajer, dapat meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh profitabilitas maksimum dari rantai pasokan yaitu:
 Meningkatkan variasi produk
 Mengurangi siiklus hidup produk
 Peningkatan permintaan pelanggan
 Pemecahan kepemilikan rantai pasokan
 Globalisasi
 Kesulitan pelaksanaan strategi baru

Banyak hambatan, seperti munculnya variasi produk dan pendeknya siklus hidup, dapat
menyebabkan bertambahnya kesulitan rantai pasokan dalam mencapai strategic fit. Adanya
hambatan-hamabatan dapat menciptakan kesempatan yang besar bagi perusahaan untuk
menggunakan manajemen rantai pasokan dalam mendaptkan competitive advantage.
Menggambarkan hambatan utama dalam perusahaan dapat membantu mengatur rantai pasokan
secara sukses. Hambatan-hambatan diatas merupakan faktor yang dapat menghambat kinerja
rantai pasokan.

PEMBAHASAN STRATEGIC FIT UNTUK ANALISIS KOMODITAS JAGUNG DI INDONESIA

Step 1 : Understanding the Customer and Supply Chain Uncertainty


• Quantity of product needed in each lot
Kuantitas Produk yang dibutuhkan setiap lot
Tingkat penggunaan jagung tertinggi adalah untuk pakan ternak (unggas) yaitu berkisar
antara 4 - 55% dari suplai jagung (Deptan, 1987). Seiring dengan meningkatnya industri pakan
ternak, tingkat penggunaan ini meningkat hingga 70% dari produksi jagung nasional. Sementara
untuk konsumsi manusia jumlahnya hanya berkisar 30%nya (Rusastra dkk, 2004). Angka ini
dapat diperdebatkan. Diperhitungkan, industri pakan ternak nasional setiap tahunnya
membutuhkan sebanyak 3,5 juta ton jagung (Dept. Pertanian, 1987). Kebutuhan yang cukup
tinggi iniantara lain karena komposisi bahan baku pakan ternak -terutama unggas- membutuhkan
jagung sekitar 50% dari total komposisi bahan.

• Response time customers will tolerate


Waktu pelanggan akan mentoleransi berbagai produk tingkat layanan yang dibutuhkan
Jagung merupakan komoditas pangan utama Indonesia yang masih sangat umum dan
hampir mendominasi perekenomian mayoritas, sehingga bisa dipastikan suplai jagung hampir
tidak mengalami masalah dalam hal pemenuhan bahan baku sampai distributor hasil komoditas
ke pedagang berbagai tingkat atau pembeli pihak ketiga lainnya. Dimana ini akan selalu
memastikan pengadaan bahan baku untuk keperluan manufaktur produk jagung dalam industri
makanan, minuman, atau produk lainnya oleh perusahaan-perusahaan manufaktur atau komunitas
perdagangan Indonesia.

• Variety of products needed


Keragaman variasi produk yg diinginkan.
Misalnya : Meningkatkan varietas jagung yang ditanam, jagung susu, jagung biasa, dll
Mengikatkan inovasi produk apa saja yang bisa dihasilkan dari jagung
Agroindustri jagung saat ini  sudah banyak beredar secara luas, seperti minyak jagung,
sirup jagung dan gula jagung. Seperti contoh di daerah Jawa Timur dan Madura, tanaman jagung
dibudidayakan cukup intensif karena, selain tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk
pertumbuhan tanaman jagung, di daerah tersebut khususnya Madura jagung banyak dimanfaatkan
sebagai makanan pokok.
Jagung merupakan bahan pangan yang sangat familiar di masyarakat, namun, jagung
belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan baku snack, kue atau hidangan diantaranya
industri kerupuk jagung, tepung jagung, marning, brondong jagung, chiki, kripik, dan jagung
goreng. Harga jagung relatif murah dan mudah didapat, menguntungkan sebagai bahan baku
menu atau hidangan untuk berwirausaha makanan. Industri jagung memproses jagung yang
dihasilkan sendiri dan dipasarkan masih dalam wilayah terbatas. Pemasaran masih dilakukan di
wilayah sekitar. Selain itu, ada beberapa perusahaan besar yang memproduksi tepung, maizena,
mie, dan minyak jagung serta makanan ringan berbasis jagung. Makanan ringan yang di produksi
berupa corn flakes, tortia chips, dan popcorn. Akan tetapi untuk aplikasi dimasyarakat teknologi
tersebut sulit dilaksanakan karena  memerlukan teknologi tinggi.

• Service level required


Tingkat pelayanan dibutuhkan
Secara keseluruhan di Indonesia, atribut mampu menampung berapapun jagung yang
dihasilkan dan akan dijual oleh petani dan telah memenuhi kebutuhan konsumen, namun tetap
diperlukan perbaikan lagi untuk meningkatkan efisiensi kerja manufaktur produk dari jagung.
Tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pelayanan komoditas jagung yang mempengaruhi tingkat
pelayanan produk jagung di Indonesia dapat diukur melalui beberapa aspek seperti: aspek
tangible/fisik (sarana-prasarana yang lengkap saat pengemasan, alat komunikasi petugas), aspek
reliability/keandalan (kemampuan berkomunikasi dengan petugas dalam hal informasi kualitas
atau menampung keluhan dan solusi), aspek responsiveness/kesigapan (pelayana yang cepat antar
petani dan pembeli pihak ketiga), dan aspek assurance/jaminan (ketersediaan komoditas setiap
waktu, ketepatan waktu dalam membayar produk jagung, harga beli komoditas yang pas/pantas
sesuai kualitas, keterbukaan dalam penyampaian informasi komoditas).

• Price of the product


Harga si produk
Saat ini produk olahan jagung cukup banyak beredar dimasyarakat luas, misal; minyak
jagung, pati jagung serta gula jagung. Semua produk olahan jagung ini memiliki merk dagang
yang berbeda-beda, meskipun bahan baku yang digunakan sama yaitu jagung. Produk olahan
jagung keluaran manufaktur yang beredar rata-rata masih merupakan produk impor, oleh
karenanya harga produk olahan jagung ini masih tergolong mahal dan lebih mengarah pada
orang-orang yang berpenghasilan lebih atau menegah keatas. Ini mengindikaskan bahwa
komoditas jagung dan produk olahannya masih dikategorikan agak mahal.
Sedangkan untuk produksi jagung di skala rumah tangga  tidak memerlukan teknologi
yang sulit, sehingga harga produk olahan jagung industri rumah tangga tersebut dikategorikan
murah dan sudah menutup seluruh cost yang dikeluarkan. Produk olahan jagung dari industri
rumah tangga ini harganya lebih terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan kecil atau menengah
dengan tujuan pemenuhan gudang dan keperluan pribadi lainnya.

• Desired rate of innovation in the product


Untuk jumlah inovasi yang dibutuhkan konsumen mengenai produk olahan komunitas
atau para petani jagung) belum dapat ditentukan jumlahnya,mengingat kebutuhan konsumen yang
bersifat sangat tiba-tiba sepanjan waktu, dinamis, jumlah tak menentu, dan bertambahnya inovasi
ilmu pengetahuan yang membahas tentang komoditas jagung dimana ini mengakibatkan
perluasan persepsi konsumen atas barang/produk dari jagung, yang mengambil produk olahan
jagung untuk dijadikan sebuah varian produk.

Step 2 : Understanding Supply Chain Capabilities


• How does the firm best meet demand?
Bagaimana cara perusahaan memenuhi permintaan terbaik?
Berikut adalah gambaran rantai pasok komoditas jagung di Indonesia secara keseluruhan.

Petani Jagung

Pedagang Pengepul Pemasok Bahan Baku

Industri Pakan
Industri Makanan
Ternak

Distributor

Retailer

Konsumen
( Peternak,
Masyarakat
konsumen produk
olahan jagung )

Pedagang membeli jagung panenan dari petani dan menjualnya ke pengumpul. Sebagian
pengumpul membeli jagung langsung dari para petani. Jagung dijual di ladang kepada pedagang
atau pengumpul saat panen. Mereka memperkirakan berapa hasil panen jagung milik petani dan
membayarnya sesuai perkiraan. Biasanya, mereka juga menanggung biaya panen. Dari
pengumpul jagung dijual ke pedagang besar atau agen. Pedagang besar (agen) menjual jagung
yang dibeli dari pengumpul kepada industri pengguna jagung seperti indutri makanan seperti
Chiki, industry pakan ternak dan indutri tepung yang mengolah jagung sebagai bahan campuran
kopi, sementara sebagian disimpan petani sebagai cadangan pangan.
Ada beberapa cara yang dilakukan perusahaan untuk memenuhi permintaan dari
pelanggan, salah satunya adalah dengan melakukan Strategi Pengelolaan dan Pengembangan
Nilai Jagung yaitu Analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Proses pengambilan keputusan berkaitan
dengan pemngembangan misi, tujuan. Oleh sebab itu perencanaan strategis harus menganalisis
faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi
saat ini. Tahapan selanjutnya adalah pengembangan strategi kedalam empat tipe strategi yaitu:
Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST, Strategi WTBerdasarkan pengamatan yang telah dilakukan
terhadap keseluruhan sistem rantai nilai jagung maka diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi
rantai nilai baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Strategi Kekuatan – Strategi kekuatan- Strategi kelemahan- Strategi kelemahan-
Peluang (SO) ancaman (ST) peluang (WO) ancaman (WT)
1. Media online 1. Mengoptimalkan 1. Mengadakan 1. Sistem agribisnis
2. Melatih keterampilan kelembagaan petani pelatihan, pembinaan jagung
dengan memanfaatkan (Kelompok tani) dan pendampingan 2. Pelatihan manajemen
ketersediaan lahan, sebagai media untuk terhadap masyarakat usaha yangprofesional
ketersediaan pasar serta meningkatkan dan kelompok usaha 3. Membangun
iklim dan cuaca yang produktivitas petani secara kontinu kerjasama antar
mendukung melalui penyuluh dan 2. Mengadopsi pemerintah daerah
3. Memanfaatkan keterampilan dalam teknologi terbaru untuk saling
adanya perhatian mengolahjagung danterjangkau menguatkan
pemerintah daerah 2. Mempertahankan 3. Membentuk keberadaan
dalam mengembangkan produk lokal dengan kelompok agribisnis produkunggulan
tanaman jagung dengan memperhatikan selera dalam memperkuat 4. Dalam mengatasi
mempengaruhi minat dan sistem agribisnis perubahan selera
bertani parapetani kebutuhankonsumen jagung 4. Melakukan konsumen, maka perlu
4. Menambah modal 3. Menjalin kerjasama diversifikasi produk dibuat keanekaragaman
usahauntuk antara pihak untuk memenuhi produk dengan
meningkatkan pengumpul, industri kebutuhan konsumen menggunakan
produktifitas usaha pakan ternak dengan 5. Meningkatkan teknologi modern
argoindustri danpetani petani guna menjamin motivasi dalam 5. Memanfaatkan
5. Menggunakan ketersediaan bahan melakukan usaha, dukungan pemerintah
teknologi modern baku dan mencegah meningkatkan untuk mendapatkan
dalam proses pertanian harga jagung yang usahatani dan pelatihan bagi tenaga
jagung dan pengolahan tidakstabil pemasaran hasil kerja, untuk tambahan
produk turunan 4. Perbaikan pola modal dan sertifikasi
usahatani agar produk
ketersediaan jagung
kontinu
5. Penetapan lahan
penaman jagung oleh
kelembagaan guna
menghindari akses yang
susah dan
berkembangnya
usahatani tanaman
kompetitor

• Supply chain responsiveness is the ability to?


Untuk mendesain strategic fit yang baik pada komoditas jagung dan produkya di Indonesia dapat
dilaksankan menggunakan beberapa contoh kriteria di bawah ini:
- Menanggapi berbagai jumlah kuantitas yang diminta
- Memiliki waktu tunggu yang singkat
- Menangani berbagai macam jenis variasi produk
- Membangun produk yang inovatif
- Menemukan tingkat pelayanan yang tinggi

• Responsiveness comes at a cost


Daya tanggap yang cepat itu berbayar
Untuk pengadaan jagung dan produk olahannya di Indonesia, produksi jagung Indonesia
hingga kini dianggap masih layak sekaligus mencukupi ketersediannya untuk menutupi
kebutuhan nasional. Produksi jagung nasional juga mampu bersaing di pasar regional,
sehingga janggal jika dikategorikan produksi jagung nasional kalah saing dengan impor.
Mengenai jagung, Presiden Jokowi pernah mengungkapkan bahwa tahun 2018 Indonesia
sudah mampu ekspor sebanyak 380 ribu ton. Kemudian, selama 2014-2018, Indonesia juga
sudah mampu menekan impor jagung sebesar 3,3 juta ton. Ini menunjukkan bahwa Indonesia
mengeluarkan biaya dan mau berinvestasi dalam pengadaan sumber daya yang tepat waktu
untu meningkatkan aktivitas produksi lainnya, yang ini nantinya akan memicu lebih banyak
profit bagi setiap pihak.

• Supply chain efficiency is the inverse to the cost of making and delivering the product to the
customer
Efisiensi biaya pembuatan dan pengiriman produk kepelanggan
Pengambilan dan pengiriman terkoordinasi memungkinkan untuk mengetahui sedang menuju
kemana dan kapan produk dapat dikirim, kemudian mengantarkan produk secara tepat, kapan, dan dimana
mereka dibutuhkan untuk dirakit dan dipasang. Sistem ini digunakan FedEx dengan menggabungkan
pesanan yang berada dalam proses pemindahan, dan komponen tan pernah masuk gudang. Teknik ini
mengurangi waktu dan pemasangan dan juga biaya pengiriman. Pengurangan biaya logistik, industri
pengangkut motor mempunyai rata-rata utilisasi kapasitas hanya 50%, sehingga biaya fasilitas yang
dimanfaatkan kurang dari kapasitasnya. Untuk meningkatkan efisiensi logistik didalam produk, maka para
pengirim dan emilik truk dapat menyesuaikan waktu untuk menggunakan sebagian dari kapasitas yang
tidak terpakai ini

• The cost-responsiveness efficient frontier curve shows the lowest possible cost for a given level
of responsiveness
Kurva perbatasan efisien-responsif-biaya menunjukkan biaya serendah mungkin untuk tingkat
responsif tertentu
Step 3 : Achieving Strategic Fit
• Ensure that the degree of supply chain responsiveness is consistent with the implied uncertainty
Pastikan tingkat respons rantai pasokan konsisten dengan ketidakpastian yang tersirat
Contoh : dapat mengatasi situasi yang mengharuskan produksi dibutuhkan dalam kuantitas yang
banyak dan waktu yang sedikit, tidak mengubah kualitas yang dihasilkan sama sekali.

• Assign roles to different stages of the supply chain that ensure the appropriate level of
responsiveness
Menugaskan peran ke berbagai tahapan rantai pasokan yang memastikan tingkat respons yang
sesuai
Contoh : Menjangkau seluruh aliran rantai pasok untuk saling mempunyai visi dan misi yang
sama dalam pelayanan untuk pengembangan yang berkelanjutan.
Misalnya, untuk aliran rantai pasok petani, petani diberikan fasilitas sarana dan prasana
pendukung pasca panen.

• Ensure that all functions maintain consistent strategies that support the competitive strategy
Pastikan semua fungsi mempertahankan strategi yang konsisten yang mendukung strategi
kompetitif
Contoh : Mempertahankan hasil produk olahan dari jagung dengan memperhatikan selera dan
kebutuhan konsumen

Anda mungkin juga menyukai