Keefektifan Lembar Kerja Siswa Lks Berba 29f78d5c
Keefektifan Lembar Kerja Siswa Lks Berba 29f78d5c
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan LKS berbasis etnosains pada materi
bioteknologi untuk melatihkan kemampuan proses sains siswa kelas IX. Lembar kerja siswa ini dikembangkan
dengan menggunakan pengembangan R&D (Research and Development), namun hanya sampai uji coba terbatas.
Subjek dari penelitian adalah siswa kelas IX-A SMPN 1 Mejayan tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 28
siswa dan desain ujicoba penelitian menggunakan One Group Pretest-Posttest Design. Keefektifan diperoleh dari
aktivitas siswa terhadap LKS dan juga nilai pretest dan posttest. Aktivitas siswa terhadap LKS diperoleh
persentase skor rata-rata sebesar 87,76% dengan kategori sangat layak. Keefektifan kedua pada soal pretest dan
posttest diperoleh N-Gain sebesar 0,70 dengan predikat tinggi. Disimpulkan bahwa lembar kerja siswa berbasis
etnosains pada materi bioteknologi untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa kelas IX dinyatakan sangat
layak berdasarkan aspek keefektifan.
Abstract
The aim of this research are to describe the effectiveness of student worksheet etnosains based on
biotechnology for exercise science process skill at class IX. This worksheet was developed by R&D (Research
and Development), but it is limited in trials step. The subjects were students of 9th grade SMPN 1 Mejayan
2016/2017 school year totaling 28 students and design of this research trial using One group pretest-posttest
design. The effectiveness obtained from the student activity of worksheets and also the value pretest and posttest.
The average of student activity is 87,76% with a very decent predicate. The effectiveness of both the pretest and
posttest obtained N-Gain of 0,70 with high predicate. It was concluded that student worksheet etnosains based
on biotechnology for exercise science process skill at class IX declared very decent by the aspect of validity,
practicality and effectiveness.
152
E-Journal Unesa
Proses belajar IPA pada pembelajaran etnosains keterampilan proses sains adalah mengembangkan LKS
tidak hanya fokus terhadap bahan ajar yang diberikan, berbasis etnosains pada materi bioteknologi untuk
namun juga mengajak peserta didik untuk melakukan melatihkan keterampilan proses sains siswa kelas IX.
observasi pada suatu industri, sehingga lebih aktif dalam LKS ini memiliki kelebihan dibanding LKS yang
belajar dan berperan sebagai student center learning lainnya, karena dapat melatihkan peserta didik untuk
(Ambarwati, 2013). Pesatnya perkembangan ilmu dan melakukan wawancara kepada salah satu masyarakat
teknologi menjadikan materi bioteknologi menjadi salah yang memproduksi brem di Kota Madiun guna
satu bidang ilmu IPA yang harus dikuasai di Indonesia memperoleh data pembuatan brem serta
termasuk SMP. Brem merupakan salah satu hasil olahan mengaplikasikannya ke dalam sains ilmiah, sehingga
bioteknologi konvensional dari fermentasi beras ketan dengan adanya observasi ini, peserta didik dapat
yang kini menjadi makanan khas kota Madiun. Menurut mengetahui bahwa proses pembuatan brem juga
Unesco (2002) profesi pembuatan makanan khas seperti menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dan dapat digunakan
ini dapat dinyatakan sebagai bagian dari budaya, karena sebagai sumber belajar materi bioteknologi melalui
budaya adalah suatu cara hidup yang dimiliki oleh suatu pembelajaran etnosains. Adapun tujuan penelitian adalah
kelompok serta diwariskan dari generasi satu ke generasi mendeskripsikan validitas, kepraktisan dan keefektifan
yang lain. Pembelajaran berbasis etnosains LKS berbasis etnosains pada materi bioteknologi untuk
mengharapkan peserta didik untuk melakukan melatihkan keterampilan proses sains siswa kelas IX.
penyelidikan langsung terhadap suatu budaya.
Keterampilan proses sains dapat digunakan untuk METODE
menyelidiki dunia sekitar serta membangun konsep ilmu Jenis penelitian ini adalah R&D (Research and
pengetahuan. Menurut Ibrahim (2010) keterampilan Development). Penelitian R&D merupakan metode atau
proses sains dapat dijumpai dalam penyelidikan ilmiah. strategi penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki
Penyelidikan ilmiah merupakan sikap ketika melakukan praktik (Sukmadinata, 2009). Namun dalam melakukan
proses dalam mendapatkan ilmu pengetahuan penelitian, peneliti hanya sampai tahap uji coba terbatas.
(Kemendikbud, 2014), maka dari itu ciri khas dari Desain uji coba menggunakan One-group Pretest
metode ilmiah adalah pemecahan masalah melalui Posttest Design, dengan subjek penelitian 28 siswa kelas
penalaran dan pengamatan. Keterampilan proses sains IX-A SMP Negeri 1 Mejayan. Uji coba ini dilakukan
sangat penting bagi setiap peserta didik karena dengan pada tanggal 23 dan 30 Januari serta 6 Februari 2017
adanya keterampilan ini diharapkan peserta didik mampu pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Instrumen
menanamkan sikap ilmiah untuk memahami, penelitian yaitu lembar validasi, lembar angket respon
mengembangkan serta menemukan pengetahuan baru siswa terhadap LKS; lembar aktivitas siswa terhadap
(Dahar, 1985 : 11). Selain itu, keterampilan proses sains LKS dan lembar pretest- posttest..
juga mengajarkan peserta didik untuk menggambarkan
objek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, HASIL DAN PEMBAHASAN
mengiterpretasi hasil pengamatan, menganalisis hingga Keefektifan LKS dapat diukur melalui aktivitas
menyimpulan dan mengkomunikasikan hasil pengamatan siswa terhadap LKS yang dilakukan pada pertemuan II
kepada orang lain (Opara dalam Aktamis, 2011)
dan III, serta hasil pretest dan posttest. Pengambilan data
Berdasarkan studi pendahuluan di SMP Negeri 1
dilaksanakan 3 kali pertemuan yang diamati oleh 2
Mejayan melalui wawancara pada salah satu guru IPA
mahasiswa pendidikan IPA angkatan 2013. Subjek
kelas IX dan dengan penyebaran angket serta soal
dalam penelitian ini sebanyak 28 siswa. Keterlaksanaan
mengenai keterampilan proses sains di kelas IX-A, maka pembelajaran diamati dengan lembar aktivitas siswa
didapatkan hasil bahwa LKS yang digunakan belum terhadap LKS. Adapun hasil rata-rata aktivitas siswa
mengacu pada keterampilan proses sains karena LKS
dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :
masih sepenuhnya mengacu pada buku guru dan buku
Tabel 1. Hasil Rata-Rata Aktivitas Siswa
siswa. Hal ini juga didukung dari hasil tes siswa bahwa
No Kategori Pengamatan Rata-
rata-rata siswa belum mengerti cara merumuskan
KPS Rata Predikat
masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasin (%)
variabel, menginterpretasi data dan menyimpulkan hasil 1 Keterampilan Mengamati 100 SB
pengamatan. Pada dasarnya Kabupaten Madiun 2 Keterampilan
merupakan kota penghasil brem, namun sebanyak 71,43 B
Merumuskan Masalah
96,43% siswa tidak mengerti langkah-langkah 3 Keterampilan Membuat B
71,43
pembuatan brem dan belum mengerti bahwa pembuatan Hipotesis
brem menggunakan prinsip-prinsip sains. Hal ini karena 4 Keterampilan
71,43 B
siswa memandang pembuatan brem hanyalah profesi Mengidentifikasi Variabel
umum dan diperoleh turun temurun. Ketidaktahuan ini 5 Keterampilan
100 SB
karena siswa belum pernah mempelajari proses Menginterpretasi Data
pembuatan brem, oleh karena itu diperlukannya 6 Keterampilan Menarik
100 SB
Kesimpulan
observasi mengenai proses pembuatan brem.
7 Keterampilan
Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang telah 100 SB
Mengkomunikasikan
diuraikan, solusi yang dapat diberikan peneliti agar Rata-Rata (%) 87,76
peserta didik di SMP Negeri 1 Mejayan dapat memahami
153
Keefektifan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Etnosains untuk Melatihkan
Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas IX
154
E-Journal Unesa
Pada lama fermentasi 1 hari menghasilkan sari nomor satu dan dua memiliki skor 3, dan pada soal
tape dengan volume 25 ml, dengan tekstur sedikit lunak nomor tiga, empat dan lima masing-masing butir soal
dan rasa asam. Setelah dipanaskan sari ketan habis. memiliki skor 4. Selanjutnya, pada masing-masing
Pada lama fermentasi 3 hari menghasilkan sari tape keterampilan proses, skor yang diperoleh siswa
dengan volume 275 ml, dengan tekstur sedikit lunak dan kemudian dijumlahkan. Perolehan skor dari seluruh
rasa manis. Setelah dipanaskan menghasilkan volume siswa selanjutnya dirata-rata. Skor rata-rata kemudian
125 ml, dengan tekstur sangat lunak dan rasa yang dikonversikan menjadi nilai dengan skala 100 yang
manis. Pada lama fermentasi 5 hari menghasilkan sari merupakan nilai keterampilan proses sains siswa,
tape dengan volume 300 ml, dengan tekstur lunak dan diantaranya yaitu pada butir soal nomor satu rata-rata
rasa manis. Setelah dipanaskan menghasilkan volume nilai 76,19 untuk aspek keterampilan mengamati, pada
130 ml, dengan tekstur lunak dan rasa yang manis. Pada butir soal nomor dua rata-rata nilai 96,43 untuk aspek
lama fermentasi 7 hari menghasilkan sari tape dengan keterampilan mengamati, pada butir soal nomor tiga
volume 425 ml, dengan tekstur sangat lunak dan rasa rata-rata nilai 51,78 untuk aspek keterampilan
manis. Setelah dipanaskan menghasilkan volume 150 merumuskan hipotesis, pada butir soal nomor empat
ml, dengan tekstur sedikit lunak dan rasa yang manis. rata-rata nilai 38,39 untuk aspek keterampilan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum adalah merumuskan masalah, 41,96 aspek keterampilan
bahwa lama fermentasi mempengaruhi hasil dari tape merumuskan hipotesis, 66,07 aspek keterampilan
ketan dan brem ditinjau dari kadar air, tekstur dan rasa. mengidentifikasi variabel, 32,14 aspek keterampilan
Berdasarkan keterangan di atas, siswa dinyatakan menginterpretasi data dan 74,11 aspek keterampilan
tuntas jika nilai keterampilan proses sains yang dicapai menyimpulkan, pada butir soal nomor lima rata-rata
≥70. Adapun persentase ketuntasan dari pre-test dan nilai 28,57 untuk aspek keterampilan merumuskan
post-test dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut : masalah, 31,25 aspek keterampilan merumuskan
Tabel 2. Persentase Ketuntasan Pretest - Posttest hipotesis, 58,04 aspek keterampilan mengidentifikasi
No Jenis Tes Persentase (%) variabel, 36,61 aspek keterampilan menginterpretasi
Tuntas Tidak Tuntas data dan 59,82 aspek keterampilan menyimpulkan.
1 Pre-test 7,14 % 92,86 % Sebagaimana pada pretest, posttest keterampilan
2 Post-test 96,43 % 3,57 % proses sains juga meliputi soal uraian yang terdiri dari
lima nomor soal yang mana pada butir soal nomor satu
Berikut ini merupakan grafik persentase ketuntasan dan dua memiliki skor 3, dan pada soal nomor tiga,
pre-test dan post-test : empat dan lima masing-masing butir soal memiliki skor
4. Selanjutnya, pada masing-masing keterampilan
proses, skor yang diperoleh siswa kemudian
dijumlahkan. Perolehan skor dari seluruh siswa
selanjutnya dirata-rata. Skor rata-rata kemudian
dikonversikan menjadi nilai dengan skala 100 yang
merupakan nilai keterampilan proses sains siswa,
diantaranya yaitu pada butir soal nomor satu rata-rata
nilai 90,48 untuk aspek keterampilan mengamati, pada
butir soal nomor dua rata-rata nilai 91,67 untuk aspek
keterampilan mengamati, pada butir soal nomor tiga
rata-rata nilai 83,04 untuk aspek keterampilan
merumuskan hipotesis, pada butir soal nomor empat
Gambar 2. Grafik rata-rata pretest-posttest rata-rata nilai 84,82 untuk aspek keterampilan
merumuskan masalah, 89,29 aspek keterampilan
Dari hasil penilaian, diketahui bahwa perbandingan merumuskan hipotesis, 96,43 aspek keterampilan
peningkatan keterampilan proses sains sebagai berikut : mengidentifikasi variabel, 73,21 aspek keterampilan
menginterpretasi data dan 96,43 aspek keterampilan
menyimpulkan, pada butir soal nomor lima rata-rata
nilai 70,54 untuk aspek keterampilan merumuskan
masalah, 91,07 aspek keterampilan merumuskan
hipotesis, 89,29 aspek keterampilan mengidentifikasi
variabel, 60,71 aspek keterampilan menginterpretasi
data dan 96,43 aspek keterampilan menyimpulkan.
Berdasarkan hasil pretest dan posttest yang telah
dilakukan tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara nilai keterampilan proses sains
Gambar 3. Grafik rata-rata N-Gain sebelum dan sesudah menggunakan LKS.. Adapun hasil
peningkatan nilai rata-rata pretest dan posttest dapat
Pretest yang dilakukan meliputi soal uraian yang dilihat pada tabel 3 di bawah ini :
terdiri dari lima nomor soal yang mana pada butir soal
155
Keefektifan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Etnosains untuk Melatihkan
Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas IX
Tabel 3. Peningkatan Nilai Rata-Rata Pretest-Posttset kemampuan merumuskan hipotesis dengan rata-rata nilai
KPS 31,25; soal nomor 5c merupakan kemampuan
No Pretest Posttest N-Gain Kriteria
mengidentifikasi variabel dengan rata-rata nilai KPS
1 76.19 90.48 0.60 Sedang 58,04; soal nomor 5d merupakan kemampuan
2 96.43 91.67 -1.33 Rendah menginterpretasikan data dengan rata-rata nilai KPS
36,61; soal nomor 5e merupakan kemampuan
3 51.79 83.04 0.65 Sedang
menyimpulkan dengan rata-rata nilai KPS 59,82.
4a 38.39 84.82 0.75 Tinggi Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
4b 41.96 89.29 0.82 Tinggi disimpulkan bahwa siswa kelas IX-A masih belum
memahami apa itu keterampilan proses sains. Hal ini
4c 66.07 96.43 0.89 Tinggi dibuktikan dengan nilai rata-rata tiap aspek keterampilan
4d 32.14 73.21 0.61 Sedang proses sains <70, kecuali pada aspek mengamati yang
Tinggi sudah mencapai >70. Selain itu, ketidaktuntasan siswa
4e 74.11 96.43 0.86
juga dikarenakan belum memahami tentang materi
5a 28.57 70.54 0.59 Sedang bioteknologi.
5b 31.25 91.07 0.87 Tinggi Keterampilan proses sains siswa setelah mengikuti
Tinggi proses pembelajaran dalam tiga kali pertemuan
5c 58.04 89.29 0.74
mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat diketahui
5d 36.61 60.71 0.38 Sedang bahwa sebanyak 96,43%siswa dalam kategori tuntas,
5e 59.82 96.43 0.91 Tinggi sedangkan hanya 3,57% atau 1 siswa saja yang tidak
Sedang tuntas. Secara keseluruhan, siswa telah menunjukkan
Rata-Rata N-Gain 0.56
peningkatan setelah guru menjelaskan materi bioteknologi
Pre-test diberikan pada pertemuan I sebelum serta diberikannya LKS berbasis etnosains. Adapun nilai
pembelajaran, sedangkan post-test diberikan pada keterampilan proses sains yang belum tuntas pada
pertemuan III setelah pembelajaran selesai. Tes terdiri posttestadalah soal nomor 5d yaitu keterampilan
dari 5 butir soal uraian yang berorientasi pada menginterpretasi data dengan rata-rata nilai KPS 60,71.
keterampilan proses sains. Tes ini digunakan untuk Selanjutnya, N-Gain dari peningkatan
mengukur ketuntasan individu terhadap pemahaman keterampilan proses sains adalah sebesar 0,56 dengan
pembuatan produk-produk dalam bidang bioteknologi, kategori sedang. Namun, pada aspek mengamati yang
khususnya bioteknologi konvensional. Sebelum siswa terdapat pada butir soal nomor dua, N-Gain yang
mengerjakan pre-test, guru menjelaskan terlebih dahulu didapatkan bernilai negative, itu menunjukkan bahwa
mengenai pengertian dari tiap aspek keterampilan proses nilai rata-rata untuk aspek mengamati pada pretest lebih
sains yang akan dilatihkan beserta contohnya. besar daripada posttest. Hal ini disebabkan karena tingkat
Ketuntasan siswa menjadi faktor penting bagi kesulitan soal pada aspek mengamati tidaklah sama antara
keberhasilan LKS yang dikembangkan. Hasil yang pretest dengan posttest, sehingga siswa merasa kesulitan
didapatkan dari pretest siswa rata-rata sebanyak 92,86% untuk membandingkan keduanya. Kemudian faktor lain
siswa tidak tuntas dan 7,14% siswa yang tuntas. Itu adalah pemahaman siswa yang masih kurang terhadap apa
artinya bahwa sebanyak 26 dari 28 siswa tidak tuntas itu keterampilan proses sains. Selain itu, ketidaktuntasan
pretest atau mendapatkan nilai <70, karena menurut ini juga dapat disebabkan oleh kemampuan siswa secara
Kemendikbud (2015) bahwa siswa dianggap tuntas jika genetik, kualitas guru, serta perbedaan strategi guru dalam
mendapatkan nilai ≥70. melakukan pembelajaran (Nur, 2011).
Adapun rata-rata ketidaktuntasan pada pretest Kemampuan siswa yang sangat dibutuhkan dalam
terdapat pada soal nomor 3 yang mana siswa diminta mengerjakan soal post-test adalah kemampuan dalam
untuk merumuskan hipotesis dengan rata-rata nilai KPS melakukan percobaan pembuatan tape ketan dan brem.
51,79; kemudian soal nomor 4 pada opsi soal 4a, 4b, 4c, Apabila siswa dapat menuliskan aspek-aspek
4d yang mana masing-masing memiliki indikator soal keterampilan proses sains dengan baik, otomatis siswa
yang berbeda. Ketidaktuntasan juga terdapat di soal tidak akan kesulitan dalam mengerjakan soal. Piaget
nomor 5 pada opsi soal 5a, 5b, 5c, 5d dan 5e yang juga menjelaskan bahwa tingkat perkembangan intelektual
memiliki indikator soal yang berbeda. Soal nomor 4a anak ke dalam tingkatan berdasarkan tahap usia, dan SMP
merupakan kemampuan merumuskan masalah dengan termasuk tingkat operasional formal yaitu pada usia >11
rata-rata nilai KPS 38,39; soal nomor 4b merupakan tahun (Dalyono, 1997). Menurut Flavell (dalam Dalyono,
kemampuan merumuskan hipotesis dengan rata-rata nilai 2007) bahwa pada tahap operasi formal anak dapat
KPS 41,96; soal nomor 4c merupakan kemampuan membuat hipotesis-hipotesis dari suatu masalah dan
mengidentifikasi variabel dengan rata-rata nilai KPS membuat keputusan terhadap masalah tersebut, selain itu
66,07; soal nomor 4d merupakan kemampuan anak dapat memberikan statemen berdasarkan data yang
menginterpretasikan data dengan rata-rata nilai KPS konkret, anak juga dapat mempertimbangkan tentang
32,14. pemecahan masalah dengan penalaran kemampuan
Selanjutnya, ketidaktuntasan juga terdapat pada berfikir.
soal nomor 51, 5b, 5c, 5d, dan 5e. Soal nomor 5a Rekapitulasi peningkatan skor pretest dan posttest
merupakan kemampuan merumuskan masalah dengan terdapat pada tabel 4.7, kemudian dilakukan perhitungan
rata-rata nilai KPS 28,57; soal nomor 5b merupakan analisis N-Gain untuk mengetahui peningkatan skor
156
E-Journal Unesa
157
Keefektifan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Etnosains untuk Melatihkan
Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas IX
158