Anda di halaman 1dari 16

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERDAYAAN ZAKAT PRODUKTIF UNTUK


MENINGKATKAN EKONOMI PAK MUHIDIN DALAM
PENGOLAHAN MIHUN

Acc dari arbansyah


03/07/2020

Disusun Oleh :

Taufik hidayat 1911102422040

Samsuriati 1911102422032

Sandy ramadhan 1911102422035

Andi safari rahman 1911102422003

Yulianto bayu setiyawan 1911102432032

M. Sya'ban Sahrul R 1911102422002

Gita Setya Ningrum 1911102415127

Meisi Kurniasari 1911102415064

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2019/2020
PEMBERDAYAAN ZAKAT PRODUKTIF UNTUK MENINGKATKAN
EKONOMI PAK MUHIDIN DALAM PENGOLAHAN MIHUN

ABSTRAK
Penelitian Ilmiah dengan judul “Pemberdayaan Zakat Produktif Untuk
Meningkatkan Ekonomi Pak Muhidin Dalam Pengolahan Mihun” ini ditulis oleh
Kelompok 8 Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah ekonomi yang telah terjadi
di kehidupan pak Muhidin, sehingga kami LAZIZMUUMKT hadir untuk membantu
mengurangi masalah ekonomi yang terjadi di kehidupan pak Muhidin dan diharapkan
dengan pemberdayaan ini ekonomi dalam pengolahan mihunnya menjadi lebih baik.
Upaya LAZIZMUUMKT untuk membantu ekonomi pak Muhidin yaitu dengan cara
pemberdayaan zakat, dana zakat yang telah dihimpun akan disalurkan kepada
ekonomi pengolahan mihun pak Muhidin, berupa pemberdayaan yang sifatnya jangka
panjang yaitu pemberdayaan dengan berwirausaha,bisnis dan dengan pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pemberdayaan zakat, tantangan dan
hambatan, serta hasil dari pemberdayaan zakat oleh LAZIZMUUMKT dalam upaya
meningkatkan ekonomi pak Muhidin dalam pengolahan Mihun. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dan menggunakan metode
kepustakaan, wawancara dan dokumentasi sebagai alat pengumpul data.
Kata Kunci : Pemberdayaan, Zakat, dan Ekonomi

i
ABSTRACT

Scientific Research with the title "Empowerment of Alms Earnings for Improving
Pak Muhidin's Economy in Mihun Processing ”written by Group 8 This research
is motivated by economic problems that have occurred in the life of Mr. Muhidin, so
we LAZIZMUUMKT are here to help reduce economic problems that occur in the
life of Mr. Muhidin and is expected with this empowerment the economy in
processing its mihun will be better.
LAZIZMUUMKT's efforts to help Pak Muhidin's economy are hampered zakat
empowerment, zakat funds that have been collected will be distributed to Mihun
processing economy Mr. Muhidin, in the form of long-term empowerment Long is
empowering with entrepreneurship, business and education. This study aims to
determine the efforts to empower zakat, challenges and obstacles, as well as the
results of empowering zakat by LAZIZMUUMKT in an effort improve Pak
Muhidin's economy in vermicelli processing. This research using a qualitative
research approach, and using methods literature, interviews and documentation as
data collection tools.

Keywords : Empowerment, Zakat and Economic

ii
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Landasan Religius 1
1.2 Latar Belakang 2
1.3 Rumusan Masalah 3

1.4 Tujuan Penulisan 3

1.5 Manfaat Penulisan 3

1.6 Tinjauan Teori 4

BAB 2 PEMBAHASAN II
2.1 Pengertian Zakat 8
2.2 Implementasi Zakat Dalam Ekonomi 9
2.3 Efektifitas Zakat Dalam Ekonomi 9

BAB 3 PENUTUP III

3.1 Kesimpulan 11

3.4 Kritik atau Saran 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Religius

‫سوأحبُّاألعماإِل لىالل ِهع َّزوجلَّسرو ٌريُدخلُهعلىمسل ٍمأويكشفُعنه ُكربةًأويقضيعنهدَينًاأويطر‬


ِ ‫سإلىالل ِهتعالىأنف ُعهمللنا‬
ِ ‫أحبُّالنا‬
‫دُعنهجوعًاوألنأمشيَمعأ ٍخفيحاج ٍةأحبُّإليَّمنأنأعتكفَفيهذاالمسج ِد ( يعنيمسجدَالمدين ِة ) شه ًرا‬

“Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat untuk orang
lain. Dan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberi kegembiraan seorang
mukmin, menghilangkan salah satu kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau
menghilangkan rasa laparnya. Dan aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi
kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid Nabawi selama
sebulan.” (HR ath-Thabran)

ْ َ‫ َوأ‬،‫ضلِ ِهال ِم ْد َرا ِر‬


‫ش ُك ُر ُه َعلَىنِ َع ِم ِهال ِغزَ ار‬ ْ َ‫أَ ْح َم ُد ُهتَ َعالَى َعلَىف‬،‫ال َر ِح ْي ِمال َغفَّا ِر‬،‫اح ِدالقَهَّا ِر‬
ِ ‫لح ْم ُدلِلّ ِهال َو‬
َ َ‫ا‬
َ ‫ش ِر ْي َكلَ ُهال َع ِز ْيز‬
‫ُالجبَّار‬ َ ‫ش َهدُأَ ْناَّل إِلَ َهإِاَّل الله َو ْح َد ُهاَل‬ْ َ‫وأ‬،ِ
َ
،‫ َوإِ ْخ َونِ ِهاألَ ْب َرا ِر‬،‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّمد َو َعلَىآلِ ِهالطَيِّبِ ْينَاألَ ْط َهار‬ َ ‫ص‬
َ ،‫طفَىال ُم ْختَار‬
َ ‫صلَّىالل ُه َعلَى‬ ْ ‫س ْولُ ُهال ُم‬ ُ ‫ش َهدُأَنَّنَبِيَّنَا ُم َح َّمداً َع ْب ُده َُو َر‬ْ َ‫وأ‬،ُ
َ
َ ‫ َو َم ْنتَبِ َع ُه ْمبِإ ِ ْح‬،‫ص َحابُ ُهاألَ ْخيَا ِر‬
ْ ‫فَيَااَيُّ َهاا ْل ُم‬،‫أمابعد‬،‫سانٍ َماتُ َعاقِبُاللَ ْيلَ َوالنَّ َهار‬
‫سلِ ُم ْون‬ ْ َ‫َوأ‬
ْ ‫اِتَّقُ ْواالل َه َحقَّتُقَاتِه َوالَتَ ُم ْوتُنَّاِالَّ َوأَنـْتُ ْم ُم‬،َ
َ ‫ َوتَ َع‬  :‫سلِ ُم ْونَفَقَ ْدقَااَل لل ُهتَ َعالىَفِي ِكتَابِ ِها ْل َك ِر ْي ِم‬
‫اونُوا َعلَىا ْلبِ ِّر َوالتَّ ْق َو ٰى‬
َ ‫َواَل تَ َعا َونُوا َعلَىاإْل ِ ْث ِم َوا ْل ُع ْد َوانِ َواتَّقُوااللَّ َهإِنَّاللَّ َه‬
ِ ‫ش ِديدُا ْل ِعقَا‬
‫ب‬

Tak ada yang membantah bahwa menolong orang lain dalam kebaikan adalah
sesuatu yang mulia. Pesan ini terlalu sering kita dengar lewatceramah-ceramah,
mimbar khutbah, atau mungkin nasihat-nasihat bijak dari tokoh-cendekia. Saking
seringnya kadang kepekaan atas nilai positif tolong-menolong itu menjadi hal yang
biasa. Tak lagi istimewa. Dalam khutbah kali ini, al-faqir mengajak dan berusaha
mengingatkan kembali kepada diri al-faqir sendiri secara khusus, dan jamaah sekalian
secara umum.

َ‫ـربَةً ِم ْن ُكـ َربِيَ ْو ِما ْلقِي‬ َ َّ‫نَـف‬،‫س َع ْن ُمؤْ ِمنٍ ُك ْـربَةً ِم ْن ُك َربِال ُّد ْنيَا‬
ْ ‫سالل ُه َع ْن ُه ُك‬ َ َّ‫سلَّ َمقَالَ َم ْننَـف‬
َ ‫صلَّىاللَّ ُه َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫َع ْنأَبِ ْي ُه َر ْي َرةَ َر‬
َ ِّ‫ضيَاللَّ ُه َع ْن ُه َعنِالنَّبِي‬
‫ستَـ َرهُالل ُهفِـيال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َرة‬
َ ،‫سلِ ًمـا‬ َ ‫ َو َم ْن‬،‫سـ َرالل ُه َعلَ ْي ِهفِـيال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة‬
ْ ‫ستَـ َر ُم‬ ِ ‫س َر َعلَـى ُمـ ْع‬
َّ َ‫ي‬،‫س ٍر‬ َّ َ‫ َو َم ْني‬،‫ا َم ِة‬
‫والل ُهفِـي َع ْونِا ْل َع ْب ِد َما َكانَا ْل َع ْب ُدفِي َع ْونِأ َ ِخي ِه‬،ِ
َ

Artinya: “Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang

1
Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Siapa
memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah memudahkan baginya (dari
kesulitan) di dunia dan akhirat. Siapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh
akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang
hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya...” (HR Muslim)

َ‫ـربَةً ِم ْن ُكـ َربِيَ ْو ِما ْلقِي‬ َ َّ‫نَـف‬،‫س َع ْن ُمؤْ ِمنٍ ُك ْـربَةً ِم ْن ُك َربِال ُّد ْنيَا‬
ْ ‫سالل ُه َع ْن ُه ُك‬ َ َّ‫سلَّ َمقَالَ َم ْننَـف‬
َ ‫صلَّىاللَّ ُه َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫َع ْنأَبِ ْي ُه َر ْي َرةَ َر‬
َ ِّ‫ضيَاللَّ ُه َع ْن ُه َعنِالنَّبِي‬
‫سـ َرالل ُه َعلَ ْي ِهفِـيال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة‬ ِ ‫س َر َعلَـى ُمـ ْع‬
َّ َ‫ي‬،‫س ٍر‬ َّ َ‫ َو َم ْني‬،‫ا َم ِة‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam  bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang
Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Dalam
sebuah hadits yang cukup populer disampaikan:

1.2 Latar Belakang

Tingkat kehidupan ekonomi masyarakat yang terus berkembang berpengaruh


kepada perkembangan dunia usaha. Hal ini di tandai dengan munculnya berbagai
perusahaan yang berskala produksi besar dan menyerap tenaga kerja perusahaan
penanaman modal secara resmi di rumuskan dalam pasal 1 angka ( 1 ) undang –
undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal, yaitu bentuk kegiatan
menanmkan modal baik modal dalam negri maupun penanaman modal luar negri.
Untuk melakukan usaha di wilayah republik indonesia.
Perubahan penanaman modal merupakan perubahan yang menanamkan modal
di suatu daerah di wilayah indonesia, dalam kegiatan usahanya bertujuan untuk
memperoleh profit atau ke untungan namun tujuan perubahan itu harus di capai
dengan tetap memberikan kontribusi, baik matrial maupun spirit, kepada masyarakat
maupun pemerintah melalui tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, citra
perusahaan di mata masyarakat sangat berpengaruh terhadap produksi yang di
hasilkan oleh perubahan tersebut. Jika suatu perusahaan tidak menunjukan komitmen
sosial yang baik di suatu daerah, akhirnya akan terbentuk citra yang negatif,
sebaliknya jika perusahaan menunjukan komitmen sosial yang tinggi terhadap
kegiatan kemanusiaan, pelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat, pendidikan,
penanggulangan bencana alam, maka akan terbentuk citra yang positif di mata
masyarakat.

2
1.3 Rumusan Masalah

Melihat uraian latar belakang dan judul penelitian, maka penulis dapat
merumuskan masalah, sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi zakat dalam meningkatkan perekonomian Pak
Muhidin dalam pengolahan mihun di kota Samarinda?
2. Bagaimana efektifitas program ini dalam meningkatkan perekonomian Pak
Muhidin dalam pengolahan mihun di kota Samarinda?

1.4 Tujuan Penulisan

Berdasarkan pokok masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menjelaskan implementasi zakat dan mengetahui bagaimana
efektivitas program implementasi zakat dalam meningkatkan perekonomian Pak
Muhidin dalam pengolahan mihun di kota Samarinda.

1.5 Manfaat Penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:


a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan
penulis mengenai pendistribusian dana zakat.
b. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dan
pengetahuan bagi akademisi dalam pendistribusian dana zakat. Sehingga mampu
memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan praktek pendistribusian
zakat secara baik dan benar.
c. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi Badan Amil Zakat,
yakni menjadi bahan masukan berupa informasi tentang pendistribusian yang
efektif sesuai dengan ajaran Islam sehingga dapat menentukan kebijakan bagi
Badan Amil Zakat.
d. Pihak Lain
Manfaat penelitian ini bagi pihak lain adalah untuk memberi informasi atau
pengetahuan tentang distribusi dana zakat yang efektif, serta dapat memberi
masukan dan referensi untuk mengambil keputusan mengenai penyaluran bagi
orang yang mau menyalurkan dana zakatnya kepada pihak yang membutuhkan.
e. Sebagai bahan informasi penelitian selanjutnya.

3
1.6 Tinjauan Teori

1. Pengertian Zakat

Zakat diturunkan dalam al-Qur'an sebagai pernyataan yang jelas akan


kebenaran dan kesucian iman. Iman tidaklah sekedar kata-kata. Melainkan dengan
iman kita harus dapat mewujudkan keberadaan dan kebaikan Allah. Pengamalan zakat
hanya akan bernilai jika berawal dari cinta, bukan dari motif lain.Pengertian zakat
ditinjau dari bahasa, merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti berkah,
tumbuh, bersih, dan baik. Menurut lisan al-Arab arti dasar dari kata zakat ditinjau dari
sudut bahasa, adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji.Sesuatu dikatakan zaka, jika
orang tersebut baik dan terpuji. Definisi senada dilontarkan al-Wahidi sebagaimana
dikutip Qardhawi bahwa kata dasar zaka berarti bertambah dan tumbuh, sehingga
dapat dikatakan bahwa "tanaman itu zaka", artinya tanaman itutumbuh. Juga dapat
dikatakan bahwa tiap sesuatu yang bertambah adalah zaka (bertambah). Bila suatu
tanaman tumbuh tanpa cacat, maka kata zaka di sini berarti bersih.Bersandar pada
firman Allah Swt dalam Surat Taubah :103:
َ ُ‫س َكنٌ َّل ُه ْم َوهللا‬
‫س ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬ َ ‫صاَل َت َك‬
َ َّ‫صل ِّ َعلَ ْي ِه ْم إِن‬ َ ‫ُخ ْذ مِنْ أَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َد َق ًة ُت َط ِّه ُر ُه ْم َو ُت َز ِّك ْي ِه ْم بِ َها َو‬
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui”.

2. Dasar Hukum Zakat

Ditilik dari segi terminologi fiqh seperti yang dikemukakan oleh pengarang
Kifayah al-Akhyar, Taqiy al-Din Abu Bakar, zakat berarti "sejumlah harta tertentu
yang diserahkan kepada orang-orang yang berhak dengan syarat tertentu". Jumlah
yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan menambah
banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.
Pendapat tersebut juga diamini oleh Abdurrahman al-Jaziri yang mengatakan bahwa,
zakat adalah pemilikan harta yang dikhususkan kepada mustahiq (penerima)nya
dengan syarat-syarat tertentu.
Adapun hukumnya zakat adalah aini dalam arti kewajiban yang ditetapkan
untuk diri pribadi dan tidak mungkin dibebankan pada orang lain. Adapun dasar-dasar
hukum zakat diantaranya adalah:

4
a. Al-Qur’an
َ ‫ُخ ْذ مِنْ أَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َد َق ًة ُت َط ِّه ُر ُه ْم َو ُت َز ِّك ْي ِه ْم ِب َها َو‬
‫صل ِّ َعلَ ْي ِه ْم‬
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
b.Hadits
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Setelah Rasulullah Saw.Wafat dan
Abu Bakr r.a.menjadi khalifah, sebagian orang arab ingkar (dalammembayar zakat).
(Abu Bakr memutuskan untuk memerangi), kemudian Umar r.a. bertanya, “mengapa
Anda memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat itu, padahal Rasulullah
Saw. pernah bersabda,’Aku diperintah memerangi manusia kecuali jika mereka
mengucapkan Tiada tuhan selain Allah. Siapa yang mengucapkannya maka dia
melindungi harta dan dirinya dari seranganku kecuali jika dia berbuat pelanggaran,
dan Allahlah yang akan membuat perhitungan amal perbuatannya.” Kata Abu Bakr
r.a.:”Demi Allah! Aku akan memerangi orang yang memisahkan shalat dengan zakat,
karena zakat adalah kewajiban yang berkaitan dengan harta.Demi Allah! Jika mereka
menolak membayar zakat kepadaku berupa seekor kambing yang dulu pernah mereka
bayarkan kepada Rasulullah Saw.,niscaya aku akan memerangi mereka karena
keengganan mereka membayar zakat tersebuut”.Umar r.a. mengatakan:”Demi Allah!
Tiada lain kecuali Allah telah membuka hati Abu Bakr r.a. dalam mengambil
keputusan untuk memerangi mereka, dan kini aku tahu bahwa keputusan tersebut
benar.”[hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari,hadis nomor 1399 dan 1400].

3. Tujuan Zakat

Ada beberapa macam mengenai tujuan zakat, diantaranya yaitu:


1. Bertujuan untuk menutupi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukannya,
misalnyaanak yatim yang tidak punya harta dan tidak ada seseorangpun yang
menafkahinya,orang fakir yang tidak mempunyai harta untuk memenuhi kebutuhan
diri sendiri dan keluarganya, orang-orang yang berjuang di jalan Allah dan lain
sebagainya.
2. Dari sisi pembangunan kesejahteraan ummat, zakat merupakan salah satu
instrumen pemerataan pendapatan. Melihat kenyataan sekarang, masyarakat ummat
Islam yang mayoritas di Indonesia ini, yang status sosialnya masih lemah dan
ekonominya belum mapan.
3. Supaya harta itu tidak hanya beredar dikalangan orang-orang kaya saja.

5
4. Zakat Termasuk Manfaat Sosial

Untuk diketahui bahwa zakat fitrah merupakan sarana untuk membantu


saudara-saudara kita sesama muslim yang kekurangan. Harapannya, dengan begitu
kehidupan mereka menjadi lebih baik dibanding sebelumnya. Tak hanya itu, zakat
juga dianggap bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam, dan rasa dongkol yang
lamaterpendam di dalam hati. Yang juga tak kalah penting, membayar zakat artinya
kita memperluas cakupan peredaran harta benda kita sehingga lebih banyak pihak
yang bisa merasakan manfaatnya. Membayar zakat juga dikategorikan sebagai
pekerjaan tolong menolong, yang menerima zakat mendapat bantuan fisik dan yang
membayar zakat mendapat pahala. Sebagaimana firman Allah tentang tolong-
menolong dalam surah Al-Maidah ayat 5:
‫ب‬ َ َ ‫ان ۚ َوا َّتقُوا هَّللا َ ۖ إِنَّ هَّللا‬
ِ ‫شدِي ُد ا ْل ِع َقا‬ ِ ‫َو َت َع َاو ُنوا َعلَى ا ْلبِ ِّر َوال َّت ْق َو ٰى ۖ َواَل َت َع َاو ُنوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم َوا ْلعُدْ َو‬

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Di samping itu, ta’awun (tolong-menolong) adalah salah satu cara menjaga
Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam Islam). Tidak ada artinya ketika kita
menganggap orang lain sebagai saudara, tapi tidak memberikan bantuan manakala ia
sedang membutuhkan. Tolong menolong dan bahu-membahu menjadi tuntuntan
dalam kehidupan bermasyarakat
Dalam hal ini, Rasulullah Saw. telah mengajarkan untuk saling tolong
menolong dalam bermasyarakat. Beliau mengibaratkan sikap semacam ini sebagai
bangunan yang saling menguatkan satu sama lain:
Artinya: “Mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan
yang saling menguatkan antara sebagian dengan sebagian lainnya. (Rasulullah Saw.
sambil memasukkan jari-jari tangan ke sela jari-jari lainnya) (HR. Bukhari)

6
5. Keutamaan Orang Yang Saling Tolong-Menolong

Ketika tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, maka seyogyangan
kita terus bercita-cita untuk menjadi sang tangan di atas. Tidak hanya dalam praktek
memberikan sesuatu, atau menolong seseorang.
Namun juga bisa dalam praktik membuka peluang usaha bagi orang yang
kurang mampu, dalam hal membantu mereka untuk berpenghasilan ataupun yang
banyak bermanfaat kepada lingkungan sekitar.
Kebermanfaatan tersebut tidak semata-mata untuk mencari panggung di mata
manusia, justru ladang mencari pertolongan Allah dengan cara ekspress. Di mana
Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong
saudaranya.
‫ أو‬،‫ فلينفِّس عن معسر‬،‫من س َّره أن ينجيه هللا من كرب يوم القيامة‬ ‫قال رسول صلى هللا عليه وسلم‬
‫يضع عنه‬
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa merasa senang karena diselamatkan oleh
Allah dari kesulitan hari kiamat, maka hendaklah ia menghilangkan kesusahan dari
orang yang dalam kesukaran atau meninggalkan sesuatu yang ada padanya

Salah satu cara untuk menebar kebaikan adalah menghilangkan kesusahan


orang yang sedang dalam kesukaran. Cara tersebut bisa dinalogikan sebagai adab baik
secara vertical, maupun horizontal. Secara vertical berarti sebuah amal saleh yang
mulia di hadapan Tuhan semesta alam.
Hal seperti itulah yang menjadi salah satu amalan yang dicintai Allah. dalam
salah satu hadisnya, Rasulullah menyampaikan:
ِ ‫ أَ ْو تَ ْق‬,‫ أَ ْو تَ ْط ُر ُد َع ْنهُ ُجوعًا‬,ً‫َشفُ َع ْنهُ ُك ْربَة‬
ُ‫ضي َع ْنه‬ ِ ‫ أَ ْو تَك‬,‫سلِ ٍم‬ ُ ‫أَ َح ُّب األَ ْع َما ِل إِلَى هَّللا ِ تَ َعالَى‬
ْ ‫س ُرو ٌر تُد ِْخلُهُ َعلَى ُم‬
‫َد ْينًا‬
Amalan yang paling dicintai Allah adalah engkau menyenangkan seorang
muslim, atau engkau mengatasi kesulitannya, atau engkau menghilangkan laparnya,
atau engkau membayarkan hutangnya.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian zakat


Menurut bahasa, kata “zakat” adalah tumbuh, berkembang, subur atau
bertambah. Dalam Al-Quran dan hadis disebutkan, “Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah” (QS. al-Baqarah[2]: 276); “Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. at-
Taubah[9]: 103); “Sedekah tidak akan mengurangi harta” (HR. Tirmizi).
Menurut istilah, dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan pengertian
zakat dengan nama pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat
tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu.
Adapun kata infak dan sedekah, sebagian ahli fikih berpendapat bahwa infak
adalah segala macam bentuk pengeluaran (pembelanjaan), baik untuk kepentingan
pribadi, keluarga, maupun yang lainnya. Sementara kata sedekah adalah segala bentuk
pembelanjaan (infak) di jalan Allah.
Berbeda dengan zakat, sedekah tidak dibatasi atau tidak terikat dan tidak
memiliki batasan-batasan tertentu. Sedekah, selain bisa dalam bentuk harta, dapat
juga berupa sumbangan tenaga atau pemikiran, dan bahkan sekadar senyuman.
Zakat sekaligus menjadi salah satu di antara kewajiban- kewajiban pokok
dalam Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim
yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah
(seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan
Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan
kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
Dalam sejarah perkembangan hukum Islam, perintah berzakat sudah
diturunkan pada saat Rasulullah Saw. Dan para sahabat ra. Masih berada di Mekkah.
Saat itu, perintah berzakat bersifat mutlak. Jenis harta yang harus dibayarkan zakatnya
juga belum ditentukan proporsinya. Perintah berzakat secara lengkap diturunkan di
madinah pada bulan syawal tahun kedua pasca hijrah. Perintah ini turun setelah
diturunkannya kewajiban puasa Ramadhan dan zakat fitrah, dengan perincian jenis
harta yang harus dizakati dan proporsi zakatnya.
Salah satu ayat Al-Qur’an yang menunjukkan kewajiban berzakat adalah
sebagai berikut :
‫ِين‬ ٰ ‫ُوا َم َع‬
َ ‫ٱلرَّ ِكع‬ ۟ ‫ٱلز َك ٰو َة َوٱرْ َكع‬ ۟ ‫صلَ ٰو َة َو َءا ُت‬
َّ ‫وا‬ ۟ ‫َوأَقِيم‬
َّ ‫ُوا ٱل‬
Terjemahnya : “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'. (QS. Al-Baqarah ayat 43)

8
2.2 Implementasi Zakat dalam Meningkatkan Perekonomian
Implementasi adalah suatu tindakan pelaksanaan dari sebuah rencana yang
sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah
pelaksanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Van Meter & Van Horn,
implementasi adalah pelaksaan tindak individu, pejabat, instansi pemerintah, maupun
kelompok swasta dengan tujuan untuk menggapai cita-cita yang telah digariskan
dalam keputusan tertentu.
Implementasi kali ini membahas tentang pendayagunaan zakat dalam
memenuhi kebutuhan perekenomian salah satu masyarakat. Kegiatan ini berupa
pemberdayaan zakat dengan model pendayagunan zakat produktif dan konsumti.
Konsumtif sendiri merupakan pembagian kepada mustahiq secara Cuma-Cuma (tidak
dikembalikan lagi) dan bersifat berkelanjutan. Adapun berdasarkan hasil temuan dan
pembahasan, dapat diketahui bahwa model pemberdayaan zakat produktif dan
konsumtif ini secara garis besar berupa : Pendistribusian konsumtif yang berupa
sumbangan peralatan dan sembako yang diperuntukkan untuk mustahiq tersebut
dalam memenuhi kebutuhan perekonomiannya.
Jenis pemberdayaan atau pendistribusian pada poin ini adalah sejalan dengan
kategori peningkatan daya saing umat islam. Dimana dalam pelaksanaanya mustahiq
harud tergabung dalam kelompok dan selanjutnya dana zakat di berikan dalam bentuk
ekonomi komunitas atau kelompok usaha.
2.3 Efektifitas Program dalam Meningkatkan Perekonomian
Kata efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau
sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) efektivitas merupakan kata dasar dari kata efektif /efek·tif/ /éféktif/
yang didefinisikan sebagai adanya efek (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) dapat
membawa hasil; berhasil guna (usaha, tindakan). Banyak ahli mengungkapkan
pengertian dari efektivitas. mengungkapkan efektivitas merupakan kesesuaian antara
output dengan tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas merupakan suatu keadaan
yang terjadi karena dikehendaki. Mahmudi mendefinisikan efektivitas adalah
hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output
terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.
Indikator utama keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari
angka kemiskinan. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah satu tema utama
dalam pembangunan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016 jumlah
penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,01 juta orang atau sebanyak 10,86%.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan seperti melalui
berbagai program yang diusahakan oleh pemerintah, swasta, maupun lembaga
lainnya. Salah satu program yang ada adalah pemberian zakat oleh lembaga
LAZIZMU yang bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Kalimantan
Timur melalui pemberian langsung oleh kelompok mahasiswa yang telah dibentuk.

9
Bidang yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah bidang ekonomi yang
bertujuan untuk peningkatan perekonomian keluarga. Kelompok kami mengambil
sampel dari perekonomian Pak Muhidin yang kurang mampu. Pak Muhidin
sebelumnya telah membuka usaha berjualan mihun, tetapi kurang berjalan dengan
lancar karena terhambat oleh modal. Maka dari itu, kami memberikan zakat kepada
Pak Muhidin agar usaha yang sebelumnya kurang berjalan dengan baik menjadi lebih
baik dan perekonomiannya juga terbantu. Dengan adanya zakat yang disalurkan
melalui kelompok kami, kini usaha Pak Muhidin lebih berkembang dari sebelumnya.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu persoalan keummatan yang menjadi tantangan bagi tugas lembaga
dakwah Islam adalah masalah kemiskinan terutama sekali di Indonesia. Islam yang
merupakan agama yang paling banyak penganutnya di Indonesia seharusnya sudah
menjadi tanggung jawab umat Islam untuk menanggulangi kemiskinan yang terjadi di
negeri yang kaya akan sumberdaya alam ini. Sejalan dengan itu tentu orang Islam
pulalah yang paling banyak mengalami kemiskinan. Padahal Islam mengajarkan
bahwa setiap muslim adalah bersaudara, dan belum sempurna iman seorang muslim
sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Penanggulangan kemiskinan harus menjadi agenda bersama umat Islam Indonesia.
Kita tidak bisa hanya berpangku tangan dan menuntut pemerintah untuk mengatasi
kemiskinan yang jumlahnya terus meningkat. Program-program kemiskinan yang
telah dicanangkan pemerintah dapat digunakan sebagai prasarana pemberantasan
kemiskinan seperti pemberdayaan infak, zakat, sedekah dll. Dengan jalan
memberdayakan lembaga zakat yang dikelola secara profesional akan dapat
mengatasi semua hal yang menyebabkan kemiskinan. Salah satu yang harus
ditanamkan kepada lembaga zakat baik itu pengurus maupun para wajib zakat serta
penerima zakat adalah untuk menjaga keimanan kepada Allah sehingga umat Islam
harus bahu-membahu untuk mengentaskan angka kemiskinan tersebut. Si penerima
zakat juga harus mempunyai keimanan bahwa amanat yang diterimanya merupakan
pertanggungan-jawabannya kepada Allah dan harus mengembangkan pendapatan
usahanya sesuai dengan yang diamanatkan para amil zakat.
3.2 Saran/Rekomendasi
Untuk mendukung program ini,beberapa penulis ajukan sebagai saran atau
solusi yang mungkin dapat dipertimbangkan oleh para pihak terkait untuk menunjang
keberhasilan program ini,yaitu:
1. Sosialisasi mengenai Zakat Produktif
Sosialisasi ini penting karena dengan adanya sosialisasi,masyarakat akan
mengetahui apa yang dimaksud dengan Zakat Produktif.
2. Pembinaan dan Pelatihan
Setelah program Zakat Produktif dilaksanakan,pihak-pihak yang terkait
dalam memberdayakan zakat hendaknya mengadakan pembinaan dan
pelatihan kepada mustahiq secara berkala.
3. Pengawasan
Pihak-pihak terkait pun hendaknya mengadakan pengawasan kepada usaha
mustahiq yang dananya berasal dari program Zakat Produktif agar para
mustahiq tersebut lebh bijak dalam penggunaan dananya.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.walisongo.ac.id/3628/2/102411078_Bab1.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai