Akhlaq Yang Mulia
Akhlaq Yang Mulia
Kita meyakini bahwa Islam sangat memperhatikan masalah akhlak sampai-sampai Allah Swt. memuji
Rasul-Nya dengan berkata,
اَألخالَ ِق ِ
ُ ِْإمَّنَا بُعث
ْ ت ُألمَتِّ َم َم َكا ِر َم
Lebih dari itu, Islam menjadikan berbagai kewajiban ibadah yang merupakan rukun Islam memiliki
sasaran moral dan akhlak. Ia bertujuan meralisasikan akhlak tersebut dalam kehidupan manusia. Apabila
sasaran tersebut tidak tercapai, berarti ibadahnya tidak sempurna dan layak tidak diterima oleh Allah.
Shalat,
Zakat,
Puasa,
Haji,
رب قائم ليس له من قيامه إال السهر رب صائم ليس له من صيامه إال اجلوع
Bisa jadi orang yang melakukan qiyamullail tidak mendapatkan apa-apa dari ibadahnya kecuali hanya
tidak tidur. Dan bisa jadi orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali hanya
lapar.[7]
Bahkan, Islam menjadikan akhlak sebagai wujud konkret dari iman yang benar. Alquran menggambarkan
kaum beriman sebagai berikut.
ِإاَّل. وج ِه ْم َحافِظُو َن ِ والَّ ِذين هم لُِفر. اعلُو َن ِ َ والَّ ِذين هم لِ َّلز َك ِاة ف. والَّ ِذين هم ع ِن اللَّ ْغ ِو مع ِرضو َن. اشعو َن
ُ ُْ َ ُْ َ َ
ِ ِهِت
ُ صاَل ْم َخ َ ين ُه ْم يِف
ِ َّ
َ الذ
ُ ُْ َ َ ُْ َ َ
َأِلمانَاهِتِ ْم
َ ين ُه ْم
ِ َّ
َ َوالذ. ادو َن ُ ك ُه ُم الْ َعَ ك فَُأولَِئ
ِ ِ
َ ت َأمْيَانُ ُه ْم فَِإن َُّه ْم َغْي ُر َملُوم
َ فَ َم ِن ْابَتغَى َو َراءَ ذَل. ني
ِ
ْ َعلَى َْأز َواج ِه ْم َْأو َما َملَ َك
َو َع ْه ِد ِه ْم َراعُو َن
Orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya; orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna; orang-orang yang menunaikan zakat; orang-orang yang menjaga
kemaluannya; kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki sesungguhnya
mereka dalam hal Ini tiada tercela sementara siapa mencari yang di balik itu, mereka itulah orang-orang
yang melampaui batas; serta orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya.[9]
ما آمن يب من بات شبعان وجاره جائع أىل جنبه وهو يعلم
Tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur dalam kondisi kenyang sementara tetangganya lapar
padahal ia mengetahui.[13]
Islam mengajarkan berbagai akhlak di atas dalam inti ajaran agamanya yang berupa perintah dan
larangan baik yang berasal dari Alquran maupun Sunnah Nabi-Nya. Akhlak-akhlak yang mulia termasuk
dalam kewajiban yang Allah perintahkan, sedangkan akhlak yang buruk termasuk ke dalam hal yang
Allah larang.
Adil, ihsan, jujur, amanah, menepati janji, menunaikan janji, mencintai makhluk, sabar saat mendapat
ujian, cobaan, dan kesulitan, malu, tawaduk, bangga dengan iman, berani, dermawan, menjaga
kehormatan, santun, memberi maaf di saat mampu membalas, menahan emosi, dan berbagai akhlak
yang lain seperti berbakti kepada orang tua, memberi kepada kerabat, berbuat baik kepada tetangga,
mengasihi orang miskin, anak yatim, ibn sabil, dan pembantu, menolong orang yang lemah, membantu
orang yang membutuhkan, semua akhlak mulia tersebut termasuk hal yang diperintahkan agama, yang
Allah anjurkan kepada kaum beriman, yang dengannya Dia memberikan kabar gembira kepada mereka
yang berbuat baik dan bertakwa. Hal ini sebagaimana disebutkan pada ayat-ayat permulaan dari surat
al-Anfâl, awal surat al-Mukminûn, pertengahan surat al-Ra’ad, beberapa ayat terakhir surat al-Furqan
sebagai potret hamba Allah Yang Maha Penyayang, juga pada surat al-Dzâriyât sebagai potret kaum
bertakwa dan berbuat baik, serta dalam surat al-Ma’arij, dan dalam berbagai surat Alquran lainnya.
Adapun kebalikannya, seperti berbuat aniaya, melampaui batas, berdusta, berkhianat, menipu,
menyalahi janji, bertindak kasar, sombong, angkuh, menggunjing, mengadu domba, bersaksi palsu,
melakukan kejahatan baik yang tampak maupun yang terselubung, mencandu narkoba, durhaka kepada
orang tua, memutuskan tali silaturahim, menyakiti tetangga, menghardik anak yatim, berbuat kasar
kepada orang miskin, tidak saling menasehati dengan kebenaran, kesabaran, dan kasih sayang,
membiarkan kemungkaran merajalela, takut mengingkari perbuatan orang zalim serta takut
menegurnya, semua akhlak buruk tersebut dan yang sejenisnya termasuk larangan dan kemungkaran
dalam Islam. Bahkan, sebagiannya dianggap sebagai dosa besar sebagaimana disebutkan oleh sejumlah
nash,
Tidak masuk sorga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji atom.[15]
Aku Zat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Siapa yang melakukan amal yang di dalamnya ia
menyekutukan-Ku dengan yang lain, maka amal itu seluruhnya untuk sekutu tadi. Wahai hamba-Ku, Aku
mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Kuharamkan pula ia atas kalian. Karena itu, janganlah kalian
saling menzalimi.[17]
Maukah kutunjukkan kalian kepada dosa yang paling besar? Yaitu menyekutukan Allah dan durhaka
kepada orang tua. Lalu beliau melanjutkan, ” Juga ucapan dusta dan kesaksian dusta.”[21]
Ia ditafsirkan sebagai orang yang memutuskan tali silaturahim. Pendapat ini yang lebih kuat. Namun ada
pula yang mengartikannya sebagai perompak.
َّات
ٌ اَل يَ ْد ُخ ُل اجْلَنَّةَ َقت
Tidak masuk sorga orang yang suka mengadu domba.[23]
Akhlak Islam mencakup semuanya. Tidak ada satupun yang terpisah dari seluruh aspek kehidupan. Hal
ini berbeda dengan filsafat peradaban lain yang memisahkan antara ilmu dan akhlak, antara ekonomi
dan akhlak, antara politik dan akhlak, serta antara perang dan akhlak. Sementara, Islam mengikat
semuanya dengan akhlak.
Islam tidak membenarkan konsep tujuan menghalalkan segala cara. Islam tidak membenarkan
penggunaan berbagai sarana yang rendah yang keluar dari kerangka akhlak untuk mencapai tujuan
mulia. Namun, tujuan mulia tersebut harus dicapai lewat sarana yang bersih. Mencapai kebenaran
dengan cara yang batil sama sekali tidak bisa dibenarkan. Misalnya membangun masjid dengan uang
suap, riba, dan penimbunan.
ُّ ِب حُي
َ ِّب الطَّي
ب ٌ َِّّن اللَّهَ طَي
ِإ