Oleh :
C. Organ Pengatur
Kandung kemih dipersarafi saraf sakral dua (S-2) dan sacral tiga (S-3). Saraf sensori
dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis S-2 sampai S-4 kemudian diteruskan
ke pusat eliminasi urine pada susunan saraf pusat. Pada saat destrusor berkontraksi
spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal dibawah kontrol kesadaran akan
berperan, apakah mau eliminasi atau ditahan. Normal eliminasi urine sehari 5 kali.
Menurut (Alimul Aziz ,2015) beberapa masalah ketidakseimbangan dan jenisnya yaitu :
1. Retensi urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini menyebabkan distensi vesika
urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan kandung kemih
yang tidak lengkap. Normalnya 250-400 ml.retensi urine di sebabkan obstruksi saluran kemih
seperti adanya batu saluran kemih.
2. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia urine
adalah proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, serta penuaaan kesadaran.
3.Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan tidak mampu
mengontrol sphincter eksternal. Biasanya, enuresis terjadi pada anak atau otang jompo.
Umumnya enuresis terjadi pada malam hari.
F. Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan,seperti pielogram intravena dan urogram,tidak
membolehkan pasien mengkonsumsi cairan per oral sehingga akan mempengaruhi
pengeluaran urin, Selain itu,pemeriksaan diagnostic yang bertujuan melihat struktur
perkemihan (misalnya,sitoskopi) dapat menyebabkan edema pada ooutlet uretra dan spasme
pada spingter kandung kemih. Ini menyebabkan klien mengalami retensi urin dan
mengeluarkan urin berwarna merah akibat perdarahan
PEMERIKSAAN URINE LENGKAP:
1.ABDOMEN: Adanya pembesaran,distensi kandug kemih,pembesaran ginjal,dan nyeri tekan
pada kandung kemih
2.GENETALIA: Kaji kebersihan genetalia,adanya bengkak atau radang
3.URINE: Bandingkan dengan urine normal.
G. Penatalaksanaan
1. Menyiapkan pasien : untuk pasien laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan
posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
Pada pasien laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan
tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan.
desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang
sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang
penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
Pada pasien wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas
(clitoris), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir
ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus
urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk pasien laki-
laki dan 4 cm untuk pasien wanita. Khusus pada pasien laki-laki gunakan jelly dalam jumlah
yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu pasien diminta untuk menarik
nafas dalam.
Untuk pasien laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh pasien
sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan
memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan pasien menarik nafas dalam.
Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi.
Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter
sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan
selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
Untuk pasien wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan
memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai pasien menarik nafas dalam . kaji
kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken
di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar
sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
9. Mengambil spesimen urine kalau perlu
10.Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada
label spesifikasi kateter yang dipakai
11.Memfiksasi kateter :
Pada pasien laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada pasien wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
12.Menempatkan urinebag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
• Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
• Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
• Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
• Nama terang dan tanda tangan pemasang.
2. Pemeriksaan Fisik
ABDOMEN: Adanya pembesaran,distensi kandug kemih,pembesaran ginjal,dan nyeri
tekan pada kandung kemih
GENETALIA: Kaji kebersihan genetalia,adanya bengkak atau radang
DAFTAR PUSTAKA
Nurliaty, N. (2020). Efektifitas Bladder Training Terhadap Kemampuan Mengontrol
Eliminasi Urine Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesare di RSU Advent Tahun 2019.
Jurkessutra: Jurnal Kesehatan Surya Nusantara, 8(2).
Kozier,Erb,Berman,Snyder,2011.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2.
EGC: Jakarta
Mubarok,Chayatin,2008.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.EGC: Jakarta
Potter PA, Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawtan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed 4. Volume 2. Jakarta : ECG
Hidayat Alimul A.A dan Musrifatul Uliyah.2014.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia,Edisi
2 buku 2 jakarta:salemba Medika
Tarwoto dan Wartonah .2015.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keparawatan ,Edisi
5.jakarta :Salemba Medika
Asmadi ,2008 teknik procedural keperawatan :konsep dan aplikasi kebutuhan dasar
klien,Jakarta :salemba medika .
Nurarif.A.H dan Kusuma ,H (2015).APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta:MediAction
.........................................................................................
................................................................................................................................................