Anda di halaman 1dari 25

1

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Dalam penelitian menunjukkan bahwa 10% dari laki-lakidi usia-70 telah
mengalami retensi urin akut selama 5 tahun.Retensi urin akut jarang terjadi pada laki-
laki muda. Di mana laki-laki di usia-70 berada lima kali lebih berisikodibandingkan
laki-laki pada usia 40. Prevalensi terjadinya retensi urine pada laki-laki biasanya lebih
besar 10x dibandingkan pada wanita, yang biasanya didasari oleh suatu
neurologis.Sedangkan penyebab umum pada wanita adalah infeksiatau peradangan
yang terjadi pada postpartum atau sekunder dari herpes, abses Bartholin, uretritis
akut, atauvulvovaginitis.Retensi urin akut jarang terjadi pada anak-anak dan
biasanyaterkait dengan infeksi atau terjadi pasca operasi.Data untuk retensi urin
kronik sangat jarang1. Penelitian di dua kohort besar di US mencatat bahwa laki-laki
pada usia 40-83 tahun memiliki insiden retensi urine 4.5 sampai 6.8 per 1000 laki-laki
pertahunnya2. Pada laki-laki usia 80 tahun, insiden terjadinya retensi urine akut 300
per 1000 laki-laki5.Dari keterangan di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa retensi
urine masih merupakan permasalahan penting di dunia kesehatan.Yang berkaitan
dengan penurunan kualitas hidup pasien.
Retensi urin adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih
sepenuhnya.Retensi urin dapat akut atau kronis.Retensi urin akut terjadi secara tiba-
tiba dan berlangsung hanya dalam waktu singkat. Orang dengan retensi urin akut
tidak dapat buang air kecil sama sekali, meskipun mereka memiliki kandung kemih
penuh. Retensi urin akut dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit
sekali.Retensi urin akut, merupakan kondisi medis yang berpotensi mengancam
nyawa, dan membutuhkan perawatan darurat3.
Sedangkan retensi urin kronis bisa menjadi kondisi medis yang tahan lama.Orang
dengan retensi urin kronis dapat buang air kecil.Namun, tidak benar-benar
mengosongkan semua urine dari kandung kemih.Sering kali orang bahkan tidak
menyadari mereka memiliki kondisi ini sampai mereka mengembangkan masalah
lain, seperti inkontinensia urin-hilangnya kontrol kandung kemih, yang
mengakibatkan pengeluaran urine secara kebetulan-atau infeksi saluran kemih (ISK)
yang merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri berbahaya tumbuh di saluran
kemih3.Komplikasi dari retensi urine dapat berupa infeksi dan gagal ginjal.
2

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Retensi Urine

2.1.1 Definisi

Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih


sepenuhnya3.Menurut Basuki, retensi urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk
mengeluarkan utine yangterkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal
buli-buli terlampaui4.

2.1.2 Anatomi
Saluran kemih adalah sistem drainase tubuh untuk mengeluarkan urin, yang
terdiri dari limbah dan cairan yang berlebih.Agar terjadinya buang air kecil yang
normal, semua bagian tubuh di saluran kemih harus bekerja sama3.
a. Ginjal. Dua organ berbentuk seperti kacang, masing-masing seukuran kepalan
tangan. Ginjal ini terletak tepat di bawah tulang rusuk, satu di setiap sisi tulang
belakang. Setiap hari, ginjal menyaring sekitar 120 hingga 150 liter darah
untuk memproduksi sekitar 1 sampai 2 liter urine. Ginjal bekerja sepanjang
waktu; kerjanya tidak dikontrol oleh individu tersebut.
b. Ureter, selang tipis berupa otot-satu di setiap sisi kandung kemih-yang
membawa urin dari masing-masing ginjal ke kandung kemih tersebut.
c. Kandung kemih atau buli-buli, yang terletak di panggul antara tulang panggul,
adalah, otot berongga yang berbentuk balon, yang mengembang jika penuh
denganurine. Meskipun seseorang tidak mengontrol fungsi ginjal, tetapi tiap
individu mengontrol kapan buli-buli kosong. Pengosongan kandung kemih
dikenal sebagai buang air kecil. Seberapa sering seseorang perlu untuk buang
air kecil tergantung pada seberapa cepat ginjal menghasilkan urin yang
mengisi buli-buli. Otot dinding buli-buli tetap rileks ketika kandung kemih
terisi dengan urine. Sampai buli-bulimelewati kapasitasnya, sinyal mengirim
ke otak memberitahu seseorang untuk menemukan toilet sesegera mungkin.
Saat buang air kecil, buli-buli mengosongkan melalui uretra, yang terletak di
bagian bawah kandung kemih.Tiga set otot bekerja bersama-sama seperti
3

bendungan, menjaga urin dalam kandung kemih.Set pertama adalah otot-otot


uretra itu sendiri. Di mana uretra bergabung dengan buli-buliyaitu bladder
neck. Bladder neck, terdiri dari set otot yang kedua yang dikenal sebagai
sfingter internal membantu urine tinggal di kandung kemih. Set otot yang
ketiga adalah otot dasar panggul, juga disebut sebagai sfingter eksternal, yang
mengelilingi dan mendukung uretra. Untuk buang air kecil, otak
memerintahkan otot buli-buli untuk mengencang, meremas urin keluar dari
buli-buli. Pada saat yang sama, otak memerintahkan sfingter untuk relax.
Sfingter yang relax, mengakibatkan urin keluar dari buli-buli melalui uretra3.

2.1.3. Etiologi
Retensi urin dapat dikarenakan dari :
a. Obstruksi uretra, yang menyebabkan retensi urin dengan menghalangi
jalannya aliran urin keluar dari tubuh. Kondisi seperti benign prostatic
hyperplasia, juga disebut BPH, striktur uretra, batu saluran kemih, cystocele,
rectocele,sembelit, dan tumor ataupun kanker tertentu dapat menyebabkan
obstruksi.
 Benign prostatic hyperplasia, untuk pria di usia 50-an dan 60-an, retensi
urin sering disebabkan oleh pembesaran prostat. Benign prostatic
hyperplasia adalah suatu kondisi medis di mana kelenjar prostat membesar
dan tidak bersifat kanker. Prostat adalah kelenjar berbentuk kenari yang
4

merupakan bagian dari sistem reproduksi laki-laki. Kelenjar mengelilingi


uretra di sekitar leher buli-buli. Leherbuli-buli adalah daerah di mana uretra
bergabung dengan buli-buli. Prostat melewati dua periode utama
pertumbuhan. Yang pertama terjadi pada awal pubertas, di mana prostat
berukuran dua kali lebih besar. Tahap kedua pertumbuhan dimulai sekitar
usia 25 dan berlanjut selama sebagian besar dari kehidupan individu.
Benign prostatic hyperplasia sering terjadi pada tahap kedua.
Membesarnya prostat, mengakibatkan terjepitnya uretra. Dinding kandung
kemih menjadi lebih tebal. Akhirnya, kandung kemih dapat lemah dan
kehilangan kemampuan untuk mengosongkan sepenuhnya isi urine, dan
meninggalkan urine dalam kandung kemih.
 Striktur uretra, adalah penyempitan atau penutupan uretra. Penyebab
striktur uretra meliputi peradangan dan jaringan parut dari operasi,
penyakit, berulang UTI, atau cedera. Pada pria, striktur uretra dapat
menyebabkan prostatitis, jaringan parut setelah cedera pada penis atau
perineum, atau operasi untuk benign prostatic hyperplasia dan kanker
prostat. Prostatitis adalah kondisi yang sering menyakitkan yang
melibatkan peradangan pada prostat dan kadang-kadang daerah sekitar
prostat. Karena laki-laki memiliki uretra yang lebih panjang daripada
wanita, striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada perempuan6.
 Operasi untuk memperbaiki organ panggul yang prolaps,seperticystocele
dan rectocele, dan inkontinensia urin juga dapat menyebabkan striktur
uretra. Striktur uretra sering membaik setelah beberapa minggu
operasi.Striktur uretra dan retensi urin akut atau kronis dapat terjadi
ketikaotot di sekitar uretra tidakrelax. Kondisi ini terjadi terutama pada
perempuan.\
 Batu saluran kemih, berkembang dari kristal yang terbentuk dalam urindan
terkumpul pada permukaan bagian dalamginjal, ureter, atau buli-buli. Batu
yang bersarang di buli-buli dapat menghalangiuretra bagian proksimal.
 Sistokel, penonjolan dari buli-buli ke dalam vagina. Sebuah sistokel
terjadiketika otot-otot dan jaringan yang mendukung antara kandung kemih
wanita dan vagina melemah dan meregang. Posisi abnormalkandung kemih
dapat menyebabkan penekanan dan penyempitan uretra.
5

 Rectocele, penonjolan darirectum ke dalam vagina. Sebuah rectocele


terjadiketika otot-otot dan jaringan yang mendukungantara rektum wanita
dan vagina melemah dan meregang, membiarkan rectum mengendur dari
posisi normal dan tonjolan kevagina. Posisi abnormalrektum dapat
menyebabkan penekanan dan penyempitan uretra.
 Konstipasi, suatu kondisidi mana kurang dari tiga kali buang air besar
dalam seminggu atau gerakan usus dengan tinja yang keras, kering,dan
kecil, yang mengakibatkan sakit. Seseorang dengan konstipasi
mungkinmerasa kembung atau sakit di abdomen. Tinja yang keras dalam
rektum dapat mendorong pada buli-buli dan uretra, menyebabkan
uretraterjepit, terutama jika ada rectocele.
 Tumor dan kanker, tumor danjaringan kanker di kandung kemih atau uretra
dapat meluas secara bertahap dan menghalangi aliran urine dengan
menekan dan mnjepit uretra.
b. Masalah yang berhubungan dengan saraf, Retensi urin dapat terjadi karena
adanya masalahdengan saraf yang mengendalikan kandung kemih dan
sfingter. Banyak kejadian atau kondisidapat mengganggu sinyal saraf
antaraotak dan kandung kemih dan sfingter.Jika saraf yang rusak, otak
mungkintidak mendapatkan sinyal jika kandung kemih penuh.Bahkan ketika
seseorang memiliki kandung kemih penuh,otot kandung kemih yang memeras
urin keluar mungkin tidak mendapatkan sinyal untuk mendorong, atau
sfingtermungkin tidak mendapatkan sinyal untuk relax. Setiap orang dari
segala usia dapat memiliki masalah saraf yangmengganggu fungsi kandung
kemih. Beberapapenyebab paling umum dari masalah saraf adalah:
 Melahirkan secara vagina
 Infeksi atau luka pada otak atau sumsum tulang belakang
 Diabetes
 Stroke
 Multiple sclerosis
 Cedera atau trauma panggul
 keracunan logam berat.
Selain itu, beberapa anak dilahirkan dengancacat yang mempengaruhi
koordinasi sarafsinyal antara kandung kemih, saraf tulang belakang,
6

danotak.Spina bifida dan cacat lahir lainnyayang mempengaruhi sumsum


tulang belakang dapat menyebabkanretensi urin pada bayi baru lahir.Banyak
pasien memiliki retensi urinsetelah operasi.Selama operasi, anestesisering
digunakan untuk memblokir sinyal rasa sakit disaraf, dan cairan diberikan
secara intravena untuk mengkompensasi kehilangan. Kombinasi anestesi dan
intravena(IV) cairan dapat menyebabkan kandung kemih penuh
dengangangguan fungsi saraf, menyebabkan retensi urine. Fungsi saraf
kandung kemih biasanya kembali setelah anestesi habis.
c. Pengobatan. Berbagai kelas obat dapat menyebabkanretensi urin dengan
mengganggu saraf sinyal ke kandung kemih dan prostat. Obat yang termasuk
diantaranya adalah :
• Antihistamin untuk mengobati alergi :Cetirizine (Zyrtec), chlorpheniramin
(Chlor-Trimeton), Diphenhydramine (Benadryl), Fexofenadine (Allegra)
• Antikolinergik atau antispasmodik untukmengobati kram perut, kejang
otot,dan inkontinensia urin : Hyoscyamine (Levbid), Oxybutynin (Ditropan),
Propantheline (Pro-Banthine), Tolterodin (Detrol).
 Antidepresan trisiklik untuk mengobatikecemasan dan depresi :Amitriptyline
(Elavil), Doxepin (Adapin), Imipramine (Tofranil), Nortriptyline (Pamelor).
 Dekongestan :efedrin, phenylephrine, pseudoefedrine.
 Nifedipine (Procardia), obatuntuk mengobati tekanan darah tinggi dan
dadarasa sakit.
 Carbamazepine (Tegretol), sebuahobat untuk mengontrol kejang padaorang-
orang dengan epilepsy
 Cyclobenzaprine (Flexeril), obat relaksan pada otot.
 Diazepam (Valium), obat yang digunakanuntuk mengurangi kecemasan,
kejang otot, dankejang.
 Nonsteroidal anti-inflammatory drugs, Amphetamines, Opioid analgesics.
d. Otot kandung kemih yang melemah. Penuaan adalah penyebab umum
melemahnya otot kandung kemih. Lemahnya otot kandung kemih tidak
berkontraksi cukup kuatatau cukup lama untuk mengosongkan kandung
kemihsepenuhnya, sehingga terjadinya retensi urin3.
7

2.1.4 Klasifikasi
Retensi urin dapat terjadi secara akut atau kronis.Retensi urin akut terjadi secara
tiba-tiba dan berlangsung hanya dalam waktu singkat. Orang dengan retensi urin akut
tidak dapat buang air kecil sama sekali, meskipun mereka memiliki kandung kemih
penuh. Retensi urin akut dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit
sekali.Serasa ingin segera buang air kecil atau BAK.Retensi urin akut, merupakan
kondisi medis yang berpotensi mengancam nyawa, dan membutuhkan perawatan
darurat3.
Sedangkan retensi urin kronis bisa menjadi kondisi medis yang tahan lama.Orang
dengan retensi urin kronis dapat buang air kecil.Di mana sering BAK, biasanya
delapan kali atau lebih dalam sehari.Namun, tidak benar-benar mengosongkan semua
urine dari kandung kemih. Sering kali orang bahkan tidak menyadari mereka
memiliki kondisi ini sampai mereka mengembangkan masalah lain, seperti
inkontinensia urin-hilangnya kontrol kandung kemih, yang mengakibatkan
pengeluaran urine secara kebetulan-, adanya masalah memulai atau melemahnya
pancaran urin yang dikeluarkan, atau infeksi saluran kemih (ISK) yang merupakan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri berbahaya tumbuh di saluran kemih3.

2.1.5 Diagnosa
Pemeriksaan Urologi

Untuk menegakkan diagnosis kelainan-kelainan urologi, seorang dokter


dituntut untuk dapat melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dasar urologi dengan
seksama dan sistematik mulai dari:

1. Pemeriksaan subyektif untuk mencermati keluhan yang disampaikan oleh


pasien yang digali melalui anamnesis yang sistematik,
2. Pemeriksaan obyektif yaitu melakukan pemeriksaan fisis terhadap pasien
untuk mencari data-data objektif mengenai keadaan pasien,
3. Pemeriksaan penunjuang yaitu melalui pemeriksaan-pemeriksaan
laboratorium, radiologi atau imaging, uroflometri atau urodinamika,
elektromiografi, endourologi, dan laparoskopi.
8

A. Gejala klinis
Gejala retensi urin akut dapat mencakup berikut ini dan memerlukan
tindakkan medis segera:
 Ketidakmampuan untuk buang air kecil
 Kebutuhan mendesak untuk buang air kecil
 Rasa sakit atau ketidaknyamanan di perut bagian suprapubik
 Perut terasa kembung
 Bila pasien kurus dapat terlihat dan teraba adanya benjolan disuprapubik
Gejala retensi urin kronis termasuk:
 Polaksiuri (±delapan kali atau lebih sehari)
 Kesulitan memulai aliran urin
 Lemah atau aliran urin terganggu
 Kebutuhan mendesak untuk buang air kecil dengan diperlukan mengedan
 Buang air terasa belum tuntas setelah menyelesaikan buang air kecil
Ketidaknyamanan ringan dan mendadak di bagian bawah saluran perut dan
saluran kencing
Penderita dengan retensi urin kronis lebih beresiko mengalami komplikasi
karena ketidaksadaran akan penyakit yang diderita. Pada retensi urin totalis, penderita
sama sekali tidak bisa miksi, gelisah, mengedan bila ingin miksi, dan terjadi
inkontinensia paradoksal.
9

B. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik dari perut bagian bawah kandung kemih
mengalami distensi, dapat dilakukan dengan ringan menekan pada perut bagian
bawah. Pada perkusi akan terdengar pekak, yang menentukan adanya buli-bili yang
penuh pada penderita yang gemuk.

C. Postvoid Residual Measurement atau Volume Residu Sisa (PVR)


Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat
sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang
masih tinggal atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi. Pada
orang normal sisa urin biasanya 0 mL atau kosong, sedang pada retensi urin total sisa
urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Besar PVR > 25-30 mL menandakan
kegagalan pengosongan kandung kemih dan beresiko munculnya infeksi saluran
kemih. Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk
melakukan intervensi pada penderita prostat hipertrofi

D. Cystoscopy
Sebuah cystoscopy adalah pemeriksaan bagian dalam kandung kemih dan
uretra, saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh. Dokter
melakukan pemeriksaan menggunakan cystoscope-a, instrumen tipis panjang dengan
lensa mata di ujung eksternal dan lensa kecil dan ringan di ujung yang dimasukkan ke
dalam kandung kemih. Dokter memasukkan cystoscope ke dalam uretra pasien, dan
lensa kecil memperbesar lapisan dalam uretra dan kandung kemih, yang
memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam kandung kemih kosong. Banyak
cystoscopes memiliki saluran ekstra dalam sarungnya untuk memasukkan instrumen
kecil lainnya yang dapat digunakan untuk mengobati atau mendiagnosa masalah
urinary.

E. CT scan
CT scan menggunakan kombinasi sinar x dan teknologi komputer untuk
membuat gambar. CT scan dapat menunjukkan:
 Batu saluran kemih
 UTI
10

 Tumor
 Cedera traumatis
 kista

F. Tes urodinamik
Tes urodinamik meliputi berbagai prosedur yang melihat fungsi kandung
kemih dan uretra dan pemgeluaran air seni. Sebuah penyedia perawatan kesehatan
mungkin menggunakan satu atau lebih tes urodinamik untuk mendiagnosa retensi
urin. Untuk tes yang menggunakan kateter, pasien sering mendapatkan anestesi lokal.

G. Uroflowmetry
Uroflowmetry mengukur kecepatan urin dan volume. Secara otomatis
mengukur jumlah urin dan aliran,bagaimana kecepatan urine keluar. Peralatan
menciptakan grafik yang menunjukkan perubahan laju aliran dari detik ke detik
sehingga dapat melihat laju aliran tertinggi dan berapa banyak detik yang dibutuhkan
untuk sampai ke sana. Otot kandung kemih yang lemah atau aliran urin tersumbat
akan menghasilkan hasil tes yang abnormal.
# Pressure flow study
Sebuah studi aliran tekanan mengukur tekanan kandung kemih yang
diperlukan untuk buang air kecil dan laju aliran tekanan yang diberikan
menghasilkan. Sebuah penyedia layanan kesehatan menempatkan kateter dengan
manometer ke dalam kandung kemih. Tekanan mengukur manometer kandung kemih
dan laju alir kandung kemih kosong. Sebuah studi aliran tekanan membantu
mendiagnosa obstruksi kandung kemih.
# Urodinamik Video
Tes ini menggunakan sinar x atau USG untuk membuat gambar real-time dari
kandung kemih dan uretra selama pengisian atau pengosongan kandung kemih. Untuk
sinar x, penyedia layanan kesehatan lewat kateter melalui uretra ke dalam kandung
kemih. Dia mengisi kandung kemih dengan media kontras, yang terlihat pada gambar
video. Gambar urodinamik Video dapat menunjukkan ukuran dan bentuk dari saluran
kemih, aliran urin, dan penyebab retensi urin, seperti obstruksi leher kandung kemih.
11

H. Electromyography.
Elektromiografi menggunakan sensor khusus untuk mengukur aktivitas listrik
otot dan saraf di sekitar kandung kemih dan sfingter. Seorang teknisi yang terlatih
khusus menempatkan sensor pada kulit dekat uretra dan rektum atau pada uretra atau
kateter dubur. Rekor sensor, pada kegiatan mesin, otot dan saraf. Pola-pola impuls
saraf menunjukkan apakah pesan yang dikirim ke kandung kemih dan sfingter
berkoordinasi dengan benar. Seorang teknisi melakukan electromyography di kantor
penyedia perawatan kesehatan, pusat rawat jalan, atau rumah sakit. Pasien tidak perlu
anestesi jika teknisi menggunakan sensor yang ditempatkan pada kulit. Pasien akan
menerima anestesi lokal jika teknisi menggunakan sensor ditempatkan pada uretra
atau kateter dubur.

I. Pemeriksaan Lainnya
 Foto polos abdomen untuk menunjukkan bayangan buli-buli penuh,
mungkin terlihat bayangan batu opak pada uretra atau pada buli-buli
 Uretroskopi

Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika


diketemukan adanya striktur langsung diikuti dengan uretrotomi
interna (sachse) yaitu memotong jaringan fibrotik dengan memakai
pisau sachse.

 Pemeriksaan darah rutin: Hb,Leukosit,LED,Trombosit


 Pemeriksaan Faal Ginjal : Kreatinin, Ureum, Clirens Kreatinin
 Pemeriksaan Urinalisi: warna, berat jenis, pH

2.1.6 Komplikasi
Buli-buli akan mengembang melebihi kapasitas meksimal sehingga tekanan
didalam lumennya dan tegangan dari dindingnya akan meningkat, Bila keadaan ini
dibiarkan berlanjut, tekanan yang meningkat didalam lumen akan menghambat aliran
urin dari ginjal dan ureter sehingga terjadi hidroureter dan hidronefrosis dan terjadi
gagal ginjal. Bila tekanan didalam buli-buli meningkat dan melebihi besarnya
hambatan didaerah uretra, urin akan memancar berulan-ulang ( dalam jumlah sediki
tanpa bisa ditahan oleh penderita, sementara itu buli-buli tetap penuh dengan urin atau
Overflow incontinence,
12

Tegangan dari dinding buli-buli terus meingkat sampai tercapai batas toleransi
dan setelah batas ini dilewati, oto buli-buli akan mengalami dilatasi sehingga
kapasitas buli-buli melebihi kapsitas maksimalnya, dengan akibat kekuatan kontraksi
otot buli-buli akan menurun. Retensi urin merupakan predileksi untuk terjadinya
infeksi saluran kemih dan bila berlanjut akan mengalami pielonefritis, urosepsis
terutana pada pasien usia lanjut. Sehingga urine yang tertahan lama di dalam buli-buli
harus segera dikeluarkan untuk mencegah terjadinya Infeksi saluran kemih,
kelemahan otot buli-buli, timbulnya hidroureter, hidronefrosis yang menjadi gagal
ginjal.
Akibat retensi urine kronis dapat terjadi trabekulasi (penebalan otot detrusor),
sacculae (tekanan intravesika meningkat, selaput lendir dianatar otot-otot membesar),
divertikel, infeksi, fistulam pembentukan batu, overflow incontinence.

2.1.7 Penatalaksanaan

 bladder drainage
 urethral dilation
 urethral stents
 prostate medications
 surgery

Jenis dan lamanya pengobatan tergantung pada jenis dan penyebab retensi
urin.
A. Bladder Drainage
Kandung kemih drainase melibatkan kateterisasi untuk mengalirkan urin.
Pengobatan retensi urin akut dimulai dengan kateterisasi untuk meringankan
penderitaan segera kandung kemih penuh dan mencegah kerusakan kandung kemih.
Bila kateterisasi gagal maka akan dilakukan sistostomi.
 Keteterisasi

Katerisasi uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra


 Tujuan

Tindakkan ini dimaksudkan untuk diagnosis ataupun untuk tujuan terapi


-Tindakkan diagnosis anatara lain:
1) Keteterisasi pada wanita dewasa untuk memperoleh contih urin unutk
pemeriksaan kultur urin
2) Memgukur residu(sisa) urin yang dikerjakan sesaat setelah pasien selesai
miksi
13

3) Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi, anatara lain:


sistografi atau pemeriksaan adanya refluks vesiko-ureter melalui
pemeriksaan Voiding Cysto Urethrography (VCUG)
4) Pemeriksaan urodinamik untuk menetukan tekanan intra vesika
5) Untuk menilai produksi urin pada saat dan setelah operasi besar

 Indikasi kateterisasi
1) Mengeluarkan urin dari buli-buli pada keadaan obstruksi infravesikal, baik
yang disebabkan oleh hiperplasi prostat maupun oleh benda asing (cloting)
yang menyumbat uretra
2) Mengeluarkan urin pada disfungsi buli-buli
3) Diversi urin setelah tindakkan operasi sistem urinari bagian bawah, yaitu
pada operasi prostatektomi, vesikolitektomi.
4) Sebagai splint setelah operasi rekontruksi uretra untuk tujuan stabilisasi
uretra
5) Memasukkan obat-obatan intavesika, anatara lain sistostatika atau
antiseptik untuk buli-buli

 Kontraindikasi kateterisasi:

Ruptur uretra, ruptur buli-buli, bekuan darah pada buli-buli.


 Macam macam kateter

Kateter dibedakan menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat, pemakaian,


sistem retaining (pengunci) dan jumlah percabangan. Ukuran kateter
dinyatakan dalam skala Cheriere’s (French). Ukuran ini merupakan ukuran
diameter luar kateter.
1 Cherieere (Ch) atau 1 French (Fr) = 0,33 milimeter atau
1 milimeter = 3 Fr
Jadi, kateter yang berukuran 18 Fr artinya diameter luar kateter itu
adalah 6 mm. Kateter yang mempunyai ukuran yang sama belum tentu
mempunyai diamter lumen yang sama karena adnaya perbedaan bahan dan
jumlah lumen pada kateter itu.
Bahan kateter dapat berasal dari logam (stainless), karet (lateks), lateks
dengan lapisan silikon (siliconized) dan silikon.
Menurut (Brockop dan Marrie, 1999) jenis-jenis pemasangan kateter
urine terdiri dari:
1) Indewelling catheter yang biasa disebut juga dengan retensi
kateter/folley cateter- indewelling catheter dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak mudah lepas dari kandung kemih
2) Intermitten catheter yang digunakan untuk jangka waktu yang pendek
(5-10menit) dan pasien dapt diajarkan untuk memasang dan melepas
sendiri.
3) Suprapubik catheter kadang-kadang digunakan untuk pemakaian
secara permanent. Cara memasukkan kateter dengan jenis ini dengan
membuat sayatan kecil diatas suprapubik

Menurut jenisnya kateter dubagi menjadi 3:


14

1) Kateter Nethalon/kateter straight/kateter sementara adalah kateter yang


digunakan untuk mengeluarkan urine sementara atau sesaat. Biasanya
digunakan pada pasien yang membutuhkan pengeluaran urin dengan
bantuan alat pada satu waktu itu saja. Kateter ini mempunyai
bermacam ukuran, semakin besar ukurannya semakin besar
diameternya. Pemasangannya melalui uretra.
2) Kateter folley/kateter balon/kateter indwelling/kateter tetap adalah
kateter yang digunakan untuk mengeluarkan urin dalam sistem
tertutup. Dapat digunakan lebih dari 5 hari atau lama. Kateter ini
terbuat dari karet atau plastik yang mempunyai cabang dua atau tiga
dan terdapat satu balon yang dapat mengembang oleh air atau udara
untuk mengamankan atau menahan ujung kateter dalam kandung
kemih. Kateter dengan dua cabang, satu cabang untuk memasukkan
spuit dan satunya untuk mengaliri urin, dapat disambung dengan
tabung tertutu dari kantung urin, sednagkan yang cabang tiga , kedua
cabang mempunyai fungsi yang sama dengan kateter diatas, sementara
cabang ketiga berfungsi untuk disambungkan keirigasi, sehingga cairan
irigasi yang steril dapat masuk kekandung kemih, tercampur dengan
urin, tercampur dengan urin, kemudian akan keluar lagi. Pemasangan
kateter ini bisa melalui uretra atau suprapubik.
3) Kateter suprapubik dengan bungkus silver alloy merupakan kateter
paling baru jarang digunakan.

Penatalaksanaan kateter
1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang
sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
15

4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita


5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan
bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau
hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang
dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan. desinfeksi dimulai dari
meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali
lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri
memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan
dipertahankan tetap steril.
Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi
dimulai dari atas (clitoris), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal
ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora
dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm
untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada
penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar
kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit.
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita
diminta untuk menarik nafas dalam.
Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi
tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa,
tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan
dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran
pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba
lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken
di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai
urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
16

Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang
tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita
menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada
hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal
kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar
sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.

9. Mengambil spesimen urine kalau perlu.


10. Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang
tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai.
11. Memfiksasi kateter :
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha.
12. Menempatkan urinebag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari
kandung kemih
13. Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang
meliputi :
17

• Hari tanggal dan jam pemasangan kateter.


• Tipe dan ukuran kateter yang digunakan.
• Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan.
• Nama terang dan tanda tangan pemasang

Penderita dengan kateter tetap harus:


 Minum banyak untuk menjamin dieresis
 Melaksanakan kegiatan sehari-hari secepatnya bila keadaan mengijinkan
 Membersihkan ujung uretra dari sekrit dan darah yang mengering agar
pengaliran sekrit dan lumen uretra terjamin.
 Mengusahakan kantong penampung urin tidak melampaui ketinggian buli-buli
agar urin tidak mengalir kembali kedalamnya
 Mengganti kateter (nelaton) setiap dua minggu bila memang masih diperlukan
untuk mencegah pembentukan batu (kateter silikon : penggantian setiap 6-8
minggu sekali)

Kesalahan:
 Ukuran kateter yang terlalu besar akan menekan mukosa uretra dan
menghambat pengaliran sekrit yang diproduksi sehingga mengundang
terjadinya uretritis dengan segala konsekuensinya (striktura)
 Mengembangkan balon dan kateter yang ujungnya belum masuk sempuma di
dalam lumen buli-buli akan menimbulkan nyeri dan bila dipaksakan dapat
menimbulkan lesi pada uretra
 Melakukan kateterisasi secara kasar akan menimbulkan nyeri dan terjadi
spasme dan sfingter sehingga kateter tidak dapat masuk

 Keteterisasi Suprapubik

Kateterisasi suprapubik adalah memasukkan kateter dengan membuat


lubang pada buli-buli melalui insisi suprapubik dengan tujuan mengeluarkan
urin
Indikasi:
1. Kegagalan pada saat melakukan keteterisasi uretra
2. Ada kontraindikasi untuk melakukan tindakan transuretra, mislanya pada
ruptur uretra atau dengan adanya ruptur uretra
3. Untuk mengukur tekanan intravesikal pada studi sistotonometri
4. Mengurangi penyulit timbulnya sindroma intoksikasi air pada saat TUR
Prostat
18

Pemasangan kateter sistostomi dapat dikerjakan dengan cara operasi


terbuka atau dengan perkutan (trokar) sistostomi.

 Sistotomi Trokar

-Indikasi
19

Kateterisasi gagal : striktura, batu uretra yang menancap (impacted)


Kateterisasi tidak dibenarkan : kerobekan uretra path trauma
Sebagian ahli berpendapat bahwa sistostomi pada pria lebih aman
daripada kateter tetap karena penyulit akibat pemakaian kateter pada uretra
dapat ditiadakan (uretritis, striktura, fistula).

Syarat-syarat:

-Retensi urin dan bull-buli penuh, kutub atas lebih tinggi pertengahan jarak
antara simfisis – umbilicus
- Ukuran kateter Foley lebih kecil daripada celah dalam trokar (< - > 20F)

Kesalahan:
-Cara kerja yang tidak sistematis dan kurang cepat bisa berakibat buli-buli
sudah menguncup
(karena semua urin mengalir keluar) sebelum berhasil masuk kedalam
lumen buli-buli.

Kekuatan besar untuk mengatasi tahanan dan kulit dan fasia dapat
menyebabkan dorongan kelewatan sehingga trokar menembus dinding
belakang buli-buli.

Kontraindikasi adalah tumor buli-buli, hematuria yang belum jelas


penyebabnya, riwayat pernah menjalani operasi daerah abdomen/pelvis,buli-
buli yang ukurannya kecil (contracted bladder) atau pasien yang
mempergunakan alat protesis pada abdomen sebelah bawah. Tindakkan ini
diperlukan anastesi lokal dan mempergunakan alat trokar.

 Sistostomi Terbuka

Indikasi
- Sama dengan sistostomi trokar
- Bila sistostomi trokar gagal
- bila akan melakukan tindakan tambahan seperti mengambil batu di dalam
bull- buli, evaluasi gumpalan darah, memasang "drain" di rongga Retzii,
dan sebagainya.

Perawatan kateter sistostomi jauh lebih sederhana daripada kateter tetap


melalui uretra. Demikian pula penggantian kateter sistostomi setiap dua minggu,
lebih mudah dan tidak menimbulkan nyeri yang berarti. Kadang-kadang saja urin
merembes di sekitar kateter.

B. Urethral Dilation
Dilatasi uretra memperlakukan striktur uretra dengan memasukkan tabung
semakin luas ke dalam uretra untuk memperluas striktur tersebut. Sebuah metode
alternatif pelebaran melibatkan menggembungkan balon kecil di ujung kateter di
dalam uretra.
20
21

C. Stent uretra
Pengobatan lain untuk striktur uretra melibatkan memasukkan tabung buatan,
yang disebut stent, ke dalam uretra ke daerah striktur tersebut. Setelah di tempat, stent
mengembang seperti pegas dan mendorong kembali jaringan di sekitarnya, pelebaran
uretra. Stent mungkin bersifat sementara atau permanen. Sebuah penyedia layanan
kesehatan melakukan penempatan stent selama kunjungan kantor atau di pusat rawat
jalan atau rumah sakit. Pasien akan menerima anestesi lokal. Dalam beberapa kasus,
pasien akan menerima sedasi dan anestesi regional.

D. Medikamentosa untuk prostat


Obat-obat yang menghentikan pertumbuhan atau mengecilkan prostat atau
meredakan gejala retensi urin berhubungan dengan benign prostatic hyperplasia
termasuk:

Alpha blocker. Obat-obat ini melemaskan otot polos prostat dan leher kandung
kemih untuk meningkatkan aliran urin dan mengurangi penyumbatan kandung kemih:
* Terazosin (Hytrin)
* Doxazosin (Cardura)
* Tamsulosin (Flomax)
22

* Alfuzosin (Uroxatral)
* Silodosin (Rapaflo)

Phosphodiesterase-5 inhibitor. Urolog meresepkan obat-obat ini terutama untuk


disfungsi ereksi. Tadalafil (Cialis) milik kelas obat-obatan ini dan dapat mengurangi
gejala saluran kemih bawah dengan relaksasi otot polos pada saluran kemih bagian
bawah. Para peneliti sedang bekerja untuk menentukan peran obat disfungsi ereksi
dalam pengobatan jangka panjang benign prostatic hyperplasia.

5-alpha reductase inhibitors. Obat-obat ini memblokir produksi DHT, yang


terakumulasi dalam prostat dan dapat menyebabkan pertumbuhan prostat:
* Finasteride (Proscar)
* Dutasteride (Avodart)

Obat-obat ini dapat mencegah perkembangan pertumbuhan prostat atau benar-


benar mengecilkan prostat pada beberapa pria. Finasteride dan dutasteride tindakan
lebih lambat dari alpha blockers dan berguna untuk prostat hanya cukup diperbesar.

Obat kombinasi. Beberapa penelitian, seperti Terapi Medis prostat studi Gejala
(MTOPS), telah menunjukkan bahwa menggabungkan dua kelas obat, daripada
menggunakan hanya satu, lebih efektif dapat memperbaiki gejala, aliran urin, dan
kualitas hidup. Kombinasi antara
* Finasteride dan doxazosin
* Dutasteride dan tamsulosin (Jalyn), kombinasi kedua obat yang tersedia dalam
satu tablet
* Alpha blockers dan antimuscarinics

E. Operasi
Operasi prostat.
Untuk mengobati retensi urin disebabkan oleh benign prostatic hyperplasia,
dapat dilakukan pembedahan menghancurkan atau menghilangkan jaringan prostat
yang membesar dengan menggunakan metode transurethral. Untuk operasi
transurethral, urolog menyisipkan kateter atau instrumen bedah melalui uretra untuk
mencapai prostat. Penghilangan jaringan membesar biasanya mengurangi
penyumbatan dan retensi urin disebabkan oleh benign prostatic hyperplasia. Sebuah
urolog melakukan beberapa prosedur pada pasien rawat jalan. Pada pasien pria
mungkin memerlukan perawatan yang lebih lama. Dalam beberapa kasus, dokter akan
menghilangkan seluruh prostat menggunakan operasi terbuka.

Urethrotomy internal.
Dapat memperbaiki striktur uretra dengan melakukan urethrotomy internal.
Untuk prosedur ini, dengan menyisipkan kateter khusus ke dalam uretra hingga
mencapai striktur tersebut. Kemudian menggunakan pisau atau laser untuk membuat
sayatan yang membuka striktur tersebut. Pasien akan menerima anestesi
umum.Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi yang memotong
jaringan sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse, laser atau
elektrokoter.
23

Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama bagian distal
dari pendulans uretra dan fossa navicularis, otis uretrotomi juga dilakukan pada
wanita dengan striktur uretra.

Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah striktur
uretra anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih
dari 2 cm serta tidak ada fistel, kateter dipasang selama 2-3 hari pasca tindakan.
Setelah pasien dipulangkan, pasien harus kontrol tiap minggu selama 1 bulan
kemudian 2 minggu sekali selama 6 bulan dan tiap 6 bulan sekali seumur hidup. Pada
waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmetri, bila pancaran urinnya < 10
ml/det dilakukan bouginasi.

Uretrotomi eksterna

Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian


dilakukan anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini
tidak dapat dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm.

Cara Johansson; dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan
fibrotik.

Stadium I, daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan sedikit


jaringan sehat di proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik dieksisi. Mukosa
uretra dijahit ke penis pendulans dan dipasang kateter selama 5-7 hari.

Stadium II, beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak,
dilakukan pembuatan uretra baru.

Uretroplasty dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih


dari 2 cm atau dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca
Uretrotomi Sachse. Operasi uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya
setelah daerah striktur di eksisi, uretra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis
dan dengan free graft atau pedikel graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari kulit
preputium/kulit penis dengan menyertakan pembuluh darahnya.

Sistokel atau rectocele Repair


Tumor dan operasi kanker. Penghapusan tumor dan jaringan kanker di
kandung kemih atau uretra dapat mengurangi obstruksi uretra dan retensi urin

F. Komplikasi
* UTI
Urine biasanya steril, dan aliran normal urin biasanya mencegah bakteri dari
menginfeksi saluran kemih. Dengan retensi urin, urin yang alirannya abnormal
memberikan kesempatan pada bakteri untuk menginfeksi saluran kemih.
* Kerusakan kandung kemih
Jika kandung kemih menjadi meregang terlalu jauh atau untuk waktu yang
lama, otot-otot akan mengalami kerusakkan secara permanen dan kehilangan
kemampuan untuk berkontraksi.
24

* Kerusakan ginjal akibat adanya refluks cairan.


* Inkontinensia urin setelah prostat, tumor, atau operasi kanker.
Operasi transurethral untuk mengobati benign prostatic hyperplasia dapat
menyebabkan inkontinensia urin pada beberapa pria. Masalah ini sering sementara.
Kebanyakan pria kembali kontrol kandung kemih mereka dalam beberapa minggu
atau bulan setelah operasi. Operasi untuk mengangkat tumor atau jaringan kanker di
kandung kemih, prostat, atau uretra juga dapat mengakibatkan retensi urin.
Pencegahan
Pasien dapat mencegah retensi urin sebelum terjadi dengan memperlakukan
beberapa penyebab potensial. Misalnya, pria dengan benign prostatic hyperplasia
dengan pengobatan rutin. Pria dengan benign prostatic hyperplasia harus menghindari
obat-obatan yang berhubungan dengan retensi urin, seperti obat flu dan alergi over-
the-counter yang mengandung dekongestan. Wanita dengan sistokel ringan atau
rectocele dapat mencegah retensi urin dengan melakukan latihan untuk memperkuat
otot-otot panggul. Dalam kebanyakan kasus, perubahan pola makan dan gaya hidup
akan membantu mencegah retensi urin disebabkan oleh sembelit.
25

DAFTAR PUSTAKA
1. http://eu-acme.org/europeanurology/upload_articles/Kalejaiye.pdf
2. http://www.aafp.org/afp/2008/0301/p643.pdf
3. http://kidney.niddk.nih.gov/KUDiseases/pubs/UrinaryRetention/UrinaryRetent
ion_508.pdf
4. Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-dasar Urologi, Ed 3. Malang : Sagung Seto.
5. Selius BA,_Subedi R. Urinary retention in_adults_ : Diagnosis and initial
management. American Family Physician. 2008:77(5):643-650.
6. Urethral stricture. Mayo Clinic website. www.mayoclinic.org/urethral-
stricture/about.html. Updated November 20, 2012. Accessed April 1, 2014.
7. http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/UrinaryRetention/#sec6
8. http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/prostateenlargement/index.aspx
9. National Kidney and Urologic Diseases
Information Clearinghouse (NKUDIC)
10. Cook J, Sankaran B, Wasunna A.E.O. Uretra Pria, dalam: Penatalaksanaan
Bedah Umum di Rumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995.
Hal;165-166.
11. Purwadianto A, Sampurna B. Retensi Urin, dalam: Kedaruratan Medik,
Pedoman Penatalaksanaan Praktis. Ed Revisi. Binarupa Aksara, Jakarta, 2000.
Hal;145-148.

Anda mungkin juga menyukai