Anda di halaman 1dari 11

II.

Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan


Hiperemesis Gravidarum

I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Waktu :
Tempat :
Oleh :

Data Subyektif

1. Identitas
Nama : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap,
untuk menghindari adanya kekeliruan atau untuk
membedakan dengan klien atau pasien yang lain
(Estiwidani, 2009).

Umur : Umur dicatat dalam hitungan tahun (Estiwidani,


2009). Umur merupakan hal yang penting, karena
ikut menentukan prognosis kehamilan. Kalau umur
terlalu lanjut (≥ 35 tahun) atau terlalu muda (≤ 20
tahun), persalinan lebih banyak resikonya
(Wirakusumah, 2010).

Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan


pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien.
Dengan diketahui agama klien akan memudahkan
bidan dalam melakukan pendekatan didalam
melaksanakan asuhan kebidanan (estiwidani,
2009).

Suku/Bangsa : Ditunjukan untuk mengetahui adat istiadat yang


menguntungkan dan merugikan bagi ibu hamil,
ibu bersalin maupun ibu nifas.
Pendidikan : Ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya. Tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang (Estiwidani, 2009). Kejadian
hiperemesis pada ibu hamil lebih sering terjadi
pada ibu hamul yang berpendidikan rendah.

Pekerjaan : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan


pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan
kesehatan klien (Estiwidani, 2009). Mengetahui
taraf hidup atau sosial ekonomi dan apakah
pekerjaan mengganggu kehamilan, contoh
aktivitas berat (kerja di pabrik).

Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah hubungan bila


diperlukan keadaan mendesak. Dengan
mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui
tempat tinggal dan lingkungannya (Estiwidani,
2009).

2. Riwayat Kesehatan Klien

a. Alasan Datang : Alasan yang menyebabkan klien berobat


(Wiknjosastro, 2010).

b. Keluhan Utama : Pada ibu hamil dengan hiperemesis


gravidarum, keluhan yang mungkin dirasakan ibu adalah mual,
muntah, aktivitas terganggu, kepala terasa pusing, badan terasa
lemas, letih, lesu, frekuensi BAK menurun, nafsu makan menurun
dan penurunan BB (Varney, 2010).

3. Riwayat Menstruasi
Yang ditanyakan adalah menarche, teratur atau tidak, siklus haid,
banyaknya darah, sifat darah (cair atau menggumpal), warna, bau atau
tidak, dismenore atau tidak, dan kapan haid terakhir (Wirakusumah,
2010).
4. Riwayat Obstetrik
a. Kehamilan
Ibu yang memiliki riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya
beresiko tinggi mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan berikutnya.
b. Persalinan
Tanyakan apakah persalinan yang lalu berlangsung spontan atau buatan, aterm
atau prematur, apakah terjadi perdarahan dan siapa yang menolong persalinan
(bidan atau dokter). Tanyakan adanya riwayat abortus spontan atau yang
diinduksi, riwayat paritas tinggi, indikasi sesksio sesaria sebelumnya, serta
penyulit saat persalinan.
c. Nifas
Tanyakan adanya panas atau perdarahan pada masa nifas sebelumnya serta
kondisi laktasi (Wirakusumah, 2010).

5. Riwayat Kehamilan Sekarang

Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis kehamilan sekarang


adalah sebagai berikut :
a. Tanyakan kapan ibu mendapat haid terakhir untuk menghitung usia
kehamilan.
b. Tanyakan kapan ibu mulai merasakan pergerakan janin.
c. Jika kehamilan masih muda, tanyakan adanya mual, muntah, sakit
kepala, dan perdarahan.
d. Jika kehamilan sudah tua, tanyakan adanya bengkak di kaki atau
muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang, dan lain-lain.
Keluhan ini nanti harus diingat dalam pengobatan (Wirakusumah, 2010).

6. Riwayat Penyakit yang Pernah diderita

Ditanyakan untuk mengetahui apakah ada hubungannya dengan masalah


yang dihadapi oleh klien. Misal penyakit campak atau cacar air sewaktu
kecil, penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Apakah pernah dirawat
di rumah sakit ? Kapan ? Berapa lama ? Penyakit apa ? Apakah pernah
dioperasi, apakah ada alergi terhadap obat/bahan makanan dan lain
sebagainya (Estiwidani, 2009).
Wanita yang sebelumnya sudah pernah menderita lambung spastik
dengan gejala tidak suka makan dan mual akan mengalami hiperemesis
kurang berat. Hiperemesis ditemukan pada primigravida, kehamilan
ganda serta mola hidatidosa (Wiknjosastro, 2010).

7. Riwayat Penyakit Keluarga

Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga


terhadap gangguan kesehatan pasien. Riwayat penyakit keluarga yang
perlu ditanyakan misalnya jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan,
kehamilan kembar, dan lain-lain (Estiwidani, 2009).

8. Riwayat Kontrasepsi

Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan jenis kontrasepsi, efek


samping, alasan berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya
menggunakan alat kontrasepsi (Estiwidani, 2009).

9. Riwayat Pernikahan

Menanyakan usia berapakah ibu menikah, status pernikahan dan setelah


menikah berapa lama ibu baru hamil. Hal ini untuk mengetahui fungsi alat
reproduksi klien baik atau tidak. Pernikahan diatas usia 5 tahun dengan
kehamilan pertama, merupakan resiko tinggi terjadinya hiperemesis
gravidarum dalam kehamilan (Manuaba, 2012).

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan riwayat


pernikahan (berapa kali, usia saat pertama menikah), jumlah anggota
keluarga, dukungan moral dan material dari keluarga, pandangan dan
penerimaan keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang
menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap kehamilan,
persalinan, dan anak baru lahir (Estiwidani, 2009).
11. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Dalam mengkaji nutrisi perlu diketahui
pola makan yang dahulu dan sekarang
berupa kualitas dan kuantitas frekuensi
dan pola makan (Susilawati, 2008).
Eliminasi Konstipasi dan oliguri merupakan hal
yang paling sering terjadi pada ibu
dengan hipermesis gravidarum serta
aseton uri dapat ditemukan dalam urin
(Wiknjosastro, 2010).
Istrahat Untuk mengetahui pola istirahat, berapa
jam tidur dalam sehari dan apakah ada
gangguan (Saipuddin, 2010).
Pesonal Hygiene Untuk mengetahui kebiasaan hidup klien
yang dapat meningkatkan dan
memperburuk derajat kesehatan klien
yang dikaji meliputi mandi, keramas,
gosok gigi. Serta kebersihan genetalia,
hal ini dapat membantu mengetahui
apakah terjadi infeksi pada alat genetalia
pasien (Saipuddin, 2010).
Aktivitas Untuk mengetahui aktifitas yang
dilakukan ibu sehari-hari (Hartanto,
2007).
Kebiasaan sehari-hari Kebiasaan hidup seperti merokok, minum
minuman keras dapat berpengaruh
terhadap keadaan ibu.
Seksualitas Untuk mengetahui keabiasaan hubungan
seksual klien dengan suami dan apakah
terdapat kelainan dan selama hubungan
seksual ibu terganggu (Farrer, 2007).
Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum :
a. Keadaan Umum : KU ibu dapat baik, lemah sampai jelek pada
penderita hipermesis gravidarum (Mochtar, 2010).
b. Kesadaran : Pada penderita hiperemesis tingkat III, kesadaran
dapat sangat menurun, somnolen sampai koma (Mochtar, 2010).
c. Tanda Vital :
Tekanan Darah : Tekanan darah turun dari biasanya (Mochtar,
2010). Menurun pada tekanan sistolik (dbn
120/80 mmHg).
Nadi : Nadi dapat kecil, cepat dan halus serta
100x/menit (Mochtar, 2010).
Pernafasan : Normal sampai cepat 16-24x/menit (Mochtar,
2010).
Suhu : Pada penderita hiperemesis tingkat II dan III
suhu bdan penderita menjadi naik (Mochtar,
2010).
d. Antropometri :
Panjang Badan : Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator
gangguan genetik. Karena itu, jika ditemukan pasien
dengan tinggi badan dibawah rata-rata, maka perlu
konsul dengan konselor genetik tentang perlunya
evaluasi Sindrom Turner (Wheeler, 2004).
Berat badan : Pada penderita hiperemesis baik tingkat I, II
ataupun III terjadi penurunan berat badan
(Mochtar, 2010).
LILA : LILA diukur dengan menggunakan pita LILA
dengan satuan senti meter (cm). Jika ditemukan
LILA ≤23,5 cm menunjukkan ibu mengalami
kurang gizi (Choirian, 2014).
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Simetris atau tidak, adanya kelainan-kelaian atau tidak,
ada massa atau tidak.
Wajah : Terlihat pucat, turgor kulit buruk (Varney, 2010).
Mata : Konjungtiva pucat, sklera ikterik (Varney, 2010).
Hidung : Untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung.
Perhatikan perubahan warna kulit hidung, skresi dan
adanya pembengkakan (Tambunan, 2012).
Telinga : Bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga, dan pendengaran (Tambunan,
2012).
Mulut : Mulut berbau keton, terlihat kotor, dan bibir pecah-pecah
(Varney, 2010).
Leher : Apakah ada kelainan kulit termasuk keadaan pucat,
ikterus, sianosis, dan ada tidaknya pembengkakan
(Tambunan, 2012).
Dada : Simetris atau tidak, terdapat retraksi dinding dada atau
tidak, ada alat bantu pernafasan atau tidak.
Abdomen : Perut membesar ke depan atau ke samping (pada asites
misalnya, membesar ke samping), keadaan pusat,
pigmentasi di linea alba, penampakan gerakan anak atau
kontraksi rahim, adanya striae gravidarum atau bekas luka
(Wirakusumah, 2010).
Genetalia : Tentukan keadaan perineum, adanya varises, tanda
Chadwick, kondilomata, atau fluor (Wirakusumah, 2010).
Anus : Terdapat hemoroid atau tidak.
Ekstremitas : Memeriksa tangan dan kaki apakah terdapat oedema atau
tampak pucat pada ujung jari-jarinya. Memeriksa dan
meraba kaki untuk mengetahui adanya varises. Memeriksa
reflek patella untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo
atau hiper (Varney, 2010).
Palpasi
Kepala : Terdapat massa atau tidak.
Mata : Tidak teraba oedem.
Leher : Untuk melihat apakah ada massa yang teraba pada
kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan trakea, serta apakah ada
bendungan vena jugularis atau tidak (Tambunan, 2012).
Abdomen : Tentukan besar rahim, sehingga dapat ditentukan tuanya
kehamilan dan perkiraan berat janin dalam kandungan,
serta tentukan letak anak dalam rahim melalui pemeriksaan
Leopold. (Wirakusumah, 2010).
Ekstremitas : Tidak teraba oedeme, varises.
Auskultasi
Dada : Bunyi jantung I dan II normal, suara nafas vesikuler, tidak
ada suara nafas tambahan.
Abdomen : Tentukan denyut jantung janin (DJJ). Pada presentasi
biasa (letak kepala), tempat ini berada di sebelah kiri atau
kanan dibawah pusat. Jika bagian-bagian anak belum dapat
ditentukan, bunyi jantung harus dicari pada garis tengah
diatas symphysis (Wirakusumah, 2010).
Perkusi
Dada : Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru (varney,
2007).
3. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Tujuan tes laboratorium adalah untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi
dalam kehamilan. Macam tes laboratorium dalam asuhan kehamilan yang
merupakan kompetensi bidan adalah :
a. Tes darah : Hb <10,5 gr% (normalnya 11,5-16,5 gr%), eritrosit <5
juta/mm3 (normalnya 3,6-5,6 juta/mm3), hematokrit normalnya 37-47
%, trombosit <200.000/mm3 (normalnya 150.000 – 450.000/mm3),
golongan darah, waktu pembekuan darah (5-11 menit).
b. Tes Dipstik Urin : untuk mengetahui adanya keton (Varney,
2010).
c. Tes Glukosa Urin : Tujuan pemeriksaan glukosa urin adalah untuk
mengetahui kadar glukosa dalam urin dan untuk mendeteksi diabetes
mellitus gravidarum (Pantiawati, dkk,. 2010).
d. Tes BUN dan Elektrolit
e. Tes Fungsi Hati
f. Tes TSH dan T4
g. USG : Untuk memastikan diagnosa dan melihat apakah janin
dalam keadaan normal baik posisi maupun lainnya (Varney, 2010).
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan
semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis
atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan diagnosis dalam lingkup praktik
kebidanan yang berkaitan dengan pengalaman klien ditemukan dari hasil
pengkajian (Mangkuji, 2012).
Diagnosa tersebut berupa pendalaman masalah yang dialami oleh klien,
dalam hal ini dilakukan diagnosa tentang apa itu hiperemesis gravidarum
dan apa penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum. Selanjutnya dapat
disimpulkan bahwa klien tersebut benar mengalami hiperemesis
gravidarum (sujianti, 2010).
Diagnosa : Ny. “...” G...Pa...p...a...h... usia kehamilan x minggu
dengan hiperemesis gravidarum. Dasar : data subjektif dan data objektif.
Masalah : Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan
yang terjadi pada respon ibu terhadap kehamilan, persalinan, nifas dan
bayi baru lahir. Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam
rumusan diagnosa yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan
penanganan/intervensi bidan maka masalah dirumuskan setelah diagnosa.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Diagnosa Potensial : Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah
teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan
antisipasi agar diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan
harus bersiap-siap apabila diagnosis/masalah tersebut benar-benar terjadi
(Mangkuji, 2012).

Masalah Potensial : Fungsi-fungsi organ yang lain jadi terganggu

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan konsultasi
serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien,
apakah dibutuhkan tindakan segera atau tidak (Asri H, 2012).

Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang


harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa
menunggu beberapa waktu lagi (Mangkuji, 2012).

V. INTERVENSI
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang
menyuluruh pada pasien pre eklampsi berat tidak hanya meliputi hal yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi
selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk klien
(Mangkuji, 2012).

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
juga melaksanakan rencana tersebut (informed consent). Oleh karena itu,
pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan sesuai dengan hasil
pembahasan bersama klien baik lisan ataupun tertulis, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya (Sujianti,2010).

VI. IMPLEMENTASI
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana
asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-V secara aman dan efisien.
Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang
lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memiliki tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksananya. Pada situasi seperti ini, bidan
harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan
demikian, bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana
asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut (Mangkuji,
2012).

VII. EVALUASI
Evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah diagnosa.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif (APN, 2015).
Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah :
1. Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang
mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-
benar terlaksana/terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah
teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
2. Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk
mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif (Mangkuji,
2012).
3. Follow up data perkembangan kondisi pasien. Menurut Mangkuji
(2012), 7 langkah Varney disarikan menjadi 4 langkah yaitu SOAP
(Subjektif, Objektif, Assesment, Planning). SOAP disarikan dari
proses pemikiran penatalaksanaan perkembangan kebidanan sebagai
perkembangan catatan kemajuan klien.

Anda mungkin juga menyukai