Anda di halaman 1dari 51

Askep Perilaku Kekerasan

Oleh
Edi Sukamto
TEORI BIOPSIKOSOSIAL
• Penyebab kekerasan, DEBAT:
NATURE vs NURTURE???

• Ekspresi agresif disebabkan oleh interaksi yang


kompleks antara faktor biologik & psikologik
• Menurut CDC (2001; dalam Kneisl; Wilson &
Trigoboff, 2004) faktor yang berhubungan dengan
kekerasan:
– Neurobiologi
– Hormon
– Pengalaman dini masa kecil
– Gangguan mental
FAKTOR BIOLOGI

• VARIABEL BIOLOGI:
– Faktor genetik
– Faktor hormonal
– Faktor neurotransmitter,
neurofisiologi (Kneisl; Wilson &
Trigoboff, 2004)
Struktur otak yang berhubungan dengan perilaku agresif
(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
ROLE OF NEUROTRANSMITTERS IN AGGRESSION
(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

TRANSMITTER FUNCTION DESCRIPTION

Acetylcholine Exerts exitatory effect A deficiency (such as occuring in


Facilitates transmission of nerve Alzheimer’s disease) may
impulses across myoneural junction increase aggressive behavior by
lowering the threshold for
confusion and impairing memory

Dopamine Regulation of emotional response on Increased levels heighten sexual


brain activity activity, aggressive behavior, and
vigilance
Gamma-aminobutyric Exerts inhibitory response on brain Exert a regulatory effect on
acid (GABA) activity violence

Norepinephrine Exerts excitatory response May increase vigilance and


Is inactivated by monoamine oxidase aggression
(MAO)
Serotonin (5-HT) Influences the processing of Variations in 5-HT levels lead to
information misperception of stimuli, which
Modulates sleep, sensory responses, may result in aggressive
and mood behavior
TEORI GENETIK
• Faktor genetik banyak
berpengaruh pada masalah
pemusatan perhatian dan
agresif pada anak-anak
(Hudziak, Rudiger, Neale,
Health, &Tood, 2000),
• Lesch & Mersdorf (2000)
menyebutkan bahwa
perilaku agresif dipengaruhi
oleh gen serotonergik
TEORI-TEORI PSIKOSOSIAL
(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

• TEORI PSIKOANALITIK
– Freud (1961): agresif adalah salah satu dari
dorongan (drive) yang bersifat bawaan yang
mempunyai prinsip kesenangan
• TEORI PSIKOLOGIKAL
– Agresif kemungkinan terjadi karena
kebutuhan dan kekurangan
• TEORI SOSIOKULTURAL
– Disfungsional keluaarga
– Budaya
Mental Disorders in Which Aggressiveness Often Occurs
(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

• Antisocial personality disorder


• Borderline personality disorder
• Conduct disorder
• Delusional disorder
• Dementia of the Alzheimer’s type
• Intermittent explosive disorder
• Schizophrenia
• Substance-related disorder
TEORI PERILAKU
(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

• Perilaku agresif dipelajari dari menjadi saksi


tindak kekerasan??
• Perdebatan tentang dampak menonton
perilaku kekerasan pada anak-anak dari media,
seperti: TV, film, musik, video games
• The American Academy of Pediatrics (2001)
paparan media yang menampilkan kekerasan
mempunyai pengaruh bermakna pada
kesehatan anak-anak & remaja. Media
kekerasan berkontribusi pada perilaku agresif
dan desensitisasi untuk kekerasan
• COC (2001) menjadi saksi tindak kekerasan
dapat berakibat pada perkembangan anak-
anak
TEORI HUMANISTIK
• Jika seseorang merasa tidak dihargai,
tidak dibutuhkan maka harga diri akan
terancam yang dimanifestasikan dengan
respons agresif
• Jika seseorang tidak adekuat, mereka
mulai merasa tidak punya harapan untuk
diri sendiri dan masa depan

Perilaku kekerasan
pada diri sendiri/orang lain
PENGKAJIAN
• PENINGKATAN RISIKO KEKERASAN
KEMUNGKINAN BERKAITAN DENGAN

– Riwayat kekerasan
– Tingkat keparahan psikopatologi
– Tingkat permusuhan-curiga, gangguan proses pikir,
dan agitasi-kegembiraan
– Lamanya hospitalisasi
– Frekuensi rawat inap di RS (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
INDIKATOR VIOLENCE
(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

PERILAKU
VERBAL
• Rahang
Ancaman kaku
kejahatan
• Dahi
Suaraberkerut
keras
• Tatapan
Kasar mata tajam
• Muka
Kata-kata
dansarcastic
leher memerah
• Menyeringai
Kata-kata menekan
• Dilatasi
Responspupil
tidak logis
• Gerakan
Berteriak,cepat
menjerit
• Tinju
Kondisi
mengepal
takut dan atau curiga
• Kewaspadaan meningkat
PERILAKU AGRESIF DAPAT BERKAITAN
DENGAN

– Obat-obatan depressants CNS


(misl. Alkohol, benzodiazepines)
– Stimulan (cocain, amphetamines)
– Hallucinogens (PCP, LSD)
– Narcotics (morphine, oxcycontin)
Kumpulkan juga data tentang

• Pola tidur
• Status nutrisi
• Riwayat masalah
kesehatan, seperti
epilepsi
• Kemampuan klien
mengatasi masalah,
koping penyelesaian
masalah(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
FAKTOR YANG MENDUKUNG PENINGKATAN PERILAKU KEKERASAN
(VIOLENCE)
DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN

• Kurangnya staf
• Perubahan pada tingkat kemampuan staff,
peningkatan jumlah para profesional
• Tingkat kegawatan dari gejala psikiatrik pada
sebagian kecil dari klien yang sangat agresif
(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
NURSING SELF AWARENESS
• Tidak semua perawat dapat bekerja
dengan klien gangguan mental yang
mengalami perilaku kekerasan
• Selama merasa pekerjaan itu
menakutkan maka butuh refleksi
dan latihan
• Refleksi diri membantu untuk
memahami nilai-nilai dan respons
klien (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
NURSING SELF AWARENESS
• Faktor yang mempengaruhi respon perawat
pada perilaku kekerasan

– Kemampuan mengungkapkan marah secara


konstruktif
– Kapasitas berkomunikasi verbal secara jelas
– Kapasitas analisis diri
– Kapasitas mendengarkan
– Kapasitas mempertahankan & memelihara sikap
empati
– Kapasitas memahami ketakutan & kecemasan
tentang kekerasan
– Kepercayaan bahwa klien dengan kekerasan
dapat diobati (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
IDENTIFIKASI HASIL
• Teridentifikasi peristiwa yang menjadi
presipitasi hilangnya kontrol diri
• Menahan diri dari melukai diri sendiri dan
orang lain
• Teridentifikasi metode untuk mengekspresikan
marah
• Menahan diri dari perilaku impulsif (Kneisl; Wilson
& Trigoboff, 2004)
TUJUAN UMUM

• Terjaga keselamatan klien


RISK/BENEFIT ANALYSIS AS MEANS OF MAKING DECISIONS ABOUT THE TREATMENT
OF VIOLENT CLIENT (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

Data assessment; Yelling, cursing,


striking pillow, screaming into air, hiding
face; states he’s leaving the hospital

Transfer Meet as a group to brainstorm Call police

Medicate Discharge Restrain Do nothing Seclude Initiate


involuntary
commitment
Meet as a group to do a risk/benefit analysis of choice

Risk Do nothing and see if he hits anyone else Benefits

Another client could be hurt Gives unit time to cool down


Gives message that hitting is OK Makes less work for me
Frightening to community
Con’t

Risk Medicate Benefit

Medication side effects Client will be calmer


Might refuse medications Gives me some time
Doesn’t teach anger skills Will let me talk with client

Risk Initiate an involuntary commitment Benefit

Might not be accepted Will give client a structured unit


Takes time Will protect staff and other client
Client might feel abandoned
Con’t
Meet as a group to discuss all choices

Make a choice Medicate and involuntarily


commit to a locked unit

Evaluate the effectiveness of choice Client found to be in alcohol


withdrawal, cleared after 4 days

Full documentation progress notes, critical incident


PERENCANAAN & IMPLEMENTASI PADA
VIOLENCE
• Hubungan terapeutik
• Milieu manajemen
– Jarak & lokasi
– Desain arsitektural
– Pola staffing
– Tingkat aktivitas
• Setting pembatasan
• Intervensi farmakologik
• Meningkatkan ketenangan klien (Kneisl; Wilson & Trigoboff,
2004)
HUBUNGAN TERAPEUTIK
• Bantu klien menurunkan rasa curiga dengan
membina rasa percaya
• Ketika klien merasa dibantu & ada hubungan
saling percaya maka akan mengurangi
HAI…
superioritasnya
• Pertahankan rasa aman klien; fisik & psikologis
sehingga merasa aman untuk mengungkapkan
perasaan maupun mempelajari perilaku
• Peduli
• Sadari kebutuhan klien, bantu klien
meningkatkan harga diri
• Cegah memberikan label pada perilaku agresif
sebagai “attention-seeking/cari perhatian”
tanpa dilakukan pengkajian dengan seksama
terhadap faktor presipitasinya.
• Jadilah pendengar aktif bagi klien (Kneisl; Wilson &
Trigoboff, 2004)
MILIEU MANAGEMENT

JARAK & LOKASI


• Perhatikan teritorial
• Privasi
• Kepadatan ruangan
(Kneisl; Wilson & Trigoboff,
2004)
DESAIN ARSITEKTURAL

• Pengaman
• Sediakan telepon jika
perlu (Kneisl; Wilson &
Trigoboff, 2004)
PENERAPAN TERAPI WARNA DI BIDANG
KESEHATAN
NO GANGGUAN WARNA

1 Depresi Oranye dengan warna


pelengkap biru
2 Gelisah Biru dengan warna pelengkap
oranye dan hijau
3 Menarik diri Merah dan kuning

4 Harga diri rendah Ungu, oranye, hijau merah

5 Perilaku kekerasan Hijau, biru dengan warna


pelengkap oranye
6 Gangguan proses Hijau, ungu
pikir
INTERVENSI “LIMIT SETTING” (Kneisl;
Wilson & Trigoboff, 2004)
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
• Bahasa: gunakan yang spesifik • Mengurangi kemungkinan salah
dan langsung paham
• Gunakan pendekatan yang halus • Mendukung rasa aman
dan tidak tergesa-gesa

• Perpindahan dari sesi ke sesi


• Meminimalkan stimulus sensori
dalam area yang tenang

• Jelaskan tentang pembatasan dan • Masyarakat cenderung berkelakuan


konsekuensinya sesuai harapan

• Jelaskan bahwa staf tidak akan • Mendukung rasa aman & ekternal
mengijinkan klien melukai diri kontrol
sendiri maupun orang lain
INTERVENSI “LIMIT SETTING” (Kneisl;
Wilson & Trigoboff, 2004)lanjutan…
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
• Himbau seluruf staf untuk tetap • Konsistensi mendukung
konsisten dengan pembatasan pembentukan perilaku
yang diberikan pada klien

• Terima klien meskipun menolak • Melindungi harga diri dan


dengan perilaku yang kurang menghargai klien
pantas

• Berikan reward untuk perilaku • Mendukung kelanjutan perubahan


yang diinginkan perilaku sesuai harapan

• Evaluasi secara kontinu • Memberi kewenangan pada klien


kebutuhan untuk pembatasan. untuk melatih kontrol diri
Hentikan jika klien mampu
mengatur diri sendiri
MENINGKATKAN KETENANGAN KLIEN
• Cegah klien dari injury
dengan restrain dan
pengasingan

• Strategi untuk
menurunkan agresifitas
(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
Cegah klien dari injury dengan restrain dan
pengasingan
• Beritahu klien
• Basa situasi dan kondisi klien
• Tentukan posisi klien pada kontinuum perilaku agresif
• Pahami makna perilaku klien
• Ketahui intervensi yang dibutuhkan
• Jalin hubungan interpersonal dengan klien
• Sesuaikan intervensi dengan kebutuhan klien (Kneisl;
Wilson & Trigoboff, 2004)

Strategi untuk menurunkan agresivitas
• Pengalihan
• Beri latihan
• Ubah lingkungan sekitar klien
• Lepaskan klien dari jadwal dan tuntutan-tuntutan
• Relaksasi
• Musik
• Berikan periode tenang
• Jalani dengan tenang
• Berikan cerita atau hitungan
• Stop berpikir (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
STOP BERPIKIR
• Membantu klien mengubah proses pikir
• Dilakukan pada klien yang
– Berulang-ulang berpikir negatif tentang diri
– Khawatir, cemas
• Caranya melalui
– Visualisasi ---gambarkan lampu merah tanda
berhenti pada traffic light
– Imajinasi ---imajinasikan mendengarkan orang berhenti
bicara
– Sensasi ---taktil sensasi suara pintu ditutup (Kneisl; Wilson &
Trigoboff, 2004)
EVALUASI
• Menahan diri dari mengucapkan kata-
kata yang bersifat amarah
• Menahan diri dari menyudutkan orang
lain
• Menahan diri dari tindakan kekerasan
pada orang lain
• Teridentifikasi faktor pencetus kekerasan
• Teridentifikasi perasaan-perasaan marah
atau frustrasi
• Terungkap perasaan negatif
• Teridentifikasi alternatif pemecahan
masalah (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
STRATEGI UMUM PEMERIKSAAN PASIEN

• Ketahui sebanyak mungkin mengenai pasien


sebelum menjumpai
• Waspada mengenai ancaman kekerasan
• Perhatikan posisi diri jika berada di ruang
tertutup
• Pastikan ada orang lain pada saat pemeriksaan
• Usahakan untuk mengadakan relasi sebaik
mungkin dengan pasien
• Cegah pasien menciderai diri

38
• Cegah pasien menciderai orang lain
• Pendekatan pasien dengan sikap tidak
mengancam
• Beri keyakinan pada pasien
• Tawarkan pengobatan
• Informasikan pasien bahwa pengikatan atau
pengurungan mungkin diperlukan
• Serahkan prosedur pengikatan kepada mereka
yang menguasai
• Pastikan tim selalu siap menahan pasien

39
PEMERIKSAAN
• diagnosis awal
pemeriksaan fisik
wawancara psikiatrik
pemeriksaan status mental
• mengidentifikasi faktor pencetus
• mengidentifikasi kebutuhan segera
untuk segera mendapat penanganan psikiatrik
untuk segera rujuk ke tempat yang paling berkompeten
• pemeriksaan laboratorium yang relevan

40
PENATALAKSANAAN PENGIKATAN FISIK

• Berbicara secara meyakinkan kepada pasien untuk


menghentikan perilakunya.
• Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan
dilakukan pengikatan.
• Tawarkan untuk menggunakan medikasi dari pada dilakukan
pengikatan.
 Jangan tawar-menawar dengan pasien.
• Jangan membiarkan pasien berpikir tentang keraguan kita
untuk melakukan pengikatan.

41
• Staf yang akan membantu pengikatan harus sudah berada
ditempat.
– Sering terjadi dengan banyaknya staf akan membuat
pasien berubah pikiran untuk tidak melawan.
• Susunan tim (5 - 6 orang)
Empat menahan anggota gerak.
Satu mengendalikan kepala.
Satu melakukan prosedur pengikatan.
• Siapkan peralatan dan medikasi.

42
• Lakukan pengikatan
– Tiap anggota gerak satu ikatan
– Ikatan pada posisi sedemikian agar tidak
mengganggu aliran cairan IV jika diperlukan
– Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari
aspirasi
– Lakukakan pemeriksaan vital sign
 tiap setiap ½ jam
– Tempatkan pasien pada tempat yang mudah
dilihat oleh staf

43
• Lanjutkan dengan medikasi
• Setelah pasien dapat dikendalikan dengan
medikasi, mulai dengan melepaskan satu
ikatan
• Dua ikatan terakhir harus dilakukan bersama-
sama (tidak menganjurkan mengikat pasien
dengan hanya satu ikatan pada anggota gerak
• Buat catatan mengapa pasien harus diikat

44
FARMOKOTERAPI

• Golongan benzodiazepin
Diazepam
Lorazepam
Clonazepam
• Golongan antipsikotik
Chlorpromazine
Haloperidol
Olanzapine
Fluphenazine

45
Untuk pasien non psikotik
Golongan benzodiazepin

Untuk pasien psikotik


Golongan benzodiazepin
Golongan antipsikotik

46
Diazepam ampul 10 mg/2cc
Pemberian inj. IM atau IV
Pemberian IV hati-hati dengan depresi sistim
pernafasan, berikan secara perlahan 1 ampul
dalam 10 menit
Dapat diulang tiap ½ jam

• Chlorpromazine ampul 25mg/cc


 Pemberian 25-100 mg inj. IM
 Hati-hati hipotensi ortostatik
 Dapat diulang tiap ½ jam

47
Haloperidol ampul 5 mg/cc
Pemberian inj. IM atau IV
D of Ch untuk kecurigaan etiologi organik
Dapat diulang tiap ½ jam
Olanzapine vial 10 mg
Pemberian 5 – 10 mg inj. IM
Dapat diulang 2 jam kemudian.
Maksimal dosis 20 mg/hr.
Maksimal u 3 hari dilanjutkan dengan p.o.

48
PERHATIAN
Medikasi hanya bertujuan untuk mengontrol
target simptom
Pasien eksaserbasi akut sebaiknya diketahui obat
yang sedang/terakhir dipakai, kemudian berikan
obat yang sama dengan meningkatkan dosisnya
Pemberian golongan benzodiazepin dengan
antipsikotik akan menurunkan kebutuhan dosis
antipsikotik dan mengurangi efek EPS
Pemberian obat harus segera dimulai pada hari itu
juga

49
3 S  Perilaku marah
Tugas Kelompok no.absen 14-26 (II)

1. Buat sebuah skenario kasus tentang Perilaku


Kekerasan.
2. Tegakkan diagnosa Keperawatannya (SDKI)
3. Lengkapi poin 2. dengan luaran (SLKI) dan
intervensi (SIKI)

Anda mungkin juga menyukai