Dosen Pengampu :
Dr. H. Uus Toharodin, M,Pd.
Ida Yayu Nurul Hizqiyah, S,Pd, M,Si.
Disusun Oleh :
R. Rini Salma Wulandari 195040008
Mohamad Haekal Tamam A 195040012
Alfitri Septiani Eka Putri 195040019
Aliya Suci Ramadhini 195040040
Miena Zazkiana 195040044
Biologi A
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
2020
FILUM PLATYHELMINTHES
Tujuan :
A. DASAR TEORI
1.
Pensil Untuk menulis dan menggambar
B. BAHAN
C. LANGKAH KERJA
D. HASIL PENGAMATAN
Schistoma sp.
E. PEMBAHASAN
Platyhelminthes ini berasal dari bahasa Yunani “Platy” memiliki arti pipih serta
“helminthes” artinya adalah cacing. Platyhelminthes ini ialah cacing berbentuk halus
dan juga pipih, tripoblastik (memiliki 3 lapisan embrionik) serta juga aselomata (tidak
mempunyai rongga tubuh). Cacing ini terdapat pada air tawar, air laut dan juga di
tanah yang lembab. Cacing trematoda serta Cacing pita ini ialah contoh cacing pipih
yang memiliki sifat parasit pada manusia serta hewan. Penyakit yang bisa atau dapat
ditimbulkan oleh kedua cacing ini ialah Taeniasis serta Trematodiasis.
Ciri-ciri Platyhelminthes
Ciri-ciri Platyhelminthes
Dibawah ini merupakan ciri-ciri dari Platyhelminthes yakni :
1. Cacing pipih ini memiliki sifat tripoblastik aselomata yakni mempunyai 3 lapisan
embrionik terdiri dari ectoderm, mesoderm serta endoderm, dan juga tidak
memiliki rongga tubuh.
2. Rongga pencernaan tidak mempunyai anus
3. Mempunyai tubuh simetri bilateral
4. Tubuh lunak serta adanya silia pada epidermis tubuh
5. Umumnya Hidup ialah sebagai parasit kecuali Planaria
6. Tidak mempunyai sistem sirkulasi
7. Pernapasan dilakukan dengan permukaan tubuh serta ruang gastrovaskuler
8. Reproduksi dengan secara vegetative (fragmentasi/aseksual) serta juga generative
(pembuahan silang/ seksual)
9. Memiliki sifat hemafrodit (yakni mempunyai 2 alat kelamin disatu tubuh)
Platyhelminthes mempunyai ukuran tubuh yang beragam. Ukuran ini bisa atau
dapat berupa ukuran yang mikroskopis hingga yang makroskopis itu dengan
panjang 20 m seperti dicacing Taenia solium. Platyhelminthes mempunyai tubuh
yang simetri bilateral yakni tubuh bisa atau dapat dibagi menjadi 2 bagian yang
sama dengan melalui pesawat pusat.Platyhelminthes ini ialah suatu cacing yang
sifatnya itu yakni tripoblastik aselomata yang merupakan suatu organisme yang
mempunyai 3 lapisan embrionik (mesoderm,ectoderm dan juga endoderm) dan
juga aselomata yang artinya ialahtidak memiliki sebuah rongga tubuh. Mesoderm
pada platyhelminthes tersebut tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya
tetap seragam serta tidak membentuk sel khusus.
Sistem pencernaan platyhelminthes ini berupa sistem gastrovaskuler yakni
peredaran makanan tidak dengan melalui darah tapi dengan melalui usus. Sistem
pencernaan tersebut dimulai dari mulut kemudian faring setelah itu kerongkongan.
Selain itu cacing ini tidak mempunyai anus, sehingga sisa makanan tersebut
dikeluarkan dengan melalui mulut. Sistem saraf ini berupa sistem saraf tangga tali.
Di platyhelminthes untuk tingkat tinggi sistem saraf ini tersusun dari sel neuron
yang setelah itu setelah itu kemudian terbagi lagi menjadi sel saraf sensori serta
juga sel saraf motoris dan juga sel asosiasi (perantara).
F. BAHAN DISKUSI
G. HASIL DISKUSI
1. Perbedaan dari ke 3 jenis kelas plathyhelminthes
1. Turbellaria (cacing berambut getar)
-tubuh pipih
-bersilia
-tidak ada alat isap
-habitat bebas di air tawar
-reproduksi secara aseksual (pembelahan) dan seksual (kopulasi)
2.
Berikut ini daur hidup Fasciola hepatica.
Telur yang dihasilkan cacing dewasa akan keluar dari tubuh hewan ternak bersama
feses/kotoran hewan ternak.
Apabila telur berada di lingkungan yang tepat/tempat yang basah, telur akan menjadi
larva bersilia yang disebut mirasidium. Larva tersebut akan berenang mencari hewan
perantara sementara yaitu siput Lymnea auricularis dan akan menempel pada mantel
siput.
Setelah berada pada tubuh kemudian larva berkembang dan berubah
menjadi sporokista.
Selanjutnya (masih di dalam tubuh siput), sporokistayang akan berkembang secara
parthenogenesis menjadi redia (larva II).
Redia kemudian melakukan metamorfosis (berkembang secara paedogenesis)
menjadi larva berekor yang disebut serkaria.
Berikutnya, serkaria akan meninggalkan tubuh siput. Kemudian akan tumbuh
menjadi metaserkaria (kista) yang menempel pada rumput. Metaserkaria yang
menempel pada rumput akan termakan oleh domba, sapi atau hewan ternak lainnya
kemudian berkembang menjadi cacing dewasa Fasciola hepatica.
Cacing dewasa tersebut akan menghasilkan telur dan selanjutnya akan masuk dalam
daur hidup Fasciola hepatica berikutnya, begitu seterusnya.
Apabila telur yang keluar bersama kotoran hewan berada pada keadaan lingkungan tidak
baik, misalnya kering maka kulitnya akan menebal dan akan berubah menjadi metaserkaria.
Pada saat ternak makan rumput yang terdapat metaserkaria, maka kista akan menetas di usus
ternak dan akan menerobos ke dalam hati ternak dan berkembang menjadi cacing muda
(larva).
3. kepala cacing pita akan menempel kuat ke dinding usus halus manusia. Cacing ini
kemudian tumbuh besar dan berkembang biak dengan menyerap gizi makanan yang
Anda makan sehari-hari. Parasit ini kemudian meneteskan telur dan ditumpahkan
untuk dikeluarkan bersama feses.
Orang yang terkena ter infeksi oleh cacing pita di sebut taeniasis ,biasanya tidak
merasakan gejala apapun. Itu sebabnya banyak yang sebenarnya sudah sakit, tapi
tidak menyadarinya. Namun, gejala awal yang mungkin tampak dari taeniasis adalah
mual, lemah, nafsu makan menurun, dan diare. Jenis gejala dan tingkat keparahannya
akan tergantung pada seberapa lama waktu infeksi dalam tubuhnya.
H. KESIMPULAN
Ujung anterior tubuh berupa kepala. Pada bagian ventral terdapat mulut dan lubang genital.
Mulut dan lubang genital tampak jelas pada kelas Turbellaria, tetapi tidak tampak jelas pada
kelas Trematoda dan Cestoda. Ada organ yang menghasilkan sekresi (alat cengkeram dan
penghisap) yang bersifat perekat untuk menempel dan melekat, misalnya ‘oral sucker’ dan
‘ventral sucker’ pada Trematod
Filum Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13,000 species, terbagi menjadi tiga kelas; dua yang
bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya dikelompokkan sebagai kelas
Turbellaria. Cacing hati adalah parasit eksternal atau internal dari Kelas Trematoda. Cacing
pita adalah parasit internal dari kelas Cestoda. Umumnya, golongan cacing pipih hidup
di sungai, danau,laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Platyhelminthes
yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab, sedangkan
Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air,
sapi, babi, atau manusia.
Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya. Beberapa contoh Platyhelminthes
adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang
hidup di balik lumut lembab (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati,
dan cacing pita.
Peranan Platyhelminthes
I. DAFTAR PUSATAKA
alodokter ,gejala yang di sebabkan infeksi cacing pita (internet),diakses pada tanggal
06 Januaru 2021 pukul 19.30 WIB terdapat pada :
https://www.alodokter.com/taeniasis
sains kompas, mengenal bahaya cacing pita(internet ) diakses pada tanggal 06 Januari
2021 pukul 19.45 terdapat pada :
https://sains.kompas.com/read/2018/03/30/173500223/mengenal-bahaya-cacing-
pita-cara-deteksi-dan-pencegahannya?page=all
guru pendidikan, pengertian plathyhelminthes (internet) diakses pada tanggal 06
januari 2021 pukul 20.00 terdapat pada :
https://www.gurupendidikan.co.id/makalah-nemathelminthes/
pelajaran, stuktur nematheminthes (internet) diakses pada tanggal 06 Januari 2021
pukul 20.10 terdapat pada :
https://www.pelajaran.co.id/2019/12/nemathelminthes.html
dosen pendidikan ,klasifikasi plathyhelminthes (internet) diakses pada pada tanggal
06 January 2021 pukul 20.30 terdapat pada :
https://www.dosenpendidikan.co.id/nemathelminthes-adalah/