Anda di halaman 1dari 15

ZOOLOGI INVERTEBRATA

Laporan Praktikum filum plathyhelminthes

Dosen Pengampu :
Dr. H. Uus Toharodin, M,Pd.
Ida Yayu Nurul Hizqiyah, S,Pd, M,Si.

Disusun Oleh :
R. Rini Salma Wulandari 195040008
Mohamad Haekal Tamam A 195040012
Alfitri Septiani Eka Putri 195040019
Aliya Suci Ramadhini 195040040
Miena Zazkiana 195040044

Biologi A
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
2020
FILUM PLATYHELMINTHES

Tanggal :Sabtu, 02 Januari 2021

Waktu : 12.03 WIB - Selesai

Tempat : R. Isolasi Masing-Masing via platform zoom

Tujuan :

1. Untuk mengetahui Pengertian dari Filum Platyhelminthes


2. Untuk mengetahui Ciri-Ciri dari Filum Platyhelminthes
3. Untuk mengetahui Kelas dari Filum Platyhelminthes
4. Untuk mengetahui Reproduksi setiap kelas dari filum Platyhelminthes
5. Untuk mengetahui Anatomi dan Morfologi dari Filum Platyhelminthes

A. DASAR TEORI

Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan). Filum ini


mencakup semua cacing pipih kecuali Nemertea, yang dulu merupakan salah satu
kelas pada Platyhelminthes, yang telah dipisahkan. Tubuh pipih dosoventral dan tidak
bersegmen. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau
sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Cacing golongan ini sangat sensitif
terhadap cahaya. Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering
ditemukan di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang hidup di balik lumut
lembap (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita
(Anonim 2012: 1).
Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani, Platy=Pipih dan
Helminthes=cacing. Oleh sebab itulah Filum Platyhelminthes sering disebut Cacing
Pipih. Platyhelminthes adalah filum ketiga dari kingdom animalia setelah Porifera dan
Coelenterata. Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang paling sederhana.
Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit. Yang merugikan adalah
platyhelminthes yang hidup dengan cara parasit (Pandhu 2010: 2).
Hewan Platyhelminthes merupakan binatang triploblastik aselomata, tubuh pipih
seperti pita, hidup di air tawar, laut, tanah yang lembab atau sebagai parasit pada
hewan/ tumbuhan. Cacing yang hidup parasit mempunyai lapisan kuticula, alat
penghisap atau alat kait yang digunakan untuk menempel pada dinding sel
inangnya.Saluran pencernakan belum sempurna, hanya mempunyai mulut tanpa anus,
ususnya bercabang-cabang. Bersifat hermaprodit (Anonim 2010: 3).
Filum Platyhelminthes (Yunani Platy:pipih dan Helmins:cacing) meliputi
kelompok yang mula-mula dimasukkan ke dalam hewan-hewan seperti cacing di
dalam satu filum yang dinamakan Vermes, kini merupakan filum terpisah. Kelompok
ini dikenal dengan sebutan cacing pipih karena bentuknya yang pipih karena
bentuknya yang pipih bagian atas dan bagian bawahnya. Kelompok hewan ini tidak
memiliki ruas atau dengan kata lain adalah aselomata dan triplobalastik, simetri
bilateral, tidak mempunyai anus maupun rongga tubuh atau selom (ceolom) dan
biasanya hemaprodit. Umumnya mulutnya terletak di bagian bawah dan ditengah dari
tubuhnya, jadi tidak di ujung tubuh seperti kebanyakan hewan lainnya. Kelompok
hewan ini ada yang hidup parasit pada hewan laut dan darat seperti Trematoda (fluke)
dan Cestoda (cacing pita) sedangkan anggota lainnya hidup bebas di dalam air tawar
dan di laut (Juwana 2007: 144).
Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata
karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma, dan
mesoderma. Namun, mesoderma cacing ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-
selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus. Sistem pencernaan cacing
pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah
tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan
dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang
memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus
juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh (Anonim 2012: 1).
Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi dan ekskresi. Pernapasan
dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuh Platyhelminthes. Platyhelminthes
tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang
simpu saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercaang
melintang seperti tangga. Organ reproduksi jantan dan betina berada di dalam satu
individu Platyhelminthes sehingga disebut hermafrodit. Platyhelminthes bisa hidup
bebas ataupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan organisme lain
(Pandhu 2010: 2).
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada
Reproduksi seksual terjadi fertilisasi di dalam tuubuh Platyhelminthes. Fertilisasi
dapat dilakukan oleh sendiri atau dua individu. Sedangkan reproduksi aseksual
dilakukan dengan cara faragmentasi. Setelah membelah, bagian potongan tubuh
tersebut mengalami regenerasi dan tumbuh menjadi individu baru
(Anonim 2012: 1).

B. ALAT DAN BAHAN


A. Alat

NO NAMA GAMBAR ALAT KEGUNAAN


ALAT

Pisau Untuk memotong bahan yang akan


1.
Bedah di pakai

Untuk mengambil bahan yang


2. Pinset
kecil

Untuk memotong bahan yang terlalu


3. Gunting
keras
4. LUP Untuk melihat benda yang kecil

1.
Pensil Untuk menulis dan menggambar

B. BAHAN

N NAMA BAHAN GAMBAR BAHAN KEGUNAAN


O

Sebagai bahan untuk


1.
Kertas menulis dan
menggambar
Paragonimus
2. westermani Akan dijadikan bahan
praktikum

3. Akan dijadikan bahan


Fasciola hepatica
praktikum

4. Akan dijadikan bahan


Schistoma sp.
praktikum

5. Akan dijadikan bahan


Planaria sp.
praktikum
6. Akan dijadikan bahan
Taenia solium
praktikum

Akan dijadikan bahan


Hymenolepis nana
praktikum

C. LANGKAH KERJA

Mbil hewan yang


Amati morfologi Gambarlah hasil
akan diamati
dan anatomi nya pengamatan

D. HASIL PENGAMATAN

No Link Video Nama Spesies Foto Gambar


.
1. Trematoda : Paragonimus
https://youtu.be/iSkWRcW westermani
NeDk
Fasciola hepatica

Schistoma sp.

2. Turbellaria : Planaria sp.


https://youtu.be/muRjh7w
KWB0

3. Cestoda : Taenia solium


https://youtu.be/JeDD0Hd
ecGK
https://youtu.be/KWaYFC Hymenolepis nana
4bqL0

E. PEMBAHASAN
Platyhelminthes ini berasal dari bahasa Yunani “Platy” memiliki arti pipih serta
“helminthes” artinya adalah cacing. Platyhelminthes ini ialah cacing berbentuk halus
dan juga pipih, tripoblastik (memiliki 3 lapisan embrionik) serta juga aselomata (tidak
mempunyai rongga tubuh). Cacing ini terdapat pada air tawar, air laut dan juga di
tanah yang lembab. Cacing trematoda serta Cacing pita ini ialah contoh cacing pipih
yang memiliki sifat parasit pada manusia serta hewan. Penyakit yang bisa atau dapat
ditimbulkan oleh kedua cacing ini ialah Taeniasis serta Trematodiasis.
Ciri-ciri Platyhelminthes
Ciri-ciri Platyhelminthes
Dibawah ini merupakan ciri-ciri dari Platyhelminthes yakni :
1. Cacing pipih ini memiliki sifat tripoblastik aselomata yakni mempunyai 3 lapisan
embrionik terdiri dari ectoderm, mesoderm serta endoderm, dan juga tidak
memiliki rongga tubuh.
2. Rongga pencernaan tidak mempunyai anus
3. Mempunyai tubuh simetri bilateral
4. Tubuh lunak serta adanya silia pada epidermis tubuh
5. Umumnya Hidup ialah sebagai parasit kecuali Planaria
6. Tidak mempunyai sistem sirkulasi
7. Pernapasan dilakukan dengan permukaan tubuh serta ruang gastrovaskuler
8. Reproduksi dengan secara vegetative (fragmentasi/aseksual) serta juga generative
(pembuahan silang/ seksual)
9. Memiliki sifat hemafrodit (yakni mempunyai 2 alat kelamin disatu tubuh)

Platyhelminthes mempunyai ukuran tubuh yang beragam. Ukuran ini bisa atau
dapat berupa ukuran yang mikroskopis hingga yang makroskopis itu dengan
panjang 20 m seperti dicacing Taenia solium. Platyhelminthes mempunyai tubuh
yang simetri bilateral yakni tubuh bisa atau dapat dibagi menjadi 2 bagian yang
sama dengan melalui pesawat pusat.Platyhelminthes ini ialah suatu cacing yang
sifatnya itu yakni tripoblastik aselomata yang merupakan suatu organisme yang
mempunyai 3 lapisan embrionik (mesoderm,ectoderm dan juga endoderm) dan
juga aselomata yang artinya ialahtidak memiliki sebuah rongga tubuh. Mesoderm
pada platyhelminthes tersebut tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya
tetap seragam serta tidak membentuk sel khusus.
Sistem pencernaan platyhelminthes ini berupa sistem gastrovaskuler yakni
peredaran makanan tidak dengan melalui darah tapi dengan melalui usus. Sistem
pencernaan tersebut dimulai dari mulut kemudian faring setelah itu kerongkongan.
Selain itu cacing ini tidak mempunyai anus, sehingga sisa makanan tersebut
dikeluarkan dengan melalui mulut. Sistem saraf ini berupa sistem saraf tangga tali.
Di platyhelminthes untuk tingkat tinggi sistem saraf ini tersusun dari sel neuron
yang setelah itu setelah itu kemudian terbagi lagi menjadi sel saraf sensori serta
juga sel saraf motoris dan juga sel asosiasi (perantara).

F. BAHAN DISKUSI

1. Jelaskan perbedaan dari ke 3 kelas plathyhelmintes?


2. Gambarkan dan jelaskan daur hidup faciola hepatica ?
3. Teania Sp membawa dampak buruk bagi kesehatan mengapa ?penyakit apa yang
disebabkan oleh cacing pita ?

G. HASIL DISKUSI
1. Perbedaan dari ke 3 jenis kelas plathyhelminthes
1. Turbellaria (cacing berambut getar)
-tubuh pipih
-bersilia
-tidak ada alat isap
-habitat bebas di air tawar
-reproduksi secara aseksual (pembelahan) dan seksual (kopulasi)

2.Trematoda (cacing isap)


-tubuh pipih
-tidak bersilia
-alat isap di mulut dan kepala
-habitat di kantong empedu biri biri dan manusia
-reproduksi secara seksual

3.Cestoda (cacing pita)


-tubuh pipih beruas
-tidak bersilia
-alat isap ada 4 skoleks
-habitat dalam tubuh manusia
-reproduksi fragmentasi hermafrodit

2.
Berikut ini daur hidup Fasciola hepatica.
 Telur yang dihasilkan cacing dewasa akan keluar dari tubuh hewan ternak bersama
feses/kotoran hewan ternak.
 Apabila telur berada di lingkungan yang tepat/tempat yang basah, telur akan menjadi
larva bersilia yang disebut mirasidium. Larva tersebut akan berenang mencari hewan
perantara sementara yaitu siput Lymnea auricularis dan akan menempel pada mantel
siput.
 Setelah berada pada tubuh kemudian larva berkembang dan berubah
menjadi sporokista.
 Selanjutnya (masih di dalam tubuh siput), sporokistayang akan berkembang secara
parthenogenesis menjadi redia (larva II).
 Redia kemudian melakukan metamorfosis (berkembang secara paedogenesis)
menjadi larva berekor yang disebut serkaria.
 Berikutnya, serkaria akan meninggalkan tubuh siput. Kemudian akan tumbuh
menjadi metaserkaria (kista) yang menempel pada rumput. Metaserkaria yang
menempel pada rumput akan termakan oleh domba, sapi atau hewan ternak lainnya
kemudian berkembang menjadi cacing dewasa Fasciola hepatica.
 Cacing dewasa tersebut akan menghasilkan telur dan selanjutnya akan masuk dalam
daur hidup Fasciola hepatica berikutnya, begitu seterusnya.

Kemungkinan lain juga dapat terjadi.

Apabila telur yang keluar bersama kotoran hewan berada pada keadaan lingkungan tidak
baik, misalnya kering maka kulitnya akan menebal dan akan berubah menjadi metaserkaria.
Pada saat ternak makan rumput yang terdapat metaserkaria, maka kista akan menetas di usus
ternak dan akan menerobos ke dalam hati ternak dan berkembang menjadi cacing muda
(larva).

3. kepala cacing pita akan menempel kuat ke dinding usus halus manusia. Cacing ini
kemudian tumbuh besar dan berkembang biak dengan menyerap gizi makanan yang
Anda makan sehari-hari. Parasit ini kemudian meneteskan telur dan ditumpahkan
untuk dikeluarkan bersama feses.
Orang yang terkena ter infeksi oleh cacing pita di sebut taeniasis ,biasanya tidak
merasakan gejala apapun. Itu sebabnya banyak yang sebenarnya sudah sakit, tapi
tidak menyadarinya. Namun, gejala awal yang mungkin tampak dari taeniasis adalah
mual, lemah, nafsu makan menurun, dan diare. Jenis gejala dan tingkat keparahannya
akan tergantung pada seberapa lama waktu infeksi dalam tubuhnya.

H. KESIMPULAN

Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ektoderm,mesoderm,


dan endoderm. Platyhelminthes merupakan cacing yang mempunyai bentuk tubuh simetri
bilateral, dan tubuhnya pipih secara dorsoventral. Platyheminthes tidak memiliki rongga
tubuh (aselom), sehingga mereka disebut hewan aselomata. Tubuhnya tidak bersegmen-
segmen. Bentuk tubuhnya bervariasi, dari yang berbentuk pipih memanjang, pita, hingga
menyerupai daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai yang tampak mikroskopis beberapa
milimeter hingga berukuran panjang 25 meter (Taeniarhynchus saginatus).

Ujung anterior tubuh berupa kepala. Pada bagian ventral terdapat mulut dan lubang genital.
Mulut dan lubang genital tampak jelas pada kelas Turbellaria, tetapi tidak tampak jelas pada
kelas Trematoda dan Cestoda. Ada organ yang menghasilkan sekresi (alat cengkeram dan
penghisap) yang bersifat perekat untuk menempel dan melekat, misalnya ‘oral sucker’ dan
‘ventral sucker’ pada Trematod

Filum Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13,000 species, terbagi menjadi tiga kelas; dua yang
bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya dikelompokkan sebagai kelas
Turbellaria. Cacing hati adalah parasit eksternal atau internal dari Kelas Trematoda. Cacing
pita adalah parasit internal dari kelas Cestoda. Umumnya, golongan cacing pipih hidup
di sungai, danau,laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Platyhelminthes
yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab, sedangkan
Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air,
sapi, babi, atau manusia.

Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya. Beberapa contoh Platyhelminthes
adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang
hidup di balik lumut lembab (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati,
dan cacing pita.

Peranan Platyhelminthes

1. Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme lain.

2. Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia

1. Schistosoma sp, dapat menyebabkan skistosomiasis penyakit parasit yang ditularkan


melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh
manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter,
hati, limpa, dan ginjal manusia.Kerusakan tersebut disebabkan perkembangbiakan
cacing schistosoma di dalam tubuh.
2. Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan
mamalia lainnya, spesies ini dapat menghisap darah manusia.
3. Paragonimus sp, parasit pada paru-paru manusia. dapat menyebabkan gejala
gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk kronis, dahak/sputum becampur
darah yang berwarna coklat (ada telur cacing).
4. Fasciolisis sp, parasit di dalam saluran pencernaan. Terjadinya radang di daerah
gigitan, menyebabkan hipersekresi dari lapisan mukosa usus sehingga menyebabkan
hambatan makanan yang lewat. Sebagai akibatnya adalah ulserasi, haemoragik dan
absces pada dinding usus. Terjadi gejala diare kronis.
5. aeniasis, penyakit yang disebabkan oleh Taenia sp. Cacing ini menghisap sari-sari
makanan di usus manusia.
6. Fascioliasis, disebabkan oleh Fasciola hepatica. Merupakan penyakit parasit yang
menyerang semua jenis ternak. Hewan terserang ditandai dengan nafsu makan turun,
kurus, selaput lendir mata pucat dan diare.

I. DAFTAR PUSATAKA
alodokter ,gejala yang di sebabkan infeksi cacing pita (internet),diakses pada tanggal
06 Januaru 2021 pukul 19.30 WIB terdapat pada :
https://www.alodokter.com/taeniasis
sains kompas, mengenal bahaya cacing pita(internet ) diakses pada tanggal 06 Januari
2021 pukul 19.45 terdapat pada :
https://sains.kompas.com/read/2018/03/30/173500223/mengenal-bahaya-cacing-
pita-cara-deteksi-dan-pencegahannya?page=all
guru pendidikan, pengertian plathyhelminthes (internet) diakses pada tanggal 06
januari 2021 pukul 20.00 terdapat pada :
https://www.gurupendidikan.co.id/makalah-nemathelminthes/
pelajaran, stuktur nematheminthes (internet) diakses pada tanggal 06 Januari 2021
pukul 20.10 terdapat pada :
https://www.pelajaran.co.id/2019/12/nemathelminthes.html
dosen pendidikan ,klasifikasi plathyhelminthes (internet) diakses pada pada tanggal
06 January 2021 pukul 20.30 terdapat pada :
https://www.dosenpendidikan.co.id/nemathelminthes-adalah/

Anda mungkin juga menyukai