HAYOOO
HAYOOO
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1. MISERDIANI NAZARA
2. MESRAWATI BAGARIANG
3. RIYADOHTUN SYANIAH NST
4. SYALISMA TARIH
5. RIDWAN ANSORI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada system integument menyangkut penyakit urtikaria.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini, khususnya pada dosen pembimbing, yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis
ini dengan baik.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritikan dan saran agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria adalah reaksi di kulit akibat
bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul
dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit
serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan
nama lain biduran atau kaligata. Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah di
temukan,ternyata pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak memberi hasil seperti yang di
harapkan.
Berdasarkan waktunya, urtikaria dapat berlangsung singkat (akut,kurang dari 6
minggu), lama (kronis, lebih 6 minggu) dan berulang (kambuhan).
Berdasarkan angka kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 15-20% populasi mengalami urtikaria
dalam masa hidupnya. Kemungkinan mengalami urtikaria, tidak ada perbedaan ras dan umur
(terbanyak pada kelompok umur 40-50 an) . Hanya saja, pada urtikaria kronis (berulang dan
lama), lebih sering dialami pada wanita (60%).
Singkatnya, urtikaria terjadi sebagai akibat pelebaran pembuluh darah (istilah kerennya:
vasodilatasi) dan peningkatan kepekaan pembuluh darah kecil (kapiler) sehingga menyebabkan
pengeluaran cairan (transudasi) dari membran pembuluh darah, akibatnya terjadi bentol pada
kulit. Kondisi ini dikarenakan adanya pelepasan histamin yang dipicu oleh paparan alergen
(bahan atau apapun pencetus timbulnya reaksi alergi).
TINJAUAN PUSTAKA
Urtikaria (dikenal juga dengan “hives, nettle rash, gatal-gatal, kaligata, atau biduran”)
adalah suatu lesi kulit yang meninggi yang terjadi sebagai respon terhadap pencetus imun.
Reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbulkan
(bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria
dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20
menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain. Satu episode akut
umumnya berlangsung 24 - 48 jam.
Urtikaria (urticaria, biduran, kaligata, liman) adalah reaksi alergi (melibatkan pembuluh darah
atau vaskuler) pada kulit (dan mukosa) yang ditandai dengan bentol-bentol (adakalanya hanya
berupa bercak merah) pada kulit, berwarna merah atau berwarna keputihan dan gatal, sebagai
akibat pembengkaan (edema) interseluler.
Berdasarkan waktunya, urtikaria dapat berlangsung singkat (akut, kurang dari 6
minggu), lama (kronis, lebih 6 minggu) dan berulang (kambuhan).
Urtikaria dapat bersifat akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) atau kronis (lebih dari 6
minggu). Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal) yang terkait
dengan gatal yang hebat (pruritus). Wheal dipercaya terjadi bila terdapat kebocoran cairan dari
pembuluh darah sebagai respons terhadap degranulasi sel mast. Aktivasi sel mast adalah
mekanisme fisiologik primer dari hives. Urtikaria terjadi akibat pelepasan histamine selama
respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi tersensitisasi. Urtikaria sering
dikenal oleh orang awam dengan biduran.
Sebenarnya macam dari urtikaria ini sendiri sangat banyak, misalnya
b. Klasifikasi
1. URTIKARIA AKUT
Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang sering terjadi
penyebabnya adalah:
1) adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/makanan.
2) akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan dan
strouberi.
3) akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
2. URTIKARIA KRONIS
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada bentuk
urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
3. URTIKARIA PIGMENTOSA
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-
kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
c. Etiologi
Urtikaria paling sering bersift idiopatik, hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga
penyebab urtikaria bermacam-macam, antara lain
1. Obat
Bermacam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun non-
imunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria, secara imunologik terdapat 2
tipe, yaitu tipe I atau II. Contohnya ialah aspirin, obat anti inflamasi non steroid, penisilin,
sepalosporin, diuretik, dan alkohol. Sedangkan obat yang secara non-imunologik langsung
merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya opium dan zat kontras. Aspirin
menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin di asam arakidonat.
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria akut, umumnya akibat reaksi
imunologik, pada beberapa kasus urtikaria terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari
setelah mengkonsumsi makanan tersebut. Makanan berupa protein atau bahan yang dicampurkan
ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan
urtikaria alergika. Makanan yang paling sering menimbulkan urtikaria pada orang dewasa yaitu,
ikan, kerang, udang, telur, kacang, buah beri, coklat, arbei, keju. Sedangkan pada bayi yang
paling sering yaitu, susu dan produk susu, telur, tepung, dan buah-buah sitrus (jeruk).
3. Gigitan atau sengatan serangga
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtika setempat, agaknya hal ini lebih
banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom dan toksin bakteri,
biasanya dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinting, dan serangga lainnya
menimbulkan urtika bentuk papular di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh sendiri setelah
beberapa hari, minggu, atau bulan.
4. Bahan fotosenzitiser
Bahan semacam ini, misalnya griseovulfin, fenotiazin, sulfonamid, bahan kosmetik, dan
sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.
5. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, asap, bulu binatang, dan
aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik.
6. Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur
binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect repellent (penangkis
serangga), dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan
menimbulkan urtikaria.
7. Trauma Fisik
- Faktor tekanan, yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau
semprotan air. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena darier.
8. Infeksi dan infestasi
- Infeksi oleh bakteri contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi dan sinusitis.
- Infeksi virus hepatitis, mononukleosis dan infeksi virus coxsackie pernah dilaporkan
sebagai faktor penyebab. Karena itu pada urtikaria yang idiopatik perlu dipikirkan
kemungkinan infeksi virus subklinis.
- Infeksi jamur kandida dan dermatofit sering dilaporkan sebagai penyebab urtikaria.
Infeksi cacing pita, cacing tambang, cacing gelang juga Schistosoma atau Echinococcus
dapat menyebabkan urtikaria. Infeksi parasit biasanya paling sering pada daerah beriklim
tropis.
9. Psikis
Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas
dan vasodilatasi kapiler. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis menghambat eritema dan
urtika, pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit dan ambang rangsang eritema
meningkat.
10. Genetik
Faktor genetik juga berperan penting pada urtikaria, walaupun jarang menunjukkan
penurunan autosomal dominan.
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering
disebabkan reaksi kompleks antigen-antibodi. Contoh penyakit sistemik yang sering
menyebabkan urtikaria yaitu, sistemik lupus eritematosa (SLE), penyakit serum, hipetiroid,
penyakit tiroid autoimun, karsinoma, limfoma, penyakit rheumatoid arthritis, leukositoklast
vaskulitis, polisitemia vera (urtikaria akne-urtikaria papul melebihi vesikel), demam reumatik,
dan reaksi transfusi darah.
d. Tanda Dan Gejala
1. Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini dapat
mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
2. Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang >panas pada sekitar benjolan tersebut.
3. Terjadi angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan subkutan, terutama di sekitar
mata, bibir dan di dalam orofaring.
4. Adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa menutupi mata
secara keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan.
e. Patofisiologi
Faktor-faktor pencetus :
Fx. Imunologik/non imunologik
Kulit
Melakukan Pertahanan
Pelepasan mediator
(H, SRSA, Serotonin,Kinin)
Anafilaksis Sistemik
Urtikaria
Patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi hipersensifitas. Pada awalnya
alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast untuk membentuk antibodi IgE, setelah
terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel mast. Setelah itu, pada saat terpajan untuk yang kedua
kalinya, maka alergen akan berikatan dengan IgE yang sudah berikatan dengan sel mast
sebelumbnya. Akibat dari ikatan tersebut, maka akan mengubah kestabilan dari isi sel mast yang
mengakibatkan sel mast akan mengalami degranulasi dan pada akhirnya sel mast akan
mengekuarkan histamin yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa sanya sel mast adalah
mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada seseorang yang mengalami
urtikaria.
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal dan sedikit ada
benjolan pada permukaan kulit, yang menyebabkan hal itu terjadi yaitu, pada dasarnya sel mast
ini sendiri terletak didekat saraf perifer, dan pembuluh darah. Kemerahan dan bengkak yang
terjadi karena histamin yang dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah yang
menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang terjadi juga diakibatkan
karena histamin menyentuh saraf perifer.
f. Manifestasi klinis
1. Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini dapat
mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
2. Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang > panas pada sekitar benjolan tersebut.
3. Terjadi angiodema, dimana edema luas kedalam jaringan subkutan, terutama disekitar mata,
bibir dan di dalam orofaring
4. Adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa menutupi mata secara
keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan.
5. Komplikasi
1. Urtikaria dan angiodema dapat menyebabkan rasa gatal yang menimbulkan
ketidaknyamanan. Urtikaria kronik juga menyebabkan stres psikologis dan sebaliknya
sehingga mempengaruhi kualitas hidup penderita seperti pada penderita penyakit jantung.
2. Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat
bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder.
Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan
keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup.
6. Penatalaksanaan
- Non Farmakologi
Yang bisa dilakukan untuk pengobatan secara non farmakologi ini adalah dengan
menghindari alergen yang diperkirakan sebagai penyebab dari urtikaria, tetapi pada
umumnya hal ini sulit dilaksanakan
- Farmakologi
Untuk pengobatan secara farmakologi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan
obat antihistamin. Antimistamin ini sendiri sekarang sudah terbit 2 generasi, generasi I
dengan efek sedative nya (yang dapat menyebabkan kantuk) dan antihistamin generasi II
yang tidak lagi mempunyai efek sedative. Antihistamin generasi II ini lebih aman untuk
mereka yang mempunyai pekerjaan berat yang harus tahan kantuk, misalnya supir.
Selain dengan antihistamin, kortikosteroid pun bisa dipakai untuk kombinasi.
Penanganan dan pengobatan urtikaria dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien dan
penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan :
1. Antihistamin
2. Epinefrin
3. Imunomudulator
4. Imunosupresan
5. Kortikosteroid
2.1.1 Pengkajian
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab urtikaria kontak alergik diperlukan
anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya.
Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah
kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik
dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit,
pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter
maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru,
sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis
umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan, biasanya klien mengeluh gatal, rasa terbakar, atau
tertusuk. Klien tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang-kadang
bagian tengah tampak lebih pucat. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat
sengatan serangga, besarnya dapat lentikular, numular, sampai plakat. Kriteria diagnosis
urtikaria alergik adalah :
Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali
atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.
1. Terdapat tanda-tanda urtikaria terutama pada tempat kontak.
2. Terdapat tanda-tanda urtikaria disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa
dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya
setelah pada tempat kontak.
3. Rasa gatal
4. Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
Identitas Pasien.
Keluhan Utama :
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok
Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress
yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah
pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
f. Pemeriksaan fisik
KU : lemah
TTV : suhu naik atau turun.
Kepala : Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
Mulut : Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.
Abdomen : Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
Ekstremitas : Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
Kulit : Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada
keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit ,
sisik halus dan skuama.
2.1.3 Intervensi
1. Gangguan pola tidur (pruritus) b/d vasodilatasi subkutan
Intervensi Rasional
- hindari minuman yang mengandung - Memudahkan pasien untuk dapat tidur.
kafein, pada malam hari
- Beri posisi yang nyaman - Posisi yang nyaman dapat meningkatkan
relaksasi sehingga menstimulasi untuk
tidur
- Ciptakan lingkungan yang tenang - Lingkungan yang tenang dapat
dan nyaman memberikan rasa nyaman sehingga
mempermudah klien tidur.
- Anjurkan pasien untuk - Pencernaan protein menghasilkan
mengkomsumsi makanan/minuman triptopan yang mempunyai efek
tinggi protein sebelum tidur. sedative.
Intervensi Rasional
- Kaji makna perubahan pada pasien - Episode traumatic mengakibatkan
perubahan tiba-tiba, tidak diantisipasi,
membuat perasaan kehilangan pada
perubahan actual/yang dirasakan.ini
memerlukan dukungan perbaikan
optimal
- Bersikap realistis dan positif selama - Meningkatkan kepercayaan
pengobatan.
- Menyusun tujuan dalam - Mengadakan hubungan antara pasien
keterbatasan dengan perawat.
- Dorong interaksi keluarga dan - Mempertahankan/membuka garis
dengan tim rehabilitas komunikasi dan memberikan dukungan
- Berikan kesempatan pada pasien - meringankan beban psikologis klien.
untuk mengekspresikan perasaan
mereka.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya
Intervensi Rasional
- Observasi tingkat kecemasan pasien - mengetahui sejauh mana kekhwatiran /
kecemasan pasien dan pemahaman
pasien mengenai penyakitnya.
- Beri kesempatan pada klien untuk - Mengurangi beban perasaan pasien.
mengungkapkan perasaanya
- Bina hubungan yang baik antara - Meningkatkan hubungan terapeutik
perawat dengan klien. antara perawat dengan pasien.
- Beri dorongan spiritual - Membantu pasien lebih mendekatkan
diri kepada Tuhan dan menerima
keadaanya dengan ikhlas.
- Health Education tentang penyakit - Dengan informasi denga baik dapat
yang diderita pasien. menurunkan kecemasan pasien.
Intervensi Rasional
- Kaji dan catat keadaan dan warna - Sebagai bahan pertimbangan dalam
kulit menentukan derajat kerusakan kulit.
- Pijat kulit dengan lembut. - Memperbaiki sirkulasi darah
- Anjurkan pasien untuk tidak - Menghindari kerusakan kulit
menggaruk
- Kompres atau mandi air hangat - Dapat mengurangi gatal yang timbul.
dengan mencampurkan koloit
Aveeno oatmeal.
2.2.4 Implementasi
1. Gangguan pola tidur (pruritus) b/d vasodilatasi subkutan
- menghindari minuman yang mengandung kafein pada malam hari
- memberi posisi yang nyaman
- menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- menganjurkan pasien untuk mengkomsumsi makanan/minuman tinggi protein sebelum
tidur.
- Mengkaji kebiasaan tidur klien sebelum dan selama sakit
2.2.1 Pengkajian
DS :
Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu
Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi makanan seafood
Klien mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari karena gatal
Klien mengatakan terkadang merasa malu bertemu dengan orang-orang
disekitarnya
Klien mengeluh demam.
Klien mengatakan kadang juga harus mengkonsumsi obat antihistamin untuk
mengurangi rasa gatal
Klien tidak paham akan penyakitnya
DO :
Prioritas Masalah
1. Gangguan integritas kulit b/d infeksi pada kulit d/d Klien mengeluh bentol kemerahan dan
gatal pada bagian tubuh tertentu, kien mengeluh demam, bekas garukan terlihat seperti luka,
eritema, papul, dan plak (+), TTV : Temp 38 oC, HR: 80 x/i, RR: 24x/i, TD 120/80 mmHg,
Hasil lab : Leuksosit darah 12.000/mm3.
2. Gangguan pola tidur b/d pruritus d/d Klien mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari karena
gatal, pasien terlihat lesu, lingkaran mata tampak menghitam.
3. Gangguan citra tubuh b/d Penampang kulit tidak bagus d/d Klien mengeluh bentol
kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu, Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap
mengkonsumsi makanan seafood, Klien mengatakan terkadang merasa malu bertemu dengan
orang-orang disekitarnya, gatal terlihat disekitar leher dan tangan, bekas garukan terlihat
seperti luka
4. Resiko kerusakan kulit b/d paparan allergen d/d Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal
pada bagian tubuh tertentu, Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi
makanan seafood, gatal terlihat disekitar leher dan tangan, kulit tampak eritema, terlihat
papul disertai plak.
5. Kurang pengetahuan b/d inadekuatnya informasi yang didapat pasien d/d Klien tidak paham
akan penyakitnya, dan tampak cemas
Asuhan Keperawatan Kepada Ny. D Dengan Gangguan Sistem Integumen : Urtikaria di Rumah Sakit Sari
Mutiara Medan 2013
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
DS :
Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu
Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi makanan seafood
Klien mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari karena gatal
Klien mengatakan terkadang merasa malu bertemu dengan orang-orang
disekitarnya
Klien mengeluh demam.
Klien mengatakan kadang juga harus mengkonsumsi obat antihistamin untuk
mengurangi rasa gatal
Klien tidak paham akan penyakitnya
DO :
3.2 Diagnosa
1 Gangguan integritas kulit b/d infeksi pada kulit d/d Klien mengeluh bentol kemerahan
dan gatal pada bagian tubuh tertentu, kien mengeluh demam, bekas garukan terlihat
seperti luka, eritema, papul, dan plak (+), TTV : Temp 39 oC, HR: 80 x/i, RR: 24x/i, TD
120/80 mmHg, Hasil lab : Leuksosit darah 12.000/mm3.
2 Gangguan pola tidur b/d pruritus d/d Klien mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari
karena gatal, pasien terlihat lesu, lingkaran mata tampak menghitam.
3 Gangguan citra tubuh b/d Penampang kulit tidak bagus d/d Klien mengeluh bentol
kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu, Klien mengatakan rasa gatal kumat
setiap mengkonsumsi makanan seafood, Klien mengatakan terkadang merasa malu
bertemu dengan orang-orang disekitarnya, gatal terlihat disekitar leher dan tangan, bekas
garukan terlihat seperti luka
4 Resiko kerusakan kulit b/d paparan allergen d/d Klien mengeluh bentol kemerahan dan
gatal pada bagian tubuh tertentu, Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap
mengkonsumsi makanan seafood, gatal terlihat disekitar leher dan tangan, kulit tampak
eritema, terlihat papul disertai plak.
5 Kurang pengetahuan b/d inadekuatnya informasi yang didapat pasien d/d Klien tidak
paham akan penyakitnya, dan tampak cemas
3.3 Intervensi
Berdasarkan teori :
Dx. 1
- hindari minuman yang mengandung kafein, pada malam hari
- Beri posisi yang nyaman
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Anjurkan pasien untuk mengkomsumsi makanan/minuman tinggi protein sebelum tidur.
- Kaji kebiasaan tidur klien sebelum dan selama sakit
Dx. 2
- Kaji makna perubahan pada pasien
- Bersikap realistis dan positif selama pengobatan.
- Menyusun tujuan dalam keterbatasan
- Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitas
- Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka.
Dx. 3
- Observasi tingkat kecemasan pasien
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
- Bina hubungan yang baik antara perawat dengan klien.
- Beri dorongan spiritual
- Health Education tentang penyakit yang diderita pasien.
Dx. 4
- Kaji dan catat keadaan dan warna kulit
- Pijat kulit dengan lembut.
- Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk
- Kompres atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloit Aveeno oatmeal.
Berdasarkan kasus :
Dx. 1
- Lakukan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan pada pasien.
- Ukur tanda vital tiap 4-6 jam
- Observasi adanya tanda-tanda infeksi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP
- Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan pada klien.
- Jaga lingkungan klien agar tetap bersih.
- Kolaborasi dengan dokter : beri kortikosteroid
Dx. 2
- Sarankan pada klien untuk menjaga kenyamanan lingkungan sebelum tidur.
- Anjurkan pada klien agar menjaga kulitnya agar selalu lembab.
- Sarankan klien menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
- Ajarkan klien melakukan gerak badan secara teratur.
- Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban
yang baik.
Dx. 3
- Kaji adanya gangguan citra tubuh (menghindari kontak mata, ucapan merendahkan diri
sendiri)
- Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
- Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
- Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan
kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
- Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri seperti merias diri.
- Dorong sosialisasi dengan orang lain.
Dx. 4
- ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
- Cegah klien untuk tidak mengkonsumsi makanan seafood
- Berikan bedak misal : salisil untuk mengurangi rasa gatal
- Kolaborasi dengan dokter : beri antihistamin
- Sarankan klien untuk menggunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat
kerja, bila memungkinkan.
Dx.5
- Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.
- Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan
konsepsi/informasi
- Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya.
- Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan.
- Anjurkan klien untuk menghindari mengkonsumsi makanan yang mudah menyebabkan
kekambuhan alergi
3.4 Implementasi
Berdasarkan teori :
Dx.1
- menghindari minuman yang mengandung kafein pada malam hari
- memberi posisi yang nyaman
- menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- menganjurkan pasien untuk mengkomsumsi makanan/minuman tinggi protein sebelum
tidur.
- Mengkaji kebiasaan tidur klien sebelum dan selama sakit
Dx.2
- Mengkaji makna perubahan pada pasien
- Memberi sikap realistis dan positif selama pengobatan.
- Menyusun tujuan dalam keterbatasan
- Mendorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitas
- Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka.
Dx.3
- Mengobservasi tingkat kecemasan pasien
- Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
- Membina hubungan yang baik antara perawat dengan klien.
- Memberi dorongan spiritual
- Memberi Health Education tentang penyakit yang diderita pasien.
Dx.4
- Mengkaji dan catat keadaan dan warna kulit
- Memberi pijatan pada kulit dengan lembut.
- Menganjurkan pasien untuk tidak menggaruk
- Memberi kompres atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloit Aveeno oatmeal
Berdasarkan kasus :
Dx.1
- Jam 08.00
melakukan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan pada pasien.
H : kontaminasi kuman (-)
- Jam 08.10
mengukur tanda vital tiap 4-6 jam
H : - TD(120/80mmHg) HR (80x/i) RR (24x/i) T (390C)
- Jam 08.20
mengobservasi adanya tanda-tanda infeksi
H : eritema, papul, plak (+)
- Jam 08.30
Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP
H : terpapar allergen makanan (-)
- Jam 08.40
Melibatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan pada klien.
H : keluarga mampu mandiri
- Jam 08.50
Menjaga lingkungan klien agar tetap bersih.
H : Lingkungan bersih
- Jam 09.00
Melakukan kolaborasi dengan dokter : memberi kortikosteroid
H : infeksi (-)
Dx.2
- Jam 09.10
menyarankan pada klien untuk menjaga kenyamanan lingkungan sebelum tidur.
H : klien bisa tidur dengan nyaman
- Jam 09.20
menganjurkan pada klien agar menjaga kulitnya agar selalu lembab.
H : kulit tidak kering dan gatal
- Jam 09.30
Menyarankan klien menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
H : klien bisa tidur lebih cepat
- Jam 09.40
Mengajarkan klien melakukan gerak badan secara teratur
H : klien bisa merasa lebih rileks
- Jam 09.50
Menasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan
kelembaban yang baik.
H : kualitas tidur klien semakin baik
Dx.3
- Jam 10.00
mengkaji adanya gangguan citra tubuh
H : eritema, papul, dan plak (+) terlihat di bagian leher dan tangan klien.
- Jam 10.20
Mengidentifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
H : klien merasa minder dengan kulitnya yang berbekas luka akibat garukan
- Jam 10.30
Memberikan kesempatan pengungkapan perasaan.
H : klien terbuka berbicara pada perawat
- Jam 10.40
Menilai dan membantu klien menetralkan kecemasan, rasa keprihatinan dan ketakutannya
H : klien paham akan kondisi yang sedang dialaminya
- Jam 10.50
Mendukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri seperti merias diri.
H : citra diri klien mulai kembali terbangun
- Jam 11.00
Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
H : klien bisa berinteraksi dengan orang lain
Dx.4
- Jam 11.10
Mengajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah
diketahui.
H : klien paham mengenai paparan alergen
- Jam 11.20
Mencegah klien untuk tidak mengkonsumsi makanan seafood
H : klien terhindar dari paparan alergen
- Jam 11.30
Memberikan bedak salisil untuk mengurangi rasa gatal
H : rasa gatal berkurang
- Jam 11.40
Melakukan kolaborasi dengan dokter : memberi antihistamin
H : alergi (-)
- Jam 11.50
Menyarankan klien untuk menggunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat
kerja, bila memungkinkan.
H : rasa nyaman meningkat
Dx.5
- Jam 12.00
Mengkaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.
H : klien paham akan penyakitnya
- Jam 12.10
Menjaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan
konsepsi/informasi
H : klien mendapat informasi yang jelas
- Jam 12.20
Memperagakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya.
H : klien bisa memperagakan ulang terapi
- Jam 12.30
Menasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan.
H : klien paham dan lebih bisa menjaga hygiene pribadinya
- Jam 12.40
Menganjurkan klien untuk menghindari mengkonsumsi makanan yang mudah
menyebabkan kekambuhan alergi
H : alergi (-)
3.5 Evaluasi
Dx.1
S : klien masih mengeluh demam
O : bekas garukan masih terlihat
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Dx.2
S : klien masih mengeluh tidak bisa tidur
O : Lingkaran mata masih tampak hitam
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Dx.3
S : klien kadang masih merasa malu bertemu dengan orang
O : bekas garukan masih terlihat
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Dx.4
S : paparan allergen (-)
O : eritema, papul disertai plak (-)
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Dx.5
S : inadekuatnya informasi (-)
O : cemas (-)
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan