Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (Plta) Di Sungai Sibundong Upper Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara
Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (Plta) Di Sungai Sibundong Upper Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara
ABSTRAK
Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan krisis energi listrik khususnya di wilayah Sumatera
Utara, karena terbatasnya sumberdaya yang takterbarukan maka dicari alternatif lain untuk menanggulangi
krisis listrik tersebut, maka dimanfaatkan aliran sungai Sibundong yang berpotensi besar untuk dijadikan PLTA
yang nantinya diharapkan bisa mengatasi krisis energi listrik di Sumatera Utara.
Studi ini dilakukan untuk mengetahui besarnya debit andalan yang digunakan untuk keperluan
pembangkit PLTA dan untuk mendesain bangunan hantar PLTA mulai dari intake, kantong lumpur, waterway,
headpond, penstock dan tail race, selain itu debit andalan juga digunakan untuk menghitung dimensi turbin,
kecepatan putar turbin dan generator, kavitasi, elevasi pusat titik turbin dan menghitung daya dan energi yang
di hasilkan tiap tahun dan bagaimana hasil analisa ekonomi apakah PLTA Sibundong Upper layak untuk
dibangun atau tidak, analisa ekonomi dalam studi ini menggunakan parameter BCR, NVP, IRR, Analisa
Sensitivitas dan Payback Period.
Dari analisa perhitungan yang dilakukan, menggunakan debit andalan 60% (Q60) sebesar 13,04 m 3/det
dan didapatkan tinggi jatuh efektif sebesar 143,86 m. Dengan debit andalan dan tinggi jatuh tersebut PLTA
direncanakan menggunakan turbin Francis dengan poros horizontal dan didapatkan daya sebesar 2 x 8,04 MW
dan energi sebesar 83,96 GWh pertahun dengan nilai Capacity Factor (CF) sebesar 59,59%. Penstock
direncanakan dengan panjang 470 m dengan adanya percabangan, penstock utama berdiameter 2m dengan
panjang 420 m, penstock cabang berdiameter 1,4 m dengan panjang 50 m dengan ketebalan penstock 21 mm.
Dari analisa ekonomi yang dilakukan dengan menggunakan suku bunga 6,5% didapatkan nilai BCR = 1,64,
NPV = Rp. 508.086.525.453,19, IRR = 12,52% dan payback period selama 7 tahun.
Kata kunci: PLTA, daya dan energi, analisa ekonomi, debit andalan, Sumatera Utara
ABSTRACT
The growing population in North Sumatra has been causing a crisis energy for its area. Consider there
are lacking of non-renewable energy in the area, so the another way to overcome the problem is to find the
alternate, that is the renewable energy, by utilize the stream of Situbundong River which having great potential
to be installed a hydropower station.
This study aims to find out the value of Situbundong River’s dependable discharge that used to power the
hydropower and design the conduit of hydropower plant start from intake, sand trap, waterway, headpond,
penstock and tail race, dependable discharge value also used to figure out the dimension of turbine, the rotation
velocity of turbine and generator, the kavitation numbers, the elevation point of installed turbines, and the
produced power and energy every year. The parameters of economic analysis that used are BCR, NVP, IRR,
Sensitivity Analysis and Payback Period.
From analysis calculation, using dependable discharge 60% (Q 60) by 13,04 m3/det and obtained head
effective by 143,86 m. With dependable discharge and head effective the hydropower planned using francis
turbine with horizontal shaft and obtained power of 2 x 8,04 MW and energy of 83,96 GWh per year with CF
value 59,59%. Penstock planned with length of 470 m with the branching, diameters of main penstock is 2 m
with a lenghth 420 m, diameters of penstock’s branch is 1,4 m with a lenghth 50 m with the penstock’s thickness
21 mm. From the result of economic analysis with using interest rate 6,5% obtained BCR = 1,64, NPV = Rp.
508.086.525.453,19, IRR = 12,52% and payback period during 7 years .
Keywords: Hydropower, power and energy, economy analysis, flow discharge, North Sumatera
PENDAHULUAN Utara (LU) dan 98o05’’ – 99o16’’ Bujur
Bertambahnya jumlah penduduk Timur (BT), sedangkan Kecamatan
mengakibatkan krisis energi listrik Tarutung terletak pada 1o54’00’’ -
khususnya di wilayah Sumatera Utara, 2o01’00’’ Lintang Utara (LU) dan 98o52’’ –
karena terbatasnya sumberdaya yang tak 99o04’’ Bujur Timur (BT).
terbarukan maka dicari alternatif lain untuk
menanggulangi krisis listrik tersebut, maka Klasifikasi PLTA
dimanfaatkan aliran Sungai Sibundong Klasifikasi PLTA dapat dibagi oleh
yang berpotensi besar untuk dijadikan beberapa faktor, yaitu:
PLTA yang nantinya diharapkan bisa 1. Berdasarkan Tujuan:
mengatasi krisis energi listrik di Sumatera Singel Purpose
Utara. Multi Purpose
Dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 2. Berdasarkan Teknis:
2009 Pasal 2 Ayat 2 menyebutkan bahwa PLTA Run of River (ROR)
pembangunan ketenagalistrikan bertujuan PLTA Waduk (Tampungan)
untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik PLTA Pompa
dalam jumlah yang cukup, kualitas yang PLTA Pasang Surut Air Laut
baik, dan harga yang wajar dalam rangka 3. Berdasarkan Kapasitas PLTA:
meningkatkan kesejahteraan dan PLTA Mikro (100 – 1000 kW)
kemakmuran rakyat secara adil dan merata PLTA Menengah (≥ 10.000 kW)
serta mewujudkan pembangunan yang PLTA Tinggi (> 10.000 kW)
berkelanjutan. 4. Berdasarkan Tinggi Jatuh:
Tujuan dari studi ini adalah untuk PLTA tekanan rendah (H < 15 m)
memanfaatkan potensi sumber daya air PLTA tekanan sedang (H 15 – 50 m)
khususnya pada aliran sungai di Sungai PLTA tekanan tinggi (H > 50 m)
Sibundong, dalam rangka rangka 5. Berdasarkan Topografi:
pemanfaatan sumber daya air untuk Daerah lembah
dibangun sebuah PLTA untuk Daerah bukit
menghasilkan energi listrik untuk Daerah pegunungan
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat 6. Berdasarkan Ekonomi:
disekitar daerah Tapanuli Utara dan sebagai PLTA isolated grid
alternatif lain sebagai energi pembangkit PLTA non isolated grid
listrik yang lebih ramah lingkungan
mengingat ketersediaan sumber daya yang PLTA Run of River (ROR)
tidak dapat diperbaharui keberadaannya PLTA Run of River (ROR) adalah
terbatas. PLTA yang langsung memanfaatkan aliran
sungai tanpa adanya tampungan. Air sungai
METODE dialihkan dengan menggunakan bendung
Lokasi Studi (dam) yang dibangun memotong aliran
Lokasi rencana PLTA Sibundong sungai. Air sungai ini kemudian disalurkan
Upper terletak di Sungai Sibundong (Aek kebangunan hantar PLTA.
Sibundong), Dusun Sipohong, Desa
Paratusan, Kecamatan Parmonangan,
Kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten
Tapanuli Utara terletak di wilayah dataran
tinggi. Sumatera Utara berada pada
ketinggian antara 150 – 1700 meter di atas
permukaan laut. Secara geografis
Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada
koordinat 1o20’00’’ – 2o41’00’’ Lintang Gambar 1 Skema PLTA Run of River
Debit Andalan 0,71 x P 0, 43
Debit andalan didefinisikan sebagai • Sarkaria (1979): D
Hr 0,65
debit yang tersedia sepanjang tahun dengan
0,52 x P 0, 43
probabilitas keandalan tertentu. • Moofat (1990): D
Debit andalan digunakan untuk Hr 0,60
perhitungan bangunan hantar, analisa 1,517 x Q 0,5
• USBR (1989): D
hidrolika dan untuk menentukan besarnya Hr 0,52
daya dan energi yang dihasilkan PLTA tiap 1,12 x Q 0, 45
tahunnnya. • Flashbuch: D
Hr 0,12
dengan:
Kurva Durasi Aliran (Flow Duration D = diameter penstock (m)
Curve) Q = debit pembangkit (m3/det)
Untuk menghitung nilai debit andalan P = daya (kW)
sesuai dengan probabilitas keandalannya Hr = tinggi jatuh efektif (m)
dapat digunakan Kurva Durasi Aliran (Flow
Duration Curve, FDC). Kurva durasi aliran Kehilangan Tinggi (Headloss)
adalah suatu grafik yang menggambarkan Kehilangan tinggi energi adalah
hubungan antara debit sungai selama menurunnya besarnya energi akibat
beberapa waktu tertentu dengan gesekan maupun konstraksi yang terjadi
probabilitas keandalan, sehingga dari kurva selama proses pengaliran. Pada studi ini
tersebut dapat diketahui besarnya debit air headloss dihitung mulai dari intake sampai
sungai sesuai dengan probabilitas tail race.
keandalannya. Kehilangan Tinggi Pada Saringan
Dalam studi ini dihitung besarnya debit (Trashrack):
andalan dengan tingkat keandalan 60% 4
t 3 Vo
2
dengan probabilitas tersebut dihitung ht = Kt sin
dengan persamaan Weibull: b 2g
Pw = m / (n+1) x 100% Kehilangan Tekan Pada Pintu Intake:
dengan:
Q = ba 2g z
Pw = probabilitas (%)
m = nomor urut data Kehilangan Tinggi Pada Kantong
n = jumlah data Lumpur:
V2
Pipa Pesat hl = 0,30
2g
Pipa pesat (penstock) direncanakan
untuk dapat menahan tekanan tinggi dan Kehilangan Tinggi Pada Waterway:
berfungsi untuk mengalirkan air dari outlet V2
hl = 1,30
headpond menuju saluran pembuangan 2g
akhir (tail race). Dalam perencanaan Kehilangan Tinggi Pada Belokan
penstock perlu didesain diameter yang Waterway:
seekonomis mungkin, beberapa persamaan
empiris yang dipergunakaan untuk
merencanakan diameter ekonomis penstock V2
ht = Kb
sebagai berikut: 2g
0,72 x P 0, 43 Kehilangan Tinggi Pada Headpond:
• Warnick (1984) : D
H 0,63 V2
0 , 466 hl = 1,0
P 2g
• Bier (1945): D 0,176 x
Hr Kehilangan Tinggi Tekan Pada Inlet
Headpond Menuju Penstock:
V2 tinggi (headloss) dari turbin sampai ke tail
hl = Ke race. Untuk menghitung tinggi jatuh efektif
2g
(Heff) dapat menggunakan persamaan:
Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Heff = Hg – (HL2 + HL2 + HL3)
Gesekan Pada Sepanjang Penstock: Heff = Hg – (total headloss)
10,29 n 2 Q 2 Heff = (El. M.A headpond – El. TWL) –
D5,333 (total headloss)
S =
dengan:
Hf = S x L
Heff = tinggi jatuh efektif (m)
Kehilangan Tinggi Tekan Pada
HL1 = headloss dari intake – headpond
Percabangan Penstock:
(m)
V2 HL2 = headloss dari headpond –
hl = K
2g penstock (m)
Kehilangan Tinggi Tekan Pada HL3 = headloss dari turbin sampai ke tail
Belokan Penstock: race (m)
Hg = tinggi jatuh kotor (m)
V2
hl = K
2g
Kehilangan Tinggi Tekan Pada
Perubahan Diameter Penstock:
V2
hl = K
2g
Kehilangan Tinggi Tekan Pada
Buterfly Valve: Gambar 2 Tinggi Jatuh Efektif
V2
hl = Kv Turbin Hidraulik
2g Dalam pemilihan jenis turbin harus
Kehilangan Tinggi Tekan Pada Spiral diperhatikan karakteristik dari masing-
Casing Turbin: masing turbin, turbin reaksi biasanya
V2 digunakan untuk pembangkit listrik dengan
hl = Kt tinggi jatuh kecil sampai dengan sedang,
2g sedangkan turbin impuls digunakan untuk
Pada Draft Tube: Kehilangan Tinggi tinggi jatuh yang besar, faktor lain yang
Tekan perlu diperhatikan adalah tentang putaran
2 2
D 2 V 2 D 2 V 2 dan kecepatan spesifik turbin, karena
hf = K 1 1 1 K 1 2 2 kecepatan spesifik turbin merupakan
D2 2 g D1 2 g karakteristik yang mendasari dalam
Kehilangan Tinggi Di Tail Race: perencanaan turbin.
Persamaan untuk menentukan besarnya
V2 nilai kecepatan spesifik turbin (ESHA,
hl = 1,0
2g 2004:168):
Q
Tinggi Jatuh Efektif (Heff) NQE =n 3
Tinggi jatuh efektif (Heff) digambarkan E 4
pada gambar di bawah ini. HL1 dengan:
diperhitungkan dari kehilangan tinggi NQE = kecepatan spesifik (tak
(headloss) dari intake sampai ke headpond. berdimensi)
HL2 diperhitungkan dari kehilangan tinggi Q = debit desain (m3/det)
(headloss) dari headpond sampai ke E = energi hidraulik spesifik
penstock. HL3 dihitung dari kehilangan n = putaran dasar turbin (t/s)
Hubungan atau kesetaraan dari nilai dengan:
NQE dengan nilai parameter turbin dengan σ = kavitasi
menggunakan metode lain seperti: Ha = tekanan atmosfer (atm)
kecepatan spesifik (Ns), faktor kecepatan Hv = tekanan uap air disebelah bawah
(φ) dan putaran satuan (NQ) adalah sebagai sudu rotor atau pada bagian atas pipa lepas
berikut: (m)
Ns = 995 N QE Hs = tinggi hisap atau draft head (m)
Heff = tinggi jatuh efektif (m)
NQ= 333 N QE
V2
σc = 1,2715 NQE
1, 41
φ = 2,11 NQE
2 gH
Dalam perhitungan kecepatan spesifik
dengan:
turbin, nilai putaran dasar turbin harus
σc = koefisien kritis Thoma
dicoba-coba terlebih dahulu untuk
NQE = Kecepatan spesifik
memperkirakan besarnya putaran dasar
turbin maka digunakan persamaan empiris
Daya dan Energi
untuk mengetahui nilai kecepatan spesifik
Keuntunga suatu proyek Pembangkit
turbin (NQE’) dengan persamaan berikut:
Listrik Tenaga Air (PLTA) ditentukan dari
Turbin Pelton NQE’= 0,0859/ H0,243
besar daya yang hasilkan dan jumlah energi
Turbin Francis NQE’ =1,924/H0,512
yang dihasilkan tiap tahun. Dari hasil
Turbin Kaplan NQE’= 2,294 / H0,2486
analisa kurva durasi aliran (Flow Duration
Turbin Propeller NQE’= 2,716 / H0,5
Curve, FDC) serta besarnya nilai tinggi
Turbin Bulb NQE’= 1,528 / H2837
jatuh dari hasil analisa topografi melalui
konsep desain rencana PLTA Sibundong
Elevasi Pusat Titi Turbin
Upper. Perhitungan besarnya daya dan
Penentuan titik berat turbin atau elevasi
energi listrik dapat dihitung menggunakan
pusat turbin dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut:
persamaan: (Mosonyi, 1991:878)
P = 9,81 x Q x Heff x turbin x generator
D
Z = TWL0, 2 Qd Hs 3 E = 9,81 x H x Q x x 24 x n
2
dengan: = P x 24 x n
Z = titik pusat turbin (m) dengan:
TWL = elevasi tail water level (m) P = daya yang dihasilkan (kW)
Hs = tinggi hisap turbin (m) E = energi (kWh)
D3 = diameter runner turbin (m) Q = debit pembangkit (m3/det)
Heff = tinggi jatuh efektif (m)
Kavitasi ɳ = efisiensi turbin dan generator
Kavitasi adalah suatu kejadian yang n = jumlah hari operasional
timbul dalam aliran dengan kecepatan yang
besar sehingga tekanan air menjadi lebih Analisa Ekonomi
kecil daripada tekanan uap air maksimum di Suatu proyek dikatakan layak secara
temperatur itu. Proses ini menimbulkan ekonomi apabila memenuhi indikator
gelembung-gelembung uap air yang dapat kelayakan ekonomi. Menurut Suyanto
menimbulkan erosi pada turbin. kavitasi (2001:39) indikator yang sering dipakai
terjadi jika σ aktual < σc. perhitungan dalam analisa ekonomi, yaitu:
kavitasi pada studi ini menggunakan
persamaan: (Patty, 1995:100) dan (ESHA, Benefit Cost Ratio (BCR)
2004:178) Benefit Cost Ratio (BCR) adalah
Ha Hv Hs perbandingan antara nilai sekarang (present
σ aktual = value) dari manfaat (benefit) dengan nilai
H eff
sekarang (present value) dari biaya (cost).
Secara umum rumus untuk perhitungan Analisa Sensitivitas
BCR ini adalah (Suyanto, 2001:39): Dalam penentuan nilai-nilai untuk
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 𝑆𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑉 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡
BCR = keadaan sesudah proyek seperti produksi,
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑉 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎
harga, dan lain-lain merupakan estimasi
dengan :
dari perencana, terdapat kemungkinan
PV = present value
bahwa keadaan sebenarnya yang akan
BCR = perbandingan manfaat terhadap
terjadi tidak sama dengan nilai estimasi
biaya (Benefit Cost Ratio)
tersebut. Dengan melakukan analisa
Sebagai ukuran dari penilaian suatu
sensitivitas, kita dapat memperkirakan
kelayakan proyek dengan metode BCR ini
dampak yang akan terjadi apabila keadaan
adalah jika BCR > 1 maka proyek dikatakan
yang sebenarnya terjadi sesudah proyek
layak dikerjakan dan sebaliknya.
tidak sama dengan estimasi awal.
Net Present Value (NVP)
Payback Period
Harga Net Present Value diperoleh dari
Payback Period merupakan jangka
pengurangan present value komponen
waktu periode yang diperlukan untuk
benefit dengan present value komponen
membayar kembali (mengembalikan)
cost.
𝑁𝑉𝑃 = 𝑃𝑉 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 − 𝑃𝑉 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝐶𝑜𝑠𝑡
semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan
dengan: dalam investasi suatu proyek. Perhitungan
PV = Present value payback period ini dapat diperoleh dengan
NPV = Net Present Value rumus sebagai berikut:
Dalam evaluasi kegiatan, nilai NPV I
Payback Pe riode
pada suku bunga pinjaman yang berlaku Ab
harus mempunyai harga > 0. Jika NPV = 0, dengan:
berarti kegiatan tersebut mempunyai tingkat I = Besarnya biaya investasi yang
pengembalian sama dengan nilai diperlukan
investasinya. Jika NPV > 0, maka kegiatan Ab = Benefit bersih yang dapat
tersebut dari segi ekonomi layak. diperoleh pada setiap tahun
1995:112): 9
10
36,10
35,21
7,44
8,26
49
50
19,35
19,16
40,50
41,32
89
90
11,44
11,41
73,55
74,38
11 34,69 9,09 51 19,09 42,15 91 11,05 75,21
NPV '
I "I '
12 32,72 9,92 52 18,95 42,98 92 10,99 76,03
IRR I ' 13
14
32,44
31,61
10,74
11,57
53
54
18,85
18,55
43,80
44,63
93
94
10,88
10,77
76,86
77,69
dengan : 18
19
28,82
28,65
14,88
15,70
58
59
17,37
17,00
47,93
48,76
98
99
10,11
9,85
80,99
81,82
NPV positif 23
24
27,04
26,87
19,01
19,83
63
64
15,98
15,82
52,07
52,89
103
104
8,89
8,72
85,12
85,95
NPV negatif 28
29
24,78
24,74
23,14
23,97
68
69
15,17
14,16
56,20
57,02
108
109
7,51
7,48
89,26
90,08
30 24,46 24,79 70 13,63 57,85 110 6,86 90,91
NPV = selisih antara present value dari 31
32
24,24
23,46
25,62
26,45
71
72
13,48
13,04
58,68
59,50
111
112
6,80
6,53
91,74
92,56
pembuangan dari PLTA kembali ke sungai. Inlet headpond menuju penstock Ht m 0,0013
Gesekan di sepanjang pipa penstock 1 hf m 2,4762
Saluran ini direncanakan berbentuk segi Percabangan pipa penstock hs m 0,5379
empat dari pasangan batu. Belokan pipa pada penstock HL m 0,4515
Berdasarkan hasil analisa hidrolika, Perubahan diameter pipa penstock HL m 0,1036
besarnya dimensi bangunan tail race Gesekan di sepanjang pipa penstock 2 hf m 0,4679
Main Intake Valve (butterfly valve) Ht m 0,5043
adalah: Spiral Casing Turbin Hl m 0,5182
Debit pembangkit (Qp) = 13,04 m3/det Draft Tube hf m 0,4043
m3/det
TOTAL hl m 7,36
0,71 x P 0, 43
Sarkaria (1979) D 1,81 2,56 5,10
Hr 0,65
0,52 x P 0, 43
Moffat (1990) D 1,70 2,26 5,77
Hr 0,60
1,517 x Q 0,5
USBR (1986) D 1,58 1,96 6,667
Hr 0,52
1,12 x Q 0, 45
Falshbusch (1987) D 1,96 3,01 4,33
Hr 0,12
Rata-rata 1,77 2,47 5,47 Gambar 4 Penentuan Tipe Turbin
Berdasarkan Tinggi Jatuh dan Daya
Dari gambar di atas diketahui bahwa putar turbin maka kecepatan sinkron
dengan tinggi jatuh efektif pada debit Q60 generator:
adalah 143,86 meter dan daya yang f
dihasilkan sebesar 2 x 8,04 MW, maka n = 120 x
P
digunakan tipe Turbin Francis sumbu dimana:
horizontal, dipilih turbin dengan sumbu P = Jumlah pole (harus genap)
horizontal karena biasanya turbin dengan
sumbu horizontal digunakan pada turbin Maka,
dengan daya < 10 MW.
120 x f
P =
Kecepatan Putar Turbin dan Generator n
Kecepatan spesifik coba-coba (trial 120 x 50
= =11,99
specific speed): 500 ,06
1,924 Dikarenakan nilai kutub (pole)
NQE’ =
generator harus memiliki nilai genap dan
H 0,512
1,924 tidak berbentuk bilangan desimal, maka
= jumlah kutub (pole) dibulatkan menjadi 12
143,86 0,512 buah.
= 0,15
Besarnya nilai spesifik coba-coba Penentuan Elevasi Titik Pusat Turbin
(NQE’) ini harus dikontrol, apakah Ns-max ≤ Analisa titik pusat turbin sangat
3200 H-2/3. Dari hasil perhitungan Ns-max berpengaruh terhadap gejala kavitasi,
di dapatkan nilai Ns-max sebesar 142,37 m penempatan turbin yang tidak tepat akan
kW, sehingga 142,37 ≥ 114,50 atau Ns-max menyebabkan kavitasi terjadi pada turbin.
≥ 3200 H-2/3 sehingga hasilnya tidak Jadi, koefisien Thoma kritis (σc) untuk
kontrol. Maka nilai NQE’ harus dihitung turbin francis dapat dihitung dengan
secara coba-caoba (trial & error) sehingga persamaan: (Mosonyi, 1991:843)
didapatkan nilai NQE’ sebesar 0,1.
Ns1, 4
Kecepatan spesifik: - σc =
Ns = 955 x NQE’ 12500
= 955 x 0,1 97,81, 4
=
= 98,47 m, kW 12500
Kecepatan putaran turbin dengan = 0,05
persamaan: - Hb = Ha – Hv
N QE E 0, 75 = 9,33 – 0,24
n = = 9,09 m
Q
- Tinggi hisap turbin:
dimana: Hs = Hb H eff
n = kecepatan putaran turbin (t/det)
E = energi potensial (Hg) = 9,09 0,05 .143,86
Maka, = 1,98 m
- Elevasi titik pusat turbin
0,1 x 9,81 x (143 ,86 ) 0, 75
n = D
8,12 Z = TWL0, 2 Qd Hs 3
2
= 8,33 t/s
1,14
= 500,06 rpm = 673,83 1,98
Turbin direncanakan dengan 2
menggunakan generator tipe sinkron = +671,27 m
dengan frekuensi (f) 50 Hz maka kecepatan
sinkron generator sama dengan keceparan
Kontrol Gejala Kavitasi Dari persamaan energi diatas, maka di
Kavitasi adalah fenomena dimana dapatkan total energi pertahun sebesar
terdapat gelembung udara pada turbin yang 83,96 GWh.
akan membentur dinding runner sehingga
akan mengakibatkan korosi. Analisa Ekonomi
Perhitungan tinnghi hisap (Hs) dalam Benefit Cost Ratio (BCR)
perhitungan kavitasi menggunakan PVmanfaat
persamaan: (ESHA, 2004:169)
B =
C PV PV
biaya mod al biayaO & P
V2
= 1,2715 N QE
1, 41
σc
2 gH = Rp .1.300.156.619.417,56
Rp. 631.690.391.340,14 Rp.160.379.702.624,23
22
= 1,2715 0,11, 41 = 1,64
2 . 9,81.147,75
= 0,053 Net Present Value (NVP)
P atm Pv V 2 NPV = PV manfaat – (PV biaya modal +
HS = H PV biaya O&P)
g 2g = Rp.1.300.156.619.417,56 – (Rp.
= 91459,20 2333,92 22 631.690.391.340,14 + Rp.
0,053 .143,86
1000 x 9,81 2 x 9,81 160.379.702.624,23)
= -1,67 m = Rp. 508.086.525.453,19
Dimana kavitasi akan terjadi jika nilai
tinggi hisap (Hs) berada pada nilai diatas - Internal Rate of Return (IRR)
1,67 m jadi untuk keamanan direncanakan -
2 m. IRR = I '
NPV '
I "I '
NPV ' NPV "
Ha Hv Hs
σ aktual = Dimana:
H eff I’ = suku bunga yang memberikan
9,32 0,24 (2) nilai NPV positif = 12%
= I” = suku bunga yang memberikan
143 ,86
nilai NPV negatif = 13%
= 0,077
NPV’ = NPV positif
Kavitas terjadi jika σ aktual < σc sehingga
NPV” = NPV negatif
dari perhitungan di atas didapatkan 0,077 >
Sehingga,
0,053 maka desai turbin aman terhadap
IRR = 12% 28 .742 .166 .485
(13 % 12 %)
gejala kavitasi. 28 .742 .166 .485 (26 ..351 .626 .547 )