Anda di halaman 1dari 12

STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) DI

SUNGAI SIBUNDONG UPPER KABUPATEN TAPANULI UTARA PROVINSI


SUMATERA UTARA

Nadia Ulfah1, Suwanto Marsudi2, Pitojo Tri Juwono2


1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
1
nadiaulfah26@gmail.com

ABSTRAK
Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan krisis energi listrik khususnya di wilayah Sumatera
Utara, karena terbatasnya sumberdaya yang takterbarukan maka dicari alternatif lain untuk menanggulangi
krisis listrik tersebut, maka dimanfaatkan aliran sungai Sibundong yang berpotensi besar untuk dijadikan PLTA
yang nantinya diharapkan bisa mengatasi krisis energi listrik di Sumatera Utara.
Studi ini dilakukan untuk mengetahui besarnya debit andalan yang digunakan untuk keperluan
pembangkit PLTA dan untuk mendesain bangunan hantar PLTA mulai dari intake, kantong lumpur, waterway,
headpond, penstock dan tail race, selain itu debit andalan juga digunakan untuk menghitung dimensi turbin,
kecepatan putar turbin dan generator, kavitasi, elevasi pusat titik turbin dan menghitung daya dan energi yang
di hasilkan tiap tahun dan bagaimana hasil analisa ekonomi apakah PLTA Sibundong Upper layak untuk
dibangun atau tidak, analisa ekonomi dalam studi ini menggunakan parameter BCR, NVP, IRR, Analisa
Sensitivitas dan Payback Period.
Dari analisa perhitungan yang dilakukan, menggunakan debit andalan 60% (Q60) sebesar 13,04 m 3/det
dan didapatkan tinggi jatuh efektif sebesar 143,86 m. Dengan debit andalan dan tinggi jatuh tersebut PLTA
direncanakan menggunakan turbin Francis dengan poros horizontal dan didapatkan daya sebesar 2 x 8,04 MW
dan energi sebesar 83,96 GWh pertahun dengan nilai Capacity Factor (CF) sebesar 59,59%. Penstock
direncanakan dengan panjang 470 m dengan adanya percabangan, penstock utama berdiameter 2m dengan
panjang 420 m, penstock cabang berdiameter 1,4 m dengan panjang 50 m dengan ketebalan penstock 21 mm.
Dari analisa ekonomi yang dilakukan dengan menggunakan suku bunga 6,5% didapatkan nilai BCR = 1,64,
NPV = Rp. 508.086.525.453,19, IRR = 12,52% dan payback period selama 7 tahun.
Kata kunci: PLTA, daya dan energi, analisa ekonomi, debit andalan, Sumatera Utara

ABSTRACT
The growing population in North Sumatra has been causing a crisis energy for its area. Consider there
are lacking of non-renewable energy in the area, so the another way to overcome the problem is to find the
alternate, that is the renewable energy, by utilize the stream of Situbundong River which having great potential
to be installed a hydropower station.
This study aims to find out the value of Situbundong River’s dependable discharge that used to power the
hydropower and design the conduit of hydropower plant start from intake, sand trap, waterway, headpond,
penstock and tail race, dependable discharge value also used to figure out the dimension of turbine, the rotation
velocity of turbine and generator, the kavitation numbers, the elevation point of installed turbines, and the
produced power and energy every year. The parameters of economic analysis that used are BCR, NVP, IRR,
Sensitivity Analysis and Payback Period.
From analysis calculation, using dependable discharge 60% (Q 60) by 13,04 m3/det and obtained head
effective by 143,86 m. With dependable discharge and head effective the hydropower planned using francis
turbine with horizontal shaft and obtained power of 2 x 8,04 MW and energy of 83,96 GWh per year with CF
value 59,59%. Penstock planned with length of 470 m with the branching, diameters of main penstock is 2 m
with a lenghth 420 m, diameters of penstock’s branch is 1,4 m with a lenghth 50 m with the penstock’s thickness
21 mm. From the result of economic analysis with using interest rate 6,5% obtained BCR = 1,64, NPV = Rp.
508.086.525.453,19, IRR = 12,52% and payback period during 7 years .
Keywords: Hydropower, power and energy, economy analysis, flow discharge, North Sumatera
PENDAHULUAN Utara (LU) dan 98o05’’ – 99o16’’ Bujur
Bertambahnya jumlah penduduk Timur (BT), sedangkan Kecamatan
mengakibatkan krisis energi listrik Tarutung terletak pada 1o54’00’’ -
khususnya di wilayah Sumatera Utara, 2o01’00’’ Lintang Utara (LU) dan 98o52’’ –
karena terbatasnya sumberdaya yang tak 99o04’’ Bujur Timur (BT).
terbarukan maka dicari alternatif lain untuk
menanggulangi krisis listrik tersebut, maka Klasifikasi PLTA
dimanfaatkan aliran Sungai Sibundong Klasifikasi PLTA dapat dibagi oleh
yang berpotensi besar untuk dijadikan beberapa faktor, yaitu:
PLTA yang nantinya diharapkan bisa 1. Berdasarkan Tujuan:
mengatasi krisis energi listrik di Sumatera  Singel Purpose
Utara.  Multi Purpose
Dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 2. Berdasarkan Teknis:
2009 Pasal 2 Ayat 2 menyebutkan bahwa  PLTA Run of River (ROR)
pembangunan ketenagalistrikan bertujuan  PLTA Waduk (Tampungan)
untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik  PLTA Pompa
dalam jumlah yang cukup, kualitas yang  PLTA Pasang Surut Air Laut
baik, dan harga yang wajar dalam rangka 3. Berdasarkan Kapasitas PLTA:
meningkatkan kesejahteraan dan  PLTA Mikro (100 – 1000 kW)
kemakmuran rakyat secara adil dan merata  PLTA Menengah (≥ 10.000 kW)
serta mewujudkan pembangunan yang  PLTA Tinggi (> 10.000 kW)
berkelanjutan. 4. Berdasarkan Tinggi Jatuh:
Tujuan dari studi ini adalah untuk  PLTA tekanan rendah (H < 15 m)
memanfaatkan potensi sumber daya air  PLTA tekanan sedang (H 15 – 50 m)
khususnya pada aliran sungai di Sungai  PLTA tekanan tinggi (H > 50 m)
Sibundong, dalam rangka rangka 5. Berdasarkan Topografi:
pemanfaatan sumber daya air untuk  Daerah lembah
dibangun sebuah PLTA untuk  Daerah bukit
menghasilkan energi listrik untuk  Daerah pegunungan
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat 6. Berdasarkan Ekonomi:
disekitar daerah Tapanuli Utara dan sebagai  PLTA isolated grid
alternatif lain sebagai energi pembangkit  PLTA non isolated grid
listrik yang lebih ramah lingkungan
mengingat ketersediaan sumber daya yang PLTA Run of River (ROR)
tidak dapat diperbaharui keberadaannya PLTA Run of River (ROR) adalah
terbatas. PLTA yang langsung memanfaatkan aliran
sungai tanpa adanya tampungan. Air sungai
METODE dialihkan dengan menggunakan bendung
Lokasi Studi (dam) yang dibangun memotong aliran
Lokasi rencana PLTA Sibundong sungai. Air sungai ini kemudian disalurkan
Upper terletak di Sungai Sibundong (Aek kebangunan hantar PLTA.
Sibundong), Dusun Sipohong, Desa
Paratusan, Kecamatan Parmonangan,
Kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten
Tapanuli Utara terletak di wilayah dataran
tinggi. Sumatera Utara berada pada
ketinggian antara 150 – 1700 meter di atas
permukaan laut. Secara geografis
Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada
koordinat 1o20’00’’ – 2o41’00’’ Lintang Gambar 1 Skema PLTA Run of River
Debit Andalan 0,71 x P 0, 43
Debit andalan didefinisikan sebagai • Sarkaria (1979): D 
Hr 0,65
debit yang tersedia sepanjang tahun dengan
0,52 x P 0, 43
probabilitas keandalan tertentu. • Moofat (1990): D 
Debit andalan digunakan untuk Hr 0,60
perhitungan bangunan hantar, analisa 1,517 x Q 0,5
• USBR (1989): D 
hidrolika dan untuk menentukan besarnya Hr 0,52
daya dan energi yang dihasilkan PLTA tiap 1,12 x Q 0, 45
tahunnnya. • Flashbuch: D 
Hr 0,12
dengan:
Kurva Durasi Aliran (Flow Duration D = diameter penstock (m)
Curve) Q = debit pembangkit (m3/det)
Untuk menghitung nilai debit andalan P = daya (kW)
sesuai dengan probabilitas keandalannya Hr = tinggi jatuh efektif (m)
dapat digunakan Kurva Durasi Aliran (Flow
Duration Curve, FDC). Kurva durasi aliran Kehilangan Tinggi (Headloss)
adalah suatu grafik yang menggambarkan Kehilangan tinggi energi adalah
hubungan antara debit sungai selama menurunnya besarnya energi akibat
beberapa waktu tertentu dengan gesekan maupun konstraksi yang terjadi
probabilitas keandalan, sehingga dari kurva selama proses pengaliran. Pada studi ini
tersebut dapat diketahui besarnya debit air headloss dihitung mulai dari intake sampai
sungai sesuai dengan probabilitas tail race.
keandalannya.  Kehilangan Tinggi Pada Saringan
Dalam studi ini dihitung besarnya debit (Trashrack):
andalan dengan tingkat keandalan 60% 4
 t  3  Vo 
2
dengan probabilitas tersebut dihitung ht = Kt     sin 
dengan persamaan Weibull:  b   2g 
Pw = m / (n+1) x 100%  Kehilangan Tekan Pada Pintu Intake:
dengan:
Q = ba 2g z
Pw = probabilitas (%)
m = nomor urut data  Kehilangan Tinggi Pada Kantong
n = jumlah data Lumpur:
V2
Pipa Pesat hl = 0,30
2g
Pipa pesat (penstock) direncanakan
untuk dapat menahan tekanan tinggi dan  Kehilangan Tinggi Pada Waterway:
berfungsi untuk mengalirkan air dari outlet V2
hl = 1,30
headpond menuju saluran pembuangan 2g
akhir (tail race). Dalam perencanaan  Kehilangan Tinggi Pada Belokan
penstock perlu didesain diameter yang Waterway:
seekonomis mungkin, beberapa persamaan
empiris yang dipergunakaan untuk
merencanakan diameter ekonomis penstock V2
ht = Kb
sebagai berikut: 2g
0,72 x P 0, 43  Kehilangan Tinggi Pada Headpond:
• Warnick (1984) : D 
H 0,63 V2
0 , 466 hl = 1,0
 P  2g
• Bier (1945): D  0,176 x  
 Hr   Kehilangan Tinggi Tekan Pada Inlet
Headpond Menuju Penstock:
V2 tinggi (headloss) dari turbin sampai ke tail
hl = Ke race. Untuk menghitung tinggi jatuh efektif
2g
(Heff) dapat menggunakan persamaan:
 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Heff = Hg – (HL2 + HL2 + HL3)
Gesekan Pada Sepanjang Penstock: Heff = Hg – (total headloss)
10,29 n 2 Q 2 Heff = (El. M.A headpond – El. TWL) –
D5,333 (total headloss)
S =
dengan:
Hf = S x L
Heff = tinggi jatuh efektif (m)
 Kehilangan Tinggi Tekan Pada
HL1 = headloss dari intake – headpond
Percabangan Penstock:
(m)
V2 HL2 = headloss dari headpond –
hl = K
2g penstock (m)
 Kehilangan Tinggi Tekan Pada HL3 = headloss dari turbin sampai ke tail
Belokan Penstock: race (m)
Hg = tinggi jatuh kotor (m)
V2
hl = K
2g
 Kehilangan Tinggi Tekan Pada
Perubahan Diameter Penstock:
V2
hl = K
2g
 Kehilangan Tinggi Tekan Pada
Buterfly Valve: Gambar 2 Tinggi Jatuh Efektif
V2
hl = Kv Turbin Hidraulik
2g Dalam pemilihan jenis turbin harus
 Kehilangan Tinggi Tekan Pada Spiral diperhatikan karakteristik dari masing-
Casing Turbin: masing turbin, turbin reaksi biasanya
V2 digunakan untuk pembangkit listrik dengan
hl = Kt tinggi jatuh kecil sampai dengan sedang,
2g sedangkan turbin impuls digunakan untuk
 Pada Draft Tube: Kehilangan Tinggi tinggi jatuh yang besar, faktor lain yang
Tekan perlu diperhatikan adalah tentang putaran
2 2
  D 2  V 2   D 2  V 2 dan kecepatan spesifik turbin, karena
hf = K 1   1   1  K 1   2   2 kecepatan spesifik turbin merupakan
  D2   2 g   D1   2 g karakteristik yang mendasari dalam
 Kehilangan Tinggi Di Tail Race: perencanaan turbin.
Persamaan untuk menentukan besarnya
V2 nilai kecepatan spesifik turbin (ESHA,
hl = 1,0
2g 2004:168):
Q
Tinggi Jatuh Efektif (Heff) NQE =n 3
Tinggi jatuh efektif (Heff) digambarkan E 4
pada gambar di bawah ini. HL1 dengan:
diperhitungkan dari kehilangan tinggi NQE = kecepatan spesifik (tak
(headloss) dari intake sampai ke headpond. berdimensi)
HL2 diperhitungkan dari kehilangan tinggi Q = debit desain (m3/det)
(headloss) dari headpond sampai ke E = energi hidraulik spesifik
penstock. HL3 dihitung dari kehilangan n = putaran dasar turbin (t/s)
Hubungan atau kesetaraan dari nilai dengan:
NQE dengan nilai parameter turbin dengan σ = kavitasi
menggunakan metode lain seperti: Ha = tekanan atmosfer (atm)
kecepatan spesifik (Ns), faktor kecepatan Hv = tekanan uap air disebelah bawah
(φ) dan putaran satuan (NQ) adalah sebagai sudu rotor atau pada bagian atas pipa lepas
berikut: (m)
Ns = 995 N QE Hs = tinggi hisap atau draft head (m)
Heff = tinggi jatuh efektif (m)
NQ= 333 N QE
V2
σc = 1,2715 NQE 
1, 41
φ = 2,11 NQE
2 gH
Dalam perhitungan kecepatan spesifik
dengan:
turbin, nilai putaran dasar turbin harus
σc = koefisien kritis Thoma
dicoba-coba terlebih dahulu untuk
NQE = Kecepatan spesifik
memperkirakan besarnya putaran dasar
turbin maka digunakan persamaan empiris
Daya dan Energi
untuk mengetahui nilai kecepatan spesifik
Keuntunga suatu proyek Pembangkit
turbin (NQE’) dengan persamaan berikut:
Listrik Tenaga Air (PLTA) ditentukan dari
Turbin Pelton NQE’= 0,0859/ H0,243
besar daya yang hasilkan dan jumlah energi
Turbin Francis NQE’ =1,924/H0,512
yang dihasilkan tiap tahun. Dari hasil
Turbin Kaplan NQE’= 2,294 / H0,2486
analisa kurva durasi aliran (Flow Duration
Turbin Propeller NQE’= 2,716 / H0,5
Curve, FDC) serta besarnya nilai tinggi
Turbin Bulb NQE’= 1,528 / H2837
jatuh dari hasil analisa topografi melalui
konsep desain rencana PLTA Sibundong
Elevasi Pusat Titi Turbin
Upper. Perhitungan besarnya daya dan
Penentuan titik berat turbin atau elevasi
energi listrik dapat dihitung menggunakan
pusat turbin dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut:
persamaan: (Mosonyi, 1991:878)
P = 9,81 x Q x Heff x turbin x generator
D
Z = TWL0, 2 Qd  Hs  3 E = 9,81 x H x Q x x 24 x n
2
dengan: = P x 24 x n
Z = titik pusat turbin (m) dengan:
TWL = elevasi tail water level (m) P = daya yang dihasilkan (kW)
Hs = tinggi hisap turbin (m) E = energi (kWh)
D3 = diameter runner turbin (m) Q = debit pembangkit (m3/det)
Heff = tinggi jatuh efektif (m)
Kavitasi ɳ = efisiensi turbin dan generator
Kavitasi adalah suatu kejadian yang n = jumlah hari operasional
timbul dalam aliran dengan kecepatan yang
besar sehingga tekanan air menjadi lebih Analisa Ekonomi
kecil daripada tekanan uap air maksimum di Suatu proyek dikatakan layak secara
temperatur itu. Proses ini menimbulkan ekonomi apabila memenuhi indikator
gelembung-gelembung uap air yang dapat kelayakan ekonomi. Menurut Suyanto
menimbulkan erosi pada turbin. kavitasi (2001:39) indikator yang sering dipakai
terjadi jika σ aktual < σc. perhitungan dalam analisa ekonomi, yaitu:
kavitasi pada studi ini menggunakan
persamaan: (Patty, 1995:100) dan (ESHA, Benefit Cost Ratio (BCR)
2004:178) Benefit Cost Ratio (BCR) adalah
Ha  Hv  Hs perbandingan antara nilai sekarang (present
σ aktual = value) dari manfaat (benefit) dengan nilai
H eff
sekarang (present value) dari biaya (cost).
Secara umum rumus untuk perhitungan Analisa Sensitivitas
BCR ini adalah (Suyanto, 2001:39): Dalam penentuan nilai-nilai untuk
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 𝑆𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑉 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡
BCR = keadaan sesudah proyek seperti produksi,
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑉 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎
harga, dan lain-lain merupakan estimasi
dengan :
dari perencana, terdapat kemungkinan
PV = present value
bahwa keadaan sebenarnya yang akan
BCR = perbandingan manfaat terhadap
terjadi tidak sama dengan nilai estimasi
biaya (Benefit Cost Ratio)
tersebut. Dengan melakukan analisa
Sebagai ukuran dari penilaian suatu
sensitivitas, kita dapat memperkirakan
kelayakan proyek dengan metode BCR ini
dampak yang akan terjadi apabila keadaan
adalah jika BCR > 1 maka proyek dikatakan
yang sebenarnya terjadi sesudah proyek
layak dikerjakan dan sebaliknya.
tidak sama dengan estimasi awal.
Net Present Value (NVP)
Payback Period
Harga Net Present Value diperoleh dari
Payback Period merupakan jangka
pengurangan present value komponen
waktu periode yang diperlukan untuk
benefit dengan present value komponen
membayar kembali (mengembalikan)
cost.
𝑁𝑉𝑃 = 𝑃𝑉 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 − 𝑃𝑉 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝐶𝑜𝑠𝑡
semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan
dengan: dalam investasi suatu proyek. Perhitungan
PV = Present value payback period ini dapat diperoleh dengan
NPV = Net Present Value rumus sebagai berikut:
Dalam evaluasi kegiatan, nilai NPV I
Payback Pe riode 
pada suku bunga pinjaman yang berlaku Ab
harus mempunyai harga > 0. Jika NPV = 0, dengan:
berarti kegiatan tersebut mempunyai tingkat I = Besarnya biaya investasi yang
pengembalian sama dengan nilai diperlukan
investasinya. Jika NPV > 0, maka kegiatan Ab = Benefit bersih yang dapat
tersebut dari segi ekonomi layak. diperoleh pada setiap tahun

Internal Rate of Return (IRR) HASIL DAN PEMBAHASAN


Internal Rate of Return merupakan Debit Andalan
nilai suku bunga yang diperoleh jika BCR Tabel 1 Debit Sungai Sibundong
bernilai sama dengan 1, atau nilai suku m
Q
(m3/detik)
P(%) m
Q
(m3/detik)
P(%) m
Q
(m3/detik)
P(%)

1 61,48 0,83 41 21,52 33,88 81 12,18 66,94


bunga jika NPV bernilai sama dengan 0. 2
3
55,56
53,55
1,65
2,48
42
43
21,33
21,05
34,71
35,54
82
83
12,13
12,04
67,77
68,60

Perhitungan nilai IRR ini dapat diperoleh 4


5
51,42
48,61
3,31
4,13
44
45
20,42
20,14
36,36
37,19
84
85
11,97
11,88
69,42
70,25
6 40,50 4,96 46 19,98 38,02 86 11,80 71,07
dengan rumus sebagai berikut (Kodoatie, 7
8
40,06
36,30
5,79
6,61
47
48
19,65
19,58
38,84
39,67
87
88
11,71
11,46
71,90
72,73

1995:112): 9
10
36,10
35,21
7,44
8,26
49
50
19,35
19,16
40,50
41,32
89
90
11,44
11,41
73,55
74,38
11 34,69 9,09 51 19,09 42,15 91 11,05 75,21

NPV '
I "I '
12 32,72 9,92 52 18,95 42,98 92 10,99 76,03

IRR  I ' 13
14
32,44
31,61
10,74
11,57
53
54
18,85
18,55
43,80
44,63
93
94
10,88
10,77
76,86
77,69

NPV ' NPV " 15


16
17
31,19
29,33
29,18
12,40
13,22
14,05
55
56
57
18,49
18,21
17,42
45,45
46,28
47,11
95
96
97
10,58
10,55
10,44
78,51
79,34
80,17

dengan : 18
19
28,82
28,65
14,88
15,70
58
59
17,37
17,00
47,93
48,76
98
99
10,11
9,85
80,99
81,82

I’ = suku bunga memberikan nilai 20


21
22
28,61
27,94
27,84
16,53
17,36
18,18
60
61
62
16,96
16,76
16,23
49,59
50,41
51,24
100
101
102
9,44
9,23
9,13
82,64
83,47
84,30

NPV positif 23
24
27,04
26,87
19,01
19,83
63
64
15,98
15,82
52,07
52,89
103
104
8,89
8,72
85,12
85,95

I” = suku bunga memberikan nilai 25


26
27
26,56
25,61
24,92
20,66
21,49
22,31
65
66
67
15,81
15,43
15,31
53,72
54,55
55,37
105
106
107
8,40
7,73
7,54
86,78
87,60
88,43

NPV negatif 28
29
24,78
24,74
23,14
23,97
68
69
15,17
14,16
56,20
57,02
108
109
7,51
7,48
89,26
90,08
30 24,46 24,79 70 13,63 57,85 110 6,86 90,91
NPV = selisih antara present value dari 31
32
24,24
23,46
25,62
26,45
71
72
13,48
13,04
58,68
59,50
111
112
6,80
6,53
91,74
92,56

manfaat dan present value dari biaya 33


34
23,16
23,15
27,27
28,10
73
74
13,02
12,99
60,33
61,16
113
114
6,39
5,47
93,39
94,21
35 22,80 28,93 75 12,92 61,98 115 5,08 95,04
NPV’ = NPV positif 36
37
22,50
22,43
29,75
30,58
76
77
12,90
12,80
62,81
63,64
116
117
3,62
3,56
95,87
96,69

NPV” = NPV negatif 38


39
22,23
21,78
31,40
32,23
78
79
12,59
12,45
64,46
65,29
118
119
2,59
2,30
97,52
98,35
40 21,55 33,06 80 12,23 66,12 120 1,61 99,17
Kurva Durasi Aliran (Flow Duration Kantong Lumpur
Curve) Kantong lumpur berfungsi untuk
mengendapkan sedimen yang ikut masuk
bersama aliran air.
Berdasarkan hasil analisa hidrolika,
besarnya dimensi bangunan kantong
lumpur adalah:
 Debit pembangkit (Qp) = 13,04 m3/det
 Debit desain (Qd) (1,1 x Qp) = 14,34
m3/det
Gambar 3 Kurva Durasi Aliran  Lebar kantong lumpur = 12,5 m  @6
Pemilihan debit andalan berkisar m dengan lebar separator 0,5 m
melebihi 30% sampai dengan 60%. Pada  Panjang kantong lumpur = 214,66 m
studi ini dipilih debit andalan sebesar 60%  Kecepatan aliran (v) = 0,47 m3/det
karena debit andalan 60% memberikan nilai
debit yang lebih kecil dibandingkan dengan Waterway
debit andalan diatas 30% sehingga Saluran pembawa (waterway)
diharapkan dengan debit andalan 60% ini berfungsi sebagai saluran pembawa debit
debitnya lebih sering tersedia dalam satu pembangkit dari bangunan pengambilan
tahun sehingga untuk kebutuhan PLTA menuju ke pipa pesat (penstock).
akan lebih sering terpenuhi. Berdasarkan hasil analisa hidrolika,
besarnya dimensi bangunan waterway
Bangunan Hantar adalah:
Intake  Debit pembangkit (Qp) = 13,04 m3/det
Fungsi utama bangunan pengambilan  Debit desain (Qd) (1,1 x Qp) = 14,34
adalah untuk mengelakan dan mengontrol m3/det
besarnya debit yang masuk ke sistem  Lebar waterway = 3 m
pembangkit, mencegah masuknya debris,  Panjang waterway = 2040,68 m
sampah dan sedimen dalam ukuran besar,  Slope (S) = 0,002 (desain)
menyediakan ruang terisolasi dari sungai  Manning (n) = 0,015 (beton precast)
terhadap sistem pembangkit.  Tinggi muka air = 1,83 m
Berdasarkan hasil analisa hidrolika,
 Kecepatan aliran (v) = 2,62 m3/det
besarnya dimensi bangunan intake adalah:
 Debit pembangkit (Qp) = 13,04 m3/det Headpond
 Debit desain (Qd) (2 x Qp) = 26,08 Headpond diusahakan untuk memiliki
m3/det tampungan sebesar debit operasi dikalikan
 Lebar intake = 7,20 m dengan waktu 2 - 3 menit atau 120Qp – 180
 Panjang intake = 20,59 m Qp untuk menjaga kestabilan turbin akibat
 Jumlah pintu = 4 buah  @1,40 m regulasi governor.
 Jumlah pilar = 3 buah  @ 0,53 m Berdasarkan hasil analisa hidrolika,
 Tinggi pintu = 3 m besarnya dimensi bangunan headpond
 Slope (S) = 0,0016 (desain) adalah:
 Manning (n) = 0,017 (pasangan batu)  Debit pembangkit (Qp) = 13,04 m3/det
 Elevasi dasar intake = +834,26 m  Debit desain (Qd) (1,1 x Qp) = 14,34
 Tinggi muka air = 1,84 m m3/det
 Kecepatan aliran (v) = 2,53 m  Lebar headpond = 6 m
 Panjang headpond = 197,52 m
Volume headpond = 2347,2 m3
 Slope (S) = 0,00006 (desain)
 Manning (n) = 0,013 (beton) Kehilangan Tinggi (Headloss)
 Tinggi muka air = 2,98 m Tabel 3 Rekapitulasi Total Headloss
 Kecepatan aliran (v) = 0,80 m3/det Letak Headloss
Trashrack
Notasi
Ht
Satuan
m
1.0 Q
0,0051
Pintu intake bendung z m 0,1620

Tail Race Kantong Lumpur Ht m 0,0034

Saluran pembuang akhir (tail race) Waterway Ht m 0,4548


Belokan waterway 1 - 9 Hl m 1,0789
berada setelah draft tube turbin yang Headpond Ht m 0,0327
berfungsi untuk mengalirkan debit Trashrack di headpond Ht m 0,0173

pembuangan dari PLTA kembali ke sungai. Inlet headpond menuju penstock Ht m 0,0013
Gesekan di sepanjang pipa penstock 1 hf m 2,4762
Saluran ini direncanakan berbentuk segi Percabangan pipa penstock hs m 0,5379
empat dari pasangan batu. Belokan pipa pada penstock HL m 0,4515
Berdasarkan hasil analisa hidrolika, Perubahan diameter pipa penstock HL m 0,1036

besarnya dimensi bangunan tail race Gesekan di sepanjang pipa penstock 2 hf m 0,4679
Main Intake Valve (butterfly valve) Ht m 0,5043
adalah: Spiral Casing Turbin Hl m 0,5182
 Debit pembangkit (Qp) = 13,04 m3/det Draft Tube hf m 0,4043

 Debit desain (Qd) (1,1 x Qp) = 14,34 Tailrace Ht m 0,1436

m3/det
TOTAL hl m 7,36

 Lebar tail race = 8 m


 Panjang tail race = 63,90 m Tinggi Jatuh Efektif
Berdasarkan gambar di bawah ini, tinggi
 Elevasi ambang tail race = + 673,5 m
jatuh efektif (Heff) dapat diperoleh dengan
 Elevasi tail water level (TWL) =
mengurangi tinggi jatuh kotor (Hg) dengan
+ 674,47 m
total kehilangan tinggi (headloss).
Heff = Hg - total headloss
Dimensi Pipa Pesat
= (El. M.A Headpond – El.
Data teknis yang gunakan untuk
TWL) – (total headloss)
perhitungan adalah:
= (825,69 – 674,47) - (7,36)
 Debit pembangkit (Qp) = 13,04 m3/dt = 151,22 – 7,36
 Tinggi jatuh kotor (Hg) = 151,22 m = 143,86 m
 Headloss (HL) = 6,05 m
 Tinggi jatuh efektif (Heff) = 145,17 m Turbin Hidraulik
 Daya (P) = 16,23 MW = 16230 kw Pemilihan Tipe Turbin
Tabel 2 Diameter Pipa Pesat Dengan parameter besarnya debit
D A 1,0 Q
Persamaan Rumus 2 V
desain dan tinggi jatuh maka dapat dipilih
(m) (m )
(m/det) tipe turbin yang dapat digunakan untuk
0,72 x P 0, 43 PLTA Sibundong Upper, berdasarkan
Warnick (1984) D 2,00 3,21 4,06
H 0,63 kapasitas daya terpasang data tinggi jatuh
 P
0 , 466
dengan grafik tersebut:
Bier (1945) D  0,176 x   1,59 1,97 6,61
 Hr 

0,71 x P 0, 43
Sarkaria (1979) D 1,81 2,56 5,10
Hr 0,65
0,52 x P 0, 43
Moffat (1990) D 1,70 2,26 5,77
Hr 0,60
1,517 x Q 0,5
USBR (1986) D 1,58 1,96 6,667
Hr 0,52
1,12 x Q 0, 45
Falshbusch (1987) D 1,96 3,01 4,33
Hr 0,12
Rata-rata 1,77 2,47 5,47 Gambar 4 Penentuan Tipe Turbin
Berdasarkan Tinggi Jatuh dan Daya
Dari gambar di atas diketahui bahwa putar turbin maka kecepatan sinkron
dengan tinggi jatuh efektif pada debit Q60 generator:
adalah 143,86 meter dan daya yang f
dihasilkan sebesar 2 x 8,04 MW, maka n = 120 x
P
digunakan tipe Turbin Francis sumbu dimana:
horizontal, dipilih turbin dengan sumbu P = Jumlah pole (harus genap)
horizontal karena biasanya turbin dengan
sumbu horizontal digunakan pada turbin Maka,
dengan daya < 10 MW.
120 x f
P =
Kecepatan Putar Turbin dan Generator n
Kecepatan spesifik coba-coba (trial 120 x 50
= =11,99
specific speed): 500 ,06
1,924 Dikarenakan nilai kutub (pole)
NQE’ =
generator harus memiliki nilai genap dan
H 0,512
1,924 tidak berbentuk bilangan desimal, maka
= jumlah kutub (pole) dibulatkan menjadi 12
143,86 0,512 buah.
= 0,15
Besarnya nilai spesifik coba-coba Penentuan Elevasi Titik Pusat Turbin
(NQE’) ini harus dikontrol, apakah Ns-max ≤ Analisa titik pusat turbin sangat
3200 H-2/3. Dari hasil perhitungan Ns-max berpengaruh terhadap gejala kavitasi,
di dapatkan nilai Ns-max sebesar 142,37 m penempatan turbin yang tidak tepat akan
kW, sehingga 142,37 ≥ 114,50 atau Ns-max menyebabkan kavitasi terjadi pada turbin.
≥ 3200 H-2/3 sehingga hasilnya tidak Jadi, koefisien Thoma kritis (σc) untuk
kontrol. Maka nilai NQE’ harus dihitung turbin francis dapat dihitung dengan
secara coba-caoba (trial & error) sehingga persamaan: (Mosonyi, 1991:843)
didapatkan nilai NQE’ sebesar 0,1.
Ns1, 4
Kecepatan spesifik: - σc =
Ns = 955 x NQE’ 12500
= 955 x 0,1 97,81, 4
=
= 98,47 m, kW 12500
Kecepatan putaran turbin dengan = 0,05
persamaan: - Hb = Ha – Hv
N QE E 0, 75 = 9,33 – 0,24
n = = 9,09 m
Q
- Tinggi hisap turbin:
dimana: Hs = Hb   H eff
n = kecepatan putaran turbin (t/det)
E = energi potensial (Hg) = 9,09  0,05 .143,86
Maka, = 1,98 m
- Elevasi titik pusat turbin
0,1 x 9,81 x (143 ,86 ) 0, 75
n = D
8,12 Z = TWL0, 2 Qd  Hs  3
2
= 8,33 t/s
1,14
= 500,06 rpm = 673,83  1,98 
Turbin direncanakan dengan 2
menggunakan generator tipe sinkron = +671,27 m
dengan frekuensi (f) 50 Hz maka kecepatan
sinkron generator sama dengan keceparan
Kontrol Gejala Kavitasi Dari persamaan energi diatas, maka di
Kavitasi adalah fenomena dimana dapatkan total energi pertahun sebesar
terdapat gelembung udara pada turbin yang 83,96 GWh.
akan membentur dinding runner sehingga
akan mengakibatkan korosi. Analisa Ekonomi
Perhitungan tinnghi hisap (Hs) dalam Benefit Cost Ratio (BCR)
perhitungan kavitasi menggunakan PVmanfaat
persamaan: (ESHA, 2004:169)
B =
C PV  PV
biaya mod al biayaO & P
V2
= 1,2715 N QE 
1, 41
σc
2 gH = Rp .1.300.156.619.417,56
Rp. 631.690.391.340,14  Rp.160.379.702.624,23
22
= 1,2715 0,11, 41  = 1,64
2 . 9,81.147,75
= 0,053 Net Present Value (NVP)
P atm  Pv V 2 NPV = PV manfaat – (PV biaya modal +
HS =   H PV biaya O&P)
g 2g = Rp.1.300.156.619.417,56 – (Rp.
= 91459,20  2333,92 22 631.690.391.340,14 + Rp.
  0,053 .143,86
1000 x 9,81 2 x 9,81 160.379.702.624,23)
= -1,67 m = Rp. 508.086.525.453,19
Dimana kavitasi akan terjadi jika nilai
tinggi hisap (Hs) berada pada nilai diatas - Internal Rate of Return (IRR)
1,67 m jadi untuk keamanan direncanakan -
2 m. IRR = I '
NPV '
I "I '
NPV ' NPV "
Ha  Hv  Hs
σ aktual = Dimana:
H eff I’ = suku bunga yang memberikan
9,32  0,24  (2) nilai NPV positif = 12%
= I” = suku bunga yang memberikan
143 ,86
nilai NPV negatif = 13%
= 0,077
NPV’ = NPV positif
Kavitas terjadi jika σ aktual < σc sehingga
NPV” = NPV negatif
dari perhitungan di atas didapatkan 0,077 >
Sehingga,
0,053 maka desai turbin aman terhadap
IRR = 12%  28 .742 .166 .485
(13 %  12 %)
gejala kavitasi. 28 .742 .166 .485  (26 ..351 .626 .547 )

Daya dan Energi = 12,52%


Keuntungan suatu proyek Pembangkit
Listrik Tenaga Air ditentukan dari besar Analisa Sensitifitas
daya yang dibangkitkan dan jumlah energi Analisa sensitivitas biasanya dilakukan
yang dihasilkan tiap tahun. Daya listrik yang dengan mengubah salah satu elemen proyek
dibangkitkan dihitung dengan memakai (misalnya harga, biaya) dan menghitung
persamaan: nilai IRR nya dengan harga tersebut.
P = 9,81 x Q x Heff x turbin x generator Analisa sensitivitas yang dihitung pada
= 9,81 x 13,04 x 143,86 x 0,92 x 0,95 studi ini adalah sebagai berikut:
= 16,08 MW 1. Terjadi 10% kenaikan pada nilai biaya
E = 9,81 x H x Q x x 24 x n yang diperkirakan dan nilai manfaat tetap
2. Terjadi 10% penurunan pada nilai biaya
= P x 24 x n yang diperkirakan dan nilai manfaat tetap
3. Terjadi 10% kenaikan pada nilai manfaat
yang diperkirakan dan nilai biaya tetap
4. Terjadi 10% penurunan pada nilai tahunnya adalah sebesar 83,96 GWh
manfaat yang diperkirakan dan nilai biaya dengan nilai CF sebesar 59,59%.
tetap 6. Dari hasil analisa ekonomi yang telah
5. Terjadi 10% kenaikan pada nilai biaya dilakukan didapatkan nilai-nilai sebai
yang diperkirakan dan 10% penurunan pada berikut:
nilai manfaat. - BCR = 1,64
6. Terjadi 10% penurunan pada nilai biaya - NVP = Rp. 508.086.525.453,19
yang diperkirakan dan 10% kenaikan pada - IRR = 12,52%
nilai manfaat - Payback period = 7 tahun

Payback Period (PBP) SARAN


I Agar PLTA yang direncanakan dapat
PBP = digunakan dalam jangka waktu yang lama,
Ab
maka perlu diperhatikan beberapa hal
= biaya mod al  biaya O & P
manfaat
berikut:
= Rp. 593.136.517.690  Rp.12.254.886.729,14
1. Pengawasan dan pemeliharaan PLTA
Rp. 98.666.389.883,93 yang dilakukan dalam jangka waktu
= 6,14 tahun tertentu apabila terjadi kerusakan pada
Dari perhitungan di atas dapat instalasi PLTA ini dapat segera
diketahui, biaya modal diadakan perbaikan.
dapat terbayar seluruhnya pada tahun 2. Keseriusan dari pihak pengembang
ke-7 (tujuh). swasta / independent power producer
(IPP) untuk mengembangkan manfaat
KESIMPULAN sungai Sibundong sebagai salah satu
Berdasarkan hasil analisa dan upaya guna memenuhi kebutuhan
perhitungan yang telah dilakukan dengan listrik khususnya di Sumatera Utara
memperhatikan rumusan masalah, maka yang sekarang ini sedang mengalami
dapat disimpulkan sebagai berikut: krisis pasokan listrik.
1. Debit andalan yang digunakan dalam 3. Harus lebih sering dilakukan seperti
perencanaan PLTA Sibundong Upper pekerjaan pre feasibility khususnya di
adalah debit andalan 60% sebesar 13,04 sepanjang Sungai Sibundong guna
m3/det. untuk mengindentifikasi awal potensi
2. Pada perencanaan PLTA Sibundong PLTA atau PLTM/H di Sungai
Upper direncanakan pipa pesat dengan Sibundong guna memenuhi pasokan
adanya percabangan, pipa pesat utama listrik di wilayah Sumatera Utara.
panjangnya 420 m dengan diameter 2 m 4. Usaha pemeliharaan lingkungan dari
dan pipa pesat cabang sepanjang 50 m semua pihak agar kelestarian
dengan diameter 1,4 m dengan tebal lingkungan sekitar PLTA tetap terjaga
pipa pesat 21 mm. sehingga debit yang tersedia di sungai
3. Tinggi jatuh efektif pada perencanaan tetap terjaga.
PLTA Sibundong Upper adalah sebesar
143,86 m. DAFTAR PUSTAKA
4. Jenis turbin yang digunakan pada Anonim. 1986. Standart Perencanaan
perencanaan PLTA Sibundong Upper Irigasi Bangian Bangunan Utama
adalah jenis turbin francis dengan poros (KP-02). Jakarta: Direktorat Jenderal
horizontal. Pengairan Departemen Pekerjaan
5. Besarnya daya yang dihasilkan pada Umum.
perencanaan PLTA Sibundong Upper Direktorat Jenderal Listrik Dan
adalah sebesar 16,08 MW (2 x 8,04 Pemanfaatan Energi Departemen
MW) dan energi yang dihasilkan tiap Energi Dan Sumber Daya Mineral.
2009. Pedoman Studi Kelayakan
Hidrologi Buku 2A. Jakarta:
Direktorat Jenderal Listrik Dan
Pemanfaatan Energi Departemen
Energi Dan Sumber Daya Mineral.
Harto Br, S. 1993. Analisis Hidrologi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kodoatie, R.J. 2005. Analisa Ekonomi
Teknik. Yogyakarta: Andi Offset.
Anonim. 2007. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Penyelenggaraan
Pengembangan SPAM. Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum.
Mosonyi, E. 2009. Water Power
Development, Vol.1 Low Head Power
Plants. Budapest: Water Power
Development.
Mosonyi, E. 1991. High Head Power
Plants, Vol.2A. India: Nem Chand &
Brothers.
Patty, O.F. 1995. Tenaga Air. Jakarta:
Erlangga.
Penche, C. 2004. Guidebook on How to
Develop a Small Hydro Site. Belgia :
ESHA (European Small Hydropower
Association).
Ramos, H. 2000. Guidelines For Design
Small Hydropower Plants. Irlandia :
WREAN (Western Regional Energy
Agency & Network) and DED
(Department of Economic
Development).
RETScreen International. 2001. Small
Hydro Project Analysis. Minister of
Natural: Canada.
Sekretariat Negara RI. 2009. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2009 Tentang
Ketenagalistrikan. Jakarta:
Sekretariat Negara RI.
United States Departement of The Interior
Bureau of Reclamation (USBR).
1976. Engineering Monographs No.
20. US. Government: Washington.

Anda mungkin juga menyukai