Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI

SAP 13

TEORI KEAGENAN

OLEH :

DYAH PARAMITHA (1515351087/13)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
TEORI KEAGENAN (Agency theory)

Konsep Agency Theory menurut Scott (2015) adalah hubungan atau kontrak antara
principal dan agent, dimana principal adalah pihak yang mempekerjakan agent agar
melakukan tugas untuk kepentingan principal, sedangkan agent adalah pihak yang
menjalankan kepentingan principal.
Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan keagenan adalah sebagai kontrak,
dimana satu atau beberapa orang (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
melaksanakan sejumlah jasa dan mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan
kepada agen tersebut.
Menurut Eisenhardt (1989) hubungan yang mencerminkan struktur dasar keagenan antara
principal dan agent yang terlibat dalam perilaku yang kooperatif, tetapi memiliki perbedaan
tujuan dan berbeda sikap terhadap risiko. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
definisi dari teori agensi adalah hubungan antara principal (pemilik/pemegang saham) dan
agent (manajer). Dan di dalam hubungan keagenan tersebut terdapat suatu kontrak dimana
pihak principal memberi wewenang kepada agent untuk mengelola usahanya dan membuat
keputusan yang terbaik bagi principal.
Menurut Eisenhardt (1989) karena yang dianalisis adalah kontrak yang mengatur
hubungan antara prinsipal dan agen, fokus dalam teori ini adalah dalam menentukankontrak
yang paling efisien, teori keagenan dilandasi oleh tiga asumsi, yaitu:
1) Asumsi tentang sifat manusia Asumsi tentang manusia menekankan bahwa manusia
memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan
rasionalitas (bounded rationality) dan tidak menyukai resiko (risk aversion)
2) Asumsi tentang keorganisasian Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar
anggota organisasi, efisien sebagai kriteria produktivitas, dan adanya informasi asimetris
antara prinsipal dan agen.
3) Asumsi tentang informasi Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi
dipandang sebagai barang komoditi yang diperjual belikan.
Manager Information Advantage
Dengan asumsi bahwa imbalan tidak dapat diobservasi baik oleh manajer maupun
pemilik sampai dengan periode pelaporan selanjutnya, maka net income yang terlihat oleh
keduanya pada waktu berjalan adalah net income yang mengandung gangguan yang
dihasilkan oleh sistem akuntansi, sehingga manajer tidak dapat mengendalikan dan
mengatur gangguan angka-angka yang merupakan karakteristik tersebut. Akuntan dapat
meningkatkan efisiensi kontrak dengan mengurangi gangguan melalui peningkatan
pengukuran. Manajer dapat mengambil beberapa alternatif yang menguntungkan dari
kondisi tersebut, salah satunya mengenai pilihan untuk menyepakati atau mundur dari
kontrak yang disodorkan, dengan mempertimbangkan mengenai kemungkinan memperoleh
informasi mengenai imbalan sebelum kontrak dilakukan. Pemilik, di sisi lain hanya
dimungkinkan untuk memantau laba yang dilaporkan oleh manajer. Manajer memiliki
peluang untuk mengeksploitasi akuntansi sampai dengan tingkatan yang dapat memberi
kompensasi maksimum bagi dirinya sendiri. Sebagai solusi, perubahan atas kontrak mutlak
diperlukan. Perubahan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun dapat pula
meningkatkan kepercayaan investor bahwa net income bebas dari distorsi manajer dan bias
akuntansi, kondisi yang biasa disebut sebagai revelation principle. Revelation principle
dapat diterapkan jika:
1) kebenaran tesebut tidak digunakan untuk melawan manajer;
2) tidak terdapat batasan dalam bentuk kontrak;
3) tidak terdapat batasan kemampuan manajer dalam mengkomunikasikan
informasi. Pembahasan kemudian adalah mengenai bagaimana mengelola dan mengontrol
manajer dalam upayanya mengelola laba melalui standar akuntansi dan prinsip akuntansi
yang berlaku umum yang memberi batasan mengenai sejauhmana tindakan akuntansi dapat
atau tidak dapat diambil
Agency Theory: Kontrak Pinjaman antara Bondholder-Manager
Dalam hubungan kontraktual antara manajer dan pemegang surat utang (bondholder),
pemegang surat utang dapat dilihat sebagai principal dan manajer merupakan agent. Dalam
memberikan pinjaman kepada perusahaan, pemegang surat utang (kreditor) akan
menentukan suatu tingkat bunga. Kreditor juga memperhitungkan potensi moral hazard,
yaitu manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan kreditor. Karena itu kreditor akan
memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi atas pinjaman yang diajukan manajer
perusahaan. Bunga yang terlalu tinggi tentunya akan menyebabkan expected utility bagi
manajer akan lebih rendah sehingga manajer berusaha untuk memperoleh kesepakatan
kontraktual yang dapat menurunkan tingkat bunga. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memasukkan perjanjian (covenant) ke dalam kontrak, misalnya manajer berjanji bahwa
perusahaan tidak akan membagikan deviden apabila interest coverage ratio lebih rendah dari
tingkat tertentu.
Implikasi Teori Keagenan Bagi Akuntansi
Holmstrom (1979), memberikan perluasan terhadap model agensi, yang mana
membolehkan lebih dari satu ukuran kinerja. Holmstrom berasumsi bahwa usaha agen
tidak bisa diobservasi oleh principal, tetapi imbalan bisa diobservasi pada akhir periode.
Holmstrom menunjukkan kemungkinan mengurangi agency cost pada kontrak
model second best dengan syarat bahwa ukuran kinerja kedua (misalnya harga saham)
juga bisa diobservasi dan mengandung beberapa informasi tentang usaha manajer diluar
yang terkandung dalam ukuran kinerja yang pertama (seringnya adalah laba).
Holmstrom mengasumsikan bahwa usaha dari agen tidak dapat diamati oleh
principal tetapi imbalan nya dapat diamati pada akhir periode tertentu. Di lain pihak,
Feltham dan Xi (1994) menunjukan bahwa model Holmstrom atas kasus imbalan tidak
dapat diamati, jika sekumpulan manejer mungkin melakukan aksi yang konstan.
Holmstrom menunjukan secara formal bahwa sebuah kontrak yang didasarkan
pada sebuah pengukuran kinerja seperti net income kurang efisien daripada first-best,
sumber dari kerugian efisiensi adalah kebutuhan agen yang risk averse untuk
mentoleransi risiko dalam rangka menghasilkan kecenderungan untuk menolak. Hal ini
mengakibatkan munculnya sebuah pertanyaan apakah second-best contract dapat dibuat
lebih efisien dengan mendasarkan pada pengukuransecond performance dalam
penambahannya pada net income.
Kekakuan Kontrak
Teori agensi berasumsi bahwa hukum positif berwenang untuk menegakkan
ketentuan kontrak dan mengadili perselisihan yang timbul dari kontrak. Hal ini
mengingat bahwa kontrakkontrak yang dibuat oleh para pihak pada umumnya sangat
kaku dan rinci, merujuk pada efek dari teori agensi dan konsekuensi ekonomi
sebagaimana diuraikan sebelumnya. Kontrak cenderung untuk “rigid” (kaku) pada waktu
ditandatangani. Kontak yang tidak mengantisipasi semua kemungkinan realisasi keadaan,
adalah tidak lengkap. Membangun sebuah komitmen formal untuk menenegosiasikan
kembali kontrak dibawah tangan adalah mungkin, namun jika negosiasi kembali tersebut
adalah baik untuk manajer, prospek dari negosiasi kembali tersebut mengurangi usaha
insentif manajer, yang tidak termasuk dalam ketertarikan investor. Akibatnya,
konsekuensi dari memasuki suatu kontrak hanya karena itu adalah kontrak, dan maka
cenderung kaku. Keadaan yang tidak terduga sebelumnya menyebabkan biaya untuk
perusahan dan/atau manejer tersebut. Manajer tidak baik terpengaruh oleh perubahan dari
peraturan-peraturan akuntansi dipertengahan jalanyang mengambil ketidaksenangan akan
akuntan-akuntanyang memperkenalkan perubahan peraturan daripada pihak lainnya
dalam kontrak
Rekonsiliasi atas Teori Pasar Sekuritas Efisien dengan Konsekuensi
Ekonomi
Teori keagenan mendemonstrasikan kontrak kompensasi yang mungkin paling
baik biasanya mendukung kompensasi manajer pada satu atau lebih kepada pengukuran
kinerja. Kemudian, manajer memiliki motivasi untuk memaksimalkan kinerja mereka.
kinerja yang lebih tinggi membawa pada ekspektasi imbalan yang lebih tinggi, ini juga
merupakan tujuann yang diharapkan oleh pemegang saham. Pensejajaran ini menjelaskan
mengapa kebijakan akuntansi mempunyai konsekuensi ekonomi, disamping implikasi
dari teori pasar sekuritasefisien.

Dalam teori pasar sekuritas efisien, hanya kebijakan akuntansi yang


mempengaruhi arus kas yang diharapkan menghasilkan konsekuensi ekonomi.
Berdasarkan pendapat atas dasar kontrak, konsekuensi ekonomi tidak bergantung pada
kebijakan akuntansi yang memiliki pengaruh langsung ke arus kas. Kadang, itu
merupakan kekakuan yang diproduksi oleh the signing of binding (penandatanganan
kontrak), kontrak yang tidak lengkap yang menciptakan perhatian manajer, dan yang
membawa pada intervensi mereka dalam proses pembuatan standard. Rigiditas tersebut
tidak dapat berbuat apa-apa apabila perubahan kebijakan akuntansi mempengaruhi arus
kas. Sehingga,konsekuensi ekonomi dan pasar sekuritas efisien tidak selalu tidak
konsisten. Kadang, mereka dapat di gabungkan dengan positive accounting theory,
dengan dukungan normatif dari agency theory yang menyarankan mengapa perusahan
memasuki pekerjaandan kontrak hutangyang bergantung pada informasi akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA

Eisenhardt, M. Kathleen. (1989). Agency Theory: An Assessment and Review. The


Academy of Management Review, vol.14, no.1, pp.57-74. Scott, William R. 2012.
Financial Accounting Theory Sixth Edition. Pearson.
http://taskseekers.blogspot.com/2013/12/teori-keagenan.html
https://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-teori-keagenan/
http://derryjie.blogspot.com/2013/07/makalah-akuntansi-agency-theory.html
http://anggyansyah.blogspot.com/
http://gdeeka01.blogspot.com/
https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-theory/

Anda mungkin juga menyukai