Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KEGIATAN

NON DIAGNOSIS KOMUNITAS 1

Analisis Kebijakan dan Peran Komponen Sistem Pelayanan Kesehatan


dalam Pengelolaan Permasalahan Kesehatan Masyarakat

Subsistem: Pembiayaan Kesehatan di Kupang

Kasus Periode November-Desember 2020: Hepatitis B

Oleh :

Desak Gede Yuliana Eka Pratiwi 190070200011005


Lapa Sendi Hapsari 190070200011016
Marshandyar Aisha Dwitarahma 190070200011009
Mita Yuniawati Pratiwi 190070200011061
Dira Intan Triayu Putri Noviardi 190070200011153

Pembimbing:
dr. Holipah, PhD

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT KEDOKTERAN PENCEGAHAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEGIATAN
NON DIAGNOSIS KOMUNITAS 1

Telah Disahkan Laporan Hasil Kegiatan Non Diagnosis Komunitas dengan


Judul
Analisis Kebijakan dan Peran Komponen Sistem Pelayanan Kesehatan
dalam Pengelolaan Permasalahan Kesehatan Masyarakat
Subsistem: Pembiayaan Kesehatan di Kupang
Kasus Periode November-Desember 2020: Hepatitis B

Pada Hari/Tanggal:

Oleh:
Kelompok 1

Desak Gede Yuliana Eka Pratiwi 190070200011005


Lapa Sendi Hapsari 190070200011016
Marshandyar Aisha Dwitarahma 190070200011009
Mita Yuniawati Pratiwi 190070200011061
Dira Intan Triayu Putri Noviardi 190070200011153

Pembimbing

dr. Holipah, PhD

Mengetahui,
Kepala Departemen IKM-KP

Dr. Lilik Zuhriyah, SKM,M.Kes


NIP. 197306061997022001
Lampiran 1. Tabel Identifikasi Peran
Sub Sistem Nama Lembaga/Departemen/Organisasi/Individu dan Peran Masing-masing
Lembaga Pemerintah
1 2 3 4 5 6
Pusat Provinsi Daerah Masyarakat Swasta
Pembiayaan Kementerian Keuangan RI1 APBN (Anggaran Pendapatan APBD(Anggaran Pendapatan Kader kesehatan di Asuransi Swasta6
Oleh Kemennkeu, Anggaran Belanja Negara) Belanja Daerah)3 fayankes terdekat dengan - Menanggung biaya
Pendapatan Belanja Negara Dekonsentrasi3 Dialokasikan dana APBD untuk masyarakat seperti perawatan disertai
dialokasikan: Dialokasikan dana APBN kab/kota di wilayah NTT sebesar puskesmas mendata santunan tunai harian
- Untuk program deteksi dini Provinsi untuk Provinsi NTT Rp1.298.413.685.079 yang warga miskin untuk saat pasien dirawat di RS
hepatitis B bagi bumil dan sebesar Rp48.507.750.000 bersumber dari : mendapat keringanan - Biaya perawatan tidak
kelompok berisiko, sejumlah - Belanja Langsung biaya pelayanan terbatas pada fasyankes
Rp15.673.442 APBD (Anggaran Pendapatan Rp575.763.172.818 kesehatan berupa tertentu, sehingga klien
- Untuk Kab/Kota yang Belanja Daerah) Provinsi3 - Belanja Tidak Langsung Jaminan Pemeliharaan dapat memilih RS tipe
melakukan Sosialisasi dan Pengalokasian dana APBD Rp23.301.411.000 Kesehatan bagi A/B/C yang dikehendaki
atau advokasi tentang Virus Provinsi sebesar - Dana Alokasi Khusus (DAK) Masyarakat Miskin - Tingkat biaya premi
Hepatitis, sejumlah Rp91.612.523.000 yang berasal Rp7.407.052.845.438 (JPKMM).5 disesuaikan dengan
Rp4.251.542 dari rincian sebagai berikut: DAK fisik Rp265.688.718.834 perawatan yang
- Dana Alokasi Khusus (DAK) DAK nonfisik Rp250.801.108.834 Masyarakat mengeluarkan diinginkan
Kementerian Kesehatan RI2 Rp6.835.227.000 1. BOKRp237.418.732.844 biaya mandiri untuk
- Membuat program dimana - Belanja Langsung 2. AkreditasiRp31.423.533.000 penanganan hepatitis B
pemerintah menyediakan Rp61.475.885.000 3. Jampersal Rp66.289.167.834 ibu hamil.2
dana untuk kegiatan - Belanja Tidak Langsung
penanganan dan prevensi Rp23.301.411.000 Dana Alokasi Umum dan Dana
dengan didasarkan kembai Alokasi Khusus4
pada skala prioritas, yang Biaya yang dialokasikan Pemda
dilaksanakan oleh seluruh sebagai bentuk tanggung jawab
level administrasi termasuk atas operasional agenda
unit pelaksana teknis. imunisasi rutin dan imunisasi
- Pemerintah mengalokasikan tambahan, meliputi:
dan pembiayaan untuk a. Bahan habis pakai
penanganan hepatitis B pada b. Transportasi petugas
ibu hamil, yang dimasukkan c. Distribusi logistik ke fasyankes
ke dalam anggaran asuransi d. Pemeliharaan peralatan vaksin
BPJS. dankendaraan kegiatan imunisasi
hingga perbaikannya
e. Pemusnahan limbah medis
imunisasi

Upaya Kemenkes7,8,9 Dinas Kesehatan Provinsi9 PemerintahKabupaten/Kota9 Lembaga Swadaya PT Kimia Farma (Persero)
Kesehatan -Melaksanakan Deteksi Dini memastikan seluruh provinsi Peningkatan kualitas pelayanan Masyarakat, Kader Tbk12
Hepatitis B (DDHB) secara dan kabupaten/kota telah antenatal terpadu termasuk Kesehatan, dsb - Membangun fasilitas yang
nasionalmenggunakantescep mendukung penyiapan eliminasi pemeriksaan HIV, Sifilis, dan Peningkatan program memproduksi peralatan
at (rapid diagnostic test) HIV, Sifilis, dan Hepatitis B Hepatitis B, melalui: Pencegahan Penularan kesehatan untuk tes
atauserologi HBsAg.Kegiatan secara massal yang dibuktikan 1) Sinkronisasi terhadap kebijakan Ibu ke Anak (PPIA) yang HBsAg yang berfungsi
ini meliputipemeriksaan ibu dengan dokumen tertentu terkait pelayananantenatal. ditujukan kepada para sebagai pendeteksi dini
hamil untuk mengetahui mengenai: 2) Penyusunan standar Kepala Puskesmas di atau skrining hepatitis B
status Hepatitis B, apabila 1) Sistem surveilans pelayanan operasional prosedur pelayanan wilayah Kupang, para - Menyelenggarakan
hasil pemeriksaan ibu hamil antenatal melalui pelaksanaan antenatal terpadu. dokter dari RSUD, dan program pemeriksaan
tersebut reaktif maka kohort antenatal. 3) Penyusunan sistem kendali sejumlah LSM. Tujuan hepatitis B secara gratis
dilakukan pemantauan 2) Integrasi sistem kohort bumil- mutu pelayanan antenatalterpadu, pelayanan antenatal itu pada Hari Hepatitis
sampai bersalin. bayi berkesinambungan. melalui supervisi fasilitatif adalah mendeteksi dini Sedunia sebagai bentuk
-Kementerian Kesehatan 3) Sistem informasi manajemen yang menjadi bagian dari kelainan ibu hamil maupun perwujudan tanggung
mengubah konsep imunisasi data penyakit menular penilaian akreditasi pelayanan. janin termasuk pada jawab sosial perusahaan
dasar lengkap menjadi terintegrasi sesuai ketentuan. 4) Pengkajian ulang berbagai Hepatitis B agardapat atau Corporate Social
imunisasi rutin lengkap. 4) Semua hasil pelaksanaan kebijakan kesehatan dan diintervensi segera.11 Responsibility (CSR)
Imunisasi rutin lengkap itu pelayanan antenatal terpadu keselamatan pelayanan antenatal
terdiri dari imunisasi dasar berkualitas berbasis sistem terpadu. Tokoh masyarakat, tokoh
dan lanjutan, yang di kependudukan dapat diakses agama dan tokoh pemuda
dalamnya termasuk juga secara benjenjang hingga ke Dinas Kesehatan Daerah10 secara bersama -sama
imunisasi hepatitis B, dimana tingkat nasional. Memfasilitasi pemeriksaan mulai menggalakkan
dalam programnya imunisasi 5) Sistem umpan balik dan hepatitis B bagi setiap ibu hamil, kebiasaan membentuk
hepatitis B pertama diberikan dukungan keahlian/mentoring sesuai amanat UU Kesehatan No. rutinitas baru yakni
kepada bayi berusia kurang terpadu secara berjenjang. 36 Tahun 2009. memeriksakan hepatitis B
dari 24 jam (Hb0). secara mandiri ke
-Kemenkes menargetkan Triple pelayanan kesehatan
Eliminasi penyakit menular terdekat.10
yang mudah ditularkan oleh
ibu kepada anaknya dalam Masyarakat membentuk
kandungan yakni HIV, sifilis peer group / support group
dan hepatitis B hingga 2022. untuk memberikan
Ditargetkan pada 2022 motivasi serta informasi
sebanyak 90% ibu hamil yang dapat merubah
dapat diskrining dan 90% perilaku; dan menjadi
diobati. relawan pendamping
penderita hepatitis B.2

Pemberdayaan Kemenkes2,3,4 Dinas Kesehatan13 Pemerintah Daerah14 Menggalakan program Masyarakat dan swasta
Masyarakat - Usaha yang tengah Untuk memperkuat upaya Dengan mengacu kepada PMK Perilaku Hidup Bersih dan dapat ikut membantu
diupayakan oleh Kemenkes promotif preventif dan No. 52 tahun 2017 tentang Sehat (PHBS) dan menggerakkan masyarakat
yakni meningkatkan advokasi, pemberdayaan masyarakat, Eliminasi Penularan Human Virus pengembangn Upaya untuk menurunkan risiko
teknis, dan pengetahuan disusunlah Renstra Provinsi Hepatitis B dari ibu kepada bayi, Kesehatan persebaran hepatitis B
umum tentang virus Hepatitis NTT Tahun 2019-2023 dengan pemda memberikan penyuluhan Bersumberdaya dengan cara sosialisasi
kepada anggota masyarakat, mempedomani kerangka Sistem kepada masyarakat kupang terkait Masyarakat (UKBM) imunisasi, penyuluhan
penyedia layanan kesehatan Kesehatan Daerah. penularan hepatitis yang terjadi sebagai upaya perilaku hidup bersih dan
dan stakeholder. secara horizontal dan vertikal pemberdayaan sehat, sanitasi total dan
- Pembuatan kebijakan masyarakat di tingkat pemberian dukungan
nasional yang memfokuskan Persatuan Karya Dharma Rumah Tangga atau desa fasilitasi penyelenggaraan
pemberdayaan masyarakat Kesehatan Indonesia menyesuaikan dengan Imunisasi, keikutsertaan
pada perilaku stop BAB (PERDHAKI) Kota Kupang15 keadaan sarana yang ada langsung sebagai kader
sembarangan dengan Melakukan sosialisasi serta sehingga lebih efektif.13 kesehatan bagi masyarakat
program Sanitasi Total advokasi mengenai vaksinasi setempat.4
Berbasis Masyarakat (STBM). pentavalent untuk mengurangi
- Melakukan advokasi dan angka kesakitan hepatitis B yang Lembaga swasta membuat
sosialisasi Hepatitis B sebagai menular pada bayi. kebijakan Kesehatan Ibu
upaya promotif, guna dan Anak atau yang disebut
meningkatkan pengetahuan, MCH (Mother and Child
ketrampilan dan komitmen Health) Policy. Kebijakan
berbagai kalangan tentang tersebut menggerakkan
cara penularan, masyarakat dengan16:
skrining,bagaimana - Memberi dukungan dan
mencegah, perlunya specific pelatihan yang mumpuni
protection dan pengurangan kepada kader dan
dampak buruk, dan penolong kelahiran
mengetahui apa yang perlu tradisional, dikarenakan
dilakukan jika suatu waktu kurangnya pemerataan
terinfeksi atau diketahui tenaga kesehatan seperti
masuk dalam populasi dokter di daerah-daerah
berisiko. terpencil yang jauh dari
fasyankes primer,
sehingga lebih efektif jika
langusng melatih para
penolong kelahiran
tradisional dengan salah
satunya dengan
membekali pengetahuan
terkait imunisasi Hb0pada
bayi < 24 jam
- Memberi penyuluhan dan
motivasi atas peran ayah
dalam kesehatan ibu dan
anak sehingga ibu tidak
merasa sendiri dan lebih
mau diajak skrining dan
kontrol rutin antenatal
care

Penelitian dan Kemenkes2,17,18,19 Dinas Kesehatan3 Pemerintah Kabupaten/Kota3 Pemerintah desa bekerja PT Bio Farma (Persero)21
Pengembangan - Mengembangkan inovasi Upaya memberantas penyakit Melakukan pelacakan kasus sama dengan pemerintah Demi mendukung kegiatan
pencegahan baru menggunakan menular seperti hepatitis B hepatitis B, menilai cakupan yang lebih tinggi untuk penelitian, Bio Farma
hepatoprotector melaluipengadaan surveilens imunisasi hepatitis B pada bayi meneliti kemudian bekerjasama dengan pihak
- Upaya pencegahan penyakit epidemiologi dengan upaya berusia kurang dari 7 hari, dan mengembangkan tanaman lain. Direktur perencanaan
infeksi seperti hepatitis B penemuan penderita melalui penilaian keberhasilan program obat sebagai pengobatan dan pengembangan memiliki
dilakukan pemerintah Indonesia skrining yang ditindaklanjuti sanitasi total, yang semuanya tradisional untuk 3 divisi yang mendukung:
lewat Program Pengembangan dengan penanganan secara bertujuan untuk penelitian dan manajemen hepatitis B.2 1. Divisi Surveilans dan Uji
Imunisasi dalam rangka cepat melalui riset lebih lanjut terkait Klinis
pencegahan penularan terhadap penatalaksanaanpasien keberhasilan pengendalian / Meneliti prevalensi 2. Divisi Penelitian
beberapa Penyakit yang Dapat hepatitis B. pencegahan kasus hepatitis B. Hepatitis B pada ibu hamil 3. Divisi Pengemabangan
Dicegah Dengan Imunisasi di Puskesmas Produk
(PD3I). berdasarkan pelayanan Ketiga divisi ditujukan untuk
- Menyusun rencana strategis kesehatan berupa skrining mencapai keberhasilan
seperti program guna meningkatkan program penelitian dan
PembinaanSurveilans, kontrol dan pencegahan perkembangan atas produk
Imunisasi, Karantina dan Hepatitis B.16 perusahaan mencakup
Kesehatan Matra untuk vaksin hepatitis B.
menghindari kejadian sakit Masyarakat salah satu
akibat PD3I. desa di Kupang (Desa
- Kemenristek bekerja sama Birunatun) melakukan
dengan LIPI, Badan Pengkajian budidaya tanaman obat.
dan Penerapan Teknologi Dari hasil penelitian
(BPPT), PT. Bio Farma, PT. mengenai inventarisasi
Indofarma Tbk, dan berbagai tanaman ramuan obat
universitas negeri di Indonesia tradisional di Desa
untuk mengembangkan inovasi Birunatun, ada 31
baru pembuatan vaksin dan tanaman yang berhasil
penelitian terhadap bahan baku diuji untuk digunakan
obat dari sumber daya alam sebagai obat tradisional
Indonesia. penyakit hepatitis B.20

Sumberdaya - Pemerintah membentuk forum Dinas Kesehatan3 Untuk mencapai keberhasilan Masyarakat Lembaga Swasta4
Manusia Hepatitis B - Meningkatkan mutu yankes penanggulangan Hepatitis B meningkatkansarana Mengadakan pelatihan untuk
Kesehatan - Mengedukasi masyarakat dengan meningkatkan status melalui upaya promotif, dapat kesehatan sebagai upaya para kader kesehatan,
Indonesia terkait Hepatitis B Puskesmas non Rawat Inap ditempuh dengan cara2: menaikkantaraf kesehatan nakes dan pengelola
melalui pelatihan nakes menjadi Puskesmas Rawat - Alokasi sumber daya kesehatan masyarakat sembari kegiatan imunisasi melalui
secara nasional yang Inap yang mumpuni oleh Pemerintah melibatkan Competency-Based Training
diteruskan kepada kader- - Penempatan Puskesmas Kabupaten/Kotaagar penderita potensimasyarakat (CBT) yang terakreditasi.
kader kesehatan di daerah Rawat Inap di luar area Hepatitis B mau memeriksakan didalamnya. Upaya Lembaga swasta juga harus
- Meningkatkan mutu jangkauan RS, di berbagai diri ke fasyankes dan mendapat tersebut diantaranya yakni terlebih dahulu melalui
pelayanan kesehatan dengan jalur rawan kecelakaan lalu terapi sehingga taraf kesehatan membangun Posyandu, proses akreditasi oleh
menyusun pedoman lintas, serta di area terpencil masyarakat meningkat Polindes (Pondok Bersalin kementerian / dinas sesuai
pengendalian dan - Penanggulangan Hepatitis B Desa), Poskesdes (Pos peraturan yang disepakati.
pengembangan tatalaksana - Pemberian imunisasi setelah Kesehatan Desa) dan
Hepatitis B pemeriksaan sesuai guideline DesaSiaga.3
- Deteksi dini pada ibu hamil22 bagi penduduk yang berisiko
- Sektor terkait dan LSM bermitra
guna membantu Program.

Manajemen, Kemenkes2,9 Dinas Kesehatan3,9 Pemerintah Daerah9 Kader kesehatan dan PT Bio Farma (Persero)21
Informasi dan Dalam program Eliminasi Memastikan setiap fasyankes Mengumpulkan informasi secara fasyankes terdekat Mendukung regulasi
Regulasi Penularan, didahului dengan mengadakan deteksi dini secara menyeluruh terkait insiden bayi dengan masyarakat pemerintah dalam agenda
proses: rutin, memastikan baru lahir dengan HIV, Sifilis, dan menetapkan peraturan imunisasi nasional di
a. Menyiapkan dukungan profesionalitas petugas terkait Hepatitis B selalu <50/100.000 dimana setiap ibu hamil Indonesia melalui Kemenkes
program eliminasi HIV, Sifilis, penanganan, pencatatan dan kelahiran hidupdalam 3 tahun perlu menjalani tes darah dengan pemberian berbagai
dan Hepatitis B dari seluruh pelaporan, serta surveilans berturut-turut di wilayah Kupang, untuk mendeteksi virus vaksin termasuk Hepatitis B
provinsi, kabupaten dan kota berbasis layanan tetap terjaga. dimana Hepatitis B menunjukkan hepatitis B. Lalu segera tunggal maupun vaksin
melalui dokumen tertentu - Untuk antenatal care yang tingkat penularan ≤ 50 bayi / memberikan pengobatan pentavalen.
terkait: ditujukan kepada seluruh ibu 100.000 kelahiranhidup. kepada penderita hepatitis
1) Sistem surveilans berupa hamil agar dipastikan telah B dan bagi bayi baru lahir Faskes Swasta4
kohort antenatal. mendapat pelayanan secara kurang dari 24 jam segera Mencatat dan melaporkan
2) Sistem kohort bumil-bayi merata, dengan sistem diberikan imunisasi pelayanan imunisasi rutin di
terintegrasi. pengumpulan data, hepatitis B.24 fasyankes swasta ke
3) Sistem informasi manajemen pelaporan, dan surveilans puskesmas wilayahnya
data penyakit menular yang berkualitas. menggunakan aturan yang
terintegrasi. - Menyusun Profil telah disepakati Bersama,
4) Akses hingga jenjang tertinggi Kesehatanuntukprovinsi NTT dan dilakukan setiap bulan.
(nasional) atas seluruh hasil yang terbit per tahun (annual)
antenatal care terpadu yang akandijadikan sebagai
5) Sistem feedback dan arsip data di wilayah tersebut
mentoring bertahap. dan diharapkan mampu
Setelah tahap Pra Eliminasi, memperlihatkan informasi apa
dilanjutkan ke tahap Eliminasi saja yang tersedia untuk
yang direncanakan tercapai di dapat diolah bagi keperluan
tahun 2022, dimana kegiatan penelitian, penentuan
sebelumnya tetap berlangsung kebijakan dan pengambilan
dan penilaian terlaksananya langkah selanjutnya terkait
program Eliminasi Penularan berbagai program kesehatan
diatur agar lebih menyeluruh dan capaiannya.
melalui perhitungan akses
antenatal care dengan lengkap,
jumlah bayi yang terinfeksi
berbanding bayi lahir hidup.

b. Berdasarkan Permenkes
tentang Penanggulangan Virus
Hepatitis, alur pengendalian
dilakukan melalui:
a. Health Promotion
b. Specific Protection
c. Program Imunisasi
d. Surveilans Virus Hepatitis
e. Kontrol faktor risiko
f. Skrining dan penemuan kasus
g. Treatment

Oleh Menteri Kesehatan23:


- Dikeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
No. 52 Tahun 2017 tentang
Eliminasi Penularan Human
Immunodeficiency Virus,
Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu
Ke Anak
- Dikeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
No.53 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Hepatitis
Virus
- Dikeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
Sumberdaya Kemenkes4 Dinas Kesehatan3 Pemda, LSM dan organisasi Masyarakat bersama- PT Bio Farma (Persero)25
Persediaan Guna memenuhi keperluan Mengelola tempat makanan sosial lainnya yang memberikan sama memutus rantai - Bio farma menerapkan
Farmasi, vaksin salah satunya hepatitis B, sebagai lokasi yang rentan dukungan yakni pengembangan penyebaran penyakit prinsip Good
Tekhnologi dan Badan Usaha Milik Negara menimbulkan gangguan kapasitas, pilihanteknologi, infeksi dengan Manufacturing Practices,
Makanan bidang produksi vaksin dapat kesehatan akibat penyebaran mekanisme jejaring marketing, menerapkan cuci tangan Good Laboratory
ditugaskan. Dan bila tidak dapat suatu penyakit infeksi. Sesuai pengembanganmedia, dan dengan sabun, tidak BAB Practices, Good
memenuhi kebutuhan, Badan Kepmenkes No.1098 Th 2003 berbagai pertemuan edukatif antar di sembarang tempat, Regulatory Practices,
Usaha Milik Negara bidang tentang persyaratan sanitasi pihak, untuk membantu mengelola makanan dan Good Clinical Practices,
kefarmasian akan dikerahkan meliputi: tercapainya program STBM untuk minuman dalam rumah dan Good Distribution
agar segera mengimpor vaksin. - Persyaratan lokasi dan universal access terhadap sanitasi tangga dengan sanitasi Practices sebagai
Vaksin yang digunakan yang bangunan Tempat bagi masyarakat.3 yang baik, mengamankan implementasi
berasal dari pedagang besar Pengelolaan Makanan (TPM) sampah dan limbah cair pengawasan dan jaminan
farmasi harus punya izin sesuai - Persyaratan fasilitas Rumah Tangga.3 mutu pelayanan yang
ketetapan peraturan perundang- kebersihan diberikan perusahaan,
undangan. - Persyaratan dapur & gudang yang mana dipantau oleh
- Persyaratan bahan makanan, Badan Pengawasan Obat
pengolahannya, maupun dan Makanan (BPOM).
makanan yang sudah jadi - Memanfaatkan tenaga
- Persyaratan penyimpanan, profesional nya yang
penyajian, hingga peralatan berkompeten terutama
yang dipakai. memiliki keahlian dalam
teknologi farmasi terbaru,
khususnya biotechnology
& life science, yang akan
sangat berguna untuk
memproduksi reagen
skrining, vaksin dan obat-
obatan hepatitis B yang
lebih baik dan efisien
yang bisa dikonsumsi
masyarakat Indonesia.
Lampiran 2. Interaksi peran antar sub sistem SKN dalam mencapai triple eliminasi penularan penyakit HIV, Hepatitis B, dan Sifilis tahun 2022 dari
ibu ke anak
Lampiran 3. Tabel Gap
Peran Ideal dan Aktual
Nama Lembaga
Lembaga Pemerintah
1 2 3 4 5 6

Pusat Provinsi Daerah Masyarakat Swasta

Ideal Aktual Ideal Aktual Ideal Aktual Ideal Aktual Ideal Aktual
Kementrian Oleh Kemennkeu, Pada tahun
Kesehatan RI Anggaran 2018 telah
Pendapatan dilaksanakan
Belanja Negara deteksi dini bagi
dialokasikan: ibu hamil /
- Untuk program kelompok
deteksi dini berisiko di 358
hepatitis B bagi kabupaten/kota
bumil dan (69,65%) yang
kelompok tersebar di 34
berisiko, Provinsi. 26
sejumlah
Rp15.673.442 Hal ini sudah
- Untuk Kab/Kota mencapai target,
yang
melakukan yang mana
Sosialisasi dan target
atau advokasi keseluruhan
tentang Virus dalam kegiatan
Hepatitis, deteksi dini di
sejumlah
Rp4.251.542 kabupaten / kota
di seluruh
- Membuat provinsi sebesar
program 60%. 26
dimana
pemerintah
menyediakan
dana untuk
kegiatan
penanganan
dan prevensi
dengan
didasarkan
kembai pada
skala prioritas,
yang
dilaksanakan
oleh seluruh
level
administrasi
termasuk unit
pelaksana
teknis.
- Pemerintah
mengalokasikan
dan
pembiayaan
untuk
penanganan
hepatitis B pada
ibu hamil, yang
dimasukkan ke
dalam anggaran
asuransi BPJS.
Dinas Dinas Pada tahun
Kesehatan kesehatan ini sendiri
Provinsi provinsi pemerintah
membuat provinsi NTT
rencana melakukan
kegiatan, realokasi
program dan dana APBD
pendanaan sekitar 1
untuk tahun triliun rupiah
2020. untuk
penangan
Dengan nama covid 19. 28
program yaitu
Pencegahan Relokasi
dan dana untuk
Pengendalian pandemic ini
Penyakit HIV tentu
dan Hepatitis berpengaruh
B. terhadap
total angaran
Total dana
anggaran penanganan
dana berkisar hepatitis b
4.233,4 miliyar yang
rupiah. 27 sebelumnya
sudah
Pada tahun direncanaka
2018, n dan juga
Pengalokasian fokus akan
dana APBD
Provinsi beralih
sebesar dalam
Rp91.612.523. penanganan
000 yang kasus
berasal dari
rincian pandemic
sebagai ini.
berikut:
- Dana
Alokasi
Khusus
(DAK)
Rp6.835.22
7.000
- Belanja
Langsung
Rp61.475.8
85.000
- Belanja
Tidak
Langsung
Rp23.301.4
11.000. 3

Dinas Dialokasikan Pada tahun ini


Kesehatan dana APBD pemerintah
Kabupaten dan untuk kota kupang
kab/kota di
Pemerintah wilayah NTT melakukan
Kota Kupang sebesar realokasi dana
Rp1.298.413 sebesar Kota
.685.079 Kupang Rp
yang 48.598.738.40
bersumber
dari : 0 dan sebesar
- Belanja Rp
Langsung 46.022.341.57
Rp575.763 7 untuk
.172.818 kabupaten
- Belanja
kupang. 28
Tidak
Langsung
Rp23.301. Realokasi
411.000 dana ini
- Dana mungkin dapat
Alokasi
berpengaruh
Khusus
(DAK) terhadap dana
Rp7.407.0 lainnya
52.845.43 termasuk
8 untuk
Ini
berdasarkan
alokasi penanganan
anggaran hepatitis B.
kesehatan
NTT tahun
2018
Jumlah
puskesmas
yang ada di kota
kupang tidak
Kader
sesuai dengan
kesehatan di
fayankes jumlah desa
terdekat dengan yang ada.
masyarakat Tercatat bahwa
seperti total puskesma
puskesmas
yang ada
mendata warga
miskin untuk berjumlah 11,
mendapat sedangkan desa
Puskesmas
keringanan yang berada di
biaya pelayanan kota kupang
kesehatan
sendiri
berupa Jaminan
Pemeliharaan berjumlah 51. 3
Kesehatan bagi
Masyarakat Dan juga di
Miskin seluruh desa
(JPKMM).5
tidak tercatat
adanya
penggunaan
dana desa untuk
kesehatan. 3
Pada bulan
februari lalu,
perusahaan
UPT Klinik
melakukan
Pratama
pemeriksaan
Universitas
hepatitis gratis
Nusa Cendana
di lembaga
Kupang
permasyarakat
an kelas IIA
kupang. 29
Lampiran 4. Metode Skoring Problem Kesehatan Masyarakat Menggunakan Metode Matematik (Modified Hanlin Pan American Health Organization
PAHO)
Gap/Problem A B C E F
Magnitud Serioussness Effectiveness In-Equity Positioning BPR Prioritas
e Factors

Realokasi dana 6  Urgency: 5 8 4 1,5 57,1 1


penanganan hepatitis B  Severity of
untuk penanganan consequences:
Covid-19 5
 Economic loss:
3
 Negative impact
on others: 2
Total: 15
Rasio jumlah  Urgency: 3
puskesmas dengan  Severity of
banyaknya desa tidak consequences:
seimbang akibat 7 3 8 4 1 35 2
minimnya optimalisasi  Economic loss:
pemanfaatan dana 2
desa sebagai upaya  Negative
pengadaan pelayanan impact on
kesehatan others: 4
Total: 12

Perhitungan Metode Skoring Problem Kesehatan Masyarakat Menggunakan Metode Matematik (Modified Hanlin Pan American Health
Organization PAHO)
Dari hasil temuan masalah dilakukan sistem skoring pada beberapa komponen yaitu:
A: Magnitude (0-10)
B: Seriousness (0-20)
C: Effectiveness (0 -10)
E: In- Equity (0-5)
F: Positioning Factors (0,67-1)
Masalah yang ditemukan dimasukkan ke dalam tabel dan dilakukan perhitungan dengan formula sebagai berikut :

Langkah selanjutnya setelah didapatkan hasil BPR pada setiap masalah, masalah tersebut kemudian diurutkan berdasarkan skala prioritas tertinggi
hingga terendah menggunakan skor BPR.

Sistem Skroing menggunakan Analisis Penentuan Prioritas Gap

1. Realokasi dana penanganan Hepatitis B untuk penanganan Covid-19


a. Magnitude: didapatkan skor 6 karena pada data terkait kasus hepatitis B pada tahun 2018 sebanyak 453 kasus, yaitu pada kota kupang terdapat
sebanyak 220 kasus, kupang sebanyak 20 kasus, TTS sebanyak 83 kasus, TTU sebanyak 67 kasus, Nagekeo sebanyak 26 kasus dan Manggarai
timur sebanyak 21 kasus. Jumlah kasus tersebut menyatakan bahwa populasi yang terlihat cukup banyak sehingga membutuhkan penanganan lebih
lanjut.3
b. Serioussness
i. Urgency: didapatkan skor 5 oleh karena angka kejadian kasus hepatitis B yang paling sering diantara penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) lainnya, misalnya seperti: difteri, pertussis, tetanus neonatorum dan campak. Apabila adanya relokasi/pengurangan biaya untuk
penanganan Covid-19 maka dikhawatirkan kasus hepatitis B akan bertambah parah3.
ii. Severity of consequences score: didapatkan skor 5 karena dengan adanya realokasi dana untuk penanganan Covid-19, maka dana yang
seharusnya digunakan untuk penanganan terkait hepatitis B akan berkurang dan tidak memadai sehingga akan menimbulkan meningkatnya
angka mortalitas.30
iii. Economic loss: didapatkan skor 3 karena dengan adanya realokasi dana tersebut dapat menyebabkan pemerintah daerah harus mengeluarkan
dana lebih banyak lagi untuk menangani kasus hepatitis B yang semakin bertambah banyak dan juga kondisi perburukan akibat tidak segera
mendapatkan penanganan.3
iv. Negative impact on others: didapatkan skor 2 karena hal tersebut dapat meningkatkan angka kesakitan maupun angka mortalitas pada penduduk
sehingga akan berdampak terhadap demografi negara3.
c. Effectiveness: didapatkan skor 8 karena apabila tidak adanya realokasi dana dan penggunaan dana yang tepat sasaran yaitu untuk penanganan
masalah hepatitis B, maka tentunya dapat mengurangi kasus hepatitis B di Indonesia dan khususnya wilayah Kupang dengan jumlah yang besar3,30.
d. In-Equity: didapatkan skor 4 karena dengan terjadinya masalah keterbatasan biaya, maka tentunya akan mempengaruhi distribusi dana pada seluruh
daerah untuk penanganan kasus Hepatitis B30.
e. Positioning Factors : didapatkan skor 1.5 karena negara dalam masalah ini akan mengalami kesulitan apabila realokasi dana tetap terjadi, sehingga
secara tidak langsung menandakan bahwa negara tidak mempunyai banyak kapasitas untuk menangani permasalahan ini3.

2. Rasio jumlah puskesmas dengan banyaknya desa yang tidak seimbang akibat minimnya optimalisasi pemanfaatan dana desa sebagai upaya
pelayanan kesehatan.
a. Magnitude : skor 7 karena jumlah puskesmas dan banyaknya desa tidak seimbang, jumlah desa di kota kupang terdapat 51 desa namun hanya
terdapat 11 puskesmas. Selain itu tidak ditemukan data jumlah desa yang memanfaatkan dana desa yang telah diberikan oleh pemerintah kota.
Akibat kurangnya optimalisasi pemanfaatan dana desa tersebut mempengaruhi pengadaan obat dan vaksin esensial di puskesmas.32
b. Serioussness
i. Urgency: skor 3 karena meskipun sumber dana sudah diberikan ke puskesmas di masing-masing wilayah kerja untuk pengadaan obat dan
vaksin, namun karena tidak seimbangnya rasio jumlah puskesmas dengan jumlah desa, maka serapan dana dalam pengadaan vaksin hepatitis
B0 bagi bayi baru lahir tidak dapat maksimal.3,32
ii. Severity of consequences score : skor 3 karena program pemberian vaksin hepatitis B0 dan pemberian vaksin lanjutan DPT-HB-Hib tidak
mencakup seluruh anak di kota kupang akibat jumlah puskesmas yang terbatas, sehingga didapatkan kasus penyakit hepatitis B yang cukup
tinggi yaitu 220 kasus dengan rincian 6 laki-laki dan 214 perempuan.3
iii. Economic loss : skor 2 karena apabila kurangnya jumlah puskesmas dengan rasio desa yang memiliki banyak penduduk membuat kurangnya
akses pelayanan kesehatan dalam hal promotif, preventif dan kuratif sehingga bagi anak yang mengalami infeksi hepatitis B akan menghambat
perkembangan dan bagi dewasa yang terkena akan mempengaruhi produktifitas seseorang.3
iv. Negative impact on others : skor 4 karena kurang optimalnya pengelolaan dana desa untuk bidang kesehatan baik dalam bentuk pengadaan
puskesmas pada tiap desa akan mempengaruhi akses kesehatan baik dalam bentuk promotif, preventif dan kuratif. Dalam kaitannya hepatitis B,
maka akan banyak masyarakat yang mengalami penyakit hepatitis B akibat kurangnya akses terhadap vaksin dan pengobatan hepatitis B.
Sehingga akan menghambat program pemerintah yaitu percepatan prioritas nasional bidang kesehatan dalam upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit.31
c. Effectiveness : skor 8 karena apabila pengelolaan dana desa dalam bidang kesehatan dilakukan secara optimal dalam penyesuaian jumlah desa
dengan pengadaan puskesmas serta pengadaan obat dan vaksin esensial, maka program pencegahan dan pengendalian penyakit akan berjalan
maksimal.27,31
d. In-Equity : skor 4 karena di kota kupang meskipun hanya dengan jumlah 11 puskesmas, semua puskesmas tersebut telah melaksanakan kegiatan
pelayanan kesehatan keluarga, namun masih belum mencakup seluruh warga di 51 desa kota kupang. Sehingga perlu adanya pengalokasian dana
yang optimal untuk pengadaan layanan kesehatan.3
e. Positioning Factors : skor 1 karena pemerintah sudah berupaya memberikan dana desa dengan pembagian sesuai kebutuhan masing-masing,
Namun pada kenyataannya kota kupang tidak memanfaatkan dana desa untuk kesehatan dengan optimal terlihat dari perbadingan rasio puskesmas
dan desa yang tidak memadai.3,27
Pembahasan dan Solusi

Realokasi dana penanganan Hepatitis B untuk penanganan Covid-19.


Dari berbagai gap yang telah dianalisis dan dengan menggunakan metode PAHO-HANLON untuk
melihat Basic Priority Rating (BPR) didapatkan GAP tentang realokasi dana penanganan Hepatitis B untuk
penanganan Covid-19 mencapai 57,1. Menurut undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 menyebutkan
bahwa pembiayaan Kesehatan memiliki tujuan untuk penyediaan kesehatan secara berkelanjutan dengan
jumlah yang mencukupi, teralokasi dengan adil dan dapat bermanfaat. Definisi pembiayaan kesehatan
merupakan besarnya dana yang harus disiapkan untuk menyelenggarakan dan memanfaatkan berbagai
upaya kesehatan yang diperlukan baik secara perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat3.
Pembiayaan kesehatan adalah salah satu komponen sumber daya yang penting untuk menjalankan
pembangunan kesehatan. Untuk mendukung hal tersebut, di Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT pada tahun
2014-2018 terdapat berbagai sumber pembiayaan kesehatan yang meliputi, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Pinjaman/Hibah Luar Negeri
(PHLN) dan sumber lainnya. Pada tahun 2014, total anggaran kesehatan sebesar Rp 2.702.632.903.832,-
dengan total anggaran kesehatan bersumber APBD Kabupaten/Kota tahun 2014 sebesar Rp
2.228.028.861.645,- (82,44%). Total anggaran kesehatan tahun 2015 sebesar Rp 1.247.694.699.611, total
anggaran bersumber APBD Kabupaten/Kota sebesar Rp 1.015.461.992.311,- (81,38%). Kemudian pada
tahun 2016 alokasi anggaran kesehatan sebesar Rp 2.517.429.213.899,- sedangkan total APBD
Kabupaten/Kota sebesar Rp 1.676.388.716.879,- (66,59%). Dan pada tahun 2017 alokasi anggaran
Kesehatan Kabupaten/Kota sebesar Rp 3.686.421.264.956,-. Sedangkan untuk total Kabupaten/Kota
APBD sebesar Rp 11.647.172.125.804 dan pada tahun 2018 alokasi anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota
sebesar Rp 1.438.533.958.0793.
Hepatitis B termasuk didalam salah satu jenis penyakit yang sangat diupayakan untuk dilakukan
pendekatan yang bersifat promotif dan preventif. Sehingga diharapkan dengan menggunakan alokasi
anggaran dana yang semestinya, maka dapat mewujudukan tujuan tercapainya usaha promotif dan
preventif pada kasus Hepatitis B. Selain itu juga dengan tercapainya usaha promotif dan preventif tersebut
maka diharapkan dapat mencegah kondisi perburukan dan mortalitas sebagai dampak negatif yang
ditimbulkan oleh penyakit Hepatitis B tersebut. Menurut Rakerkesnas 2020, usaha promotif dan preventif
yang bisa dilakukan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota diantaranya yaitu: sosialisasi, advokasi,
kampanye, pelatihan, pembinaan, monev, dan layanan rujukan. Kemudian di tingkat puskesmas yaitu:
refreshing kader, pendataan keluarga, intervensi sesuai dengan indikasi, pemberdayaan masyarakat,
layanan kesehatan dan rujukan. Adapun di tingkat masyarakat diantaranya yaitu: deteksi dini faktor resiko
penyakit, pemberdayaan masyarakat dan rujukan komunitas.
Adanya kebijakan terkait realokasi dana tentunya sangat merugikan karena dapat mempengaruhi
pengadaan terhadap layanan puskesmas sangat penting untuk pemenuhan ketersediaan obat dan vaksin
terkait dengan penanganan secara preventif dan spesifik terhadap kasus Hepatitis B.
Pada table tersebut memeperlihatkan cakupan imunisasi hepatitis B pada tahun 2018 pada bayi di
daerah NTT dengan hasil seperti yang dapat dilihat di table yaitu, masih terdapat banyak anak yang belum
mendapatkan vaksin. Dengan adanya kebijakan terkait realokasi dana yang seharusnya untuk
pengendalian penyakit Hepatitis B justru untuk penanganan Covid-19 maka akan sangat mempengaruhi
terhadap ketersediaan vaksinnya (jumlah vaksin bisa semakin berkurang/sangat terbatas).

DAFTAR PUSTAKA

1. Menteri Keuangan Republik Indonesia. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (SP-
DIPA) Induk Tahun Anggaran 2016 Nomor : SP DIPA-024.05-0/2016. Jakarta: Kementerian Keuangan
RI Direktorat Jenderal Anggaran; 2015.
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53
Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Hepatitis Virus. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2018. Kupang: Dinkes Provinsi NTT; 2018.
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2017.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KUPANG TAHUN 2015.
Kupang; 2016.
6. Allianz Indonesia. Haruskah Punya Asuransi Kesehatan Selain BPJS? | Explore | Perusahan Asuransi
Allianz Indonesia [Internet]. Allianz.co.id. 2020 [cited 19 November 2020]. Available from:
https://www.allianz.co.id/explore/detail/haruskah-punya-asuransi-kesehatan-selain-bpjs/87267
7. Rokom. Pemerintah Lakukan Pengendalian Hepatitis [Internet]. 2018 [cited 18 November 2020].
Available from: http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180727/5227113/pemerintah-
lakukan-pengendalian-hepatitis/>
8. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. Berikan Anak Imunisasi Rutin Lengkap [Internet].
Kemkes.go.id. 2018 [cited 18 November 2020]. Available from:
https://www.kemkes.go.id/article/view/18043000011/berikan-anak-imunisasi-rutin-lengkap-ini-
rinciannya.html
9. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52
Tahun 2017 Tentang Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus, Sifilis, Dan Hepatitis B dari
Ibu ke Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2017.
10. Dinas Kesehatan Kota Kupang. Kerja Bersama Mencegah Hepatitis. Kupang; 2018.
11. Dinas Kesehatan Kota Kupang. Tunjang Program PPIA, Dinkes Gelar Pertemuan Advokasi. 2018.
12. PT Kimia Farma (Persero). Peresmian Fasilitas Produksi Rapid Test Kimia Farma [Internet].
Kimiafarma.co.id. 2018 [cited 19 November 2020]. Available from: https://kimiafarma.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=355:peresmian-fasilitas-produksi-rapid-test-kimia-
farma&catid=16&Itemid=180&lang=id
13. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Rencana Strategi Dinas Kesehatan Provinsi NTT
2019-2023. Kupang; 2019.
14. Kesehatan Lingkungan & Penyakit Tropis. Infeksi Hepatitis B pada Ibu Hamil di Kota Kupang.
PROSIDING SEMNAS. 2020;.
15. Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia. Kegiatan Advokasi dan Sosialisasi Imunisasi
Pentavalen Tahun 2014 oleh PERDHAKI di Keuskupan Manado dan Kupang [Internet]. Perdhaki.org.
2014 [cited 18 November 2020]. Available from: https://perdhaki.org/tag/kupang/
16. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Kerjasama 16 Lembaga Wujudkan Kemandirian Vaksin
dan Bahan Baku Obat [Internet]. Bppt.go.id. 2012 [cited 18 November 2020]. Available from:
https://bppt.go.id/index.php/lain-lain/56-bioteknologi-dan-farmasi/994-kerjasama-16-lembaga-
wujudkan-kemandirian-vaksin-dan-bahan-baku-obat
17. Tat F, Oedjoe M, Pandie D, Kase P. Characteristics of Agents Implementers to Performance Health
Policy Implementation Mother and Children in East Nusa Tenggara. Journal of Advances in Social
Science and Humanities. 2019;5(9).
18. Ramadhian R, Pambudi R. Efektivitas Vaksinasi Hepatitis B untuk Menurunkan Prevalensi Hepatitis B.
2016;5(1).
19. Sekretariat Jenderal Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
20. Manehat M. Inventarisasi Tanaman dan Ramuan Obat Tradisional yang Digunakan Untuk Pengobatan
Hepatitis di Desa Birunatun Kecamatan Biboki Feotleu Kabupaten Timor Tengah Utara. 2018.
21. PT Bio Farma (Persero). Analisa dan Pembahasan Manajemen Atas Kinerja Perusahaan. Jakarta;
2014.
22. Molina S. Prevalensi Hepatitis B di UPTD Puskesmas Oebobo Kecamatan Oebobo Kota Kupang
Tahun 2016-2018. Kupang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang; 2019.
23. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. PERMENKES [Internet]. Persi.or.id. 2020 [cited 18
November 2020]. Available from: https://persi.or.id/regulasi-persi/permenkes/
24. Purba O. Pemeriksaan Darah pada Ibu Hamil Sangatlah Penting - Puskesmas Penfui [Internet].
Puskpnf.dinkes-kotakupang.web.id. 2019 [cited 18 November 2020]. Available from:
http://www.puskpnf.dinkes-kotakupang.web.id/artikel/warta/item/84-pemeriksaan-darah-bumil-agnes-
puskesmas-penfui.html
25. PT Bio Farma (Persero). Biotech Innovation for A Better Future. Jakarta: Bio Farma; 2015.
26. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta; 2019.
27. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Proinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2019-2023. Kupang; 2019.
28. Johni Siki. Realokasi APBD se NTT untuk Covid-19 capai Rp 1 Triliun, ini rinciannya. 24 April 2020.
[ cited 18 November 2020 ]. Available from : https://timexkupang.com/2020/04/24/realokasi-apbd-se-
ntt-untuk-covid-19-capai-rp-1-triliun-ini-rinciannya/
29. Kantor Wilayah Nusa Tenggara Timur. Pemeriksaan Gratis Hepatitis oleh UPT. Klinik Pratama
Universitas Nusa Cendana Kupang bagi Pegawai dan WBP di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Kupang. 06 Februari 2020. [ cited 18 November 2020 ]. Available from :
https://ntt.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-upt/4881-pemeriksaan-gratis-hepatitis-oleh-upt-
klinik-pratama-universitas-nusa-cendana-kupang-bagi-pegawai-dan-wbp-di-lembaga-pemasyarakatan-
kelas-iia-kupang
30. Tangani Covid-19, Pemkot Kupang Alokasikan Dana Rp 45 Miliar. Gatra.com.
https://www.gatra.com/detail/news/473990/kebencanaan/tangani-covid-19-pemkot-kupang-alokasikan-
dana-rp45-miliar-
31. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Rapat Kerja Nasional Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan RI. 2020: Pemanfaatan Anggaran Kesehatan dan Tantangan Pembiayaan
Kesehatan, (Online), (https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/Rakerkesnas-
2020/Pleno%201/Pemanfaatan%20anggaran%20kesehatan%20dan%20tantangan%20pembiayaan
%20kesehatan%20(Sekjen).pdf, diakses 17 November 2020)
32. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2015. Profil Kesehatan Tahun 2015, (Online),
(https://www.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2015/5303_NTT_Kab_Kup
ang_2015.pdf, diakses 17 November 2020)

Anda mungkin juga menyukai