KELOMPOK II
1. FATONI WIDAGO (2105026)
2. RITA WIDURI (2105040)
3. SANTI LIANA (2105059)
4. POSMA OMPUSUNGGU (2105060)
5. MOH. TASLIM (2105063)
6. NURUL ANISHA HAKIM (2105025)
7. MUSTIKA MURNI
Demarkasi ‘biaya’ dalam pembiayaan kesehatan
(boundary) perlu disepakati:
Swasta,
Pemerintah termasuk OOP
Donor/hibah
Sumber Pembiayaan Kesehatan
Askeskin
SUMBER BIAYA KESEHATAN (berdasarkan
penanggung)
Seluruhnya dari Pemerintah Sebagian ditanggung Masyarakat
1. Pemerintah Pusat: APBN, Inpres, 1. Out of pocket
SSBO (Subsidi Bantuan Biaya
Operasional)
2. Dana bersumber Departemen lain: 2. Pengeluaran Perusahaan Swasta
Kemendagri, Kemensos, Kemnaker
3. Dana bersumber BUMN Kemenkes: 3. Pengeluaran kepada penyedia
Kimia Farma, Biofarma, Indofarma pelayanan kesehatan oleh pihak
asuransi kesehatan swasta
4. Dana dari APBD tingkat I
Kabupaten/
DAU PAD
Kota
Total Pembiayaan Publik Sektor Kesehatan
Menurut Institusi
WHO ICHA
•Sumber biaya •Sumber biaya
•Badan / agen •Agen
pembiayaan
•Pemberi pelayanan
pembiayaan
•Fungsi pembiayaan •Penyedia
•Biaya sumber daya layanan
•Penerima •Fungsi
Gambaran lengkap kondisi pembiayaan kesehatan di Indonesia
berbasis pada data & analisis dikenal dengan nama National Health
Account (NHA), NHA berisikan data terkini kebijakan nasional yang
selain digunakan sebagai informasi juga dimanfaatkan sebagai
acuan perencanan dan pengambilan kebijakan kesehatan berbasis
bukti (evidence based health policymaking) (WHO,2002). Setiap
pengambil kebijakan kesehatan (health policymaker) diwajibkan
untuk memahami konsep dan konten NHA dengan baik sekaligus
secara berkala mendapatkan pembaharuan data informasi terkait
estimasi NHA yang akan disusun. Pengambil kebijakan kesehatan
disini termasuk di dalamnya Kementerian Kesehatan, Kementerian
Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, BAPPENAS serta lembaga
terkait dalam institualisasi dan penyusunan NHA (WHO,2002).
National Health Account pada tingkat nasional yang disusun oleh
Kementerian Kesehatan merupakan referensi kebijakan Dinas
Kesehatan di masing-masing provinsi dan kabupaten di tanah air
untuk selanjutnya menyusun Provinsial Health Account (PHA) dan
District Health Account (DHA).
NHA dirancang untuk memfasilitasi keberhasilan pelaksaan tujuan sistem
kesehatan oleh pengurusnya. Pengurus dari sistem kesehatan dipercayakan untuk
menyediakan barang dan jasa untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan suatu individu dan populasi, mengerti apa yang mereka butuhkan, dan
melindungi mereka dari beban keuangan yang tidak adil. NHA mendeteksi semua
pembisyaan sepanjang tahun di sistem kesehatan setiap saat di seluruh Negara.
(WHO, 2002). National Health Account (NHA) biasanya hanya berisi informasi
pengeluaran bidang kesehatan di tingkat nasional, baik dari segi mutlak maupun
relatif.
Rentetan waktu menginformasikan izin penggunaan NHA sebagai alat manajemen
standar untuk analisis situasi, perencanaan, monitoring dan mengevaluasi tujuan.
Termasuk juga didalamnya untuk penilaian efektivitas sistem kesehatan,
pemantauan dampak dari pembaharuan kesehatan dan pelaporan perubahan
struktural serta perkembangan yang dihasilkan oleh kebijakan baru. (WHO,2002).
NHA dirancang untuk mendapatkan berbagai informasi pembiayaan dan untuk
mencerminkan fungsi utama dari pembiayaan layanan kesehatan, yaitu:
mobilisasi dan alokasi dana, penyatuan dan asuransi, perawatan yang digunakan ,
dan distribusi keuntungan. NHA adalah alat yang dirancang untuk membantu para
pembuat kebijakan untuk memahami review sistem kesehatan dan untuk
meningkatkan kinerja sistem kesehatan.
NHA membahas kumpulan pertanyaan dasar yaitu (WHO, 2002) :
1. Where do the resources come from? (Darimana sumber
pembiayaaan didapat?)
2. What kinds of services and goods do they purchase? (Apa
jenis barang dan Jasa yang disediakan?
3. Who provides what services? (Siapa yang menyediasakan
layanan tersebut?
4. What inputs are used for providing services? (Apa input yang
digunakan untuk menyediakan layanan?
5. Whom do they benefit?(Manfaat ini ditujukan kepada siapa?)
Kebijakan pembiayaan kesehatan membutuhkan keputusan
tentang bagaimana untuk mengumpulkan dana, bagaimana
untuk menyatukan dana, dan bagaimana menggunakannya
secara adil dan efisien
dimensi analisis dari NHA mencakup (WHO, 2002) :
a. Sumber pembiayaan (Financing sources)
Didefinisikan sebagai sumber daya awal yang masuk ke dalam sistem barang dan jasa kesehatan,
baik dari pajak, jaminan sosial, badan swasta lainnya seperti perusahaan, LSM, rumah tangga, atau
badan lainnya (terutama dana dari sumber eksternal). (WHO, 2002)
b. Badan/ agen pembiayaan (Financing agents)
Didefinisikan sebagai lembaga yang menerima dan mengelola dana dari sumber pembiayaan untuk
membayar atau membeli barang dan jasa kesehatan, termasuk skema jaminan sosial, departemen
kesehatan, asuransi medis swasta, LSM dan perusahaan. Rumah tangga menanggung bagian besar
dari total tagihan kesehatan. (WHO, 2002)
c. Pemberi pelayanan (Providers)
Didefinisikan sebagai entitas yang menerima sumber daya keuangan dan menggunakan sumber daya
untuk memproduksi barang dan jasa kesehatan, termasuk pelayanan publik dan swasta, seperti
rumah sakit, klinik, rumah jompo, pusat kesehatan masyarakat, praktek swasta, dan lain-lain. (WHO,
2002)
d. Fungsi pembiayaan (Functions)
Didefinisikan sebagai kategori barang dan jasa yang dikonsumsi, termasuk pelayanan rawat inap,
pelayanan rawat jalan, intervensi kesehatan masyarakat, dan lain lain. (WHO, 2002)
e. Biaya sumber daya (Resource costs)
Didefinisikan sebagai jenis sumber daya yang dialokasikan untuk perawatan kesehatan. Ini termasuk
variabel seperti tenaga kerja, obat-obatan, peralatan medis, dan lain-lain. (WHO, 2002)
f. Penerima
Didefinisikan sebagai nilai barang dan jasa yang dihasilkan diklasifikasikan menurut: batas-batas
geografis, karakteristik demografi, strata ekonomi dan kategori penyakit / intervensi. (WHO, 2002)
Analisis Pembiayaan Kesehatan
Distirct Health Acoount (DHA)
Adalah Proses pencatatan dan klasifikasi data biaya
kesehatan yang menggambarkan aliran dana dan belanja
kesehatan dalam sebuah sistem kesehatan mulai dari
sumber sampai pemanfaatannya, alokasinya menurut
kelompok penduduk, sosial ekonomi dan epidemiologi.
Indonesia dengan sistem pemerintahan yang
terdesentralisasi sangat membutuhkan kegiatan DHA ini
guna menyusun kebijakan pembiayaan kesehatan daerah
dan menyusun anggaran tahunan kesehatan (Dinkes Bantul,
2014).
Salah satu kebutuhan dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan dan usaha mencapai
tujuan pembangunan kesehatan tersebut adalah
adanya informasi yang akurat. Untuk itu perlu
dikembangkan sistem informasi yang dapat
mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan
dan pengembangan upaya-upaya kesehatan demi
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Salah
satu bentuk pengembangan sistem informasi ini
adalah penghitungan pembiayaan kesehatan
(DHA). (Dinkes Bantul, 2014).
Tugas dan Fungsi Lembaga (Unit
Pelaksana) DHA
1. Tugas pokok dan fungsi : (Dinkes Bantul, 2014)
a) pengumpulan dan manajemen data, termasuk pengelolaan bank data,
b) produksi tabel-tabel DHA
c) analisis dan interpretasi data sesuai format DHA,
d) produksi dan diseminasi hasil DHA
2. Tugas dan fungsi tambahan : (Dinkes Bantul, 2014)
a) menyelenggarakan bank data/informasi DHA,
b) inventarisasi referensi tentang DHA,
c) membantu fihak pengguna hasil DHA (“users”).
d) Tugas dan fungsi pengelolaan (manajemen) termasuk
e) membina jaringan kerja sama dengan sumber data dan
f) membina kerja sama dengan para analist DHA.
3. Struktur Organisasi DHA (Dinkes Bantul, 2014)
1) Penanggung Jawab (Kepala)
2) Sekretasis/Tata Usaha,
3) Unit Manajemen Data dan Analisis Data,
4) Anggota:
a. Wakil Dinkes
b. Wakil RSUD
c. Wakil Bappeda
d. Wakil Kantor BPS Daerah
Pembiayaan District Health Account (DHA)
Pelembagaan dan pelaksanaan DHA memerlukan pembiayaan. Untuk pelaksanaan DHA secara rutin,
angarannya dapat dimasukkan dalam DPA Bappeda atau Dinas Kesehatan. Biaya yang diperlukan dalam
pelembagaan dan pelaksanaan kegiatan DHA terdiri dari elemen biaya sebagai berikut: (Dinkes Bantul,
2014)
1. Biaya ”start up” (investasi awal dan pengembangan ) pelembagaan (Dinkes Bantul, 2014)
a. Pembentukan Tim Teknis pelaksana DHA
b. Persiapan ruang kerja berikut meubeler kantor dan komputer
c. Biaya pelatihan anggota Tim (bisa dilakukan oleh propinsi atau proyek
tertentu)
2. Biaya operasional (rutin) lembaga DHA (Dinkes Bantul, 2014)
a. Biaya personil sekretariat
b. Biaya ATK
c. Biaya dokumentasi
d. Biaya diseminasi hasil
3. Biaya pelaksanaan DHA (Dinkes Bantul, 2014)
a. Biaya pengumpulan data di Kabupaten/Kota ybs (transport, penggandaan
dokumen keuangan)
b. Biaya pengumpulan data di Provinsi (memerlukan sekitar 3 hari di
Kantor Dinas Kesehatan provinsi, dan instansi terkait lainnya):
penggandaan dokumen keuangan, perjalanan, perdiem, akomodasi
c. Biaya melakukan analisis data serta interpretasi dan presentasi hasil DHA
dihadapan stakeholders Kabupaten/Kota
d. Biaya pencetakan hasil dan publikasi
Dalam pelaksanaan DHA di lapangan, perlu
diperjelas mengenai batasan biaya yang
termasuk sebagai belanja/anggaran kesehatan.
Batasan (demarkasi) mana yang tergolong
belanja kesehatan dan mana yang bukan sangat
penting dalam health account, terutama ketika
mencari belanja kesehatan yang ada dalam
kegiatan sektor lain, misalnya pendidikan,
ketenagakerjaan, dll. (Dinkes Bantul, 2014)
Kegunaan District Health Account (DHA)
DHA menghasilkan data yang dapat dipergunakan untuk bahan advokasi kepada pengambil
keputusan dengan tujuan memperbaiki kekurangan sistem pembiayaan, misalnya:
(a) meningkatkan alokasi anggaran kesehatan,
(b) mengarahkan alokasi dana pada masalah prioritas,
(c) mengarahkan dana pada intervensi dan kegiatan yang lebih “cost effective”,
(d) mengembangkan sistem
asuransi, dll. DHA juga akan menghasilkan gambaran besar belanja kesehatan rumah
tangga, apakah untuk pembayaran langsung (out of pocket payment) atau melalui
asuransi kesehatan. Data ini penting untuk melihat sejauh mana prospek
pengembangan sistem jaminan kesehatan di kabupaten/kota bersangkutan.
(Dinkes Bantul, 2014)
Hasil DHA sangat diperlukan dalam pelaksanaan PHA dan NHA. Untuk Indonesia yang telah
menerapkan sistem desentralisasi fiskal, NHA hanya dapat dilaksanakan dengan baik kalau
ada data tentang belanja kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota. DHA sangat dibutuhkan
pada tingkat kabupaten/kota, DHA berguna untuk kebijakan pembiayaan kesehatan daerah,
serta untuk menyusun lebih-lebih di Indonesia yang sudah menerapkan desentralisasi ke
tingkat kabupaten/kota. Di Indonesia, DHA sangat diperlukan untuk NHA, karena sangat
sulit melakukan health account secara sentralistis mencapai lebih dari 525 kabupaten/kota
(2010) anggaran tahunan kesehatan pemerintah.
Dimensi DHA
1. Sumber Biaya (FS = Financing Sources)
Adalah unit/institusi yang menyediakan biaya kesehatan. Sumber biaya tersebut bisa instansi pemerintah yang
mengelola dana berasal dari pajak, dan jaminan sosial. Sumber tersebut bisa juga organisasi swasta seperti
misalnya LSM, Rumah Tangga, atau suatu kesatuan organisasi lainnya (misalnya biaya dari sumber eksternal).
(Dinkes Bantul, 2014)
2. Pengelola Anggaran (FA = Financing Agents)
Adalah institusi atau unit yang menerima dan mengelola dana dari sumber dana untuk membayar atau
membeli barang dan jasa kesehatan. Ini misalnya termasuk departemen kesehatan, dinas kesehatan propinsi,
dinas kesehatan kabupaten/kota, badan pengelola jaminan sosial, perusahaan asuransi kesehatan swasta,
LSM, perusahaan dan rumah tangga. (Dinkes Bantul, 2014)
3. Penyelenggara Pelayanan/Program (HP = Health Providers)
Institusi atau unit yang menerima dan menggunakan dana untuk memproduksi barang dan jasa pelayanan
atau melaksanakan program kesehatan, termasuk misalnya Dinas Kesehatan, RS milik pemerintah, RS swasta,
klinik, puskesmas, praktek dokter (swasta), dll. (Dinkes Bantul, 2014)
4. Fungsi Kesehatan (HC = Health Care Function)
Dimensi fungsi dalam DHA mengadopsi dimensi fungsi dalam SHA 2011 yang merupakan semua aktivitas yang
bertujuan untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan. (Dinkes Bantul, 2014)
5. Program Kesehatan (PR = Program)
Dimensi program bertujuan untuk menggambarkan jenis program kesehatan yang dibiayai dengan belanja
dari pengelola anggaran. Secara umum dimensi program dalam DHA yang disesuaikan dengan program
kesehatan yang ada adalah sebagai berikut: (Dinkes Bantul, 2014)
1) Program Kesehatan Masyarakat
2) Program Kesehatan Individu
3) Program Penguatan Sistem Kesehatan
6. Jenis Kegiatan (HA = Health Activity)
Dimensi jenis kegiatan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh provider yang secara umum dapat dibagi dua,yaitu:
(a) kegiatan langsung dan
(b) kegiatan tidak langsung atau disebut juga kegiatan penunjang.
Dalam sektor kesehatan, kegiatan langsung dapat dibagi dua, yaitu:
(a) kegiatan pelayanan perorangan seperti pengobatan dan perawatan individu
yang sakit dan
(b) (b) kegiatan kesehatan masyarakat (public health) seperti
misalnya pemberantasan vektor, sanitasi, promosi kesehatan, immunisasi, dan lain sebagainya. Kegiatan tidak langsung adalah
kegiatan yang dilakukan
untuk menunjang dua kelompok kegiatan langsung diatas. Ini termasuk
misalnya kegiatan administrasi dan manajemen, monitoring, evaluasi, dan lain
sebagainya.
7. Mata Anggaran (HI = Health Input)
Mata anggaran adalah jenis input yang ”dibeli” oleh provider (pelaksana program/pelayanan) untuk melaksanakan jenis-jenis
kesehatan di atas.
8. Jenjang kegiatan (HL = Level of Activity)
Jenjang kegiatan adalah jenjang administratif dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Untuk DHA, jenjang kegiatan tersebut bisa di
(c) propinsi,
(d) kabupaten,
(e) kecamatan dan
(f) desa atau masyarakat.
Harapan dari NHA/DHA:
• NHA/DHA memberi informasi tentang tingkat kecukupan,
sustainability, efisiensi, dan efektivitas pembiayaan pada
periode yang telah berjalan.
• NHA/DHA dipakai untuk penajaman sasaran perencanaan
dan penganggaran kabupaten/kota
• NHA/DHA dipakai sebagai dasar untuk efisiensi distribusi
anggaran di periode mendatang
Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan provinsi Riau Bersumber APBD
provinsi Riau dan
APBN Tahun 2019 – 2020