Anda di halaman 1dari 38

PEMBIAYAAN KESEHATAN

KELOMPOK II
1. FATONI WIDAGO (2105026)
2. RITA WIDURI (2105040)
3. SANTI LIANA (2105059)
4. POSMA OMPUSUNGGU (2105060)
5. MOH. TASLIM (2105063)
6. NURUL ANISHA HAKIM (2105025)
7. MUSTIKA MURNI
Demarkasi ‘biaya’ dalam pembiayaan kesehatan
(boundary) perlu disepakati:

Semua biaya yang secara eksplisit di


alokasikan untuk meningkatkan atau
mencegah penurunan status kesehatan
masyarakat (Health Canada, 1996).
Semua kegiatan yang mempunyai tujuan
utama/primer untuk mempromosikan,
mengembalikan atau menjaga kesehatan
(WHO, 2000)
Definisi pembiayaan
pelayanan kesehatan

• Mobilisasi biaya/dana untuk pelayanan


kesehatan
• Alokasi biaya untuk wilayah dan kelompok
penduduk yang secara khusus untuk
pelayanan kesehatan
• Mekanisme untuk pembayaran pelayanan
kesehatan (Hsaio, W and Liu, Y, 2001)
Pembiayaan Kesehatan adalah
sejumlah dana yang perlu disiapkan
dalam menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
(Azwar, 2010).

Pembiayaan kesehatan merupakan


besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya
kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat. (Ediani, 2015)
Pembiayaan kesehatan adalah dasar kemampuan
sistem kesehatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesejahteraan manusia. Untuk
memahami sifat dari indikator yang dapat
digunakan untuk memantau dan mengevaluasi
pembiayaan sistem kesehatan membutuhkan
penilaian eksplisit tentang harapan apa yang akan
dicapai (WHO, 2008)
Sumber Utama Pembiayaan
Kesehatan

Swasta,
Pemerintah termasuk OOP

Donor/hibah
Sumber Pembiayaan Kesehatan

• Pengeluaran pemerintah termasuk semua pengeluaran yang


terkait pelayanan kesehatan yang:
– Bersumber Pemerintah Pusat dan Lokal pada semua sektor
(Sektor kesehatan dan sektor lainnya, TNI/ POLRI)
– Dibayarkan melalui pajak, atau kontribusi asuransi
kesehatan baik yang dibayarkan oleh pekerja atau
pemerintah atau keduanya yang dianggap sebagai
pengeluaran pemerintah dan kontribusi asuransi sosial (atau
Social security funds)
• Pembayaran secara sukarela oleh individu atau pekerja yang
dianggap pengeluaran swasta (OOPs)
• Sumber eksternal merujuk pada bantuan dari luar/donor yang
datang melalui kerjasama program bilateral atau LSM
international
• Swasta/ BUMN yang langsung memberi pelayanan kesehatan
bagi karyawan seperti klinik/ RS atau self-insured (tetapi tidak
double counting dengan asuransi kesehatan atau OOPs).
Dari mana dan bagaimana uang tersebut mengalir?

Askeskin
SUMBER BIAYA KESEHATAN (berdasarkan
penanggung)
Seluruhnya dari Pemerintah Sebagian ditanggung Masyarakat
1. Pemerintah Pusat: APBN, Inpres, 1. Out of pocket
SSBO (Subsidi Bantuan Biaya
Operasional)
2. Dana bersumber Departemen lain: 2. Pengeluaran Perusahaan Swasta
Kemendagri, Kemensos, Kemnaker
3. Dana bersumber BUMN Kemenkes: 3. Pengeluaran kepada penyedia
Kimia Farma, Biofarma, Indofarma pelayanan kesehatan oleh pihak
asuransi kesehatan swasta
4. Dana dari APBD tingkat I

5. Dana dari APBD Tingkat II


Pembiayaan Kesehatan
Bersumber Pemerintah (berdasar pembagian administratif)

In-kind JPSBK/ Gaji PTT


Dana
PKPSBBM (Dokter &
Pusat DEKON, (missal
/ Askeskin/
PLN
TP, DAK vaksin) Bidan)
Jamkesmas

Provinsi APBD Propinsi

Kabupaten/
DAU PAD
Kota
Total Pembiayaan Publik Sektor Kesehatan
Menurut Institusi

Institusi Kesehatan Institusi non Kesehatan

1. Dinas Kesehatan 1. Badan Pengelolaan Lingkungan Daerah


2. PEMDA 2. BAPEKO
3. Puskesmas 3. BKKBN
4. Rumah Sakit Pemda 4. Kantor Tata Bangunan & Gedung
5. Sudin Kesehatan Masyarakat 5. PMR
6. Sudin Pelayanan Kesehatan 6. Pemberdayaan Masyarakat Desa
7. SEKDA
8. Sudin Bintal & Kessos
9. Sudin Dikdas
10. Sudin Dikmen / Ti
11. Sudin Kebersihan
12. Sudin Naker & Transmigrasi
13. Sudin Pemuda & OR
Aspek-aspek yang Memengaruhi Pembiayaan Kesehatan
Ada beberapa aspek yang memengaruhi pembiayaan
kesehatan, aspek-aspek tersebut adalah aspek perilaku
manusia dan aspek ekonomi. Selain itu, menurut
Dwicaksono, dkk (2010) ada beberapa variabel yang
menentukan situasi  pembiayaan kesehatan di masa
mendatang, yaitu variabel demografi, variabel ekonomi,
variabel status kesehatan dan variabel kebijakan. Berikut
adalah  penjelasan dari aspek-aspek serta variabel yang
mempengaruhi pembiayaan kesehatan menurut
Sulastomo (2003).
1. Aspek Perilaku Manusia Dalam Pembiayaan Pelayanan
Kesehatan
Perilaku manusia sangat mempengaruhi proses manajemen,
terdapat 3 kelompok manusia yang sedikit terlibat dalam
manajemen pelayanan kesehatan yaitu kelompok manusia
penyelenggara pelayanan kesehatan (Healt Provider,
misalnya dokter-dokter, perawat-perawat), kelompok
penerima jasa pelayanan kesehatan (para konsumen), dan
kelompok yang secara tidak langsung ikut terlibat yaitu
keluarga-keluarga penderita, masyarakat umum dan para
administrator (baik dikalangan perusahaan maupun
pemerintah, dan lain-lain) (Sulastomo, 2003).
Perencanaan yang baik tidak jarang mengalami kegagalan ketika telah sampai  pada
tahap pelaksanaan dikarenakan faktor manusia yang tidak secara cermat
diperhatikan ketika dalam proses perencanaan. Dalam proses manajemen tidak
hanya terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat khusus dari pelayanan
kesehatan. Yang dimaksud sifat khusus dari pelayanan kesehatan adalah bahwa  baik
dari pihak penyelenggara kesehatan maupun konsumen jarang yang
mempertimbangkan aspek-aspek biaya sepanjang hal tersebut menyangkut
 penyembuhan suatu penyakit. Para penyelenggara kesehatan akan selalu didesak
untuk menggunakan kemampuan, teknologi, maupun obat-obatan yang mutakhir
agar mereka merasa aman terhadap tanggung jawab moral yang dibebankan kepada
mereka dalam menyembuhkan pasien. Sedangkan bagi konsumen  penyebabnya
dikarenakan pertaruhan yang diletakkan adalah nyawa dari pasien, keadaan
tersebut membuat kecenderungan diabaikannya perhitungan-perhitungan ekonomi,
cost efficiency dan lain-lain. Hal tersebut yang membuat pelayanan kesehatan
dianggap semata-mata bersifat konsumtif, tanpa mempedulikan aspek untung rugi.
Kepentingan ini berlawanan dengan kepentingan para administrator yang sangat
memperhatikan aspek untung-rugi dari biaya pelayanan kesehatan. Serangkaian
kejadian tersebut membuat administrator mengeluh akan sikap para konsumen, dan
para penyelenggara pelayanan kesehatan (Healt Provider) mengeluh akan sikap
administrator (Sulastomo, 2003).
Konflik-konflik yang terjadi karena
tingkah laku manusia tersebut akan
dapat diatasi dengan diterapkannya
keseimbangan antara hak dan
kewajiban serta ganjaran dan
hukuman (reward and punishment),
disamping itu juga harus menghindari
perilaku-perilaku negatif (Sulastomo,
2003).
Berikut adalah contoh untuk memberikan gambaran dari model-model interaksi
 perilaku manusia dalam pelayanan kesehatan (Sulastomo, 2003):
a. Di ruang praktek seorang dokter, seorang pasien yang telah menderita batuk dalam
jangka waktu yang lama, mengutarakan keinginannya untuk berobat ke dokter
spesialis penyakit dalam, tanpa memberi kesempatan kepada sang dokter untuk
memeriksanya. Dalam kepentingan ini terjadi konflik kepentingan antara pasien
dengan dokter. Sang pasien berpendapat bahwa karena batuknya sudah lama maka
begitu saja disimpulkan bahwa penyakitnya pastilah sudah agak lanjut maka dari itu
harus ditangani oleh dokter spesialis. Tetapi karena  perusahaan menetapkan bahwa
berobat ke dokter spesialis harus melalui dokter umum, terpaksa pasien tersebut
datang ke dokter umum terlebih dahulu, disini dalam fikiran pasien dokter umum
hanya sebagai penulis surat konsul/rujukan. Sebaliknya bagi sang dokter, ada konflik
professional serta harga diri untuk  begitu saja menulis surat konsul tersebut. Tidak
jarang bahwa sang dokter  berpikiran bahwa diagnosa dan penyakit itu sudah 80%
berada di otaknya. Dengan sedikit pemeriksaan bantuan pemeriksaan rotgen,
diagnosa tersebut mungkin sudah 100% sudah dapat ditegakkan. Dan apabila
diagnosa tersebut sudah 100% dapat ditegakkan (biasanya), pengobatanpun sudah
tidak terlalu merepotkan (Sulastomo, 2003).
b. Sebagai akibat dari pandangan/kesan bahwa masalah kesehatan itu bersifat
konsumtif dan berfungsi sosial, banyak instasi kesehatan yang menjamin  pelayanan
kesehatan secara cuma-cuma. Sikap ini sudah tentu menjauhkan pendekatan untuk
menumbuhkan keseimbangan antara hak dan kewajiban serta  pendekatan ganjaran
dan hukuman (Sulastomo, 2003).
2. Aspek Ekonomi dalam Pembiayaan Pelayanan Kesehatan

Perawatan kesehatan sangat menyerap biaya


pemerintah maupun anggaran keluarga. Selain itu
banyak juga peralatan kesehatan yang harus dibeli
dengan menggunakan valuta asing sehingga akan
menghabiskan banyak devisa, hal tersebut merupakan
keterbatasan bagi Negara miskin. Untuk dapat lebih
menghemat, dan meningkatkan efisiensi, banyak Negara
yang berusaha untuk mencari sumber daya tambahan.
Dalam hal ini ekonomi kesehatan akan sangat
 bermanfaat, karena dapat membantu pengalokasian
dana secara lebih baik, meningkatkan efisiensi, memilih
teknologi yang lebih murah tapi tetap efektif dan
mengevaluasi sumber dana lainnya (Baitanu, 2014).
Ekonomi kesehatan tidak dapat memecahkan semua
masalah. Oleh karena kesulitan dan keterbatasan dalam
ekonomi kesehatan dalam menerapkan konsep lama dan
ekonomi kesehatan itu juga sulit untuk diperaktekkan
dibidang  pelayanan kesehatan. Pada umumnya ekonom
selalu menerapkan metode kwantitatif yang ditawarkan
untuk membantu perencanaan kesehatan. Akan tetapi  para
ekonom tersebut telah dapat menjabarkan “Keinginan untuk
lebih merinci tujuan atau beberapa tujuan yang tidak begitu
jelas, guna menilai dan memantau kebijaksanaan, keinginan
untuk mengidentifikasi fungsi produksi, pengakuan akan
pentingnya kaitan antaran perilaku manusia, teknologi dan
lingkungan hidup dalam proses kejadian, pencegahan, dan
pengobatan penyakit (Baitanu, 2014)
Analisis Pembiayaan Kesehatan
• National Health Account (NHA)
– NHA berisikan data terkini kebijakan nasional yang
selain digunakan sebagai informasi juga dimanfaatkan
sebagai acuan perencanan dan pengambilan kebijakan
kesehatan berbasis bukti (evidence based health
policymaking) > disusun Kemenkes
– yaitu suatu cara sistematis, komprehensif
dan pemantauan yang konsisten dari aliran
dana atau pembiayaan pada sistem
kesehatan suatu negara.
– Dimensi analisa

WHO ICHA
•Sumber biaya •Sumber biaya
•Badan / agen •Agen
pembiayaan
•Pemberi pelayanan
pembiayaan
•Fungsi pembiayaan •Penyedia
•Biaya sumber daya layanan
•Penerima •Fungsi
Gambaran lengkap kondisi pembiayaan kesehatan di Indonesia
berbasis pada data & analisis dikenal dengan nama National Health
Account (NHA), NHA berisikan data terkini kebijakan nasional yang
selain digunakan sebagai informasi juga dimanfaatkan sebagai
acuan perencanan dan pengambilan kebijakan kesehatan berbasis
bukti (evidence based health policymaking) (WHO,2002). Setiap
pengambil kebijakan kesehatan (health policymaker) diwajibkan
untuk memahami konsep dan konten NHA dengan baik sekaligus
secara berkala mendapatkan pembaharuan data informasi terkait
estimasi NHA yang akan disusun. Pengambil kebijakan kesehatan
disini termasuk di dalamnya Kementerian Kesehatan, Kementerian
Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, BAPPENAS serta lembaga
terkait dalam institualisasi dan penyusunan NHA (WHO,2002).
National Health Account pada tingkat nasional yang disusun oleh
Kementerian Kesehatan merupakan referensi kebijakan Dinas
Kesehatan di masing-masing provinsi dan kabupaten di tanah air
untuk selanjutnya menyusun Provinsial Health Account (PHA) dan
District Health Account (DHA).
NHA dirancang untuk memfasilitasi keberhasilan pelaksaan tujuan sistem
kesehatan oleh pengurusnya. Pengurus dari sistem kesehatan dipercayakan untuk
menyediakan barang dan jasa untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan suatu individu dan populasi, mengerti apa yang mereka butuhkan, dan
melindungi mereka dari beban keuangan yang tidak adil. NHA mendeteksi semua
pembisyaan sepanjang tahun di sistem kesehatan setiap saat di seluruh Negara.
(WHO, 2002). National Health Account (NHA) biasanya hanya berisi informasi
pengeluaran bidang kesehatan di tingkat nasional, baik dari segi mutlak maupun
relatif.
Rentetan waktu menginformasikan izin penggunaan NHA sebagai alat manajemen
standar untuk analisis situasi, perencanaan, monitoring dan mengevaluasi tujuan.
Termasuk juga didalamnya untuk penilaian efektivitas sistem kesehatan,
pemantauan dampak dari pembaharuan kesehatan dan pelaporan perubahan
struktural serta perkembangan yang dihasilkan oleh kebijakan baru. (WHO,2002).
NHA dirancang untuk mendapatkan berbagai informasi pembiayaan dan untuk
mencerminkan fungsi utama dari pembiayaan layanan kesehatan, yaitu:
mobilisasi dan alokasi dana, penyatuan dan asuransi, perawatan yang digunakan ,
dan distribusi keuntungan. NHA adalah alat yang dirancang untuk membantu para
pembuat kebijakan untuk memahami review sistem kesehatan dan untuk
meningkatkan kinerja sistem kesehatan.
NHA membahas kumpulan pertanyaan dasar yaitu (WHO, 2002) :
1. Where do the resources come from? (Darimana sumber
pembiayaaan didapat?)
2. What kinds of services and goods do they purchase? (Apa
jenis barang dan Jasa yang disediakan?
3. Who provides what services? (Siapa yang menyediasakan
layanan tersebut?
4. What inputs are used for providing services? (Apa input yang
digunakan untuk menyediakan layanan?
5. Whom do they benefit?(Manfaat ini ditujukan kepada siapa?)
Kebijakan pembiayaan kesehatan membutuhkan keputusan
tentang bagaimana untuk mengumpulkan dana, bagaimana
untuk menyatukan dana, dan bagaimana menggunakannya
secara adil dan efisien
dimensi analisis dari NHA mencakup (WHO, 2002) :
a. Sumber pembiayaan (Financing sources)
Didefinisikan sebagai sumber daya awal yang masuk ke dalam sistem barang dan jasa kesehatan,
baik dari pajak, jaminan sosial, badan swasta lainnya seperti perusahaan, LSM, rumah tangga, atau
badan lainnya (terutama dana dari sumber eksternal). (WHO, 2002)
b. Badan/ agen pembiayaan (Financing agents)
Didefinisikan sebagai lembaga yang menerima dan mengelola dana dari sumber pembiayaan untuk
membayar atau membeli barang dan jasa kesehatan, termasuk skema jaminan sosial, departemen
kesehatan, asuransi medis swasta, LSM dan perusahaan. Rumah tangga menanggung bagian besar
dari total tagihan kesehatan. (WHO, 2002)
c. Pemberi pelayanan (Providers)
Didefinisikan sebagai entitas yang menerima sumber daya keuangan dan menggunakan sumber daya
untuk memproduksi barang dan jasa kesehatan, termasuk pelayanan publik dan swasta, seperti
rumah sakit, klinik, rumah jompo, pusat kesehatan masyarakat, praktek swasta, dan lain-lain. (WHO,
2002)
d. Fungsi pembiayaan (Functions)
Didefinisikan sebagai kategori barang dan jasa yang dikonsumsi, termasuk pelayanan rawat inap,
pelayanan rawat jalan, intervensi kesehatan masyarakat, dan lain lain. (WHO, 2002)
e. Biaya sumber daya (Resource costs)
Didefinisikan sebagai jenis sumber daya yang dialokasikan untuk perawatan kesehatan. Ini termasuk
variabel seperti tenaga kerja, obat-obatan, peralatan medis, dan lain-lain. (WHO, 2002)
f. Penerima
Didefinisikan sebagai nilai barang dan jasa yang dihasilkan diklasifikasikan menurut: batas-batas
geografis, karakteristik demografi, strata ekonomi dan kategori penyakit / intervensi. (WHO, 2002)
Analisis Pembiayaan Kesehatan
Distirct Health Acoount (DHA)
Adalah Proses pencatatan dan klasifikasi data biaya
kesehatan yang menggambarkan aliran dana dan belanja
kesehatan dalam sebuah sistem kesehatan mulai dari
sumber sampai pemanfaatannya, alokasinya menurut
kelompok penduduk, sosial ekonomi dan epidemiologi.
Indonesia dengan sistem pemerintahan yang
terdesentralisasi sangat membutuhkan kegiatan DHA ini
guna menyusun kebijakan pembiayaan kesehatan daerah
dan menyusun anggaran tahunan kesehatan (Dinkes Bantul,
2014).
Salah satu kebutuhan dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan dan usaha mencapai
tujuan pembangunan kesehatan tersebut adalah
adanya informasi yang akurat. Untuk itu perlu
dikembangkan sistem informasi yang dapat
mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan
dan pengembangan upaya-upaya kesehatan demi
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Salah
satu bentuk pengembangan sistem informasi ini
adalah penghitungan pembiayaan kesehatan
(DHA). (Dinkes Bantul, 2014).
Tugas dan Fungsi Lembaga (Unit
Pelaksana) DHA
1. Tugas pokok dan fungsi : (Dinkes Bantul, 2014)
a) pengumpulan dan manajemen data, termasuk pengelolaan bank data,
b) produksi tabel-tabel DHA
c) analisis dan interpretasi data sesuai format DHA,
d) produksi dan diseminasi hasil DHA
2. Tugas dan fungsi tambahan : (Dinkes Bantul, 2014)
a) menyelenggarakan bank data/informasi DHA,
b) inventarisasi referensi tentang DHA,
c) membantu fihak pengguna hasil DHA (“users”).
d) Tugas dan fungsi pengelolaan (manajemen) termasuk
e) membina jaringan kerja sama dengan sumber data dan
f) membina kerja sama dengan para analist DHA.
3. Struktur Organisasi DHA (Dinkes Bantul, 2014)
1) Penanggung Jawab (Kepala)
2) Sekretasis/Tata Usaha,
3) Unit Manajemen Data dan Analisis Data,
4) Anggota:
a. Wakil Dinkes
b. Wakil RSUD
c. Wakil Bappeda
d. Wakil Kantor BPS Daerah
Pembiayaan District Health Account (DHA)
Pelembagaan dan pelaksanaan DHA memerlukan pembiayaan. Untuk pelaksanaan DHA secara rutin,
angarannya dapat dimasukkan dalam DPA Bappeda atau Dinas Kesehatan. Biaya yang diperlukan dalam
pelembagaan dan pelaksanaan kegiatan DHA terdiri dari elemen biaya sebagai berikut: (Dinkes Bantul,
2014)
1. Biaya ”start up” (investasi awal dan pengembangan ) pelembagaan (Dinkes Bantul, 2014)
a. Pembentukan Tim Teknis pelaksana DHA
b. Persiapan ruang kerja berikut meubeler kantor dan komputer
c. Biaya pelatihan anggota Tim (bisa dilakukan oleh propinsi atau proyek
tertentu)
2. Biaya operasional (rutin) lembaga DHA (Dinkes Bantul, 2014)
a. Biaya personil sekretariat
b. Biaya ATK
c. Biaya dokumentasi
d. Biaya diseminasi hasil
3. Biaya pelaksanaan DHA (Dinkes Bantul, 2014)
a. Biaya pengumpulan data di Kabupaten/Kota ybs (transport, penggandaan
dokumen keuangan)
b. Biaya pengumpulan data di Provinsi (memerlukan sekitar 3 hari di
Kantor Dinas Kesehatan provinsi, dan instansi terkait lainnya):
penggandaan dokumen keuangan, perjalanan, perdiem, akomodasi
c. Biaya melakukan analisis data serta interpretasi dan presentasi hasil DHA
dihadapan stakeholders Kabupaten/Kota
d. Biaya pencetakan hasil dan publikasi
Dalam pelaksanaan DHA di lapangan, perlu
diperjelas mengenai batasan biaya yang
termasuk sebagai belanja/anggaran kesehatan.
Batasan (demarkasi) mana yang tergolong
belanja kesehatan dan mana yang bukan sangat
penting dalam health account, terutama ketika
mencari belanja kesehatan yang ada dalam
kegiatan sektor lain, misalnya pendidikan,
ketenagakerjaan, dll. (Dinkes Bantul, 2014)
Kegunaan District Health Account (DHA)
DHA menghasilkan data yang dapat dipergunakan untuk bahan advokasi kepada pengambil
keputusan dengan tujuan memperbaiki kekurangan sistem pembiayaan, misalnya:
(a) meningkatkan alokasi anggaran kesehatan,
(b) mengarahkan alokasi dana pada masalah prioritas,
(c) mengarahkan dana pada intervensi dan kegiatan yang lebih “cost effective”,
(d) mengembangkan sistem
asuransi, dll. DHA juga akan menghasilkan gambaran besar belanja kesehatan rumah
tangga, apakah untuk pembayaran langsung (out of pocket payment) atau melalui
asuransi kesehatan. Data ini penting untuk melihat sejauh mana prospek
pengembangan sistem jaminan kesehatan di kabupaten/kota bersangkutan.
(Dinkes Bantul, 2014)
Hasil DHA sangat diperlukan dalam pelaksanaan PHA dan NHA. Untuk Indonesia yang telah
menerapkan sistem desentralisasi fiskal, NHA hanya dapat dilaksanakan dengan baik kalau
ada data tentang belanja kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota. DHA sangat dibutuhkan
pada tingkat kabupaten/kota, DHA berguna untuk kebijakan pembiayaan kesehatan daerah,
serta untuk menyusun lebih-lebih di Indonesia yang sudah menerapkan desentralisasi ke
tingkat kabupaten/kota. Di Indonesia, DHA sangat diperlukan untuk NHA, karena sangat
sulit melakukan health account secara sentralistis mencapai lebih dari 525 kabupaten/kota
(2010) anggaran tahunan kesehatan pemerintah.
Dimensi DHA
1. Sumber Biaya (FS = Financing Sources)
Adalah unit/institusi yang menyediakan biaya kesehatan. Sumber biaya tersebut bisa instansi pemerintah yang
mengelola dana berasal dari pajak, dan jaminan sosial. Sumber tersebut bisa juga organisasi swasta seperti
misalnya LSM, Rumah Tangga, atau suatu kesatuan organisasi lainnya (misalnya biaya dari sumber eksternal).
(Dinkes Bantul, 2014)
2. Pengelola Anggaran (FA = Financing Agents)
Adalah institusi atau unit yang menerima dan mengelola dana dari sumber dana untuk membayar atau
membeli barang dan jasa kesehatan. Ini misalnya termasuk departemen kesehatan, dinas kesehatan propinsi,
dinas kesehatan kabupaten/kota, badan pengelola jaminan sosial, perusahaan asuransi kesehatan swasta,
LSM, perusahaan dan rumah tangga. (Dinkes Bantul, 2014)
3. Penyelenggara Pelayanan/Program (HP = Health Providers)
Institusi atau unit yang menerima dan menggunakan dana untuk memproduksi barang dan jasa pelayanan
atau melaksanakan program kesehatan, termasuk misalnya Dinas Kesehatan, RS milik pemerintah, RS swasta,
klinik, puskesmas, praktek dokter (swasta), dll. (Dinkes Bantul, 2014)
4. Fungsi Kesehatan (HC = Health Care Function)
Dimensi fungsi dalam DHA mengadopsi dimensi fungsi dalam SHA 2011 yang merupakan semua aktivitas yang
bertujuan untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan. (Dinkes Bantul, 2014)
5. Program Kesehatan (PR = Program)
Dimensi program bertujuan untuk menggambarkan jenis program kesehatan yang dibiayai dengan belanja
dari pengelola anggaran. Secara umum dimensi program dalam DHA yang disesuaikan dengan program
kesehatan yang ada adalah sebagai berikut: (Dinkes Bantul, 2014)
1) Program Kesehatan Masyarakat
2) Program Kesehatan Individu
3) Program Penguatan Sistem Kesehatan
6. Jenis Kegiatan (HA = Health Activity)
Dimensi jenis kegiatan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh provider yang secara umum dapat dibagi dua,yaitu:
(a) kegiatan langsung dan
(b) kegiatan tidak langsung atau disebut juga kegiatan penunjang.
Dalam sektor kesehatan, kegiatan langsung dapat dibagi dua, yaitu:
(a) kegiatan pelayanan perorangan seperti pengobatan dan perawatan individu
yang sakit dan
(b) (b) kegiatan kesehatan masyarakat (public health) seperti
misalnya pemberantasan vektor, sanitasi, promosi kesehatan, immunisasi, dan lain sebagainya. Kegiatan tidak langsung adalah
kegiatan yang dilakukan
untuk menunjang dua kelompok kegiatan langsung diatas. Ini termasuk
misalnya kegiatan administrasi dan manajemen, monitoring, evaluasi, dan lain
sebagainya.
7. Mata Anggaran (HI = Health Input)
Mata anggaran adalah jenis input yang ”dibeli” oleh provider (pelaksana program/pelayanan) untuk melaksanakan jenis-jenis
kesehatan di atas.
8. Jenjang kegiatan (HL = Level of Activity)
Jenjang kegiatan adalah jenjang administratif dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Untuk DHA, jenjang kegiatan tersebut bisa di
(c) propinsi,
(d) kabupaten,
(e) kecamatan dan
(f) desa atau masyarakat.
Harapan dari NHA/DHA:
• NHA/DHA memberi informasi tentang tingkat kecukupan,
sustainability, efisiensi, dan efektivitas pembiayaan pada
periode yang telah berjalan.
• NHA/DHA dipakai untuk penajaman sasaran perencanaan
dan penganggaran kabupaten/kota
• NHA/DHA dipakai sebagai dasar untuk efisiensi distribusi
anggaran di periode mendatang
Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan provinsi Riau Bersumber APBD
provinsi Riau dan
APBN Tahun 2019 – 2020

No. Tahun APBN APBD


1. 2019 22.658.675.000 254.884.643.853

2. 2020 5.514.787.000 284.456.055.572


Proporsi Pembiayaan Kesehatan di Dinkes Kabupaten Lampung Barat, Tahun 2002 -
2003
Fungsi 2002 2003
Alkes 4.94% 3.88%
Belanja Barang 4.89% 8.06%
Belanja Lain-lain 0.64% 1.79%
Belanja Pegawai 52.38% 33.57%
Belanja Pemeliharaan 0.65% 1.13%
Belanja Perjalanan 0.13% 0.18%
Harkes Dasar 2.07% 4.67%
Harkes Rujukan 2.23% 3.11%
Investasi Gedung 1.78% 2.93%
Investasi Sarana 0.54% 7.60%
Labkes - 0.03%
Perencanaan 3.38% 2.47%
Preventif 2.03% 1.30%
Preventif Obat 19.07% 23.11%
Promotif 1.35% 1.25%
Riset & Development 0.28% 0.23%
Training 3.64% 4.68%
ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
DALAM PENGELOLAAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL
KESEHATAN (BOK) DI PUSKESMAS JALAN KEMBANG

jurnal pembiayaan 1.pdf

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Puskesmas Jalan Kembang terhadap


analisis penerapan sistem informasi akuntansi dalam pengelolaan dana BOK yang telah
dijelaskan dan dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Implementasi sistem informasi di Puskesmas Jalan Kembang sudah sangat baik,
prosedural dan menggunakan sistem yang terkomputerisasi yaitu SIMDA. Hal ini
memudahkan personel keuangan BOK dan pengelola BOK dalam mengelola dana BOK.
2. Efektifitas sistem informasi akuntansi memiliki kelemahan yaitu selalu terlambat,
seperti waktu pengumpulan laporan dan SPJ. Selain waktu pelaporan, kualitas
informasi yang harus diberikan kepada eksekutif seringkali tertunda, sehingga efisiensi
tidak optimal.
ANALISIS PEMBIAYAAN KESEHATAN BERSUMBER PEMERINTAH DI
KOTA SERANG TAHUN 2014 – 2016
Dari analisa fungsi pembiayaan kesehatan di Kota
Serang, pembiayaan kesehatan paling banyak terserap
pembiayaan kes 3.pdf untuk fungsi tata kelola sistemkesehatan dan
administrasi sistem kesehatan yaitu sebesar 50,77%-
Belanja kesehatan banyak digunakan untuk fungsi tata 56,62%. Hal ini terlihat cukup besar dikarenakan
kelola sistem kesehatan dan administrasi pembiayaan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan banyak yang
kesehatan sekitar 50,77% - 56,62%, kemudian untuk bersifat tata kelola sistem kesehatan dan administrasi
pelayanan kuratif sebesar 25,23%-28,12%, kemudian seperti peningkatan sarana dan prasarana, revitalisasi
untuk pelayanan pencegahan dan kesehatan sistem kesehatan, kegiatan yang bersifat pertemuan,
masyarakat 8,45%-11,90% dan terakhir untuk alat-alat pengkajian pengembangan lingkungan sehat, pendidikan
dan bahan medis sebesar Rp 5,47 % - 7,07 %. Sesuai dan pelatihan keterampilan petugas. Fungsi pelayanan
dengan Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2015-2019 pencegahan dan kesehatan masyarakat mendapat porsi
mengenai Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan sebesar 8,45%-11,90% sangat kecil bila dibandingka
Keluarga dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah program lainnya. Sebaiknya pendanaan sejalan dengan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 kerangka pendanaan Renstra 2015- 2019 menekankan
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia dua aspek utama dalam kerangka pendanaan yaitu :
Sehat dengan Pendekatan Keluarga, dimana disebutkan peningkatan pendanaan preventif & promotif dan
4 area prioritas, yaitu : peningkatan efektivitas pembiayaan kesehatan.
1. Penurunan angka kematian ibu dan bayi Peningkatan pendanaan preventif & promotif
2. Penurunan prevalensi balita pendek (stunting). diharapkan lebih cost effectiveness dibandingkan kuratif
3. Penanggulangan penyakit menular dan, serta diharapkan setiap pembiayaan memenuhi kriteria
4. Penanggulangan penyakit tidak menular. cost effectiveness (investasi yang dikeluarkan
memberikan manfaat dan daya ungkit yang besar) tepat
guna dan hasil guna.
ANALISIS PEMBIAYAAN KESEHATAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN
MASYARAKAT DI INDONESIA TAHUN 2013 & 2014
Kondisi Adverse Selection pada skema Non PBI Mandiri terjadi
akibat bergabungnya pesertadengan risiko kesakitan yang tinggi
ke dalam JKN. Apabila program upaya kesehatan masyarakat
pembiayaan kes 4.pdf bagus di daerah, maka rasio klaim di Rumah Sakit bisa menurun
karena kegiatan promotif dan preventif. Pembiayaan kesehatan
yang bersumber dari dana BOK mendukung pelaksanaan program
upaya kesehatan masyarakat yang bersifat rutin maupun non
Pembiayaan kesehatan yang bersifat kuratif mulai rutin. Di era desentralisasi, pemerintah daerah dalam
meningkat seiring dengan berlakunya Jaminan menyelenggarakan otonomi daerah memerlukan dana
Kesehatan Nasional (JKN). Hal ini dapat dikatakan perimbangan baik dari pusat maupun daerah. Pengalokasian
anggaran kesehatan yang bersumber dari dana dekonsentrasi dan
bahwa pola pergeseran pembiayaan kesehatan tugas pembantuan sesuai dengan asas desentralisasi. Di era
pada tahun 2014 yang bersifat kuratif mulai desentralisasi pemerintah daerah sangat terbantu dengan adanya
meningkat seiring dengan diberlakukannya kebijakan BOK yang merupakan bentuk kepedulian dari
program jaminan kesehatan nasional (JKN) tahun pemerintah pusat yang menganggap pemerintah daerah kurang
memprioritaskan sektor kesehatan (Pani et al., 2012).
2014. Sementara untuk sumber pembiayaan yang
Sumber pembiayaan terbesar program upaya kesehatan
belum dapat dikategorikan jumlahnya cukup tinggi, masyarakat adalah pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 57,1%
yaitu sebesar 2,62% tahun 2013, dan mengalami tahun 2013 dan sebesar 56,32% tahun 2014. Hampir 50% alokasi
kenaikan tahun 2014 menjadi sebesar 9,47%. anggaran untuk pembiayaan kesehatan di daerah bersumber dari
Tingginya rasio klaim pada skema Non PBI Mandiri pemerintah pusat. Komitmen pemerintah daerah dalam
mengalokasikan anggarannya dalam bidang kesehatan didominasi
dalam JKN diakibatkan adanya pooling risiko yang tidak untuk daerah yang IPKM tinggi. Proporsi pembiayaan kesehatan
sesuai dengan prinsip asuransi kesehatan. Adverse berdasarkan IPKM tinggi yang bersumber dari PAD Sebesar
Selection adalah sebuah konsep dalam ilmu ekonomi, 56,32% tahun 2013 dan sebesar 52,35 tahun 2014. Alokasi
asuransi, dan manajemen risiko yang menggambarkan anggaran kesehatan di 71 Kabupaten/Kota didominasi oleh
situasi dimana partisipasi pasar dipengaruhi oleh program UKM rata-rata sebesar 47,73% - 50,78% tahun 2013 dan
informasi asimetris. rata-rata sebesar 49,08% - 52,52% tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai