Syarah Fusus Al Hikam
Syarah Fusus Al Hikam
Segel sesuatu adalah ringkasan dan intisarinya. Segel dari sebuah cincin adalah
dengannya didekorasikan dan nama pemiliknya dituliskan. ‗Hikmah‘ adalah ilmu tentang
realitas/hakekat, sifat dan esensi sesuatu sebagimana adanya dalam diri mereka sendiri dan
ilmu tentang kata dan tentang tindakan sukarela dalam cara yang memerlukan mereka
yang selayaknya kepada kejadian/keadaan ( ketika mereka muncul dari pemilik hikmah),
Al-Ilahiyah ( ‗Ketuhanan‘ atau ‗Allah‘ ) adalah nama dari derajat ketuhanan yang
meliputi seleuruh derajat Nama dan Sifat Ilahiyah.
Dengan demikian ‗intisari dari hikmah nama Allah‘ meliputi ringkasan dari
seluruh ilmu dan pengetahuan agama yang terhubung dengan derajat Ilahiyah; atau
ia adalah tempat dimana pengetahuan tersebut dan ilmu-ilmu tersebut dituliskan,
yaitu hati insan Kamil. Maka pokok dari judul bab ini adalah intisari pengetahuan
ini dan ilmu-ilmu agama tersebut, atau tempat yang bersifat reseptif/penerima
terhadap kesleuruhan pengetahuan tersebut, yang teraktualisasikan dalam diri logo
Adam. Dan apa yang aku maksud dengan ‗logos‘ diseluruh karya ini adalah
kekhususan utama Kenabiannya dan pemberian yang ditentukan untuknya dan
kaumnya oleh Allah.
Ketahuilah bahwa Asmaul husna Ilahi, yang jika dianggap dalam jumlah
ada 99 atau 1001, namun jika dianggap secara individu dan secara detil ia tak
terhitung, sebab Nama adalah penunjuk akan Nama-nama ‗Allah‘ dalam realitas
mumkinat, dan mereka tak terhingga disebabkan ketakterhinggaan mumkinat,
menuntut dalam diri mereka sendiri akan wujud alam agar alam menjadi
cermin bagia nur mereka yang tersembunyi dan sebagai tempat tajalli rahasia
mereka yang tersembunyi, mengacu kepada firman Allah, "Aku adalah
perbendaharaan tersembunyi dan Aku ingin dikenal,sehingga Aku ciptakan alam
1
semesta" dan ini adalah tuntutan Nama-nama—yang merupakan Esensi yang
dicirikan oleh Sifat—dan bukan kepada Esensi/Zat itu sendiri, sebab Zat dalam
acuan kemutlakannya tidak dapat memiliki sifat yang dicirikan kepada-Nya, tidak
juga Ia menjadi ditunjukkan oleh sifat apapun atau pembatasan.
Jadi Allah dalam sudut pandang nama ‖Allah" membawa alam ke dalam
wujud seperti tubuh yang terbuat sempurna ( dan siap bagi sebuah ruh) dan
menjadikan Adam sebagai ruhnya; aku maksud dengan "Adam" adalah
eksistensi manusia mikrokosmos. Dan Dia mengajarkannya nama-nama
seluruhnya.
Seorang Sufi berkata tentang firman-Nya, " Dia mengajarkan Adam Nama-
nama seluruhnya" (Quran 2: 31), " yaitu Dia tempatkan dalam zat dasar Adam
esensi halus (latifah) dari setiap nama-nama-Nya, dan melalui latifah tersebut
menyiapkannya untuk menyadari seluruh nama-nama Keagungan (Jalal) dan
Keindahan (Jamal), yang Dia acukan sebagai kedua tangan-Nya. Sebab Dia
berkata kepada Iblis,‖ Apa yang mencegahmu bersujud kepada apa yang Aku
ciptakan dengan kedua tangan-Ku?' (Quran 38:76). Segala sesuatu selain Adam
telah diciptakan dengan satu tangan, sebab ia adalah lokus manifestasi entah sifat
Jamal, seperti Malaikat Rahmat, atau dari Sifat Jalal, seperti Malaikat Azab dan
Syetan."
Ketahuilah bahwa setiap realitas dari esensi Insan Kamil dan derajat
Ketuhanannya adalah sebuah barzakh dalam istilah kesatuan totalnya (ahadiyah al
jami‘), yang berdiri antara satu dari realitas Laut Wajib (Wujub) dan sebuah
realitas yang merupakan tempat tajallinya di dalam laut kemungkinan (imkan)
yang merupakan Arasy nya, di atasnya lah realitas Wajib duduk. Sehingga ketika
tajalli sempurna turun ke atas lokus tajallinya, Insan Kamil, dia menerimanya
melalui kesempurnaannya, ketotalannya dan hakekat kesatuannya, dan tajalli ini
menempuh melalui seluruh realitas dalam zatnya. Kemudian cahaya tajalli
2
mengalir keluar darinya menuju kepada apa yang selaras dengannya dalam alam
ini. Karena itu rahmat dan berkah yang turun kepada realitas alam melalui tajalli
Ar Rahman hanya mencapai realitas ini setelah tertunjukkan di dalam Insan Kamil
dan teragamkan melalui corak tambahan yang tidak mewujud sebelum penentuan
tajalli di dalam dirinya. Karena itu realitas dan pola dasar alam adalah subjeknya
dan dia adalah khalifah atas mereka. Dan khalifah mesti mengasuh subjeknya
dalam cara yang paling tepat dan terbaik. Atas inilah sebagian Insan Kamil lebih
tinggi dari yang lain.
Karena itu, atau karena dunia ini adalah seperti tubuh dan Insan Kamil
seperti ruh, dikatakan bahwa dunia adalah „manusia besar‟, sebab persis seperti
manusia terdiri dari tubuh dan ruh yang mengaturnya, dunia terbuat dari dua hal ini
juga, meskipun ia lebih besar dari manusia dalam bentuknya; namun pernyataan
ini hanyalah benar dengan syarat wujud Insan Kamil di dalamnya, atau dunia,
sebab jika ia tidak ada di dalamnya, ia akan seperti tubuh tanpa ruh.
Dan Manusia sempurna adalah sebuah buku, Intisari dan ringkasan dari
Ummul Kitab, yang terdiri dari wilayah Ketuhanan Kesatuan Total nama
Allah", yang meliputi Al Wajib dan realitas aktif yang terkait dengan Nama-nama
dan kelembutan Sifat yang terhubung dengan derajat Rububiyah, sedemikian
hingga tak satu pun meloloskan mereka, kecuali Zat Wajibul Wujud, sebab wujud
mumkinat yang faqir tidak memiliki bagian dalam hal ini, jika tidak hakekat akan
terbalik.
Dan oleh sebab itu, karena manusia adalah inisari wilayah ketuhanan
‗Allah‖ dan meliputi apa yang ia kandung akan hakekat Nama-nama dan Sifat-sifat
3
dalam kesatuan totalitas, Dia menetapkan baginya Bentuk Ilahi, meskipun dunia
juga bersesuaian dengan Bentuk, sebab apapun yang lebih dekat dengan kesatuan
adalah lebih berhak menjadi disifatkan kepada Allah dan bentuk manusia adalah
bentuk dari Kesatuan Totalitas, sementara bentuk alam adalah bentuk sebagian-
Nya. Sebab Dia berfirman melalui lidah Nabi yang suci,‖ Sesungguhnya Allah
menciptakan Adam dalam bentuk-Nya yang bersifat Ilahiyah dan sempurna dan
bersesuaian dengan sifat totalitas dari Rububiyah-Nya. Dan karena adalah mungkin
bahwa kata ganti dalam ‗bentuk-Nya‘ mengacu kepada Adam, sebagaimanaa
sebagian orang mengklaimnya, beliau melanjutkannya dengan ucapannya, dan
dalam versi yang lain,” dalam bentuk Ar Rahman.”
Dan Dia menjadikannya, atau Insan Kamil, sasaran pandangan mata dan
tujuan yang diinginkan dalam penciptaan dan memelihara alam semesta, seperti
nafs an-natiqah (jiwa rasional), yang merupakan tujuan dalam membuat
4
sempurna tubuh dan mengharmonisasikan penyusun alami dan badani individu
manusia.
Tujuan universal dan maksud utama dalam penciptaan alam semesta adalah
pengetahuan dan penglihatan anak Adam. Lampu penunjukkan nur musyahadah
dan cermin keragaman manifestasi Wujud adalah hati sucinya dan menembus
pemahaman; dan fokus dari seluruh jenis ilmu dan penerimaan adalah kesatuan
total ilmunya dan penerimaannya.
Ketika sifat manusia yang diciptakan diubah ke dalam yang tak diciptakan
dan mata batin spiritualnya terminyaki dengan Kesatuan, melalui seluruh fakultas
dan organ lahiriahnya dia memusyahadahkan Keindahan Allah dan melihat Wujud
Mutlak dalam seluruh tempat tajalli dan manifestasi. Buah dari pohon
penciptaannya tiada lain selain ilmu dan penglihatan.
Lelaki adalah mata, dan sisanya adalah kulit: pandangan yang haq adalah
melihat Sahabat
Ketika tidak melihat Sahabat, mata lebih baik buta; siapa dia Sulaiman,
seekor semut lebih baik dari dia
Karena itu, atau sebab tujuan penciptaan dan pemeliharaan alam adalah
Insan Kamil, persis seperti tujuan penyempurnaan tubuh adalah jiwa rasional,
alam hancur dengan lenyapnya Insan Kamil, yaitu pelenyapan dan perpindahan
Insan Kamil darinya, persis seperti tubuh membusuk dan lenyap ketika jiwa
rasional pergi; karena sesungguhnya Allah tidak menzahirkan diri-Nya dalam alam
semesta tanpa perantara Insan Kamil. Sehingga dengan penarikannya,
penambahan yang membawa kehidupan eksistensi dan kesempurnaannya terhenti.
Karena itu alam dipindah dengan perpindahannya, dan seluruh makna dan
kesempurnaan yang bersamanya akan berangkat menuju hari kiamat.
5
"Karena itu Nabi berkata, 'Saat Hari Kiamat tidak akan datang selama masih
ada di antara kalian di dunia berkata,‘ Allah,Allah‘. Dan beliau menekankan
melalui pengulangan yang beliau maksud,‘ selama ada seseorang di dunia berkata,‘
Allah, Allah‘, karena beliau maksudkan dengan ‗seseorang yang berkata ‗Allah‘,
beliau tidak akan menekankannya dengan pengulangan. Dan tiada keraguan
bahwa tak seorang pun menyebut ‗Allah‘ dengan penyebutan yang benar—dan
secara khusus dengan nama teragung ini dan paling meliputi ini, yang mengandung
di dalamnya seluruh Asmaul Husna—kecuali bagi dia yang mengenal Allah
dengan ma‘rifat sempurna.. Ia seolah-olah beliau berkata,‘ Saat Kiamat tidak akan
datang selama terdapat Insan Kamil di dunia.‘ Adalah dia yang diacu dengan ‗tiang
penyangga‘ atau ‗ dia yang baginyalah dunia dipelihara‘. Sehingga ketika dia
dipindah ke dunia lain, langit akan runtuh, matahari akan gelap, bintang-bintang
berjatuhan, gunung akan bergerak, dan bumi akan berguncang dan Hari Kiamat
pun tiba.
"Lebih lanjut, aku katakan, ' Jika neraka kosong dari dia, ia tidak akan tetap
mewujud; dan adalah melaluinya neraka dipenuhi‘. Nabi mengacu akan Insan
Kamil dengan ucapannya dalam sebuah hadits,‘ Kaki Al Jabbar,‘ Sesungguhnya
Neraka tidak berhenti berkata,‘Masih adakah lagi?‘, hingga Al Jabbar meletakkan
kaki-Nya di atas-Nya. Dan ketika Al Jabbar meletakkan kaki-Nya di atasnya,
bagian neraka tersebut akan mengambil bagian lainnya dan ia akan berkata,‘
Cukup! Cukup!‘. Aku dikabarkan oleh Allah bahwa kaki yang diletakkan ke dalam
Neraka adalah apa yang ditinggalkan di dunia ini dari bentuk Insan Kamil dan ia
adalah apa yang tidak menemaninya di keadaan Surga. Dan sisa ini dikiaskan
sebagai ‗kaki‘ disebabkan hubungan yang lembut dan agung: kaki adalah bagian
akhir dari tubuh manusia: dengan cara yang sama bentuk fisiknya sendiri adalah
bagian akhir bentuk mutlak manusia, sebab bentuk dunia keseluruhannya adalah
seperti organ tubuh dari bentuk manusia yang mutlak dan sebenarnya. Keadaan
fisik adalah bentuk akhir dimana realitas manusia nampak; dan melalui bentuk
6
manusia sebenarnya dan mutlak, seluruh bentuk yang aku katakan seperti organ
tubuh akan didukung dan dipelihara."
Karena itu dia, atau Insan Kamil, adalah yang pertama dalam tujuan dan
kehendak, sebab Allah menjadikannya tujuan yang dinginkan dan sebab akhir dari
penciptaan dunia. Dan adalah dalam karakter alami dari penyebab akhir untuk
menjadi lebih utama dalam ilmu dan kehendak, persis seperti sifat dasarnya untuk
menjadi yang terkemudian dalam eksistensi, yang terakhir, yaitu Insan Kamil
lebih terkemudian dari yang selain dirinya, dalam penciptaan dalam rantai
maujudat, sebab yang pertama Dia ciptakan dalam wujud lahiriah adalah Pena
yang Agung, kemudian Lauhil Mahfuzh, dan Arasy yang Agung, kemudian Kursi
Yang Mulia, kemudian unsur-unsur, kemudian 7 langit, kemudian yang
berkembang biak (hewan, tumbuhan dan mineral/muwalladat) dan kemudian
manusia: sebab dia adalah akhir dari makhluk ini dan lokus penggabungan mereka.
Dan manusia adalah bentuk lahir, apa yang terlihat dalam bentuk unsuriah dan
jasmaniyahnya, dan bentuk batiniah, atau apa yang tidak terlihat dalam maqam
atau derajat, sebab hal ini dalam sudut pandang spiritualnya. Atau kita dapatkan
bahwa manusia adalah sisi lahiriah dalam alam dari wujud yang nyata, melalui
kesempurnaannya dan bentuk yang satu dalam menyusun tubuh, jiwa, akal,
inderawi dan hal lain yang kita sebut ‗diciptakan‘; dan dia juga adalah bentuk
batiniah, melalui maqam spiritualnya yaitu kekhalifahannya.
Jadi dalam acuan kepada bentuk jasmaniyah dan elementalnya, atau bentuk
kesatuan totalitasnya,dia adalah Abdullah, diciptakan untuk menyembah Rabb
nya; dan dalam acuan akan makna dan ruhnya, atau maqamnya, dia seorang
rabb, yang rububiyahnya teraktualisasikan dalam hubungan dengan wujud
indvidu dari seluruh alam.
7
Syaikh menjelaskan dalam Insha‘ Ad-dawa‘ir: manusia memiliki 2 salinan:lahiriah
dan batiniah. Salinan lahiriah berhubugan dengan dunia dalam totalitasnya, dan
salinan batiniah berhubungan dengan martabat Ketuhanan dari Uluhiyah. Maka
manusia adalah universal dalam realitas dan tanpa syarat, sebab ia bersifat
menerima bagi seluruh wujud, entah abadi atau sementara. Namun wujud lain
selain dia bukanlah penerima bagi seluruh wujud, sebab wujud khusus alam
tidaklah bersifat penerima bagi Uluhiyah, dan Allah bukanlah penerima bagi
penghambaan. Malahan seluruh alam adalah hamba, dan Allah Subhanahu adalah
tunggal dan abadi, Allah tidak dapat dicirikan dengan apa yang bertentangan
dengan sifat Uluhiyah, sebagaimana alam tidak dapat dicirikan dengan apa yang
bertentangan dengan kesementaraan dan penghambaan. Sehingga manusia adalah
pemilik dua hubungan sempurna: sebuah hubungan melaluinya dia memasuki
derajat ketuhanan dari uluhiyah, dan sebuah hubungan dengannya dia memasuki
derajat kosmos.
Sehingga dia disebut ‗hamba‘ dalam acuan akan wujudnya yang menjadi sasaran
pewahyuan dan jika ia tidak demikian, maka dia seperti alam, Dan dia disebut
‗tuhan‘ dalam acuan kekhalifahannya, bentuknya dan bentuk Sebaik-baik bentuk
(QS95:4)."
Sehingga tidak ada yang lebih hebat dan derajat yang lebih tinggi
daripada manusia dalam rububiyahhya,, atau melalui alasan wujudnya dicirikan
oleh dan manifestasi sifat-sifat Rububiyah, sebab tiada derajat lebih tinggi dari ini,
dan dalam cara yang sama tak satu pun lebih rendah dari dia dalam
ubudiyahnya, atau melalui alasan wujudnya yang dicirikan oleh sifat
penghambaan, sebab persis sebagaimana Rububiyah adalah derajat tertinggi, maka
lawannya ubudiyah adalah derajat yang terendah.
Manusia adalah cermin dengan dua sisi. Pada satu sisi adalah sifat rububiyah
dan yang lainnya penghambaan yang terpantulkan. Ketika kamu memandang pada
sifat Rububiyah, dia lebih besar dari seluruh wujud; dan ketika kamu
memperhatikan ubudiyahnya, dia lebih rendah dan lebih tidak penting dari seluruh
makhluk.
Ketika aku temukan sifat-Mu dalam diriku, Allah melarang seseorang mesti
lebih hebat dari aku!
Namun ketikan pandanganku jatuh kepada keadaanku sendiri, dalam dua
dunia tiada seorang pun yang lebih buruk daripada aku!
Jadi jika engkau telah paham penjelasan sebelumnya, aku telah jelaskan
kepadamu apa yang dimaksud dengan „manusia‟. Lihatlah keagungannya,
yang telah ia peroleh melalui Asmaul Husna, atau menjadi tercirikan oleh mereka
(asmaul husna), dan fakta bahwa mereka (asmaul husna) mencarinya untuk
menjadi tempat sempurna tajalli dan tempat manifestasi mereka yang paling
menyeluruh dan meliputi. Melalui pencarian mereka akan dia dan kebutuhan
mereka akan wujudnya, kamu akan paham keagungannya dan kemuliaannya,
sebab keagungan dan kemuliaan yang dicari hanyalah kepanjangan dari keagungan
dan kemuliaan sang pencari,dan dalam cara yang sama melalui penampakannya
kepada mereka, atau melalui nama-nama tersebut, dan eksitensi dia melalui
mereka, meskipun dalam esensinya dia bukanlah maujud, kamu akan paham
kerendahannya, sebab tiada yang lebih rendah dari sesesuatu yang tunduk kepada
hukum ketiadaan dan untuk berdiri dalam kebutuhan kepada yang lain demi wujud
seseorang. Maka pahamilah!
9
Dari sini, atau dari maqam ini, sesuai dengan apa yang telah dipahami
bahwa manusia adalah seorang ‗rabb‘ mengacu sisi batiniahnya dan seorang
hamba mengacu sisi lahiriahnya,dipahami bahwa dia¸atau manusia,adalah
salinan dari dua bentuk, dan mengacu kepada mereka: bentuk Allah yang
diliputi oleh keadaan batiniahnya yang serba menyeluruh dan terkonsentrasi dan
bentuk alam, yang terliputi oleh keadaan sisi lahiriahnya akan perbedaan dan
penyebaran. Dan kedua bentuk ini adalah dua tangan Allah dengannya Dia
menciptakan Adam.
Apakah manusia itu? Sebuah barzakh yang serba meliputi, bentuk makhluk dan
Allah yang diletakkan di dalamnya.
Dia adalh sebuah salinan dalam sinopsis yang isinya adalah Esensi Allah dan
Sifat-Nya yang tak terlukiskan.
Terhubung kepada kelembutan Alam Mulk ,termasuk kebenaran Alam Malakut,
Sisi batiniahnya tenggelam dalam Lautan Ahadiyah, bibir kering lahiriahnya pada
pantai keterpisahan.
Tidak ada satu pun sifat Allah yang tak termanifestasikan dalam esensinya.
Dia mengetahui, mendengar, berbicara, berkehendak, hidup dan kuasa.
Dalam cara yang sama, akan hakekat Alam semesta, segalanya disatukan dalam
dirinya:
Ambilah Langit atau unsur-unsur, atau ambilah mineral, tumbuhan dan binatang;
Bentuk kebaikan dan keburukan dituliskan dalam dirinya, tingkah laku setan dan
hewan buas tercampur dalam dirinya.
Andai dia bukan cermin Wajah Abadi, mengapa malaikat sujud kepadanya?
Dia adalah pantulan keindahan Kehadiran Kesempurnaan; jika Iblis tidak mampu
memahami hal ini, jadi maunya apa?
10
II. INTISARI HIKMAH NAFASIAH DALAM SABDA SYITS AS
Sekarang jika kamu mesti bertanya, "Pemberian yang terkait dengan nama
Al Wahhab adalah pemberian dari sebuah Nama, sehingga bagaimana bisa mereka
dapat dibagi ke dalam pemberian Zat dan pemberian Nama? Aku akan menjawab,‖
Apa yang dimaksud dengan pemberian dari Zat adalah pemberian yang sumbernya
adalah Zat tanpa mempertimbangkan satu pun dari Sifat Ketuhanan bersamanya—
meskipun pemberian demikian tidaklah diberikan tanpa perantara Nama-nama dan
Sifat, sebab Allah tidaklah mentajallikan diri-Nya dalam konteks Zat-Nya kepada
maujudat kecuali dari balik hijab satu dari Nama-nama. Dan apa yang dimaksud
dengan pemberian dari Nama adalah pemberian yang sumbernya adalah satu dari
Sifat dalam acuan akan wujudnya yang dibedakan dan terbedakan dari Zat.‖
Dan tajalli dari Zat hanya dapat bersesuaian dengan bentuk dari lokus
tajalli—yaitu hamba—dan bersesuaian dengan kesiapannya (isti‘dad), persis
seperti Allah nampak dalam cermin wujud sesuai dengan kesiapan dan penerimaan
mereka, melalui manifestasi sifat-Nya di dalam diri mereka. Selain ini adalah tidak
mungkin.
Namun bagi pemberian dari Nama, mereka selalu ditemani oleh hijab,
yaitu hijab akan penentuan/penunjukkan yang bersesuaian dengan sebuah Nama,
sesuai dengan nama khusus mana yang terbedakan dari yang lain. Dan si
penerima tidaklah menerima pemberian ini, entah dari Zat atau dari Nama,
kecuali sesuai dengan kesiapan dia sebenarnya, sebab tajalli dalam Hadrat
Kesucian dan Mata Air Kesatuan adalah tunggal dan menyeluruh dalam
deskripsinya, namun mereka menjadi beragam ketika mereka turun sesuai dengan
kesiapan sang penerima, derajat ruhani dan fisik mereka, waktu mereka dan
tempat, dan seluruh yang berkenaan dengan hal tersebut, seperti keadaan,
penyususn jasmani dan sifat tertentu. Sehingga manusia berpikir disebabkan
keragaman efek yang dimiliki tajalli itu sendiri dalam diri mereka yang beragam
dalam realitasnya, namun ini tidaklah demikian. Alalh berkata,‖ Perintah Kami
tidak lain adalah satu, seperti kedipan mata (QS 54:50). Persis sebagaimana Allah
esa dalam setiap hal, demikian juga Limpahan-Nya dan perintah-Nya tidaklah
memiliki keragaman kecuali dalam hubungan dengan si penerima.
Mungkin saja pemberian tersebut, entah dari Zat atau Nama, disebabkan
permintaan¸pada bagian dia yang telah menerimanya melalui keadaan, atau
keadaan yang menyebabkan manusia memintanya secara lisan. Tiada jalan
keluar dari hal ini, atau dari meminta melalui keadaan ruhani.
Atau mungkin saja pemberian disebabkan oleh permintaan secara lisan.
Permintaan lisan terdiri dari dua jenis: pertama adalah permintaan yang
disebabkan sifat alamnya, dalam hal ini alasan permintaan adalah sifat dasar
manusia yang terburu-buru, sebab manusia diciptakaan dalam keadaan terburu-
terburu, dan yang kedua yaitu permintaan yang tidak berdasrkan sifat dasarnya, ia
juga dibagi ke dalam dua jenis. Yang pertama permintaan dalam menaati
12
kepada perintah Ilahi, sesuai dengan firman-Nya,‖ Serulah Aku dan Aku adakan
menjawabmu" (Quran 40:60), dan yang kedua adalah permintaan sesuai dengan
tuntutan kebijaksanaan dan ma‟rifat, sebab dia, atau sang peminta sesuai
dengan tuntutan hikmah dan ma‘rifat, adalah seorang pemberi perintah, yang
mengarahkan subjeknya—entah mereka adalah penghuni dunia, atau mereka dalam
sebuah kerajaan, atau keluarganya, atau tubuhnya, dan seorang penguasa akan
urusan mereka, seorang pelindung kepentingan mereka yang Pemeliharaan Ilahi
telah menakdirkan untuk bergantung kepada permintaan. Sehingga dia meminta
Allah dan berdoa kepada-Nya untuk mengatur urusan tersebut.
Adalah wajib baginya, atau si peminta untuk berjuang semaksimal mugkin
untuk melihat bahwa setiap subjeknya yang memiliki hak menerimanya; apa
yang menunjukkan kewajiban ini adalah seperti ucapan nabi nya,”
Sesungguhnya kamu memiliki kewajiban kepada keluargamu.” Yaitu mereka
yang berhak atas perintahmu dan didikanmu, seperti isteri dan anak-anak dalam
makrokosmos dan seperti indera fisik dan spiritual di dalam mikrokosmos,‖
jiwamu, tubuhmu dan tamumu,”
13
III. INTISARI HIKMAH SUBUHIYAH DALAM SABDA NUH AS
Tepat seperti ilmu dia yang menyucikan Allah dengan pikirannya adalah
tidak sempurna—sebab ia sedang melarang Yang Tak Terlarang dan membatasi
Yang Tak Terbatas—dalam cara yang sama dia yang ‗menyerupakan‘ Allah
dengan ciptaan tanpa menyucikan-Nya adalah salah, sebab penyerupaan juga
sebuah pembatasan dan pelarangan akan Yang Tak Terbatas—yang tidak memiliki
batas yang mendefinisikan dan meliputi-Nya.
Dan karena Syeikh telah menunjukkan kurangnya ilmu tentang Allah sesuai
dengan sifat bagi seseorang yang hanya menyucikan Dia, dan situasi ilmu yang
hanya menyerupakan-Nya hanyalah diketahui melalui analogi, beliau sekarang
menyebutkan secara eksplisit ilmu yang sempurna tentang Allah menggabungkan
Tanzih dan Tasybih, dimana hamba diperintahkan untuk mencapainya oleh Nabi,
14
dan karena itu beliau diberi balasan atas Syariah: Ketahuilah bahwa jalan
kebenaran melaluinya Dia ingin mereka mengenal-Nya adalah dalam hadits:
Aku ingin dikenal, sehingga Aku ciptakan dunia‖, adalah apa yang dibawa lidah
pewahyuan. Sehingga tiada akal akan mampu melampuinya. Malahan setiap
orang mesti percaya hal ini dalam cara dimana Allah maksudkan dan bukan
melalui mena‘wilkannya sesuai dengan idenya sendiri. Penyucian mentalnya
terhadap ‗Allah‘ mestilah sesuai dengan apa yang Allah turunkan pada lidah Nabi-
Nya dan di dalam Kitab yang telah Dia wahyukan: jika tidak, Allah disucikan dari
pensucian pikiran akal manusia, sebab akal manusia yang ditentukan dalam indera
yang terbatas dan tertentu saja dari penyusun jasmani manusia, adalah bersifat
terbatas. Dan bagaimana bisa yang terbatas dan tertentu melihat Realitas Yang
Absolut dan Merdeka dalam dirinya sendiri kecuali jika realitas mutlak tersebut
menjadi terbatasi sesuai dengan penglihatan dan wujudnya?
Dan jika Dia menyingkapkan bagi dia pemahaman akan hal ini, yaitu
apa yang dibawa oleh Pewahyuan, dan jika Dia memberinya ilmu tentang
keinginan-Nya adalah melalui syarat yang dibebankan oleh Syariat, dimana akal
tidak dapat memperolehnya melalui proses pemikirannya, penyingkapan dan
kesadaran itu disebabkan pemberian Ilahi yang berhubungan dengan Zat,
yang telah disebutkan dalam bab Syits.
15
IV. INTISARI HIKMAH QUDDUSIYAH DALAM SABDA IDRIS AS.
Shaikh melihat cocok untuk mencurahkan hikmah ini kepada Idris sebab dia adalah
seorang nabi yang menjalankan penyucian terpanjang akan jiwanya melalui amal
spiritual yang sulit dan dalam menyucikan dirinya dari sifat bahimiyah/
kebinatangan, hingga sifat dasar ruhaninya mencapai sempurna mengubah sifat
dasar hewaninya dan dia secara sempurna ‗mencetak‘ tubuhnya dan mengadakan
perjalan ke Langit (mi‘raj), dimana dia berbicara dengan malaikat dan Akal Awal.
Dan dikatakan bahwa selama 16 tahun dia tidak makan dan tidur, hingga hanya
akal sucinya saja yang tersisa.
16
Karena itu peninggian posisi milik dia yang mengenal dan peninggian
tempat milik dia yang beramal, dan siapa yang menggabungkannya akan memiliki
kesempurnaan dua peninggian tersebut.
17
V. INSTISARI HIKMAH MUHAIMIYAH (MABUK CINTA) DALAM
SABDA IBRAHIM AS
Karena Ibrahim telah menyadari keadaan fana di dalam Allah, dan karena mungkin
bagi seseorang membayangkan bahwa dia yang telah mencapai fana adalah benar-
benar tiada, dan ‗tiada‘ tidak dapat dilukiskan oleh sifat positif, Syeikh menolak
dugaan ini dengan ucapannya, Tiada jalan keluar dalam maqam fana di dalam
Allah dari menegaskan wujud sebenarnya tentang hamba yang telah
terfanakan di dalam-Nya, karena disini melalui ‗fana‘ tidaklah dimaksudkan bahwa
eksitensi hamba menjadi benar-benar tiada secara mutlak. Malahan, apa yang
dimaksud adalah aspek manusia ini terfanakan dalam aspek Ilahi, karena setiap
hamba memiliki sebuah aspek yang berasal dari Hadrat Ilahi, yang mengacu
kepada firman-Nya,‘ Setiap manusia memiliki arah/kiblat kemana dia
menghadap‘,(QS2:148). Dan fana hanyalah dicapai melalui perhatian minat yang
sempurna menuju Kehadiran Allah, Al Haq, sebab melalui hal ini, aspek amal
sholeh hamba akan dikuatkan hingga ia mencapai pelampauan aspek makhluk
kepada titik penundukan nafsu dan fana di dalamnya. Penampakannya hanya dapat
terlihat melalui menghindari apa yang berlawanan dengannya dan tidak sesuai
dengannya, yaitu melalui takut kepada Allah mengacu kepada apa yang
berlawanan dengannya. Jadi cinta adalah tunggangan dan takut/taqwa kepada
Allah adalah makanannya. Dan proses fana ini memerlukan bahwa hamba menjadi
ditentukan dengan semangat keras amal sholeh dan berakhlak dengan akhlak
Allah, sehingga dia mencapai baqa bersama Allah. Maka determinasi ini tidak akan
meninggalkannya.
Dan pelenyapan efek mumkinat terjadi dalam lubuk sanubari paling dalam
dari kaum Arif, dalam kesadarannya dan penglihatan/pemahamannya, bukan dalam
tubuhnya, ruh dan kemanusiaannya, meskipun bersesuaian dengan peribahasa,
18
‖bumi memiliki bagian dari cangkir para dermawan‖, ini juga berperan dalam
perkataan yang lain.
Dan kemudian, ketika wujud hamba yang telah fana di dalam Allah
ternyatakan, adalah benar bagi sesuatu untuk disifatkan kepadanya dan bagi
Allah untuk menjadi pendengarannya, pandangannya, lidahnya, tangannya
dan kakinya. Sehingga Dia meliputi seluruh inderawinya dan organya dengan
Huwwiyah-Nya bersesuaian dengan makna yang layak untuk-Nya. Dan hal
ini, atau wujud Allah dalam pendengaran dan penglihatan hamba dan peliputan-
Nya akan seluruh inderawi dan organ tubuhnya, adalah hasil dari cinta yang
berhubungan dengan sunnah ( hubb al nawafil) dan kedekatan yang diperoleh
melaluinya pada perjalanan yang dilakukan oleh sang pecinta, didalamnya suluk
menjadi prioitas atas tarikan Ilahi (jadzbah Ilahi) dan fana mendahului baqa,
karena Allah menyatakan diri-Nya di dalam nama Al Batin dan menjadi organ
penglihatan/pemahaman bagi hamba yang merupakan lokus tajalli.
19
VI. INTISARI HIKMAH HAQQIYAH DALAM SABDA ISHAQ AS
Dan manusia disini, atau dalam ilmu tentang jenis kedua di atas tentang
mimpi dan ru‘yat, terbagi dua jenis:yang mengetahui/yang mengenal, yang
mengenal apa yang Allah maksudkan melalui gambaran yang dilihat, dan yang
belajar , yang tidak mengetahui, namun memiliki kemauan keras dan kapasitas
untuk meningkatkan derajat ilmunya. Yang mengetahui adalah benar dalam
ru‟yatnya, yaitu ia memberikan ru‘yat haknya; dan yang belajar menganggap
ru‟yat itu benar, yaitu dia mengambil gambaran yang terlihat sebagai benar dan
berhubungan dengan realitas dalam dunia lahiriah, hingga Allah
mengajarkannya apa yang Dia maksud melalui gambaran yang Dia
singkapkan kepadanya dan menyingkapkannya dalam mimpinya, seperti
Ibrahim, ketika dia melihat dalam mimpinya bahwa dia sedang mengorbankan
anaknya, namun itu adalah seekor domba yang nampak dalam bentuk anaknya.
Sehingga dia menganggap ru‘yatnya benar dan tidak menta‘wilkannya, sebab
sesuatu yang diamati oleh Nabi-nabi dan Insan Kamil terjadi dalam Alam Misal
Mutlaq. Dan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya adalah wajib benar dan dalam
20
hubungan dengan hakekatnya. Sehingga dia berpikir dia sedang mengamati dalam
dunia itu, dan karenanya dia tidak menta‘wilkannya mimpinya. Karena itu dia
menyangka ru‘yatnya adalah benar hingga Allah mengajarkannya bahwa apa yang
dimaksud melalui bentuk anaknya adalah domba.
21
VII. INTISARI HIKMAH „ALIYAH DALAM SABDA ISMAIL AS
Karena Ismail adalah lokus manifestasi nama Allah Al A‘laa, yang merupakan satu
dari nama Esensi, Syeikh memutuskan menjelaskan dalam hikmahnya dua derajat
yang dimiliki nama ini: Kesatuan Zat dan Kesatuan Keragaman Nama. Karena itu
beliau berkata untuk mengenalkan pokok bahasannya, Wujud Alam—tidaklah
dulu dan kemudian-seperti ucapan Nabi,” Adalah Allah dulu, dan tak satu pun
bersama-Nya”, mengharuskan beragam hubungan (nasab) dalam
Penciptanya, atau nama atau sifat-sifat,dll—apapun yang kamu sukai untuk
menyerunya. Sehingga katakan, karena hal ini tidak perlu diragukan lagi,‘ Tiada
jalan keluar, dalam wujud alam dari hal itu, atau dari aktualisasi keragaman
nama-nama dalam Penciptanya. Dan melalui totalitas hubungan ini dan Nama-
nama dan Kesatuan Keragaman mereka alam pun mewujud, bukan dalam sudut
pandang Kesatuan Zat , sebab Yang Ahad sepanjang Dia adalah Ahad adalah
bukan sumber dari keragaman sepanjang hal itu beragam, sebab tidaklah tepat
mengatakan bahwa mesti muncul dari sesuatu—apapun kemungkinannya—apa
yang berlawanan dalam hakekatnya. Dan jelas bahwa Ahadiyah adalah berlawanan
dengan Keragaman dan Yang Ahad dengan yang banyak, Maka tidak mungkin
bahwa satu di antara mereka mesti berasal dari yang lain. Bagaimanapun, Ahad
dan Keragaman memiliki banyak hubungan, dan keragaman memiliki kesatuan
yang tetap. Sehingga ketika satu di antara mereka menjadi terhubung dengan
yang lain, ini hanyaah dalam konteks mata rantai penghubung.
Salah seorang Sufi telah berkata, "Esensi Nama Al Batin adalah sama
dengan Esensi nama Az Zahir. Dan Si Penerima sama dengan Agen..Sehingga pola
yang tidak diciptakan dari setiap maujud adalah Esensi-Nya. Dan tindakan dan
penerimaan adalah dua tangan-Nya.. Sehingga Dia adalah Agen Aktif dengan satu
tangan-Nya, dan Penerima dengan tangan yang lain. Esensi adalah tunggal, dan
keragaman dibentuk kesan dan gambar—Sehingga tepatlah berkata Dia tidak
pernah membawa apapun ke dalam wujud selain diri-Nya sendiri, dan tak ada satu
pun selain Tajalli-Nya."
23
VIII. INTISARI HIKMAH RUHIYAH (KESENANGAN RUHANI) DALAM
SABDA YAQUB AS
"Agama di sisi Allah adalah Islam" (QS3:19), dan maknanya, atau makna
harfiah dari kata ‗Islam‘, adalah tunduk patuh.Siapapun memiliki sesuatu yang
dicari darinya dan memenuhi permintaan si peminta dalam apa yang dia cari
adalah „Seorang Muslim‟. Sehingga pahamilah, sebab prinsip ini meliputi
seluruh makhluk (yaitu seluruh makhluk adalah tunduk kepada Allah dan dengan
demikian ‗seorang Muslim‘). Entah mereka menyetujui dan mentaati perintah Ilahi
(atau apa yang Allah ‗cari‘ dari mereka). Adapun perluasan makna prinsip ini
kepada makhluk tersebut yang menyetujui dan patuh dengan perintah Ilahi dan
larangan-Nya, alasannya telah jeas dan tidak memerlukan penjelasan. Namun bagi
mereka yang melawan dan tidak mentaati perintah Allah dan larangan-Nya,
alasannya adalah perintah Ilahi dibagi ke dalam dua jenis: perintah keinginan
(iradi) dan perintah penentuan (taklif). Sehingga jika sebagian orang melawan
perintah Allah dan tidak mentaati perintah Taklif (berdasarkan apa yang
melaluinya Allah mensyari‘atan makhluk apa yang mesti dilakukan atau yang tidak
dilakukan), mereka benar-benar mentaati perintah Iradah (atau apa yang Allah
kehendaki dari mereka). Seroang Sufi telah menyatakan sebagai berikut:‖
Sesungguhnya Allah memiliki perintah untuk melaksanakan kewajiban dan
perintah Ketuhanan. Dengan demikian yang tidak dapat dibantah adalah perintah
Ketuhanan (iradah)." Di antara syair Persia yang menyatakan pada poin ini adalah
sebagai berikut:
Dan agama ada dua jenis: agama yang diperintahkan oleh Allah, yaitu apa
yang dibawa oleh Nabi, dan agama yang dianggap benar oleh Allah dalam cara
yang sama bahwa Dia menagnggap apa yang telah Dia kirim adalah benar, sebab
tujuan dari agama jenis pertama ini adalah persetujuan dengan apa yang Allah
24
inginkan dari Hukum yang ditetapkan oleh-Nya, yaitu kesempurnaan jiwa dalam
ilmu dan amal. Yang berikutnya adalah penemuan (al ibtida‘) di dalamnya
adalah pujian tentang Allah. Sehingga siapa yang mengamatinya
sebagaimana seharusnya ia diamati, dan mencari ridho Allah, telah mencapai
keselamatan.
Dan perintah Ilahi ada dua jenis: perintah melalui perantara (asbab),
atau perantara nabi dan rasul; sedemikian hingga sepanjang ia adalah sebuah
perintah melalui perantara dan tidak memperhatikan perintah Ketuhanan, ia tidak
memiliki apapun selain bentuk bahasanya, yaitu bentuk perintah; dan sebuah
perintah tanpa perantara. Adalah perintah yang terakhir, perintah Ketuhanan,
yang dinyatakan dengan kata ‗Kun!‖ dan yang berhubungan dengan datangnya ke
dalam wujud dari apa yang memiliki ketiadaan lahiriah namun diketahui dalam
Ilmu Allah. Sehingga inilah perintah yang pembangkangannya tidak dapat
dibayangkan terjadi, sebab adalah tidak mungkin bagi sesuatu yang diinginkan
melawan kehendak-Nya, sebagaimana Dia berfirman,‖ Perintah Kami kepada
‗sesuatu‘, ketika Kami menginginkannya, hanyalah berkata ‗Kun! Maka terjadilah
sebagaimana adanya" (QS16: 41), sementara perintah yang melalui perantara
dapat dibantah¸atau ia dapat dibantah oleh dia yang diperintahkan melakukan
sesuatu. Dan itu terjadi ketika perintah tersebut tidak bertepatan dengan perintah
tanpa perantara.
Dan apa yang diperintahkan tanpa perantara tiada lain sesuatu yang
tiada dalam alam lahiriah namun diketahui dalam Ilmu Allah dan maujud dengan
Dia yang memerintahkan dalam cara yang khusus (menyangkut ilmu Allah),
bukan apa yang ada (di dunia) sebelum pengeluaran perintah, sebab jelas sekali
tdak mungkin membawanya ke dalam wujud sesuatu yang sudah mewujud. Ini
bertolak belakang dengan apa yang diperintahkan melalui perantara, sebab ini tiada
lain apa yang ada dalam dunia lahiriah, sebab tidak mungkin menentukan perintah
dan larangan bagi apa yang tidak mewujud secara lahiriah.
26
IX. INTISARI HIKMAH NUURIYAH (CAHAYA) DALAM SABDA YUSUF
AS
Syeikh menyebut kilauan sebagai ‗cahaya‘ ketika dia berkata ,Nur, atau
yang selain Nur yang sebenarnya, yang merupakan Esensi Allah, tersingkap atau
terlihat dalam dirinya sendiri, dan melaluinya penyingkapan, atau penglihatan
kepada yang lain terjadi. Dan cahaya yang paling sempurna dan menembus
adalah cahaya melaluinya tersingkap atau terlihat apa yang Allah maksudkan
melalui bentuk-bentuk yang terlihat dalam imajinasi di dalam mimpi, yaitu
ilmu tentang ta‟bir; sebab bagi bentuk tunggal nampak dalam imajinasi dari
orang yang berbeda dalam banyak dan beragam makna, disebabkan perbedaan
kesiapan orang tersebut, ketidakcocokkan keadaan jasmani, perbedaan mereka
dalam tempat dan waktu, namun satu dari apa yang dimaksudkan dalam kasus
dia yang telah melihat bentuk.Maka siapa yang menyingkapnya, yaitu makna
yang dimaksud, dan membedakannya dari makna yang lain dan menta‘wilkan
bentuk yang telah terlihat, melalui cahaya yang sempurna dan terpahami tersebut
adalah pemilik cahaya yang paling sempurna. Cahayanya adalah cahaya yang
paling sempurna sebab dia melihat melaluinya apa yang berada dalam
ketidakjelasan yang sangat dan pada batas kebingungan. Dan kami hanya berkata
bahwa suatu bentuk nampak dalam banyak makna karena dalam mimpi seseorang
dari suatu kaum diseru, sehingga dia melaksanakan haji dalam Dunia Lahiriah,
dan yang lainnya diseru sehingga ia mencuri; dan bentuk seruan adalah
satu,¸namun interpretasinya berbeda, disebabkan perbedaan dia yang
melihat bentuk. Dan dalam cara yang sama seseorang yang lain melihat dalam
mimpi bahwa ia diseru, sehingga dia menyeru kepada Allah dengan ilmu
yakin: dan yang lain melihat bahwa ia diseru, sehingga ia menyeru kepada
kesalahan. Ini disebabkan seruan berbagi peranan dengan dua undangan ini dalam
27
seruan demikian; namun berbeda pada pengamat yang diseru disebabkan
perbedaan mereka.
Ketahuilah bahwa segala yang nampak dalam alam lahiriah adalah seperti
apa yang nampak dalam tidur. Namun manusia lalai akan penglihatan realitas dan
makna yang diliputi oleh bentuk di dunia, persis seperti Nabi SAW berkata,‖
manusia tertidur, dan ketika mereka mati, mereka terjaga.‖ Dan persis seperti
Kaum Arif melalui ta‘bir apa yang dimaksud oleh bentuk yang tersaksikan di
dalam mimpi, sehingga mereka tahu hakekat sesuatu juga mengetahui apa yang
dimaksud oleh bentuk-bentuk yang nampak dalam dunia zahir. Karena itu dia
melewati mereka (bentuk-bentuk) kepada makna mereka. Sehingga ketika seorang
Arif melihat sebuah bentuk atau mendengar ucapan, atau ketika makna masuk ke
dalam hatinya, dia menarik kesimpulan dari mereka akan hakekat mereka dan tahu
apa yang Allah maksud melalui mereka. Atas alasan ini telah dikatakan,‖
Sesungguhnya segala apa yang terjadi di dunia/alam semesta adalah utusan dari
Allah (rasulullah) kepada hamba untuk menyampaikan pesan. Dia memahami
mereka yang memahami mereka, dan dia berpaling dari mereka yang bodoh akan
mereka (pesan-pesan tersebut)‖ Allah berfirman:‖ Berapa banyak ayat ada di langit
dan di bumi yang mereka lalui, sedang mereka berpaling darinya (QS12:105)‖,
disebabkan kurangnya pemahaman mereka dan durasi waktu lalai mereka.
28
X. INTISARI HIKMAH AHADIYAH DALAM SABDA HUD AS
Akhir jalan yang ditempuh oleh pengembara, entah fisik atau ruhani,adalah
kesuruhannya pada sisi Allah, dan Allah adalah akhir mereka. Ini disebabkan
karena Allah meliputi segalanya dalam wujud dan ilmu dan meliputi segalanya
dengan ‗kebersamaan /ma‘iyyah‖ berhubungan dengan Zat-Nya dan murni dari
hulul, ingkarnasi dan pembagian dan seluruh apa yang tidak pantas dengan
Keagungan-Nya, Dia adalah akhir dari setiap jalan dan tujuan setiap orang yang
bertaqwa. Dalam Al Quran Dia menambahkan setelah firman-Nya,‘ Dan Engkau
menunjuki jalan yang lurus, milik-Nya segala apa yang di langit dan di bumi
dengan ayat ‗kepadanya kembali segala urusan? (QS42:52-53) Maka Dia
mengumumkan bahwa akhir segalanya adalah Allah. Dan segalanya berjalan di
atas jalan lurus, entah perjalan ruhani atau fisik sesuai sang penempuh jalan. Dan
Allah adalah akhirnya, sebab,‘kepada Allah segala perjalanan‘.
Sehingga setiap mereka, yaitu setiap jalan, adalah jalan yang lurus,
namun tiada pujian dalam hubungan-Nya yang tak terbatas dimana seluruh
perbedaan dihilangkan, seperti kebersamaan-Nya yang tak terbatas dan penemanan
seluruh wujud, Kelurusan jalan-Nya yang tak terbatas, fakta bahwa seluruh Jalan
tanpa batasan mengarah kepada-Nya dalam sudut pandang peliputan-Nya yang
serba menyeluruh, dan perhatian Zat-Nya dan sifat-Nya yang tak terbatas kepada
seluruh makhluk—sebab sungguh tiada perbedaan perhatian-Nya dalam
menciptakan Arasy dan Pena Tertinggi pada satu tangan dan perhatian-Nya kepada
penciptaan seekor semut pada tangan yang lain dalam sudut pandang Kesatuan
Zat-Nya dan dalam sudut pandang tindakan memperhatikan. Dia berfirman,‖ kamu
tidak akan melihat dalam ciptaan Ar Rahman suatu perbedaan apapun (QS67:3)‖.
Dan ini juga adalah kasus akan ‗kebersamaan‘ dan ‗penemanan‘ oleh Zat, sebab
Dia meliputi ‗segaa sesuatu dalam rahmat dan ilmu" (QS 40: 7). Dan disini
Rahmat-Nya adalah wujud-Nya, sebab adalah eksitensi itu sendiri yang dimiliki
makhluk dengan mengenyampingkan perbedaan dan keragaman. Dan ilmu-Nya
pada alam Kesatuan Zat tidaklah berbeda dengan Zat-Nya, tidak juga dibedakan
darinya, sebab disini tiada keragaman dalam segala hal apapun.
29
Karena itu jika ditetapkan bahwa Dia adalah tujuan seluruhnya, akhir setiap
jalan dan bersama degan segala sesuatu, dan bahwa Dia meliputi secara lahir dan
batin aspek segala sesuatu, manfaat tidaklah menjadi umum, tidak juga
kebahagiaan menjadi sempurna, manfaat hanya nampak sesuai dengan perbedaan
derajat dan maqam, perbedaan arah tujuan, dan ketidakcocokkan di antara
makhluk yang Dia seru dan menarikmu. Karena itu Allah menyeru kita untuk
menyembah-Nya sesuai dengan jalan yang menghubungkan kita kepada
kebahagiaan khusus kita—yang merupakan pencapaian keselamatan dan derajat
yang tinggi—bukan setiap jalan, sebab dengan pasti meskipun setiap jalan akan
membimbing kita kepada-Nya sesuai dengan salah satu Nama—dalam satu aspek,
setiap Nama adalah sama dengan Yang Dinamakan—ini tiada membawa
kebahagiaan; sebab Nama-nama berbeda dalam sifat dasarnya dan pengaruhnya.
Bagaimana ‗Dia Yang Memberi Mudarat‖ dibandingkan dengan ‗Dia Yang
Memberi Manfaat‘, atau ‗Yang Memberi‘ dengan ‗Yang Menahan‘? Dan
bagaimana ‗ Yang Menuntut Balas‖ dibandingkan dengan ‗Yang Maha
Mengampuni‘, atau ‗Maha Lembut Dermawan‘ dengan ‗Maha Menaklukkan‘?
Dan inilah, yaitu jalan yang membawa kita kepada kebahagiaan kita, yang Dia
tentukan bagi kita melalui lidah Nabi.
Rahmat Alalh ada dua jenis:pertama adalah Rahmat Mutlaq dari Zat Ilahi,
‗rahmat pemberian umum/tanpa alasan‘ (imtinan), dan ini adalah rahmat yang
‗meliputi segalanya (QS7:156)‘. Dari rahmat ini asal setiap pemberian yang
diberikan tanpa diminta, tanpa memerlukan wujud, dan tanpa disebabkan wujud si
penerima atau hasil dari kebaikan hati secara tetap di dalam dirinya atau sebuah
hasil tindakan ridho Ilahi, sebagai contoh karunia yang diterima di Surga oleh
manusia tertentu sesuai dengan rahasia secara umum yang dikenal sebagai
‗pertolongan/inayah‘ dan mengacu kepada hadits Nabi yang mengatakan bahwa
tetap akan ada tempat kosong di Surga yang akan Allah isi dengan makhluk-Nya
30
yang tidak pernah melakukan kebaikan apapun, untuk melaksanakan keputusan
Dia sebelumnya dan firman-Nya (dalam Hadits),‘ Kepada masing-masing kalian
(Surga dan Nereka) penuh.‘
Rahmat yang lain mengalir dari Rahmat Zat-Nya namun terpisah darinya
melalui kondisi tertentu, termasuk ‗Syariat/ketentuan‘ mengacu kepada firman-
Nya‘Rabb mu telah menetapkan bagi diri-Nya Rahmat (QS6:54) dan ‗Aku akan
menetapkan rahmat bagi mereka yang bertaqwa‘ (QS7:156). Sehingga ia terbatas
dan bersyarat atas tindakan tertentu, keadaan dll.
Syeikh mengacu kepada dua jenis rahmat ini dengan ucapannya, dan di
antara manusia yang mendapatkan rahmat dari murni pemberian dan
bantuan semata tanpa tindakan yang mendahului yang memerlukannya atau amal
yang akan menariknya; sebaliknya melaluinya dia memperoleh kekuatan untuk
melaksanakan seluruh tindakan dan amalnya. Dan di antara mereka dia yang
mencapainya dalam sudut pandang kewajiban, atau dalam sudut pandang ia
menjadi kewajiban kepada Allah, sebab Dia telah mewajibkan diri-Nya untuk
mensyukurinya sebagai balasan bagi amal yang telah Dia tetapkan/syariatkan.
Namun ini juga adalah pemberian kemurahan hati, sebab hamba diwajibkan untuk
mentaati tuannya dan melaksanakan perintahnya. Sehingga ketika dia
mencurahkan dirinya sendiri untuk memberi sesuatu sebagai balasan, itulah rahmat
dan pemberian kemurahan hati kepada hamba. Syeikh mengacu hal ini dengan
ucapannya,‘ Dan dia memperoleh alasan dalam mendapatkannya, yaitu alasan
untuk mendapatkan ‗rahmat dari kewajiban‘, yang merupakan kewajiban itu
sendiri, dari murni bantuan kemurahan hati.
31
Allah dalam hakekatnya. Dan itu, atau Allah menjadi pelindung baginya, adalah
jelas, sebab ia berkaitan dengan Wujud yang secara jelas kembali kepada-Nya.
32
XI. INTISARI HIKMAH FATIHIYAH (PEMBUKAAN ILAHIYAH)
DALAM SABDA SALIH AS
33
XII. INTISARI HIKMAH HATI DALAM SABDA SYUAIB AS
Ketahuilah bahwa hati, adalah hatinya kaum Arifbillah, sebab hati selain dia
tidaklah disebut hati dalam terminologi Sufi, kecuali hanya dengan cara metafora,
sebagimana dikatakan:
Hati adalah jendela kepada Rabb: mengapa engkau menyebut rumah iblis
sebagai hati?
Apa yang kamu sebut hati secara metafora—pergilah dan lemparkan kepada
anjing!
Dan aku katakan arifbillah, sebab hati yang mengenal nama Tuhan yang lain
tidaklah memiliki keserbameliputan yang akan disebutkan sebentar lagi. Nama
‗Allah‘ adalah Ahadiyat Al Jami‘ dari seluruh Nama Ilahi. Sehingga setiap hati
yang tahu hanyalah tahu seluruh Nama. Namun tiada pengenal Nama yang lain
mengenal nama ‗Allah‘, sebab ilmu tentang Nama-nama ini tidaklah mewajibkan
ilmunya. Menyangkut hati demikian puisi telah berkata,
Inilah mutiara dari Lautan Keakraban, bukan hati, limpahan mata air
Keagungan Ilahi, bukan hati
Cerita telah menjadi panjang dan kata-kata pun habis: ia adalah jumlah
rahasia Allah, bukan hati
Meskipun ia, yaitu hati, datang ke dalam wujud melalui rahmat Allah, ia lebih
luas dari rahmat Allah, sebab Allah telah memberi tahu kita bahwa hati
hamba yang beriman merengkuh-Nya, sebab Dia berkata melalui lidah nabi,‖
Tidak bumi-Ku tidak juga langit-Ku mampu merengkuh-Ku, namun hati hamba-
Ku yang beriman benar-benar merengkuh-Ku.‘ Berlawanan dengan rahmat-Nya
tidak merengkuh-Nya, sebab pengaruhnya hanya terjadi atas wujud
sementara. Dan iniah masalah yang mengagumkan, jika kamu mengerti!
Sehingga Allah memiliki 2 tajalli: satu adalah tajalli batin dari Zat, yang
merupakan pancaran ‗ayn tsbaitah bersamaan dengan kesiapan umumnya—dan
tiada keraguan bahwa ruang lingkup dan kapasitas milik kesiapan lokus tajalli
bersesuaian dengan ruang lingkup dan kapasitas ‗ayn tsabitah. Dan yang kedua
adalah tajalli ontologis dan nyata, yang mengikuti kesiapan, arah dan ruang
lingkup lokus tajalli.
35
Gunakanlah surban, rok atau jubah! Demi ayahmu, hal itu akan meningkatkan
cintaku!
36
XIII INTISARI HIKMAH KEKUASAAN DALAM SABDA LUTH AS
Dan karena itu, disebabkan kelemahan yang dihasilkan dari imu tentang
Allah dan kurangnya kekuatan untuk menjalankan kehendak bebas atas segala
sesuatu, Luth berkata,‖ Andai aku memiliki kekuatan atasmu‘, yaitu Andai aku
memiliki kekuatan dalam bentuk kemauan kuat dengannya melawan dan
menentangmu,‘ atau dapat berlindung dalam tiang yang kokoh‟ (QS11:80),
maknanya ‗pilar yang kokoh‘ berdasarkan ta‘wil kaum Khusus adalah kaum yang
kuat, yang menaklukkan musuh-musuh. Dan Nabi berkata, menunjukkan apa
yang dimaksud Luth dengan ‗tiang yang kokoh‘ sesuai dengan ta‘wil,‖ Allah
memberikan Rahmat kepada saudaraku Luth. Dia berlindung dalam tiang
yang kokos‟, bermakna „kelemahan yang dihasilkan dari ilmu‟, yaitu melalui
ucapan ini beliau menunjukkan kelemahan yang telah menguasai Luth disebabkan
ilmunya tentang Allah, sebab dia pertama yang menunjukkan simpatinya melalui
doa untuk mendapatkan rahmat, dan mengatakan kelemahan dan
ketidakmampuannya. Kemudian beliau menghubungkan Luth kepada dirinya
sendiri melalui persaudaraan, yang menunjukkan bahwa Luth berbagi dengan Nabi
dalam kelemahan ini, yang nampak jelas ternyatakan dalam ayat berikutnya.
37
Sehingga „pilar yang kuat‟ adalah Allah yang mengaturnya dan
memeliharanya.
38
XIV. HIKMAH TAQDIR DALAM SABDA UZAYR AS
Sekarang jika kamu bertanya, "esensi dan kesiapan ,mereka adalah pancaran dari
Allah; karena itu Dia telah menjadikan mereka seperi itu‖; Aku akan
menjawab,‘esensi tidaklah diciptakan, mereka adalah bentuk terpahami milik
Nama-nama Ilahi yang tidaklah terkemudian kepada Allah kecuali pada derajat
realitas mereka sendiri, namun bukan dalam sudut waktu. Sehingga mereka abadi,
ini bermakna bahwa mereka lebih terkemudian dari Dia pada derajat realitas
mereka sendiri.‘
Ketahuilah bahwa setiap rasul adalah seorang nabi, dan setiap nabi
adalah wali; sehingga setiap rasul adalah wali. Sehingga rasul adalah derajat
tertinggi, karena mereka menggabungkan 3 derajat, kemudian nabi, karena mereka
menggabungkan 2 derajat. Namun derajat kewalian mereka lebih tinggi dari
kenabian mereka, dan kenabian mereka lebih tinggi dari kerasulan, sebab kewalian
mereka adalah aspek Ketuhanan mereka, sebab mereka fana di dalam Allah; dan
kenabian mereka adalah aspek kemalaikatan mereka, sebab melaluinya datang
hubungan mereka kepada Alam Malakut, darinya mereka menerima pewahyuan;
dan kerasulan mereka adalah aspek kemanusiaan mereka, yang berhubungan dan
mengadakan kontak dengan dunia manusia.
39
Syeikh menulis, "Ketika kamu mendengar dari seseorang ahlullah, bahwa
kewalian lebih tinggi dari kenabian, dia tidak bermaksud yang lain dari yang kami
telah jelaskan,‖ yaitu kewalian nabi lebih tinggi dari kenabiannya.Atau jika dia
berkata bahwa wali berada di atas nabi dan rasul, maka sesungguhnya dia maksud
dalam orang yang sama‘. Ini karena rasul dalam sudut pandang dia menjadi
seorang wali juga adalah lebih sempurna dari dia menjadi seorang nabi atau rasul,
bukan seorang wali yang lain lebih tinggi dari nabi atau rasul. Jadi kewalian
Muhammad SAW lebih tinggi dari kenabian Muhammad SAW dan kerasulan
Muhammad SAW.
40
XV. INTISARI HIKMAH KENABIAN DALAM SABDA ISA AS
Di antara sifat ruh, yang merupakan nafas Ar Rahman yang memiliki kehidupan
sebagai satu sifat mendasarnya, adalah ia tidak pernah melewati/mengenai
sesuatu di antara penerimanya dan ia tidak pernah menyentuh sesuatu dengan
bentuknya yang berhubungan dengan Alam Misal tanpa sesuatu itu menjadi
hidup. Namun ketika sesuatu itu menjadi hidup, kekuatan pemberian bebas
ruh akan bersesuaian dengan penyusun jasmani dan kesiapannya, bukan
berdasarkan ruh itu sendiri, sebab ia teramat suci dan tiada memiliki ketetapan
yang tetap atau aspek yang khusus. Sehingga jika sesuatu itu memiliki susunan
jasmani yang harmonis siap menerima kehidupan, maka seluruh sifat kehidupan
termasuk sensasi dan gerakan akan nampak di dalamnya sesuai penyusun jasmani
yang khusus. Dan jika tidak, meka sebuah jejak kehidupan akan nampak di
dalamnya, sesuai dengan bentuknya, seperti lenguhan anak sapi yang segera akan
kami jelaskan.
Tidakkah engkau lihat bahwa nafas Allah (nafkh), atau peniupan ruh
Allah, ke dalam tubuh membuat sempurna dan siap menerima peniupan ruh,
meskipun wujud murninya akan karakter tubuh tersebut dan peninggian derajat
ontologisnya dalam dirinya dan fakta bahwa ia terletak pada sebuah derajat
dimana ia melampaui batasan oleh sifat-sifat, bagaimana kehendak bebasnya,
atau pemberian bebas ruh di dalam tubuh yang telah ditiupkan tersebut
,merupakan perluasan kesiapan tubuh itu yang ditiupkan kepadanya dan
penerimaannya, bukan sesuai dengan ruh itu sendiri? Tidakkah engkau lihat
bagaimana Samiri, ketika dia paham efek ruh atas apa yang mereka lewati
dan sentuh, ‘mengambil’ segenggam tanah dari jejak Rasul" (QS 20:96),yaitu dari
jejak Ruhul Amin, atau Jibril As sebuah bentuk amtsal tertampakkan di atas Buraq,
yang juga merupakan sebuah ruh yang nampak dalam bentuk amtsal? Sehingga ruh
mempengaruhi tanah yang telah ia lewati, menjadikan kehidupan melewatinya, dan
Samiri tahu hal ini melalui cahaya batinnya dan kekuatan kesiapannya. Sehingga ia
mengambil segenggam tanah dari jejaknya dan melemparkannya ke dalam bentuk
Anak Sapi yang terbuat dari perlengkapan manusia. Sehingga anak sapi
melenguh setelah datang ke dalam kehidupan (QS7:148), dan itulah hasil dari
kesiapan penyusun jasmaninya, yang mengikuti bentuk anak sapi. Dan andai dia
bentuk binatang yang lain,suara yang sesuai dengan bentuk itu akan disifatkan
kepadanya.
41
XVI .INTISARI HIKMAH RAHMANIYAH DALAM SABDA SULAIMAN
AS
Ketika Bilqis membuka surat Sulaiman dan memperhatian isinya, bantuan Ilahi
yang telah meliputinya sebelumnya dan hubungan yang terbentuk oleh kecocokan
pembawaannya yang datang ke dalam gerakan. Dia beriman dan taat, dan
menunjukkan isinya kepada kaumnya dan pengikutnya, supaya setiap orang yang
berbagi dengannya dalam keserbasamaan dan kecocokan akan muncul dan
menerima apa yang surat katakan. Sebab dasar dari iman kepada nabi dan rasul
adalah kecocokan dan keserbasamaan ini, bukan dalam melihat mu‘jizat atau
menyaksikan keajaiban.
44
XVII. INTISARI HIKMAH WUJUDIYAH DALAM SABDA DAUD AS
Karena maqam kenabian dan derajat kerasulan adalah sebuah perbedaan yang
diberitakan oleh Allah dan satu dari pemberian Ilahi yang tak terbatas—bukan
sebuah ganjaran yang berasal dari tindakan yang mendahului, bukan juga
pemberian yang muncul dari harapan akan rasa syukur atau ibadah—dan dalam
cara yang sama karena kebanyakan pemberian yang berasal dari maqam ini adalah
limpahan dari karunia yag murni dan kebaikan hati dan tentang rahmat yang
sempurna dan pemberian anugerah, dalam hikmah ini Syeikh menjelaskan
sebagian pemberian yang Daud terima dengan ucapannya: Dia memberikan
Daud sebagai karunia, yaitu sebagai anugerah dan pemberian kemurahan hati,
ilmu tentang Diri-Nya yang tidak diwajibkan oleh amalnya. Sebab jika
amalnya mewajibkannya, itu adalah sebuah ganjaran, sementara telah
disebutkan bahwa kenabian dan kerasulan adalah sebuah perbedaan yang
dinyatakan oleh Allah dan tak berhubungan dengan penerimaan dan usaha, persis
seperti kebanyakan pemberian dan bantuan yang berhubungan dengan maqam ini.
Dan dalam cara yang sama Dia memberinya Sulaiman,sebab Dia berfriman,‟
Dan Kami berikan Sulaiman kepada Daud " (QS38: 30). Dan masih firman-
Nya, "Dan Kami berikan Daud karunia dari Kami (QS34:10). Apakah
pemberian ini mengacu kepada ‗pemberian karunia‘ adalah pemberian ganjaran
atas amalnya,atau apakah itu bermakna pemberian kemurahan hati? Jelas ia
adalah jenis yang kedua, sebab Dia menyebutkan bahwa Dia memberi Daud
karunia, dan Dia tidak mengatakan bahwa Dia memberinya apa yang Dia beri
sebagai sebuah ganjaran karena amalnya; dan Dia tidak meminta ganjaran darinya
atas karunia itu. Kaetika Dia benar-benar meminta rasa syukur atas hal itu melalui
amal, Dia mencarinya dari keluarganya, bukan dari dia, sebab Dia berfirman,‖
Bekerjalah Hai Keluarga Daud supaya kalian bersyukur" (QS34:13), sebab berkah
kepada nenek moyang adalah berkah kepada keturunan. Sehingga dalam kasus
Daud ia adalah sebuah anugerah dari pemberian kemurahan hati dan sebuah
karunia, dan balasan diminta dari keluarganya. Dan Dia berkata, setelah meminta
rasa syukur dari keluarga Daud dalam bentuk amal/kerja,‘ dan sedikit sekali
hamba-Ku yang bersyukur‟ (QS34:13), menerapkan kata bentuk penekanan,
atau ‗yang benar-benar bersyukur‘ (syakuur), agar itu mungkin meliputi syukur
syariat/kewajiban (syukur al-taklif), dimana hamba diperlukan untuk
mengerjakan sesuai dengan syariat Allah, dan syukur sukarela (syukur al-
tabarru), yang tidak disyariatkan, namun yang dilakukan hamba dengan ikhlas,
sebab untuk menekankan syukur seseorang adalah dengan mengerjakan kedua
jenis syukur tersebut. Syukur sukarela mengacu kepada ucapan,‘ Tidakkah aku
menjadi hamba yang bersyukur?—ucapan Nabi, ketika beliau berdiri terjaga
45
sepanjang malam hingga kakinya bengkak dan dikatakan kepada beliau,‖Tahanlah,
sebab Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan akan datag,‘ dan beliau
menjawa seperti di atas. Dan syukur yang diwajibkan adalah yang
diperintahkan Allah, seperti firman-Nya,‟Dan bersyukurlah kepada Allah"
(QS11:172) dan firman-Nya,‘ Dan bersyukurlah atas karunia Allah‟. Dan di
antara dua jenis syukur terdapat perbedaan yang setara dengan perbedaan
atara dua jenis manusia yang menyatakan syukur; maka tepat seperti syukur
sukarela lebih sempurna dari dia yang menyatakan syukur sebagai hasil dari
kewajiban, dalam cara yang sama syukur sukarela lebih sempurna daripada syukur
kewajibann. Dan ini sudah paten dan jelas bagi dia yang mengerti sesuatu dari
Allah, dan bukan dengan dasar akalnya sendiri.
Dan Daud ditunjuk secara khusus sebagai khalifah oleh Allah di antara
manusia dan memainkan kehendak bebas di antara mereka, sebab Allah berkata,‘
Daud, lihatlah, Kami telah menunjukmu sebagai khalifah di muka bumi, karena itu
hakimilah manusia dengana adil" (QS 37: 26); dan keimaman, yaitu dia juga
secara khusus ditunjuk kepada keimamannya, sebab imam dalam hubungan
kekhalifahan dalah seperti kewalian dalam hubungan dengan kenabian, karena
setiap khalifah adalah seorang imam namun tidak sebaliknya. Sementara yang
selain dia, atau selain Daud seperti Ibrahim, atau Adam, tidaklah demikian.
Adapun bagi Ibrahim, ini karena firman Allah tentang dia adalah,‘lihatlah, aku
akan menjadikanmu imam bagi manusia‘ (QS2:124). Dia tidak mengatakan
‗khalifah‘, meskipun kita tahu bahwa di sini keimaman adalah kekhalifahan; Dia
tidak mengatakan ‗khalifah‘, meskipun kita tahu bahwa imamiyah adalah
kekhalifahan; namun bukan seolah-olah Dia mengatakannya melalui nama
khususnya, yaitu kekhalifahan itu sendiri. Dan Adapun bagi Adam, meskipun
kekhalifahannya ditetapkan oleh ayat Al Quran, ia tidaklah sama seperti penetapan
yang menyangkut Daud. Sebab Allah berfirman kepada malaikat,‘ Aku akan
jadikan khalifah di muka bumi (QS2:30) Dia tidak mengatakan,‘ Aku akan jadikan
Adam khalifah". Dan apa yang disebutkan setalahnya dalam kabar tersebut
tidaklah menunjukkan bahwa dia lah khalifah yang Allah tetapkan dalam Al
Quran. Dan juga Dia tidak menunjukkan secara eksplisit penunjukkannya di antara
manusia. Dan disini kami hanya berbicara tentang penyebutan eksplisit dalam ayat
Al Al Quran.
Dan dia yang telah diberikan kekhalifahan umum oleh Allah,maka telah
diberikan hukum dan perbuatan bebas dalam seluruh alam; dan Daud adaah
jenis ini, dan karena itu dia diberikan kekuatan kehendak bebas atas berbagai
makhluk, sebagaimana Syeikh tunjukkan dengan ucapannya: gunung
menggemakan pujian kepada Allah bersama Daud—sebab kapanpun dia menyebut
46
dan menggemakan pujian kepada Allah, gunung pun akan menyebut dan
menggemakan hal yang sama bersamanya (QS34:10) – dan demikian juga
burung-burung menggemakan pujian bersamanya mempermaklumkan
persetujuan, atau persetujuan akan dua jenis makhluk dengannya dan ketaatan
mereka kepada Daud. Dan alasan dua jenis makhluk ini dikhususkan sebagai
persetujuan adalah mereka adalah makhluk yang paling menghina manusia, yang
paling tinggi di atasnya,, dan yang paling cenderung menolaknya, disebabkan
kekuasaan dengan kekerasan dan keentengan yang ada bersama mereka. Jelas
sekali mereka berdua menolak untuk taat atau menerima kekuasaan dari kehendak
bebas atas mereka: adapun bagi yang pertama (gunung), disebabkan kehebatan
kekerasan dan beratnya, yang menolak untuk dipengaruhi; dan bagi yang kedua
(burung), disebabkan keringanan tubuhnya dan fakta bahwa ia tidak terikat di
hadapan utusan ketika ia dipengaruhi dan diatur. Telah terbukti bahwa jika dua
makhluk ekstrim ini bersamaan dalam penolakan berlebihan dan penghinaan,
mereka justeru mentaati Daud dan setuju dengannya, persetujuan manusia
dengannya lebih cocok, sebab manusia memiliki posisi antara gunung dan burung
dan mendekati keadaan keseimbangan. Sudah semestinya hubungan Daud dengan
manusia adalah lebih kuat dan lebih ternyatakan (yaitu lebih mudah bagi Daud
untuk menerapkan kehendak bebasnya atas manusia).
47
XVIII. INSTISARI HIKMAH NAFASIYAH DALAM SABDA YUNUS AS
Dia berbaik sangka kepada Allah, sebagaimana Dia kabarkan,‘ dia berpikir
Kami tidak akan mempersempit dia‘ (QS21:87), atau Kami tidak akan
menghukumnya atas dia meninggalkan kaumnya tanpa perintah Allah, sehingga
Dia mengeluarkannya dari kesedihan disebabkan rahmat dari prasangkanya.
Dan demikianlah kami selamatkan kaum beriman (QS21:88) yaitu mereka
yang jujur dalam keadaan ruhaninya, seperti Yunus yang jujur dengan keadaan
ruhaninya, yaitu dia marah demi Allah. Dan dalam kebaikan-Nya , Dia
„tumbuhkan baginya pohon labu manis‟, sebab satu dari manfaat dari jenis
pohon ini adalah lalat tidak akan hinggap di dekatnya—jadi dia mengambil
perlindungan dalam naungannya ketika dia keluar dari perut ikan seperti bayi
burung tanpa bulu; sebab lalatnya telah menghinggapinya, mereka akan
mengganggunya. Kemudian ketika dia menjadi rombongan bersama mereka,
yaitu penumpang kapal, ketika dia meninggalkan kaumnya dalam kemarahan dan
naik ke kapal,dan kapal terhenti; sehingga mereka berkata,‘ Ada seorang pelarian
di antara kita‘, itu menjadi keimanan para pelaut bahwa kapal tidak akan bergerak
jika ia membawa seorang pelarian; dia menjadikan dirinya satu di antara
mereka, yaitu satu dari penumpang kapal, sehingga dia berkata,‘Kumpulkan
rombongan‘, dan rombongan keluar melawannya, sehingga dia melemparkan ke
48
dalam air. Sehingga rahmat meliputi mereka seluruhnya sebagai hasil dari
berkah karena dia menjadikan dirinya sebagai bagian dari mereka ketika
pengumpulan penumpang; karena ikan berenang bersama kapal, mengangkat
kepalanya keuar dari air ketika Yunus berbafas di dalamnya dan memuji Allah.
Dan ikan tidak meninggalkan mereka hingga mereka mencapai pantai. Ia
memuntahkan Yunus keluar dalam keadaan sehat, tak satu pun yang berubah.
Sehingga ketika mereka melihat hal tersebut, Rahmat pun meliputi mereka, dan
mereka menundukkan keinginan mereka kepada Allah.
49
XIX.INSTISARI HIKMAH KEGAIBAN DALAM SABDA AYUB AS
50
Dan kaffarat ditetapkan dan diumumkan secara resmi dalam kaum
Muhammad untuk menutupi mereka dari hukuman yang diarahkan kepada
mereka karena melanggar sumpah. Dalam kalimat ini terdapat kiasan kepada
fakta bahwa kata ‗kaffarah‘ datang dari asal kata yang sama dengan ‗kufr
(menutupi), sebab ia menutupi seseorang yang membuat sumpah dan
melindunginya dari azab karena melanggarnya. Kaffarat adalah sebuah
tindakan ibadah yang Allah perintahkan, dan memerintahkannya sebelum
fakta/kejadian adalah memerintahkannya untuk melanggar sumpah, sebab
aktualisasi yang pertama bergantung kepada aktualisasi yang kedua. Karena itu
melanggar sumpah adalah diperintahkan oleh Allah, namun ketika dia, atau orang
yang membuat sumpah, setelah melihat seseuatu yang lebih baik dari apa yang
dia sumpahkan untuk lakukan. Kemudian Dia akan mematuhi sumpah, yaitu
Allah akn mematuhi hak mereka sebab mereka memasukkan zikir kepada-Nya,
karena Dia telah tetapkan kaffarat sebagai sarana untuk mencegah yang bersumpah
dari dihukum. Meskipun dia melakukan sebuah tindakan taat, dia sedang
mengingat Allah dalam sumpahnya dengan salah satu anggota tubuhnya.
Sehingga anggota tubuh yang mengingat-Nya, dengan lidahnya, mencari
rahmat sebagai hasil zikir-Nya, ganjaran dan perlindungan-Nya kepada anggota
tubuh tersebut—dari hukuman; sebab ia adalah bagian dimana yang berzikir
melindungi yang lain, persis seperti dunia dilindungi oleh eksistensi Insan Kamil.
Fakta bahwa ia tidak taat atau taat adalah faktor yang lain, tiada jalan dapat
mempengaruhi anggota tubuh yang berzikir dalam hal ganjaran atau
hukuman; sebab manusia dari segi wujudnya yang tersusun dari ruhani yang
berbeda dan realitas fisiknya adalah beragam, meskipun dia tunggal dalam istilah
bersatu seluruhnya. Dan ketaatan dan pembangkangan dari satu bagian tubuhnya
tidaklah mengharuskan ketaatan atau pembangkangan bagian tubuh yang lain.
51
XX.INTISARI HIKMAH JALALIYAH/KEAGUNGAN DALAM SABDA
YAHYA AS
Ketahuilah bahwa tiada makhluk dalam wujud yang keragaman sifat dan af‘al
dihabiskan oleh kesatuan zatnya sedemikian hingga setiap bilangan dan segala yag
berbilang fana di dalamnya selain Allah. Sehingga bagian dari karunia-Nya kepada
Yahya adalah bahwa Dia memberinya pembagian akan kesempurnaan ini, dan
karena itu Dia menempatkannya dalam maqam-Nya sendiri. Dia menyatukan
namanya, sifatnya dan af‘alnya dalam kesatuan zatnya dengan menggabungkan
dalam namanya tanda dari ketiga hal ini. Maka mereka menjadi tersatukan dalam
eksistensi verbal; namanya menandakan zatnya melalui menjadi nama yang layak;
ia menunjukkan af‘alnya sebab itu adalah sebuah bentuk (Yahya) yang terhubung
dengan kata kerja yang menunjukkan menghidupkannya akan zikir Zakaria; dan itu
menunjukkan sifatnya sebab dia hanya menghidupakan (ihya‘) zikir Zakaria
dengan menjadi tercirikan melalui sifatnya dan manifestasi mereka.
Maksud, yang merupakan satu dari penyebab batin (dari sesuatu atau
kejadian) ayahnya, Zakariya mempengaruhinya ketika hatinya, atau hati
Zakariya, dipenuhi rasa cinta kepada Maryam, sebab sesungguhnya alasan
pertama demi eksistensi Yahya adalah bahwa ayahnya menganggap keadaan
Maryam adalah baik. Sehingga dia mengkonsentrasikan maksudnya sambil
mencari pengampunan Allah melalui doa, dan Rabb nya menjawabnya dan
menganugerahinya Yahya. Sehingga Dia menjadikannya suci melalui
pembayangan mental pikiran ini, yaitu melalui alasan dari pembentukan
Zakariya akan kesan/tampilan Maryam dan menganggap keadaan ruhaninya baik
ketika dia mengarahkan maksudnya kepada eksistensi Yahya.
Dan kaum filsuf telah mengetahui permisalan seperti ini, sebab (mereka
berkata) ketika seseorang melakukan hubungan seksual dengan istrinya, pada
52
saat mengeluarkan sperma ke dalam rahimnya dia mesti tetap memelihara
dalam jiwanya dan istrinya juga menjaga dalam jiwanya sebuah gambar/sosok
akan makhluk yang paling sempurna, sebab anak akan mengambil bagian
akan gambar hal itu, dari keadaan ruhaninya, sifat dan akhlaknya, kepada
derajat yang luas dan bagian yang penuh, jika tidak sempurna, maka anak
hanya mengambil bentuk sesuai dengan kualitas fisik dan perilaku,kemungkinan
fisikal dan imajinal dan bentuk mental yang tetap mempengaruhi orang tuanya.
53
XXI. INTISARI HIKMAH MALIKIYAH/PENGUASAAN DALAM SABDA
ZAKARIYA AS
Kamu telah mengetahui bahwa Maksud adalah satu penyebab batin, dan penyebab
batin lebih kuat dalam dominasi mereka dari pada penyebab zahir biasa dan lebih
berhak menjadi disifatkan kepada Allah. Atas alasan ini penghuni Alam Perintah
lebih kuat daripada Alam Ciptaan (Khalq). Sebagai tambahan, mari kita mengingat
masalah dari,‘ Kami jadikan istrinya baik bagi dia‘ (QS21:90), sebab andai bukan
campur tangan Allah kepada Zakariya dan istrinya melalui kekuatan gaib dari
Rububiyah diluar penyebab umum, istrinya tidak akan baik dan dia tidak akan
dapat mengandung seorang anak. Dengan demikian ketika Allah memberinya
kabar gembira tentang Yahya, dia mendapatkannya aneh dan berkata,Wahai
Rabbku, bagaimana aku mendapat, sedang istriku seorang yang mandul, dan aku
semakin berumur" (QS19: 8). Sehingga Allah menjawabnya dengan firman-Nya,‘
Dia berkata, demikianlah; Rabb mu berkata ,‘demikian itu mudah bagi-Ku, padahal
Aku telah ciptakan kamu sebelum itu, ketika kamu tidak ada " (QS19:9); yaitu,
meskipun sesuatu nampaknya sulit, atau bahkan tidak mungkin, dalam istilah
penyebab zahir, mengacu kepada Pemilik Kekuasan Sempurna, Kekuatan dan
Keagungan hal itu adalah mudah. Maka persis sebagaimana kekuatan itu mengalir
dari Allah ke dalam Zakariya dan istrinya, ia mengalir dari mereka kepada Yahya.
Karena itu Allah berkata kepadanya,‘ Wahai Yahya, ambillah Kitab dengan
kekuatan" (QS19:12).
55
XXII. INTISARI HIKMAH LINASIYAH/KEINTIMAN DALAM SABDA
ILYAS AS
56
XXIII.INTISARI HIKMAH IHSANIYAH DALAM SABDA LUQMAN AS
Karena Lukman tahu bahwa menyekutukan yang lain bersama Allah adalah
kesalahan yang besar kepada apa yang diasosiasikan dengan-Nya, sebab apa
yang diasosiasikan ditegaskan identik dengan Wujud Mutlak Allah sesuai dengan
penegasan yang merupakan saru dari keadaan-Nya atau tajalli; sementara pelaku
syirik percaya bahwa ia adalah wujud yang lain dari-Nya dan berbagi derajat
Ilahiyah—maka dia tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya, yang dengan
tepat ‗betapa salahnya‘ penegasan ini—kemudian itu¸atau syirik tersebut,adalah
satu dosa yang dilakukan hamba dalam pikiran Lukman, sebab apa yang
dipersekutukan, apapun itu, adalah satu dai hamba-Nya.
57
XXIV.INTISARI HIMAH IMAMIYAH DALAM SABDA HARUN AS
Harun kepada Musa, ketika Musa menjadikannya wakilnya atas kaumnya dan
ketika pergi menemui Rabb nya pada waktu yang ditentukan, adalah dalam posisi
wakil (nawwab) Muhammad kepada Muhammad setelah penarikannya dari
derajat fisik esksitensi ini dalam jalannya kepada Rabbnya. Maka persis seperti
wakil Muhammad di antara Insan Kamil dan Kutub adalah pewaris dan
khalifahnya dalam umatnya—mereka menerapkan kehendak bebasnya di dalamnya
sebagaimana dia lakukan—sehingga Harun adalah pewaris Musa dan khalifahnya
di antara kaumnya dan juga menerapkan kehendak bebasnya. Sehingga biarkan
wali yang merupakan pewaris dan mewarisi dari nabi sebelum dia sadar dari
siapa dia mewarisinya, sebab pewaris bisa Muahmmadan dan non-Muhammadan;
dan non-Muhammadan mungkin pewaris Musa, Isa, Ibrahim atau nabi lainnya;
dan biarkan pewaris juga menganggap dalam apa yang dia minta untuk
bertindak sebagai wakil dan pewarisnya, entah dalam ilmu, keadan tanpa
maqam. Maka kebaikan dan kekuatan dari pewarisannya dari nabi akan
menolongnya untuk menggantikan tempat kedermawanan di dalamnya, atau
mengantikan posisi nabi itu sebagai kedermawanannya dalam apa yang dia minta
sebagai wakil. Maka dia mengambil ilmu sebagai contoh dari sumber darinya nabi
yang dia warisi mengambilnya juga. Karena sesungguhnya pengetahuan nabi-nabi
adalah pemberian Ilahi dan hasil dari mukasyafah melalui tajalli; mereka tidak
diusahakan atau dicari. Karena itu adalah wajib bahwa warisan yang haq juga hasil
dari pemberian, bukan penyampaian atau rasional, dan Wali pewaris yang
mewarisi ilmunya dari sumber darinya para nabi dan rasul memperoleh ilmu
mereka. Raja kaum Arif Abu Yazid Busthami berkata kepada kaum kalam dan
penyampai hukum, hadits dan berkata,‘ kalian mendapatkan ilmu kalian dari yang
mati, dan kami mendapatkan ilmu dari Yang Maha Hidup yang tidak mati‘. Hal
yang sama berlaku juga tentang hal spiritual dan maqam. Sehingga siapapun yang
tidak mendapatkannya dari Allah sebagaimana manusia terdahulu
mendapatkannya, melainkan hanya mengingat ucapan mereka dan mengatakan
dan menyampaikan mereka, bukanlah pewaris yang benar, namun lebih hanya
sekedar pembicara kiasan.
58
XXV.INSTISARI HIKMAH ULUWIYAH/PENINGGIAN DALAM SABDA
MUSA AS
Dan ketika semisal hal ini diketahui oleh dia yang mengetahui di antara yang
beriman dan mereka yang mentaati Allah, sebagaimana dengan yang lain, dia atau
sebagian mereka, menyimpang dari jalan hidayahnya oleh tindakan melalui
konsentrasi dari keinginannya dalam sesuatu yang dimurkai Allah, sementara
yang lain dari dia diberi hidayah melalui hal itu, yaitu oleh perbuatan melalui
konsentrasi keinginannya kepada sesuatu yang diridhoi Allah. Jadi Dia
menempatkannya, atau bertindak melalui keinginan dan konsentrasi, di dalam
Alquran dalam keserupaan yang sama menyangkut hal ini: Dia berkata,‟
melaluinya dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah,
dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya
petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik
(QS2:26), dan mereka ¸atau orang fasik, adalah mereka yang telah
menyimpang dari jalan Hidayah yang berada di dalamnya. Di sini Syeikh
menyatakan kepada satu dari makna batin ayat ini, sebab ‗Qur‘an‘ bermakna
secara harfiah ‗kumpulan‘ dan ‗konsentrasi‘.
60
XXVI.INTISARI HIKMAH SHOMADIYAH DALAM SABDA KHALID AS
Cerita Khalid sebagai berkut: dia menetap bersama kaumnya di negeri Aden.
Sebuah api yang besar muncul dari dalam sebuah gua dan menghancurkan
pertanian dan sebagian mereka. Sehingga umatnya meminta perlindungan
dengannya. Khalid mulai memukul api untuk memadamkannya dengan tongkatnya
hingga api itu mundur dan kembali ke dalam gua. Kemudian dia berkata kepada
puteranya,‘ Aku memasuki gua mengejar api dan memadamkannya‘. Dan
memerintahkan mereka untuk memanggilnya setelah tiga hari penuh, sebab jika
mereka memanggilnya sebelum harinya, dia akan keluar dan mati. Namun jika
mereka menunggu tiga hari penuh, dia akan keluar dengan selamat. Maka ketika
dia masuk, mereka menunggu selama dua hari. Kemudian Syetan mengisi mereka
dengan rasa was-was dan mereka tidak menunggunya selama tiga hari penuh
melainkan menyangka dia telah tewas. Maka mereka memanggilnya dan dia pun
keluar gua dengan luka pada kepalanya yang disebabkan oleh seruan mereka.
Maka dia berkata,‘Kalian telah menyebabkan aku binasa, dan kamu telah
membiarkan kata-kata dan perintahku binasa.‘
Kemudian dia mengatakan kepada mereka bahwa dia akan meninggal dan
memerintahkan mereka untuk menguburnya dan melihat ke dalam kuburnya
setelah 40 hari, sebab segerombolan domba akan datang kepada mereka dipimpin
oleh seekor keledai dengan ekor yang buntung. Maka ketika keledai berhenti di
kuburannya, mereka mesti membukanya dan dia akan bangkit dan akan
mengabarkan kepada mereka keadaan Barzakh dengan yakin dan telah mengawasi
mereka, Maka mereka menunggu 40 hari, dan segerombolan domba dipimpin
keledai buntung pun datang. Mereka berhenti di hadapan kubur Khalid, dan orang
beriman di antara kaumnya meminta untuk membuka kuburnya, namun puteranya
menolak untuk membiarkan mereka membuka kuburnya karena takut cacian dan
61
hinaan dan kalau-kalau mereka berkata ‗itu anak dari dia yang kuburnya
dibongkar‘. Sehingga itu merupakan berhala kebodohan bangsa Arab yang
menunjukkan mereka akan adat ini, dan mereka menyebabkan perintah Khalid
binasa dan membiarkannya wafat.
62
XXVII.
Akar dan asal dari seluruh makhluk adalah derajat ontologis dari Hakekat
segala hakekat, yaitu Hakekat Muhammadan atau Nur Ahmad, bentuk dari
Kehadiran Tunggal dan Unik. Derajat ontologis meliputi kesempurnaan seluruh
nama Tuhan dan kosmos, membentuk ukuran dari derajat manuisa, hewan dan
malaikat secara harmoni. Dunia dan penghuninya adalah bentuk dan bagian dari
kekhususannya, dan Adam dan anaknya diarahkan kepada tujuan
kesempurnaannya. Kepada hakekat ini mengacu akan hadits,‘Aku adalah
pemimpin anak-anak Adam dan Adam serta yang datang sesudahnya akan berada
di bawah panjiku.‘
Dan karena satu dari makna batin dari kata ‗Quran‖ adalah konsentrasi dari
kemauan, sebagaimana yang ditunjukkan dalam bab Musa, Syeikh ingin
menunjukkan bahwa konsentrasi ini juga sebuah kejaiban/mu‘jizat, sehingga dia
berkata, Dan konsentrasi atas sesuatu adalah keajaiban, disebabkan
bermacam ragam hakekat yang manusia liputi dan berbagai ragam indera
ruhani dan fisiknya. Dan setiap realitas dan inderawi ini memiliki kebutuhan
khusus dan sebuah sifat yang telah ditentukan yang berbeda dari kebutuhan dan
sifat yang lain. Maka konsentrasi—yang merupakan serapandari keragaman
tersebut oleh kesatuan—menghancurkan kebiasaan umum, dan dengan demikian ia
adalah sebuah keajaiban. Sekarang manusia, yang beragam melalui inderanya yang
berbeda-beda, adalah seperti Al Quran, yang beragam dan berbeda melalui
ayatnya yang beragam dan melalui menjadinya ia sebagai Kalam Allah tanpa
syarat, tanpa menguti ayat yang lain, dan kalam Allah, dalam makna bahwa Dia
telah mengucapkan mereka, namun dikutip oleh Allah dari yang lain. Maka
dalam acuan ia sebagai kalam Allah tanpa syarat, ia adalah mu‟jizat,
meskipun bukan dalam acuan kutipannya akan kalam pembicara yang lain; dan ia
atau keragaman Al Quran melalui beragam ayatnya dan satu sebagai Kalam Allah
adalah konsentrasi/kumpulan yang menuntut itu menjadi mu‘jizat. Demikian
juga konsentrasi dari kemauan manusia dengan beragam hakekatnya.
Kemudian, sekali tujuan telah diputuskan bagi seorang manusia dan dia
diberikan kepentingan utama atas sesuatu yang ia lihat sebagai akhirnya,
keadaannya ada dua jenis: entah sesuatu itu meliputinya dalam cara sedemikian
hingga tak satu pun tersisa untuk dicari lebih jauh, sebagaimana bagi kebanyakan
keadaan ruhani pemeluk agama dan kepercayaan; atau ketenangannya tetap ada,
dan kamu melihat bahwa meskipun dia bersandar atas keadaan tertentu dan hal
yang khusus, dia kadang-kadang bertanya dan mencari-cari sambil menganggap
jika dia mungkin tidak menemukan sesuatu yang lebih sempurna dari apa yang
telah diliputinya. Sehingga jika menemukan apa yang menggoncangkan dan
membangunkannya, dia bergerak menuju arah tahapan yang kedua.
Keadaannya pada tahapan kedua adalah seperti pada tahapan pertama dalam
hal ia tetap tanpa gairah dan acuh untuk mencari yang lebih jauh, atau sesuatu
tetap dalam dirinya yang mencegahnya dari menemukan peristirahatan dan
kedamaian—khususnya ketika dia melihat bahwa manusia derajat pertengahan itu
telah terbagi kedalam beberapa kelompok, masing-masing melihat hal tersebut dan
bahwa yang setuju dengan hal itu telah mencapai tujuan dan yang lain telah
menyimpang (bagi yang tidak setuju dengan mereka). Dan dia melihat sumber dan
tempat kesetiaan pemeluk agama dan tak satu pun dari mereka memiliki kaki
untuk berdiri. Dia melihat ‗kemungkinan/mumkinat‘ mengetuk pintu dan yang
serba berlawanan ternyatakan, sehingga dia menjadi bingung dan tidak tahu
kepercayaan mana yang paling tepat dalam hakekatnya. Dia tetap bingung hingga
pada akhirnya sifat dari suatu maqam yanag dipercayai oleh satu dari pemeluk
agama mendukung diri mereka memperoleh berkuasa atasnya sehingga dia tertarik
dan mencapai ketenangan; anugerah yang lain—atau anugerah bersamaan dengan
ketulusan niatnya, keteguhan kesungguhannya, usahanya yang berat—mengangkat
hijab darinya, sehingga dia menjadi satu dari ahlul kasyaf.
66
Keadaan ruhaninya pada saat awal maqam mukasyafah adalah seperti
keadaan ruhani sebelumnya dalam hal ketika dia mendengar suara dari langit yang
berbicara kepadanya, ketika dia menyaksikan penglihatan yang tinggi dan ketika
dia melihat betapa baiknya Allah memperlakukannya dan segala yang dia peroleh
yang telah dinyatakan kebanyakan peghuni dunia, sebagian atau seluruhnya dari
hal ini entah memikat dia secara sempurna, atau tetap ada dalam dirinya rahasa
dahaga pencarian yang membakar. Sehingga dia memandang kepada firman
Allah,‘ dan tidak mungkin bagi seorang manusia satu pun bahwa Allah berkata-
kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau
dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan
seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana.His (QS42:51)‘, dan ini seperti di antara pernyataan Ilahi dan peringatan
kenabian, dan dia menjadi waspada bahwa di dalam kasus dari segala yang muncul
melalui hijab atau menjadi tertegaskan melalui perantara, sudah semestinya hijab
dan perantara memiliki pengaruh tertentu, sehingga yang muncul tidak menahan
asalnya yang murni. Maka kemungkinan kembali mengetuk, khususnya ketika dia
menjadi tahu rahasia keadaan ruhaninya atau maqam dan sifat yang
mendominasinya, dan setiap hal ini memiliki sebuah pengaruh yang menyatakan
dirinya sendiri kepadanya dan menjadi terhubung dengannya. Sehingga dia tidak
menjadi tenang, dan tiada keinginan tetap dalam dirinya demi Hadrat Ketuhanan
dari aspek khusus atau sudut pandang khusus. Dia melampaui derajat dari Nama-
nama dan Sifat-sifat dan seluruh ciri, tindakan dan tajalli yang terhubung dengan
mereka. Sehingga Allah tidak menjadi ditentukan baginya sesuai dengan aspek
fisik dan ruhani yang khusus mengacu kepada Az Zahir dan Al Batin atau
berdasarkan berbagai bidang ilmu, mode-mode persepsi, keimanan, pengihatan,
tradisi atau gambaran, disebabkan kesadarannya akan Keagungan Allah dan akan
fakta bahwa Dia tidak dibatasi kepada seluruh atau sebagian hal-hal tersebut, dan
karena dia tidak menjadi puas, tidak juga Keinginannya berhenti pada satu dari
tujuan dimana manusia berhenti—meskipun mereka benar dan mereka berhenti
bersama Allah, bagi-Nya dan di dalam-Nya. Meskipun demikian dia melihat
melalui fitrahnya bahwa tanpa keraguan ida memiliki tempat peristirahatan di
dalam Wujud-Nya, dan dia mengarah kepada hal ini dengan sebagian besar
dirinya, atau malahan dengan seluruh dirinya, dan dia menampatkan kehadirannya
dalam perhatiannya kepada Allah dalam adab bahwa Allah mengetahui diri-Nya di
dalam diri-Nya oleh diri-Nya, bukan dalam cara Dia mengetahui diri-Nya di dalam
hal selain diri-Nya, tidak juga dalam cara yang lain mengenal diri-Nya, dan bukan
berdasarkan ilmu yang bersesuaian dengan anugerah atau diusahakan.
Dan keadan ruhani ini adalah keadaan awal dari pemiliki kebingungan akhir,
yang diinginkan pemilik ruhani yag termasyur dan terhebat namun mereka tidak
67
melampuinya; malahan mereka mendaki di dalamnya selamanya secara abadi, di
dunia, di Alam Barzakh dan di Akhirat. Mereka tidak memiliki tujuan yang
terikat/tetap di dalam Az Zahir atau Al Batin, sebab mereka menahan Allah
ditentukan oleh maqam apapun berdasarkan Dia menjadi terbatasi dalam lahiriah
dan batiniah mereka, dan karena itu terbedakan dari pencaraian yang lain.
Meskipun demikian Dia menunjukkan mereka bahwa Dia meliputi mereka dari
seluruh arah lahir dan batin mereka dan bahwa Dia menyingkapkan diri-Nya
kepada mereka di dalam mereka, bukan dalam sesuatu yang lain, arah, nama atau
derajat. Sehingga mereka memasuki padang pasir Tanpa Jejak dalam musyahadah-
Nya, dan kebingungan mereka berasal dari-Nya melalui-Nya dan di dalam-Nya.
68
Kitab Lub Al Lub/Instisari dari Intisari
Syeikh Muhyiddin Ibn ‘Arabi Qs
69
BAB 1
Itu bermakna, jika seorang pemilik ilmu sadar akan wujud dalam
ke-dia-an nya sendiri, dalam seluruh maknanya/hakekatnya, maka dia
tidak akan tetap terjebak dalam satu kepercayaan. Dia tidak akan
mengurangi/memotong lingkaran kepercayaan, dia akan seperti materi
awal (hayula) dan akan menerima apapun bentuk yang dihadapkan
kepadanya. Bentuk-bentuk ini menjadi sisi lahiriah, tak ada perubahan
kepada rahasia dalam alam batinnya. Al Arif billah, apapun asalnya
akan tetap seperti itu. Dia menerima seluruh jenis keyakinan, namun
tidak terikat pada keyakinan apapun. Apapun tempatnya adalah
Pengetahuan Ilahi, yang merupakan ilmu hakekat, dia tetap di dalam
tempat itu; mengetahui seluruh rahasia kepercayaan yang dia lihat
secara batiniah dan bukan lahiriah. Dia mengenali sesuatu yang
rahasianya dia tahu, apapun yang ditampakkan, dan dalam hal ini
lingkarannya sangat besar. Tanpa melihat pakaian apa yang mereka
kenakan, di bawah dalam sisi lahiriah dia mencapai kepada asal dari
kepercayaan itu dan menyaksikan mereka dari setiap tempat yang
mungkin.
***
72
BAB 2
BENTUK PERTAMA
BENTUK KEDUA
74
BENTUK KETIGA
BENTUK KEEMPAT
Di bawah jubah maujud tak ada apapun di sana selain Dia: dia menjadi
tahu makna hal ini melalui batiniah, dan juga memperoleh sebuah
pemahaman akan makna ayat Al Quran:” Milik siapakah kerajaan hari
ini? Milik Allah Al Wahid Al Qahhar,” dia mengetahuinya dengan yakin
hal itu secara batiniah, tiada apapun selian Allah.
75
Sampai sekarang kami telah sebutkan 4 bentuk. Ini dapat disebut
sebagai berikut:
1. Anfus – Batiniah
2. Ufuk – cakrawala, eksistensi di luar diri
3. Kesatuan Anfus dan Ufuk
4. Fananya anfus, ufuk dan Kesatuan Anfus dan Ufuk dalam Kedirian
Allah.
BENTUK KELIMA
BENTUK KEENAM
***
Ketika Sang Arif mencapai maqam ini dia berada dalam Alam Kesatuan
dan Totalitas. Jika mesti baginya untuk berpisah dari sini, dia dihiasi
Wujud Ilahi. Dia mengetahui realitasnya dan akibatnya memahami
Allah, dan kemudian dia tidak terikat lagi dengan hukum apapun,
aturan, kepercayaan yang kita pahami secara lahiriah. Inilah yang ingin
dijelaskan, dan makna yang diinginkan adalah ini.
77
***
Pada akhirnya sang Arif memahami bahwa entah di dalam anfus atau di
ufuk cakrawala, apapun yang termanifestasikan di sana adalah Kedirian;
wujud itu adalah Wujud Tunggal, Satu Jiwa, Satu Tubuh, ia tidak
terpisah dan tidak juga terindividukan; segala yang ada dalam
ketetapannya tiada lain selain Tajalli-Nya dan Alat; yaitu dari setiap
partikel atau akar kepada massa terbesar, Al Haq tertajallikan dengan
seluruh Sifat dan nama-Nya dan manifestasi ini bersesuaian dengan
pemahaman dan keimanan setiap orang. Dalam setiap tempat dan
dalam setiap maqam Dia menunjukkan wajah yang berbeda. Dia
mampu menunjukkan wujud-Nya entah di dalam atau tanpa tempat
dan maqam; yaitu yang berada dalam citra segala sesuatu, yang
dimengerti oleh akal, makna dalam setiap hati, sesuatu yang didengar
setiap telinga, mata yang melihat dalam setiap mata, adalah Dia…Jika
Dia tersingkap dalam wajah ini dia juga melihat dari wajah yang lain.
Makna dari hal ini lagi-lagi mengacu kepada kalimat awal dalam kitab
ini, Yang menuntut dan yang dituntut, sang pecinta dan yang dicinta,
yang beriman dan keimanan adalah sama bagi kaum Arif. Seluruh ini
bermakna bahwa bagi kaum Arif tak diijinkan untuk terikat kepada
aspek keimanan tertentu.
***
***
79
BAB 3
Sang Arif agar ia mengetahui lebih baik akan dirinya sendiri dan
mengetahui inti hatinya adalah perlu mendengarkan dengan seksama
dan dengan rendah hati kepada 5 hal lagi yang ia perlukan. Ini
merupakan keperluan mutlak bagi sang arif ketahui dalam mencapai
tujuannya. Karena alasan ini, kami memberikan paparan dibawah ini
yang disebut 5 hadirat (Kehadiran).
LIMA KEHADIRAN/HADRAT
Kehadiran ini juga disebut Alam Lahut. Ia disebut juga alam dengan
tiada manifestasi (la ta’ayyun) yang tidak berada dalam ukuran apapun
atau bentuk atau peliputan. Ia disebut juga Kebutaan Mutlak. Disebut
juga Wujud Belaka, Wujud Mutlak,Kedirian Murni (zat),Ummul Kitab,
Pernyataan Mutlak, Titik Terdalam Lautan, Yang tidak diketahui dari
yang tidak diketahui.
82
Kehadiran Keempat – Syuhud Mutlak ( Penyaksian, Penglihatan,
Pengamatan Mutlak)
Ini disebut Alam Syahadah, Alam Kepemilikan (Mulk), Alam Nasut, Alam
Ciptaan, Alam Makna, Alam Spesies-spesies, Alam Angkasa,Bintang dan
Kelahiran. Apa yang dimaksud dengan ini adalah logam,tumbuhan dan
hewan. Mereka juga menganggap Arasy Azhim sebagai bagian dari
maqam ini. Maqam ini melingkupi totalitas dari alam bentuk-bentuk.
Apa yang akan dijelaskan berikut ini, yaitu 4 alam, adalah seperti
lautan. Ia adalah Alam Mulk, Alam Ruh (Malakut), Alam Jabarut dan
Alam Ketuhanan (Lahut). Seluruh lautan ini adalah abadi dan tidak
memiliki awal dan akhir. Lautan pertama adalah Kedirian/(Zat) yang
sering disebut Lahut. Sesuai dengan pernyataan,” Aku adalah khazanah
tersembunyi….” Kedirian Allah mengalir memanifestasikan Alam
Jabarut, dan ini disebut juga Ruh Agung. Ketika Jabarut mengalir, ia
memanifestasikan alam Malakut. Dengan mengalirnya alam Malakut
terbentuklah adalam Mulk. Apa yang dimaksud disini dengan
“mengalir” adalah fitrah atau kecenderungan alami sebagai akibat sifat
Kedirian. Apa yang disebutkan di atas sampai saat ini terjadi dalam
ruang waktu yang diperlukan oleh satu kedipan mata, yang bermakna
waktu yang sangat pendek, bahkan waktu yang tercepat. Kutipan dari
Al Quran menunjukkan hal ini:” Perintah Kami adalah tunggal bagaikan
kedipan mata bahkan lebih cepat lagi.” Inilah utusan perintah dan
83
perintah ini disebut Kun. Kepada segala sesuatu (al-kawn) Dia
berkata,Kun! dan langsung terjadi.
***
Tak ada satu pun dari masalah/urusan yang terjadi berasal dari yang
tiada. Inilah esensi seluruhnya. Apa yang dimaksud manusia dengan
berkata bahwa segala sesuatu berasal dari tiada hanyalah untuk
menyatakan Kedirian, ketika ia tersembunyi dalam diri-Nya sendiri,
ingin untuk menyata, sebab ‘apa yang ada/sesuatu’ tidaklah dapat
menjadi yang tiada, dan apa ‘yang tiada/bukan sesuatu’ tidaklah dapat
menjadi yang ada/maujud. Disebabkan pendapat ini dalam Lautan
Kedirian, alam semesta menjadi ternyatakan.
***
Maka gelombang laut adalah apa yang disebut ‘yang lain’. Laut adalah
tanpa awal, tanpa akhir, dan gelombang dianggap sebagai sesuatu yang
terjadi sesudahnya/aksiden.
Wujud Awal dan Akhir adalah milik Allah dan ‘yang lain’ yang muncul
dianggap sebagai yang ada dalam Wujud Mutlak. Seluruh sesuatu yang
eksis menjadi ternyatakan dari Kedirian Mutlak, Jika penyingkapan yang
merupakan kehidupan wujud diputus sesaat saja, maka segalanya akan
terkubur dalam ketiadaan.
Disini Insan Kamil akan dijelaskan. Kehadiran yang telah dijelaskan dan
totalitas alam semesta terliputi dan terlingkupi di dalam totalitas dalam
Insan kamil ini. Insan Kamil adalah pemilik derajat Penyatuan; dia
berada pada maqam Ismul A’zham. Persis seperti Ismul A’zham
mengumpulkan dan mengandung seluruh nama, dengan cara yang
sama Insan Kamil mengumpulkan dan mengandung alam mulk-malakut,
jabarut dan lahut. Entah itu dalam lahiriah atau batiniah tiada maqam
yang tidak dilingkupi oleh Insan Kamil. Dia menerapkan hukumnya
dalam segala sesuatu yang menjalar secara zat dan apapun sesuatu itu
dapat nampak dalam sesuatu itu sebagaimana dia adanya. Dalam
faktanya hadrat Ali telah berkata demikian:
85
“kamu mengira dirimu adalah bagian kecil
Padahal di dalam dirimu terdapat alam semesta, dirimu yang terbesar.”
Untuk dapat melihat pada alam Gaib maka mesti ada mata Ilahi.
1. Akal Universal
2. Jiwa Universal
(Ini sering diacu kepada Kalam Dan Lauh).
3.Al Arasy
86
4. Al Kursi
87
BAB 4
Mari kami berikan informasi yang berguna. Apa yang terdapat pada
permukaan alam sebagai ciptaan hanya dianggap sepersepuluh dari apa
yang ada di air. Jika apa yang ada di air dan di bumi dikumpulkan
bersama-sama maka mereka akan dianggap sebagai sepersepuluh dari
apa yang ada di langit. Jika semuanya ini dikumpulkan maka akan
menjadi sepersepuluh dari Malaikat di Langit Pertama. Keseluruhan ini
akan menjadi sepersepuluh dari jumlah Malaikat Langit Kedua dan
semuanya ini berlanjut hingga Langit Ketujuh; dan mereka yang berada
dalam 7 lapis dan 7 lapis bumi jika dijumlahkan menjadi sepersepuluh
Malaikat yang menghuni Kursi. Inilah ayat Al Qur’an yang berkata,’
Kursi-Nya meliputi langit dan bumi.’ Pada Kursi makhluk di 7 lapisan
bumi dan 7 lapisan langit dan di air membentuk sepersepuluh Malaikat
yang memohonkan ampunan di satu sudut dari Arasy. Dan seluruhnya
dihitung sampai level ini akan membentuk sepersepuluh jumlah
Malaikat Muhaimin As. Malaikat Muhaimin sejak mereka diciptakan
hingga saat ini tidak pernah mengangkat pandangan mereka dari
memandang manisnya Keindahan (Jamal) dan berada dalam keadaan
mabuk dalam memandang Keindahan itu. Mereka tidak mengetahui diri
mereka atau yang lain—hingga sekarang mereka bahkan tidak tahu
bahwa alam semesta diciptakan juga tentang Adam atau Iblis.
***
Kemudian Allah memiliki Malaikat yang hebat dengan rambut yang tak
terhitung di kepalanya. Berdasarkan perbandingan ini seluruh Malaikat
dan segala yang lain persis seperti sebutir mutiara di rambut seseorang.
Andai Allah memerintahkan Malaikat ini dia akan menelan seluruh
eksistensi sebagai satu butiran dan tidak akan sadar bahwa sesuatu
telah melewati tenggorokannya. Nama Malaikat ini adaah Ruh.
88
Maka jika seluruh urusan yang telah disebutkan, malaikat dan
langit, diletakkan dalam hati Insan Kamil, dia tidak akan merasakan
dalam hatinya meskipun sebesar zarah. Ketika Abu Yazid Busthami
mencapai maqam ini dia berkata sebagai berikut,” Jika Arasy dan
seluruh apa yang ada di sana digandakan sejuta kali dan diletakkan di
sudut hati seorang Arif,dia bahkan tidak akan merasakannya.” Hati yang
tidak meliputi langit dan bumi dan Arasy serta Kursi telah menjadi
tempat tajalli Keagungan dan keindahan (‘Azhim dan Jamal) dan
totalitas Kedirian-Nya dan seluruh sifat-sifat Allah. Ini juga disebutkan
dalam hadits Qudsi,” Langit dan bumi-Ku tidak dapat meliputi-Ku,
namun hati orang beriman meliputi-Ku.” Mu’min pertama mengacu
kepada Insan Kamil dan yang kedua mengacu kepada hakekat Kedirian.
Dengan kata lain, Insan Kamil adalah cermin Al Haq.
Kemuliaan hati Insan Kamil tidak akan layak bagi segala perhitungan,
batasan, prasangka (wahm) atau perbandingan. Ia bergantung pada
zauq. Semoga Allah menjadikan zauq itu mungkin bagi kita….Hu.
***
Cinta yang dijelaskan dalam maqam ini adalah Yang Dicinta (Mahbub).
Dengan puisi ini, Abu Yazid memberikan kabar akan derajat hati ini dan
menjelaskan keluasan hati; yang diketahui oleh yang mengetahui. Jika
perlu menginterpretasikanya, dapat dikatakan sebagai berikut: Cermin
hatiku sebagai tempat manifestasi tajalli dan pancaran keabadian dan
89
azali Sang kekasih/Mahbub. Pancaran Ilahi mengikuti satu dari yang
lainnya, turun dan terus berlanjut turun, dan hatiku menerimanya.
Cintaku atau penerimaan hatiku tidak akan habis dan tampaknya tidak
akan berakhir.
Tujuan dari penjelasan ini untuk mengurai derajat dari Insan Kamil, dan
sebagai akibatnya adalah Kebesaran Allah.
***
Andai jika seluruh pohon adalah pena dan lautan adaah tinta, dan jika
seluruh manusia dan yang kita tidak lihat dengan mata lahiriah seperti
Malaikat, Jin dsb, mereka tidak dapat selesai menjelaskan derajat Insan
Kamil. Jika waktu dibagikan kepada mereka dari awal hingga akhir
dunia, mereka masih tidak dapat menggoreskan permukaan dari
sebuah lembaran yang halus yang menutupi wajah akan masalah ini.
Sebagai indikasi akan hal ini, kami kutipkan ayat Al Quran,” Katakan
kepada mereka: jika lautan menjadi tinta dan pohon menjadi pena,
mereka akan habis di hadapan kata-kata Rabb ku. Jika ditambah
sejumlah yang sama lagi, itu juga akan habis.”
Satu nama dari Insan Kamil adalah (Alif, Lam, Mim). Inilah kitab yang
tiada keraguan. Sebuah hadits berkata,’ Manusia dan Al Quran adalah
saudara kembar.” Apa yang dimaksud dengan Manusia di sini adalah
Insan Kamil, dan yang dimaksud dengan saudara kembar adalah identik
dengan kembar yang dilahirkan dari rahim yang sama.
90
Dalam apapun yang dijelaskan sampai sekarang, segala sesuatu adalah
cermin bagi yang lainnya. Cermin Alam Lahut adalah Jabarut, cermin
bagi Jabarut adalah Malakut, dan cermin bagi Malakut adalah Mulk dan
cermin bagi keseluruhan ini adalah Insan Kamil. Insan Kamil adalah
wakil Allah, sebuah cermin yang memantulkan-Nya. Ia adalah cermin
yang menampakkan Wujud Allah dan kesatuan. Tiada derajat yang
bukan esensi Insan Kamil.
***
Penjelasan telah menjadi panjang dari ruang lingkup seseorang. Mari
kembali kepada masalah asal/ Tujuan utama adalah ini,” Andai sang Arif
mengenal dirinya secara menyeluruh, dia tidak akan terjebak dalam
sebuah kepercayaan tertentu.” Jika seseorang tiba pada keadaan ini,
dia dianggap telah menjadi Insan Kamil. Apa yang kami sebutkan hingga
sekarang mewakili seperseribu dari sifat Insan Kamil. Setelah seseorang
mencapai derajat ini, dia secara mutlak adalah tempat tajalli Allah
sehingga dari sisi manapun Dia menyingkapkan diri-Nya, itu diterima.
Manusia yang mencapai derajat ini disebut Insan Kamil. Semoga Allah
memberikan kita akan derajat ini.. Amin…Hu.
***
Wahai saudaraku, pikirlah dengan bijak. Allah telah memberikan kita
bakat yang besar. Kita kehilangan hal ini; apakah itu pantas kita
lakukan? Kita membawa diri kita ke derajat yang disebut oleh Al
Quran:” Mereka seperti gembala hewan, bahkan lebih rendah lagi.” Ini
merupakan kemalangan buat kita. Tidak mudah untuk menjadi Insan
Kamil. Ia hanyalah mungkin untuk mendapat Insan Kamil dan
berpegang pada jalannya dan melayaninya. Allah telah memberikan
bakat ini kepada setiap manusia namun manusia menjatuhkannya ke
derajat terendah, dan menghancurkan bakatnya. Serahkan dirimu
kepada Mursyid Kamil, dan jadilah manusia. Faktor paling penting
adalah terikat dengan keyakinan kepada kesempurnaan Insan Kamil.
Jangan sekali-kali pernah menyangka Insan Kamil adalah manusia tanpa
91
keimanan atau jalan. Jalannya dan keimanannya adalah eksistensi
Kehendak Ilahi dan dalam eksistensi Perintah Ilahi. Keimanan mereka
bukanlah sebuah jalan tiruan atau kepercayaan. Sebagian Ahlullah,
ketika ditanya,” Dari jalan apakah kalian?” mereka menjawab:” Aku dari
jalan Allah.”
***
92
BAB 5
Sekarang ada sesuatu yang mesti seseorang ketahui. Dan itu adalah
bahwa seorang Arif mesti tahu tempat asalnya dan tempat kembalinya;
dari mana dia datang dan kemana dia akan pergi. Dan ilmu ini terikat
kepada 3 perjalanan. Karena itu, kami akan jelaskan perjalanan ini.
Secara alami dipahami bahwa perjalanan ini berhubungan dengan
perkembangan ruhani seseorang. Tiada awal dan akhir bagi perjalanan
ini tiada juga dia memiliki jumlah, namun 3 perjalanan ini yang telah
kami pilih telah mewakili kesemuanya. Kecuali jika seseorang telah
menempuh tiga perjalanan ini dan dia tidak dapat menemukan dalam
dirinya pentingnya rasa pengetahuan kepada al Kholiq, ia tidak dapat
menjadi matang, dan tidak dapat juga membimbing yang lain.
Perjalanan Pertama
Perjalanan Kedua
95
Seseorang yang tidak memasuki warna akan menemukan jalan yang
manis
Musa dan Firaun menjadi teman
***
96
Perjalanan Ketiga
Perjalanan ini berawal dari-Nya, namun pada saat yang sama ia adalah
maqam baqa’ dengan-Nya. Yang berarti ia adalah perjalanandari Al Haq
kepada ciptaan (Al Khalq), yang juga berarti setelah menemukan Alam
Kesatuan, dia melewati ke keadaan keterpisahan, Manusia pada
perjalanan ini adalah untuk menolong yang lain agar tahu, untuk
menjelaskan jalan bagi yang lain dengan penurunan ruhani, dan dia
meletakkannya pada jubah kemanusiaan dan turun dari keadaan
ruhaninya kepada manusia dan berbaur dengan mereka . Itulah makna
hadits yang mengatakan,” Aku juga manusia biasa seperti kalian
semuanya.” Adalah wajib pada keadaan ini untuk makan, minum, tidur,
dan menikah, namun tidak jatuh pada berlebih-lebihan, dan tidak juga
kepada pertapaan. Keseimbangan dan istiqomah yang sempurna adalah
sangat penting/esensial.
***
Orang yang mencapai level ini adalah seseorang yang iffah (menjaga
kehormatan diri) dan istiqomah. Dia secara lahiriah setuju dengan
hukum-hukum keagamaan dan dia menerima mereka, namun dia tidak
pernah terlibat dengan ritual ekstra selain dari yang bersifat
esensial/hakekat. Baik di Alam Keragaman dan di Alam Kesatuan, dia
secara konstan berada dalam keadaan sholat. Alam lahiriahnya tertutup
bagi manusia. Alam batiniahnya terhubung dan tidak pernah terpisah
dengan Allah. Untuk memahami orang ini adalah sangat sulit sebab
manusia berpikir dan menilai seseorang melalui sikap keimanan lahiriah
dan amal zahirnya, dan mereka mengira ia adalah manusia beriman
yang sedang berkembang. Bagaimanapun, perkembangan Insan Kamil
97
tidak dapat dilihat dengan mata inderawi. Untuk dapat melihatnya,
kamu mesti punya mata yang telah mencapainya.
Maka kaum Arif, ketika telah memahami makna ini, dia tidak
masuk dan tidak juga menyangkal kepercayaan orang lain, sebab dia
paham tiada yang maujud selain Dia dan sebab dia melihat seluruhnya
terhubung secara bersamaan dalam rantai Perintah, dan mengerti
bahwa dia sendiri tiada lain selain perintah dan kehendak. Lagi, sang
99
Arif melihat setiap orang sesuai dengan manifestasi sebuah Nama, dan
dengan demikian kepercayaan mereka dan tingkah laku mereka adalah
sebagaimana mereka seharusnya.
***
Makna ayat Al Quran menjadi jelas bagi kaum Arif:” Kemanapun engkau
menghadap, di sanalah wajah Allah.” Ini berarti, kemanapun engkau
hadapkan wajahmu, disana engkau temukan jalan yang
mengarahkanmu kepada Allah. Ini adalah benar berdasarkan hukum
bahwa:” Dia pada setiap saat berada pada konfigurasi yang berbeda,”
ada keadaan ruhani dan derajat; namun Dia menunjukan dalam setiap
kedipan mata hasrat, pada setiap hasrat aroma, dan pada setiap aroma
keindahan, dan pada setiap keindahan cinta, dan dalam setiap cinta
kedipan mata,dan pada setiap kedipan hasrat, dan pada setiap hasrat
aroma, dan pada setiap aroma jenis pembaharuan kembali..
Disebabkan semua hal ini, manusia yang mabuk cinta dan berada dalam
ratapan, jatuh ke dalam keadaan yang berbeda-beda. Kadang-kadang
mereka menjadi tempat manifestasi Sifat Jalal dan penyempitan
(Qabd), atau mereka adalah tempat manifestasi dari perluasan dan
kesenangan; mereka mengambil kesenangan, mereka berenang dalam
kesenangan dan menemukan kegembiaraan (safa). Kadang-kadang
mereka jatuh ke dalam sikap bimbang dan kadang-kadang memohon.
Sifat-sifat ini membawa sikap yang berbeda dalam pandangan Cinta
namun si pecinta tidak menyangkal hal ini. Jika seperti ini, maka
bagaimana kaum arif membiarkan dirinya tunduk kepada satu bentuk
atau yang lainnya?
101
BAB 6
Setiap orang adalah tempat bagi manifestasi satu Nama dan dia berada
dibawah takdir Nama itu. Jalal, Jamal, Hadi,Mudzill, seluruhnya ini, yang
manapun adalah jalan-Nya yang lurus. Dalam masalah keimanan juga
demikian. Jika kepercayaan seseorang berbeda dari kepercayaan yang
lain, dia masih pada jalan yang lurus disebabkan nama baginya secara
hakekat adalah tempat manifestasi, dan sifatnya akan arah yang lurus
adalah hal tersebut. Sebagai contoh akurasi busur panah ditentukan
oleh lengkungannya. Berada dalam kesalahan adalah benar bagi Nama
Allah Al Mudzill, meskipun nama-Nya Al Hadi mengetahui itu adalah
kesalahan, ia masih dianggap sebagai jalan yang lurus. Maka Kaum Arif,
karena dia tahu makna keseluruhan hal ini, tidaklah menganggu agama
orang yang lain.
102
dengan pertolongan Allah itu juga memungkinkan untuk menembus
rahasia takdir sebab dua hal ini seperti kunci.
***
104
mewajibkannya melakukan, dia wajib melakukan hal itu. Rahasia Taqdir
Ilahi mewajibkannya.
***
Paksaan ada dua jenis: satu dapat diterima dan yang lain untuk
disangkal. Jenis yang dapat diterima adalah sebagai berikut: Seorang
yang beriman, setelah mendaptkan perintah Allah dan menjauhi segala
yang dilarang, tanpa mensifatkan kekuatan apapun kepada dirinya
sendiri, dia mesti mengetahui bahwa seluruh urusan berasal dari Allah.
Inilah kebaikan. Sementara paksaan kedua adalah seorang hamba
mengerjakan segala kesalahan yang mungkin. Dia tidak tahu apa yang
dilarang atau mengetahui perintah. Dan pada puncaknya dia
mengkaitkan segala kesalahan yang dia lakukan kepada Allah; ini adalah
perbuatan di luar kebijaksanaan. Dan paksaan ini sungguh sangat jelek.
Pada maqam ini banyak pertanyaan dan jawaban dan diketahui oleh
mereka yang tahu. Mereka menanyakan seseorang yang telah
mencapai maqam ini:” Bagaimana engkau melepaskan dari mensifatkan
paksaan kepada Allah?” dan dia menjawab:” Sebab aku tidak
menyekutukan apapun di seluruh alam kepada Allah, sehingga seluruh
kepemilikan adalah milik-Nya, maka siapakah yang Dia paksa?Setiap
orang menggunakan apa yang dimilikinya sesuka hatinya.” Dalam
masalah ini apa yang telah dikatakan sudah cukup memadai.”
105
***
Anas bin Malik, sesuai dengan apa yang beliau kabarkan, telah melayani
Nabi selama 10 tahun. Ketika Anas menjelaskan hal ini dia berkata:”
Aku melayani Nabi selama 10 tahun siang dan malam tanpa
berhenti.Atas apa yang telah aku lakukan, tidak pernah sekali pun aku
mendengar beliau berkata mengapa kamu melakukan hal itu atau
tidak.” Keadaan ruhani ini muncul karena ilmu Nabi tentang rahasia
qadar. Allah menyimpan rahasia tertentu dari Rasul dan Nabi-Nya
selama kenabian mereka. Satu dari rahasia ini adalah rahasia takdir. Jika
sang penyeru kebenaran seperti rasul dan nabi melihat dalam diri
beberapa orang mereka memiliki kecenderungan untuk menolak dan
dalam sebagian orang dia melihat seruannya tidak akan membawa
manfaat, dia tetap tidak mampu dan bingung dan dia tidak dapat
melaksanakan kenabian sebagaimana seharusnya. Karena itu dia
terhalang jika dia mengetahui rahasia ini. Rahasia takdir dibuat
diketahui oleh para nabi setela seruan mereka dilaksanakan dan setelah
terlihat siapa yang menutupi Kebenaran, siapa yang beriman, siapa
yang munafiq dan siapa yang disucikan.”
***
***
107
BAB 7
Bagi dia yang ingin dibebaskan dari rasa takut dan selamat
darinya, keimanan seperti apa yang diperlukan, kami akan
menjelaskannya. Namun sebagai awalnya pendahuluan.
***
Realitas ini dalam bahasa Arab disebut Wujud, dalam bahasa Turki
varlik, dalam bahasa Persia hati, namun dalam Hakekatnya, Eksistensi
ini melampui seluruh nama-nama ini. Apa yang benar adalah bahwa
mereka menggunakan istilah wujud, cinta/rindu, nur, nafs, atau
rahman, namun yang dimaksud dengan semua ini adalah nama Wujud
Tunggal yaitu Al Haq.
***
Dalam maqam ini tiada nama atau gambaran atau kata-kata pujian atau
sifat yang eksis. Dia dianggap bebas dan melampaui/tanzih dari
semuanya, Yang melakukan perjalanan melalui seluruh level dan
menyingkapkan diri-Nya sendiri adalah Dia. Karena Dia sama dengan
setiap derajat, dan dalam pensifatan lah yang membuat-Nya
mengumpulkan segalanya, Dia lah Yang diseru oleh seluruh Nama-
nama, yang dilukiskan dalam setiap citra, yang disebut dengan berbagai
nama berbeda dan sifat serta pensifatan. Dia turun kepada seluruh
109
derajat, dan penurunan ini juga sebagai tanda kedekatan-Nya.
Penurunan-Nya dijelaskan dalam hadits:” Aku sakit dan kamu tidak
mengunjung-Ku. Aku lapar dan kamu tidak memberi-Ku makan.” Al
Haq, dalam Sifat-Nya, dalam penurunan-Nya dan dalam derajat-Nya
menerima segala yang berlawanan sebab dari sudut pandang-Nya tiada
hal yang berlawanan demikian…Hanya mereka yang khusus dari yang
khusus memahami hal ini. Bagi kaum Arif ini adalah petunjuk dan bagi
mereka ini sudah cukup. Ayat Quran berikut menunjukkan situasi
dengan sangat baik:” Dia lah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan
Yang Batin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu melalui wujudnya
sendiri.”
110
Menutupi kesalahan telah menutupi Kebenaran Mutlak
Menutupi Al Haq telah menutupi dirinya dengan Kebenaran
***
Wahai anakku, makna hal ini tersembunyi dalam ayat Al Quran:” Rabb
mu telah menetapkan bahwa kamu hanya menyembah-Nya.”
Seseorang yang telah mencapai intisari hati dari keadaan ruhani akan
Kemutlakan disebut kaum Arif, wali dan Ahlullah. Atas hal inilah ayat Al
Quran berikut diturunkan:” Ketahuilah bahwa wali Allah tidaklah takut
dan bersedih hati.” Kaum Arif, wali yang hamba, memasuki kelompok
ini dan menemukan keselamatan dari takut dan bahaya. Semoga Allah
memberikan kita keadaan ini.
***
Hamba tersebut tetap dalam maqam ini dalam waktu lama: dia
menderita tarikan hebat. Di situ tiada waktu atau tempat.. Dia tidak
menjadi Alam Semesta atau Malaikat, di sana saat itu hanya Allah yang
ada: pada saat itu Allah dalam wujud-Nya menyeru sebagai berikut:”
Milik siapakah kerajaan hari ini?” Dalam wajah ini tiada suara berasal
dari siapapun. Kemudian Allah dalam Kebesaran-Nya menyeru dari
Kedirian-Nya kepada Kedirian-Nya:” Milik Allah,Al Wahidul Qahhar.”
***
Bagi kaum Arif untuk sampai ke derajat ini bergantung banyak hal. Yang
pertama adalah pengetahuan yang dia miliki tentang seluruh Nama
Allah. Dia tahu bahwa seluruh derajat dan maqam diperlukan oleh
Nama-nama ini dan bahwa segala sesuatu adalah tempat tajalli Nama-
nama ini. Dia tahu bahwa tempat tajalli dari suatu Nama Ilahi
113
bersesuaian dengan bakat dan kemampuan untuk menerima tempat
tajalli itu. Allah telah mengaruniakan sang Arif ini cara untuk
menerjemahkan makna yang lebih dalam yang tersembunyi dalam
Nama-nama ini. Dia membaca, paham dan dia menjelaskan . Akibatnya
dia dapat menggabungkan segala sesuatu dalam wujud dirinya.
Kerangkanya sangat luas dan itu meliputi segala sesuatu. Nabi
Muhammad SAW berkata,”Apa yang pertama diberikan kepadaku
adalah perkataan serba meliputi (jami’ul kalim)” Dan itu adalah
keadaan dalam mendapatkan banyak makna dari beberapa ucapan. Jika
manusia telah mencapai ini dia adalah pewaris Nabi dan telah
mencapai Kebenaran Nabi, dan semoga engkau paham apa yang
dikatakan disini sesuai dengan bagaimana menggapai ridho Allah.
***
Seorang Arif dan manusia yang berkata “Dia/Hu”, dia menjadi ‘Dia/Hu”
dan jika dia mengucapkan ini dalam keadaan Kesempurnaan,
pembicara itu sendiri tidaklah berada di antaranya (barzakh), melainkan
pembicara itu sendiri seluruhnya menjadi ‘Dia/Hu”. Inilah satu dari
rahasia menemukan keadaan ma’rifat. Tidak setiap orang mengetahui
hal ini, dan belum ada sebelumnya yang menunjukkan hal ini
disebabkan mereka enggan atau takut, sebab terdapat kemungkinan
jatuh ke dalam bahaya. Ini karena dalam maqam tersebut sifat
imanensi/pengambilan bentuk (takwin) termanifestasikan dalam diri
hamba.. Sebab pada saat hamba berkata ‘Dia/Hu”, maka yang berkata
melewati lidah hamba sesungguhnya adalah Kekuatan dan Daya Ilahi (la
hawla wa laa quwwata illa billah)”. Mari berhenti sejenak pada istilah
ini. Sebab disini terdapat pertanyaan tentang imanensi (takwin).
Kualitas takwin Allah sendiri disingkapkan di dalam hamba.. Makna
yang dalam adalah itu. Bagaimanapun, wajib untuk membuka lebih dari
apa yang dimaksud dan untuk membawa masalah ini lebih ke dalam
realitas dalam maqam ini. Kapanpun Insan Kamil berkata ‘Dia/Hu”,
diharapkan seluruh wujudnya lenyap dan terkubur dalam ketiadaan,
114
dan inilah kematian. Namun ini adalah kematian yang berkenaan
dengan hadits,” Mati lah sebelum mati.” Insan Kami, ketika dia
melakukan hal ini, mati dengan kematian sebagai konsekuensinya dan
bersandar kepada Iradah dan dia telah melemparkan dirinya kedalam
Lautan Huwa, tanpa kaki atau kepala atau memiliki bekasan lahiriah
atau batiniah dalam dirinya. Di sana dia tenggelam, fana dan tiada lagi
nama dan tanda dirinya tetap ada, dan dia menjadi Dia/Hu. Sebab
setetes air jatuh ke lautan dan menjadi lautan. Istilah ‘Hu”, dan lautan
yang disebut disini adalah Alam Kesatuan,Cinta,Wajibul Wujud dan
Lautan Nur.
Nabi selalu mengajarkan kalimat berikut dalam doa beliau, yang beliau
berikan kepada kita untuk mengarahkan kita kepada kematangan
spiritual.” Ya Allah, jadikan aku ke dalam cahaya/nur.” Tanpa keraguan
beliau memang Nur, namun doa ini untuk mengajarkan kepada kita,
sebab seseorang yang menyerahkan dirinya kepada Dia/Huwa adalah
Nur.
Serahkan wujud kepada Allah; biarkan hanya Wujud Allah saja yang
ada
Tarik dirimu dari barzakh, biarkan apa yang tertinggal menjadi sahabat
***
Adalah penting bagi dia yang terus dalam Nama Hu tahu apa yang
dimaksud adalah Yang Dinamakan, Yaitu, ketika dia berkata ‘Hu”,
biarkan dia memfanakan dirinya dan seluruh wujud ke dalam Wujud
Kedirian Dia/Hu, yang berarti dalam Yang Dinamakan, tanpa
meninggalkan nama, citra, waktu, tempat atau tanda apapun
tersisa…Adalah perlu bagi dia yang berkata ‘hu’ menjadi lebur ke dalam
Wujud Universal/Wajibul Wujud dan menjadi ‘hu’ itu sendiri.
Apa yang kami inginkan untuk jelaskan adalah bahwa ketika makna ini
tiba pada diri seseorang , tidak peduli apakah hamba itu berkata ‘Dia’
atau ‘kita’ atau ‘mereka’ atau mesikupun dia ingin berkata ‘kamu’; apa
yang dimaksud oleh keseluruhan ini adalah Kediriannya Dia
117
Jika tidak, dia akan menjadi penyembah berhala yang merupakan
sebuah ilusi dari prasangkanya sendiri.” Tidakkah kalian perhatikan
mereka yang menjadikan hawa nafsu mereka sendiri sebagai Tuhan.”
Dan dia berada di bawah peringatan Al Quran dan jatuh ke dalam
bahaya.
118
BAB 8
Dalam setiap hal, wajib menjaga hati dari segala sesuatu yang
tidak pantas bagi ridho Allah; wajib untuk membersihkannya dari
pikiran buruk; hati hamba adalah khazanah atau perbendaharaan Allah;
Manusia adalah kebiasaannya. Setiap pantulan yang lain dari Allah
adalah seorang pencuri dan penjahat. Wajib untuk menutup jalan ke
hati untuk melawan mereka. Dalam hakekatnya hati dijelaskan dalam
hadits-hadits berikut:” Hati orang beriman adalah tempat tajalli Allah;
hati orang beriman adalah Arasy Allah, hati orang beriman adalah
cermin Allah.” Sebagai akibatnya setiap orang yang membiarkan harta
ini dicuri oleh penjahat berada dalam situasi yang sulit, sebab dia akan
dianggap sebagai pengkhianat dan Allah membenci pengkhianat
119
sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat Al Quran:” Sungguh Allah
membenci pengkhianat.”
***
Pikiran yang masuk ke dalam otak manusia yang telah tiba pada maqam
qurbah (kedekatan) kepada Allah adalah seperti kata-kata dan tindakan
yang mengalir di tempat terbuka di antara manusia yang belum
mencapai kedekatan ini. Mereka juga bertanggung jawab kepada
pikiran yang masuk ke dalam hati mereka. Sebuah hadits berkata
bahwa seseorang yang membawa pikiran yang paling halus ke dalam
pikirannya akan ditanyai tantang pikiran ini dengan kehalusan yang
sama (setara) dengan pikiran itu sendiri dan banyak amal kebaikan dari
pelaku kebaikan dianggap sebagai sebuah kesalahan bagi mereka yang
telah mencapai kedekatan.
Dalam hakekatnya, Allah tidak setuju bahwa ada yang lain selain
diri-Nya memasuki hati seorang hamba. Sebab hati hamba adalah
tempat Tajalli Allah. Sebuah hadits tentang hal ini menjelaskan sebagai
berikut: “Hati adalah Ka’bah Allah. Siapapun membiarkan pikiran bukan
tentang Allah masuk ke sana maka sesungguhnya telah mengisi hatinya
dengan berhala.”
***
Ada banyak hal yang tidak perlu kita masuki untuk membahasnya.
Setiap tajalli yang turun kepada hati, dengan apapun percabangannya,
ia mengambil bentuk baik atau buruk dan kembali ke tempat
selayaknya. Karena itu agar manusia menerima penyingkapan ini
dengan baik dan beradab maka wajib baginya terus menerus
memelihara pikiran baik secara konstan..
***
Entah hal itu berada dalam dirinya atau luar dirinya, seluruh
urusan, pikiran,tindakan, kepercayaan, khayalan dan bahkan seluruh
nafas yang diambil, tak ada seberat zarrah pun dari hal ini sia-sia. Setiap
tindakan, entah baik atau buruk memiliki kemampuan dan bakat sesuai
dengan dirinya sendiri, dan mereka masing-masing mengambil bentuk
sesuai dengan keadaan diri mereka. Dalam alam yang lain mereka
nampak dalam bentuk yang mereka terima disini. Pemilik urusan dan
tindakan tersebut, ketika dia mendapatkan mereka, sesuai dengan citra
yang dia berikan kepada mereka, dia bisa menemukan rahmat dan
berenang ke dalam kesenangan, atau dia bisa terluka dan menderita.
Itulah rahasia yang dibukakan di sini. Makna ayat Al Quran menjelaskan
hal ini:”barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah akan
melihatnya; dan barang siapa mengerjakan keburukan seberat zarrah
dia akan melihatnya.”
***
123
hal-hal materi tersebut dan melangkah lebih jauh.” Dalam
pengaruhnya, dengan mengatakan bahwa Allah menciptakan wujud-
Nya dari sudut pandang lahiriah nampak tidak tepat. Namun dalam
sudut pandang maknawiyah seluruhnya adalah sama dan benar dan ini
adalah keadaan yang mengurangi segala sesuatu ke keadaan
ketidakmampuan, dan apa yang wajib buat kita adalah makna.
***
Masalah lain yang penting dimana akal tidak mampu memahami hal ini:
setiap orang yang berbicara tentang Allah dia telah menggambarkan-
Nya. Meskipun dia menyembahnya tetap saja ia menyembah sesuatu
yang ia bayangkan. Itulah juga Allah sendiri dan tak ada yang ain. Allah
telah menunjukkan wajah dalam cermin hati hamba-Nya sesuai dengan
pemahamannya. Kita sekarang akan memasuki masalah sebenarnya.
Dalam kasus imajinasi dan pikiran ini jelas bukan hamba yang
menciptakan Allah; ia adalah Allah yang menciptakan wujud-Nya
sendiri. Pencipta segalanya adalah Allah; tiada pencipta selain Dia. Apa
yang muncul dalam keimanan hamba juga merupakan wilayah dari apa
yang Allah ciptakan, yang dalam hakekatnya juga diciptakan oleh Allah.
Salah datu makna dalam “Allah menciptakan wujud-Nya sendiri”
adalah ini.
***
Ada hal yang khusus yang akan diketahui dan akan kami jelaskan:
makhluk, pembawaan, peciptaan, penjadian dan pembentukan,
semuanya mengacu kepada makna yang sama. Meskipun masing-
masing memiliki makna agak berbeda, mereka akan menuju kepada
makna yang sama. Apa yang dimaksud dari keseluruhan ini adalah
manifestasi dan tajalli Allah.
124
Makna lain yang mesti diberikan kepada semua ini adalah sebagai
berikut: Allah menciptakan Wujud-Nya sendiri. Sesuai dengan perkiraan
akal hamba, dan berdasarkan pikirannya, Dia memanifestasikan wujud-
Nya. Ini contohnya. Seseorang mengambil sebuah cermin di hadapan
mereka dan menciptakan wujud mereka di dalamnya, melihatnya dan
mengetahuinya. Ada kesenangan tersendiri bagi seseorang untuk
melihat dan mengenal dirinya sendiri di dalam cermin.
***
Cermin dari Insan Kamil bersesuaian dengan tajalli Allah. Tajalli yang
terjadi di cermin yang lain bersesuaian dengan imajinasi hamba,
kemampuannya untuk menerima dan bakatnya. Allah berkata benar
dan Dia menunjukkan jalan.
125
***
***
Adalah perlu untuk membawakan contoh agar apa yang kami jelaskan
di atas dapat dengan mudah dipahami. Jika sang kekasih melihat
kepada 100 ribu cermin yang diletakkan disekelilingnya, berapa banyak
dari 100 ribu cermin itu sang kekasih dapat terlihat; namun dalam
faktanya sang kekasih hanya satu. Keseluruhannya sama, dalam cermin-
cermin itu, sesuai dengan bakat seseorang (cermin), dia akan terlihat
dalam sebagian sebagai yang ceria, dalam sebagian sebagai yang
bersedih, dalam sebagian sebagai yang lurus dalam sebagian sebagai
yang bengkok. Sebagai akibatnya jika manusia melihat wajah sang
kekasihnya dalam satu cermin dan menyangkal cermin yang lain, dia
bukanlah seorang yang kenal. Dia yang kenal memahami setiap cermin
yang ada. Dalam cermin apapun dia melihatnya, dia menegaskan dan
bahkan mungkin dia melihatnya tanpa cermin.
Berapa ratus ribu mata yang melihat bukti yang jelas ini
Sekali lagi. Dia sendiri yang menjadi keinginan Keindahan-Nya sendiri.
Tidak perlu lagi menjelaskan lebih jauh dari hal ini. Sang Arif semakin
lama dia memikirkan dan mengambil kesenangan dalam zauq/rasa,
dapat menemukan banyak contoh itu.
Mari kami berikan contoh yang lain. Jika seorang manusia tetap
dalam tempat yang gelap tanpa melihat cahaya matahari, dan suatu
hari jika sisi tempat tersebut dibuka dengan gelas dengan banyak warna
127
dan bentuk, dan ketika siang tiba, setiap gelas akan dikenai dengan
cahaya yang sama. Berdasarkan dimana cahaya mengenai gelas yang
berbeda, dia akan mengenai dinding ruangan dengan warna yang
berbeda, dan manusia itu akan berpendapat bahwa cahaya matahari
adalah hijau, merah dsb, dan dia akan tersesat dalam bidang kasar ilusi.
Namun kaum Arif tahu realitas/hakekat masalah sebenarnya dan
memutuskan dengan tepat. Dia tahu bahwa warna air adaah warna
wadahnya dan dia tahu apa yang menerangi segala sesuatu adalah
cahaya Allah. Al Quran: “ Allah adalah cahaya langit dan bumi.” Ini
menjelaskan situasi sebenarnya. Berdasarkan kaum Arif, apa yang
terlihat di cermin pada dua alam tersebut adalah satu wajah. Meskipun
seperti ini, setiap kaum Arif telah mencapai satu kesempurnaan.
Sebagian dari mereka berkata,:” Pada akhir segalanya tiada yang aku
lihat dimana di dalamnya aku tidak lihat Huwwiyah Allah.”
128
Masyahid Al Asrar
129
Bab1
Aku menjawab,’ Aku bukanlah pengikut buta dan tidak juga aku
mengikuti pendapat rasionalku sendiri.’
Aku berkata,’ Aku adalah sesuatu tanpa keserupaan dan Engkau adalah
sesuatu dengan keserupaan.’
Kemudian juga Dia berkata,’ Kamu bukanlah sesuatu, bukan pula kamu
pernah menjadi sesuatu, tidak juga kamu berdasarkan sesuatu.’
131
dengan nama, disifatkan dengan sifat dan digambarkan dengan sebuah
gambaran, dan ini menyusun kesempurnaan-Mu.’
‘Hanya apa yang ada yang mengetahui yang ada sebagaimana adanya
dalam realitas.’ Wujud adalah dari-Ku, bukan darimu, namun ia ada di
dalammu, bukan di dalam-Ku.’
Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Setiap jenis yang terbatas dan wujud
relatif adalah milikmu dan seluruh yang mutlaq dan wujud yang tak
terbatas adalah milik-Ku.’
‘Dan sebaliknya.’
132
‘Wujud adalah melalui-Ku, ia datang dari-Ku, dan ia adalah milik-Ku.’
133
Bab 2
Penegasan (Iqrar)
134
‘Pengambilan memenuhi 3 aspek dan segala sesuatu yang
melampaui 3 bilangan ini bukan lagi pengambilan.’
135
aku melihat Lauh. Aku memanjat kepadanya dan (seperti itu) aku
diselamatkan, sebab andai bukan karena Lauh, aku akan binasa.
Dia berkata,” Ketika kamu keluar dari lautan, ambil sebagian air laut,
sebab selama air tetap ada, maka mutiara, perhiasan dan batu koral
akan tetap dalam keadaannya; namun jika air tersebut mengering,
mereka akan berubah menjadi batu biasa. Dalam Surah Al Anbiya Aku
telah menjelaskannya.”
Aku melemparnya, dan segera air pun mengalir kembali dan perhiasan
pun kembali kepada bentuk semula.
137
kepada wujud, kepadanya Aku mengembalikanmu dan Aku tidak harus
melenyapkanmu darinya.”
“ Tak ada seorang pun selain kamu dalam kegelapan ini dan aku telah
membawa ke dalam wujud darinya tak seorang pun selain kamu,
darinya lah Aku mengambilmu.”
“Aku telah ciptakan dari nur segala sesuatu yang ada melainkan
untukmu, yang telah diciptakan dari kegelapan.”
138
BAB 3
“Tidak,”jawabku.
Kemudian Dia membakar hijab yang tersisa di belakangku, dan aku pun
melihat Arays.
Dia berkata,”Angkatlah!”.
141
Aku bertanya,”Apakah nama Batu ini?”
Aku pun mengangkat kepalaku dan aku melihat sungguh huruf Alif
berada dalam segala sesuatu. Kemudian Dia menutupiku dengan 50
hijab dan Dia membuka dari wajahku 400 hijab yang sanggat lembut
hingga aku tidak pernah merasakannya.
142
pun tunduk. Aku memberimu teman dan sakinah dari bagian dirimu
sendiri, yang pertemanannya adalah sah. Kemudian Aku melarangmu
akan Kehadiran-Ku, namun Aku mengijinkanmu untuk memasukinya
(melawan kehendak-Ku). Aku menjadi murka denganmu dan Aku
memenjarakanmu, meskipun kamu diberkahi.
Kemudian Aku pilih satu di antara mereka, demi mereka dimana Aku
juga mengutusmu, dan Aku kuatkan dia dengan Kalam-Ku. Aku
sucikan dia dari segala kesalahan, Aku ampuni dia untuk kembali
kepada makhluk, Aku tinggikan tempatnya dan Aku janjikan dia hak
syafaat demi kepentingan seluruhnya.
Kemudian Aku lemparkan dia ke dalam Laut dan dia mendaki satu
dari gunung-gunungnya. Dia diperjalankan pada suatu malam secara
seketika dan Aku membawanya di atas Buraq. Kemudian Aku beri dia
kehidupan total dan melindunginya dari sifat alaminya, dan Aku
bercakap-cakap dengannya dari titik tengahnya (Mahall Al I’tidal)
perkataan,”Pada meninggalkan batasan (Aku mencintaimu) dan pada
keberangkatan para Ruh (Aku akan memberimu kabar gembira).
Bawalah dan jadikan nyata hati para siddiqin dan taklukkanlah!
Ambillah rahasia kehidupan dan percayakan kepada siapapun yang
143
engkau kehendaki. Tariklah pedang pembalasan dendam: dengannya
tegakkan tanda-tandamu dan dengannya kalahkan lah siapa yang
menentangmu.
144
Bab 4
Kemudian Dia berkata kepadaku,” Jika kamu tetap dalam intuisi, kamu
akan berada dalam derajat pertengahan. Siapapun berada di bawahmu
akan memandang kepadamu dan siapapun yang di atas mu akan
berpaling kepadamu, sehingga tak ada seorang pun di atas mu. Dalam
intuisi kamu akan menemukan yang instan.
146
BAB 5
147
“Untukmu Aku bicara, untukmu Aku memberi, untukmu Aku
mengambil, untukmu Aku memperluas, untukmu Aku mempersempit,
untukmu Aku dapat dilihat, untukmu Aku diberikan wujud dan untukmu
Aku dijadikan dikenal.”
“Jika Aku tetap diam, kamu tidak akan ada, jika kamu telah bicara,
maka Aku tidak akan dikenal. Maka bicaralah, agar Aku dikenal.”
“Kapanpun kamu bicara atau diam kamu adalah sedang bicara, dan
meskipun kamu telah bicara selamanya melalui seluruh keabadian,
kamu akan tetap diam.”
148
“Jika kamu tetap diam, segala sesuatu akan diberi petunjuk
olehmu dan jika kamu bicara, segala sesuatu akan menyimpang
melaluimu. Mendakilah meninggi dan kamu akan menemukan.”
149
BAB 6
“Dari Menara Pengawas, siapa yang turun dia turun, dan siapa
yang naik dia naik. Hati-hati terhadap-Ku dalam Menara Pengawas! Jika
Aku melihat sisi zahir dari dindingmu melebihi batas, Aku akan
membuatmu turun dari Menara Pengawas kepada sisi zahir,
bagaimanapun jika kamu tetap berada dalam batasan, maka Menara
Pengawas akan menginginkanmu tetap dalam posisimu.”
150
“Sikap yang layak diperlukan oleh ilmu muncul dan sifat yang tepat dari
tindakan memberikan kesaksian kepadanya, menyerukan peringatan
dari Menara Pengawas.”
“Apa yang ada di atas Arasy muncul dan petunjuk akan Al Haq
memberikan kesaksian kepadanya.”
151
“Keagungan muncul dan Identitas Tersembunyi memberikan kesaksian
kepadanya.”
152
“ Huruf-huruf muncul dan pernyataan memberikan kesaksian kepada
mereka.”
Kemudian Dia berkata kepadaku,” Apa yang telah kamu lihat dan
semua yang disembunyikan darimu dan apa yang akan terjadi tanpa
terduga, kesemuanya itu demi kamu, karena kamu, dan di dalammu.
Namun, andai Aku telah singkapkan sedikitnya rahasia tentang misteri
esensi akan Kesatuan Keragaman yang Aku sembunyikan di dalam
dirimu, maka kamu tidak akan pernah mampu untuk menyaksikan
kadarnya dan kamu akan binasa oleh api. Maka akan menjadi apa kamu
kemudian andai Aku akan menyingkapkan kepadamu sesuatu tentang
diri-Ku sendiri atau akan sifat zat-Ku.”
153
belum pernah kamu lihat dan kepadanya kamu tidak akan pernah
kembali, namun mereka tetap di dalammu tanpa melampaui
kapasitasmu.”
“Aku telah bawakan ke dalam wujud dalam dirimu akan sifat dan
nama dengannya Aku ingin engkau mengenal-Ku.”
155
“Setiap pernyataan akan tanzih dengannya engkau mengakui
ketidakterbandingan-Ku mengacu kepadamu, sebab hanya seseorang
kepadanya lah yang mungkin dikaitkan akan kekurangan dapat
dihilangkan dari mereka dan disucikan dari mereka. Bagaimanapun, Aku
secara sempurna bersifat tanzih dalam diri-Ku sendiri, demi diri-Ku dan
melalui diri-Ku, tidak dapat dijangkau dan tidak dapat dimengerti.”
156
‘Wahai hamba-Ku dan tempat pandangan-Ku dalam ciptaan-Ku!
Bicaralah tentang Aku secara jujur, sebab Aku adalah Maha Benar.”
157
selain Allah akan menjadi bahan bakar Neraka kepadanya kamu akan
mendatanginya.”
158
BAB 7
159
“Ketika Betis Nampak, kemuliaan matahari diperhebat dan bulan pun
hancur dan bintang-bintang jatuh dan bertebaran dan segala sesuatu
kembali kepada-Nya.”
160
BAB 8
‘Hidup,’jawab Batu.
Batu menjawab,”Mati.”
‘Halal,’jawab Batu.
161
Dia berkata,”Berapa lama mereka duduk bersamamu?”
Dia bertanya,” Apa yang dilakukan bintang saat Lautan Hijau sedang
bicara dengan Bulan?”
“Wahai Bulan! Jangan engkau melihat kepada Batu sebab kamu akan
melupakan apa yang Aku katakan kepadamu untuk menyampaikan
kepada Lautan Hijau.”
163
BAB 9
164
kemudian samudera maka telah menyimpang namun dia akan
diselematkan.”
165
Kemudian Dia berkata,” Ambillah apa yang kamu perlukan dan
tinggalkan sebagaimana kamu menemukan mereka.”
166
Ketika aku sampai pada millennium ketujuh, Dia berkata kepadaku,”
Lepaskan pakaianmu sebab kamu berada di tengah samudera, dan
berceburlah dan carilah kunci itu, sebab di sini adalah tempat
beristirahatnya dan tempat penyimpanan mereka. Keseluruhan ini ada
dalam Kitab Yang Nyata.”
Aku lepaskan jubahku dan aku siap untuk melepasnya, namun Dia
berkata kepadaku,” Andai bukan karena jubahmu, kamu tidak akan
dapat menyelam.”
Aku keluar dan aku lihat bahwa segala sesuatu telah tertulis pada sisi
pintu. Kamudian aku perhatikan bahwa hanya beberapa anak panah
telah menusuk dinding dari gudang harta tersebut.
167
Kemudian Dia berkata kepadaku,”Segala yang kamu lihat adalah
diciptakan dan segala yang diciptakan adalah tidak sempurna.
Mendakilah hingga kamu tidak melihat ciptaan.”
168
BAB 10
169
Kemudian Dia berkata kepadaku,” Penyaksian kebingungan adalah
sebuah kebingungan.”
170
kepada tempat-Ku mereka akan menemukan-Ku. Jika mereka
menemukan-Ku, mereka tidak akan melihat apapun. Jika mereka
melihat sesuatu maka mereka tidak akan melihat tempat-Ku. Jika
mereka tidak melihat tempat-Ku, maka mungkin mereka akan melihat-
Ku.”
171
BAB 11
Ungkapan berhenti
Penyebab hilang
Hijab lenyap
172
BAB 12
‘Tidak ada dua sholat witir di malam hari, sebab hanya ada satu di
antara kita yang hidup.’
‘Lakukan sholat magrib dan dan jangan lakukan sholat malam (sendirian
atas kepentingannya) sebab adalah penting bagimu melakukan sholat
witir sehingga jumlah bilangan sujudnya adalah ganjil.’
173
“Aku telah menghijabmu dengan Ahadiyah, namun andai bukan
karena Ahadiyah kamu tidak akan mengenal-Ku dan kamu tidak akan
pernah mengenal-Ku.”
‘Kutub Kanan (Selatan) adalah Kutub Kiri (Utara), dan Aku telah
tetapkan pada awal Surah Al Hadid yang diturunkan.’
“Jika ada dua poros (Qutban) maka planet-planet tidak akan berputar,
dan jika tidak ada dua Poros, tatanan akan runtuh dan planet-planet
tidak akan beredar pada lintasannya.”
174
Kemudian Dia berkata kepadaku,” Jangan engkau lihat eksistensi Kutub,
namun lihatlah apa yang disembunyikan dalam penyangkalan dan
kemudian katakan apa yang engkau lihat, bahwa mereka ada dua, atau
mereka adalah satu.”
“Dalam hubungan Lam dan Alif ada rahasia yang tak terungkap yang
telah Aku simpan dalam perkataan-Ku,’ Allah adalah Dia yang
menegakkan langit tanpa tiang.”
175
BAB 13
176
tiang penyangga ditemukan. Kemudian mereka ingin melihat dalam
cara apa yang lain terhijab dari tiang, dan mereka menemukan hijab
atas mata mereka. Sehingga mereka memegang tiang, dan ketika
mereka menemukan genggaman pada tiang tersebut, mereka
mencabutnya dari tanah dan membawanya pergi, sehingga kubah pun
runtuh dan menimpa mereka yang tertinggal.
177
BAB 14
Dia berkata kepadaku,” Wahai hamba-Ku, lihatlah apa yang Aku lakukan
kepada manusia yang senang membantah dan berdebat, perbuatan sia-
sia dan inovasi. Aku lah Maha Menaklukkan.”
178
pendengaran dan penyaksian! Inilah Timbangan Keadilan yang telah
ditentukan dan Jalur Kebenaran yang telah dikeluarkan, Neraka
Ketidakharmonisan yang telah dinyalakan dan Surga Persetujuan yang
telah didekatkan.”
Kaum Filsafat dibawa maju dengan pengikut mereka dan dibuat masuk
ke dalam bangunan. Mereka ditanya,” Kepada apa kalian menggunakan
akal kalian? Mereka menjawab,” kepada apa yang menyenangkan-
Mu?”
Dia berkata,” Kalian telah tidak mengerti dan kalian tidak sukses; kalian
hanya menyampaikan pendapat sendiri saja, wahai Neraka, sampaikan
hukuman atas mereka!”
179
Kemudian datang suara,”Dimanakah kaum naturalis?
Mereka dibawa maju dan aku melihat empat Malaikat yang kasar
dan kuat dengan tongkat yang lengkung di tangan mereka.
180
mendapatkan ampunan! Mereka pun dijerumuskan ke dalam Api
Neraka.
181
Dan kepada mereka dikatakan,” Inilah apa yang kamu ingkari.
Dimanakah sifat Ilahi mu yang akan memberimu syafaat demi
kepentingan sifat manusiamu? Katakan,’ Kebenaran telah datang dan
kebatilan akan lenyap.’
Dia berkata,’ Milik Allah lah hujjah yang mengalahkan, dan jika Dia
ingin, Dia akan menunjuki kalian semua.’ Sehingga dia yang mengikuti
hujjah Allah akan diselamatkan.’
182
Kemudian Dia berkata kepadaku,’ Kembalilah dan kabarkan yang
lain: Agungkan Aku! Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan apa yang
tidak suci!”
183
Kitab Kahfi war Raqim fii Syarah Bismillahi Rahmani Rahim
184
BAB 1
185
adalah saling berhubungan sebab tujuan dari prinsip-prinsip inilah
pengenalan kepada Allah SWT. Karena itu setiap saat ketika curahan-
Nya akan diperbaharui dalam nafas yang keluar, Ruh Al Amin akan
turun kepada hati Lauh.
Kamu mesti tahu bahwa titik dibawah huruf Ba adalah awal dari setiap
Surah dari Kitab Allah SWT. Sebab huruf terbuat dari titik tak terelakkan
untuk setiap surah dimulai dengan sebuah huruf dan setiap huruf
dimulai dengan sebuah titik. Maka sesuai kaidah hal ini titik adalah awal
dari setiap surah dari Kitab Allah SWT. Dengan titik sebagaimana kita
tunjukkan, maka hubungan antara titik dan Ba adalah lengkap dan
sempurna bagi penjelasan sebagai berikut: Ba adalah awal dari seluruh
bentuk sebab Basmalah diperlukan oleh setiap Surah meskipun pada
surah At Taubah. Bahkan Ba adalah awal surah tersebut (Taubah)
(Baraatum Minallah). Maka seluruh Al Quran termaktub dalam setiap
Surah Kitab Allah SWT—karena alasan yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa seluruh Al Quran termaktub dalam Fatihah, yang
termaktub dalam Basmalah, yang termaktub dalam huruf Ba, dan
termaktub dalam titik. Dalam cara yang sama, Allah SWT adaah hadir
secara total dalam setiap orang: Dia tidak dapat digantikan dan tidak
terbagikan. Karena itu titik menunjukkan zat Allah SWT, gaib dibalik
tudung perbendaharaan-Nya, di dalamnya Dia Nampak kepada
makhluk-Nya.
Tidakkah engkau sadari bahwa kamu dapat melihat titik namun kamu
tidak dapat membacanya sama sekali disebabkan keheningannya dan
kebebasannya dari pembatasan akan bunyi bahasa? Ia adalah nafas
dari seluruh huruf yang merupakan sumber dari seluruh ucapan yang
mungkin. Bayangkan pembagian (huruf Ba ke dalam bagian-bagiannya)
kemudian bagian lengkungan (dari huruf tersebut) mengingatkanmu
tentang titik, dengan mengambil pertimbangan akan hubungan huruf
Ba dengan huruf lainnya dalam suatu kata. Mari ambil contoh huruf Ta
(dengan dua titik) dan Tsa (dengan tiga titik). Kamu tidak lain hanya
186
membaca titik, sebab Ba, Ta, Tsa memiliki bentuk sama, dan hanya
dapat dibaca berdasarkan titiknya. Jika mereka dapat dibaca secara
bebas (tanpa titik), maka bentuknya mesti berbeda satu sama lainnya.
Sebaliknya karena titiklah mereka dapat dibedakan dan tak ada yang
lain yag dibaca selain titik. Dalam cara yang sama tak satu pun dapat
dibedakan dalam ciptaan melainkan Allah. Dan sebagaimana Aku dapat
membedakan Allah dari ciptaan, Aku juga dapat membedakan ciptaan
dari Allah.
187
Sebagaimana kami sebutkan sebelumnya, Ba adalah huruf Alif yang
dibengkokkan. Demikian juga, dunia dalam keseluruhannya diciptakan
dari Hakekat Muhammadan. Dapat disimpulkan dari sini, berdasarkan
hadits yang dikabarkan oleh Jabir, bahwa Allah SWT, menciptakan Nur
Muhammad dari wujud-Nya dan menciptakan dunia dalam
keseluruhannya dari Nur Muhammad SAW. Dengan demikian
Muhammad adalah di antara makhluk yang diciptakan dalam nama-
Nya, kenyataan zahir dari manifestasi Ilahi.
Dari sebagian huruf masih ada yang memiliki titik di tengahnya; seperti
dalam kasus titik putih di jantung huruf Mim, Waw, dan yang serupa. Ini
adalah tempat dimana kamu tidak melihat apapun selain Allah di
dalamnya. Inilah alasan mengapa ia dianggap sebagai lubang: sebab ia
adalah sebuah punggung di dalamnya perutnya terdapat sesuatu selain
dirinya sendiri. Karena itu, lingkaran pada kepala huruf Mim adalah
tempat dimana kamu tdak melihat apapun, sementara titik putihnya
adalah dimana kamu hanya melihat Allah. Alif malahan adalah tempat “
mereka yang berjanji setia kepadamu sesungguhnya mereka berjanji
setia kepada Allah.”
*******
190
BAB 2
(Tidakkah engkau lihat) Dia adalah Ahad SWT. Hanya melalui imajinasi
pelaku syirik Dia memiliki sekutu. Bahwa persekutuan dimana pelaku
syirik percaya dalam imajinasinya benar-benar makhluk Allah. Adalah
benar Allah berada dalam setiap ciptaan dalam sudut pandang
ketotalan-Nya. Sehingga pelaku syirik adalah diciptakan, dan sekutu
yang ia percayai dalam persekutuan pun diciptakan. Dan persekutuan
yang dipercayai ada juga diciptakan dan kepercayaan itu sendiri juga
diciptakan. Sebab Allah SWT hadir dalam ketotalan-Nya dalam seluruh
makhluk. Wujud-Nya tidak dapat dibagi atau digandakan atau
disifatkan. Dia adalah Esa dan tak ada yang kedua.
192
kehadiran mereka tidak dapat dilihat sebelum mereka keluar darinya
dalam komposisimu.
*******
193
BAB 3
Titik berkata kepada huruf Ba,” Wahai huruf, sungguh aku adalah
asalmu sebab dariku lah engkau tersusun. Namun kemudian kamulah
yang dalam susunanmu adalah asalku. Sebab tiap bagian kamu adalah
titik. Sehingga kamu adalah keseluruhan dan aku adalah bagian, dan
keseluruhan adalah asal semantara bagian adalah turunan. Bagaimana
pun, aku lah sesungguhnya asal, karena menyusunmu dalam esensi
dan sifatku. Jangan lihat proyeksi gambar diluar mu dan berkata,” Yang
menonjol keluar ini bukanlah bagianku.” Sungguh aku hanya melihatmu
sebagai yang memiliki identitasku. Dan andai bukan karena
kehadiranku di dalam dirimu maka tidak akan ada hubungan demikian
aku denganmu. Sampai kapan kamu berpaling dariku dalam sisi lahirmu
dan menempatkanku di belakang pundakmu? Jadikan sisi batinmu sisi
lahirmu, dan sisi lahirmu sisi batinmu. Tidakkah engkau sadari
keesaanku bersamamu? Andai bukan demi kamu aku tidak akan
menjadi titik huruf Ba, dan jika bukan karena aku kamu tidak akan
menjadi Ba yang bertitik.
Dan Titik menjawab dengan berkata, “Hal yang sulit dimengerti akan
pembentukan fisikmu dan keabstrakkan sifat ruhku menyusun (secara
berturut-turut) satu dari bentukku dan satu dari sifatku. Sebab seluruh
huruf yang berbeda dan kata-kata dalam totalitasnya adalah hanya
perwakilan tentang aku.
195
“Jika kamu ingin memahamiku, bayangkan dirimu sendiri dan seluruh
huruf, dan kata-kata kecil atau besar, dan kemudian katakan ‘Titik’.
Itulah (dalam totalitasnya) esensi diriku, dan diriku adalah esensi
keseluruhan itu. Namun dirimu adalah totalitas dari esensi tersebut.
Totalitas esensiku dan esensimu. Bagaimanapun tidak ada kamu dan
mereka. Aku lah keseluruhan itu,meskipun begitu tidak ada aku dan
tidak ada kamu dan tidak ada mereka dan tidak ada satu dan tidakada
dua dan tidak ada tiga. Tak ada apapun yang lain selain Titik yang
tunggal. Di dalamnya tiada pemahaman dan tiada pengertian untuk
orang sepertimu. (Hanya) jika kamu mengubah pakaianmu ke dalam
pakaianku kamu akan mengetahui apa yang aku ketahui, dan
menyaksikan apa yang aku saksikan, dan mendengar apa yang aku
dengar dan melihat apa yang aku lihat.”
Dan titik pun berkata, “Ya, kamu akan kembali kecewa sebab kamu
dicari oleh dirimu sendiri, dan berdasarkan anggapanmu, dirimu adalah
196
bukan diriku. Karena itu, kamu tidak menemukan di dalamnya apa yang
menjadi milikku. Jika kamu mencarinya demi aku yang adalah kamu
dalam diriku—yaitu dirimu, maka kamu akan memasuki rumah dari
pintunya, dan pada saat itu kamu tidak akan mencari apa yang
terhubung dengan titik, kecuali dalam titik itu sendiri. Namun kamu
tidak mencari titik kecuali dalam tempat yang salah. Maka temukan
makna akan hal ini jika kamu bersama kami!
PUISI
(Ba) adalah jiwa (nafs), dan ia adalah huruf yang gelap. Sebagai
tambahan, keseluruhan Basmalah tidak ada huruf yang gelap selain Ba.
Dengan huruf yang gelap aku maksud adalah Ä pTÍLDX > : 8 4 ,($åÅ. Yang
cerah adalah yang disingkat pada awal surah seperti Äl \ 0@ É Pú !H <
hd ãÅ
197
Allah menjadikan huruf Ba awal Al Quran dalam setiap surah sebab
hijab pertama antara kamu dan Wujud-Nya SWT adalah kegelapan.
Namun ketika kamu berhenti eksis dan tak satu pun tersisa selain Dia,
nama-Nya dan sifat-Nya yang berasal di dalam-Nya, itu akan menjadi
sebuah hijab atas-Nya, namun itu adalah pencerahan.
199
Alif sendiri berasal dari Ulfah, sebenarnya Ulfah lah yang berasal dari
Alif. Kamu telah melihat suara kontroversi dan ketidaksetujuan tentang
apakah kata benda verbal berasal dari kata kerja atau sebaliknya.
Karena sebab ini Alif terhubung dengan Ba, sebab Ba memiliki adab
menjaga tempatnya di bawah Alif.
Yang itu adalah yang ini dan yang ini adalah yang itu
Itulah dia! Itu adalah sebuah bagian dari apa yang sebuah bagian.
Ituah Jibril yang mulia
Dia menampakkan dan bersembunyi.
200
Nabi berkata:” Tak ada duri yang menusuk betismu tanpa aku
merasakan sakitnya”. Ini sebuah konfirmasi akan kesatuannya dengan
seluruh alam, individunya dan bagiannya, sedemikian hingga beliau
merasakan dalam dirinya kondisi masing-masing individu, dan
sebaliknya setiap individu menjumpai beliau di dalam alam.
BAB 4
201
Alif
Adapun bagi istilah penyatuan (Ulfa) berasal dari Alif, Alif menghubungkan huruf-
huruf bersama-sama. Bahkan ia menghubungkan beberapa huruf dalam
esensinya, seperti Alif ditemukan di antara Ba dan yang lainnya dalam cara yang
sama seperti Alif yang diregangkan. Dan ia menggabungkan beberapa sesuai
dengan pernyataan fonetik mereka, seperti ketika engkau mengucap Ha dan Kha,
Alif muncul pada akhir huruf tersebut, sehingga menjadi esensi mereka dalam
penulisan dan di dalam bentuknya. Dan tiada perbedaan yang ada selain
pengucapan mereka. Ia menggabungkan seluruh huruf berdasarkan bentuknya
dan esensinya bagi sebuah alasan yang dibahas di atas bahwa seluruh huruf
terhubung dan bahwa huruf Alif adalah hadir dalam ejaan setiap huruf. Dalam
cara yang sama Al Haq SWT berkata,” Jika kamu memaksa segala apa yang ada di
bumi, kamu tidak akan mampu menyatukan hati mereka, namun Allah mampu.”
PUISI
202
Huruf-huruf terlekat pada Alif, namun Alif tidak terlekat kepada segala
apapun yang berhubungan dengan huruf-huruf. Dalam cara yang sama
setiap makhluk faqir kepada Allah SWT sementara Dia Maha Kaya atas
sekalian alam. Seseorang berkata,”Kebaikan apa yang mendahului
wujud Alif hingga Alif sangat dekat dari titik dengan kedekatan yang
agung? Dan keburukan apa yang dilakukan oleh huruf yang lain
sehingga harus didahului/dilewati? Jawaban adalah: ketiadaan
sebelumnya yaitu martabat Alif dari dari wilayah hukum titik dalam
zatnya adalah kebaikan yang mendahului titik Alif.
CATATAN
Badan Alif ternyatakan entah dalam dirinya sendiri atau dalam sesuatu
yang lain, seperti Jim, Sin dan Nun, sesuai darimana jaraknya, atau
kedekatannya kepada bentuk Alif, dan sesuai dengan sifat dan posisi
huruf-huruf. Pada hal ini bergantung potongannya. Alif ditemukan
dalam seluruh huruf dan terikat kepada huruf tertentu dengan
penampakan khusus, dan ia tidak terikat kepada huruf yang lain seperti
Dal, Dzal, Ra, Za dan Waw—tidak selain kepada 5 huruf ini.
Lihatlah bagaimana Alif maujud dalam bentuk yang tertulis dari setiap
huruf. Hal yang sama dengan benda mati dan hewan ternak: ketika
mereka seluruhnya kembali kepada Rabb mereka pada Hari
Kebangkitan, maka fana akhir akan terjadi. Dia sendiri yang tetap dalam
zat-Nya. Tak ada di antara mereka yang serupa dengan-Nya, terlepas
dari manusia. Ketika juga mereka kembali kepada Rabb mereka SWT—
Dia sendiri yang tetap dalam zat-Nya.
Adapun bagi huruf yang lain mereka ada di dalam wujud persis seperti
manusia di dalam wujud, segala puji bagi Allah. Wujud yang sama itu
adalah tanda khusus mereka. Dalam kenyataannya ini membuktikan
benar bahwa manusia maujud dan kepada mereka terhubung sebuah
zat, bagaimanapun mereka berbeda dari wujud dan zat sesuatu yang
lain. Tidak seperti hewan (sebagai contoh), bahwa jika mereka memiliki
ruh mereka tetap tidak akan memiliki akal dan daya ingat yang akan
menjaga mereka dalam imajinasi mereka apapun yang mereka pikirkan.
Batasan kepada pemahaman binatang diberikan oleh fakta bahwa ia
bergantung kepada nafsu alami dan di atas segalanya ia memerlukan
nafsu hewani untuk mengingat dan sebagainya. Jika ia benar-benar
memiliki ingatan, binatang akan menjaga keseluruhannya secara akal
sedemikian hingga dapat menganalisa beberapa elemen rasional di atas
yang lainnya dan kemudian memutuskan setelah itu hal yang paling
penting dan yang terbaik bagi mereka. Sehingga kemudian binatang
akan benar-benar layak bagi derajat wujud yang sama sebagaimana
yang hanya diperuntukkan bagi manusia atau malaikat, dan bukan
demikian kasusnya. Atas alasan ini Al Haq tidak menzahirkan diri-Nya
kepada makhluk apapun dalam zat-Nya—aku maksud zat Al Haq SWT,
kecuali kepada manusia, pada pertimbangan akan integrasi akal dan
nafsu syahwat mereka.
*******
BAB 6
206
Alif telah dibebaskan dari batasan titik dan dibersihkan dari ikatan
bawahan yang dapat mengikutinya dalam cara yang sama sebagai
penggabungan beberapa huruf dengan yang selain setelah mereka,
Sehingga ia tidak memiliki hubungan dengan esensinya sendiri dengan
sesuatu yang lain. Disebabkan hal ini, dalam penulisan, Alif tidak terkait
kepada huruf apapun, ia secara efektif dan jasadiah seperti titik dalam
seluruh huruf. Telah ditegaskan pada awal dari setiap kata benda yang
diketahui di antara nama-nama Allah SWT yang menyatakan diri-Nya
sebagai Al Haq, ternyatakan dalam Al Haq,dan bahkan tiada yang lain
selain Al Haq. Dan titik adalah ukurannya melaluinya ia mengukur
dirinya sendiri. Alif termasuk dalam setiap sesuatu di dalamnya titik
juga termasuk, seolah-olah titik tiada selain selain dasarnya, diatur oleh
titik. Malahan Alif benar-benar identik dengan titik, sehingga yang satu
membagikan dualisme. Kemudian tiada wujud yang disebut Alif kecuali
dari sudut pandang titik. Bahkan Alif adalah sebuah titik campuran dan
adalah huruf yang menjadi nyata melalui titik sesuai dengan
penampakannya; sebab ia tidak memiliki penampakan lain kecuali bagi
apa yang kami sebutkan sebelumnya tentang peregangan dari seluruh
huruf dan fakta bahwa setiap kata dan huruf dibuat darinya. Apa yang
keluar dalam Alif kemudian adalah penggandaan tubuh dan kesatuan
ruh.
*******
BAB 7
208
Angka dari Alif adalah satu, namun satu bukanlah angka seperti yang
lainnya. Sebab istilah angka mengacu kepada barisan berurutan dari
angka satu pada dua martabat dan sesudahnya dan fungsinya untuk
memberikan makna kepada penamaan sesuatu yang dihitung: pada
derajat variasi dalam makna dan kuantitas. Namun angka satu dalam
dirinya sendiri tidaklah mewujudkan berbagai variasi sebab ia tidak
memiliki persamaan. Ia tidak masuk kategori angka-angka dari sudut
pandang ini. Bagaimanapun ia termasuk ke dalam kategori ini sejauh
seseorang menyadari kurangnya variasi dalam dirinya sendiri. Namun ia
adalah angka yang tidak seperti angka lainnya. Demikian juga pikiran
rasional akan berkata bahwa Allah adalah seseorang yang tidak seperti
sesuatu yang lain.
Huruf Jim adalah bukti yang terbentuk dalam angka tiga sebab ia
datang melalui panjang. Lebar dan kedalaman—atau jika kamu ingin
kamu dapat katakan kedalaman dan tinggi, sebab keduanya benar-
benar sama, dan berubah melalui perubahan sudut pandang: jika kamu
mulai dari dasar kamu akan menyebutnya tinggi, sementara jika turun
dari atas ke bawah kamu akan menyebutnya dalam.
Pendapat ini bukanlah tentang angka-angka, malahan ia adalah rahasia
yang mulia. Aku lah yang pertama menyingkapkannya. Aku telah
nyatakan bahwa ia disingkapkan kepada kami dan kami pun dapat
mengatakan bahwa kami sedang membicarakan sekarang tentang sisa
seluruh jumlah huruf-huruf dan rahasianya. Setiap huruf berdasarkan
209
letaknya, kepada angka apa yang telah ditetapkan di dalamnya,
rahasianya dan rahasia setiap angka dalam dirinya sendiri, dan semua
ini dinyatakan dalam bahasa hakekat, Insya Allah Ta’ala.
Ba adalah Arasy dan titik adalah jiwa yang berbicara yang disebut
setelah penghadapan “hati’ yang meliputi Allah. Titik adalah kegaiban
kediaan (Huwwiyah), yang disebut kazanah tersembunyi yang tetap
sebagai kazanah dalam ketersembunyiannya selamanya. Ba
menentukan standar angka-angka sebab titik adalah angka awal dan
tiada angka tanpa ada Ba di dalamnya. Dalam cara yang sama.Dalam
cara yang sama nama-nama Ilahi terkait dengan rahmat Allah—
menetapkan standar bagi nama diri Allah yang lain yang disebut 7 nama
atau (tujuh yang utama). Dalam faktanya, hal yang sama diterapkan
kepada setiap nama Ilahi. Sebagaimana Al Haq Ta’ala berkata:”
Katakan: serulah Allah atau serulah Ar Rahman, yang mana saja engkau
seru sama saja bagi-Nya kepemilikan nama-nama yang indah”. Dan dari
nama-nama tersebut yang tidak disebutkan di sisi kami sebagaimana
Beliau SAW katakan,”kegaiban-Mu”.
BAB 8
210
Makna ganda dari Ba adalah dalam manifestasi Al Haq kepada diri-Nya
sendiri, dalam jenjang zat- Nya yang merupakan pandangan yang
kedua. Karena Al HAq SWT memberikan dua sudut pandang akan diri-
Nya sendiri: sudut pandang Ahadiyah Zat dimana Allah tidak
memandang kepada apa yang dinamakan makhluk,karena dalam sudut
pandang ini tiada ciptaan; sudut pandang zat, dimana Allah melihat
kepada derajat yang disebut ciptaan, sebuah derajat yang merupakan
sebuah jenjang dari zat-Nya, dan jenjang ini disebut sifat.
BAB 9
212
Bab tentang pemanjangan huruf Ba
******
BAB 10
214
KOMENTAR
Dalam Basmalah Ba dan Siin saling terlekat satu sama lain disebabkan
rahasia mulia: bahwa tempat Sin di antara huruf-huruf berada pada
posisi ke-6, yang mencakup 6 martabat Wahidiyah. Ini adalah tempat-
tempat dimana Ba nampak, diciptakan dan mengacu secara terhubung
kepada Arasy. Dan dalam setiap bagian Ba nampak, ia adalah wajah
Alah dalam kesempurnaannya. Demikian juga Wahid maujud dalam
setiap martabat dari martabat 6 Siin ini dengan kesempurnaannya.
Kamu mesti tahu bahwa Siin adalah sebuah pernyataan akan rahasia
Allah dan dia adalah Insan (manusia).
215
Atas alasan ini Al Hakiim (yang penuh himah) dikaitkan kepadanya,
sebab pembacaan pada level ini milik sebuah perintah hikmah
Uluhiyah. Tiada cara ia mencapai titik akhir atau sampai ke puncak atau
bahkan kesasar. Maka perintah, Allah dan hikmah menyusun esensi
(‘ayn) zat yaitu dirimu. Satu-satunya yang nampak kepada
penyaksianmu yang termanifestasikan adalah apa yang kegaibanmu
bacakan dari (dalam) dirimu. Adapun bagi apa yang kegaibanmu belum
bacakan dari (dalam) dirimu, itu dimaksudkan demi kegaiban dirimu,
bukan dimaksudkan bagi syahadahmu. Dalam faktanya, dalam esensi
fungsi syahadahmu adalah fungsi kegaiban dirimu.
Jika apa yang telah kami katakan nampak berlawanan dengan apa yang
kami katakan sebelumnya, ini dikarenakan keadaan terbagi dari kondisi
individu kami, yang mencegah kami dari merengkuh hakekat
sebagaimana adanya dalam dirinya sendiri: Zat yang tak terbagi. Karena
itu, nama Allah cocok bagi Zat. Dan jika ia tidak cocok, (dan memang
demikian) adalah sepanjang Zat bukanlah sebuah objek.
Dengan makna yang sama adalah kata-kataku dari puisi yang sangat
panjang dimana tiada tempat disini:
Makna dari “Ya-Siin. Demi Quran yang penuh hikmah” adalah Zat Ilahi
yang tak dapat dimengerti dan sumber (“ayn) Al Quran sebagaimana
dia dibaca demi kepentingan Allah, yang dibentangkan oleh hikmah dari
Kesatuan Zat.” Sesungguhnya engkau satu dari Rasulullah”: dari hadrat
ketinggian, suci dan esa, kepada tempat penyaksian tasybih manusia .”
Di atas jalan yang lurus” kepada perbuatan dari Al Ahad Yang kekal
Yang Berdiri atas diri-Nya sendiri dan dengan seluruh alam. ‘Diturunkan
dari Al Aziiz Ar Rahiim”: pewahyuan dari dari Yang Maha Mulia yang
tidak dapat diakses kecuali dalam bingkai Muhammadan.
217
“Yang Maha Penyayang/Ar Rahiim”: sebab ketika Dia menunjukkan
rahmat kepada alam yang Dia kehendaki yang Dia mesti bersifat keras,
Al Aziiz, dan turun menuju golongan mereka (manusia). “Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari diri kalian sendiri” untuk
mengarahkan mereka kepada diri-Nya sendiri, sebagai perhatian-Nya
bagi mereka dan sebagai kemurahan hati-Nya dari perbendaharaan
kemurahan hati-Nya bagi mereka.
BAB 11
218
Kamu mesti tahu karena Alif menunjukkan kegaiban Ahadiyah dan Siin
adalah rahasianya yang terlihat, Miim adalah pernyataan akan apa yang
maujud, yang merupakan hakekat universal kepada kegaiban dan
syahadah.
Kamu mesti tahu bahwa Miim adalah ruh Muhammad sebab tempat
dimana khazanah tersembunyi adalah alam, dan Jabir menyebutkan
dalam hadits bahwa makhluk pertama yang Allah ciptakan adalah
Ruh/nur Muhammad SAW. Dia ciptakan seluruh alam dari nur tersebut
dalam peritah dalam hadits. Titik putih di dalam lubang kepala Miim
adalah esensi Muhammad—khazanah tersembunyi, hakekat universal
dari zat yang Agung dan Quran yang penuh Hikmah dalam cara yang
kami jelaskan. Mengacu kepada makna dari Nabi aku telah susun puisi:
(“Wajah Ciptaan”)
219
Rasulullah, Wahai tempat tajalli Uluhiyah
Wahai yang zatnya adalah zat yang murni
Engkau zahirkan dirimu sendiri dalam setiap cara kebaikan.
Melalui intuisi engkau tutupi dirimu sendiri dari mata.
Melalui sifat,” tujuh yang berulang dan Quran zat yang mulia.
Engkau khususkan pemberian dengannya; kamu berhak untuk itu;
Hakekatmu serupa dengan kesucian Allah.
Kamu menghuni rumah Hindun meskipun mereka ditinggikan
Dan dimuliakan dan mereka memaki pakaian penyingkapan
Sifat Ilahi satu-satunya kebahagiaan yang menyembuhkan
Dan melalui mereka kamu telah melihat di sisi Rububiyah
Sebab kamu ada dalam prinsip sebelum seluruhnya
Dan eksistensimu adalah hakekat yang terpahami dari wujud
Ada alasan mengapa aku bacakan puisi di atas. Yakni pada suatu malam
di tahun 799H kami berkumpul di Masjid Syaikh kami, tuan kami dan
guru dunia,pemilik otoritas terbesar, ‘belerang merah’ Syarifuddin
Isma’il bin Ibrahim Al-Jibratil, untuk mendengarkan seorang yang buta.
Ini berada pada pemakaman mesjid, pada kehadiran Syeikh saudara
kami seorang ahli fiqih Ahmad Al-Habbani. Dia membaca firman Allah
Ta’ala:” Kami telah berikan kepadamu 7 ayat yang berulang dan Quran
yang agung.”
220
SAW. Kepada hal inilah mengacu hadits,” Ahlul Quran adalah Ahlullah,
adalah kekhususannya.” Renungkanlah!
Dia adalah huwwiyah dari kesatuan dan dari seluruh nabi dan rasul dan
pewarisnya yang membaca sifat Muhammad di dalam Allah. Inilah
makna beliau menjadi syafaat antara alam dan Allah, dan kepadanya
lah mengacu akan hadits,” Aku dari Allah dan kaum Mukmin berasal
dariku.” Semoga engkau paham!!!
******
BAB 12
221
Ketahuilah bahwa bilangan huruf miim adalah 40. Makna hubungan
eratnya adalah bahwa nilai ini mengacu kepada derajat wujud setelah
tiada yang maujud kcuali apa yang sebelum mereka. [Derajat pertama]
adalah wujud saja (Zat). *Derajat kedua+ adalah Kabut (‘Ama) sebuah
ibarat atas Kunhi Zat yang disebut ma’rifat. *Derajat ketiga+ Ahadiyah
sebuah ibarat Rahmat Zatiyah yang disebut khazanah
tersembunyi.[Derajat keempat] Wahidiyah ia adalah penurunan
pertama zat kepada asma dan sifat.[Derajat kelima] Uluhiyah sebuah
martabat yang meliputi seluruh wujud dari yang tertinggi hingga yang
terendah.[Derajat keenam] adalah Rahmaniyah yaitu martabat yang
digambarkan/terhubung martabat tertinggi dari wujud.[ Derajat
Ketujuh] Rububiyah, martabat yang memerlukan wujud
marbub:disinilah dari datangnya makhluk.
Maka angka ini adalah asal dari seluruh apapun dan dengannya adonan
tanah Adam disempurnakan, yang merupakan awal alam insan datang
ke dalam wujud. Dalam nur derajat keempat wujud ia memancar
keluar sehingga alam semesta dalam kesempurnaannya memiliki
dalam dirinya sendiri hanya memiliki 4 kualitas: tetap atau
tersebar/terjamakkan dan lembut atau tebal, dan tak ada yang lain lagi.
Dan bersama-sama mereka adalah esensi Mim Muhammadan
tentangnya kita katakan bahwa ia adalah kesatuan wujud yang qadim
dan sementara. Banyak yang dapat dibicarakan tentang angka ini
tentang percabangannya secara fisik, etnik, komposisi, klasifikasi dan
semisalnya. Ini akan cukup memadai bagi seseorang yang memiliki
basirah dalam hatinya. Nama dari sebuah objek dalah gambarannya
yang terwakili dan yang membuat objek itu dapat dimengerti. Melalui
namanya, objek dibedakan dari objek yang lain, persis seperti sesuatu
yang memiliki corak warna yang dibedakan dari apa yang tidak memiliki
warna.
*******
BAB 13
223
Asal dari nama Allah adalah Al-Ilah. Namun Alif yang di tengah
dihilangkan dan Lam digabungkan dengan yang mengikutinya. Maka
katanya berubah menjadi Allah. Bagaimanapun pada asalnya ia
memiliki 7 huruf: 6 yang dapat dihitung dan yang ketuju Waw yang
dianggap ,engikuti Ha seperti yang dapat dilihat: pãrd ãd ã
Mereka adalah esensi dari 7 sifat yang mewakili makna Uluhiyah.
Sehingga Alif yang pertama adalah esensi dari nama Hayyun. Tidakkah
engkau lihat serapan kehidupan Allah dalam segala maujud? Dan kami
benar-benar telah menjelaskannya kepadamu serapan Alif ke dalam
seluruh huruf.
Huruf ketiga yaitu Alif yang kedua. Ia mewakili qudrah dalam setiap
maujudat; bahkan dalam seluruh maujudat dibawah kekuatan qudrah.
Huruf kelima adalah Alif yang ketiga, mewakili pendengaran dari Dia
yang Mendengar:” tak ada satu pun yang tidak memuji-Nya.”
Ketahuilah bahwa kata Allah kata benda yang jika engkau paham itu
akan memberikanmu sebuah nama yang meliputi seluruh derajat
Uluhiyah. Kamu dapat melihat bahwa wajah ini adalah lebih daripada
yang engkau pahami dan tentang perbedaan zat dari milikmu. Malahan
apa yang diinginkan disini adalah zatmu. Karena itu tiada pencipta
selain Allah. Karena itu tiada apapun selian kamu? Bahkan, tiada
apapun selain Allah.
Ketahuilah bahwa ketika kami berkata ‘Al Haq, Khalqi (Ciptaan), Rabb
dan Hamba’ semuanya adalah jenjang kepemilikan satu zat. Makna dari
keseluruhan ini tidaklah cukup, dan jika kamu berhenti di sana (pada
derajat makna ini) dengan esensi hakekat ini, ini adalah fakta kamu
menyia-nyiakan waktu. Kecuali jika engkau termasuk dia yang mencium
harumnya ketika dia masih berada di dalam kelenjar binatang. Karena
itu dari keseluruhan hal ini adalah seolah-olah kamu telah memakan
daging dengan tangan orang lain dan telah menilai dirimu sesuai
dengan kondisimu dan apa yang layak bagi keadaan spiritualmu.
Apapun yang kamu temukan dalam hal ini adalah Esensi (‘Ayn)
kebenaran dan apapun yang diberikan oleh Allah kepadamu sebagai
sebuah bentuk kontak adalah esensi dari penyimpangan dari kebenaran
dan adalah sebuah bid’ah.
227
Apa yang sedang kami katakan hanya dihargai oleh Arab Persia yang
bahasanya berbeda dengan bangsa Arab dan yang tempat asalnya
berbeda dari mereka. [Atau oleh seorang] yang memberikan uang yang
tidak berkurang. [Atau oleh seorang] yang mengarahkan
kemampuannya seolah-olah melempar lembing menuju sebuah
target—mewakilkan tujuannya—dengan tujuan khusus dan dengan
tangan kanan yang kuat dan lurus, sedemikian hingga dia tidak akan
meleset, tidak juga mematahkan lembingnya, dan tujuan
pandangannya tidak menyimpang. Uluhiyah Allah melampaui
keterpudaran dan kesatuan-Nya tidak dapat dibagi.
*******
BAB 14
228
Ketahuilah bahwa nama Allah (Jalalahu) terdiri 6 huruf dan mereka
adalah [r|hXd ã]. Sebab Alif tersusun atas tiga bagian, dan mereka
adalah [Xd ã]. Huruf pertama Lam tersusun dari tiga bagian [h ãd ] Alif
yang kedua sama dengan yang pertama—yang pertama dan Lam
kedua. Huruf Ha’ tersusun atas 2 bagian. Maka seluruh kata tersusun
akan 14 huruf. Dari huruf yang bercahaya ini yang sam telah
dihilangkan sehiungga tersisa [r|hXd ã]. Alif memiliki 3 alam: alam gaib
yang tidak dapat dilihat atau dimengerti sama sekali; alam barzakh yang
dapat dan tidak dapat disaksikan dan dilihat, dan alam nyata. Inilah tiga
alam dan sejauh apa yang nyata dan ada terhubungkan, tiada apapun
selain 3 alam ini.
Tidakkah engkau lihat pada awal kata Allah ada Alif, yang dimulai
dengan Hamzah (diucapkan) dari dalam dada yang tidak pernah dapat
dilihat? Dan di tengah Alif terdapat Lam (diucapkan) dari langit-langit
dan mulut, tersembunyi namun dapat dilihat dan dipahami. Dan pada
akhirnya terdapat Fa, yang benar-benar total terlihat. Sehingga terbukti
bahwa Alif bermula dari yang paling gaib hingga terlihat. Lam milik alam
gaib dan turun ke dunia paling gaib sebab ia memiliki Alif, namun
menjadi nyata pada akhirnya dalam alam syahadah disebabkan
konsonan Fa yang seperti Miim pada awal dan tersembunyi di akhirnya.
Miim memiliki awal yang nyata, tengah yang gaib dan akhir yang nyata.
Huruf Ya berawal dari alam nyata dan berakhir dalam alam yang paling
gaib. Ia tidak memiliki jalan keluar dari tempatya dan tiada memiliki
cakrawala di belakangnya. Maka pandanglah Allah Al Jami’ ketika Dia
keluar dari yang paling tersembunyi kepada yang tersembuni dan
kemudian menyata ke alam syahadah seperti Alif lakukan; dan ketika
Dia keluar dari dari yang tersembunyi yang dapat dilihat ke alam
syahadah seperti Lam lakukan; dan ketika Dia gaib dari alam syahadah
ke alam gaib namun terlihat dan kembali ke tempat-Nya dalam alam
syahadah seperti Miim lakukan; dan ketika Dia turun dari alam gaib
kepada alam yang paling gaib seperti Ya lakukan meskipun masih dalam
229
alam gaib seperti Ha’. Keseluruhan ini adalah esensi zat Allah dan
hakekat Uluhiyah sesuai dengan kecermatan Jenjang Uluhiyah.
Ketahuilah bahwa alam yang kita acu sebagai gaib dari yang gaib ia
adalah kesempurnaan detil akan zat Uluhiyah dan untuk memahaminya
secara menyeluruh tidaklah mungkin sama sekali. Dan alam yang kita
acu sebagai gaib adalah alam Lahut gaib dengannya Ar Rahman layak
diseru dengan Asmaul Husna. Dan Alam musyahadah adalah alam
Mulk—dan dengan Mulk yang aku maksud termasuk di dalamnya Arasy
dari ruh, jasad dan makna.
Kamu mesti tahu dan paham bagaimana rahasia seluruh ini adalah
tentang nama-nama Allah dan bagaimana Dia menyatakan diri-Nya
sendiri sesuai dengan nama-Nya. Kamu mesti tahu bahwa Zat Mutlak
diliputi atas Allah namun Allah lebih besar dari zat diluar diri-Nya.
Sebab banyak wajah zat bukanlah Allah dan tidak memiliki Uluhiyah.
Namun setiap wajah Allah adalah Zat yang Sempurna. Ini
memberikanmu supaya paham agar tidak memisah antara Allah dan
Zat. Jangan pernah bayangkan bahwa aku membilang mereka, atau
memisah mereka mencegah mereka, membandingkan mereka, atau
membuat mereka berjisim. Aku tidak bersalah adalah kesan yang salah
ini; ia melainkan pemahaman dirimulah yang tidak menjangkau apa
yang aku katakan.Dan aku berlindung kepada Allah jika kamu
memahami namun kamu tidak memiliki penerimaan dan ilmu Uluhiyah.
Kami berlindung kepada Allah dari hal demikian dan kami memhon
pertolongan-Nya untuk membimbing kami dijalan-Nya Dia berjalan.
*******
230
BAB 15
231
Arasy adalah makrokosmos dan di sanalah Ar Rahman bersemayam.
Sementara manusia adalah mikrokosmos di sanalah Allah bertempat.
Sebab Dia menciptakan Adam dalam bentuk-Nya. Dan lihatlah kepada
dunia manusia kecil yang indah ini, bagimana ia lebih besar dan lebih
mulia dari makrokosmos. Dan renungkan bagaimana yang besar adalah
kecil dan yang kecil adalah besar, meskipun masing-masing memiliki
tempat dan statusnya sendiri. Jika kamu tahu makna dari rahasia ini
ucapan-Nya,” hati hamba-Ku yang beriman meliputi-Ku.” Juga
perkataan nabi,” Ada waktu bagiku bersama Allah ketika tiada malaikat
muqarrabin maunpun nabi yang diutus bersamaku”, maka jelas tak ada
siapapun pada saat ini meliputi beliau kecuali Allah. Berapa banyak
nabi, malaikat muqarrabin dan kaum arif yang meliputi Arasy—yang
merupakan makrokosmos—namun tidak menyadarinya atau peduli
tentang nya? Karena keagungan dari kelembutan insaniyah,
kemuliaannya dan superioritasnya atas makrokosmos telah menyata. Ia
nampak bahwa makrokosmos seperti setetes air di lautan, namun
lautan—meskipun luas—di temukan dalam setetes air dan terbuat dari
tetesan air tersebut. Sebuah titik pada setiap bagian di keliling lingkaran
memiliki bagian khususnya akan keseluruhan lingkaran dan ia
berkontribusi kepada pembentukan lingkaran. Demikian juga, ia tidak
dapat dihitung dan karenanya tidak dapat dibagi.
Sehingga titik adalah nama ‘Allah’ dan lautan adalah ‘Ar Rahman’. Allah
Ta’ala berkata,’ Katakan! Serulah Allah atau serulah Ar Rahman: dengan
nama mana saja engkau menyeru bagi-Nya lah asmaul Husna.
Kami telah jelaskan kepadamu bahwa titik dengan setiap bagian dari
keliling lingkaran memiliki hubungan dan kontribusi. Dan tiada
keraguan bahwa hubungan dan kontribusi ini juga kepada lingkaran
secara keseluruhan. Sehingga setiap titik ketika kita mengacu
kepadanya akan hubungan dan kontribusi,maka ia bermanfaat.
Sebagaimana dengan Asmaul Husna jika dengannya engkau menyeru
atau menggambarkan nama Allah, maka mereka memang mengacu
232
kepada-Nya. Adapun bagi nama Ar Rahman ia mengacu kepada satu
dari wajah Allah Ta’ala dimana Dia Nampak dalam sebuah cara yang
layak dengan Martabat Wahdaniyah.Adapun bagi keliling lingkaran ia
memiliki esensi (‘Ayn) titik sebab titik Nampak dalam setiap bagiannya.
Karena itu keliling lingkaran terbuat tiada lain dari titik.
Kamu mesti tahu bahwa Nama Ar Rahman adalah kata benda verbal
dan kapanpun kualitas ini hadir dalam sebuah kata sifat ini disebabkan
kelaziman/meratanya karakter ini dalam objek yang dilukiskan.Ini
mengacu kepada kekuatan sifatnya yang mencolok dalam objek yang
dilukiskan, Karena itulah nama-Nya Ar Rahman adalah sebuah kata
benda yang hadir di dunia dan akhirat. Ini berbeda dengan nama-Nya
Ar Rahiim sebagai rahmat di akhirat lebih menonjol daripada di dunia
ini. Sebagaimana dalam hadits,” Allah menciptakan Rahmat dan
menjadikannya ke dalam 100 bagian. Dia menahan-Nya 99 bagian – di
akhirat tidak akan dizahirkan hingga Hari Kebangkitan—dan mengirim
yang 1 bagian kepada seluruh makhluknya—di dunia ini yang mealui
rahmat ini saling bercakap-cakap dan bertukar rahmat.” Rahasia nama-
Nya Ar Rahiim adalah akhir dari dunia ini dimana Allah Ta’ala dan
pengembalian ciptaan kepada Al Haq; sebab sesungguhnya selruuhnya
berakhir di dalam Allah. Tidakkah segalanya menuju Allah? Bagi
siapakah kerajaan hari ini? Bagi Allah Al Wahid Al Qahhar.
PUISI
233
Dan kami lempar jauh kejahatan dan perbedaan:semoga kejahatan
binasa,
Semoga kesatuan kembali ke lingkungan kita seperti
Kita sebelumnya, buah-buahan penyatuan kembali terpupuk
Mempelai lelaki menyanyi untuk kita dan berkata:
Semoga Allah tidak kembali ke rumah yang meninggalkan kita.
Kekasih kita akan dibebaskan sebab apa yang terjadi tiada lain adalah
mimpi
Seperti kata-kata tak berarti
Tiada peninggalan dipanjangkan;dan tiada satu pun pencelaan
Dan seorang yang merindu belum lah terjaga di malam hari
sebagaimana dia rindukan
Dan apa yang kamu ucapkan belumlah terjadi, dan apa yang telah
terjadi belum lah terjadi,
Dan kamu tidaklah meninggalkan kami. Dan kami tidaklah
meninggalkanmu.
234
235
236