Anick HT
Diterbitkan oleh:
Diterbitkan Oleh
Pengantar Penulis:
JENDELA
Anick HT...............................................................................1
-000-
-000-
-000-
-000-
Di samping tujuh buku itu, ada 13 buku lain yang juga memiliki
kisah sendiri. Buku saya yang lain, misalnya, Democatization
-000-
Oktober 2020
CATATAN
1. Dari sisi DNA, homo sapiens dengan hewan Bonobo dan Sim-
panse memiliki kesamaan hingga 99 persen: https://www.
sciencemag.org/news/2012/06/bonobos-join-chimps-clos-
est-human-relatives
2. Buku Yuval Noal Harari menjelaskan mengapa Homo Sapi-
ens unggul menjadi penguasa bumi karena kemampuannya
membuat narasi: Payne, Tom (26 September 2014). “Sapi-
ens: a Brief History of Humankind by Yuval Noah Harari, re-
view: ‘urgent questions’”. The Telegraph. Retrieved 29 Oc-
tober 2014.
Bagian 1
Demokrasi
Agama dan Kebahagiaan
Ringkasan 24 Buku Denny JA 25
Ringkasan Buku Denny JA: Spirituality of Happiness
PANDUAN HIDUP BERMAKNA DAN BAHAGIA
DI ERA NEUROSAINS
SATU
Apakah inti dari spiritualitas? Sebuah sikap hidup, sebuah
panduan, yang memberi kita makna, yang membantu kita
lebih mudah melewati pasang surut kehidupan, menuntun kita
melakukan kebajikan. Ujungnya, renungan itu membuat hidup
kita terasa dalam dan berarti.
Di abad pertengahan, kita hanya mengenal beberapa agama
yang mendunia. Kini keyakinan berkembang menjadi 4.300
agama. Kelompok bahasa juga semakin banyak, berjumlah
6.500 komunitas.
Kini peradaban sudah sampai di titik kematangannya. Teknologi
DUA
Sejarah homo sapiens, sejauh yang bisa dilacak oleh
ilmu pengetahuan adalah sejarah makhluk yang berdoa.
Kegiatan berdoanya sama. Tapi bentuk ritualnya berbeda
dan berkembang. Yang disembah juga berevolusi bersama
berevolusinya kesadaran homo sapiens.
Dalam 200 ribu tahun evolusi kesadaran homo sapiens, kita
dapat membaginya dalam tiga gelombang spiritualitas .
TIGA
Datanglah neuroscience, ilmu baru soal sistem syaraf manusia,
menjelaskan soal fenomena perilaku, keyakinan, kecenderungan
manusia, dalam hubungannya dengan aktivitas otak. Realitas
sosial, termasuk agama, dan juga berdoa dihubungkan dengan
realitas sistem syaraf manusia.
Pengetahuan dan spekulasi tentang otak manusia, tentu sudah
tumbuh ribuan tahun lalu, sebelum masehi. Tapi dijadikannya
realitas mekanisme syaraf manusia untuk menjelaskan realitas
sosial, ini termasuk hal baru.
Neuroscience sebagai ilmu pun berkembang sangat pesat. Ia
meramu dan menyatukan disiplin biologi, medicine, physiologi,
psikologi dan modeling matematika.
Dalam pohon Neuroscience itu berkembang pula Neurotheology.
Ini objek ilmu di dalam neuroscience yang khusus mengamati
fenomena pengalaman agama. Misalnya suasana batin:
Oneness with universe, trance, ekstase, pengalaman mati suri
(near death experience), rasa haru yang puncak.
Neurosains tak bisa membuktikan Tuhan itu ada atau tidak.
Tapi neurosains mengkonfirmasi bahwa kontemplasi, berdoa,
sembahyang, berzikir, meditasi, sejauh yang dibayangkan itu
adalah Benovalent God, the Higher Self yang maha kasih, doa
itu memberi efek yang mendasar membentuk personality yang
teduh.
Neurosains juga menjelaskan: siapapun homo sapiens itu,
EMPAT
Spiritualitas baru yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, baru
dirintis sejak 70 tahun lalu, sejak dikembangkannya positive
psychology. Berarti baru 0,4 persen dari sejarah homo sapiens,
kita menjadikan riset ilmu pengetahuan sebagai selektor
panduan hidup bermakna dan bahagia.
Buku ini meringkas panduan spiritualitas baru itu dalam lima
prinsip, dengan fomula 3P+2S. Semua homo sapiens, apapun
identitas sosialnya, walau ia terpilah dalam 4.300 agama, 195
negara, dan 6.500 kelompok bahasa, mereka semua dapat
hidup bermakna dan bahagia, sejauh menerapkan mindset dan
habit 3P+2S.
Prinsip pertama adalah Personal relationship. Yaitu memiliki
hubungan personal yang akrab dengan orang lain, saling
mengasihi, saling menumbuhkan. Mungkin itu kekasih,
keluarga, komunitas. Jumlah tak penting. Yang penting kualitas
hubungan. Yang membuat hidup seseorang bahagia adalah
hadirnya intimacy. Tumbuhnya kehangatan hubungan pribadi.
Hadirnya kasih sayang, cinta, perhatian dalam hubungan sosial.
Prinsip kedua: Positivity. Bukalah mata lain. Lihat sisi positif
aneka peristiwa. Derita dan musibah dapat dilihat dengan
hikmah. Bahwa derita itu membawa pesan Tuhan untuk
pertumbuhan bagi yang mengalami.
Prinsip ketiga: Passion. Terlibat sepenuh hati. Apapun yang
memang penting untuk dilakukan sentuhlah dengan cinta.
LIMA
Spiritual Blue Diamonds atau tiga berlian biru merujuk kepada
tiga nilai terpenting yang muncul dari banyak agama besar dan
Stoic Philosophy. Nilai spritualitas itu tidak di mana-mana. Ia
berada di dalam diri kita sendiri.
Pertama adalah prinsip The Golden Rule. Prinsip kebajikan.
Prinsip utama moralitas. Lakukan pada orang lain serbagaimana
yang kau harap orang lain lakukan padamu. Atau, jangan lakukan
pada orang lain apapun yang kau tak ingin orang lain lakukan
padamu.
REFLEKSI
Dalam buku ini, Denny JA mengaku sebagai pelancong
spiritual. Ia mempelajari dan menjelajahi agama-agama besar:
Islam, Kristen, Hindu, Budha, ditambah dengan Theosophy,
Krishnamurti, Perennial Philosophy, Swami Vivekananda, Osho,
SATU
Obama membuat kemenangan yang historik. Dalam sejarah
presiden Amerika Serikat, umumnya presiden berasal dari WMP
(White, Male, Protestant).
Hanya dua presiden Amerika Serikat yang tidak WMP (White,
Male, Protestant), Yaitu John F. Kennedy yang Katolik, dan
Obama yang kulit hitam.
Kemenangan Obama adalah kemenangan marketing politik.
Tapi apa itu marketing politik? Apa saja cakupannya?
Pada dasarnya marketing politik tak hanya adopsi tapi juga
modifikasi dari pemasaran produk komersial secara umum.
Adopsi ini meliput teknik (seperti riset pasar) dan konsep-
konsep kunci di bidang pemasaran (seperti segmentasi pasar,
positioning, branding dan seterusnya).
DUA
Adalah Dick Morris, konsultan politik yang berjasa memenangkan
Bill Clinton pada tahun 1996. Di masa ketika kecenderungan
mayoritas masyarakat lebih konservatif, ia memoles Clinton yang
berasal dari Partai Demokrat untuk menjadi lebih konservatif,
mengikuti arus Republikan.
Jika seluruh program Clinton disamakan dengan kandidat
TIGA
Secara tahapan, marketing politik bisa dianggap seperti
marketing produk komersial. Namun ada pandangan lain yang
lebih jauh, yang menganggap marketing politik sebagai bidang
yang multidisiplin.
Tak hanya melibatkan ilmu politik, psikologi, pemasaran
manajemen, marketing politik juga melibatkan ilmu komunikasi,
dan teknologi tinggi.
Pandangan ini melihat marketing politik bukan bagian dari
ilmu marketing pada umumnya. Model marketing politik bukan
fotokopi model marketing produk komersial.
Dan ilmu marketing politik lalu berkembang dan berevolusi.
Dimasukkanlah variabel politik sepert sistem pemilihan,
struktur partai, dan sebagainya, seperti apa yang dilakukan oleh
Newman.
Dalam sudut pandang model Newman ini, ada empat area
marketing politik yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
P3: Polling,
P4: Profiling,
P5: Positioning,
P6: Product,
Dari 10 P itu, dua hal yang sangat ditekankan adalah P1: Pro-
Innovation: pentingnya selalu membuat inovasi dan terobosan
dalam marketing politik. Dan P 10: Puncak dari marketing politik
adalah membangun political legacy.
Marketing politik yang berhasil bukan saja yang berhasil
membantu kandidat terpilih atau yang membuat partai menang
pemilu, namun juga harus menyumbangkan satu inovasi. Satu
pembaruan. Satu hal yang segar.
Pemimpin yang berhasil juga bukanlah pemimpin yang sekadar
terpilih, namun juga yang membuat policy achievement.
Yaitu pemimpin yang meletakkan kebijakan untuk mengubah
masyarakat menjadi lebih baik.
LIMA
60 tahun yang lalu, Daniel Bell menyatakan bahwa ideologi
sudah mati: ‘The End of Ideology’. Meski ia tidak menyatakan
ideologi benar-benar akan musnah dari muka bumi, tapi zaman
memang sudah berubah.
Masyarakat semakin berorientasi pada problem solving. Ini
bukan lagi era pembangunan disekat-sekat dengan perspektif
ideologi yang kaku. Ini era segala hal dituntaskan kasus per
kasus, dengan modifikasi praktis yang tak lagi dituntun oleh
grand design ideologi.
Pertarungan politik, terutama di Dunia Barat, diandaikan hanya
terjadi seperti persaingan Coca Cola versus Pepsi Cola. Semua
politisi yang bertarung percaya pada demokrasi, meyakini prinsip
hak asasi manusia, dan sama-sama menyetujui kapitalisme.
Tak ada pertarungan grand design ideologi lagi yang membelah.
REFLEKSI
Membaca buku ini, kita akan merasakan cita rasa khas
Denny JA: membedah isu-isu yang sangat rumit njelimet, ke
dalam pembahasaan yang ringan, mudah dicerna. Substansi
pengetahuan yang sangat kaya dengan mudah kita tangkap.
Ilmu marketing politik yang teoretis selalu dipadukan contoh-
contoh konkret yang gamblang, plus data dan detail kasus yang
solid juga menjadi ciri khasnya yang lain.
Ditambah pula, ia adalah konsultan politik yang mencatatkan
banyak sejarah gemilang dalam bidang ini.
Sebagian orang menganggapnya sebagai “The Founding Father”
konsultan politik Indonesia.
SATU
Sejak 2006, Economist Intelligence Unit membuat ranking
negara berdasarkan kualitas demokrasi dan kebebasan yang
mengukur 167 negara di dunia. Dirilislah apa yang disebut
sebagai Democracy Index yang mengukur kualitas demokrasi
menggunakan 60 indikator. Lembaga ini pun membuat
empat klaster kualitas demokrasi. Yang paling berkualitas, ia
sebut dengan Demokrasi Yang Matang (Full Democracy), lalu
Demokrasi Setengah Matang (Flawed Democracy), lalu yang
disebut Sistem Campuran (Hybrid Regimes). Klaster yang paling
rendah adalah Rezim Otoriter (Authoritarian Regimes).
Di manakah posisi 50 negara muslim? Dari 60 negara mayoritas
muslim, 50 negara yang ada datanya, menunjukkan hanya 3
negara yang masuk kategori Flawed Democracy, 17 negara
DUA
Lalu kapankah dunia akan menyaksikan gelombang besar 50
negara muslim untuk berhijrah—atau bahkan berhijrah massal-
-menuju demokrasi dan kebebasan? Mungkinkah itu terjadi?
Hijrah massal lebih dari dua puluh negara bukan hal yang asing.
Dua puluh tahun lalu, dunia pernah menyaksikan hijrah massal
TIGA
Apakah Indonesia layak menjadi model bagi dunia muslim
untuk menuju jalan demokrasi?
Transisi demokrasi di Indonesia menuju demokrasi dapat
dikatakan stabil, aman dan mencerahkan. Setidaknya ada
empat alasan mengapa Indonesia dapat menjadi rujukan kuat
bagi suksesnya Dunia Muslim bertransisi.
Pertama, sejak reformasi tahun 1998, sudah berlangsung
pemilu yang relatif aman berkali-kali. Pertama kali pemilu yang
benar-benar bebas era reformasi di tahun 1999, lalu berlanjut
setiap lima tahun: 2004, 2009, 2014 hingga 2019. Dalam semua
pemilu, relatif situasi politik terkendali. Tak pernah ada kasus
pemenang pemilu ingin menghentikan pemilu berikutnya.
Kedua, di Indonesia, perubahan kekuasaan terbukti bisa
berlangsung dengan damai. Pemilu adalah temuan peradaban
modern di mana rakyat yangmenentukan siapa yang mereka
inginkan untuk berkuasa. Peralihan kekuasaan selalu mungkin
terjadi pada setiap pemilu.
Ketiga, di Indonesia, sungguh pun mayoritas penduduknya
muslim, partai yang acap kali menang pemilu justru bukan
partai yang berbasiskan agama. Yang selalu menang justru
partai dengan platform keberagaman: PDIP, Golkar, Demokrat
dan PDIP lagi.
Keempat, data mutakhir dari Democracy Index 2019
menggambarkan dari 60 negara mayoritas muslim, 50 negara
yang ada datanya, hanya 3 negara berada pada kualitas Flawed
EMPAT
Kelahiran, perjalanan, dan dinamika politik yang berbasis
demokrasi dan kebebasan tidak berdiri di titik nol. Ada lokalitas,
basis kultur, dan dinamika relasi kuasa yang membuat model
demokrasi di negara-negara di dunia cukup beragam.
Di Inggris, baik demokrasi atau pun kebebasan harus lahir
dengan meruntuhkan dahulu feodalisme dan kerajaan
diktatorial. Sedangkan di Amerika Serikat, datangnya demokrasi
dan kebebasan lebih mudah karena negara itu tak memiliki
tradisi feodalisme yang kuat, apalagi kerajaan diktatorial. Di
Inggris, keluarga kerajaan, para aristokrat tuan tanah, dan kelas
borjuasi pedagang yang lahir karena datangnya kapitalisme
menjadi sumbu politik.
Demokrasi di Eropa, seperti ditunjukkan dari contoh Austria
dan Jerman, tidak selalu mengarah pada lahirnya liberalisme.
Jalan berliku menuju demokrasi liberal sering dilewati melalui
episode revolusi sosial, fasisme, dan perang. Tapi sejarah
bangsa-bangsa besar Eropa Kontinental seperti Jerman dan
Prancis jauh menghadapi masa-masa yang lebih sulit karena
kuatnya tradisi populisme otoritarian.
Di Meksiko, demokrasi liberal dijalankan melalui rute reformasi
ekonomi, baru kemudian reformasi politik. Biasanya reformasi
ekonomi memerlukan persyaratan berupa reformasi hukum
dan pengenduran kekuasaan politik. Di Meksiko liberalisasi
ekonomi dipacu oleh negara otoriter.
LIMA
Seperti halnya semua transformasi besar dalam sejarah manusia,
demokratisasi juga mempunyai sisi gelap. Apa yang terjadi jika
pemimpin yang dipilih secara demokratis membawa negaranya
menghidupkan rasisme, sentimen agama, atau anti imigran?
Apa yang terjadi jika demokrasi dibajak oleh pemimpinnya
sendiri?
Ini adalah salah satu isu penting dalam demokrasi. Ini bukan
hanya soal masa lalu seperti Adolf Hitler di Jerman, di era
sebelum Perang Dunia II. Hitler terpilih secara demokratis. Ia
kemudian membawa Jerman dalam praktek rasisme, kekerasan,
dan pembunuhan penduduk sipil paling kejam dalam sejarah
modern. Demokrasi yang dibajak juga terjadi pada masa kini. Di
tahun 2020, di pusat peradaban modern Amerika Serikat, banyak
REFLEKSI
Betapapun, tidak ada sistem politik maupun ekonomi di dunia
ini yang bisa dianggap paripurna dan bisa diterapkan begitu saja
di semua negara di dunia.
Betapapun, demokrasi dan kebebasan, seperti dipercaya oleh
Denny JA, adalah hukum besi sejarah yang tidak mungkin
ditolak. Pada waktunya, sejarah akan membawa negara-negara
di manapun dunia ini akan menuju ke sana, termasuk negara-
negara muslim. Namun jalan menuju ke sana, masih sangat
perlu didiskusikan lebih lanjut.
Peta jalan yang diberikan oleh Denny JA dalam buku ini memang
mengarah kepada satu idealitas demokrasi yang disebut
demokrasi liberal ala Barat. Pertanyaan yang bisa diajukan
kemudian: apakah memang hanya ada satu jalan menuju ke
sana? Atau, apakah standar demokrasi ideal adalah demokrasi
ala Eropa dan Amerika Serikat?
Demokrasi liberal telah membawa negara-negara Barat
pada kemajuannya. Namun juga ada contoh lain: China dan
Korea Selatan mencapai modernitas dan demokrasi dengan
cara mereka sendiri. Mungkin juga negara muslim perlahan
mampu merumuskan rutenya sendiri menuju demokrasi dan
kebebasan. Dunia Islam memiliki sejarah, budaya, nilai-nilai,
dan religiositasnya sendiri.
Tentu saja, provokasi dan diskursus seperti ini harus terus
digulirkan. Dan Denny JA telah dengan berani menawarkan
menggunakan Indonesia sebagai model. Kedekatan kultur
SATU
13 Mei 2018, Indonesia dikejutkan oleh meledaknya bom di
beberapa gereja di Surabaya. Lebih mengejutkan lagi karena
pelaku bom ini melibatkan suami, istri, dan empat anaknya.
Bahkan anak terkecil mereka yang berumur 9 tahun.
Ini ancaman nyata terorisme Indonesia, dan bahkan pola baru
terorisme karena melibatkan satu keluarga.
Pertanyaan mendasarnya, mengapa ada orang yang memilih
jalan terorisme yang mengorbankan banyak nyawa manusia?
Louise Richardson merumuskan tiga variabel penyebab
seseorang menjadi teroris. Pertama, adanya individu yang
terasing. Terorisme dimulai dari adanya individu-individu yang
mengalami masalah dalam kehidupan pribadinya. Kedua,
DUA
Lalu bagaimana strategi menanggulangi terorisme? Ada dua
pendekatan yang sama-sama penting. Pertama, pendekatan
hard-power. Inti dari pedekatan ini, terorisme adalah musuh
bersama, dan karena itu terorisme harus dihancurkan lewat
upaya pengejaran pelaku, penangkapan, dan sebagainya.
Kedua, pendekatan soft-power. Pada pendekatan ini, upaya
menangkal terorisme dilakukan dengan jalan persuasi untuk
mencegah agar orang tidak terlibat dengan terorisme dan
mengajak orang yang terlibat terorisme agar sadar dan tidak
mengulangi perilaku terorisme kembali.
LIMA
Setelah memahami gagasan, penafsiran pancasila yang
disesuaikan zaman, lalu apa yang harus kita lakukan?
REFLEKSI
Menurunnya dukungan publik terhadap Pancasila dipengaruhi
oleh banyak faktor. Salah satu faktor pentingnya adalah
minimnya terobosan untuk memasarkan nilai Pancasila,
sementara ideologi lain dipasarkan sedemikian rupa sehingga
mampu meyakinkan publik bahwa Pancasila adalah sistem
salah yang kita anut.
Melemahnya penjiwaan nilai Pancasila juga berimplikasi
panjang pada kerentanan masyarakat terhadap perilaku dan
tindakan yang mengarah pada penggunaan kekerasan hingga
SATU
Sesi ini dimulai dengan tulisan Airlangga Pribadi. Ia menegaskan
bahwa Pancasila sebagai landasan negara memberikan ruang
yang cukup luas terhadap agama untuk berkiprah di ruang
publik. Dalam Pancasila kita menghayati relasi negara dan
politik dalam konteks penguatan public religion.
Dalam komitmen atas public religion, cita-cita Pancasila
memberikan penghormatan timbal balik antara posisi agama
dan negara.
Ada juga Al Chaidar yang mencoba menunjukkan ironi para
aktivis muslim yang mengusung tema syariah, negara Islam
atau khilafah, namun berperilaku jahiliyah, menikmati darul
DUA
Dr. Rumadi, dalam tulisannya menganalisis bahwa jargon NKRI
bersyariah ini adalah sisa konflik masa lalu, lanjutan dari polemik
piagam Jakarta yang menghapuskan tujuh kata. Baginya, teriak-
teriak NKRI bersyariah tanpa visi penciptaan ruang publik yang
manusiawi justru bisa menjebak orang pada otoritarianisme
beragama. Akibatnya, mereka dengan mudah akan menuduh
orang lain yang berbeda pikiran sebagai anti-Syariah.
Sementara, Adian Husaini justru mempertanyakan dikotomi
antara syariat Islam dan Pancasila. Baginya, mempertentangkan
kedua hal itu adalah ahistoris dan tidak logis. Baginya, di negara
yang adil dan beradab, syariat dan nilai-nilai kemanusiaan
universal bisa diletakkan pada tempatnya secara proporsional
(adil). Tidak perlu keduanya dipertentangkan.
Pada tanggapan berikutnya, Asvi Warman Adam juga
menggarisbawahi tidak perlunya wacana NKRI Bersyariah,
karena semuanya sudah diperoleh oleh umat Islam di
TIGA
Kastorius Sinaga, melalui tanggapannya dengan tegas
menentang gagasan NKRI Bersyariah. Baginya, NKRI Bersyariah
merupakan gagasan politik yang secara sosiologis bertentangan
dengan kondisi objektif masyarakat Indonesia yang sangat
plural.
Gagasan ini identik dengan pendekatan totalitarian yang
bertujuan melakukan penyeragaman di atas eksploitasi simbol
agama.
Namun Abd Moqsith Ghazali mencoba melihat kemungkinan
lain. Jika yang dimaksud dengan syariat itu adalah syariat Islam
universal seperti keadilan, toleransi, kesetaraan, kemanusiaan,
dan lain-lain, maka produk legislasi kita telah mengadaptasikan
nilai-nilai tersebut.
Ini juga yang dilihat oleh Komaruddin Hidayat dalam tulisannya.
Di sisi lain, AE Priyono mencoba membedah elemen-elemen
penting yang menjadi gagasan dasar NKRI Bersyariah ini. Salah
satunya, sejak jatuhnya Orde Baru, Islamisme berkembang lebih
jauh ke corak Wahabisme.
Analisa AE ini juga ditegaskan oleh Dina Y. Sulaeman yang
membedah tiga watak dasar pengusung NKRI Bersyariah ini, yakni
takfirisme, ekstremisme, dan kegagalan berpikir metodologis.
Tiga watak dasar ini berpotensi memorak-porandakan negara
kesatuan Republik Indonesia. NKRI Bersyariah malah menjadi
tribal nationalism.
LIMA
Adakah yang disebut Perda Syariat dalam konteks Indonesia?
Yusril Ihza Mahendra, yang melihat dari kacamata legislasi,
menampiknya. Secara formal yang disebut Perda Syariat itu
tidak ada. Namun secara substansial keberadaannya tentu tidak
dapat dihindari.
Sebab, ketika negara akan membentuk hukum, maka
negara tidak punya pilihan, kecuali mengangkat kesadaran
hukum yang hidup di dalam kalangan rakyatnya sendiri, dan
memformulasikannya menjadi hukum positif melalui proses
REFLEKSI
Ideologi negara, terutama dalam kaitannya dengan masuknya
tawaran ideologi-ideologi alternatif, adalah perbincangan
menarik yang taka da habisnya. Apalagi, dalam konteks Islam,
ada semacam justifikasi untuk menagih ulang “kekalahan”
pasca dihapuskannya tujuh kata dalam Piagam Jakarta ketika
negara ini dibentuk.
Maka tuntutan untuk akomodasi lebih terhadap Islam,
formalisasi Islam, dan sejenisnya seakan bara dalam sekam yang
sewaktu-waktu muncul ke permukaan jika ada stimulusnya.
Polemik NKRI Bersyariah yang kemudian diangkat oleh Denny JA
menjadi perdebatan ideologis dan substansial ini berkontribusi
penting untuk mempertegas arah dan orientasi kebangsaan
kita berhadapan dengan munculnya tawaran ideologi alternatif
semacam itu. ***
SATU
Dunia ini mengalami sejarah diskriminasi yang sangat panjang.
Diskriminasi adalah prasangka atau perilaku yang membedakan
seseorang hanya karena ia berasal dari sebuah identitas sosial
(agama, etnis, ras, gender, orientasi seksual).
Hanya karena berbeda agama, misalnya, ada orang yang dibakar
hidup-hidup. Hanya karena berkulit hitam, misalnya, orang bisa
dijadikan budak, diperkosa, atau dianiaya tanpa bisa dibela.
Dalam perjalanan sejarah, muncul pula antitesis kultur
diskriminatif tersebut. Lahirlah konsep bahwa setiap manusia,
apapun agama, etnis, jenis kelamin, ras, kelas sosial ataupun
orientasi seksual pada dasarnya mempunyai hak-hak yang
sama. Konsepsi inilah yang kemudian dikenal sebagai Hak Asasi
Manusia.
Meski sejarah konsepsi HAM ini bisa dirunut sampai abad ke-18,
namun momentum terbesar dari perkembangan HAM adalah
lahirnya Deklarasi Universal HAM oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa pada tahun 1948. Sejak itulah kemudian mayoritas
negara-negara di dunia mulai mengadopsi dan menerapkan
prinsip-prinsip HAM.
TIGA
Praktik diskriminasi terjadi akibat masyarakat tidak mempunyai
EMPAT
Sahabat, perjuangan melawan diskriminasi memiliki sejarah
yang amat panjang. Jika kita hari ini melihat bahwa seorang
Obama yang berkulit hitam bisa menjadi presiden Amerika,
maka itu tak lepas dari perjuangan panjang para penentang
diskriminasi. Mari kita belajar dari sejarah perjuangan di negara-
negara lain.
Sejarah mencatat bahwa diskriminasi atas nama agama bisa
didamaikan asalkan pihak-pihak yang terlibat dalam diskriminasi
konflik tersebut bersedia menerima kehadiran orang lain yang
mempunyai keyakinan berbeda.
Salah satu keberhasilan perjuangan melawan diskriminasi yang
LIMA
Di Amerika dan Eropa, perjuangan melawan diskriminasi
membutuhkan waktu yang lama, puluhan hingga ratusan tahun.
Perjuangan kalangan homoseksual misalnya secara sistematis
telah dimulai sejak tahun 1969, dan baru terlihat hasilnya 40
tahun kemudian. Perjuangan masyarakat kulit hitam di Amerika
bahkan sudah dimulai sejak awal abad XX, dan baru terlihat
hasilnya satu abad kemudian.
Indonesia tentu tidak perlu harus menunggu ratusan tahun
untuk menciptakan masyarakat bebas diskriminasi. Perjuangan
tersebut harus dirancang dengan baik sehingga berhasil. Karena
itu, kita membutuhkan roadmap, peta jalan strategis.
Peran aktor juga menempati posisi penting dalam peta jalan ini.
Salah satunya adalah masyarakat sipil. Dari pembelajaran kita
terhadap pengalaman di negara-negara lain seperti di atas, kita
bisa menyimpulkan juga bahwa perjuangan anti diskriminasi
tidak akan berhasil tanpa keterlibatan masyarakat sipil yang
kuat.
Seperti diakui pula oleh Denny JA, penulisnya, buku ini memang
juga diniatkan untuk memberi arah sebuah gerakan sosial. Di
Indonesia banyak sekali gerakan sosial yang terjadi tanpa satu
buku putih. Banyak sekali terjadi aktivisme tanpa roadmap per-
juangan.
Membaca buku yang sangat kaya data ini bukan saja mengen-
yangkan, namun juga membuat kita menyadari bahwa banyak
hal yang bisa dan perlu kita lakukan untuk Indonesia yang lebih
baik. Semoga.***
SATU
Demonstrasi yang akhirnya menjatuhkan Suharto pada 1998,
dan kemudian berlanjut saat BJ Habibie menggantikannya
menjadi presiden adalah demonstrasi yang luar biasa besar.
Riset ini menghitung jumlah demonstrasi di 27 provinsi sejak
September 1997 hingga Agustus 1998 (1 tahun). Selama kurun
itu, terjadi 1.702 kali demonstrasi dan melibatkan 10,7 juta
peserta. Jika dirata-rata, setiap hari ada 5 kali demonstrasi
DUA
Banyak faktor yang memengaruhi runtuhnya Suharto. Salah
TIGA
Peristiwa protes dan demonstrasi tidak hanya akibat dari kondisi
tertentu, tetapi juga hasil dari tindakan berbagai aktor atau
agen. Peran agensi penting tidak hanya dalam memobilisasi
sumber daya, tetapi juga dalam mencerahkan kesadaran orang
terhadap realitas. Dalam hal ini, yang disebut agen-agen gerakan
tidak selalu merupakan individu yang berani atau sekelompok
pemimpin. Organisasi juga memainkan peran penting dalam
memobilisasi gerakan protes atau demonstrasi.
Di antara agen-agen tersebut kemudian ada yang disebut
sebagai pengusaha politik (political entrepreneur).
Bagian ini menjelaskan peran berbagai agen dalam memobilisasi
acara protes dan demonstrasi di Indonesia, terutama di 5
ibu kota provinsi: Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya,
dan Semarang. Bagian pertama merinci apa yang dilakukan
berbagai agen tersebut dan siapa mereka. Bagian kedua bab ini
menggambarkan apa yang disebut sebagai pengusaha politik:
siapa mereka dan apa yang mereka lakukan.
Untuk melihat peta agen-agen tersebut, buku ini membagi serial
demonstrasi ini menjadi tiga tahap kronologis. Tahap pertama
EMPAT
Bagian ini menjelaskan isu yang tak kalah penting sebagai bagian
dari akibat krisis ekonomi yang akut. Di tengah masyarakat yang
sangat beragam, krisis ekonomi juga memicu pertentangan
yang menambah kompleksitas masalah, yakni kebencian
berlatar budaya, agama, dan etnisitas, yang diperparah oleh
penggunaan kekerasan.
Di satu sisi, demonstrasi berkontribusi signifikan terhadap
pembelahan elite yang berkuasa, jatuhnya otoritarianisme,
dan transisi menuju demokrasi. Namun di sisi lain, keriuhan
demonstrasi ini juga secara substansial berkontribusi terhadap
munculnya kebencian budaya, etnis, dan agama. Kerusuhan
berdarah dan konflik berdarah didasarkan pada kebencian dan
sentimen agama, seperti antara muslim-Kristen, atau kebencian
antar etnis, atau antara imigran versus penduduk asli di kota-
kota tertentu. Dan ini menyebar dari barat ke Indonesia timur.
Kejadian-kejadian kekerasan ini mengancam pelembagaan
SATU
Bagaimana negara seharusnya berperan dalam dunia ekonomi
dan bisnis? Dalam hal ini, Peter Evans mengategorikan tiga
jenis negara: negara minimal, negara berkembang, dan negara
predator. Perlu ditambahkan satu jenis lagi untuk menerapkan
kategorisasi ini ke dalam sejarah bisnis: negara pengatur.
Negara minimal adalah konsep Adam Smith. Peran pemerintah
harus dijaga seminimal mungkin, hanya untuk mencegah
monopoli dan eksternalitas, menyediakan barang publik, dan
menegakkan hukum.
Negara pengatur melangkah lebih jauh. Pemerintah juga
bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan dan dapat membantu pebisnis dengan memastikan
DUA
Bagaimana dengan Indonesia? Apa peran pemerintah dalam
bisnis di sana? Apa yang membuat negara ini berbeda?
Para ekonom membagi Indonesia menjadi empat periode
waktu: Orde Lama, periode awal Orde Baru, periode 1974-
1982, periode 1982-1998.
Periode Orde Lama menerapkan ekonomi terencana yang
kuat dalam kerangka sentimen nasionalistik dan kiri. Di bawah
TIGA
Pada era 1950-1960an, Jepang adalah keajaiban karena
tingginya pertumbuhan ekonomi. Padahal, menurut Chalmers
Johnson yang menulis buku “MITI and the Japanese Miracle”,
Jepang mencapai keajaiban ini karena peran pemerintah dalam
campur tangan dan mengarahkan ekonomi.
Berbeda dari prinsip neo-klasik, Johnson mengatakan bahwa
peran pemerintah positif karena pemerintah kompeten,
memiliki visi yang kuat, dan tahu industri mana yang harus
dibantu.
Analisis Johnson mengubah banyak pandangan tentang negara
minimal. Apakah kuatnya intervensi negara (pasar yang diatur)
lebih baik daripada mekanisme pasar bebas? Ini menjadi
polemik yang panjang di antara para sarjana pendukung pasar
yang diatur maupun pasar bebas.
Ada beberapa argumen yang mendukung bahwa pasar yang
diatur lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi. Sementara, di
kalangan pendukung pasar bebas juga ada beberapa alasan
mengapa mekanisme pasar adalah yang terbaik dan pasar yang
EMPAT
Ada dua fenomena baru yang menarik perhatian dalam sejarah
ekonomi. Pertama, negara-negara di Asia Timur tumbuh jauh
lebih cepat secara ekonomi daripada daerah lain pada 1970-
an dan 1980-an. Kedua, gelombang reformasi politik dan pasar
telah terjadi di Eropa Timur pada 1990-an.
Bagaimana para ekonom menjelaskan dua peristiwa besar itu?
Teori-teori yang ada (teori neo-klasik dan behavioralisme) tidak
bisa menjelaskannya. Lahirlah pendekatan baru yang kemudian
disebut sebagai “Teori institusionalisme baru”.
Prinsip-prinsip teori institusionalisme baru adalah bahwa
lembaga (norma, prosedur, organisasi) penting dalam
menentukan kinerja ekonomi dan hasil politik. Manusia sebagai
hewan institusional dan tidak dapat dipahami secara terpisah
LIMA
Dunia tempat kita hidup juga semakin terintegrasi dan berubah
menjadi pasar dunia tunggal. Coca Cola, McDonalds, Levis, dan
Honda adalah nama merek umum yang dapat kita temukan
di pasar mana pun, dari Nigeria hingga Indonesia, dari Korea
hingga Jerman.
REFLEKSI
Seorang ekonom kesohor Indonesia, dalam satu diskusi pernah
melontarkan statemen: jika kita melihat secara detail, tak ada
satupun negara di dunia ini yang menganut kapitalisme murni,
atau sosialisme murni.
Jika bisa dibilang dua hal itu adalah kutub ekstrem, maka tata
ekonomi negara-negara di dunia ini selalu berwujud sintesa
yang mempertimbangkan dua kutub itu, karena dipengaruhi
banyak faktor di belakangnya.
Membaca buku ini, kita seperti dihadapkan pada fakta yang
mengafirmasi hal itu. Melihat sejarah tata ekonomi bangsa-
bangsa dunia, akan nampak bahwa selalu terjadi evolusi, gradasi,
bahkan inkonsistensi dalam tata aturan ekonomi mereka.
Petualangan teoretis. Itulah kesan yang bisa ditangkap ketika
membaca buku ini, yang kaya dengan analisis kasus dan
penjelajahan teori untuk menjelaskan kasus-kasus tersebut.
Nampak terlihat keluasan bacaan teori dan penguasaan sejarah
yang kuat dari penulis buku ini. Yang termasuk menarik adalah
detail argumen, kritik antar teori, dan segala konsekuensi
implementasi teoretis dalam melihat perkembangan ekonomi-
politik dunia yang terkadang zigzag dan membutuhkan cara
pandang baru.
Dan tentu saja, salah satu kelebihan buku ini adalah, mudah
dikunyah, meski kita bukan ekonom. ***
SATU
Pada 1950-an dan 1960-an, teori-teori perkembangan politik
didominasi oleh pendekatan modernisasi. Pendekatan ini
menggambarkan dunia ketiga sebagai negara tradisional yang
bergerak ke arah tipe masyarakat Barat. Berkembang berarti
modern, dan menjadi modern sama seperti Barat.
Dimulai dengan Seymour Martin Lipset (1959), para teoritisi
DUA
Salah satu fenomena menarik dalam politik Jepang adalah
keberadaan partai hegemonik, LDP (Partai Demokrat Liberal).
Selama lebih dari 35 tahun (1955 - 1993), LDP mendominasi
parlemen dan sistem politik di Jepang, dan tidak pernah
terganggu oleh partai-partai lain.
Fenomena ini jelas aneh bagi negara-negara industri barat.
Bagaimana kita menjelaskan stabilitas semacam ini? Apa sumber
hegemoni LDP? Namun, mengapa hegemoni ini berakhir pada
tahun 1993?
Ada lima faktor yang mendukung stabilitas dan sistem politik
secara umum di Jepang: budaya pemilih, kontrak sosial, koalisi
tiga serangkai, budaya homogen, dan konstitusi Mac Arthur.
Budaya Pemilih mengacu pada perilaku, persepsi, kebiasaan
dan kepercayaan pemilih. Budaya-budaya ini menentukan
bagaimana pemilih merespons dan bereaksi terhadap peristiwa
politik, termasuk memilih dalam pemilihan umum.
EMPAT
Pada tahun 1993, Bank Dunia menerbitkan laporan penelitian
kebijakan The East Asian Miracle. Publikasi ini sebagai studi
regional sarat dengan ambisi yang tinggi. Ini menggambarkan
pembangunan ekonomi di Asia Timur untuk menjelaskan
penyebab pembangunan dan menghasilkan rekomendasi untuk
daerah lain.
Di wilayah Asia Timur, menurut laporan ini, antara 1965 dan
1990 dua puluh tiga negara tumbuh lebih cepat daripada di
semua wilayah lain di dunia. Para pemimpin Asia Timur seperti
Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Cina adalah
kekuatan ekonomi baru dunia saat ini. Itu adalah mukjizat.
Beberapa negara dengan pertumbuhan tercepat di Asia Timur
terletak di Asia Tenggara: Singapura, Thailand, Malaysia, dan
Indonesia. Singapura, menurut laporan di atas, adalah salah
satu harimau di Asia Timur. Thailand, Malaysia, dan Indonesia
adalah tiga negara industri baru.
Namun, Asia Tenggara juga memiliki Myanmar. Pada tahun
1988, Myanmar bahkan memiliki tingkat pertumbuhan negatif
LIMA
Menurut William Rikker, dibandingkan dengan pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang ekonomi dan ilmu alam, ilmu
politik terbelakang. Dalam hal kemampuan untuk menjelaskan
dan memprediksi realitas, ekonomi dan ilmu alam jauh lebih
kuat dan lebih kuat daripada ilmu politik.
Menurut Rikker, pasti ada yang salah dalam akumulasi
pengetahuan dalam sejarah teori-teori ilmu politik. kesalahan
REFLEKSI
Bagi para peneliti dan pengkaji politik dan perkembangan
demokrasi, buku ini memiliki beberapa arti penting. Pertama,
perlunya kehati-hatian dalam melihat fenomena perkembangan
politik. Mengandalkan satu teori politik untuk membaca
satu objek kajian akan terjebak pada generalisasi yang bisa
menyesatkan.
Seringkali banyak variabel tidak dipertimbangkan sehingga
berakibat pada validitas kesimpulan.
Kedua, pentingnya kajian perbandingan. Membandingkan satu
kasus dengan kasus lain membuat kita lebih jeli melihat segala
kemungkinan invaliditas teoretis. Banyak teori politik, terutama
dalam bacaannya terhadap negara berkembang, berujung
mengecewakan karena ketidakjelian itu.
Buku ini memberi pengayaan kajian yang penting untuk
diabaikan dalam melihat fenomena jatuh bangunnya demokrasi.
Salah satu kelebihan demokrasi, dan kapitalisme, adalah
kemampuannya untuk memperbaikdi diri dari kelemahan
sistemik maupun implementatif.
Kajian yang komprehensif dan valid menjadi salah satu kuncinya.
***
SATU
Ada 4.300 agama yang kini terdaftar di bumi yang dihuni 7 miliar
manusia ini. Meski begitu, ada 1,1 miliar manusia yang mengaku
non-religius (secular, agnostik, ateis). Semua keyakinan itu tentu
saja tak bisa dipaksa harus tunduk pada keyakinan pemeluk
lainnya.
Hak asasi manusia adalah prinsip di mana semua keyakinan dan
interpretasi dibolehkan hidup. Yang dilarang hanya melakukan
pemaksaan dan kekerasan.
Dalam prinsip moralitas Hak Asasi Manusia, siapapun tetap
dibolehkan memperjuangkan keyakinannya: misalnya ia
merindukan diterapkannya negara agama. Setiap individu
boleh bermimpi dengan cita-cita sosialnya. Karena itu, hak asasi
manusia bisa menjadi common ground hidup bersama di ruang
publik.
Ada tiga alasan, mengapa prinsip Hak Asasi Manusia harus
dipertimbangkan sebagai moral hidup bersama, termasuk kita
DUA
12 Januari 2018 adalah hari bersejarah untuk Arab Saudi. Hari
itu pertama kalinya perempuan diijinkan menonton sepak bola
di stadiun. Kasus ini memunculkan banyak pertanyaan.
Apa yang abadi dan apa yang bisa berubah dari aturan agama?
Ketika aturan itu melarang perempuan menonton bola di
Stadion, lalu kini membolehkannya, ini aturan agamakah?
Ataukah ini hanya interpretasi saja dari agama? Atau ini hanya
kultur lokal saja? Atau ini hanya aturan pemerintah yang tak
ada hubungan dengan agama? Atau ini hanya cabang kecil dari
aturan agama yang boleh berubah? Lalu apa inti dari agama
yang tak boleh berubah?
Nabi Muhammad memang hanya satu. Kitab suci Quran
memang hanya satu. Islam memang hanya satu. Namun ketika
ia masuk dalam peradaban dan pikiran manusia, tak terhindari
TIGA
Bagaimana kita seharusnya membangun Indonesia modern?
Ada kutipan menarik dari Marcus Garvey: membangun sistem
pada sebuah bangsa, tapi tidak mengambil elemen terbaik
kultur dominan bangsa itu, sama dengan menegakkan pohon
tanpa akar.
Lalu apa yang bisa dicatat sebagai kultur dominan Indonesia?
Sejak 2005 hingga 2017, LSI Denny JA sudah melakukan survei
nasional. Dari survei itu, ada dua fakta kultural yang harus selalu
LIMA
Membuka data sejarah, Indonesia ternyata telah lahir lima kali.
Kita menunggu lahirnya Indonesia yang keenam.
Pertama kali Indonesia lahir di tahun 1850. Itulah era pertama
kali kata Indonesia ditemukan. Adalah ilmuwan Inggris Geoge
Samuel Windsor Earl. Bangsa yang hidup di pulau berserakan di
wilayah geografi nusantara itu perlu ia beri nama dalam rangka
tulisan ilmiah. Iapun memberi dua nama. Itu bangsa Indu-
nesians, atau Melayunesians.
Kedua kali Indonesia lahir di era pergerakan, 1913-1928. Untuk
pertama kalinya kata Indonesia juga digunakan elite pribumi.
Tercatat yang termasuk pertama menggunakannya adalah Ki
Hajar Dewantara di tahun 1913. Ia menyebut Indonesia sebagai
nama Biro Pers Indonesia (terjemahan dari bahasa Belanda:
Indonesische Pers-bureau).
Moh Hatta di tahun 1922 mulai pula menggunakan kata Indonesia
dalam organisasi Perhimpunan Indonesia. Dr Soetomo di tahun
1925 memakainya untuk Kelompok Studi Indonesia.
Ketiga kalinya, Indonesia lahir dalam momen kemerdekaan.
Indonesia tak hanya identitas geografis (kelahiran pertama), tak
hanya identitas politik (kelahiran kedua), tapi bersiap menjadi
nama sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.
Keempat kalinya, Indonesia lahir sebagai negara yang diakui
dunia international. Momen untuk itu dimulai tanggal 22
Maret 1946. Itulah momen pertama negara luar secara resmi
mengakui kemerdekaan Indonesia. Yang pertama kali mengakui
Indonesia adalah Mesir.
REFLEKSI
Apakah instrumen terpenting yang bisa mewakili apa yang
disebut sebagai keindonesiaan atau kebangsaan, terutama
yang bisa dijadikan dasar untuk menentukan arah tata kelola
Indonesia?
Untuk memotretnya, tentu tidak bisa tidak, kita harus bertanya
kepada seluruh stakeholder dan masyarakat yang tinggal di
Indonesia. Instrumen terpenting inilah yang penting digunakan
untuk dijadikan pijakan kultural maupun kecenderungan
ideologis untuk membangun kerangka membangun Indonesia
yang lebih maju, sekaligus lebih diterima oleh mayoritas publik.
Pertanyaan itulah yang dipotret oleh Denny JA dalam buku ini,
lalu dirumuskan sintesa yang lebih workable untuk Indonesia.
Dengan LSI-nya, Denny JA melakukan survei berkala yang hendak
memotret instrumen itu. Hasilnya: agama, dan demokrasi
Pancasila.
Dua instrumen inilah yang saat ini memperoleh dukungan
SATU
Sahabat, mari kita memulai perjalanan dengan menjejakkan kaki
menuju Mekkah, Yordania, Mesir, Barcelona, dan menelusuri
jejak-jejak agama besar.
Sebuah studi berbasis teknologi modern, termasuk penggunaan
GPS (Global Positioning System) menemukan bahwa pada 100
tahun pertama Islam, kiblat masjid tidak mengarah ke Mekkah,
namun ke Petra, Yordania.
Ini termasuk temuan penelitian yang menggemparkan.
Keyakinan berabad-abad difalsifikasi oleh riset modern.
Tahun 2001, sebuah proyek dengan pendekatan ilmiah juga
menyimpulkan: Yesus ternyata berkulit agak hitam, berambut
lebih pendek, dan ikal keriting kecil.
10 Desember 2014, Washington Post menurunkan tulisan
provokatif: Apakah Nabi Musa benar-benar ada dalam sejarah?
Dan para arkeolog pun selama puluhan tahun melakukan
penelitian sejarah Nabi Musa. Kesimpulan para arkeolog: Musa
bukanlah figur sejarah.
Akankah penemuan ilmiah menghancurkan agama? Sejarah
membuktikan, agama dan segala keyakinan di dalamnya
bertahan sampai hari ini. Agama memiliki seribu nyawa. Ia tak
bisa dibunuh oleh temuan ilmiah sehebat apapun.
DUA
Kita lanjutkan perjalanan berikutnya, dimulai dari Korea Utara.
TIGA
Mari kita lihat sebuah bangunan gedung teater.
Tahun 1997, seorang aktor bernama Sam Wanamaker
mendedikasikan diri membangun sebuah gedung teater.
Gedung itu adalah replika dari Globe Theater, tempat di mana
Shakespeare mementaskan karya-karyanya.
EMPAT
Apakah kaum pekerja selalu menjadi manusia miskin? Dan
pengusaha selalu menjadi orang kaya?
Sahabat, jika Anda mengunjungi Moskow, di salah satu sudutnya
menjulang patung tinggi besar. Tingginya 98 meter. Itulah
patung Peter The Great, bapak modernisasi Rusia.
Rusia hari ini adalah Rusia yang menjadi alternatif dari apa yang
disebut peradaban Barat. Dan ia memulai modernisasi dengan
langkah ajaib: menerapkan pajak untuk jenggot.
Dan tahukah Anda bahwa kisah yang ditulis oleh Marco Polo
adalah kisah fiksi? Sejarawan menyimpulkan bahwa kisah yang
ditulis Marco Polo adalah kisah fiktif. Meski demikian, kisah itu
LIMA
Kereta perubahan bergerak sangat cepat saat ini. Proses
bergesernya peradaban menggilas para raksasa yang sangat
kokoh pada zamannya.
Tahukah Anda siapa yang menjajah Indonesia pada abad 17 hingga
18? Ia bukan sebuah negara, melainkan sebuah perusahaan
bernama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Ini adalah
perusahaan yang paling tinggi kekayaannya sepanjang sejarah.
Ia lebih kaya dibandingkan dengan gabungan kekayaan Apple,
Google, Microsoft, Petri China, dan Saudi Aramco. Ia bahkan
memiliki pasukan militer sendiri. Namun ia kemudian runtuh
karena konflik politik, dan pendirinya, Johan Olden Barnavelt
dihukum pancung.
Kisah raksasa lain adalah kisah keluarga Medici. Keluarga ini
berkontribusi besar dalam menumbuhkan peradaban. Adalah
keluarga ini yang ikut membantu keuangan dan karya seniman
besar Leonardo da Vinci, Michelangelo, ilmuwan Galileo Galilei,
dan Machiavelli. Sebesar apa kehebatan keluarga Italia ini?
REFLEKSI
Sahabat, titik sejarah yang mana yang membuat peradaban
kita hari ini menjadi seperti ini? Akankah kita bisa menikmati
Facebook, Instagram, film-film Hollywood, jika Hitler dan
Naziisme-nya tidak tumbang saat itu?
Akankah agama-agama bertahan hidup jika tidak ada kisah
tentang Perang Salib dan Raja Konstantinus tidak dilahirkan?
Benarkah satu titik sejarah akan berpengaruh pada titik sejarah
berikutnya?
Pertanyaan-pertanyaan menggelitik seperti inilah yang mestinya
menggelantung dalam pikiran kita ketika kita melakukan
perjalanan yang bermakna. Monumen, museum, patung, karya
seni, ilmu pengetahuan, keputusan politik, semua itu adalah
titik sejarah yang mengandung cerita yang kaya di belakangnya.
Denny JA adalah pemikir dan perenung dengan pengetahuan
dan perspektif yang sangat luas. Dan ia menggunakan seluruh
aspek pengetahuannya dalam melihat titik sejarah dan
menikmati monumen penanda peradaban.
Dan tentu, ia penulis yang mahir meracik khazanah itu menjadi
ramuan optikal, cara pandang.
Di situlah buku ini berdiri. ***
SATU
Sangat banyak drama nyata kehidupan manusia yang bisa di-
jadikan inspirasi dan pelajaran untuk manusia lainnya. Karena
itu, salah satu genre film yang cukup populer adalah film yang
didasarkan pada kisah nyata. Ada juga film fiksi dan imajinasi
yang dilatari dengan fakta sejarah sebagai latar belakangnya.
Ada film The Green Book, kisah rasialisme yang terjadi pada ta-
hun 60-an di Amerika Serikat. Green Book adalah buku panduan
untuk orang berkulit hitam tentang restoran dan hotel mana
yang boleh disinggahi oleh orang berkulit hitam.
Itu adalah dua dari 21 film berdasarkan kisah nyata yang diulas
dalam bagian ini. Film-film tersebut sangat penting untuk mem-
perkaya sudut pandang kita tentang sejarah dan segala dinami-
kanya. Tentang manusia dan segala emosinya.
DUA
Seringkali, keputusan besar seorang pemimpin tidak dipen-
garuhi oleh orang-orang besar di sekelilingnya. Seringkali,
orang-orang biasa yang tak pernah dilirik justru memberi inspi-
rasi yang mengubah sejarah.
Drama itu akan Anda temukan melalui film Darkest Hour, nom-
inasi film terbaik Oscar tahun 2018.
TIGA
Sebuah fiksi yang baik tidak harus memiliki daya imajinasi yang
sangat tinggi. Sebuah film fiksi yang bagus bisa juga hadir dari
sesuatu yang biasa saja. Keseharian.
Ini bisa kita lihat dari film-film karya Asghar Farhadi, sutradara
Iran yang membuat film ini, Salesman. Film tentang pergulatan
batin dan kisah cinta antara Emad dan Rana ini sederhana plot-
nya, namun disajikan dengan pergulatan batin yang nyata, seh-
ingga nampak dramatis.
EMPAT
Sahabat, tahukah Anda? Seringkali sebuah film layar lebar tidak
memuaskan kita sebagai penontonnya. Novel yang sangat pan-
jang harus dipangkas-singkat menjadi kisah yang serba tanggu-
ng: kadang ceritanya utuh, namun sisi kedalamannya kurang;
kadang kedalaman kisahnya utuh, namun ia cuma sepenggal
dari kisah keseluruhan.
Bagian ini meresensi film serial panjang: terdiri dari 65 film dan
terbagi dalam 5 season. Serial House of Cards ini memperoleh
nominasi 33 Prime Time Emmy Award sebagai outstanding dra-
ma seri, aktor, aktris, dan skenario terbaik.
LIMA
Mari kita melanjutkan jelajah kita kepada sesuatu yang lebih
dekat dari kita. Mari kita lihat film-film Indonesia yang perlahan
memulai kebangkitan barunya, bersama lahirnya sineas-sineas
dan pekerja film muda yang bergairah.
Satu renungan penting dari film ini: Pemimpin politik yang men-
jadi legenda tak hanya memperkokoh kekuasaan politik. Ia juga
harus punya passion dan ikhtiar membangun budaya merakit
peradaban.
Ada juga film karya Angga Dwimas Sasangko, Surat dari Praha.
Film ini memotret sisi lain dari kebijakan “anti-PKI” Soeharto di
tahun 1960-an. Banyak aktivis kiri yang anti Orde Baru saat itu
REFLEKSI
Dalam pengantar buku ini, dengan berani Denny JA menyimpul-
kan bahwa “Ternyata pengalaman menonton banyak film sela-
ma 10 tahun jauh lebih banyak mengajarkan saya soal hidup
dibandingkan 40 tahun pengalaman membaca ribuan buku dan
jumpa ratusan manusia.”
SATU
Hubungan pribadi dan persahabatan adalah titik awal yang
penting untuk mencari kebahagiaan.
Kemitraan atau partnership itu tulang punggung dari
persahabatan ataupun hubungan cinta. Kualitas kemitraan
adalah kemampuan pasangan untuk bersahabat satu sama lain,
saling berbagi suka dan duka, bersekutu, dan saling membantu.
Dan yang penting dari hubungan pribadi adalah kualitas, bukan
kuantitas.
Bahkan di era media sosial sekarang ini, banyak kawan di dunia
nyata tetap merupakan hal yang terpenting. Bagaimanapun,
hubungan tatap mukalah yang utama bagi manusia. Di samping
itu, hidup yang bahagia juga ditentukan oleh lingkungan
sosial makro: kondisi ekonomi, kultur dominan, bahkan juga
DUA
Realitas hidup selalu seperti gelas dengan air setengahnya.
Positivity atau sikap hidup yang positif selalu melahirkan
perspektif yang juga positif. Itulah perspektif yang
menumbuhkan optimisme, memberi harapan, berkarakter
membantu orang lain (bukan sebaliknya menyusahkan orang
lain), ceria, bersyukur.
Selalu tumbuhkanlah perspektif yang membuat kita bersikap
positif. Di samping itu, kebiasaan memberi juga kunci penting.
Riset menyimpulkan bahwa the power of giving, atau perilaku
menolong orang lain, termasuk orang yang tak dikenal sekalipun,
memang memberikan kontribusi yang signifkan terhadap
melonjaknya kualitas hidup bahagia.
Hal lain yang penting dalam membangun sikap positif adalah
sikap hidup bersyukur dan hidup yang pro-sosial. Secara fisik,
mereka yang mempraktikkan rasa bersyukur secara rutin,
kekebalan tubuh kita lebih kuat.
Secara psikologis, efek rasa bersyukur itu membuat hidup
seseorang lebih ceria, lebih tahan stres. Ia lebih mengembangkan
emosi positif.
EMPAT
Sahabat, ketahuilah, hidup yang dipenuhi oleh aneka
kemenangan kecil akan menjadi hidup yang bergelora,
bersemangat. Aroma kemenangan memberikan emosi positif
LIMA
Hidup yang bermakna adalah hidup yang memiliki tujuan
lebih besar dari sekadar kepentingan pribadi atau perolehan
materi belaka. Ini hidup yang tak hanya mengejar kebahagiaan
yang sekadar bebas dari kesulitan, tetapi menjalani sebuah
perjuangan.
Kapan pun, di mana pun, dengan siapa pun, lewat peristiwa apa
pun, tumbuhkan kebiasaan berjuang dalam hidup. Tak perlu
gagasan yang terlalu besar. Cukup dipilih saja medan perjuangan
yang realistik, yang bisa kita kerjakan sebagai individu.
Mereka yang sudah menemukan makna hidup (meaning of
life) akan tahan segala derita. Friedrich Nietzsche suatu hari
mengatakan: Siapa pun yang sudah menemukan alasan untuk
hidup, sense of purpose, dapat menanggung aneka beban
dunia.
Ditambah dengan doa, lengkaplah sudah makna hidup kita. Doa
memberi pengaruh signifkan terhadap sikap hidup yang positif
dan level kebahagiaan. Kehidupan mereka yang rajin berdoa
REFLEKSI
Tak terbantahkan, mungkin jawaban terbanyak manusia
tentang tujuan hidup mereka adalah: mencari atau menemukan
kebahagiaan. Entah dijustifikasi oleh agama, kepercayaan,
ataukah rasionalitas, kebahagiaan adalah kondisi paling
didamba manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah dengan sedemikian
terang merumuskan konsepsi kebahagiaan, faktor penentu
kebahagiaan, serta cara-cara paling efektif efisien mencapainya.
Buku ini mengajak kita mengarungi lautan kebahagiaan itu
berdasarkan kemajuan dunia riset dan ilmu pengetahuan.
Dan hasilnya, seperti judul bukunya, bisa disimpulkan bahwa
menjadi bahagia itu mudah dan ilmiah.
Membaca buku ini Anda akan menyadari banyak hal dalam
hidup Anda. Meski tetap saja kondisi bahagia adalah kondisi
yang sangat subjektif, namun kekayaan perjalanan sejarah
manusia bisa membuat kita mampu mempelajari dan mencari
jalan pintas tercepat menujunya.
Tentu saja setelah membaca buku ini, pertanyaan ke kita adalah:
maukah kita memulai langkah-langkah yang lebih mudah dan
ilmiah ini? ***
-000-
Bagian 2
Puisi&Esai
Penjelajahan Sastrawi
144 Menari di Alam Gagasan
Ringkasan Buku Denny JA: Atas Nama Cinta
ISU DISKRIMINASI DALAM PUISI ESAI
Sahabat, diskriminasi di Indonesia terjadi dalam berbagai
kategorinya. Dalam banyak hal, perbedaan masih belum
bisa diselesaikan secara demokratis di negara demokrasi ini.
Diskriminasi berbasis ras, etnisitas, jenis kelamin, dan pilihan
keyakinan masih terjadi dan hingga hari ini dengan mudah kita
temukan kasusnya.
Sebagai intelektual, peneliti, aktivis, yang sekaligus peminat
sastra, Denny JA merasa resah terhadap fakta itu. Ia merasa
harus menyuarakan kisah-kisah diskriminasi yang menjadi fakta
sosial kita, dengan medium yang lebih menyentuh emosi dan
kedalaman batin. Dikonstruksilah sebuah medium yang meramu
antara fakta dan fiksi sekaligus, bernama Puisi Esai. Yakni, puisi
yang bercita rasa esai. Atau esai tentang isu sosial yang puitik,
yang disampaikan secara puitis.
Pada perkembangannya kemudian, Puisi Esai ini seakan menjadi
sebuah gerakan untuk menyuarakan berbagai persoalan sosial
kita secara lebih halus, melalui racikan fiksi imajinatif banyak
penulis yang terlibat kemudian.
Buku ini berisi lima puisi esai tentang lima kisah diskriminasi
di Indonesia, mulai dari diskriminasi berbasis etnis, kisah cinta
beda agama, kisah penganut Jemaat Ahmadiyah, kisah seorang
santri gay, dan kisah seorang tenaga kerja wanita di Timur
Tengah.
SATU
Sapu Tangan Fang Yin adalah kisah tentang masa reformasi
1998. Fang Yin adalah gadis Tionghoa yang mengalami
perkosaan pada 13-14 Mei 1998. Ia lari ke Amerika dan hidup
di sana. Fang Yin sulit untuk terlepas dari tragedi masa lalu
ketika ingin memulai hidup baru. 13 tahun tinggal di Amerika,
ia berkeinginan kuat untuk kembali Indonesia. Namun, rasa
trauma yang dialami lebih besar. Pria seetnis bernama Albert
Kho, pacarnya waktu itu, membekas di benaknya. Satu-satunya
kenangan yang tersisa dari Kho ialah selembar sapu tangan
dan beberapa surat selama 12 tahun. Sapu tangan itu adalah
pemberian Kho yang justru pergi setelah tahu ia diperkosa.
Selama 13 tahun ia di Amerika, mencoba menghindari dari
trauma itu. Kebencian dan kekerasan orang Indonesia terhadap
etnisnya menyebabkannya mengutuk Indonesia, ibu pertiwi
yang melahirkannya, namun di pangkuannya pula ia direnggut
kehormatannya.
Pergulatan batin Fang Yin kemudian berujung pada dibakarnya
sapu tangan pemberian Kho.
DUA
Puisi esai Romi dan Yuli dari Cikeusik ini berkisah mengenai
pertentangan antarpaham agama dalam suatu masyarakat yang
berimbas kepada hubungan antara dua insan, yakni Juleha,
perempuan asli Betawi yang dipanggil Yuli, dan Rokhmat atau
Romi, kekasihnya. Hubungan cinta mereka harus kandas karena
TIGA
Puisi esai berjudul Minah Tetap Dipancung ini berkisah mengenai
penderitaan seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.
Minah seorang perempuan asal Kota Cirebon. Suaminya tidak
bekerja dan anak semata wayangnya yang berusia 8 tahun
belum bersekolah karena tidak mampu membayar iuran
sekolah. Akhirnya ia bertekad bekerja di luar negeri dengan
modal uang hasil menjual sepetak sawah milik orang tuanya,
dengan harapan bisa memperbaiki ekonomi keluarga.
Minah tidak beruntung karena mendapatkan majikan yang
mata keranjang dan berkali-kali berusaha memperkosanya.
Karena tak tahan terhadap perlakuan majikannya, Minah
berupaya membela dirinya, yang pada akhirnya menyebabkan
majikannya terbunuh.
EMPAT
Puisi esai berjudul Cinta Terlarang Batman dan Robin ini
berkisah mengenai problematika cinta kaum homoseksual yang
dialami oleh Amir dan Bambang. Hubungan Amir dan Bambang
terjalin cukup lama. Mereka terlibat asmara karena intensitas
kebersamaan mereka dalam melakoni kegiatan sehari-hari di
Pesantren. Dalam cerita ini Amir dan Bambang dianalogikan
seperti tokoh superhero Amerika yaitu Batman dan Robin.
Keduanya memiliki makna filosofis.
Pergulatan cinta ini begitu rumit mengingat mereka harus
berhadapan dengan doktrin dan stigma banyak orang tentang
hubungan sejenis seperti itu.
Amir adalah sosok yang taat beribadah, namun mempunyai
kelainan seksual genetis yakni menyukai sesama pria. Meski
telah mencoba saran ibunya untuk segera menikah, bahkan
dengan dua perempuan sekaligus, namun akhirnya pernikahan
itu kandas. Amir tetap menaruh benih-benih cinta pada
Bambang, yang kemudian menjadi aktivis gay Internasional.
LIMA
Puisi esai berjudul Bunga Kering Perpisahan ini berkisah
tentang problematika yang dihadapi oleh pasangan yang saling
mencintai, namun membentur tembok perbedaan agama.
Dewi dan Albert harus berhadapan dengan kepercayaan dan
keyakinan orang tua mereka, terutama orang tua Dewi yang
melarang dengan sangat keras menikah beda agama.
REFLEKSI
Membaca lima puisi esai yang panjang dalam buku ini seperti
membaca Indonesia yang tak lepas dari masalah diskriminasi
yang semakin hari semakin menghantui kita. Puisi esai jelas
adalah medium yang sangat kaya sekaligus asyik dinikmati.
Setidaknya, tepat apa yang dituliskan oleh Sutardji Calzoum
Bachri yang menyebut puisi esai ini adalah “puisi pintar.”
Soetardji juga menyimpulkan bahwa semua puisi dalam buku
ini bisa disebut “puisi lintas batas”. Ia bisa dibaca sebagai prosa,
dalam pemaknaan yang positif. Jelas dan pasti bait-bait, irama,
rima, metafora serta ungkapan ungkapan lainnya menjadikan
lima karya ini benar karya puisi. Tapi karena peralatan puitika
itu digunakan tidak secara ekstrem, nekad, berlebihan dan
tidak spekulatif maka peralatan puitik itu bukan hanya tidak
mengganggu kalau puisi ini dibaca sebagai prosa, tapi malah
memberikan nuansa khas bagi kekayaan suasana cerita.
SATU
Sahabat, ini adalah tentang Sang Guru dan Burung Trilili.
Kisah ini direka Sang Guru untuk membuat manusia lebih
mudah belajar. Burung maha suci ini yang sudah diriwayatkan
bertahun-tahun, berabad-abad. Namun lahir banyak persepsi
yang berbeda-beda tentangnya. Tentang sayap, wajah, kaki,
telur, tahi Burung Trilili. Masing-masing mengaku paling benar
dengan persepsinya, lalu menegasikan persepsi yang lain,
dengan kemarahan dan kebencian. Perang berkepanjangan
menumpahkan darah banyak manusia.
Ketika Sang Guru menyadari bahwa kisah khayal itu telah
diyakini sebagai kebenaran oleh para penganutnya, sudah
terlambat untuk mengklarifikasinya. Ia terlanjur diberhalakan.
Orang hidup dan mati karenanya.
DUA
Apakah agama membuat manusia menjadi bahagia? Ini adalah
kisah jenaka yang membuka ironi manusia beragama. Ustaz Jaka
yang percaya betul bahwa agama adalah jalan kebahagiaan,
hafal juga dengan dalil-dalinya, tercengang karena menemukan
hasil riset bahwa negara-negara yang menganggap agama tidak
penting justru adalah negara yang penduduknya paling bahagia.
Switzerland, Islandia, Denmark, Canada. Sementara, negara-
negara yang terkenal religius dan melahirkan agama-agama
besar, tidak menjamin penduduknya menjadi jawara bahagia.
India, Arab Saudi, Roma, Israel. Apa yang salah dengan agama?
TIGA
Apakah pendidikan agama perlu diajarkan di sekolah? Ini
adalah kisah tentang Dara, aktivis kampus yang menjadi motor
penggerak sebuah gerakan demonstrasi menuntut ditambahnya
jam pelajaran agama di kampusnya. Terlalu sedikit jatah pelajaran
agama di kampusnya saat ini. Di tengah pengorganisasian yang
dilakukannya, justru ia mendapatkan fakta bantahan bahwa
pelajaran agama tak lagi penting diajarkan di sekolah. Kasus
Singapura bisa menjadi contoh: Sejak 1993, agama tak lagi
diajarkan di sekolah-sekolah publik. Hasilnya: korupsi tidak ada.
Perpecahan dan ketegangan antar-agama tidak terjadi.
Dara semakin galau. Ia pelajari lebih jauh semua data dan fakta
negara-negara di dunia. Ia semakin tercengang. Data bicara,
bahwa negara-negara yang disumsikan sebagai negara agamis,
peringkat korupsinya justru tinggi. Negara-negara yang dianggap
tak beragama, justru adalah juara anti-korupsi. Ia harus sampai
pada kesimpulan: tidak ada hubungan antara pendidikan agama
di sekolah dengan korupsi. Tidak ada hubungan antara agama
dengan capaian moral seseorang.
EMPAT
LIMA
Ketika seseorang sudah mengalami dan menggapai puncak
kehidupan duniawi, lalu apa? Seringkali, yang muncul adalah
kesepian. Itu pula yang dialami Darta. Secara duniawi ia sudah
sukses. Karena itu ia membulatkan tekad untuk merencanakan
perjalanan spiritualnya dalam upaya mencari hikmah tertinggi.
Mulailah ia dengan melangkah masuk ke dalam relung-relung
agama besar. Dipelajarinya Hindu di India selama satu tahun.
Tahun berikutnya ia datang belajar ke Yerussalem untuk belajar
ilmu kekristenan. Begitu juga Islam, ia pelajari di Mekkah,
pusatnya. Hingga sampai pada perjalanan new age, manusia
bertuhan tanpa beragama. Ia mendalaminya semua, mulai
Krishnamurti hingga Theosophy. Darta semakin tak tenang.
REFLEKSI
Membaca 22 puisi esai dalam buku ini seperti membaca sederet
panjang pencerahan batin yang lezat bergizi. Bisa dibayangkan
bahwa untuk menyusun satu kisah, Denny JA perlu melakukan
riset serius terhadap isu yang hendak diangkatnya melalui kisah-
kisah tersebut. Data dan fakta ilmiah bertaburan di celah-celah
puisi. Detail persoalan dan kontroversi yang melingkupi satu isu
juga dipaparkan sedemikian rupa, nampak seperti menggiring
pembaca untuk mengambil hikmah dan kesimpulan sendiri di
balik cerita yang ada.
Dalam konteks seperti ini, rasanya tak terlalu penting lagi
berdebat apakah ini memenuhi syarat sebagai puisi ataukah
prosa. Yang lebih penting dari itu semua adalah bahwa medium
ini berhasil membawakan pesannya kepada pembaca secara
efektif, sekaligus memberikan nuansa emosional tertentu
sehingga yang ditangkap bukan hanya perkara ilmiah, namun
juga perkara rasa dan emosi ketika kita menyelami kisah demi
kisah yang ada. Dari rasa itu, muncullah empati kemanusiaan.
Sekali lagi, buku ini adalah santapan rohani yang penting. Buku
ini adalah roti untuk hati. ***
DUA
Mei 1998. Lina melepas Kang Mas, suaminya, yang hendak
berangkat ke Jakarta, untuk terlibat aksi penurunan Soeharto,
presiden yang dianggap gagal. Bayi dua bulan dalam
kandungannya turut melepas ayahnya. Meski berat, namun ia
tak bisa menahan keberangkatan Kang Mas untuk ikut berjuang
di Jakarta. Hari itulah Kang Mas mengalungkan syal kuning di
lehernya, sebagai hadiah ulang tahun, sambil memintanya
menunggu pulang di Hari Kamis.
Minggu berikutnya, rasa khawatir menghantui Lina ketika
mendengar kabar kerusuhan di Jakarta. Mal-mal dijarah,
ratusan jasad terbakar, kaum Tionghoa menjadi sasaran, dan
beberapa aktivis tiba-tiba hilang.
Ia harus menyusul mencari Kang Mas ke Jakarta. Bersama
Kakaknya, ditesurinya seantero Jakarta. Rumah Sakit, Kantor
Polisi, dan berbagai jaringan LSM ditanyainya. Lina pulang
TIGA
Tahun 2006, Rambu, anak tercintanya berulang tahun ke-7.
Lina menyisakan sepotong kue untuk Kang Mas. Siapa tahu
muncul tiba-tiba. Selama tujuh tahun itu pula ia menanamkan
ke anaknya bahwa ayahnya sedang bekerja di Jakarta dan akan
kembali. Lina marah ketika mendengar anaknya pernah ditanya
gurunya apakah ayahnya akan ditulis almarhum dalam formulir
yang diisinya.
Bagi Lina, Kang Mas belum mati. Ia berada di suatu tempat
yang redup, sehingga tak bisa berkabar. Ia masih hadir di
mimpi-mimpi Lina, dan kadang kala Lina pun tergeragap ketika
mendengar suara derit pintu, mengira Kang Mas yang pulang.
Dan ia masih menunggu di setiap Kamis. Ia bertahan,
bahkan ketika Anwar, sahabat Kang Mas, yang menaruh
perhatian padanya dan Rambu, memasuki hidupnya dan ingin
membawanya kepada perkawinan suci. Lina bergeming. Cinta
soal hati, dan di hatinya hanya Kang Mas seorang. Anwar
menyerah kalah.
EMPAT
2006. Lina memulai hidup di Jakarta. Impian yang sudah lama
dinanti. Kali ini dibantu oleh Anwar, yang meskipun sudah
menikah dengan Endang, tetap peduli pada Lina. Anwar
membeli rumah Lina di Jogjakarta, agar memuluskan jalan Lina
LIMA
Radi tetap mencari cara mendekati Lina, demi mendapatkan
laporan berisi yang melancarkan promosi karirnya sebagai
wartawan. Lina tetap bungkam.
Radi menemukan cara lain, yakni melalui Shinta, teman satu-
satunya yang dimiliki Lina. Radi mendekati Shinta, memadu
kasih dengannya, demi mendapatkan liputan berisi tentang
Lina. Meski tak mudah, akhirnya Shinta berhasil membujuk
Lina untuk membuka cerita tentang deritanya kepada Radi.
Tuntaslah karya besar Radi tentang Lina, syal kuning, serta latar
belakang Lina sebagai cerita berisi.
Namun Radi, si wartawan penakluk wanita itu, terlalu jauh
terbawa hingga jatuh hati kepada Lina. Dan Lina tak tergoyahkan.
Ia tetap menunggu Kang Mas, setiap Kamis.
REFLEKSI
Buku ini disajikan sebagai cerita bergambar. Dengan plot yang
runut, puisi esai ini terbangun dari struktur cerita yang utuh dan
SATU
Renungan ini dimulai dengan titik balik Darta yang telah
mengarungi lautan pengalaman dan ilmu pengetahuan. Darta
yang merasa harus merdeka dari kungkungan tradisi berdoa
ala orang tua dan pendahulunya tanpa tahu apa makana doa
itu baginya. Doa yang ia robek-robek ketika kesadaran dan
rasionalitas telah diarunginya.
Titik balik terjadi ketika pada usia yang tak muda lagi ia merasa
kosong, sunyi, hampa. Jantung menjerit merindu takwa. Pada
saat itulah doa yang ditinggalkannya sekian lama, kembali
dengan sendirinya tanpa disadari.
Suasana itu membawanya kembali pulang, berserah diri kepada-
Nya.
Momen kembali bagi Darta ini seperti membalikkan hidupnya.
Ia telah melakukan pencarian yang panjang. Pernah berjuang
demi harta, hingga tak ada lagi kekurangan. Namun ia belum
menemu mutiara di sana. Ia juga alami perjuangan meraih
kekuasaan, kemewahan, kehidupan glamor hingga puncaknya.
Namun tetap saja, tak ia temukan yang ia sebut sebagai mutiara.
Momen kembali ini tiba-tiba mempertemukan berjuta mutiara,
di dalam dirinya sendiri.
TIGA
Perjalanan Darta kali ini adalah melanglang buana, melihat
fakta-fakta dan cerita negeri tetangga maupun negeri nun jauh
di sana. Lewat sepucuk surat maya, Darta merenung tentang
perkembangan negeri tetangga.
Ia menjadi saksi, bertemunya dua tokoh yang menjadi musuh
bebuyutan, namun karena kesadaran, mereka bersalaman
untuk membangun harapan baru.
Di saat yang lain, melalui seorang tua dari India, Darta tergiring
untuk turut merasakan kepedihan, perpisahan India dengan
EMPAT
Ini adalah renungan ke sekian kalinya. Tentang seorang
pahlawan perdamaian yang menghabiskan 27 tahun dipenjara,
hanya karena memperjuangkan kesetaraan manusia, tanpa
membedakan warna kulit.
Selama dalam penjara, anak dan ibunya mati, iapun disiksa
tanpa ampun. Bahkan ia ingat sipir yang mengencinginya. Tapi
ia tak menyerah.
Dunia berubah. Ia keluar dari penjara, dan rakyat mendaulatnya
menjadi pemimpin, bersama runtuhnya sistem rasialis yang
mengkebiri kaumnya.
Namun bukan balas dendam yang ia lakukan. Dunia yang
terpecah disatukannya dalam damai. Semua kesalahan
dimaafkan, bahkan sipir yang mengencinginya dirangkul.
Ya, dialah Nelson Mandela, pahlawan Afrika yang meruntuhkan
Apartheid. Seorang berhati malaikat yang menjadi teladan
LIMA
Ini adalah renungan penutup dari Darta. Ia melihat agama-
agama yang membangun gairahnya. Seruan beribadah semakin
ramai. Khutbah makin meriah.
Namun yang tumbuh kemudian adalah tembok pemisah.
Namun yang muncul adalah produksi kebencian. Menggantikan
keakraban antar sesama.
Darta teringat kasus Guyana. Sebuah sekte agama dengan janji-
janji surga yang memikat banyak orang. Umat yang kehilangan
makna dan merasa hampa, merasa menemukan oase.
Lalu oase itu berujung petaka kematian massal. Ya, mereka
bunuh diri bersama. 918 orang memilih mengakhiri hidupnya
karena kepercayaan mereka. Darta terdiam di ujung renungan.
REFLEKSI
Dahsyat. Ini kata yang bisa terungkap setelah menyelesaikan 30
puisi renungan yang sangat sarat makna ini.
Puisi seperti ini hanya bisa dibuat oleh orang dengan kekayaan
batin yang dalam, pengetahuan yang luas, serta perspektif
kemanusiaan yang tajam.
Review ini hanya memotret sebagian saja dari kekayaan kisah
dan sudut pandang yang tersaji dalam keseluruhan buku ini.
Mesti ia sendiri sudah membuat garis bawah tebal bahwa ia
bukan penafsir dan pengkaji Alquran, namun ketika mengaku
sebagai penyelam dan mengambil sejumput mutiara dalam
Alquran, Denny JA dengan canggihnya meramu mutiara yang
SATU
Tiba-tiba kita dikejutkan oleh berita bahwa 300 orang dikarantina
di dalam sebuah masjid di Kebon Jeruk, Jakarta. Di dalamnya
terdapat 78 warga asing. Mereka adalah kelompok Jamaah
Tabligh yang dikarantina karena 3 orang dideteksi potitif korona.
Salah satu dari 300 orang yang dikarantina tersebut adalah
Iman, yang dalam cerpen berjudul “Kak, Aku Dikarantina di
Mesjid” adalah adik dari tokoh utama, Darta.
Iman adalah seorang yang hijrah dan merasa menemukan dunia
DUA
Kisah kedua ini diinspirasi oleh seorang dokter di Prancis yang
berusia 68 tahun. Ia seharusnya sudah pensiun, namun karena
wabah korona ini, ia kembali lagi turun lapangan dan membantu
menangani korban virus korona.
Ia sendiri kemudian terpapar virus tersebut dan meninggal.
Melalui tuturan tokoh utama bernama Jaka, cerpen
TIGA
Ini kisah menarik tentang Eko, sahabat penutur utama bernama
Darta. Kisah berjudul “Lebaran Online” ini dilatari fakta tentang
ditolaknya mayat pasien korona di beberapa daerah, karena
kekhawatiran berlebihan terhadap penyebaran virus ini.
Eko nekat pulang kampung, karena selama beberapa hari
dihantui oleh mimpi bertemu dengan ibunya. Meski Darta, dan
bahkan kakak Eko sendiri sudah melarangnya pulang karena
takut malah membawa virus ke kampung, Eko merasa bahwa
EMPAT
Cerita berjudul “Aktivis Itu Minta Pak Menteri Mundur” ini
diinspirasi oleh kelucuan yang bagi sebagian orang dianggap
fatal. Seorang menteri kesehatan yang beberapa kali membuat
pernyataan blunder tentang virus korona.
Menteri Terawan menantang Harvard University untuk
membuktikan bahwa di Indonesia ada virus korona. Beberapa
hari kemudian Sang presiden sendiri mengumumkan adanya
kasus korona di Indonesia.
Di lain kesempatan, ia juga menyatakan bahwa Indonesia bebas
LIMA
Ini adalah kelucuan lain yang mewarnai tragedi di masa pandemi
ini. Kelucuan yang berakhir tragis ketika atas nama ketaatan dan
penghormatan kepada seorang guru membuat murid-murid
guru tersebut melabrak protokol pemulasaran jenazah korban
virus korona.
Cerpen berjudul “Robohnya Kampung Kami” ini dilatari fakta
yang terjadi di Kolaka, Sulawesi Tengah, di mana keluarga
korban membuka plastik jenazah positif korona, lalu mencium
REFLEKSI
Kita belum pernah mengalami mewabahnya virus sedahsyat ini.
SATU
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang luar biasa. Dengan
seperangkat akal dan hati yang dimilikinya, manusia seperti
menjadi sentrum dari seluruh ciptaan Tuhan lainnya. Karena
itu, dalam banyak puisinya, Rumi seperti berbicara langsung
kepada kita, tentang diri kita sendiri, sebagai penentu kosmos.
Bahkan, kata Rumi “Dirimu bukanlah setetes air dalam samudra,
DUA
Dalam berbicara tentang Tuhan, Rumi mengajak kita untuk
berkomunikasi lewat keheningan. Baginya, “Hening adalah
bahasa Tuhan. Yang tak hening hanya ilusi.”
Keheningan menstimulasi kekhusyukan komunikasi spiritual
kita dengan Sang Pencipta. Mungkin karena itu pula salat,
meditasi, dan sejenisnya menjadi ajaran penting agama-agama
dan kelompok spiritual.
Istilah “hening” ini juga istilah penting dalam tradisi penghayat
kepercayaan seperti Kapribaden di Indonesia. Puisi lain Rumi
TIGA
Dalam konsepsi banyak sufi dan filosof Islam, akal adalah
perangkat penting yang dianugerahkan Tuhan bagi manusia.
Akal adalah representasi dari iradah, kehendak yang dititipkan
oleh Tuhan kepada kita, justru agar manusia memiliki kebebasan
untuk memilih jalannya sendiri menuju Tuhan. Karena itu,
perangkat ini justru adalah wilayah di mana kebebasan diberikan
kepada manusia.
Jika justru manusia memilih tidak menggunakan akalnya, dan
terkungkung oleh interpretasi sempit melalui wahyu, maka
manusia cenderung mengerangkeng kebebasannya sendiri.
Kata Rumi: “Bebaskan pikiranmu! Mengapa kau kerangkeng
kebebasanmu sendiri. Padahal pintu terbuka maha luas.” Ini
justifikasi penting untuk kebebasan berpikir.
EMPAT
Salah satu ajaran penting, jika bukan ajaran terpenting, Rumi
adalah ajaran tentang cinta. Dalam perspektif Rumi, cinta bisa
bermakna sangat luas dan memilki posisi terpenting dalam
hidup manusia.
Cinta mengatasi akal, sebagaimana kata Rumi, bahwa “Akal
tidak berdaya di hadapan cinta.” Bahkan salah satu kutipan
yang sangat populer dan sering digunakan untuk mengkritik
secara halus agama-agama yang sering memunculkan konflik
adalah bahwa bagi Rumi, “Agamaku adalah cinta. Setiap hati
adalah rumah suciku.”
Dalam banyak kesempatan, Rumi juga menegaskan bahwa cinta
memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Terutama dalam konteks
ini adalah cinta kepada Tuhannya. “Jangan takut membuka jalan
baru Sang pencari. Yang dipenuhi cinta tak akan tersesat.”
Atau dalam bahasa lain, “Jika itu panggilan cinta, manusia sejati
akan pertaruhkan segala.” Karena itu, bagi Rumi, “Mencapai
cinta sejati itu seperti terbang ke langit rahasia.”
Dalam kutipan yang lain, Rumi juga menyarankan kepada
kita untuk “Di manapun, kapan pun, rasakan dan tumbuhkan
kehangatan cinta,” serta “Biarkan cinta bertahta menjadi raja
di hatimu.”
REFLEKSI
Rumi adalah samudra inspirasi. Puisi-puisi indahnya menyebar
dan membius kita tanpa pandang usia dan latar belakang
agama. Pesannya bisa dicerap oleh kaum agamawan maupun
SATU
Lima tahun terakhir adalah era di mana super hero ala Amerika
untuk ke sekian kalinya meraih popularitas tinggi di dunia, melalui
film-film yang diproduksi dan ditonton manusia di seantero
dunia. Anak-anak seperti tersihir dengan kehebatan satu demi
satu super hero yang mereka nikmati kisah kepahlawanannya.
Dan kini, di hadapan korona, super hero takluk dan tak punya
jawaban apapun untuk melindungi manusia. Betapa dahsyatnya
virus korona ini, sehingga dua meme mewakili ironi tersebut:
“Bukannya tak mau menolong. Tapi kami tak pernah dilatih
berkelahi melawan virus” dan “Kami The Avengers bukannya
tak mau bantu. Tapi kami pun tak kebal virus corona.”
Ya, bahkan pusat agama pun kosong ketika seharusnya diisi
ratusan ribu orang berkunjung. Ka’bah di Mekkah yang menjadi
pusat berkumpulnya jutaan manusia, apalagi di bulan Ramadan
seperti saat ini, kini sepi, dan ada kemungkinan pula ibadah haji
DUA
Amerika punya segalanya. Negara super power dengan kekuatan
dan kemajuan teknologi yang luar biasa. Negara yang paling bisa
menepuk dada berhadapan dengan negara-negara lain di dunia.
Kini ia menemukan ironinya. Betapa tak berdayanya senjata
nuklir, pesawat luar angkasa, komputer canggih, peradaban
termaju.
Ketika fakta menunjukkan bahwa justru percepatan penyebaran
dan kenaikan angka kematian melesat menjadi tertinggi di
dunia, Amerika benar-benar luruh sebagai kekuatan super.
Kini itu negara
Ia bingung
Ia tak mampu
melindungi warga
TIGA
Lebih dari 200 negara terpapar. Lebih dari 4 juta positif. Ekonomi
berguguran. Jutaan orang kehilangan pekerjaan. Dan China
adalah pemulanya. Beberapa negara mulai berteriak, bahwa
China harus bertanggung jawab terhadap kerugian dunia akibat
virus korona ini. Mereka yang memulai, mereka pula yang harus
bertanggung jawab. Ini adalah kemarahan dunia, yang terjadi
akibat kebingungan dan keputusasaan menghadap pandemi ini.
Di beberapa tempat, bahkan kemarahan ini berubah menjadi
rasisme terhadap China dan Asia. Di sebagian negara lain juga
mewujud melebarnya kesenjangan yang kaya dan yang miskin
akibat kebijakan Stay at Home. Ini potensial mengakibatkan
kerusuhan.
Dan China juga tidak tinggal diam. Segala daya dikerahkan untuk
mengungkap dan menemukan sang pemunah virus, di tengah
kemarahan dan hujatan dunia.
Satu-satunya jalan
Mati-matian meneliti
EMPAT
Sementara ilmuwan laboratorium sedang berjuang mati-matian
menemukan vaksin antivirus, ilmuwan lain juga berlomba-
lomba memprediksi, hingga kapan era ini berakhir. Jutaan
manusia terpapar, dan hitungan terus berjalan. Sampai kapan?
Dua meme berjudul “Kapankah Semua Berakhir? Tanyamu”
memunculkan pertanyaan ini dengan nada putus asa. Jawaban
pertama adalah, hingga hari ini, “siapapun yang menjawab,
nilainya sama dengan seorang peramal yang menerka nasib
dengan bola kristal”. Ini menegaskan bahwa sejauh ini, semua
prediksi yang ada hari ini hanyalah spekulasi, mengingat vaksin
tak kunjung ditemukan. Meme kedua menggarisbawahi dua
kemungkinan: “Virus berakhir ketika ditemukan vaksin, atau
ketika mayoritas populasi sudah terpapar dan menumbuhkan
reaksi kekebalan.” Yang kedua inilah yang kemudian disebut herd
immunity, yang bagi sebagian pengamat seperti membiarkan
seleksi alam ala Thanos dalam The Avengers.
Berikutnya, meme berpuisi berjudul “Lima Bulan Sudah”
menegaskan keputusasaan kita menghadapi pandemi ini.
Betapa rapuhnya manusia berhadapan dengan virus kecil ini.
Lima bulan sudah kau bertahta
LIMA
Di tengah kebingungan 7 miliar manusia saat ini, lalu siapakah
yang akan disebut pahlawan abad ini? Tak lain dan tak bukan,
sang vaksin yang hingga saat ini belum ditemukan. Negara-
negara besar saling berlomba menemukan racikan yang pas
untuk melawan virus korona. China, Amerika, Jepang, Jerman,
WHO, tak terkecuali Indonesia. Setidaknya ada 115 penelitian
yang sedang berjalan untuk kepentingan itu. Laboratotium
bergerak 24 jam tiada henti. Tak pernah serindu ini manusia
pada sesuatu sedahsyat ini. Vaksin harus secepatnya ditemukan.
Sang juru selamat harus segera dilahirkan. Sang ratu adil harus
segera ditemukan. Segala lapisan manusia di bumi ini telah
menantikan datangnya sang pahlawan abad ini.
7 miliar manusia
Terkurung terpenjara
di rumah masing-masing
REFLEKSI
Era digital melahirkan banyak medium baru yang terbukti jauh
lebih efektif daripada medium-medium lama, terutama dalam
konteks memengaruhi opini publik. Juga jauh lebih efisien dan
memungkinkan diproduksi dengan sangat cepat sehingga tidak
terlalu jauh dari konteks realitas yang direspons.
Memproduksi buku, tanpa mencetaknya, bisa jadi lebih
efektif untuk memasarkannya sesegera mungkin, karena
terpangkasnya beberapa proses yang terlalu memakan waktu.
Lebih cepat lagi, merespons sesuatu melalui media sosial dan
jaringan online bisa dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja.
Suudah beberapaa tahun terakhir, meme menjadi alat efektif
untuk menyuarakan pesan maupun mengabadikan momentum
yang bergerak dalam itungan detik.
Meme dan meme berpuisi dalam buku ini memainkan peran
seperti itu. Bahkan bisa jadi, beberapa meme dalam buku ini
sudah tak lagi relevan mengingat perkembangan berita dan
kisah era pandemi ini juga bergerak dan berubah sedemikian
rupa. Namun karena pandemi ini adalah fenomena baru yang
dihadapi secara bersama oleh 7 miliar manusia penghuni bumi,
kisah dan cerita yang muncul pun serba baru dan sangat layak
dicatat sebagai cerita menarik.
Dan karena meme dalam buku ini juga dapat ditelusuri konteks
dan basis fakta di belakangnya, ia menjadi catatan-catatan
penting yang baik sekarang maupun nanti, ia menjadi penanda
penting perkembangan perjalanan pandemi dan respons
Bagian 3
Review
&
Respons
198 Menari di Alam Gagasan
Ringkasan Buku: Menggali Makna Hidup; 38 Esai
Respons terhadap buku Denny JA
DISKUSI SPIRITUALITAS BARU, SAINS, DAN
AGAMA DI ERA COVID-19
SATU
Denny memulai provokasinya dalam buku tipisnya dengan
merunut sejarah homo sapiens sepanjang 200 tahun pencarian
makna hidup. Pencarian itu melahirkan berbagai mitologi,
kepercayaan, hingga agama. Dunia kemudian mencatatkan
4.300 jenis agama muncul sepanjang sejarah homo sapiens.
Dalam rentang 200 ribu tahun itu, selama 97 ribu tahun manusia
mendasarkan pencarian makna hidup mereka berdasarkan
mitologi-mitologi. Inilah yang disebut Denny sebagai gelombang
pertama spiritualitas. Baru 3.000 tahun terakhir manusia
memiliki alternatif sandaran, yakni wahyu, yang kemudian
DUA
Pada bagian ini, banyak penulis menaruh perhatian pada soal
kebahagiaan, yang memang belakangan menjadi tema yang
banyak peminatnya.
Apa itu kebahagiaan; bagaimana mendefinisikannya; apakah
kebahagiaan itu bakat bawaan atau sesuatu yang bisa dicari;
apa saja yang membuat manusia bahagia; apakah kebahagiaan
bisa diukur, dan bagaimana mengukurnya; menjadi diskusi yang
menarik dan multi-perspektif.
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat dalam tanggapannya memberikan
pengayaan tentang jenjang dan peringkat kebahagiaan; mulai
dari physical happiness, intellectual happiness, aesthetical
happiness, moral happiness, hingga spiritual happiness.
Sementara, Dr. Jalaluddin Rakhmat justru memunculkan
pertanyaan dasar yang menstimulasi diskursus peradaban
tentang kebahagiaan ini. Dr. Jalal menunjukkan betapa relatif dan
rumitnya pemaknaan terhadap kebahagiaan itu, hingga sampai
TIGA
Bagian ini memuat tanggapan-tanggapan yang sebagian besar
membedah apa yang dirumuskan oleh Denny sebagai tiga
gelombang spiritualitas. Terutama bagi kalangan agamawan,
ada semacam tarik menarik yang kuat antara keharusan
membangun argumen untuk mempertahankan narasi wahyu
yang diyakininya, dengan fakta kuatnya argumen saintifik yang
telah ditunjukkan dengan berbagai riset.
Ilmu pengetahuan menjadi narasi yang hampir tak terbantahkan
karena berjalan beriring dengan kemajuan peradaban manusia.
Era pencerahan dan revolusi sains membuat relasi sains dan
agama (termasuk spiritualitas) menjadi komplikatf. Berbagai
temuan sains menegaskan alam semesta bekerja tanpa ada
campur tangan kuasa supranatural, dan realitas semakin bisa
dijelaskan secara ilmiah. Lukas Luwarso membedah ini dalam
tulisannya.
Karena itu, meski pada faktanya apa yang disebut Denny
JA sebagai spiritualitas baru itu tidak menggantikan narasi
wahyu, bahkan narasi mitologi, namun beberapa doktrin dan
EMPAT
Bagaimana formula spiritualitas baru ala Denny JA jika
dihadapkan pada problematika sosial di sekitar kita yang sangat
kompleks?
Beberapa tanggapan dalam bagian ini mencoba melihat hal itu.
Bagi Satrio Arismunandar, di tengah pandemi Covid-19 saat ini,
justru spiritualitas baru yang ditawarkan Denny JA menemukan
relevansinya, di tengah kegelisahan seluruh homo sapiens
dalam mencari jawaban terhadap wabah saat ini.
Tanggapan menarik juga muncul dalam tulisan Swary Utami
Dewi, yang secara khusus melihat betapa tradisi yang didasarkan
pada mitologi, dalam hal ini Kaharingan, yang dikategorikan
sebagai kearifan tradisional, dulunya dianggap tidak relevan.
Namun, belakangan justru kearifan yang tumbuh dan dilahirkan
oleh mitos-mitos tersebut diakui sebagai kearifan yang penuh
makna dan menjawab kegelisahan dunia modern. Swary melihat
bahwa ada ruang-ruang di mana ilmu pengetahuan harus
berbaur dengan kearifan semacam itu. Tidak bisa dipisahkan
secara mutlak.
REFLEKSI
Buku ini memang provokatif dan menantang.
Salah satu catatan menarik misalnya soal masa depan mitologi
SATU
Buku ini dimulai dengan tanggapan Haidar Bagir terhadap
tawaran Denny JA. Sambil mengapresiasi dan menunjukkan
betapa pentingnya buku ini karena banyak menyandarkan
penarikan kesimpulannya atas data-data penelitian, Haidar
memberi catatan penting bahwa sudut pandang yang
digunakan oleh Denny terlalu historisistik. Pendekatan seperti
ini cenderung selektif terhadap data.
Dalam diskursus para pemikir Islam sendiri, demokrasi menjadi
perdebatan yang panjang. Para pemikir politik Islam sepanjang
sejarah bisa berbeda pendapat dalam sistem politik yang paling
pas meski sepakat mengenai tujuan-tujuan akhirnya. Al-Farabi,
misalnya lebih memujikan al-Madinah al-Fadhilah (The Virtous
State, Negara Bajik) yang autoritarian di atas segalanya.
Bagi Haidar, nampaknya perlu ditambahkan pula dalam
perdebatan ini pemikiran politik dari sarjana muslim sendiri
tentang fungsi positif demokrasi bahkan sebagai saluran
penerapan syariah ke dalam sistem politik suatu negara.
Pemikiran Abdullahi an-Na’im kiranya bisa menjadi sampel
DUA
Agak berbeda dengan Haidar, Ali Munhanif dalam tanggapannya
justru melihat pentingnya penelusuran perbandingan tentang
pengalaman demokratisasi dan perjuangan kebebasan
negara-negara lain yang dilakukan Denny. Penelusuran itu
menampakkan fakta-fakta historis dari pengalaman yang
bervariasi bahwa jalan menuju demokrasi dan kebebasan tidak
selalu bergerak mulus. Tak terkecuali pengalaman Eropa dan
Amerika.
Di sinilah Denny mengajak pembaca untuk memahami bahwa,
meskipun prasyarat kultural dan struktural bagi demokrasi
telah terpenuhi, tanpa adanya komitmen yang kredibel dari
aktor-aktor politik untuk membangun institusi kenegaraan
yang membantu tumbuhnya spirit kebebasan, demokrasi akan
berbelok arahnya.
Bagi Ali Munhanif, tesis Denny seakan menggaungkan kembali
para teoritisi politik modern tentang pentingnya menciptakan
struktur politik modern yang menjadi fondasi kultural bagi
terbentuknya tatanan demokrasi.
Jika ditempatkan dalam melihat perjalanan berdemokrasi
TIGA
Moch Nur Ichwan mencoba melihat tawaran Denny JA
dengan menggunakan pendekatan yang agak berbeda, yakni
multiple modernities dan multiple democracies. Pendekatan
ini mengandaikan kemungkinan rute lain menuju modernitas
dan demokrasi, di tengah pendekatan umum bahwa hanya ada
satu jalan menuju demokrasi, yakni jalan Barat, terutama Eropa
Barat dan Amerika Serikat. Untuk menjadi negara demokrasi,
maka harus belajar kepada Barat.
Jepang, Korea Selatan, China, misalnya, dapat mencapai
modernitas dan demokrasi dengan cara mereka sendiri. Menurut
Ichwan, akan lebih menarik untuk mengarahkan negara-negara
muslim ke pendekatan ini secara simultan. Di sini dimungkinkan
sintensis antara komunitarianisme dan liberalisme.
EMPAT
Apakah Indonesia layak disebut sebagai model demokrasi di
dunia Islam, padahal skor menurut Economist Inteligence Unit
berada pada demokrasi setengah matang?
Inilah yang secara khusus disorot dalam tanggapan Muhammad
Syauqillah, Doktor Ilmu Poolitik alumni Turki, dalam
tanggapannya. Ia melakukan perbandingan yang cukup detail
tentang struktur pelembagaan demokrasi antara Indonesia
dengan Turki.
Bagi Syauqillah, Indonesia telah berhasil mempraktikkan apa
yang disebut oleh Alfred Stepan dengan twin toleration, di
mana agama dan negara dapat hidup berdampingan dan saling
LIMA
Buku ini ditutup dengan tanggapan Luthfi Assyaukanie yang
menekankan pentingnya meliihat lebih jauh dalam melihat
perkembangan demokrasi Indonesia, sebelum menahbiskannya
REFLEKSI
Tawaran Denny JA ini distimulasi dengan menjawab pertanyaan
“mungkinkah terjadi gelombang demokratisasi dunia muslim
menuju demokrasi?”. Dan Denny menjawabnya: bukan saja
mungkin, tapi harus. Dan kemudian Denny merumuskan
rutenya, yang berujung pada tawaran menjadikan Indonesia
sebagai model.
Membaca beragam perspektif dalam tanggapan para pakar
terhadap tawaran tersebut, sudut pandang kita menjadi
lebih kaya dan melihat dari banyak sisi untuk melihat
kemungkinannya. Ini artinya, tawaran provokatif Denny JA
cukup berhasil menstimulasi lahirnya pemikiran-pemikiran
yang menyempurnakan ataupun menjadi alternatif.
Saya melihat, provokasi dan stimulasi semacam ini sangat
penting untuk selalu dilahirkan dan dimunculkan dalam
diskursus demokrasi Indonesia. Ini bukan saja membantu
kita dalam melihat apakah sintesa demokrasi Indonesia bisa
diterapkan dan dijadikan pelajaran untuk bangsa lain, namun
SATU
Mari kita mengembara ke samudera rasa, menangkap cerita
dan kisah yang tidak biasa. Virus korona telah memaksa kita
menerima kenyataan-kenyataan getir, sekaligus menampar kita
dengan kesadaran baru terhadap hal-hal yang terbolak-balik
dan tak masuk dalam akal kita sebelumnya.
Muncul pula kelucuan-kelucuan dan ironi terkait sikap para
agamawan terhadap wabah ini.
“Stop menyebutnya!
di kayu-kayu, di besi-besi
DUA
Masih tentang kedahsyatan virus korona ini, kita dibawa untuk
menyelami apa yang terjadi di beberapa negeri tetangga:
Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam.
Tak beda jauh dengan yang kita hadapi di sini, terjadi kegagapan
dan kerisauan yang sangat dalam menyikapi pandemi ini.
Namun nampak ada yang seragam dalam puisi-puisi negeri jiran
ini: sisipan doa kepada Allah dalam menghadapi virus korona.
Dimulai dengan puisi Datuk Jasni Matlani dari Malaysia
yang berjudul “Makanan di Atas Meja” yang menggunakan
Muhyiddin, seorang Perdana Menteri sebagai pencerita yang
galau dan serba bimbang menghadapi zaman yang sukar ini.
Puisi ini ditutup dengan tekat seorang pemimpin untuk
rakyatnya:
“Setiap orang rakyatku
di depan Webcam
Ada pula puisi esai karya Sitti Rahmah dari Kinabalu berjudul
“Selimut Nestapa” yang menggiris hati tentang seorang penjaja
mee, kueh mueh, dan nasi lemak bernama Dayang.
Betapa virus korona ini mengancam jiwanya, sekaligus
mengancam ekonominya karena ia tak lagi bisa berjaja dan
harus tinggal di rumah saja.
EMPAT
Pada bagian lain, virus korona membuat kematian sebagai
sesuatu yang berbeda. Tidak ada kisah kematian yang lebih
memilukan dibanding nyawa yang berkalang tanah akibat virus
ini. Dan kisah kematian ini terekam dalam beberapa puisi yang
sangat tajam.
Kita mulai dengan puisi berjudul “Tolong Beri Aku Vaksin dan
Kebenaran: Requem Bagi yang Gugur Karena Corona” karya
Bara Pattyradja.
Kalau aku mati;
Akulah mayat
Juga kisah Ujang, orang kecil yang merasa justru kematian akan
datang ketika ia tak keluar rumah, dalam puisi “Wajah di Bawah
Wabah” karya Ira D. Aini:
social distancing ancam penghasilan
LIMA
Tak melulu kisah sedih yang tercatat dalam era pandemi ini.
Keriangan, kebahagiaan, dan hal-hal positif juga nampak
mewarnai.
Dan ini layak dicatat sejarah, seperti dalam puisi esai berjudul
“Kesaksian Merah Putih Di Tengah Badai Corona” karya Gede Joni
Suhartawan dari Denpasar. Puisi ini adalah tentang kepulangan
mahasiswa Indonesia dari Wuhan. Mereka seperti terlepas dari
lorong kematian ketika pemerintah Indonesia menjemputnya.
Duhai negeriku, duhai pemimpin kami!
Tanpa diminta
Apalagi disuruh.
REFLEKSI
Belum sekalipun kita menghadapi era di mana semua orang
dibuat kebingungan dan panik. Kemajuan teknologi, ilmu
pengetahuan, keyakinan agama, budaya leluhur, ditantang
untuk menjawab makhluk mikroskopik yang tak kasat mata
namun mengancam: virus korona.
Tak ada satupun preseden keberhasilan penaklukan korona di
satu daerah atau negara dengan serta merta bisa diterapkan
di daerah lain. Semua masih dalam kerangka trial and error.
Sejarah pandemi pun tak banyak membantu.
Ini sejarah yang luar biasa besar di era digital seperti ini.
Mungkin kelak, 5, 10 atau 20 tahun lagi kita akan mengenang
masa ini dengan sangat dramatis. Dan drama itu harus kita
perkaya dengan segenap daya kita untuk mengabadikannya.
Dan ketika laporan jurnalistik kurang mampu memotret
gambaran drama itu, maka karya fiksilah yang bisa mengambil
peran untuk memperkaya drama kemanusiaan ini.
Puisi esai dari berbagai sudut pandang dan wilayah ini turut
berkontribusi dalam konteks seperti itu. Kelak di kemudian
SATU
Pada awalnya adalah kegelisahan. Terprovokasi oleh kritik yang
dilayangkan John Barr bahwa saat ini puisi sulit dipahami publik,
sehingga puisi semakin berjarak dengan publik luas, Denny
JA melakukan riset untuk mencari basis data kecenderungan
pemahaman publik terhadap puisi yang ada saat ini.
Kesimpulannya: publik semakin tidak paham pesan yang
dikandung oleh puisi secara umum, bahkan yang berpendidikan
tinggi sekalipun.
Sebagai peminat sastra, ketidakpuasan itu membuat Denny
JA mencari dan merumuskan sebuah medium yang lebih
memahamkan publik tentang pesan yang diangkat, namun
tidak kehilangan nuansa fiksi, dramatisasi, dan kedalaman
emosi batin yang dikandungnya. Lahirlah puisi esai ini.
Buku pertama puisi esai, Atas Nama Cinta, menjadi contoh
konkret bagaimana Denny JA merealisasikan gagasannya.
Dan tak main-main, Denny JA bekerja sama dengan Hanung
Bramantyo memfilmkan lima kisah dalam buku itu. Ini juga
menegaskan salah satu ciri puisi esai: ia adalah puisi panjang
dan berbabak.
DUA
Salah satu bagian penting dari buku ini adalah opini yang ditulis
oleh para intelektual dan pakar sastra. Salah satunya adalah
Jasni Matlani, penerima SEA Award dari Malaysia.
Ia membandingkan karya Hamzah fansuri dengan karya Denny
JA, dari segi pembahasaan maupun isu yang diangkat. Bagi Jasni,
puisi esai di tangan Denny JA, jelas maknanya, menumbuhkan
kesadaran sosial, mempunyai visi, falsafah, keunggulan,
hasanah, dan sesuai dengan tuntutan zamannya.
Selain para sastrawan yang mencoba meletakkan eksperimen
Denny JA dalam kancah perkembangan sastra Indonesia, ada
Ignas Kleden yang melihat lebih kepada konteks sosial. Bagi Ignas,
percobaan Denny JA adalah langkah untuk mengintegrasikan
puisi dalam suatu gerakan sosial baru di Indonesia.
Langkah ini telah diambil dengan kesadaran penuh oleh
penulisnya, termasuk risiko yang mungkin timbul: dalam
pertimbangan literary criticism.
Ada dua segi yang terlihat di sini: integrasi gerakan sosial ke
dalam puisi Indonesia, dan integrasi puisi ke dalam gerakan
sosial baru.
TIGA
Perjalanan puisi esai semakin menarik ketika Denny JA
EMPAT
Puisi esai memasuki gerakan baru, menghadirkan cerita berbasis
lokalitas dari 34 provinsi di Indonesia. Dalam ulasannya, Agus R.
Sarjono menggarisbawahi sesuatu yang penting: kemenarikan
tema yang kerap diangkatnya sehingga jika puisi liris dan puisi
esai secara estetis keduanya gagal, puisi esai setidaknya masih
menyisakan sesuatu yang berharga, yaitu tema.
Ini terbukti pada gerakan menulis puisi esai ini. 176 puisi esai
yang ditulis pengarang dari 34 provinsi di Indonesia ini tidak
LIMA
Bagian terakhir dari buku ini memuat tulisan analisis dari
Narudin, yang membedah pemikiran Denny JA sehingga
mempengaruhi proses kreatifnya, terutama dalam melahirkan
seluruh puisi esainya.
Bagi Narudin, Denny JA adalah pemikir postmodern. Secara
estetik, puisi esai ialah bentuk “chaotic”, maka otomatis, bentuk
puisi esai termasuk bentuk puisi yang berselera posmodern.
Denny JA juga adalah eorang pemikir sosio-dialektis. Pola pikir
Denny JA di dalam puisi-puisi esainya bersifat menimbang
kembali atau menggugat (anti-tesis) dari tesis yang ada agar
tercapai sin-tesis (argumentasi sekaligus solusi problem sosial
itu).
Isu-isu kontroversial yang dihadirkan secara tak langsung
merangsang munculnya kesadaran kolektif.
Dan Denny JA juga seorang pemikir pluralis. Kata-kata petunjuk
(indeksikal) dalam puisi esai ini ialah kata “INTI”, “menyelam”,
dan “jawaban”. Apapun agama yang dianut (yang percaya
“Tuhan”) atau bahkan seorang ateis (yang tak percaya Tuhan),
jika si penganut agama atau si ateis itu menyelam, maka ia akan
sampai kepada “INTI”.