Anda di halaman 1dari 242

MENARI DI ALAM GAGASAN

Ringkasan 24 Buku Denny JA

Anick HT

Diterbitkan oleh:

Ringkasan 24 Buku Denny JA i


MENARI DI ALAM GAGASAN
Ringkasan 24 Buku Denny JA
Anick HT

Design : Alip Noor


Layout : Ryansntrs

Cetakan Pertama, November 2020

Diterbitkan Oleh

Cerah Budaya Indonesia


Menara Kuningan lt. 9G
Jalan HR. Rasuna Said Kav V Blok X-7, Jakarta Selatan
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Catatan
Penulis
JENDELA
Anick HT

Denny JA adalah sosok penuh kontroversi. Dicaci, dirisak, dihujat,


adalah makanan kesehariannya. Sebagai konsultan politik, ia
bisa mendukung seseorang yang para titik waktu sebelumnya
menjadi sasaran tembak untuk ditundukkannya. Tak ada kawan
atau musuh abadi dalam politik; yang ada adalah kepentingan.
Sebagai intelektual-aktivis, terlebih lagi. Proses pengembaraan
intelektualnya multidisiplin dan melampaui berbagai concern
isu. Pengembaraan itu pun ia jalani dengan santai, namun pada
titik tertentu nampak sangat dedikatif. Di luar concern politiknya,
ia bisa dengan fasih berbicara tentang agama, spiritualitas, dan
neurosains. Di lain waktu, ia tiba-tiba memasuki dunia sastra
yang bagi sebagian orang adalah wilayah “angker” untuk
dimasuki.
Dan bukan Denny JA jika cuma menapak jalan setapaknya
saja. Ia adalah orang yang serius ketika hendak menapaki dan
meninggalkan jejak di satu area. Ia bahkan meletakkan segenap
hatinya di sana. Ini nampak dalam jejaknya dalam politik, dalam
dunia spiritualitas, juga dalam dunia sastra. Ia menggulirkan ide,
merumuskan bagaimana ide itu terejawantahkan, menyiapkan
kaki-kaki implementasi idenya, dan bahkan menyiapkan segala
ubo rampe agar ide itu tak lagi menjadi idenya sendiri, namun
diikuti dan memengaruhi banyak orang, sebanyak mungkin
orang.
Anda bisa lihat jejaknya ketika ia membuka jalan bagi tradisi
baru dalam politik: survei dan pendampingan politik. Anda juga
bisa telusuri jejaknya ketika ia menggagas puisi esai sebagai
genre baru dalam dunia sastra. Bisa pula Anda telusuri foot

2 Menari di Alam Gagasan


print-nya dalam perdebatan neurosains, spiritualitas, agama,
dan tema kebahagiaan.
Ia adalah inisiator, inovator, sekaligus tentu saja memiliki segala
prasyarat untuk mewujudkan inovasinya.
Namun bukan itu semua yang hendak saya garisbawahi di
pengantar ini.
Denny JA adalah penulis handal yang memiliki energi luar biasa
untuk menulis. Tiada hari tanpa menulis. Tiada hari tanpa
menghasilkan sesuatu yang mempengaruhi orang lain. Dalam
satu tulisannya ia bercerita betapa ia memulai menulis dengan
orientasi ekonomis. Sebagai mahasiswa, honor penulisan artikel
adalah sesuatu yang amat ditunggu untuk sekadar melanjutkan
hidup. Dan kini ia sampai pada capaian yang melompat ke
ujung lain: menulis sebagai derma, berbagi pengetahuan,
berbagi inspirasi, berbagi bacaan. Dan ini adalah era internet for
everything. Semua tulisan dan buku Denny JA didesain untuk
bisa diakses oleh siapapuun di manapun.
Anda boleh berdebat soal kualitas tulisan Denny JA: kurang
sastrawilah. Kurang akademiklah. Kurang diksi yang wahlah.
Dan seterusnya.
Bagi saya yang sudah membaca puluhan buku dan ratusan esai
Denny JA dengan sangat detail—salah satunya karena saya
meringkasnya untuk Anda dalam buku ini—pengembaraan
intelektual Denny JA adalah sesuatu yang luar biasa.
Jika Anda percaya bahwa manusia terbaik adalah manusia
yang memberi manfaat terbanyak kepada manusia lain, maka
tingkat influensi, pengaruh terhadap orang lain, dari tulisan-
tulisan Denny JA patut dicatat. Pilihan bahasa yang ringan,
populer, bahasa yang pendek-pendek dan singkat tanpa
banyak kembang-kembang, membuat tulisan Denny JA mudah

Ringkasan 24 Buku Denny JA 3


dipamah dan dicerap oleh kalangan yang lebih luas, meski isu
yang diangkat adalah isu serius dan meniscayakan kapasitas
intelektual tertentu.
Apakah dengan demikian tulisan Denny JA abal-abal? Justru
jenis tulisan ala Denny JA berhasil mengemas tema dan kajian
akademik menjadi makanan ringan bagi lebih banyak orang,
tanpa kehilangan nuansa akademisnya.
Nah, jika Anda bukanlah pembaca buku yang baik, dengan
membaca tulisan-tulisan Denny JA, Anda seperti memasuki
pintu perpustakaan yang amat luas. Tulisan Denny JA akan
menuntun Anda menemukan informasi-informasi dan data
yang hanya mungkin didapat jika Anda adalah periset pada
isu tertentu. Melalui tulisan-tulisannya Denny JA berhasil
merangsang pembacanya untuk belajar lebih jauh tentang
tema-tema baru yang jarang kita lahap.
Dan jika Anda juga pemalas dalam urusan memilih bacaan, atau
bahkan film yang bergizi, banyak esai Denny JA akan membantu
Anda mendapatkan insight penting dari bacaan yang serius.
Atau ketika membaca ulasan film yang telah ditulis oleh Denny
JA, kita seperti diberi selembar peta instan tentang film-film
bagus, sekaligus dicontohkan bagaimana memaknai sisi penting
sebuah film, dan bagaimana meletakkan pengetahuan dan
wawasan kita ketika menganalisis sebuah film.
Karena itu, membaca buku Denny JA adalah menyantap
makanan yang kaya gizi, sedap, dan ringan. Dan saya bersyukur
bisa meringkaskan buku-buku Denny JA ke hadapan Anda. Yang
berarti saya turut menapak tilas pengembaraan intelektual
Denny JA yang sangat kaya.
Dan melalui ringkasan yang terkumpul dalam buku ini,
saya hendak mengajak Anda turut serta, membuka jendela

4 Menari di Alam Gagasan


pengembaraan intelektual seorang Denny JA.
Selamat membaca. []

Ringkasan 24 Buku Denny JA 5


DAFTAR ISI

Pengantar Penulis:
JENDELA
Anick HT...............................................................................1

Pengantar Denny JA:


EVOLUSI SEORANG PENULIS: Dari Kemampuan Narasi
Hingga Perpustakaan Digital..........................................10

Bagian 1: Demokrasi, Agama, dan Kebahagiaan


1. PANDUAN HIDUP BERMAKNA DAN BAHAGIA DI ERA
NEUROSAINS

Ringkasan Buku “Spirituality of Happiness”.................26

2. DENNY JA’s LAW OF POLITICAL MARKETING

Ringkasan Buku “Membangun Legacy; 10 P untuk Mar-


keting Politik: Teori Dan Praktik”..................................36

3. PETA JALAN 50 NEGARA MUSLIM MENUJU DEMOKRASI

Ringkasan Buku “Jalan Demokrasi dan Kebebasan un-


tuk Dunia Muslim; Indonesia sebagai Model?”...........47

4. BUKU PANDUAN GERAKAN KEBANGSAAN

Ringkasan Buku “Rumah Bersama Kita Bernama


Indonesia”.....................................................................58

6 Menari di Alam Gagasan


5. RUANG AGAMA DALAM NEGARA MODERN

Ringkasan Buku “NKRI Bersyariah atau Ruang Publik


yang Manusiawi”.........................................................67

6. BUKU PANDUAN UNTUK GERAKAN INDONESIA TANPA


DISKRIMINASI

Ringkasan Buku “Menjadi Indonesia Tanpa


Diskriminasi”.................................................................74

7. CATATAN TENTANG PERUBAHAN REZIM INDONESIA

Ringkasan Buku “Democratization from Below”..........81

8. PERCAKAPAN TEORETIS PERAN NEGARA DALAM


EKONOMI DAN BISNIS

Ringkasan Buku “The Role of Government In Economy


and Business”...............................................................91

9. PERCAKAPAN TEORETIS SOAL POLITIK

Ringkasan Buku “Various Topics in Comparative


Politics”.......................................................................101

10. SINERGI HAK ASASI DAN RELIGIOSITAS

Ringkasan Buku “Spirit Baru Hak Asasi Manusia: Per-


temuan Barat dan Islam?”.........................................112

11. AGAMA PUNYA SERIBU NYAWA

Ringkasan Buku “Renungan Peradaban: Catatan Per-


jalanan Lima Benua”..................................................122

Ringkasan 24 Buku Denny JA 7


12. RENUNGAN HIDUP DI DALAM FILM

Ringkasan Buku “Nabi Baru atau Penjahat Rohani?;


Kumpulan Resensi Film Denny JA“..............................129
13. SPIRITUALITAS BARU BERNAMA KEBAHAGIAAN

Ringkasan Buku “Bahagia Itu Mudah dan Ilmiah”.....137

Bagian 2: Puisi Esai dan Penjelajahan Sastrawi


14. MENYUARAKAN ISU DISKRIMINASI DENGAN
KEDALAMAN EMOSI

Ringkasan Buku “Atas Nama Cinta; Sebuah Puisi Esai”..145

15. MEMBANGUN CERITA RINGAN, MENDEDAH MAKNA


YANG DALAM

Ringkasan Buku “Roti untuk Hati”..............................152

16. 400 KAMIS MENCARI KEADILAN BAGI KORBAN KEMA-


NUSIAAN

Ringkasan Buku “Kutunggu di Setiap Kamisan”.........158

17. YANG MERENUNG DAN YANG BERZIKIR

Ringkasan Buku “Jiwa yang Berzikir”.........................164

18. DARI KARANTINA DI MESJID HINGGA LEBARAN ONLINE

Ringkasan Buku “Atas Nama Derita; Kumpulan Cerpen


Esai Suara Duka Era Virus Corona”............................171

8 Menari di Alam Gagasan


19. RENUNGAN RUMI DALAM MEME

Ringkasan Buku “Agama Cinta: Jalaluddin Rumi dalam


Meme”.......................................................................181

20. FAST FOOD DUNIA SASTRA

Ringkasan Buku “Ke Mana Super Hero? Kumpulan


Meme Berpuisi Aneka Kisah Era Virus Corona”..........189

Bagian 3: Review dan Respons


21. DISKUSI SPIRITUALITAS BARU, SAINS, DAN AGAMA DI
ERA COVID-19

Ringkasan Buku “Menggali Makna Hidup Lewat Ilmu


Pengetahuan”.............................................................199

22. SAATNYA DUNIA MUSLIM HIJRAH MENUJU KEBE-


BASAN?

Ringkasan Buku “Hijrah Dunia Muslim Menuju Kebe-


basan: Kumpulan review”..........................................207

23. SUARA BATIN ERA VIRUS CORONA DALAM PUISI ESAI


MINI

Ringkasan Buku “Love and Life in The Era of Corona”...217

24. PUISI ESAI GOES INTERNATIONAL

Ringkasan Buku “Elucidating Essay Poetry”...............230

Ringkasan 24 Buku Denny JA 9


Pengantar
Denny JA
10 Menari di Alam Gagasan
EVOLUSI SEORANG PENULIS:
Dari Kemampuan Narasi Hingga Perpustakaan Digital
Denny JA

Sekitar 70 ribu tahun lalu, sekumpulan homo sapiens, nenek


moyang awal manusia modern, tak banyak berbeda dengan
komunitas hewan Bonobo dan Simpanse. Berdasarkan riset
mutakhir, homo sapiens memiliki kemiripan DNA dengan dua
hewan itu hingga 99 persen. (1)
Saat itu, 70 ribu tahun lalu, manusia masih berkeliaran telanjang
di hutan. Melompat- lompat di pohon. Bersembunyi di gua.
Berkomunikasi seadanya. Tak banyak beda dengan hewan
Bonobo dan Simpanse.
Ketika menghadapi bencana alam dan penyakit, daya tahan
manusia ketika itu juga tak banyak beda. Bahkan jika terlibat
perkelahian antara sekelompok awal homo sapiens dengan
Simpanse, besar kemungkinan nenek moyang kita yang punah.
Tapi mengapa 70 ribu tahun kemudian, Homo Sapiens begitu
berubah. Manusia kini menjadi penguasa bumi. Sementara
hewan Bonobo dan Simpanse tetap telanjang berkeliaran di
hutan.
Kini manusia menciptakan gedung pencakar langit, pabrik
frozen food, hingga pesawat luar angkasa. Namun hewan
Bonobo dan Simpanse masih sembunyi di belukar. Kadang
mereka berjingkrak-jingkrak.
Di mana beda asasi homo sapiens dengan Hewan Bonobo dan
Simpanse yang memiliki 99 persen kesamaan DNA? Perbedaan
1 persen DNA itu ternyata membuat beda segala. Ternyata 1

Ringkasan 24 Buku Denny JA 11


persen ini asal muasal peradaban.
Sejarawan dan pemikir sosial Yuval Noah Harari mengatakan.
Kemampuan fundamental manusia yang tak dimiliki hewan lain,
yang menciptakan peradaban adalah kemampuan membuat
narasi. Homo Sapiens is an animal capable of making a narrative.
Nenek moyang kita berkemampuan bercerita, berkisah,
mengarang masa silam, berfantasi masa depan, mendongeng,
dan menciptakan fiksi.
Individu yang paling unggul di zamannya adalah yang mampu
memberi narasi penjelasan. Siapakah kita? Dari mana kita
berasal? Kita menuju ke mana? Apa yang harus kita lakukan?
Maka datanglah era Shaman, sejenis dukun sakti. Ia membawa
narasi, bercerita. Nenek moyang manusia berasal dari ular
Piton. Karena itu ular Piton harus disembah.
Muncul para nabi yang diyakini pemeluknya mendapat wahyu
Tuhan. Para nabi membawa narasi yang berbeda.
Bahwa asal manusia itu Adam. Ia satu-satunya nenek moyang
manusia. Adam berasal dari Garden of Eden, semacam taman
surga. Ia dibuang dari sana karena melanggar perintah Tuhan. (2)
Kini muncul ilmu pengetahuan. Ilmu membawa narasi yang
berbeda. Ilmu membantah kisah Adam. Manusia tak berasal
hanya dari satu nenek moyang. Homo sapiens ini berevolusi
dari makhluk lainnya, bukan dari Garden of Eden.
Kemampuan membuat narasi, kemampuan meyakinkan
komunitasnya untuk percaya, lalu mengubah perilaku, itulah
keunggulan asasi manusia.
Awalnya kemampuan narasi itu diekspresikan secara lisan, turun
temurun. Lalu datang teknologi tulisan. Narasi itu diekspresikan

12 Menari di Alam Gagasan


ke dalam tulisan di batu, di kulit hewan, di kertas papirus, hingga
kini direkam di video.
Lahirlah era buku. Lahirlah para penulis.

-000-

Menjadi penulis, itulah cita-cita pertama saya ketika tumbuh


remaja. Tumbuh sebagai remaja yang sering kesepian, introvert,
jarang gaul, senang menyendiri, saya banyak menghabiskan
waktu dengan membaca.
Saya ingat masa remaja itu. Berjam-jam saya menghabiskan
waktu berdiri di antara rak di toko buku. Saya ingin mengesankan
sedang memilih-milih untuk membeli buku. Ini agar tak diusir
penjaga toko.
Padahal saya tak punya uang. Berdiri di sana hanya karena ingin
membaca bab pengantar dan kesimpulan buku secara gratis.
Betapa senang saya ketika seorang teman menceritakan soal
Perpustakan Idayu di Kwitang, Jakarta. Seharian saya bisa
menghabiskan waktu di sana. Hanya dengan menjadi anggota
perpustakaan, saya akhirnya bisa membaca banyak buku secara
gratis.
Tak lagi saya harus membaca sambil berdiri seperti di toko buku.
Tapi bisa membacanya sambil duduk santai.
Buku biografi tokoh dunia, renungan filsafat, novel terjemahan,
kisah agama, sejarah, itu menjadi topik favorit.
Di masa mahasiswa, saya pun dipaksa menjadi penulis yang
mengharapkan honor. Ibu saya bercerita tak punya dana yang

Ringkasan 24 Buku Denny JA 13


cukup untuk biaya kuliah hingga selesai. Kadang saya diminta
Ibu menjual sisa perhiasan emasnya untuk biaya kuliah dan
hidup.
Saya pun bertekad membantu Ibu. Saya harus mencari uang,
setidaknya membiayai kuliah dan hidup saya sendiri. Satu-
satunya kemampuan yang saya miliki saat itu hanyalah menulis.
Dimulailah era hidup saya menjadi penulis koran. Menjadi
kolumnis. Menulis kolom itu sebuah corak menulis yang
berbeda. Umumnya, ia merespons isu yang sedang aktual dan
dibicarakan.
Begitu banyaknya saya menulis kolom. Pada semua koran dan
majalah populer, saya pernah menulis kolom di sana.
Di satu masa, semua kolom saya di koran dibukukan. Ditambah
dengan kerja saya menjadi host talk show di TV dan radio juga
dibukukan. Total menjadi 20 judul buku.
Apapun topik tulisan, tapi saat itu motifnya sama. Saya menulis
untuk mencari nafkah, untuk membayar uang kuliah, untuk
hidup, dan ingin juga terkenal.
Zaman berubah. Hidup saya juga berubah. Kini saya menulis
tak lagi untuk mencari nafkah. Menulis bagi saya justru untuk
berderma.
Saya mendermakan pengetahuan dan pengalaman melalui
tulisan. Jika dibukukan, saya memilih membagikannya secara
gratis.
Sudah hampir empat puluh tahun saya menulis. Terasa terjadi
evolusi yang mendasar dalam dunia saya selaku penulis.
Dimulai dengan menulis untuk mencari nafkah hidup. Lalu
berevolusi menjelma menulis untuk berderma. Dimulai dari

14 Menari di Alam Gagasan


menulis berharap imbalan finansial. Lalu berevolusi menjadi
menulis dan menolak mendapatkan imbalan finansial dari
tulisan.

-000-

Terima kasih saya ucapkan kepada Anick HT. Dengan tekun


dan bagus, Anick meringkas 20 judul buku dari total 55 buku
karangan saya. Anick juga meringkaskan 4 buku tambahan yang
merespons buku saya atau buku bunga rampai.
Hasil kerja Anick HT adalah buku yang unik. Ia buku kumpulan
ringkasan buku. Kumpulan ringkasan buku pun dapat dikemas
menjadi sebuah buku yang lain.
Dari 55 buku yang pernah saya tulis, (20 buku diringkas dalam
buku ini), ada tujuh buku yang saya utamakan. Ia utama karena
rekaman batin saya yang lebih dalam. Atau ia utama karena
kandungan informasinya.
Pertama, buku Spirituality of Happiness; Spiritualitas Baru Abad
21, Narasi Ilmu Pengetahuan.
Buku ini renungan 40 tahun pengalaman saya hidup di dua
dunia. Agama dan spiritualitas begitu dalam menyentuh. Saya
berkelana mendalami Islam, Kristen, Budha, Hindu. Juga saya
sampai pada Khrisnamurti, Osho, Swami Vivakananda, Ade
Melo, Dada J Vaswani, Theosophy, Subud, hingga Ki Ageng
Suryamentaram.
Di sisi lain, saya pun terpesona dengan filsafat, arkeologi, postive
psychologi dan neuroscience. Aneka samudra pengetahuan ini
acapkali membongkar mitos dan ilusi sebagian paham agama.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 15


Buku Spirituality of Happiness menjadi semacam sintesa.
Pentingnya hidup bermakna dan bahagia. Namun psikologi
positif dan neurosains sudah menyeleksi mindset dan habit
yang membuat kita bahagia.
Apapun agama, asal negara, etnis, gender, tingkat pendidikan,
status ekonomi, semua individu dapat hidup bermakna dan
bahagia jika menerapkan mindset dan habit 3P+2S.
Itulah intisari buku Spirituality of Happiness. Prinsip 3P+2S itu,
kita akan hidup bermakna dan bahagia jika memiliki Personal
relationship (hubungan personal yang hangat). Positity (hidup
yang selalu melihat sisi positif). Passion (berkerja dengan cinta).
Small winning (menciptakan kemenangan kecil). Dan Spiritual
Blue Diamond (hidup dengan kebajikan, power of giving dan
merasa satu dengan alam semesta).
Kedua, buku Membangun Legacy; 10 P untuk Marketing Politik:
Teori dan Praktek.
Buku ini refleksi pengalaman 17 tahun menjadi konsultan politik.
Setelah ikut memenangkan 4 kali pilpres berturut-turut (2004,
2009, 2014, 2019), 36 gubernur di seluruh pulau, 86 bupati/
walikota, saatnya saya membagi pengetahuan.
Saya pun menyusun ulang marketing politik dalam formula 10 P.
Sebagian pakar menyebut ini sebagai Denny JA’s Law of Political
Marketing.
10 P itu Pro-innovation, Public opinion, Polling, Profiling,
Positioning, Product, Push marketing, Pull marketing, Post
election dan Political legacy.
Buku itu membawa isu penting. Bahwa target tertinggi seorang
pemimpin bukan terpilih dalam pemilu/pilkada. Target tertinggi
seorang tokoh, Ia harus membangun political legacy.

16 Menari di Alam Gagasan


Ia harus meninggalkan legacy, warisan, perubahan untuk
perbaikan hidup masyarakat.
-000-

Ketiga, buku Jalan Demokrasi dan Kebebasan untuk Dunia


Muslim.
Buku ini mulai dengan menghindari dua kesia-siaan dalam studi
Islam. Tak ada gunanya mempertanyakan apakah Islam sesuai,
compatible, dengan demokrasi dan kultur kebebasan.
Agama itu masalah interpretasi. Kaum Taliban meminta
para muslimah menutup tubuh hingga hanya nampak mata.
Progressif Muslim membiarkan wanita salat dengan memakai
jins dan rambut terurai.
Di beberapa negara Islam, kaum LGBT dapat dipidana dan
dihukum mati. Di Eropa ada masjid yang menikahkan kaum
LGBT.
Semua mengaku menjalankan perintah Islam. Semua memiliki
ulamanya.
Tak ada gunanya pula mendiskusikan apakah demokrasi dan
kebebasan dapat tumbuh di wilayah Timur Tengah, misalnya.
Sekitar 3.000 tahun lalu, semua wilayah di bumi tak ada yang
mengenal demokrasi dan hak asasi. Toh, kini di barat dapat
tumbuh itu demokrasi dan hak asasi.
Ini semata pilihan politik. Apapun latar kulturnya, melompat
saja, tapi kerjakan secara bertahap sesuai dengan hukum besi
politik.
Buku ini membawa proposal. Masa depan dunia muslim

Ringkasan 24 Buku Denny JA 17


adalah hijrah menuju demokrasi dan kebebasan. Namun tak
bisa langsung menuju pada demokrasi dan kebebasan. Negara
muslim perlu melewati rute seperti Indonesia. Yaitu melewati
Pos dan Stasiun “illiberal democracy” dulu. Melewati Demokrasi
Tak Liberal dulu.
Lalu dari sana bertahap menumbuhkan kultur kebebasan.
Illiberal Democracy atau Demokrasi Tak Liberal hanyalah tempat
singgah sementara. Ujungnya harus bermuara pada demokrasi
dan kebebasan.
Di sanalah tumbuh peradaban modern. Rangking 10 negara yang
paling membuat warga bahagia, semua itu negara demokrasi
dan kebebasan, dengan kesejahteraan rakyat yang tinggi.
Bahkan dalam Islamicity Index, negara yang paling membuahkan
nilai islami, ternyata bukan negara Islam. Tapi negara Baratlah
yang paling Islami. Negara yang memadukan demokrasi,
kebebasan, ilmu pengetahuan, dan kesejahteraan.
Ke sanalah negara yang mayoritasnya muslim harus menuju.
Keempat, buku Atas Nama Cinta. Ini buku sastra pertama yang
saya tulis.
Selaku aktivis, sungguh saya prihatin dengan perkembangan
politik pasca tumbangnya Pak Harto. Era reformasi menyisakan
diskriminasi warga negara. Untuk beberapa kasus, kekerasan
atas warga Ahmadiyah dan Syiah bahkan bertambah.
Sayapun berniat mengekspresikan sisi batin isu diskriminasi.
Peristiwa sebenarnya saya fiksikan. Ini semacam historical
fiction. Lebih tepatnya, true story yang didramatisasi.
Tapi format puisi yang ada tak memuaskan. Saya pun
menciptakan format puisi yang lebih sesuai. Saya menyebutnya
puisi esai. Ini puisi sangat panjang, berbabak, layaknya cerpen

18 Menari di Alam Gagasan


atau novel singkat. Namun di sana sini penuh catatan kaki,
layaknya paper ilmiah.
Catatan kaki menempati fungsi sentral dalam puisi esai. Catatan
kaki itulah ibu dari kisah yang kemudian dipuisikan.
Format puisi esai pun kemudian meluas. Sebanyak 176 penyair,
penulis dari 34 provinsi mengisahkan local wisdom provinsi
masing masing dalam puisi esai. Penyair dari negara ASEAN dan
Australia mulai pula menulis puisi esai.
Bersama Hanung Bramantyo, lima puisi esai saya dalam buku
Atas Nama Cinta dibuatkan film pendek. Acapkali dalam banyak
kegiatan sosial, dan kelas soal kebinekaan, film pendek ini
diputar sebagai pemantik diskusi.
Di tahun 2020, puisi esai resmi masuk ke dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Puisi Esai didefinisikan sebagai ragam sastra
berisi kisah moral dan sosial dengan catatan kaki.
Buku Atas Nama Cinta penting karena ia memulai genre baru
puisi esai. Ia juga menyumbang lahirnya kata baru puisi esai
untuk masuk dalam kamus bahasa.

-000-

Kelima, buku Atas Nama Derita. Ini kumpulan cerpen esai


jeritan batin di era Virus Corona.
Secara jenaka, cerpen esai dapat dikatakan keponakan dari
puisi esai. Ia sama persis. Bedanya, yang satu berbentuk puisi.
Yang lainnya berbentuk cerpen.
Fungsi catatan kaki dalam cerpen esai juga sentral. Ia peristiwa

Ringkasan 24 Buku Denny JA 19


nyata, awal dari kisah yang dicerpenkan. Tentu ada fiksi. Ada
dramatisasi.
Di samping bentuknya, buku ini istimewa karena saya
melahirkannya di era badan terkurung di rumah. Virus korona
memaksa semua menghindari ruang publik.
Lahirlah delapan cerpen esai, sebagai dokumen jeritan batin
banyak kisah di era virus korona. Ada aktivis agama yang
dikarantina di mesjid. Ada kisah dokter yang wafat menolong
pasien.
Ada kisah pedagang kecil yang bangkrut. Ada kisah warga yang
mati kelaparan. Pula ada cerita soal satu komunitas dikarantina
karena mayat penderita virus korona dibawa pulang. Juga ada
kisah warga yang menolak jasad korban virus untuk dikubur di
wilayahnya.
Pandemi melahirkan banyak drama. Saya memulai merekam
aneka kisah ini dalam cerpen esai.
Delapan cerpen itu dibuatkan film pendek. Christine Hakim,
Reza Rahadian, Lukman Sardi, Ine Febriyanti, dan lain lain,
bermain untuk film pendek.
Buku ini penting sebagai rekaman batin era pandemik. Dua
puluh tahun dari sekarang, 8 film pendek dari 8 cerpen esai itu
akan menjadi saksi zaman.
Keenam, buku Renungan Peradaban; Catatan Perjalalam Lima
Benua.
Satu hobi saya adalah melancong, melihat, merasakan suasana
peradaban besar, kuno, unik, di luar sana.
Selama 20 tahun belakangan, tak terasa saya sudah melancong
ke semua benua. Total saya menyusuri sekitar 30 negara.

20 Menari di Alam Gagasan


Sayapun membuat catatan dan renungan.
Saya pun napak tilas mulai dari peradaban tua, Piramida di
Mesir. Melihat jasad Mao Tse Tung di China, dan Lenin di Rusia.
Kedua jasad itu awet dibekukan dengan bahan kimia.
Saya mengunjungi Korea Utara, menyaksikan bagaimana diktator
dipuja. Tak lupa mengunjungi teater William Shakespeare,
museum Winston Churchil, Nelson Mandela, hingga museum
seni nomor satu dunia: Lovre Museum.
Banyak kontroversi dalam buku itu. Mulai dari kisah Nabi
Musa yang sangat mungkin ia bukan tokoh sejarah. Nabi Musa
adalah tokoh yang diciptakan untuk kisah moral. Juga penguasa
tertinggi di Korea Utara dijabat oleh orang yang sudah mati.
Begitu kaya bumi Tuhan. Banyak keunikan, keragaman, yang
dapat diambil hikmah. Makanan batin yang lezat.
Ketujuh, buku Nabi Baru Atau Penjahat Rohani. Ini buku
kumpulan resensi film.
Hobi saya yang lain menonton film. Saya memiliki perpustakaan
yang sangat saya banggakan. Koleksi semua film pemenang
oscar sejak tahun pertama (1929), hingga lima tahun lalu (2015).
Juga saya kumpulkan koleksi film pemenang festival Cannes.
Juga pemenang festival film Berlin.
Juga saya mempunyai koleksi film yang masuk dalam 100 top
box office. Tak lupa 100 film terbaik pilihan AFI (American Film
Institute).
Saya berhenti mengoleksi film ketika internet menyediakan
banyak sekali web film yang bisa ditonton. Kini hadir pula
Netflix, Disney Plus, dan Amazon Prime.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 21


Saya menonton 73 Episodes dari Series Film House Of Cards. Ini
intrik di dalam istana yang sangat dramatik. Jika setiap episode
durasinya 50 menit, total sekitar 68 jam saya habiskan waktu
tenggelam di dalam serial ini.
Saya tuliskan di buku. Pengetahuan soal kekuasaan jauh lebih
banyak saya peroleh dengan menonton 73 episodes film ini
dibanding 5 tahun saya kuliah Ph. D dibidang politik.
Saya lebih menyukai film yang berlandaskan true story. Di
samping tetap dapat menghayati drama dan katakter para tokoh,
juga saya belajar mengenai sepotong sejarah di dalamnya.
Total ada sekitar 40 judul film yang saya review. Tentu saja
saya tidak mereviewnya dengan standar umumnya reviewer
film yang menguasi teknis film. Saya lebih mengutamakan sisi
gagasan dan lessons to learn.
Menonton film membuat kita hidup berkali-kali. Belajar kearifan
berulang-ulang. Dengan menonton film, kita masuk seolah
menjadi karakter utama di film itu. Sekaligus kita mengalami
drama seolah kisah itu kita alami sendiri.
Kita marah. Menangis. Takut. Berani. Melompat penuh harapan.
Selesai film, kitapun keluar dari layar. Terdiam. Mengambil
hikmah. Dan kembali menjadi diri sendiri dengan wawasan
yang bertambah.

-000-

Di samping tujuh buku itu, ada 13 buku lain yang juga memiliki
kisah sendiri. Buku saya yang lain, misalnya, Democatization

22 Menari di Alam Gagasan


From Below membangun teori jatuhnya sebuah rezim, untuk
mengawali transisi demokrasi.
Ini buku tesis Ph.D saya di Ohio State University, Amerika Serikat.
Jatuhnya Suharto dijelaskan dengan empat variable yang harus
hadir seketika: krisis ekonomi, perpecahan elite, delegitimasi
pemimpin tertinggi yang berkuasa, dan konsolidasi oposisi
dengan dukungan rakyat banyak.
Ada pula kumpulan puisi esai Roti untuk Hati. Ini lebih ekspresi
filsafat hidup dan kritik atas ortodoksi paham agama.
Semua buku itu, 24 buku, ditambah buku saya yang lain, akan
disimpan di perpustakaan digital. Ditambah pula dengan
62 video animasi dan film yang memvisualkan karya sastra.
Ditambah lagi dengan rekaman pidato saya soal politik, filsafat,
hingga sastra.
Sebagian dari karya di atas sudah diterjemahkan kedalam
bahasa Inggris. Siapa saja, kapan saja, di mana saja, karena sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, dapat mengaksesnya.
Perpustakaan digital dalam bahasa Inggris kini menjadi mata air
informasi di era global.

-000-

Apa sebenarnya pekerjaan saya? Itu pertanyaan teman karena


melihat saya aktif di banyak bidang: menjadi konsultan politik,
pengusaha, aktivis, penyair dan lain lain.
Dengan jenaka tapi serius saya menjawab. Konsultan politik itu
hanya hobi. Menjadi pengusaha itu hanya sampingan. Pekerjaan

Ringkasan 24 Buku Denny JA 23


saya adalah penulis.*

Oktober 2020

CATATAN
1. Dari sisi DNA, homo sapiens dengan hewan Bonobo dan Sim-
panse memiliki kesamaan hingga 99 persen: https://www.
sciencemag.org/news/2012/06/bonobos-join-chimps-clos-
est-human-relatives
2. Buku Yuval Noal Harari menjelaskan mengapa Homo Sapi-
ens unggul menjadi penguasa bumi karena kemampuannya
membuat narasi: Payne, Tom (26 September 2014). “Sapi-
ens: a Brief History of Humankind by Yuval Noah Harari, re-
view: ‘urgent questions’”. The Telegraph. Retrieved 29 Oc-
tober 2014.

24 Menari di Alam Gagasan


Bagian 1:
Demokrasi, Agama, dan Keba-
hagiaan

Bagian 1
Demokrasi
Agama dan Kebahagiaan
Ringkasan 24 Buku Denny JA 25
Ringkasan Buku Denny JA: Spirituality of Happiness
PANDUAN HIDUP BERMAKNA DAN BAHAGIA
DI ERA NEUROSAINS

Sahabat, perjalanan 200 ribu tahun homo sapiens adalah


perjalanan yang dahsyat. Tidak hanya melahirkan sejarah
peradaban yang sangat kaya, namun juga melahirkan berbagai
jenis model pemaknaan hidup yang bersifat ilahiah.
Dari perjalanan panjang homo sapiens inilah lahir animisme,
politeisme, ateisme, penteisme, agnostisisme, deisme, dan
seterusnya. Tercatat, 4.300 agama dilahirkan dari perjalanan
panjang itu.
Tentu masing-masing agama dan kepercayaan itu diyakini para
penganutnya sebagai sesuatu yang menjawab proses pencarian
mereka terhadap makna hidup dan kehidupan homo sapiens di
dunia yang satu ini.
Ada satu era di mana mitologi menjadi sumber pencarian
mereka. Ada masa di mana teks suci, wahyu, menjadi sandaran
pencarian mereka.
Lalu datanglah era di mana ilmu pengetahuan menjadi landasan
yang dominan untuk menjawab teka teki kehidupan. Kemajuan
ilmu pengetahuan tak hanya berhasil menjawab persoalan laku
fisikal dan kimiawi manusia dan lingkungannya, namun juga
laku spiritual dan psikologis mereka.
Apa yang diyakini sebagai kebenaran berdasarkan mitologi dan
wahyu, yang menjadi dasar spiritualisme selama ratusan tahun,
kini dengan dasar ilmu pengetahuan, sebagian bisa difalsifikasi
maupun diafirmasi.

26 Menari di Alam Gagasan


Di era di mana ukuran kebenaran lebih solid dengan ilmu
pengetahuan, apalagi era neuroscience sekarang ini, perlu
semacam spiritualitas baru untuk memberi jalan yang terang
bagi pencarian makna hidup.
Buku ini merangkum perjalanan spiritualitas homo sapiens
sejak 200 ribu tahun yang lalu, hingga rumusan spiritualitas
baru dengan rujukan data dan riset empirik yang teruji.
Denny JA menyebutnya sebagai spiritualitas gelombang ketiga.

Lima Gagasan Utama Buku:


1. SATU BUMI, SATU HOMO SAPIENS, SATU SPIRITUALITAS
2. TIGA GELOMBANG NARASI SPIRITUALITAS
3. NEUROSCIENCE
4. SPIRITUALITAS BARU DALAM LIMA PRINSIP

5. TIGA BERLIAN BIRU

SATU
Apakah inti dari spiritualitas? Sebuah sikap hidup, sebuah
panduan, yang memberi kita makna, yang membantu kita
lebih mudah melewati pasang surut kehidupan, menuntun kita
melakukan kebajikan. Ujungnya, renungan itu membuat hidup
kita terasa dalam dan berarti.
Di abad pertengahan, kita hanya mengenal beberapa agama
yang mendunia. Kini keyakinan berkembang menjadi 4.300
agama. Kelompok bahasa juga semakin banyak, berjumlah
6.500 komunitas.
Kini peradaban sudah sampai di titik kematangannya. Teknologi

Ringkasan 24 Buku Denny JA 27


mampu membuat 7 miliar homo sapiens dari 195 negara
berinteraksi secara sangat intens.
Dunia semakin menyatu. Internet of Everything (IoE)
menyatukan manusia, data, dan komunikasi secara real time.
Tak pernah terjadi dalam durasi 200 ribu tahun usia homo
sapiens, informasi beredar dari satu pojok bumi ke pojok bumi
lain hanya dalam hitungan detik.
Prinsip hak asasi manusia membuat homo sapiens itu setara
dan bebas memilih keyakinannya. Pandangan dan keyakinan
tak bisa dipaksakan dan terus berevolusi.
Bukankah kini saatnya dunia mengembangkan sebuah narasi
baru: Satu Bumi, Satu Homo Sapiens, Satu Spritualitas? Narasi
baru ini menjadi moral tertinggi dan moral universal yang
menyatukan homo sapiens yang kini hidup dalam tembok
pemisah di 195 negara, 4.300 agama, dan 6.500 kelompok
bahasa.
Spiritualitas baru itu bukan agama. Ia tidak dilahirkan untuk
menggantikan agama. Ia hanyalah common denominator
yang dirumuskan melalui riset empirik tentang hal apa yang
membuat homo sapiens bahagia, baik dan bermakna.

DUA
Sejarah homo sapiens, sejauh yang bisa dilacak oleh
ilmu pengetahuan adalah sejarah makhluk yang berdoa.
Kegiatan berdoanya sama. Tapi bentuk ritualnya berbeda
dan berkembang. Yang disembah juga berevolusi bersama
berevolusinya kesadaran homo sapiens.
Dalam 200 ribu tahun evolusi kesadaran homo sapiens, kita
dapat membaginya dalam tiga gelombang spiritualitas .

28 Menari di Alam Gagasan


Spiritualitas gelombang satu adalah narasi mitologi. Segala
penjelasan yang menyangkut pertanyaan eksistensial dijelaskan
dengan perspektif mitologi. Ia dinarasikan dengan fantasi mitos
oleh seorang Shaman, atau tetua suku yang dianggap sakti.
Mitologi adalah kata kunci spiritualitas gelombang satu.
Dalam rentang 200 ribu tahun perjalanan kesadaran homo
sapiens, selama 197 ribu tahun, kita hidup dalam spiritualitas
gelombang satu, narasi mitologi.
Dengan kata lain, sepanjang 98 persen usia homo sapiens, kita
menyembah mulai dari ular piton, beruang, ikan paus, hingga
aneka dewa.
Spiritualitas gelombang kedua adalah narasi wahyu. Hal ihwal
asal usul kehidupan dan akhir zaman, diyakini oleh pemeluknya,
dititahkan langsung oleh yang Maha Kuasa, melalui melaikat
kepada nabi.
Wahyu Tuhan menjadi kata kunci spiritualitas gelombang kedua.
Agama yang kini hidup yang berdasarkan narasi wahyu: Islam,
Kristen, dan Judaisme baru berusia tiga ribu tahun.
Itu artinya baru 1,5 persen, atau kurang dari dua persen dari
sejarah homo sapiens, kita mempraktekkan monotheisme,
seperti yang kita kenal sekarang.
Spiritualitas gelombang ketiga, spiritualitas baru, didasarkan
narasi ilmu pengetahuan. Ia buah dari riset empirik.
Ini adalah panduan hidup bahagia dan bermakna, yang diseleksi
oleh riset ilmu pengetahuan. Dari manapun sumber panduan
hidup bermakna itu, ia hanya diterima setelah terbukti dan
dikonfirmasi oleh riset berkali- kali, di banyak tempat.
Riset empirik menjadi kata kunci spiritualitas gelombang ketiga

Ringkasan 24 Buku Denny JA 29


ini. Spiritualitas baru itu baru dirintis sejak 70 tahun lalu. Berarti
baru 0,4 persen dari sejarah homo sapiens, kita menjadikan riset
ilmu pengetahuan sebagai selektor panduan hidup bermakna
dan bahagia.

TIGA
Datanglah neuroscience, ilmu baru soal sistem syaraf manusia,
menjelaskan soal fenomena perilaku, keyakinan, kecenderungan
manusia, dalam hubungannya dengan aktivitas otak. Realitas
sosial, termasuk agama, dan juga berdoa dihubungkan dengan
realitas sistem syaraf manusia.
Pengetahuan dan spekulasi tentang otak manusia, tentu sudah
tumbuh ribuan tahun lalu, sebelum masehi. Tapi dijadikannya
realitas mekanisme syaraf manusia untuk menjelaskan realitas
sosial, ini termasuk hal baru.
Neuroscience sebagai ilmu pun berkembang sangat pesat. Ia
meramu dan menyatukan disiplin biologi, medicine, physiologi,
psikologi dan modeling matematika.
Dalam pohon Neuroscience itu berkembang pula Neurotheology.
Ini objek ilmu di dalam neuroscience yang khusus mengamati
fenomena pengalaman agama. Misalnya suasana batin:
Oneness with universe, trance, ekstase, pengalaman mati suri
(near death experience), rasa haru yang puncak.
Neurosains tak bisa membuktikan Tuhan itu ada atau tidak.
Tapi neurosains mengkonfirmasi bahwa kontemplasi, berdoa,
sembahyang, berzikir, meditasi, sejauh yang dibayangkan itu
adalah Benovalent God, the Higher Self yang maha kasih, doa
itu memberi efek yang mendasar membentuk personality yang
teduh.
Neurosains juga menjelaskan: siapapun homo sapiens itu,

30 Menari di Alam Gagasan


apapun agama yang dipeluk, bagaimanapun konsep Tuhannya,
apapun warna kulit, gender, status ekonomi, pendidikan, asal
negara; mereka bisa mendamaikan hatinya, membuat dirinya
penuh kasih, compassionate.

EMPAT
Spiritualitas baru yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, baru
dirintis sejak 70 tahun lalu, sejak dikembangkannya positive
psychology. Berarti baru 0,4 persen dari sejarah homo sapiens,
kita menjadikan riset ilmu pengetahuan sebagai selektor
panduan hidup bermakna dan bahagia.
Buku ini meringkas panduan spiritualitas baru itu dalam lima
prinsip, dengan fomula 3P+2S. Semua homo sapiens, apapun
identitas sosialnya, walau ia terpilah dalam 4.300 agama, 195
negara, dan 6.500 kelompok bahasa, mereka semua dapat
hidup bermakna dan bahagia, sejauh menerapkan mindset dan
habit 3P+2S.
Prinsip pertama adalah Personal relationship. Yaitu memiliki
hubungan personal yang akrab dengan orang lain, saling
mengasihi, saling menumbuhkan. Mungkin itu kekasih,
keluarga, komunitas. Jumlah tak penting. Yang penting kualitas
hubungan. Yang membuat hidup seseorang bahagia adalah
hadirnya intimacy. Tumbuhnya kehangatan hubungan pribadi.
Hadirnya kasih sayang, cinta, perhatian dalam hubungan sosial.
Prinsip kedua: Positivity. Bukalah mata lain. Lihat sisi positif
aneka peristiwa. Derita dan musibah dapat dilihat dengan
hikmah. Bahwa derita itu membawa pesan Tuhan untuk
pertumbuhan bagi yang mengalami.
Prinsip ketiga: Passion. Terlibat sepenuh hati. Apapun yang
memang penting untuk dilakukan sentuhlah dengan cinta.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 31


Apapun jenis kelamin, usia, warna kulit, status ekonomi. Apapun
agama yang dipeluk, asal negara, tinggi rendah jabatan. Semua
homo sapiens dapat mengalami suasana ekstase dan flow.
Suasana flow, apapun kegiatannya, hanya lahir jika ada passion,
ada rasa cinta. Terlibat sepenuh hati atas apa yang dilakukan,
apapun itu, potensial melahirkan flow.
Prinsip keempat adalah Sense of progress dan Small winning.
Apapun jenis kegiatan, jika memberikan sense of progress,
capaian sekecil sekalipun, ia akan memberikan good mood, rasa
kesenangan, bahagia, bermakna.
Rekomendasinya lebih powerful.
Dalam hidup, ciptakanlah kegiatan apapun yang kita sukai. Lalu
buatlah rangkain kemenangan kecil, capaian kecil. Rayakan. Itu
sudah memberi kita gairah dan nikmat rasa. Bukan skala kegiatan
itu yang penting, tapi sense of progress-nya. Yang penting ada
pencapaian. Ada tuntasnya satu tahapan pekerjaan.
Prinsip terakhir adalah Spiritual Blue Diamonds, tiga berlian
biru yang merupakan harta karun spiritualitas.

LIMA
Spiritual Blue Diamonds atau tiga berlian biru merujuk kepada
tiga nilai terpenting yang muncul dari banyak agama besar dan
Stoic Philosophy. Nilai spritualitas itu tidak di mana-mana. Ia
berada di dalam diri kita sendiri.
Pertama adalah prinsip The Golden Rule. Prinsip kebajikan.
Prinsip utama moralitas. Lakukan pada orang lain serbagaimana
yang kau harap orang lain lakukan padamu. Atau, jangan lakukan
pada orang lain apapun yang kau tak ingin orang lain lakukan
padamu.

32 Menari di Alam Gagasan


Prinsip ini tertulis di semua kitab suci agama besar. Bahkan
prinsip kebajikan juga menjadi ajaran utama Stoic Philisophy,
yang sudah ada tiga ratus tahun sebelum kelahiran agama
Kristen, dan 900 tahun sebelum kelahiran agama Islam.
Kedua adalah prinsip Power of giving. Berikan apa yang kau bisa
untuk menolong orang lain, untuk menumbuhkan orang lain,
untuk membahagiakan orang lain. Lakukan prinsip ini terutama
kepada mereka yang tak beruntung.
Ini harta karun lain yang ada di semua agama besar. Dirimu
hidup dari apa yang kau ambil. Tapi dirimu bahagia dari apa
yang kau beri. Derma atau pemberian tak selalu berarti materi.
Tapi yang utama adalah dedikasi untuk ikut menumbuhkan
orang lain. Prinsip ini juga ada di begitu banyak agama dan
aliran spiritualitas.
Ketiga adalah prinsip the Oneness. Prinsip segala hal itu satu.
Prinsip saling keterkaitan satu sama lain.
Sesama manusia itu satu. Di balik perbedaan identitas sosial,
lebih mendasar persamaannya sesama homo sapiens. Melukai
satu manusia itu sama dengan melukai bagian tubuh kita sendiri.
Antara manusia dan lingkungan sekitar juga satu. Sungai, pohon,
udara, mereka semua bagian dari keluarga manusia. Rawatlah
lingkungan sebagimana kita merawat keluarga sendiri. Antara
manusia dan alam semesta juga satu. Bumi hanya setitik debu
saja. Tapi ia bagian tak terpisahkan dari keluasan alam semesta.

REFLEKSI
Dalam buku ini, Denny JA mengaku sebagai pelancong
spiritual. Ia mempelajari dan menjelajahi agama-agama besar:
Islam, Kristen, Hindu, Budha, ditambah dengan Theosophy,
Krishnamurti, Perennial Philosophy, Swami Vivekananda, Osho,

Ringkasan 24 Buku Denny JA 33


Subud, hingga Ki Ageng Surya Mentaram.
Dan buku ini adalah refleksi 40 tahun perjalanan spiritual dan
intelektualnya.
Ia juga menekuni riset positive psychology. Berbagai riset
mengenai hidup bahagia dan bermakna dijelajahi. Terlihat,
refleksinya dalam buku ini merangkum dua dunia sekaligus,
yang ia sebut sebagai: samudera spiritualitas dan samudera
ilmu pengetahuan.
Yang justru menarik dalam buku ini: justifikasi Denny terhadap
spiritualitas baru berdasarkan ilmu pengetahuan dari sudut
yang lain: sudut intuitif. Sudut ini datangnya dari Jalaluddin
Rumi, salah satu tokoh yang banyak ia selami.***

34 Menari di Alam Gagasan


Judul : Spirituality of Happiness
Tahun : Juli, 2020
Tebal : 132 halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

Ringkasan 24 Buku Denny JA 35


Ringkasan Buku Denny JA: Membangun Legacy
DENNY JA’s LAW OF POLITICAL
MARKETING

Sahabat, konon pasar adalah segalanya, dan ideologi sudah


mati.
Begitu juga dalam dunia politik. Politik di era 2020 saat ini sangat
terkait dengan orientasi pasar. Partai atau kandidat dipaksa
zaman menerima kehendak pasar sebagai hal yang utama.
Strategi politik pun didasarkan pada dinamika pasar (pemilih).
Begitu juga dengan marketing atau pemasaran politik.
Buku Denny JA ini meringkaskan secara populer prinsip
marketing politik.
Buku ini tak hanya berisi prinsip akademik marketing politik,
tapi juga selalu dimulai oleh contoh kasus. Ini buku marketing
politik, teori dan praktik.
Contoh kasus yang dieksplorasi melalui buku ini juga mengambil
kasus besar dunia, termasuk kasus Indonesia.
Sebagai pelaku konsultan politik, Denny JA dengan fasih
membedah kasus-kasus dan perkembangan marketing politik.
Dalam pengakuannya, ia menyatakan bahwa ini semacam
renungan 17 tahun pengalamannya di dunia konsultan politik
Indonesia.
Dus, buku ini tak hanya berisi eksplorasi objektif keilmuan,
namun terasa pula gairah seorang pelaku dan aktivis yang
mengisahkan pengalamannya sendiri.
Dengan canggih pula, ia meringkaskan kekayaan informasi,

36 Menari di Alam Gagasan


sejarah, evolusi, dan strategi marketing dalam formula yang ia
sebut sebagai 10 P.
Prof. Lili Romli, Peneliti Utama LIPI, menyebut 10 P itu sebagai
Denny JA’s Law of Political Marketing dalam komentarnya
terhadap buku ini.

Lima Gagasan Utama Buku:


1. MARKETING POLITIK DAN POLITICAL LEGACY
2. IDEOLOGI PARTAI VS PREFERENSI PEMILIH
3. EMPAT AREA MARKETING POLITIK
4. 10 P MARKETING POLITIK
5. DI MANAKAH POSISI IDEOLOGI?

SATU
Obama membuat kemenangan yang historik. Dalam sejarah
presiden Amerika Serikat, umumnya presiden berasal dari WMP
(White, Male, Protestant).
Hanya dua presiden Amerika Serikat yang tidak WMP (White,
Male, Protestant), Yaitu John F. Kennedy yang Katolik, dan
Obama yang kulit hitam.
Kemenangan Obama adalah kemenangan marketing politik.
Tapi apa itu marketing politik? Apa saja cakupannya?
Pada dasarnya marketing politik tak hanya adopsi tapi juga
modifikasi dari pemasaran produk komersial secara umum.
Adopsi ini meliput teknik (seperti riset pasar) dan konsep-
konsep kunci di bidang pemasaran (seperti segmentasi pasar,
positioning, branding dan seterusnya).

Ringkasan 24 Buku Denny JA 37


Lalu apa tujuan tertinggi marketing politik? Inilah modifikasi
terpentingnya. Tujuan tertinggi marketing politik adalah
‘Political Legacy’. Ilmu ini membantu pemimpin di satu wilayah
(dunia, negara, provinsi, kota, hingga satu komunitas kecil),
untuk ikut mengubah masyarakatnya.
Beberapa tokoh politik dunia membuat perubahan besar bagi
masyarakatnya. Abraham Lincoln menyudahi perbudakan di
Amerika Serikat. Winston Churchill dengan segala kenekatannya
menyetop laju Fasisme di Eropa.
Nelson Mandela menyudahi Apartheid, politik diskriminasi atas
kulit hitam, di Afrika Selatan. Bung Karno begitu kental hadir
menyatukan dan menghidupkan nasionalisme di Indonesia.
Marketing politik menjadi semacam supermarket yang
menyediakan strategi, konsep, yang sudah diuji oleh ilmu
pengetahuan, juga pengalaman, membantu individu untuk
terpilih dalam satu jabatan publik hingga ia membuat political
legacy.
Tentu saja tak semua pemimpin mampu membuat legacy
sekelas Bung Karno hingga Abraham Lincoln. Tapi political legacy
dapat pula kelasnya lokal saja, seperti membuat kebijakan yang
berhasil mengubah sungai yang kumuh dan busuk menjadi
segar, indah serta destinasi bagi kunjungan wisata.

DUA
Adalah Dick Morris, konsultan politik yang berjasa memenangkan
Bill Clinton pada tahun 1996. Di masa ketika kecenderungan
mayoritas masyarakat lebih konservatif, ia memoles Clinton yang
berasal dari Partai Demokrat untuk menjadi lebih konservatif,
mengikuti arus Republikan.
Jika seluruh program Clinton disamakan dengan kandidat

38 Menari di Alam Gagasan


lawan, sementara Clinton lebih unggul dari segi personality,
maka kecenderungan pemilih akan tergiring untuk memilihnya.
Clinton mengubah “ideologinya” mendekati paltform yang lagi
populer dari partai lawan. Dan Morris berhasil.
Kasus Clinton menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan
zaman yang menyebabkan berubahnya ideologi mengikuti
trend pasar. Mengapa?
Pertama, kesetiaan pemilih pada partai semakin menurun.
Zaman semakin cepat berubah. Perubahan psikologi, orientasi
dan persepsi publik berjalan lebih cepat daripada kemampuan
partai mengadopsinya. Semakin banyak pemilih yang merasa
tak lagi sejalan dengan ideologi partai.
Kedua, semakin banyaknya pemilih independen. Zaman modern
juga melahirkan semakin banyak pilihan. Individu akan lebih
nyaman dengan situasi baru itu jika ia tak terikat dengan kultur
lama ataupun komunitas lama.
Publik bisa memilih apa pun, tergantung kasus dan momen,
tanpa harus bersandar terlalu kuat pada ikatan lama. Partisan
pemilih (Party ID) semakin menurun dan dibarengi dengan
peningkatan jumlah pemilih yang independen.
Ketiga, munculnya profesionalisasi politik. Makin meningkatnya
jumlah pemilih yang independen membuat pemilih lebih tak
terikat. Partai atau kandidat kemudian berupaya mengetahui
apa kebutuhan pemilih. Mereka juga berupaya membuat
produk politik yang disukai pemilih.
Fokus kemudian bergeser dari ideologi partai kepada preferensi
pemilih.
Perubahan ini membutuhkan keahlian khusus, mulai dari
membuat riset (penyelidikan pasar) untuk mengetahui

Ringkasan 24 Buku Denny JA 39


keinginan pemilih, juga keahlian mendesain produk, hingga
strategi kampanye yang berbeda. Misalnya memanfaatkan iklan
media, dan public relations.
Partai juga kemudian membutuhkan keahlian yang baru, yang
tidak dikenal sebelumnya. Partai awalnya hanya berkutat
dengan merumuskan ideologi dan platform. Di era baru,
partai membutuhkan keahlian berupa kemampuan melakukan
penyelidikan pasar.
Dibutuhkan juga profesi baru, yang ahli membuat segmentasi
dan targeting pemilih.

TIGA
Secara tahapan, marketing politik bisa dianggap seperti
marketing produk komersial. Namun ada pandangan lain yang
lebih jauh, yang menganggap marketing politik sebagai bidang
yang multidisiplin.
Tak hanya melibatkan ilmu politik, psikologi, pemasaran
manajemen, marketing politik juga melibatkan ilmu komunikasi,
dan teknologi tinggi.
Pandangan ini melihat marketing politik bukan bagian dari
ilmu marketing pada umumnya. Model marketing politik bukan
fotokopi model marketing produk komersial.
Dan ilmu marketing politik lalu berkembang dan berevolusi.
Dimasukkanlah variabel politik sepert sistem pemilihan,
struktur partai, dan sebagainya, seperti apa yang dilakukan oleh
Newman.
Dalam sudut pandang model Newman ini, ada empat area
marketing politik yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

40 Menari di Alam Gagasan


Pertama, kampanye pemasaran (marketing campaign). Area ini
merupakan jantung atau inti. Marketing politik pada dasarnya
upaya partai atau kandidat untuk diterima oleh pasar (pemilih).
Agar terpilih (diterima), partai atau kandidat harus memasarkan
dirinya. Tahapan pemasaran ini mirip dengan produk komersial
pada umumnya.
Aspek kedua, kampanye politik (political campaign). Aspek
kedua ini yang membedakan pemasaran politik dengan produk
komersial. Pemasaran politik tergantung kepada tahapan,
proses dan sistem politik.
Ketiga, faktor kandidat (internal). Berbeda dengan pemasaran
produk komersial, produk politik umumnya menyertakan
ideologi atau nilai-nilai yang lebih sulit untuk diubah.
Kandidat atau partai mendesain produk politik sesuai dengan
nilai dan ideologi dari partai. Sebagai misal, di Amerika, Partai
Demokrat bersandar pada pandangan liberal. Dan Partai
Republik punya tradisi pandangan konservatif.
Sejarah ideologi kepartaian yang panjang ini berimplikasi pada
pemilihan isu (issue ownership) yang berbeda di antara kedua
partai.
Keempat, faktor eksternal. Marketing politik harus
memperhitungkan lingkungan eksternal seperti teknologi,
aturan atau sistem regulasi yang ada. Harus pula dihitung
kekuatan kelompok yang ada dalam masyarakat.
Aspek teknologi berkaitan dengan penggunaan teknologi
(seperti internet) di kalangan pemilih. Teknologi akan
menentukan bentuk-bentuk dan strategi yang tepat untuk
menjangkau pemilih.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 41


EMPAT
Model marketing politik dari Newman salah satu model yang
paling populer dan banyak digunakan dalam menggambarkan
aktivitas dan proses pemasaran politik. Namun model ini
mempunyai kelemahan. Ia dianggap terlalu “America Centric.”
Denny JA membuat model marketing politik yang berbeda.
Model ini ia susun dengan menyesuaikan sistem politik, sejarah
kepartaian, kultur politik hingga sistem pemilu di Indonesia
yang khas.
Model ini disusun berdasarkan pengalaman lebih dari 17 tahun
menjadi konsultan politik, membantu ratusan klien (partai,
kandidat legislatif, DPD/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
kepala daerah hingga presiden).
Ia memberi nama model ini sebagai “Model 10 P untuk
Marketing Politik.” Ini adalah formula yang merangkum 10
prinsip, yakni
P1: Pro-Innovation,

P2: Public Opinion,

P3: Polling,

P4: Profiling,

P5: Positioning,

P6: Product,

P7: Pull Marketing,

P8: Push Marketing,

P9: Post-Election dan

42 Menari di Alam Gagasan


P10: Political Legacy.

Dari 10 P itu, dua hal yang sangat ditekankan adalah P1: Pro-
Innovation: pentingnya selalu membuat inovasi dan terobosan
dalam marketing politik. Dan P 10: Puncak dari marketing politik
adalah membangun political legacy.
Marketing politik yang berhasil bukan saja yang berhasil
membantu kandidat terpilih atau yang membuat partai menang
pemilu, namun juga harus menyumbangkan satu inovasi. Satu
pembaruan. Satu hal yang segar.
Pemimpin yang berhasil juga bukanlah pemimpin yang sekadar
terpilih, namun juga yang membuat policy achievement.
Yaitu pemimpin yang meletakkan kebijakan untuk mengubah
masyarakat menjadi lebih baik.

LIMA
60 tahun yang lalu, Daniel Bell menyatakan bahwa ideologi
sudah mati: ‘The End of Ideology’. Meski ia tidak menyatakan
ideologi benar-benar akan musnah dari muka bumi, tapi zaman
memang sudah berubah.
Masyarakat semakin berorientasi pada problem solving. Ini
bukan lagi era pembangunan disekat-sekat dengan perspektif
ideologi yang kaku. Ini era segala hal dituntaskan kasus per
kasus, dengan modifikasi praktis yang tak lagi dituntun oleh
grand design ideologi.
Pertarungan politik, terutama di Dunia Barat, diandaikan hanya
terjadi seperti persaingan Coca Cola versus Pepsi Cola. Semua
politisi yang bertarung percaya pada demokrasi, meyakini prinsip
hak asasi manusia, dan sama-sama menyetujui kapitalisme.
Tak ada pertarungan grand design ideologi lagi yang membelah.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 43


Yang ada hanyalah perbedaan nuansa dan perbedaan posisi
atas isu.
Ideologi model lama: kapitalisme, sosialisme, fasisme,
feminisme, liberalisme, konservatisme, negara agama, akan
tetap hadir sebagai wacana. Namun di dunia demokrasi, public
policy semakin dituntun oleh hasil riset.
Persepsi pemilih, harapan publik luas, kemarahan voters
menjadi orientasi utama kebijakan.
Marketing politik di era 2020 sangat terkait dengan orientasi
pasar. Bahkan sering disebut, inti dari marketing politik zaman
baru itu sendiri pada dasarnya adalah politik yang berorientasi
pasar.
Partai atau kandidat dipaksa zaman menerima kehendak pasar
sebagai hal yang utama. Strategi politik pun didasarkan pada
dinamika pasar (pemilih).

REFLEKSI
Membaca buku ini, kita akan merasakan cita rasa khas
Denny JA: membedah isu-isu yang sangat rumit njelimet, ke
dalam pembahasaan yang ringan, mudah dicerna. Substansi
pengetahuan yang sangat kaya dengan mudah kita tangkap.
Ilmu marketing politik yang teoretis selalu dipadukan contoh-
contoh konkret yang gamblang, plus data dan detail kasus yang
solid juga menjadi ciri khasnya yang lain.
Ditambah pula, ia adalah konsultan politik yang mencatatkan
banyak sejarah gemilang dalam bidang ini.
Sebagian orang menganggapnya sebagai “The Founding Father”
konsultan politik Indonesia.

44 Menari di Alam Gagasan


Dengan jam terbangnya sebagai konsultan politik, terasa benar
bahwa formulasi yang digulirkan dalam buku ini berbasis
pengalaman lapangan yang nyata.
Dalam hal ini, titik penting kontribusi Denny JA melalui buku ini
adalah memberi semacam panduan bagi para politisi dan pelaku
politik di Indonesia yang mau tidak mau harus memosisikan
marketing politik sebagai elemen inti dalam pertarungan politik
mereka.
Rasanya tak banyak pengamat dan ilmuwan politik kita yang
“membuka dapur” dan mau berbagi peralatan dapurnya bagi
orang lain. ***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 45


Judul : Membangun Legacy; 10 P untuk
Marketing Politik: Teori Dan Praktik
Tahun : Agustus, 2020
Tebal : 230 halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

46 Menari di Alam Gagasan


Ringkasan Buku: Jalan Demokrasi dan Kebebasan untuk
Dunia Muslim; Indonesia sebagai Model?
PETA JALAN 50 NEGARA MUSLIM MENUJU
DEMOKRASI

Salah satu pertanyaan yang memiliki sejarah panjang tak


berkesudahan di kalangan kaum intelektual muslim adalah:
apakah demokrasi berkesesuaian dengan Islam? Polemik
berkepanjangan menyertai pertanyaan ini. Di satu sisi, banyak
intelektual menyimpulkan betapa jauhnya perbedaan demokrasi
dengan Islam. Islam bersandar pada kedaulatan Tuhan,
sementara demokrasi bersandar pada kedaulatan rakyat. Di sisi
yang lain, banyak pula intelektual yang berkesimpulan, pada
dasarnya prinsip-prinsip Islam sejalan dengan demokrasi, dan
untuk itu Islam versus demokrasi tidak layak dipertentangkan.
Buku Denny JA ini dimulai dengan pernyataan provokatif
bahwa pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sia-sia belaka.
Pertanyaan ini tak akan memberi kepastian apa pun karena
beragamnya interpretasi. Apalagi kita pun membaca sejarah.
Apa yang terjadi pada dunia nyata bukan semata produk sebuah
interpretasi agama, tapi juga hasil pertarungan nyata kekuatan
sosial, politik dan ekonomi.
Dan Denny JA juga menyediakan jawaban atas pernyataan
itu. Bahwa gelombang peradaban besar akan bekerja lebih
kuat dari rezim manapun. Gelombang itu akan membawa 50
negara muslim menuju pilihan demokrasi dan kebebasan. Dan
Indonesia adalah negara dengan jumlah pemeluk Islam terbesar
di dunia yang sangat layak menjadi model.
Namun, untuk menuju ke pilihan demokrasi dan kebebasan itu,

Ringkasan 24 Buku Denny JA 47


negara muslim perlu terminal awal mengingat rute yang akan
ditempuh agak jauh. Terminal awal itu adalah apa yang disebut
sebagai illiberal democracy. Ini mengandaikan, kita tidak bisa
berasumsi bahwa negara-negara muslim itu akan langsung
menerapkan demokrasi seutuhnya (yang dalam definisi Denny
JA adalah demokrasi liberal). Perlu tahapan-tahapan yang bisa
jadi panjang. Namun, sejarah akan menuju ke sana. Dan harus
menuju ke sana.

Lima Gagasan Utama Buku:


1. DI MANAKAH POSISI NEGARA MUSLIM?
2. TERMINAL PERTAMA DEMOKRASI DUNIA MUSLIM
3. INDONESIA SEBAGAI MODEL
4. DINAMIKA DEMOKRASI DI DUNIA
5. ISU-ISU PENTING DEMOKRASI

SATU
Sejak 2006, Economist Intelligence Unit membuat ranking
negara berdasarkan kualitas demokrasi dan kebebasan yang
mengukur 167 negara di dunia. Dirilislah apa yang disebut
sebagai Democracy Index yang mengukur kualitas demokrasi
menggunakan 60 indikator. Lembaga ini pun membuat
empat klaster kualitas demokrasi. Yang paling berkualitas, ia
sebut dengan Demokrasi Yang Matang (Full Democracy), lalu
Demokrasi Setengah Matang (Flawed Democracy), lalu yang
disebut Sistem Campuran (Hybrid Regimes). Klaster yang paling
rendah adalah Rezim Otoriter (Authoritarian Regimes).
Di manakah posisi 50 negara muslim? Dari 60 negara mayoritas
muslim, 50 negara yang ada datanya, menunjukkan hanya 3
negara yang masuk kategori Flawed Democracy, 17 negara

48 Menari di Alam Gagasan


masuk Hybrid Regimes, dan sebanyak 30 negara muslim
berada pada kualitas demokrasi dan kebebasan paling rendah,
Authoritarian Regime. Dengan kata lain, 60 persen dari negara
muslim berada pada halaman paling buncit dari evolusi kualitas
demokrasi dan kebebasan.
Dari indeks demokrasi itu, pengaruhnya juga antara lain kepada
tingkat kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Peradaban
semakin maju, dan kebutuhan manusia pun semakin bisa
diukur. Kemakmuran, kesejahteraan, perlindungan terhadap
hak individu--terutama hak berekspresi dan beragama, jaminan
kesehatan dan pendidikan, semua itu adalah kebutuhan ideal
setiap manusia yang membawa mereka kepada tujuan paling
umum disepakati: kebahagiaan. Kehadiran negara salah satunya
adalah untuk mewujudkan segala yang ideal untuk warganya.
Itu pulalah keinginan warga secara umum di 50 negara muslim.
Bahkan, sebuah riset yang disebut Islamicity Index yang
menggunakan prinsip-prinsip yang diturunkan dari ajaran
Islam, menunjukkan, negara-negara dengan skor tertinggi tidak
dimiliki oleh negara muslim. Alhasil, negara paling islami justru
adalah negara semacam Selandia Baru, Swiss, Belanda, yang
menganut demokrasi dan kebebasan.
Kenyataan inilah yang mengharuskan negara muslim akan
terbawa arus hukum besi sejarah, menuju demokrasi.

DUA
Lalu kapankah dunia akan menyaksikan gelombang besar 50
negara muslim untuk berhijrah—atau bahkan berhijrah massal-
-menuju demokrasi dan kebebasan? Mungkinkah itu terjadi?
Hijrah massal lebih dari dua puluh negara bukan hal yang asing.
Dua puluh tahun lalu, dunia pernah menyaksikan hijrah massal

Ringkasan 24 Buku Denny JA 49


di kawasan Blok Negara Komunisme. Di tahun 1989 hingga
kini, terjadi musim gugur Blok Soviet dan Eropa Timur. Uni
Soviet pecah menjadi lima belas negara baru. Yugoslavia pecah
menjadi lima negara baru. Cekoslowakia pecah juga menjadi
dua negara. Bervondong-bondong mereka meninggalkan sistem
politik berbasis komunisme menuju negara-negara demokrasi.
Jika datang masa itu, musim bunga di kawasan muslim, tentu
memerlukan peta jalan. Hijrah massal sebuah kawasan pastilah
terjadi secara bertahap pula.
Terminal pertama yang akan dicapai oleh hijrah massal Dunia
Muslim adalah demokrasi minus liberalisme. Ialah sistem politik
dan ekonomi yang melaksanakan pemilu (pemilihan umum),
tapi dengan sistem kebebasan terbatas.
Kultur kebebasan, yang sepenuhnya menjamin hak asasi
manusia, tentu tak bisa diharap langsung tumbuh di kawasan
ini. Demokrasi minus liberalisme adalah titik kompromi awal
Dunia Muslim dan Dunia Barat.
Apakah modal sosialnya memungkinkan? Lihatlah survei
Pew Research Center tahun 2012 di enam negara muslim:
Mesir, Yordania, Lebanon, Pakistan, Tunisia dan Turki. Kepada
responden yang mewakili secara random populasi negara itu
dieksplorasi. Apakah sistem politik demokrasi menjadi pilihan?
Di Yordania, Turki, Mesir dan Tunisia, mayoritas respon di atas
50 persen memilih demokrasi. Presentasenya sekitar 61 persen
hingga 84 persen. Di Pakistan yang memilih demokrasi sebesar
42 persen. Tapi demokrasi tetap menjadi pilihan tertinggi di
Pakistan dibandingkan sistem politik lainnya.
Mengapa demokrasi dipilih? Jawaban responden beragam,
mulai dari demokrasi memajukan ekonomi, hingga rakyat
sendiri yang memilih pemimpin. Mulai dari demokrasi menjamin

50 Menari di Alam Gagasan


kebebasan berbicara, menjamin kebebasan agama, hingga
media tidak disensor. Termasuk yang disukai dari demokrasi
adalah tumbuhnya kultur kesetaraan gender.

TIGA
Apakah Indonesia layak menjadi model bagi dunia muslim
untuk menuju jalan demokrasi?
Transisi demokrasi di Indonesia menuju demokrasi dapat
dikatakan stabil, aman dan mencerahkan. Setidaknya ada
empat alasan mengapa Indonesia dapat menjadi rujukan kuat
bagi suksesnya Dunia Muslim bertransisi.
Pertama, sejak reformasi tahun 1998, sudah berlangsung
pemilu yang relatif aman berkali-kali. Pertama kali pemilu yang
benar-benar bebas era reformasi di tahun 1999, lalu berlanjut
setiap lima tahun: 2004, 2009, 2014 hingga 2019. Dalam semua
pemilu, relatif situasi politik terkendali. Tak pernah ada kasus
pemenang pemilu ingin menghentikan pemilu berikutnya.
Kedua, di Indonesia, perubahan kekuasaan terbukti bisa
berlangsung dengan damai. Pemilu adalah temuan peradaban
modern di mana rakyat yangmenentukan siapa yang mereka
inginkan untuk berkuasa. Peralihan kekuasaan selalu mungkin
terjadi pada setiap pemilu.
Ketiga, di Indonesia, sungguh pun mayoritas penduduknya
muslim, partai yang acap kali menang pemilu justru bukan
partai yang berbasiskan agama. Yang selalu menang justru
partai dengan platform keberagaman: PDIP, Golkar, Demokrat
dan PDIP lagi.
Keempat, data mutakhir dari Democracy Index 2019
menggambarkan dari 60 negara mayoritas muslim, 50 negara
yang ada datanya, hanya 3 negara berada pada kualitas Flawed

Ringkasan 24 Buku Denny JA 51


Democracy. Ini memang bukanlah level demokrasi tertinggi. Tapi
untuk Dunia Muslim, Flawed Democracy itu level tertinggi yang
bisa dicapai tahun ini. Dan meskipun di level ini ada Malaysia
dan Tunisia, Indonesia lebih teruji terjadi perubahan kekuasaan
berkali-kali.

EMPAT
Kelahiran, perjalanan, dan dinamika politik yang berbasis
demokrasi dan kebebasan tidak berdiri di titik nol. Ada lokalitas,
basis kultur, dan dinamika relasi kuasa yang membuat model
demokrasi di negara-negara di dunia cukup beragam.
Di Inggris, baik demokrasi atau pun kebebasan harus lahir
dengan meruntuhkan dahulu feodalisme dan kerajaan
diktatorial. Sedangkan di Amerika Serikat, datangnya demokrasi
dan kebebasan lebih mudah karena negara itu tak memiliki
tradisi feodalisme yang kuat, apalagi kerajaan diktatorial. Di
Inggris, keluarga kerajaan, para aristokrat tuan tanah, dan kelas
borjuasi pedagang yang lahir karena datangnya kapitalisme
menjadi sumbu politik.
Demokrasi di Eropa, seperti ditunjukkan dari contoh Austria
dan Jerman, tidak selalu mengarah pada lahirnya liberalisme.
Jalan berliku menuju demokrasi liberal sering dilewati melalui
episode revolusi sosial, fasisme, dan perang. Tapi sejarah
bangsa-bangsa besar Eropa Kontinental seperti Jerman dan
Prancis jauh menghadapi masa-masa yang lebih sulit karena
kuatnya tradisi populisme otoritarian.
Di Meksiko, demokrasi liberal dijalankan melalui rute reformasi
ekonomi, baru kemudian reformasi politik. Biasanya reformasi
ekonomi memerlukan persyaratan berupa reformasi hukum
dan pengenduran kekuasaan politik. Di Meksiko liberalisasi
ekonomi dipacu oleh negara otoriter.

52 Menari di Alam Gagasan


Sementara, China adalah contoh lain bagaimana menunda
demokrasi dengan mencangkokkan kapitalisme ke batang
pohon negara fasis. China tahu bahwa menempuh kapitalisme
bukan sekadar menjalankan perombakan ekonomi tapi juga
reformasi signifkan sistem administrasi dan hukum. Pemerintah
China bahkan membiarkan dilangsungkannya pemilihan umum
(pemilu) di beberapa wilayah dan mempersilakan kalangan
bisnis bergabung dengan Partai Komunis.
Banyak negara di Asia, Afrika, juga Amerika Latin, mengambil
jalan demokrasi. Para elite di kawasan itu bereksperimen, walau
mereka datang dari latar belakang sejarah dan kultur yang
berbeda dibandingkan Eropa dan Amerika Serikat. Namun yang
tumbuh di kawasan itu bukanlah liberal demokrasi. Yang subur
di sana justru iliberal demokrasi. Ini jenis demokrasi minus
atau tanpa kebebasan. Ujungnya, wilayah ini malah melahirkan
diktator jenis baru.

LIMA
Seperti halnya semua transformasi besar dalam sejarah manusia,
demokratisasi juga mempunyai sisi gelap. Apa yang terjadi jika
pemimpin yang dipilih secara demokratis membawa negaranya
menghidupkan rasisme, sentimen agama, atau anti imigran?
Apa yang terjadi jika demokrasi dibajak oleh pemimpinnya
sendiri?
Ini adalah salah satu isu penting dalam demokrasi. Ini bukan
hanya soal masa lalu seperti Adolf Hitler di Jerman, di era
sebelum Perang Dunia II. Hitler terpilih secara demokratis. Ia
kemudian membawa Jerman dalam praktek rasisme, kekerasan,
dan pembunuhan penduduk sipil paling kejam dalam sejarah
modern. Demokrasi yang dibajak juga terjadi pada masa kini. Di
tahun 2020, di pusat peradaban modern Amerika Serikat, banyak

Ringkasan 24 Buku Denny JA 53


media, intelektual dan politisi melawan presidennya sendiri:
Donald Trump. Mereka menganggap Trump mengembangkan
kebijakan publik dan praktek politik yang merusak fondasi
kebebasan, sehingga Amerika jatuh pada kategori Flawed
Democracy di tahun 2018. Skornya di bawah Estonia, Chili, dan
Korea Selatan.
Isu lainnya adalah ironi demokrasi ala Yugoslavia dan Indonesia.
Dilema politik internasional akan terjadi jika demokratisasi
global justru melahirkan rezim-rezim demokrasi iliberal. Ketika
Yugoslavia dan Indonesia berada di bawah sistem kediktatoran,
rezim-rezim itu dikenal stabil, sekuler, toleran, dan mampu
mencegahkonfik-konfik etnis dan agama. Begitu mengalami
demokratisasi, Yugoslavia terpecah menjadi negara-negara
berbasis etnis dan agama. Sementara Indonesia terancam jatuh
pula karena konfik-konflik agama.
Isu berikutnya adalah relasi antara demokrasi dan kebebasan.
Sejak semula, demokrasi dan kebebasan memang merupakan
dua gagasan yang berbeda. Adalah salah menyamakan
gagasan demokrasi dan liberalisme. Demokrasi di Yunani Kuno
tidak didasarkan pada gagasan mengenai liberalisme dalam
pengertian yang kita pahami sekarang. Demokrasi di Yunani
Kuno didasarkan pada gagasan mengenai kebebasan warga
negara (demos) untuk mengembangkan gagasan partisipasi
politik.
Dalam liberalisme, terkandung gagasan mengenai kebebasan
individual yang melekat pada setiap orang. Kebebasan individual
itu mencakup kebebasan berbicara, kebebasan berkeyakinan,
kebebasan mengem- bangkan diri, kebebasan berserikat,
dan kebebasan untuk tidak ditindas oleh kekuasaan negara.
Di Yunani Kuno, warga polis yang memiliki hak demokratik
hanya terdiri dari laki-laki dengan jumlah kekayaan tertentu.
Demokrasi semacam itu terbatas. Itu bukan jenis demokrasi

54 Menari di Alam Gagasan


untuk semua individu. Anggota parlemen tidak dipilih oleh
seluruh rakyat seperti dikenal dalam demokrasi modern, tapi
diundi di kalangan warga polis.

REFLEKSI
Betapapun, tidak ada sistem politik maupun ekonomi di dunia
ini yang bisa dianggap paripurna dan bisa diterapkan begitu saja
di semua negara di dunia.
Betapapun, demokrasi dan kebebasan, seperti dipercaya oleh
Denny JA, adalah hukum besi sejarah yang tidak mungkin
ditolak. Pada waktunya, sejarah akan membawa negara-negara
di manapun dunia ini akan menuju ke sana, termasuk negara-
negara muslim. Namun jalan menuju ke sana, masih sangat
perlu didiskusikan lebih lanjut.
Peta jalan yang diberikan oleh Denny JA dalam buku ini memang
mengarah kepada satu idealitas demokrasi yang disebut
demokrasi liberal ala Barat. Pertanyaan yang bisa diajukan
kemudian: apakah memang hanya ada satu jalan menuju ke
sana? Atau, apakah standar demokrasi ideal adalah demokrasi
ala Eropa dan Amerika Serikat?
Demokrasi liberal telah membawa negara-negara Barat
pada kemajuannya. Namun juga ada contoh lain: China dan
Korea Selatan mencapai modernitas dan demokrasi dengan
cara mereka sendiri. Mungkin juga negara muslim perlahan
mampu merumuskan rutenya sendiri menuju demokrasi dan
kebebasan. Dunia Islam memiliki sejarah, budaya, nilai-nilai,
dan religiositasnya sendiri.
Tentu saja, provokasi dan diskursus seperti ini harus terus
digulirkan. Dan Denny JA telah dengan berani menawarkan
menggunakan Indonesia sebagai model. Kedekatan kultur

Ringkasan 24 Buku Denny JA 55


dan basis religiositas Indonesia lebih memungkinkan untuk
mendorong kampanye ini ke segala penjuru mata angin.
Nah, mampukah negara-negara muslim merumuskan jalannya
sendiri menuju ke sana? Mampukah Indonesia membabat alas
menyediakan rute untuk saudara-saudaranya di sebelah sana?
Ini pertanyaan untuk kita semua. ***

56 Menari di Alam Gagasan


Judul : Jalan Demokrasi dan Kebebasan
untuk Dunia Muslim; Indonesia
sebagai Model?
Tahun : Februari, 2020
Tebal : 144 + XIV halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

Ringkasan 24 Buku Denny JA 57


Ringkasan Buku Denny JA (dan Tim):
Rumah Bersama Kita Bernama Indonesia
BUKU PANDUAN GERAKAN KEBANGSAAN

Sahabat, tentu kita sepakat bahwa Indonesia dibangun dari dan


oleh beragam perbedaan. Kita juga mengerti betul bahwa kita
memiliki empat pilar bangsa berdiri di atas segala perbedaan
itu.
Kita sepakat pula bahwa terorisme adalah ancaman nyata bagi
harmoni dan kedamaian seluruh elemen bangsa.
Namun kita perlu bertanya, apakah empat pilar itu sudah
keropos dan tidak laku sehingga radikalisme dan terorisme
terus terjadi di negeri ini?
Buku ini memaparkan dengan gamblang ancaman radikalisme,
kapan dan mengapa seseorang menjadi radikal, serta bagaimana
menangkal radikalisme dan terorisme itu.
Lebih jauh, buku ini juga menegaskan tentang empat pilar yang
merupakan pondasi rumah Indonesia yang damai dan beragam.
Dalam hal ini, Pancasila menjadi Dasar Negara yang penting
untuk diperkuat dan dikampanyekan ulang.
Untuk itu, buku yang ditulis oleh Denny JA dan Tim ini juga
menawarkan solusi yang lebih konkret bagaimana kita
memaknai dan memasarkan Pancasila sesuai kebutuhan dan
semangat zaman saat ini.
Buku ini adalah upaya konkret untuk merawat kebinekaan,
lengkap dengan panduan kehidupan berbangsa: siapa
melakukan apa, bagaimana strateginya, serta apa yang
diharapkan menjadi ujung dari seluruh strategi merawat rumah

58 Menari di Alam Gagasan


bersama bernama Indonesia ini.

Lima Gagasan Utama Buku:


1. RADIKALISME-TERORISME HARUS DIKENALI FAKTOR DAN
PROSESNYA

2. KENALI PULA DUA RANAH STRATEGI PENANGGULANGAN


TERORISME

3. FONDASI RUMAH INDONESIA HARUS DIPERKOKOH DEN-


GAN TAFSIR YANG SESUAI ZAMAN

4. MENJAGA RUMAH BERSAMA HARUS MENYEPAKATI ATUR-


AN MAIN

5. PANCASILA HARUS DISEBARKAN DENGAN MENCETAK JURU


BICARA DAN MENGGUNAKAN STRATEGI YANG BENAR

SATU
13 Mei 2018, Indonesia dikejutkan oleh meledaknya bom di
beberapa gereja di Surabaya. Lebih mengejutkan lagi karena
pelaku bom ini melibatkan suami, istri, dan empat anaknya.
Bahkan anak terkecil mereka yang berumur 9 tahun.
Ini ancaman nyata terorisme Indonesia, dan bahkan pola baru
terorisme karena melibatkan satu keluarga.
Pertanyaan mendasarnya, mengapa ada orang yang memilih
jalan terorisme yang mengorbankan banyak nyawa manusia?
Louise Richardson merumuskan tiga variabel penyebab
seseorang menjadi teroris. Pertama, adanya individu yang
terasing. Terorisme dimulai dari adanya individu-individu yang
mengalami masalah dalam kehidupan pribadinya. Kedua,

Ringkasan 24 Buku Denny JA 59


adanya komunitas yang mendukung. Adanya individu yang
teralienasi tidak akan berpengaruh tanpa adanya dukungan
dari organisasi. Ketiga, adanya ideologi yang melegitimasi.
Ideologi ini menjadi dasar pembenar individu dalam melakukan
tindakan kekerasan, bahwa apa yang dilakukan bisa dibenarkan
dan mempunyai tujuan baik.
Ahli lain melihat faktor penting mengapa orang bisa menjadi
teroris. Pertama, adanya sebagian orang yang merasa
diperlakukan tidak adil. Sistem hukum yang ada atau negara
tidak memihak ke mereka. Kedua, mereka terpengaruh dengan
paham agama yang dipahami secara tidak pas sehingga dijadikan
justifikasi untuk melakukan aksi teror.
Misalnya, makna jihad yang dipersempit dan dijadikan justifikasi
aksi teroris. Padahal, jihad memiliki banyak makna dan luas.
Kesimpulan yang bisa diambil dari banyak kasus: perilaku
terorisme tidak muncul tiba-tiba, tetapi melalui tahapan atau
proses. Seringkali, pada mulanya individu terlihat baik tetapi
kemudian mengalami transformasi menjadi pelaku terorisme.

DUA
Lalu bagaimana strategi menanggulangi terorisme? Ada dua
pendekatan yang sama-sama penting. Pertama, pendekatan
hard-power. Inti dari pedekatan ini, terorisme adalah musuh
bersama, dan karena itu terorisme harus dihancurkan lewat
upaya pengejaran pelaku, penangkapan, dan sebagainya.
Kedua, pendekatan soft-power. Pada pendekatan ini, upaya
menangkal terorisme dilakukan dengan jalan persuasi untuk
mencegah agar orang tidak terlibat dengan terorisme dan
mengajak orang yang terlibat terorisme agar sadar dan tidak
mengulangi perilaku terorisme kembali.

60 Menari di Alam Gagasan


Tindakan hard-power jika tidak dilakukan secara hati-
hati akan menguntungkan kelompok teroris. Mereka bisa
mempropagandakan diri mereka sebagai korban. Propaganda
ini bisa berhasil ketika masyarakat menjadi simpati terhadap
kelompok teroris. Karena itu strategi penting dalam penanganan
terorisme adalah soft-power, di antaranya melalui upaya
deradikalisasi.
Deradikalisasi adalah upaya untuk mengubah orang atau
kelompok yang mempunyai paham radikal agar berubah atau
kembali seperti sebelum menjadi radikal.
Tito Karnavian pernah membuat studi menarik bersama dengan
Melani Arnaldi mengenai proses dan tahapan deradikalisasi ini.
Menurut mereka, deradikalisasi tidak bisa dipisahkan dengan
radikalisasi.
Kita bisa memotong tahapan radikalisasi dan mengubah menjadi
deradikalisasi. Untuk menggambarkan proses radikalisasi,
Arnaldi dan Karnavian menggunakan teori-teori dalam lapangan
psikologi.
Menurut mereka, deradikalisasi bisa dilakukan di antaranya
dengan melakukan intervensi kognitif kepada seseorang.
Individu pelaku terorisme atau yang berpotensi melakukan
terorisme bisa “dibenturkan” dengan kognisi lain sehingga
mengalami distorsi kognitif.
Sebagai misal, pelaku terorisme percaya bahwa tindakan
terorisme akan dibalas oleh Tuhan dengan janji surga.
Deradikalisasi bisa dilakukan dengan memberikan wacana dan
interpretasi lain, misalnya lewat buku, pendapat para ulama
dan sebagainya.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 61


TIGA
LSI Denny JA pada Juli 2018 melaporkan hasil surveinya: Dalam
waktu 13 tahun, 2005-2018, warga yang mendukung Pancasila
menurun sekitar 10 persen. Sementara dalam waktu yang
sama, warga yang mendukung NKRI bersyariah menaik sekitar
9 persen. Pancasila adalah perekat keberagaman sekaligus
identitas nasional. Apa jadinya dengan Indonesia jika perekat
itu melemah?
Indonesia adalah sebuah rumah, tepatnya sebuah rumah
besar yang dihuni oleh ratusan juta warga dengan ribuan
pulau, etnis, bahasa dan agama yang beragam. Rumah yang
baik membutuhkan fondasi atau dasar yang baik karena akan
membuat rumah tersebut kokoh.
Pancasila adalah konsensus terbaik yang menyatukan berbagai
pandangan, keragaman suku, etnis, dan agama di Indonesia.
Lewat Pancasila, warga yang beragam bersepakat untuk
mempunyai dasar bernegara yang sama.
Kita bisa bayangkan jika tidak ada Pancasila, maka negara
Indonesia akan goyah.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menjaganya? Pancasila
bisa berpotensi ditafsirkan secara sepihak oleh penguasa, bisa
digunakan sebagai dasar pembenar dari tindakan dan perilaku
yang tidak demokratis dan bertentangan dengan hak asasi
manusia.
Karena ini Pancasila perlu ditafsirkan sesuai dengan prinsip
peradaban modern, demokrasi, dan hak asasi manusia. Untuk
itu, sebagai sebuah ideologi, Pancasila harus ditempatkan
sebagai ideologi yang terbuka.

62 Menari di Alam Gagasan


EMPAT
Untuk menjaga rumah besar bernama Indonesia itu, tentu harus
ada rambu-rambu yang disepakati bersama seluruh penghuni
rumah. Jika semua warga Indonesia menginginkan rumah
besar ini terjaga dan membawa kedamaian serta kesejahteraan
bersama, maka rambu-rambu itulah yang harus ditaati semua
warga.
Ini harus berangkat dari titik pijak hak asasi manusia, hak yang
melekat pada setiap individu sejak mereka lahir.
Setidaknya ada tiga hal yang boleh dilakukan sebagai warga
negara Indonesia. Pertama, Hak sipil: biarkan saya menjadi diri
sendiri. Kedua, Hak sosial: jangan campuri urusan kami, dan Hak
Politik: biarkan kami ikut berpartisipasi. Ketiga, Hak ekonomi:
beri kami kehidupan yang layak.
Di sisi lain, ada tiga hal yang harus dilakukan oleh pemerintah.
Tiga hal ini sudah tercantum juga dalam Undang-undang Dasar
1945. Pertama, meghormati hak. Terhadap hak asasi warganya,
negara harus menahan diri untuk melakukan intervensi, kecuali
atas alasan hukum yang sah (legitimate). Kedua, melindungi hak.
Negara harus melindungi hak warganya dari pelanggaran yang
dilakukan aparat negara maupun pelanggaran atau tindakan
yang dilakukan oleh entitas atau pihak lain non negara.
Ketiga, memenuhi hak. Ini memuat dua dimensi kewajiban
negara, yakni kewajiban untuk memfasilitasi dan kewajiban
untuk menyediakan.

LIMA
Setelah memahami gagasan, penafsiran pancasila yang
disesuaikan zaman, lalu apa yang harus kita lakukan?

Ringkasan 24 Buku Denny JA 63


Menurunnya dukungan Pancasila harus diantisipasi dengan
berbagai strategi. Mengacu pada konsep dalam dunia
pemasaran, Pancasila adalah sebuah produk yang harus bersaing
dengan produk (ideologi) lain. Ideologi Pancasila, harus mampu
dipasarkan dengan baik agar diterima oleh konsumen (publik
Indonesia).
Hal baik yang tidak diorganisir akan dikalahkan oleh hal buruk
yang diorganisir. Gagasan baik yang tidak diperjuangkan,
digaungkan, disosialisasikan bisa dikalahkan oleh gagasan buruk
yang dimarketingkan secara efektif.
Dalam konteks memasarkan gagasan ini, persuasi adalah pilihan
pendekatan. Kita diharapkan bisa berperan sebagai persuader
yang bisa meyakinkan publik pentingnya menjaga nilai-nilai
Pancasila dan toleransi.
Harus diingat, persuasi adalah sebuah seni, bagaimana kita
mengubah sikap atau perilaku orang tidak dengan paksaan.
Orang berubah sikap atau perilaku karena kerelaan atau
kesadaran. Dan keberhasilan persuasi juga ditentukan oleh
bagaimana pesan persuasi tersebut dikemas.

REFLEKSI
Menurunnya dukungan publik terhadap Pancasila dipengaruhi
oleh banyak faktor. Salah satu faktor pentingnya adalah
minimnya terobosan untuk memasarkan nilai Pancasila,
sementara ideologi lain dipasarkan sedemikian rupa sehingga
mampu meyakinkan publik bahwa Pancasila adalah sistem
salah yang kita anut.
Melemahnya penjiwaan nilai Pancasila juga berimplikasi
panjang pada kerentanan masyarakat terhadap perilaku dan
tindakan yang mengarah pada penggunaan kekerasan hingga

64 Menari di Alam Gagasan


terorisme.
Buku ini dengan sangat runut membangun argumentasi dan
melihat persoalan kebangsaan ini dengan jernih, sehingga
pembaca dituntun untuk melihat dengan jelas persoalan
kebangsaan kita beserta faktor-faktor yang menyebabkan
lahirnya keterancaman rumah besar bernama Indonesia ini.
Tidak berhenti di sana, buku ini juga menyediakan tools
dan strategi penting bagaimana menafsir falsafah dan dasar
negara ini sesuai dengan kemajuan zaman, serta strategi untuk
mengembalikan kepemilikan bangsa ini terhadap Pancasila dan
nilai-nilainya.
Membaca buku ini membuat kita seperti mengikuti sebuah
pelatihan kebangsaan dengan materi kognitif yang cukup,
dilengkapi dengan pengetahuan skill yang membuat kita siap
menjadi penjaga rumah besar Indonesia, menjadi juru bicara
Pancasila. ***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 65


Judul : Rumah Bersama Kita Bernama
Indonesia
Tahun : Oktober, 2018
Tebal : 300 Halaman
Penulis : Denny JA dan Tim
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

66 Menari di Alam Gagasan


Ringkasan Buku: NKRI Bersyariah atau Ruang Publik
yang Manusiawi?
RUANG AGAMA DALAM NEGARA MODERN

Sahabat, pernahkah Anda mendengar apa yang dikatakan


Muhammad Abduh, Sang Pembaharu Islam dari Mesir sekitar
satu abad yang lalu? “I went to the West and saw Islam, but no
Muslims; I got back to the East and saw Muslims, but not Islam.”
Lalu di tahun 2017, ada yang kemudian disebut Islamicity
Index, yang membuat ukuran kehidupan sosial masyarakat
berdasarkan nilai-nilai yang disebutnya sebagai nilai islami.
Hasilnya, negara yang paling islami di dunia ini adalah Selandia
Baru, dan 10 negara paling islami di dunia adalah negara-negara
di Barat. Sedangkan negara yang mayoritasnya Muslim justru
rangkingnya cenderung rendah. Misalnya: Malaysia (rangking
43), Uni Emirat Arab (rangking 47), Indonesia (rangking 74), dan
Arab Saudi (rangking 88).
Itulah salah satu data yang dipaparkan oleh Denny JA
menanggapi satu istilah yang terus dikampanyekan oleh seorang
Habib Rizieq Syihab, yakni NKRI Bersyariah.
Habib Rizieq sendiri belum jelas hendak menawarkan konsepsi
seperti apa dengan istilah itu. Namun perdebatan tentang
Indonesia seperti apa yang kita inginkan harus menjadi
perdebatan yang terus diupdate, karena diskursus seperti ini
harus terus diuji untuk memperkuat fundamen kebangsaan
kita.
Melalui artikelnya, Denny JA menawarkan agar publik
mendiskusikan ulang tentang konsepsi fundamental rumah

Ringkasan 24 Buku Denny JA 67


besar kita bernama Indonesia ini, menanggapi lontaran NKRI
Bersyariah ala Habib Rizieq.
Dan buku ini adalah rekaman dari 21 pakar yang menanggapi
artikel Denny JA tersebut.

Lima Gagasan Utama Buku:


6. PUBLIC RELIGION DAN PARADOKS PENGUSUNG NKRI
BERSYARIAH
7. INDONESIA SUDAH BERSYARIAH, TIDAK PERLU
DIPERTENTANGKAN
8. GAGASAN NKRI BERSYARIAH IDENTIK DENGAN PENDEKATAN
TOTALITARIAN
9. NKRI BERSYARIAH MENGANDUNG KONTRADIKSI PADA
DIRINYA
10. JANGAN MENUTUP DIALOG DENGAN MENGATAKAN
PANCASILA SUDAH FINAL

SATU
Sesi ini dimulai dengan tulisan Airlangga Pribadi. Ia menegaskan
bahwa Pancasila sebagai landasan negara memberikan ruang
yang cukup luas terhadap agama untuk berkiprah di ruang
publik. Dalam Pancasila kita menghayati relasi negara dan
politik dalam konteks penguatan public religion.
Dalam komitmen atas public religion, cita-cita Pancasila
memberikan penghormatan timbal balik antara posisi agama
dan negara.
Ada juga Al Chaidar yang mencoba menunjukkan ironi para
aktivis muslim yang mengusung tema syariah, negara Islam
atau khilafah, namun berperilaku jahiliyah, menikmati darul

68 Menari di Alam Gagasan


harb yang konfliktual, namun lupa mempersiapkan kerangka
konseptual yang cukup, ketika berhadapan dengan aktivis
lainnya yang lebih siap dengan fakta, data, dan metodologi.
Trisno S. Sutanto menyebut diskursus NKRI bersyariah pada
dasarnya adalah pertarungan diskursus mengenai “visi
ketuhanan” yang terkandung dalam sila pertama Pancasila.
Karena itu ia mengusulkan pembacaan ulang terhadap pidato
klasik Bung Karno saat ia pertama kali merumuskan kelima sila
yang akhirnya diterima menjadi landasan negara.
Negara yang dibayangkan Soekarno adalah negara di mana
“tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara
yang leluasa.” Itu berarti suatu negara yang dapat menjadi
rumah bersama bagi setiap keyakinan.

DUA
Dr. Rumadi, dalam tulisannya menganalisis bahwa jargon NKRI
bersyariah ini adalah sisa konflik masa lalu, lanjutan dari polemik
piagam Jakarta yang menghapuskan tujuh kata. Baginya, teriak-
teriak NKRI bersyariah tanpa visi penciptaan ruang publik yang
manusiawi justru bisa menjebak orang pada otoritarianisme
beragama. Akibatnya, mereka dengan mudah akan menuduh
orang lain yang berbeda pikiran sebagai anti-Syariah.
Sementara, Adian Husaini justru mempertanyakan dikotomi
antara syariat Islam dan Pancasila. Baginya, mempertentangkan
kedua hal itu adalah ahistoris dan tidak logis. Baginya, di negara
yang adil dan beradab, syariat dan nilai-nilai kemanusiaan
universal bisa diletakkan pada tempatnya secara proporsional
(adil). Tidak perlu keduanya dipertentangkan.
Pada tanggapan berikutnya, Asvi Warman Adam juga
menggarisbawahi tidak perlunya wacana NKRI Bersyariah,
karena semuanya sudah diperoleh oleh umat Islam di

Ringkasan 24 Buku Denny JA 69


Indonesia. Sepanjang sejarah Indonesia sejak merdeka, semua
tuntutan umat Islam sudah dipenuhi pemerintah, kecuali
yang membahayakan keutuhan bangsa dan negara, seperti
pemberontakan.

TIGA
Kastorius Sinaga, melalui tanggapannya dengan tegas
menentang gagasan NKRI Bersyariah. Baginya, NKRI Bersyariah
merupakan gagasan politik yang secara sosiologis bertentangan
dengan kondisi objektif masyarakat Indonesia yang sangat
plural.
Gagasan ini identik dengan pendekatan totalitarian yang
bertujuan melakukan penyeragaman di atas eksploitasi simbol
agama.
Namun Abd Moqsith Ghazali mencoba melihat kemungkinan
lain. Jika yang dimaksud dengan syariat itu adalah syariat Islam
universal seperti keadilan, toleransi, kesetaraan, kemanusiaan,
dan lain-lain, maka produk legislasi kita telah mengadaptasikan
nilai-nilai tersebut.
Ini juga yang dilihat oleh Komaruddin Hidayat dalam tulisannya.
Di sisi lain, AE Priyono mencoba membedah elemen-elemen
penting yang menjadi gagasan dasar NKRI Bersyariah ini. Salah
satunya, sejak jatuhnya Orde Baru, Islamisme berkembang lebih
jauh ke corak Wahabisme.
Analisa AE ini juga ditegaskan oleh Dina Y. Sulaeman yang
membedah tiga watak dasar pengusung NKRI Bersyariah ini, yakni
takfirisme, ekstremisme, dan kegagalan berpikir metodologis.
Tiga watak dasar ini berpotensi memorak-porandakan negara
kesatuan Republik Indonesia. NKRI Bersyariah malah menjadi
tribal nationalism.

70 Menari di Alam Gagasan


EMPAT
Husain Heriyanto membedah kontradiksi sejak awal istilah ini
ditawarkan. Makna kedua istilah dasar ini, NKRI dan Syariah,
masing-masing sangat jelas. Namun, ketika digabung dengan
menempatkan NKRI sebagai subyek dan Syariah sebagai atribut,
maka istilah gabungan ini adalah produk sesat nalar dan sebuah
bentuk pelecehan dan distorsi serius terhadap Islam.
Demikian pula Budhy Munawar Rachman dalam tanggapannya.
Baginya, pemikiran NKRI Bersyariah sudah bisa dipastikan tidak
mempunyai landasan pemikiran, karena fqih politik dan fqih
mazhab tidak berkembang lagi dalam sejarah Islam.
Mempertegas argumen ketidakmungkinan NKRI Bersyariah,
Azyumardi Azra mengutip An-Naim bahwa prinsip-prinsip
syariah justru akan kehilangan otoritas dan nilai agamanya
apabila dipaksakan negara.
Karena itu, pemisahan Islam dan negara secara kelembagaan
sangat perlu agar syariah bisaberperan positif dan mencerahkan
bagi umat Islam. Inilah yang disebut sebagai “netralitas negara
terhadap agama.”

LIMA
Adakah yang disebut Perda Syariat dalam konteks Indonesia?
Yusril Ihza Mahendra, yang melihat dari kacamata legislasi,
menampiknya. Secara formal yang disebut Perda Syariat itu
tidak ada. Namun secara substansial keberadaannya tentu tidak
dapat dihindari.
Sebab, ketika negara akan membentuk hukum, maka
negara tidak punya pilihan, kecuali mengangkat kesadaran
hukum yang hidup di dalam kalangan rakyatnya sendiri, dan
memformulasikannya menjadi hukum positif melalui proses

Ringkasan 24 Buku Denny JA 71


legislasi.
Hal lain disoroti oleh Nursyahbani Katjasungkana. Polemik
NKRI Bersyariah ini membawa kita pada pertanyaan tentang
NKRI Pancasila. Hal mendasar ini tidak bisa hanya diandaikan,
seolah semua anggota masyarakat dianggap mengerti setelah
menghafalkan Pancasila.
Setiap kehendak untuk mempertanyakan praktik-praktik
kenegaraan dan kemasyarakatan dalam kerangka NKRI Pancasila
ini hendaknya tidak lagi ditutup hanya dengan mengatakan
Pancasila sudah final. Karena sebagai falsafah negara, harusnya
tercermin dalam praktik kenegaraan dan kemasyarakatan.

REFLEKSI
Ideologi negara, terutama dalam kaitannya dengan masuknya
tawaran ideologi-ideologi alternatif, adalah perbincangan
menarik yang taka da habisnya. Apalagi, dalam konteks Islam,
ada semacam justifikasi untuk menagih ulang “kekalahan”
pasca dihapuskannya tujuh kata dalam Piagam Jakarta ketika
negara ini dibentuk.
Maka tuntutan untuk akomodasi lebih terhadap Islam,
formalisasi Islam, dan sejenisnya seakan bara dalam sekam yang
sewaktu-waktu muncul ke permukaan jika ada stimulusnya.
Polemik NKRI Bersyariah yang kemudian diangkat oleh Denny JA
menjadi perdebatan ideologis dan substansial ini berkontribusi
penting untuk mempertegas arah dan orientasi kebangsaan
kita berhadapan dengan munculnya tawaran ideologi alternatif
semacam itu. ***

72 Menari di Alam Gagasan


Judul : NKRI Bersyariah atau Ruang Publik
yang Manusiawi? (Tanggapan 21
Pakar terhadap Gagasan Denny JA)
Tahun : Maret, 2019
Tebal : 180 Halaman
Editor : Satrio Arismunandar
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

Ringkasan 24 Buku Denny JA 73


Ringkasan Buku Denny JA:
Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi
BUKU PANDUAN UNTUK GERAKAN
INDONESIA TANPA DISKRIMINASI

Sahabat, jika Anda ditanya: masihkah ada diskriminasi di


Indonesia?
Mungkin tak akan ragu anda menjawab iya, sekaligus
menyediakan contoh-contoh yang sangat gamblang di depan
mata. Pertanyaan berikutnya tentu akan lebih sulit dijawab:
mampukah kita mewujudkan Indonesia tanpa diskriminasi?
Kapan itu bisa diwujudkan?
Buku ini dipicu oleh pertanyaan penting itu, lalu menstimulasi
sebuah mimpi besar seorang Denny JA untuk turut berkontribusi
mewujudkan Indonesia tanpa diskriminasi.
Buku karya Denny JA ini menyediakan banyak data dan analisa,
serta menawarkan beberapa strategi dalam upaya mewujudkan
bangsa Indonesia yang bebas diskriminasi.
Berdasarkan kajian data dan analisisnya, Denny JA sampai pada
rumusan formula untuk mencapai kondisi Indonesia tanpa
diskriminasi, yakni ND= 55%I+45%A. ND adalah keadaan Non-
Diskriminasi, sementara I adalah Infrastruktur Sosial dan A
adalah Aktor atau Agency. Formula ini adalah peta jalan strategis
dalam upaya mewujudkan mimpi di atas.

Lima Gagasan Utama Buku:


11. SETIAP MANUSIA PADA DASARNYA MEMILIKI HAK YANG
SAMA

74 Menari di Alam Gagasan


12. TINGKAT DISKRIMINASI DI INDONESIA BERADA PADA POSISI
WARNING ZONE
13. DIBUTUHKAN PENJELASAN YANG GAMBLANG TENTANG
PENYEBAB DISKRIMINASI
14. PERJUANGAN MELAWAN DISKRIMINASI
15. PERLU PETA JALAN YANG JELAS MENUJU INDONESIA TANPA
DISKRIMINASI

SATU
Dunia ini mengalami sejarah diskriminasi yang sangat panjang.
Diskriminasi adalah prasangka atau perilaku yang membedakan
seseorang hanya karena ia berasal dari sebuah identitas sosial
(agama, etnis, ras, gender, orientasi seksual).
Hanya karena berbeda agama, misalnya, ada orang yang dibakar
hidup-hidup. Hanya karena berkulit hitam, misalnya, orang bisa
dijadikan budak, diperkosa, atau dianiaya tanpa bisa dibela.
Dalam perjalanan sejarah, muncul pula antitesis kultur
diskriminatif tersebut. Lahirlah konsep bahwa setiap manusia,
apapun agama, etnis, jenis kelamin, ras, kelas sosial ataupun
orientasi seksual pada dasarnya mempunyai hak-hak yang
sama. Konsepsi inilah yang kemudian dikenal sebagai Hak Asasi
Manusia.
Meski sejarah konsepsi HAM ini bisa dirunut sampai abad ke-18,
namun momentum terbesar dari perkembangan HAM adalah
lahirnya Deklarasi Universal HAM oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa pada tahun 1948. Sejak itulah kemudian mayoritas
negara-negara di dunia mulai mengadopsi dan menerapkan
prinsip-prinsip HAM.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 75


DUA
Mari kita bicara tentang data. Seberapa jauh diskriminasi terjadi
hari ini di Indonesia dan di dunia? Isu apa saja yang menjadi
titik krusial ketika kita membicarakan diskriminasi? Semua ada
datanya.
Bayangkan, di Indonesia ini, selama masa reformasi, sudah
lebih dari 10.000 nyawa melayang hanya karena perbedaan
agama, paham agama, dan etnis. Lebih dari 700.000 penduduk
mengungsi karena konflik primordial.
Kita akan mendapatkan gambaran persepsi umumnya jika kita
membaca hasil survei Lingkaran Survei Indonesia tahun 2010.
Publik Indonesia mayoritas (75,6%) memang menyatakan
mereka tidak masalah dan bisa menerima tetangga orang
yang berbeda agama. Hanya 22,6% saja publik yang tidak bisa
menerima. Tetapi hanya 51,9% masyarakat yang bisa menerima
kalau di lingkungan mereka didirikan tempat ibadah dari agama
lain.
Data survei ini memperlihatkan bahwa pendirian rumah ibadah,
aktivitas, dan upacara keagamaan tetap bisa memancing
sentimen negatif.
Dari semua data di dunia, diskriminasi di Indonesia berada di
“warning zone,” area agak berbahaya, , di atas rata-rata walau
bukan area yang terburuk. Baik diskriminasi karena agama,
etnis, perempuan ataupun orientasi seksual, rapor Indonesia
masih merah, jika prosentase rata-rata itu dianggap sebagai
ambang batas prosentase diskriminasi.

TIGA
Praktik diskriminasi terjadi akibat masyarakat tidak mempunyai

76 Menari di Alam Gagasan


toleransi terhadap orang yang mempunyai latar belakang
berbeda--agama, ras, jenis kelamin, orientasi seksual dan
sebagainya. Kata “diskriminasi” kerap kali dilawankan dengan
“toleransi”. Masyarakat yang toleran adalah masyarakat yang
tidak melakukan diskriminasi, dan demikian juga sebaliknya.
Terdapat tiga penjelasan klasik mengenai penyebab tinggi
rendahnya toleransi di kalangan masyarakat, yakni penjelasan
sosiologis, psikologis dan politik.
Pertama, penjelasan sosiologis. Tingginya toleransi atau
rendahnya praktik diskriminasi menurut teori ini disebabkan
oleh faktor-faktor sosiologis. Kedua, penjelasan psikologis. Sikap
diskriminasi adalah bagian dari kepribadian sebagai akibat dari
kondisi psikologis seseorang.
Ketiga, penjelasan politik. Menurut teori ini, lahirnya sikap
diskriminatif bukan akibat latar belakang seseorang (sosiologis)
ataupun kepribadian (psikologis), tetapi akibat nilai, kepercayaan
yang dimiliki oleh seseorang.

EMPAT
Sahabat, perjuangan melawan diskriminasi memiliki sejarah
yang amat panjang. Jika kita hari ini melihat bahwa seorang
Obama yang berkulit hitam bisa menjadi presiden Amerika,
maka itu tak lepas dari perjuangan panjang para penentang
diskriminasi. Mari kita belajar dari sejarah perjuangan di negara-
negara lain.
Sejarah mencatat bahwa diskriminasi atas nama agama bisa
didamaikan asalkan pihak-pihak yang terlibat dalam diskriminasi
konflik tersebut bersedia menerima kehadiran orang lain yang
mempunyai keyakinan berbeda.
Salah satu keberhasilan perjuangan melawan diskriminasi yang

Ringkasan 24 Buku Denny JA 77


berhasil adalah kesetaraan Kristen Protestan dan Katolik dalam
kehidupan masyarakat Amerika.
Contoh lain adalah perjuangan warga kulit hitam (Afrika-
Amerika). Gerakan atau perjuangan tersebut bukan hanya
berhasil dalam mengubah konstitusi agar melindungi hak
mereka, tetapi juga secara perlahan mengubah pandangan
masyarakat. Warga kulit hitam yang sebelumnya dipandang
warga kelas dua, saat ini dipandang tidak ada bedanya dengan
warga kulit putih.

LIMA
Di Amerika dan Eropa, perjuangan melawan diskriminasi
membutuhkan waktu yang lama, puluhan hingga ratusan tahun.
Perjuangan kalangan homoseksual misalnya secara sistematis
telah dimulai sejak tahun 1969, dan baru terlihat hasilnya 40
tahun kemudian. Perjuangan masyarakat kulit hitam di Amerika
bahkan sudah dimulai sejak awal abad XX, dan baru terlihat
hasilnya satu abad kemudian.
Indonesia tentu tidak perlu harus menunggu ratusan tahun
untuk menciptakan masyarakat bebas diskriminasi. Perjuangan
tersebut harus dirancang dengan baik sehingga berhasil. Karena
itu, kita membutuhkan roadmap, peta jalan strategis.
Peran aktor juga menempati posisi penting dalam peta jalan ini.
Salah satunya adalah masyarakat sipil. Dari pembelajaran kita
terhadap pengalaman di negara-negara lain seperti di atas, kita
bisa menyimpulkan juga bahwa perjuangan anti diskriminasi
tidak akan berhasil tanpa keterlibatan masyarakat sipil yang
kuat.

78 Menari di Alam Gagasan


REFLEKSI
Diskriminasi adalah konstruksi sosial manusia. Karena itu, tidak
ada alasan bahwa kita tidak bisa mengubah konstruksi itu men-
jadi konstruksi lain yang lebih baik, Indonesia Tanpa Diskrimi-
nasi.

Buku ini dengan sangat runut menggiring kita untuk memaha-


mi sejarah, teori, dan konsepsi diskriminasi serta faktor-faktor
penyebabnya di Indonesia dan dunia.

Buku ini juga bergerak ke konsepsi dan strategi untuk melawan


diskriminasi, hingga menghasilkan apa yang dibayangkannya
sebagai “Indonesia Tanpa Diskriminasi”.

Seperti diakui pula oleh Denny JA, penulisnya, buku ini memang
juga diniatkan untuk memberi arah sebuah gerakan sosial. Di
Indonesia banyak sekali gerakan sosial yang terjadi tanpa satu
buku putih. Banyak sekali terjadi aktivisme tanpa roadmap per-
juangan.

Buku ini diniatkan untuk membuat tradisi baru gerakan sosial,


dengan menyediakan roadmap, data, dan tahapannya.

Membaca buku yang sangat kaya data ini bukan saja mengen-
yangkan, namun juga membuat kita menyadari bahwa banyak
hal yang bisa dan perlu kita lakukan untuk Indonesia yang lebih
baik. Semoga.***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 79


Judul : Menjadi Indonesia Tanpa
Diskriminasi
Tahun : Maret, 2014
Tebal : 332 Halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Inspirasi.co

80 Menari di Alam Gagasan


Ringkasan Buku Denny JA: Democratization from Below
CATATAN TENTANG PERUBAHAN REZIM
INDONESIA

Sahabat, peristiwa 1998 adalah titik awal terpenting dalam


bangunan tata kelola negara Indonesia yang demokratis.
Jatuhnya rezim otoriter Suharto mengawali masuknya Indonesia
ke dalam masa transisi menuju demokrasi.
Ini adalah sejarah besar. Dalam kurun 1997-1998, telah
terjadi 1.702 peristiwa protes, unjuk rasa, atau demonstrasi
yang berbeda-beda, dan melibatkan puluhan juta orang. Lalu
Senin, 18 Mei 1998, ribuan mahasiswa berhasil menguasai dan
menduduki gedung DPR. Tak ada orang yang percaya sebelumnya
bahwa tiga hari kemudian, Suharto, penguasa otoriter lebih dari
30 tahun, mengundurkan diri dari kursi presiden.
Perubahan rezim karena aktor non-elite masih jarang sekali
dilihat oleh para peneliti transisi demokrasi. Selama lebih dari
tiga dekade, para teoritisi transisi menuju demokrasi telah
mengeksplorasi berbagai hal variabel untuk menjelaskan
perubahan rezim. Ahli teori politik di Indonesia tahun 1950-an
dan 1960-an memiliki kecenderungan untuk lebih menggunakan
variabel makro-struktural seperti pembangunan ekonomi dan
budaya politik. Sejak 1970-an, teori dominan telah bergeser dan
lebih melihat peran agensi manusia, peran elite, atau keahlian
kepemimpinan.
Namun, kasus Indonesia 1997-1998 adalah kasus yang dilihat
dengan pendekatan lain. Peran aktor non-elite sangat signifikan
dalam perubahan itu. Demonstrasi dan pengerahan massa,
terutama mahasiswa, menjadi faktor penting runtuhnya rezim

Ringkasan 24 Buku Denny JA 81


Suharto.
Dalam kerangka itu, buku Denny JA ini secara khusus membedah
aktor non elite ini; seberapa besar demonstrasi yang terjadi,
seberapa kuat faktor krisis ekonomi sebagai trigger yang
memicu protes panjang dan kerusuhan di banyak tempat itu,
dan seberapa kuat aktor-aktor elite memengaruhi konstalasi
politik saat itu.
Buku yang berbasis disertasi doktoral Denny JA di Ohio State
University, Columbus, AS ini adalah catatan sejarah yang penting
dan cukup detail mengenai apa yang terjadi pada masa-masa
runtuhnya Orde Baru itu.

Lima Gagasan Utama Buku:


1. PROTES DAN DEMONSTRASI MENJELANG DAN PASCA
KERUNTUHAN SUHARTO
2. EKONOMI SEBAGAI TRIGGER
3. PARA AKTOR DAN AGEN PERUBAHAN REZIM
4. KERUSUHAN DAN ELEMEN KEKERASAN
5. PELAJARAN BERHARGA DARI PERUBAHAN REZIM
INDONESIA

SATU
Demonstrasi yang akhirnya menjatuhkan Suharto pada 1998,
dan kemudian berlanjut saat BJ Habibie menggantikannya
menjadi presiden adalah demonstrasi yang luar biasa besar.
Riset ini menghitung jumlah demonstrasi di 27 provinsi sejak
September 1997 hingga Agustus 1998 (1 tahun). Selama kurun
itu, terjadi 1.702 kali demonstrasi dan melibatkan 10,7 juta
peserta. Jika dirata-rata, setiap hari ada 5 kali demonstrasi

82 Menari di Alam Gagasan


yang melibatkan 30.000 orang dalam sekali demonstrasi.
Puncak protes terjadi di bulan Mei 1998, yang mencatat 15
kali demonstrasi per hari dengan rata-rata 150.000 peserta per
hari. Meski demikian, jika dilihat lebih jauh memang mayoritas
demonstrasi terjadi di 5 provinsi di Jawa, di mana 86% peristiwa
demonstrasi diselenggarakan.
Sementara, isu yang diangkat dalam demonstrasi, utamanya
adalah tuntutan reformasi politik, termasuk demokratisasi
dan hak asasi manusia. Tiga isu lainnya yang muncul adalah:
masalah ekonomi terkait krisis moneter. Termasuk di dalamnya
adalah kesejahteraan buruh, tuntutan penurunan harga bahan
pokok, dan ancaman PHK karena krisis moneter. Isu berikutnya
adalah terkait kebencian dan konflik SARA (Suku, Agama, Ras,
dan Antargolongan/kelas). Isu yang tidak masuk kategori tiga
isu di atas, dalam riset ini digolongkan ke dalam isu lainnya.
Di dalamnya termasuk isu lingkungan, lokalisasi, atau masalah
yang tidak dilaporkan secara jelas oleh media.
Bagian ini juga memetakan yang disebut sebagai aktor non-
elite yang terlibat dalam demonstrasi-demonstrasi yang ada,
lalu pengaruh dan dampak dari demonstrasi tersebut terhadap
perubahan konstalasi elite politik, serta capaian-capaian dari
serangkaian demonstrasi itu.
Di akhir bab ini juga dipaparkan kerangka teori untuk membaca
gerakan protes yang terjadi, apa yang membuat masyarakat biasa
tiba-tiba tergalang dan bersatu hingga meruntuhkan rezim yang
sangat berkuasa saat itu, dan bagaimana menjelaskan peran
kelompok kelas menengah yang mampu mengorganisasikan
gerakan yang sedemikian besar.

DUA
Banyak faktor yang memengaruhi runtuhnya Suharto. Salah

Ringkasan 24 Buku Denny JA 83


satunya adalah faktor krisis ekonomi yang menjadi trigger
penting munculnya ketidakpuasan publik. Meski ujung dari
serial demonstrasi adalah isu pembaruan politik, namun krisis
ekonomi ini juga menjadi pemicu penting. Ada beberapa alasan
yang dijelaskan dalam bagian ini. Pertama, krisis ekonomi
Indonesia yang luas dan mendalam menciptakan peluang bagi
demonstrasi itu untuk muncul dan tumbuh dengan cepat. Hanya
dalam konteks krisis nasional yang dapat membuat orang yang
tidak berdaya mengubah diri mereka sendiri, hampir bersamaan
di seluruh wilayah, melawan penindasan negara dan ketakutan
pribadi, menjadi mesin yang kuat.
Alasan kedua, sebagian besar peristiwa politik terjadi sebagai
respons terhadap krisis ekonomi. Setelah berbulan-bulan
protes, fokus beralih dari masalah perubahan ekonomi ke
masalah reformasi politik karena pengunjuk rasa percaya bahwa
solusi untuk krisis ekonomi terletak pada reformasi politik.
Krisis ekonomi di Indonesia jauh lebih buruk daripada krisis
di Thailand dan Korea Selatan. Tragisnya, para ahli ekonomi
domestik atau lembaga dan dewan internasional tidak dapat
memprediksi krisis. Ironisnya, lembaga keuangan terbesar
seperti IMF dan Bank Dunia telah menilai secara positif kinerja
ekonomi Indonesia, baik melalui pernyataan publik atau
komentar tertutup hingga paruh pertama tahun 1997.
Buku ini menyajikan data tentang kedalaman krisis ekonomi di
Indonesia dan komentar umum mengapa hal itu terjadi, juga
menjelaskan dampak politik dari krisis ekonomi pada berbagai
segmen masyarakat. Lalu ditelusuri pula hubungan antara krisis
ekonomi dengan bangkit dan meluasnya demonstrasi.
Namun, meski krisis ekonomi ini memicu munculnya
demonstrasi, krisis ekonomi saja tidak mampu menjelaskan
tingkat mobilisasi tersebut. Logika teori deprivasi adalah bahwa

84 Menari di Alam Gagasan


semakin buruk krisis ekonomi, semakin tinggi tingkat mobilisasi
peristiwa demonstrasi. Ini tidak terjadi di Indonesia. Beberapa
provinsi yang mengalami krisis ekonomi terburuk memiliki
tingkat mobilisasi demonstrasi terendah. Provinsi lain memiliki
tingkat krisis ekonomi yang sama, lebih atau kurang, tetapi
berbeda secara signifikan dalam tingkat mobilisasi peristiwa
demonstrasi.
Ini menunjukkan pentingnya melihat variabel-variabel lain di
luar krisis ekonomi.

TIGA
Peristiwa protes dan demonstrasi tidak hanya akibat dari kondisi
tertentu, tetapi juga hasil dari tindakan berbagai aktor atau
agen. Peran agensi penting tidak hanya dalam memobilisasi
sumber daya, tetapi juga dalam mencerahkan kesadaran orang
terhadap realitas. Dalam hal ini, yang disebut agen-agen gerakan
tidak selalu merupakan individu yang berani atau sekelompok
pemimpin. Organisasi juga memainkan peran penting dalam
memobilisasi gerakan protes atau demonstrasi.
Di antara agen-agen tersebut kemudian ada yang disebut
sebagai pengusaha politik (political entrepreneur).
Bagian ini menjelaskan peran berbagai agen dalam memobilisasi
acara protes dan demonstrasi di Indonesia, terutama di 5
ibu kota provinsi: Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya,
dan Semarang. Bagian pertama merinci apa yang dilakukan
berbagai agen tersebut dan siapa mereka. Bagian kedua bab ini
menggambarkan apa yang disebut sebagai pengusaha politik:
siapa mereka dan apa yang mereka lakukan.
Untuk melihat peta agen-agen tersebut, buku ini membagi serial
demonstrasi ini menjadi tiga tahap kronologis. Tahap pertama

Ringkasan 24 Buku Denny JA 85


adalah September 1997-Februari 1998. Tahap kedua adalah
Maret-Mei 1998. Lalu tahap ketiga adalah Juni-Agustus 1998.
Yang menarik adalah bagian ini menyajikan data yang merinci
setiap agen yang terlibat dalam demonstrasi sejak awal, baik
dari kalangan organisasi mahasiswa, maupun organisasi di
luar mahasiswa yang kemudian bergabung dan memperbesar
eskalasi. Agen-agen ini termasuk akademisi, ibu rumah tangga,
pengusaha, seniman, profesional, pensiunan tentara militer,
politisi tua, partai politik, serikat buruh, dan individu-individu.
Dan tentu saja, di akhir secara khusus dijelaskan tentang
pengusaha politik dan peran mereka terhadap perubahan
politik di tingkat elite, maupun pengaruhnya terhadap eskalasi
demonstrasi di lapangan.

EMPAT
Bagian ini menjelaskan isu yang tak kalah penting sebagai bagian
dari akibat krisis ekonomi yang akut. Di tengah masyarakat yang
sangat beragam, krisis ekonomi juga memicu pertentangan
yang menambah kompleksitas masalah, yakni kebencian
berlatar budaya, agama, dan etnisitas, yang diperparah oleh
penggunaan kekerasan.
Di satu sisi, demonstrasi berkontribusi signifikan terhadap
pembelahan elite yang berkuasa, jatuhnya otoritarianisme,
dan transisi menuju demokrasi. Namun di sisi lain, keriuhan
demonstrasi ini juga secara substansial berkontribusi terhadap
munculnya kebencian budaya, etnis, dan agama. Kerusuhan
berdarah dan konflik berdarah didasarkan pada kebencian dan
sentimen agama, seperti antara muslim-Kristen, atau kebencian
antar etnis, atau antara imigran versus penduduk asli di kota-
kota tertentu. Dan ini menyebar dari barat ke Indonesia timur.
Kejadian-kejadian kekerasan ini mengancam pelembagaan

86 Menari di Alam Gagasan


demokrasi, karena mereka membahayakan pluralisme dan
negosiasi damai.
Bagian ini menjelaskan tiga hal. Pertama, gambaran umum
tentang masyarakat Indonesia yang terpecah, dan bagaimana
masyarakat berbeda dalam hal latar belakang budaya. Kedua,
menjelaskan tiga kasus spesifik dalam konflik sipil; konflik
antara kelompok sosial dalam suatu masyarakat. Kasus-kasus
ini adalah konflik etnis antara Tionghoa-Indonesia versus
Indonesia asli, konflik agama antara Muslim versus Kristen,
baik Protestan atau Katolik atau keduanya, dan konflik antara
kelompok imigran versus kelompok masyarakat adat. Bagian
ketiga berkaitan dengan konflik yang digambarkan dengan
transisi menuju demokrasi di Indonesia.
Ironisnya, masalah reformasi politik yang menjadi tuntutan
utama gerakan demonstrasi, sebagian besar, adalah fokus pada
protes damai dan bisa dikategorikan sebagai konflik vertikal.
Sementara, masalah kebencian agama dan etnis mengambil
bentuk tindakan kekerasan, kerusuhan, dan “perang sipil”
berdarah. Ini lebih berbentuk konflik horisontal.
Konflik vertikal biasanya positif untuk demokrasi, tetapi konflik
horizontal negatif untuk demokrasi.
Dalam kondisi Indonesia saat ini, peristiwa protes dan
demonstrasi massa adalah sumber daya politik yang kuat.
Setiap kelompok dapat memobilisasi sumber daya politik ini.
Para pendukung demokrasi akan menggunakannya untuk
meng-install demokrasi. Orang-orang fanatik dan penentang
demokrasi liberal akan menggunakannya untuk menghancurkan
nilai-nilai demokrasi.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 87


LIMA
Pada bagian ini, setelah menganalisis berbagai protes,
demonstrasi, dan konflik yang terjadi di seputar kerntuhan rezim
Suharto dan transisi menuju demokrasi, buku ini menyimpulkan
beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran penting, terutama
untuk melihat pola transisi dari otoritarianisme menuju
demokrasi.
Kasus Indonesia, bagi Denny JA, secara khusus berkontribusi
secara teoretis bahwa proses transisi tidak selamanya
dipengaruhi oleh aktor elite semata. Perubahan Indonesia
menuju pemerintahan demokratis membantah teori transisi
konvensional yang didukung oleh Guillermo O’Donnell
dan para pendukungnya. Menurut O’Donnell dan Philippe
Schmitter (1986), transisi semacam ini biasanya dimulai dengan
pergulatan politik oleh kelompok garis keras dan garis lunak
di dalam partai-partai petahana dan oposisi yang berusaha
menjatuhkan penguasa otoriter. Menurut klaim ini, dorongan
menuju demokrasi dimulai dengan politik elite.
Pelajaran berikutnya, kasus transisi Indonesia tidak bisa dilihat
dengan teori yang tunggal seperti teori perampasan, teori
mobilisasi sumber daya, dan teori struktur peluang politik.
Namun, kombinasi ketiga teori tersebut dapat diterapkan pada
situasi Indonesia yang kompleks. Kasus Indonesia meniscayakan
penjelasan yang lebih komprehensif.
Pelajaran penting lainnya adalah, bahwa dalam kasus transisi
Indonesia, ada dua aspek yang saling bertentangan, sebagai
akibat dari beragamnya basis masyarakat Indonesia. Proses
ini memicu gerakan politik damai yang menjadi investasi
demokrasi, namun di sisi lain juga memicu konflik horisontal
yang berdarah-darah. Konflik ini menjadi batu sandungan bagi
pembentukan kepercayaan sosial dan demokrasi damai.

88 Menari di Alam Gagasan


REFLEKSI
Transisi Indonesia menuju demokrasi mencatatkan sejarah
penting bagi perkembangan demokrasi modern.
Dan saat ini, Indonesia adalah negara demokrasi dengan
penduduk muslim terbesar di dunia. Di antara 60 negara muslim,
Democracy Index 2019 mencatat hanya 3 negara berada pada
kualitas flawed democracy. Indonesia salah satunya. Meski
bukan level demokrasi tertinggi, tapi untuk Dunia Muslim,
flawed democracy adalah level tertinggi. Dan meskipun di
level ini ada Malaysia dan Tunisia, Indonesia lebih teruji karena
terjadi perubahan kekuasaan berkali-kali melalui pemilu yang
relatif damai. Tak pernah ada kasus pemenang pemilu ingin
menghentikan pemilu berikutnya. Ini adalah capaian luar biasa
dalam konteks demokrasi modern.
Di luar capaian itu, proses transisi dari pemerintahan otoriter
menuju pemerintahan demokratis di Indonesia mencatatkan
banyak peristiwa menarik yang di kemudian hari menjadi
pelajaran penting bagi kita maupun bagi negara-negara lain.
Proses reformasi yang telah berlangsung 22 tahun ini juga tak
lepas dari titik pijak sejarah, di mana kita memulainya. Buku ini
memberi gambaran detail penting yang mengingatkan kepada
kita bahwa proses yang kita lalui sangat kompleks, dan seringkali
tujuan digulirkannya gerakan reformasi tahun 1998 itu harus
kita putar ulang dalam memori kita. Capaian demokrasi kita,
meski sudah pada posisi yang signifikan, masih meninggalkan
pekerjaan rumah yang tak sedikit. ***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 89


Judul : Democratization from Below
Tahun : October, 2015
Tebal : 382 halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Inspirasi.co

90 Menari di Alam Gagasan


Ringkasan Buku Denny JA: The Role of Government in
Economy and Business
PERCAKAPAN TEORETIS PERAN NEGARA
DALAM EKONOMI DAN BISNIS

Sahabat, negara penganut kapitalisme modern ditandai salah


satunya oleh peran minimal pemerintah dalam bidang ekonomi
dan bisnis. Pasarlah yang berperan besar dalam menyetir tata
aturan ekonomi. Dalam konsepsi ini, mekanisme pasar tahu
yang terbaik dan bekerja lebih efisien daripada pemerintah.
Lalu adakah negara yang dari awal betul-betul menerapkan
peran minimalis negara seperti itu? Buku ini berisi studi
perbandingan untuk menjawab hal tersebut, dan sampai pada
kesimpulan bahwa dalam sejarah ekonomi dan bisnis di Amerika
Serikat, Inggris, dan Jepang, peran negara menunjukkan evolusi,
bahkan inkonsistensi peran pemerintah.
Terkadang, pemerintah mengambil peran yang sangat minim.
Kadang, pemerintah juga menyediakan bantuan untuk barang-
barang publik dengan mendanai infrastruktur transportasi.
Terkadang pemerintah mengarahkan bisnis dengan memberikan
bimbingan administratif, pinjaman murah, fasilitas penelitian
dan kebijakan industri.
Terkadang pemerintah juga mengatur lingkungan untuk
meningkatkan kualitas hidup, seperti undang-undang tentang
lingkungan dan hak-hak sipil.
Apa variabel independen yang berkontribusi terhadap
perubahan peran itu? Mengapa intervensi pemerintah dalam
ekonomi kurang atau lebih intensif dalam periode tertentu

Ringkasan 24 Buku Denny JA 91


daripada intervensi pada periode waktu lain?
Apa yang membuat pemerintah mengadopsi dan kemudian
berubah dari satu jenis negara ke negara lain: dari negara
minimal ke negara kesejahteraan dan negara berkembang, atau
sebaliknya?
Buku ini disusun untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan
itu.

Lima Gagasan Utama Buku:


6. VARIASI PERAN NEGARA DALAM EKONOMI-BISNIS
7. PERAN NEGARA DALAM KASUS INDONESIA
8. ANTARA PASAR BEBAS DAN PASAR YANG DIATUR
9. INSTITUSIONALISME BARU: PENDEKATAN LAIN
10. MENGUJI TEORI BENTURAN PERADABAN

SATU
Bagaimana negara seharusnya berperan dalam dunia ekonomi
dan bisnis? Dalam hal ini, Peter Evans mengategorikan tiga
jenis negara: negara minimal, negara berkembang, dan negara
predator. Perlu ditambahkan satu jenis lagi untuk menerapkan
kategorisasi ini ke dalam sejarah bisnis: negara pengatur.
Negara minimal adalah konsep Adam Smith. Peran pemerintah
harus dijaga seminimal mungkin, hanya untuk mencegah
monopoli dan eksternalitas, menyediakan barang publik, dan
menegakkan hukum.
Negara pengatur melangkah lebih jauh. Pemerintah juga
bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan dan dapat membantu pebisnis dengan memastikan

92 Menari di Alam Gagasan


lingkungan yang lebih baik.
Dalam negara berkembang, pemerintah harus mengarahkan
tren industri nasional dan memilih “pemenang” untuk menjadi
industri strategis (lokomotif bisnis). Sementara, negara predator
adalah negara yang berkembang tanpa kompetensi birokrasi.
Negara mengarahkan tren bisnis dan memilih “para pemenang”,
namun, kriteria untuk intervensi ini bukan kompetensi teknis
berdasarkan penilaian keahlian, tetapi nepotisme dan korupsi.
Dalam sejarah bisnis, pemerintah Amerika Serikat dan Inggris
memainkan peran sebagai negara minimal, negara pengatur,
dan negara berkembang secara bergantian, dari satu titik waktu
ke titik waktu lainnya.
Dibandingkan dengan Inggris Raya dan Amerika Serikat, Jepang
bertindak sebagai negara berkembang dalam banyak periode
waktu.
Ini menunjukkan evolusi, perubahan, dan ketidakkonsistenan
peran negara. Ini dipengaruhi oleh banyak variabel. Pertama,
preferensi ideologis. Kedua, tekanan dari kelompok kepentingan.
Ketiga, ekonomi dunia.

DUA
Bagaimana dengan Indonesia? Apa peran pemerintah dalam
bisnis di sana? Apa yang membuat negara ini berbeda?
Para ekonom membagi Indonesia menjadi empat periode
waktu: Orde Lama, periode awal Orde Baru, periode 1974-
1982, periode 1982-1998.
Periode Orde Lama menerapkan ekonomi terencana yang
kuat dalam kerangka sentimen nasionalistik dan kiri. Di bawah

Ringkasan 24 Buku Denny JA 93


Soekarno, ada sebuah program bernama “Proyek Benteng”
yang memberikan perlakuan khusus dan hak istimewa untuk
pengusaha pribumi. Jenis negara di era ini adalah intervensionis.
Namun, negara tidak memiliki kompetensi birokrasi.
Periode awal Orde Baru adalah era konsolidasi ekonomi.
Ekonomi Indonesia bergeser menjadi sistem pasar yang jauh
lebih besar. Tim ekonomi Presiden Soeharto sangat kompeten;
mereka adalah teknokrat dengan visi kuat ekonomi modern.
Peran pemerintah di era ini sesuai dengan ide-ide negara
minimal, negara berkembang, dan juga negara predator.
Periode 1974-1982 adalah era booming minyak. Sebagai negara
minyak, Indonesia mendapat banyak manfaat dari kenaikan
harga minyak pada tahun 1970-an. Pendapatan pemerintah
meningkat dua-tiga kali lipat.
Namun, kerusuhan besar pada 1974 memaksa pemerintah
untuk peka dengan masalah distribusi dan bisnis skala kecil.
Periode 1982-1998, harga minyak turun dan pendapatan
pemerintah dari minyak menjadi semakin berkurang. Namun,
pemerintah memberikan respons yang sangat baik terhadap
kesulitan tersebut.
Di era ini, ada kecenderungan bahwa pemerintah jauh dari
negara berkembang dan dekat dengan negara minimal. Namun,
unsur-unsur negara predator masih ada.
Pada periode ini, Soeharto semakin menggunakan kekuatan
politiknya untuk membantu bisnis teman-teman dan
keluarganya. Banyak konglomerat lahir di era ini. Banyak
dari mereka adalah kroni Soeharto. Korupsi dan nepotisme
menyebar dalam birokrasi pemerintah.
Putra dan putri Soeharto naik menjadi konglomerat besar di

94 Menari di Alam Gagasan


Indonesia.
Otoritarianisme membuat negara ini lebih dominan masuk
ke dalam tipe negara predator. Juga karena preferensi
kepemimpinan Soeharto yang dipengaruhi oleh budaya Jawa,
Soeharto tidak memiliki pemahaman yang baik tentang prinsip
negara modern.
Cara dia memerintah negeri itu tidak seperti presiden modern,
tetapi seperti raja Jawa yang memiliki negeri itu. Akibatnya,
ia dengan mudah mendistribusikan uang dan proyek-proyek
publik kepada kroninya sendiri.

TIGA
Pada era 1950-1960an, Jepang adalah keajaiban karena
tingginya pertumbuhan ekonomi. Padahal, menurut Chalmers
Johnson yang menulis buku “MITI and the Japanese Miracle”,
Jepang mencapai keajaiban ini karena peran pemerintah dalam
campur tangan dan mengarahkan ekonomi.
Berbeda dari prinsip neo-klasik, Johnson mengatakan bahwa
peran pemerintah positif karena pemerintah kompeten,
memiliki visi yang kuat, dan tahu industri mana yang harus
dibantu.
Analisis Johnson mengubah banyak pandangan tentang negara
minimal. Apakah kuatnya intervensi negara (pasar yang diatur)
lebih baik daripada mekanisme pasar bebas? Ini menjadi
polemik yang panjang di antara para sarjana pendukung pasar
yang diatur maupun pasar bebas.
Ada beberapa argumen yang mendukung bahwa pasar yang
diatur lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi. Sementara, di
kalangan pendukung pasar bebas juga ada beberapa alasan
mengapa mekanisme pasar adalah yang terbaik dan pasar yang

Ringkasan 24 Buku Denny JA 95


diatur salah.
Berdasarkan penelusuran argumen kedua kubu, argumen untuk
pasar bebas dan penolakan mereka terhadap pasar yang diatur
terlalu kuat untuk diabaikan. Argumen-argumen ini berpijak
pada teori-teori yang sangat teruji.
Sebaliknya, teori pasar yang diatur masih baru dan belum diuji.
Bukti untuk mendukung teori pasar yang diatur juga selektif
dan tidak jelas secara metodologi.
Namun, jika pasar yang diatur merugikan ekonomi, mengapa
jenis kebijakan ini bertahan dan berkembang? Alasannya adalah
politik. Pasar yang diatur membantu politisi untuk membeli
popularitas (di negara-negara demokratis), atau untuk melayani
motif predator mereka (di dunia non-demokratis), atau untuk
menerapkan kesalahpahaman mereka tentang prinsip-prinsip
ekonomi.

EMPAT
Ada dua fenomena baru yang menarik perhatian dalam sejarah
ekonomi. Pertama, negara-negara di Asia Timur tumbuh jauh
lebih cepat secara ekonomi daripada daerah lain pada 1970-
an dan 1980-an. Kedua, gelombang reformasi politik dan pasar
telah terjadi di Eropa Timur pada 1990-an.
Bagaimana para ekonom menjelaskan dua peristiwa besar itu?
Teori-teori yang ada (teori neo-klasik dan behavioralisme) tidak
bisa menjelaskannya. Lahirlah pendekatan baru yang kemudian
disebut sebagai “Teori institusionalisme baru”.
Prinsip-prinsip teori institusionalisme baru adalah bahwa
lembaga (norma, prosedur, organisasi) penting dalam
menentukan kinerja ekonomi dan hasil politik. Manusia sebagai
hewan institusional dan tidak dapat dipahami secara terpisah

96 Menari di Alam Gagasan


dari institusi di sekitarnya.
Kinerja ekonomi juga dipengaruhi oleh struktur hak properti
yang diberlakukan oleh negara.
Teori institusionalisme baru ini memang membantu dalam
memahami kinerja ekonomi sebagai hasil yang dipengaruhi
oleh lembaga-lembaga politik dan perjuangan politik.
Namun, dinamika kinerja ekonomi suatu negara jauh lebih
dalam dan lebih kaya daripada yang dijelaskan oleh New
Institutionalism. Peran perusahaan, inovasi manajer, dan
tindakan para pelaku bisnis bukanlah objek dari Institusionalisme
Baru dalam Politik Komparatif.
Sejarah Bisnis mengisi celah ini. Sejarah Bisnis membantu dalam
memahami kinerja ekonomi sebagai hasil yang disebabkan
oleh tindakan sektor swasta (perusahaan, manajer, dan
inovasi pelaku bisnis). Dalam hal ini, Sejarah Bisnis dan Politik
Komparatif (New Institutionalismism) saling melengkapi untuk
menjelaskan kinerja ekonomi suatu negara.
Singkatnya, persimpangan antara Politik Komparatif (dalam hal
ini, Institusionalisme Baru) dan Sejarah Bisnis telah memberikan
gambaran yang lebih lengkap untuk menjelaskan dan memahami
kinerja ekonomi suatu negara, dan jalan menuju kapitalisme,
modernitas, dan industri.

LIMA
Dunia tempat kita hidup juga semakin terintegrasi dan berubah
menjadi pasar dunia tunggal. Coca Cola, McDonalds, Levis, dan
Honda adalah nama merek umum yang dapat kita temukan
di pasar mana pun, dari Nigeria hingga Indonesia, dari Korea
hingga Jerman.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 97


Bagaimana seharusnya kita membingkai perdagangan dunia?
Variabel apa yang dapat memengaruhi bisnis global ini? Apa
yang membuat satu negara berdagang dengan negara tertentu
dan tidak dengan negara lain?
Samuel Huntington menawarkan teori “clash of civilization.”
Baginya, sumber pengelompokan dan konflik di dunia “global”
yang baru ini adalah peradaban. Garis yang memisahkan dunia
bukanlah ideologi lagi, seperti yang terjadi di era perang dingin
atau bahkan kepentingan ekonomi, tetapi budaya.
Benturan peradaban, bersamaan dengan kerja sama dalam
setiap peradaban, mendominasi politik global.
Betulkah klaim Huntington? Apakah “budaya” adalahh faktor
penting dalam perdagangan internasional? Bisakah peradaban
mendikte negara bangsa atau pengusaha dalam perdagangan?
Apakah peradaban penting untuk bisnis global?
Jika kerangka Huntington terbukti benar, itu akan menjadi
penjelasan alternatif yang serius (pendekatan budaya politik) di
bidang ekonomi politik internasional.
Dari pengujian data yang ada, didapat bahwa data ini tidak
dapat mendukung klaim bahwa perbedaan dan persamaan
peradaban dapat mengubah arah perdagangan. Peradaban
bukanlah variabel penentu arah perdagangan di dunia.
Maka, pola bisnis global tidak sepenuhnya dipahami oleh “teori
peradaban”. Dengan demikian polanya tidak ditentukan oleh
peradaban tetapi, seperti biasa, oleh orkestra dari berbagai
kepentingan banyak pemain: dari usaha kecil, perusahaan
multi-nasional, pemerintah daerah, pemerintah nasional dan
blok perdagangan hingga organisasi dunia.
Sentimen budaya, jika ada, tampaknya hanya memainkan peran

98 Menari di Alam Gagasan


kecil dalam orkestra ini.

REFLEKSI
Seorang ekonom kesohor Indonesia, dalam satu diskusi pernah
melontarkan statemen: jika kita melihat secara detail, tak ada
satupun negara di dunia ini yang menganut kapitalisme murni,
atau sosialisme murni.
Jika bisa dibilang dua hal itu adalah kutub ekstrem, maka tata
ekonomi negara-negara di dunia ini selalu berwujud sintesa
yang mempertimbangkan dua kutub itu, karena dipengaruhi
banyak faktor di belakangnya.
Membaca buku ini, kita seperti dihadapkan pada fakta yang
mengafirmasi hal itu. Melihat sejarah tata ekonomi bangsa-
bangsa dunia, akan nampak bahwa selalu terjadi evolusi, gradasi,
bahkan inkonsistensi dalam tata aturan ekonomi mereka.
Petualangan teoretis. Itulah kesan yang bisa ditangkap ketika
membaca buku ini, yang kaya dengan analisis kasus dan
penjelajahan teori untuk menjelaskan kasus-kasus tersebut.
Nampak terlihat keluasan bacaan teori dan penguasaan sejarah
yang kuat dari penulis buku ini. Yang termasuk menarik adalah
detail argumen, kritik antar teori, dan segala konsekuensi
implementasi teoretis dalam melihat perkembangan ekonomi-
politik dunia yang terkadang zigzag dan membutuhkan cara
pandang baru.
Dan tentu saja, salah satu kelebihan buku ini adalah, mudah
dikunyah, meski kita bukan ekonom. ***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 99


Judul : The Role of Government In Economy
and Business
Tahun : Agustus, 2006
Tebal : 72 halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Yogyakarta, LKIS

100 Menari di Alam Gagasan


Ringkasan Buku Denny JA: Various Topics in
Comparative Politics
PERCAKAPAN TEORETIS SOAL POLITIK

Sejak 1974, sekitar 35 negara telah mengalami transisi dari


sistem politik non-demokratis ke demokrasi. Sebelumnya,
sebagian mereka di bawah kediktatoran militer, penguasa
pribadi, atau pemimpin otoriter.
Di wilayah Asia Timur, antara 1965 hingga 1990, 23 negara
tumbuh lebih cepat daripada di semua wilayah lain di dunia.
Para pemimpin Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan,
Taiwan, Hong Kong, dan Cina adalah kekuatan ekonomi baru
dunia saat ini. Itu adalah mukjizat.
Beberapa negara dengan pertumbuhan tercepat di Asia Timur
terletak di Asia Tenggara. Namun, Asia Tenggara juga memiliki
Myanmar, yang pada tahun 1988 memiliki tingkat pertumbuhan
minus 11,4%.
Di Jepang, Selama lebih dari 35 tahun (1955-1993), LDP (Partai
Demokrat Liberal) mendominasi parlemen dan sistem politik,
dan tidak pernah terganggu oleh partai-partai lain. Fenomena
ini jelas aneh bagi negara-negara industri barat.
Lalu pada 1997, terjadi krisis di Asia. Banyak negara Asia Timur,
terutama Korea Selatan, Thailand dan Indonesia mengalami
krisis ekonomi besar-besaran. Negara-negara dengan tingkat
pertumbuhan yang sebelumnya tinggi menghadapi masa-masa
sulit.
Bagaimana teori politik menjelaskan semua fenomena itu?
Bagaimana menjelaskan jatuh bangunnya demokrasi? Teori apa

Ringkasan 24 Buku Denny JA 101


yang paling pas digunakan untuk menganalisisnya? Apa yang
membuat pertumbuhan ekonomi tinggi berbalik menjadi krisis
ekonomi?
Buku ini mengulas semua persoalan itu, dan menjelaskan
kajian-kajian yang ada untuk menjelaskannya.
Denny JA sampai pada kesimpulan: politik komparatif, seperti
halnya dengan ilmu-ilmu lain, tidak pernah dikuasai oleh teori
tunggal yang dominan.
Alasannya sederhana. Seperti yang dikemukakan oleh Immanuel
Kant, manusia tidak pernah tahu kenyataan dengan huruf “R”.
Apa yang kita ketahui adalah “realitas”. Kita tidak pernah tahu
Realitas apa adanya. Yang bisa kita ketahui adalah kenyataan
yang dibingkai oleh persepsi kita sendiri.

Lima Gagasan Utama Buku:


11. DEMOKRASI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
12. FENOMENA JEPANG
13. KEBANGKITAN DAN KEJATUHAN ASIA TIMUR
14. KEAJAIBAN ASIA TENGGARA
15. CATATAN UNTUK TEORI ILMU POLITIK

SATU
Pada 1950-an dan 1960-an, teori-teori perkembangan politik
didominasi oleh pendekatan modernisasi. Pendekatan ini
menggambarkan dunia ketiga sebagai negara tradisional yang
bergerak ke arah tipe masyarakat Barat. Berkembang berarti
modern, dan menjadi modern sama seperti Barat.
Dimulai dengan Seymour Martin Lipset (1959), para teoritisi

102 Menari di Alam Gagasan


menyatakan bahwa pembangunan ekonomi memberi pengaruh
besar terhadap bangunan sistem politik yang demokratis di
dunia ketiga.
Namun, pada 1960-an, ada peristiwa yang sangat mengejutkan.
Demokrasi runtuh di banyak tempat dari Asia hingga Amerika
Latin. Pembangunan ekonomi gagal mewujudkan demokrasi
yang dijanjikannya.
Sebaliknya, pembangunan ekonomi menciptakan ketidakstabilan
politik dan, pada akhirnya, menghasilkan otoritarianisme.
Apa yang salah dengan teori modernisasi? Mengapa ada banyak
terjadi keruntuhan demokrasi?
Huntington menjawabnya. Kesalahan teori di atas adalah
melupakan unsur-unsur penting ini: tatanan politik dan institusi
politik. Para ahli teori modernisasi tidak memperhatikan
pelembagaan politik untuk menjaga ketertiban politik.
Akibatnya, ada kesenjangan besar antara pengembangan
ekonomi dan pengembangan lembaga-lembaga politik.
Keruntuhan demokrasi menunjukkan bahwa lembaga-lembaga
politik masih lemah untuk mendukung dinamika yang membawa
pembangunan ekonomi.
Huntington kemudian membuat pernyataan besar. Bagi dunia
ketiga, hal terpenting dalam politik, menurut Huntington,
bukanlah bentuk pemerintahan (mis. Demokrasi atau
otoritarianisme) tetapi tingkat pemerintahan (kemampuan
pemerintah untuk memerintah).
Namun analisis Huntington juga dijawab oleh “kaum Kiri”.
Kaum Kiri berpendapat bahwa Huntington, seperti halnya kaum
modernis lainnya, mengabaikan bahwa sumber masalahnya
bukanlah politik domestik tetapi politik dunia.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 103


Keruntuhan demokrasi di dunia ketiga hanyalah epifenomena
dari masalah yang lebih besar yaitu masalah pembangunan
yang bergantung. Sumber masalah ini adalah pertukaran yang
tidak merata antara pusat kapitalisme dan pinggiran.
Kaum kiri mewarisi prinsip ketergantungan dari teori
imperialisme Lenin.
Keruntuhan demokrasi, berdasarkan perspektif kiri ini, adalah
gejala dari masalah pembangunan yang bergantung. Alih-alih
demokrasi, otoritarianisme akan bangkit untuk mengecualikan
gerakan buruh dan untuk melindungi kepentingan ekonomi
multi-nasional.

DUA
Salah satu fenomena menarik dalam politik Jepang adalah
keberadaan partai hegemonik, LDP (Partai Demokrat Liberal).
Selama lebih dari 35 tahun (1955 - 1993), LDP mendominasi
parlemen dan sistem politik di Jepang, dan tidak pernah
terganggu oleh partai-partai lain.
Fenomena ini jelas aneh bagi negara-negara industri barat.
Bagaimana kita menjelaskan stabilitas semacam ini? Apa sumber
hegemoni LDP? Namun, mengapa hegemoni ini berakhir pada
tahun 1993?
Ada lima faktor yang mendukung stabilitas dan sistem politik
secara umum di Jepang: budaya pemilih, kontrak sosial, koalisi
tiga serangkai, budaya homogen, dan konstitusi Mac Arthur.
Budaya Pemilih mengacu pada perilaku, persepsi, kebiasaan
dan kepercayaan pemilih. Budaya-budaya ini menentukan
bagaimana pemilih merespons dan bereaksi terhadap peristiwa
politik, termasuk memilih dalam pemilihan umum.

104 Menari di Alam Gagasan


Kontrak sosial adalah transaksi politik antara pemerintah
dan kelompok kepentingan. Dalam transaksi ini pemerintah
menawarkan perlindungan dan regulasi untuk keuntungan
kelompok kepentingan.
Sebagai imbalannya, kelompok-kelompok kepentingan
memberikan dukungan mereka kepada pemerintah. Karena
kontrak sosial ini, stabilitas sistem politik dapat dipertahankan.
Koalisi tiga serangkai adalah kerja sama menuju tiga kelompok
umum.
Dalam politik Jepang istilah ini merujuk pada kerjasama antara
birokrasi, LDP, dan bisnis besar dalam mengendalikan kebijakan
publik Jepang. Ketiga anggota kelompok ini adalah sumber elite
terpenting di era pascaperang.
Budaya homogen di Jepang turut mendukung stabilitas sistem
politik ala partai hegemonik LDP. Semakin homogen budaya,
semakin sedikit sumber konflik dan ketidakstabilan.
Jepang tidak memiliki belahan segmental. Di Jepang, tidak ada
konflik antara ras, hitam atau putih, seperti halnya Amerika
Serikat, misalnya, karena Jepang hanya memiliki satu ras yang
dominan.
Konstitusi Mac Arthur juga telah mengubah sumber kedaulatan
dari kaisar ke rakyat. Karena itu, semua anggota Diet dipilih dan
tidak ada lagi keluarga bangsawan yang ditunjuk. Konstitusi
baru ini juga melarang penggunaan perang. Karenanya, Jepang
berkonsentrasi pada pembangunan.
Namun, pada tahun 1993, untuk pertama kalinya, LDP
dikalahkan. Mengapa hegemoni LDP bisa diruntuhkan?
Kekuatan apa yang telah menurunkan LDP?

Ringkasan 24 Buku Denny JA 105


TIGA
Munculnya pembangunan ekonomi tinggi di Asia Timur
merangsang banyak perdebatan ilmiah. Salah satunya tentang
politik pertumbuhan ekonomi. Dalam debat ini, banyak
sarjana membangun model untuk menjelaskan korelasi antara
pertumbuhan ekonomi dan struktur negara.
Perkembangan ekonomi, menurut Peter B. Evans, secara
signifikan dipengaruhi oleh struktur negara. Evans
mengklasifikasikan tiga jenis struktur negara. Jenis pertama
ditemukan di negara-negara Barat (negara-negara minimal,
negara-negara liberal, negara-negara demokratis).
Tipe kedua ditemukan di banyak negara Asia Timur (negara
berkembang). Jenis negara ketiga ada di banyak negara Afrika
(negara predator).
Namun, baik negara demokratis maupun negara berkembang
(rezim otoriter) mampu memberikan pertumbuhan ekonomi,
sebagaimana dibuktikan oleh banyak bukti empiris. Mana yang
lebih baik: Demokrasi atau Otoriterisme?
Berdasarkan analisis Przeworsky dan Limonggi, ada dua teori
yang bersaing menjelaskan keajaiban Asia. Dalam kebijakan
ekonomi, perdebatannya adalah antara para pendukung
Pasar Bebas dan orang-orang dari Pasar yang Diatur. Dalam
rezim politik, perdebatannya adalah antara demokrasi dan
otoriterisme.
Pada 1997, ada krisis di Asia. Banyak negara Asia Timur,
terutama Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia mengalami
krisis ekonomi besar-besaran. Negara-negara dengan tingkat
pertumbuhan yang sebelumnya tinggi menghadapi masa-
masa sulit saat ini. Kenapa ini terjadi? Apa yang membuat
pertumbuhan ekonomi tinggi berbalik menjadi krisis ekonomi?

106 Menari di Alam Gagasan


Apakah peran pasar itu sekarang menghasilkan krisis ekonomi?
Apa yang salah dengan peran pasar? Beberapa pertanyaan
dapat diajukan juga untuk penjelasan lain, seperti pasar yang
diatur, otoritarianisme dan pendekatan demokratis.
Realitas apa yang terjadi di Asia masih dalam perdebatan.
Bahkan seorang ekonom terkemuka seperti Paul Rugman
mengaku bahwa dia tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Dia hanya membuat beberapa spekulasi berdasarkan teori
ekonomi. Secara bertahap, melalui penelitian mendalam, ilmu
sosial akan menemukan penyebab sebenarnya dari krisis ini.

EMPAT
Pada tahun 1993, Bank Dunia menerbitkan laporan penelitian
kebijakan The East Asian Miracle. Publikasi ini sebagai studi
regional sarat dengan ambisi yang tinggi. Ini menggambarkan
pembangunan ekonomi di Asia Timur untuk menjelaskan
penyebab pembangunan dan menghasilkan rekomendasi untuk
daerah lain.
Di wilayah Asia Timur, menurut laporan ini, antara 1965 dan
1990 dua puluh tiga negara tumbuh lebih cepat daripada di
semua wilayah lain di dunia. Para pemimpin Asia Timur seperti
Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Cina adalah
kekuatan ekonomi baru dunia saat ini. Itu adalah mukjizat.
Beberapa negara dengan pertumbuhan tercepat di Asia Timur
terletak di Asia Tenggara: Singapura, Thailand, Malaysia, dan
Indonesia. Singapura, menurut laporan di atas, adalah salah
satu harimau di Asia Timur. Thailand, Malaysia, dan Indonesia
adalah tiga negara industri baru.
Namun, Asia Tenggara juga memiliki Myanmar. Pada tahun
1988, Myanmar bahkan memiliki tingkat pertumbuhan negatif

Ringkasan 24 Buku Denny JA 107


minus 11,4%.
Bagaimana seharusnya kasus-kasus ini dijelaskan? Mengapa
Singapura dan Thailand berhasil dan Myanmar gagal? Mengapa
Brunei memiliki GDP dan HDI yang tinggi tetapi juga ekonomi
yang stagnan? Mengapa Filipina mengalami kemunduran secara
ekonomi dengan mengalami tingkat pertumbuhan negatif?
Untuk melihatnya, dua variabel digunakan: pasar bebas, serta
intervensi pemerintah dan peran birokrasi.
Berbeda dari daerah lain di Asia Tenggara, China memainkan
peran penting dalam pertumbuhan ekonomi. Untuk
menjelaskan pertumbuhan ekonomi, Richard F. Donner juga
mengusulkan variabel independen lainnya: peran lembaga non-
negara seperti jaringan, asosiasi bisnis besar.
Seseorang dapat menempatkan sindrom kepemimpinan dalam
daftar variabel independen. Istilah ini mengacu pada peran
pemimpin dalam memanfaatkan sumber daya politik untuk
mendukung program ekonomi.
Variabel tambahan ini layak mendapatkan banyak perhatian
dari siapa pun yang ingin mencari kebenaran tentang topik ini
di masa depan.

LIMA
Menurut William Rikker, dibandingkan dengan pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang ekonomi dan ilmu alam, ilmu
politik terbelakang. Dalam hal kemampuan untuk menjelaskan
dan memprediksi realitas, ekonomi dan ilmu alam jauh lebih
kuat dan lebih kuat daripada ilmu politik.
Menurut Rikker, pasti ada yang salah dalam akumulasi
pengetahuan dalam sejarah teori-teori ilmu politik. kesalahan

108 Menari di Alam Gagasan


ini tersembunyi dalam struktur teori ilmu politik.
Barbara Geddes selangkah lebih maju. Menurut Geddes,
ketidaksetaraan dalam pengembangan teori juga terjadi
dalam ilmu politik secara umum. Teori-teori politik di negara
berkembang, telah naik dan turun dalam masa hidup yang
sangat singkat.
Sebuah teori muncul, dan kemudian dengan mudah diabaikan
oleh generasi berikutnya. Dia menggunakan metafora istana
pasir.
Ada dua penyebab dasar keterbelakangan teori-teori politik
di negara berkembang. Pertama, banyak teori tentang negara
berkembang secara metodologis tidak jelas. Generalisasi,
hipotesis, dan klaim teoretis dari teori-teori ini lemah dan hanya
didasarkan pada kasus-kasus tertentu.
Kedua, teori-teori ini memiliki pendekatan yang didorong oleh
ideologis. Ideologi, bukan realitas, yang mendorong teori.
Kritik Geddes atas banyak teori yang dijelaskan di atas sangat
kuat. Namun, Geddes tidak menerapkan metode kritiknya
terhadap teorinya yang dicintainya, utilitarianisme baru.
Banyak ahli teori lain sangat mengecam utilitarianisme baru
(teori pilihan rasional). Anehnya, Geddes tidak menyebut atau
menjawab kritik ini.
Tidak ada teori yang bebas ideologi. Setiap teori dibangun
berdasarkan asumsi tertentu.
Catatan akhir, politik komparatif, seperti halnya dengan ilmu-
ilmu lain, tidak pernah dikuasai oleh teori tunggal yang dominan.
Alasannya sederhana. Seperti yang dikemukakan oleh Immanuel
Kant, manusia tidak pernah tahu kenyataan dengan huruf “R”.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 109


Apa yang kita ketahui adalah “realitas”. Kita tidak pernah tahu
Realitas apa adanya. Yang bisa kita ketahui adalah kenyataan
yang dibingkai oleh persepsi kita sendiri.
Selalu ada persepsi plural tentang realitas. Utilitarianisme Baru
memperkaya usaha intelektual teori-teori politik. Namun, tidak
ada dasar rasional untuk mengklaim bahwa pendekatan ini
lebih unggul daripada yang terbaik.

REFLEKSI
Bagi para peneliti dan pengkaji politik dan perkembangan
demokrasi, buku ini memiliki beberapa arti penting. Pertama,
perlunya kehati-hatian dalam melihat fenomena perkembangan
politik. Mengandalkan satu teori politik untuk membaca
satu objek kajian akan terjebak pada generalisasi yang bisa
menyesatkan.
Seringkali banyak variabel tidak dipertimbangkan sehingga
berakibat pada validitas kesimpulan.
Kedua, pentingnya kajian perbandingan. Membandingkan satu
kasus dengan kasus lain membuat kita lebih jeli melihat segala
kemungkinan invaliditas teoretis. Banyak teori politik, terutama
dalam bacaannya terhadap negara berkembang, berujung
mengecewakan karena ketidakjelian itu.
Buku ini memberi pengayaan kajian yang penting untuk
diabaikan dalam melihat fenomena jatuh bangunnya demokrasi.
Salah satu kelebihan demokrasi, dan kapitalisme, adalah
kemampuannya untuk memperbaikdi diri dari kelemahan
sistemik maupun implementatif.
Kajian yang komprehensif dan valid menjadi salah satu kuncinya.
***

110 Menari di Alam Gagasan


Judul :Various Topics in Comparative
Politics
Tahun : Agustus, 2006
Tebal : 66 halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Yogyakarta, LKIS

Ringkasan 24 Buku Denny JA 111


Ringkasan Buku Denny JA:
Spirit Baru Hak Asasi Manusia (Kumpulan Esai)
SINERGI HAK ASASI DAN RELIGIOSITAS

Sahabat, ada yang menarik jika kita mendefinisikan tauhid


sebagai ajaran inti Islam. Penyerahan secara total kepada
Allah dengan sendirinya berimplikasi pada keharusan
mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan.
Konsekwensi bertahuid adalah keharusan bersikap adil, egaliter,
toleran, saling menghargai dan tidak memaksakan kebebasan
orang lain, bersikap inklusif dan pluralis dalam beragama,
bersikap kritis dan bebas untuk berpartisipasi dalam kehidupan
politik dan tidak fanatik ataupun sektarian.
Banyak pemikir Islam yang juga menarik garis lurus antara
ketundukan kepada keesaan Allah dengan keniscayaan
menghargai kemanusiaan sebagai konsekuensinya.
Dalam sintesanya melalui artikel-artikel dalam buku ini, Denny
JA juga sedang membangun kerangka berpikir yang menurutnya
adalah rcikan dari spirit gabungan hak asasi manusia dengan
penghayatan terhadap kesadaran tauhid.
Bagi Denny, hak asasi manusia diperlukan sebagai syarat minimal
ruang publik agar aneka keberagaman warga terakomodasi.
Namun untuk pencapaian puncak kebahagiaan warga, kita
butuh lebih dari sekedar list hak asasi manusia.
Ketika kita mengikrarkan tak ada tuhan selain Allah, itu adalah
negasi radikal. Tak boleh ada yang kita sembah dalam hidup
ini. Tidak uang, tidak partai, tidak pemimpin, bahkan tidak juga
negara. Yang disembah hanyalah yang tak terbayangkan: Allah.

112 Menari di Alam Gagasan


Buku ini berisi 30 artikel yang ditulisnya dalam rentang waktu
3 tahun, dengan berbagai variasi tema dan dalam konteks
yang berbeda-beda, namun mewakili beberapa konsennya:
demokrasi, hak asasi manusia, dan spiritualitas.
Lima Intisari Buku:
1. HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI COMMOND GROUND
2. SEJUMLAH PERTANYAAN TENTANG AGAMA DI ERA GOOGLE
3. KEINDONESIAAN VERSUS KEISLAMAN
4. TREN DUNIA MENUJU KEBERAGAMAN
5. MENUNGGU LAHIRNYA INDONESIA YANG KEENAM

SATU
Ada 4.300 agama yang kini terdaftar di bumi yang dihuni 7 miliar
manusia ini. Meski begitu, ada 1,1 miliar manusia yang mengaku
non-religius (secular, agnostik, ateis). Semua keyakinan itu tentu
saja tak bisa dipaksa harus tunduk pada keyakinan pemeluk
lainnya.
Hak asasi manusia adalah prinsip di mana semua keyakinan dan
interpretasi dibolehkan hidup. Yang dilarang hanya melakukan
pemaksaan dan kekerasan.
Dalam prinsip moralitas Hak Asasi Manusia, siapapun tetap
dibolehkan memperjuangkan keyakinannya: misalnya ia
merindukan diterapkannya negara agama. Setiap individu
boleh bermimpi dengan cita-cita sosialnya. Karena itu, hak asasi
manusia bisa menjadi common ground hidup bersama di ruang
publik.
Ada tiga alasan, mengapa prinsip Hak Asasi Manusia harus
dipertimbangkan sebagai moral hidup bersama, termasuk kita

Ringkasan 24 Buku Denny JA 113


di Indonesia.
Pertama, setiap individu ingin dihormati filsafat hidupnya,
termasuk keyakinan agamanya dan interpretasinya atas agama.
Kedua, secara de facto, pengambil kebijakan negara modern tak
lagi dituntun oleh ortodoksi agama. Mereka lebih digerakkan
oleh perkembangan terbaru ilmu pengetahuan, akumulasi riset
dalam membuat kebijakan.
Ketiga, prinsip hak asasi manusia juga membolehkan dissenting
opinion dan menjadi “open society.” Segala hal bisa diubah
sejauh berdasarkan argumen yang kuat reasoning-nya, dan
diperjuangkan secara demokratis.
Individu tak boleh dihukum karena fantasinya.

DUA
12 Januari 2018 adalah hari bersejarah untuk Arab Saudi. Hari
itu pertama kalinya perempuan diijinkan menonton sepak bola
di stadiun. Kasus ini memunculkan banyak pertanyaan.
Apa yang abadi dan apa yang bisa berubah dari aturan agama?
Ketika aturan itu melarang perempuan menonton bola di
Stadion, lalu kini membolehkannya, ini aturan agamakah?
Ataukah ini hanya interpretasi saja dari agama? Atau ini hanya
kultur lokal saja? Atau ini hanya aturan pemerintah yang tak
ada hubungan dengan agama? Atau ini hanya cabang kecil dari
aturan agama yang boleh berubah? Lalu apa inti dari agama
yang tak boleh berubah?
Nabi Muhammad memang hanya satu. Kitab suci Quran
memang hanya satu. Islam memang hanya satu. Namun ketika
ia masuk dalam peradaban dan pikiran manusia, tak terhindari

114 Menari di Alam Gagasan


tercipta spektrum.
Melihat “Islam in action” di era Google atau yang lebih umum
lagi, “agama in action,” kita segera menyadari dua hal paling
pokok.
Pertama, tak bisa terhindari masalah agama adalah masalah
interpretasi. Kedua, bagaimana pula memisahkan agama
dengan kultur lokal setempat ketika sudah bercampur dalam
praktek budaya yang panjang? Itu agamakah? Itu kulturkah? Itu
gabungan keduanyakah? Itu bolehkah dari kaca mata doktrin
agama?
Pertanyaan berikutnya, bagaimana sebaiknya pemerintah
di era Google ini merespons beragamnya tafsir dan praktek
agama? Haruskah pemerintah menyeragamkannya? Haruskah
pemerintah memihak satu interpretasi dan melarang
interpretasi lainnya?
Siapa pula yang merasa punya hak mengklaim tafsirnya paling
benar? Bersediakah kita jika tafsir agama kita dilarang karena
pemerintah harus memihak tafsir yang benar? Dari mana pula
pemerintah tahu itu tafsir yang benar ketika para ulamapun tak
satu suara?

TIGA
Bagaimana kita seharusnya membangun Indonesia modern?
Ada kutipan menarik dari Marcus Garvey: membangun sistem
pada sebuah bangsa, tapi tidak mengambil elemen terbaik
kultur dominan bangsa itu, sama dengan menegakkan pohon
tanpa akar.
Lalu apa yang bisa dicatat sebagai kultur dominan Indonesia?
Sejak 2005 hingga 2017, LSI Denny JA sudah melakukan survei
nasional. Dari survei itu, ada dua fakta kultural yang harus selalu

Ringkasan 24 Buku Denny JA 115


dijadikan referensi.
Pertama, agama dalam batin publik Indonesia sangat mendalam.
Pemahaman mereka atas ajaran agama mewarnai orientasi,
pilihan dan pedoman perilaku. Hanya di bawah 20 persen dari
rakyat Indonesia yang menyatakan (self-claim) agama tidak
menjadi bagian penting aktivitas pribadi dan publiknya.
Kedua, Demokrasi Pancasila, apapun definisinya, dianggap
lebih dari 70 persen rakyat Indonesia sebagaiplatform nasional
Indonesia yang paling mereka pilih.
Walaupun mayoritas rakyat itu muslim, hanya dibawah 10
persen populasi Indonesia yang menginginkan negara Islam.
Dan ternyata hanya di bawah 10 persen populasi Indonesia
yang menginginkan demokrasi liberal seperti di dunia Barat.
Dari survei itu, Agama dan Demokrasi Pancasila menjadi kunci.
Sistem apapun yang ingin kita jadikan platform nasional, harus
dikemas sedemikian rupa bahwa sistem itu mengakar para
interpretasi terbaik dari agama dan Demokrasi Pancasila.
Sebanyak 85 persen dari populasi Indonesia beragama Islam.
Mayoritas rakyat harus justru diyakinkan platform nasional
yang akan ditegakkan berangkat dari nilai terbaik Islam sendiri.
Karena itu, ini juga warning untuk pemimpin, politisi, aktivis,
ulama, opinion makers, dan penentu kecenderungan. Jangan
pernah menghadap-hadapkan antara keindonesiaan vesus
keislaman, kebhinnekaan versus Islam, Pancasila versus Islam,
demokrasi versus Islam.
Jangan pernah membuat publik luas seolah harus memilih
antara Keindonesiaan atau Keislaman, Pancasila atau Islam,
Kebhinnekaan atau Islam, Demokrasi atau Islam.

116 Menari di Alam Gagasan


EMPAT
Apakah tren dunia kini semakin Pro-Keberagaman? Secara
biologis, satu jenis ikan ribuan tahun lalu kini berevolusi menjadi
ribuan jenis ikan. Secara budaya, satu jenis life style 300.000
tahun lalu ketika homo sapiens pertama hadir, kini menjadi
ratusan jenis life style di era digital.
Kini keberagaman dalam life style memerlukan lingkungan yang
nyaman bagi semua. Mereka menuntut hak politik yang sama,
dan perlindungan hukum yang sederajat.
Sejak 2011, kita menyaksikan perubahan signifikan pemeritahan
Arab Saudi atas perempuan di ruang publik. King Abdullah
membolehkan perempuan untuk memilih, bahkan menjadi
kandidat dalam pemilu.
Tahun 2015, untuk pertama kalinya 15 perempuan terpilih
mengisi public office. Bandingkan dengan Inggris, yang pertama
kali membolehkan perempuan di tahun 1911.
Amerika membolehkan perempuan untuk memilih juga di
tahun 1920. Lalu pada September 2017 secara resmi sudah
pula diumumkan untuk pertama kali perempuan dibolehkan
mengendarai mobil tanpa perlu didampingi pelindung lelakinya.
Kasus lain, November 2017 Amerika juga mencatat sejarah.
Setidaknya lima kandidat Transgender memenangkan pemilu,
sejenis DPRD di Indonesia.
Indonesia juga mencatat sejarah. November 2017, untuk
pertama kali, MK melalui judicial review membolehkan kolom
agama di KTP diisi aliran kepercayaan. Selama ini kolom itu
menjadi dilema bagi para penganut kepercayaan di Indonesia.
Di masa tertentu dan bagian dunia tertentu, pro keberagaman
bisa dikalahkan. Tapi menganalisa tren jangka panjang dengan

Ringkasan 24 Buku Denny JA 117


perspektif per-ratusan tahun, gerakan pro keberagaman akan
terus semakin dan semakin kokoh.

LIMA
Membuka data sejarah, Indonesia ternyata telah lahir lima kali.
Kita menunggu lahirnya Indonesia yang keenam.
Pertama kali Indonesia lahir di tahun 1850. Itulah era pertama
kali kata Indonesia ditemukan. Adalah ilmuwan Inggris Geoge
Samuel Windsor Earl. Bangsa yang hidup di pulau berserakan di
wilayah geografi nusantara itu perlu ia beri nama dalam rangka
tulisan ilmiah. Iapun memberi dua nama. Itu bangsa Indu-
nesians, atau Melayunesians.
Kedua kali Indonesia lahir di era pergerakan, 1913-1928. Untuk
pertama kalinya kata Indonesia juga digunakan elite pribumi.
Tercatat yang termasuk pertama menggunakannya adalah Ki
Hajar Dewantara di tahun 1913. Ia menyebut Indonesia sebagai
nama Biro Pers Indonesia (terjemahan dari bahasa Belanda:
Indonesische Pers-bureau).
Moh Hatta di tahun 1922 mulai pula menggunakan kata Indonesia
dalam organisasi Perhimpunan Indonesia. Dr Soetomo di tahun
1925 memakainya untuk Kelompok Studi Indonesia.
Ketiga kalinya, Indonesia lahir dalam momen kemerdekaan.
Indonesia tak hanya identitas geografis (kelahiran pertama), tak
hanya identitas politik (kelahiran kedua), tapi bersiap menjadi
nama sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.
Keempat kalinya, Indonesia lahir sebagai negara yang diakui
dunia international. Momen untuk itu dimulai tanggal 22
Maret 1946. Itulah momen pertama negara luar secara resmi
mengakui kemerdekaan Indonesia. Yang pertama kali mengakui
Indonesia adalah Mesir.

118 Menari di Alam Gagasan


Kelima kalinya, Indonesia lahir kembali mengubah sistem politik
ekonominya. Di bawah Habibie dimulai sistem politik diubah
dari politik otoriter menjadi politik demokrasi. Kebebasan pers,
partai, civil society dibuka.
Kini kita menunggu lahirnya Indonesia keenam kalinya.
Belum kita tahu kapan momennya. Tapi kita bisa bersepakat
menetapkan kriterianya.
Kriteria pertama, saat itu Indonesia sudah dimasukkan dalam
negara demokrasi yang matang. Kriteria kedua, saat itu, GDP per
kapita Indonesia juga sudah mencapai di atas rata-rata dunia.
Kriteria ketiga, saat itu kesenjangan ekonomi di Indonesia juga
sudah membaik.

REFLEKSI
Apakah instrumen terpenting yang bisa mewakili apa yang
disebut sebagai keindonesiaan atau kebangsaan, terutama
yang bisa dijadikan dasar untuk menentukan arah tata kelola
Indonesia?
Untuk memotretnya, tentu tidak bisa tidak, kita harus bertanya
kepada seluruh stakeholder dan masyarakat yang tinggal di
Indonesia. Instrumen terpenting inilah yang penting digunakan
untuk dijadikan pijakan kultural maupun kecenderungan
ideologis untuk membangun kerangka membangun Indonesia
yang lebih maju, sekaligus lebih diterima oleh mayoritas publik.
Pertanyaan itulah yang dipotret oleh Denny JA dalam buku ini,
lalu dirumuskan sintesa yang lebih workable untuk Indonesia.
Dengan LSI-nya, Denny JA melakukan survei berkala yang hendak
memotret instrumen itu. Hasilnya: agama, dan demokrasi
Pancasila.
Dua instrumen inilah yang saat ini memperoleh dukungan

Ringkasan 24 Buku Denny JA 119


mayoritas publik Indonesia. Variasi-variasi lain juga dianggap
instrumen penting, namun hanya bagi sebagian kecil masyarakat
Indonesia.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana mensintesakan antara
agama dan demokrasi Pancasila, yang bagi sebagian orang
berketegangan, bahkan berlawanan secara diametral?
Inilah yang dicoba disintesakan oleh Denny JA. Spirit agama yang
bagaimana yang bisa dijadikan sumber kebijakan? Bagaimana
harus memosisikannya? Lalu demokrasi Pancasila yang seperti
apa yang lebih sesuai dengan aspirasi dan ekspresi sosial-politik
manusia beragama seperti Indonesia?
Lalu apakah demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang paling
ideal diterapkan saat ini?
Itulah pertanyaan-pertanyaan provokatif yang seharusnya
bukan hanya menghantui Denny JA, namun juga kita semua,
untuk membuat sintesa-sintesa yang di satu sisi bergerak lebih
maju secara peradaban, namun di sisi lain juga tinggi tingkat
akseptabilitas publiknya.
Bertemunya peradaban barat dan Islam di Indonesia pada
dasarnya mencari sintesa harmoni antara prinsip Hak Asasi
Manusia dan religiusitas masyarakat. ***

120 Menari di Alam Gagasan


Judul :Spirit Baru Hak Asasi Manusia:
Pertemuan Barat dan Islam?
Tahun : Februari, 2018
Tebal : 255 halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, inspirasi.co

Ringkasan 24 Buku Denny JA 121


Ringkasan Buku Denny JA: Renungan Peradaban
AGAMA PUNYA SERIBU NYAWA

Sahabat, tentu semua kita sering melakukan perjalanan dan


kunjungan. Momentum, artefak, dan situs-situs tertentu akan
menyuguhkan kepada kita variasi budaya dan sejarah manusia.
Buku ini berisi bentangan catatan peradaban yang sangat kaya.
Ketika seorang pencari makna melakukan perjalanan fisik, maka
yang tertangkap bukan hanya keanekaragaman bentuk lahiri
serta karya arsitektural tempat yang dikunjungi, namun juga
sejumlah gagasan besar yang lahir dari akal budi manusia pada
zaman dan lokasi tertentu.
Ketika seorang ilmuwan mencatat perjalanan, maka yang
tertangkap adalah sejarah peradaban yang kaya dan serba
menakjubkan.
Melalui buku ini, Denny JA mengajak kita untuk menghampiri
satu titik perjalanan, lalu melihatnya dengan kaca mata yang
sangat luas: pengalaman spiritual, sejarah, ilmu pengetahuan,
dan imajinasi peradaban.
Denny JA menuntun kita untuk memaknai peradaban dari
berbagai perspektifnya.

Lima Gagasan Utama Buku:


6. FALSIFIKASI FAKTA SEJARAH AGAMA TAK MERUNTUHKAN
IMAN
7. TAK ADA YANG MUSTAHIL DALAM SEJARAH POLITIK
8. SENI DAN KEGILAAN, DUA ELEMEN WARNA PERADABAN

122 Menari di Alam Gagasan


9. FIKSI DAN IMAJINASI, DUA ELEMEN PEMBENTUK
PERADABAN
10. PERUBAHAN ZAMAN MENGUBUR RAKSASA USANG

SATU
Sahabat, mari kita memulai perjalanan dengan menjejakkan kaki
menuju Mekkah, Yordania, Mesir, Barcelona, dan menelusuri
jejak-jejak agama besar.
Sebuah studi berbasis teknologi modern, termasuk penggunaan
GPS (Global Positioning System) menemukan bahwa pada 100
tahun pertama Islam, kiblat masjid tidak mengarah ke Mekkah,
namun ke Petra, Yordania.
Ini termasuk temuan penelitian yang menggemparkan.
Keyakinan berabad-abad difalsifikasi oleh riset modern.
Tahun 2001, sebuah proyek dengan pendekatan ilmiah juga
menyimpulkan: Yesus ternyata berkulit agak hitam, berambut
lebih pendek, dan ikal keriting kecil.
10 Desember 2014, Washington Post menurunkan tulisan
provokatif: Apakah Nabi Musa benar-benar ada dalam sejarah?
Dan para arkeolog pun selama puluhan tahun melakukan
penelitian sejarah Nabi Musa. Kesimpulan para arkeolog: Musa
bukanlah figur sejarah.
Akankah penemuan ilmiah menghancurkan agama? Sejarah
membuktikan, agama dan segala keyakinan di dalamnya
bertahan sampai hari ini. Agama memiliki seribu nyawa. Ia tak
bisa dibunuh oleh temuan ilmiah sehebat apapun.

DUA
Kita lanjutkan perjalanan berikutnya, dimulai dari Korea Utara.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 123


Mari kita lihat jejak perubahan sejarah dan keunikan peradaban
manusia melalui politik.
Adakah yang tak kenal Kim Jong Un? Ia adalah penguasa atau
Pemimpin Tertinggi Korea Utara sejak tahun 2011. Pada tahun
2012, konstitusi negara itu ditulis ulang.
Dan dalam konstitusi itu pula termaktub keputusan yang ajaib:
mengangkat kakeknya: Kim Il-Sung yang sudah meninggal tahun
1994 sebagai Presiden Abadi Korea Utara, dan ayahnya: Kim
Jong-Il yang sudah meninggal tahun 2011 sebagai Sekretaris
Jenderal Abadi Korea Utara.
Ya, ini hanya bisa terjadi di Korea Utara, negara sosialis yang
dipimpin oleh diktator termuda di dunia.
13 Februari 2008 adalah tanggal penting bagi sejarah peradaban
di Australia. Hari itu, Perdana Menteri Kevin Michael Rudd
secara resmi meminta maaf kepada warga suku Aborigin yang
selama puluhan tahun dianggap sebagai warga kelas dua, “Half
Caste”.
Kebijakan itu telah memisahkan ratusan ribu anak dari ibunya,
anak dari ayahnya. Lahirlah apa yang dsebut sebagai “generasi
yang hilang.” Beberapa kisah kasus half caste ini diabadikan
dalam sebuah museum di Canberra, yakni National Museum of
Australia.

TIGA
Mari kita lihat sebuah bangunan gedung teater.
Tahun 1997, seorang aktor bernama Sam Wanamaker
mendedikasikan diri membangun sebuah gedung teater.
Gedung itu adalah replika dari Globe Theater, tempat di mana
Shakespeare mementaskan karya-karyanya.

124 Menari di Alam Gagasan


Globe Theater aslinya dibangun tahun 1599, ambruk beberapa
kali, terbakar di tahun 1613. Lalu dibangun lagi tahun 1614, dan
dihancurkan tahun 1644. Membaca karya-karya Shakespeare
seolah kita meringkas puncak-puncak emosi sejarah manusia.
Sahabat, tahukah Anda, ada hubungan apa antara kreativitas
dan kegilaan? Mengapa banyak kalangan genius memiliki isu
mental? Pelukis Van Gogh yang genius memotong kupingnya
sendiri. Beethoven memiliki masalah mental disorder.
Sastrawan Ernest Hemingway dan Virginia Woolf mengakhiri
hidupnya sendiri.
Antoni Gaudi adalah seorang arsitek Spanyol yang karyanya
dianggap paling monumental dalam sejarah. Gereja Basilica,
yang dibangun berdasarkan karyanya “La Sagrada Familia”
tidak kunjung selesai dibangun selama 100 tahun, sangking
rumitnya perhitungan matematika dalam arsitekturnya.
Di masa tuanya, ia mengisolasi diri dan hidup seperti pengemis.

EMPAT
Apakah kaum pekerja selalu menjadi manusia miskin? Dan
pengusaha selalu menjadi orang kaya?
Sahabat, jika Anda mengunjungi Moskow, di salah satu sudutnya
menjulang patung tinggi besar. Tingginya 98 meter. Itulah
patung Peter The Great, bapak modernisasi Rusia.
Rusia hari ini adalah Rusia yang menjadi alternatif dari apa yang
disebut peradaban Barat. Dan ia memulai modernisasi dengan
langkah ajaib: menerapkan pajak untuk jenggot.
Dan tahukah Anda bahwa kisah yang ditulis oleh Marco Polo
adalah kisah fiksi? Sejarawan menyimpulkan bahwa kisah yang
ditulis Marco Polo adalah kisah fiktif. Meski demikian, kisah itu

Ringkasan 24 Buku Denny JA 125


telah mempengaruhi perjalanan sejarah peradaban setelahnya.
Dan fiksi itupun bergerak searah zaman. Fiksi dari kebijakan
publik dan ideologi modern menggantikan fiksi yang merujuk
kitab suci. Fiksi kebijakan publik dan ideologi modern berbasis
pada otonomi individu dan kehebatan proses analisis manusia.
Kini justru basis itu yang kini keropos. Robot dan aplikasi yang
bersandar artificial intelligence terbukti lebih akurat, lebih
cepat, lebih kuat, juga lebih murah. Artificial intelligence telah
mengalahkan akurasi dan kecepatan berpikir manusia. Maka
kita membutuhkan fiksi baru untuk menyambut peradaban
baru.

LIMA
Kereta perubahan bergerak sangat cepat saat ini. Proses
bergesernya peradaban menggilas para raksasa yang sangat
kokoh pada zamannya.
Tahukah Anda siapa yang menjajah Indonesia pada abad 17 hingga
18? Ia bukan sebuah negara, melainkan sebuah perusahaan
bernama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Ini adalah
perusahaan yang paling tinggi kekayaannya sepanjang sejarah.
Ia lebih kaya dibandingkan dengan gabungan kekayaan Apple,
Google, Microsoft, Petri China, dan Saudi Aramco. Ia bahkan
memiliki pasukan militer sendiri. Namun ia kemudian runtuh
karena konflik politik, dan pendirinya, Johan Olden Barnavelt
dihukum pancung.
Kisah raksasa lain adalah kisah keluarga Medici. Keluarga ini
berkontribusi besar dalam menumbuhkan peradaban. Adalah
keluarga ini yang ikut membantu keuangan dan karya seniman
besar Leonardo da Vinci, Michelangelo, ilmuwan Galileo Galilei,
dan Machiavelli. Sebesar apa kehebatan keluarga Italia ini?

126 Menari di Alam Gagasan


Tiga keturunan keluarga ini menjadi paus (pope). Dua putrinya
menjadi ratu dari dua raja Prancis. Keluarga mereka sendiri
tumbuh menjadi penguasa di Florensia, Italia. Oleh keniscayaan
perubahan zaman, akhirnya keluarga ini runtuh.

REFLEKSI
Sahabat, titik sejarah yang mana yang membuat peradaban
kita hari ini menjadi seperti ini? Akankah kita bisa menikmati
Facebook, Instagram, film-film Hollywood, jika Hitler dan
Naziisme-nya tidak tumbang saat itu?
Akankah agama-agama bertahan hidup jika tidak ada kisah
tentang Perang Salib dan Raja Konstantinus tidak dilahirkan?
Benarkah satu titik sejarah akan berpengaruh pada titik sejarah
berikutnya?
Pertanyaan-pertanyaan menggelitik seperti inilah yang mestinya
menggelantung dalam pikiran kita ketika kita melakukan
perjalanan yang bermakna. Monumen, museum, patung, karya
seni, ilmu pengetahuan, keputusan politik, semua itu adalah
titik sejarah yang mengandung cerita yang kaya di belakangnya.
Denny JA adalah pemikir dan perenung dengan pengetahuan
dan perspektif yang sangat luas. Dan ia menggunakan seluruh
aspek pengetahuannya dalam melihat titik sejarah dan
menikmati monumen penanda peradaban.
Dan tentu, ia penulis yang mahir meracik khazanah itu menjadi
ramuan optikal, cara pandang.
Di situlah buku ini berdiri. ***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 127


Judul :Renungan Peradaban: Catatan
Perjalanan Lima Benua
Tahun : Oktober, 2019
Tebal : 155 Halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

128 Menari di Alam Gagasan


Ringkasan Buku Kumpulan Review Film Denny JA: Nabi
Baru atau Penjahat Rohani?
RENUNGAN HIDUP DI DALAM FILM

Sahabat, apa yang Anda alami ketika menonton sebuah film?


Buku ini dimulai dengan pengantar manis yang mengafirmasi
ucapan Robert Altman, seorang raksasa film maker: “Jika kau
ingin hidup berkali-kali, dengan pribadi yang berbeda dan
pengalaman yang beragam, tonton dan hayatilah banyak film.
Alami dalam imajinasi dan renungkan aneka kisahnya seolah
dirimu hidup di dalamnya.”
Denny JA, seorang konsultan politik, aktivis, sekaligus pebisnis,
nampaknya betul-betul menjiwai ucapan tersebut. Dan
menonton film adalah bagian penting dari perjalanan hidupnya.
Menurutnya, dengan menonton film yang bagus, seolah ia
mengalami peristiwa yang lain, menyelam, masuk ke dalam
film.
Beruntunglah kita karena menulis adalah bagian dari
keseharian Denny JA. Ketika menuliskan resensi terhadap film
yang ditontonnya, ia seperti mengajak kita menonton bersama,
dengan bonus kekayaan pengetahuan dan perspektif yang
dimilikinya, yang seringkali tak terpikirkan oleh kita.
Buku ini berisi resensi dan review terhadap 38 film, yang terbagi
dalam empat kategori: film kisah nyata, film kisah fiksi, film
serial, dan film Indonesia.

Lima Gagasan Utama Buku:


11. SEJARAH MANUSIA BERUBAH OLEH PERISTIWA-PERISTIWA

Ringkasan 24 Buku Denny JA 129


DRAMATIS
12. KEPUTUSAN BESAR BISA LAHIR DARI STASIUN KERETA
BAWAH TANAH
13. CINTA MELAHIRKAN IMAJINASI YANG TAK PERNAH USANG
14. DALAM LINGKAR KEKUASAAN, TAK ADA YANG BISA
DIPERCAYA SELAIN DIRI SENDIRI
15. MELIHAT FILM INDONESIA, MENYAKSIKAN KEBANGKITAN
BARU

SATU
Sangat banyak drama nyata kehidupan manusia yang bisa di-
jadikan inspirasi dan pelajaran untuk manusia lainnya. Karena
itu, salah satu genre film yang cukup populer adalah film yang
didasarkan pada kisah nyata. Ada juga film fiksi dan imajinasi
yang dilatari dengan fakta sejarah sebagai latar belakangnya.

Ada film The Green Book, kisah rasialisme yang terjadi pada ta-
hun 60-an di Amerika Serikat. Green Book adalah buku panduan
untuk orang berkulit hitam tentang restoran dan hotel mana
yang boleh disinggahi oleh orang berkulit hitam.

Kisah ini menggambarkan betapa tragisnya rasialisme harus di-


alami bahkan oleh seorang pianis jenius bernama Don Shirley.
Kisah ini sangat dramatis juga karena selama dua bulan tour,
sopir Don adalah Tony Vallelonga, seorang kulit putih keturunan
Italia yang berwatak rasis.

Ada film Bohemian Rapshody, kisah kegilaan seorang Freddie


Mercury, legenda dari Queen. Kegilaan yang tidak bisa dikom-
promikan dengan produser musik EMI Record karena durasi
lagu ciptaannya yang tak biasa, yakni 6 menit, dua kali umum-
nya lagu.

130 Menari di Alam Gagasan


Bagi produser, ini akan membuat produksinya lebih mahal, dan
tak akan ada radio yang mau memutarnya. Nyatanya, Bohemi-
an Rapshody kemudian dianggap sebagai lagu terbaik yang per-
nah diciptakan dalam sejarah musik rock.

Itu adalah dua dari 21 film berdasarkan kisah nyata yang diulas
dalam bagian ini. Film-film tersebut sangat penting untuk mem-
perkaya sudut pandang kita tentang sejarah dan segala dinami-
kanya. Tentang manusia dan segala emosinya.

DUA
Seringkali, keputusan besar seorang pemimpin tidak dipen-
garuhi oleh orang-orang besar di sekelilingnya. Seringkali,
orang-orang biasa yang tak pernah dilirik justru memberi inspi-
rasi yang mengubah sejarah.

Ini adalah film tentang saat-saat genting Winston Churcill yang


mengubah dunia menjadi seperti ini. Perdana Menteri Inggris
ini dicatat oleh BBC Poll pada tahun 2002 sebagai warga Inggris
terbesar sepanjang masa.

Film ini berkisah tentang dilema politik yang menguji Churcill


apakah tunduk atau melawan Hitler dan Nazi, dalam keadaan di
mana semua pemimpin dunia lainnya seperti tak bisa berbuat
apa-apa untuk melawannya.

Politisi pada umumnya akan menyerah dalam situasi mence-


kam. Tiada lagi celah. Namun pagi itu, Churchill mencari celah.
Ia tak hendak berunding dengan diktator. Tapi ia perlu alasan
lebih kuat karena secara militer Inggris pasti kalah.

Ia pergi ke stasiun kereta bawah tanah. Ia bertemu dengan


rakyat pada umumnya. Ia naik kereta tanpa dikawal. Rakyat ke-
cil terbelalak mata. Perdana Menteri yang terhormat berbaur

Ringkasan 24 Buku Denny JA 131


dengan mereka di kereta.

Dari rakyat kecil itulah Churcill memperoleh semangat bahwa


Hitler harus dikalahkan. Ketika rakyat kebanyakan bersemangat
menyatakan tekadnya melawan Hitler dengan senjata apapun
yang mereka punya, maka tidak bisa tidak, Churcill mendapat-
kan energi penting untuk juga melawan.

Dan itulah keputusan yang akhirnya mengubah arah sejarah


dunia.

Drama itu akan Anda temukan melalui film Darkest Hour, nom-
inasi film terbaik Oscar tahun 2018.

TIGA
Sebuah fiksi yang baik tidak harus memiliki daya imajinasi yang
sangat tinggi. Sebuah film fiksi yang bagus bisa juga hadir dari
sesuatu yang biasa saja. Keseharian.

Ini bisa kita lihat dari film-film karya Asghar Farhadi, sutradara
Iran yang membuat film ini, Salesman. Film tentang pergulatan
batin dan kisah cinta antara Emad dan Rana ini sederhana plot-
nya, namun disajikan dengan pergulatan batin yang nyata, seh-
ingga nampak dramatis.

Seperti halnya film sebelumnya: Separation, tradisi patriarkal


Iran juga menjadi setting kultural yang menarik.

Film ini menyabet penghargaan Oscar sebagai film asing terbaik


tahun 2016, saat di mana Donald Trump membatasi orang Iran
mengunjungi Amerika. Asghar sendiri memanfaatkan itu se-
bagai bagian dari protesnya terhadap kebijakan Trump. Ia me-
nolak hadir dalam penyerahan Piala Oscar.

Perjalanan fiksional kita selanjutnya menuju sebuah film yang

132 Menari di Alam Gagasan


diadopsi dari naskah teater peraih hadiah Pulitzer tahun 1983:
Fence. Ini kisah cinta dan kepasrahan seorang istri yang diper-
ankan dengan apik oleh Viola Davis dan mengantarkan dia
meraih Piala Oscar tahun 2017 sebagai Best Supporting Actress.

Selama 18 tahun ia melayani suami dan anak-anaknya, tanpa


sedikitpun menyerah, hingga datang berita yang menguji cin-
tanya: suaminya hendak memiliki anak dari perempuan lain.

EMPAT
Sahabat, tahukah Anda? Seringkali sebuah film layar lebar tidak
memuaskan kita sebagai penontonnya. Novel yang sangat pan-
jang harus dipangkas-singkat menjadi kisah yang serba tanggu-
ng: kadang ceritanya utuh, namun sisi kedalamannya kurang;
kadang kedalaman kisahnya utuh, namun ia cuma sepenggal
dari kisah keseluruhan.

Alternatifnya adalah menjadi sequel film, atau serial TV, dan


saat ini yang lebih mendominasi: film serial online.

Bagian ini meresensi film serial panjang: terdiri dari 65 film dan
terbagi dalam 5 season. Serial House of Cards ini memperoleh
nominasi 33 Prime Time Emmy Award sebagai outstanding dra-
ma seri, aktor, aktris, dan skenario terbaik.

Serial ini adalah tentang jatuh bangun seorang politisi, Fran-


cis Underwood (Frank), yang dikhianati oleh Presiden terpilih
Amerika, Walker yang telah dibantunya. Sudah disepakati, jika
menang, kursi Menteri Luar Negeri akan didudukinya. Namun
Walker mengkhianatinya.

Itulah titik balik Frank. Diaturlah strategi untuk meraih kekua-


saan yang lebih tinggi, dengan segala intriknya. Terkadang ia ha-
rus berbohong, berkhianat, menyingkirkan sekutu, dan bahkan

Ringkasan 24 Buku Denny JA 133


membunuh orang lain.

Kisah berikutnya adalah tentang Frank yang kemudian men-


duduki posisi Wakil Presiden Amerika Serikat, lalu menjadi
presiden berikutnya. Dan di antara adu strategi dan perebutan
pengaruh, cinta bersemi di sana sini. Kisah kasih Frank dengan
istrinya, Claire, yang penuh dinamika, lengkap dengan kisah
perselingkuhan di dalamnya, membuat kisah perjalanan Frank,
dan juga istrinya yang semakin dramatis.

Ujung dari drama panjang ini kemudian adalah pengkhianatan


politik yang dilakukan oleh Claire terhadap suami sekaligus gu-
runya: Frank.

LIMA
Mari kita melanjutkan jelajah kita kepada sesuatu yang lebih
dekat dari kita. Mari kita lihat film-film Indonesia yang perlahan
memulai kebangkitan barunya, bersama lahirnya sineas-sineas
dan pekerja film muda yang bergairah.

Ada film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta yang digarap


dengan apik oleh Hanung Bramantyo. Film berlatar sejarah ten-
tu memikul beban berat, berupa pakem. Namun film ini mera-
mu dengan baik racikan antara fakta sejarah dan fiksi yang di-
masukkan untuk mendramatisasi cerita.

Satu renungan penting dari film ini: Pemimpin politik yang men-
jadi legenda tak hanya memperkokoh kekuasaan politik. Ia juga
harus punya passion dan ikhtiar membangun budaya merakit
peradaban.

Ada juga film karya Angga Dwimas Sasangko, Surat dari Praha.
Film ini memotret sisi lain dari kebijakan “anti-PKI” Soeharto di
tahun 1960-an. Banyak aktivis kiri yang anti Orde Baru saat itu

134 Menari di Alam Gagasan


yang tidak bisa tinggal lagi di Indonesia, dan memilih atau ter-
paksa tinggal di negeri orang.

Dengan latar semacam itu, film ini berkisah tentang perjalanan


cinta abadi antara Jaya yang tinggal di Praha dengan kekasihnya
yang masih berada di Indonesia dan akhirnya terpaksa menikah
dengan orang lain.

REFLEKSI
Dalam pengantar buku ini, dengan berani Denny JA menyimpul-
kan bahwa “Ternyata pengalaman menonton banyak film sela-
ma 10 tahun jauh lebih banyak mengajarkan saya soal hidup
dibandingkan 40 tahun pengalaman membaca ribuan buku dan
jumpa ratusan manusia.”

Dan kita cenderung mengiyakan pernyataan itu. Film adalah


karya budaya yang sangat dahsyat. Kekayaan sejarah manusia,
kekayaan emosi dan pergulatan relasional antar-manusia mam-
pu dirangkum dalam sebuah lakon film yang bisa dinikmati da-
lam waktu yang pendek.

Dan produksi film di dunia ini juga berkembang sedemikian


rupa, sehingga tak terhitung lagi berapa ribu film yang dipro-
duksi setiap harinya. Sayangnya, tradisi menulis kita masih ter-
golong rendah, sehingga tak banyak orang yang bisa dan mau
melakukan review terhadap film yang ditontonnya.

Apa yang dilakukan Denny JA melalui buku ini sangat mem-


bantu kita untuk tak menghabiskan waktu lebih banyak untuk
menyeleksi film yang hendak kita tonton. Cukup baca review,
pilih yang menarik, baru kemudian menonton filmnya.

Apalagi film yang di-review pun sudah dipilih dengan sedemiki-


an ketat dan berselera. ***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 135


Judul : Nabi Baru atau Penjahat Rohani?;
Kumpulan Resensi Film Denny JA
Tahun : Juni, 2019
Tebal : 250 Halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Inspirasi.co

136 Menari di Alam Gagasan


Ringkasan Buku Denny JA: Bahagia Itu Mudah dan
Ilmiah
SPIRITUALITAS BARU BERNAMA
KEBAHAGIAAN

Sahabat, jika Anda ditanya seberapa bahagia Anda; Berapa


persen tingkat kebahagiaan yang Anda miliki; Bagaimana Anda
akan menjawabnya?
Capaian ilmu pengetahuan ternyata sudah sedemikian maju,
sehingga segala sesuatu bisa diukur dengan metode ilmiah.
Salah satunya adalah kebahagiaan.
Lahirnya apa yang disebut sebagai World Happiness Index
yang pertama kali diluncurkan tahun 2012 mengubah secara
signifikan persepsi orang terhadap kebahagiaan.
Ilmu pengetahuan mengabarkan bahwa kita bisa hidup bahagia
dengan cara yang mudah dan ilmiah. Syaratnya hanya satu: kita
harus hidup dengan pola pikir (mindset) dan kebiasaan (habit)
bahagia seperti yang dirangkum dalam buku kecil ini.
Spritualitas baru kebahagiaan sepenuhnya bersandar pada riset
ilmu pengetahuan.
Buku ini merangkum berbagai hasil riset soal kebahagiaan
selama puluhan tahun dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan:
psikologi, sosiologi, ekonomi, politik hingga neurosains. Hasil
riset tersebut diperkaya kisah dan hikmah.
Denny JA kemudian meraciknya menjadi lima pola pikir dan
kebiasaan untuk hidup bahagia dengan bahasa populer.
Kebahagiaan seseorang bisa dilihat dari pola pikir dan
kebiasaannya. Hidup seseorang berpotensi berubah lebih

Ringkasan 24 Buku Denny JA 137


bahagia dan lebih bermakna jika mempraktikkan lima habit
yang dirangkum di buku kecil ini.
Lima pola pikir dan kebiasaan itu adalah 3P+2S, yakni Personal
Relationship, Positivity, Passion (3P) Small Winning, dan Spiritual
Life (2S)

Lima Gagasan Utama Buku:


16. PERSAHABATAN DAN HUBUNGAN PRIBADI SANGAT
MENENTUKAN KEBAHAGIAAN
17. MEMBANGUN SIKAP HIDUP POSITIF DAN KEBIASAAN
MEMBERI ADALAH KEKUATAN PENTING
18. HIDUPLAH DENGAN PASSION YANG KUAT
19. CIPTAKAN ANEKA KEMENANGAN KECIL
20. HIDUP DENGAN KEDALAMAN SPIRITUAL

SATU
Hubungan pribadi dan persahabatan adalah titik awal yang
penting untuk mencari kebahagiaan.
Kemitraan atau partnership itu tulang punggung dari
persahabatan ataupun hubungan cinta. Kualitas kemitraan
adalah kemampuan pasangan untuk bersahabat satu sama lain,
saling berbagi suka dan duka, bersekutu, dan saling membantu.
Dan yang penting dari hubungan pribadi adalah kualitas, bukan
kuantitas.
Bahkan di era media sosial sekarang ini, banyak kawan di dunia
nyata tetap merupakan hal yang terpenting. Bagaimanapun,
hubungan tatap mukalah yang utama bagi manusia. Di samping
itu, hidup yang bahagia juga ditentukan oleh lingkungan
sosial makro: kondisi ekonomi, kultur dominan, bahkan juga

138 Menari di Alam Gagasan


kebebasan berekspresi masyarakat di tempat ia hidup.
Jadi, kapan pun, tumbuhkan semangat untuk bersahabat. Riset
menunjukkan, mereka yang paling bahagia dikelilingi para
sahabat, dan hidup dalam komunitas yang akrab.
Dan mereka yang paling tidak bahagia adalah yang hidup
menyendiri, atau sulit bersahabat, dan hidup jauh dari
komunitas.

DUA
Realitas hidup selalu seperti gelas dengan air setengahnya.
Positivity atau sikap hidup yang positif selalu melahirkan
perspektif yang juga positif. Itulah perspektif yang
menumbuhkan optimisme, memberi harapan, berkarakter
membantu orang lain (bukan sebaliknya menyusahkan orang
lain), ceria, bersyukur.
Selalu tumbuhkanlah perspektif yang membuat kita bersikap
positif. Di samping itu, kebiasaan memberi juga kunci penting.
Riset menyimpulkan bahwa the power of giving, atau perilaku
menolong orang lain, termasuk orang yang tak dikenal sekalipun,
memang memberikan kontribusi yang signifkan terhadap
melonjaknya kualitas hidup bahagia.
Hal lain yang penting dalam membangun sikap positif adalah
sikap hidup bersyukur dan hidup yang pro-sosial. Secara fisik,
mereka yang mempraktikkan rasa bersyukur secara rutin,
kekebalan tubuh kita lebih kuat.
Secara psikologis, efek rasa bersyukur itu membuat hidup
seseorang lebih ceria, lebih tahan stres. Ia lebih mengembangkan
emosi positif.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 139


TIGA
Pilihlah satu, dua, atau tiga kegiatan di mana Anda terlibat
sepenuh hati, dengan seluruh gairah. Renjana (passion) adalah
sesuatu yang akan membuat hidup Anda lebih berwarna.
Lihatlah Pele yang begitu total bermain bola. Bobby Fisher
berjam-jam latihan catur. Mozart lupa waktu dan tempat ketika
asyik bermain piano. Leonardo da Vinci bahkan lupa makan
ketika begitu intens melukis.
Para ahli kemudian hari menamakannya: Flow. Mereka berada
dalam the state of fow: fokus dan hidup total dalam momen itu,
seolah waktu berhenti, lupa hal lain, sepenuh hati hanya ada
dalam suasana “kini dan di sini” (now and here).
Di samping flow itu, olahraga juga hal penting lainnya. Banyak
riset membuktikan, orang yang berolahraga umumnya memiliki
emosi yang lebih positif. Hari-hari mereka lebih rileks, lebih
ceria. Tidur mereka lebih nyenyak. Mereka lebih tahan dengan
tekanan.
Tak kalah penting juga adalah kesehatan rohani. Meditasi
adalah salah satu cara yang digunakan untuk mencapai
harmonisasi dengan diri. Saat ini meditasi sudah menjadi tren
yang membantu banyak orang.
Beruntunglah kita di Indonesia. Begitu banyak agama besar
yang memiliki ritual sejenis meditasi. Ada zikir di Islam. Ada
retret di Kristen/Katolik. Ada Nyepi di Hindu Bali.

EMPAT
Sahabat, ketahuilah, hidup yang dipenuhi oleh aneka
kemenangan kecil akan menjadi hidup yang bergelora,
bersemangat. Aroma kemenangan memberikan emosi positif

140 Menari di Alam Gagasan


yang ceria, bahagia, dan relaksasi.
Bermacam riset akademik membuktikan persepsi dan perasaan
menang memengaruhi hingga ke level hormon individu.
Kapan pun, di mana pun, dengan siapa pun, melalui peristiwa
apa pun, ciptakanlah kebiasaan meraih kemenangan kecil dalam
hidup.
Jangan mencemaskan soal skala atau ukuran kemenangan.
Setiap individu memiliki pencapaian kemenangan yang subjektif
dan berbeda-beda. Bahkan pencapaian kecil dalam dunia hobi
membuat hidup sangat berwarna.

LIMA
Hidup yang bermakna adalah hidup yang memiliki tujuan
lebih besar dari sekadar kepentingan pribadi atau perolehan
materi belaka. Ini hidup yang tak hanya mengejar kebahagiaan
yang sekadar bebas dari kesulitan, tetapi menjalani sebuah
perjuangan.
Kapan pun, di mana pun, dengan siapa pun, lewat peristiwa apa
pun, tumbuhkan kebiasaan berjuang dalam hidup. Tak perlu
gagasan yang terlalu besar. Cukup dipilih saja medan perjuangan
yang realistik, yang bisa kita kerjakan sebagai individu.
Mereka yang sudah menemukan makna hidup (meaning of
life) akan tahan segala derita. Friedrich Nietzsche suatu hari
mengatakan: Siapa pun yang sudah menemukan alasan untuk
hidup, sense of purpose, dapat menanggung aneka beban
dunia.
Ditambah dengan doa, lengkaplah sudah makna hidup kita. Doa
memberi pengaruh signifkan terhadap sikap hidup yang positif
dan level kebahagiaan. Kehidupan mereka yang rajin berdoa

Ringkasan 24 Buku Denny JA 141


cenderung lebih ceria dan bermakna.

REFLEKSI
Tak terbantahkan, mungkin jawaban terbanyak manusia
tentang tujuan hidup mereka adalah: mencari atau menemukan
kebahagiaan. Entah dijustifikasi oleh agama, kepercayaan,
ataukah rasionalitas, kebahagiaan adalah kondisi paling
didamba manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah dengan sedemikian
terang merumuskan konsepsi kebahagiaan, faktor penentu
kebahagiaan, serta cara-cara paling efektif efisien mencapainya.
Buku ini mengajak kita mengarungi lautan kebahagiaan itu
berdasarkan kemajuan dunia riset dan ilmu pengetahuan.
Dan hasilnya, seperti judul bukunya, bisa disimpulkan bahwa
menjadi bahagia itu mudah dan ilmiah.
Membaca buku ini Anda akan menyadari banyak hal dalam
hidup Anda. Meski tetap saja kondisi bahagia adalah kondisi
yang sangat subjektif, namun kekayaan perjalanan sejarah
manusia bisa membuat kita mampu mempelajari dan mencari
jalan pintas tercepat menujunya.
Tentu saja setelah membaca buku ini, pertanyaan ke kita adalah:
maukah kita memulai langkah-langkah yang lebih mudah dan
ilmiah ini? ***
-000-

142 Menari di Alam Gagasan


Judul : Bahagia Itu Mudah dan Ilmiah
Tahun : Mei, 2017
Tebal : 367 Halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Inspirasi.co

Ringkasan 24 Buku Denny JA 143


Bagian 2:
Puisi Esai dan Penjelajahan Sas-
trawi

Bagian 2
Puisi&Esai
Penjelajahan Sastrawi
144 Menari di Alam Gagasan
Ringkasan Buku Denny JA: Atas Nama Cinta
ISU DISKRIMINASI DALAM PUISI ESAI
Sahabat, diskriminasi di Indonesia terjadi dalam berbagai
kategorinya. Dalam banyak hal, perbedaan masih belum
bisa diselesaikan secara demokratis di negara demokrasi ini.
Diskriminasi berbasis ras, etnisitas, jenis kelamin, dan pilihan
keyakinan masih terjadi dan hingga hari ini dengan mudah kita
temukan kasusnya.
Sebagai intelektual, peneliti, aktivis, yang sekaligus peminat
sastra, Denny JA merasa resah terhadap fakta itu. Ia merasa
harus menyuarakan kisah-kisah diskriminasi yang menjadi fakta
sosial kita, dengan medium yang lebih menyentuh emosi dan
kedalaman batin. Dikonstruksilah sebuah medium yang meramu
antara fakta dan fiksi sekaligus, bernama Puisi Esai. Yakni, puisi
yang bercita rasa esai. Atau esai tentang isu sosial yang puitik,
yang disampaikan secara puitis.
Pada perkembangannya kemudian, Puisi Esai ini seakan menjadi
sebuah gerakan untuk menyuarakan berbagai persoalan sosial
kita secara lebih halus, melalui racikan fiksi imajinatif banyak
penulis yang terlibat kemudian.
Buku ini berisi lima puisi esai tentang lima kisah diskriminasi
di Indonesia, mulai dari diskriminasi berbasis etnis, kisah cinta
beda agama, kisah penganut Jemaat Ahmadiyah, kisah seorang
santri gay, dan kisah seorang tenaga kerja wanita di Timur
Tengah.

Lima Gagasan Utama Buku:


1. INDONESIA YANG TAK RAMAH PADA PENCINTANYA
2. KETIKA CINTA BERKELINDAN DENGAN AGENDA PENYESATAN

Ringkasan 24 Buku Denny JA 145


3. PAHLAWAN DEVISA YANG SEPAH DIBUANG
4. MEREKA BISA APA DI HADAPAN CINTA?
5. KETIKA AGAMA MEMISAHKAN CINTA DUA ANAK MANUSIA

SATU
Sapu Tangan Fang Yin adalah kisah tentang masa reformasi
1998. Fang Yin adalah gadis Tionghoa yang mengalami
perkosaan pada 13-14 Mei 1998. Ia lari ke Amerika dan hidup
di sana. Fang Yin sulit untuk terlepas dari tragedi masa lalu
ketika ingin memulai hidup baru. 13 tahun tinggal di Amerika,
ia berkeinginan kuat untuk kembali Indonesia. Namun, rasa
trauma yang dialami lebih besar. Pria seetnis bernama Albert
Kho, pacarnya waktu itu, membekas di benaknya. Satu-satunya
kenangan yang tersisa dari Kho ialah selembar sapu tangan
dan beberapa surat selama 12 tahun. Sapu tangan itu adalah
pemberian Kho yang justru pergi setelah tahu ia diperkosa.
Selama 13 tahun ia di Amerika, mencoba menghindari dari
trauma itu. Kebencian dan kekerasan orang Indonesia terhadap
etnisnya menyebabkannya mengutuk Indonesia, ibu pertiwi
yang melahirkannya, namun di pangkuannya pula ia direnggut
kehormatannya.
Pergulatan batin Fang Yin kemudian berujung pada dibakarnya
sapu tangan pemberian Kho.

DUA
Puisi esai Romi dan Yuli dari Cikeusik ini berkisah mengenai
pertentangan antarpaham agama dalam suatu masyarakat yang
berimbas kepada hubungan antara dua insan, yakni Juleha,
perempuan asli Betawi yang dipanggil Yuli, dan Rokhmat atau
Romi, kekasihnya. Hubungan cinta mereka harus kandas karena

146 Menari di Alam Gagasan


perbedaan paham agama yang dianutnya. Belakangan baru
ketahuan bahwa Romi adalah pengikut Ahmadiyah, sebuah
kelompok yang sangat dibenci oleh ayah Yuli, seorang ustaz dan
tokoh masyarakat.
Cinta mereka begitu tinggi. Yuli juga kemudian menyadari Romi
tidak pernah meminta menjadi anak pengurus Ahmadiyah,
ketika ia lahir. Begitu juga ketika Yuli lahir, ayahnya juga sudah
anti-Ahmadiyah. Yuli terombang-ambing antara cinta yang
tulus di hatinya, dengan kenyataan sosial bahwa Ahmadiyah itu
paham yang menjadi musuh ayahnya.
Meski Yuli akhirnya bisa menerima dan memahami perbedaan
di antara mereka, namun kedua orang tuanya tetap bersikeras,
bahwa Ahmadiyah adalah ajaran sesat yang menyimpang dari
Islam yang benar. Cinta mereka pun dipaksa kandas. Dalam
doanya di atas sajadah, Yuli terisak, melantunkan doa pedih.

TIGA
Puisi esai berjudul Minah Tetap Dipancung ini berkisah mengenai
penderitaan seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.
Minah seorang perempuan asal Kota Cirebon. Suaminya tidak
bekerja dan anak semata wayangnya yang berusia 8 tahun
belum bersekolah karena tidak mampu membayar iuran
sekolah. Akhirnya ia bertekad bekerja di luar negeri dengan
modal uang hasil menjual sepetak sawah milik orang tuanya,
dengan harapan bisa memperbaiki ekonomi keluarga.
Minah tidak beruntung karena mendapatkan majikan yang
mata keranjang dan berkali-kali berusaha memperkosanya.
Karena tak tahan terhadap perlakuan majikannya, Minah
berupaya membela dirinya, yang pada akhirnya menyebabkan
majikannya terbunuh.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 147


Sebagai hukuman atas perbuatannya, Aminah harus menjalani
hukum pancung. Dilema berikutnya terjadi karena sulitnya
mendapatkan perlindungan dari negara, padahal orang seperti
Minah dianggap sebagai pahlawan devisa.

EMPAT
Puisi esai berjudul Cinta Terlarang Batman dan Robin ini
berkisah mengenai problematika cinta kaum homoseksual yang
dialami oleh Amir dan Bambang. Hubungan Amir dan Bambang
terjalin cukup lama. Mereka terlibat asmara karena intensitas
kebersamaan mereka dalam melakoni kegiatan sehari-hari di
Pesantren.  Dalam cerita ini Amir dan Bambang dianalogikan
seperti tokoh superhero Amerika yaitu Batman dan Robin.
Keduanya memiliki makna filosofis.
Pergulatan cinta ini begitu rumit mengingat mereka harus
berhadapan dengan doktrin dan stigma banyak orang tentang
hubungan sejenis seperti itu.
Amir adalah sosok yang taat beribadah, namun mempunyai
kelainan seksual genetis yakni menyukai sesama pria. Meski
telah mencoba saran ibunya untuk segera menikah, bahkan
dengan dua perempuan sekaligus, namun akhirnya pernikahan
itu kandas. Amir tetap menaruh benih-benih cinta pada
Bambang, yang kemudian menjadi aktivis gay Internasional.

LIMA
Puisi esai berjudul Bunga Kering Perpisahan ini berkisah
tentang problematika yang dihadapi oleh pasangan yang saling
mencintai, namun membentur tembok perbedaan agama.
Dewi dan Albert harus berhadapan dengan kepercayaan dan
keyakinan orang tua mereka, terutama orang tua Dewi yang
melarang dengan sangat keras menikah beda agama.

148 Menari di Alam Gagasan


Dewi pun harus mengalah dijodohkan dengan Joko, anak dari
teman bapaknya. Dewi hanya seorang anak yang tidak mau di
cap anak durhaka dan akhirnya Dewi pun menuruti kemauan
bapaknya. Dia menikah dengan Joko. Namun sebelum perayaan
pernikahan, Dewi bertemu dengan Albert yang memberinya
sebuah kotak berisi bunga mawar berwarna merah dan
selembar surat yang tergulung rapi.
Dewi harus menjalani kehidupan pernikahan tanpa cintanya
dengan Joko, hingga tanpa dinyana Joko meninggal dalam usia
muda. Pada titik inilah kemudian Dewi mengingat kotak yang
diberikan Albert, dan memiliki keberanian untuk mengembalikan
kotak itu kepada Albert seperti pesan Albert waktu itu.
Namun, Ibunda Albert mengantarkan kotak tersebut kembali ke
rumah Dewi.

REFLEKSI
Membaca lima puisi esai yang panjang dalam buku ini seperti
membaca Indonesia yang tak lepas dari masalah diskriminasi
yang semakin hari semakin menghantui kita. Puisi esai jelas
adalah medium yang sangat kaya sekaligus asyik dinikmati.
Setidaknya, tepat apa yang dituliskan oleh Sutardji Calzoum
Bachri yang menyebut puisi esai ini adalah “puisi pintar.”
Soetardji juga menyimpulkan bahwa semua puisi dalam buku
ini bisa disebut “puisi lintas batas”. Ia bisa dibaca sebagai prosa,
dalam pemaknaan yang positif. Jelas dan pasti bait-bait, irama,
rima, metafora serta ungkapan ungkapan lainnya menjadikan
lima karya ini benar karya puisi. Tapi karena peralatan puitika
itu digunakan tidak secara ekstrem, nekad, berlebihan dan
tidak spekulatif maka peralatan puitik itu bukan hanya tidak
mengganggu kalau puisi ini dibaca sebagai prosa, tapi malah
memberikan nuansa khas bagi kekayaan suasana cerita.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 149


Apapun perdebatan yang menyertainya kemudian, yang jelas,
puisi esai telah mampu mewadahi ungkapan keresahan sosial
yang tak mudah dinyatakan, sekaligus memperkaya batin kita
dengan kisah penuh emosi yang lezat. ***

150 Menari di Alam Gagasan


Judul : Atas Nama Cinta; Sebuah Puisi Esai
Tahun : April, 2012
Tebal : 215 Halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Renebook

Ringkasan 24 Buku Denny JA 151


Ringkasan Buku Denny JA: Roti untuk Hati
MENGGALI MAKNA HIDUP DARI
CERITA RINGAN

Sahabat, bagaimana Anda mengekspresikan perenungan


spiritual Anda?
Denny JA menciptakan satu medium, merawatnya, dan
mengisinya dengan berbagai pasokan nilai yang diramunya.
Salah satunya adalah perenungan spiritualnya yang luas.
Medium itu bernama Puisi Esai.
Buku ini berisi 22 perenungan dan pemaknaan atas nilai-
nilai terkait spiritualitas, intelektualitas, serta kesadaran
kemanusiaan yang dimilikinya. Ini adalah salah satu proses
inovatif Denny JA dalam memaknai Bulan Ramadan, yang entah
disadari atau tidak, dalam konteks Indonesia yang religius
melahirkan atmosfir tertentu. Atmosfir spiritual.
Apakah pengetahuan dan persepsi kita tentang agama perlu
diubah? Apakah perkembangan dunia saat ini sudah jauh
meninggalkan nilai-nilai dalam kitab suci? Buku ini banyak
menyorot cara kita beragama, persepsi kita tentang agama, dan
variasi-variasai sudut pandang yang memungkinkan kita untuk
melihat kembali doktrin dan budaya agama kita.
Lima Gagasan Utama Buku:

1. BURUNG TRILILI: HANYA KARENA PERSEPSI, DARAH


TERTUMPAH, PERANG TAK BISA DIHINDARI
2. AGAMA, MASIHKAH MENJADI SUMBER KEBAHAGIAAN?
3. JUMLAH PELAJARAN AGAMA DI SEKOLAH TIDAK

152 Menari di Alam Gagasan


BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH KORUPSI
4. NEGERI BARAT LEBIH ISLAMI DARIPADA NEGERI MUSLIM
5. ORANG SUCI TETAP MENANAM PADI

SATU
Sahabat, ini adalah tentang Sang Guru dan Burung Trilili.
Kisah ini direka Sang Guru untuk membuat manusia lebih
mudah belajar. Burung maha suci ini yang sudah diriwayatkan
bertahun-tahun, berabad-abad. Namun lahir banyak persepsi
yang berbeda-beda tentangnya. Tentang sayap, wajah, kaki,
telur, tahi Burung Trilili. Masing-masing mengaku paling benar
dengan persepsinya, lalu menegasikan persepsi yang lain,
dengan kemarahan dan kebencian. Perang berkepanjangan
menumpahkan darah banyak manusia.
Ketika Sang Guru menyadari bahwa kisah khayal itu telah
diyakini sebagai kebenaran oleh para penganutnya, sudah
terlambat untuk mengklarifikasinya. Ia terlanjur diberhalakan.
Orang hidup dan mati karenanya.

DUA
Apakah agama membuat manusia menjadi bahagia? Ini adalah
kisah jenaka yang membuka ironi manusia beragama. Ustaz Jaka
yang percaya betul bahwa agama adalah jalan kebahagiaan,
hafal juga dengan dalil-dalinya, tercengang karena menemukan
hasil riset bahwa negara-negara yang menganggap agama tidak
penting justru adalah negara yang penduduknya paling bahagia.
Switzerland, Islandia, Denmark, Canada. Sementara, negara-
negara yang terkenal religius dan melahirkan agama-agama
besar, tidak menjamin penduduknya menjadi jawara bahagia.
India, Arab Saudi, Roma, Israel. Apa yang salah dengan agama?

Ringkasan 24 Buku Denny JA 153


Jaka dibuat masygul oleh pertanyaannya sendiri. Segeralah
ia mencari jawab kepada kawannya, Profesor Firdaus, yang
kemudian mengingatkannya dengan cerita tentang Nasruddin
Hoja yang mencari kunci di tempat yang terang, padahal
kuncinya hilang di tempat lain yang gelap. Jangan-jangan
memang bukan agama tempat mencari kebahagiaan. Jangan-
jangan agama yang ada sekarang memang bukan agama yang
diinginkan Tuhan. Mungkin bukan agamanya yang salah, tapi
cara kita beragama.

TIGA
Apakah pendidikan agama perlu diajarkan di sekolah? Ini
adalah kisah tentang Dara, aktivis kampus yang menjadi motor
penggerak sebuah gerakan demonstrasi menuntut ditambahnya
jam pelajaran agama di kampusnya. Terlalu sedikit jatah pelajaran
agama di kampusnya saat ini. Di tengah pengorganisasian yang
dilakukannya, justru ia mendapatkan fakta bantahan bahwa
pelajaran agama tak lagi penting diajarkan di sekolah. Kasus
Singapura bisa menjadi contoh: Sejak 1993, agama tak lagi
diajarkan di sekolah-sekolah publik. Hasilnya: korupsi tidak ada.
Perpecahan dan ketegangan antar-agama tidak terjadi.
Dara semakin galau. Ia pelajari lebih jauh semua data dan fakta
negara-negara di dunia. Ia semakin tercengang. Data bicara,
bahwa negara-negara yang disumsikan sebagai negara agamis,
peringkat korupsinya justru tinggi. Negara-negara yang dianggap
tak beragama, justru adalah juara anti-korupsi. Ia harus sampai
pada kesimpulan: tidak ada hubungan antara pendidikan agama
di sekolah dengan korupsi. Tidak ada hubungan antara agama
dengan capaian moral seseorang.

EMPAT

154 Menari di Alam Gagasan


Apakah Islam membawa nilai-nilai peradaban? Tentu. Namun
apakah negara-negara di mana mayoritas penduduknya adalah
muslim telah merepresentasikan nilai peradaban tersebut?
Inilah yang membuat kening Ahmad berkerut. Banyak lembaga
internasional mengukur negara-negara di dunia dengan
beberapa nilai yang bisa disebut sebagai nilai islami: jujur (tidak
korupsi), toleran, amanah, fathanah (memaksimalkan akal dan
memajukan ilmu pengetahuan), dan syukur.
Ahmad terperangah. Data ilmiah menunjukkan sebaliknya: jika
dirangking, 10 negara paling tidak korupsi, 10 negara paling
toleran, 10 negara paling demokratis (amanah), 10 negara
paling memajukan ilmu, 10 negara yang penduduknya paling
bahagia, semuanya diisi oleh negara barat kafir. Tak ada satupun
negara muslim bertengger di papan atas. Negara-negara yang
paling menerapkan nilai islami justru adalah negara yang jauh
dari Islam. Ahmad tercenung, berusaha mencari jawaban atas
kebingungannya.

LIMA
Ketika seseorang sudah mengalami dan menggapai puncak
kehidupan duniawi, lalu apa? Seringkali, yang muncul adalah
kesepian. Itu pula yang dialami Darta. Secara duniawi ia sudah
sukses. Karena itu ia membulatkan tekad untuk merencanakan
perjalanan spiritualnya dalam upaya mencari hikmah tertinggi.
Mulailah ia dengan melangkah masuk ke dalam relung-relung
agama besar. Dipelajarinya Hindu di India selama satu tahun.
Tahun berikutnya ia datang belajar ke Yerussalem untuk belajar
ilmu kekristenan. Begitu juga Islam, ia pelajari di Mekkah,
pusatnya. Hingga sampai pada perjalanan new age, manusia
bertuhan tanpa beragama. Ia mendalaminya semua, mulai
Krishnamurti hingga Theosophy. Darta semakin tak tenang.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 155


Hingga suatu sore, seekor burung dara hinggap membawa
sepucuk surat untuknya. Surat yang membawanya sekali
lagi melakukan pencarian spiritual untuk mencari jawaban
dan hikmah tertinggi. Ujung pencariannya adalah pada
pertemuannya dengan seorang suci yang hanya mengucap dua
kalimat yang sangat dalam: Orang suci tetap menanam padi.
Pembawa hikmah tetap mencangkul sawah.

REFLEKSI
Membaca 22 puisi esai dalam buku ini seperti membaca sederet
panjang pencerahan batin yang lezat bergizi. Bisa dibayangkan
bahwa untuk menyusun satu kisah, Denny JA perlu melakukan
riset serius terhadap isu yang hendak diangkatnya melalui kisah-
kisah tersebut. Data dan fakta ilmiah bertaburan di celah-celah
puisi. Detail persoalan dan kontroversi yang melingkupi satu isu
juga dipaparkan sedemikian rupa, nampak seperti menggiring
pembaca untuk mengambil hikmah dan kesimpulan sendiri di
balik cerita yang ada.
Dalam konteks seperti ini, rasanya tak terlalu penting lagi
berdebat apakah ini memenuhi syarat sebagai puisi ataukah
prosa. Yang lebih penting dari itu semua adalah bahwa medium
ini berhasil membawakan pesannya kepada pembaca secara
efektif, sekaligus memberikan nuansa emosional tertentu
sehingga yang ditangkap bukan hanya perkara ilmiah, namun
juga perkara rasa dan emosi ketika kita menyelami kisah demi
kisah yang ada. Dari rasa itu, muncullah empati kemanusiaan.
Sekali lagi, buku ini adalah santapan rohani yang penting. Buku
ini adalah roti untuk hati. ***

156 Menari di Alam Gagasan


Judul : Roti untuk Hati
Tahun : Agustus, 2015
Tebal : 252 Halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Inspirasi.co

Ringkasan 24 Buku Denny JA 157


Ringkasan Buku Denny JA: Kutunggu di Setiap Kamisan
400 KAMIS MENCARI KEADILAN

Sahabat, bagaimana rasanya ditinggal seorang suami, saudara,


ayah, tanpa kejelasan selama bertahun-tahun? Jika kita tahu
ia adalah korban dari sesuatu yang diperjuangkannya, kepada
siapa kita harus mengadu?
Buku ini diilhami oleh sebuah agenda pencarian keadilan bagi
para korban kemanusiaan yang setiap Kamis sore melakukan aksi
di seberang istana untuk mempertanyakan penyelesaian kasus-
kasus HAM dan kemanusiaan, termasuk kasus penghilangan
paksa yang dialami oleh kerabat mereka. Aksi Kamisan yang
diinisiasi oleh Jaringan Solidaritas keluarga Korban (JSKK) ini
sudah dimulai sejak 18 Januari 2007, dan sudah sampai pada
aksinya yang ke-400 pada 11 Juni 2015.
Denny JA merekam aksi ini sebagai latar belakang dari karya
fiksi yang ditulisnya dalam bentuk puisi esai, lengkap dengan
kisah cinta yang diramunya untuk mendramatisasi cerita ironis
tentang pencarian keadilan.
Lima Gagasan Utama Buku:
1. PEREMPUAN YANG SELALU TERKUNCI BIBIRNYA
2. SYAL KUNING, SAKSI PERPISAHAN DAN PENANTIAN
3. TIDAK ADA ISTILAH ALMARHUM UNTUK KANG MAS
4. KAMIS SORE DI SEBERANG ISTANA NEGARA
5. IA TETAP MENUNGGU, HATINYA TETAP TERTUTUP

158 Menari di Alam Gagasan


SATU
Ini adalah kisah tentang seorang Radi, jurnalis yang juga aktivis.
Ia terlibat dalam Aksi Kamisan dan menemukan sesosok
Lina, seorang perempuan setengah baya bersyal kuning
yang selalu hadir dalam aksi itu, sejak pertama Aksi Kamisan
diselenggarakan, hingga hari ini.
Tak pernah Lina terlihat berbicara atau berteriak layaknya
peserta aksi lain. Ia hanya duduk di sebuah sisi aksi, berzikir
dan berlelehan air mata dalam diam. Pada akhir setiap aksi, ia
melakukan ritual yang sama, menutupi mukanya dengan syal
kuning di tangannya, dan khusyuk berdoa.
Radi selalu gagal membuat Ibu muda itu mengungkap deritanya.
Bibirnya selalu terkunci rapat, tak terpancing pertanyaan Radi.

DUA
Mei 1998. Lina melepas Kang Mas, suaminya, yang hendak
berangkat ke Jakarta, untuk terlibat aksi penurunan Soeharto,
presiden yang dianggap gagal. Bayi dua bulan dalam
kandungannya turut melepas ayahnya. Meski berat, namun ia
tak bisa menahan keberangkatan Kang Mas untuk ikut berjuang
di Jakarta. Hari itulah Kang Mas mengalungkan syal kuning di
lehernya, sebagai hadiah ulang tahun, sambil memintanya
menunggu pulang di Hari Kamis.
Minggu berikutnya, rasa khawatir menghantui Lina ketika
mendengar kabar kerusuhan di Jakarta. Mal-mal dijarah,
ratusan jasad terbakar, kaum Tionghoa menjadi sasaran, dan
beberapa aktivis tiba-tiba hilang.
Ia harus menyusul mencari Kang Mas ke Jakarta. Bersama
Kakaknya, ditesurinya seantero Jakarta. Rumah Sakit, Kantor
Polisi, dan berbagai jaringan LSM ditanyainya. Lina pulang

Ringkasan 24 Buku Denny JA 159


kembali ke Jogjakarta dengan tangan hampa. Begitupun ketika
ia datangi kiai, dukun, dan paranormal. Semuanya nihil.
Minggu-minggu berikutnya, Lina menunggu Kang Mas di
stasiun, di bangku yang sama, dengan syal kuning dan air mata
yang telah mengering.

TIGA
Tahun 2006, Rambu, anak tercintanya berulang tahun ke-7.
Lina menyisakan sepotong kue untuk Kang Mas. Siapa tahu
muncul tiba-tiba. Selama tujuh tahun itu pula ia menanamkan
ke anaknya bahwa ayahnya sedang bekerja di Jakarta dan akan
kembali. Lina marah ketika mendengar anaknya pernah ditanya
gurunya apakah ayahnya akan ditulis almarhum dalam formulir
yang diisinya.
Bagi Lina, Kang Mas belum mati. Ia berada di suatu tempat
yang redup, sehingga tak bisa berkabar. Ia masih hadir di
mimpi-mimpi Lina, dan kadang kala Lina pun tergeragap ketika
mendengar suara derit pintu, mengira Kang Mas yang pulang.
Dan ia masih menunggu di setiap Kamis. Ia bertahan,
bahkan ketika Anwar, sahabat Kang Mas, yang menaruh
perhatian padanya dan Rambu, memasuki hidupnya dan ingin
membawanya kepada perkawinan suci. Lina bergeming. Cinta
soal hati, dan di hatinya hanya Kang Mas seorang. Anwar
menyerah kalah.

EMPAT
2006. Lina memulai hidup di Jakarta. Impian yang sudah lama
dinanti. Kali ini dibantu oleh Anwar, yang meskipun sudah
menikah dengan Endang, tetap peduli pada Lina. Anwar
membeli rumah Lina di Jogjakarta, agar memuluskan jalan Lina

160 Menari di Alam Gagasan


pindah ke Jakarta.
Mulailah ia hidup di kota yang menyembunyikan suaminya,
lalu berkawan dengan Shinta yang aktivis. Terpengaruh oleh
Shinta, akhirnya Lina menemukan cara menunggu suaminya,
bergabung dengan Aksi Kamisan setiap minggunya, bukan
dengan motif politik yang memang bukan dunianya, melainkan
untuk melampiaskan rasa rindunya kepada Kang Mas. Ia juga
bukan aktivis, dan tak paham dunia aktivis. Namun ia bertahan.
Minggu ke-100 dilampauinya, minggu ke-300, hingga minggu
ke-400. Ia tetap setia, hadir di seberang Istana Negara setiap
Kamis, dengan syal kuning dan ritual diamnya.

LIMA
Radi tetap mencari cara mendekati Lina, demi mendapatkan
laporan berisi yang melancarkan promosi karirnya sebagai
wartawan. Lina tetap bungkam.
Radi menemukan cara lain, yakni melalui Shinta, teman satu-
satunya yang dimiliki Lina. Radi mendekati Shinta, memadu
kasih dengannya, demi mendapatkan liputan berisi tentang
Lina. Meski tak mudah, akhirnya Shinta berhasil membujuk
Lina untuk membuka cerita tentang deritanya kepada Radi.
Tuntaslah karya besar Radi tentang Lina, syal kuning, serta latar
belakang Lina sebagai cerita berisi.
Namun Radi, si wartawan penakluk wanita itu, terlalu jauh
terbawa hingga jatuh hati kepada Lina. Dan Lina tak tergoyahkan.
Ia tetap menunggu Kang Mas, setiap Kamis.

REFLEKSI
Buku ini disajikan sebagai cerita bergambar. Dengan plot yang
runut, puisi esai ini terbangun dari struktur cerita yang utuh dan

Ringkasan 24 Buku Denny JA 161


bisa dinikmati seperti sebuah novel, lengkap dengan bumbu-
bumbu penyedap dan konflik di dalamnya.
Dalam hal ini, harus diakui kepiawaian Denny JA meramu cerita,
menggabungkan fakta dan fiksi, dan menggiring pembacanya
untuk tidak hanya larut dalam cerita cinta yang unik, namun juga
memahami latar sejarah, fakta-fakta politik, serta keberpihakan
terhadap persoalan kemanusiaan yang diangkatnya.
Meski hingga hari ini Aksi Kamisan tetap berjalan, liputan media
juga tak kurang-kurang, namun tak banyak penulis fiksi yang
mengangkatnya menjadi latar cerita. Puisi esai ini memberi
kontribusi penting untuk membawa isu sosial-politik kepada
khalayak pembaca fiksi yang seringkali tidak tersentuh oleh
berita-berita Koran. ***

162 Menari di Alam Gagasan


Judul : Kutunggu di Setiap Kamisan
Tahun : April, 2018
Tebal : 211 Halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

Ringkasan 24 Buku Denny JA 163


Ringkasan Buku Denny JA: Jiwa Yang Berzikir
YANG MERENUNG DAN YANG BERZIKIR

Sahabat, bagaimana Anda memaknai Ramadan? Apa yang


Anda temukan dari Alquran, kitab suci yang menjadi penuntun
miliaran manusia di muka bumi ini?
Di Indonesia, Ramadan memiliki atmosfir tersendiri. Ada
suasana religius yang terbangun dari tradisi, kebiasaan, maupun
ritual yang didasari oleh kewajiban berpuasa bagi umat Islam.
Ramadan juga tidak bisa dilepaskan dari bacaan, pengajian, dan
pengkajian Alquran.
Kali ini, Denny JA melakukan pembacaan yang mendalam atas
Alquran dengan modal pengalaman batin dan pengetahuan
yang dimilikinya.
Selama 30 hari Ramadan, dalam keheningan sahur, pembacaan
terhadap Alquran itu dituangkannya dalam 30 puisi yang penuh
perenungan. Dalam penyelamannya, ia sendiri kemudian
menemukan 10 mutiara dalam Alquran yang menurutnya cukup
untuk menjadi penuntun dalam hidupnya, meeski ia tidak
berpretensi mengatakan bahwa 10 mutiara tersebut sebagai
intisari Alquran.
Dalam 30 puisi ini, Denny JA menggunakan Darta sebagai tokoh
utama pencari kebenaran, atau dalam istilah sufisme adalah
Salik, perambah.
Lima Gagasan Utama Buku:
1. ADA SAAT KEMBALI, KETIKA RASA SUNYI MENDERA
2. KETIKA KEAKRABAN DAN PERSAHABATAN HANYALAH

164 Menari di Alam Gagasan


CERITA MASA LALU
3. HIKMAH SELALU ADA DI ANTARA KEHANCURAN NEGERI
4. MEMAAFKAN KEGETIRAN, MENYATUKAN PERBEDAAN
5. OASE SURGA ITU BERUJUNG PETAKA BERSAMA

SATU
Renungan ini dimulai dengan titik balik Darta yang telah
mengarungi lautan pengalaman dan ilmu pengetahuan. Darta
yang merasa harus merdeka dari kungkungan tradisi berdoa
ala orang tua dan pendahulunya tanpa tahu apa makana doa
itu baginya. Doa yang ia robek-robek ketika kesadaran dan
rasionalitas telah diarunginya.
Titik balik terjadi ketika pada usia yang tak muda lagi ia merasa
kosong, sunyi, hampa. Jantung menjerit merindu takwa. Pada
saat itulah doa yang ditinggalkannya sekian lama, kembali
dengan sendirinya tanpa disadari.
Suasana itu membawanya kembali pulang, berserah diri kepada-
Nya.
Momen kembali bagi Darta ini seperti membalikkan hidupnya.
Ia telah melakukan pencarian yang panjang. Pernah berjuang
demi harta, hingga tak ada lagi kekurangan. Namun ia belum
menemu mutiara di sana. Ia juga alami perjuangan meraih
kekuasaan, kemewahan, kehidupan glamor hingga puncaknya.
Namun tetap saja, tak ia temukan yang ia sebut sebagai mutiara.
Momen kembali ini tiba-tiba mempertemukan berjuta mutiara,
di dalam dirinya sendiri.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 165


DUA
Darta kembali ke kampungnya, setelah 20 tahun. Tempat ia
dilahirkan itu kini berbeda. Wajah-wajah tampak membeku,
serasa ada permusuhan tersembunyi. Ada kami, ada mereka.
Kampung seperti terbelah. Ada kebencian antar agama yang
menganga. Jika dulu bermain di depan masjid atau depan gereja
adalah biasa saja, kini menjadi asing.
Begitu efektifnya agama dipakai oleh orang yang mengumbar
kebencian, sehingga keakraban dan keramahtamahan antar
agama menjadi hilang. Ruh persahabatan menjadi sirna karena
ada tembok pemisah yang dalam.
Cerita toleransi antar agama hanyalah masa lalu. Lahirnya
generasi yang berjuang “membela agama” dengan berbagai
cara, bahkan dengan mengebom diri sendiri dan orang lain,
menjadi pemandangan yang tak dipahami oleh Darta.
Setahu dia, Quran juga berbicara: “Berdoalah kepada Tuhanmu,
dengan suara yang lembut.”

TIGA
Perjalanan Darta kali ini adalah melanglang buana, melihat
fakta-fakta dan cerita negeri tetangga maupun negeri nun jauh
di sana. Lewat sepucuk surat maya, Darta merenung tentang
perkembangan negeri tetangga.
Ia menjadi saksi, bertemunya dua tokoh yang menjadi musuh
bebuyutan, namun karena kesadaran, mereka bersalaman
untuk membangun harapan baru.
Di saat yang lain, melalui seorang tua dari India, Darta tergiring
untuk turut merasakan kepedihan, perpisahan India dengan

166 Menari di Alam Gagasan


Pakistan, dengan segala bumbu agama di sana yang membuat
orang berpikir tentang kami dan mereka.
Titik tengkar yang mengorbankan jutaan nyawa. Dan orang tua
itu adalah saksi, sesungguhnya masih ada kebaikan di antara
“perang agama” yang terjadi.
Ia sendiri adalah seorang Muslim yang diadopsi oleh keluarga
Hindu pasca konflik tersebut, dan dididik dengan cara Muslim.
Di saat lain, Darta menyelami runtuhnya sebuah raksasa
bernama Uni Soviet, yang hancur berkeping menjadi beberapa
bagian. Lagi-lagi, melalui seorang tua dari Russia, Darta menjadi
penyaksi sejarah, penyaksi hikmah.

EMPAT
Ini adalah renungan ke sekian kalinya. Tentang seorang
pahlawan perdamaian yang menghabiskan 27 tahun dipenjara,
hanya karena memperjuangkan kesetaraan manusia, tanpa
membedakan warna kulit.
Selama dalam penjara, anak dan ibunya mati, iapun disiksa
tanpa ampun. Bahkan ia ingat sipir yang mengencinginya. Tapi
ia tak menyerah.
Dunia berubah. Ia keluar dari penjara, dan rakyat mendaulatnya
menjadi pemimpin, bersama runtuhnya sistem rasialis yang
mengkebiri kaumnya.
Namun bukan balas dendam yang ia lakukan. Dunia yang
terpecah disatukannya dalam damai. Semua kesalahan
dimaafkan, bahkan sipir yang mengencinginya dirangkul.
Ya, dialah Nelson Mandela, pahlawan Afrika yang meruntuhkan
Apartheid. Seorang berhati malaikat yang menjadi teladan

Ringkasan 24 Buku Denny JA 167


siapapun yang mengenalnya.

LIMA
Ini adalah renungan penutup dari Darta. Ia melihat agama-
agama yang membangun gairahnya. Seruan beribadah semakin
ramai. Khutbah makin meriah.
Namun yang tumbuh kemudian adalah tembok pemisah.
Namun yang muncul adalah produksi kebencian. Menggantikan
keakraban antar sesama.
Darta teringat kasus Guyana. Sebuah sekte agama dengan janji-
janji surga yang memikat banyak orang. Umat yang kehilangan
makna dan merasa hampa, merasa menemukan oase.
Lalu oase itu berujung petaka kematian massal. Ya, mereka
bunuh diri bersama. 918 orang memilih mengakhiri hidupnya
karena kepercayaan mereka. Darta terdiam di ujung renungan.

REFLEKSI
Dahsyat. Ini kata yang bisa terungkap setelah menyelesaikan 30
puisi renungan yang sangat sarat makna ini.
Puisi seperti ini hanya bisa dibuat oleh orang dengan kekayaan
batin yang dalam, pengetahuan yang luas, serta perspektif
kemanusiaan yang tajam.
Review ini hanya memotret sebagian saja dari kekayaan kisah
dan sudut pandang yang tersaji dalam keseluruhan buku ini.
Mesti ia sendiri sudah membuat garis bawah tebal bahwa ia
bukan penafsir dan pengkaji Alquran, namun ketika mengaku
sebagai penyelam dan mengambil sejumput mutiara dalam
Alquran, Denny JA dengan canggihnya meramu mutiara yang

168 Menari di Alam Gagasan


didapatnya dengan seperangkat nilai yang sangat padat dan
lezat.
Mungkin kita juga perlu melakukannya. Membaca Alquran,
memaknai Ramadan, dengan cara kita sendiri, dengan niat baik
dan niat berbagi kebaikan. ***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 169


Judul : Jiwa yang Berzikir
Tahun : September, 2018
Tebal : 108 Halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

170 Menari di Alam Gagasan


Ringkasan Buku Denny JA: Atas Nama Derita;
Kumpulan Cerpen Esai Suara Duka Era Virus Corona
DARI KARANTINA DI MESJID
HINGGA LEBARAN ONLINE

Sahabat, adakah di antara kita yang tak terpengaruh


mewabahnya virus korona saat ini? Semua aspek dalam dunia
ini berubah. Semua alur kehidupan manusia bergeser, bahkan
terbalik sedemikian rupa.
Pada titik tertentu, wabah ini melahirkan satu normalitas baru
yang berbeda dengan normalitas yang terjadi sebelumnya. Kita
semua menjadi saksi dari perubahan besar ini.
Virus kecil ini memiliki daya yang besar untuk memaksa kita
mengosongkan rumah-rumah ibadah, menghentikan pesta-
pesta, menggagalkan ribuan perayaan pernikahan, dan bahkan
menutup ritual sakral kaum muslim sedunia: umrah, dan
mungkin ibadah haji nanti.
Tak ada detik berlalu tanpa berita tentang korona. Buku ini
menyebutnya sebagai: terlalu banyak bom atom di satu era.
Namun di balik dentuman berita dan peristiwa itu, perlu ada
rekaman lain yang mengabadikan suara batin, cerita kelam, dan
kisah dramatis di belakang berita-berita permukaan itu.
Di sinilah kemudian, sekali lagi, Denny JA bereksperimen
untuk merumuskan sebentuk narasi cerita batin yang berlatar
peristiwa nyata, namun sekaligus membangun kisah dramatis di
belakangnya dalam bentuk fiksi. Ia menamainya sebagai cerpen
esai.
Kegagapan kita semua menghadapi wabah ini melahirkan

Ringkasan 24 Buku Denny JA 171


kisah-kisah dramatis, terkadang kelucuan tragis, yang perlu juga
dicatat sebagai satu ekspresi manusia menghadapi apa yang
menimpanya.
Sebagai prasyarat menempelkan cerpen ini dengan fakta yang
menghiasi percaturan dan perang melawan wabah ini, maka
kehadiran catatan kaki yang merupakan rangkaian fakta menjadi
mutlak.
Denny JA sendiri tak hanya berteori. Buku ini memuat delapan
cerpen esai yang merupakan eksperimennya dalam upaya
mengabadikan suara batin itu.

Lima Gagasan Utama Buku:


1. KEYAKINAN AGAMA VERSUS KORONA
2. DOKTER, PARA PENGABDI YANG MEMPERTARUHKAN
NYAWA
3. LARANGAN MUDIK DAN LEBARAN ONLINE
4. KETIKA PAK MENTERI DIMINTA MUNDUR
5. KETAATAN PADA GURU DAN AKIBATNYA

SATU
Tiba-tiba kita dikejutkan oleh berita bahwa 300 orang dikarantina
di dalam sebuah masjid di Kebon Jeruk, Jakarta. Di dalamnya
terdapat 78 warga asing. Mereka adalah kelompok Jamaah
Tabligh yang dikarantina karena 3 orang dideteksi potitif korona.
Salah satu dari 300 orang yang dikarantina tersebut adalah
Iman, yang dalam cerpen berjudul “Kak, Aku Dikarantina di
Mesjid” adalah adik dari tokoh utama, Darta.
Iman adalah seorang yang hijrah dan merasa menemukan dunia

172 Menari di Alam Gagasan


barunya setelah bergabung dengan Jamaah Tabligh, sebuah
kelompok dakwah yang mengembangkan gaya hidup seperti
Nabi Muhammad SAW.
Kelompok inilah yang mengubah Iman menjadi seorang
pendakwah, setelah hidupnya berantakan ditinggal wafat oleh
istrinya.
Kelompok ini berpusat di India, dan telah ada di 220 negara
dengan anggota sekitar 140 juta. Melalui Iman, cerpen ini
mengeksplorasi perdebatan tentang pandangan Islam ala
Jamaah Tabligh dengan pemikiran rasional yang dihadirkan
melalui Wahib, adik pertama Darta yang Ph.D di Amerika dalam
studi Islam.
Pertentangan antara penjiwaan Islam ala Iman dan pemikiran
rasional ala Wahib menjadi perdebatan yang menarik dan
memberikan sudut pandang yang beragam dalam memaknai
Islam.
Di luar perdebatan itu, cerpen ini juga memperlihatkan argumen
di balik ngototnya Jamaah Tabligh tetap menyelenggarakan
acara-acara yang menghadirkan ribuah jemaah yang pada
akhirnya menjadi kluster besar penyebaran virus korona di
beberapa negara.

DUA
Kisah kedua ini diinspirasi oleh seorang dokter di Prancis yang
berusia 68 tahun. Ia seharusnya sudah pensiun, namun karena
wabah korona ini, ia kembali lagi turun lapangan dan membantu
menangani korban virus korona.
Ia sendiri kemudian terpapar virus tersebut dan meninggal.
Melalui tuturan tokoh utama bernama Jaka, cerpen

Ringkasan 24 Buku Denny JA 173


berjudul “Dokter Itu Sampai di Puncak Gunung” ini bercerita
tentang Cahya, seorang dokter yang adalah kakak Jaka, dan
pengabdiannya yang dramatis menghadapi pandemi.
Ada pergulatan batin yang dalam ketika Cahya memutuskan
untuk berdedikasi terlibat menangani korban virus. Meski ia
tergolong seorang dokter yang mapan, namun minimnya ahli
paru-paru dalam masa pandemi ini membuatnya memenuhi
panggilan jiwanya.
Salah satu yang menarik adalah cara cerpen ini menyisipkan
pesan kuat yang tertanam dalam benak Cahya sebagai seorang
dokter, untuk mencapai puncak gunung. Puncak gunung adalah
gambaran capaian paripurna dari seorang manusia, selayak
Mozart ketika main piano, dan Van Gogh ketika melukis.
Dan itulah pesan terakhir Cahya kepada Jaka, bahwa ia telah
sampai ke puncak gunung, lalu wafat.
Melalui keluhan Cahya, cerpen ini juga menggarisbawahi
betapa rentannya penyebaran korona ini akibat penanganan
yang berantakan dan fasilitas yang tak memadahi di rumah
sakit. Bahkan, kemungkinan orang sehat menjadi terpapar virus
justru di rumah sakit sangat tinggi.

TIGA
Ini kisah menarik tentang Eko, sahabat penutur utama bernama
Darta. Kisah berjudul “Lebaran Online” ini dilatari fakta tentang
ditolaknya mayat pasien korona di beberapa daerah, karena
kekhawatiran berlebihan terhadap penyebaran virus ini.
Eko nekat pulang kampung, karena selama beberapa hari
dihantui oleh mimpi bertemu dengan ibunya. Meski Darta, dan
bahkan kakak Eko sendiri sudah melarangnya pulang karena
takut malah membawa virus ke kampung, Eko merasa bahwa

174 Menari di Alam Gagasan


umur ibunya tersisa tak lama lagi.
Eko juga merasa sehat, tanpa gejala apapun. Diam-diam, Eko
nekat pulang, dan terjadilah apa yang dikhawatirkan: Eko
pulang, lalu menulari ibunya yang lebih rentan, sehingga ibunya
wafat duluan, sebelum dua hari kemudian Eko juga meninggal.
Tragisnya, masyarakat di daerahnya menolak Eko dan ibunya
dimakamkan di sana. Entah mengapa, masyarakat percaya,
mayat itu walau sudah ditanam di tanah, masih bisa menularkan.
Bahkan ada yang percaya mayat yang mat karena virus korona
membawa petaka yang lebih besar di desa.
Darta sendiri menyadari kesulitan Eko di tengah pandemi ini.
Usahanya dalam merintis ojek online terpukul. Demikian juga
pandangan agamanya yang sangat terganggu dengan kebijakan
jaga jarak akibat wabah ini.
Sebagai pelopor gerakan salat di mesjid, ia merasa berdosa
ketika justru jamaah di mesjid dilarang. Ia menolak mentah-
mentah ketika Darta menyarankan berlebaran online, alias
lebaran jarak jauh tanpa mudik.

EMPAT
Cerita berjudul “Aktivis Itu Minta Pak Menteri Mundur” ini
diinspirasi oleh kelucuan yang bagi sebagian orang dianggap
fatal. Seorang menteri kesehatan yang beberapa kali membuat
pernyataan blunder tentang virus korona.
Menteri Terawan menantang Harvard University untuk
membuktikan bahwa di Indonesia ada virus korona. Beberapa
hari kemudian Sang presiden sendiri mengumumkan adanya
kasus korona di Indonesia.
Di lain kesempatan, ia juga menyatakan bahwa Indonesia bebas

Ringkasan 24 Buku Denny JA 175


korona karena masyarakatnya gemar berdoa.
Latar itulah yang membuat Janggi, adik dari penutur utama yang
bernama Pak Fatah, terlibat dalam gerakan untuk menuntut
Menteri Kesehatan tersebut mengundurkan diri atau dipecat
oleh Presiden. Janggi sendiri menyimpan kekecewaan besar
karena istrinya meninggal terpapar virus korona.
Baginya, meninggalnya Dewi, istrinya, adalah karena salah urus
di rumah sakit rujukan. Akibat menterinya terlalu menyepelekan
ancaman virus ini sehingga terlambat menyiapkan fasilitas
kesehatan dalam menghadapi pandemi.
Janggi adalah prototype aktivis sejati yang sangat jauh berbeda
dengan Fatah, kakaknya. Ketika kakak beradik itu mendapatkan
warisan yang sama, Janggi mendedikasikan jatah warisannya
untuk membangun perpustakaan kelilingnya, sementara Fatah
menggunakannya untuk memulai bisnisnya.
Pergulatan batin Janggi sepeninggal istrinya kemudian
mengantarkan Janggi pada kesimpulan, bahwa inilah saatnya
ia berlayar masuk ke dalam diri, seperti dalam kutipan
Jalaluddin Rumi yang tertempel di tembok dinding rumah yang
ditinggalinya.

LIMA
Ini adalah kelucuan lain yang mewarnai tragedi di masa pandemi
ini. Kelucuan yang berakhir tragis ketika atas nama ketaatan dan
penghormatan kepada seorang guru membuat murid-murid
guru tersebut melabrak protokol pemulasaran jenazah korban
virus korona.
Cerpen berjudul “Robohnya Kampung Kami” ini dilatari fakta
yang terjadi di Kolaka, Sulawesi Tengah, di mana keluarga
korban membuka plastik jenazah positif korona, lalu mencium

176 Menari di Alam Gagasan


dan memeluk jenazah tersebut.
Alkisah, Pak Ahmad adalah pemimpin sebuah komunitas
keagamaan yang sangat dihormati dan berwibawa. Bagi
komunitasnya, ia bukan sekadar guru spiritual mereka, namun
juga pelindung dari segala rongrongan keyakinan yang selama
ini mereka alami sebagai kelompok minoritas.
Ketika komunitas ini dipersekusi oleh kelompok lain yang
mengatasnamakan mayoritas karena dianggap murtad dan
menista agama, rumah mereka dirusak, mesjid mereka dibakar,
Pak Ahmad lah yang siap pasang badan menghadapi kelompok
tersebut dengan segala cara.
Pak Ahmad pula yang paling mengerti dan paham tentang
hukum. Dan meski kini hidup di pengungsian, komunitas
tersebut masih bertahan dengan keyakinannya, di bawah
kepemimpinan Pak Ahmad.
Karena itu, ketika Pak Ahmad wafat karena virus korona, para
jemaatnya tak bisa melepas begitu saja penguburan jenazah
tanpa memberikan penghormatan terakhir yang layak bagi
mereka. Mereka harus mencium, memeluk, dan menangisi
untuk terakhir kalinya.
Begitu juga ketika mengantarkan jenazah ke makam, mereka
berebut memanggul kerandanya.
Tak lama kemudian, terdengar berita bahwa kampung tempat
komunitas itu berada diisolasi. Persentuhan dengan jenazah
korban virus memungkinkan penularan virus ini kepada mereka
semua.

REFLEKSI
Kita belum pernah mengalami mewabahnya virus sedahsyat ini.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 177


Di zaman serba digital seperti ini, ketidaksiapan dan kepanikan
kita justru melahirkan banyak sekali lalu lintas informasi yang
serba tak jelas, mana yang valid, mana yang palsu.
Kultur, keyakinan, pola hidup yang sudah mapan memunculkan
kegagapan yang melahirkan kisah-kisah dramatis, lucu, dan
tragis, dalam menyikapi situasi tak normal seperti saat ini. Dan
pandemi ini melahirkan banyak kejadian pertama kali.
Pertama kalinya kita dilarang melaksanakan salat Jumat
di Mesjid selama berminggu-minggu. Pertama kalinya
penyelenggaraan umrah dihentikan selama ini. Pertama kalinya
kita menyelenggarakan sekolah, ujian, dan kerja, di dalam rumah
sendiri selama berbulan-bulan. Pertama kalinya restoran-
restoran dilarang melayani penjualan makan di tempat dalam
waktu lama. Dan seterusnya.
Di tengah berbagai kejadian baru tersebut, jurnalisme telah
bekerja merekam perkembangan detik demi detik. Hadirnya
media online seperti melengkapi seluruh sisi fakta yang terjadi,
meski seringkali justru mengaburkan cara kita melihat fakta
karena kesulitan kita mengecek kebenaran pada setiap kejadian.
Nah, penulis fiksi harus turut andil merekam pergulatan dan
suara batin dari berbagai kejadian yang ada, karena jurnalisme
seringkali hanya mengungkap fakta permukaan.
Melalui fiksilah sisi kedalaman dan drama di balik berita yang
ada bisa ditangkap dan digambarkan. Dalam kerangka itulah
kehadiran cerpen esai, atau karya sastra lainnya, penting untuk
melengkapi gambaran utuh sejarah pandemi ini.
Dalam masa pandemi ini, bermunculan pula inisiatif-inisiatif
untuk membangun semangat positif dan ketahanan masyarakat
dalam melewati masa krisis yang ada. Cerpen esai ini adalah
salah satunya.

178 Menari di Alam Gagasan


Inisiasi Denny JA untuk menghadirkan pergulatan emosi, latar
belakang, dan kisah dramatis dalam era pandemi ini patut
disambut oleh para penulis lainnya. ***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 179


Judul : Atas Nama Derita; Kumpulan Cerpen
Esai Suara Duka Era Virus Corona
Tahun : Mei, 2020
Tebal : 76 + XIV Halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

180 Menari di Alam Gagasan


Ringkasan Buku:
Agama Cinta; Jalaluddin Rumi dalam Meme
RENUNGAN RUMI DALAM MEME

Siapa yang tak kenal Jalaluddin Rumi? Popularitas Rumi


melampaui batas agama dan negara. Penyair sufi kelahiran
Balkh, Afganistan ini bahkan hingga kini dikagumi oleh banyak
orang di Amerika dan Eropa.
Paulo Coelho, novelis besar itu, juga adalah pengagum puisi
Rumi. Tak kurang, aktor aktris Hollywood seperti Madonna dan
Demi Moore juga membacakan puisinya. Bukunya terjual jutaan
kopi di Amerika saja.
Dan tentu, kutipan-kutipan puisinya jauh lebih populer daripada
namanya. Sederhana, sekaligus memiliki kedalaman yang luar
biasa, sehingga dengan mudah orang merepetisi apa yang
dikatakan Rumi, meski tanpa tahu bahwa ia sedang mengutip
kalimat seorang sufi abad 13.
Mengapa Rumi bisa sepopuler itu? Andrew Harvey, seperti
dikutip Denny JA dalam pengantar buku ini, menjawabnya:
“Rumi mengkombinasikan tiga hal sekaligus.
Ia mempunyai visi spiritual yang mendalam sekelas Budha atau
Yesus. Ia juga memiliki renungan intelektual yang luas seperti
Plato. Dan ia juga mahir dalam menemukan kata-kata indah
seperti Shakespeare”.
Dan buku ini tentu adalah bagian kecil dari kutipan Rumi yang
disebarkan oleh Denny JA dalam bentuk meme. Bayangkan,
Matsnawi Rumi terdiri dari 50 ribu baris, sementara Diwani
Syams terdiri dari 40 ribu kalimat.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 181


Lalu mengapa meme? Ini juga satu medium temuan zaman now
yang luar biasa. Ia turut mengubah cara berkomunikasi kita,
bahkan cara mengkritik sebuah kebijakan negara.
Begitu mudahnya meme diproduksi dan dicerap oleh publik,
sehingga beberapa momentum besar seperti Arab Springs dan
demonstrasi besar di Hong Kong juga melibatkan kontribusi
besar dari meme ini.
Bahkan, tahun 2016, sebuah galeri seni di London, Holdron’s
Arcade, memamerkan meme sebagai karya seni. Ini adalah
inisiatif dari kurator seni​Meisi Post, bersama dua alumni dari
Culture, Criticism and Curation, Elliot Burns dan Jake Rees.
Dan buku ini berisi 42 kutipan puitis dari Jalaluddin Rumi dalam
bentuk meme.

Lima Gagasan Utama Buku:


1. DIRIMU ADALAH PUSAT SEGALANYA
2. TUHAN DALAM KEHENINGAN
3. BEBASKAN PIKIRANMU, TERBANGLAH
4. CINTA DI ATAS SEGALA
5. SUMBER INSPIRASI, TAK JAUH DARIMU

SATU
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang luar biasa. Dengan
seperangkat akal dan hati yang dimilikinya, manusia seperti
menjadi sentrum dari seluruh ciptaan Tuhan lainnya. Karena
itu, dalam banyak puisinya, Rumi seperti berbicara langsung
kepada kita, tentang diri kita sendiri, sebagai penentu kosmos.
Bahkan, kata Rumi “Dirimu bukanlah setetes air dalam samudra,

182 Menari di Alam Gagasan


tapi seluruh samudra dalam setetes air.” Dan begitu kayanya apa
yang ada dalam diri kita, sehingga Rumi juga berkata: “Sebuah
tambang emas. Tersembunyi dalam dirimu.”
Juga “Dirimu adalah naskah dari huruf yang suci yang gaib. Alam
semesta berada di dalam dirimu.”
Dan seperti sebuah hadis populer bahwa “Siapa yang mengenal
dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya,” Rumi menuntun kita
untuk masuk kepada kedalaman diri, bahkan untuk menemukan
Tuhan: “Mulailah perjalanan panjang masuk ke dalam dirimu
sendiri.”
Lalu juga “Telah kucari di kuil, di gereja, di mesjid, tapi
kutemukan Tuhan di hatiku.” Bahkan, seperti yang umumnya
dipahami sebagai wahdatul wujud, dengan indah Rumi berkata:
“Kucari Tuhan, yang kutemukan hanya diriku.”
Namun dalam puisi lain, Rumi juga seperti menyindir kita yang
sangat sombong dengan kepintaran kita. Kata Rumi: “Kemarin
aku merasa pintar. Aku ingin mengubah dunia. Kini aku hanya
ingin mengubah diriku.”

DUA
Dalam berbicara tentang Tuhan, Rumi mengajak kita untuk
berkomunikasi lewat keheningan. Baginya, “Hening adalah
bahasa Tuhan. Yang tak hening hanya ilusi.”
Keheningan menstimulasi kekhusyukan komunikasi spiritual
kita dengan Sang Pencipta. Mungkin karena itu pula salat,
meditasi, dan sejenisnya menjadi ajaran penting agama-agama
dan kelompok spiritual.
Istilah “hening” ini juga istilah penting dalam tradisi penghayat
kepercayaan seperti Kapribaden di Indonesia. Puisi lain Rumi

Ringkasan 24 Buku Denny JA 183


juga mengajak kita: “Tenggelamlah dengan khusyuk dalam apa
yang dirimu cintai.”
Dan bagi Rumi, mata batin jauh lebih penting bagi kita untuk
melakukan pencarian, bukan indera penglihatan. Kata Rumi:
“Tutuplah kedua matamu. Lihatlah dunia dengan mata yang
lain.”
Dalam kesempatan lain, Rumi juga merumuskan bahwa: “Bukan
kata, tapi ikatan batin yang menggerakkan kau dan aku.”
Ada satu kutipan puisi lain yang sangat menarik dalam kaitan
dengan “panggilan,” jika panggilan ini dimaknai lebih luas.
Bahwa keriangan, emosi positif, adalah hal penting dalam
kehidupan kita. Ini seperti makanan pokok bagi batin kita, para
pencari. Saran Rumi: “Buka hati bagi setiap panggilan yang
membuat batinmu riang.”

TIGA
Dalam konsepsi banyak sufi dan filosof Islam, akal adalah
perangkat penting yang dianugerahkan Tuhan bagi manusia.
Akal adalah representasi dari iradah, kehendak yang dititipkan
oleh Tuhan kepada kita, justru agar manusia memiliki kebebasan
untuk memilih jalannya sendiri menuju Tuhan. Karena itu,
perangkat ini justru adalah wilayah di mana kebebasan diberikan
kepada manusia.
Jika justru manusia memilih tidak menggunakan akalnya, dan
terkungkung oleh interpretasi sempit melalui wahyu, maka
manusia cenderung mengerangkeng kebebasannya sendiri.
Kata Rumi: “Bebaskan pikiranmu! Mengapa kau kerangkeng
kebebasanmu sendiri. Padahal pintu terbuka maha luas.” Ini
justifikasi penting untuk kebebasan berpikir.

184 Menari di Alam Gagasan


Ironi lain juga disindir dengan sangat indah oleh Rumi, dengan
menggambarkan bahwa seperangkat sayap telah dilekatkan
pada kita, manusia ciptaan Tuhan yang sempurna. “Sepanjang
hidup, mengapa memilih berjalan merangkak, padahal dirimu
lahir dengan sayap?”
Dalam kesempatan lain, dengan bahasa yang lebih lugas, Rumi
berkata: “Dirimu lahir dengan sayap. Gunakan dan terbanglah.”

EMPAT
Salah satu ajaran penting, jika bukan ajaran terpenting, Rumi
adalah ajaran tentang cinta. Dalam perspektif Rumi, cinta bisa
bermakna sangat luas dan memilki posisi terpenting dalam
hidup manusia.
Cinta mengatasi akal, sebagaimana kata Rumi, bahwa “Akal
tidak berdaya di hadapan cinta.” Bahkan salah satu kutipan
yang sangat populer dan sering digunakan untuk mengkritik
secara halus agama-agama yang sering memunculkan konflik
adalah bahwa bagi Rumi, “Agamaku adalah cinta. Setiap hati
adalah rumah suciku.”
Dalam banyak kesempatan, Rumi juga menegaskan bahwa cinta
memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Terutama dalam konteks
ini adalah cinta kepada Tuhannya. “Jangan takut membuka jalan
baru Sang pencari. Yang dipenuhi cinta tak akan tersesat.”
Atau dalam bahasa lain, “Jika itu panggilan cinta, manusia sejati
akan pertaruhkan segala.” Karena itu, bagi Rumi, “Mencapai
cinta sejati itu seperti terbang ke langit rahasia.”
Dalam kutipan yang lain, Rumi juga menyarankan kepada
kita untuk “Di manapun, kapan pun, rasakan dan tumbuhkan
kehangatan cinta,” serta “Biarkan cinta bertahta menjadi raja
di hatimu.”

Ringkasan 24 Buku Denny JA 185


LIMA
Beberapa kutipan penting Rumi dalam buku ini seperti petuah
inspiratif yang mengantarkan kita menyadari bahwa banyak
hal di sekitar kita yang penuh rahasia, dan kita hanya perlu
mengetahuinya. Misalnya, puisi enigmatik yang indah: “Ada
suara yang tak gunakan kata. Dengarlah.” Juga harta yang
seringkali tak kita sadari: “Simak dan temukan harta terpendam
dalam diri setiap pribadi.”
Sebagaimana kaum bijak bestari, Rumi juga menyarankan kita
untuk melihat penderitaan, kegelapan, dengan cara pandang
yang berbeda: “Derita yang datang padamu. Itu utusan Tuhan.
Renungkan,” atau juga tentang luka: “Bagi yang sampai di pucuk
nurani, apa yang melukai juga memberkahi. Kegelapan menjadi
cahaya.”
Juga bagaimana ia dengan indah menyindir kita yang seringkali
mendahulukan emosi kita merespons sesuatu. Kata Rumi:
“Jika bongkahan batu mentah itu cepat luka dan marah setiap
digosok, ia tak bisa ditempa menjadi batu granit yang indah.”
Termasuk bagaimana Rumi menyindir sifat keras dalam diri kita
dengan puisinya, bahwa “Lembutnya air hujan, bukan kerasnya
halilintar, yang tumbuhkan bunga.”
Dan tentu, cinta Rumi kepada Tuhan adalah sumber inspirasi
terpenting, seperti dalam ungkapannya: “Disinari keindahanMu,
aku belajar menulis puisi,” dan “Kau menari di dalam hatiku,
lahirlah karya seni.”

REFLEKSI
Rumi adalah samudra inspirasi. Puisi-puisi indahnya menyebar
dan membius kita tanpa pandang usia dan latar belakang
agama. Pesannya bisa dicerap oleh kaum agamawan maupun

186 Menari di Alam Gagasan


intelektual, artis maupun kaum remaja yang sedang dimabuk
cinta.
Padahal, ia adalah sufi besar, sezaman dengan Ibn ‘Arabi. Sufisme
Rumi pun beririsan dengan Ibn ‘Arabi, terutama dengan konsep
wahdatul wujud-nya. Dalam konsep ini pula Rumi mencintai
manusia sebagai ciptaan Tuhan yang luar biasa.
Baginya, mencintai Tuhan berarti mencintai ciptaannya. Karena
itu pulalah rumusan cinta dalam sufisme Rumi tak ada habisnya.
Melalui buku tipis ini, Denny JA turut berkontribusi menyebarkan
pengaruh Rumi kepada publik, melalui bentuk komunikasi baru,
terutama di dunia digital sekarang ini.
Pada akhirnya, memaknai kutipan-kutipan Rumi juga terkait
dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman kita
sendiri. Seperti kata Rumi sendiri: “Tugasmu hanya berkicau.
Jangan pedulikan siapa yang akan mendengar dan apa yang
mereka pikirkan.”
Pembacalah yang paling otoritatif untuk memaknai apa yang
dibacanya. Yang perlu digarisbawahi adalah, realitasnya, Rumi
telah menginspirasi ratusan juta manusia, sejak kelahirannya
hingga hari ini.
Dan mungkin Rumi akan terus menginspirasi hingga akhir
dunia, sebagaimana kisah cinta yang selalu ada dan dialami
oleh manusia, sejak zaman purba, bahkan sejak manusia ada.
Dalam kerangka seperti ini pula saya menginterpretasi kutipan
Rumi dalam buku ini, dan juga menginterpretasi meme kutipan
yang dipilih dan dikumpulkan oleh Denny JA. ***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 187


Judul : Agama Cinta: Jalaluddin Rumi
dalam Meme
Tahun : Desember, 2019
Tebal : 58 halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

188 Menari di Alam Gagasan


Ringkasan Buku Denny JA: Ke Mana Super Hero?
FAST FOOD DUNIA SASTRA

Sahabat, benarkah sastra kita, terutama puisi, kehilangan


peminat? Begitu jauhkah dunia sastra terlempar dari khalayak?
Sejak tahun 1992 hingga 2012, Natonal Survey of Public
Partcipaton in the Arts (SPPA) telah merisetnya. Puisi dalam
bentuknya yang lama segera menjadi makhluk langka. Di tahun
2012, tersisa hanya 6,7 persen penduduk Amerika.
Terprovokasi oleh data itu, Lingkaran Survei Indonesia pun pada
2018 membuat surveinya untuk Indonesia. Pembaca sastra
pada umumnya di Indonesia bersisa 6,2 persen. Pembaca puisi
tersisa hanya 2,5 persen yang mengklaim membaca minimal
satu puisi dan bisa menyebutkan judul puisi serta nama
pengarang dengan benar.
Sejak itu pula, Denny JA yang juga memiliki concern terhadap
dunia sastra mengembangkan strategi untuk memasarkan
ulang puisi dalam bentuk-bentuk yang menurutnya lebih
mudah diterima oleh publik, sehingga puisi tak lagi terlalu jauh
terlempar ke dunia sunyi. Lahirlah beberapa inovasinya: puisi
esai, puisi esai mini, dan kali ini adalah meme berpuisi.
Ini adalah gabungan dari media kekinian yang dengan cepat
bisa diproduksi merespons situasi, baik sebagai protes, satire,
maupun informasi publik, yakni meme. Digabungkanlah dengan
puisi untuk membuat pesasn yang hendak disampaikan lebih
dramatis. Jadilah meme berpuisi.
Ini adalah buku kumpulan meme ketiga yang telah diproduksi,
setelah sebelumnya meme khusus isu pemilihan presiden

Ringkasan 24 Buku Denny JA 189


tahun 2019, lalu meme khusus kutipan renungan Jalaluddin
Rumi, dan sekarang ini adalah kumpulan meme berpuisi yang
secara khusus merangkum cerita dan isu seputar pandemi virus
korona.
Dan Denny JA menyebutnya sebagai fast food dunia sastra.

Lima Gagasan Utama Buku:


1. SUPER HERO PUN TAKLUK DI HADAPAN KORONA
2. YANG BERJAYA DAN YANG RUNTUH
3. SIAPA YANG HARUS DITUDING?
4. SAMPAI KAPAN KAU BERTAHAN?
5. PAHLAWAN ABAD INI

SATU
Lima tahun terakhir adalah era di mana super hero ala Amerika
untuk ke sekian kalinya meraih popularitas tinggi di dunia, melalui
film-film yang diproduksi dan ditonton manusia di seantero
dunia. Anak-anak seperti tersihir dengan kehebatan satu demi
satu super hero yang mereka nikmati kisah kepahlawanannya.
Dan kini, di hadapan korona, super hero takluk dan tak punya
jawaban apapun untuk melindungi manusia. Betapa dahsyatnya
virus korona ini, sehingga dua meme mewakili ironi tersebut:
“Bukannya tak mau menolong. Tapi kami tak pernah dilatih
berkelahi melawan virus” dan “Kami The Avengers bukannya
tak mau bantu. Tapi kami pun tak kebal virus corona.”
Ya, bahkan pusat agama pun kosong ketika seharusnya diisi
ratusan ribu orang berkunjung. Ka’bah di Mekkah yang menjadi
pusat berkumpulnya jutaan manusia, apalagi di bulan Ramadan
seperti saat ini, kini sepi, dan ada kemungkinan pula ibadah haji

190 Menari di Alam Gagasan


ditiadakan. Sementara, perayaan paskah yang biasanya adalah
saat berkumpulnya puluhan ribu orang di Basilica Santo Petrus,
diganti dengan Misa Paskah virtual. Ini juga pertama kali terjadi
dalam sejarah kekristenan.
Semua takluk di hadapan korona. Semua tunduk menghadapi
musuh yang tak terlihat.

DUA
Amerika punya segalanya. Negara super power dengan kekuatan
dan kemajuan teknologi yang luar biasa. Negara yang paling bisa
menepuk dada berhadapan dengan negara-negara lain di dunia.
Kini ia menemukan ironinya. Betapa tak berdayanya senjata
nuklir, pesawat luar angkasa, komputer canggih, peradaban
termaju.
Ketika fakta menunjukkan bahwa justru percepatan penyebaran
dan kenaikan angka kematian melesat menjadi tertinggi di
dunia, Amerika benar-benar luruh sebagai kekuatan super.
Kini itu negara

Mengkerut bagai siput

Ia bingung

Ia tak mampu

melindungi warga

Negara itu telah jatuh bertekuk lutut berhadapan dengan virus


kecil ini. Ia yang berjaya, ia pula yang runtuh terpuruk. Dunia
sedang berputar terbalik. Angka kematian harian mereka
justru merajai dibanding negara-negara lain yang lebih duluan
terpapar.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 191


Bahkan, studi berbasis di Harvard memperkirakan kemungkinan
social distancing dibutuhkan hingga tahun 2022. Jika itu terjadi,
maka Amerika akan semakin terpuruk. Ini juga disorot dengan
tajam dalam meme berpuisi berjudul: “Jangan Dulu Memelukku,
Sayang”.

TIGA
Lebih dari 200 negara terpapar. Lebih dari 4 juta positif. Ekonomi
berguguran. Jutaan orang kehilangan pekerjaan. Dan China
adalah pemulanya. Beberapa negara mulai berteriak, bahwa
China harus bertanggung jawab terhadap kerugian dunia akibat
virus korona ini. Mereka yang memulai, mereka pula yang harus
bertanggung jawab. Ini adalah kemarahan dunia, yang terjadi
akibat kebingungan dan keputusasaan menghadap pandemi ini.
Di beberapa tempat, bahkan kemarahan ini berubah menjadi
rasisme terhadap China dan Asia. Di sebagian negara lain juga
mewujud melebarnya kesenjangan yang kaya dan yang miskin
akibat kebijakan Stay at Home. Ini potensial mengakibatkan
kerusuhan.
Dan China juga tidak tinggal diam. Segala daya dikerahkan untuk
mengungkap dan menemukan sang pemunah virus, di tengah
kemarahan dan hujatan dunia.
Satu-satunya jalan

Yang bisa dilakukan Sang Pemula

Mati-matian meneliti

Kerahkan segala sumber daya

menjadi negara pertama

yang menemukan vaksin pemunah

192 Menari di Alam Gagasan


Inilah yang tergambar dalam dua section meme berpuisi
berjudul “Tanggung Jawab Sang Pemula” dan “Di Masa Sulit.”

EMPAT
Sementara ilmuwan laboratorium sedang berjuang mati-matian
menemukan vaksin antivirus, ilmuwan lain juga berlomba-
lomba memprediksi, hingga kapan era ini berakhir. Jutaan
manusia terpapar, dan hitungan terus berjalan. Sampai kapan?
Dua meme berjudul “Kapankah Semua Berakhir? Tanyamu”
memunculkan pertanyaan ini dengan nada putus asa. Jawaban
pertama adalah, hingga hari ini, “siapapun yang menjawab,
nilainya sama dengan seorang peramal yang menerka nasib
dengan bola kristal”. Ini menegaskan bahwa sejauh ini, semua
prediksi yang ada hari ini hanyalah spekulasi, mengingat vaksin
tak kunjung ditemukan. Meme kedua menggarisbawahi dua
kemungkinan: “Virus berakhir ketika ditemukan vaksin, atau
ketika mayoritas populasi sudah terpapar dan menumbuhkan
reaksi kekebalan.” Yang kedua inilah yang kemudian disebut herd
immunity, yang bagi sebagian pengamat seperti membiarkan
seleksi alam ala Thanos dalam The Avengers.
Berikutnya, meme berpuisi berjudul “Lima Bulan Sudah”
menegaskan keputusasaan kita menghadapi pandemi ini.
Betapa rapuhnya manusia berhadapan dengan virus kecil ini.
Lima bulan sudah kau bertahta

Kau bagai Kerajaan Roma dahulu kala

Merebut kota kami

Menduduki desa kami

Menaklukkan pemerintahan kami

Apa rencanamu, sebenarnya

Ringkasan 24 Buku Denny JA 193


Wahai virus Corona?

LIMA
Di tengah kebingungan 7 miliar manusia saat ini, lalu siapakah
yang akan disebut pahlawan abad ini? Tak lain dan tak bukan,
sang vaksin yang hingga saat ini belum ditemukan. Negara-
negara besar saling berlomba menemukan racikan yang pas
untuk melawan virus korona. China, Amerika, Jepang, Jerman,
WHO, tak terkecuali Indonesia. Setidaknya ada 115 penelitian
yang sedang berjalan untuk kepentingan itu. Laboratotium
bergerak 24 jam tiada henti. Tak pernah serindu ini manusia
pada sesuatu sedahsyat ini. Vaksin harus secepatnya ditemukan.
Sang juru selamat harus segera dilahirkan. Sang ratu adil harus
segera ditemukan. Segala lapisan manusia di bumi ini telah
menantikan datangnya sang pahlawan abad ini.
7 miliar manusia

Menanti sambil memegang terali

Terkurung terpenjara

di rumah masing-masing

Kini, para ilmuwan di laboratorium menjadi panglima, yang akan


mengantarkan dunia menjawab tantangan virus korona. Sedikit
demi sedikit, hasil riset merekalah yang sangat ditunggu publik.
Rakyat pun lebih mendengar mereka, daripada para pengusaha
kaya, para wakil rakyat, atau presiden sekalipun. Ketika mereka
menyatakan bahwa sinar matahari memperlambat penularan
virus, berduyun-duyun manusia membangun caranya sendiri
mengejar matahari. Ketika mereka nyatakan bahwa imun dalam
tubuh kitalah senjata terkuat sejauh ini menahan gempuran
korona, berduyun-duyun masyarakat mengkonsumsi berbagai

194 Menari di Alam Gagasan


asupan penguat imun. Ya, merekalah panglima sebenar-
benarnya di era ini. Inilah yang direkam oleh meme berpuisi
berjudul “Temuan Ilmu”.

REFLEKSI
Era digital melahirkan banyak medium baru yang terbukti jauh
lebih efektif daripada medium-medium lama, terutama dalam
konteks memengaruhi opini publik. Juga jauh lebih efisien dan
memungkinkan diproduksi dengan sangat cepat sehingga tidak
terlalu jauh dari konteks realitas yang direspons.
Memproduksi buku, tanpa mencetaknya, bisa jadi lebih
efektif untuk memasarkannya sesegera mungkin, karena
terpangkasnya beberapa proses yang terlalu memakan waktu.
Lebih cepat lagi, merespons sesuatu melalui media sosial dan
jaringan online bisa dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja.
Suudah beberapaa tahun terakhir, meme menjadi alat efektif
untuk menyuarakan pesan maupun mengabadikan momentum
yang bergerak dalam itungan detik.
Meme dan meme berpuisi dalam buku ini memainkan peran
seperti itu. Bahkan bisa jadi, beberapa meme dalam buku ini
sudah tak lagi relevan mengingat perkembangan berita dan
kisah era pandemi ini juga bergerak dan berubah sedemikian
rupa. Namun karena pandemi ini adalah fenomena baru yang
dihadapi secara bersama oleh 7 miliar manusia penghuni bumi,
kisah dan cerita yang muncul pun serba baru dan sangat layak
dicatat sebagai cerita menarik.
Dan karena meme dalam buku ini juga dapat ditelusuri konteks
dan basis fakta di belakangnya, ia menjadi catatan-catatan
penting yang baik sekarang maupun nanti, ia menjadi penanda
penting perkembangan perjalanan pandemi dan respons

Ringkasan 24 Buku Denny JA 195


(kegagapan, ironi, emosi, kelucuan, kisah dramatis) manusia
terhadap pandemi tersebut. ***

196 Menari di Alam Gagasan


Judul : Ke Mana Super Hero? Kumpulan
Meme Berpuisi Aneka Kisah Era Virus
Corona
Tahun : Mei, 2020
Tebal : 97 + XII halaman
Penulis : Denny JA
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

Ringkasan 24 Buku Denny JA 197


Bagian 3:
Review dan Respons

Bagian 3
Review
&
Respons
198 Menari di Alam Gagasan
Ringkasan Buku: Menggali Makna Hidup; 38 Esai
Respons terhadap buku Denny JA
DISKUSI SPIRITUALITAS BARU, SAINS, DAN
AGAMA DI ERA COVID-19

Perkembangan sains dalam beberapa dekade terakhir


mengalami lompatan yang sangat mencengangkan. Sesuatu
yang seolah-olah tak tersentuh oleh dunia ilmiah, pelan-pelan
terbuka tabirnya oleh kecerdasan otak manusia. Perkembangan
ilmu pengetahuan juga sampai pada neurosains yang menjawab
banyak hal dari dapur otak manusia. Elemen tubuh yang berisi
86 miliar neuron ini mampu menjawab perilaku manusia,
kecerdasan, dan kesehatan tubuh. Sementara, konon melalui
neurosains inilah kita bisa mendefinisikan lebih jelas apa yang
disebut oleh para mistikus sebagai “hati” yang mengendalikan
manusia dalam proses pencarian makna hidup.
Dari sinilah kemudian muncul optimisme baru bahwa perkara
tak kasat mata pun bisa dideteksi oleh ilmu pengetahuan.
Bersama dengan positive psychology, neuroscience berkembang
sedemikian rupa sehingga tingkat kebahagiaan dan spiritualitas
manusia pun bisa diukur. Ia meramu dan menyatukan
disiplin biologi, medicine, physiologi, psikologi, dan modeling
matematika.
Karena itulah dengan berani Denny JA mencanangkan bahwa
manusia saat ini membutuhkan spiritualitas baru yang
didasarkan pada kemajuan ilmu pengetahuan dan riset-riset
empirik. Spiritualitas baru ini akan memberikan peta jalan pada
manusia untuk menemukan apa yang selama ini dicari oleh
semua manusia: kebahagiaan.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 199


Melalui bukunya, Spirituality of Happiness, Denny JA
menawarkan semacam racikan spiritualitas baru yang
diformulasi dalam 3P+2S. Menurut Denny, jika formula itu
menjadi habit dan mindset kita, ia akan berujung pada capaian
kebahagiaan yang solid.
Buku ini memuat 38 artikel yang mereview dan merespons buku
Denny JA. Respons-respons ini menarik karena ditulis oleh para
penulis dengan beragam latar belakang pengetahuan maupun
profesi. Agamawan maupun sastrawan. Aktivis maupun ahli
statistik. Dosen maupun jurnalis.

Lima Gagasan Utama Buku:


1. PROVOKASI DENNY JA; BERLIAN BIRU
2. SAINS DAN KEBAHAGIAAN
3. TIGA NARASI BESAR MANUSIA
4. MEMBACA PERSOALAN DENGAN SPIRITUALITAS BARU
5. SPIRITUALITAS BARU; BENARKAH?

SATU
Denny memulai provokasinya dalam buku tipisnya dengan
merunut sejarah homo sapiens sepanjang 200 tahun pencarian
makna hidup. Pencarian itu melahirkan berbagai mitologi,
kepercayaan, hingga agama. Dunia kemudian mencatatkan
4.300 jenis agama muncul sepanjang sejarah homo sapiens.
Dalam rentang 200 ribu tahun itu, selama 97 ribu tahun manusia
mendasarkan pencarian makna hidup mereka berdasarkan
mitologi-mitologi. Inilah yang disebut Denny sebagai gelombang
pertama spiritualitas. Baru 3.000 tahun terakhir manusia
memiliki alternatif sandaran, yakni wahyu, yang kemudian

200 Menari di Alam Gagasan


melahirkan agama. Ini yang disebut sebagai gelombang kedua.
Nah, perkembangan ilmu pengetahuan 70 tahun terakhir yang
kian mencengangkan bagi Denny meniscayakan kebutuhan
spiritualitas baru yang disandarkan pada narasi ilmu
pengetahuan, sandaran yang dianggap jauh lebih solid daripada
dua gelombang sebelumnya.
Di titik inilah kemudian Denny JA memformulasi kebutuhan
spiritualitas gelombang ketiga tersebut dengan rumusnya
tentang kebahagiaan. Ia bahkan menemukan temuan
spiritualnya yang disebut dengan berlian biru. 3 berlian biru
spiritualitas ini dirincikan dalam 3 spirit: berlian biru kebajikan,
berlian biru power of giving, dan berlian biru the oneness.

DUA
Pada bagian ini, banyak penulis menaruh perhatian pada soal
kebahagiaan, yang memang belakangan menjadi tema yang
banyak peminatnya.
Apa itu kebahagiaan; bagaimana mendefinisikannya; apakah
kebahagiaan itu bakat bawaan atau sesuatu yang bisa dicari;
apa saja yang membuat manusia bahagia; apakah kebahagiaan
bisa diukur, dan bagaimana mengukurnya; menjadi diskusi yang
menarik dan multi-perspektif.
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat dalam tanggapannya memberikan
pengayaan tentang jenjang dan peringkat kebahagiaan; mulai
dari physical happiness, intellectual happiness, aesthetical
happiness, moral happiness, hingga spiritual happiness.
Sementara, Dr. Jalaluddin Rakhmat justru memunculkan
pertanyaan dasar yang menstimulasi diskursus peradaban
tentang kebahagiaan ini. Dr. Jalal menunjukkan betapa relatif dan
rumitnya pemaknaan terhadap kebahagiaan itu, hingga sampai

Ringkasan 24 Buku Denny JA 201


pada ujung pertanyaan retorik: benarkah kebahagiaan bisa
dikejar? Karena semakin dikejar, semakin pula kita menyadari
bahwa kebahagiaan itu menjauh dari kita, pengejarnya.
Ada juga tanggapan menarik dari Jousairi Hasbullah yang
membedah upaya-upaya pengetahuan modern untuk membuat
pengukuran kebahagiaan yang berkembang sedemikian rupa.
Sejauh bacaannya, ada tiga dimensi yang bisa digunakan untuk
menemukan kebahagiaan, yang kemudian diturunkan ke dalam
berbagai indikator. Tiga dimensi itu adalah dimensi kepuasan
hidup; dimensi perasaan, dan dimensi hidup yang bermakna.

TIGA
Bagian ini memuat tanggapan-tanggapan yang sebagian besar
membedah apa yang dirumuskan oleh Denny sebagai tiga
gelombang spiritualitas. Terutama bagi kalangan agamawan,
ada semacam tarik menarik yang kuat antara keharusan
membangun argumen untuk mempertahankan narasi wahyu
yang diyakininya, dengan fakta kuatnya argumen saintifik yang
telah ditunjukkan dengan berbagai riset.
Ilmu pengetahuan menjadi narasi yang hampir tak terbantahkan
karena berjalan beriring dengan kemajuan peradaban manusia.
Era pencerahan dan revolusi sains membuat relasi sains dan
agama (termasuk spiritualitas) menjadi komplikatf. Berbagai
temuan sains menegaskan alam semesta bekerja tanpa ada
campur tangan kuasa supranatural, dan realitas semakin bisa
dijelaskan secara ilmiah. Lukas Luwarso membedah ini dalam
tulisannya.
Karena itu, meski pada faktanya apa yang disebut Denny
JA sebagai spiritualitas baru itu tidak menggantikan narasi
wahyu, bahkan narasi mitologi, namun beberapa doktrin dan

202 Menari di Alam Gagasan


keyanikan yang telah mapan seakan digugat oleh temuan ilmu
pengetahuan.
Karena itu, Albertus Patty, pendeta Kristen dalam tanggapannya
menggarisbawahi bahwa provokasi Denny JA ini cukup
menggelisahkan. Terutama bagi mereka yang terbiasa berpegang
pada paradigma narasi mitos atau narasi wahyu. Denny
mengingatkan adanya pergeseran atau perubahan gelombang
spiritualitas. Setiap perubahan selalu menggelisahkan! Denny
mengajak kita untuk menerima kenyataan bahwa sebenarnya
dunia spiritualitas kita sudah mengalami pergeseran.

EMPAT
Bagaimana formula spiritualitas baru ala Denny JA jika
dihadapkan pada problematika sosial di sekitar kita yang sangat
kompleks?
Beberapa tanggapan dalam bagian ini mencoba melihat hal itu.
Bagi Satrio Arismunandar, di tengah pandemi Covid-19 saat ini,
justru spiritualitas baru yang ditawarkan Denny JA menemukan
relevansinya, di tengah kegelisahan seluruh homo sapiens
dalam mencari jawaban terhadap wabah saat ini.
Tanggapan menarik juga muncul dalam tulisan Swary Utami
Dewi, yang secara khusus melihat betapa tradisi yang didasarkan
pada mitologi, dalam hal ini Kaharingan, yang dikategorikan
sebagai kearifan tradisional, dulunya dianggap tidak relevan.
Namun, belakangan justru kearifan yang tumbuh dan dilahirkan
oleh mitos-mitos tersebut diakui sebagai kearifan yang penuh
makna dan menjawab kegelisahan dunia modern. Swary melihat
bahwa ada ruang-ruang di mana ilmu pengetahuan harus
berbaur dengan kearifan semacam itu. Tidak bisa dipisahkan
secara mutlak.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 203


LIMA
Sebagian besar tanggapan dalam buku ini sangat positif terhadap
lontaran Denny JA soal spiritualitas baru. Sintesa Denny JA
seperti menjawab kegelisahan sebagian orang terhadap masa
depan agama yang cenderung fundamentalistik di satu sisi,
dan di sisi lain perkembangan sains yang konon menggerus
peran agama dan moralitas dalam menjawab pencarian makna.
Sebagian juga mengamini spitualitas baru yang ditawarkan oleh
Denny sebagai keniscayaan kebutuhan manusia yang semakin
kompleks.
Kritik dan catatan penting juga banyak dilontarkan dalam
berbagai tanggapan dalam buku ini.
Salah satu kritik yang muncul dalam tulisan Budhy Munawar
Rachman adalah soal kebaruan. Bahwa apa yang ditawarkan
dalam buku Denny JA bukanlah sesuatu yang betul-betul baru.
Studi empiris sebetulnya hanya mengafirmasi sebagian dari apa
yang sudah muncul sebelumnya, melalui berbagai macam cara.
Empirisisme tidak bisa menjangkau hal yang transendental,
apalagi metafisis. Sains tidak bisa menjelaskan kebahagiaan
yang hakiki ini, tapi mistisisme raja yoga, misalnya seperti yang
diuraikan Swami Vivekananda, bisa menjelaskan kebahagiaan di
level kesadaran jiwa. Sains hanya bisa menjelaskan kebahagiaan
di level kesadaran badan, atau paling jauh dengan psikologi
misalnya Abraham Maslow menjelang wafatnya, menghantar
di pintu gerbang kesadaran jiwa, tapi untuk masuk memerlukan
perspektif mistisisme.

REFLEKSI
Buku ini memang provokatif dan menantang.
Salah satu catatan menarik misalnya soal masa depan mitologi

204 Menari di Alam Gagasan


dan agama yang tak kunjung mati terbunuh. Mitos-mitos dan
narasi agama tetaplah mengandung irasionalitas yang hanya
bisa dijangkau melalui “keyakinan”. Secara implisit, buku
Denny seperti menampar dua narasi gelombang spiritualitas
sebelumnya sebagai sandaran yang ketinggalan zaman. Tidak
bisa diandalkan.
Harus diakui, Denny cukup hati-hati dalam soal ini. Baginya,
ruang lingkup spiritualitas baru ini memang terbatas hanya
memberikan panduan hidup agar lebih bermakna, bahagia,
dan menebar kebaikan yang semuanya berdasarkan hasil riset
empirik. Baginya, spiritualitas baru ini diimplementasikan
dalam habit dan mindset yang beriringan dengan agama atau
kepercayaan yang sudah kita anut. Dan malah memperkuatnya.
Buat saya sendiri, salah satu keberhasilan Denny JA melalui
bukunya adalah cara dia mengajak orang lain untuk terlibat
membincangkan isu yang tak semua orang menggelutinya.
Kemasan dan istilah yang populer, bahasa yang ringkas, dan
logika yang rapi mampu membuat pembaca masuk ke dalam
tema dan riset-riset ilmiah serius, tanpa membutuhkan keringat
dan dahi berkerut, namun tidak pula kehilangan nuansa ilmiah
akademisnya.
Dan buku ini akan memperkaya perspektif bacaan Anda
terhadap lontaran formula Denny JA yang dihasilkan dengan
proses perjalanan spiritual yang panjang. ***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 205


Judul : Menggali Makna Hidup Lewat Ilmu
Pengetahuan
Tahun : September, 2020
Tebal : 281 halaman
Penulis : F. Budi Hardiman, dkk
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

206 Menari di Alam Gagasan


Ringkasan Buku: Hijrah Dunia Muslim Menuju Kebebasan;
Respons 9 Pakar terhadap Gagasan Denny JA

SAATNYA DUNIA MUSLIM HIJRAH MENUJU


KEBEBASAN?

Sahabat, dua puluh tahun lalu, dunia pernah menyaksikan hijrah


massal di kawasan Blok Negara Komunisme. Di tahun 1989
hingga kini, terjadi musim gugur Blok Soviet dan Eropa Timur.
Uni Soviet pecah menjadi lima belas negara baru. Yugoslavia
pecah menjadi lima negara baru.
Cekoslowakia pecah juga menjadi dua negara. Berbondong-
bondong mereka meninggalkan sistem politik berbasis
komunisme menuju negara-negara demokrasi.
Berkaca pada kasus itu, dan fakta bahwa demokrasi menjadi
pilihan yang paling masuk akal untuk pengelolaan negara,
Denny JA melihat potensi besar gelombang demokratisasi bagi
negara-negara muslim saat ini.
Meski harus melalui jalur yang tak melulu ideal, Denny ingin
menunjukkan rute yang memungkinkan negara-negara muslim
menempuh jalur ke arah demokrasi.
Salah satu rutenya adalah melalui demokrasi minus liberalisme,
atau dalam istilah lain adalah illiberal democracy. Dan Indonesia
adalah modelnya. Tapi mungkinkah?
9 pakar menanggapi tawaran Denny JA tersebut. Buku ini
merangkum tanggapan 9 pakar yang concern dalam isu-isu
demokrasi untuk melihat kemungkinan tersebut.
Ada Haidar Bagir, M Alfan Alfian, Ali Munhanif, Airlangga Pribadi

Ringkasan 24 Buku Denny JA 207


Kusman, Sri Yunanto, Muhamad Syauqillah, Moch. Nur Ichwan,
Lili Romli, dan Luthfi Assyaukanie.

Lima Gagasan Utama Buku:


6. ISLAM KAYA DENGAN PEMIKIRAN TENTANG DEMOKRASI
7. DEMOKRASI TERSANDERA DI DUNIA MUSLIM
8. JALUR LAIN MENUJU DEMOKRATISASI DUNIA MUSLIM
9. INDONESIA SEBAGAI MODEL
10. KONSTITUSI, KENDALA DEMOKRASI INDONESIA

SATU
Buku ini dimulai dengan tanggapan Haidar Bagir terhadap
tawaran Denny JA. Sambil mengapresiasi dan menunjukkan
betapa pentingnya buku ini karena banyak menyandarkan
penarikan kesimpulannya atas data-data penelitian, Haidar
memberi catatan penting bahwa sudut pandang yang
digunakan oleh Denny terlalu historisistik. Pendekatan seperti
ini cenderung selektif terhadap data.
Dalam diskursus para pemikir Islam sendiri, demokrasi menjadi
perdebatan yang panjang. Para pemikir politik Islam sepanjang
sejarah bisa berbeda pendapat dalam sistem politik yang paling
pas meski sepakat mengenai tujuan-tujuan akhirnya. Al-Farabi,
misalnya lebih memujikan al-Madinah al-Fadhilah (The Virtous
State, Negara Bajik) yang autoritarian di atas segalanya.
Bagi Haidar, nampaknya perlu ditambahkan pula dalam
perdebatan ini pemikiran politik dari sarjana muslim sendiri
tentang fungsi positif demokrasi bahkan sebagai saluran
penerapan syariah ke dalam sistem politik suatu negara.
Pemikiran Abdullahi an-Na’im kiranya bisa menjadi sampel

208 Menari di Alam Gagasan


yang bagus.
Ringkasnya, an-Na’im berpendapat bahwa justru syariah akan
paling baik masuk ke hukum positif lewat jalur public reasoning
(penalaran publik). Dengan kata lain lewat prosedur demokrasi.
Hal ini mengingat bahwa syariah mempunyai banyak variasi.
Juga terikat konteks penetapannya. Public reasoning, di samping
bisa membantu penerimaan syariah dengan suka rela, dapat
memastikan bahwa varian syariah yang diterapkan adalah yang
paling appropriate.

DUA
Agak berbeda dengan Haidar, Ali Munhanif dalam tanggapannya
justru melihat pentingnya penelusuran perbandingan tentang
pengalaman demokratisasi dan perjuangan kebebasan
negara-negara lain yang dilakukan Denny. Penelusuran itu
menampakkan fakta-fakta historis dari pengalaman yang
bervariasi bahwa jalan menuju demokrasi dan kebebasan tidak
selalu bergerak mulus. Tak terkecuali pengalaman Eropa dan
Amerika.
Di sinilah Denny mengajak pembaca untuk memahami bahwa,
meskipun prasyarat kultural dan struktural bagi demokrasi
telah terpenuhi, tanpa adanya komitmen yang kredibel dari
aktor-aktor politik untuk membangun institusi kenegaraan
yang membantu tumbuhnya spirit kebebasan, demokrasi akan
berbelok arahnya.
Bagi Ali Munhanif, tesis Denny seakan menggaungkan kembali
para teoritisi politik modern tentang pentingnya menciptakan
struktur politik modern yang menjadi fondasi kultural bagi
terbentuknya tatanan demokrasi.
Jika ditempatkan dalam melihat perjalanan berdemokrasi

Ringkasan 24 Buku Denny JA 209


negara-negara Islam, pesan Denny ini terdengar sangat
kuat: Struktur sosial politik yang dipenuhi dengan aktor-
aktor demokrat akan membentuk budaya demokrasi; bukan
sebaliknya.
Menganalisis kasus Mesir dengan Ikhwanul Muslimin, Ali
Munhanif melihat bahwa politik agama, militer dan sebagian
besar dari apa yang disebut “kelas menengah liberal” sebenarnya
masih tersandera oleh kultur kehidupan masyarakat yang tidak
demokratis.
Diperlukan usaha-usaha serius untuk menciptakan ekuilibrium
politik di Dunia Islam akan beroperasinya sistem politik-hukum
dalam konstitusi yang menjamin tata kelola pemerintahan
yang baik, dengan menjamin peran agama di ruang publik.
Ini penting karena hanya dengan cara itulah negara-negara
mayoritas muslim mampu keluar dari jebakan sekularisme
politik, sekaligus menghindarkan diri dari sektarianisme agama.

TIGA
Moch Nur Ichwan mencoba melihat tawaran Denny JA
dengan menggunakan pendekatan yang agak berbeda, yakni
multiple modernities dan multiple democracies. Pendekatan
ini mengandaikan kemungkinan rute lain menuju modernitas
dan demokrasi, di tengah pendekatan umum bahwa hanya ada
satu jalan menuju demokrasi, yakni jalan Barat, terutama Eropa
Barat dan Amerika Serikat. Untuk menjadi negara demokrasi,
maka harus belajar kepada Barat.
Jepang, Korea Selatan, China, misalnya, dapat mencapai
modernitas dan demokrasi dengan cara mereka sendiri. Menurut
Ichwan, akan lebih menarik untuk mengarahkan negara-negara
muslim ke pendekatan ini secara simultan. Di sini dimungkinkan
sintensis antara komunitarianisme dan liberalisme.

210 Menari di Alam Gagasan


Negara-negara Timur lain tersebut mampu menyinkronkan
antara nilai-nilai komunitas dan individual, baik dengan menggali
nilai-nilai budayanya sendiri, seperti Jepang, maupun dengan
mengadopsi nilai-nilai tertentu dari liberalisme, terutama etika
hak-hak dasar.
Dari sini diharapkan muncul modernitas dan demokrasi
Dunia Islam yang berangkat dari sejarah, budaya, nilai-nilai
dan religiositasnya sendiri, namun terbuka, kosmopolit dan
berorientasi pada masa depan.
Dalam konteks ini mungkin dikembangkan demokrasi liberal
alternatif, yang melihat demokrasi dan kebebasan bukan dalam
kacamata liberalisme, namun dalam kacamata Islam Indonesia,
Islam Eropa, Islam Turki, dan seterusnya, yang dalam satu sisi
mempertimbangkan nilai-nilai profetik keislaman, budaya
politik, dan etika hak-hak dasar.
Dalam konteks Abad Pos-Sekular (Habermas 2003), demokrasi
liberal pun harus mempertimbangkan nilai-nilai keagamaan.

EMPAT
Apakah Indonesia layak disebut sebagai model demokrasi di
dunia Islam, padahal skor menurut Economist Inteligence Unit
berada pada demokrasi setengah matang?
Inilah yang secara khusus disorot dalam tanggapan Muhammad
Syauqillah, Doktor Ilmu Poolitik alumni Turki, dalam
tanggapannya. Ia melakukan perbandingan yang cukup detail
tentang struktur pelembagaan demokrasi antara Indonesia
dengan Turki.
Bagi Syauqillah, Indonesia telah berhasil mempraktikkan apa
yang disebut oleh Alfred Stepan dengan twin toleration, di
mana agama dan negara dapat hidup berdampingan dan saling

Ringkasan 24 Buku Denny JA 211


berinteraksi tanpa harus menegasikan antara satu dengan
lainnya. Indonesia, sejak awal berdiri sebagai negara, tidak
mengesampingkan peran agama dalam negara.
Berbanding terbalik dengan Turki yang sama sekali memisahkan
urusan agama dengan urusan negara (sekularisme). Meski hari
ini telah berubah, dari sebelumnya bercorak laicite ala franca,
dua dekade terakhir, Turki mengubah langgam sekularismenya,
dari aktif sekularisme menjadi pasif sekularisme.
Setelah melakukan perbandingan, Syauqillah sampai pada
kesimpulan optimis bahwa Indonesia telah memenuhi
syarat untuk menjadi role model demokrasi di dunia muslim.
Tak berlebihan jika kelak Indonesia dijadikan rujukan oleh
negara-negara muslim dunia, terkhusus untuk demokrasi dan
kebebasan.
Sisi pengalaman dan sejarah masa lalu Indonesia sebagai entitas,
telah dengan jelas menunjukkan kemampuan Indonesia berikut
rakyatnya dalam beradaptasi dan mensintesakan peradaban
lain.
Kemapanan institusi politik Indonesia juga menjadi hal yang tak
kalah penting sebagai faktor penunjang kelayakan Indonesia
menjadi model dunia muslim. Indonesia telah berhasil
memosisikan dirinya sebagai aset dalam pembangunan negara
dan bangsa, dan itu artinya Indonesia telah sukses menjawab
pertanyaan klasik namun sulit dijawab, yaitu bersandingnya
negara dan agama.

LIMA
Buku ini ditutup dengan tanggapan Luthfi Assyaukanie yang
menekankan pentingnya meliihat lebih jauh dalam melihat
perkembangan demokrasi Indonesia, sebelum menahbiskannya

212 Menari di Alam Gagasan


sebagai model untuk demokratisasi negara-negara muslim.
Dalam kategori Freedom House, sejak 2014, status Indonesia
turun menjadi “Partly Free” (separuh bebas), setelah menikmati
status “Free” selama delapan tahun berturut-turut, yakni sejak
2006 hingga 20013.
Salah satu sebab turunnya peringkat Indonesia adalah hal-hal
yang terkait dengan kebebasan sipil. Indonesia adalah salah satu
contoh negara yang sudah mengalami konsolidasi demokrasi
kemudian mengalami kemunduran.
Di samping itu, Luthfi melihat masih ada beberapa kendala
dalam demokrasi Indonesia. Yang pertama dan utama adalah
konstitusi. Indonesia adalah salah satu negara “netral agama”
yang konstitusinya menyimpan sejumlah masalah.
Dihasilkan lewat perdebatan panas, rumit, dan panjang,
konstitusi Indonesia adalah hasil kompromi antara kaum sekular
nasionalis dan kelompok Islam. Ini bukan hanya menyisakan
problem bagi sejarah politik Indonesia, khususnya karena
ketidakpuasan kelompok Islam, tapi juga menyimpan problem
pada beberapa pasalnya.
Konstitusi Indonesia adalah salah satu dokumen yang paling
banyak menyebut kata “agama” di dalamnya. Tidak kurang
dari 13 kali, kata agama disebut, umumnya dalam konteks
penekanan pentingnya menjaga nilai dan norma.
Yang kedua yang menjadi pemicu tindakan-tindakan yang
merusak kualitas demokrasi Indonesia, baik yang dilakukan
masyarakat maupun pemerintah, adalah hukum dan aturan-
aturan yang illiberal. Temuan-temuan lembaga pemeringkat
demokrasi, seperti Freedom House dan the Economist
Intelligence Unit (EIU) kerap merujuk peristiwa-peristiwa
illiberal yang menyebabkan skor demokrasi dan kebebasan

Ringkasan 24 Buku Denny JA 213


Indonesia turun, atau sulit untuk naik.
Salah satu yang paling sering memicu keresahan dan diskriminasi
adalah UU tentang penodaan agama. UU ini dikeluarkan
pertama kali pada 1965.
Intinya, bagi Luthfi, demokrasi di dunia Islam memiliki
keterbatasan, karena adanya kendala-kendala inheren dalam
fondasi negara, baik dalam bentuk konstitusi maupun undang-
undang yang dimilikinya. Di samping itu, negara muslim tidak
homogen. Perbedaan geografi, demografi, dan pengalaman
politik membuat negara-negara itu memiliki keunikan-keunikan
sendiri.

REFLEKSI
Tawaran Denny JA ini distimulasi dengan menjawab pertanyaan
“mungkinkah terjadi gelombang demokratisasi dunia muslim
menuju demokrasi?”. Dan Denny menjawabnya: bukan saja
mungkin, tapi harus. Dan kemudian Denny merumuskan
rutenya, yang berujung pada tawaran menjadikan Indonesia
sebagai model.
Membaca beragam perspektif dalam tanggapan para pakar
terhadap tawaran tersebut, sudut pandang kita menjadi
lebih kaya dan melihat dari banyak sisi untuk melihat
kemungkinannya. Ini artinya, tawaran provokatif Denny JA
cukup berhasil menstimulasi lahirnya pemikiran-pemikiran
yang menyempurnakan ataupun menjadi alternatif.
Saya melihat, provokasi dan stimulasi semacam ini sangat
penting untuk selalu dilahirkan dan dimunculkan dalam
diskursus demokrasi Indonesia. Ini bukan saja membantu
kita dalam melihat apakah sintesa demokrasi Indonesia bisa
diterapkan dan dijadikan pelajaran untuk bangsa lain, namun

214 Menari di Alam Gagasan


juga untuk melihat dan mengevaluasi sejauh mana proses
demokratisasi Indonesia berjalan pada track yang benar.
Mengingat tak ada satupun yang bisa disebut sebagai model
demokrasi di suatu negara yang dengan mudah dicopy-paste
oleh negara lain, maka prooses sintesa terus meneruslah yang
memungkinkan untuk dipelajari dan dijadikan rujukan untuk
mendorong proses menuju demokrasi. Tak terkecuali di negara-
negara muslim. ***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 215


Judul :Hijrah Dunia Muslim Menuju
Kebebasan
Tahun : Mei, 2020
Tebal : 125 halaman
Penulis : Haidar Bagir dkk
Penerbit : Jakarta, Cerah Budaya Indonesia

216 Menari di Alam Gagasan


Ringkasan Kumpulan 60 Puisi Esai Manca Negara:
Love and Life in the Era of Corona
SUARA BATIN ERA VIRUS CORONA DALAM
PUISI ESAI MINI
Sahabat, kita sedang berada pada era yang serba tidak jelas.
Mewabahnya virus korona telah membuat kita serba gelagapan,
dan pada titik tertentu menggiring kita untuk mengubah cara
kita hidup, cara kita berinteraksi dengan sesama, cara kita
memahami keseimbangan alam.
Perkembangan dunia digital telah membuat kita mudah sekali
mengakses berita dari mana saja secara cepat dan massif.
Berkembangnya citizen journalism dan merebaknya konten
youtube dan vlogging membuat semua orang bisa mengabarkan
apa saja yang terjadi di sekitarnya.
Apakah dunia sastra tidak bisa ambil bagian dalam era luar
biasa yang kita lewati hari ini? Tentu saja tidak. Para cerpenis
dan novelis mungkin saja juga telah mengabadikan pandemi ini
dengan caranya sendiri.
Nah, dalam konteks seperti ini, Denny JA tidak berhenti pada
menempatkan dirinya sebagai penyaksi. Sebagai penggagas
puisi esai, ia merasa momentum ini harus turut direkam oleh
para penulis puisi, dan terutama para penulis puisi esai.
Sebagaimana puisi esai gagasannya yang sudah menghasilkan
puluhan buku dan menggerakkan penulisan di seantero
nusantara, bahkan hingga Asia Tenggara, ia juga mendorong
lahirnya puisi esai ini sebagai bagian dari pencatat sejarah
pandemi korona.
Dan tentu, dunia fiksi mengambil peran yang seringkali tidak

Ringkasan 24 Buku Denny JA 217


mampu digali oleh reportase berita. Ia menggali sisi batin dan
jeritan luka dari kisah-kisah yang ada.
Ia lalu menstimulasi penulisan apa yang kemudian disebutnya
sebagai puisi esai mini, gabungan fiksi dan fakta, namun dalam
bentuk yang lebih simpel dan pendek daripada puisi esai yang
selama ini digagasnya.
Jika puisi esai setara dengan novel, maka puisi esai mini ini
setara dengan cerpen.
Dalam waktu singkat, lahirlah 60 puisi esai mini dalam buku
ini, yang ditulis oleh sastrawan maupun bukan sastrawan, dari
Aceh, Papua, bahkan juga ada kontribusi dari beberapa negara
Asia Tenggara, Solomon Island, dan Australia.

Lima Gagasan Utama Buku:


1. YANG ADA HANYA KEGETIRAN DAN IRONI
2. MEMBACA REKAMAN DUKA NEGERI TETANGGA
3. KISAH CINTA DI TENGAH KORONA
4. CATATAN KEMATIAN
5. YANG INDAH DI TENGAH PANDEMI KORONA

SATU
Mari kita mengembara ke samudera rasa, menangkap cerita
dan kisah yang tidak biasa. Virus korona telah memaksa kita
menerima kenyataan-kenyataan getir, sekaligus menampar kita
dengan kesadaran baru terhadap hal-hal yang terbolak-balik
dan tak masuk dalam akal kita sebelumnya.
Muncul pula kelucuan-kelucuan dan ironi terkait sikap para
agamawan terhadap wabah ini.

218 Menari di Alam Gagasan


Lihatlah gambaran kegetiran yang ditulis oleh Rasiah, Kendari,
dalam puisinya, “Corona dan Setumpuk Babak”:
aku berjalan mendorong gerobak rongsokan

tapi tak memungut apa-apa lagi kecuali nasib buruk

gang-gang mendadak sunyi

lorong-lorong dicekam ketakutan

Atau keangkuhan Sang Virus kecil ini dalam puisi Dhenok


Kristianti yang menghentak berjudul “Corona: Seusap Sabun
Sekucur Air”. Puisi esai ini berbicara atas nama Sang Virus:
Angkuh agamawimu, hari ini kugoncang fondasi-fon-
dasinya!

Aku terbahak melihat kalian saling menghakimi

Para ulama dari semua agama, tiba-tiba berlomba jadi


nabi

Ada yang mengatakan aku jelmaan iblis

Dilarangnya umat menyebut namaku:

“Stop menyebutnya!

Agar iblis tak tumbuh berganda!”

Dalam penggambaran yang lain, virus ini betul-betul mengancam


kita semua. Ia tak terlihat, namun nyawa kita berada di ujung
tanduk menghadapinya. Kita bahkan curiga bukan hanya kepada
orang-orang yang lalu lalang, namun juga kepada benda-benda
di sekitar kita.
Lihatlah penggambaran Fatin Hamama R Syam dalam puisi esai

Ringkasan 24 Buku Denny JA 219


mininya berjudul “Labbaik” ini:

Wahai, wabah bagai singa gurun

mengintai liar dan lapar

Melekat di baju-baju, di kain-kain

di kayu-kayu, di besi-besi

di pandang mata yang curiga

di mulut yang berbusa

Semua berjarak, berjarak

DUA
Masih tentang kedahsyatan virus korona ini, kita dibawa untuk
menyelami apa yang terjadi di beberapa negeri tetangga:
Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam.
Tak beda jauh dengan yang kita hadapi di sini, terjadi kegagapan
dan kerisauan yang sangat dalam menyikapi pandemi ini.
Namun nampak ada yang seragam dalam puisi-puisi negeri jiran
ini: sisipan doa kepada Allah dalam menghadapi virus korona.
Dimulai dengan puisi Datuk Jasni Matlani dari Malaysia
yang berjudul “Makanan di Atas Meja” yang menggunakan
Muhyiddin, seorang Perdana Menteri sebagai pencerita yang
galau dan serba bimbang menghadapi zaman yang sukar ini.
Puisi ini ditutup dengan tekat seorang pemimpin untuk
rakyatnya:
“Setiap orang rakyatku

mesti ada makanan di atas meja

220 Menari di Alam Gagasan


untuk seisi keluarga.”

walau apa pun caranya.

Lihatlah pula apa kata Sosonjan Ayun Khan dari Brunei


Darussalam dalam puisi esainya berjudul “Covid-19 dan Pio Leo
Romero”:
Wuhan telah menghantar

salam kematian ke seluruh dunia

di depan Webcam

Pio Leo Romero berdehem-dehem pedih nyilu

menahan tusukkan-tusukkan tajam kekerongkongan.

bau mayat jiran jiran membusuk

terbiar tanpa kuburan

dia tersenyum menelan kepahitan yang tragis

kulihat matanya luka mengalir merah.

Ada pula puisi esai karya Sitti Rahmah dari Kinabalu berjudul
“Selimut Nestapa” yang menggiris hati tentang seorang penjaja
mee, kueh mueh, dan nasi lemak bernama Dayang.
Betapa virus korona ini mengancam jiwanya, sekaligus
mengancam ekonominya karena ia tak lagi bisa berjaja dan
harus tinggal di rumah saja.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 221


TIGA
Cinta tetaplah menyimpan kisahnya sendiri, tak terkecuali di
tengah wabah korona yang dahsyat ini. Beberapa kisah cinta
menjadi fragmen menarik untuk dipuisikan, dan terekam dalam
beberapa puisi dalam bagian ini. Kegetiran dan kepahitan
semakin dramatis.
Dimulai dengan puisi Narudin berjudul “Janji Jumpa di Masa
Corona” tentang perempuan berdada sedang yang jatuh cinta
kepada seorang muazin bernama Abduh yang telah beristri dua
dan dan satu anak yang ganteng sekali bernama Yusuf.
Bertahun ia menunggu momentum pertemuannya dengan
Abduh, namun ketika datang hari Jumat saat ia menyiapkan
pertemuan itu, datanglah pengumuman bahwa salat Jumat
ditiadakan. Maka ia membenci korona sejadi-jadinya.
Lalu puisi Monica Anggi JR berjuduul “Aku Jadi Bunda, Dia Jadi
Janda Karena Corona” tentang lika-liku cinta dan persahabatan
tiga anak manusia sejak SMA. Dan korona membuat Rosa yang
kini berbadan dua karena lebih sering di rumah bersama suami
karena korona. Di lain pihak, Maria dan Mario menjadi semakin
meruncing pertengkarannya karena kelamaan berada di rumah
berdua. Segera setelah era pandemi, Maria akan menjadi janda.
Ada pula puisi esai mini Halimah Munawir berjudul “Simpanlah
Air Mata untuk Senyum di Pernikahanku” tentang gagalnya
pernikahan karena korona mewabah. Dan tiket bulan madu pun
terbuang.
Di antara banyak kisah pilu, ada pula kisah cinta tak sampai
ala Romeo Juliet dalam puisi karya Syaefudin Simon berjudul
“Corona Mempertemukan Cinta”.
Ini tentang cinta mati antara Andhika dan Sri yang dihalangi oleh

222 Menari di Alam Gagasan


orang tua Sri, sehingga membuat Sri kabur dan memendam
cintanya hingga 30 tahun, saat Andhika menemukan Sri dalam
keadaan terpapar virus korona. Cinta mereka ternyata abadi,
dan membuat mereka bertahan untuk tidak mencintai orang
lain. Penyesalan pun datang belakangan.

EMPAT
Pada bagian lain, virus korona membuat kematian sebagai
sesuatu yang berbeda. Tidak ada kisah kematian yang lebih
memilukan dibanding nyawa yang berkalang tanah akibat virus
ini. Dan kisah kematian ini terekam dalam beberapa puisi yang
sangat tajam.
Kita mulai dengan puisi berjudul “Tolong Beri Aku Vaksin dan
Kebenaran: Requem Bagi yang Gugur Karena Corona” karya
Bara Pattyradja.
Kalau aku mati;

Tak bisa kau basuh jenazahku

Atau mencium keningku untuk terakhir kali

Tubuhku hanya terbungkus mantel plastik tanpa kafan

dan wangi zaitun

Tak ada lambaian setangan

Menghantar keberangkatan kerandaku

Akulah mayat

paling kesepian di muka bumi

Para petugas yang tak kukenal

Ringkasan 24 Buku Denny JA 223


Menanam jasadku seperti

Batu batu di dasar kali

Tanah menampung luka

dan dukaku yang abadi

Ada pula kisah perawat yang menjadi garda depan dalam


penanganan Covid-19 yang kemudian menjadi korban, dalam
puisi berjudul “Karima, Martir Corona”, karya Azizah Zubaer:
Ini pukul berapa?

Aku tak mau mati karena Corona

Aku tak ingin kematianku menjadi puisi paling sepi

Di liang pusara tanpa nama

tanpa peziarah,tanpa kau di sisiku,Sayang

Juga kisah Ujang, orang kecil yang merasa justru kematian akan
datang ketika ia tak keluar rumah, dalam puisi “Wajah di Bawah
Wabah” karya Ira D. Aini:
social distancing ancam penghasilan

tinggal di rumah percepat kematian

hanya di luar ia bisa ngais

di tengah ketidakpastian yang makin rumit

Juga kisah menarik debat kusir antara keyakinan dan protokol


kesehatan yang direkam dalam puisi “Kematian dan Perdebatan
Hitam Putih” karya Ramadhani Aksyah:
Fiqih kematian seperti tidak berlaku lagi

224 Menari di Alam Gagasan


Diganti oleh protap kematian disebabkan Covid.

LIMA
Tak melulu kisah sedih yang tercatat dalam era pandemi ini.
Keriangan, kebahagiaan, dan hal-hal positif juga nampak
mewarnai.
Dan ini layak dicatat sejarah, seperti dalam puisi esai berjudul
“Kesaksian Merah Putih Di Tengah Badai Corona” karya Gede Joni
Suhartawan dari Denpasar. Puisi ini adalah tentang kepulangan
mahasiswa Indonesia dari Wuhan. Mereka seperti terlepas dari
lorong kematian ketika pemerintah Indonesia menjemputnya.
Duhai negeriku, duhai pemimpin kami!

Seperti kanak-kanak ingin segera lepas dari ketakutan,

kami berlari, menghambur dalam peluk ‘ayah bunda’

Rasa takut sirna berganti suka cita

Indonesia, Indonesia! Tunggulah kami tiba

Kami rindu menciummu sepenuh cinta, sepenuh jiwa

Ada pula kisah kerelawanan sosial yang dipotret dengan


bergairah oleh Milastri Muzakkar dalam puisi esai mininya,
“Yang Bersatu Melawan Corona”. Potret ini memperlihatkan
betapa masyarakat Indonesia di segala lapisannya masih layak
disebut sebagai The most generous country:
​Bersatu mereka.

Tanpa diminta

Apalagi disuruh.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 225


Ironi keseimbangan alam juga nampak tergambar nyata
sejak mayoritas manusia bekerja dari rumah, mengurangi
penggunaan mobil dan bahan bakar.
Cerita-cerita tentang alam yang kembali bersih, jernih, dan indah
nampak pula menghiasi media sosial kita. Ini pula yang dicatat
oleh puisi Natty Dolaiasi tentang kampung yang ditinggalinya,
Solomon Islands, dalam puisi esai berjudul “The Islands Rise”.
Puisi ini nampak sumringah melihat kebangkitan pulau yang
dihuni oleh sekitar 700.000 penduduk tersebut. Wabah korona
seperti jawaban yang sekian lama dinanti untuk pembersihan
alam.
the world is turning the opposite direction

as the islands are turning on the right direction

the world is shutting down

as the islands are opening up

the world is sleeping

while the islands are wide awake

the world is overcrowded

as for the islands are empty

the world is so noisy

as the islands lay quietly

the world is so polluted

as the islands are clean

226 Menari di Alam Gagasan


the world is full of wealth

as for the islands has life in it

the world relies on machines and science

as the island live with nature

all of humanity leaving their way of life

the islands are rising up...

REFLEKSI
Belum sekalipun kita menghadapi era di mana semua orang
dibuat kebingungan dan panik. Kemajuan teknologi, ilmu
pengetahuan, keyakinan agama, budaya leluhur, ditantang
untuk menjawab makhluk mikroskopik yang tak kasat mata
namun mengancam: virus korona.
Tak ada satupun preseden keberhasilan penaklukan korona di
satu daerah atau negara dengan serta merta bisa diterapkan
di daerah lain. Semua masih dalam kerangka trial and error.
Sejarah pandemi pun tak banyak membantu.
Ini sejarah yang luar biasa besar di era digital seperti ini.
Mungkin kelak, 5, 10 atau 20 tahun lagi kita akan mengenang
masa ini dengan sangat dramatis. Dan drama itu harus kita
perkaya dengan segenap daya kita untuk mengabadikannya.
Dan ketika laporan jurnalistik kurang mampu memotret
gambaran drama itu, maka karya fiksilah yang bisa mengambil
peran untuk memperkaya drama kemanusiaan ini.
Puisi esai dari berbagai sudut pandang dan wilayah ini turut
berkontribusi dalam konteks seperti itu. Kelak di kemudian

Ringkasan 24 Buku Denny JA 227


hari, catatan-catatan dalam puisi ini akan pewarna cerita yang
menarik.
Mari kita kembali mengabadikan cerita, hari demi hari, sambil
berkata kepada generasi berikutnya: “nanti kita akan cerita
tentang hari ini.” ***

228 Menari di Alam Gagasan


Judul : Love and Life in The Era of Corona
Tahun : Mei, 2020
Tebal : 384 + XVI halaman
Penulis : Denny JA dkk.
Penerbit : Jakarta, Inspirasi.co & Ikatisa 31

Ringkasan 24 Buku Denny JA 229


Ringkasan Buku Elucidating Essay Poetry
PUISI ESAI GOES INTERNATIONAL

Sahabat, inilah buku yang paling lengkap merekam kontroversi


seputar puisi esai, genre baru penulisan puisi yang dimotori
oleh Denny JA sejak tahun 2012, sejak terbitnya buku Atas
Nama Cinta yang memuat lima kisah diskriminasi di Indonesia.
Eksperimen Denny JA tak berhenti, hingga hari ini. Puisi esai
terus merambah ke seantero negeri, bahkan hingga ke beberapa
negara di Asia Tenggara. Upaya Denny JA untuk menggairahkan
dunia sastra relatif berhasil.
Upayanya untuk membuat sastra menjadi milik publik juga
terlihat dampaknya. Iapun tak berhenti di situ. Inovasi dan
kreasi yang lahir dari puisi esai juga terus digaungkan. Teater,
komik, dan film berbasis puisi esai pun telah diproduksi. Ini
capaian yang tak kecil.
Salah satu yang menarik dari perkembangan ini adalah: Denny
JA tidak hanya mewadahi pihak-pihak yang bersetuju dengan
ikhtiarnya. Kaum penolak puisi esaipun dirangkul, bahkan
difasilitasinya sebagai bagian dari polemik yang biasa saja. Pro
dan kontra justru semakin menggairahkan dunia sastra kita.
Buku ini berisi 44 tulisan. Sebagian adalah semacam kredo,
proses kreatif, dan pembelaan Denny JA, sebagian lain adalah
analisa para pakar dan maestro sastra tentang puisi esai, plus
beberapa review terhadap pemenang lomba puisi esai yang
pernah diadakan oleh Jurnal Sajak.
Segala sudut pandang dan pisau analisis digunakan dalam
tulisan-tulisan di buku ini. Segala aspek dibedah.

230 Menari di Alam Gagasan


Lima Gagasan Utama Buku:
1. KEGELISAHAN YANG MENCIPTAKAN KEBARUAN
2. PUISI ESAI BERKONTRIBUSI PADA GERAKAN SOSIAL BARU
3. PUISI ESAI MELAHIRKAN DIMENSI BARU PADA PUISI
INDONESIA MODERN
4. BABAK BARU: TERANGKATNYA TEMA YANG TAK BIASA DARI
34 PROVINSI
5. MELIHAT DENNY JA SEBAGAI SEORANG PEMIKIR

SATU
Pada awalnya adalah kegelisahan. Terprovokasi oleh kritik yang
dilayangkan John Barr bahwa saat ini puisi sulit dipahami publik,
sehingga puisi semakin berjarak dengan publik luas, Denny
JA melakukan riset untuk mencari basis data kecenderungan
pemahaman publik terhadap puisi yang ada saat ini.
Kesimpulannya: publik semakin tidak paham pesan yang
dikandung oleh puisi secara umum, bahkan yang berpendidikan
tinggi sekalipun.
Sebagai peminat sastra, ketidakpuasan itu membuat Denny
JA mencari dan merumuskan sebuah medium yang lebih
memahamkan publik tentang pesan yang diangkat, namun
tidak kehilangan nuansa fiksi, dramatisasi, dan kedalaman
emosi batin yang dikandungnya. Lahirlah puisi esai ini.
Buku pertama puisi esai, Atas Nama Cinta, menjadi contoh
konkret bagaimana Denny JA merealisasikan gagasannya.
Dan tak main-main, Denny JA bekerja sama dengan Hanung
Bramantyo memfilmkan lima kisah dalam buku itu. Ini juga
menegaskan salah satu ciri puisi esai: ia adalah puisi panjang
dan berbabak.

Ringkasan 24 Buku Denny JA 231


Hal penting lain dalam puisi esai adalah soal marketing. Gerakan
harus dimarketingkan. Ini sekaligus jawaban Denny JA terhadap
kritik pedas terhadapnya bahwa puisi esai tidak mengalir alami,
melainkan direkayasa dan dimarketingkan. Baginya, ini adalah
era ketika marketing sama pentingnya dengan berkarya

DUA
Salah satu bagian penting dari buku ini adalah opini yang ditulis
oleh para intelektual dan pakar sastra. Salah satunya adalah
Jasni Matlani, penerima SEA Award dari Malaysia.
Ia membandingkan karya Hamzah fansuri dengan karya Denny
JA, dari segi pembahasaan maupun isu yang diangkat. Bagi Jasni,
puisi esai di tangan Denny JA, jelas maknanya, menumbuhkan
kesadaran sosial, mempunyai visi, falsafah, keunggulan,
hasanah, dan sesuai dengan tuntutan zamannya.
Selain para sastrawan yang mencoba meletakkan eksperimen
Denny JA dalam kancah perkembangan sastra Indonesia, ada
Ignas Kleden yang melihat lebih kepada konteks sosial. Bagi Ignas,
percobaan Denny JA adalah langkah untuk mengintegrasikan
puisi dalam suatu gerakan sosial baru di Indonesia.
Langkah ini telah diambil dengan kesadaran penuh oleh
penulisnya, termasuk risiko yang mungkin timbul: dalam
pertimbangan literary criticism.
Ada dua segi yang terlihat di sini: integrasi gerakan sosial ke
dalam puisi Indonesia, dan integrasi puisi ke dalam gerakan
sosial baru.

TIGA
Perjalanan puisi esai semakin menarik ketika Denny JA

232 Menari di Alam Gagasan


mempopulerkan tagline “Yang bukan penyair boleh ikut
ambil bagian.” Ini adalah bagian dari upaya yang bagus untuk
mengembalikan puisi ke tengah gelanggang publik.
Lalu dibuatlah lomba puisi esai oleh Jurnal Sajak, dan
menghasilkan satu pengkayaan perspektif terhadap puisi esai.
Dalam tulisannya, Agus R. Sarjono bersemangat menyambut
salah satu pemenang lomba, “Mata Luka Sengkon Karta”, yang
menggali kasus hukum yang sempat menghebohkan di masa
Orde Baru.
Bagi Agus, bentuk puisi esai itu memberi semacam demokratisasi
pada peri-kepuisian Indonesia sehingga keragaman tema pun
lebar terbuka.
Lebih jauh, Jamal D. Rahman juga mengungkap temuan menarik
dengan lomba puisi esai itu. Salah satunya, tema puisi esai bukan
saja beragam, melainkan juga memberikan dimensi-dimensi
baru pada puisi Indonesia modern, kalau tidak membawa tema
yang baru sama sekali.
Puisi esai telah menyajikan tema-tema yang sejauh ini jarang
bahkan tak pernah kita temukan dalam puisi Indonesia.

EMPAT
Puisi esai memasuki gerakan baru, menghadirkan cerita berbasis
lokalitas dari 34 provinsi di Indonesia. Dalam ulasannya, Agus R.
Sarjono menggarisbawahi sesuatu yang penting: kemenarikan
tema yang kerap diangkatnya sehingga jika puisi liris dan puisi
esai secara estetis keduanya gagal, puisi esai setidaknya masih
menyisakan sesuatu yang berharga, yaitu tema.
Ini terbukti pada gerakan menulis puisi esai ini. 176 puisi esai
yang ditulis pengarang dari 34 provinsi di Indonesia ini tidak

Ringkasan 24 Buku Denny JA 233


satupun yang bertemakan bukan urusan krusial di daerahnya
masing-masing.
Harus diakui tema-tema dan urusan yang diangkat dalam
khasanah perpuisian Indonesia selama ini agak terbatas.
Kekayaan dan keberagaman tema tersebut nyaris seluruhnya
bermuara pada kepedulian dan kegelisahan yang sama:
kerinduan akan Indonesia yang lebih baik.

LIMA
Bagian terakhir dari buku ini memuat tulisan analisis dari
Narudin, yang membedah pemikiran Denny JA sehingga
mempengaruhi proses kreatifnya, terutama dalam melahirkan
seluruh puisi esainya.
Bagi Narudin, Denny JA adalah pemikir postmodern. Secara
estetik, puisi esai ialah bentuk “chaotic”, maka otomatis, bentuk
puisi esai termasuk bentuk puisi yang berselera posmodern.
Denny JA juga adalah eorang pemikir sosio-dialektis. Pola pikir
Denny JA di dalam puisi-puisi esainya bersifat menimbang
kembali atau menggugat (anti-tesis) dari tesis yang ada agar
tercapai sin-tesis (argumentasi sekaligus solusi problem sosial
itu).
Isu-isu kontroversial yang dihadirkan secara tak langsung
merangsang munculnya kesadaran kolektif.
Dan Denny JA juga seorang pemikir pluralis. Kata-kata petunjuk
(indeksikal) dalam puisi esai ini ialah kata “INTI”, “menyelam”,
dan “jawaban”. Apapun agama yang dianut (yang percaya
“Tuhan”) atau bahkan seorang ateis (yang tak percaya Tuhan),
jika si penganut agama atau si ateis itu menyelam, maka ia akan
sampai kepada “INTI”.

234 Menari di Alam Gagasan


REFLEKSI
Mungkin Denny JA adalah orang yang sangat menikmati
kontroversi. Sejauh kontroversi itu berada dalam ranah
pemikiran, pendapat, argumen, tertulis maupun di media sosial,
nampaknya ia akan terima itu dengan tangan terbuka.
Bahkan seakan-akan dari awal dia menyadari betul itu adalah
konsekuensi dari gagasan yang dilahirkannya.
Puisi esai tidak bisa dilepaskan dari kontroversi itu. Dalam hal
ini, justru itu adalah salah satu keberhasilannya: menjebol
kebekuan perbincangan di dunia sastra. Sastra dan perpuisian
menjadi perbincangan publik yang hangat, atau bahkan panas.
Tapi Denny JA juga adalah orang yang teguh dengan gagasan
yang diyakininya, dan berhasil menunjukkan pada publik
bahwa ia konsisten di situ. Puisi esai telah melangkah keluar
dari kamarnya, lalu mengembara dan menularkan pengaruhnya
kepada ribuan, mungkin jutaan orang di luar sana.
Ia juga berhasil menstimulasi munculnya tema-tema tak biasa
yang hampir mustahil keluar dengan karya sastra mainstream
yang telah ada sebelumnya.
Dan buku ini merekam hampir seluruh perjalanan itu.***

Ringkasan 24 Buku Denny JA 235


Judul :(Terjemahan: Menjelaskan Puisi
Esai, Respon atas Visi dan Karya
Sastra Denny JA)
Tahun : Juli, 2020
Tebal : 578 halaman
Penulis :Sapardi Djoko Damono, Sutardji
Calzoum Bachry, Ignes Kleden, Ashadi
Siregar, Leon Agusta, Agus R Sarjono,
Jamal D Rahman, Datuk Jasni
Matlani, Dr. Paosan Jehwae, Berthold
Damshouser, dkk
Penerbit : Jakarta, Inspirasi.co

236 Menari di Alam Gagasan


Profil Penulis

Anick HT adalah founder demokrasi.id,


komunitas yang memfokuskan diri pada kampanye
demokrasi, pluralisme, dan toleransi melalui
media sosial.

Alumni Sastra Arab UIN ini adalah penulis dan


editor yang juga aktif dalam berbagai aktivitas
interfaith dan advokasi kebebasan beragama. Ia juga adalah salah satu
penggagas Peace Train Indonesia, program traveling lintas iman yang
menggunakan moda kereta api untuk mengampanyekan perdamaian dan
persaudaraan lintas iman.

Pada 2007, ia berkesempatan menjadi peserta School of Peace selama


3,5 bulan di India. Ia juga alumni International Academy for Leadership di
Jerman, Human Rights Workshop di Hong Kong, Community Organizing
Workshop di Nepal, dan International Visitor Leadership Program di US.

Menjabat sebagai Direktur Eksekutif ICRP periode 2008-2010, setelah selama


7 tahun sebelumnya bekerja untuk Jaringan Islam Liberal. Koordinator
Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB)
ini aktif menulis kolom tentang Islam, pluralisme, dan dialog antar-agama di
beberapa media. Selain terlibat mengadvokasi kasus-kasus keagamaan, ia
juga aktif menjadi trainer untuk workshop dan pelatihan pluralisme, hak-hak
sipil, dan isu-isu antar-agama. Terakhir, ia terlibat sebagai Senior Officer di
Wahid Foundation untuk Research, Advocacy, and Policy.

Tahun 2014, ia menulis buku berjudul Kuburlah Kami Hidup-hidup. Buku


puisi esai ini merekam 5 kisah kelompok minoritas di Indonesia yang masih
mengalami peminggiran dan diskriminasi hingga saat ini.

Instagram dan twitter: @anickht, email: anick.ht@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai