Anda di halaman 1dari 6

BAGIAN ILMU KESEHATAN

TELINGA HIDUNG TENGGOROK KODE


KEPALA DAN LEHER
FK UNSRI/RSMH PALEMBANG
Jl. Jenderal Sudirman KM. 3,5 Palembang
Telp/Fax. 0711-317795
DOKUMEN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TANGGAL
STANDAR DIKELUARKAN
JUDUL TIMPANO-MASTOIDEKTOMI

AREA MEDIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


TIMPANO-MASTOIDEKTOMI

TIMPANO-MASTOIDEKTOMI

Tindakan operasi Disahkan


pada tulangoleh,
temporal yang dilakukan untuk membuka sel-sel
PENGERTIAN telinga tengah untuk membersihkan jaringan patologis, menutup perforasi
membran timpani dengan tandur, dan bila memungkinkan dilakukan
rekonstruksi osikel (osikuloplasti) dengan tetap mempertahankan liang telinga
bagian tulang yang utuh. Istilah timpano-mastoidektomi memiliki sebutan lain
yang identik menggambarkan prosedur ini adalah: combined approach
tympanoplasty (CAT), timpanoplasti dinding utuh / Canal wall up
tympanoplasty / Intact canal wall tympanoplasty.
 Membersihkan
DR. Dr. M. Zulkarnain, M.Med.Sc, /PKKmengangkatDr. jaringan
Mohammad patologis dari Sp.P,
Syahril, sel-selMPH
telinga tengah
NIP.196109031989031002 NIP.196207231990011001
Dekan FK Universitas Sriwijaya Direktur RSUP Dr. Mohammad Hoesin
TUJUAN (kavum timpani dan mastoid).
 Menutup perforasi membran timpani dengan tandur (miringoplasti).
 Merekonstruksi susunan tulang pendengaran (osikuloplasti).
 Mencegah perluasan infeksi.
 Mencegah komplikasi.
 Memperbaiki fungsi pendengaran.

KEBIJAKAN -SK Menteri Kesehatan RI No.375/MENKES/SK/X/2012


Tentang Izin Operasional Tetap RSUP Dr.Moh.Hoesin Palembang
-SK Direktur Utama RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang
Tentang : Pemberlakukan Standar Operasional Prosedur(SOP) Departemen
THT-KL

PROSEDUR  Tindakan dapat dilakukan secara berencana atau elektif.


 Tindakan timpanoplasti dinding utuh dilakukan oleh staf endoskopi bronko-
esofagologi atau PPDS THT dan PPDS yang bertugas di divisi otologi THT
 Prosedur dilakukan di kamar operasi dengan anestesi umum maupun lokal.
 Operator harus menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
prosedur yang akan dilakukan.
 Pemeriksaan pra tindakan harus dilengkapi yaitu :
 Laboratorium darah rutin, ureum dan kreatinin darah, SGOT dan
SGPT, CT, BT, PT, APTT dan gula darah sewaktu (GDS).
 Rontgen mastoid posisi Schuller dan Thorax
 Bila pasien berusia > 50 tahun :
- dikonsulkan ke departemen kardiologi
- Pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, kimia darah dan analisa
gas darah.
Konsul Departemen Ilmu Penyakit Dalam / Anak untuk toleransi operasi
 Pasien harus menandatangani surat ijin operasi (SIO) dan ditandatangani
oleh saksi.
 Bila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk menandatangani SIO, maka
dapat diwakilkan oleh perwakilan yang ditunjuk oleh pasien maupun
keluarga.
Setiap tindakan timpanoplasti dinding utuh harus didokumentasikan
 Pensterilan, pencucian dan pembersihan alat operasi harus dilakukan
sebelum dan setelah tindakan,
 Pasien dengan risiko penularan penyakit yang tinggi misalnya pasien HIV,
prosedur dilakukan sesuai dengan prosedur POKJA AIDS.
Prosedur :

 Prosedur timpanoplasti dinding utuh dilakukan oleh Dokter spesialis THT


yang melakukan prosedur, atau PPDS THT dan PPDS yang sedang bertugas
di divisi otologi
 Pastikan tersedianya alat-alat yang dibutuhkan :
 Set operasi timpanoplasti.
 Mikroskop operasi.
 Bor operasi telinga (mesin dan 1 set mata bor).
Mesin penghisap / suction.

 Cara :
 Pasien berbaring telentang dalam anestesi umum maupun lokal.
 Antisepsis daerah operasi sesuai sisi telinga yang akan dioperasi.
 Pemasangan kain penutup steril di daerah operasi.
 Penandaan daerah insisi retroaurikula.
 Infiltrasi larutan adrenalin 1:200.000 pada daerah insisi dan liang telinga
pada posisi jam 3,6,9 dan 12.
 Insisi retroaurikula dengan pisau no 10 atau 15, tegak lurus dengan
permukaan kulit hingga mencapai lapisan subkutis.
 Insisi tangensial sejajar permukaan kulit ke arah anterior hingga
mencapai tepat di belakang kulit liang telinga.
 Pengambilan tandur fasia m. Temporalis (superfisial atau profunda)
dengan luas sesuai kebutuhan. Selanjutnya fasia dikeringkan dan
digunakan kembali pada akhir prosedur.
 Insisi muskuloperiosteum pada permukaan mastoid hingga mencapai
tulang (insisi dapat berbentuk ”T” atau jabir Palva. Selanjutnya
muskuloperiosteum dielevasi dari tulang dan difiksasi dengan self
retaining retractor.
 Kulit liang telinga dielevasi dari tulang pada posisi jam 6 hingga 12
dinding posterior liang telinga.
 Insisi kulit liang telinga  5 mm dari dan sejajar anulus timpanikus pada
posisi jam 6 hingga 12.
 Insisi vertikal pada jam 6 dan 12 ke arah lateral sehingga terbentuk jabir
timpanomeatal. Jabir tersebut difiksasi beserta daun telinga ke arah
anterior dengan tampon liang telinga dan self retaining retraktor.
 Evaluasi dilakukan terhadap dinding anterior, posterior liang telinga,
perforasi membran timpani dan keadaan mukosa kavum timpani.
 Tepi perforasi membran timpani diinsisi dengan pisau sabit pada seluruh
kelilingnya hingga didapatkan perdarahan dari membran timpani (hingga
2 mm dari tepi perforasi).
 Annulus timpanikus besrta sebagian kulit liang telinga bagian medial
dielevasi menggunakan elevator pada posisi jam 6 hingga 12.
 (Bila diperlukan) insisi kulit liang telinga ditambahkan/dilanjutkan ke
arah anterior untuk membuka dinding tulang bagian depan bila
didapatkan tonjolan fossa glenoid yang prominen.
 (Bila diperlukan) Kanaloplasti pada dinding liang telinga dilakukan
dengan cara menipiskan dininding tulang hingga didapatkan liang
telinga yang lapang dan annulus timpanikus bagian anterior tidak
tertutup tonjolan fossa glenoid.
Mastoidektomi sederhana dimulai dengan identifikasi landmark permukaan
korteks mastoid, yaitu linea temporalis, sudut sinodura, spina Henle, area
kribiformis, dan tip mastoid. Pengeboran dimulai dengan mata bor cutting 5-7
mm secara landai untuk membuka sel-sel mastoid hingga teridentifikasi antrum
mastoid, tegmen mastoid, sudut sinodura, lempeng sinus sigmoid, dan digastric
ridge. Dinding posterior liang telinga ditipiskan
 namun tidak boleh terlalu tipis (terlihat transparan) untuk mencegah
nekrosis.
 (Bila diperlukan) Atikotomi posterior dilakukan dengan menggunakan
bor cutting 3 mm atau sesuai kebutuhan untuk membuka dinding lateral
epitimpanum dengan arah pengeboran dari medial menuju lateral, ke
arah anterior menuju prosesus zigomatikus hingga teridentifikasi
anterior attic recess / supratubal recess. Bila ditemukan jaringan
patologis dilakukan pembersihan / pengangkatan menggunakan
instrumen yang sesuai.
 (Bila diperlukan) Timpanotomi posterior dilakukan dengan mata bor
diamond ukuran 3 mm untuk membuka resesus fasialis yang merupakan
daerah segitiga yang dibatasi oleh fossa inkudis, nervus fasialis, dan
nervus korda timpani. Nervus fasialis diidentifikasi dengan menipiskan
dindingnya hingga transparan namun tidak membukanya. Bila
ditemukan jaringan patologis dilakukan pembersihan / pengangkatan
menggunakan instrumen yang sesuai pada daerah retrotimpani dengan
pendekatan ganda (combined approach).
 (Bila diperlukan) Evaluasi terhadap osikel dilakukan terhadap malleus,
inkus dan stapes. Pemeriksaan dilakukan terhadap bentuk, keutuhan
(ada/tidaknya erosi) dan mobilitas rangkaiannya. Bila diperlukan untuk
mengangkat osikel maka urutan tindakan yang dilakukan adalah melepas
sendi stapes-inkus, selanjutnya melepaskan sendi malleus-inkus,
mengeluarkan/ekstraksi inkus, dan pemotongan kepala malleus pada
bagian lehernya dengan alat malleus nipper. Bila inkus akan dijadikan
kolumella, maka tulang inkus dipahat / dibentuk dengan bor diamnond,
kemudian disimpan di dalam larutan garam fisiologis untuk kemudian
diletakkan diantara malleus dan stapes kembali.
 Tandur fasia diletakkan pada sisi medial membran timpani secara
underlay dan dilanjutkan mengisi kavum timpani dengan gelfoam hingga
penuh dan didapatkan fiksasi tandur dan membran yang baik.
 Kulit liang telinga dikembalikan pada posisinya semula dan liang telinga
diisi dengan gelfoam dan tampon antibiotik hingga penuh.
 (Bila diperlukan) Drain telinga tengah dipasangkan ke dalam kavum
mastoid sebanyak 2 buah.
 Luka operasi retroaurikula ditutup lapis demi lapis pada lapisan
muskuloperiosteum dan subkutis dengan benang Vickryl 3-0 dan kutis
denga benang silk 3-0. Selanjutnya sisi telinga yang dioperasi ditutup
dengan verban elastik dengan ukuran yang sesuai dan dipertahankan
hingga 48 jam.

Dokumen terkait :
Rekam medis THT, rekam medis divisi otologi THT dan rekaman video
operasi.

- Laboratorium
UNIT/DEPARTEMEN - Departemen Ilmu penyakit dalam / Departemen Anak
TERKAIT - Departemen Anestesi/Intensive care

TIMPANO-MASTOIDEKTOMI

Nomor Dokumen :

No. Revisi : Halaman : 4/4


00

Flow Chart :

Aktivitas Dokumen / Catatan Mutu Keterangan

Catatan Perkembangan
Diagnosis dan Rencana terapi Pasien Terintergrasi

Dokter THT/PPDS THT

Inform Concent dan SIO


Formulir Persetujuan
Dokter THT/PPDS THT Tindakan Kedokteran

Persiapan Pra operasi

Dokter THT/PPDS THT Catatan Keperawatan Pra-


Operasi

Tindakan/Operasi

Dokter THT/PPDS THT


Ceklist Keselamatan
Operasi / Tindakan Invasif

Perawatan pasca operasi Catatan Keperawatan Peri


0peratif (Intra Dan Pasca
Dokter THT/PPDS THT Operatif)

Catatan Perkembangan
Pasien Terintergrasi
Perawatan di ruangan / ICU

Dokter THT/PPDS THT

Anda mungkin juga menyukai