TINJAUAN PROYEK
Gambar 1.2. Lokasi (Jl. Parit Haji Muksin II KM. 2, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.)
Gambar 1.3. Site Asrama Santa Monica Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak
1.2.2 Identitas Kepemilikan Proyek
Pemilik Proyek : Yayasan Widya Pratama Keuskupan Agung Pontianak.
Perencana Proyek : PT. Anuresi
BAB II
LITERATUR
Tiang pancang adalah bagian-bagian konstruksi yang dibuat dari kayu, beton,
dan atau baja, yang digunakan untuk meneruskan (mentransmisikan) beban-beban
permukaan ke tingkat-tingkat permukaan yang lebih rendah di dalam massa tanah.
Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan atau
mentrasfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah
keras yang letaknya sangat dalam ( Hutami, 2013).
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus
dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan
gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana
terdapat tekanan kesamping dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai
oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan
perencanaannya.
Tiang Pancang umumnya digunakan (Hutami, 2013):
2.1.2 Sloof
2.1.2.1 Definisi Sloof
Sloof adalah suatu elemen struktural yang mampu menahan beban terutama
dengan menolak membungkuk. Gaya membungkuk diinduksi ke materi balok sebagai
hasil dari beban eksternal, beratnya sendiri, span dan reaksi eksternal untuk beban ini
disebut momen lentur. Sloof merupakan bagian konstruksi yang berfungsi menyalurkan
beban dinding ke pondasi.
Fungsi utama Sloof adalah sebagai pengikat antar pondasi sehingga diharapkan
bisa terjadi penurunan bebaan pada pondasi, penurunan itu dapat tertahan atau akan
terjadi secara bersamaan. Sumber: (Pamungkas, 2013).
Sloof ialah suatu komponen bangunan yang terdapat pada bagian atas dari
konstruksi rangka pada bangunan. Sloof memiliki fungsi utama sebagai pengikat kolom
pedestal Pondasi. Selain itu, Sloof juga berfungsi sebagai acuan pemasangan dinding.
Sloof merupakan bagian dari konstruksi yang menumpu di atas kolom pedestal, lantai,
dan pondasi. Dimana Sloof berfungsi sebagai pemikul beban yang bekerja pada
konstruksi di atasnya. Sloof dibagi menjadi balok induk dan balok anak. Balok memiliki
beberapa jenis sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai berikut
Kayu merupakan bahan yang bersumber dari alam yang sering digunakan
sebagai penyusun konstruksi dari bangunan, dalam hal ini adalah balok. Kegunaan kayu
pada konstruksi bangunan disesuaikan ukurannya dari produksi pasar. Hal ini terjadi
karena semakin berkurangya sumber daya alam terhadap kayu dan Proses penumbuhan
pohon yang memakan waktu lama. Dengan demikian maka kayu yang terdapat
dipasaran memiliki ukuran tebal yang tidak begitu besar dan panjang yang terbatas.
Kayu yang beredar dipasaran yang biasa digunakan sebagai ring balok berukuran tebal
8x8 cm, 8x12 cm, 6x12 cm, 6x15 cm, dengan panjang 4 m. Dengan keterbatasan
panjang membuat terjadinya penyambungan ring balok kayu pada ruang yang memiliki
bentang lebih dari 4 m.
2.1.2.1.2 Beton
Berbeda dengan kayu, balok yang terbuat dari beton lebih dapat dibuat dengan
ukuran tebal dan panjang yang lebih besar. Namun, beton juga memiliki keterbatasan
panjang. Hal ini dikarenakan semakin panjang jarak bentang yang diperlukan, maka
semakin besar ukuran dimensi balok beton tersebut. Karena berat beton sendiri yang
begitu besar dan karakteristik yang bukan kuat tarik menyebabkan adanya perhitungan
terhadap bentang balok yang menggunakan bahan beton.
2.1.2.1.3 Baja
Baja merupakan bahan yang dapat dipakai pada bentang lebar lebih dari 12 m.
Baja yang biasa digunakan untuk ring balok adalah baja profil I, H. Selain itu, dapat
juga digunakan baja profil lainnya sesuai dengan ketentuan yang dipakai untuk balok.
Selain baja profil terdapat juga baja hollow dan baja pipa galvanis yang digunakan
sebagai balok pada konstruksi suatu bangunan.
BAB III
TINJAUAN AMATAN
Pelat beton bertulang merupakan sebuah bidang datar yang lebar, biasanya
mempunyai arah horizontal dengan permukaan bawah dan atasnya sejajar atau
mendekati sejajar, Pelat beton bertulang direncanakan untuk memikul beban yang
merata yang bekerja pada seluruh luas permukaanya..
Pelat biasanya di tumpuh oleh balok bertulang dan biasanya pelat dicor bersamaan
dengan balok. Tulangan-tulangan baja pada pelat biasanya di pasang sejajar dengan
permukaan pelat. Batang-batang baja lurus dapat di pakai sebagai tulangan walaupun
Dalam pengerjaan pondasi ini terdapat beberapa tahap pekerjaan sebagai berikut :
1) Pemancangan tiang pancang;
2) Penggalian tanah pondasi;
3) Tahap pembobolan tiang pancang;
4) Pekerjaan perakitan tulangan;
5) Pekerjaan pembuatan bekisting;
6) Pembuatan lantai kerja;
7) Pekerjaan pengecoran;
8) Pengerjaan pembongkaran bekisting.
Untuk menyambungkan
antara dua plat tiang
2 ALAT LAS
pancang.
Untuk menahan
PAPAN SEGI millimeter blok pada saat
4
EMPAT pengelendringan.
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat pemancangan yaitu sebanyak 3-4
pelerja. 2 orang pekerja yang bertugas sebagai operator mesin dan dua lainnya
bertugas untuk mendirikan tiang pancang.
- Metode Pekerjaan
Adapun metode yang dilakukan pada pekerjaan pemancangan yaitu:
a. Pertama – tama menyiapkan bahan dan alat.
b. Menentukan titik pondasi yang telah ditentukan pada gambar rencana,
menandai atau memberi patok pada tiap titik pondasi dengan cara memberi
benang (tali nilon) pada bowplank yang menghubungkan dan dan diberi
patok dengan menggunakan dolken (warna kuning untuk titik pemancangan
warna merah untuk titik kolom) pada tiap titik pertemuan benang.
Alat – alat yang digunakan yaitu :
1. Waterpass
2. Rambu ukur
3. Rol meteran panjang
4. Cat kayu dan kuat
c. Perakitan mesin drop hummer yang terdiri dari hummer beratnya 2 ton,
teflon, helmet, dan tali kabel penarik tiang pancang.
(Sumber:Dokumentasi Pribadi)
d. Sebelum pengangkatan tiang pancang cek posisi titik/ koordinat pancang,
pengangkatan tiang pancang menggunakan sling baja yang diikat ke tiang
pancang.
e. Pengikat
Tiang pancang berada tiang pancang
di dalam helmet tiang pancang. Posisi tiang pancang
harus tegak lurus dan salah satu ujungnya tetap berada di dalam helmet.
g. Pada tiang pancang yang pertama disisakan kurang lebih kurang lebih 50 cm
di permukaan tanah untuk disambungkan pada tiang pancang yang lainnya
menggunakan las. Begitu seternya sampai tiang pada tiang pancang yang
ketiga.
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat pemancangan yaitu sebanyak 2-3
pekerja.
- Metode Pekerjaan
c. Setelah pembuatan papan selesai, maka papan yang sesuai dengan ukuran dan
bentuk tapak pondasi diletakkan pada sesuai jumlah tiang pancang masing-
masing. Papan yang sudah diletakkan diberi tanda batas galian.
Untuk menghancurkan
2 MESIN BOR
beton tiang pancang.
Sebagai pemukul/pemecah
4
PALU BODEM
beton tiang pancang
3 padaproses pembobolan
PALU
tiang pancang.
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terdapat pada pekerjaan ini sebanyak 5-6 orang yang
membobol satu per satu tiang pancang dengan tinggi ± 40 cm diatas
permukaan tanah.
- Metode Pekerjaan
2 PALU memaku.
panjang.
4
METERAN
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terdapat pada pekerjaan ini sebanyak 4-5 orang yang
membuat bekisting poer pondasi.
- Metode pekerjaan
Proses pembuatan bekisting pondasi :
a. Pada pembuatan bekisting pondasi menggunakan papan mal ukuran 0,12 x
0,13 x 4 m dan kayu dolken.
b. Papan mal dipotong sesuai dengan ukuran pondasi. Misal pondasi P1
berbentuk persegi yang panjang sisinya adalah 90 cm. Jadi, papan mal
tersebut dipotong dengan panjang 90 cm juga.
c. Setelah itu, papan mal yang sudah dipotong dipaku dengan menggunakan
kayu dolken yang menopang kedua sisinya. Papan mal dipaku dan disusun
hingga mencapai ukuran 90 x 80 cm.
e. Hal ini juga dilakukan untuk bekisting P2, P3, dan P4.
Untuk membengkokan
tulangan pondasi.
4
CENGKOLAN
tulangan
6
METERAN
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terdapat pada pekerjaan ini sebanyak 6 orang yang
melakukan perakitan pondasi.
- Metode Pengerjaan
a. Pertama-tama menyiapkan alat dan material.
b. Besi ulir yang panjangnya 12 m dipotong menggunakan pemotong besi sesuai
dengan panjang yang ditentukan.
2 ARTCO
permukaan coran.
4
SETRIKA SEMEN
pondasi.
1 PASIR URUG
untuk merekat
3 SEMEN
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 5-6 orang. 2 orang yang
mengangkut coran, dua orang lagi yang menyedot air dan lumpur di dalam
lubang, serta yang lainnya mengangkut pasir.
- Metode Pekerjaan
Proses pembuatan lantai kerja adalah
a. Pertama- tama menyiapkan bahan dan alat.
b. Melakukan proses pengeluaran lumpur dan air dari dalam titik pondasi
yang telah digali menggunakan mesin penyedot air dan ember.
d. Galian yang telah terisi oleh pasir urug, maka diatasnya diberi campuran
semen, batu split ukuran 1/2, dan pasir dengan perbandingan 1 : 3 : 5. Coran
ini disebut lantai kerja dengan tebal 5 cm.
2 ARTCO
Untuk meratakan
permukaan coran.
4
SETRIKA SEMEN
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan pada pengecoran pondasi yaitu sebanyak 6- 7
pekerja. 3 orang pekerja mengangkut coran dari truk ready mix ke lubang
pondasi, serta yang lainnya mengratakan semen.
- Metode Pekerjaan
Untuk mencungkil
1 LINGGIS
bekisting
- Tenaga Kerja
- Metode Pekerjaan
Porses pembongkaran bekisting :
a. Coran yang telah kering dalam jangka waktu 1 hari maka dilakukan
pembongkaran bekisitng. Terlebih dahulu melepas kayu dolken disekeliling
bekisting. Kemudian melepas papan mal bekistingnya dengan menggunakan
gergaji dan palu begitu juga dengan plastic corannya juga dilepas.
b. Hal yang sama dilakukan dengan coran yang telah memiliki jangka waktu 1
hari pengeringan.
Gambar 3.31.Sloof
(Sumber : Gambar Kerja PT.Anuresi)
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan persiapan sebanyak 3-4
orang.yang bertugas membuat jalan agar mempermudah akses pekerja dan 2-3
orang yang bertugas untuk melakukan pengukuran garis as sloof. (Hasil
wawancara dengan pngawas lapangan).
- Metode Pekerjaan
a. Pertama, membuat jalan agar mempermudah akses pekerja dalam mendorong
artco untuk membawa pasir dan coran untuk sloof dengan menggunakan papan
bekas bekisting.
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembuatan bekisting sloof yaitu
sebanyak 4 – 5 orang yang bertugas untuk membuat beksiting sloof.
- Metode Pekerjaan
Metode kerja yang dilakukan pada pembuatan bekisting sloof dengan ukuran 20
x 50cm dan ukuran 15 x 30cm adalah sebagai berikut :
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan pemasangan bekisitng
sebanyak 2-3 orang. (Hasil wawancara dengan pngawas lapangan).
- Metode Pekerjaan
a. Pertama yang dilakukan sebelum pemasangan bekisting yaitu penyetingan
bekisiting sloof sebelum dipasang. Penyetingan bekisting ini dilakukan 2
orang pekerja yang saling memegang pada ujung – ujung bekisting agar
mudah dalam melihat bekisting yang mau disetel. Kemudian meletakkannya
pada posisi as benang.
Untuk membengkokan
tulangan pondasi.
2
CENGKOLAN
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembuatan beugel sebanyak 5 –
6 orang. 2 orang dalam pekerjaan pemotongan besi dan 3 – 4 orang yang
membuat beugel. (Hasil wawancara dengan pngawas lapangan).
- Metode Pekerjaan
a. Pertama-tama yang harus dilakukan yaitu mempersiapkan alat dan bahan
besi Ø8 mm polos.
tulangan
2
METERAN
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk perakitan tulangan sloof yaitu 5 – 6 orang.
- Metode Pekerjaan
Adapun metode – metode kerja dalam perakitan tulangan sloof adalah sebagai
berikut :
b. Tulangan diletakkan diatas penopang yang terbuat dari kayu dolken dan
papan mal. Untuk sloof yang ukuran 20 x 50 cm, tulangan yang diletakkan
ada tiga buah. Sedangkan, untuk sloof yang ukuran 15 x 30 cm tulangan
yang diletakkan sebanyak 2 buah.
e. Apabila beugel –beugel tersebut telah diikat pada tulangan, maka dua orang
tukang lagi memasukkan beugel ke dalam bekisting sloof yang akan dicor.
Untuk mengantarkan
READY MIXED K-
1 Untuk pengecoran
300
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengecoran sloof yaitu sebanyak 6 -
7 orang untuk pengecoran sloof ukuran 20 x 50 cm dan 7 – 8 orang
yangmengerjakan sloof ukuran 15 x 30 cm.
- Metode Pekerjaan
Adapun metode – metode pekerjaan proses pengecoran sloof yaitu :
b. Kemudian artco yang telah ada coran ready mixed dibawa menuju tempat
bagian sloof yang akan diisi.
Pada pekerjaan plat lantai 1 ini menggunakan bekisting kayu atau papan
mal yang menahan bagian bawah lantai. Dan jenis lantainya adalah lantai gantung.
Tebal lantai yang di cor adalah 12 cm dengan tulangan wiremesh M8 dua lapis.
Pada proses pekerjaan plat lantai, dilakukan pada saat pengerjaan sloof.
Dalam pengerjaan plat lantai ini terdapat beberapa tahap pekerjaan sebagai berikut :
1) Pembuatan perancah plat lantai;
Pada proses pembuatan perancah plat lantai ini dibuat dengan ketinggian 40
cm diatas permukaan tanah. Adapun alat – alat yang digunakan saat pembuatan
perancah plat lantai sebagai berikut :
Untuk menyatukan
2 PAKU
perancah
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada pekerjaan ini di kerjakan oleh 6 orang dan masing masing
pekerja sudah ada tugasnya masing masing. Ada yang mengukur menggunakan
benang,ada yang memotong kayu dan ada yang memasang perancah.
- Metode Pekerjaan
a. Pertama tahap yang harus dilakukan adalah menyiapkan bahan dan alat
yang akan digunakan.
b. Setelah itu ukur jarak antar perancah menggunakan meteran dengan jarak
50 cm dan ditandai, untuk selanjutnya dipasang tali untuk patokan
pemasangan.
c. Kemudian ukuran jarak perancah yang ditandai patokkan kayu dolken
berdiameter 4cm dengan ketinggian 40 cm dari permukaan tanah diberi
dudukan kayu dolken dengan diameter yang sama diletakkan secara
melintang dan membujur pada setiap patokkan kayu dolken.
d. Pada bagian ujung atas patokan dolken diberi papan mal yang melintang
sebagai penopang bekisting plat lantai dimana pada bagian sisi papn mal
yang berukuran kecil berada pada sisi atas.
e. Perancah yang di pasang tidak akan di bongkar karena berada di atas tanah
dan terhalang sloof jika ingin membongkarnya.
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada pekerjaan ini di kerjakan oleh 3-4 orang dimana 2
orang pekerja bertugas memotong papan mal dan 2 orang lainnya lagi bertugas
untuk memaku bekisting.
- Metode Pekerjaan
Untuk memotong
3 PENGGUNTING
BESI wiremesh
Digunkan untuk
2 KAWAT BETON pengikatan beugel dan
tulang struktur
e. Namun, diantara wiremesh satu dan yang lainnya diletakkan cakar ayam
dengan ketinggian 5 cm dan dikaitkan menggunakan kawat bendrat pada
wiremesh secara acak. Selanjutnya pekerjaan pengecoran lantai.
Untuk mengantarkan
3
ARTCO
4 dari artco.
SEKOP
READY MIXED K-
1 Untuk pengecoran
300
- Tenaga Kerja
Pada pekerjaan ini jumlah pekerja 10 orang dengan tugas masing-masing, 3
orang yang mengambil beton ready mix K300 pada mobil dengan menngunakan
artco, 6 orang yang menyebarkan beton agar tidak menumpuk, yang 2 lagi
menghaluskan dan meratakan permukaan beton, dan yang 1 lagi memandu beton
yang akan dituangkan.
- Metode Pekerjaan
a. Pada pelaksanaan pengecoran dengan menggunakan ready mix K300.
Sebelumnya pekerja telah menyiapkan semua alat yang akan digunakan, seperti
artco, sekop, dan pengrata semen.
b. Setelah semua siap operator dari pihak ready mix menuangkan adukan beton
ke dalam artco dan selanjutnya artco didorong melalui akses jalan yang telah
d. Setelah semua bagian lantai telah dicor maka, dibiarkan selama satu hari untuk
menunggu umur beton dan akan dilanjutkan pemasangan kolom baja.
KESIMPULAN
4.2 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis sampaikan pada Praktek Kerja Lapangan -1 ini adalah
bahwa Praktek Kerja Lapangan ini sangat bermanfaat bagi penulis, karena penulis dapat
memahami dan mengetahui bagaiman sebenarnya kondisi di lapangan tidak hanya sekedar tahu
dalam teori saja. Setelah mengamati pekerjaan pondasi, sloof dan plat lantai pada proyek
pembangunan Asrama Santa Monica Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak,
kesimpulan yang dapat diambil :
1. Sudut kemiringan dari tiang pancang juga mengikuti perkiraan tukang pancang sehingga
kemiringan tiang pancang bisa saja sedikit miring.
2. Cara menyimpan besi tulangan yang diletakkan di luar ruangan tanpa ada peneduh
sehingga dapat membuat besi berkarat.
3. Pada saat penulangan sloof sudah sesuai dengan teori dan ukuran besi yang digunakan
sama dengan apa yang ada pada lembar kerja.
4. Faktor cuaca (hujan) menjadi hal yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya pada saat
proses pengecoran sloof.
5. Pekerjaan pengecoran sloof dan lantai yang dilakukan pada lapangan kurang sesuai dengan
teori, karena tidak menggunakan alat vibrator. Sehingga pengecorannya tidak padat.
4.3 Saran
Dalam pelaksanaan PKL -1 ini penulis memberikan beberapa saran yang mungkin dapat
ditanggapi dengan seksama. Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :
1. Sebaiknya pekerjaan pemancangan memerhatikan kemiringan tiang pancang sehingga
tidak terjadi kemringan.
Asroni, Ali. 2010. Balok dan pelat beton bertulang. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Segel, R., Kole, P., Kusuma, G.H. 1994.Pedoman pengerjaan beton, Berdasarkan SK-
SNI-T-15-1990-03,Seri 2, Erlangga, Jakarta.
HS, Sardjono. 1998. Pondasi Tiang Pancang Jilid I. Surabaya: Sinar Wijaya.
Wilopo, Djoko. 2009. Metode Konstruksi dan Alat Berat. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
TINJAUAN PROYEK ................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.1.1 Latar Belakang Proyek....................................................................................................... 1
1.1.2 Tujuan Proyek Diselenggarakan ....................................................................................... 3
1.1.3 Pihak yang Terlibat dalam Proyek.................................................................................... 3
1.2 Data Teknis Proyek..................................................................................................................... 3
1.2.1 Spesifikasi Teknis proyek ................................................................................................... 3
1.2.2 Identitas Kepemilikan Proyek ........................................................................................... 4
1.3 Batasan Amatan .......................................................................................................................... 5
1.3.1 Rincian Pekerjaan Keseluruhan ........................................................................................ 5
1.3.2 Spesifikasi Pekerjaan Yang di Amati ................................................................................ 5
1.4 Waktu Pengerjaan dan Pengamatan......................................................................................... 6
1.4.1 Waktu Pengerjaan ..................................................................................................................... 6
1.4.2 Waktu Pengamatan.................................................................................................................... 6
BAB II .......................................................................................................................................................... 6
LITERATUR ............................................................................................................................................... 6
2.1 Definisi Konstruksi Bangunan Yang di Amati ............................................................................ 6
2.1.1 Pondasi ..................................................................................................................................... 7
2.1.1.1 Pengertian Pondasi ................................................................................................................ 7
2.1.1.2 Macam – macam Pondasi ...................................................................................................... 8
2.1.1.3 Daya Dukung Tanah ............................................................................................................ 10
2.1.1.4 Pondasi Tiang Pancang .................................................................................................... 11
2.1.2 Sloof ............................................................................................................................................... 12