Anda di halaman 1dari 89

BAB I

TINJAUAN PROYEK

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Latar Belakang Proyek

Indonesia memiliki keberagaman Agama yaitu Agama Islam, Kristen Katolik,


Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan yang lainnya. Agama Kristen Katolik saat ini
mempunyai penganut yang mayoritas di Provinsi Kalimantan Barat.
Kalimantan Barat (disingkat Kalbar) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang
terletak di Pulau Kalimantan dengan ibu kota Provinsi Kota Pontianak. Luas wilayah
Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan
provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Mayoritas masyarakat Kalimantan Barat menganut agama Islam (55.68%).
Wilayah-wilayah mayoritas muslim di Kalimantan Barat yaitu daerah pesisir yang
mayoritas didiami Suku Melayu seperti Kabupaten Sambas, Mempawah, Ketapang,
Kayong Utara, Kubu Raya, Kapuas Hulu dan Kota Pontianak. Di Kabupaten Melawi
dan Kota Singkawang sekitar 49% penduduknya beragama Islam. Agama Islam juga
dianut Suku Jawa, Madura dan Bugis yang berada di Kalimantan Barat.
Di daerah pedalaman yang didiami Suku Dayak mayoritas penduduknya beragama
Kristen (Katolik/Protestan) seperti di Kabupaten Bengkayang, Landak, Sanggau,
Sintang dan Sekadau. Orang Tionghoa di Kalimantan Barat kebanyakan menganut
agama Buddha dan Kristen (Katolik/Protestan). Di wilayah yang banyak terdapat etnis
Tionghoa seperti Kota Singkawang dan Pontianak juga terdapat penganut Buddha
dalam jumlah cukup besar.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 1


4201627004
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat)

Sebuah Perguruan Tinggi Katolik berstatus negeri pertama di Indonesia muncul di


provinsi ini. Letaknya di jalan. Parit Haji Muksin, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan
Barat. Perguruan Tinggi ini bernama Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN)
Pontianak. Fasilitas di Sekolah Tinggi tersebut terdapat satu gedung perkuliahan yang
bertingkat dua dan satu asrama putri. Sekolah Tinggi tersebut setiap tahunnya
mengalami peningkatan jumlah mahasiswa. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
fasilitas yang tidak seimbang. Khususnya pada gedung Asrama. Gedung Asrama
Sekolah Tinggi Agama Katolik sudah tidak memadai lagi untuk dihuni mahasiswa
dikarenakan ruangan tidak dapat menampung jumlah mahasiswa yang meningkat setiap
tahunnya dan juga minimnya fasilitas-fasilitas yang ada di asrama. Hal ini membuat
penghuni asrama merasa tidak nyaman dan mengurangi minat untuk tinggal di asrama.
Pada akhirnya, mahasiswa yang bertempat tinggal jauh dari lokasi kampus, memilih
untuk tinggal di kost-kost yang berada di luar kampus. Bagi mahasiswa yang memiliki
orangtua berada, tinggal di kost bukan masalah. Tetapi, bagi mahasiswa kurang mampu,
hal ini tentu cukup memberatkan. Hal ini mengakibatkan timbulnya banyak hunian-
hunian yang baru di sekitar area kampus seperti: rumah kost dan rumah kontrakan yang
dibangun oleh pemborong kecil maupun kontraktor dengan status kepemilikan rata-rata
para penduduk yang sudah lama menghuni di daerah tersebut. Pembangunan rumah kost
tersebut tidak didasari atas pertimbangan-pertimbangan iklim dan kenyamanan
penghuni. Penyebab dari pembangunan yang semrawut ini akibat keinginan para
pemilik modal yang ingin mengejar profit. Hal inilah yang melatarbelakangi
Peembangunan Asrama Santa Monica Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak
(STAKatN). Bangunan ini merupakan tempat tinggal sementara untuk mahasiswa

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 2


4201627004
Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak (STAKatN) dari luar kota Pontianak
yang didalamnya terdapat fasilitas-fasilitas asrama.
1.1.2 Tujuan Proyek Diselenggarakan
Tujuan proyek ini dilakasanakan demi memenuhi kebutuhan tempat tinggal
sementara untuk mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak
(STAKatN) yang bisa menampung mahasiswa yang kurang mampu dan berdomisili di
luar kota Pontianak.
1.1.3 Pihak yang Terlibat dalam Proyek
Struktur Organisasi di lapangan

Bagan 1.1.Struktur Organisasi Lapangan

1.2 Data Teknis Proyek


1.2.1 Spesifikasi Teknis proyek

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 3


4201627004
Proyek yang diamati merupakan proyek pembangunan bagunan fasilitas Sekolah
Tinggi yaitu Asrama Santa Monica Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak.
Lokasi Proyek pembangunan Asrama Santa Monica Sekolah Tinggi Agama
Katolik Negeri Pontianak ini berlokasikan di Jl. Parit Haji Muksin II KM. 2, Kabupaten
Kubu Raya, Kalimantan Barat. Luas lahan pembangunan Asrama Santa Monica
Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak ini adalah 150 m2.

Gambar 1.2. Lokasi (Jl. Parit Haji Muksin II KM. 2, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.)

Gambar 1.3. Site Asrama Santa Monica Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak
1.2.2 Identitas Kepemilikan Proyek
Pemilik Proyek : Yayasan Widya Pratama Keuskupan Agung Pontianak.
Perencana Proyek : PT. Anuresi

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 4


4201627004
Pelaksana Proyek : PT. Piala Dunia
Waktu Pelaksanaa Proyek : 22 September 2018
Anggaran Biaya Proyek : Rp. 3.299.490.494,06

1.3 Batasan Amatan


1.3.1 Rincian Pekerjaan Keseluruhan
Beberapa tahapan yang dilaksanakan dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan Pendahuluan
2. Pekerjaan Struktur
a. Pekerjaan Pondasi
b. Pekerjaan Struktur Lantai, Kolom, dan Balok
c. Pekerjaan Atap
3. Pekerjaan Arsitektur
a. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
b. Pekerjaan Pintu, Jendela, dan Ventilasi
c. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci
d. Pekerjaan Toilet
e. Penkerjaan Pengecatan
f. Pekerjaan Lain-lain
4. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
a. Pekerjaan Instalasi Air Bersih
b. Pekerjaan Instalasi Air Bekas dan Air Kotor
c. Pekerjaan Instalasi Kabel Power
d. Pekerjaan Instalasi Penerangan dan Stop Kontak
e. Pekerjaan Instalasi Tata Udara

1.3.2 Spesifikasi Pekerjaan Yang di Amati


Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan Asrama Santa Monica Sekolah Tinggi
Agama Katolik Negeri Pontianak ada beberapa amatan yang akan di amati di lapangan,
berikut adalah spesifikasi amatan di lapangan :

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 5


4201627004
1. Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang
2. Pekerjaan balok sloof
3. Pekerjaan Lantai

1.4 Waktu Pengerjaan dan Pengamatan


1.4.1 Waktu Pengerjaan

Waktu pengerjaan Asrama Santa Monica Sekolah Tinggi Agama Katolik


Negeri Pontianak ini dimulai pada tanggal 22 Sepetember 2018 sampai selesai. Adapun
pengerjaan pondasi, sloof, dan lantai dimulai pada tanggal 1 Oktober 2018 sampai
tanggal 13 November 2018.

1.4.2 Waktu Pengamatan


Adapun waktu yang akan digunakan untuk mengamati pekerjaan pondasi,
sloof, dan plat lantai yaitu minimal 1- 2 jam setiap harinya. Setiap kegiatan amatan
disertai dengan laporan harian dan mingguan beserta dokumentasi yang direkam dalam
bentuk gambar/foto sebagai bukti pengamatan.

BAB II

LITERATUR

2.1 Definisi Konstruksi Bangunan Yang di Amati

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 6


4201627004
2.1.1 Pondasi
2.1.1.1 Pengertian Pondasi

Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung


dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban
diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar bangunan yang kuat yang
terdapat dibawah konstruksi. Pondasi dapat didefinisikan sebagai bagian paling bawah
dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid).
Dalam perencanaan pondasi untuk suatu struktur dapat digunakan beberapa
macam tipe pondasi. Pemilihan pondasi berdasarkan fungsi bangunan atas (upper
structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut, besarnya beban dan beratnya
bangunan atas, keadaan tanah dimana bangunan tersebut didirikan dan berdasarkan
tinjauan dari segi ekonomi.
Semua konstruksi yang direncanakan, keberadaan pondasi sangat penting
mengingat pondasi merupakan bagian terbawah dari bangunan yang berfungsi
mendukung bangunan serta seluruh beban bangunan tersebut dan meneruskan beban
bangunan itu, baik beban mati, beban hidup dan beban gempa ke tanah atau batuan yang
berada dibawahnya. Bentuk pondasi tergantung dari macam bangunan yang akan
dibangun dan keadaan tanah 6 tempat pondasi tersebut akan diletakkan, biasanya
pondasi diletakkan pada tanah yang keras.
Pemilihan jenis struktur bawah (sub-structure) yaitu pondasi, menurut Suyono
(1984) harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : - Keadaan tanah pondasi
Keadaan tanah pondasi kaitannya adalah dalam pemilihan tipe pondasi yang sesuai. Hal
tersebut meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman lapisan tanah keras dan
sebagainya. - Batasan-batasan akibat struktur di atasnya Keadaan struktur atas akan
sangat mempengaruhi pemilihan tipe pondasi. Hal ini meliputi kondisi beban (besar
beban, arah beban dan penyebaran beban) dan sifat dinamis bangunan di atasnya (statis
tertentu atau tak tentu, kekakuannya, dll.) - Batasan-batasan keadaan lingkungan di
sekitarnya Yang termasuk dalam batasan ini adalah kondisi lokasi proyek, dimana perlu
diingat bahwa pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu ataupun membahayakan

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 7


4201627004
bangunan dan lingkungan yang telah ada di sekitarnya. - Biaya dan waktu pelaksanaan
pekerjaan Sebuah proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek waktu dan
biaya pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan
pencapaian kondisi yang ekonomis dalam pembangunan.

2.1.1.2 Macam – macam Pondasi


Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi dangkal
(shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation), tergantung dari letak tanah
kerasnya dan perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi dangkal
kedalamannya kurang atau sama dengan lebar pondasi (D ≤ B) dan dapat digunakan jika
lapisan tanah kerasnya terletak dekat dengan permukaan tanah. Sedangkan pondasi
dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh dari permukaan tanah. Pondasi
dapat digolongkan berdasarkan kemungkinan besar beban yang harus dipikul oleh
pondasi :
1. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal disebut juga pondasi langsung, pondasi ini digunakan apabila
lapisan tanah pada dasar pondasi yang mampu mendukung beban yang dilimpahkan
terletak tidak dalam (berada relatif dekat dengan permukaan tanah). Pondasi dangkal
adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung :
a. Pondasi telapak Pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom atau
pondasi yang mendukung bangunan secara langsung pada tanah bilamana terdapat
lapisan tanah yang cukup tebal dengan kualitas baik yang mampu mendukung
bangunan itu pada permukaan tanah atau sedikit dibawah permukaan tanah.
b. Pondasi memanjang Pondasi yang digunakan untuk mendukung sederetan kolom
yang berjarak dekat sehingga bila dipakai pondasi telapak sisinya akan terhimpit
satu sama lainnya.
c. Pondasi rakit (raft foundation) Pondasi yang digunakan untuk mendukung
bangunan yang terletak pada tanah lunak atau digunakan bila susunan kolom-
kolom jaraknya sedemikian dekat disemua arahnya, sehingga bila menggunakan
pondasi telapak, sisi-sisinya berhimpit satu sama lainnya.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 8


4201627004
2. Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau
batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti :
a. Pondasi sumuran (pier foundation) Pondasi sumuran merupakan pondasi
peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang, digunakan bila tanah dasar
yang kuat terletak pada kedalaman yang relatif dalam, dimana pondasi sumuran
nilai kedalaman (Df) dibagi lebar (B) lebih kecil atau sama dengan 4, sedangkan
pondasi dangkal Df/B ≤ 1.
b. Pondasi tiang (pile foundation) Pondasi tiang digunakan bila tanah pondasi pada
kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah kerasnya
terletak pada kedalaman yang sangat dalam. Pondasi tiang umumnya berdiameter
lebih kecil dan lebih panjang dibanding dengan pondasi sumuran.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 9


4201627004
Untuk membantu memilih jenis pondasi, Peck (1953) memberikan rumus yaitu :
1. Untuk pondasi dangkal D/B≤ 1
2. Untuk pondasi dalam D/B> 4

2.1.1.3 Daya Dukung Tanah

Daya dukung tanah didefiniskan sebagai kekuatan maksimum tanah menahan


tekanan dengan baik tanpa menyebabkan terjadinya failure. Sedangkan failure pada
tanah adalah penurunan (sattlement) yang berlebihan atau ketidakmampuan tanah
melawan gaya geser dan untuk meneruskan beban pada tanah. (Bowles J.E, 1992).

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 10


4201627004
Gambar diatas mmenunjukkan bahwa apabila beban bekerja pada tanah
pondasi dinaikkan maka penurunan akan meningkat dengan cepat setelah gaya telah
mencapai gaya tertentu dan kemudian penurunan akan terus berlanjut, meskipun beban
tidak ditambah lagi.

2.1.1.4 Pondasi Tiang Pancang

Tiang pancang adalah bagian-bagian konstruksi yang dibuat dari kayu, beton,
dan atau baja, yang digunakan untuk meneruskan (mentransmisikan) beban-beban
permukaan ke tingkat-tingkat permukaan yang lebih rendah di dalam massa tanah.
Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan atau
mentrasfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah
keras yang letaknya sangat dalam ( Hutami, 2013).
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus
dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan
gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana
terdapat tekanan kesamping dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai
oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan
perencanaannya.
Tiang Pancang umumnya digunakan (Hutami, 2013):

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 11


4201627004
1. Untuk mengangkat beban-beban konstruksi di atas tanah ke dalam atau melalui
sebuah lapisan tanah. Di dalam hal ini beban vertikal dan beban lateral boleh jadi
terlibat.
2. Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak ruangan
bawah tanah di bawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang kaki-kaki
menara terhadap guling.
3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui kombinasi
perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang ini dapat
ditarik keluar kemudian.
4. Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak berada
pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi.
5. Sebagai faktor keamanan rambahan di bawah tumpuan jembatan dan atau pir,
khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potesial. II-2.
6. Dalam konstruksi lepas pantai ntuk meneruskan beban-beban diatas permukaan air
melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut. Hal seperti ini adalah
mengenai tiang pancang yang ditanankan sebagai dan yang terpengaruh oleh baik
beban vertikal (dan tekuk) maupun beban lateral.

2.1.2 Sloof
2.1.2.1 Definisi Sloof
Sloof adalah suatu elemen struktural yang mampu menahan beban terutama
dengan menolak membungkuk. Gaya membungkuk diinduksi ke materi balok sebagai
hasil dari beban eksternal, beratnya sendiri, span dan reaksi eksternal untuk beban ini
disebut momen lentur. Sloof merupakan bagian konstruksi yang berfungsi menyalurkan
beban dinding ke pondasi.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 12


4201627004
Gambar 3.6 Gaya tekan beban terhadap sloof
Sumber: Satrio, 2010

Fungsi utama Sloof adalah sebagai pengikat antar pondasi sehingga diharapkan
bisa terjadi penurunan bebaan pada pondasi, penurunan itu dapat tertahan atau akan
terjadi secara bersamaan. Sumber: (Pamungkas, 2013).

Sloof ialah suatu komponen bangunan yang terdapat pada bagian atas dari
konstruksi rangka pada bangunan. Sloof memiliki fungsi utama sebagai pengikat kolom
pedestal Pondasi. Selain itu, Sloof juga berfungsi sebagai acuan pemasangan dinding.
Sloof merupakan bagian dari konstruksi yang menumpu di atas kolom pedestal, lantai,
dan pondasi. Dimana Sloof berfungsi sebagai pemikul beban yang bekerja pada
konstruksi di atasnya. Sloof dibagi menjadi balok induk dan balok anak. Balok memiliki
beberapa jenis sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai berikut

 Sloof Sebagai Pengikat Kolom dan Pondasi


 Sloof Sebagai Acuan Dinding
 Sloof Sebagai Pemikul Beban Konstruksi di atasnya
 Sloof Sebagai Pengikat Lantai

2.1.2.2 Bahan Pembuat Sloof

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 13


4201627004
2.1.2.1.1 Kayu

Kayu merupakan bahan yang bersumber dari alam yang sering digunakan
sebagai penyusun konstruksi dari bangunan, dalam hal ini adalah balok. Kegunaan kayu
pada konstruksi bangunan disesuaikan ukurannya dari produksi pasar. Hal ini terjadi
karena semakin berkurangya sumber daya alam terhadap kayu dan Proses penumbuhan
pohon yang memakan waktu lama. Dengan demikian maka kayu yang terdapat
dipasaran memiliki ukuran tebal yang tidak begitu besar dan panjang yang terbatas.
Kayu yang beredar dipasaran yang biasa digunakan sebagai ring balok berukuran tebal
8x8 cm, 8x12 cm, 6x12 cm, 6x15 cm, dengan panjang 4 m. Dengan keterbatasan
panjang membuat terjadinya penyambungan ring balok kayu pada ruang yang memiliki
bentang lebih dari 4 m.

2.1.2.1.2 Beton

Berbeda dengan kayu, balok yang terbuat dari beton lebih dapat dibuat dengan
ukuran tebal dan panjang yang lebih besar. Namun, beton juga memiliki keterbatasan
panjang. Hal ini dikarenakan semakin panjang jarak bentang yang diperlukan, maka
semakin besar ukuran dimensi balok beton tersebut. Karena berat beton sendiri yang
begitu besar dan karakteristik yang bukan kuat tarik menyebabkan adanya perhitungan
terhadap bentang balok yang menggunakan bahan beton.

2.1.2.1.3 Baja

Baja merupakan bahan yang dapat dipakai pada bentang lebar lebih dari 12 m.
Baja yang biasa digunakan untuk ring balok adalah baja profil I, H. Selain itu, dapat
juga digunakan baja profil lainnya sesuai dengan ketentuan yang dipakai untuk balok.
Selain baja profil terdapat juga baja hollow dan baja pipa galvanis yang digunakan
sebagai balok pada konstruksi suatu bangunan.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 14


4201627004
2.1.3 Plat Lantai
2.1.3.1 Pengertian Plat Lantai
Pelat beton bertulang merupakan sebuah bidang datar yang lebar, biasanya
mempunyai arah horizontal dengan permukaan bawah dan atasnya sejajar atau
mendekati sejajar, Pelat beton bertulang direncanakan untuk memikul beban yang
merata yang bekerja pada seluruh luas permukaanya..
Pelat biasanya di tumpuh oleh balok bertulang dan biasanya pelat dicor bersamaan
dengan balok. Tulangan-tulangan baja pada pelat biasanya di pasang sejajar dengan
permukaan pelat. Batang-batang baja lurus dapat di pakai sebagai tulangan walaupun
pada pelat-pelat menerus batang-batang baja bawah seringkali di bengkokan ke atas
untuk memikul momen-momen negatif yang bekerja pada perekatan.
Adapun persyaratan pelat menurut PBBI 1971.N.I.- 2 hal.89 sebagai berikut :
 Pelat-pelat dimana tulangan pokoknya hanya berjalan dalam satu arah maka tegak
lurus pada tulangan pokok tersebut harus dipasang tulangan pembagi
 Pada pelat yang di cor setempat, diameter dari batang tulang pokok dari jenis baja
lunak dan baja sedang harus diambil minimum 8 mm dari tulangan pembagi
minimum diameter 6 mm. Pada penggunaan batang tulangan dari jenis baja keras,
diameter dari batang tulangan pokok diambil minimum 5 mm dan dari tulangan
pembagi minimal 4 mm.

2.1.3.2 Plat Lantai Bertulang


Plat lantai beton bertulang umumnya di cor di tempat bersama-sama balok
penumpuh dan kolom pendukunya. Dengan deminkin akan diperoleh hubungan yang
kuatyang menjadi satu kesatuan, hubungan ini di sebut jepit-jepit. Pada plat beton
dipasang tulangan baja pada dua arah, tulangan silang, untuk menaha moment tarik dan
lenturan. Untuk mendapatan hubungan jepit-jepit, tulangan plat lantai harus dikaitkan
kuat pada tulangan balok penumpu.
Perencanaan dan hitungan plat lantai dari beton bertulang harus mengikuti
pesyaratan yang termasuk dalam buku SNI Beton 1991. Beberapa pesyaratan yang
tercantum dalam buku SNI Beton 1991 sebagai berikut :

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 15


4201627004
Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12 cm sedangkan untuk plat
sekurang-kurangnya 7 cm.
 Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8 mm dari baja lunak atau
baja sedang.
 Pada plat lantai yang tebal lebih dari 25 cm harus di pasang tulangan rangkap atas
bawah.
 Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih dari 20
cm atau dua kali tebal plat, dipilih yang terkecil.
 Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1 cm, untuk
melindungi baja dari karat, korosi, atau kebakaran.
 Behan beton untuk plat harus dibuat campur 1pc:2psr:3kr+air, biar untuk lapisan
kedap air dibuat dari campuran 1pc:1,5psr:2,5kr+air secukupnya.
Adapun keuntungan plat lantai dari beton antara lain :
 Mampu mendukung beban besar
 Merupakan isolasi suara yang baik
 Tidak dapat tebakar dan dapat lapis kedap air, jadi diatasnya boleh di buat dapur
dan km/wc
 Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai
 Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat berumur
panjang.

2.1.3.3 Tumpuan Plat


Perencanaan plat beton bertulang tidak hanya mempertimbangkan pembebanan
saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung ditempat tumpuan. Untuk
bangunan gedung, umumnya plat ditumpu oleh balok-balok secara monolit, yaitu palt
dan balok di cor bersamaan sehingga menjadi satu kesatuan, atau ditumpu oleh dinding-
dinding bangunan. Kemungkinan lainya plat didukung oleh balok-balok baja dengan
system komposit, atau didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, yang di kenal
dengan plat cendawan. Tumpuan plat juga bisa menggunakan berbagai jenis tumpuan

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 16


4201627004
dan salah satunya adalah floor deck yang memiliki kelebihan tidak perlu adanya
pembongkaran bekisting penumpu lantai.

2.1.3.4 Perletakan Plat pada Balok


Ada tida jenis perletakan plat pada balok, yaitu :
 Terjepit Penuh
Keadaan ini terjadi jika plat dan balok dicor bersama secara monolit dan
ukuran balok cukup besar sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi
plat.
 Terjepit Elastis
Keadaan ini terjadi jika plat dan balok dicor secara bersama, tetapi ukuran
balok cukup kecil sehingga balok tidak cukup untuk mencegah terjadinya
rotasi plat.
 Terletak Bebas
Keadaan ini terjadi jika plat diletakan begitu saja diatas balok, atau di antara
balok dan plat tidak dicor secara bersama. Sehingga plat dapat berotasi bebas
pada tumpuan tersebut.

BAB III

TINJAUAN AMATAN

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 17


4201627004
3.1 Pekerjaan yang Diamati
3.1.1 Pekerjaan Pondasi
Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung
dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban
diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar bangunan yang kuat yang
terdapat dibawah konstruksi. Pondasi dapat didefinisikan sebagai bagian paling
bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid).
Tiang pancang adalah bagian-bagian konstruksi yang dibuat dari kayu,
beton, dan atau baja, yang digunakan untuk meneruskan (mentransmisikan) beban-
beban permukaan ke tingkat-tingkat permukaan yang lebih rendah di dalam massa
tanah. Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan
atau mentrasfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan
tanah keras yang letaknya sangat dalam ( Hutami, 2013).
3.1.2 Pekerjaan Sloof
Sloof adalah suatu elemen struktural yang mampu menahan beban terutama
dengan menolak membungkuk. Gaya membungkuk diinduksi ke materi balok
sebagai hasil dari beban eksternal, beratnya sendiri, span dan reaksi eksternal untuk
beban ini disebut momen lentur. Sloof merupakan bagian konstruksi yang berfungsi
menyalurkan beban dinding ke pondasi.

Fungsi utama Sloof adalah sebagai pengikat antar pondasi sehingga


diharapkan bisa terjadi penurunan bebaan pada pondasi, penurunan itu dapat
tertahan atau akan terjadi secara bersamaan. Sumber: (Pamungkas, 2013).

3.1.3 Pekerjaan Plat Lantai

Pelat beton bertulang merupakan sebuah bidang datar yang lebar, biasanya
mempunyai arah horizontal dengan permukaan bawah dan atasnya sejajar atau
mendekati sejajar, Pelat beton bertulang direncanakan untuk memikul beban yang
merata yang bekerja pada seluruh luas permukaanya..
Pelat biasanya di tumpuh oleh balok bertulang dan biasanya pelat dicor bersamaan
dengan balok. Tulangan-tulangan baja pada pelat biasanya di pasang sejajar dengan
permukaan pelat. Batang-batang baja lurus dapat di pakai sebagai tulangan walaupun

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 18


4201627004
pada pelat-pelat menerus batang-batang baja bawah seringkali di bengkokan ke atas
untuk memikul momen-momen negatif yang bekerja pada perekatan.

3.2 Lingkup Pekerjaan


3.2.1 Pekerjaan Pondasi

Dalam pengerjaan pondasi ini terdapat beberapa tahap pekerjaan sebagai berikut :
1) Pemancangan tiang pancang;
2) Penggalian tanah pondasi;
3) Tahap pembobolan tiang pancang;
4) Pekerjaan perakitan tulangan;
5) Pekerjaan pembuatan bekisting;
6) Pembuatan lantai kerja;
7) Pekerjaan pengecoran;
8) Pengerjaan pembongkaran bekisting.

Gambar 3.1.Rencana Pondasi


(Sumber : Gambar Kerja PT.Anuresi)

3.2.1.1 Pemancangan Tiang Pancang


Pekerjaan pemancangan tiang pancang ini dilakukan dengan mengggunakan
mesin drop hammer dengan kedalaman pemacangan yaitu 18 m. Adapun alat dan
material adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Alat untuk Pemancangan Tiang Pancang

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 19


4201627004
NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO
Untuk menumbukan tiang

MESIN DROP pancang ke dalam tanah.


1
HUMMER

Untuk menyambungkan
antara dua plat tiang
2 ALAT LAS
pancang.

Alat untuk menghitung


ALAT daya dukung tanah.
3
KALENDRING

Untuk menahan
PAPAN SEGI millimeter blok pada saat
4
EMPAT pengelendringan.

Untuk memberi nomor


pada saat tiang pancang
5 PILOX
selesai dipancang.

Tabel 3.2 Material untuk Pemancangan Tiang Pancang


JENIS FUNGSI FOTO
NO
MATERIAL

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 20


4201627004
Untuk mendukung
TIANG PANCANG bangunan bila lapisan tanah
1
30 X 30 kuat terletak sangat dalam.

Material yang digunakan


untuk melakukan
2 BESI KAWAT LAS
pengelasan listrik

- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat pemancangan yaitu sebanyak 3-4
pelerja. 2 orang pekerja yang bertugas sebagai operator mesin dan dua lainnya
bertugas untuk mendirikan tiang pancang.
- Metode Pekerjaan
Adapun metode yang dilakukan pada pekerjaan pemancangan yaitu:
a. Pertama – tama menyiapkan bahan dan alat.
b. Menentukan titik pondasi yang telah ditentukan pada gambar rencana,
menandai atau memberi patok pada tiap titik pondasi dengan cara memberi
benang (tali nilon) pada bowplank yang menghubungkan dan dan diberi
patok dengan menggunakan dolken (warna kuning untuk titik pemancangan
warna merah untuk titik kolom) pada tiap titik pertemuan benang.
Alat – alat yang digunakan yaitu :
1. Waterpass
2. Rambu ukur
3. Rol meteran panjang
4. Cat kayu dan kuat
c. Perakitan mesin drop hummer yang terdiri dari hummer beratnya 2 ton,
teflon, helmet, dan tali kabel penarik tiang pancang.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 21


4201627004
Gambar 3.2.Mesin Drop Hammer
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.3.Helmet Gambar 3.4.Hammer Gambar 3.5.Teflon

(Sumber:Dokumentasi Pribadi)
d. Sebelum pengangkatan tiang pancang cek posisi titik/ koordinat pancang,
pengangkatan tiang pancang menggunakan sling baja yang diikat ke tiang
pancang.

Gambar 3.6.Pengikat Tiang Pancang


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

e. Pengikat
Tiang pancang berada tiang pancang
di dalam helmet tiang pancang. Posisi tiang pancang
harus tegak lurus dan salah satu ujungnya tetap berada di dalam helmet.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 22


4201627004
Gambar 3.7.Posisi Tiang Pancang
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

f. Kemudian tiang pancang ditumbuk menggunakan hummer, semua tumbukan


dihitung, dan dicatat.

Gambar 3.8.Tumbukan Tiang Pancang


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

g. Pada tiang pancang yang pertama disisakan kurang lebih kurang lebih 50 cm
di permukaan tanah untuk disambungkan pada tiang pancang yang lainnya
menggunakan las. Begitu seternya sampai tiang pada tiang pancang yang
ketiga.

Gambar 3.9.Proses Penyambungan Tiang Pancang


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 23


4201627004
h. Pada tiang pancang yang ketiga, disisakan kurang lebih 150 cm di atas
permukaan tanah atau 10 tumbukan terakhir. Untuk dicek kalendringnya
menggunakan millimeter blok, spidol, dan kayu persegi empat.

Gambar 3.10.Proses Pengecekan Kalendring


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

i. Setelah selesai pengecekan kalendring. Tiang pancang ditumbuk dengan


menyisakan sekitar kurang lebih 40 cm di atas permukaan tanah. Dan diberi
tanda menggunakan pilox.

Gambar 3.11.Pemberian Tanda Pada Tiang Pancang


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

j. Begitu seterusnya hingga tiang pancang yang terakhir.

3.2.1.2 Pekerjaan Penggalian Poer Pondasi


Pekerjaan penggalian ini dilakukan secara manual. Adapun alat yang digunakan
sebagai berikut :

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 24


4201627004
Tabel 3.3 Alat untuk Penggalian
NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

1 CANGKUL Alat untuk menggali tanah

Alat untuk menggali


2 LINGGIS
pinngir lubang

Alat untuk mengangkut


4 SEKOP
tanah yang telah digali

PAPAN SEGI Sebagai acuan ukuran poer


3 EMPAT SESUAI
PANJANG DAN pondasi.
LEBAR POER

- Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat pemancangan yaitu sebanyak 2-3

pekerja.

- Metode Pekerjaan

a. Pertama- tama menyiapkan bahan dan alat.


b. Pembuatan papan yang berbentuk tapak pondasi sesuai dengan ukuran jenis
pondasi yang digunakan. Ada 4 ukuran pondasi yang digunakan yaitu pondasi
P1, P2, P3, dan P4.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 25


4201627004
Gambar 3.13.Papan Ukuran Tapak Pondasi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

c. Setelah pembuatan papan selesai, maka papan yang sesuai dengan ukuran dan
bentuk tapak pondasi diletakkan pada sesuai jumlah tiang pancang masing-
masing. Papan yang sudah diletakkan diberi tanda batas galian.

Gambar 3.14.Tanda Galian


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

d. Apabila pemberian tanda selesai, selanjutnya melakukan proses penggalian


yang dimulai dari sekeliling tanda dengan lebar sekitar 10 cm hingga ke
tengah.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 26


4201627004
Gambar 3.15.Proses Penggalian Tapak
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.16.Proses Penggalian Tapak Pondasi


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

e. Penggalian dilakukan sampai kedalaman kurang lebih 60 cm dari


permukaan tanah.

Gambar 3.17.Hasil Gali


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3.2.1.3 Pembobolan Tiang Pancang

Pekerjaan pembobolan tiang pancang dilakukan secara manual. Adapun alat


dan material yang digunakan sebagai berikut :
Tabel 3.4 Alat untuk Pembobolan Tiang Pancang

NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 27


4201627004
Untuk mengalirkan listrik
1 GENSET yang akan dipakai pada

pembobolan tiang pancang

Untuk menghancurkan
2 MESIN BOR
beton tiang pancang.

Sebagai pemukul/pemecah
4
PALU BODEM
beton tiang pancang

Untuk memukul pahatan

3 padaproses pembobolan
PALU
tiang pancang.

Untuk melubangi beton


4
PAHATAN
tiang pancang.

- Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terdapat pada pekerjaan ini sebanyak 5-6 orang yang
membobol satu per satu tiang pancang dengan tinggi ± 40 cm diatas

permukaan tanah.

- Metode Pekerjaan

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 28


4201627004
Proses pembobolan tiang pancang :

a. Apabila titik pondasi telah digali. Maka selanjutnya yaitu melakukan


pembobolan tiang pancang. Pembobolan tiang pancang dilakukan bertujuan
agar tulangan yang ada di dalam tiang pancang dikeluarkan dan akan menjadi
pengait untuk tulangan poer pondasi.

Gambar 3.18.Proses Pembobolan Tiang Pancang


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

b. Pembobolan dilakukan menggunakan alat palu bodem, pahat, dan bor.


Dimana tiang pancang yang dibobol sekitar kurang lebih 40 cm dari
permukaan tanah.
c. Setelah tulangan di dalam tiang pancang telah keluar dari beton tiang
pancang, maka dilakukan pembengkokkan tulangan sekitar 120˚ ke arah
luar.

Gambar 3.20.Pembengkokan Tulangan Tiang Pancang


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

d. Begitu seterusnya hingga tiang pancang yang terakhir.

3.2.1.4 Pekerjaan Pembuatan Bekisting

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 29


4201627004
Pekerjaan pembuatan bekisting dilakukan secara manual dan terdapat empat
macam bentuk bekisting pondasi. Adapun alat dan materialnya sebagai berikut :
Tabel 3.5 Alat untuk Pekerjaan Pembuatan Bekisting
NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

Untuk memotong papan

1 GERGAJI mal dan kayu dolken.

Untuk memukul/ atau

2 PALU memaku.

Alat pengukur jarak atau

panjang.
4
METERAN

Untuk memeberi tanda

5 pada panjang papanmal


PENSIL
yang dibutuhkan.

Untuk menentukan sudut

6 perkiraan ataupun bidang


PENGGARIS SIKU
potong.

Tabel 3.6 Material untuk Pekerjaan Pembuatan Bekisting

JENIS FUNGSI FOTO


NO
MATERIAL

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 30


4201627004
Sebagai material
pembuatan cetakan atau
PAPAN MAL bekisting.
1
12cmx3 cm

Sebagai penyanggah atau


penopag bekisting.
2 KAYU DOLKEN

Sebagai perekat dalam


pembuatan bekisting.
3 PAKU 2 INCH

- Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terdapat pada pekerjaan ini sebanyak 4-5 orang yang
membuat bekisting poer pondasi.
- Metode pekerjaan
Proses pembuatan bekisting pondasi :
a. Pada pembuatan bekisting pondasi menggunakan papan mal ukuran 0,12 x
0,13 x 4 m dan kayu dolken.
b. Papan mal dipotong sesuai dengan ukuran pondasi. Misal pondasi P1
berbentuk persegi yang panjang sisinya adalah 90 cm. Jadi, papan mal
tersebut dipotong dengan panjang 90 cm juga.

Gambar 3.21.Pembengkokan Tulangan Tiang Pancang

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 31


4201627004
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

c. Setelah itu, papan mal yang sudah dipotong dipaku dengan menggunakan
kayu dolken yang menopang kedua sisinya. Papan mal dipaku dan disusun
hingga mencapai ukuran 90 x 80 cm.

Gambar 3.22.Proses Pembuatan Bekisting

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

d. Begitu seterusnya hingga ke-empat sisi bekisting selesai. Ke-empat sisi


tersebut disatukan dengan menggunakan paku sepanjang 2 inch sehingga
berbentuk balok.

Gambar 3.23.Bekisting yang Telah Jadi


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

e. Hal ini juga dilakukan untuk bekisting P2, P3, dan P4.

3.2.1.5 Pekerjaan Perakitan Tulangan Pondasi

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 32


4201627004
Pekerjaan pemotongan besi dan pembengkokan besi tulangan pondasi
pelaksanaannya bukan di lapangan. Namun, perakitannya dilakukan di lapangan.
Adapun alat dan materialnya sebagai berikut :
Tabel 3.5 Alat untuk Perakitan Tulangan Pondasi

NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

Unttuk memotong dan


1 GEGEP mengikat kawat.

Untuk memotong besi


MESIN
2 tulangan.
PEMOTONG BESI

Untuk membengkokan

tulangan pondasi.
4
CENGKOLAN

Untuk memotong besi

5 PENGGUNTING tulangan yang berdiameter


BESI
8 mm

Untuk mengukur panjang

tulangan
6
METERAN

Tabel 3.6 Material untuk Perakitan Tulangan Pondasi

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 33


4201627004
NO JENIS FUNGSI FOTO
MATERIAL
Untuk tulangan pondasi
BESI TULANGAN
1
ULIR diameter 16

Untuk mengikat tulangan


KAWAT
2
pada saat perakitan.
PENGiKAT

- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terdapat pada pekerjaan ini sebanyak 6 orang yang
melakukan perakitan pondasi.
- Metode Pengerjaan
a. Pertama-tama menyiapkan alat dan material.
b. Besi ulir yang panjangnya 12 m dipotong menggunakan pemotong besi sesuai
dengan panjang yang ditentukan.

Gambar 3.23.Pemotongan tulangan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

c. Setelah itu, tulangan dibengkokan menggunakan cengkolan dengan sudut 90°


dan menyisakan panjang hak yaitu 15 cm.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 34


4201627004
d. Jika semua tulangan telah dibengkokan sesuai ukuran pada detail lembar kerja.
Tulangan kemudian dirakit dan diikat menggunakan kawat pengikat yang
dikencangkan menggunakan gegep.

Gambar 3.24.Perakitan Tulangan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3.2.1.6 Pembuatan Lantai Kerja

Proses pembuatan lantai kerja menggunakan pencampuran coran secara


manual. Adapun alat dan materialnya sebagai berikut :

Tabel 3.7 Alat untuk Pembuatan Lantai Kerja


NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

Untuk mengangkut coran


1 SEKOP dari artco.

Untuk mengangkut coran.

2 ARTCO

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 35


4201627004
Untuk meratakan

permukaan coran.

4
SETRIKA SEMEN

Untuk mengangkut air atau

5 lumpur dari lubang galian.


EMBER

Untuk menyedot air yang

ada pada lubang galian.


6
MESIN AIR

Tabel 3.8 Material untuk Pembuatan Lantai Kerja


NO JENIS FUNGSI FOTO
MATERIAL
Untuk menjadi pengurug

pondasi.
1 PASIR URUG

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 36


4201627004
untuk membuat adonan cor

beton yang dicampur

2 BATU SPLIT 1/2 dengan pasir dan semen

untuk merekat

3 SEMEN

- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 5-6 orang. 2 orang yang
mengangkut coran, dua orang lagi yang menyedot air dan lumpur di dalam
lubang, serta yang lainnya mengangkut pasir.
- Metode Pekerjaan
Proses pembuatan lantai kerja adalah
a. Pertama- tama menyiapkan bahan dan alat.
b. Melakukan proses pengeluaran lumpur dan air dari dalam titik pondasi
yang telah digali menggunakan mesin penyedot air dan ember.

Gambar 3.24.Penyedotan Air dan Lumpur


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 37


4201627004
c. Setelah lumpur dan airnya tidak tergenang lagi didalam galian, maka
selanjutnya memasukkan pasir ke dalam galian hingga galian tersebut terasa
padat dan tidak terlihat lagi sisa-sisa air dan lumpur. Tebalnya sekitar 15
cm.

Gambar 3.25.Proses pengurugan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

d. Galian yang telah terisi oleh pasir urug, maka diatasnya diberi campuran
semen, batu split ukuran 1/2, dan pasir dengan perbandingan 1 : 3 : 5. Coran
ini disebut lantai kerja dengan tebal 5 cm.

Gambar 3.26.Campuran coran lantai kerja


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.27.Proses pengecoran lantai kerja


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
e. Hal ini dilakukan terus-menerus hingga galian terakhir.
3.2.1.7 Pekerjaan Pengecoran Lantai Kerja

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 38


4201627004
Proses pengecoran pondasi menggunakan campuran beton ready mix
dengan kualitas K-300. Adapun alat dan materialnya sebagai berikut :

Tabel 3.9 Alat untuk Pekerjaan Pengecoran Lantai


NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

Untuk mengangkut coran


1 SEKOP dari artco.

Untuk mengangkut coran.

2 ARTCO

Untuk meratakan

permukaan coran.

4
SETRIKA SEMEN

Untuk memaku plastIk

5 semen pada bekisting.


PALU

Untuk mengikat tulangan

6 kolom dengan poer


GEGEP
pondasi.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 39


4201627004
Tabel 3.10 Material untuk Pekerjaan Pengecoran Lantai
NO JENIS FUNGSI FOTO
MATERIAL
Untuk pengecoran
READY MIXED pondasi.
1
K-300

Untuk alas agar coran tidak

melekat pada bekisting.


2 PLASTIK CORAN

- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan pada pengecoran pondasi yaitu sebanyak 6- 7
pekerja. 3 orang pekerja mengangkut coran dari truk ready mix ke lubang
pondasi, serta yang lainnya mengratakan semen.
- Metode Pekerjaan

Adapun proses pekerjaannya yaitu :

a. Pertama-tama menyiapkan bahan dan alat.


b. Letakkan bekisting ke dalam galian apabila coran lantai kerjannya telah
kering.
c. Setelah diletakkan bungkus seluruh sisi bagian dalam bekisitng dengan
plastic coran.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 40


4201627004
Gambar 3.28.Proses pengecoran lantai kerja
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

d. Selanjutnya, patokkan kayu dolken disekelilingnya agar bekisting tersebut


kaku dan tidak dapat berpindah tempat. Hal ini bertujuan agar pada saat
pengecoran bekisting tersebut tidak bergeser.

Gambar 3.29.Bekisting dan tulangan yang berada di dalam pondasi


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

e. Apabila telah selesai maka masukkan rakitan tulangan pondasi ke dalam


bekisting. Kemudian kaitkan tulangan pondasi ke tulangan tiang pancang.
Dan pastikan tulangan pondasi terletak dibagian, jarak antara sisi tulangan
dari bekisting harus sama dengan sisi – sisinya.
f. Jika tulangan poer pondasi sudah berada diposisinya, masukkan tulangan
kolom tepat di tengah tengah titik pondasi. Kaitkan tulangan kolom tersebut
kemudian tutup bagian atas tulangan poer dengan rakitan tulangan penutup
poer pondasi dan kaitkan dengan tulanga tersebut. Seluruh ikatan tulangan
menggunakan kawat bendrat dan usahakan ikatan tersebut kuat.
g. Setelah semua komponen pondasi teah terakit dalam satu galian pondasi,
maka langkah selanjutnya yaitu mencor pondasi dengan menggunakan
ready mixed K- 300. Coran pondasi harus rata dengan permukaan bekisitng
dengan menggunakan cetok semen agar terlihat rapi.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 41


4201627004
Gambar 3.30.Proses pengecoran Pondasi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

h. Hal yang sama dilakukan pada galian selanjutnya hingga ke galian


pondasi yang terakhir.

3.2.1.8 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting

Proses pembongkaran bekisting pondasi menggunakan cara manual.


Adapun alat sebagai berikut :

Tabel 3.11 Alat Pembongkaran bekisting


NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

Untuk mencungkil
1 LINGGIS
bekisting

2 GERGAJI Untuk memotong bekisting.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 42


4201627004
Untuk mencungkil paku
3
PALU
pada bekisting

- Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada pembongkaran bekisting yaitu sebanyak 3-4 orang.

- Metode Pekerjaan
Porses pembongkaran bekisting :
a. Coran yang telah kering dalam jangka waktu 1 hari maka dilakukan
pembongkaran bekisitng. Terlebih dahulu melepas kayu dolken disekeliling
bekisting. Kemudian melepas papan mal bekistingnya dengan menggunakan
gergaji dan palu begitu juga dengan plastic corannya juga dilepas.

Gambar 3.31.Pembongkaran Bekisting


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

b. Hal yang sama dilakukan dengan coran yang telah memiliki jangka waktu 1
hari pengeringan.

3.2.2 Pekerjaan Sloof

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 43


4201627004
Pada proses pengerjaan sloof ini, dilakukan setelah coran pondasi kering dan
bekistingnya telah dibuka.

Gambar 3.31.Sloof
(Sumber : Gambar Kerja PT.Anuresi)

Gambar 3.32.Detail Sloof


(Sumber : Gambar Kerja PT.Anuresi)
Dalam pengerjaan sloof ni terdapat beberapa tahap pekerjaan sebagai berikut :
1) Peerjaan persiapan dan pengukuran;
2) Pekerjaan pembuatan bekisting sloof;
3) Pekerjaan pemasangan bekisting;
4) Pekerjaan pembuatan bekisting;
5) Pekerjaan perakitan tulangan sloof;

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 44


4201627004
6) Pekerjaan pengecoran sloof;

3.2.2.1 Pekerjaan persiapan dan pengukuran.

Pekerjaan pekerjaan persiapan ini dilakukan secara manual yaitu dengan


menggunakan beberapa pekerja untuk pembuatan jalan untuk akses pekerja
mendorong artco dan pembuatan garis as sloof. Adapun alat – alat yang digunakan
saat pekerjaan persiapan pekerjaan sloof sebagai berikut :

Tabel.3.12. Alat Pekerjaan Persiapan


NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

Untuk memasukan pasir


1 SEKOP
ke dalam artco

2 ARTCO/GEROBAK Untuk mengangkut pasir.

3 Untuk menggali tanah


CANGKUL

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 45


4201627004
Tabel.3.13. Material Pekerjaan Persiapan

NO JENIS FUNGSI FOTO


MATERIAL

1 PASIR URUG Untuk pemadatan pasir

PAPAN BEKAS Untuk pijaan dalam


2
BEKISTING mendorogn artco

Untuk menahan papan


3 KAYU DOLKEM
pijaan sirkulasi

- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan persiapan sebanyak 3-4
orang.yang bertugas membuat jalan agar mempermudah akses pekerja dan 2-3
orang yang bertugas untuk melakukan pengukuran garis as sloof. (Hasil
wawancara dengan pngawas lapangan).
- Metode Pekerjaan
a. Pertama, membuat jalan agar mempermudah akses pekerja dalam mendorong
artco untuk membawa pasir dan coran untuk sloof dengan menggunakan papan
bekas bekisting.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 46


4201627004
Gambar 3.32.Sirkulasi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
b. Melakukan pengukuran garis as sloof dengan menggunakan tali nilon yang
dikaitkan pada kayu dolken yang ditancap pada titik-titik ujung sloof.

Gambar 3.32.Membuat garis as


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

c. Setelah pembuatan garis as selesai, maka selanjutnya melakukan tanda


dengan sedikit meenggali tanah untuk sloof yang sesuai dengan ukuran lebar
sloof dengan kedalaman sekitar 5 cm.

3.2.2.2 Pekerjaan Pembuatan Bekisting

Pembuatan bekisting sloof pada proyek pembangunan Asrama Santa


Monica Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak (STAKatN) ini
dilakukan langsung pada lokasi. Proses pelaksanaannya dilakukan satu per satu
papan bekisting yang telah dibuat pada area benang nilon yang telah disiapkan

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 47


4201627004
pada posisi sloof. Adapun alat – alat yang digunakan saat pekerjaan pembuatan
bekisting sloof sebagai berikut :

Tabel.3.14. Alat Pembuatan Bekisting Sloof

NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

Untuk memotong papan


1 GERGAJI
mal dan kayu dolken.

Untuk memukul/ atau


2 PALU
memaku.

Alat pengukur jarak atau


4
METERAN
panjang.

Untuk memeberi tanda

5 pada panjang papanmal


PENSIL
yang dibutuhkan.

Tabel.3.15. Material Pembuatan Bekisting Sloof

JENIS FUNGSI FOTO


NO
MATERIAL

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 48


4201627004
Sebagai material
PAPAN MAL
1 pembuatan cetakan atau
12cmx3 cm
bekisting.

Sebagai penyanggah atau


2 KAYU DOLKEN
penopag bekisting.

Sebagai perekat dalam


3 PAKU 2 INCH
pembuatan bekisting.

- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembuatan bekisting sloof yaitu
sebanyak 4 – 5 orang yang bertugas untuk membuat beksiting sloof.
- Metode Pekerjaan

Metode kerja yang dilakukan pada pembuatan bekisting sloof dengan ukuran 20
x 50cm dan ukuran 15 x 30cm adalah sebagai berikut :

a. Pertama – tama yang dilakukan adalah mempersiapkan kayu dolken dengan


diameter 6 yang dipotong sepanjang 60 cm pada sloof tepi. Pada sloof
bagian dalam dipotong sepanjang 40 cm. dan papan mal dengan ukuran 12
cm dan panjangnya 4m.

b. Selanjutnya, pembuatan bekisting sloof satu persatu pada bagian sisinya.


Pada kayu dolken yang telah dipotong, dipaku dengan papan mal sebanyak
5 keping untuk sloof ukuran 20 x 50cm. Untuk sloof yang ukuran 15 x 30cm
menngunaka kayu dolken yang telah dipotong sepanjang 40 cm yang dipaku
dengan papan mal sebanyak 3 keping.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 49


4201627004
Gambar 3.33.Bekisting
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

c. Setelah proses pembuatan bekisiting telah jadi, selanjutnya proses


pemasangan bekisitng sloof pada posisi benang yang telah menjadi as pada
sloof .

3.2.2.3 Pemasangan Bekisting


Pada proses pemasangan bekisiting ini juga dilakukan satu persatu pada
kedua sisi bekisitng. Adapun alat – alat yang digunakan saat pekerjaan
pemasangan beksiting sloof sebagai berikut :

Tabel.3.17. Alat Pemasangan Bekisting

NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

Untuk memotong papan


1 GERGAJI
mal.

Untuk memukul/ atau


2 PALU
memaku.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 50


4201627004
Alat pengukur jarak atau
4
METERAN
panjang.

Tabel.3.18. Material Pemasangan Bekisting

JENIS FUNGSI FOTO


NO
MATERIAL

Sebagai ctetakan sloof


1 BEKISTING
yang akan di cor

Sebagai penyanggah atau


2 KAYU DOLKEN
penopag bekisting.

Sebagai perekat dalam


3 PAKU 2 INCH
pembuatan bekisting.

- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan pemasangan bekisitng
sebanyak 2-3 orang. (Hasil wawancara dengan pngawas lapangan).
- Metode Pekerjaan
a. Pertama yang dilakukan sebelum pemasangan bekisting yaitu penyetingan
bekisiting sloof sebelum dipasang. Penyetingan bekisting ini dilakukan 2
orang pekerja yang saling memegang pada ujung – ujung bekisting agar
mudah dalam melihat bekisting yang mau disetel. Kemudian meletakkannya
pada posisi as benang.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 51


4201627004
Gambar 3.34.Penyetelan bekisting
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

b. Setelah satu sisi bekisting sloof diletakkan pada posisi as benang,


selanjutnya bekisting yang satunya lagi pun diturunkan, jarak lubang
bekisting sloof akan dicor yaitu 30 cm untuk sloof ukuran 20 x 50 cm dan
15 cm untuk ukuran sloof 15 x 30cm.

Gambar 3.35.Jarak antar sisi bekisitng


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

c. Pekerjaan selanjutnya yaitu pemotongan kayu dolken Ø 8-10mm dengan


panjang 4 m dipotong menjadi 3 bagian potongan kayu dolken.
d. Kayu dolken yang telah dpotong ditancapkan pada tanah sdan diletakkan
disisi bekisting ehingga mengapit bekisting sloof dengan cara memukul
kepala kayu menggunakan palu dengan jarak antar dolken sekitar 40 cm.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 52


4201627004
Gambar 3.36.Jarak antar sisi bekisitng
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3.2.2.4 Pekerjaan Pembeugelan Sloof

Pembeugelan tulangan sloof ini dlakukan secara manual yaitu dengan


menggunakan meja sebagai acuan dalam pembuatan beugel dan pekerjaan ini
dibagi dalam bidang pekerjaan masing – masing yaitu pemotongan besi dan
pembuatan beugel. Adapun alat yang digunakan sebagai berikut :

Tabel.3.19. Alat Pembeugelan Sloof


NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

Untuk memotong besi


MESIN
1 tulangan.
PEMOTONG BESI

Untuk membengkokan

tulangan pondasi.
2
CENGKOLAN

Tabel.3.20. Material Pembeugelan Sloof

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 53


4201627004
JENIS FUNGSI FOTO
NO
MATERIAL

1 BESI POLOS Ø8 Digunakan sebagai beugel

- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembuatan beugel sebanyak 5 –
6 orang. 2 orang dalam pekerjaan pemotongan besi dan 3 – 4 orang yang
membuat beugel. (Hasil wawancara dengan pngawas lapangan).
- Metode Pekerjaan
a. Pertama-tama yang harus dilakukan yaitu mempersiapkan alat dan bahan
besi Ø8 mm polos.

Gambar 3.37.Besi polos Ø8


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

b. Pekerjaan selanjutnya adalah pemotongan besi polos Ø8 mm panjangnya


12 m dipotong menggunakan gerinda sesuai dengan kebutuhan panjang
beugel yaitu 1.10 m untuk ukuran sloof 20 x 50cm. sedangkan, untuk sloof
yang ukuran 15 x 30cm kebutuhan panjang beugelnya yaitu 0.70 m.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 54


4201627004
Gambar 3.38.Pemotongan besi Ø8
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

c. Kemudian besi polos yang telah dipotong sesuai ukurannya akan


dibengkokan menggunakan pembengkok besi sehingga berbentuk persegi
panjang. Untuk ukuran sloof 20 x 50cm panjang sisi sisi beugelnya yaitu
lebarnya 10 cm dan panjang sisinya 40 cm dengan hak disetiap pertemuan
masing – masing 5 cm. Untuk sloof yang ukuran 15 x 30cm panjang sisi-
sisinya yaitu 5 cm x 20 cm.

Gambar 3.39.Beugel Sloof


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3.2.2.5 Pekerjaan Perakitan Tulangan Sloof

Pekerjaan perakitan tulangan sloof pada proyek ini dilakukan di lokasi.


Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk persiapan dalam pembuatan
tulangan sloof adalah sebagai berikut :

Tabel.3.21. Alat Perakitan Tulangan Sloof

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 55


4201627004
NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

untuk mengikat tulangan


1 GEGEP

Untuk mengukur panjang

tulangan
2
METERAN

Tabel.3.22. Material Perakitan Tulangan Sloof

JENIS FUNGSI FOTO


NO
MATERIAL

BESI ULIR D 19 Digunakan untuk tulangan


1
DAN D13 struktur

2 BEUGEL Untuk sengkang

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 56


4201627004
Digunkan untuk
3 KAWAT BETON pengikatan beugel dan
tulang struktur

- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk perakitan tulangan sloof yaitu 5 – 6 orang.
- Metode Pekerjaan
Adapun metode – metode kerja dalam perakitan tulangan sloof adalah sebagai
berikut :

a. Setelah pembuatan beugel selesai, maka dilakukan proses perakitan


tulangan yang menggunakan besi ulir ukuran D 19 untuk sloof 20 x 50 cm
dan D13 untuk sloof 15 x 30 cm.

Gambar 3.40.Besi Ulir D19


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 57


4201627004
Gambar 3.41.Besi Ulir D13
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

b. Tulangan diletakkan diatas penopang yang terbuat dari kayu dolken dan
papan mal. Untuk sloof yang ukuran 20 x 50 cm, tulangan yang diletakkan
ada tiga buah. Sedangkan, untuk sloof yang ukuran 15 x 30 cm tulangan
yang diletakkan sebanyak 2 buah.

Gambar 3.42.Tulang Sloof yang ditopang


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
c. Kemudian beugel dimasukkan ke dalam tulangan yang ditopang dengan
kayu yang berjarak 15 cm. setelah begel menggantung pada tulangan, maka
tulangan selanjutnya dimasukkan lagi sebanyak 3 buah. Sehingga, pada sisi
atas terdapat 3 buah tulangan, dan sisi bawah terdapat 3 buah tulangan juga.
Untuk sloof yang ukuran 15 x 30 cm, bagian atasnya terdapat 2 buah
tulangan besi ulir dan bagian bawahnya terdapat 2 buah tulangan juga yang
berdiameter 13 mm.

Gambar 3.43.Tulangan Sloof


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 58


4201627004
d. Selanjutnya beugel tersebut diikat dengan kawat beton pada setiap besi
tulangan yang dieratkan menggunakan gegep.

Gambar 3.44.Tulangan Sloof siap dimasukkan ke dalam bekisting


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

e. Apabila beugel –beugel tersebut telah diikat pada tulangan, maka dua orang
tukang lagi memasukkan beugel ke dalam bekisting sloof yang akan dicor.

Gambar 3.45.Tulangan Sloof yang dimasukkan dalam bekisting


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3.2.2.6 Pekerjaan Pengecoran Sloof

Pekerjaan pengocaran sloof dilakukan langsung di proyek. Adapun


alat dan bahan yang digunakan dalam pengecoran sebagai berikut

Tabel.3.23. Alat untuk Pengecoran Sloof


NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 59


4201627004
untuk meratakan dan
1 SETRIKA SEMEN
menghaluskan semen

Untuk mengantarkan

2 adukan semen ke tempat


MIXER TRUK
proyek pengecoran.

3 Untuk mengangkut semen


ARTCO

Untuk mengangku semen


4
SEKOP
dari artco.

Tabel.3.24. Material untuk Pengecoran Sloof

JENIS FUNGSI FOTO


NO
MATERIAL

READY MIXED K-
1 Untuk pengecoran
300

- Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengecoran sloof yaitu sebanyak 6 -
7 orang untuk pengecoran sloof ukuran 20 x 50 cm dan 7 – 8 orang
yangmengerjakan sloof ukuran 15 x 30 cm.
- Metode Pekerjaan
Adapun metode – metode pekerjaan proses pengecoran sloof yaitu :

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 60


4201627004
a. Pekerjaan selanjutnya pengecoran menggunakan dengan mobil mixer CMR
dengan mutu beton K300, selanjutnya dari mobil mixer dituangkan ke artco
untuk proses pengecoran.

Gambar 3.46.Penuangan Ready mixed ke dalam artco


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

b. Kemudian artco yang telah ada coran ready mixed dibawa menuju tempat
bagian sloof yang akan diisi.

Gambar 3.47.Pengangkutan ready mixed


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

c. Pengecoran dilakukan bersamaan pada plat lantai.

3.2.3 Pekerjaan Plat Lantai

Pada pekerjaan plat lantai 1 ini menggunakan bekisting kayu atau papan
mal yang menahan bagian bawah lantai. Dan jenis lantainya adalah lantai gantung.
Tebal lantai yang di cor adalah 12 cm dengan tulangan wiremesh M8 dua lapis.
Pada proses pekerjaan plat lantai, dilakukan pada saat pengerjaan sloof.
Dalam pengerjaan plat lantai ini terdapat beberapa tahap pekerjaan sebagai berikut :
1) Pembuatan perancah plat lantai;

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 61


4201627004
2) Pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting plat lantai;
3) Pekerjaan pemasangan wiremesh;
4) Pekerjaan pengecoran.
3.2.3.1 Pembuatan Perancah Plat Lantai

Pada proses pembuatan perancah plat lantai ini dibuat dengan ketinggian 40
cm diatas permukaan tanah. Adapun alat – alat yang digunakan saat pembuatan
perancah plat lantai sebagai berikut :

Tabel.3.25. Alat untuk Perancah Plat lantai


NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

untuk mengukur panjang


1 METERAN
kayu perancah

Untuk memotong kayu


2
GERGAJI
perancah

Untuk memukul paku pada


3
PALU
perancah

Untuk menandai panjang


4
PENSIL
kayu perancah

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 62


4201627004
Tabel.3.26. Material untuk Perancah Plat lantai

JENIS FUNGSI FOTO


NO
MATERIAL

KAYU DOLKEN Sebagai dudukan atau


1
DIAMETER 4 CM perancah

Untuk menyatukan
2 PAKU
perancah

- Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada pekerjaan ini di kerjakan oleh 6 orang dan masing masing
pekerja sudah ada tugasnya masing masing. Ada yang mengukur menggunakan
benang,ada yang memotong kayu dan ada yang memasang perancah.

- Metode Pekerjaan
a. Pertama tahap yang harus dilakukan adalah menyiapkan bahan dan alat
yang akan digunakan.
b. Setelah itu ukur jarak antar perancah menggunakan meteran dengan jarak
50 cm dan ditandai, untuk selanjutnya dipasang tali untuk patokan
pemasangan.
c. Kemudian ukuran jarak perancah yang ditandai patokkan kayu dolken
berdiameter 4cm dengan ketinggian 40 cm dari permukaan tanah diberi
dudukan kayu dolken dengan diameter yang sama diletakkan secara
melintang dan membujur pada setiap patokkan kayu dolken.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 63


4201627004
Gambar 3.47.Perancah Plat Lantai
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

d. Pada bagian ujung atas patokan dolken diberi papan mal yang melintang
sebagai penopang bekisting plat lantai dimana pada bagian sisi papn mal
yang berukuran kecil berada pada sisi atas.
e. Perancah yang di pasang tidak akan di bongkar karena berada di atas tanah
dan terhalang sloof jika ingin membongkarnya.

3.2.3.2 Pekerjaan Pembuatan dan Pemasangan Bekisting Lantai


Adapun alat – alat yang digunakan saat pembuatan dan pemasangan plat lantai
sebagai berikut :

Tabel.3.27. Alat Pembuatan dan Pemasangan Bekisting

NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

Untuk memotong papan


1 GERGAJI
mal

Untuk memukul/ atau


2 PALU
memaku.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 64


4201627004
Alat pengukur jarak atau
4
METERAN
panjang.

Untuk memeberi tanda

5 pada panjang papan mal


PENSIL
yang dibutuhkan.

Tabel.3.28. Material Pembuatan dan Pemasangan Bekisting

JENIS FUNGSI FOTO


NO
MATERIAL

PAPAN MAL Sebagai material


1
12cmx3 cm pembuatan bekisting.

Sebagai perekat dalam


2 PAKU 2 INCH
pembuatan bekisting.

- Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada pekerjaan ini di kerjakan oleh 3-4 orang dimana 2
orang pekerja bertugas memotong papan mal dan 2 orang lainnya lagi bertugas
untuk memaku bekisting.

- Metode Pekerjaan

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 65


4201627004
a. Pertama tahap yang harus dilakukan adalah menyiapkan bahan dan alat
yang akan digunakan.
b. Selanjutnya meletakkan bekisting lantai yang berlawanan arah dengan
penopangnya dan sesuai grid. Bekisting lantai yang telah diletakkan
direkatkan dengan menggunakan paku.

Gambar 3.47.Pemasangan bekisting lantai


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

c. Setelah semua bekisting lantai telah terpasang selanjutnya yaitu


pemasangan plastik pada setiap permukaan bekisting direkatkan
menggunakan staples. Kemudian pemasangan tulangan wiremesh M8.

Gambar 3.48.Pemasangan plastik coran


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3.2.3.3 Pekerjaan Pemasangan Wiremesh


Wiremesh plat lantai menngunakan wiremesh M8 dengan dua lapis
wiremesh. Adapun alat – alat yang digunakan saat pemasangan wiremesh
sebagai berikut :

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 66


4201627004
Tabel.3.29. Alat Pemasangan Wiremesh
NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

1 GEGEP untuk mengikat tulangan

Untuk mengukur panjang


2
METERAN
tulangan

Untuk memotong
3 PENGGUNTING
BESI wiremesh

Tabel.3.30. Material Pemasangan Wiremesh

JENIS FUNGSI FOTO


NO
MATERIAL

Digunakan untuk tulangan


1 WIREMESH M8
struktur plat lantai

Digunkan untuk
2 KAWAT BETON pengikatan beugel dan
tulang struktur

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 67


4201627004
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada pekerjaan ini di kerjakan oleh 6 orang yang bekerja
sama untuk mengangkat dan merakit wiremesh di atas bekisting lantai, satu
orang bertugas sebagai mandor untuk mengarahkan pemasangan wiremesh
tersebut.
- Metode Pekerjaan
a. Pertama tahap yang harus dilakukan adalah menyiapkan bahan dan alat yang
akan digunakan.
b. Setelah itu wiremesh dibentangkan di atas bekisting, jika lebar wiremesh
melebihi ukuran lantai, maka wiremesh tersebut dipotong menggunakan
gunting besi.

Gambar 3.49.Pembentangan wiremesh


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
c. Wiremesh yang telah dibentangkan, pada ujungnya dikaitkan dengan
tulangan sloof menggunakan kawat bendrat yang dikuatkan menggunakan
gegep.

Gambar 3.50.Pengikatan wiremesh


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 68


4201627004
d. Apabila semua wiremesh telah terbentang di atas bekisting dan semua
sisinya telah dikaitkan dengan tulangan sloof, maka selanjutnya dilapisi
wiremesh lagi dengan ukuran yang sama dan dengan metode yang sama.

Gambar 3.51.Pelapisan wiremesh


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

e. Namun, diantara wiremesh satu dan yang lainnya diletakkan cakar ayam
dengan ketinggian 5 cm dan dikaitkan menggunakan kawat bendrat pada
wiremesh secara acak. Selanjutnya pekerjaan pengecoran lantai.

3.2.3.4 Pekerjaan Pengecoran Lantai.


Pada pekerjaan pengecoran lantai memerlukan alat sebagai berikut :

Tabel.3.31. Alat Pekerjaan Pengecoran Lantai


NO JENIS ALAT FUNGSI FOTO

untuk meratakan dan


1 SETRIKA SEMEN
menghaluskan semen

Untuk mengantarkan

2 adukan semen ke tempat


MIXER TRUK
proyek pengecoran.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 69


4201627004
Untuk mengangkut semen

3
ARTCO

Untuk mengangku semen

4 dari artco.
SEKOP

Tabel.3.32. Material Pekerjaan Pengecoran Lantai

JENIS FUNGSI FOTO


NO
MATERIAL

READY MIXED K-
1 Untuk pengecoran
300

- Tenaga Kerja
Pada pekerjaan ini jumlah pekerja 10 orang dengan tugas masing-masing, 3
orang yang mengambil beton ready mix K300 pada mobil dengan menngunakan
artco, 6 orang yang menyebarkan beton agar tidak menumpuk, yang 2 lagi
menghaluskan dan meratakan permukaan beton, dan yang 1 lagi memandu beton
yang akan dituangkan.
- Metode Pekerjaan
a. Pada pelaksanaan pengecoran dengan menggunakan ready mix K300.
Sebelumnya pekerja telah menyiapkan semua alat yang akan digunakan, seperti
artco, sekop, dan pengrata semen.
b. Setelah semua siap operator dari pihak ready mix menuangkan adukan beton
ke dalam artco dan selanjutnya artco didorong melalui akses jalan yang telah

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 70


4201627004
dibuat menggunakan papan mal didistribusikan ke bagian lantai yang akan di
cor.

Gambar 3.52.Penuangan ready mixed


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
c. Beton yang sudah dituangkan langsung diratakan menggunakan pengrata
supaya adukan beton tidak menumpuk di satu titik.

Gambar 3.53.Pengecoran plat lantai


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

d. Setelah semua bagian lantai telah dicor maka, dibiarkan selama satu hari untuk
menunggu umur beton dan akan dilanjutkan pemasangan kolom baja.

Gambar 3.54.Perataan coran


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 71


4201627004
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Komparasi Terhadap Hasil Amatan dan Literatur

4.1.1 Pekerjaan Pondasi


Tabel 4.1.Pekerjaan Pemancangan Tiang Pancang
Tinjauan Pustaka Pengamatan di lapangan

1). Pekerjaan Pemancangan Tiang Pancang

Tiang Pancang memiliki bermacam- Di lapangan, tiang pancang yang


macam bentuk penampang yaitu digunakan ialah yang berbentuk
berbentuk persegi dan segitiga. Tiang penampang segitiga dengan panjang
Pancang segitiga berukuran 28 cm masing-masing sisi 30 cm dengan
mampu menahan beban bangunan panjang 6m.
seberat 25-30 ton, sedangkan tiang
berukuran 30cm sanggup menopang
beban 35 – 40 ton.

Gambar 4.2.Tiang Pancang Penampang Persegi


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Antara teori dan lapangan sudah


memiliki kesamaan pada penampang
tiang pancang.

Gambar 4.1.Bentuk Penampang Tiang Pancang


(Sumber : HS.,Sardjono, 1988)

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 72


4201627004
Tabel 4.2.Pekerjaan Bekisting Poer Pondasi

Tinjauan Pustaka Pengamatan di lapangan

1). Pekerjaan Bekisting Poer Pondasi

Dalam teori bahan pembuatan Di lapangan, bahan pembuat


bekisting adalah papan kayu dan bekisting adalah papan kayu kelas II dan
multiplek. Bekisting harus dibuat dari kayu dolken/cerucuk sebagai perancah
bahan yang bermutu dan perlu dengan diameter kayu 8-10 mm.
direncanakan sedemikian rupa upaya
konstruksi tidak mengalami kerusakan
akibat lendutan ketika beton di
tuangkan.
Pada prinsipnya semua penunjang
bekisting harus menggunakan stegerbesi
Gambar 4.3.Papan kayu mal bekisitng
(scaffolding) penggunaan dolken atau (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

balok kayu untuk steger dapat


dipertimbangkan oleh pengguna barang/
jasa atau pengawas selama masih
memenuhi syarat.
(Sumber : Syarat-syarat Bekisting menurut Stephens,
1985)

Gambar 4.4.Kayu dolken


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 73


4201627004
Tabel 4.3.Pekerjaan Penulangan Poer

Tinjauan Pustaka Pengamatan di lapangan

1). Pekerjaan Penulangan Poer

Dalam teori bahan sebagai tulangan Di lapangan, menyimpan material


adalah BJTD 40 yaitu bajabeton deform tulangan hanya diletakkan diluar saja.
(ulir), kawat dan pengikat terdapat dua Tanpa ada penutup sehingga tulangan
jenis tulangan yang tersedia dipasaran, berkarat dan dapat menurunkan daya ikat
yaitu baja tulangan polos (BJTP) dan besi tersebut. Besi yang digunakan pada
baja tulangan ulir atau deform (BJTD). poer pondasi hanya menggunakan besi
Tulangan polos biasanya digunakan ulir dengan D16 yang berjarak 15 cm
untuk tulangan geser/begel/sengkang, yang akan berbentuk sesuai dengan
dan mempunyai ketegangan leleh (fy) bentukan poer pondasi. Tulangan poer
minimal sebesar 240MPa (disebut BJTP- yang diikat dan dirakit menggunakan
24) dengan ukuran Ø6, Ø8, Ø10, Ø12, kawat pengikat dengan cara menyilang
Ø14, dan Ø16. Sedangkan tulangan ulir / kemudian ujung sisa kawat diputar
deform digunakan untuk tulangan hingga putus menggunakan gegep.
longitudinal atau tulangan memanjang,
dan mempunyai tegangan leleh (fy)
minimal 300 Mpa (disebut BJTD-30).
SNI 03-1729-2002.
(Sumber : SNI 03-1729-2002)

Pemasangan dan pengikatan tulangan


Gambar 4.5.Besi Ulir D16
harus dilakukan seakurat mungkin sesuai (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
gambar rencana agar sebelum dan saat
pengecoran tulangan tidak bergeser.
Abahn umum pengikatan tulangan yaitu
kawat pengikat (dari baja tarik panas)

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 74


4201627004
dengan diameter 1,24 mm. Ada beberapa
ti[e [engikat tulangan sebagai berikut.

Gambar 4.7.Tipe-tipe Pengikat Tulangan


(Sumber : Sagel, Kole, Kususma, 1993) Gambar 4.6.Poer pondasi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Tabel 4.4.Pekerjaan Pengecoran Poer

Tinjauan Pustaka Pengamatan di lapangan

1). Pekerjaan Pengecoran Poer

Berdasarkan PBI-1971, hal – hal yang Di lapangan, adonan beton dibawa


harus diperhatikan pada pekerjaan menggunakan artco menuju ke titik
pengecoran beton adalah sebagai pengecoran dikhawatirkan terjadi
berikut: pemisahan bahan-bahan yang dapat
- Beton harus dicor sedekat- mempengaruhi kualitas beton. Cara
dekatnya ke tujuan yang terakhir meratakan adonan beton hanya
untuk mencegah mencegah menggunakan perata /setrika semen dan
pemisahan bahan – bahan tidak menggunakan vibrator.
(segregasi spesi beton ) yang
dapat memengaruhi kualitas
beton.
- Sejak pengecoran dimulai,
pekerjaan ini harus dilanjutkan
tanpa berhenti sampai mencapai

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 75


4201627004
siar-siar pelaksanaan yang telah
ditetapkan menurut aturan.
- Untuk mencegah timbulnya
rongga-rongga kosong dan
sarang-sarang keriki, adukan
beton harus dipadatkan selama
pengecoran. Pemadatan dapat
dilakukan dengan menumbuk-
Gambar 4.8.Pengangkutan Coran
numbuk adukan atau dengan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
memukul-mukul acuan. Tetapi,
dianjurkan untuk selalu
senantiasa menggunakan alat-
alat pemadatan mekanis (alat
penggetar). Pada pembuatan
beton kelas II.
(Sumber : SNI 03-1729-2002)

Tabel 4.5.Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Poer

Tinjauan Pustaka Pengamatan di lapangan

1). Pekerjaan Pembongkar Bekisting Poer

Cara-cara pembongkaran perancah dan Di lapangan, pembongkaran


bekisting adalah sebagai berikut : bekisting poer dilakukan pada saat 1 hari
- Perancah dan bekisting untuk setelah pengecoran.
mencegah mencegah
pemisahanhanya boleh

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 76


4201627004
dibongkar apabila bagian
konstruksi tersebut telah
mencapai kekuatan yang cukup
untuk memikul berat sendiri dan
beban –beban pelaksanaan yang
bekerja padanya.
- Waktu pembongkaran perancah
dan bekisting jika tidak
Gambar 4.8.Pembongkaran Bekisting
dilakukan perhitungan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

menggunakan uji beton terlebih


dahulu, maka perancah dan Dalam waktu 1 hari kekuatan beton tersebut
bekisting baru boleh dibongkar masih tergolong kecil sehingga
setelah beton berumur 3 minggu. dikhawatirkan kekuatan beton tersebut masih
Bekisting samping balok boleh belum efektif.
dibongkar setelah 3 hari
pengecoran.
- Pada bagian – bagian kostruksi
dimana akibat pembongkaran
perancah dan acuan akan bekerja
beban-beban yang lebih tinggi
dari pada beban rencana, maka
perancah dan acuan dari bagian-
bagian konstruksi itu tidak boleh
dibongkar selama keadaan
tersebut tetap berlangsung.
- Permulaan pembongkaran
bekisting dimulai dari bagian
bekisting yang tidak
mendukung, seperti bidang sisi

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 77


4201627004
dari kolom, diding, balok dan
lantai.

4.1.2 Pekerjaan Sloof


Tabel 4.6.Pekerjaan Penulangan Sloof

Tinjauan Pustaka Pengamatan di lapangan

1). Pekerjaan Penulangan Sloof

Dalam teori, tulangan tingkat berat Di lapangan, tidak memberikan tanda


harus dianyam sesuai pelaksaan. pada jarak beugel, hanya melakukan
Kemudian mengikat tulangan pada stek- system perkiraan pada saat pengikatan
stek yang ada. Setelah itu, pemberian beugel ke tulangan.
tanda pada sumbu tulangan dengan jarak
beugel yang sesuai dengan rencana.
Batang tulangan harus bebas dari
kotoran, dan karat lepas, serta bahan-
bahan lain yang mengurangi daya lekat.
(Sumber : PBI, 1971)
Gambar 4.9.Pembeugelan Sloof.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Perletakan bahan besi tulangan diletakkan di


luar ruangan sehingga mengalami karatan.

Tabel 4.7.Pekerjaan Bekisting Sloof

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 78


4201627004
Tinjauan Pustaka Pengamatan di lapangan

1). Pekerjaan Bekisting Sloof

Dalam teori, Bekisting dilakukan Di lapangan, pekerjaan bekisting


setelah pekerjaan pembesian, dimana pada proyek ini dibuat dari papan mal,
papan atau multiplek untuk bekisting kemudian papan tersebut disuse sesuai
dipasang tegak dan ditempatkan pada dengan lebar sloof yang digunakan,
bagian sisi luar. Pemasangan ini kemudian dipaku dengan kayu dolken
dilakukan dengan pemberian jarak sebagai pengikat antar papan. Setelah
sekitar 2,5 sampai 3 cm, yang biasanya papan tersebut menjadi satu maka papan
diterapkan dalam jenis selimut beton. tersebut disusun sedemikian rupa sebagai
Untuk bagian dari papan atau multiple. bekisting sloof. Agar bekisting tersebut
Biasanya lebih diperkuat dengan skor dapat berdiri kokoh maka digunakan
kayu agar bekisting tidak berubah kayu skor sebagai penahan.
menjadi rusak dan juga tidak pecah Perletakan bahan besi tulangan
ketika melakukan pengecoran. diletakkan di luar ruangan sehingga
(Sumber : PBI, 1971) mengalami karatan.

Gambar 4.9.Bekisting Sloof


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Tabel 4.8.Pekerjaan Pengecoran Sloof

Tinjauan Pustaka Pengamatan di lapangan

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 79


4201627004
1). Pekerjaan Pengecoran Sloof

Dalam teori, pengadukan secara Di lapangan, beton yang digunakan


maksimal dengan alat berat yaitu mesin yaitu beton ready mix dengan mutu beton
adukan dari (truk ready mix) K-300, rasio dari agregat sudah
dilaksanakan untuk pengecoran beton disediakan oleh pihak penyedia jasa.
struktur, dan volume pengecoran yang Wadah tempat yang akan dicor tidak
cukup besar. Hal- hal yang harus disiram terlebih dahulu.
diperhatikan dalam pengadukan secara
masinal :
- Bagian dalam dari wadah alat
pengaduk harus cukup basah,
sehingga beton dapat teraduk
Gambar 4.9.Pengecoran Sloof dan Plat Lantai
dengan rata, dan tidak (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

menambah atau mengurangi air


pencampuran.
- Beton yang datang dari truk
ready mix harus diuji slam dulu
agar tahu mutu beton yang sudah
ditentukan.
- Lamanya waktu pengadukan
sesuai dengan kapasitas dari
mixer.
- Wadah tempat yang akan dicor
harus disiram terlebih dahulu
agar beton tercampur dengan rata
dan saat kering tidak mudah
retak.
- Wadah tempat yang akan
dilaksanakan dalam pengecoran

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 80


4201627004
harus sudah siap dalam
pengecoran, agar tidak
menghambat dalam pengecoran.

Tabel 4.9.Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Sloof

Tinjauan Pustaka Pengamatan di lapangan

1). Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Sloof

Dalam teori, Pada pembongkaran Di lapangan, Pembongkaran


ini harus menunggu hari sloof yang bekisting dilakukan selama 1 hari
ditentukan agar sloof dapat kering setelah pengecoran selesai.
dengan hari yang sudah ditentukan
selama 2 minggu, dan pekerjaannya juga
harus dikerjakan dengan sebaik
mungkin agar beton yang sudah kering
tidak terdapat serpihan pada pinggir-
pinggir beton sloof tersebut.

4.1.3 Pekerjaan Plat Lantai

Tabel 4.10.Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Sloof

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 81


4201627004
Tinjauan Pustaka Pengamatan di lapangan

1). Pekerjaan Bekisting Lantai

Dalam teori, Bahan-bahan yang Di lapangan, Bekisting Plat lantai


digunakan ialah rangka kayu sebagai menggunakana papan mal. Yang dipaku
pasak dan bahan pabrikasi yaitu floor dengan perancah akrena menggunakan
deck sebagai bekisting bawah plat lantai. lantai gantung.

Gambar 4.10.Bekisting lantai


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Tabel 4.11.Pekerjaan Pembesian Plat Lantai

Tinjauan Pustaka Pengamatan di lapangan

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 82


4201627004
1). Pekerjaan Pembesian Plat Lantai

Dalam teori, Bahan-bahan yang di Di lapangan, wiremesh yang


gunakan yaitu minimal menggunakan digunakan yaitu wiremesh M8 dua lapis.
weremesh M8 dengan jarak antar Metode yang dilakukan yaitu
tulangan yaitu tidak lebih dari dua kali menggunakan metode konvensional.
tebal plat. Metode konvensional
dilakukan dengan mengerjakan seluruh
pembangunan plat lantai dilapangan.
Tetapi hal ini menyebabkan waktu
yang lama .

Gambar 4.11.Pemasangan Wiremesh


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Tabel 4.11.Pekerjaan Pengecoran Plat Lantai.

Tinjauan Pustaka Pengamatan di lapangan

1). Pekerjaan Pengecoran Plat Lantai.

Dalam teori, Bahan yang digunakan Di lapangan, beton yang digunakan


ialah beton dengan kualitas K- 125 - >K- yaitu ready mix dengan kualitas K-300.
300 dengan agregat campuran yaitu air, Yang tidak menggunakan vibrator pada
semen,pasir dan batu split. Dan cara saat pengecoran.
pengerjaan di lakukan dengan dua cara
yaitu dengan cara manual dan dengan
mesin ready mix.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 83


4201627004
Gambar 4.11.Pengecoran Plat Lantai
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

4.2 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis sampaikan pada Praktek Kerja Lapangan -1 ini adalah
bahwa Praktek Kerja Lapangan ini sangat bermanfaat bagi penulis, karena penulis dapat
memahami dan mengetahui bagaiman sebenarnya kondisi di lapangan tidak hanya sekedar tahu
dalam teori saja. Setelah mengamati pekerjaan pondasi, sloof dan plat lantai pada proyek
pembangunan Asrama Santa Monica Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak,
kesimpulan yang dapat diambil :
1. Sudut kemiringan dari tiang pancang juga mengikuti perkiraan tukang pancang sehingga
kemiringan tiang pancang bisa saja sedikit miring.
2. Cara menyimpan besi tulangan yang diletakkan di luar ruangan tanpa ada peneduh
sehingga dapat membuat besi berkarat.
3. Pada saat penulangan sloof sudah sesuai dengan teori dan ukuran besi yang digunakan
sama dengan apa yang ada pada lembar kerja.
4. Faktor cuaca (hujan) menjadi hal yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya pada saat
proses pengecoran sloof.
5. Pekerjaan pengecoran sloof dan lantai yang dilakukan pada lapangan kurang sesuai dengan
teori, karena tidak menggunakan alat vibrator. Sehingga pengecorannya tidak padat.

4.3 Saran
Dalam pelaksanaan PKL -1 ini penulis memberikan beberapa saran yang mungkin dapat
ditanggapi dengan seksama. Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :
1. Sebaiknya pekerjaan pemancangan memerhatikan kemiringan tiang pancang sehingga
tidak terjadi kemringan.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 84


4201627004
2. Lebih baik disediakan tempat khusus penyimpanan besi tulangan yang tidak langsung
menyentuh dengan tanah dan terhindar dari cuaca langsung dan lembab untuk mencegah
terjadinya karatan.
3. Pada proses pengecoran disediakan terpal atau penutup untuk mengantisipasi perubahan
cuaca.
4. Pada saat melakukan pengecoran sebaiknya menggunakan bahan vibrator agar hasil
pengecorannya padat.

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 85


4201627004
DAFTAR PUSTAKA

Asroni, Ali. 2010. Balok dan pelat beton bertulang. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Segel, R., Kole, P., Kusuma, G.H. 1994.Pedoman pengerjaan beton, Berdasarkan SK-
SNI-T-15-1990-03,Seri 2, Erlangga, Jakarta.

Standart Nasional Indonesia,SNI 03-2847-2002; Tata Cara Perhitungan Struktur Beton


Untuk Bangunan Gedung, Bandung,278 Halaman.

Standart Nasional Indonesia,2013. Persyaratan Beton Struktural untuk bangunan Gedung,


SNI-2847-2013. Badan Standarisasi Nasional, Bandung.

Hardiyantmo, Hary Christady.2008. Teknik Fondasi 2. Jakarta : Gramedia.

HS, Sardjono. 1998. Pondasi Tiang Pancang Jilid I. Surabaya: Sinar Wijaya.

Wilopo, Djoko. 2009. Metode Konstruksi dan Alat Berat. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 86


4201627004
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................................................ 1
TINJAUAN PROYEK ................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.1.1 Latar Belakang Proyek....................................................................................................... 1
1.1.2 Tujuan Proyek Diselenggarakan ....................................................................................... 3
1.1.3 Pihak yang Terlibat dalam Proyek.................................................................................... 3
1.2 Data Teknis Proyek..................................................................................................................... 3
1.2.1 Spesifikasi Teknis proyek ................................................................................................... 3
1.2.2 Identitas Kepemilikan Proyek ........................................................................................... 4
1.3 Batasan Amatan .......................................................................................................................... 5
1.3.1 Rincian Pekerjaan Keseluruhan ........................................................................................ 5
1.3.2 Spesifikasi Pekerjaan Yang di Amati ................................................................................ 5
1.4 Waktu Pengerjaan dan Pengamatan......................................................................................... 6
1.4.1 Waktu Pengerjaan ..................................................................................................................... 6
1.4.2 Waktu Pengamatan.................................................................................................................... 6
BAB II .......................................................................................................................................................... 6
LITERATUR ............................................................................................................................................... 6
2.1 Definisi Konstruksi Bangunan Yang di Amati ............................................................................ 6
2.1.1 Pondasi ..................................................................................................................................... 7
2.1.1.1 Pengertian Pondasi ................................................................................................................ 7
2.1.1.2 Macam – macam Pondasi ...................................................................................................... 8
2.1.1.3 Daya Dukung Tanah ............................................................................................................ 10
2.1.1.4 Pondasi Tiang Pancang .................................................................................................... 11
2.1.2 Sloof ............................................................................................................................................... 12

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 87


4201627004
2.1.2.1 Definisi Sloof .......................................................................................................................... 12
2.1.2.2 Bahan Pembuat Sloof........................................................................................................ 13
2.1.3 Plat Lantai ............................................................................................................................. 15
2.1.3.1 Pengertian Plat Lantai ...................................................................................................... 15
2.1.3.2 Plat Lantai Bertulang ....................................................................................................... 15
2.1.3.3 Tumpuan Plat .................................................................................................................... 16
2.1.3.4 Perletakan Plat pada Balok .............................................................................................. 17
BAB III....................................................................................................................................................... 17
TINJAUAN AMATAN ............................................................................................................................. 17
3.1 Pekerjaan yang Diamati ............................................................................................................... 18
3.1.1 Pekerjaan Pondasi................................................................................................................. 18
3.1.2 Pekerjaan Sloof ..................................................................................................................... 18
3.1.3 Pekerjaan Plat Lantai ........................................................................................................... 18
3.2 Lingkup Pekerjaan ....................................................................................................................... 19
3.2.1 Pekerjaan Pondasi................................................................................................................. 19
3.2.1.1 Pemancangan Tiang Pancang .......................................................................................... 19
3.2.1.2 Pekerjaan Penggalian Poer Pondasi ................................................................................ 24
3.2.1.3 Pembobolan Tiang Pancang ............................................................................................. 27
3.2.1.4 Pekerjaan Pembuatan Bekisting...................................................................................... 29
3.2.1.5 Pekerjaan Perakitan Tulangan Pondasi ......................................................................... 32
3.2.1.6 Pembuatan Lantai Kerja .................................................................................................. 35
3.2.1.7 Pekerjaan Pengecoran Lantai Kerja ............................................................................... 38
3.2.1.8 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting ............................................................................... 42
3.2.2 Pekerjaan Sloof ..................................................................................................................... 43
3.2.2.1 Pekerjaan persiapan dan pengukuran. ........................................................................... 45
3.2.2.2 Pekerjaan Pembuatan Bekisting...................................................................................... 47
3.2.2.3 Pemasangan Bekisting ...................................................................................................... 50
3.2.2.4 Pekerjaan Pembeugelan Sloof.......................................................................................... 53
3.2.2.5 Pekerjaan Perakitan Tulangan Sloof .............................................................................. 55
3.2.2.6 Pekerjaan Pengecoran Sloof ............................................................................................ 59
3.2.3 Pekerjaan Plat Lantai ............................................................................................................... 61
3.2.3.1 Pembuatan Perancah Plat Lantai .................................................................................... 62

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 88


4201627004
3.2.3.2 Pekerjaan Pembuatan dan Pemasangan Bekisting Lantai ........................................... 64
3.2.3.3 Pekerjaan Pemasangan Wiremesh .................................................................................. 66
3.2.3.4 Pekerjaan Pengecoran Lantai. ......................................................................................... 69
BAB IV ....................................................................................................................................................... 72
KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 72
4.1 Komparasi Terhadap Hasil Amatan dan Literatur ................................................................... 72
4.1.1 Pekerjaan Pondasi................................................................................................................. 72
4.1.2 Pekerjaan Sloof ..................................................................................................................... 78
4.1.3 Pekerjaan Plat Lantai ........................................................................................................... 81
4.2 Kesimpulan .................................................................................................................................... 84
4.3 Saran .............................................................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 86

ZADHA FAEDHILLA RANA Praktek Kerja Lapangan -01 | 89


4201627004

Anda mungkin juga menyukai