Anda di halaman 1dari 12

SADA STUDIO AKHIR DESAIN ARSITEKTUR

PERANCANGAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA


PEKALONGAN MELALUI PENDEKATAN BANGUNAN SEHAT GUNA
MENDUKUNG PROSES REHABILITASI

Husein Kamal
20512090

Prof. Dr. Ir. Ar. Sugini, M.T., IAI., GP


PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Lembaga Pemasyarakatan sebagai Wadah Rehabilitasi
Sebagai negara yang menganut sistem hukum, Indonesia Bangunan Lembaga pemasyarakatan atau yang biasa dikenal
memiliki lembaga pemasyarakatan sebagai salah satu elemen dengan Lapas merupakan suatu bangunan yang berperan sebagai
penting dalam penegakan hukum dan pidana. Sistem pemidanaan wadah untuk menampung kegiatan pembinaan bagi narapidana,
di Indonesia telah mengalami perubahan konseptual dari konsep baik pembinaan secara fisik maupun pembinaan secara rohani
retribusi ke arah konsep rehabilitasi (Widayati, 2012). Hal ini agar dapat hidup normal kembali ke masyarakat. Hal tersebut
dapat dilihat dari adanya perkembangan sistem pidana yang sesuai dengan UU No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan
meliputi Tahap pidana hilang kemerdekaan (1872-1945), Tahap pasal 2, tujuan pemasyarakatan itu sendiri adalah sistem
pembinaan (1945-1963), Tahap Pembinaan Masyarakat (1963- pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk
sekarang). Berbeda dengan konsep retribusi yang menekankan warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya,
pada persamaan ancaman pidana berdasarkan derajat perbuatan, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi
rehabilitasi memusatkan perhatian pada karakteristik individu tindakan pidana sehingga dapat kembali diterima di masyarakat,
yang membutuhkan penyembuhan dan campur tangan pihak lain sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat
(Widayati, 2012). yang bebas dan bertanggungjawab.
LATAR BELAKANG
Rencana relokasi Lapas Pekalongan
Pekalongan merupakan suatu wilayah yang terletak di sisi utara
Pulau Jawa, tepatnya di Provinsi Jawa Tengah. Banjir merupakan
suatu bencana yang sudah mengancam sebagian wilayah pesisir
utara Pekalongan selama beberapa tahun terakhir. Banjir
tersebut sebagian besar diakibatkan oleh meluapnya air laut ke
daratan. atau biasa dikenal dengan banjir rob. Posisi wilayah yang
berada di pesisir serta kondisi topografinya yang relatif datar
menjadikan kawasan ini semakin rawan terhadap banjir rob
tersebut (Sauda dkk., 2019).

Ada beberapa dampak negatif yang diakibatkan oleh banjir rob,


salah satunya adalah kerusakan bangunan akibat terendam banjir
(Sauda dkk., 2019). Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Pekalongan merupakan salah satu bangunan yang terdampak
banjir tersebut. Banjir mengakibatkan bangunan tersebut tidak
berfungsi dengan optimal sehingga harus di relokasi ke tempat
yang lebih aman. Rencana relokasi bangunan lapas dipilih sebagai
Gambar 2. Banjir di wilayah Pekalongan
upaya perbaikan dan modernisasi.
Sumber: https://www.mongabay.co.id (2023)

Gambar 1. Wilayah Pekalongan Gambar 3. Banjir melanda Lapas Pekalongan


Sumber: googlemaps.com (2024) Sumber: https://www.mongabay.co.id (2022)
LATAR BELAKANG
Rencana Relokasi Lapas Kelas IIA Pekalongan
Relokasi Lapas Kelas IIA Pekalongan direncanakan sebagai upaya Rencana relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pekalongan
menghindari dampak banjir. Di kutip dari Radio Kota Batik ini akhirnya mendapatkan persetujuan dari beberapa pihak terkait
Pekalongan, 2024, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA seperti Pemkab Pekalongan dan Kemenkumham Jawa Tengah.
Pekalongan, Asih Widodo menjelaskan ada beberapa hal yang Berdasarkan informasi dari laman Kemenkumham RI, 2023,
mendasari relokasi lapas tersebut. Pertama, tingginya curah Pemkab Pekalongan bersedia untuk menyediakan lahan untuk
hujan dan ancaman banjir di sebagian wilayah Pekalongan yang relokasi lapas. Kesepakatan tersebut tertuang dalam Nota
dapat mengancam kenyamanan dan kondusivitas lapas. Alasan Kesepakatan yang ditandatangani oleh Bupati Pekalongan, Fadia
kedua, kondisi bangunan yang lama sudah tidak memadahi Arafiq dan Plt. Kakanwil Kemenkumham Jateng, Hantor
sehingga perlu dibangun kembali. Kalapas juga menyebutkan Situmorang pada 15 Agustus 2023. Dalam Nota Kesepakatan
bahwa relokasi lapas merupakan program prioritas nasional tersebut juga disebutkan bahwa lahan yang akan digunakan
bidang keamanan negara. Rencana relokasi lapas tersebut untuk relokasi lapas tersebut terletak di Desa Larikan Kecamatan
sebenarnya sudah mulai digagaskan sejak tahun 2018. Saat itu Doro Kabupaten Pekalongan. Pemkab Pekalongan akan
sudah ada lahan yang diusulkan untuk menjadi area lapas baru membantu proses perijinan pembangunan Lapas Pekalongan
seluas 10 hektar yang terletak di di Desa Kalijoyo, Kecamatan serta penyediaan sarana dan prasarana sebagai bentuk
Kajen. Namun, karena lahan tersebut dinilai kurang representatif, dukungan. Sementara itu, Kemenkumham Jateng berkontribusi
pembangunan ataupun relokasi Lapas Pekalongan yang telah dalam menindaklanjuti proses penyelesaian peralihan hak
direncanakan, belum bisa dilaksanakan. kepemilikan dan/atau penguasaan tanah tersebut.

Gambar: Sosialisasi Relokasi Lapas di Desa Larikan Gambar: Kesepakatan Penyediaan Lahan Relokasi Lapas pekalongan
Sumber: https://rkb.pekalongankota.go.id (2024) Sumber: Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia (2023)
LATAR BELAKANG
Penerapan Bangunan Sehat dalam Relokasi Lapas Pekalongan
Penerapan prinsip-prinsip bangunan sehat dalam bangunan
lembaga pemasyarakatan memiliki urgensi yang kuat. Aspek
kesehatan menjadi krusial karena sangat berkaitan terhadap
kondisi kehidupan dan proses rehabilitasi warga binaan di
dalamnya. Penerapan prinsip bangunan sehat ini dapat dilakukan
melalui beberapa hal seperti desain yang memenuhi standar
hunian lapas serta penerapan strategi passive design melalui
pencahayaan alami yang cukup serta ventilasi alami yang efisien.

Desain sesuai standar


Bangunan Lembaga Pemasyarakatan yang direlokasi harus
memperhatikan standar yang berlaku. Standar tersebut
mengacu kepada beberapa hal terkait seperti standar dimensi
ruang, kelengkapan sarana dan prasarana, hingga keamanan.
Desain yang sesuai standar memiliki urgensi terhadap
pemenuhan hak-hak warga binaan lapas. Selain itu, hal
tersebut juga berperan dalam mencegah overcrowded yang
merupakan salah satu permasalahan utama lapas di Indonesia

Penerapan passive design


Permasalahan yang kerap terjadi pada bangunan lembaga
pemasyarakatan adalah sirkulasi cahaya dan udara alami
kurang baik sehingga berpotensi memperburuk kondisi
ruangan-ruangan di dalamnya. Passive design menjadi salah
satu strategi solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Pencahayaan dan penghawaan
merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan untuk
menciptakan kondisi lingkungan yang sehat di dalam
bangunan itu sendiri. Tingkat kelayakan dan fleksibilitas desain
mempunyai keterkaitan terhadap kenyamanan psikologis dan
fisik penghuninya (Widyakusuma, 2020). Selain itu, desain
bangunan yang baik juga mampu mencegah terjadinya
kejadian-kejadia yang tidak diharapkan seperti kerusuhan.

Pengintegrasian prinsip-prinsip tersebut menjadi penting untuk


diterapkan guna mencapai tujuan rehabilitasi. Dengan demikian
proses relokasi lapas bukan hanya sekedar pemindahan fisik
bangunan, tetapi juga menjadi investasi dalam sistem
pemasyarakatan yang lebih baik dan berkelanjutan.
PERMASALAHAN
Permasalahan Umum dan Permasalahan Khusus
PERMASALAHAN UMUM
Bagaimana merancang bangunan Lapas Kelas IIA Pekalongan yang mampu mewadahi aktivitas pembinaan dan
rehabilitasi serta menerapkan passive building.

PERMASALAHAN KHUSUS
1. Bagaimana perancangan lembaga pemasyarakatan yang memenuhi standar-standar bangunan dan sarana
prasarana ?
2. Bagaimana penerapan Passive Building dalam bangunan Lembaga Pemasyarakatan yang memenuhi standar
keberhasilan pencahayaan dan penghawaan alami ?
PETA PERMASALAHAN
PERANCANGAN
JUDUL

Perancangan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pekalongan Melalui Pendekatan Bangunan Sehat
Guna Mendukung Proses Rehabilitasi
ARSITEKTURAL
ISU NON-

Banjir yang melanda wilayah Pentingnya pemenuhan hak-hak


Urgensi kesehatan pengguna Lapas
Pekalongan warga binaan lapas
ARSITEKTURAL

Perencanaan ruang sesuai standar Penerapan passive design sebagai


Rencana Relokasi Lapas IIA
ISU

baik dari segi kelengkapan maupun upaya menjaga kualitas pencahayaan


Pekalongan
dimensi ruang dan penghawaan bangunan
PERMASALAHAN
UMUM

Bagaimana merancang bangunan Lapas Kelas IIA Pekalongan yang mampu mewadahi aktivitas pembinaan dan
rehabilitasi serta menerapkan passive building.
PERMASALAHAN
KHUSUS

Bagaimana perancangan lembaga pemasyarakatan yang Bagaimana penerapan Passive Building dalam bangunan
memenuhi standar-standar bangunan dan sarana Lembaga Pemasyarakatan yang memenuhi standar
prasarana keberhasilan pencahayaan dan penghawaan alami
LOKASI PERANCANGAN
Desa Larikan, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan
STANDAR STANDAR
Standar Evaluasi Hunian SUMBER: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN KEMENKUMHAM RI NOMOR PAS - 499. PK . 02 . 03 . 01 TAHUN 2015
Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan d. Kunci gembok
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Kunci gembok merupakan sarana hunian yang termasuk dalam
Nomor PAS - 499. PK . 02 . 03 . 01 Tahun 2015 filosofi Delay (Penundaan). Fokus/ Obyek evaluasi terhadap kunci
adalah :
Evaluasi Sarana dan prasarana hunian (1) Terbuat dari bahan logam yang kuat;
Standar evaluasi sarana dan prasarana hunian, sebagai berikut: (2) Tidak mudah dirusak;
(3) Anak kunci tidak mudah di duplikasi;
a. Pagar/ Ornamesh (4) Anak kunci tidak terlepas saat gembok terbuka;
Pagar/ ornamesh merupakan sarana hunian yang termasuk (5) Anti karat.
dalam filosofi Deter (Penghalangan). Fokus/ Obyek evaluasi
terhadap pagar adalah : e. Jendela
(1) Terbuat dari bahan logam yang kuat; Jendela merupakan sarana hunian yang termasuk dalam filosofi
(2) Tidak mudah di rusak; Delay (Penundaan). Fokus/ Obyek evaluasi terhadap jendela
(3) Transparan, untuk tujuan pengawasan petugas; adalah :
(4) Anti Karat; (1) Terbuat dari bahan jeruji besi yang kuat dan tidak mudah di
(5) Tidak bisa dipanjat. rusak;
(2) Tertanam dalam tembok bangunan;
b. Tembok (3) Jarak antar jeruji jendela tidak dapat dilewati oleh tubuh
Tembok merupakan sarana hunian yang termasuk dalam filosofi manusia;
Deter (Penghalangan). Fokus/ Obyek evaluasi terhadap tembok (4) Ukuran jendela disesuaikan dengan luas kamar untuk
adalah : pencahayaan alami dan sirkulasi udara;
(1) Terbuat dari bahan beton bertulang yang kuat; (5) Terbuka tanpa penutup, untuk penghuni dapat melihat
(2) Tidak mudah dirusak; kehidupan lingkungan di luar kamar, juga berfungsi untuk
(3) Tidak bisa dipanjat; petugas mengawasi aktifitas penghuni di dalam kamar.
(4) Tegak lurus tidak miring;
(5) Permukaan halus tidak bertekstur. f. Ventilasi
Ventilasi merupakan sarana hunian yang termasuk dalam filosofi
c. Pintu Delay (Penundaan). Fokus/ Obyek evaluasi terhadap ventilasi
Pintu merupakan sarana hunian yang termasuk dalam filosofi adalah :
Delay (Penundaan). (1) Terbuat dari bahan jeruji besi yang kuat dan tidak mudah di
Fokus/ Obyek evaluasi terhadap pintu adalah : rusak;
(1) Terbuat dari bahan logam yang kuat; (2) Tertanam dalam tembok bangunan;
(2) Tidak mudah dirusak; (3) Jarak antar jeruji ventilasi harus rapat untuk menghindari
(3) Terdiri atas jeruji yang tidak dapat dilalui badan manusia; penghuni membuang atau menerima barang terlarang dari luar
(4) Dilengkapi dengan plat pengamanan untuk melindungi kunci kamar;
gembok dari jangkauan penghuni; (4) Ukuran ventilasi disesuaikan dengan luas kamar untuk
(5) Dapat dipantau oleh petugas setiap saat; pencahayaan alami dan sirkulasi udara;
(6) Khusus pintu besar terdapat pelindung permanen bagi (5) Ketinggiannya tidak mudah digapai penghuni;
petugas; (6) Terdapat di atas depan dan belakang.
(7) Seluruh pintu terkunci dari luar.
STANDAR STANDAR
Standar Evaluasi Hunian SUMBER: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN KEMENKUMHAM RI NOMOR PAS - 499. PK . 02 . 03 . 01 TAHUN 2015
g. Lampu (5) saluran pembuangan harus lancar;
Lampu merupakan sarana hunian yang harus memenuhi filosofi (6) berada dalam pengawasan petugas.
Detect (Pemantauan). Fokus/ Obyek terhadap lampu adalah :
(1) Cukup menerangi saat malam hari; k. Area cuci
(2) Jumlahnya disesuaikan dengan luas kamar; Area cuci merupakan sarana hunian yang harus memenuhi filosofi
(3) Lampu dipasang tertanam (inbouw) diatas; Detect (Pemantauan). Fokus/ Obyek evaluasi terhadap area cuci
(4) tidak mudah digapai dan tidak mudah dirusak; adalah :
(5) kendali lampu di tangan petugas. (1) Harus tersedia pada tiap blok hunian;
(2) Luas sesuai dengan kebutuhan penghuni;
h. Pos Pengamanan (3) Tersedia air bersih;
Pos pengamanan merupakan sarana hunian yang termasuk dalam (4) Berada di lokasi terbuka dalam jangkauan pemantauan
filosofi Detect (Pemantauan). Fokus/ Obyek terhadap pos petugas;
pengamanan adalah :
(1) Memiliki posisi dan jangkauan pandang yang baik untuk dapat l. Area jemur
memantau gerakan penghuni; Area jemur merupakan sarana hunian yang harus memenuhi
(2) Kendali di tangan petugas bukan penghuni; filosofi Detect (Pemantauan). Fokus/ Obyek evaluasi area jemur
(3) Dilengkapi alat tulis untuk mencatat kejadian dalam blok adalah :
hunian; (1) Ditempatkan di area terbuka;
(4) Seluruh pos dilengkapi alat keselamatan dan komunikasi. (2) Harus tersedia pada tiap blok hunian;
(3) Luas sesuai dengan kebutuhan penghuni;
i. Kamar mandi (4) Dilengkapi alat jemur terbuat dari bahan logam yang ditanam
Kamar mandi merupakan sarana hunian yang harus memenuhi dan di las mati;
filosofi Detect (Pemantauan). Fokus/ Obyek evaluasi terhadap (5) Berada di lokasi yang mudah bagi penghuni dan dalam
kamar mandi adalah : jangkauan petugas.
(1) Menggunakan pancuran (shower) yang tertanam ditembok
bukan dengan fleksibel dan tidak berbahaya atau penampungan m. Halaman/ Selasar/ Ruang Angin-angin
air/ bak mandi; Halaman/ selasar/ ruang angin-angin merupakan sarana hunian
(2) Jumlahnya sesuai dengan kebutuhan penghuni; yang termasuk dalam filosofi Detect (Pemantauan). Fokus/ Obyek
(3) Berada dalam jangkauan pemantauan petugas. evaluasi area halaman/ selasar/ ruang angin-angin yang
berfungsi sebagai tempat rekreasi penghuni adalah :
j. Toilet (1) Halaman/ selasar/ ruang angin-angin merupakan area
Toilet merupakan sarana hunian yang harus memenuhi filosofi terbuka dalam blok hunian;
Detect (Pemantauan). Fokus/ Obyek evaluasi terhadap toilet (2) Dapat diakses seluruh penghuni dalam blok;
adalah : (3) Harus dapat diawasi dari pos pengamanan.
(1) Menggunakan toilet jongkok, kecuali untuk penghuni
berkebutuhan khusus dapat disiapkan toilet duduk;
(2) Terbuat dari bahan yang tidak mudah dirusak/ dipecah dan
tidak dapat digunakan untuk menyembunyikan benda terlarang;
(3) Tertanam dan tidak bisa dilepas dari dudukannya;
(4) Jumlahnya sesuai dengan kebutuhan penghuni;
STANDAR STANDAR
Standar Evaluasi Hunian SUMBER: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN KEMENKUMHAM RI NOMOR PAS - 499. PK . 02 . 03 . 01 TAHUN 2015
n. Kebutuhan air q. CCTV
Kebutuhan air dalam hunian terdiri atas air untuk konsumsi CCTV merupakan sarana hunian yang termasuk filosofi Minimize
(makan minum) dan air untuk kebersihan (mandi, cuci, kakus). (Memperkecil), sebagai alat bantu petugas dalam memantau
Fokus/ Obyek evaluasi kebutuhan air adalah : untuk memperkecil gerakan penghuni. Fokus/ Obyek evaluasi
(1) Tersedia setiap saat dibutuhkan selama 24 jam; cctv adalah :
(2) Jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan layak penghuni; (1) Terdapat dalam blok hunian;
(3) Termasuk dalam kategori air yang baik kualitasnya memenuhi (2) Harus mampu memonitor gerakan penghuni dengan jelas;
standar layak; (3) Tahan segala cuaca dan jelas pada waktu gelap dan terang;
(4) Kebutuhan air disesuaikan dengan iklim daerah tertentu; (4) Tidak mudah dirusak dan tidak mudah dijangkau.
(5) Kebutuhan air di kelola oleh petugas.
r. Kamar Hunian
o. Instalasi Sanitasi (1) Luas kamar Besaran luas masing-masing kamar hunian
Instalasi sanitasi terdiri atas saluran pipa pembuangan kotoran dipengaruhi oleh jumlah kapasitas penghuni, dengan kebutuhan
dan penyediaan tempat sampah dalam blok. Fokus/ Obyek ruang untuk tiap-tiap orang adalah untuk istirahat/ tidur,
evaluasi instalasi sanitasi adalah : bergerak/ aktifitas, beribadah dan toilet
(1) Seluruh saluran pembuangan keluar lancar dan tidak (2) Jumlah penghuni Jumlah penghuni dalam setiap kamar tidak
terhambat (mampet); boleh 2 orang (double booking)
(2) Saluran tertanam/ tidak terbuka sehingga tidak mudah (3) Lantai Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah di pecah
dirusak; atau beton.
(3) Tidak dapat digunakan untuk menyembunyikan benda (4) Langit-langit Terbuat dari bahan yang tidak mudah di rusak,
terlarang; ketinggiannya tidak mudah dijangkau dan harus
(4) Selokan dalam blok harus lancar dan bersih dari sampah; mempertimbangkan sirkulasi udara.
(5) Tersedia tempat sampah tertutup di blok dan kamar; (5) Tempat tidur Terbuat dari bahan beton yang ditinggikan dari
(6) Petugas melakukan pengendalian kebersihan hunian; lantai kamar.
(7) Terdapat jeruji tertanam atau permanen di setiap saluran (6) Kasur Terbuat bahan yang aman, tidak mudah terbakar, tahan
keluar/ pembuangan dari bahan beton untuk saluran terbuka dan air dan terbuat dari bahan padat, rapat dan lentur, untuk
lubang saluran pembuangan tidak dapat dilalui oleh manusia. menghindari penyimpanan barang terlarang.
(7) Penyimpanan barang pribadi Berbentuk lemari gantung,
p. Instalasi listrik berbahan tidak berbahaya, dilengkapi kunci, posisi di atas tempat
Instalasi listrik merupakan seluruh perangkat dan jaringan tidur.
kelistrikan dalam hunian Lapas/ Rutan. Fokus/ Obyek evaluasi
kelistrikan adalah :
(1) Kendali kelistrikan harus dalam kendali petugas;
(2) Kotak panel listrik harus terkunci dan berada diluar blok;
(3) Kabel harus tertanam dalam tembok atau kalau berada di luar
tembok harus tertutup rapi dan tidak mudah dirusak penghuni;
(4) Tidak terdapat kabel dan saklar ataupun stop kontak listrik di
dalam kamar;

Anda mungkin juga menyukai