Husein Kamal Sada
Husein Kamal Sada
PENDAHULUAN
Gambar
Gambar
Redesain Lembaga Pembinaan Yeremi Y. R. Van Rate, Pendekatan Arsitektur Paradoks Kota Tomohon Jenis bangunan merupakan lembaga
Khusus Anak Kelas II di Kota pembinaan yang dikhususkan untuk
Tomohon dengan Metode Cynthia E. V. Wuisang,
membina anak-anak.Menggunakan
Pendekatan Perancangan pendekatan Arsitektur Paradoks.
Rachmat Prijadi
Arsitektur Paradoks
Lembaga Pemasyarakatan Nada Alifia Tidak ada pendekatan khusus Kecamatan Sungai Kakap, Bangunan berfokus terhadap pembinaan
Perempuan Kelas II A Pontianak yang disebutkan Kabupaten Kuburaya, Kalimantan perempuan sehingga beberapa fasilitas
Barat disediakan untuk mendukung peran
perempuan.
Implementasi Pendekatan Ratriana, Pendekatan Arsitektur Perilaku Kelurahan Bulupabbulu, Kecamatan Mengguanak pendekatan arsitektur
Arsitektur Perilaku pada Desain Tempe, Kabupaten Wajo perilaku yang berfokus pada perilaku
Lembaga Pemasyarakatan Kelas Alfiah, narapidana saat menjalani masa
IIA di Kabupaten Wajo rehabilitasi.
Viviana Basri
Aspek yang diutamakan adalah aspek
privacy, sirkulasi, personal space,
teritorialitas, dan keamanan.
Lembaga Pemasyarakatan Trifena T. A. Tumundo, Pendekatan Arsitektur Paradoks Kecamatan Tikala, Kota Manado Fungsi bangunan dikhususkan untuk
Wanita Kelas II A di Manado narapidana wanita.
“Arsitektur Paradoks” Dwight M. Rondonuwu,
Dilatarbelakangi oleh tidak adanya lapas
Amanda S. Sembel
khusus wanita di daerah tersebut.
Perencanaan Lembaga Qony Sya’bany Zen, Pendekatan Arsitektur Humanis Tidak ada lokasi Menggunakan pendekatan arsitektur
Pemasyarakatan Wanita yang (site less)
Dhini Dewiyanti, humanis sehingga yang berfokus pada
Humanis
kebutuhan dan aktivitas penghuninya.
Nova Chandra Aditya
Pekalongan merupakan suatu wilayah yang terletak di Provinsi Selain itu terdapat juga Lapas Kelas IIA Pekalongan merupakan
Jawa tengah. Wilayah Pekalongan terdiri dari Kabupaten salah satu sarana dan prasarana di bidang peradilan di
Pekalongan dan Kota Pekalongan. Pekalongan memiliki kondisi Pekalongan.Lapas Kelas IIA Pekalongan berfungsi untuk membina
wilayah yang beragam yang terdiri dari dataran rendah, narapidana dan anak didik pemasyarakatan agar menjadi manusia
perbukitan, hingga pegunungan. Secara keseluruhan, sarana dan yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat Lembaga
prasarana serta fasilitas di Pekalongan dapat dikatakan cukup Pemasyarakatan Kelas IIA Pekalongan yang saat ini terletak di
memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pekalongan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan
dilengkapi dengan berbagai infrastruktur yang memadai untuk akan di relokasi ke Desa Larikan, Kecamatan Doro, Kabupaten
mendukung aktivitas masyarakatnya. Berbagai infrastruktur yang Pekalongan.
terdapat di Pekalongan diantaranya jalan raya pantura, jembatan,
jalur kerata api, pasar, terminal, dan bandara. Wilayah Pekalongan
memiliki berbagai fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit,
puskesmas, taman, dan tempat wisata.
2.1 KAJIAN LOKASI
2.1.2 Kajian Lokasi Perancangan
Desa Larikan adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Doro,
Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini
merupakan desa terkecil di Kecamatan Doro dengan luas wilayah
1,7 km². Secara geografis, Desa Larikan terletak di Koordinat
7°11′46.8″S 109°42′52.4″E.
Batas wilayah:
• KLB maksimum 5;
• KDB maksimum 70%;
• KDH minimum 15%;
• GSB minimum berbanding lurus dengan Rumija;
• Tinggi bangunan maksimum dibatasi garis bukaan langit 45
derajat dari as jalan (jalan utama / jalan yang kelasnya paling
tinggi di sekeliling bangunan).
Site untuk relokasi lapas kelas IIA Pekalongan ini mempunyai luas
sekitar 37000 m2 atau 3,7 ha, namun saat ini pengadaan lahan
baru bisa 2,2 ha. Posisi site yang cukup strategis dan mudah untuk
diakses karena dekat dengan jalan raya Sawangan-Doro. Site
memiliki kontur di mana bagian belakang site lebih rendah
daripada bagian depan site.
2.1 KAJIAN LOKASI
Dokumentasi Site
2.1 KAJIAN LOKASI
• Lapas Kelas I
• Lapas Kelas IIA
• Lapas Kelas IIB
• Lapas Kelas III
Kebutuhan air dalam hunian terdiri atas air untuk konsumsi CCTV merupakan sarana hunian yang termasuk filosofi Minimize
(makan minum) dan air untuk kebersihan (mandi, cuci, kakus). (Memperkecil), sebagai alat bantu petugas dalam memantau
Fokus/ Obyek evaluasi kebutuhan air adalah : untuk memperkecil gerakan penghuni. Fokus/ Obyek evaluasi cctv
adalah :
(1) Tersedia setiap saat dibutuhkan selama 24 jam;
(2) Jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan layak penghuni; (1) Terdapat dalam blok hunian;
(3) Termasuk dalam kategori air yang baik kualitasnya memenuhi (2) Harus mampu memonitor gerakan penghuni dengan jelas;
standar layak; (3) Tahan segala cuaca dan jelas pada waktu gelap dan terang;
(4) Kebutuhan air disesuaikan dengan iklim daerah tertentu; (4) Tidak mudah dirusak dan tidak mudah dijangkau.
(5) Kebutuhan air di kelola oleh petugas.
r. Kamar Hunian
o. Instalasi Sanitasi
(1) Luas kamar Besaran luas masing-masing kamar hunian
Instalasi sanitasi terdiri atas saluran pipa pembuangan kotoran dan dipengaruhi oleh jumlah kapasitas penghuni, dengan
penyediaan tempat sampah dalam blok. Fokus/ Obyek evaluasi kebutuhan ruang untuk tiap-tiap orang adalah untuk istirahat/
instalasi sanitasi adalah : tidur, bergerak/ aktifitas, beribadah dan toilet
(2) Jumlah penghuni Jumlah penghuni dalam setiap kamar tidak
(1) Seluruh saluran pembuangan keluar lancar dan tidak
boleh 2 orang (double booking)
terhambat (mampet);
(3) Lantai Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah di pecah
(2) Saluran tertanam/ tidak terbuka sehingga tidak mudah dirusak;
atau beton.
(3) Tidak dapat digunakan untuk menyembunyikan benda
(4) Langit-langit Terbuat dari bahan yang tidak mudah di rusak,
terlarang;
ketinggiannya tidak mudah dijangkau dan harus
(4) Selokan dalam blok harus lancar dan bersih dari sampah;
mempertimbangkan sirkulasi udara.
(5) Tersedia tempat sampah tertutup di blok dan kamar;
(5) Tempat tidur Terbuat dari bahan beton yang ditinggikan dari
(6) Petugas melakukan pengendalian kebersihan hunian;
lantai kamar.
(7) Terdapat jeruji tertanam atau permanen di setiap saluran
(6) Kasur Terbuat bahan yang aman, tidak mudah terbakar, tahan
keluar/ pembuangan dari bahan beton untuk saluran terbuka
air dan terbuat dari bahan padat, rapat dan lentur, untuk
dan lubang saluran pembuangan tidak dapat dilalui oleh
menghindari penyimpanan barang terlarang.
manusia.
(7) Penyimpanan barang pribadi Berbentuk lemari gantung,
p. Instalasi listrik berbahan tidak berbahaya, dilengkapi kunci, posisi di atas
tempat tidur.
Instalasi listrik merupakan seluruh perangkat dan jaringan
kelistrikan dalam hunian Lapas/ Rutan. Fokus/ Obyek evaluasi
kelistrikan adalah :
Konsep WELL Air bertujuan untuk mencapai tingkat kualitas udara Ada 14 Poin yang terdapat pada konsep WELL Air yang meliputi:
dalam ruangan yang optimal sepanjang umur bangunan melalui
• A01 Air Quality
beragam strategi seperti pengurangan penggunaan desain aktif,
• A02 Smoke-Free Environment
penggunaan strategi desain pasif, hingga desain yang
• A03 Ventilation Design
memperhatikan perilaku manusia. Penghawaan alami dapat
• A04 Construction Ventilation Management
digunakan sebagai strategi untuk menghasilkan tingkat kualitas
udara yang optimal. • A05 Enhanced Air Quality
• A06 Enhanced Ventilation Design
Penghawaan alami berperan untuk menghasilkan sirkulasi udara di • A07 Operable Windows
dalam ruangan, mengurangi kelembaban, dan memberikan udara • A08 Air Quality Monitoring and Awareness
segar pada suatu bangunan. Dalam suatu bangunan, penghawaan
• A09 Pollution Infiltration Management
berfungsi untuk menghasilkan kesejukan melalui bukaan seperti
• A10 Combustion Minimization
ventilasi, jendela, dan lain sebagainya (Sihombing, 2021). Hampir
• A11 Source Separation
setiap bangunan memerlukan ventilasi untuk mengatur suhu
• A12 Air Filtration
ruang dan kelembaban udara (Ratnasari & Asharhani, 2021).
• A13 Enhanced Supply Air
• A14 Microbe and Mold Control
Konsep WELL Light berfokus pada paparan cahaya dan bertujuan Pencahayaan atau sirkulasi cahaya yang memadai adalah aspek
untuk menciptakan lingkungan pencahayaan yang meningkatkan penting dalam desain dan pengelolaan lembaga pemasyarakatan.
kesehatan visual, mental dan biologis. Pencahayaan mempunyai Cahaya yang memadai akan memberikan berbagai dampak positif
peran penting dan berdampak pada kesehatan visual, sirkadian, baik bagi kesehatan, kenyamanan, hingga membantu penghuni
dan mental pengguna bangunan. Strategi pencahayaan alami menjalankan aktivitas mereka sehari-hari.
dapat digunakan untuk menghasilkan pencahayaan yang optimal Terdapat 9 Poin dalam konsep WELL Light, yaitu:
dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan.
• L01 Light Exposure
• L02 Visual Lighting Desain
• L03 Circadian Lighting Design
• L04 Electric Light Glare Control
• L05 Daylight Design Strategies
• L06 Daylight Simulation
• L07 Visual Balance
• L08 Electric Light Quality
• L09 Occupant Light Control
Keunggulan Desain:
West Kimberley Regional Prison merupakan sebuah bangunan Prinsip berkelanjutan benar-benar diterapkan dalam bangunan ini.
penjara yang terletak di Australia. Tidak seperti bangunan penjara Dalam proses perencanaan dan pembangunanya, bangunan ini
pada umumnya, bangunan ini tidak mempunyai elemen-elemen sangat memperhatikan kondisi alam di sekitarnya. Tata massa
seperti jeruji, tembok tinggi, hingga material solid sepeti bangunan dirancang untuk menimialisir penebangan pohon yang
bangunan penjara pada umumnya. Bangunan ini justru sudah ada pada site. Fasilitas umum diletakkan saling berdekatan
menggunakan konsep terbuka dan terhubung dengan lingkungan untuk mengurangi jarak tempuh antar bangunan.
luar. Rancangan ini didasarkan pada aspek fleksibilitas, budaya
Material yang digunakan pada bangunan ini merupakan material
setempat, dan interaksi antar manusia.
lokal yang berasal dari sekitar site. Setiap desain dan material juga
West Kimberley Regional Prison dibangun di lahan seluas 25 ha telah diuji melalui simulasi komputer untuk memastikan desain
dan terdiri dari 42 bangunan yang didesain dalam masterplan dapat bekerja dalam suhu yang ekstrem. Inovasi keberlanjutan lain
yang menyerupai suatu kampus. Di tengahnya terdapat sebuah yang terdapat pada bangunan ini adalah penggunaan panel surya
area dengan bentuk oval yang mencerminkan “Australian Rules sebagai sumber energi alternatif. Selain itu, terdapat juga fasilitas
Oval”. Area tersebut digunakan sebagai pusat kegiatan komunitas pengolahan limbah.
di dalamnya.
Keunggulan Desain:
Narapidana di bangunan ini ditempatkan secara berkelompok
• Menerapkan kebudayaan setempat
dengan jumlah anggota berkisar antara enam sampai delapan
• Mendukung interaksi sosial antar penghuni
orang. Hal ini merepresentasikan kehidupan suku aborigin yang
• Penerapan prinsip berkelanjutan
berkelompok. Sistem ini memungkinkan para narapidana untuk
mengontrol lingkungan tempat tinggal mereka (udara, suhu, • Desain yang menjaga kondisi alam
cahaya, dan privasi).
DAFTAR ISI
Afif Salim, M., & Bambang Siswanto, A. (2018). PENANGANAN BANJIR Ratnasari, A., & Asharhani, I. S. (2021). Aspek Kualitas Udara,
DAN ROB DI WILAYAH PEKALONGAN. Jurnal Teknik Sipil, 11. Kenyamanan Termal Dan Ventilasi Sebagai Acuan Adaptasi Hunian Pada
Masa Pandemi.
Alifia, N. (2018). LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS II A
PONTIANAK. JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, 6. Ratriana, Alfiah, & Basri, V. (2023). Implementasi Pendekatan Arsitektur
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/PEMASYARAKATAN Perilaku pada Desain Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA di Kabupaten
Wajo. JAUR (JOURNAL OF ARCHITECTURE AND URBANISM RESEARCH),
Biaggy, F., & Wibowo, P. (2020). UPAYA PEMENUHAN HAK PELAYANAN
7(1), 13–20. https://doi.org/10.31289/jaur.v7i1.8922
KESEHATAN KEPADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN.
Widya Yuridika: Jurnal Hukum. http://publishing- Sauda, R. H. S., Nugraha, A. L., & Hani’ah. (2019). KAJIAN PEMETAAN
widyagama.ac.id/ejournal-v2/index.php/yuridika/ KERENTANAN BANJIR ROB DI KABUPATEN PEKALONGAN . Jurnal
Geodesi Undip, 8.
Fernanda, A. R., Sabri, L. M., & Wahyuddin, Y. (2022). IMPLEMENTASI SIG
UNTUK PEMETAAN ANCAMAN BENCANA BANJIR KAWASAN Sekarlangit, N. (2023). Bangunan Sehat sebagai Penunjang Health
TERBANGUN KOTA PEKALONGAN. Dalam Jurnal Geodesi Undip Oktober Tourism di Bali. ATRIUM: Jurnal Arsitektur, 9(1), 19–29.
(Nomor 11). https://doi.org/10.21460/atrium.v9i1.213
Grant, E., & Hobbs, P. (2013). West Kimberley Regional Prison | Sihombing, S. B. (2021). ANALISIS EFEKTIVITAS PENGHAWAAN ALAMI
ArchitectureAU. https://architectureau.com/articles/west-kimberley- PADA RUMAH SUSUN (HUNIAN) (STUDI KASUS: RUMAH SUSUN KAYU
regional-prison/ PUTIH). Dalam Jurnal Sains dan Teknologi ISTP (Vol. 15, Nomor 01).
Hasanuddin, U., Dewi Maharani, S., Sudarwani, M. M., & Marpaung, C. O. Todd S, P., Michael A, G., & Stephen, A. K. (2003). Building Type Basics for
P. (2023). Building Performance Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Justice Facilities. John Wiley & Sons.
Salemba, Jakarta. https://doi.org/10.32315/ti.11.d049
Tumundo, T. T. A., Rondonuwu, D. M., & Sembel, A. S. (2020). LEMBAGA
Irina, V. (2011). Halden Prison / Erik Møller Arkitekter + HLM arkitektur - PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II A di MANADO “Arsitektur
The Most Humane Prison in the World | ArchDaily. Paradoks.” Dalam Jurnal Arsitektur DASENG (Vol. 9, Nomor 1).
https://www.archdaily.com/154665/halden-prison-erik-moller-arkitekter-
Van Rate, Y. Y. R., Wuisang, C. E. V, & Prijadi, R. (2022). REDESAIN
the-most-humane-prison-in-the-world
LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS II DI KOTA TOMOHON
Kemenkumham RI. (2023, Agustus 15). Capai Titik Temu, Kemenkumham DENGAN METODE PENDEKATAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
Jateng dan Pemkab Pekalongan Sepakati Penyediaan Lahan Relokasi PARADOKS. Media Mataram, 19.
Lapas Pekalongan. https://jateng.kemenkumham.go.id/pusat-
Vidiyanti, C., Tambunan, S. F. D. B., & Alfian, Y. (2018). Kualitas
informasi/artikel/8678-capai-titik-temu-kemenkumham-jateng-dan-
Pencahayaan Alami dan Penghawaan Alami pada Bangunan dengan
pemkab-pekalongan-sepakati-penyediaan-lahan-relokasi-lapas-
Fasade Roster. Vitruvian: Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan.
pekalongan
Zen, Q. S., Dewiyanti, D., & Aditya, N. C. (2022). PERENCANAAN
Nugroho, A. M., & Iyati, W. (2021). Arsitektur Bioklimatik: Inovasi Sains
LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA YANG HUMANIS. DESA Jurnal
Arsitektur Negeri untuk Kenyamanan.
Desain dan Arsitektur, 3. https://ojs.unikom.ac.id/index.php/desa/index
Nurhaiza, M., & Lisa, N. P. (2016). Optimalisasi Pencahayaan Alami pada
Keputusan Kemenkumham RI Nomor M.HH-01.PB.02.09 Tahun 2019
Ruang. Dalam Jurnal Arsitekno (Vol. 7, Nomor 7).
Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Pangestu, M. D. (2019). Pencahayaan Alami Dalam Bangunan. Unpar
Press. Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Radio Kota Batik Pekalongan. (2024). Nomor PAS - 499. PK . 02 . 03 . 01 Tahun 2015
https://rkb.pekalongankota.go.id/berita22566-1-kalapas-sosialisasikan-
urgensi-dan-manfaat-relokasi-lapas-pekalongan-di-desa-larikan.html
No. Perbaikan Dosen Respon Halaman
1 “Relokasi” ditambahkan dalam • Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. Penambahan kata “Relokasi’ dalam 1
judul perancangan Judul untuk menegaskan proses
relokasi lapas itu sendiri
2 Perlu survei langsung ke bangunan • Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. Survei langung ke bangunan Lapas 9, 10, 18, 19
(Lapas Kelas IIA Pekalongan) • Dr. Ar. Jarwa Prasetya Sih Handoko, Kelas IIA Pekalongan dan site relokasi
S.T., M.Sc., IAI., GP untuk mengetahui permasalahan dan
• Prof. Dr. Ir. Ar. Sugini, M.T., IAI., GP. kondisi secara aktual
3 Permasalahan khusus perlu • Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. Memperjelas permasalahan khusus 11
diperjelas • Dr. Ar. Jarwa Prasetya Sih Handoko, perancangan dan mengaitkanya
S.T., M.Sc., IAI., GP dengan konflik perancangan
• Prof. Dr. Ir. Ar. Sugini, M.T., IAI., GP.
•
4 Metode perancangan perlu • Prof. Dr. Ir. Ar. Sugini, M.T., IAI., GP. Menjelaskan metode perancangan secara 13, 14
diperjelas runtut
5 Perjelas klasifikasi lapas • Dr. Ar. Jarwa Prasetya Sih Handoko, Penjelasan mengenai klasifikasi dan 22
S.T., M.Sc., IAI., GP tingkatan keamanan dalam lapas
6 Lengkapi kajian tentang jenis • Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. Penjelasan mengenai jenis kajian 31, 34
bangunan sehat • Dr. Ar. Jarwa Prasetya Sih Handoko, bangunan sehat yang akan digunakan
S.T., M.Sc., IAI., GP sebagai acuan perancangan
berdasarkan permasalahan yang terjadi
pada bangunan eksisting