Anda di halaman 1dari 13

Mitigasi Banjir ROB di Kota Pekalongan dalam Perspektif Fikih Lingkungan

Abdul Khaliq Napitupulu (18421042)


Mahasiswa Ahwal Syakhsiyyah International Program
Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia
E-mail: 18421042@students.uii.ac.id
A. Pendahuluan
Bencana alam seperti banjir merupakan fenomena rutin setiap tahun yang dialami oleh
masyarakat Indonesia. Tercatat daerah-daerah pesisir di Indonesia merupakan daerah yang
memiliki persentase resiko tinggi mengalami banjir rob. Rob merupakan banjir yang terjadi di
daerah pesisir disebabkan daratan lebih rendah daripada air laut. Secara umum, pengertian banjir
rob adalah banjir yang terjadi karena pasang air laut atau gelombang yang tergenang pada
kawasan yang tingginya lebih rendah daripada permukaan air laut. 1
Kota Pekalongan merupakan salah satu kota di pesisir pantai utara jawa (PANTURA).
Kota Pekalongan terletak pada posisi 6 50’ 42” - 6 55’ 44” Lintang Selatan dan 109 37’55” – 109
42’19” Bujur Timur terdiri atas 4 (empat) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pekalongan
Utara, Kecamatan Pekalongan Timur, Kecamatan Pekalongan Selatan, dan Kecamatan
Pekalongan Barat.2
Secara topografis, Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara Pulau Jawa,
dengan ketinggian lahan antara 0 meter di atas permukaan laut (dpl) pada wilayah bagian utara
dan 6 meter dpl pada wilayah bagian selatan. Ditinjau dari kemiringan lahan, kota Pekalongan
termasuk daerah yang relatif datar, yaitu dengan kemiringan lahan rata – rata antara 0 – 5%.
Kondisi ini secara topografis akan menyulitkan pengaturan saluran drainase, karena persentase
kemiringan lahan relatif kecil. Akibatnya di beberapa kawasan Kota Pekalongan sering
mengalami gangguan genangan banjir, sementara di sisi utara wilayah Kota Pekalongan, yang
berbatasan dengan kawasan pesisir pantai mengalami bencana rob dengan frekuensi dan luasan
genangan yang meningkat. Tantangan lain dalam penanganan banjir rob di Kota Pekalongan
adalah terjadinya penurunan tanah (land subsidence) dan kenaikan muka air laut (sea level rise).
Lanskap daerah yang riskan seharusnya menjadi fokus utama pemerintah daerah kota
Pekalongan dalam mempertimbangkan program kerja. Pembangunan skala besar menjadi
pertimbangan utama untuk menahan laju penurunan tanah (land subsidence). selain itu, kesadaran
masyarakat terhadap lingkungan berperan dalam menahan laju kenaikan permukaan air laut (sea
level rise) penyebab utama dari meluapnya air laut ke daratan.

1
dikutip dari laman web https://lindungihutan.com/blog/banjir-rob/ pada jum’at, 3 Februari 2023 pukul 16:40 WIB.
2
Slamet Miftakhudin, dalam karyanya berupa jurnal yang berjudul; “Strategi Penanganan Banjir Rob di Kota Pekalongan”,
Jurnal Litbang Kota Pekalongan Vol.19, No.1, 2021 https://jurnal.pekalongankota.go.id/index.php/litbang/article/view/142
Banyak kota-kota di berbagai negara di dunia yang tercatat memiliki daratan yang lebih
rendah dari air laut/di bawah permukaan air laut (under sea level). Dalam catatan sejarah Belanda
merupakan negara yang memiliki resiko tenggelam di sebabkan dataran tanah kolonial yang
sangat rendah tersebut. Mengutip dari kanal berita tirto.id yang mencatat hasil laporan pemerintah
belanda “Water Management in the Netherlands”, pemerintah Belanda membangun tanggul-
tanggul raksasa (Dijken) untuk daerah yang tidak memiliki Polder. perlu diketahui Polder adalah
sistem pompa air yang terintegrasi langsung ke sungai atau kanal yang langsung bermuara ke
lautan. Sistematika Polder di negeri kincir angin tersebut mengumpulkan air hujan di area polder
kemudian memompanya keluar menuju sungai atau kanal yang bermuara di laut. 3
Dalam Islam, sebuah musibah di atas muka bumi memiliki sebab dan akibat. Manusia
menjadi makhluk yang bertanggung jawab atas yang terjadi di muka bumi. Dalam Al-Qur’an
Allah S.W.T berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 12:

‫َأاَل ِإن َُّه ْم ُه ُم اْمل ْف ِس ُدو َن َولَ ِك ْن اَّل يَ ْشعُُر ْو َن‬


ُ

“Ingatlah sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari”.
Islam mengajarkan untuk menjaga lingkungan, KH. Hasan Basri (Ketua Umum MUI
1984-1990) dalam pemaparannya tentang Islam dan Lingkungan, beliau menyebutkan dua bagian
dari lingkungan hidup yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami ialah
unsur-unsur sumber daya alam yaitu langit dan bumi, beliau menjelaskan bahwa keduanya saling
mempengaruhi satu sama lain dalam komposisi ekosistem yang seimbang dan teratur.
Lingkungan alami yang diatur dan diciptakan Allah merupakan tempat tinggal yang cocok untuk
kehidupan manusia dan tujuan diciptakannya untuk kepentingan manusia. Sedang, lingkungan
sosial merupakan sebuah interaksi antara manusia dengan manusia lainnya yang saling
mempengaruhi dan saling mengisi, terdapat di dalamnya institusi-institusi yang mengatur tata
kehidupan manusia untuk memelihara kesinambungan dan kelestariannya di lingkungan alami
(Bumi).4
Sebagai Khallifah di muka bumi, manusia seharusnya mencari solusi mencegah
terjadinya bencana alam. Islam menjadi hal yang teratur dan sempurna, di dalamnya terdapat
berbagai macam solusi dan kunci untuk segala aspek. Lingkungan yang diciptakan Allah untuk
manusia mempunyai peran penting dalam memberikan ruang hidup bagi makhluk di dalamnya.

3
mengutip berita dari tirto.id berjudul “Belajar banjir ke Negeri Belanda”, di publish pada tanggal 14 September 2016,
https://tirto.id/belajar-banjir-ke-negeri-belanda-bKNT di akses pada hari sabtu, 4 Februari 2023, 12.55 WIB.
4
https://mui-lplhsda.org/ajaran-islam-dan-lingkungan-hidup/ di akses pada hari Sabtu, 4 Februari 2023, 21.01 WIB
Manusia diberi akal untuk berpikir, mencegah bencana alam menjadi sebuah ikhtiar bagi manusia
dalam melestarikan alam.
Fikih salah satu dari banyaknya ilmu-ilmu keislaman (al-Ulum asy-Syar’iyah) dan
merupakan ilmu yang paling dominan sebagai refrensi problematika kehidupan umat Islam. Fikih
telah menawarkan kerangka pendekatan problematika terhadap lingkungan hidup. Namun, tidak
dikaji secara khusus. Pembahasan lingkungan tersebar di berbagai pokok-pokok bahasan ilmu
fikih.5 Salah satu bahasan di dalam fikih ialah mengenai lingkungan ( ‫)الفقه البيئة‬. Yusuf Qardhawi

dalam bukunya “Ri’ayah al-Bi’ah fi Syari’ah Islamiyah” mendefinisikan fikih lingkungan


sebagai konsep pemetaan lingkungan sesuai dengan syariat Islamiyyah. 6

B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu peneliti untuk
mengumpulkan data.7 Melihat latar belakang sebelumnya penelitian ini memakai dua rumusan
pertanyaan terkait masalah yang akan dibahas, yaitu:
a. Bagaimana kondisi pesisir Kota Pekalongan pada saat ini?
b. Bagaimana solusi pencegahan banjir rob di Kota Pekalongan menurut fikih lingkungan?
C. Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian
a. Tujuan Penelitian
i. Mengetahui kondisi wilayah pesisir pantai utara jawa khususnya Kota
Pekalongan.
ii. Mengetahui solusi pencegahan banjir dalam perspektif fikih lingkungan.
b. Manfaat Penelitian
i. Memberikan informasi mengenai lingkungan di sekitar pesisir pantai utara jawa
khususnya Kota Pekalongan
ii. Memberikan solusi pencegahan banjir dalam perspektif fikih lingkungan.
D. Penelitian terdahulu dan Kerangka Teori
 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pencegahan banjir rob di Kota Pekalongan dengan banyak ditemukan
di berbagai jurnal, skripsi, buku dan platform lainnya. Berikut penelitian mengenai pencegahan
banjir rob di Kota Pekalongan antara lain:

5
Ali Yafie, Merintis Fiqh Lingkungan, (Jakarta: Ufuk Press, 2006), hlm 42
6
٣٨ ‫ ص‬,٢٠٠١ ,‫ دارالشروق‬,‫ رعاية البيئة يف شريعة اﻹسالم‬,‫يوسف القرضاوى‬
7
Husaini, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek: Materi Kuliah Bagi Mahasiswa Strata I, cet. I
(Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2014), hlm 10
a. Slamet Miftakhudin yang berjudul “Strategi penanganan banjir rob Kota Pekalongan”.
Tulisan beliau membahasa strategi-strategi penanganan banjir rob Kota Pekalongan
dengan analisis struktur topografis kawasan Kota Pekalongan. 8
b. Muhammad Izza yang berjudul “Mitigasi banjir rob dalam perspektif Ecopreneur
Muslim”. Penelitian beliau mengenai pencegahan/mitigasi banjir rob dengan perspektif
Ecopreneur Muslim. Mengingat, Kota Pekalongan yang memiliki banyak unit-unit usaha
kecil dan menengah (UMKM).9
c. Rizka Febri Ramadhani yang berjudul, “Implementasi Program Penanganan Banjir Rob
di Wilayah Pesisir Kota Pekalongan”, dalam penelitiannya penulis memberi informasi
mengenai program-program penanganan banjir di Kota Pekalongan, dan
pengimplementasiannya terhadap program tersebut. 10

d. Yogi Hardianto yang berjudul, “Analisis Kebijakan Penanganan Banjir Pasang air Laut
(ROB) di Kota Pekalongan”, dalam penelitiannya beliau menganalisis kebijakan
pemerintah daerah untuk penanganan banjir yang sudah lama terjadi. Beliau ingin
menguji kebijakan pemerintah kota untuk mengetahui keberhasilan dari kebijakan
tersebut.11
e. Dwi Aprilia Hapsari yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Mitigasi Bencana
Banjir rob di Kelurahan Kandang Panjang, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota
Pekalongan Tahun 2018”, dalam penelitiannya, penulis mencoba memberikan informasi
keikutsertaan masyarakat dalam pencegahan banjir rob di Kelurahan Kandang Panjang,
Kota Pekalongan. Serta solusi yang dilakukan masyarakat di daerah tersebut. 12
f. Nurul Hidayah yang berjudul “Pengembangan Model Mitigasi Bencana Banjir rob di
Keluarahan Kandang Panjang, Kota Pekalongan”. Dalam penelitiannya, Penliti
menggunakan teori Jhon Twigg 2009 yang diartikan sebagai sebuah pendekatan
sistematis untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengurangi risiko bencana..13

8
Slamet Miftakhudin, dalam karyanya berupa jurnal yang berjudul; “Strategi Penanganan Banjir Rob di Kota Pekalongan”,
Jurnal Litbang Kota Pekalongan Vol.19, No.1, 2021 https://jurnal.pekalongankota.go.id/index.php/litbang/article/view/142
9
Muhammad Izza, dalam karyanya berupa jurnal yang berjudul “Mitigasi banjir rob Perspektif Ecopreneur Muslim”, Al-Buhuts
Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 15, No. 1, 2015. https://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab/article/view/973
10
Rizka Febri Ramadhani, dalam karyanya berupa jurnal yang berjudul “Implementasi Program Penanganan Banjir di Wilayah
Pesisir Kota Pekalongan” e-Journal UNDIP, 2018. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpgs/article/view/9259/8989
11
Yogi Hardianto, dalam karyanya berupa tesis yang berjudul “Analisis Kebijakan Penanganan Banjir Pasang air Laut (ROB) di
Kota Pekalongan”, Tesis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2017. http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/116717
12
Dwi Aprilia Hapsari, dalam karyanya berupa Skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Mitigasi Banjir rob di
Kelurahan Kandang Panjang, Kecataman Pekalongan Utara, Kota Pekalongan Tahun 2018”, Skripsi Universitas Islam Negeri
Wali Songo, Semarang, 2019. https://eprints.walisongo.ac.id/12568/1/skripsi_1501046011_Dwi%20Aprillia%20Hapsari.pdf
13
Nurul Hidayah dalam karyanya berupa Skripsi berjudul “Pengembangan Model Mitigasi Bencana Banjir rob di Kota
Pekalongan”, Skripsi, Universitas AMIKOM, Yogyakarta, 2022. https://eprints.amikom.ac.id/8485/
g. Su Ritohardoyo yang berjudul “Pendekatan Sosio-Ekologi dan Teknologi dalam
Pengurangan Resiko Bencana (Kajian multi disiplin dalam analisis bencana banjir di
Pesisir Pekalongan)”, Penelitian in bertujuan untuk mematakan banjir pesisir Kota
Pekalongan dengan teknologi SIG (System Information Geografis), memahami strategi
adaptasi masyarakat terhadap banjir pesisir menggunakan pendekatan sosio-ekologi, dan
merumuskan rencana pengurangan resiko bencana dengan pendekatan multi disiplin
sosio-ekologi dan teknologi SIG.14
h. Tika Mutiarawati, dan Sudarmo yang berjudul “Collaborative Governance dalam
Penanganan Rob di Kelurahan Bandengan Kota Pekalongan”, Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tata pemerintahan yang kolaboratif antara para pemangku kepentingan
dalam menyelesaikan banjir pasang surut di Kelurahan Bandengan dan untuk mengetahui
faktor yang menghambatnya.15
i. Imam Faturohim, dan Anna Baita yang berjudul “Penerapan Algoritma Kmuans
Clustering untuk mengelompokkan Kerawanan Rob di Daerah Pekalongan”, Peneliti
ingin membantu pemerintah daerah dalam pencegahan banjir rob di pesisir Pekalongan
dengan memetakan kerawanan rob. Penelitian ini difungsikan untuk membantu
pemerintah dalam menentukan perencanaan pembangun tata ruang Kota Pekalongan. 16
j. Danang Nurdiantoro yang berjudul, “Dampak Banjir rob Terhadap Pemukiman di
Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan”, Hasil dari penelitian ini adalah bahwa
di Kecamatan Wonokerto semua desa terdampak oleh banjir rob. Dampak yang
ditimbulkan oleh banjir rob antara lain dampak ekonomi dengan rusaknya rumah dan
kendaraan bermotor warga, dampak kesehatan berupa gatal-gatal, dampak psikologis
berupa stres karena merasa jenuh dengan banjir rob yang terus terjadi. 17
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah, jika penelitian
sebelumnya lebih banyak mengambil perspektif sosio-ekologi, dan menganalisis kebijakan
pemerintah daerah dalam mitigasi banjir rob. maka, penelitian ini lebih banyak mencari solusi
mitigasi/pencegahan dengan kaca mata dunia Islam (Islamic Worldview) dengan fikih
14
Su Ritohardoyo dalam karyanya berupa jurnal berjudul “Pendekatan Sosio-Ekologi dan Teknologi dalam Pengurangan Resiko
Bencana (Kajian multi disiplin dalam analisis bencana banjir di peisir pekalongan)”, Publikasi Ilmiah, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta, 2013. https://publikasiilmiah.ums.ac.id
15
Tika Mutiarawati dan Sudarmo, dalam karya mereka berupa jurnal berjudul “Collaborative Governance dalam penanganan
Rob di Kelurahan Bandengan, Kota Pekalongan”, jurnal Wacana Publik, Vol.1, No.1, 2021, hlm. 82-98. https://jurnal.uns.ac.id
16
Imam Faturahim, dan Anna Baita, dalam karya mereka berupa jurnal yang berjudul “Penerapan Algoritma Kmeans Clustering
untuk Mengelompokkan Kerawanan Rob di Daerah Pekalongan”, JuTi (Jurnal Teknologi Informasi), Fakultas Teknologi
Informasi, AKAKOM, Yogyakarta, Vol.1, No.1, 2022, hlm. 12-21.
https://ejournal.akakom.ac.id/index.php/JuTI/article/view/624/pdf
17
Danang Nurdiantoro, dalam karya penelitian yang dimuat di dalam jurnal berjudul “Dampak Banjir rob Terhadap Pemukiman
di Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan”, dimuat didalam SIAR (Seminar Ilmiah Arsitektur 2020), ISSN; 2721-8686
(Online). https://publikasiilmiah.ums.ac.id
lingkungan sebagai alat utamanya. Peneliti mencoba mengkaji fikih lingkungan untuk
menemukan solusi-solusi pencegahan/mitigasi banjir pasang air laut (rob) yang sering
melanda pesisir pantai utara jawa khususnya Kota Pekalongan. Dengan harapan penelitian ini
pemerintah dapat berkolaborasi dengan peneliti sesuai dengan perspektif yang diajukan.
 Kerangka Teori
I. Mitigasi
Secara arti mitigasi berarti pengurangan resiko terhadap bencana yang akan terjadi.
Mitigasi daerah rawan banjir menjelaskan tentang daerah yang rentan terkena banjir atau
berisiko terjadinya banjir, penjelasan ini mengacu pada tingkat ketinggian air saat terjadinya
banjir.18 Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, mengatakan bahwa pengertian mitigasi dapat
didefinisikan sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapai ancaman
bencana.19 Mitigasi yang perlukan adalah sebuah solusi untuk mengurangi resiko, atau
mencegah bencana banjir rob tersebut agar tidak menyebabkan kerugian yang besar dialami
masyarakat pesisir Kota Pekalongan dengan menggunakan Islamic Worldview berupa fikih
lingkungan.
II. Banjir
Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia. Definisi banjir
adalah keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar. Kedatangan
banjir dapat diprediksi dengan memperhatikan curah hujan dan aliran air. Namun kadangkala
banjir dapat datang tiba-tiba akibat dari angin badai atau kebocoran tanggul yang biasa
disebut banjir bandang. Penyebab banjir mencakup curah hujan yang tinggi; permukaan tanah
lebih rendah dibandingkan muka air laut; wilayah terletak pada suatu cekungan yang
dikelilingi perbukitan dengan sedikit resapan air; pendirian bangunan disepanjang bantaran
sungai; aliran sungai tidak lancar akibat terhambat oleh sampah; serta kurangnya tutupan
lahan di daerah hulu sungai. Meskipun berada diwilayah "bukan langganan banjir'. Setiap
orang harus tetap waspada dengan kemungkinan bencana alam ini. 20

18
Dennis F. Niode Dkk, dalam karya mereka termuat dalam jurnal berjudul “Geographical Information System (GIS) untuk
Mitigasi Becana Alam Banjir di Kota Manado”, Jurnal Teknik Elektro dan Komputer vol. 5 no. 2 Januari – Maret 2016, ISSN:
2301-8402.
19
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), di kutip melalui Website https://bnpb.go.id pada hari Selasa, 7 Februari
2023, 11.13 WIB
20
Dikutip dari website PUSDATARU JATENG https://pusdataru.jatengprov.go.id di akses pada hari Selasa, 7 Februari 2023,
11.34 WIB
III. Fikih Lingkungan
Fikih secara bahasa bermakna “pemahaman mendalam atas sesuatu yang diucapkan atau
dikerjakan”. Dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 91 dijelaskan:
ِ ‫ول وِإنَّا لَنر‬ ‫مِم‬
‫ت َعلَْينَا بِ َع ِزيْز‬
َ ْ‫ك َو َما َأن‬ َ ُ‫ضعِي ًفا لَ ْواَل َر ْهط‬
َ َ‫ك لََرمَجْن‬ َ َ َ َ ُ ‫ب َما َن ْف َقهُ َكثِ ًري َّا َت ُق‬
َ ‫ىك فْينَا‬ ُ ‫قَالُوا يَ ُش َعْي‬
Mereka berkata, "Wahai Syuaib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau
katakan itu, sedang kenyataannya kami memandang engkau seorang yang lemah di
antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah merajam engkau, sedang
engkau pun bukan seorang yang berpengaruh di lingkungan kami”
Dalam sebuah hadits Rasulullah S.A.W bersabda:

‫َم ْن يُِريْ ُد اللَّه َخْيًرا يُ َفقِّهُ يِف الدِّيْ ِن‬


“Barangsiapa yang dikehendaki Allah sebagai orang yang baik maka, Allah akan
memudahkannya dalam memahami berbagai macam persoalan agama” (H.R Bukhari
dan Muslim)
Secara istilah kata Fikih mempunyai makna “pemahaman yang mendalam pada
hukum-hukum syari’at yang dijalankan manusia berdasarkan aturan yang telah di
tetapkan”.21 Fikih lingkungan yang berarti pemahaman yang mendalam terhadap
lingkungan sesuai pada hukum syari’at yang telah di tetapkan Allah. Pandangan terhadap
lingkungan yang dipandang melalui sudut pandang Islam (Islamic Worldview). Fikih
lingkungan berupaya menyadarkan manusia beriman agar supaya menjaga kelestarian
lingkungannya adalah kewajiban sebagai khalifatullah di atas bumi. 22

E. Metode Penelitian
 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian kualitatif, yang merupakan pendekatan
yang sistematis dan objektif. Hasil dari penelitian ini tidak diperoleh melalui prosedur statis atau
dalam bentuk hitungan.23 Penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena sesuatu yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi
kata-kata dan bahasa, di suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.24
21
Thalhah dan Achmad Mufid A. R, Fiqih Ekologi; Menjaga Bumi Memahami Makna Kitab Suci, cet. I, (Yogyakarta: Total
Media, 2008), hlm 148
22
Ali Yafie, “Merintis Fiqh Lingkungan Hidup”, (Jakarta: Ufuk Press, 2006), hlm. 161
23
Danim Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 7
24
Husaini, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek: Materi Kuliah Bagi Mahasiswa Strata I, cet. I (Yogyakarta: Kaukaba
Dipantara, 2014), hlm. 7
Penelitian ini dikerjakan dengan metode kepustakaan (library research) secara
keseluruhannya. Penelitian kepustakaan merupakan cara penelitian yang mengumpulkan
informasi dan data dengan bahan-bahan data yang dapat ditemukan di perpustakaan seperti buku-
buku, jurnal-jurnal, majalah, dokumenter-dokumenter yang berupa draft tulisan maupun visual. 25

 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan yuridis-normatif.
Penelitian yuridis normatif ialah penelitian hukum yang dipengaruhi oleh doktrin hukum murni
dan positivisme.26 Peneliti menggunakan pendekatan hukum-hukum legal (yuridis), dan
Menggunakan pendekatan sudut pandang Islam melalui fikih lingkungan sebagai pendekatan
normatif.

 Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini menjadi dua bentuk sumber data,
yaitu primer dan sekunder. Berikut paparan bagian-bagiannya:
a. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber utama yang dipakai peneliti dalam melakukan kegiatan
penelitiannya. Dalam penelitian ini menggunakan buku karya Ali Yafie yang berjudul
“Merintis Fiqh Lingkungan Hidup” dan juga “Ri’ayah al-Bi’ah fiy Syari’ah al-Islam”
karya Yusuf Qardhawi.
b. Sumber Primer
Sumber data sekunder adalah sumber penunjang yang berkaitan dengan pembahasan.
Dalam penelitian ini menggunakan sumber sekunder yang di dapat melalui jurnal-jurnal,
film dokumenter yang menayangkan pembahasan tentang kondisi pesisir pantai utara
jawa (Watchdoc Documentary dan Image, Narasi), naskah-naskah, laporan organisasi
non pemerintahan yang berkegiatan dalam kampanye pelestarian lingkungan (Green
Peace, WALHI), media massa cetak maupun digital, undang-undang no. 32 tahun 2009
tentang lingkungan hidup, undang-undang no 24 tahun 2007 tentang mitigasi dan
penanggulangan bencana, kesepatakan internasional tentang “climate change”
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), al-Qur‟an, Hadits dan kompilasi hukum Islam yang
berkaitan dengan pembahasan lingkungan hidup.

25
Milya Sari, dan Asmendri, dalam karya mereka berupa jurnal yang berjudul “Penelitian Kepustakaan (library research) dalam
Penelitiaan Pendidikan IPA”, Jurnal Natural Science, (UIN Imam Bonjol; 2020), Vol. 6, No. 1, Februari 2020 .
26
Depri Liber Sonata, dalam karyanya berupa jurnal yang berjudul “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris:
Karakteristik Khas dari Metode Peneliti Hukum”, Fiat Justisia, Vol. 8, No. 1, Januari-Maret, 2014.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dimulai dari proses
pengumpulan data hingga penyusunan laporan. Menurut Miles dan Huberman, analisis kualitatif
dilakukan secara interaktif berlangsung secara terus menerus hingga tuntas, sehingga datanya
menemukan titik jenuh. Empat langkah dalam analisis data kualitatif yaitu; Pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. 27 Berikut bagan teknik analisis
data yang di gunakan:

Penelitian ini memakai teknik metode analisis data deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang
mengembangkan teori yang dibangun dari data yang telah di dapatkan. Bertujuan, menjelaskan
dan memaparkan objek penelitian yang dalam penelitian ini adalah mitigasi banjir rob di Kota
Pekalongan.

27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 330

Anda mungkin juga menyukai