Anda di halaman 1dari 13

EKOTEOLOGI ISLAM DAN ETIKA PENGELOLAAN

SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI HAJAT HIDUP


MANUSIA

Penyususn:
Yusuf Mahmud Lobang
Bangfar07@gmail.com

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG MALANG
Komisariat FISIP Universitas Merdeka
Koorkom Merdeka Malang
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh. Segala puji dan syukur


penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah serta nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal
yang berjudul “EKOTEOLOGI ISLAM DAN ETIKA PENGELOLAAN SUMBER
DAYA ALAM SEBAGAI HAJAT HIDUP MANUSIA” jurnal tersebut sebagai salah
satu syarat dalam melanjutkan training di jenjang yang lebih tinggi lagi yakni dalam
jenjang LK 2 HMI cabang Malang. Dalam penulisan dan penyusunan jurnal ini
penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
Kakanda La Rian Hidayat dan Kakanda Satria Tunggara dan saudara-saudara se-
komisariat Fisip koorkom merdeka malang yang telah membimbing penulis dalam
pembuatan jurnal ini. Penulis sadar bahwa penulisan jurnal ini terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kriteria kesempurnaan. Untuk itu penulis
menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan jurnal ini. Akhir kata penulis berharap agar jurnal ini
dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak
yang memerlukan.

Malang, 26 Februari 2019

Penulis

i
EKOTEOLOGI ISLAM DAN ETIKA PENGELOLAAN
SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI HAJAT HIDUP
MANUSIA

Yusuf Mahmud Lobang


Cabang Malang
Bangfar07@gmail.com
0813-5343-9471

Abstract
With the advent of the technology a rapid progress make people do not satisfied
in making use of a nature to fulfill their needs .But in meeting the needs of the man
exploit the natural to excess without considering the sustainability of natural so
as to make environment at present experiencing crisis of natural resources .It
became a job for the environmental organization .But in solving the crisis of
natural resources not been enough with use methods common about governance
environment , but need to see in the corner of the theology .Ekoteologis is thought
union between religions and understanding scientific governance the environment
and natural resources in line with the training and conception religion in the
context of this journal was the doctrine islamic. In addition to the Al-Qur’an have
function as the scriptures, the Al-Qur’an also are the main source of the science
of knowledge to be resolve the problem problems people .One of the things the
problem people when this is a crisis and natural resources living environment then
this problem ban and for as a result is made clear in the pen divine , for example
a letter my paragraph 30, asy-syura paragraph 30, Ar-Ruum paragraph 41-42,
Al-A'raaf will paragraph 56 and others.

Keywords: Islamic Ekoteologi, Ethics the Management of Natural Resources,


And Human Life’s needs

Abstrak
Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat membuat manusia tidak puas
dalam memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhannya. Namun dalam
pemenuhan kebutuhan tersebut manusia mengeksploitasi alam secara berlebihan
tanpa memikirkan keberlanjutan alam sehingga membuat lingkungan hidup saat
ini mengalami krisis sumber daya alam. Hal tersebut menjadi tugas bagi para
pemerhati lingkungan. Namun dalam menyelesaikan persoalan krisis sumber daya
alam tidak lah cukup dengan menggunakan metode-metode umum tentang tata
kelola lingkungan, namun perlu melihat dalam sudut padang teologi. Ekoteologis
adalah pemikiran penyatuan agama dan pemahaman keilmuan tata kelola
lingkungan hidup dan sumber daya alam sejalan dengan ajaran dan konsepsi
agama dalam konteks jurnal ini adalah ajaran agama Islam. Di samping Al-qur’an
mempunyai fungsi sebagai kitab suci, Al-qur’an juga merupakan sumber utama
ilmu pengetahuan yang akan menyelesaikan persoalan persoalan umat. Salah satu
hal yang menjadi persoalan umat saat ini adalah krisis sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang kemudian persoalan tersebut larangan dan sebab akibatnya
telah dijelaskan dalam kalam ilahi, misalnya surat al-Baqarah ayat 30, asy-Syura
ayat 30, Ar-ruum ayat 41-42, Al-A’raaf ayat 56 dan lain-lain.

Kata kunci: Ekoteologi Islam, Etika Pengelolaan Sumber Daya Alam, dan Hajat
Hidup Manusia

1
PENDAHULUAN
Persoalan terkait bencana alam dan krisis sumber daya alam di dunia dalam
akhir-akhir ini telah menjadi sebuah masalah yang sangat membuming. Bahkan
Indonesia sebagai salah satu negara terbesar dengan alam yang berlimpah juga telah
mengalami krisis sumber daya alam yang mengakibatkan pada berbagai sektor
kehidupan. Krisis sumber daya alam yang terjadi antara lain kekurangan jumlah
debit air, udara menjadi tidak sejuk, penebangan hutan secara liar yang
mengakibatkan banjir dan longsor dan lain-lain. Krisis sumber daya alam yang
terjadi di Indonesia bahkan dunia secara umum adalah akibat dari ulah manusia.
Seiring dengan perkembangan teknologi di era globalisasi mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap kebutuhan ekonomi, sehingga dengan kebutuhan
ekonomi yang semakin membengkak mendorong manusia atau investor dalam
mengeksploitasi alam secara berlebihan. Sehingga proses pengeksploitasian alam
yang dilakukaan oleh manusia hanya mementingkan sektor ekonomi jangka pendek
tanpa memikirkan jangka panjang atau keberlanjutan kehidupan sumber daya alam.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dilihat di berbagai kasus pembangunan.
Misalanya pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) di lereng
selatan gunung Slamet, permasalahan yang terjadi antara lain kekurangan jumlah
debit air dan sumber air menjadi keruh hingga satwa-satwa liar yang turun ke desa
karena pohon-pohon besar di hutan lindung ditebangi dan habitat hidup satwa-
satwa tersebut telah rusak1. Selain PLTPB, kasus semacam itu juga terjadi pada
Salah satu perusahan pabrik susu yaitu PT. Greenfield Indonesia yang terletak di
desa Ngadirenggo, kecamatan Wlingi, kabupaten Blitar. Pencemaran lingkungan
yang terjadi adalah hasil limbah pabrik susu tersebut tidak dikelola dengan baik
sehingga terjadi pencemaran air dan udara. Masyarakat desa Ngadirenggo yang
awalnya menggunakan aliran air tersebut sebagai sumber kehidupan kini tidak
menggunakan lagi karena aliran air tersebut menjadi keruh dan udara yang awalnya
sejuk juga telah menjadi bau karena kesalahan dalam pengelolaan limbah pabrik
tersebut.
Masih banyak kasus-kasus pencemaran lingkungan di Indonesia baik itu
secara sengaja maupun tidak sengaja. Selain pencemaran yang dilakukan oleh
berbagai macam pembangunan yang tanpa memikirkan keberlanjutan sumber daya
alam, pencemaran lingkungan juga biasa dilakukan oleh masyarakat pada
umumnya, misalnya penebangan hutan untuk keperluan pribadi tanpa ada
penghijauan kembali, pembuangan sampah secara sembarangan, dan kegiatan
pencemaran lingkungan lainnya. Setiap kegiatan yang bersifat pencemaran
lingkungan tersebut mempunyai dampak buruk pada kesehatan misalnya kondisi
udara yang kotor akan menyebabkan penyakit asma dan lain-lain. masalah tersebut
terlihat seperti masalah lingkungan, namun secara jangka panjang masalah tersebut
bisa berkembang menjadi masalah sosial jika sudah terlalu mengganggu hajat
hudup banyak orang.
Ketika masalah krisis global terjadi akibat eksploitasi alam yang berlebihan
dan pencemaran lingkungan, para ahli lingkungan kemudian menggunakan sudut
pandang agama untuk memecahkan masalah lingkungan tersebut, dimana ekologi

1 https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3564239/ratusan-warga-banyumas-aksi-tolak-pltpb-gunung-slamet

(21 februari 2019, Pukul: 19.30 WIB).

2
dilihat sebagai kesatuan alami antara alam dan isinya. Pemikiran ini menjadi
populer sehingga mendorong pemuka agama, khususnya pemuka agama Islam dan
para ahli lingkungan bekerjasama dalam melihat masalah lingkungan hidup dengan
sudut pandang agama.
Pemikiran penyatuan agama dan pemahaman keilmuan tata kelola
lingkungan hidup dan sumber daya alam sejalan dengan ajaran dan konsepsi agama
Islam. Karena persoalan terkait lingkungan merupakan kemaslahatan umat,
sehingga sangat diperlukan penyatuan keilmuan kauliyah yang datangnya dari
Allah Swt berupa Al-qur’an dan Hadits dan keilmuan kauniyah yang diperoleh dari
logika atau fenomena alam. Melalui penyatuan imu kedua ilmu tersebut, norma dan
etika ajan menjadi satu kesatuan dalam pemahaman pelestarian lingkungan hidup
dan pengelolaan sumber daya alam. Penyatuan pemahaman antara kauliyah dan
kauniyah ini secara tidak langsung bertentangan dengan konsepsi pemahaman yang
bersifat sekularisme karena konsep pemahaman sekularisme ini memisahkan antara
agama dan pengembangan ilmu, sehingga etika terbentuk di luar keilmuan tersebut.
Jadi agama Islam sebagai faktor yang sangat penting dalam pelestarian lingkungan
hidup dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan sehingga timbul
kesadaran manusia akan hakikat alam semesta. Konsep pelestarian lingkungan dan
pengelolaan alam berdasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam sebagai bagian dari
Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) 2.

PEMBAHASAN
A. Defenisi Ekoteologi
Ekoteologi terdiri dari kata ekologi dan teologi, yang kemudian didefinisikan
sebagai prinsip teologi yang membahas interrelasi antara agama dengan alam, atau
antara agama dengan lingkungan. Istilah ekologi (dalam bahasa Inggris ecology)
diambil dari bahasa Yunani dari kata oikos dan logos. Oikos berarti tempat tinggal
sedangkan logos artinya ilmu. Sebagai sebuah disiplin ilmu, ekologi yang
merupakan cabang dari biologi ini adalah sebuah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara organisme-organisme dan hubungan antara organisme-
organisme itu dengan lingkungannya. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh
ahli biologi Jerman, Ernst Haeckel pada tahun 18663.
Dalam pengertian yang lebih luas, oikos tidak dipahami hanya sekedar tempat
tinggal manusia. Oikos juga dipahami sebagai keseluruhan alam semesta dan
seluruh interaksi saling pengaruh yang terjalin di dalamnya diantara makhluk hidup
dengan makhluk hidup lainnya dan dengan keseluruhan ekosistem atau habitat.
Dengan demikian, oikos bermakna rumah bagi semua makhluk hidup yang
sekaligus menggambarkan interaksi keadaan seluruhnya yang berlangsung di
dalamnya. Sehingga dalam perspektif teologis, krisis lingkungan yang saat ini
terjadi tidak lepas dari cara pandang dan perilaku manusia yang secara sadar atau

2 Fachruddin M Mangunjaya dkk, Pelestarian Satwa Langka Untuk Keseimbangan Ekosistem, LPLH-SDA MUI,

Jakarta, 2017, hlm. 56.


3 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 2005, hlm. 182.

3
pun tidak telah mengubah ekosistem bumi menjadi terancam keseimbangannya 4.
Jadi ekologi dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari pola hubungan
antar semua makhluk hidup di alam semesta dan serta seluruh interaksi yang saling
mempengaruhi dan terjadi di dalamnya.
Sedangkan kata teologi berasal dari bahasa yunani theologia. Teologi berasal
dari kata theos yang berarti tuhan atau Allah, dan logos yang artinya wacana atau
ilmu. Jadi istilah teologi berarti ilmu yang berkaitan tentang ketuhanan atau ilmu
yang membicarakan tentang zat tuhan dari segala seginya dan hubungan-Nya
dengan alam.
Dengan demikian secara implisit ekoteologi didefinisikan sebagai konsep
keyakinan agama yang berkaitan dengan persoalan lingkungan yang didasarkan
pada ajaran agama, dalam konteks jurnal ini adalah ajaran agama Islam. Konsep
teologi ini dapat digunakan sebagai panduan teologis berwawasan lingkungan
dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Melalui ekoteologi, dapat
dipahami secara mendalam bagaimana hubungan harmonis antara tuhan, alam dan
manusia. Lebih jauh dapat dijelaskan, hubungan antara tuhan, alam dan manusia
mengacu kepada hubungan sistemik, yaitu tuhan sebagai pencipta manusia dan
alam raya, tuhan sebagai pemilik manusia serta alam raya sekaligus secara
fungsional tuhan sebagai pemelihara manusia dan alam raya.
Ekoteologi Islam mendukung sepenuhnya argumentasi bahwa kita harus
merubah cara pandang dan sikap hidup manusia untuk melestarikan lingkungan,
tetapi pada saat yang sama ekoteologi islam juga menaruh perhatian pada isu-isu
sosial dan struktur masyarakat yang disuarakan oleh ekologi sosial dalam
menangani krisis dan isu lingkungan. Sebaliknya, ketika ekoteologi Islam menaruh
perhatian penuh terhadap aktivitas riset ilmiah dan penegakan keadilan sosial, pada
saat yang sama juga memberikan sumbangsih pemikiran dengan menawarkan
dimensi spiritualitas terhadap isu-isu lingkungan dan alam. Jadi itu adalah salah
satu bentuk karakteristik ekoteologi islam. Selain spiritualitas, ekoteologi islam
juga mempunyai asas proporsionalitas. Dengan asas proporsionalitas yang berbunyi
“segala sesuatu diletakkan pada tempatnya yang sesuai dengan eksistensinya” maka
ekoteologi Islam bisa memberikan jalan tengah antara kaum konservatisme
pendukung lingkungan ilmiah dan kaum pembela kemajuan peradaban manusia.
B. Manusia dan Sumber Daya Alam
Secara umum ada 3 faktor yang menjadi permasalahan dalam kehidupan
ekologis, permasalahan tersebut antara lain manusia, industrialisasi serta alam itu
sendiri. yang dimaksud dengan faktor alam yaitu misalnya tanah longsor, banjir dan
sebagainya. Namun faktor yang menjadi dominasi terjadiya persoalan lingkungan
hidup adalah manusia dan industrialisasi. Seiring dengan cepatnya arus globalisasi
kebutuhan akan lingkungan ekonomi semakin meningkat, namun di sisi lain sumber
daya alam juga semakin berkurang sehingga perlu menjembatani atau
mengintegrasikan kepentingan ekonomi sebagai tuntutan manusia dan kepentingan
lingkungan sebagai tuntutan alam.

4 Dr. A. Sony Keraf, Filsafat Lingkungan Hidup: Alam Sebagai Sebuah Tanda Kehidupan, Kanisius, Yogyakarta,

2014, hlm. 43.

4
Sumber daya alam harus dikelola secara baik dan benar agar dapat
memberikan manfaat kepada rnanusia secara maksimal dan lestari. Pembangunan
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dengan mengembangkan dan
alam yang ada. Dalam memanfaatkan sumber daya melalui pembangunan
senantiasa terjadi perubahan ekosistem yang pada akhirnya memberi dampak
positif ataupun dampak negatif terhadap manusia kembali. Semakin besar manfaat
yang akan diinginkan, semakin besar juga akan menimbulkan resiko ataupun
muncul resiko baru. Pengelolaan sumber daya alam (natural resource management)
dimaksud untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan yang
tinggi, aman dan manusiawi terjamin. Hanya dalam kondisi kualitas lingkungan
yang tinggi, manusia lebih banyak memperoleh manfaat dari pada resiko
lingkungan.
Masalah lain yang timbul dalam pemanfaatan sumber daya alam lainnya
adalah sifat dan kemampuan manusia. Baik sifat dan kemampuan manusia maupun
fisik, mental maupun ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya tidak sama.
Sehingga menimbulkan perbedaan di antara setiap anggota masyarakat khususnya
dlam kegiatan ekonomi. Perbedaan yang dimaksud adalah antara orang yang sudah
siap dan yang belum siap, antara yang memiliki faktor produksi dan yang tidak
memiliki faktor produksi, antara yang berproduktifitas tinggi dan yang
berproduktivitas rendah dan anggota masyarakat di suatu daerah dan daerah yang
lain. 5
C. Etika Pengelolaan Lingkungan Hidup
Etika merupakan suatu bentuk pemikiran secara kritis dan ajaran yang paling
mendasar tentang pemahaman moral yang mendalam, dalam konteks ini adalah
bagaimana moralitas dalam pengelolaan lingkungan alam berdasarkan prinsip
keberlanjutan. Sedangkan etika lingkungan hidup merupakan petunjuk atau arah
melalui perilaku secara praktis manusia dalam mengusahakan teruwujudnya moral
dan upaya untuk mengendalikan keharmonisan alam agar tetap berada pada batas
kelestarian. Etika lingkungan hidup mempunyai prinsip dalam menjaga hubungan
di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia
yang secara langsung mempunyai pengaruh terhadap alam dan antara manusia
dengan makhluk lain atau dengan alam secara keseluruhan. terkait etika
pengelolaan alam, A Sonny Keraf mengatakan dalam bukunya “Etika Lingkungan
Hidup” mengingatkan bahwa masalah lingkungan hidup adalah masalah moral
manusia atau perilaku manusia. Lebih jauh lagi, Sonny Keraf memaparkan bahwa 6:
Etika lingkungan hidup tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam,
namun juga mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia
dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk
hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan.

Etika lingkungan hidup mempunya dua prinsip, yakni komunitas moral terbatas
oleh komunitas sosial, namun mencakup komunitas ekologis seluruhnya dan
hakikat manusia bukan hanya makhluk sosial, melainkan juga makhluk ekologis.
Kedua prinsip ini sebagai acuan perubahan kebijakan sosial, politik, dan ekonomi

5
Yonathan Pongtuluran, Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Andi, Yogyakarta, 1986, hlm. 46.
6 Dr. A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Kompas, Jakarta, 2010, hlm. 41-42.

5
untuk lebih berpihak pada lingkungan hidup dan menjadi solusi permasalahan yang
terjadi pada lingkungan hidup. Etika lingkungan hidup menjelaskan bahwa alam
semesta perlu dihormati. antroposentrisme menghormati alam karena kepentingan
manusia bergantung pada kelestarian dan integritas alam, sedangkan pada teori
biosentrisme dan ekosentrisme beranggapan bahwa manusia mempunyai kewajiban
moral untuk menghargai alam semesta dengan segala isinya karena manusia adalah
bagian dari alam dan karena alam mempunyai nilai pada dirinya sendiri 7.
Manusia sebagai makhluk yang berakal harus menghargai dan menghormati
benda-benda non hayati karena semua yang ada di alam semesta mempunyai hak
yang sama untuk tetap ada, hidup, dan berkembang. Alam mempunyai hak untuk
dihormati, bukan hanya karena kehidupan manusia bergantung pada alam, tetapi
hakikat hidup manusia adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan dengan alam
sekaligus anggota komunitas ekologis. Manusia wajib menghargai hak semua
makhluk hidup untuk berada, hidup, tumbuh, dan berkembang secara alamiah.
Sebagai perwujudan nyata, manusia harus memelihara, merawat, menjaga,
melindungi, dan melestarikan alam beserta seluruh isinya. Manusia tidak boleh
merusak dan menghancurkan alam beserta seluruh isinya tanpa alasan yang benar.
Menghormati alam adalah tanggung jawab moral. Setiap benda di alam semesta ini
diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya masing-masing terlepas dari untuk
kebutuhan manusia atau tidak. Sehingga manusia sebagai bagian dari alam semesta
bertanggung jawab untuk menjaga alam, bukan saja bersifat individual melainkan
kolektif. Tanggung jawab moral menuntut manusia untuk mengambil prakarsa,
usaha, kebijakan, dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta
beserta kandungannya. Artinya kelestarian dan kerusakan alam merupakan
tanggung jawab bersama seluruh umat manusia. Tanggung jawab ini juga terwujud
dalam bentuk mengingatkan, melarang dan menghukum bagi yang merusak dan
membahayakan alam.
D. Al-Qur’an dan Peristiwa Alam
Salah satu faktor yang menjadi bencana alam adalah hubungan timbal balik
yang tidak seimbang antara manusia dan alam itu sendiri. Sehingga pentingnya
penanaman pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam isi Al-qur’an terhadap
kerangka berfikir manusia dalam pemeliharaan alam. Penanaman nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-qur’an kepada manusia dengan melalui pendekatan teks dan
kontekstual terhadap Al-qur’an. Dalam mendukung pemahaman terhadap teks di
dalam Al-qur’an sangat diperlukan pendekatan kontekstual. Keterlibatan yang kita
capai adalah menghubungkan pengetahuan religius dan sakral dengan ilmu
pengetahuan sains yang cendrung baru dan bersifat modern dalam artian sebagai
pendukung. Alam adalah persembahan tuhan sebagai tempat hidup manusia.
Selanjutnya untuk mendapat kenyamanan dari alam itu adalah tergantung pada
usaha manusia dalam memanfaatkan alam, karena sebab perubahan alam yang tidak
menguntungkan ada dua hal, yakni bencana sebagai takdir Allah dan bencana akibat
ulah manusia. Ada empat konsep penting yang harus dipahami untuk membangun
7 Dr. A. Sony Keraf, Op.Cit., hlm. 167.

6
pemahaman agama (slam terhadap ekologi yaitu taskhir (penundukan), ‘abd
(kehambaan), khalifah (pemimpin) dan amanah (dipercaya). Keempatnya berasal
dari konsep tujuan penciptaan alam semesta dan manusia. Pandangan yang
komprehensif terhadap empat konsep di atas dengan seimbang akan memberikan
pandangan yang baik mengenai relasi manusia dan lingkungan dalam kaitannya
dengan keseimbangan alam8.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-quran terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam Q. S. al-Baqarah [2]: 30

‫ض ِفی جا ِعل ا ِِنی ِللملٰٓ ِئک ِۃ ربُّک قال اِذ و‬


ِ ‫و ِفیہا ِسد ُۡیُّف من ِفیہا اتجع ُل قالُ ۤۡواؕ فۃۡخ ِلی اۡلر‬
ُ ‫ِس و بِحمدِک نُسبِ ُح نحنُ و ۚ الدِمآٰء یس ِف‬
‫ک‬ ُ ‫تعل ُمون ۡل ما اعل ُم اِنِ ۤۡی قالؕ لک نُقد‬
Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu Berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi.”, Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” Dia Berfirman, “Sungguh, Aku Mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.

Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya


dan manusia terhadap alam. Manusia merupakan bagian dari alam semesta
(kosmos) yang telah diciptakan oleh Allah SWT dan sebagai abdi-Nya. Manusia
diberikan kuasa oleh Tuhan untuk memanfaatkan, mengolah, dan menjaga potensi
alam semesta yang telah diciptakan-Nya (khalifatullah). Dengan alam pula
manusia berproses dan memperoleh pengetahuan dari Tuhan. Oleh karena itu
membahas hubungan antara manusia, alam, dan Allah SWT sebagai pencipta tidak
dapat dipisahkan9.
Kekhalifahan memiliki pengertian pengayoman, pemeliharaan serta
pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Tujuan Allah
mensyariatkan hukumnya adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia,
sekaligus untuk menghindari kerusakan, baik di dunia maupun di akhirat. Semua
makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungannya, tidak terkecuali manusia.
Hubungan simbiosis (saling ketergantungan) antara manusia dengan lingkungan di
sekitarnya sangat menentukan kesinambungan antar keduanya. kelangsungan
hidup manusia dan alam sangat tergantung ada sikap dan perilaku manusia sebagai
pemimpin di muka bumi. Walaupun sebagai subjek terhadap alam, manusia tidak
serta merta dapat memperlakukan alam semaunya. Alam dengan lingkungannya
akan melakukan reaksi terhadap manusia yang mengakibatkan kepunahan umat
manusia di bumi bencana dan lain-lain. Peran manusia sebagai subjek atas alam
tidak mengurangi keharusan manusia dalam ketergantungannya pada lingkungan.
Ini artinya, melestarikan lingkungan sama nilainya dengan memelihara
kelangsungan hidup manusia dan segala yang eksis di alam. Begitu juga merusak

8 Drs. Misbahkhunur, M.Si., Tanggung Jawab Terhadap Alam Dan Lingkungan, Modul 8 Universitas Brawijaya,

2011, hlm. 221-240.


9 Samidi, Tuhan, Manusia, Dan Alam: Analisis Kitab Primbon Atassadhur Adammakna, dalam Shahih vol. 1, No.

1, Januari-Juni 2016, hlm. 14-26.

7
lingkungan hidup dengan bentuk apapun merupakan persoalan yang serius bagi
kelangsungan kehidupan di alam dengan segala isinya termasuk manusia.
Terdapat hubungan sebab akibat antara tingkah laku manusia dengan bencana
alam yang terjadi dalam sebuah lingkungan. Bencana yang ada hubungannya
dengan tingkah laku manusia itu dapat berupa bencana di dalam tatanan sosial
masyarakat seperti perang, konflik, kerusuhan, dan sebagainya. Serta ada pula yang
berupa bencana yang terjadi di alam yaitu di sekitar lingkungan kita berada,
misalnya adalah banjir, tanah longsor, dan sebagainya. Seperti yang diterangkan di
dalam firman Allah SWT Q. S. asy-Syura [42]:30

‫صیبة ِمن أصابكُم وما‬


ِ ‫ك ِثیر نۡع ویعفُو أیدِیكُم كسبت ف ِبما ُم‬
Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah Memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).

Pada ayat al-qur’an tersebut dijelaskan bahwa beberapa tingkah laku manusia
yang dapat merusak atau memicu adanya bencana pada alam msialnya banjir dan
longsor akibat penebangan hutan secara liar, udara menjadi tidak sejuk akibat
pembuangan sampah secara sembarangan dan lain-lain.
Selanjutnya Allah SWT berfirman dalam Q. S. Ar-ruum [30]:41-42

‫یر ِجعُون لعلَّ ُهم ع ِملُوا بعضالَّذِي ِلیُذِیق ُهم ِۡالنَّاس أیدِي كسبت بِما والبح ِر الب ِر فِي الفساد ُ ظهر‬
‫یروا قُل‬
ُ ‫ض فِي ِس‬ ِ ‫ۡمن الَّذِین عاقِبةُ كان كیف فانظُ ُروا األر‬ ِ ‫ُمش ِر ِكین أكث ُرهُم كان قب ُل‬
Telah tampak kerusakan didarat dan dilaut akibat perbuatan tangan manusia, Supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(kejalan yang benar). Katakanlah, “Lakukanlah perjalanan dimuka bumi dan
perhatikannlah bagaimana kesudahan orang-orang terdahulu, kebanyakan dari mereka itu
adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).

Tafsir Surah Ar-Rum 41-42


Pada ayat 41 surah ar-rum, terdapat penegasan Allah bahwa berbagai kerusakan
yang terjadi di daratan dan di lautan adalah akibat perbuatan tangan manusia. Hal
tersebut hendaknya disadari oleh umat manusia dan karenanya manusia harus
segera menghentikan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya
kerusakan di daratan dan di lautan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan
bermanfaat untuk kelestarian alam10.
Menurut Zhahara pada mulanya berarti terjadinya sesuatu dipermukaan bumi.
Sehingga karena dia dipermukaan maka menjadi nampak dan terang serta diketahui
dengan jelas. Sedangkan kata al-fasad menurut al-ashfahani adalah keluarnya
sesuatu dari keseimbangan, baik sedikit maupun banyak. Kata ini digunakan
menunjuk apa saja, baik jasmani, jiwa, maupun hal-hal lain11.

10 Syamsuri, Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas XI, Erlangga, Jakarta, 2004, hlm. 168.
11 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2005, hlm. 76.

8
Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad itu. Ini
dapat berarti daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, yang hasilnya
keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama
kontemporer memahami ayat ini sebagai isyarat tentang kerusakan lingkungan12.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa rusaknya alam atau terjadinya sebuah
bencana alam terdapat hubungannya dengan apa yang dilakukan oleh manusia.
Abul Aliyah berkata:
“Barang siapa yang berlaku maksiat kepada Allah SWT di muka bumi, maka berarti dia
telah berbuat kerusakan di dalamnya. Karena kebaikan bumi dan langit adalah dengan
sebab ketaatan” 13.

Allah menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin dalam arti Allah


memberi Hak sepenuhnya dalam memanfaatkan kekayaan alam untuk kebutuhan,
tetapi Allah tidak menghendaki perbuatan yang melampaui batas. Hal tersebut agar
tidak membuat manusia lupa diri yang kemudian melakukan hal yang berlebihan
yang justru membuat manusia durhaka dengan apa yang dicapainya tersebut.
Allah Swt melarang manusia untuk melakukan kerusakan terhadap bumi dalam
Q.S. Al-A'raaf, 7:56
‫یب ِمن ٱل ُمح ِس ِنین‬ ِ َّ ‫عوهُ خو ٗفا وطمع ۚا ِإ َّن رحمت‬
ٞ ‫ٱَّلل ق ِر‬ ِ ‫وۡل تُف ِسد ُوا ِفي ٱألر‬
ُ ‫ض بعد ِإصل ِحها وٱد‬
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik

Tafsir surat Al-A’raaf, 7:56 menurut Ibnu Katsir


‫ض فِى تُف ِسد ُوا وۡل‬
ِ ‫ِإصلحِ ها بعد ٱألر‬
Artinya “Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya”.

Allah Swt melarang perbuatan yang menimbulkan kerusakan di muka bumi dan
hal-hal yang membahayakan kelestariannya sesudah diperbaiki. Karena
sesungguhnya apabila segala sesuatunya berjalan sesuai dengan kelestariannya,
kemudian terjadilah pengrusakan padanya, hal tersebut akan membahayakan semua
hamba Allah. Maka Allah Swt melarang hal tersebut, dan memerintahkan kepada
mereka untuk menyembah-Nya dan berdoa kepada-Nya serta berendah diri dan
memohon belas kasihan-Nya. Untuk itulah Allah Swt berfirman

ُ‫عوه‬
ُ ‫وطمعا خوفا وٱد‬
“dan berdoalah kepada­Nya dengan rasa taha (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan)”

12 Ibid,, hlm. 77.


13 M. Abdul Ghoffar E.M, Tafsir Ibnu Katsir jilid 6, Pustaka Imam Syafi’I, Bogor, 2004, hlm. 380.

9
Yakni dengan perasaan takut terhadap siksaan yang ada di sisi-Nya dan penuh
harap kepada pahala berlimpah yang ada di sisi-Nya. Kemudian dalam firman
selanjutnya disebutkan:
َّ ‫َّلل رحمت‬
‫إن‬ ِ َّ ‫ٱل ُمح ِسنِین مِن ق ِریب ٱ‬
“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang­orang yang berbuat baik”.

Maksudnya, sesungguhnya rahmat Allah selalu mengincar orang-orang yang


berbuat kebaikan, yaitu mereka yang mengikuti perintah-perintah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya 14.
Jadi makna dari ayat tersebut adalah larangan terhadap manusia berbuat
kerusakan di muka bumi apa yang telah di ciptakan Allah dan di tata sebaik
mungkin, agar manusia senantiasa menjaga dan memelihara terhadap kelestarian
lingkungan dan mengagungkan terhadap ciptaan Allah sebagai bentuk rasa syukur
manusia kepada sang pencipta.

PENUTUP
Permasalahan lingkungan hidup dan krisis sumber daya alam merupakan
permasalahan yang tidak bisa dihindari, apalagi yang berkaitan dengan sumber daya
alam karena semakin bertambahnya jumlah penduduk dan pembangunan yang tidak
berkelanjutan maka akan menimbulkan boomerang bagi manusia itu sendiri.
Sehingga perlunya pengetahuan tentang hakikat penciptaan alam semesta beserta
fungsi sekaligus sistem pengelolaan yang baik dan benar. Dalam beberapa
penjelasan mengenai etika dan sistem pengelolaan lingkungan hidup dan sumber
daya alam, seharusnya melibatkan sudut pandang teologis sebagai cara dalam
menyelesaikan persoalan yang terjadi, karena etika lingkungan hidup tidak hanya
berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam, namun juga mengenai relasi
di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia
yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk hidup
lain atau dengan alam secara keseluruhan. disamping pemanfaatan alam sebagai
pemenuhan kebutuhan ekonomi manusia melaui pembangunan, tidak seharusnya
mengeksploitasi secara berlebihan. Pembangunan dalam pemenuhan kebutuhan
harus melihat jangka panjang terhadap keberlangsungan alam untuk generasi ke
depan. Disamping fungsi al-qur’an sebagai kitab suci, Al-qur’an juga menjelaskan
tata kelola lingkungan hidup dan alam dengan melarang manusia untuk merusak
lingkungan alam sekaligus memberikan peringatan akan bencana yang terjadi
ketika melakukan kerusakan lingkungan.

14 Ibnu Katsir, Lubaabut tafsir min Ibnu Katsiir, Juz 8, Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Bogor, 2004, hlm. 361-362.

10
DAFTAR PUSTAKA
Buku Literatur
A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Kompas, Jakarta, 2010.
, Filsafat Lingkungan Hidup: Alam Sebagai Sebuah Tanda Kehidupan,
Kanisius, Yogyakarta, 2014.
Fachruddin M Mangunjaya dkk, Pelestarian Satwa Langka Untuk Keseimbangan
Ekosistem, LPLH-SDA MUI, Jakarta, 2017.
Ibnu Katsir, Lubaabut tafsir min Ibnu Katsiir, Juz 8, Pustaka Imam Asy-Syafi'i,
Bogor, 2004.
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 2005.
M. Abdul Ghoffar E.M, Tafsir Ibnu Katsir jilid 6, Pustaka Imam Syafi’I, Bogor,
2004.
Misbahkhunur, M.Si., Tanggung Jawab Terhadap Alam Dan Lingkungan, Modul
8 Universitas Brawijaya, 2011.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2005.
Syamsuri, Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas XI, Erlangga, Jakarta, 2004.
Yonathan Pongtuluran, Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Andi,
Yogyakarta, 1986.

Jurnal
Samidi, Tuhan, Manusia, Dan Alam: Analisis Kitab Primbon Atassadhur
Adammakna, dalam Shahih Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2016,
Internet
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3564239/ratusan-warga-banyumas-
aksi-tolak-pltpb-gunung-slamet (21 februari 2019, Pukul: 19.30 WIB).

11

Anda mungkin juga menyukai