Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

YEC (YOUTH EDUCATIONAL CENTER) : “Revitalisasi Peran


Pemuda Dalam Menghadapi Bonus Demografi Menuju Generasi
Visioner”

BIDANG KEGIATAN
PKM GAGASAN TERTULIS

Disusun oleh:

Ketua Kelompok
Gandu Ardhane NIM. 18032000027 Tahun Angkatan 2018
Anggota Kelompok
1. NIM. Tahun Angkatan 2018
2. NIM. Tahun Angkatan 2018
4. Nama NIM. Tahun Angkatan 20xx

UNIVERSITAS MERDEKA
MALANG
2019
PENGESAHAN PKM – GAGASAN TERTULIS

YEC (YOUTH EDUCATIONAL


CENTER) : “Revitalisasi Peran Pemuda
1. Judul Kegiatan :
Dalam Menghadapi Bonus Demografi
Menuju Generasi Visioner”
2. Bidang Kegiatan : PKM – GT
Ketua Pelaksana
3.
Kegiatan
a. Nama Lengkap : Gandu Ardhane
b. NIM : 1803200027
c. Program Studi : Administrasi Bisnis
d. Universitas : Merdeka Malang
JL. Raya Dieng Atas No. 243 Ds.
e. Alamat Rumah :
Kalisongo Kec. Dau
No. Telpon/ HP : 081555354574
f. Alamat Email : joesitohang@gmail.com
Anggota Pelaksana
4. :
Kegiatan
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap :
b. NIDN :
c. Alamat Rumah :
No. Telpon/ HP :
6. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti : Rp. 3.000.000,-
b. Sumber Lain : Rp. -
Jangka Waktu
7. : bulan
Pelaksanaan

Malang, 08 Oktober 2018

Menyetujui
Ketua Program Studi Ketua Pelaksana Kegiatan
Administrasi Bisnis

( ) (Gandu Ardhane)
NIDN. NIM. 18032000027

Wakil Rektor Dosen Pendamping


Bidang Kemahasiswaan

(Husein Muslimin, SH., M.Hum.) (Eko Agus Susilo, S.Sos., M.Si.)


NIDN. 0713105501 NIDN. 0728057402
YEC (YOUTH EDUCATIONAL CENTER) : “Revitalisasi Peran
Pemuda Dalam Menghadapi Bonus Demografi Menuju Generasi
Visioner”

Gandu Ardhane
Universitas Merdeka Malang
email: joesitohang5@gmail.com

ABSTRAK
Pemuda adalah harapan bangsa, pemuda merupakan sosok yang diharapkan mampu tampil sebagai
agent of change, iron of stock, dan agent social of control generasi pemilik masa depan. Dengan
mengoptimalkan segenap potensi, energi hidup dan idealisme yang ada pada dirinya. Dalam hal ini
peran pemuda sangatlah penting sebagai generasi visioner yang didalamnya terdapat etika
kepemimpinan untuk menyambut bonus demografi. Bonus demografi merupakan peningkatan
jumlah penduduk sektor usia produktif lebih mendominasi daripada usia non-produktif, dapat
menguntungkan pada aspek perekonomian. Namun permasalahan hari ini peran pemuda
mengalami degradasi dengan dibenturkan hedonisme sebagai virus melemahnya gerakan
pembaharu, kurangnya kesadaran kolektif pemuda dalam menyikapi permasalahan bangsa
membuat peran pemuda hanya dijadikan sebagai titel semata. Krisis kepemimpinan
mengaharuskan pemuda untuk bangkit dari tidurnya untuk menyikapi berbagai permasalahan
bangsa menuju generasi visioner dalam mengahadapi bonus demografi
Kata kunci: Pemuda, Kepemimpinan, Bonus Demografi

ABSTRACT
Youth is the hope of the nation, young people are expected to be able to appear as agents of
change, iron of stock, and social agents of control of future generations of owners. By optimizing
all the potential, life energy and idealism that exists in him. In this case the role of youth is very
important as a visionary generation in which there is an ethics of leadership to welcome
demographic bonuses. Demographic bonus is an increase in the population of the productive age
sector more dominating than the non-productive age, it can be beneficial in economic aspects. But
the problem today is that the role of youth is being degraded by hedonism as a virus that weakens
the reformist movement, the lack of collective awareness of youth in addressing the nation's
problems makes the role of youth only serve as a title. The leadership crisis requires young people
to rise from their sleep to address the nation's various problems towards a visionary generation in
facing demographic bonus
Keyword: Youth, Leadership, Demography bonus

1
PENDAHULUAN

Sejarah telah mencatat bahwa 28 Oktober 1928 adalah momentum


Kebangkitan Pemuda, karena merekalah Indonesia dapat merasakan nikmatnya
kata" Merdeka" tak lebih setelah 17 Tahun mereka  mengumandangkan "Sumpah
Pemuda" Bertanah Air Satu Tanah Air Indonesia, Barbangsa Satu Bangsa
Indonesia dan Berbahasa Satu Bahasa Indonesia. Berdasarkan proyeksi kedepan,
tahun 2020-2030 Indonesia berpeluang menikmati jendela peluang sebagai berkah
dari bonus demografi, dengan syarat disupport oleh SDM usia produktif yang
berkualitas dan berkapasitas. Pembangunan dan Pemberdayaan
pemuda mempunyai peran sentral dalam mewujudkan jendela peluang, yaitu
dengan mempersiapkan pemuda yang berkualitas dan berkapasitas.Globalisasi
dan Modernisasi memiliki konsekuensi pertukaran budaya antar bangsa. Pemuda
yang dalam posisi "Peralihan" akan mengalami kebingungan dalam menghadapi
beragam pilihan budaya yang hadir. Pada fase globalisasi dan modernisasi,
kepemimpinan pemuda tidak cukup hanya dibekali dengan wawasan kebangsaan
dan ketahanan nasional saja. Tapi pemuda harus meningkatkan kreativitas,
inovasi, kualitas, kapasitas, keterampilan dan kecakapan hidup, serta penguasaan
iptek agar dapat mampu bersaing di level nasional dan internasional. Kemajuan
teknologi informasi mengakibatkan batas-batas negara tidak terlalu penting dan
hubungan antar warga negara di berbagai dunia tidak lagi mengenal batas-batas
administratif negara.

Hadirnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2017 tentang


Kordinasi Lintas Sektor Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan merupakan
upaya positif yang harus dikawal pelaksanaannya dalam usaha untuk mengurai
permasalahaan Kepemudaan dalam upaya menghadapi Bonus Demografi. Dalam
melaksanakan segala Kebijakan Kepemudaan, Pemerintah memiliki banyak
masalah yang harus segera diselesaikan bila tak mau menghadirkan Generasi Non
Produktif pada fase Bonus Demografi nanti. Perlu sebuah konsistensi dalam
pelaksanaan program dan pengawalan dari pihak Pemuda agar tercipta sinergi.
Peran Organisasi Kepemudaan (OKP) masih terbatas dalam Pelayanan
Kepemudaan. Partisipasi pemuda dalam organisasi kepemudaan masih rendah.
Sebagian besar organisasi kepemudaan fokus di bidang politik, terlalu nyaman
dengan tarik menarik kekuasaan atau bahkan dualisme. Organisasi Kepemudaan
hanya dijadikan sebagai wadah untuk menguasai dana hibah yang laporannya
sebagian besar dimanipulasi. Permasalahan inilah yang mengakibatkan
tersendatnya kaderisasi kepemimpinan dan kepeloporan pemuda dikarenakan
sikap apatisme massal yang dialami pemuda melihat citra negatif Organisasi
Kepemudaan. Pelaksanaan pelayananan kepemudaan lintas sektor belum sinergi.
Seluruh stakeholder kepemudaan belum benar-benar sinergitas dan membangun
soliditas untuk kejayaan pemuda. Di sisi lain, beberapa persoalan kepemudaan

2
yang terkait dengan peran sosial masih memerlukan perhatian. Kondisi pemuda
saat ini antara lain persoalan kurangnya minat baca di kalangan pemuda, yaitu
37,5%; serta minimnya sarana dan prasarana kepemudaan juga merupakan faktor
yang turut memperbesar masalah kepemudaan.Belum lagi Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) pemuda pada tahun 2014, tercatat bahwa tingkat pengangguran
pemuda di Indonesia yang mencapai angka 14,97 persen. Angka tersebut
menunjukkan bahwa secara rata-rata dari setiap 100 orang pemuda angkatan kerja,
sebanyak 15 pemuda diantaranya pengangguran atau belum mempunyai
pekerjaan.  

Wajah Indonesia akan terancam tergores dalam 10 tahun lagi apabila


masalah-masalah yang terurai diatas tidak langsung diambil langkah-langkah
perbaikan. Saya secara pribadi mengkritik Pemerintah dalam perannya pada saat
pelaksanaan kebijakan masih memposisikan diri sebagai Orang Tua. Banyak anak
muda yang asing dan tidak paham dengan UU Kepemudaan dikarenakan bentuk
sosialisasi yang sangat kaku dan tidak mudah diterima pemuda. Pemerintah
cenderung hanya berpatok dalam hal yang itu-itu saja dalam programnya
yaitu,pameran, pergelaran dan perayaan. Apabila ini dibiarkan akan berakibat
menghadirkan Generasi Apatis di masa depan.Pemerintah memiliki tanggung
jawab terhadap pemuda. Pemerintah tidak boleh lepas tangan terhadap
permasalahan yang dihadapi pemuda terutama dualisme di Organisasi
Kepemudaan. Semoga Perayaan Sumpah Pemuda tahun ini menjadi harapan baru
bagi pemuda. Sumber Daya Pemuda adalah modal berharga untuk mendorong
kemajuan masa depan, pembangunan ekonomi Indonesia. Karena Pemuda hari ini
yang akan menghadapi fase Bonus Demografi dan Sustainable Development
Goals Semoga Bonus demografi merupakan keuntungan melihat kuantitas
pemuda Indonesia bukan bencana. Ditambah hari ini maraknya era digitalisasi
menambah terbukanya jendela peluang untuk pemuda sekiranya dapat mennggali
informasi ataupun menambah wawasan demi terpenuhinya segi intelektualitas
yang akan berguna pada masa dimana para pemuda ini akan menggatikan
golongan tua untuk menahkodai negara Indonesia menuju Golden State. Era
Digitilasasi ini bisa membantu mensukseskan tantangan Bonus Demografi yang
sebentar lagi akan dihadapi oleh negara Indonesia ini, tapi pada kenyataannya
pemuda hari ini sebegitu mudahnya diadu domba melalu media sosial hingga
saling menghujat itu sudah menjadi suatu kewajaran. Opini yang dilontarkan
dimedia sosial oleh satu oknum entah pemujian ataupun pengkritikan soal
pemerintah/kehidupan bermasyarakat terlalu cepat dan mudah menafsirkan
menurut pandangan subjektif. Ketika suatu isu dilemparkan di media sosial,
tingkat responsivitas nya sangat tinggi. Apalagi jika ada satu pihak yang memiliki
popularitas yang cukup dikenal dan sedang dalam permasalahan, sudah pasti para
pemuda turut andil dalam membenarkan atau menyalahkan isu itu dengan melihat
narasi dominan yang membumbui isu tersebut. Hari ini pemuda terlalu nyaman

3
hidup dalam dunia maya sehingga mereka lupa harus bangun dari tidurnya untuk
menyelasaikan problematika yang terjadi di dunia nyatanya.

TUJUAN
PKM berjudul YEC (Youth Educational Center): “Revitalisasi Peran Pemuda
Dalam Menghadapi Bonus Demografi Menuju Generasi Visioner” ini dibuat
bertujuan sebagai berikut;
1. Membangkitkan kembali kesadaran kolektif terhadap peran pemuda
sebagai iron of stock, agent of change, dan agent social of control.
2. Merevitalisasi jiwa kepemimpinan dalam setiap diri pemuda untuk
menyiapkan diri dari segi intelektual, softskill, dan moral menghadapi
era bonus demografi sebagai jawaban atas permasalahan negara saat ini.
3. Mensinergitaskan dan memasifkan daya juang pemuda untuk mengawal
Indonesia menghadapi bonus demografi, demi terwujudnya masyarakat
adil makmur.

PENDEKATAN KUALITATIF
Metode yang kami gunakan adalah pendekatan kualitatif, yang kemudian
menjadikan beberapa sumber sumber literature sebagai bahan pembanding. Dalam
metode ini membutuhkan sinergitas antara dinamika permasalahan dengan bahan
beberapa sumber sumber literature. Pendekatan kualitatif hanya dengan
memadukan pemikiran satu penulis dengan penulis yang lainnya guna menjawab
dinamika permasalahan yang sedang terjadi.

4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bonus Demografi adalah masa dimana angka beban penduduk usia


produktif dengan penduduk usia tidak produktif mengalami penurunan sehingga
mencapai angka dibawah 50. Dengan arti kata setiap penduduk usia kerja
menanggung sedikit usia tidak produktif. Bonus demografi adalah peluang
(window of opportunity) yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya
proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi
kependudukan yang dialaminya.1 Yang didalamnya didominasi usia produktif dan
memiliki peran sebagai pemuda menuju generasi visioner. Namun pada
kenyataannya peran pemuda dari hari ke hari mengalami degradasi spirit
perjuangannya dengan mengatasnamakan westernisasi yang menjadi urgensinya.
Makna globalisasi memudahkan akses dari satu negara dengan negara yang lain,
yang membuat stagnasi gerakan pembeharu salah satu faktornya problem perilaku
social pemuda tidak terjadi dengan kelompok sebayanya saja melainkan dengan
orang tua ataupun orang dewasa lainnya. Hal ini disebabkan masa mudanya akan
ditandai dengan adanya keinginan yang ambivilen, di satu sisi muncul keinginan
untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri dan di
sisi lain ia masih membutuhkan orangtua dalam segi ekonomi. 2

Mengapa harus kaum muda, remaja, atau bahkan anak anak yang layak
dijadikan contoh? Karena merekalah generasi yang harus diselamatkan jika
Indonesia masih harus lanjut. Satu generasi yang jujur , bertanggungjawab,
demokratis-egaliter, rasional, kuat kepribadiannya, penuh empati kepada yang
lemah dan teraniaya, fair dan menghargai karya dan kinerja, hidup sederhana,
produktif, disiplin dan memiliki etos kerja tinggi.Selain agar generasi masa depan
harus tampil lebih baik, terdapat pula momentum yang memang menyediakan
kesempatan untuk itu, yakni peluang bonus demografi. Perubahan yang
diinginkan adalah perbuatan mentalitas yang mengcakup etika, intelektualitas,
profesionalitas, sportifitas, dan etos kerja. Inilah esensi dari pembangunan
karakter bangsa (character building).3 Generasi muda merupakan elemen
perubahan social yang dinamis dan enerjik, bangunan social trust sebagai
penyangga modal social akan makin dapat dikokohkan apabila generasi muda
mampumengambil peran peran didalamnya. Almarhum Prof. Dr. Nurcholish
Madjid kerap mengatakan bahwa modernisasi adalah rasionalisasi dan bukan
westernisasi alias pembaratan. Rasionalisasi itulah obyektifikasi, rasionalisasi

1
Sutyastie Soemitro Remi, Ferry Hadiyanto, Ekonomi Kependudukan,Academic Leadership
Grant, Jawa Barat,2018,hlm. 56.
2
Fajriansyah Noer, PEMIMPIN : Mimpi Muda,Tua Nyata, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2019, hlm. 43-44.
3
Sinulingga Andi, BERHARAP PADA PEMUDA?, SUARA KARYA, Jakarta, 2006, hlm. 54-55

5
bukan mendewakan rasio tetapi mengedepankan rasio(nalar) secara proporsional
dan mendasar. Modernisasi dilakukan dengan membiasakan diri untuk berpikir
dan bertindak rasional-obyektif.

Selalu menjadi catatan sejarah bahwa generasi muda pengubah sejarah


adalah mereka yang mampu memainkan peran-peran strategis mereka, dengan
mengedepankan watak dan karakter idealis. Mereka akan menempatkan diri
sebagai subyek-subyek sejarah, bukan sekedar obyek pelengkap penderita, yang
tidak memiliki andil yang jelas dalam proses perubahan social tersebut. Generasi
muda harus menjadi subyek sejarah, bukan menjadi sampah sejarah. Karena
pemuda sebagai generasi pembaharu dan visioner. Dalam ini lah, tugas sejarah
menanti. Tugas sejarah generasi muda yang dimaksud terkait dengan:

a. Penguatan watak dan karakter

Tugas generasi muda untuk menggali kembali nilai nilai Pancasila, nilai-
nialai tersebut bersifat universal. Dengan demikian tugas generasi muda
adalah menegakkan nilai nilai universal kehidupan demi tegaknya
peradaban.

b. Penguatan nation building

Bangsa ini masih dan terus membutuhkan eksistensi dan peran strategis
generasi muda untuk menjaga dan merawatnya.

c. Penguatan modal social

Terpuruknya bangsa ini adalah menipisnya modal social di tengah tengah


kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Pemuda selalu identik sebagai agen perubahan, social, agen perubahan politik dan
yang paling utama sebagai kekuatan moral. Ortega y Gasset adalah tokoh yang
paling optimis atas klaim itu. Ortega memercayai pemuda sebagai subjek
perubahan. Ben Anderson salah seorang Indonesianis terkemuka dengan yakin
mengatakan bahwa watak khas dan arah revolusi Indonesia pada permulaannya
memang ditentukan oleh “kesadaran pemuda”. Pemimpin harus bisa
memosisikan dirinya secara tepat diantara bawahannya serta terus melahirkan
berbagai inisiatif. Merajuk paradigm Ki Hajar Dewantara yang mengelaborasi
kepemimpinan Jawa, prinsip kepemimpinan itu adalah ing ngarso sung tulodho,
ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Ketika berposisi di depan,
pemimpin harus tampil sebagai teladan, ketika ditengah membangun prakarsa, dan
ketika di belakang memberikan dukungan. Artinya pemimpin tidak boleh diam
saja, tapi harus mampu memunculkan ide-ide dan tuntutan kreatif-inovatif. Jadi,
pemimpin itu optimis, penggerak, dan motivator bukan statis. Karena pemuda

6
sebagai iron of stock pemimpin adalah realitas sui generis dalam kehidupan
manusia, pemuda harus mempersiapkan diri dengan memperkaya ilmu
pengetahuan, memperkuat mental, fisik, serta menciptakan karakter kepribadian
yang kuat. Pemuda harus mampu menjadi pemimpin yang tepat bagi zamannya,
abad besar mestinya dipimpin oleh manusia-manusia besar yang lebih
bertanggung jawab disbanding yang lain. Bukan “manusia-manusia kecil” yang
serba permukaan nan palsu, tidak sejati, instan, dan selalu bertindak sia-sia.

Nilai dasar sebagai praksis kepemimpinan muda, mengusung nilai dasar


dalam kepemimpinan muda tentu saja akan membawa konsekuensi utopia dalam
kondisi kita yang centang penerang. Wajah kaum muda kita berada dalam ruang
metamorphosis dengan cara mendekontruksi nilai-nilai dasar. Mengundurnya nilai
moralitas, melemahnya nilai tabu, dan merosotnya nilai spiritual telah membuka
jalan bagi berkembangnya bentuk kebudayaan kaum muda yang merupakan
artikulasi dari keinginan untuk keluar dan melepaskan diri dari apa yang
normal(yang etis dan intelek). Nilai dasar dalam organisasi adalah sumber energy
yang akan mendorong manusia untuk bersikap dan bertindak dengan kekuatan
optimal dalam menanggapi tantangan yang dating menghadang. Pemimpin yang
benar-benar memahami dan mempergunakan pemahamannya terhadap nilai dasar
yang ada dalam kehidupan organisasinya akan dapat menggali energy potensial
dalam setiap diri anggota organisasi. Dengan pendekatan dan cara yan tepat,
pemimpin dapat menghidupkan energy potensial para anggota sekaligus
mengarahkan energy tersebut untuk mencapai visi si pemimpin dalam
membangun organisasi.4 Setiap insan adalah pemimpin umtuk dirinya sendiri,
maka setiap pemuda harus mengasah setiap jiwa kepemimpinannya sebagai iron
of stock dan moral force bagi suatu bangsa. Salah satu pendekatan terbaru dan
paling populer untuk kepemimpinan yang telah menjadi fokus banyak penelitian
sejak awal tahun 1980-an adalah pendekatan transformasional. Kepemimpinan
transformasional adalah bagian dari paradigma “Kepemimpinan Baru” (Bryman,
1992), yang lebih memberi perhatian pada elemen kepemimpinan yang
kharismatik dan peka. Di dalam analisis konten dari artikel yang diterbitkan dalam
Leadership Quartely, Low dan Gardner (2001) mendapati bahwa sepertiga dari
penelitian adalah tentang kepemimpinan transformasional atau kepemimpinan
karismatik. Bass dan Riggio (2006) menyatakan bahwa popularitas kepemimpinan
transformasional yang memenuhi kebutuhan kelompok kerja di masa kerja di
masa sekarang, yang ingin diinspirasi dan diberdayakan agar berhasil di masa-
masa yang tidak pasti. Intinya, banyak akademisi mempelajari kepemimpinan
transformasional dan hal itu mendominasi inti penelitian. Seperti dinyatakan
secara tersirat oleh nama itu, kepemimpinan trnasformasional adalah proses
perubahan orang-orang terhadap peduli dengan emosi, nilai, etika, standar, dan
4
Fajriansyah Noer, PEMIMPIN : Mimpi Muda,Tua Nyata, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2019, hlm. 123-125.

7
tujuan jangka panjang. Hal itu termasuk menilai motif pengikut, memuaskan
kebutuhan mereka, dan memperlakukan mereka sebagai manusia secara utuh.
Kepemimpinan transformasional mencakup bentuk pengaruh luar biasa yang
menggerakkan pengikut untuk mencapai lebih dari apa yang mereka harapkan. Ini
adalah proses yang sering kali menyertai kepemimpinan karismatik dan visioner.5

Dengan ini jelas perlu adanya revitalisasi peran pemuda dalam menghadapi
bonus demografi menuju generasi visioner, ketika jendela peluang bonus
demografi dimanfaatkan dengan optimal oleh para pemuda dengan segala titelnya
akan membantu mengangkat perekonomian negara. Salah satunya dari segi
kepemimpinan yang sejatinya setiap orang adalah pemimpin, maka pemuda harus
matang dalam segi mengkoordinir segala sesuatu. Youth Educational Center yang
bertujuan sebagai wadah chandradimuka dengan segala keterbatasannya menjadi
tempat dimana untuk orang yang tidak terdaftar dalam sekolah atau perguruan
tinggi bisa mempelajari semua hal yang merupakan bagian dari kepemimpinan
atau yang dibutuhkan sebagai iron of stock dan moral force untuk bangsa.
Urgensitas atas permasalahan pemuda hari merupakan hal penting yang harus
segera dibenahi. YEC sebagai sebuah organisasi yang nanti sifatnya semi otonom,
ketika terealisasikan bekerja sama dengan pemerintah dalam wilayah
pemberdayaan pemuda.

KESIMPULAN

5
Northouse G Peter, KEPEMIMPINAN Edisi Keenam, Permata Puri Media, Jakarta Barat, 2016,
hlm. 175-176.

8
Problematika yang dialami pemuda hari ini merupakan pekerjaan rumah
yang harus segera dikerjakan, dengan merevitalisasi kembali peran pemuda
menuju generasi visioner. Saat ini, bangsa Indonesia tengah mempersiapkan diri
menghadapi Bonus Demografi sebagai solusi atas permasalah ekonomi yang
mengharuskan usia produktif bisa menjawab tantangan tersebut. Usia produktif
yang didalamnya didominasi oleh pemuda, membuat para pemuda harus bisa
berkiprah dalam tataran apapun. Maka dari itu, Youth Educational Center (YEC)
merupakan wadah bagi pemuda yang tidak melaksanakan jenjang Pendidikan
yang ada dengan pemuda yang mengikuti jalur pendidikan yang sudah disediakan
untuk kemudian bertukar ide, gagasan dan juga informasi dari segala aspek
bangsa Indonesia. YEC bergerak dalam bidang pembangunan sumber daya
manusia untuk bisa berkontestasi dalam tingkat regional, nasional, dan
internasioanal dengan pendekatan transformasional. Mengutip salah satu kalimat
yang disampaikan founding fathers kita Bapak Ir. Soekarno “Saya lebih suka
pemuda yang meminum kopi sambil membicarakan bangsa ini, daripada pemuda
kutu buku yang hanya mempedulikan dirinya sendiri.”

UCAPAN TERIMAKASIH
Tidak ada yang membantu.

DAFTAR PUSTAKA

9
[1] Sutyastie Soemitro Remi, Ferry Hadiyanto, Ekonomi
Kependudukan,Academic Leadership Grant, Jawa Barat,2018,hlm.
56.
[2] Fajriansyah Noer, PEMIMPIN : Mimpi Muda,Tua Nyata, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2019, hlm. 43-44.
[3] Sinulingga Andi, BERHARAP PADA PEMUDA?, SUARA KARYA,
Jakarta, 2006, hlm. 54-55

[4] Fajriansyah Noer, PEMIMPIN : Mimpi Muda,Tua Nyata, PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta, 2019, hlm. 123-125.

[5] Northouse G Peter, KEPEMIMPINAN Edisi Keenam, Permata Puri Media,


Jakarta Barat, 2016, hlm. 175-1

10
LAMPIRAN - 1

Anda mungkin juga menyukai