Anda di halaman 1dari 16

PENCAK SILAT

 Pencak silat atau silat merupakan seni olahraga beladiri yang berasal
Asia Tenggara ( Indonesia, Brunei Darusaalam, Singapura, Filipina,
Thailand). “Silat” adalah istilah yang dikenal secara luas di kawasan
Asia Tenggara untuk menyebut seni bela diri ini. Meskipun masing-
masing Negara tersebut juga memiliki penyebutan sesuai bahasa lokal
mereka seperti gayong dan cekak (Malaysia dan
Singapura), bersilat (Thailand), dan pasilat (Filipina).

Pencak Silat Di Indonesia, nama pencak silat digunakan sejak 1948


untuk mempersatukan berbagai aliran seni bela diri tradisional yang
ada di Indonesia. Awalnya pencak merupakan nama yang digunakan
di Jawa, sedangkan silat digunakan di Sumatera, Semenanjung
Malaya dan Kalimantan. Namun seiring berjalannya waktu, istilah
pencak digunakan pada atraksi yang lebih mengedepankan unsur seni
dan keindahan gerakan. Sedangkan istilah silat dgunakan untuk
atraksi yang mengedepankan unsur pertarungan.
Pengertian Pencak Silat
Dalam kamus bahasa Indonesia, pencak silat merupakan permainan
(keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian
menangkis, menyerang, dan membela diri. Pencak silat juga diartikan
oleh menurut beberapa ahli sebagai berikut:

 1. Pencak silat adalah gerak bela diri tingkat tinggi yang disertai
dengan perasaan, sehingga merupakan penguasaan gerak efektif
dan terkendali serta sering dipergunakan dalam latihan sabung
atau pertandingan.
 2. Pencak silat adalah sebagai fitrah manusia untuk membela diri
dan sebagai unsur yang menghubungkan gerakan, dan pikiran
(olah gerak dan olah pikir).

Dari beberapa definisi tersebut, maka pencak silat dapat diartikan


sebagai hasil budaya manusia Indonesia untuk membela,
mempertahankan eksistensi dan integritas terhadap lingkungan
hidup, alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna
peningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Asal Usul Silat di Indonesia


Mengenai asal usul pencak silat di Indonesia, sampai saat ini belum
ada yang dapat memastikan kapan dan bagaimana asal muasal pencak
silat ini. Ada yang menyebut adanya bela diri ini karena kemampuan
para nenek moyang untuk melindungi dan mempertahankan
kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam. Mereka
menciptakan berbagai jurus dengan menirukan berbagai gerakan
binatang seperti kera, harimau, ular, atau burung elang.
Selain itu, ada pula yang menyebut asal usul seni bela diri karena
keterampilan berbagai suku di Indonesia dalam berburu dan
berperang dengan menggunakan berbagai senjata seperti parang,
tombak, dan perisai. Misalnya suku Nias yang terampil menggunakan
parang. Adat dan tradisi suku Nias dipercaya hingga abad ke 20 tidak
tersentuh budaya luar sama sekali.
Meskipun asal muasal pencak silat belum diketahui secara pasti
namun diyakini pencak silat mulai tersebar dan berkembang di
Indonesia sejak abad ke 7 masehi. Pencak silat tersebut berkembang
secara lisan, dari mulut ke mulut seperti dari guru ke murid. Ada yang
menyebut bahwa perkembangan silat berasal dari cerita legenda
seperti cerita kerajaan Sriwijaya dan Majapahit yang dikenal memiliki
pendekar-pendekar yang menguasai beladiri dan ilmu kanuragan
serta memiliki prajurit yang juga mahir dalam beladiri.

Menurut seorang peneliti silat Donald F. Draeger, bukti adanya seni


bela diri bisa dilihat dari artefak senjata yang ditemukan dari masa
klasik serta pahatan relief-relief di candi Prambanan dan Borobudur
yang menunjukkan sikap kuda-kuda silat.
Sementara itu menurut Shamsuddin, perkembangan silat mendapat
pengaruh dari beladiri China dan India. Hal ini karena sejak awal
budaya Melayu telah mendapat pengruh dari kebudayaan yang dibawa
oleh pedagang dari India, Cina, dll.
Menurut legenda Minangkabau, silat atau silek (dalam bahasa
Minangkabau) diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan,
Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad ke 11. Silat atau silek
kemudian dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke
seluruh kawasan Asia Tenggara.
Adapula cerita silat dari tanah sunda tentang asal mula aliran silat
Cimande yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang
menirukan gerakan pertrukan antara harimau dan monyet.
Sejarah Pencak Silat
Menurut ahli sejarah, pencak silat pertama kali ditemukan di Riau
pada zaman Kerajaan Sriwijaya di abad ke VII, kemudian menyebar ke
Semenanjung Malaka dan Pulau Jawa. Lalu pada abad ke XVI
Kerajaan Majapahit memanfaatkan pencak silat sebagai ilmu perang
untuk memperluas wilayahnya. Perguruan PSN ISMD (Pencak Silat
Nasional Ikatan Seni Membela Diri)
Putra Setia didirikan sejak tahun 80an oleh Al Habib Haji Muchtar
Hasfulloh. Nama Putra Setia diusulkan oleh Bapak Daeng, selaku
pengurus IPSI yang bermakna yaitu:

 1. Setia kepada Allah dengan ibadah


 2. Setia dan bakti kepada orang tua
 3. Setia kepada Negara dan masyarakat yang baik.

Kemudian masuk IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) dan


diresmikan tanggal 28 Oktober 1988. PSN ISMD Putra Setia memiliki
beberapa cabang di Indonesia. Yaitu di Jakarta Barat, Bekasi,
Jatinegara, Indramayu, dll. Dan berpusat di Padepokan IPSI TMII,
Jalan Satria I No.64 RT 008 RW 002, Ujung Menteng, Cakung,
Jakarta Timur.
Untuk wilayah Jakarta Barat, terdapat di Jalan Pegadungan Koang,
Kalideres. Lalu PSN ISMD Putra Setia masuk menjadi salah satu
program ekstrakurikuler di SMKN 42 Jakarta Barat pada tahun 1994.
Pembina ekstrakurikuler pencak silat di SMKN 42 adalah Pak Nurdin,
yaitu guru olahraga di SMKN 42. Lalu anggota ekskul pencak silat
dilatih oleh Rony, Kujang, Faisal, Ferdi, Oge, Puji, Dayat, dkk.

Teknik-Teknik dalam Pencak Silat


 1. Teknik Dasar
1. Kuda-kuda
2. Sikap Pasang
3. Gerak Langkah
4. Jurus
 2. Teknik Serang
1. Pukulan
2. Tendangan
3. Tangkisan
4. Bantingan

Tingkatan dalam Pencak Silat


 1. Pemula
Mempelajari semua tahap dasar.

 2. Menengah
Difokuskan pada semua gerakan dasar, pemahaman, variasi, dan
bakat pesilat mulai terlihat.

 3. Pelatih
Hasil dari kemampuan yang matang berdasarkan pengalaman di
tahap pemula dan menengah.

 4. Pendekar
Pesilat yang telah diakui oleh para sesepuh perguruan, mereka akan
mewarisi ilmu ilmu rahasia tingkat tinggi.

Jurus Pencak Silat


Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan
dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai
panduan untuk menguasai penggunaan tehnik-tehnik lanjutan pencak
silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau
berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh,
mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah
Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.

Ciri Ciri Pencak Silat


Ciri Secara Umum
 1. Mempergunakan seluruh bagian tubuh dan anggota badan
sebagai alat penyerangan dan pembelaan diri
 2. Dapat dilakukan dengan atau tanpa alat (senjata)
 3. Pencak silat tidak memerlukan senjata tertentu, tetapi  benda
apapun dapat dijadikan sebagai senjata.

Secara khusus pencak silat bercirikan:

 1. Sikap tenang, lemas dan waspada


 2. Tidak hanya mengandalkan kekuatan atau tenaga, tetapi
menggunakan kelentukan, kelincahan, kecepatan dan ketepatan.
 3. Lebih memperhatikan posisi dan perubahan pemindahan
berat badan.
 4. Manfaatkan serangan/tenaga lawan, sehingga
 5. Mengeluarkan tanaga seefisien mungkin

Peraturan Pencak Silat


Aturan bertanding

1. Pesilat saling berhadapan dengan menggunakan unsur


pembelaan dan serangan Penak Silat serta yang dimaksud dengan
kaidah adalah bahwa dalam mencapai prestasi teknik, seorang
pesilat harus mengembangkan pola bertanding yang dimulai dari
sikap pasang, langkah serta mengukur jarak terhadap lawan dan
koordinasi dalam melakukan serangan / pembelaan serta kembali
ke sikap pasang.
2. Pembelaan dan serangan yang dilakukan harus berpola dari
sikap awal / pasang atau pola langkah, serta adanya joordinasi
dalam melakukan serangan dan pembelaan. Setelah melakukan
serangan / pembelaan harus kembali pada sikap awal / pasang
dengan tetap menggunakan pola langkah. Wasit akan memberikan
aba-aba “ LANGKAH “ jika seorang pesilat tidak melakukan teknik
Pencak Silat yang semestinya.
3. Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai
dengan berbagai cara kearah sasaran sebanyak-banyaknya 4 jenis
serangan. Pesilat yang melakukan rangkaian serang bela lebih dari
4 jenis akan diberhentikan oleh wasit.
4. Serangan sejenis dengan menggunakan tangan yang dilakukan
secara beruntun dinilai satu serangan. Serangan yang dinilai
adalah serangan yang menggunakan pola langkah, tidak terhalang,
mantap, bertenaga dan tersusun dalam koodinasi teknik serangan
yang baik.
5. Aba-aba Pertandingan

 Aba-aba “BERSEDIA” digunakan dalam persiapan sebagai


peringatan bagi pesilat dan seluruh aparat pertandingan bahwa
pertandingan akan segera dimulai.
 Aba-aba “MULAI” diguinakan tiap pertandingan dimulai dan
akan dilanjutkan, bisa pula dengan isyarat.
 Aba-aba “BERHENTI” diguinakan untuk menghentikan
pertandingan.
 Aba-aba “PASANG” dan “SILAT” diguinakan untuk pembinaan.
 Pada awal dan akhir pertandingan setiap babak ditandai dengan
memukul gong.

Tata cara pertandingan

1. Persiapan dimulainya pertandingan diawali dengan masuknya


Wasit dan juri ke gelanggang Wasit Juri memberi hormat dan
melapor tentang akan dimulainya pelaksanaan tugas kepada ketua
pertandingan.
2. Setiap pesilat yang akan bertanding setelah mendapat isyarat
dari Wasit, memasuki gelanggang dari sudut masing-masing,
kemudian memberi hormat kepada Wasit dan ketua Pertandingan.
Selanjutnya kedua pesilat kembali mengambil tempat di sudut
yang telah ditentukan.
3. Untuk memulai pertandingan, Wasit memanggil kedua pesilat,
seterusnya kedua pesilat berjabatan tangan dan siap untuk
memulai pertandingan.
4. Setelah Wasit memeriksa kesiapan semua petugas dengan
isyarat mematuhi larangan-larangan yang ditentukan.
5. Pada waktu istirahat antara babak, pesilat harus kembali ke
sudut masing-masing. Pendamping Pesilat melaksanakan
fungsinya sesuai ketentuan pasal 5 ayat 4.
6. Selain Wasit dan kedua pesilat, tidak seorangpun berada dalam
gelanggang kecuali atas permintaan Wasit.
7. Setelah babak akhir selesai, kedua pesilat kembali ke sudut
masing – masing untuk menunggu keputusanpemenang.
8. Selesai Pemberian hormat dan berjabatan tangan.

Sasaran
Yang dapat dijadikan sasaran sah dan bernilai dalah “Togok” yaitu
bagian tubuh kecuali leher keatas dan dari pusat kemaluan.: Dada,
Perut (pusat keatas),Rusuk kiri dan kanan, Punggung atau belakang
badan. Bagian tungkai dan lengan dapat dijadikan sasaran serangan
antara dalam usaha menjatuhkan tetapi tidak mempunyai nilai
sebagai sasaran perkenaan.
Larangan
Larangan yang dinyatakan sebagai pelanggaran :

 Pelanggaran berat, Menyerang bagian badan yang tidak sah yaitu


leher, kepala serta bawah pusat hingga kemaluan dan
mengakibatkan lawan cidera / jatuh, Usaha mematahkan
persendian secara langsung, Sengaja mematahkan persendian
secara langsung, Membenturkan / menghantukkan kepala dan
menyerang dengan kepala, Meyerang lawan sebelum aba-aba
“MULAI” dan menyerang sesudah aba-aba “BERHENTI” dari
wasit, menyebabkan lawan cidera, Menggumul, menggigit,
mencaka, mencengkeram dan menjambak, Menentang, menghina,
mengeuarkan kata-kata yang sopan, meludahi dll,Melakukan
penyimpangan terhadap aturan bertanding setelah mendapat
peringatan I karena pelanggaran hal tersebut.

Pelanggaran Ringan

 Tidak menggunakan pola langkah dan sikap pasang, Keluar dari


gelanggang secara berturut yang dimaksud dengan berturut-turut
adalah dari 2 kali dalam 1 babak, Merangkul lawan dalam proses
pembelaan, Melakukan serangan dengan teknik sapuan sambil
merebahkan diri berulang kali dengan tujuan untuk mengulur
waktu.

Nilai Hukuman
Ketentuan nilai hukuman :

 Nilai – 1 (kurang 1) diberikan bila pesilat mendapatkan Tegoran


I
 Nilai – 2 (kurang 2) diberikan bila pesilat mendapatkan Tegoran
II
 Nilai – 5 (kurang 5) diberikan bila pesilat mendapatkan
Peringatan
 Nilai – 10 (kurang 10) diberikan bila pesilat mendapatkan
Tegoran

Penentuan Kemenangan

 Menang angka

Bila jumlah Juri yang mentukan menang atas seorang pesilat lebih
banyak dari pada lawan. Penentuan keenangan dilaksanakan oleh
masing-masing Juri. Bila terjadi hasil nilai yang sama maka pemenang
ditentukan berdasarkan pesilat yang paling sedikit mendapat nilai
hukuman. Bila hasilnya masih sama, maka pemenangnya adalah
pesilat yang mengumpulkan nilai prestasi teknik tertinggi / paling
banyak. Pada dasarnya nilai 1 + 2 adalah lebih tinggi dari nilai 2 saja.
Bila hasilnya masih sama, maka pertandingan ditambah 1 (satu)
babak lagi. Bila hasilnya masih sama, maka tidak perlu diadakan
penimbangan ulang, namun dilihat dari hasil penimbangan berat
badan 15 menit sebelum bertanding. Bila hasilnya tetap sama, maka
diadakan undian oleh Ketua Pertandingan yang disaksikan oleh
Delegasi Teknik dan kedua Menejer Tim. Hasil Penilaian Juri
diumumkan pada papan nilai, setelah babak terakhir / penentuan
kemenangan selesai dilaksanakan.

 Menang Teknik
Karena lawan tidak dapat melanjutkan pertandingan karena
permintaan pesilat sediri / mengundurkan diri. Karena keputusan
Dokter Pertandingan.Dokter Pertandingan diberi waktu 60 detik
untuk memutuskan apakah Pesilat bersangkutan dinyatakan
“Fit”atau”Tidak Fit” (Unfit). Setelah 60 detik Wasit akan menanyakan
kepada Dokter Pertandingan apakah Pesilat bersangkutan “Fit”
atau”Tidak Fit” (Unfit) Atas permintaan Permintaan Pendamping
Pesilat Atas keputusan Wasit.

 Menang Mutlak.

Penentuan Menang Mutlak ialah bila lawan jatuh karena serangan


yang sah dan menjadi tidak dapat bangkit segera dan atau nanar,
maka setelah hitungan Wasit ke 10 dan tidak dapat berdiri tegak
dengan sikap pasang

Ukuran Lapangan Pencak Silat


Arena pertandingan pencak silat dapat di deskripsi-kan sebagai
berikut :

 1.berbentuk persegi dengan luas total 10m X 10m


 2.terdiri dari dua area yaitu area bertanding 8X8m di bagian
dalam dan area pengaman 1m mengelilingi bagian luar area
pertandingan(biasanya dibedakan dengan perbedaan warna)
 3.terdapat 2 lingkaran lingkaran 1 berdiameter 3m digunakan
sebagai jarak sikap pasang dan lingkaran ke-2 berdiameter 8m
digunakan sebagai batas arena bertanding
 4.di dua sudut-sudut yang berjauhan biasanya satu puzel matras
berwarna merah dan satu puzel matras di sudut lainnya berwarna
biru
G
ambar Gelanggang Pencak Silat

Organisasi Pencak Silat


 PERSILAT- Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa
 IPSI- Ikatan Pencak Silat Indonesia
 FP2STI- Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia
 PESAKA Malaysia- Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia
 PERSISI- Persekutuan Silat Singapore
 EPSF- European Pencak Silat Federation
Kuda kuda pada pencak silat
kuda-kuda adalah teknik yang memperhatikan sikap dari kedua kaki
dalam keadaan statis. teknik ini digunakan  untuk mendukung sikap
pasang pencak silat. kuda-kuda juga dipergunakan sebagai latihan
dasar pencak silat untuk memperkuat otot-otot kaki.
Macam-macam kuda-kuda

1. kuda-kuda depan
    adalah     Kuda-kuda depan yakni kuda-kuda dengan sikap salah
satu kaki berada di depansedangkan kaki lainnya di belakang dan
berat badan ditopang oleh kaki depan.Posisi keduatelapak kaki
membentuk sudut + 30 derajat.

2. kuda-kuda belakang
     yakni kuda-kuda dengan sikap salah salah kaki berada di
depan,sedangkan kaki lainnya berada di belakang dan berat badan
sepenuhnya ditopang oleh kaki belakang. Posisi telapak kaki depan
lurus dan telapak kaki belakang membentuk sudut + 60derajat. kuda-
kuda belakang (tampak sisi kanan), kuda-kuda belakang (tampak sisi
kiri), kuda-kuda belakang (tampak sisi depan)

3. kuda kuda tengah


    yakni kuda-kuda dengan sikap kedua kaki melebar sejajar dengan
bahudan berat badan ditopang secara merata oleh kedua kaki, dapat
juga dilakukan dengan posisiserong. Posisi kedua telapak kaki serong
membentuk sudut + 30 derajat. Kuda-kuda tengah (tampak depan),
kuda-kuda tengah (tampak samping), kuda-kuda tengah (tampak
depan)

4. Kuda-kuda samping
    yakni kuda-kuda dengan posisi kedua kaki melebar sejajar dengan
tubuh dan berat badan ditopang oleh salah satu kaki yang menekuk.
Posisi ke dua telapak kakisejajar membentuk sudut + 30 derajat
5. kuda-kuda samping depan
yakni kuda-kuda dengan posisi kedua kaki melebar sejajar denagn
tubuh dan berat badan ditopang oleh kaki  yang berada didepan.

6. kuda-kuda samping belakang


    yakni kuda-kuda denagn posisi kedua kaki melebar sejajar dengan
tubuh dan berat badan ditopang oleh kaki yang berada dibelakang.

Manfaat dalam Pencak Silat


 1. Kesehatan dan Kebugaran
 2. Membangkitkan rasa percaya diri
 3. Melatih ketahanan mental
 4. Mengembangkan kewaspadaan diri yang tinggi
 5. Membina sportivitas dan jiwa ksatria
 6. Disiplin dan keuletan menjadi lebih tinggi
 7. Mengutamakan akhlaqul karimah
 8. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME

Sejarah Perkembangan Pencak Silat di


Indonesia
Sejarah perkembangan silat mulai tercatat ketika penyebarannya
banyak dipengruhi oleh kaum penyebar agama Islam pada abad ke 14
di Nusantara. Pada masa itu silat menjadi pelajaran utama yang
banyak diajarkan di berbagai surau atau pesantren. Bisanya latihan
bela diri ini dilakukan sebelum mereka mengaji. Sehingga pencak silat
menjadi bagian tak terpisahkan dari latihan spiritual.
Selain sebagai bagian dari latihan spiritual, silat juga menjadi bagian
tak terpisahkan dalam upacara adat berbagai suku di Indonesia.
Misalnya kesenian tari randai yang tak lain adalah gerakan silek
Minangkabau. Suku lainnya yang menggunakan pencak silat dalam
adat tradisinya adalah Betawi. Betawi memiliki tradisi palang pintu
yaitu peragaan silat betawi yang dikemas dalam sebuah sandiwara
kecil yang diperagakan sebelum akad nikah. Tradisi palang pintu
menceritakan perjalanan rombongan pengantin pria menuju rumah
pengantin wanita yang dihadang oleh jawara (pendekar) kampung
setempat yang juga menaruh hati kepada wanita tersebut. Alkisah
terjadilah pertarungan antara jawara-jawara penghadang dengan
pendekar-pendekar pengiring pengantin pria yang tentu ssaja
dimenangkan oleh para pendekar dari pengantin pria.
Bermula sebagai bentuk bela diri dan seni tari tari rakyat, pencak silat
kemudian menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk
menghadapi penjajah asing terutama dalam menghadapi penjajah
Belanda. Hingga tercatatlah berbagai pahlawan yang juga seorang
pendekar seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran
Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para
pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut
Nyak Meutia, yang menggunakan pencak silat untuk mengusir
penjajah.
Pencak silat terus terus mengalami perkembangan dan memunculkan
berbagai aliran silat di berbagai daerah di Indonesia. Seperti aliran
Cimande dan Cikalong, aliran silat Merpati Putih di jawa tengah,
aliran Perisai Diri di Jawa Timur dan masih banyak lagi. Menyadari
pentingnya untuk menyatukan seluruh aliran-aliran silat di seluruh
Indonesia serta untuk lebih mengembangkan peranan pencak silat,
pada tanggal 18 mei 1948 terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia
(IPSI). Kini IPSI tercatat sebagai organisai silat tertua di dunia.

Atas prakarsa Eddie M. Nalapraya yang saat itu menjabat sebagi ketua
IPSI, pada tanggal 11 maret 1980 terbentuklah Persatuan Pencak Silat
Antarbangsa (Persilat). Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan
dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Keempat negara itu
termasuk Indonesia, ditetapkan sebagai pendiri Persilat.
Beberapa organisasi silat di Asia:

 Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia.


 Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia
 Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura.
 Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei.
Atas jasa para pelatih-pelatih silat dari Indonesia, pencak silat juga
berkembang di Vietnam dan bahkan telah menghasilkan banyak
pendekar-pendekar tangguh. Selain itu, puluhan perguruan-
perguruan silat juga tumbuh di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini
telah secara resmi masuk sebagai cabang olahraga dalam
pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA
Games.
Demikian artikel tentang Sejarah Bela Diri Pencak Silat di
Indonesia semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Sheikh Shamsuddin (25 November 2005). The Malay Art Of Self-
defense: Silat Seni        Gayong. North Atlantic Books. ISBN 1-55643-
562-2.
Quintin Chambers and Donn F. Draeger (25 November 1979).
Javanese Silat: The            Fighting Art of Perisai Diri. ISBN 0-87011-
353-4.
Donn F. Draeger (25 November 1992). Weapons and fighting arts of
Indonesia. Rutland, Vt. : Charles E. Tuttle Co. ISBN 978-0-8048-1716-
5.

Anda mungkin juga menyukai